PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SARANG...
Transcript of PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SARANG...
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SARANG
BURUNG WALET (Collocalia Fuciphaga) TERHADAP
AKTIVITAS GOT/GPT HEPAR PADA TIKUS Sprague
dawley
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
SHIELLA FAUZIA KRISNADI
11151030000057
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018
ii
LEMBAR JUDUL
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET
(Collocalia Fuciphaga) TERHADAP AKTIVITAS GOT/GPT HEPAR PADA
TIKUS Sprague dawley
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
SHIELLA FAUZIA KRISNADI
11151030000057
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
LEMBAR PERFIYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasii karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatul lah Jakarta.
2. Sernua $umber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang beriaku di UIN Svarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasit jiplakao dmi karya orang lain, maka saya hersedia menerima
satuksi yang bcrlaku di UIN Sl.arif Hidayatulla.h .Takarta.
l
30 Novetuber 2018
LtrMBAR PERSE,T'TJJUAN PE,MBIMBING
PENGARUH PEMBERTAN EKSTRAK SARANG BURUNG WALET
lCat I ocal ia F* clp hqa) TF.RH ADAP AKTIVITAS COT/cpT HEPA R PADA
TIKUS Spragae dawley
Laporal Penelitian
Daiukan kqoada ProEam Studi Kedokteran. Fakultas Kedokterer unruk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjala Kedokteran (S. Ked)
()leh
SHIELLA FAUZIA KRISNADI
I11510300000s7
Dr. Endah
NIP. IS.Si, M. Biomed
97t 1009 200501 2 005 NlP. 1972 0406 200312 2 00s
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVf, RSITA$ ISLAM NIGrRISYARIF HIDA}'ATLIL L.4FI
JAKARTA
1440 H/2018 M
M. BiomedRr Ay,u Fitri
LT.MBAIT PI,NGESAT{AN
Laporan Perelitian berjudul PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAKSARANG BURUNG WALAT (Colloeatia Faciphrya) TERHADAPAKTMTAS GOTIGPT HITPAR PADd TII{IS Sprngw dawl.ry yang
diajukan oleh Shiella Fauzia Krisnadi OIIM 111510300000j?), telah diujikan
dalam sidang di Fakultas Kedokteran pada 30 November 20i8. Laporan penelitian
irf teiah diterima sebagai salah safii q.?i at mempercleh gelar.Sarjarr6 Kedokteran
(S.Ked) pada Program Studi Kedokteran.
Ciputat, 30 November ?01 8
^nE I
.J,
;,1; ","_*
Dr. Endah
NIP, 1
,AIilRIA
Penguji I
t*Dr. Zeti Han'iyati, M. Biomed
NIP. 197r 1009 200501 2 005
S.Si, M. Biomed1009 200501 2 005
Kcdokteran
Ph.D, Sp.PD-KEMD.
NIP. 1972 0406 200312 3 005
I'enguj i II
dr. Nouval
PIMPINAN FAKULTAS
Ketua Program Studi Kedokteran
dr. Achmad Zaki, M.Epid., Sp.OT.
NiP. lE78 0J07 20050r i 005
Sp. U, FICS, FACS, Ph.D.1i03 200604 1001
Ntr, tv0) r ll,1 luu.Jtl I uu-J
Pcmbinf bing II
Rr. Ayu Fitri , S.Si.. M. Biomed
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Shalawat serta
salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad beserta keluarga, para
sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillahirabbil’alamin, selesainya laporan penelitian yang berjudul
―Pengaruh Pemberian Ekstrak Sarang Burung Walet (Collocalia Fuciphaga)
Terhadap Aktivitas GOT/GPT Hepar Pada Tikus Sprague Dawley‖ tentunya
tak lepas dari bantuan berbagai pihak yang senantiasa memberi bimbingan,
petunjuk, serta motivasi kepada saya. Oleh sebab itu saya menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD selaku Dekan Fakultas Kedokteran,
dr. Achmad Zaki, M.Epid., Sp.OT selaku ketua Program Studi Kedokteran,
serta seluruh dosen Program Studi Kedokteran yang senantiasa memberikan
ilmu dan pengalamannya kepada saya selama menempuh masa pendidikan di
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Endah Wulandari, S.Si, M. Biomed dan Rr. Ayu Fitri Hapsari, S.Si.,
M.Biomed selaku dosen pembimbing penelitian saya yang selalu memberi
bimbingan, ilmu, dan arahan kepada saya selama penelitian dan penyusunan
laporan penelitian ini.
3. Dr. Zeti Harriyati, M. Biomed dan Dr. Nouval Shahab, Sp. U, FICS, FACS,
Ph.D. selaku dewan penguji untuk waktu dan ilmunya dalam memperbaiki
laporan penelitian ini.
4. Dr. Flori Ratna Sari, Ph.D dan drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku
penanggung jawab modul riset Program Studi Kedokteran angkatan 2015, Dr.
Endah Wulandari, S.Si, M. Biomed selaku penangung jawab laboratorium
Biokimia, Rr. Ayu Fitri Hapsari, S.Si, M. Biomed selaku penanggung jawab
laboratorium Histologi, Dr. Zeti Harriyati, M.Biomed selaku penanggung
jawab laboratorium Biologi, dan dr. Nurul Hiedayati, Ph.D selaku
vii
penanggung jawab laboratorium Farmakologi yang telah memberikan izin
untuk penggunaan laboratorium selama penelitian.
5. Kedua orang tua tercinta, Eko Isnaydi dan Siti Nurhidayati yang senantiasa
mendoakan, membimbing, memberi semangat, kasih sayang, dan dukungan
sepanjang hidup saya.
6. Kedua adik saya Farham Majid Ibrahim dan Zidane Najib Ibrahim yang
selalu mendoakan, menyayangi, dan memotivasi saya.
7. Kak Muhammad Huda Ardo Program Studi Farmasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah mengizinkan saya menggunakan
jaringan hepar tikus penelitiannya serta bimbingannya.
8. Afdalia Rani Nasution, Ikrima Wulanuri, Kharisna Afrida Aini, dan Latifa
Syifa Safitri teman-teman sepenelitian yang selalu menemani, memberi
semangat, dan masukan selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian.
9. Teman-teman Official CIMSA FK UIN SH, terutama Intan Aziz, Afdalia
Rani Nasution, Ahmad Fairuz, Shofa Samiroh, dan Reyfal Khaidar yang
selalu memberikan bantuan, motivasi, dan arahannya selama penelitian dan
penyusunan laporan penelitian.
10. Teman-teman CIMSA Indonesia, terutama Executive Board yang selalu
memberikan semangat dan doanya.
11. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Program Studi Kedokteran 2015 yang
saya sayangi.
12. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyusunan laporan
penelitian yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu.
Laporan penelitian ini tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan,
untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat saya
harapkan. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca.
Ciputat, 30 November 2018
Shiella Fauzia Krisnadi
viii
ABSTRAK
Shiella Fauzia Krisnadi, Program Studi Kedokteran, Pengaruh Pemberian
Ekstrak Sarang Burung Walet (Collocalia Fuciphaga) Terhadap Aktivitas
GOT/GPT Pada Hepar Tikus Sprague dawley. 2018
Latar belakang: Sarang burung walet mengandung gizi yang lengkap
diantaranya protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin, dan mineral.
Asam amino yang terkandung terdiri dari amino esensial dan non esensial.
Kandungan ini sebagai antioksidan eksogen yang mencegah kerusakan sel hepar
akibat radikal bebas, sehingga dapat menurunkan aktivitas GOT/GPT hepar.
Metode: Tikus diberi dosis ekstrak sarang burung walet putih (10, 20, dan 40
mg/KgBB) selama 32 hari. Kemudian masing-masing kelompok diinduksi H2O2
pada hari ke 31 dan hari ke 32. Sebagai parameter kerusakan hepar dilakukan
pemeriksaan GOT/GPT jaringan hepar. Hasil: Terjadi penurunan aktivitas
GOT/GPT pada kelompok perlakuan dengan dosis 10 mg/KgBB dibandingkan
kelompok normal dan kelompok positif. Simpulan: Pemberian ekstrak dengan
dosis 10 mg/KgBB memperlihatkan penurunan aktivitas GOT/GPT.
Kata kunci: GOT, GPT, Collacalia Fuciphaga, Antioksidan, Radikal bebas
ABSTRACT
Backgrounds: Edible Bird’s Nests contain complete nutrition such as protein, fat,
carbohydrates, calcium, phosphorus, vitamins, and minerals. The amino acids
contained, starting from essential and non-essential. This content is an exogenous
antioxidant that prevents free radical damage to the liver, so it can reduce the
levels of GOT/GPT. Method: Mice were given a dose of edible bird's nest extract
(10, 20, and 40 mg/KgBB) for 32 days. Then each group induced H2O2 on the 31st
and 32nd
days. As a parameter of liver damage, GOT/GPT of the liver tissue was
tested. Result: There was a decrease in GOT/GPT activity in the treatment group
with a dose of 10 mg/KgBB compared to the normal group and the positive group.
Conclusion: Giving extracts at a dose of 10 mg/KgBB showed a decrease in
GOT/GPT activity.
Keywords: GOT, GPT, Collacalia Fuciphaga, Antioxidants, Free radicals
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
LEMBAR JUDUL ..................................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiv
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................... xv
BAB 1 : PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3 Hipotesis ............................................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2
1.4.1.Tujuan Umum ............................................................................................. 2
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 3
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
2.1 Burung Walet Putih ............................................................................................. 4
2.2 Kandungan Sarang Burung Walet ...................................................................... 6
2.3 Anatomi Hepar .................................................................................................... 8
2.4 Histologi Hepar ................................................................................................... 9
2.4.1 Lobulus Hepar .......................................................................................... 9
2.4.2 Hepatosit ................................................................................................... 11
2.4.2.1 Bagian Apikal ......................................................................................... 11
x
2.4.2.2 Bagian Basolateral .................................................................................. 12
2.5 Fungsi Hepar ....................................................................................................... 12
2.6 Glutamic Oxaloacetic Transaminase dan Glutamic Pyruvic Transaminase ...... 13
2.7 Hidrogen Peroksida ............................................................................................. 14
2.8 Kerusakan Hepar ................................................................................................. 15
2.9 Kerangka Teori ................................................................................................... 18
2.10 Kerangka Konsep ................................................................................................ 19
2.11 Definisi Operasional ........................................................................................... 20
BAB 3 : METODE PENELITIAN ......................................................................... 21
3.1 Desain Penelitian .................................................................................................. 21
3.2 Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian ............................................................. 21
3.2.1 Tempat Penelitian ...................................................................................... 21
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................................ 21
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................................... 21
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................................... 23
3.4.1 Variabel Bebas ........................................................................................... 23
3.4.2 Variabel Terikat ......................................................................................... 23
3.5 Alat dan Bahan Penelitian .................................................................................... 24
3.5.1 Alat Penelitian ............................................................................................ 24
3.5.2 Bahan Penelitian ........................................................................................ 24
3.6 Cara Kerja Penelitian ........................................................................................... 24
3.6.1 Pembuatan Ekstrak Sarang Burung Walet dan Perhitungan Dosis ............ 24
3.6.2 Proses Terminasi dan Eksisi Tikus ............................................................ 25
3.6.3 Penimbangan Organ dan Pembuatan Homogenat ...................................... 25
3.6.4 Kadar Protein ............................................................................................. 26
3.6.5 Uji GOT ..................................................................................................... 26
3.6.6 Uji GPT ...................................................................................................... 27
3.6.7 Pembuatan Preparat Histologi dan Pewarnaan dengan HE ....................... 27
3.6.7.1 Dehidrasi ........................................................................................ 27
3.6.7.2 Clearing ......................................................................................... 28
3.6.7.3 Embedding ..................................................................................... 28
xi
3.6.7.4 Blocking ......................................................................................... 28
3.6.7.5 Pemotongan Jaringan ..................................................................... 29
3.6.7.6 Pewarnaan HE ............................................................................... 29
3.6.7.7 Foto Preparat ................................................................................. 31
3.6.8 Analisis Data .............................................................................................. 31
3.7 Alur Penelitian ..................................................................................................... 32
BAB 4: HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 33
4.1 Hasil Pengukuran Aktivitas GPT ........................................................................ 33
4.2 Hasil Pengukuran Aktivitas GOT ........................................................................ 34
4.3 Hasil Perbandingan Aktivitas GOT/GPT ............................................................. 35
BAB 5: SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 40
5.1 Simpulan .............................................................................................................. 40
5.2 Saran ..................................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 41
LAMPIRAN ............................................................................................................... 45
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Kandungan Asam Amino dari Sarang Burung Walet Putih 6
2.2 Kandungan Vitamin dari Sarang Burung Walet Putih ..7
3.1 Proses Pewarnaan Preparat 30
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Walet putih (Collocalia Fuciphaga) 5
2.2 Sarang walet putih (Collocalia Fuciphaga) . 5
2.3 Anatomi Hepar 9
2.4 Lobulus Hepar . 10
2.5 Struktur pada Lobulus Hepar 11
2.6 Struktur Hepatosit 12
2.7 Lokasi Enzim Transaminase 14
2.8 Cedera Sel yang Diperantai oleh Radikal Bebas 17
4.1 Grafik Aktivitas GPT Jaringan Hepar Tikus 33
4.2 Grafik Aktivitas GOT Jaringan Hepar Tikus 34
4.3 Grafik Perbandingan Aktivitas GOT/GPT 35
4.4 Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Preparat Hepar 39
6.1 Penimbangan sampel 49
6.2 Pembuatan homogenat 49
6.3 Uji Kadar Protein 49
6.4 Alat dan bahan uji GOT/GPT 49
6.5 Uji GOT/GPT 49
6.6 Pembuatan preparat histologi 49
6.7 Blocking 50
6.8 Pewarnaan HE 50
6.9 Foto Preparat 50
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil Determinasi 45
2 Hasil Perhitungan Rendemen Ekstrak Sarang Burung Walet 46
3 Perhitungan Volume Administrasi (VAO) 47
4 Proses Penelitian 49
5 Analisis Statistik Kadar GOT dan GPT Menggunakan SPSS 51
6 Identitas Penulis 54
7 Tabel hasil pengukuran kadar protein dan GOT/GPT 55
xv
DAFTAR SINGKATAN
ALT Alanine Transferase
ANOVA Analysisof Variance
ASH` Alcoholic Steato Hepatitis
AST Aspartate Transferase
CAT Katalase
DNA Deoxyribonucleate Acid
GOT Glutamate Oksaloasetat Transaminase
GPT Glutamate Piruvat Transaminase
GSH Glutathion
H2O2 Hidrogen Peroksida
HAD Hexadecenoic Acid
i.m. Intramuskular
Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
MDA Malondialdehid
NaCMC Natrium Carboxy Methyl Cellulose
NASH Non Alcoholic Steato Hepatitis
O2 Oksigen
O2-
Superoksida
ODA 9-Octadecenoic Acid
OH- Hidroksil
PBS Phospate Buffered Saline
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Superoksida Dismutase
WHO World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hepar merupakan kelenjar terbesar dan organ terpenting dalam tubuh untuk
homeostasis metabolisme dan detokfikasi zat toksik. Detokfikasi yang dilakukan
hepar yaitu dengan cara menetralisir dan mengeluarkan sisa metabolisme serta zat
xenobiotik. Kerja hepar sangat berat, oleh karena itu hepar rentan terhadap
kerusakan serta mudah mengalami gangguan. Gangguan ini biasanya disebabkan
oleh gangguan sistem metabolisme, zat-zat toksik, infeksi, ganguan sirkulasi, dan
neoplasma. Hepar akan mengeluarkan enzim GOT dan GPT sebagai parameter
kerusakan hepatoseluler, Oleh karena itu didapatkan peningkatan aktivitas enzim
tersebut pada kerusakan hepar. Zat-zat toksik yang sering menyebabkan
kerusakan hepar diantaranya zat yang masuk ke dalam tubuh seperti obat-obatan,
etanol, dan bahan kimia dari lingkungan, serta senyawa yang dihasilkan oleh
tubuh secara fisiologis hasil dari proses metabolisme. Salah satu hasil dari
metabolisme enzimatik yaitu hidrogen peroksida, dalam hepar dihasilkan melalui
reaksi oksidase. Hidrogen peroksida merupakan senyawa radikal bebas sehingga
tubuh secara normal akan mengatasi senyawa tersebut dengan antioksidan
endogen berupa enzim katalase dan glutathion.1
Selain antioksidan endogen yang terdapat dalam tubuh, diperlukan
antioksidan eksogen dari luar tubuh sebagai tambahan. Salah satu antioksidan
eksogen adalah vitamin, yang banyak terdapat pada bahan alami. Pemanfaatan
bahan-bahan alam sebagai obat tradisional saat ini sedang dikembangkan di
Indonesia. Obat tradisional dipercaya memiliki efek samping yang rendah
terhadap tubuh dan mudah diperoleh di lingkungan. Salah satu bahan alam yang
banyak dikonsumsi adalah sarang burung walet. Sarang walet terbentuk dari air
liur burung walet. Penduduk Cina selama ini sudah mengkonsumsi sarang burung
walet sebagai bahan makanan karena memiliki kandungan gizi tinggi dan
dipercaya sebagai obat. 1
2
Kandungan gizi sarang burung walet berupa protein, lemak, karbohidrat,
kalsium, fosfor, vitamin, dan mineral. Asam amino yang terkandung dalam sarang
walet meliputi asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino
dan vitamin dalam sarang burung walet dapat berfungsi sebagai stimulasi
pembentukan antioksidan endogen yang dapat menangkal radikal bebas serta
memiliki efek anti-inflamasi. Sarang burung walet memiliki kandungan 9-
octadecenoic acid (ODA) dan hexadecenoic acid (HAD). Zat ini digunakan oleh
tubuh untuk meningkatkan stamina.1
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian dilakukan untuk
mengetahui kemampuan sarang burung walet yang dapat melindungi hepar dari
kerusakan. Parameter kerusakan hepar dapat diukur melalui pengukuran aktivitas
enzim transaminase yaitu Glutamate Piruvat Transaminase (GPT) dan Glutamate
Oksaloasetat Transaminase (GOT).
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak sarang burung walet putih
(Collocalia Fuciphaga) terhadap aktivitas GOT/GPT hepar tikus Sprague dawley?
1.3. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah pemberian ekstrak sarang burung walet
(Collocalia Fuciphaga) dapat menurunkan aktivitas GOT/GPT hepar tikus
Sprague dawley.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak
sarang burung walet (Collocalia Fuciphaga) terhadap aktivitas GOT/GPT hepar
tikus Sprague dawley.
3
1.4.1 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui aktivitas GOT/GPT hepar tikus Sprague dawley pada
pemberian dosis ekstrak sarang burung walet (Collocalia Fuciphaga)
yang berbeda-beda (10, 20, 40 mg/KgBB).
2. Mengetahui gambaran histologi hepar tikus Sprague dawley setelah
pemberian ekstrak sarang burung walet (Collocalia Fuciphaga).
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini yaitu:
1. Mendapatkan informasi ilmiah mengenai pengaruh ekstrak burung walet
terhadap aktivitas GOT/GPT
2. Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai rujukan
penelitian selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Burung Walet Putih
Burung walet merupakan salah satu jenis burung pemakan serangga.
Populasi burung walet di Indonesia tersebar di berbagai daerah, bahkan, di pulau
terpencil pun terdapat burung walet. Semakin lama, populasi burung walet terus
berkembang terutama di daerah-daerah yang subur. Indonesia termasuk salah satu
negara penghasil dan pengekspor sarang walet yang terbanyak, yaitu mencapai
lebih dari 75% dari kebutuhan dunia.1
Sarang walet terbentuk dari air liur burung walet. Sarang walet sudah sejak
ratusan tahun yang lalu dikenal dan dikonsumsi oleh masyarakat, terutama etnis
Tionghoa. Sarang walet memiliki keunggulan, yaitu sebagai bahan makanan yang
memiliki kandungan gizi tinggi dan berkhasiat sebagai obat. Di Indonesia sarang
walet mulai dikenal pada tahun 1720. Gua Karang Bolong tercatat sebagai
penghasil sarang burung walet pertama yang sangat produktif.1
Spesies burung walet umumnya dibedakan berdasarkan ukuran tubuh, warna
bulu, dan bahan yang dipakai untuk membuat sarang. Burung walet putih
(Collocalia Fuciphaga) disebut demikian karena burung ini menghasilkan sarang
berwarna putih. Bulu burung walet ini berwarna cokelat kehitam-hitaman dengan
bulu bagian bawah berwarna keabuan atau cokelat dan bulu pada bagian ekor
sedikit memiliki celah. Burung walet putih berukuran sedang dengan panjang
tubuh sekitar 12 cm. Mata berwarna cokelat gelap, paruh hitam, dan kaki hitam.1
5
Gambar 2.1 Walet putih (Collocalia Fuciphaga)
Sumber: Johm M., dan Karen P., 2009.
Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi burung walet penghasil sarang
walet putih adalah sebagai berikut:1
Kingdom: Animal
Filum : Chordata
Subfilum : Vetebrata
Kelas : Aves
Ordo : Aodiformes
Famili : Apodidae
Genus : Aerodramus
Species : Collocalia fuciphaga
Gambar 2.2 Sarang walet putih (Collocalia fuciphaga)
Sumber: Panduan Lengkap Walet, 2009.
6
2.2 Kandungan Sarang Burung Walet
Hasil studi oleh Zainab H, et al (2013) yang telah dilakukan untuk
menganalisis nilai gizi dari sarang burung walet dari berbagai wilayah yaitu
Malaysia (Perlis dan Langkawi), Indonesia (Jawa dan Kalimantan), Thailand, dan
Filipina menunjukan salah satu komponen nutrisi utama dalam sarang burung
walet adalah protein. Kandungan protein dalam sarang burung walet dari lokasi
geografis yang berbeda memiliki nilai yang tidak berbeda secara signifikan yaitu
berkisar antara 59,8%-65,8%.15
Tabel 2.1 Kandungan Asam Amino dari Sarang Burung Walet Putih
(Collocalia fuciphaga)
Jenis Asam Amino Kadar (%)
L-Asam Aspartat 4,480
L-Serin 4,556
L-Asam Glutamat 3,647
Glisin 1,868
L-Histidin 2,309
L-Arginin 3,929
L-Treonin 3,819
L-Alanin 1,309
L-Prolin 3,637
L-Sistin Tidak Terdeteksi
L-Tirosin 3,918
L-Valin 3,931
L-Metionin 0,482
L-Lysin 2,343
L-Isoleusin 1,796
L-Leusin 3,839
L-Phenil Alanin 4,486
7
Sarang walet mengandung gizi yang lengkap dan tinggi. Walet mengandung
kalori, protein (42-63%), lemak (0,14-1,28%), karbohidrat (10,63-27,26%),
vitamin, dan mineral. Asam amino yang terkandung dalam sarang walet terbilang
lengkap, mulai dari asam amino esensial dan asam amino non esensial.1,16
Berdasarkan penelitian oleh Lina Elfita (2014), dalam analisa protein dan asama
amino yang terkandung dalam sarang burung walet asal Painan didapatkan asam
amino yang cukup lengkap yaitu 16 asam amino seperti yang tampak pada Tabel
2.1, diantaranya terdapat 7 asam amino esensial yaitu histidin, leusin, treonin,
valin, metionin, isoleusin, fenil alanine dan ada 9 asam amino non esensial yaitu
asam serin, aspartate, arginin, lisin, prolin, asam glutamat, glisin, alanin, tirosin.5
Selain itu, burung walet juga memiliki kandungan vitamin.16
Seperti yang
tampak pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Kandungan Vitamin dari Sarang Burung Walet Putih (Collocalia
fuciphaga)
Jenis Vitamin Kadar
Vitamin A 2,57-30,40 IU/mg
Vitamin D 60-1280 IU/mg
Vitamin C 0,12-29.30 mg/100 g
Berdasarkan kandungan tersebut, sarang burung walet terbukti memiliki
kandungan antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda,
memperlambat, dan mencegah proses oksidasi molekul dengan cara mendonorkan
satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas
senyawa tersebut dapat dihambat. Secara alami sistem antioksidan tubuh sebagai
mekanisme perlindungan terhadap serangan radikal bebas, telah ada didalam
tubuh. Ada dua macam antioksidan yaitu antioksidan endogen dan eksogen.
Antioksidan endogen adalah antioksidan yang diproduksi oleh tubuh sendiri
secara alami, tetapi kemampuan dan jumlah terbatas. Kerusakan akibat radikal
bebas dalam tubuh pada dasarnya bisa diatasi oleh antioksidan endogen seperti
enzim catalase, glutathione peroxidase, superoxide dismutase, dan glutathione S-
8
transferase. Tetapi jika senyawa radikal bebas berlebih dalam tubuh atau melebihi
batas kemampuan proteksi antioksidan seluler, maka dibutuhkan antioksidan
tambahan dari luar atau antioksidan eksogen untuk menetralkan radikal yang
terbentuk.39
Penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan antioksidan yang
terkandung dalam sarang burung walet telah banyak dilakukan, diantaranya
adalah penelitian oleh Zhang Yida, et al (2014), dalam penelitian in vitro ini
sampel sarang burung walet yang telah dicerna melalui usus simulasi terjadi
peningkatan aktivitas antioksidan bahkan saat diinduksi H2O2. Hal ini
menunjukkan bahwa antioksidan yang terkandung akan dikeluarkan dari ikatan
matriks setelah dicerna.43
Penelitian lain oleh Hu Q, et al (2012) ekstrak sarang
burung walet dapat meningkatkan aktivitas enzim SOD dan katalase secara
signifikan dan menurunkan kadar MDA (P <0.01).44
2.3 Anatomi Hepar
Hepar adalah kelenjar terbesar dengan berat sekitar 1,5 kg atau sekitar 2%
berat tubuh orang dewasa, berwarna merah kecokelatan yang terletak di inferior
diafragma, memenuhi hampir seluruh region hipokondria dan epigastrium. Hepar
dilapisi oleh kapsul fibrosa dan lapisan peritoneum visceral, terdiri dari empat
lobus yang dipisahkan oleh ligament yaitu lobus dextra, lobus sinistra, lobus
quadratus dan lobus caudatum.12
9
Gambar 2.3 Anatomi Hepar
Sumber: Netter, Frank H, 2014.
2.4 Histologi Hepar
2.4.1 Lobulus Hepar
Hepar tersusun atas unit-unit fungsional yang dikenal sebagai lobulus, yaitu
susunan jaringan berbentuk heksagonal mengelilingi satu vena sentral. Di setiap
enam sudut luar lobulus terdapat tiga pembuluh: cabang arteri hepatika, cabang
vena porta hepar, dan duktus biliaris. Darah dari cabang arteri hepatika dan vena
10
porta mengalir dari perifer lobulus ke ruang kapiler luas yang disebut sinusoid
yang berjalan di antara jejeran sel hepar ke vena sentral. 12, 27
Gambar 2.4 Lobulus Hepar
Sumber: Robbert B. T., dan Ronald S. G., 2009.
Sel kupffer melapisi bagian dalam sinusoid untuk menangkap dan
menghancurkan sel darah merah dan bakteri yang melewatinya. Hepatosit-
hepatosit tersusun atas sinusoid dalam lempengan-lempengan yang tebalnya dua
sel, sehingga masing-masing tepi lateral ke sinusoid hepar. Vena sentral di semua
lobulus hepar menyatu untuk membentuk vena hepatika, yang mengalirkan darah
keluar dari hepar. Saluran tipis pengangkut empedu, kanalikulus biliaris, berjalan
di antara sel-sel didalam setiap lempeng hepar. Hepatosit secara terus-menerus
mengeluarkan empedu kedalam saluran tipis ini dan mengangkut empedu ke
duktus biliaris di tepi lobulus. 12, 13
11
Gambar 2.5 Struktur pada Lobulus Hepar
Sumber: Robbert B. T., dan Ronald S. G., 2009.
2.4.2 Hepatosit
Hepatosit adalah sel polihedral besar, diameternya sekitar 20-30 µm, dan
tersusun rapat membentuk lempeng yang saling beranastomosis, dengan ketebalan
satu sel. Hepatosit tersusun sedemikian sehingga tiap sel tidak hanya berkontak
dengan hepatosit lain, tetapi juga membatasi celah disse. Jadi, hepatosit
mempunyai bagian basolateral dan bagian apikal. 12, 13
2.4.2.1 Bagian Apikal
Bagian apikal membran sel hepatosit melapisi ruang antar sel yang
disebut kanakuli biliaris. Kanakuli biliaris diameternya 1 sampai 2 µm, bentuknya
rumit seperti labirin, dan merupakan saluran tempat mengalirnya empedu dari
hepatosit ke bagian perifer lobulus klasik hepar. Kebocoran empedu dari kanakuli
dicegah oleh taut kedap (tight junction) diantara sel hati yang berdempetan. 27
12
2.4.2.2 Bagian Basolateral
Bagian basolateral hepatosit mempunyai mikrovili yang menjulur ke
dalam celah disse, diperkirakan bahwa mikrovili meningkatkan luas permukaan
sebanyak 6 kali, sehingga memudahkan pertukaran bahan antara hepatosit dan
plasma dalam ruang perisinusoidal. Membran plasma disini kaya akan reseptor
manosa-6-fosfat, Na+,
K+-ATPase, dan adenilat siklase, karena disinilah sekresi
endrokrin hepatosit dikeluarkan ke dalam sinusoid, dan bahan dalam darah
diangkut ke dalam sitoplasma hepatosit. 27
2.5 Fungsi Hepar
Hepar memiliki fungsi sebagai penyaring antara darah yang datang dari
tubuh. Darah dari saluran pencernaan, limpa, dan pankreas mencapai hepar
melalui vena porta. Darah ini mengalir di dalam sinusoid-sinusoid di antara
lempeng-lempeng hepatosit dan akhirnya mengalir ke vena-vena hepar, yang
masuk ke vena kava inferior. Sewaktu melalui lempeng hepatosit, darah
mengalami modifikasi kimiawi yang ekstensif. Terbentuk empedu di sisi lain dari
tiap-tiap lempeng. Empedu mengalir ke saluran pencernaan melalui duktus
hepatikus.27
Gambar 2.6 Sktruktur Hepatosit
Sumber: Robbert B. T., dan Ronald S. G., 2009.
13
Hepar juga melakukan berbagai fungsi yang tidak berkaitan dengan sistem
pencernaan, diantaranya memetabolisme senyawa utama nutrient (karbohidrat,
protein, dan lemak) setelah senyawa ini diserap dari saluran pencernaan;
mendetokfikasi atau menguraikan zat sisa tubuh, hormon, obat, dan senyawa lain;
membentuk protein plasma, temasuk protein yang mengangkut hormon steroid
dan tiroid serta kolesterol dalam darah; menyimpan glikogen, lemak, besi,
tembaga, dan banyak vitamin; serta mengaktifkan vitamin D, yang dilakukan
hepar bersama dengan ginjal.25
2.6 Glutamic Oxaloacetic Transaminase dan Glutamic Pyruvic Transaminase
GOT dan GPT merupakan enzim yang mengkatalis, mentransfer α-amino
dari grup aspartate atau alanine ke α-keto dari grup asam ketoglutarat untuk
menghasilkan oksaloasetat dan asam piruvat yang berkelanjutan, yang mana
sangat penting pada siklus asam sitrat di dalam pembentukan ATP. Cara kerja
enzim GOT :10
Aspartat + α ketoglutarat Oksaloasetat + Glutamat
GPT juga merupakan suatu enzim hepar yang berperan penting dalam
metabolism asam amino dan glukoneogenesis. Kerja enzim GPT:
Alanin + α ketoglutarat Piruvat + Glutamat
GOT dan GPT merupakan enzim yang terdapat dalam jaringan tubuh,
keberadaan enzim ini adalah didalam seluler walaupun berbeda tempat, namun
ketika terjadi cedera pada tingkat seluler baik akut maupun kronik maka kedua
enzim ini akan dikeluarkan. Hepar merupakan organ penting untuk detoksifikasi
dan metabolisme, dan semua obat-obatan menuju hepar. Oleh karena itu, hepar
lebih rentan terhadap kerusakan akibat stres oksidatif. Pada kerusakan hepar akut
maupun kronis akan menyebabkan peningkatan kadar aminotransferase. AST
(Aspartat transaminase) atau yang biasa disebut GOT (Glutamic Oxaloacetic
Transaminase) dapat ditemukan pada jantung, otot skelet, ginjal, otak, dan sel
darah merah selain terdapat di hepar. Sedangkan ALT (Alanine transferase) atau
yang biasa disebut GPT (Glutamic Pyruvic Transaminase) memiliki konsentrasi
yang rendah di otot rangka dan ginjal, peningkatan kadar GPT oleh karena itu,
14
lebih spesifik untuk kerusakan hepar.41
Pada konsentrasinya di sel hepar GPT
berada pada membrane plasma dimana aktivitasnya di hepar lebih tinggi daripada
di serum. Sedangkan GOT bisa terdapat pada sitosol dan mitokondria (80% total
aktivitas).41
Gambar 2.7 Lokasi Enzim Transaminase
Sumber: Richaard A. M., dan Matthew R. P, 2011
2.7 Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 merupakan senyawa kimia
anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. Hidrogen peroksida sebenarnya
bukan suatu radikal tetapi merupakan zat pengoksidasi.28
ROS dibentuk dalam jumlah kecil pada semua sel selama reaksi reduksi-
oksidasi yang terjadi selama proses respirasi mitokondria dan pembentukan
energi. Pada proses ini molekul oksigen akan berkurang di mitokondria karena
terjadinya penambahan empat electron untuk menghasilkan air. Namun, reaksi ini
tidak lengkap, dan sejumlah kecil toksin yang sangat reaktif akan dibentuk ketika
oksigen menurun secara parsial. Hasil sementara ini termasuk superoksida, yang
akan diubah menjadi hydrogen peroksida secara spontan dengan pengaruh enzim
superoksida dismutase. Hidrogen peroksida lebih stabil dari superoksida dan dapat
15
melalui membran biologis. Adanya unsur logam, misalnya Fe2+
, maka H2O2
diubah menjadi hidroksil radikal yang amat reaktif melalui reaksi fenton.28
Apabila produksi ROS ini meningkat atau sistem yang menetralisir tidak
efektif, akibatnya ialah terjadi penumpukan radikal bebas, sehingga terjadi
keadaan yang disebut stres oksidatif. Namun, sel juga berusaha untuk membentuk
berbagai mekanisme untuk menghilangkan radikal bebas dan dengan demikian
akan mengurangi kerusakan sel. Radikal bebas tidak stabil akan rusak dengan
sendirinya. Selain itu, terdapat sistem enzim dan nonenzim yang berperan
sehingga radikal bebas menjadi nonaktif, diantaranya ialah:2
Peroksidase glutathione (GSH) merupakan kelompok enzim yang
mempunyai tugas utama melindung sel dari kerusakan oksidatif dengan
melakukan katabolisme H2O2 melalui reaksi:
2 GSH + H2O2 GS-SG + 2 H2O
Katalase ditemukan pada peroksisom, melakukan katabolisme hydrogen
peroksida melalui reaksi:
H2O2 O2 + 2 H2O
Antioksidan endogen dan eksogen misalnya Vitamin E, A, dan C dapat
menghalangi pembentukan radikal bebas.
2.8 Kerusakan Hepar
Kerusakan hepar umumnya terjadi karena iskemia akibat ganguan sirkulasi;
peningkatan jumlah beberapa zat kimia yang dapat menggangu permeabilitas
membran sel; infeksi; reaksi imunologi (autoimun); faktor genetik; agen fisis
seperti trauma, radiasi; dan proses penuaan.2
Kerusakan tersering akibat akumulasi dari zat kimia. Mekanisme kerusakan
hepar dapat terjadi secara langsung oleh sifat toksik dari zat tersebut, melalui
konversi xenobiotik menjadi toksin yang aktif, atau melalui mekanisme reaksi
imun, seperti aktivitas obat atau metabolit obat yang berperan sebagai hapten
yang akan mengubah protein dalam sel menjadi zat imunogen. Reaksi yang terjadi
dipengaruhi oleh dosis dan cara pemberian. 2
16
Selain itu, kerusakan juga dapat diakibatkan oleh pembentukan Reactive
Oxygen Species (ROS) yang terjadi selama proses respirasi mitokondria dan
pembentukan energi. Reactive Oxygen Species (ROS) ialah radikal bebas yang
berasal dari oksigen. Radikal bebas adalah suatu atom yang memiliki sebuah
elektron tidak berpasangan di orbital sebelah luar. Zat ini sangat reaktif, dan dapat
menyebabkan reaksi berantai dengan mengambil sebuah elektron dari molekul di
dekatnya untuk melengkapi orbitalnya sendiri.39
ROS menyebabkan kerusakan
sel melalui tiga reaksi utama, yaitu melalui ikatan rangkap pada membran lemak
polyunsaturated menyebabkan peroksidasi lemak, reaksi silang pada protein
sehingga terjadi peningkatan degradasi atau hilangnya aktivitas enzim, dan
bersama tin min pada DNA inti sel dan mitokondria menyebabkan kerusakan
DNA. 2
Kerusakan sel yang diperantai oleh ROS seperti superoksida dan hidroksil
menyebabkan peroksidasi lemak di membran sel, mitokondria, inti, dan retikulum
endoplasma. Peningkatan permeabilitas sel menyebabkan masuknya Ca2+
, yang
menyebabkan kerusakan mitokondria lebih lanjut. Gugus sulfihidril sistein dan
residu asam amino pada protein mengalami oksidasi dan degradasi. DNA inti dan
mitokondria mengalami oksidasi, sehingga terjadi pemutusan rantai dan oleh
karena itu bertindak sebagai inisiator atau promotor karsinogenesis.40
(Gambar
2.8).28
17
Gambar 2.8 Kerusakan Sel yang diperantai oleh Radikal Bebas
Sumber: Robert K. M, et al, 2009
Sebagai pertahanan garis pertama antioksidan enzimatik dan non-
enzimatik sangat penting untuk respon seluler dalam menghadapi stress oksidatif
dalam kondisi fisiologis. Oleh karena itu, enzim antioksidan seperti CAT, SOD,
dan GSH digunakan sebagai parameter untuk mengevaluasi tingkat stress
oksidatif. Konsumsi antioksidan yang sesuai dari sumber alami dapat bermanfaat
dalam melawan radikal bebas. 40
18
2.9 Kerangka Teori
Parameter kerusakan:
Aktivitas GOT dan
GPT pada hepar
Radikal superoksida
O2- mengalami
dismutase oleh SOD
menjadi H2O2
Radikal Bebas
Eksogen
Apabila terjadi
ketidak seimbangan
antara antioksidan
dan radikal bebas,
akan menimbulkan
stress oksidatif
Hepar sebagai pusat
metabolisme dan
detoksifikasi zat
Radikal Bebas
Endogen
Rantai transport
elektron mitokondria
membentuk radikal
superoksida O2-
H2O2 diubah oleh
antioksidan enzimatis
menjadi menjadi H2O
memperbaiki
kerusakan
biomolekul dan
menangkap
(scavenger free
radical) sehingga
radikal bebas tidak
beraksi dengan
komponen seluler
Rentan terhadap
kerusakan dan
gangguan fungsi
Ekstrak sarang
burung wallet
Sisa hasil
metabolisme selular
Zat-zat toksik seperti
obat-obatan, etanol
Agen infeksi
seperti virus,
bakteri
Asam amino esensial
lengkap
Vitamin A, D, dan C
Stimulasi
pembentukan
antioksidan endogen
Penyusun protein
enzim
19
2.10 Kerangka Konsep
↓ kadar GOT dan
GPT pada hepar
Ekstrak sarang
burung walet putih Radikal Bebas
Eksogen berupa
induksi H2O2 pada
tikus
Radikal bebas tidak
beraksi dengan komponen
seluler
Antioksidan
eksogen
vitamin A, C,
dan D
Asam amino
esensial
Kerusakan jaringan
berkurang
Stimulasi
antioksidan
endogen
Penyusun
protein enzim
20
2.11 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Alat ukur Cara Pengukuran Skala
Pengukuran
1. Glutamic
Oxaloacetic
Transaminase
(GOT)
Enzim yang ada
pada sitosol dan
mitokondria
hepar, yang juga
banyak terdapat
pada jantung dan
otot rangka.
Enzim ini bekerja
dengan
mengkatalis
perpindahan satu
gugus amino dari
aspartat ke alfa
ketoglutarat untuk
menghasilkan
oksaloasetat dan
glutamat.
Alat
spektro-
fotometer
Homogenat
dicampurkan dengan
reagen 1 dan reagen
2 GOT yang terdapat
pada KIT lalu dibaca
absorbannya pada
panjang gelombang
340 nm pada menit
ke 1, 2, dan 3
Numerik
2. Glutamic
Pyruvic
Transaminase
(GPT)
Enzim yang ada
pada membrane
plasma hepar,
yang akan
dikeluarkan saat
terjadi kerusakan
pada jaringan
tersebut. Enzim
ini bekerja
dengan
mengkatalis
perpindahan satu
gugus amino dari
alaninaspartate ke
alfa ketoglutarat
untuk
menghasilkan
piruvat dan
glutamate.
Alat
spektro-
fotometer
Homogenat
dicampurkan dengan
reagen 1 dan reagen
2 GPT pada KIT lalu
dibaca absorbannya
pada panjang
gelombang 340 nm
pada menit ke 1, 2,
dan 3.
Numerik
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari saudara Muhammad Ardo Huda,
Mahasiswa Farmasi angkatan 2014. Tahap menentukan populai dan sampel,
pembuatan ekstrak burung walet dan perhitungan dosis, serta terminasi dan eksisi
pada tikus dilakukan oleh saudara Muhammad Ardo Huda (2016). Selanjutnya
tahap penimbangan jaringan hepar, pembuatan homogenat, pengukuran
GOT/GPT, dan pembuatan jaringan hepar saya lakukan pada penelitian ini.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembuatan homogenat hepar dan
pemeriksaan GOT/GPT dilakukan di laboratorium biokimia, pembuatan preparat
gambaran jaringan hepar dilakukan di laboratorium Histologi.
3.2.2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan selama lima bulan yaitu dari bulan Februari 2018
hingga bulan Juli 2018.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel berupa jaringan hepar tikus Sprague
dawley yang telah dibekukan. Sampel diperoleh dari penelitian sebelumnya oleh
kelompok riset Muhammad Huda Ardo tahun 2017. Penelitian tersebut
menggunakan tikus jantan galur Sprague dawley yang berusia 5-6 minggu dengan
kondisi sehat dengan berat 150-300 gram. Hewan uji diperoleh dari Animal
Facility and Modelling Provider Institut Pertanian Bogor. Jumlah hewan uji yang
digunakan sebanyak 15 ekor.
21
22
Hewan uji dikelompokkan dalam lima kelompok perlakuan yang masing-
masing kelompok terdiri dari tiga ekor tikus yaitu kelompok normal, kelompok
positif, kelompok dosis rendah, kelompok dosis sedang, dan kelompok dosis
tinggi. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah organ hepar dari tikus.
Untuk menentukan jumlah sampel pada setiap kelompok penelitian,
digunakan rumus MEAD sebagai berikut:
10 = (N-1) – 0 – (5-1) 20 = (N-1) – 0 – (5-1)
N = 10 + 1 + 4 N = 20 + 1 + 4
= 15 sampel = 25 sampel
Ketarangan:
E : Derajat kebebasan komponen kesalahan (10 – 20)
N : Jumlah Sampel (dikurangi 1)
B : Blocking component menggambarkan pengaruh lingkungan yang
diperbolehkan dalam penelitian (dikurangi 1)
T : Jumlah kelompok perlakuan (dikurangi 1)
Berdasarkan perhitungan rumus MEAD diatas, jumlah sampel berada di
rentang 15-25 sampel. Pada penelitian ini, menggunakan 15 sampel (hewan
percobaan) yang akan dikelompokan kedalam lima kelompok penelitian, sehingga
masing-masing kelompok perlakuan terdiri dari tiga hewan percobaan.
Kelompok penelitian yaitu:
Kelompok Normal
Pada kelompok ini diberikan NaCMC 0,5% sebanyak 10 ml/KgBB secara oral
dengan alat sonde selama 32 hari dan pada hari ke-31 dan ke-32 diberi H2O2
1% dengan dosis 1,0 mg/kgBB secara intraperitonial.
Kelompok Kontrol Positif
E = N – B - T
23
Pada kelompok ini diberikan vitamin E sebanyak 1000 IU, 4,08 ml/g secara
oral selama 32 hari dan pada hari ke-31 dan ke-32 diberi H2O2 1% dengan
dosis 1,0 mg/kgBB secara intraperitonial.
Kelompok Perlakuan Dosis Rendah
Pada kelompok ini diberikan ekstrak sarang burung walet dengan dosis 10
mg/KgBB dalam larutan NaCMC 0,5% secara oral selama 32 hari dan pada
hari ke-31 dan ke-32 diberi H2O2 1% dengan dosis 1,0 mg/kgBB secara
intraperitonial.
Kelompok Perlakuan Dosis Sedang
Pada kelompok ini diberikan ekstrak sarang burung walet dengan dosis 20
mg/kgBB dalam larutan NaCMC 0,5% secara oral selama 32 hari dan pada hari
ke-31 dan ke-32 diberi H2O2 1% dengan dosis 1,0 mg/kgBB secara
intraperitonial
Kelompok perlakuan dosis tinggi
Pada kelompok ini diberikan ekstrak sarang burung walet dengan dosis 40
mg/kgBB dalam larutan NaCMC 0,5% secara oral selama 32 hari dan pada hari
ke-31 dan ke-32 diberi H2O2 1% dengan dosis 1,0 mg/kgBB secara
intraperitonial.
3.4. Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian ekstrak sarang burung
walet (Collocalia fuciphaga ) secara peroral.
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kadar dari enzim
aminotransferase (GOT dan GPT) pada hepar tikus putih jantan galur Sprague
dawley.
24
3.5. Alat dan Bahan Penelitian
3.5.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cooler box, cutter,
timbangan analitik, microtube, beaker glass, mikropipet, disposable micropipette
tips, spatula, tabung reaksi, rak tabung reaksi, kuvet, spektofotometer, NanoDrop
spectrophotometer, sentrifuge, wadah kaca bertutup, pinset, beaker glass, gelas
ukur, embedding cassette, stopwatch, inkubator, hotplate stirrer, paraffin water
bath, rotary microtome, kuas, object glass, cover glass, staining jar, slide warmer,
dan mikroskop.
3.5.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah es batu, larutan PBS
7,4; reagen GOT dan GPT yang terdapat dalam kit pemeriksaan, alcohol swab,
sampel berupa homogenat jaringan hepar, label, aquabidest, tissue, formalin 10%
dalam PBS 7,4, alkohol 30%, alkohol 50%, alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol
90%, alkohol 95%, alkohol absolut, toluol alkohol 1:1, toluol murni, toluol
paraffin 1:1, paraffin cair, es batu, gliserin, putih telur ayam, aquadest, xylol, asam
alkohol, Hematoksilin-Eosin (HE), dan canada balsam.
3.6 Cara Kerja Penelitian
3.6.1 Pembuatan Ekstrak Sarang Burung Walet dan Perhitungan Dosis
Sampel sarang burung walet putih (Collocalia Fuciphaga) diperoleh dari
Painan, Sumatra Barat, kemudian dideterminasi di Laboratorium Omithologi,
Puslit Biologi Bidang Zoologi LIPI Kebon Raya, Bogor, Jawa Barat (Lampiran
1). Pembuatan ekstrak sarang burung walet diawali dengan penyiapan sarang
burung walet, yaitu pertama-tama sarang dibersihkan dari bulu burung walet yang
menempel dengan menggunakan pinset. Kemudian dibersihkan kembali dengan
air mengalir selama ± 5 menit dan selanjutnya dikeringkan pada suhu ruangan.
Setelah bersih dan kering, sampel ditimbang dan dihaluskan menggunakan
blender, didapatkan sebanyak 511 gram serbuk sarang burung Walet yang
kemudian sebanyak 150 gram dilarutkan dalam aqua bidestilata (1 gram dalam 30
ml). Setelah itu, dipanaskan pada suhu 60oC selama 30 menit dan dihomogenkan
dengan kecepatan 800 rpm selama 15 menit. Setelah sampel homogen,
25
disonifikasi selama 30 menit dan disaring untuk memisahkan ampas dengan filtrat
dengan menggunakan dua lapis kain kasa. Filtrat dikeringkan dengan metode
freeze dry, didapatkan ekstrak sarang burung walet sebanyak 26,607 gram
(Lampiran 2).
Dosis yang digunakan pada penelitian ini dibedakan dalam tiga dosis
perlakuan yaitu kelompok perlakuan dengan dosis rendah yaitu 10 mg/KgBB,
kelompok perlakuan dengan dosis sedang yaitu 20 mg/KgBB, dan kelompok
perlakuan dengan dosis tinggi yaitu 40 mg/KgBB. Selanjutnya disuspensikan
dalam Na CMC 0,5% sesuai dosis yang telah ditentukan (Lampiran 3). Ekstrak
sarang burung walet diberikan pada kelompok hewan percobaan yang telah
ditentukan secara oral selama 32 hari.
3.6.2 Proses Terminasi dan Eksisi Tikus
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
galur Sprague dawley yang sehat. Setelah diberikan perlakuan selama 32 hari,
tikus diterminasi menggunakan pembiusan secara inhalasi dengan eter. Tikus
dimasukkan ke dalam wadah yang dilapisi kapas yang sebelumnya telah dibasahi
dengan eter, lalu dibiarkan hingga tikus mati. Tikus yang telah mati kemudian
dinekropsi dan diambil organ heparnya. Organ hepar yang telah diambil
dimasukkan ke dalam wadah dan disimpan di dalam freezer dengan suhu -70ᵒ C di
Laboratorium Farmakologi.
3.6.3 Penimbangan Organ dan Pembuatan Homogenat
Jaringan hepar yang sebelumnya disimpan dalam freezer dengan suhu -70o
C di Laboratorium Farmakologi, ditimbang berat totalnya untuk setiap sampel.
Selanjutnya dipotong kecil dan ditimbang kira-kira didapatkan 0,05 gram untuk
setiap sampel. Jaringan kemudian dimasukkan kedalam microtube dan
ditambahkan larutan PBS 7,4 perlahan-lahan sambil dilumatkan menggunakan
spatula, larutan PBS 7,4 yang ditambahkan sampai memenuhi satu microtube (1
ml). Sebagian jaringan yang tersisa dipotong sedikit bagiannya dan dilakukan
fiksasi jaringan dengan dimasukkan kedalam larutan formalin 10% dalam PBS,
jaringan harus terendam seluruhnya pada larutan. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan histologi hepar.
26
3.6.4 Kadar Protein
Masing-masing sampel yang terdapat dalam microtube dilakukan
sentrifugasi selama 1 menit dalam kecepatan 240 rpm. Setelah itu, ambil
supernatan sebanyak 5 µl menggunakan mikropipet ke dalam microtube baru yang
telah diberi label.
NanoDrop Spectrophotometer dinyalakan, pilih tipe pengukuran sampel
(protein A280). Selanjutnya, sebanyak 1 µl aquabidest dimasukakan sebagai blank
ke pedestal bagian bawah, lengan pedestal perlahan-lahan diturunkan dan klik
blank icon. Kemudian sebanyak 1 µl larutan PBS 7,4 dimasukkan ke pedestal,
sebelumnya bersihkan terlebih dahulu pedestal yang telah diberi aquabidest
dengan menggunakan tissue. Masukan sampel homogenat hepar sebanyak 1 µl
menggunakan mikropipet ke pedestal, lalu ukur nilai protein yang terkandung
dengan menekan tombol measure. Pedestal kemudian dibersihkan menggunakan
tissue. Lakukan hal yang sama untuk seluruh sampel.
3.6.5 Uji GOT
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan DiaSys Kit, terdapat dua
reagen yang digunakan. Reagen 1 berisi TRIS buffer pH 7,15, L-Alanin, dan
lactate dehydrogenase, sedangkan reagen 2 berisi 2-Oxoglutarate dan NADH.
Homogenat hepar diambil menggunakan mikropipet sebanyak 100 µl kedalam
tabung pemeriksaan yang telah diberi label. Reagen 1 diambil sebanyak 1000 µl
menggunakan mikropipet ke dalam tabung reaksi tersebut, campurkan perlahan
dan diamkan selama 5 menit pada suhu ruangan. Setelah itu, reagen 2 diambil
sebanyak 250 µl ke dalam tabung reaksi menggunakan mikropipet, campurkan
perlahan dan diamkan selama satu menit pada suhu ruangan. Masukan larutan
yang terdapat dalam tabung reaksi ke dalam kuvet dan baca absorbansi
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 340 nm, lakukan
pembacaan lagi setelah 1 menit, 2 menit, dan 3 menit berikutnya. Masing-masing
sampel dilakukan secara duplo.
27
3.6.6 Uji GPT
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan DiaSys Kit, terdapat dua
reagen yang digunakan. Reagen 1 berisi TRIS buffer pH 7,5, L-Alanin, dan lactate
dehydrogenase, sedangkan reagen 2 berisi 2-Oxoglutarate dan NADH.
Homogenat hepar diambil menggunakan mikropipet sebanyak 100 µl kedalam
tabung pemeriksaan yang telah diberi label. Reagen 1 diambil sebanyak 1000 µl
menggunakan mikropipet ke dalam tabung reaksi tersebut, campurkan perlahan
dan diamkan selama 5 menit pada suhu ruangan. Setelah itu, reagen 2 diambil
sebanyak 250 µl ke dalam tabung reaksi menggunakan mikropipet, campurkan
perlahan dan diamkan selama satu menit pada suhu ruangan. Masukan larutan
yang terdapat dalam tabung reaksi ke dalam kuvet dan baca absorbansi
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 340 nm, lakukan
pembacaan lagi setelah 1 menit, 2 menit, dan 3 menit berikutnya. Masing-masing
sampel dilakukan secara duplo.
3.6.7 Pembuatan Preparat Histologi dan Pewarnaan dengan Hematoksilin-
Eosin
3.6.7. 1 Dehidrasi
Proses dehidrasi adalah proses yang bertujuan untuk menarik molekul air
dari dalam suatu jaringan, agar paraffin yang nantinya diberikan dapat masuk
kedalam jaringan. Dalam penelitian ini dilakukan dehidrasi dengan menggunakan
etanol atau alcohol, dilakukan menggunakan alkohol dengan konsentrasi dari
rendah ke tinggi yaitu secara berurutan 30%, 50%, 70%, 80%, 90%, 95%, dan
alkohol absolut. Masing-masing alkohol dengan konsentrasi yang telah
ditentukan dimasukan kedalam tiga buah wadah kaca bertutup yang telah diberi
label perlakual I, perlakuan II, dan perlakuan III (tiga kali pengulangan
perlakuan), volumenya sebanyak 10x volume jaringan. Jaringan yang telah
difiksasi menggunakan formalin 10% dengan PBS 7,4 dikeluarkan dan dimasukan
secara bergantian kedalam wadah kaca yang telah berisi alkohol dengan
konsentrasi berbeda. Dilakukan dari konsentrasi terendah yaitu alkohol 30%
sampai dengan konsentrasi tertinggi yaitu alkohol absolut, masing-masing selama
20 menit. Dehidrasi yang terlalu lama khususnya alkohol konsentrasi tinggi dapat
memperkeras jaringan.
28
3.6.7. 2 Clearing
Proses clearing bertujuan untuk menghilangkan alkohol yang ada di
dalam jaringan setelah dilakukannya proses dehidrasi. Proses ini membuat
jaringan jernih dan transparan agar dapat lebih mudah teridentifikasi di
mikroskop. Bahan yang digunakan yaitu campuran toluol-alkohol dengan
perbandingan 1:1 dan toluol murni. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam
wadah kaca bertutup. Jaringan yang telah dilakukan proses dehidrasi dimasukkan
kedalam wadah yang telah berisi toluol-alkohol selama 25 menit, selanjutnya
dimasukkan kedalam toluol murni selama 60 menit sampai jaringan transparan.
3.6.7. 3 Embedding
Proses Embedding bertujuan untuk menghilangkan cairan dalam jaringan
saat proses clearing untuk kemudian digantikan dengan paraffin. Bahan yang
digunakan adalah campuran toluol-parafin dengan perbandingan 1:1 dan paraffin
cair. Toluol-parafin dicairkan terlebih dahulu dalam inkubator, setelah itu jaringan
yang telah selesai dilakukan clearing dimasukkan kedalam wadah yang telah
berisi toluol paraffin, diamkan selama semalaman dalam suhu 60oC di dalam
inkubator. Keesokan harinya, jaringan dimasukkan kedalam wadah yang berisi
paraffin cair yang sebelumnya telah dicairkan terlebih dahulu. Parafin cair
sebanyak empat buah wadah kaca yang telah diberi label perlakuan I, perlakuan
II, perlakuan III, dan perlakuan IV (empat kali pengulangan perlakuan). Waktu
yang dibutuhkan untuk jaringan masuk kedalam masing-masing larutan paraffin
selama 15 menit dan dilakukan dalam inkubator.
3.6.7.4 Blocking
Blocking adalah proses penanaman jaringan dalam paraffin.Sebelum
melakukan proses ini, biji paraffin dicairkan dengan menggunakan wadah diatas
hotplatestirrer, sambil menunggu paraffin cair. Siapkan kotak penanaman dengan
menggunakan karto atau calendar bekas, ukuran disesuaikan dengan embedding
casette. Setelah paraffin cair, tuang paraffin cair tersebut kedalam masing-masing
wadah yang telah dibuat menggunakan karton, kemudian jaringan direndam
29
kedalam paraffin cair. Embedding cassette diletakkan diatasnya, paraffin cair
dituang kembali untuk merekatkan antara embedding cassette dengan jaringan
yang telah ditanam. Pastikan tidak adanya gelembung yang muncul pada blok
paraffin, karena gelembung yang ada dalam blok paraffin menyebabkan
terbentuknya lubang saat paraffin membeku, sehingga membuat pemotongan
menjadi sulit (jaringan tidak rata). Biarkan blok paraffin membeku pada suhu
ruangan. Setelah membeku, blok paraffin dilepas dari cetakan karton dan siap
untul dilakukan pemotongan jaringan.
3.6.7.5 Pemotongan Jaringan
Jika paraffin sudang mengeras dengan sempurna lakukan pemotongan
jaringan. Pemotongan ini dilkukan dengan alat khusus yang disebut mikrotom.
Alat-alat lainnya yang digunakan yaitu paraffin water bath untuk merendah
jaringan yang telah dipotong agar tidak mengkerut. Pertama-tama blok paraffin
harus dalam keadaan dingn yaitu dengan diletakkan diatas permukaan es batu agar
pemotongan lebih mudah atau tidak hancur (hasil pemotongan yang baik),
kemudian blok paraffin dipasang pada holder di mikrotom. Jaringan dipotong
dengan ketebalan 6 µm. Hasil potongan diambil dengan menggunakan object
glass dan dimasukkan kedalam water bath yang telah diisi aquadest sebanyak
garis yang telah ditentukan dalam suhu 40o-50
o C. Masukkan jaringan sampai
terlihat merenggang, kemudian diambil menggunakan object glass yang telah
diberi olesan campuran gliserin dan putih telur dengan perbandingan 1:1. Setelah
itu diletakkan diatas slide warmer dengan suhu 60o C selama 10 menit. Object
glass selanjutnya didiamkan pada suhu ruangan selama semalaman.
3.6.7.6 Pewarnaan HE
Bahan yang digunakan dalam proses pewarnaan yaitu xylol, alkohol
absolut, alkohol dengan konsentrasi 95%, 90%, 80%, 70%, dan 50%, akuades,
larutan hematoksilin, alcohol acid, dan larutan eosin 1%. Bahan-bahan tersebut
kemudian dimasukkan ke staining jar masing-masing sebanyak 200ml. Preparat
yang akan diwarnai disusun pada rak preparat kemudian dicelupkan ke staining
jar secara berurutan dengan waktu sebagai berikut:
30
Tabel 3.1 Proses Pewarnaan Preparat
Bahan Kimia Waktu
Xylol 1 10 menit
Xylol 2 10 menit
Alkohol absolut 5 menit
Alkohol absolut 5 menit
Alkohol 95% 1 menit
Alkohol 90% 1 menit
Alkohol 80% 1 menit
Alkohol 70% 1 menit
Akuades 4 menit
Larutan hematoksilin 75 ml 3–5 menit
Akuades 1 menit
Akuades 1 menit
Akuades 1 menit
Alcohol acid 30 detik
Air mengalir 3-5 menit
Akuades 1 menit
Eosin 1-2 menit
Akuades 1 menit
Akuades 1 menit
Akuades 1 menit
Alkohol 50% 1 menit
Alkohol 70% 1 menit
Alkohol 80% 1 menit
Alkohol 90% 1 menit
Alkohol 95% 1 menit
Alkohol absolut 1 menit
Xylol 3 menit
Xylol 3 menit
Xylol 3 menit
31
Preparat diangkat satu persatu dari larutan xylol, kemudian berikan satu
tetes cairan perekat canada balsam diatasnya, lalu tutup dengan coverglass. Hasil
pewarnaan dapat langsung dilihat di bawah mikroskop.
3.6.7. 7 Foto Preparat
Preparat selanjunya dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan
mikroskop. Dilakukan dari perbesaran terkecil sampai perbesaran terbesar, yaitu
dimulai pada perbesaran 4x, 10x, 20x, dan 40x.
3.6.8 Analisi Data
Data kuantitatif GOT dan GPT yang didapat diuji secara statistik
menggunakan program IBM SPSS Statistics 22 (Statistical Product and Service
Solution). Uji diawali dengan melakukan uji normalitasShapiro-Wilk dan uji
homogenitas Levene. Jika hasil data uji normalitas terdistribusi normal dan
homogenitas didapatkan data homogen maka dilanjutkan dengan uji parametrik
one way ANOVA. Namun, apabila hasil data yang didapatkan tidak normal dan
tidak homogen akan dilakukan uji non parametrik Kruskal-Wallis.
32
3.6 Alur Penelitian
Nekropsi
Pembuatan homogenat jaringan hepar
Pengukuran aktivitas GOT dan GPT
Ekstrak sarang
burung walet
20 mg/kgBB
dalam larutan
NaCMC 0,5%
p.o selama 32
hari
Ekstrak sarang
burung walet
40 mg/kgBB
dalam larutan
NaCMC 0,5%
p.o selama 32
hari
15 ekor tikus putih jantan
galur Sprague dawley
(masing-masing kelompok
terdiri dari 3 ekor)
Kelompok
Normal
Kelompok
kontrol positif
Kelompok
dosis rendah
Kelompok dosis
sedang
Kelompok
dosis tinggi
Vit E (1000 IU
4,08 ml/g)
p.o selama 32
hari
Ekstrak sarang
burung walet
10 mg/kgBB
dalam larutan
NaCMC 0,5%
p.o selama 32
hari
NaCMC 0,5%
10 ml/kgBB
p.o selama 32
hari
H2O2 1% 1,0 mg/kgBB i.m hari ke 31 dan 32
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengukuran Aktivitas GPT
Hasil rerata pengukuran aktivitas GPT pada hewan coba dengan pemberian
berbagai dosis ekstrak sarang burung walet pada lima kelompok perlakuan yaitu
kelompok normal, kelompok positif, kelompok dosis rendah 10 mg/KgBB,
kelompok dosis sedang 20 mg/KgBB, dan kelompok dosis tinggi 40 mg/KgBB
dapat dilihat pada grafik (gambar 4.1).
Gambar 4.1 Grafik Aktivitas GPT Jaringan Hepar Tikus
Data pada grafik gambar 4.1 menunjukkan bahwa aktivitas GPT memiliki
nilai rata-rata terendah pada kelompok perlakuan dengan dosis 10 mg/KgBB.
Sedangkan aktivitas GPT tertinggi yaitu pada kelompok perlakuan dosis tinggi 40
mg/KgBB dan diikuti kelompok perlakuan dosis sedang 20 mg/KgBB. Namun,
setelah dilakukan uji One Way Anova didapatkan p=0,765 (p>0,05), yang
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antar kelompok.
0,750
0,836
0,745
0,833 0,886
0,000
0,100
0,200
0,300
0,400
0,500
0,600
0,700
0,800
0,900
1,000
NORMAL POSITIF DOSIS 10mg/KgBB
DOSIS 20mg/KgBB
DOSIS 40mg/KgBB
Ak
tivit
as
GP
T (
IU/L
/Mg J
ari
ngan
) x 1
0-3
Dosis Ekstrak Sarang Burung Walet
34
4.2 Hasil Pengukuran Aktivitas GOT
Hasil rerata pengukuran aktivitas GOT pada hewan coba dengan pemberian
berbagai dosis ekstrak sarang burung walet pada lima kelompok perlakuan yaitu
kelompok normal, kelompok positif, kelompok dosis rendah 10 mg/KgBB,
kelompok dosis sedang 20 mg/KgBB, dan kelompok dosis tinggi 40 mg/KgBB
dapat dilihat pada grafik (gambar 4.2).
Gambar 4.2 Grafik Aktivitas GOT Jaringan Hepar Tikus
Data pada grafik gambar 4.2 menunjukkan bahwa aktivitas GOT memiliki
nilai rata-rata terendah pada kelompok perlakuan dengan dosis 10 mg/KgBB.
Sedangkan aktivitas GOT tertinggi yaitu pada kelompok perlakuan dosis tinggi 40
mg/KgBB dan diikuti kelompok perlakuan dosis sedang 20 mg/KgBB. Namun,
setelah dilakukan uji One Way Anova didapatkan p=0,488 (p>0,05), yang
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antar kelompok.
0,293 0,315
0,247
0,331
0,372
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
0,45
NORMAL POSITIF DOSIS 10mg/KgBB
DOSIS 20mg/KgBB
DOSIS 40mg/KgBB
Ak
tivit
as
GO
T (
IU/L
/Mg J
ari
ngan
) x 1
0-3
Dosis Ekstrak Sarang Burung Walet
35
4.3 Hasil Perbandingan Aktivitas GOT/GPT
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Aktivitas GOT/GPT Jaringan Hepar Tikus
Data pada grafik gambar 4.3 menunjukkan bahwa aktivitas GOT/GPT
memiliki nilai rata-rata terendah pada kelompok perlakuan dengan dosis 10
mg/KgBB. Sedangkan aktivitas GOT/GPT tertinggi yaitu pada kelompok
perlakuan dosis tinggi 40 mg/KgBB dan diikuti kelompok perlakuan dosis sedang
20 mg/KgBB. Namun, setelah dilakukan uji One Way Anova didapatkan p=0,636
(p>0,05), yang menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antar
kelompok.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Muhammad Huda Ardo,
mahasiswa Program Studi Farmasi FIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada
penelitian tersebut telah dilakukan uji kualitatif yaitu uji reaksi biuret untuk
melihat apakah terdapat protein, uji molish untuk melihat apakah terdapat
karbohidrat, dan uji xantoprotein untuk melihat apakah terdapat asam amino yang
bergugus benzene pada sampel. Dari hasil uji kualitatif yang dilakukan, ketiga uji
tersebut dinyatakan positif. Hasil dari uji kualitatif yang dilakukan sesuai dengan
hasil studi yang telah dilakukan oleh Fucui Ma, et al (2012), yaitu sarang burung
walet memiliki kandungan makronutrien seperti protein, lemak, dan karbohidrat,
serta kandungan mikronutrien seperti vitamin (A,C, dan D) dan mineral.16
Selain
itu, hasil studi lain Lina Elfita (2014) juga menunjukan bahwa kandungan asam
0,391 0,377 0,332
0,398 0,420
0,000
0,100
0,200
0,300
0,400
0,500
0,600
NORMAL POSITIF DOSIS 10
mg/KgBB
DOSIS 20
mg/KgBB
DOSIS 40
mg/KgBB
Ak
tiv
ita
s G
OT
/GP
T (
IU/L
/Mg
Ja
rin
ga
n)
Dosis Ekstrak Sarang Burung Walet
36
amino pada sarang burung walet lengkap, yaitu terdiri dari tujuh jenis asam amino
essensial dan Sembilan jenis asam amino non-essensial.5
Asam amino dan vitamin A, C, dan D yang terkandung dalam sarang
burung walet memiliki aktivitas oksidan tinggi. Asam amino berperan sebagai
antioksidan tersier yang bertugas dalam memperbaiki kerusakan biomolekul yang
disebabkan radikal bebas dan bekerja dalam meningkatkan enzim yang
menonaktifkan radikal bebas seperti glutathion peroksidase, superoksida
dismutase, dan katalase. Glutathion peroksidase dan katalase diketahui banyak
terdapat di hepar, cara kerja enzim tersebut dengan mengubah hidrogen peroksida
dan peroksida menjadi air dan vitamin sebagai antioksidan sekunder yang
berperan dalam menangkap (scavenger free radical) sehingga radikal bebas tidak
beraksi dengan komponen seluler.39
Selama terjadi keseimbangan antara oksidan
dan antioksidan pada hepar tidak akan terjadi kerusakan pada hepar. Hal ini
didukung oleh penelitian Masomeh Ghassem, et al (2017) yang menyatakan
bahwa sarang burung walet memiliki fraksi antioksidan tinggi yang memiliki sifat
antioksidan sebagai scavenger free radical. Selain itu, penelitian sebelumnya
oleh Muhammad Huda (2017) pada tikus putih jantan yang diberikan ekstrak
sarang burung walet pada dosis 20 mg/KgBB dan diinduksi H2O2 menunjukkan
peningkatan dari enzim katalase dibandingkan dengan kelompok kontrol positif.18
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat pada kelompok perlakuan dosis
rendah 10 mg/KgBB memiliki aktivitas GPT dan GOT terendah secara tidak
signifikan (p>0,05) disebabkan kemungkinana kadar antioksidan yang terkandung
pada sarang burung walet masih tinggi sehingga dapat meregulasi radikal bebas
dengan cara menginduksi enzim-enzim yang bekerja mengubah hidrogen
peroksida dan peroksida lipid menjadi air. Hal ini didukung oleh penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Ageng Hasna Fauziyah (2015) pada uji aktivitas
hepatoprotektif peemberian ekstrak air sarang burung walet putih dapat
menurunkan kadar SGOT/SGPT pada dosis 10 mg/KgBB. Hal ini terjadi karena
kandungan antioksidan endogen maupun eksogen (terutama vitamin C) yang
terdapat di sarang burung walet masih dalam batas seimbang. Menurut penelitian
Hu Q (2016) kandungan protein dan vitamin pada sarang burung walet dapat
meningkatkan aktivitas enzim SOD dan katalase secara signifikan. Oleh karena
37
itu, efektif untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas dan mencegah
kerusakan jaringan.
Sedangkan pada perlakuan dosis sedang 20 mg/KgBB dan dosis tinggi 40
mg/KgBB menunjukan aktivitas GPT dan GOT secara tidak signifikan (p>0,05)
yang meningkat dibandingkan kelompok normal dan kontrol positif mungkin
disebabkan karena salah satu kandungan sarang burung walet yaitu vitamin C
sebagai antioksidan dapat berubah menjadi prooksidan. Kadar vitamin C yang
lebih tinggi dapat mengakibatkan pembentukan oksidan lebih tinggi dibandingkan
sebagai antioksidan. Sehingga tidak terjadi keseimbangan antara kadar oksidan
dan prooksidan yang menybabkan peningkatan aktivitas GPT.
Hasil pada kontrol postif yaitu kelompok yang diberikan vitamin E sebagai
antioksidan dan diinduksi dengan H2O2 menunjukan aktivitas GPT dan GOT yang
lebih meningkat dari pada kelompok normal, hal ini mungkin terjadi karena
pemberian vitamin E belum mampu meregulasi radikal bebas.
Secara keseluruhan hasil pada kelompok perlakuan dosis 10, 20, 40
mg/KgBB tidak berbeda jauh dengan kelopok normal dan kontrol positif. Hal ini
menunjukan senyawa aktif yang terkandung dalam sarang burung walet mampu
menjadi senyawa hepatoprotektif yang melindungi hepar dari kerusakan dengan
mengikat senyawa radikkal berupa H2O2 yang diinduksi.
Perbandingan aktivitas GOT dan GPT yang didapat menunjukkan aktivitas
GOT yang lebih rendah dibandingkan GPT, hal ini dapat terjadi karena lokasi
GOT berada di sitosol (20% dari total aktivitas) dan mitokonndria (80% dari total
aktivitas), sedangkan GPT terletak di membran sel. Oleh Karen itu, apabila terjadi
kerusakan pada membran sel akibat induksi H2O2 sebagai oxygen-centered non
radicals yang menyebabkan peroksidasi lemak di membran sel sehingga
didapatkan pada hasil pemeriksaan nilai GPT akan lebih meningkat karena
kerusakan diawali pada membran sel dan jumlah GOT yang terletak pada sitosol
hanya 20%. Diketahui enzim GPT ini lebih efektif untuk mengetahui kerusakan
hepar. Sedangkan hasil dari rasio aktivitas GOT/GPT didapatkan rendah 10
mg/KgBB memiliki aktivitas terendah disebabkan kemungkinana kadar
38
antioksidan yang terkandung pada sarang burung walet masih tinggi sehingga
dapat meregulasi radikal bebas. Sedangkan pada perlakuan dosis sedang 20
mg/KgBB dan dosis tinggi 40 mg/KgBB menunjukan aktivitas yang meningkat
dibandingkan kelompok normal dan kontrol positif mungkin disebabkan karena
kandungan sarang burung walet sebagai antioksidan yang belum dapat meregulasi
radikal bebas.
Pada penelitian ini juga dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi struktur
hepar untuk mengetahui apakah terjadi kerusakan hepar atau tidak. Pengamatan
mikroskopik terhadap jaringan hepar dilakukan secara kualitatif dengan
mengamati hepatosit. Pada penelitian ini preparat yang dapat diamati yaitu
preparat jaringan hepar pada kelompok pemberian dosis rendah 10 mg/KgBB dan
dosis tinggi 40 mg/KgBB sebagai perwakilan dari gambaran mikroskopik seluruh
kelompok perlakuan.
A
h
39
Gambar 4.4 Hepatosit Pada Perbesaran 40x (A) Kelompok Dosis Rendah (10
mg/kgBB), (B) Kelompok Dosis Tinggi (40 mg/kgBB). Tanda panah (h) hepatosit
normal.
Hasil pengamatan secara mikroskopik pada preparat hepar pada kelompok
perlakuan dosis rendah 10 mg/KgBB dan kelompok perlakuan dosis tinggi 40
mg/KgBB menunjukan hepatosit yang normal ditunjukkan dengan sitoplasma
hepatosit yang eosinofilik pada pewarnaan hemaktosilin dan eosin karena
memiliki mitokondria yang sangat banyak sekitar 2000 per sel, inti hepatosit yang
besar ditengah, sel bulat oval, dan membran sel yang jelas. Sel-sel tersebut sering
memiliki dua atau lebih nukleolus.2
B
h
40
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Dari hasil penelitian pemberian ekstrak sarang burung walet (Collocalia
fuciphaga) terhadap aktivitas GOT/GPT pada tikus galur Sprague dawley,
diperoleh kesimpulan bahwa pemberian ekstrak tidak memperlihatkan aktivitas
GOT/GPT secara bermakna dari berbagai dosis pemberian (10, 20, 40 mg/kgBB).
5.2 Saran
Saran untuk penelitian lebih lanjut adalah:
Perlu dilakukan penambahan kelompok kontrol negatif untuk
membandingkan dengan kelompk normal, kelompok positif, dan kelompok
perlakuan pemberian dosis ekstrak.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Hary K. N., dan Arief B. Lebih Dekat dengan Walet, Dalam: Panduan
Lengkap Walet. Jakarta: Penebar Swadaya, 2009; 18-21.
2. Vinay Kumar, Abdul Abbas, dan Jon Aster. Buku Ajar Patologi Robbins 9th
.
Jakarta: Saunders; 2015.
3. Kementerian Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI.Jakarta, 2014; 1-2.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar. Jakarta, 2013; 71.
5. Elfita, Lina. Analisis Profil Protein dan Asam Amino Sarang Burung Walet
(Collocalia Fuciphaga) Asal Painan. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014; 35-36.
6. Barry H., dan John M. C. G. Antioxidant Defences Synthesized in Vivo,
Dalam: Free Radicals in Biology and Medicine Fifth Edition. United
Kingdom: Oxford University Press, 2015; 77-78.
7. Saikat S., Raja C., C. Sridhar., Y. S. R. Reddy., dan Biplab D. Free Radicals,
Antioxidants, Disease, and Phytomedicines: Current Status and Future
Prospect. India: Regional Institue of Pharmaceutical Science and
Technology, 2010; 91-100.
8. John M., dan Karen P. A Field Guide to Birds of Borneo, Sumatra, Java, and
Bali. United Kingdom: Oxford, 2009; 42.
9. Mitchell R. McGill. The Past and Present of Serum Aminotransferases and
the Future of Liver Injury Biomarkers. United State of America: Washington
University School of Medicine; 2016.
10. B. R. Thapa, dan Anuj W. Liver Function Tests and their Interpretation.
Indian Journal of Pediatrics; 2007.
11. Zhengtao L., Shuping Q., Jing X., dan Tao P. Alanine Aminotransferase-Old
Biomarker and New Concept: A Review. China: International Journal of
Medical Sciences; 2014.
12. Mescher, Anthony L. Organ-Organ yang Berhubungan dengan Saluran Cerna,
Dalam: Histologi Dasar Junqueira Teks & Atlas Edisi 12. Jakarta: EGC,
2016; 281-90.
13. Gartner, Leslie. Textbook of Histology 4th
Edition.
42
14. Lee Ting H., Waseem A. W., Eddie Tan Ti T., Nur Ardawati A., Young Le
L., dan Ramlan Abdul A. Investigations into the Physicochemical,
Biochemical, and Antibacterial Properties of Edible Bird’s Nest. Malaysia:
Journal of Chemical and Pharmaceutical Research; 2015.
15. Zainab H., Nur Hulwani I., Sarojini J., Kamarudin H., Othman H., dan Boon-
Beng L. Nutritional Properties of Edible Bird Nest. Malaysia: Journal of
Asian Scientific Research; 2013.
16. Fucui M., dan Daicheng L. Sketch of the Edible Bird’s Nest and it’s
Important Bioactivities. Food Research International, 2012; 559-567.
17. Helmi., Didik Tulus S., Boedi M., Etih S., Denny Widaya L., dan I wayan
Teguh . Protein Profile of Edible Bird’s Nest Origin Kalimantan and Java
Island Indonesia. Bogor: IOSR Journal of Agriculture and Veterinary
Science; 2018.
18. Ardo, Muhammad Huda. Pengaruh Pemberin Ekstrak Air Sarang Burung
Walet Putih (Collocalia Fuciphaga Thunberg.) Terhadap Aktivitas Enzim
Katalase pada Tikus Putih Jantan Galur Spraague dawley. Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2017.
19. Mardliyah, Nihyatul. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air Sarang Burung
Walet Putih (Collocalia Fuciphaga Thunberg.) Terhadap Aktivitas Enzim
Superoksida Dismutase (SOD) pada Tikus Putih Jantan Galur Spraague
dawley. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta; 2017.
20. Shivaraj G., Prakash B. D., Vinayak V. H., Avinash A. K. m., Sonal N. V.,
Shruthi S. K. A Review on Laboratory Liver Function Tests. India: Pan
African Medical Journal; 2009.
21. Dharma, Harvian Satya. Peran Antioksidan Endogen dan eksogen terhadap
Kesehatan. Jakarta; 2012.
22. Wong, Rebecca S. Y. Edible Bird;s nest: Food or Medicine?. Malaysia: The
Chinese Journal of Integrated Traditional and Western Medicine Press and
Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2013.
23. Warasri S., Narumol M., dan Nirundorn M. Nutritional Composition of the
Farmed Edible Bird’s Nest (Collocalia Fuciphaga) in Thailand. Thailand:
Elsevier; 2013.
24. Matthew R. P., Philip M. T., Maly F., Wilbur B. B., dan Martin H. B.
Evaluation of Liver Function, Dalam: Richard A. M., dan Matthew R. P.
Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods 22nd
Edition. China: Elsevier; 2011; 296-315.
43
25. Gerard J. T., dan Bryan D.. The Digestive System, Dalam: Principles of
Anatomy & Physyology 14th
Edition. United State of America: Wiley, 2014;
909-913.
26. Kuehnel, Wolfgang. Digestive System, Dalam: Color Atlas of Cytology,
Histology, and Microscopic Anatomy. Thieme, 2013; 318-329.
27. Robert B. T., dan Ronald S. G. Gastrointestinal System, Dalam: Histology:
An Identification Manual. Mosby; 2009.
28. Robert K. M., David A. B., Kathleen M. B., Peter J. K., Victor W. R., dan
Anthony W. Harper’s Illustrated Biochemistry 28th
Edition. USA: Mc Graw
Hill; 2009.
29. Marinda, Ferina Dwi. Hepatoprotective Effect of Curcumin in Chronic
Hepatitis. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 2014; 3(7).
30. Albano E. Alcohol, Ocidative Stress and Free Radical Damage. 2006; 65(3):
218-90.
31. James H., Servio H. R., Nicholas F., Santhi Gorantla., Brenda M., dan Yuri P.
Mechanism of Alcohol-Induced Oxidative Stress and Neuoral Injury. 2009;
45(11): 1542-50.
32. Colleen M, S., Allan D. M., dan Michael A. L. Marks’ Basic Medical
Biochemistry: A Clinical Approach 2nd
Edition. USA: Lippincott Williams &
Wilkins; 2005.
33. Zhang Y., Mustapha U. I., Maznah I., Zhiping H., Maizaton A. A., Aini I.,
dan Norharina I. Edible Bird’s Nest Attenuates High Fat Diet-Induced
Oxidative Stress and Inflamation via Regulation of Hepatic Antioxidant and
Inflamatory Genes. 2015; 15: 310.
34. Aswir A. R., dan Wan N. Effect of Edible Bird’s Nest on Cell Proliferation
and Tumor Necrosis Factor-Alpha Release in Vitro. 2011; 18 (3); 1123- 27.
35. Sael C. G., dan Pablo M. Antioxidant in Liver Health. 2015; 6(3); 59-72.
36. Ari S. N., Ninisita S. H., dan Sri U. S., Efek Hepatoprotektif Ekstrak Buah
Merah (Pandanus conoideus Lam.) pada Hati Mencit Jantan Galur Swiss
Induksi dengan CCL4. 2008; 11(1): 24-30.
37. Janie L. B., Anthony N., Bryan L., Natasha K., Kenneth J. L., dan Richard T.
R. Cellular Organization of Normal Mouse Liver: A Histological,
Quanitative Immunocytochemical. And Fine Structural Analysis. 2009;
131(6): 713-26.
44
38. Noraisyah Z., Kam H. N., Nur R. Z., Kamariah L. The in Vivo Hepato-
Recovery Effect of the Polyphenol Rich Fermented Food XenijiTM
Ethanol
Induced Liver Damage; 2018.
39. Kesuma S., dan Rina Y. Antioksidan Alami dan Sintetik. Padang: Andalas
University Press; 2015.
40. Sha L., Hor Y. T., Ning W., Zhang J. Z., Lixing L., Chi W. W., dan Yibin F.
The Role of Oxidative Stress and Antioxidant in Liver Disease; 2015.
41. Richaard A. M., dan Matthew R. P. Henry’s Clinical Diagnosis and
Management by Laboratory Methods 22nd
Edition. China: Elsevier; 2011
42. Netter, Frank H. Atlas of Human Anatomy 6th
Edition. USA: Elsevier, 2014;
277-92.
45
Lampiran 1
Hasil Determinasi
46
Lampiran 2
Perhitungan Rendemen Ekstrak Sarang Burung Walet Putih
Berat ekstrak = 26,607 gram
Berat simplisisa = 511,76 gram
Rendemen % =
x 100%
= 5,199%
Sumber: Ardo, MH. 2017
47
Lampiran 3
Perhitungan Volume Administrasi (VAO)
VAO (mL) =
a. Dosis Rendah (10 mg/kgBB)
3 ml =
Konsentrasi = 1 mg/mL
Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 50 mL maka ekstrak yang
dibutuhkan sebanyak :
Ekstrak (mg) = konsentrasi (mg/mL) x volume (mL)
Ekstrak = 1 mg/mL x 50 mL
= 50 mg
b. Dosis Sedang (20 mg/kgBB)
3 ml =
Konsentrasi = 2 mg/mL
Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 50 mL maka ekstrak yang
dibutuhkan sebanyak :
Ekstrak (mg) = konsentrasi (mg/mL) x volume (mL)
Ekstrak = 2 mg/mL x 50 mL
= 100 mg
48
c. Dosis Tinggi (40 mg/kgBB)
3 ml =
Konsentrasi = 4 mg/mL
Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 50 mL maka ekstrak yang
dibutuhkan sebanyak :
Ekstrak (mg) = konsentrasi (mg/mL) x volume (mL)
Ekstrak = 4 mg/mL x 50 mL
= 200 mg
Sumber: Ardo, MH. 2017.
49
Lampiran 4
Proses Penelitian
Gambar 6.1
Penimbangan sampel
Gambar 6.2
Pembuatan homogenat
Gambar 6.3
Uji Protein
Gambar 6.6
Pembuatan preparat
histologi
(Embedding)
Gambar 6.5
Uji GOT/GPT Gambar 6.4
Alat dan bahan uji
GOT/GPT
50
Gambar 6.8
Pewarnaan HE
Gambar 6.7
Blocking
Gambar 6.9
Foto preparat
51
Lampiran 5
Analisis Statistik Kadar GOT dan GPT Menggunakan SPSS
Analisis statistik kadar GOT menggunakan software SPSS
A. Uji Normalitas
Tests of Normality
KODE
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
GOT NORMAL .351 3 . .827 3 .181
POSITIF .284 3 . .933 3 .501
DOSIS RENDAH .175 3 . 1.000 3 1.000
DOSIS SEDANG .241 3 . .973 3 .687
DOSIS TINGGI .317 3 . .888 3 .347
a. Lilliefors Significance Correction
B. Uji Homogenitas Varian
Test of Homogeneity of Variances
GOT
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.969 4 10 .074
C. Uji One-Way ANOVA
ANOVA
GOT
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
Groups .000 4 .000 .923 .488
Within Groups .000 10 .000
Total .000 14
52
Analisis statistik kadar GPT menggunakan software SPSS
A. Uji Normalitas
Tests of Normality
KODE
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
GPT NORMAL .231 3 . .980 3 .731
POSITIF .269 3 . .949 3 .565
DOSIS RENDAH .297 3 . .917 3 .442
DOSIS SEDANG .205 3 . .993 3 .842
DOSIS TINGGI .201 3 . .994 3 .856
a. Lilliefors Significance Correction
B. Uji Homogenitas Varian
Test of Homogeneity of Variances
GPT
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.744 4 10 .217
C. Uji One-Way ANOVA
ANOVA
GPT
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
Groups .000 4 .000 .458 .765
Within Groups .000 10 .000
Total .000 14
53
Analisis statistik kadar GOT/GPT menggunakan software SPSS
A. Uji Normalitas
Tests of Normality
KODE
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
GOTGPT NORMAL .296 3 . .918 3 .446
POSITIF .385 3 . .750 3 .000
DOSIS RENDAH .204 3 . .994 3 .847
DOSIS SEDANG .196 3 . .996 3 .878
DOSIS TINGGI .252 3 . .965 3 .640
a. Lilliefors Significance Correction
B. Uji Homogenitas Varian
Test of Homogeneity of Variances
GOTGPT
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
3.667 4 10 .043
C. Uji One-Way ANOVA
ANOVA
GOTGPT
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
Groups .012 4 .003 .656 .636
Within Groups .044 10 .004
Total .056 14
54
Lampiran 6
Identitas Penulis
Nama : Shiella Fauzia Krisnadi
NIM : 11151030000057
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 26 Desember 1996
Agama : Islam
Alamat : Jalan Taman Calatea III Perumahan Taman Harapan Baru
Blok K3 no. 9 RT 09/22, Pejuang, Medan Satria, Bekasi,
17131
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
2001 — 2003 : TK Budi Harapan, Bekasi, Jawa Barat
2003 — 2009 : SDIT Gema Nurani, Bekasi, Jawa Barat
2009 — 2012 : SMP Negeri 5, Bekasi, Jawa Barat
2012 — 2015 : SMA Negeri 4, Bekasi, Jawa Barat
2015 — sekarang : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
55
Kode Protein
(mg/ml)
Sample 1 Rata-
Rata
Sample
1
Sample 2 Rata-
Rata
Sample
2
Rata-
Rata
Total
Menit ke- Menit ke-
0 1 2 3 0 1 2 3
O II 15,381 0,577 0,573 0,572 0,569 0,573 0,605 0,598 0,596 0,593 0,598 0,585
O I2 16,268 0,552 0,552 0,551 0,551 0,552 0,574 0,573 0,572 0,571 0,573 0,562
O13 16,038 0,536 0,536 0,535 0,534 0,535 0,57 0,568 0,566 0,565 0,567 0,551
P II 15,082 0,537 0,533 0,532 0,531 0,533 0,534 0,531 0,530 0,53 0,531 0,532
P I2 13,467 0,605 0,602 0,600 0,598 0,601 0,596 0,593 0,589 0,586 0,591 0,596
P I3 11,659 0,559 0,557 0,556 0,559 0,558 0,550 0,547 0,544 0,542 0,546 0,562
DR I 12,737 0,548 0,542 0,539 0,537 0,542 0,487 0,476 0,473 0,469 0,476 0,509
DR II 14,573 0,498 0,498 0,497 0,495 0,497 0,529 0,525 0,523 0,520 0,524 0,511
DR III 12,214 0,547 0,545 0,543 0,541 0,544 0,518 0,516 0,511 0,508 0,513 0,529
DS I 18,255 0,585 0,576 0,573 0,569 0,576 0,573 0,566 0,56 0,556 0,564 0,570
DS II 12,984 0,530 0,528 0,527 0,526 0,528 0,541 0,539 0,538 0,536 0,539 0,548
DS III 9,661 0,504 0,504 0,504 0,504 0,504 0,540 0,538 0,537 0,534 0,537 0,546
DT I 14,110 0,503 0,499 0,497 0,494 0,498 0,492 0,487 0,485 0,484 0,487 0,493
DT II 11,586 0,692 0,682 0,676 0,671 0,680 0,526 0,526 0,526 0,527 0,526 0,603
DT III 10,629 0,570 0,568 0,567 0,566 0,568 0,622 0,620 0,620 0,620 0,621 0,594
Lam
pir
an
7
T
abel
has
il p
enguku
ran k
adar
pro
tein
dan
GO
T/G
PT
55
56