PENGARUH JENIS KELAMIN TERHADAP BAGIAN KARKAS KUALITAS SATU KAMBING … · 2017. 2. 27. · dari...
Transcript of PENGARUH JENIS KELAMIN TERHADAP BAGIAN KARKAS KUALITAS SATU KAMBING … · 2017. 2. 27. · dari...
i
PENGARUH JENIS KELAMIN TERHADAP BAGIAN KARKAS
KUALITAS SATU KAMBING KACANG YANG DIPELIHARA SECARA
INTENSIF
SKRIPSI
LILI ANDRIANI SALMAN
I 111 10 275
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK
JURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
ii
PENGARUH JENIS KELAMIN TERHADAP BAGIAN KARKAS
KUALITAS SATU KAMBING KACANG YANG DIPELIHARA SECARA
INTENSIF
Oleh:
LILI ANDRIANI SALMAN
I 111 10 275
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK
JURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
SKRIPSI
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Lili Andriani Salman
NIM : I 111 10 275
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab
Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan
atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sepenuhnya.
Makassar, Juni 2014
TTD
Lili Andriani Salman
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Bagian Karkas
Kualitas Satu Kambing Kacang yang Dipelihara
Secara Intensif
Nama : Lili Andriani Salman
No. Pokok : I 111 10 275
Program Studi : Produksi Ternak
Jurusan : Produksi Ternak
Fakultas : Peternakan
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh:
Pembimbing Utama
Prof. Dr. Ir. H. Basit Wello, M.Sc
NIP. 19450805 196901 1 001
Pembimbing Anggota
Prof. Dr. Ir. H. Sjamsuddin Garantjang, M.Sc
I NIP. 19510707 197602 1 001
Dekan Fakultas Peternakan
Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc
NIP. 19520923 197903 1 002
Ketua Jurusan Produksi Ternak
Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M. Sc
NIP. 19641231 198903 1 025
Tanggal Lulus : Juni 2014
v
ABSTRAK
Lili Andriani Salman (I 111 10 275), Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap
Bagian Karkas Kualitas Satu Kambing Kacang yang Dipelihara Secara
Intensif. Dibawah bimbingan Basit Wello Sebagai Pembimbing Utama dan
Syamsuddin Garantjang Sebagai Pembimbing Anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui bagaimana pengaruh jenis
kelamin terhadap bagian karkas kualitas satu kambing kacang dipelihara secara
intensif. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ternak Potong dan Kerja
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar. Penelitian ini
menggunakan analisis T-test Independent Sample, dengan 4 ekor Kambing
Kacang Jantan dan 4 ekor Kambing Kacang Betina. Data yang diperoleh berasal
dari catatan setelah pemotongan kambing yang dicatat setiap pemotongan sesuai
dengan variable yang diukur, yaitu selama tiga hari pemotongan. Parameter yang
diukur meliputi bobot potong, berat karkas, persentase karkas, berat leg,
persentase leg, berat loin dan persentase loin. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bagian karkas kualitas satu kambing Kacang jantan dan Betina yang
dipelihara secara intensif tidak berpengaruh nyata (P > 0.05).
Kata Kunci : Jenis Kelamin, Bagian Karkas Kualitas Satu, Kambing Kacang.
vi
ABSTRACK
Lili Andriani Salman (I 111 10 275) Effect of Sex Part Of The Kacang Goats
Carcass Quality intensively reared. Under Basit Wello as main supervisor
and Syamsuddin Garantjang as co-supervisor.
This research aimed to knowing how the influence of sex on the part of the
carcass quality of intensively reared Kacang goat. This research is done in the
Laboratory of the Faculty Cattle Ranch and Working Hasanuddin University,
Makassar. This research using analysis of the Independent Sample T-test, with 4
samples males Goats and 4 females Kacang goats. The data derived from records
after slaughter the recorded every slaughter goats according to the measured
variable, is during the three days of cutting. The parameters measured include
slaughter weight, carcass weight, carcass percentage, leg weight, percentage of
leg, loin weight and percentage of loin. The results showed that the part of the
carcass quality of male and female Kacang goats intensively reared not significant
(P> 0:05).
Keywords: Sex, Carcass Quality Part One, Kacang Goats.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir / Skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi
dengan judul ” Pengaruh Jenis Kelamin Tehadap Bagian Karkas Kualitas
Satu Kambing Kacang Yang Dipelihara Secara Intensif”. Sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Pada kesempatan ini penulis menghantur ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya dengan penuh rasa hormat kepada:
1. Secara khusus penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Prof. Dr. Ir. H. Basit Wello, M.Sc selaku Pembimbing
Utama dan Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Garantjang, M.Sc selaku
Pembimbing Anggota, atas segala bantuan dan keikhlasannya untuk
memberikan bimbingan, nasehat dan saran sejak awal penelitian sampai
selesainya penulisan skripsi ini.
2. Pada kedua orang tua, ayahanda Salman dan ibunda Fatmawati tercinta,
dan saudaraku Sri Jayanti SE, Ahmad Saiful SH, Muhammad Yusuf
Muharram serta keluarga besarku yang terus mendidik dan mendukung baik
materil maupun moril, dan atas segala limpahan doa, kasih sayang, kesabaran,
pengorbanan, dan segala bentuk motivasi yang telah diberikan tanpa henti
kepada penulis.
viii
3. Prof. Dr. Ir. Hj. Sahari Banong, MS dan Hasbi, S.Pt, M.Si selaku
Penasehat Akademik penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya
selama penulis duduk dibangku perkuliahan dan senantiasa memberikan
motivasi dan nasehat yang sangat berarti bagi penulis.
4. Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M. Sc selaku Dekan Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, dan Bapak wakil Dekan I, II, III, yang
telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama menjadi mahasiswa.
5. Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M. Sc selaku Ketua Jurusan Produksi
Ternak beserta seluruh dosen dan staf Jurusan Produksi Ternak atas segala
bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Djoni Prawira Rahardja, M.Sc dan Bapak Dr. M.
Ihsan A. Dagong, S.Pt. M.Si serta Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Sahari Banong, MS
sebagai pembahas yang telah memberikan masukan selama penyusunan
skripsi ini.
7. Semua Dosen-Dosen Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah
memberi ilmunya kepada penulis.
8. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan sepenelitian
Dyan Anjanna Putri, Samsu Alam Rab, Nurmiati , Linda Rahman,
Winda Lestari Kahar, serta Kanda Muh. Ichsan yang telah mencurahkan
segenap tenaga dan perhatiannya, sekali lagi terima kasih banyak yang
sebesar-besarnya.
9. kepada sahabat-sahabatku yang terbaik Ayhu Kharismawati, Harianti, Rudi
Dharmawan, Inna Think, Uchi, Tenri, Weni, Ceceng, Rahmi dan
ix
Nurmiati dan terkhusus Angkatan 2010 “L10N” yang telah menjadi keluarga
kecilku selama ini.
10. Kepada Saudaraku Exact 6 Fitrah, Nhuni, Dhinul, Ewink, Ilho, Djelani,
Wahyu, Bemo, Memet dll yang namanya belum saya sebutkan yang telah
memberikan semengat dalam mengerjakan tugas akhir ini.
11. Penulis juga tidak lupa menghanturkan banyak terima kasih kepada Aldes
Alwanto Tandi yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini dan
telah membantu selama penelitian serta selalu memberikan semangat kepada
penulis.
12. Kepada Teman Matador dan Situasi 2010 serta kakanda Merpati 09,
Bakteri 08, Rumput 07, Colagen 06 dan Lebah 05 yang selama ini
memberikan support kepada penulis dan Semua pihak yang tidak dapat
penulis sebut satu persatu, terima kasih atas bantuannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan tapi
penulis membuka diri terhadap kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini dan demi kemajuan ilmu pengetahuan nantinya. Akhir
kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi diri
penulis sendiri. Amin.
Makassar, Juni 2014
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3
A. Kambing Kacang Secara Umum .................................................. 3
B. Pakan ............................................................................................. 4
C. Pertumbuhan Pada Kambing Secara Umum ................................ 5
D. Karkas ............................................................................................ 7
E. Sistem Pemeliharaan Intensif ....................................................... 10
METODE PENELITIAN ......................................................................... 12
Waktu dan Tempat .............................................................................. 12
Materi Penelitian dan Bahan Penelitian ............................................... 12
Peubah yang Diukur ............................................................................ 12
Prosedur Penelitian .............................................................................. 13
Analisis Data ........................................................................................ 15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Bagian Karkas Kualitas Satu
Kambing Kacang yang Dipelihara Secara Intensif ............................ 17
Berat Karkas ........................................................................................ 17
xi
Berat Leg ............................................................................................. 19
Berat Loin ........................................................................................... 20
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .......................................................................................... 22
Saran .................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 23
LAMPIRAN ............................................................................................... 26
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... 39
xii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Komposisi Bahan Pakan Konsentrat yang Digunakan ........................ 14
2. Analisis Proksimat Bahan Pakan Konsentrat ....................................... 14
3. Rata-rata Bobot Potong, Berat Karkas, Berat Leg, dan Berat Loin
Kambing Kacang yang Dipelihara Secara Intensif .............................. 17
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Kambing Kacang Betina ..................................................................... 4
2. Kambing Kacang Jantan ...................................................................... 4
3. Karkas Kambing................................................................................... 15
1
PENDAHULUAN
Permintaan produk peternakan khususnya daging di Indonesia akhir-akhir
ini semakin meningkat, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk tujuan
ekspor dalam bentuk ternak hidup. Ternak kambing merupakan salah satu jenis
ternak yang memiliki prospek pengembangan yang cukup baik dalam menyuplai
kebutuhan tersebut. Adapun ternak kambing yang dapat menyuplai kebutuhan
tersebut yaitu kambing Kacang. Kambing Kacang adalah salah satu kambing lokal
di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi dan tersebar luas.
Produktivitas kambing dapat diukur melalui pertambahan bobot badan dan
persentase karkas yang dihasilkan. Karkas kambing adalah bagian tubuh dari
kambing sehat yang telah disembelih secara halal telah dikuliti, dikeluarkan
jeroan, dipisahkan antara kepala dan kaki mulai dari tarsus ke bawah, organ
reproduksi, ambing, ekor serta lemak yang berlebih, adapun yang dimaksud
karkas kualitas satu yaitu leg dan loin. Sementara produktivitas tersebut tidak
terlepas dari penampilan produksi ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain faktor keturunan (genetik) dan faktor lingkungan yang terdiri dari pakan,
pengelolaan, perkandangan, pemberantasan dan pencegahan penyakit.
Faktor genetik yaitu jenis kelamin juga salah satu faktor yang sangat
berpengaruh terhadap performa produksi ternak. Hal ini disebabkan oleh adanya
pengaruh terhadap jaringan tubuh yang sekaligus mempengaruhi pertumbuhan
maupun persentase karkas ternak serta jenis kelamin menyebabkan perbedaan laju
pertumbuhan. Pada umur yang sama ternak jantan biasanya tumbuh lebih cepat
dibandingkan ternak betina. Hal ini menyebabkan bobot hidup ternak jantan lebih
2
berat dibandingkan bobot hidup ternak betina. Pemeliharaan secara intensif adalah
kambing yang dipelihara dalam kandang tertentu, tidak dipekerjakan tetapi hanya
diberi pakan dengan nilai nutrisi yang optimal untuk meningkatkan berat badan
sehingga berat karkas juga meningkat dan kesehatan kambing yang maksimal.
Atas dasar pemikiran ini, maka akan dilakukan penelitian ini untuk melihat
pengaruh jenis kelamin terhadap bagian karkas kualitas satu yang dipelihara
secara intensif.
Karkas merupakan bagian dari ternak yang telah dipisahkan dari kepala,
jeroan dan kaki bagian bawah yaitu tarsi-metatarsi dan carpi metacarpi. Persentase
dan pertambahan karkas ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur,
bangsa dan salah satunya adalah jenis kelamin. Maka dari itu perlu dilakukan
penelitian mengenai bagaimana pengaruh jenis kelamin terhadap bagian karkas
kualitas satu kambing Kacang yang dipelihara secara intensif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh
jenis kelamin terhadap bagian karkas kualitas satu kambing kacang dipelihara
secara intensif. Kegunaan penelitian ini adalah diharapkan menjadi bahan acuan
bagi peternak, untuk melihat bagaimana pengaruh jenis kelamin terhadap bagian
karkas kualitas satu kambing Kacang dipelihara secara intensif sehingga
diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi kambing Kacang
sebagai penghasil daging dan upaya peningkatan produktivitasnya.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Kambing Kacang Secara Umum
Kambing Kacang adalah salah satu kambing lokal di Indonesia dengan
populasi yang cukup tinggi dan tersebar luas. Kambing Kacang memiliki ukuran
tubuh yang relatif kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri tegak. Kambing
ini telah beradaptasi dengan lingkungan setempat, dan memiliki keunggulan pada
tingkat kelahiran. Beberapa hasil pengamatan menunjukkan bahwa litter sizenya
adalah 2 ekor (Setiadi, 2003). Kambing ini memiliki keterbatasan dengan rataan
bobot badan dewasa yang cukup rendah yaitu sekitar 20–25 kg, dengan tinggi
pundak pada jantan dewasa dan betina dewasa adalah 53,80 ± 2,88 cm dan 52,00
± 7,38 cm (Setiadi dkk, 1997). Kambing ini memiliki tanduk baik jantan maupun
betina, secara umum warna tubuhnya adalah gelap dan coklat.
Menurut Davendra dan Burn (1994), kambing Kacang merupakan
kambing asli Malaysia dan Indonesia. Kambing Kacang mampu beradaptasi baik
dengan lingkungan tempat hidup. Kambing Kacang biasa digunakan sebagai
penghasil daging. Kambing Kacang memiliki kulit yang relatif tipis dengan bulu
kasar. Kambing Kacang berwarna hitam, terkadang terdapat bercak-bercak putih.
Tanduk berbentuk pedang, melengkung ke atas dan ke belakang yang tumbuh
dengan baik pada jantan dan betina. Telinga berbentuk pendek dan tegak. Leher
pendek dan punggung melengkung sedikit yang berukuran lebih tinggi daripada
bahu.
4
Tinggi gumba kambing Kacang jantan sekitar 60-65 cm dan betina 56 cm.
Jantan dan betina dewasa masing-masing berbobot sekitar 25 dan 20 kg. Kambing
Kacang lambat mencapai dewasa kelamin. Betina beranak pertama kali pada umur
12-13 bulan (Davendra dan Burn, 1994).
Gambar 1: Kambing Kacang Betina Gambar 2 : Kambing Kacang Jantan
Pakan
Pada umumnya pengertian pakan (feed) digunakan untuk hewan, sedangkam
pengertian pangan (food) digunakan untuk manusia. Berkaitan dengan pakan,
maka dihadapkan pada masalahas-masalah: kuantitatif, kualitatif, kontinuitas, dan
keseimbangan zat pakan yang terkandung di dalamnya (Sutardi, 1980). Menurut
Mulyono dan Sarwono (2008), pada dasarnya kambing tidak selektif dalam
memilih pakan. Segala macam daun-daunan dan rumput disukai, tetapi hijauan
dari daun-daunan lebih disukai daripada rumput. Hijauan yang baik untuk pakan
adalah hijauan yang belum terlalu tua dan belum menghasilkan bunga karena
hijauan yang masih muda memiliki kandungan PK (protein kasar) yang lebih
tinggi.
5
a. Hijauan
Hijauan pakan merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia dan
berfungsi sebagai sumber gizi, yaitu protein, sumber tenaga, vitamin dan mineral.
Pemanfaatan hijauan pakan sebagai makanan ternak kambing harus
disuplementasikan dengan makanan penguat atau konsentrat agar kebutuhan
nutrisi terhadap pakan dapat terpenuhi (Murtidjo, 1993).
b. Konsentrat
Menurut Tillman dkk (1983) bahwa konsentrat adalah bahan pakan ternak
yang mengandung serat kasar kurang dari 18 persen banyak mengandung BETN
(karbohidrat yang mudah dicerna), termasuk golongan biji-bijian dan sisa hasil
penggilingan, umbi-umbian dan bahan berasal dari hewan.
Pertumbuhan Pada Kambing Secara Umum
Secara sederhana Butterfield (1988) mendefenisikan pertumbuhan sebagai
terjadinya perubahan ukuran tubuh dalam suatu organisme sebelum mencapai
dewasa, sedangkan perkembangan adalah produk hasil perbedaan pertumbuhan
dan perkembangan dari masing-masing bagian tubuh dari suatu organisme.
Perubahan ukuran meliputi perubuhan bobot hidup, bentuk dimensi linier dan
komposisi tubuh termasuk pula perubahan pada komponen-komponen tubuh
seperti otot, lemak, tulang dan organ dalam serta komponen kimia terutama air,
lemak, protein dan abu (Edey, 1983).
Pertumbuhan adalah bertambahnya bobot hingga ukuran dewasa tercapai
atau lebih spesifik pertumbuhan dapat dijelaskan dengan bertambahnya produksi
6
unit biokimia baru oleh pembagian sel, pembesaran sel. Perkembangan
menunjukkan kordinasi berbagai proses hingga kematangan (kedewasaan)
tercapai seperti diferensiasi selular dan perubahan bentuk tubuh. Pertumbuhan
pada umumnya dinyatakan dengan mengukur kenaikan bobot hidup yang mudah
dilakukan dan biasanya dinyatakan sebagai pertambahan bobot hidup harian atau
Average Daily Gain (ADG) (Tillman dkk, 1984)
Pertumbuhan ternak terdiri atas tahap cepat yang terjadi mulai awal
pubertas dan tahap lambat yang terjadi pada saat kedewasaan tubuh telah tercapai
(Tillman dkk, 1984). Tumbuh kembang dipengaruhi oleh factor genetic, pakan,
jenis kelamin, hormon, lingkungan dan manajemen (Judge et al., 1989). Beberapa
faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan kambing sebelum lepas sapih
adalah genotip, bobot lahir, produksi susu induk, jumlah anak per kelahiran, umur
induk, jenis kelamin anak dan umur sapih (Edey, 1983).
Hormon yang berperan dalam pertumbuhan ternak jantan yaitu hormon
androgen yang dihasilkan ternak jantan dan hormon estrogen yang dihasilakan
oleh ternak betina. Menurut Soeparno (2005) bahwa hormon kelamin jantan ini
mengakibatkan pertumbuhan yang lebih cepat pada ternak jantan di bandingkan
ternak betina, terutama setelah munculnya sifat-sifat kelamin sekunder pada
ternak jantan. Estrogen adalah homon yang dihasilkan oleh ovarium, plasenta dan
kortek adrenal. Estrogen juga termasuk hormon katabolik yang antara lain
menekan dan menghambat resorpsi tulang.
Menurut Turner dan Bagnara (1976) bahwa perbedaan pertambahan bobot
badan dan persentase karkas berdasarkan jenis kelamin dipengaruhi oleh hormon.
7
Hormon tersebut adalah somatotropin (STH) yang memiliki aktivitas utama dalam
pertumbuhan tulang, pertumbuhan otot, merangsang sintesa protein dan
berpengaruh terhadap metabolisme lipida; triodothyopina.
Karkas
Menurut Owen et al, (1991) yang dimaksud dengan karkas adalah bagian
tubuh ternak hasil pemotongan setelah dipisahkan dari kepala, keempat kaki
bagian bawah mulai dari carpus dan tarsus, kulit, darah, saluran pencernaan,
saluran urine, jantung, paru-paru, limpa, hati, tenggorokan dan jaringan-jaringan
lemak yang melekat pada bagian tubuh, sedangkan organ ginjal sering
dimasukkan sebagai karkas. Menurut Soeparno (1994) karkas adalah bagian tubuh
ternak setelah pemotongan dikurangi kepala, darah, organ–organ internal, kaki
dari carpus dan tarsus ke bawah serta kulit dan ekor. Seekor ternak potong
dianggap mempunyai nilai ekonomis tinggi apabila produksi karkas yang
dihasilkan juga tinggi. Dengan demikian, karkas dapat digunakan sebagai tolok
ukur produktivitas ternak potong, karena karkas merupakan bagian dari hasil
pemotongan ternak yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Umumnya penjualan
daging didasarkan kepada berat karkas (daging dan tulang) dan belum didasarkan
pada tingkat (grade) bagian-bagian dari karkas sebagai yang telah dilakukan di
Negara-negara maju. Menurut Romans dan Ziegler (1974) potongan komersial
karkas dari kambing dibagi menjadi delapan bagian yaitu leg, loin, rack, shoulder,
neck, shank, breast, dan flank adapun bagian karkas kualitas satu yaitu bagian leg
8
dan loin sedangkan bagian karkas kualitas dua yaitu rack, shoulder, neck, shank,
breast, dan flank.
Pemotongan menjadi leg diperoleh dengan cara memisahkan karkas paru
belakang dengan loin antara lumbo sacral terakhir dan flank, loin diperoleh
dengan memotong karkas bagian depan di antara rusuk ke 12 dan 13, pada bagian
belakang kaki, di daerah pertautan antara lumbo sacral terakhir dan flank
(Soeparno, 2005).
Menurut Berg dan Butterfield (1976), faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi karkas seekor ternak dan antara lain adalah bangsa, jenis kelamin, umur
dan bobot potong disamping faktor nutrisi. Bangsa yang memiliki bobot potong
yang besar menghasilkan karkas yang besar. Soeparno (1994) menyatakan bahwa
semakin tinggi bobot potong dihasilkan sehingga diharapkan bagian daging
menjadi lebih besar. Pada bobot tubuh dan karkas yang sama ternak jantan
mengandung lebih banyak daging dan tulang serta lebih sedikit lemak
dibandingkan ternak berjenis kelamin betina (Colomer et al., 1992). Hal ini
disebabkan oleh perbedaan laju pertumbuhan pada umur yang sama antara ternak
jantan dan ternak betina (Soeparno, 1994).
Menurut Hasnudi (2005), komponen utama karkas terdiri atas jaringan otot
(daging) tulang dan lemak yang imbangan ketiga komponen tersebut menentukan
kualitas karkas, proporsi komponen karkas dan potongan karkas yang dikehendaki
oleh konsumen adalah karkas atau potongan karkas yang terdiri atas proporsi
daging tanpa lemak (lean) yang tinggi, tulang yang rendah dan lemak yang
optimal. Komposisi karkas akan berubah dengan bertambahnya bobot karkas,
9
peningkatn bobot karkas akan diikuti oleh pertambahan persentase lemak dan
penurunan persentase daging serta tulang (Forrest et al., 1975).
Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap performa produksi ternak, hal
ini disebabkan oleh adanya pengaruh terhadap jaringan tubuh yang sekaligus
mempengaruhi pertumbuhan maupun persentase karkas ternak. Perbedaan
pertambahan bobot badan dan persentase karkas berdasarkan jenis kelamin
dipengaruhi oleh hormon. Hormon tersebut adalah somototropin (STH) yang
memiliki aktivitas utama dalam pertumbuhan tulang, pertumbuhan otot,
merangsang sintesa protein dan berpengaruh terhadap metabolisme lipida,
triodothyopida. Thyroxin meningkatkan laju metabolik dalam tubuh, glikogen
meningkatkan glukosa darah, stimulasi katabolisme protein dan lemak, androgen
untuk meningkatkan perilaku kelamin jantan, estrogen berpengaruh terhadap
perilaku jenis kelamin betina, glukokortikoid dapat menstimulasi sintesa
karbohidrat, pemecahan protein laktogen, menstimulasi aktivitas hormon
pertumbuhan dari hipofisa (Turner et al., 1976). Adapun menurut Kay dan
Housseman (1975) menyatakan bahwa hormon androgen pada hewan jantan dapat
merangsang pertumbuhan sehingga hewan jantan lebih besar dibandingkan
dengan hewan betina.
Ditambahkan Parakkasi (1999) yaitu perbedaan tingkat pertumbuhan dan
bobot dewasa antara jantan dan betina memberi petunjuk bahwa hormon kelamin
memegang peranan penting untuk merangsang pertumbuhan ruminansia. Dalam
peningkatan tingkat pertumbuhan kambing, estrogen meningkatkan konsentrasi 2
hormon protein yaitu insulin dan hormon pertumbuhan. Estrogen menangkap
10
hipothalamus/pituatary yang selanjutnya meningkatkan sekresi hormon
pertumbuhan, kelenjar pituatary bagian anterior, meningkatkan sekresi hormon
pertumbuhan. Selanjutnya hormon pertumbuhan meningkatkan rata-rata
pertambahann bobot badan, efisiensi penggunaan makanan, pertambahan protein
dan kadar insulin dan glukosa dalam plasma tetapi menurunkan pertumbuhan
jaringan lemak (Parakkasi, 1999).
Menurut Short (1980), hormon kelamin memberikan pengaruh yang
menonjol terhadap pertambahan bobot badan ternak sekaligus memberikan
perbedaan bobot dan persentase karkas. Rismaniah dkk (1989) menyatakan bahwa
faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi produksi ternak terutama kuantitas
dan kualitas pakan yang dikonsumsi dan oleh produk akhir dari proses fermentasi
rumen dan mikroorganisme rumen itu sendiri, jumlah makanan dan mutu
makanan yang baik tidak dapat merubah tubuh ternak secara genetis bertumbuh
kecil, tetapi pemberian makanan dalam jumlah yang rendah tidak akan mampu
memberikan pertambahan bobot badan dan pertumbuhan karkas secara optimal
sesuai dengan potensi genetik yang ada pada masing-masing ternak seperti
kecepatan tumbuh, persentase karkas yang tinggi, hanya mungkin dapat terealisasi
apabila ternak tersebut dapat memperoleh makanan yang cukup.
Sistem Pemeliharaan Intensif
Pemeliharaan secara intensif adalah kambing yang dipelihara dalam
kandang tertentu, tidak dipekerjakan tetapi hanya diberi pakan dengan nilai nutrisi
yang optimal untuk meningkatkan berat badan dan kesehatan kambing yang
11
maksimal. Produktivitas kambing yang dipelihara secara intensif dapat ditunjang
dengan pemberian pakan hijauan maupun konsentrat yang baik dengan komposisi
yang sesuai, penanggulangan penyakit, penanganan pasca panen dan pemasaran
serta jenis bangsa kambing dan umurnya (Syafrial dkk, 2003).
Sistem pemeliharaan intensif menuntut perhatian penuh dan memerlukan
pengadaan hijauan pakan terus menerus tanpa penggembalaan. Kandang ternak
dipisahkan menurut jenis kelamin dan umur ternak. Perawatan rutin yang
dilakukan meliputi : 1) pembersihan kandang, 2) pengumpulan kotoran dan 3)
penyediaan pakan hijauan, pakan tambahan dan air minum. Perawatan insidental
meliputi: 1) pemotongan kuku kambing, 2) kastrasi atau pengebirian, 3)
pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat, 4) pemberian tanda pengenal, 5)
pemotongan tanduk dan 6) vaksinasi (Mulyono dan Sarwono, 2008). Dalam
sistem pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina
sehubungan dengan ini perlu memisahkan kambing betina muda dari umur tiga
bulan sampai cukup umur untuk dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan
dan jantan harus dikandangkan atau ditambatkan terpisah (Devendra dan Burns,
1994).
12
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 - Maret 2014,
bertempat di Laboratorium Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin Makassar.
Materi Penelitian dan Bahan Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, kambing Kacang
sebanyak 8 ekor terdiri dari, 4 ekor jantan dan 4 ekor betina dengan kisaran umur
8 bulan – 1 tahun berasal dari Kabupaten Jeneponto.
Bahan yang digunakan adalah air, hijauan (daun gamal, daun jawa, dan
lamtoro), tepung ikan, jagung giling, bungkil kelapa, dedak, mineral, urea, dan
obat-obatan.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individu,
tempat pakan, tempat minum, parang, timbangan digital, skop, ember, pita, catter,
gergaji besi, pisau, dan meja pemotongan.
Peubah yang Diukur
Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah bobot potong, berat
karkas, persentase karkas serta berat dan persentase karkas kualitas satu, yaitu leg
dan loin dengan rumus sebagai berikut :
13
1. Rumus :
x 100 %
2. Rumus :
x 100 %
3. Rumus :
x 100 %
Prosedur Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian ternak kambing terlebih dahulu dilakukan
pembiasaan selama 1 minggu berturut – turut, dikarenakan ternak kambing berasal
dari Kabupaten Jeneponto yang pemeliharaan sebelumnya dilakukan secara
tradisional dan pakan yang diberikan berbeda dengan pakan yang diberikan pada
saat penelitian, dan setelah itu baru dilakukan perlakuan. Tujuan dari pembiasaan
adalah:
1. Untuk membiasakan ternak dengan keadaan lingkungan yang baru.
2. Untuk membiasakan ternak dengan pakan yang baru (pakan yang
diberikan pada waktu penelitian).
3. Untuk menghilangkan pengaruh pakan sebelumnya.
Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pada pagi jam 08.00 WITA
diberikan pakan konsentrat, pada siang jam 13.00 WITA diberi pakan hijauan dan
sore jam 16.00 WITA diberikan lagi hijauan. Pakan konsentrat yang terdiri dari
dedak, bungkil kelapa, jagung giling, tepung ikan, garam dan mineral dicampur
terlebih dahulu dan ditimbang sebanyak 3% dari berat badan ternak kambing
kemudian diberikan pada ternak. Sedangkan untuk pemberian hijauan terdiri dari
campuran hijauan kayu jawa, gamal (Gliricidia maculata) dan lamtoro (Leucaena
14
leucochepala), air minum diberikan secara adlibitum. Komposisi bahan pakan
konsentrat yang digunakan disajikan pada Tabel 1, analisis proksimat bahan pakan
konsentrat disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan konsentrat yang digunakan.
Bahan Pakan Persentase (%)
Dedak 35
Jagung giling 36
Bungkil Kelapa 15
Tepung Ikan 10
Mineral 2,5
Urea 1,0
Laboratorium Ternak Potong Unit Pemeliharaan Kambing
Tabel 2. Analisis Proksimat Bahan Pakan Konsentrat *)
Kandungan Gizi Persentase (%)
Air 14,49
PK 26,72
Lemak Kasar 4,99
Serat Kasar 18,51
BETN 38,76
Abu 11,02
* Hasil Analisis Kimia Laboratorium Nutrisi Ternak Dasar, 2013
Pada akhir bulan Maret dilakukan penyembelihan dan pemotongan. Proses
pemotongan terjadi beberapa tahap, yaitu:
1. Penimbangan bobot hidup ternak
2. Dilakukan pemotongan kepala, darah dan kaki dipisahkan.
3. Setelah itu pembedahan perut (jeroan dipisahkan), kemudian
didapatkan karkas segar.
4. Penimbangan bobot karkas.
5. Pemotongan menjadi leg diperoleh dengan cara memisahkan karkas
bagian belakang dengan loin antara lumbo sacral terakhir dan flank,
15
loin diperoleh dengan memotong karkas bagian depan di antara rusuk
ke 12 dan 13, pada karkas bagian belakang kaki, di daerah pertautan
antara lumbo sacral terakhir dan flank. Pembagian karkas dapat
terliahatpadaGambar3(Soeparno,2005):
6. Kemudian dari masing-masing bagian potongan ditimbang.
Gambar 3. Karkas Kambing
Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji banding, yaitu uji
t (t-test Independent sample) (Sudjana, 2002) , dengan perlakuan perbedaan jenis
16
kelamin terhadap bagian karkas kualitas satu kambing Kacang yang dipelihara
secara intensif, dengan microsoft office excel dan rumus yang digunakan yaitu:
√
( )
( )
Keterangan :
t = Parameter yang diukur
X1 = Rata-rata perlakuan kambing Kacang Betina
X2 = Rata-rata Perlakuan kambing Kacang Jantan
S2 = Simpangan baku rataan
s1 = Simpangan baku kambing Kacang betina
s2 = Simpangan baku kambing Kacang jantan
n1 = Jumlah kambing Kacang betina
n2 = Jumlah kambing Kacang jantan
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Bagian Karkas Kualitas Satu Kambing
Kacang yang Dipelihara Secara Intensif
Produktivitas kambing dapat diukur melalui pertambahan bobot badan dan
persentase karkas yang dihasilkan. Karkas merupakan bagian dari ternak yang
telah dipisahkan dari kepala, jeroan dan kaki bagian bawah yaitu tarsi-metatarsi
dan carpi metacarpi, adapun yang dimaksud karkas kualitas satu yaitu leg dan
loin. Berikut ini hasil penelitian terhadap rata-rata penimbangan bobot potong,
berat karkas, persentase karkas, berat leg, persentase leg, berat loin dan persentase
loin dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-Rata Bobot Potong, Berat Karkas, Persentase Karkas, Berat Leg,
Persentase Leg, Berat Loin dan Persentase Loin Kambing Kacang yang
Dipelihara Secara Intensif.
No. Parameter Jantan Betina
1. Bobot Potong (g) 13792,5±1425,72 11792,5±1367,34
2. Berat Karkas (g) 5593,5±380,07 4565,5±878,27
3. Karkas (%) 40,66±1,67 38,47±3,11
4. Leg (g) 701±38,96 583±108,06
5. Leg (%) 12,55±0,82 12,53±0,28
6. Loin (g) 210±18,92 159,75±54,63
7. Loin (%) 3,75±0,32 3,43±0,56
Berat Karkas
Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa rata-rata berat karkas kambing
kacang jantan sekitar 5593,5±380,07 g dan betina 4565,5±878,27 g adapun
persentase karkas yaitu jantan sekitar 40,66±1,67 % dan betina 38,47±3,11 %.
Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak
berpengaruh nyata terhadap berat karkas kambing Kacang. Hal ini disebabkan
18
karena hormon kelamin yang terdapat pada kedua ternak belum mempengaruhi
berat karkas kambing Kacang. Hal ini berarti bahwa hormon kelamin yang
berperan dalam pertumbuhan belum berfungsi secara maksimal. Dimana telah
diketahui apabila hormon kelamin jantan dapat berfungsi maka ternak jantan lebih
berat dari betina.
Menurut Short (1980), hormon kelamin memberikan pengaruh yang
menonjol terhadap pertambahan bobot badan ternak yang sekaligus memberikan
perbedaan bobot dan persentase karkas. Hormon yang paling menonjol
pengaruhnya terhadap pertambahan bobot badan ternak adalah hormon estrogen
dan testosteron. Hormon estrogen dapat menghambat pertumbuhan tulang,
sehingga ternak betina memilki kerangka tubuh yang lebih kecil dibanding
kerangka ternak jantan, akan tetapi hormon estrogen dapat memacu pertumbuhan
lemak tubuh, karena itu ternak betina akan menimbun lemak dalam tubuhnya
lebih banyak dibanding ternak jantan. Sebaliknya hormon testosteron dapat
memacu pertumbuhan tulang dan menekan pertumbuhan lemak tubuh.
Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa rata-rata bobot potong kambing
kacang jantan sekitar. 13,62±1,14 g betina dengan rataan 11,79±1,36 g.
Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak
berpengaruh nyata terhadap bobot potong kambing Kacang. Hal ini disebabkan
karena hormon kelamin yang terdapat pada kedua ternak belum berfungsi secara
maksimal sehingga tidak mempengaruhi bobot potong kambing Kacang.
Kay dan Housseman (1975) menyatakan bahwa hormon androgen pada
hewan jantan dapat merangsang pertumbuhan sehingga hewan jantan lebih besar
19
dibandingkan dengan hewan betina. Soeparno (1994) menyatakan bahwa semakin
tinggi bobot potong atau bobot hidup dihasilkan maka diharapkan semakin besar
pula bagian daging dihasilkan. Pada bobot potong dan karkas yang sama ternak
jantan mengandung lebih banyak daging dan tulang serta lebih sedikit lemak
dibandingkan ternak berjenis kelamin betina (Colomer et al., 1992). Hal ini
disebabkan oleh perbedaan laju pertumbuhan pada umur yang sama antara ternak
jantan dan ternak betina (Soeparno, 1994).
Berat Leg
Soeparno (2005) menyatakan pemotongan menjadi leg diperoleh dengan
cara memisahkan karkas bagian belakang dengan loin antara lumbo sacral terakhir
dan flank. Dilihat pada Tabel 3, menunjukkan bahwa rata-rata berat leg kambing
kacang jantan sekitar 701±38,96 g dan betina 583±108,06 g adapun persentase
karkas leg yaitu jantan sekitar 12,559±0,825 % dan betina 12,538±0,289 %.
Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak
berpengaruh nyata terhadap berat leg dan persentase leg kambing Kacang yang
dipelihara secara intensif. Hal ini karena hormon kelamin yang terdapat pada
kedua ternak belum berfungsi secara maksimal terhadap berat leg dan persentase
leg dimana hormon kelamin berfungsi baik setelah dewasa kelamin. Hal ini sesuai
dengan pendapat Davendra et al., (1982) menyatakan bahwa umur dewasa
kelamin pada kambing jantan yaitu 6-8 bulan sedangkan umur dewasa kelamin
pada kambing betina berkisar antara 8-12 bulan.
20
Menurut Short (1980) bahwa hormon kelamin memberikan pengaruh
yang menonjol terhadap pertambahan bobot badan ternak yang sekaligus
memberikan perbedaan bobot dan persentase karkas. Gali et al (1972) menyatakan
bahwa leg merupakan bagian dari bagian komersil karkas kambing. Potongan leg
ini mewakili bagian tubuh dari keseluruhan ternak kambing ditinjau dari segi
karakteristik karkas yang meliputi persentase daging, tulang dan lemak, sehingga
karakteristik potongan leg ini dapat digunakan untuk mewakili karakteristik
karkas kambing secara keseluruhan.
Berat Loin
Loin diperoleh dengan memotong karkas bagian depan di antara rusuk ke
12 dan 13, pada bagian belakang kaki, di daerah pertautan antara lumbo sacral
terakhir dan flank (Soeparno, 2005). Dilihat pada Tabel 3, menunjukkan bahwa
rata-rata berat loin kambing Kacang jantan sekitar 210±18,92 g dan betina
159,75±54,63 g adapun persentase karkas loin yaitu jantan sekitar 3,759±0,329 %
dan betina 3,433±0,561 %. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa
jenis kelamin tidak berpengaruh nyata terhadap berat loin dan persentase loin
kambing Kacang yang dipelihara secara intensif. Hal ini disebabkan karena
hormone kelamin yang terdapat pada kedua ternak belum berfungsi secara
maksimal terhadap berat loin dan persentase loin. Dimana telah diketahui bahwa
jika hormon kelamin jantan berfungsi maka persentase karkas ternak jantan lebih
tinggi dari betina. Kay dan Housseman (1975) menyatakan bahwa hormon
21
androgen pada hewan jantan dapat merangsang pertumbuhan sehingga hewan
jantan lebih besar dibandingkan dengan hewan betina.
Turner dan Bagnara (1976) Hormon terhadap produktivitas ternak
terutama hormon-hormon kelamin yang mempunyai pengaruh terhadap
pertumbuhan dan bobot karkas yang dihasilkan. Persentase karkas yang lebih
tinggi pada ternak betina dibanding ternak jantan disebabkan oleh adanya
perbedaan hormon. Hormon yang paling menonjol pengaruhnya terhadap
pertambahan bobot badan ternak adalah hormon estrogen dan testosteron. Hormon
estrogen dapat menghambat pertumbuhan tulang, sehingga ternak betina memilki
kerangka tubuh yang lebih kecil dibanding kerangka ternak jantan, akan tetapi
hormon estrogen dapat memacu pertumbuhan lemak tubuh, karena itu ternak
betina akan menimbun lemak dalam tubuhnya lebih tinggi dibanding ternak
jantan. Sebaliknya hormon testosteron dapat memacu pertumbuhan tulang dan
menekan pertumbuhan lemak tubuh. Testosteron merupakan hormon steroid dari
ternak jantan yang mempunyai kemampuan anabolisme protein (Rudiono, 2006).
22
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat di simpulkan bagian karkas
kualitas satu kambing Kacang yang dipelihara secara intensif pada umur muda
tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Saran
Sebaiknya dilaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh jenis
kelamin terhadap bagian karkas kualitas satu kambing Kacang yang dipelihara
secara intensif dengan umur telah mencapai masa pertumbuhan dan jumlah ternak
lebih banyak.
23
DAFTAR PUSTAKA
Berg, R.T. and R. M. Butterfield. 1976. New Concepts of Cattle Growth. Sydney
University Press. Sydney.
Butterfield, R.M. 1988. New Concepts of Sheep Growth. The Departement of
Veterinary Anatomi. University of Sidney. Sidney.
Colomer, R., F. A. H. Kirton, G. J. K., Mercerand D. M., Duganzich, 1992.
Carcass composition of new zealand saanen goats slaughtered at different
weights. Small. Ruminant. Res. 7:161 – 173.
Davendra, C. and Mc Leroy. 1982. Goat and Sheep Production in The Tropic.
Intermediate Tropic Series. Toppan. Singapore.
Davendra, C. dan Burn. 1994. Produksi kambing di daerah tropik. Diterjemahkan
oleh IDK Harya Putra. Institut Teknologi Bandung. P. 32:117- 122.
Edey, T. N. 1983. Lactation Growth and Body Composition. In: Edey T.N. ed.
Tropical Sheep and Goat Production. Pp. 83-110. AUIDP. Canberra
Forrest, C. J., E. D., Aberle, H.B., Hedrick, M. D. Judge and R.A., Merkel. 1975.
Principle of Meat Science. 4th
Ed W. H. Freeman and Co. San Francisco.
4127.
Gali, E. S. E., Ghanem, Y. S., and A. M. S. Ghanem 1972. A cooperative study of
same carcass characteristic of Sudan desert sheep and goat. Anim. Prod.
14:351-357
Hasnudi. 2005. Kajian tumbuh kembang karkas dan komponennya serta
penampilan domba sungei putih dan lokal Sumatera yang menggunakan
pakan limbah kelapa sawit. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Judge, M. D., Martin, T. G., and Outhouse, J. B. 1989. Prediction of carcass
composition of ewe and wether lambs from carcass weight and
measurement. J. Anim. Sci. 25:9
Kay, M., and R. Housseman. 1975. The Influence of Sex on Meat Production. In
Meat. Edited by Cook DJ, Lawrrie RA. London. Butterworth.
Mulyono, S., dan B. Sarwono. 2008. Penggemukan Kambing Potong. Penebar
Swadaya, Jakarta
24
Murtidjo, B. A., 1993. Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius,
Yogyakarta.
Owen, J. E., C. A. Philbrooks and N. S. D. Jones. 1991. Studies on the meat
production characteristics of Bostwana goat and sheep. carcass tissue
composition on distribution. Meat. Sci. 2: 59–74.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Makanan dan Ternak Ruminansia. UI Press. Jakarta. Hal
371-374.
Rismaniah,I.,Amsar,SoebadidanPriyono,1989.StudiKarkas MurniKambing
Lokal. Prosiding Penelitian Ruminansia Kecil. Ciawi. Bogor.
Romans, R.J., and P. T., Ziegler. 1974. The Meat We Eat. 7th
Ed. The Interstate
Printer and Publisher, Inc. Danville Illinois.
Rudiono, D. 2006. Pengaruh Hormon Testosteron dan Umur terhadap
Karakteristik Karkas Kambing Kacang Betina. Jurusan Produksi Ternak,
Fakultas Peternakan, Universitas Lampung.
Setiadi, B. D., Priyanto dan M. Martawijaya. 1997. Komparatif Morfologik
Kambing. Laporan Hasil Penelitian APBN 1996/1997. Balai Penelitian
Ternak Ciawi, Bogor.
Setiadi, B. 2003. Alternatif konsep pembibitan dan Pengembangan Usaha Ternak
Kambing. Makalah Sarasehan “Potensi Ternak Kambing dan Propek
Agribisnis Peternakan", 9 September 2003 di Bengkulu.
Short, R.V., 1980. The Hormonal Control of Growth at Puberty.int.l.j Lawrence
(ed.) Growth in Animal. Butterworth. London. P:25 – 45.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Soeparno .2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan keempat. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid 1. Depertemen Ilmu Makanan
Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Syafrial, Z., A. Yusri, dan E. Susilawati. 2003. Sistem usaha tani penggemukan
ternak Ruminansia. Laporan Hasil Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jambi.
25
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusuma, dan S.
Lebdosoekojo. 1983. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusuma, dan S.
Lebdosoekojo. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-3.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Turner, C. D., and J. T. Bagnara, 1976. General Endocrinology. 6th
Ed. W. B.
Sauders Company. Philadelphia.
26
Lampiran 1. Data Berat Bagian Karkas Kualitas Satu Ternak Kambing
Kacang Jantan yang Dipelihara Saecara Intensif
Jantan
Parameter Kj 001 Kj 002 Kj 003 Kj 004
Bobot Potong (g) 12630 12740 14130 15670
Berat Karkas (g)
Leg (g)
Loin (g)
5218
652
184
5320
728
223
5859
686
225
5977
737
208
Lampiran 2. Data Berat Bagian Karkas Kualitas Satu Kambing Kacang
Betina yang Dipelihara Secara Intensif.
Betina
Parameter Kb 001 Kb 002 Kb 003 Kb 004
Bobot Potong (g) 13550 10210 11720 11690
Berat Karkas (g)
Leg (g)
Loin (g)
5704
728
235
3610
477
105
4684
601
143
4264
528
156
Lampiran 3. Data Persentase Bagian Karkas Kualitas Satu Kambing Kacang
Jantan yang Dipelihara Secara Intensif.
Jantan (%)
Parameter Kj 001 Kj 002 Kj 003 Kj 004
Karkas (%)
Leg (%)
41,314
12,514
41,758
13,684
41,464
11,708
38,142
12,330
Loin (%) 3,526 4,191 3,840 3,480
Lampiran 4. Data Persentase Bagian Karkas Kualitas Satu Kambing Kacang
Betina yang Dipelihara Secara Intensif.
Betina (%)
Parameter Kb 001 Kb 002 Kb 003 Kb 004
Karkas (%)
Leg (%)
42,095
12,727
35,357
12,213
39,965
12,830
36,475
12,382
Loin (%) 4,119 2,908 3,052 3,658
27
Lampiran 5. Bobot Potong Kambing Kacang Kambing Kacang yang
Dipelihara Secara Intensif.
Bobot Potong
Jantan Betina
12630 13550
12740 10210
14130 11720
15670 11690
Jantan Betina
Mean 13792,5 Mean 11792,5
Standard Error 712,8624809 Standard Error 683,6711563
Median 13435 Median 11705
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 1425,724962 Standard Deviation 1367,342313
Sample Variance 2032691,667 Sample Variance 1869625
Kurtosis -1,00186869 Kurtosis 1,578837101
Skewness 0,901688346 Skewness 0,381798474
Range 3040 Range 3340
Minimum 12630 Minimum 10210
Maximum 15670 Maximum 13550
Sum 55170 Sum 47170
Count 4 Count 4
Confidence
Level(95,0%) 2268,646568 Confidence Level(95,0%) 2175,746745
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Jantan Betina
Mean 13792,5 11792,5
Variance 2032691,667 1869625
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 6
t Stat 2,024877418
P(T<=t) one-tail 0,054647547
t Critical one-tail 1,943180274
P(T<=t) two-tail 0,089295093
t Critical two-tail 2,446911846
28
Lampiran 6. Berat Karkas Kambing Kacang Kambing Kacang yang
Dipelihara Secara Intensif.
Berat Karkas
Jantan Betina
5320 5704
5859 3610
5977 4684
5218 4264
Jantan Betina
Mean 5593,5 Mean 4565,5
Standard Error 190,0361808 Standard Error 439,1380762
Median 5589,5 Median 4474
Mode #N/A Mode #N/A
Standard
Deviation 380,0723615 Standard Deviation 878,2761525
Sample Variance 144455 Sample Variance 771369
Kurtosis -5,181450344 Kurtosis 0,629068964
Skewness 0,020804558 Skewness 0,568392775
Range 759 Range 2094
Minimum 5218 Minimum 3610
Maximum 5977 Maximum 5704
Sum 22374 Sum 18262
Count 4 Count 4
Confidence
Level(95,0%) 604,7799413
Confidence
Level(95,0%) 1397,533348
29
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Jantan Betina
Mean 5593,5 4565,5
Variance 144455 771369
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 4
t Stat 2,148409678
P(T<=t) one-tail 0,059078303
t Critical one-tail 2,131846782
P(T<=t) two-tail 0,098156605
t Critical two-tail 2,776445105
Lampiran 7. Berat Leg Kambing Kacang Kambing Kacang yang
Dipelihara Secara Intensif.
Berat Leg
Jantan Betina
728 726
686 477
737 601
653 528
30
Jantan betina
Mean 701 Mean 583
Standard Error 19,48075974 Standard Error 54,03239769
Median 707 Median 564,5
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 38,96151948 Standard Deviation 108,0647954
Sample Variance 1518 Sample Variance 11678
Kurtosis -2,549430549 Kurtosis 0,032835223
Skewness -0,536862944 Skewness 0,830782924
Range 84 Range 249
Minimum 653 Minimum 477
Maximum 737 Maximum 726
Sum 2804 Sum 2332
Count 4 Count 4
Confidence Level(95,0%) 61,99647185
Confidence
Level(95,0%) 171,9552044
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Jantan betina
Mean 701 583
Variance 1518 11678
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 4
t Stat 2,054427641
P(T<=t) one-tail 0,054570178
t Critical one-tail 2,131846782
P(T<=t) two-tail 0,109140356
t Critical two-tail 2,776445105
31
Lampiran 8. Berat Loin Kambing Kacang Kambing Kacang yang
Dipelihara Secara Intensif.
Berat Loin
Jantan Betina
223 235
225 105
208 143
184 156
Jantan Betina
Mean 210 Mean 159,75
Standard Error 9,460443964 Standard Error 27,31719544
Median 215,5 Median 149,5
Mode #N/A Mode #N/A
Standard
Deviation 18,92088793 Standard Deviation 54,63439088
Sample
Variance 358 Sample Variance 2984,916667
Kurtosis 0,445101589 Kurtosis 1,887267473
Skewness
-
1,182223327 Skewness 1,051592423
Range 41 Range 130
Minimum 184 Minimum 105
Maximum 225 Maximum 235
Sum 840 Sum 639
Count 4 Count 4
Confidence
Level(95,0%) 30,10735494
Confidence
Level(95,0%) 86,93550769
32
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Jantan Betina
Mean 210 159,75
Variance 358 2984,916667
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 4
t Stat 1,738214172
P(T<=t) one-tail 0,078582883
t Critical one-tail 2,131846782
P(T<=t) two-tail 0,157165767
t Critical two-tail 2,776445105
Lampiran 9. Persentase Karkas Kambing Kacang Kambing Kacang yang
Dipelihara Secara Intensif.
Persentase Karkas
Jantan Betina
41,314 42,095
41,758 35,357
41,464 39,965
38,142 36,475
Jantan Betina
Mean 40,6695 Mean 38,473
Standard Error 0,847530678 Standard Error 1,555806543
Median 41,389 Median 38,22
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 1,695061356 Standard Deviation 3,111613086
Sample Variance 2,873233 Sample Variance 9,682136
Kurtosis 3,775272752 Kurtosis -3,285271479
Skewness
-
1,928339084 Skewness 0,278978345
Range 3,616 Range 6,738
Minimum 38,142 Minimum 35,357
Maximum 41,758 Maximum 42,095
Sum 162,678 Sum 153,892
Count 4 Count 4
Confidence
Level(95,0%) 2,697220874 Confidence Level(95,0%) 4,951270785
33
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Jantan Betina
Mean 40,6695 38,473
Variance 2,873233 9,682136
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 5
t Stat 1,239785243
P(T<=t) one-tail 0,135033146
t Critical one-tail 2,015048372
P(T<=t) two-tail 0,270066292
t Critical two-tail 2,570581835
Lampiran 10. Persentase Bagian Leg Kambing Kacang Kambing Kacang
yang Dipelihara Secara Intensif.
Persentase Leg
Jantan Betina
13% 12,73%
13,68% 12,21%
11,71% 12,83%
12,33% 12,38%
34
Jantan Betina
Mean 12,559 Mean 12,538
Standard Error 0,412744069 Standard Error 0,144610396
Median 12,422 Median 12,5545
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 0,825488138 Standard Deviation 0,289220792
Sample Variance 0,681430667 Sample Variance 0,083648667
Kurtosis 1,783286231 Kurtosis -3,831793316
Skewness 0,942713686 Skewness -0,178459383
Range 1,976 Range 0,617
Minimum 11,708 Minimum 12,213
Maximum 13,684 Maximum 12,83
Sum 50,236 Sum 50,152
Count 4 Count 4
Confidence Level(95,0%) 1,313535838 Confidence Level(95,0%) 0,460214821
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
jantan 0,12727
Mean 0,12559 0,12475
Variance 6,81431E-05 1,01659E-05
Observations 4 3
Hypothesized Mean Difference 0
Df 4
t Stat 0,185868003
P(T<=t) one-tail 0,530796645
t Critical one-tail 2,131846782
P(T<=t) two-tail 0,86159329
t Critical two-tail 2,776445105
35
Lampiran 11. Persentase Bagian Loin Kambing Kacang Kambing Kacang
yang Dipelihara Secara Intensif.
Persentase Loin
Jantan Betina
3,53% 4,12%
4,19% 2,91%
3,84% 3,05%
3,48% 3,66%
Jantan Betina
Mean 3,75925 Mean 3,433
Standard Error 0,164649818 Standard Error 0,280962928
Median 3,683 Median 3,355
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 0,329299636 Standard Deviation 0,561925855
Sample Variance 0,10843825 Sample Variance 0,315760667
Kurtosis -1,074918263 Kurtosis -2,668023463
Skewness 0,868921353 Skewness 0,48858009
Range 0,711 Range 1,216
Minimum 3,48 Minimum 2,903
Maximum 4,191 Maximum 4,119
Sum 15,037 Sum 13,732
Count 4 Count 4
Confidence Level(95,0%) 0,523989204 Confidence Level(95,0%) 0,894149431
36
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Jantan Betina
Mean 0,0375925 0,0343425
Variance 1,08438E-05 3,14E-05
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 5
t Stat 1,000072789
P(T<=t) one-tail 0,181592744
t Critical one-tail 2,015048372
P(T<=t) two-tail 0,363185488
t Critical two-tail 2,570581835
37
FOTO - FOTO KEGIATAN
Pemotongan Kambing Kacang
Pemisahan Non Karkas Kambing Kacang
Pembagian Karkas
38
Penimbangan Karkas
Pembagian Karkas Kualitas Satu
39
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Lili Andriani Salman, lahir di Pinrang 10 Oktober 1992.
Anak dari pasangan Salman dan Fatmawati. Memulai
sekolah dasarnya tahun 1998 di SDN 285 Pinrang.
Kemudian pada tahun 2004 melanjutkan ke SMPN 5
Pinrang, lalu melanjutkan ke SMAN 1 Pinrang tahun 2007
dan berhasil menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2010,
lalu pada tahun yang sama beliau melanjutkan pendidikannya kejenjang yang
lebih tinggi atau Universitas, dan akhirnya lulus di Universitas Hasanuddin
fakultas Peternakan Jurusan Produksi Ternak dan menjalankan pendidikiannya
sampai sekarang.