Comprehensive Definition of the SigH Regulon of Mycobacterium ...
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN …eprints.undip.ac.id/29411/1/JURNAL_JADI.pdf · disebutkan...
Transcript of PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN …eprints.undip.ac.id/29411/1/JURNAL_JADI.pdf · disebutkan...
1
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP
PENGUNGKAPAN LAPORAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
(Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar
dalam Bursa Efek Indonesia)
Rendro Widyatmoko
Drs. M. Didik Ardiyanto, Msi, Akt
ABSTRACT
The company's annual report is a medium of communication between
companies and communities who need financial information and company
developments. The existence of complete and accurate information can help investors
to make proper decisions so the results are as expected. Currently, not only financial
information are taken into consideration for investors, but also information on
corporate social responsibility.
The idea of social responsibility is essentially how the company gave
considerable attention to the environment, the impacts resulting from the operations
of the company.
Use of the mining industry as an object of this proposal due to the mining
industry including high profile in the industry who have visibility of stakeholders,
political risk is high, and high competition. Industry is generally a high profile
industry that obtained from the public spotlight because of its operating activities
have the potential to intersect with broader interests (stakeholders).
Keywords: Mining Sector, Characteristics, Corporate Social Responsibility Report
2
1. Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Laporan tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara perusahaan dan
masyarakat yang membutuhkan informasi keuangan dan perkembangan perusahaan.
Bagi perusahaan itu sendiri, informasi digunakan terutama oleh para investor dan
calon investor kaitannya dalam pengambilan keputusan. Adanya informasi yang
lengkap dan akurat dapat membantu investor untuk melakukan pengambilan
keputusan secara tepat sehingga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan
bagi masyarakat, informasi tersebut digunakan sebagai dasar penilaian terhadap
perusahaan tersebut.
Dari perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi
jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan. Informasi yang
diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure). Salah satu jenis informasi pengungkapan sukarela adalah yang sering
diminta untuk diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung
jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri dapat
digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non-keuangan berkaitan
dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya, yang
dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah (Guthrie
dan Mathews, 1985 dalam Sembiring, 2005).
Menurut WBCSD (World Business Council for Sustainable Development)
dalam Moir (2001) mendefinisikan CSR sebagai :
“…CSR is the continuing commitment by business to behave ethically and
contribute to economic development while improving the quality of life of the
workforce and their families as well as of the local community and society at
large.”
3
Dari definisi tersebut disimpulkan bahwa perusahaan harus dapat berkontribusi
terhadap pembangunan ekonomi, beriringan dengan meningkatkan kualitas hidup
tenaga kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan masyarakat luas. Hal ini bisa
dilakukan dengan cara mengerti aspirasi dan kebutuhan stakeholder dan kemudian
berkomunikasi dan berinteraksi dengan para stakeholder.
Lebih jauh lagi, adanya CSR di Indonesia diatur dalam Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1 Undang-undang
tersebut menyebutkan bahwa ”Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan”. Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, pasal 15 (b) menyatakan bahwa ”setiap penanam modal
berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”.
Pentingnya pengungkapan CSR telah membuat banyak peneliti untuk
melakukan penelitian dan diskusi mengenai praktik dan motivasi perusahaan untuk
melakukan CSR. Beberapa penelitian yang terkait dengan pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan telah banyak dilakukan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Belkaoui dan Krapik (1989); Cowen, (1987);
Hackston dan Milne (1996); Sembiring (2005) dan Anggraeni (2006) yang meneliti
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR. Diantara faktor-
faktor yang menjadi variabel dalam penelitian tersebut adalah ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage dan ukuran dewan komisaris.
Pentingnya pengungkapan CSR telah membuat banyak peneliti untuk
melakukan penelitian dan diskusi mengenai praktik dan motivasi perusahaan untuk
melakukan CSR. Beberapa penelitian yang terkait dengan pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan telah banyak dilakukan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Belkaoui dan Krapik (1989); Cowen, (1987);
Hackston dan Milne (1996); Sembiring (2005) dan Anggraeni (2006) yang meneliti
4
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR. Diantara faktor-
faktor yang menjadi variabel dalam penelitian tersebut adalah ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage dan ukuran dewan komisaris.
Size atau ukuran perusahaan dikaitkan dengan teori agensi, dimana
perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan
mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan
tersebut, oleh karena itu perusahaan besar akan lebih banyak mengungkapkan
informasi daripada perusahaan kecil. Akan tetapi tidak semua penilitian mendukung
hubungan antara size perusahaan dengan tanggung jawab sosial perusahaan.
Penelitian yang tidak berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini seperti
disebutkan dalam Hackston dan Milne (1996) antara lain Roberts (1992), Sigh dan
Ahuja (1983). Davey (1982) dan Ng (1985) juga tidak menemukan hubungan antara
variabel ini. Sedangkan penilitian yang berhasil menunjukkan hubungan kedua
variabel ini antara lain Belkaoui dan Karpik (1989), Adam et. al., (1995, 1998),
Hackston dan Milne (1996), Kokubu et. Al., (2001), Hasibuan (2001) dan Grey et. al,
(2001).
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi CSR adalah profitabilitas. Donovan
dan Gibson (2000) menyatakan bahwa berdasarkan teori legitimasi, salah satu
argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung
jawab sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi,
perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat
mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada
tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca
“good news” kinerja perusahaan, misalnya dalam lingkup sosial, dan dengan
demikian investor akan tetap berinvestasi di perusahaan tersebut. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan negatif terhadap
tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
5
Leverage memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki
perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Scott
(2000) menyampaikan pendapat yang mengatakan bahwa semakin tinggi leverage
kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang,
maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi
dibandingkan laba dimasa depan. Perusahaan yang memiliki rasio leverage tinggi
akan lebih sedikit mengungkapkan CSR supaya dapat melaporkan laba sekarang yag
lebih tinggi.
Faktor lainnya yang juga mempengaruhi pengungkapan CSR adalah ukuran
dewan komisaris. Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller dan Gregory
(1999) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka
akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan memonitoring yang dilakukan
akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka
tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya.
Sehingga perusahaan yang memiliki ukuran dewan komisaris yang lebih besar akan
lebih banyak mengungkapkan CSR. Hal ini sejalan dengan penelitian Hadi dan Arifin
(2002) dan Sembiring (2005) yang menunjukan hasil bahwa proporsi dewan
komisaris independen mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela.
Dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal Sembiring (2002).
Penggunaan jurnal Sembiring sebagai dasar penelitian dikerenakan penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel ukuran perusahaan (size),
profitabilitas, leverage dan ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan laporan
pertanggung jawaban sosial perusahaan, seperti halnya dengan variabel yang
digunakan dalam penelitian Sembiring. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui
apakah hasil dalam jurnal Sembiring dimana dalam penelitiannya menggunakan
perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (saat ini BEI) akan sama
dengan penelitian ini yang hanya berfokus pada perusahaan pertambangan di
Indonesia yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
6
Penggunaan industri pertambangan sebagai objek dalam penelitian ini
dikarenakan industri pertambangan termasuk dalam industri high profile yang
memiliki visibilitas dari stakeholder, risiko politis yang tinggi, dan menghadapi
persaingan yang tinggi. Industri high profile umumnya merupakan industri yang
memperoleh sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasinya memiliki potensi
bersinggungan dengan kepentingan luas (stakeholder).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian tentang
pengungkapan informasi sosial suatu perusahaan. Oleh karena itu tujuan penelitian ini
adalah untuk mendapatkan bukti secara empiris terhadap hal-hal tersebut diatas,
antara lain :
1. Menganalisis pengaruh tingkat size perusahaan terhadap pengungkapan informasi
sosial.
2. Menganalisis pengaruh tingkat profitabilitas perusahaan terhadap pengungkapan
informasi sosial.
3. Menganalisis pengaruh tingkat leverage terhadap pengungkapan informasi sosial.
4. Menganalisis ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan informasi sosial.
7
2. Landasan Teori
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial atau yang disebut juga sebagai Corporate Social
Responsibility, secara teoritis masih mengalami kontradiksi. Salah satu definisi CSR
yang terkenal adalah yang diungkapkan oleh Carroll (1991). Carroll (1991)
mendefinisikan CSR kedalam 4 bagian yaitu : tanggung jawab ekonomi (economic
responsibilities), tanggung jawab hukum (legal responsibilities), tanggung jawab etis
(ethical responsibilities), tanggung jawab filantropis (philanthropic responsibilities).
Carroll menggambarkan keempat bagian CSR itu kedalam sebuah piramid. Piramida
CSR dimulai dengan tanggung jawab ekonomi sebagai dasar untuk tanggung jawab
yang lain. Pada saat yang sama perusahaan diharapkan untuk mematuhi hukum,
karena hukum adalah kodifikasi yang dapat diterima masyarakat atas perilaku yang
dapat diterima dan yang tidak dapat diterima. Selanjutnya perusahaan harus
bertanggung jawab secara etis. Dan yang terakhir, perusahaan diharapkan untuk
menjadi warga perusahaan yang baik (good corporate citizen).
Konsep CSR pada umumnya menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan
tidak hanya terhadap pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi juga terhadap para
stakeholders yang terkait dan/atau terkena dampak dari keberadaan perusahaan. Hal
ini sesuai dengan teori stakeholder yang menyatakan bahwa perusahaan bukanlah
entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus
memberikan manfaat bagi stakeholdernya.
Hal tersebut didukung oleh Gray. et al., (1994) dalam Chariri dan Ghozali
(2007) yang menyatakan bahwa, “kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada
dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas
perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. pengungkapan sosial dianggap
sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya.”
Listyorini dan Greg Anggana (1998) dalam Indira (2005) menyatakan bahwa
pada dasarnya kemauan untuk melaksanakan Corporate Social Responsibility (social
8
responsibility) tergantung pada tingkat kepekaan sosial (social sensiveness)
manajemen perusahaan, dimana tingkat kepekaan pengelola perusahaan adalah
merupakan akumulasi dari tingkat kepekaan masing-masing individu yang
menduduki berbagai tingkatan jabatan organisasi perusahaan yang bersangkutan.
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Pengungkapan (disclosure) kaitannya dalam laporan keuangan, mengandung
arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup
mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut harus
lengkap, jelas, serta mampu menggambarkan secara tepat, mengenai kejadian-
kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha (Ghozali dan
Chariri, 2007). Pengungkapan (disclosure) dalam Hendriksen dan Breda (2002)
didefinisikan sebagai penyediaan atau penyampaian informasi keuangan tentang
suatu perusahaan di dalam laporan keuangan, biasanya berupa laporan tahunan.
Sedangkan mengenai informasi apakah yang harus diungkapkan dalam suatu laporan
keuangan, tercantum dalam SFAC No.1 (Chariri dan Ghozali, 2001):
Pelaporan keuangan mencakup tidak hanya laporan keuangan, tetapi juga media
pelaporan informasi lainnya yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan
informasi yang disediakan oleh akuntansi, yaitu mengenai sumber-sumber
ekonomi, hutang, laba periodik, dan sebagainya.
Jika suatu transaksi atau peristiwa tertentu tidak dapat dimasukkan sebagai
bagian dari laporan keuangan utama, maka transaksi atau peristiwa tersebut dapat
diungkapkan melalui cara lain dan informasi lain.
Pengungkapan melibatkan keseluruhan proses pelaporan. Ada metode yang
berbeda-beda dalam mengungkapkan informasi yang dianggap penting. Pemilihan
metode terbaik dari pengungkapan tiap-tiap kasus tergantung pada sifat informasi
yang ingin disampaikan serta kepentingan relatifnya. Menurut Hendriksen dan Breda
(2002), metode yang biasa dipakai dalam pengungkapan tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
9
a. Bentuk dan susunan laporan formal
b. Terminology dan penyajian yang terinci
c. Informasi parenthis
d. Catatan kaki
e. Laporan dan daftar (schedule) pelengkap
f. Komentar dalam laporan auditor
g. Pembahasan dan analisis manajemen dan surat direktur utama
Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan
menjadi pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure). Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) merupakan
pengungkapan informasi yang wajib diberitahukan sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bapepam. Sedangkan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) yaitu
pengungkapan informasi diluar pengungkapan wajib yang diberikan dengan sukarela
oleh perusahaan kepada para pemakai (Yularto dan Chariri, 2003). Dimana dalam
pengungkapan sukarela yang di laporkan dalam laporan tahunan ini terdapat
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai isi dari
pengungkapan CSR itu sendiri (Chariri dan Ghozali, 2007). Dalam survei yang
dilakukan oleh Ernst dan Ernst,1998 (dalam Chariri dan Ghozali, 2007) menemukan
bahwa pengungkapan dikatakan berkaitan dengan isu sosial (dan lingkungan) jika
pengungkapan tersebut berisi informasi yang dapat dikatagorikan ke dalam kelompok
berikut ini :
1. Lingkungan
2. Energi
3. Praktik bisnis yang wajar (fair)
4. Sumber daya manusia
5. Keterlibatan masyarakat
6. Produk yang dihasilkan
10
7. Pengungkapan lainnya
Ada berbagai motivasi bagi para manajer untuk sukarela melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu, seperti memutuskan untuk melaporkan informasi sosial dan
lingkungan. Deegan (2002) dalam penelitiannya merangkum beberapa alasan yang
dikemukakan oleh berbagai peneliti untuk melaporkan informasi sosial dan
lingkungan sebagai berikut :
1. Keinginan untuk mematuhi persyaratan yang ada dalam Undang-Undang.
2. Pertimbangan rasionalitas ekonomi.
3. Keyakinan dalam proses akuntabilitas untuk melaporkan.
4. Keinginan untuk mematuhi persyaratan peminjaman.
Untuk memenuhi harapan masyarakat, mungkin mencerminkan suatu pandangan
yang sesuai dengan "komunitas lisensi untuk beroperasi".
Pengaruh Size Perusahaan Terhadap Pengungkapan CSR
Size perusahaan dinyatakan dalam total aktiva yang dimiliki perusahaan,
diharapkan berpengaruh terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility
dalam laporan tahunan perusahaan. Alasan yang mendasari pengharapan ini adalah
umunya perusahaan memiliki biaya competitif disadvantage lebih rendah dari
perusahaan kecil, skill karyawan yang lebih baik dan biaya pengungkapan yang
rendah, sehingga memungkinkan dalam melakukan pengungkapan lebih luas.
Variabel merupakan variabel yang paling konsisten dalam penelitian sebelumnya
(Wallace, 1994, Suripto, 1999, Yuniati Gunawan, 2000 dalam Nor Hadi dan Sabeni,
2002). Secara umum, menurut Gray et. al., (2001) dalam Sembiring (2002),
kebanyakan penelitian yang dilakukan mendukung hubungan antara size perusahaan
dengan Corporate Social Responsibility perusahaan.
Size perusahaan dinyatakan dalam total aktiva yang dimiliki perusahaan,
diharapkan berpengaruh terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility
dalam laporan tahunan perusahaan. Alasan yang mendasari pengharapan ini adalah
umunya perusahaan memiliki biaya competitif disadvantage lebih rendah dari
11
perusahaan kecil, skill karyawan yang lebih baik dan biaya pengungkapan yang
rendah, sehingga memungkinkan dalam melakukan pengungkapan lebih luas.
Variabel merupakan variabel yang paling konsisten dalam penelitian sebelumnya
(Wallace, 1994, Suripto, 1999, Yuniati Gunawan, 2000 dalam Nor Hadi dan Sabeni,
2002). Secara umum, menurut Gray et. al., (2001) dalam Sembiring (2002),
kebanyakan penelitian yang dilakukan mendukung hubungan antara size perusahaan
dengan Corporate Social Responsibility perusahaan.
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan CSR
Heinze (1976) dalam Heckston dan Milne, (1996) menyatakan bahwa
profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada
manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang
saham. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin
besar pengungkapan informasi sosial yang dilakukan oleh perusahan.
Hubungan antara pengungkapan CSR dan profitabilitas perusahaan telah
dipostulasikan untuk merefleksikan pandangan bahwa kepekaan sosial membutuhkan
gaya managerial yang sama sebagaimana yang diperlukan untuk dapat membuat
perusahaan menguntungkan (profitable) Bowman dan Haire (1976) dalam Heckston
dan Milne (1996). Pengungkapan CSR merupakan cerminan suatu pendekatan
manajemen dalam menghadapi lingkungan yang dinamis dan multidimensional serta
kemampuan untuk mempertemukan tekanan sosial dengan reaksi kebutuhan
masyarakat. Dengan demikian, ketrampilan manajemen perlu dipertimbangkan untuk
survive dalam lingkungan perusahaan masa kini (Cowen et al., 1987 dalam Heckston
dan Milne, 1996). Bowman dan Haire (1976) serta Preston (1978) dalam Anggraini
(2006) mendukung hubungan profitabilitas dan pengungkapan Corporate Social
Responsibility.
Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan CSR
Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas
pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai
12
struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak
tertagihnya suatu utang. Perjanjian terbatas seperti perjanjian hutang yang tergambar
dalam tingkat leverage dimaksudkan membatasi kemampuan manajemen untuk
menciptakan transfer kekayaan antar pemegang saham dan pemegang obligasi
(Jensen dan Meckling, 1976; Smith dan Warner, 1979 dalam Belkaoul dan Karpik,
1989). Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang
lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan
perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen dan Meckling, 1976
dalam Anggraini, 2006).
Menurut Belkaoui dan Karpik (1989) dalam Sembiring (2002) keputusan
untuk mengungkapkan informasi sosial akan mengikuti suatu pengeluaran untuk
pengungkapan yang menurunkan pendapatan. Sesuai dengan teori agensi maka
manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi
perngungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi soratan
debtholders. Hasil penelitiannya menunjukkan leverage berpengaruh negatif
signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan CSR
Dewan komisaris adalah wakil shareholder dalam perusahaan yang berbadan
hukum perseroan terbatas yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang
dilaksanakan oleh manajemen (direksi), dan bertanggung jawab untuk menentukan
apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan
menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan (Mulyadi, 2002).
Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller dan Gregory (1999) dalam
Sembiring (2002) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan
komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan memonitoring
yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung
jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen akan semakin besar untuk
mengungkapkannya. Berdasarkan teori agensi, dewan komisaris dianggap sebagai
13
mekanisme pengendalian intern tertinggi, yang bertanggung jawab untuk memonitor
tindakan manajemen puncak. Dikaitkan dengan pengungkapan informasi oleh
perusahaan, kebanyakan penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara
berbagai karakteristik dewan komisaris dengan tingkat pengungkapan informasi oleh
perusahaan
Hipotesis
Dari kerangka pemikiran teoritis diatas, maka hipotesis-hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Hipotesis 1: Ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif terhadap pengungkapan
Corporate Social Responsibility.
Hipotesis 2: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap pengungkapan Corporate
Social Responsibility.
Hipotesis 3: Leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility.
Hipotesis 4: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan
Corporate Social Responsibility.
14
3. Metode Penelitian
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel adalah suatu konsep yang memiliki bermacam-macam nilai. Variabel
dikelompokkan menjadi 2, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
merupakan suatu variabel yang fungsinya menerangkan (mempengaruhi) terhadap
variabel lainnya. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dikenai pengaruh
atau diterangkan oleh variabel lain (Nasir, 1983 dalam Alhusin, 2000). Variabel
terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah pengungangkapan Corporate
Social Responsibility (CSR) pada perusahaan pertambangan. Sedangkan variabel
bebasnya (independent variable) adalah size, profitabilitas, leverage dan ukuran
dewan komisaris.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang melakukan
listing di Bursa Efek Indonesia, yaitu sebanyak 393 perusahaan. Sedangkan untuk
teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling, yaitu teknik sampling
yang anggota sampelnya dipilih secara khusus berdasarkan kriteria tertentu untuk
tujuan penelitian. Adapun kriteria dalam penelitian ini, yaitu:
1. Merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pertambangan
2. Perusahaan melakukan listing di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun
2007-2009 secara berturut-turut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana perusahaan memenuhi kriteria item pengungkapan dari CSR
setelah adanya UU PT No.40 tahun 2007
3. Perusahaan mengungkapkan laporan keuangan secara lengkap sesuai PSAK
Dari kriteria purposive sampling diatas maka peneliti mendapatkan 13 perusahaan
pertambangan setiap tahunnya yang termasuk dalam populasi penelitian.
15
Sampel Perusahaan
No Sampel Perusahaan
1 PT. ATPK Resources Tbk
2 PT. Bumi Resources Tbk
3 PT. Indo Tambangraya Mega Tbk
4 PT. Pedana Karya Perkasa Tbk
5 PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
6 PT. Apexindo Pratama Duta Tbk
7 PT. Energi Mega Persada Tbk
8 PT. Medco Energi International Tbk
9 PT. Aneka Tambang Tbk
10 PT. International Nickel Indonesia Tbk
11 PT. Timah Tbk
12 PT. Central Corporindo Internasional Tbk
13 PT. Citatah Industri Marmer Tbk
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan adalah
laporan tahunan perusahaan pertambangan tahun 2007, 2008 dan 2009. Penggunaan
perusahaan pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dikarenakan industri
pertambangan termasuk dalam industri high profile yang memiliki visibilitas dari
stakeholder, risiko politis yang tinggi, dan menghadapi persaingan yang tinggi.
Industri high profile umumnya merupakan industri yang memperoleh sorotan dari
masyarakat karena aktivitas operasinya memiliki potensi bersinggungan dengan
kepentingan luas (stakeholder). Sedangkan alasan dipilihnya periode waktu tersebut
karena laporan tahunan tahun 2007, 2008 dan 2009 agar tidak terjadi perbedaan
16
peraturan yang berlaku pada tahun penelitian, hal ini dikarenakan diberlakukannya
UU PT No.40 Tahun 2007 pada tahun 2007.
17
4. Hasil dan Pembahasan
No. Kriteria Jumlah
Pelanggaran
Kriteria
Akumulasi
1. Total perusahaan pertambangan yang listing di
Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2009
78
2. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 1
Januari 2007
65 13
3. Tetap listing di Bursa Efek Indonesia selama
periode penelitian (2007 – 2009)
13
4. Mengungkapkan laporan keuangan sesuai
PSAK dan UU PT No.40 tahun 2007
13
Tahun Pengamatan 3
Jumlah Sampel Total 39
Analisis Deskriptif Statistik
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan variabel-variabel dalam
penelitian ini. Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata, maksimal, minimal dan
standar deviasi untuk mendeskripsikan variabel penelitian.
Penelitian ini menggunakan tema pengungkapan sosial yang secara
keseluruhan terdiri dari 78 item pada 7 tema yang diusung dalam CSR. Sebanyak 4
variabel digunakan sebagai predictor dalam penelitian ini. Deskripsi dari masing-
masing variabel penelitian diperoleh sebagai berikut:
18
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Size 39 11.22 13.87 12.5919 .77833
ROA 39 .00 .89 .1877 .20432
DER 39 .00 .78 .4186 .22359
DK 39 3.00 10.00 5.1538 2.05885
CSRy 39 55.00 66.00 58.9231 3.56433
Valid N
(listwise)
39
Sumber: Data sekunder yang diolah
Variabel ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset menunjukkan rata-
rata (mean) sebesar Rp 12,5919 juta. Nilai minimum menunjukkan sebesar Rp 11,22
juta dan nilai maksimum menunjukkan sebesar Rp 13,87 juta. Aset yang semakin
besar menunjukkan lebih banyaknya sumber-sumber aset yang dimiliki perusahaan,
sehingga dimungkinkan akan menambah sumber-sumber pengungkapan yang dapat
diberikan perusahaan. Karena data total aset dari sampel perusahaan memiliki variasi
yang sangat besar (standar deviasi yang besar), maka data ukuran perusahaan dan
sebagaimana pada peneltian terdahulu, selanjutnya variabel ukuran perusahaan akan
disajikan dalam bentuk transformasi logaritma natural dari total aset.
19
Pengujian Hipotesis
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 78.059 7.216 10.817 .037
Size 1.634 .266 .944 .614 .776
ROA 3.371 1.814 .193 1.858 .007
Leverage 3.306 1.529 .207 .163 .830
DewanKomisaris 2.129 .661 .465 3.222 .003
a. Dependent Variable: CSRy
Sumber: Data Sekunder yang Diolah
Analisis linier berganda digunakan untuk mendapat koefisien regresi yang
akan menentukan apakah hipotesis yang dibuat akan diterima atau ditolak. Atas dasar
hasil analisis regresi dengan menggunakan sebesar tingkat signifikan sebesar 5%
diperoleh persamaam sebagai berikut:
CSR = 78,059 + 1,634 SIZE + 3,371 ROA + 3,306 LEV + 2,129 DK + e
Hasil persamaaan menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage dan ukuran dewan komisaris perusahaan memiliki koefisien
positif. Hal ini berarti bahwa peningkatan ukuran perusahaan, profitabilitas, tingkat
leverage dan ukuran dewan komisaris perusahaan akan meningkatkan pengungkapan
sosial.
Pembahasan
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
Ukuran perusahaan merupakan salah satu ukuran yang penting yang banyak
digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan
perusahaan. Perusahaan yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan
mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan
20
tersebut. Di samping itu, perusahaan besar merupakan emiten yang paling banyak
disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya-biaya politis
sebagai bentuk tanggung jawab sosial.
Hasil pengujian dalam penelitian ini, seperti nampak dalam tabel 4.6
mengenai hasil analisis regresi linier berganda, ukuran perusahaan yang dinyatakan
dengan total aktiva yang dimiliki menunjukkan pengaruh yang negatif dengan nilai t
sebesar 0,614 dan tingkat signifikan sebesar 0,776 terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR), sehingga hasil penelitian ini tidak mendukung
hipotesis yang diajukan. Adapun hasil yang didapat menunjukkan bahwa aktiva yang
dimiliki suatu perusahaan tidak mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial
dikarenakan adanya UU PT no.40 tahun 2007 yang mengatur tanggung jawab sosial
dan lingkungan, sehingga besar atau kecil ukuran perusahaan tersebut harus tetap
mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah mereka lakukan.
Pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
efektif perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan bagi perushaaan.
Hasil penelitian menunjukkan hasil t sebesar 1,858 dengan tingkat signifikan 0,007
berada lebih rendah dari α = 0,05, sehingga dapat diperoleh bahwa profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial artinya
peningkatan profitabilitas perusahaan akan meningkatkan dan memperluas informasi
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung hubungan antara pengungkapan tanggung
jawab sosial perushaaan dan profitabilitas perusahaan yang tercermin dalam
pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial yang sama dengan gaya
manajerial yang diperlukan untuk membuat suatu perusahaan memperoleh
keuntungan. Terpenuhinya tanggung jawab agen kepada principal yaitu memperoleh
keuntungan, memberikan keleluasaan kepada manajemen perusahaan untuk
melakukan CSR sebagai strategi menjaga hubungan baik dengan stakeholder lainnya.
21
Pengaruh leverage terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
Ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan
operasinya tercermin dalam tingkat leverage. Leverage ini juga dengan demikian
mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Dari hasil pengujian diperoleh nilai t
sebesar 2,163 dengan tingkat signifikan sebesar 0,830 berada lebih tinggi pada α =
0,05, sehingga dapat diketahui bahwa variabel leverage berpengaruh positif terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial namun tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa
tinggi rendahnya tingkat leverage perusahaan tidak mempengaruhi luas
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan demikian hasil ini tidak
berhasil mendukung teori agensi dan mungkin sesuai dengan pendapat Kokubu et.al,.
(2001) dalam penelitiannya di Jepang, yang menyatakan bahwa perusahaan Jepang
secara tradisional mempunyai hubungan yang baik dengan bank, walaupun
mempunyai suatu derajat ketergantungan yang tinggi pada hutang. Tanpa hubungan
yang baik dengan para debtholders, maka berdasarkan teori agensi, hal ini akan
berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasil penelitian
ini tidak tidak berhasil mendukung teori agensi, hasil ini sesuai dengan hasil
penelitian Suda dan Kokubu (1994), Kokubu et.al,. (2001) dan Sembiring (2005)
yang menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial.
Ukuran dewan komisaris adalah jumlah dewan komisaris yang dimiliki
perusahaan. Semakin besar dewan komisaris, semakin banyak pihak yang dapat
melakukan pengawasan terhadap manajemen, sehingga banyak pula butir-butir
informasi yang mendetail yang dituntut untuk dibuka dalam laporan tahunan. Dari
hasil penelitian menunjukkan nilai t sebesar 3,222 dengan tingkat signifikan 0,003
berada lebih kecil pada α = 0,05 sehingga ukuran dewan komisaris berpengaruh
22
signifikan terhadap pengungkapan sosial. Hal ini berarti semakin besar jumlah dewan
komisaris yang dimiliki suatu perusahaan maka tingkat pengungkapan yang
dilakukan oleh suatu perusahaan akan semakin luas. Hasil penelitian ini berhasil
mendukung teori agensi dan sesuai dengan pendapat Coller dan Gregoy (1999) yang
menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan
semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan
semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka
tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya.
23
5. Penutup
Dari hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Secara parsial ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR
2. Secara parsial profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dengan
arah positif
3. Secara parsial leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR
4. Secara parsial ukuran dewan komisaris berpengaruh tehadap pengungkapan CSR
dengan arah positif
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang sekaligus dapat
merupakan arah bagi penelitian yang akan datang antara lain:
1. Jumlah sampel yang digunakan relatif kecil, yaitu hanya 13 perusahaan dari 22
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.
2. Penelitian ini hanya mengidentifikasi 4 faktor yang mempengaruhi pengungkapan
CSR dalam laporan tahunan perusahaan karena keterbatasan waktu penelitian.
3. Penelitian ini hanya melihat satu media pelaporan dalam menentukan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility yaitu pelaporan keuangan.
Saran
Berdasarkan beberapa keterbatasan penelitian yang telah diungkapkan, maka
diberikan saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Jumlah sampel ditambah sehingga dapat menambah kekuatan prediksi dari
penelitian.
2. Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel independen yang terkait dengan
pengungkapan CSR, seperti tipe industri, kepemilikan manajemen dan lain-lain.
Penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan penggunaan media pelaporan yang
lain yang digunakan untuk menentukan Pengungkapan Corporate Social
Responsibility.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Reni Retno, 2006, “Pengungkapan Informasi dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan
Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang terdaftar Bursa
Efek Jakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi IX
Fahrizqi, Anggara, 2010, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia), Skripsi S1 Program Reguler 1 ( Tidak Dipublikasikan)
Ghazali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. 4 ed.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Ghazali, Imam dan Anis Chariri, 2007, Teori Akuntansi, Edisi 3, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang
Hadi, Nor dan Arifin Sabeni, 2002, Analysis of Factors Affecting the Extent of
Voluntary Disclosure in the Annual Report of Public Company Firm in Jakarta
Stock Exchange, Jurnal MAKSI, vol.1
Purnasiwi, Jayanti, 2011, Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas dan Leverage
Terhadap Pengungkapan CSR pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, Skripsi S1 Program Reguler 1 (Tidak Dipublikasikan)
25
Rizal, Muhammad, 2000, Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) Perusahaan Go Publik di Indonesia,
BALANCE, vol.1 no.2
Santoso, Singgih. 2001. Buku Latihan SPSS. Edisi Kedua. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo
Sembiring, Eddy Rismanda, 2006, Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di
Bursa Efek Jakarta, Jurnal MAKSI, vol.6 no.1
Suripto, Bambang, 1999, The Firm Characteristic Effect to Extent of Voluntary
Disclosure in the Annual Report, Simposium Nasional Akuntansi II
Trijayanti, Putri Medikasari, 2010, Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam Laporan Tahunan
Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Indonesia, Skripsi S1 Program Reguler
2 (Tidak Dipublikasikan)
Veronica, Theodora Martina, 2009, Perngaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Sektor
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi S1 Program
Reguler 1 (Tidak Dipublikasikan)
www.google.com
www.idx.co.id