PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI), PERTUMBUHAN ...digilib.unila.ac.id/54844/3/SKRIPSI TANPA...

89
PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI), PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN UPAH TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI ASEAN (Skripsi) Oleh Indri Yani Ismatul Hasanah FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2018

Transcript of PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI), PERTUMBUHAN ...digilib.unila.ac.id/54844/3/SKRIPSI TANPA...

PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI), PERTUMBUHAN

EKONOMI, DAN UPAH TERHADAP TINGKAT

PENGANGGURAN DI ASEAN

(Skripsi)

Oleh

Indri Yani Ismatul Hasanah

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2018

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI),

ECONOMIC GROWTH, AND WAGES ON

UNEMPLOYMENT RATES IN ASEAN

By

Indri Yani Ismatul Hasanah

This study aims to analyze the influence of Foreign Direct Investment (FDI), This

study aims to analyze the effect of Foreign Direct Investment (FDI), Economic

Growth, and Wage Levels on unemployment rates in ASEAN. The data used in

this study are panel data obtained from the World Bank during the period 2007-

2016. Data analysis used are panel data regression with Fixed Effet Model (FEM)

approach. Partial testing with t-statistic test and testing simultaneously used F-

statistical test. The results of the study show that there is a conformity with the

hypothesis that FDI, Economic Growth, and Wages have a negative and

significant effect on the unemployment rate in ASEAN. In other words, when

there is an increase in FDI, Economic Growth and Wages, the unemployment rate

will decrease.

Keywords: ASEAN, Economic Growth, FDI, Unemployment Rate, Wages

ABSTRAK

PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI), PERTUMBUHAN

EKONOMI, DAN UPAH TERHADAP TINGKAT

PENGANGGURAN DI ASEAN

Oleh

Indri Yani Ismatul Hasanah

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Foreign Direct Investment

(FDI), Pertumbuhan Ekonomi, dan Tingkat Upah terhadap tingkat pengangguran

di ASEAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel yang

diperoleh dari World Bank selama periode tahun 2007-2016. Alat analisa data

yang digunkan adalah regresi data panel dengan pendekatan Fixed Effet Model

(FEM). Pengujian secara parsial dengan uji t-statistik dan pengujian secara

serempak digunakan uji F-statistik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat

kesesuaian dengan hipotesis bahwa FDI, Pertumbuhan Ekonomi, dan Upah

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran di ASEAN.

Dengan kata lain, ketika terjadi kenaikan FDI, Pertumbuhan Ekonomi, dan Upah

maka tingkat pengangguran akan berkurang.

Kata Kunci: ASEAN, FDI, Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat pengangguran, Upah

PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI), PERTUMBUHAN

EKONOMI, DAN UPAH TERHADAP TINGKAT

PENGANGGURAN DI ASEAN

Oleh

Indri Yani Ismatul Hasanah

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Candra Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Tengah,

Kabupaten Tulang Bawang Barat pada tanggal 07 Juli 1996 dan merupakan anak

kedua dari pasangan Bapak Aceng Wagiman dan Ibu Siti Maesaroh.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 3 Candra Kencana, pada

tahun 2007, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Tulang Bawang

Tengah tahun 2010. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di bangku

menengah atas di SMA N 1 Tumijajar dan lulus pada tahun 2013.

Padatahun 2014 penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan melalui jalur SBMPTN. Selama

perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh fakultas dan

Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan. Pada tahun 2017, penulis pernah

mengikuti Kuliah Kunjungan Lapangan (KKL) di berbagai instansi pemerintah

bersama dengan mahasiswa ekonomi pembangunan angkatan 2014.

Penulis menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Banjar

Kertarahayu, Kecamatan Way Pengubuan, Kabupaten Lampung Tengah pada

periode Januari 2017. Penulis juga pernah menjadi Surveyor di instansi Bank

Indonesia cabang Lampung, pada periode januari sampai dengan juni tahun

2018.

PERSEMBAHAN

Dengan segenap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat

dan nikmat yang diberikan, ku persembahkan skripsi ini dengan segala ketulusan

dan kerendahan hati kepada:

Keluargaku tercinta Bapak, Ibu, Kakak, yang penuh ketulusan selalu

menyayangi, mengasihi, dan memberikan motivasi untuk terus maju. Terima

kasih untuk semua perjuangan yang Ibu dan Bapak berikan, untuk kesabaran,

pengertian dan kepercayaan yang begitu besar dalam mendukung semua

pencapaian penulis, serta doa yang tiada henti sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

Para dosen yang telah begitu berjasa memberikan bimbingan dan ilmu yang

sangat berharga bagi penulis

Sahabat-sahabat tercinta yang selalu memberikan saran, motivasi, dan

semangat untuk penulis.

Almamaterku tercinta, Universitas Lampung

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersamakesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu

urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepadaTuhanmulah engkau berharap.”

(QS. Al-Insyirah :6-8)

SANCAWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat

diselesaikan. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Foreign Direct Invesment (FDI),

Pertumbuhan Ekonomi, dan Upah terhadap Tingkat Pengangguran di ASEAN”

disusun untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis, Universitas Lampung.

Dalam proses penyelesaian skripsi, penulis mendapat bimbingan dan arahan dari

berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E, M.Si. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.

3. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si. selaku sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.

4. Ibu Dr. Marselina, S.E., M.P.M selaku dosen pembimbing akademik

sekaligus dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan sumbangan pemikiran,

perhatian, kritik, saran, dan motivasi selama penyusunan skripsi sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si. dan Ibu Nurbetty Herlina, S.E., M.Si., selaku

Dosen Pembahas yang telah memberikan bimbingan, pelajaran, perhatian,

motivasi dan masukan yang sangat berharga bagi penulis.

6. Seluruh Bapak Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

membimbing dan memberikan bekal ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi

penulis selama proses perkuliahan hingga selesai.

7. Orang tua ku tercinta, Bapak Aceng Wagiman dan Ibu Siti Maesaroh yang

memberikan banyak cinta dan kasih sayang dengan tulus dan penuh

kesabaran, bimbingan dan nasihat, semangat, doa, serta kerja keras yang tak

kenal lelah.

8. Kakakku tercinta Nur Aisyah Purnamasari, keponakanku Anas Abdillah, serta

seluruh keluarga besar terimakasih atas segala kasih sayang, doa, motivasi

dan semangat yang kalian berikan padaku.

9. Sahabat-sahabat terdekatku Amin, Budi, Cucu, Debi, Ela, Indah, Laila, Leni,

Mba Rahma, Murni, Putri, Ratna, terimakasih atas segala waktunya, kalian

penghibur dan penyemangat yang sangat luar biasa.

10. Teman-teman satu perjuangan Aulia, Dewy, Dian, Esa, Eva, Ismaya, Lia,

Oyi, Rahayu, Safa, Soraya, Tiwi, Via terimakasih atas segala dukungan dan

bantuannya selama ini.

11. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Bella, Dwi, Kesuma, Mba Tsara, dan

Ridho, terima kasih karena telah membantu memberikan informasi.

12. Teman-teman Melancong, Nanang, Febri, Wisnu, Benny, Abdi, Setyo, Deril,

terimakasih atas hiburannya.

13. Keluarga kostan Ina Putri, Pakde, Mba Dayu, Mba Ayu, Mba Vina. Kalian

adalah keluarga pertama dan terakhir di kostan. Terimakasih telah berbagi

suka dan duka selama ini.

14. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2014, EP Brother Selon yang tidak

dapat disebutkan satu per satu, terimakasih untuk kebersamaannya.

15. Kakak-kakak EP 2013 terutama Mbak Nures, Mba Halimah, dan Mba Wiwit

terimakasih atas segala bantuannya.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Bandar Lampung, 27 November 2018Penulis

Indri Yani Ismatul Hasanah

NPM. 1411021055

ii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI...................................................................................................... iDAFTAR TABEL ............................................................................................. ivDAFTAR GAMBAR......................................................................................... vDAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang ........................................................................................ 1B. Rumusan Masalah ................................................................................... 10C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 11D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 11

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRANDAN HIPOTESISA. Konsep Ketenagakerjaan dan Tenaga Kerja ........................................... 12B. Permintaan Tenaga Kerja........................................................................ 16C. Penawaran Tenaga Kerja......................................................................... 19D. Pasar Tenaga Kerja ................................................................................. 20E. Pengangguran.......................................................................................... 23F. Foreign Direct Investment (FDI) ............................................................ 28G. Pertumbuhan Ekonomi............................................................................ 34H. Upah ........................................................................................................ 37I. Hubungan Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat ........................... 43J. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 46K. Kerangka Pemikiran................................................................................ 48L. Hipotesis.................................................................................................. 50

III. METODE PENELITIANA. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 51B. Definisi Operasional................................................................................ 52C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 53D. Model Penelitian ..................................................................................... 53E. Metode Analisis ...................................................................................... 54

iii

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Variabel Penelitian................................................................... 64B. Hasil.......................................................................................................... 69

a. Analisis Pengujian Statistik Estimasi Data Panel ............................ 691) Uji Chow.................................................................................... 692) Uji Hausman .............................................................................. 703) Hasil Estimasi Fixed Effect Model ............................................ 71

b. Uji Hipotesis .................................................................................... 721) Uji Koefisien Detereminasi........................................................ 722) Uji Hipotesis t ............................................................................ 723) Uji Hipotesis f ............................................................................ 734) Individual Effect ........................................................................ 74

C. Pembahasan .............................................................................................. 75a. Pengaruh FDI terhadap Tingkat Pengangguran di ASEAN............. 75b. Pengaruh GDP growth terhadap Tingkat Pengangguran

di ASEAN ........................................................................................ 76c. Pengaruh Upah terhadap Tingkat Pengangguran di ASEAN .......... 78

V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan ................................................................................................. 80B. Saran........................................................................................................ 81

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 462. Variabel, Simbol, Satuan, dan Sumber data......................................... 513. Hasil Estimasi Uji Chow...................................................................... 704. Hasil Estimasi Uji Hausman ................................................................ 705. Hasil Estimasi Model Fixed Effect ...................................................... 716. Nilai individual effect Pada Masing-masing Negara ASEAN............ 74

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tingkat Pengangguran di ASEAN Tahun 2002-2016 (%) .................. 32. FDI Net Inflows di ASEAN Tahun 2002-2016 (%) ........................... 53. Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN Tahun 2002-2016 (%).................. 74. Upah dan Gaji di ASEAN Tahun 2002-2016 (%) .............................. 95. Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja .............................................. 156. Kurva Permintaan Tenaga Kerja .......................................................... 187. Kurva Penyediaan Waktu Kerja oleh Satu keluarga ............................ 208. Kurva Keseimbangan antara Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja 219. Excess Demand Of Labor .................................................................... 2210. Excess Supply Of Labor....................................................................... 2311. Kekakuan Upah.................................................................................... 4312. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................... 4913. Tingkat Pengangguran di ASEAN Tahun 2002-2016 (%) .................. 6514. FDI Net Inflows di ASEAN (% of GDP) ............................................ 6615. Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN Tahun 2002-2016 (%).................. 6716. Upah dan Gaji di ASEAN Tahun 2002-2016 (%) .............................. 68

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data-data ................................................................................................. L-12. Pemilihan Model ..................................................................................... L-33. Estimasi Model Fixed Effect ................................................................... L-44. Tabel Distribusi t ..................................................................................... L-55. Tabel Distribusi F (α = 5%) .................................................................... L-66. Tabel Distribusi Chi Squares................................................................... L-7

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang mencakup

berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

institusi-institusi nasional, disamping mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi,

penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan (Todaro dan

Smith, 2003). Pembangunan ekonomi yang baik akan diikuti dengan peningkatan

kesejahteraan penduduknya. Sehingga dapat disimpulkan pembangunan ekonomi

tidak hanya mengarah pada peningkatan pertumbuhan ekonomi, namun juga

pemerataan pendapatan dan peningkatan taraf hidup masyarakatnya.

Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah dilihat dari rendahnya

kemiskinan, distribusi pendapatan dan pengangguran. Salah satu atau tiga dari tiga

hal tersebut tidak terpenuhi maka pembangunan ekonomi belum berhasil.

Pembangunan ekonomi merupakan proses pengelolaan setiap sumberdaya yang

tersedia oleh pemerintah dan masyarakat, serta kemitraan antara sektor swasta

dan pemerintah dalam penciptaan lapangan kerja baru dan merangsang

perkembangan ekonomi suatu wilayah. Peningkatan jumlah lapangan kerja dan

jenis peluang kerja bagi masyarakat merupakan tujuan utama dalam setiap

pembangunan ekonomi (Arsyad, 2010).

2

Dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonominya, negara-negara di

kawasan regional Asia Tenggara melakukan kerjasama regional dengan

membentuk Association of South East Asian Nations (ASEAN). Salah satu tujuan

dibentuknya ASEAN adalah menciptakan kerjasama yang lebih maju di bidang

perdagangan, penanaman modal, dan ketenagakerjaan. Hal ini juga bertujuan

untuk mengurangi tingkat kemiskinan, salah satunya dengan upaya pemerintah

dalam mengatasi pengangguran.

Mengacu pada rekomendasi International Labour Organization (ILO) dalam buku

“Surveys of Ecomenomically Active Population, Employment, Unemployment and

Underemployment: An ILO Manual Concepts and Methods”, pengangguran

adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan, atau mereka yang mempersiapkan

usaha, atau mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin

mendapatkan pekerjaan (Nadianaputri, 2015).

Pengangguran menjadi salah satu isu penting dalam pembangunan suatu negara,

baik di negara berkembang maupun di negara maju, termasuk juga bagi negara-

negara anggota ASEAN. Persoalan pengangguran bukan hanya menyangkut

masalah ekonomi, melainkan juga masalah sosial. Dampak-dampak yang

ditimbulkannya akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pembangunan nasional

baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Gambar 1 halaman 3

menunjukan fluktuasi tingkat pengangguran negara-negara ASEAN selama tahun

2007-2016. Berdasarkan Gambar 1 yang telah disajikan menunjukkan bahwa

negara Brunei memiliki rata-rata tingkat pengangguran yang paling tinggi yaitu

sebesar 6,3 %. Salah satu penyebab pengangguran di Brunei adalah kualifikasi

3

rendah sehingga sulit menemukan pekerjaan yang cocok. Selain itu ukuran pasar

domestik yang kecil, tidak adanya zona ekonomi khusus, serta masalah birokrasi

bagi investor menyebabkan sektor swasta di Brunei tidak cukup besar untuk

menciptakan lebih banyak pekerjaan (en.portal.santandertrade.com, 2018).

Sumber : World Bank, 2018 (diolah)Gambar 1. Tingkat Pengangguran di ASEAN Tahun 2007-2016 (%)

Gambar 1 juga menunjukkan perkembangan tingkat pengangguran di negara

Indonesia dari tahun 2007-2016. Tingkat pengangguran Indonesia tertinggi kedua

setelah Brunei, dengan rata-rata tingkat pengangguran sebesar 5,6%. Kondisi

pengangguran Indonesia terjadi akibat dari tingginya perubahan angkatan kerja

yang tidak diimbangi dengan adanya lapangan pekerjaan yang cukup serta

penyerapan tenaga kerja yang cenderung kecil persentasenya (Pitartono, 2012).

Selain kurangnya lapangan pekerjaan dan rendahnya kualitas sumber daya

manusia yang dimiliki, kelangkaaan investasi juga menjadi salah satu faktor

dalam menambah angka pengangguran (Franita, 2016). Suatu negara yang

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Brunei

Cambodia

Indonesia

Lao PDR

Malaysia

Myanmar

Philippines

Singapore

Thailand

Vietnam

4

menganut perekonomian terbuka, maka investasi asing langsung dapat dijadikan

solusi untuk mengurangi tingkat pengangguran (Mucuk dan Demirsel, 2013).

Direalisasikanya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) atau biasa di sebut AEC

(ASEAN Economics Community) pada tahun 2015, merupakan wujud kerjasama

antar negara-negara anggota ASEAN melalui integrasi sektor ekonomi dalam

suatu pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara. ASEAN akan menjadi pasar

tunggal dan berbasis produksi tunggal dimana terjadi arus barang, jasa, investasi

dan tenaga terampil yang bebas serta arus modal yang lebih bebas diantara

negara-negara anggota ASEAN. AEC atau masyarakat ekonomi ASEAN dibentuk

dengan tujuan dalam rangka menjaga stabilitas politik dan keamanan regional

ASEAN, meningkatkan daya saing di pasar dunia, mendorong pertumbuhan

ekonomi, mengurangi kemiskinan dan meningkatkan standar hidup penduduk

negara anggota ASEAN. Sehingga diharapkan dengan adanya integrasi ekonomi

tersebut, maka akan meningkatkan pembangunan ekonomi di kawasan ASEAN.

Investasi asing langsung dibutuhkan oleh suatu negara karena mendorong

penciptaan lapangan kerja baru dan meningkatkan transfer teknologi, selain itu

dapat menciptakan kemungkinan kerja dengan membantu proses pengembangan

industri (Zeb dkk, 2012). Investasi asing langsung tidak hanya mengurangi tingkat

pengangguran, namun juga mempunyai efek spillover berupa transfer teknologi,

pengetahuan, kemampuan manajerial, dan perbaikan daya saing secara

internasional bagi perusahaan domestik. Gambar 2 halaman 5 menunjukkan

kontribusi FDI net inflow terhadap PDB masing-masing negara anggota ASEAN

dari tahun 2007-2016.

5

Sumber : World Bank, 2018 (diolah)Gambar 2. FDI Net Inflows di ASEAN Tahun 2007-2016 (%)

Berdasarkan gambar 2 terlihat adanya fluktuasi FDI di negara-negara ASEAN

sepanjang tahun 2007-2016. Terjadinya krisis ekonomi global pada tahun 2008

memberikan dampak menurunnya FDI di ASEAN hingga tahun 2009.

Peningkatan mulai terjadi di tahun 2010, karena pemulihan ekonomi negara pasca

krisis mulai berlangsung. Dibandingkan negara anggota ASEAN lainnya,

Singapura memiliki rata-rata FDI yang tertinggi yaitu sebesar 20 %, kondisi ini

menunjukkan bahwa capital inflow terhadap PDB negara Singapura juga tinggi.

Investor asing tertarik pada negara Singapura karena memiliki angka korupsi yang

rendah, selain itu menurut laporan World Bank Doing Business 2016, Singapura

merupakan negara yang paling mudah untuk berbisnis, selain itu lokasinya yang

strategis di persimpangan rute maritim dan kedekatannya dengan pasar besar

merupakan keuntungan strategis bagi negara Singapura.

-5.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Brunei

Cambodia

Indonesia

Lao PDR

Malaysia

Myanmar

Philippines

Singapore

Thailand

Vietnam

6

Selain investasi, pertumbuhan ekonomi juga dirasa tidak kalah penting karena

merupakan salah satu indikator atas penilaian kinerja perekonomian dan juga

berkaitan dengan pengangguran yang ada dalam suatu wilayah. Ketika

pertumbuhan ekonomi meningkat, maka jumlah output yang diproduksi akan

semakin banyak. Sehingga diperlukannya tambahan faktor produksi dalam hal ini

tenaga kerja. Hal ini meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja dan dapat

mengurangi tingkat pengangguran yang ada. Pertumbuhan ekonomi berarti

perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa

yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat

meningkat (Sukirno, 2003). Dengan demikian untuk menentukan tingkat

pertumbuhan ekonomi yang dicapai perlu dihitung pendapatan nasional riil

menurut harga tetap yaitu pada harga-harga yang berlaku ditahun dasar yang

dipilih. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu

perekonomian. Laju pembangunan ekonomi suatu negara diukur dengan

menggunakan tingkat pertumbuhan GDP/GNP atau PDB / PNB.

Berdasarkan besarnya pendapatan per kapita, Singapura dan Brunei termasuk

pada kategori negara high income menurut world bank. Sedangkan Malaysia dan

Thailand termasuk negara upper middle income dan negara lainnya, yaitu

Kamboja, Laos, Myanmar, Indonesia, Philipina, dan Vietnam masih termasuk

lower middle income. Negara maju (high income) cenderung memiliki pendapatan

per kapita yang besar dan mendominasi yang mencerminkan tingkat kesejahteraan

yang lebih baik dibandingkan negara berkembang. Besarnya pendapatan per

kapita sangat ditentukan dari jumlah penduduk suatu negara, sehingga besaran

pendapatan per kapita juga dapat menjadi semakin kecil jika suatu negara

7

memiliki jumlah penduduk yang besar. Negara maju dengan pendapatan per

kapita besar cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang kecil dan konstan,

sehingga perubahan dari tahun ke tahun menjadi semakin kecil.. Sedangkan

negara berkembang memiliki pendapatan per kapita rendah namun pertumbuhan

ekonomi tinggi karena belum berada pada kondisi full employment (Aulia, 2013).

Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran didasarkan pada teori

Okun. Berdasarkan teori Okun, jumlah pengangguran berhubungan negatif

dengan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Peningkatan pengangguran

cenderung dikaitkan dengan rendahnya pertumbuhan GDP riil. Ketika tingkat

pengangguran meningkat, maka GDP riil cenderung tumbuh lebih lambat atau

bahkan turun. Begitu juga sebaliknya untuk mengurangi jumlah pengangguran

maka tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara harus ditingkatkan. Adanya

peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat menyerap tenaga

kerja sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran.

Sumber : World Bank, 2018 (diolah)Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN Tahun 2007-2016 (%)

-6.0

-4.0

-2.0

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

14.0

16.0

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Brunei

Cambodia

Indonesia

Lao PDR

Malaysia

Myanmar

Philippines

Singapore

Thailand

Vietnam

8

Gambar 3 memberikan informasi bahwa pertumbuhan ekonomi di negara-negara

ASEAN berfluktuasi sepanjang tahun 2007-2016. Tahun 2009 hampir semua

negara-negara di ASEAN mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yang

cukup signifikan akibat lanjutan dari krisis finansial tahun 2008. Krisis ekonomi

global tahun 2008 bermula pada subprime mortage atau kredit macet sektor

perumahan di Amerika Serikat.

Hal ini menyebabkan menurunnya permintaan impor di negara maju, sehingga

pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara, Asia Selatan dan Asia Timur sebagai

pengekspor mengalami kemerosotan terhadap kinerja perekonomian. Krisis yang

terjadi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara

ASEAN yang bergantung pada ekspor (Gaol, 2016). Kebijakan stimulus fiskal

yang diluncurkan di negara-negara ASEAN memberikan hasil peningkatan

pertumbuhan ekonomi tahun 2010. Secara umum negara-negara di ASEAN

pertumbuhan ekonominya terus membaik, namun di tahun 2011 terjadi

perlambatan terutama di negara Thailand karena bencana banjir serta di tahun

2013 adanya normalisasi kebijakan negara-negara maju berdampak pada

perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat pengangguran adalah upah.

Upah merupakan kompensasi yang diterima oleh satu unit tenaga kerja yang

berupa jumlah uang yang dibayarkan kepadanya (Mankiw, 2006). Penetapan

tingkat upah yang dilakukan pemerintah pada suatu negara akan memberikan

pengaruh terhadap besarnya tingkat pengangguran yang ada, semakin tinggi

besaran upah yang ditetapkan oleh pemerintah maka hal tersebut akan berakibat

9

pada penurunan jumlah orang yang bekerja pada negara tersebut. Sehingga

semakin tinggi tingkat upah yang ditetapkan akan membawa pengaruh pada

tingginya tingkat pengangguran yang akan terjadi (Kaufman dan Hotchkiss dalam

Ariefta, 2014). Hal ini bisa terjadi karena dengan semakin tinggi upah yang

ditetapkan maka akan berpengaruh pada peningkatan biaya output yang harus

dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Akibatnya suatu perusahaan akan melakukan

efisiensi terhadap produksinya dengan cara mengurangi jumlah tenaga kerjanya.

Menurut Mankiw (2006) salah satu penyebab terjadinya pengangguran adalah

adanya kekakuan upah. Kekakuan upah yaitu gagalnya upah melakukan

penyusaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya. Ketika

upah meningkat masyarakat cenderung tertarik untuk bekerja, sehingga

penawaran tenaga kerja akan meningkat. Disisi lain naiknya upah akan

menyebabkan beban perusahaan meningkat, sehingga perusahaan mengambil

keputusan untuk mengurangi permintaan tenaga kerja.

Sumber : World Bank, 2018 (diolah)Gambar 4. Upah dan Gaji di ASEAN Tahun 2007-2016 (%)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Brunei

Cambodia

Indonesia

Lao PDR

Malaysia

Myanmar

Philippines

Singapore

Thailand

Vietnam

10

Berdarkan Gambar 4, Brunei memiliki rata-rata upah paling tinggi di antara

negara lainnya yaitu sebesar 91,312%. Sementara itu, dari kelima negara tersebut

Laos menjadi negara yang memiliki upah rata-rata paling rendah yaitu sebesar

15,139%.

Grafik upah dan tingkat pengangguran menunjukan dibeberapa negara di ASEAN

terdapat hubungan positif antara upah dan tingkat pengangguran, seperti negara

Brunei. Grafik upah untuk negara Brunei menunjukan tingkat upah yang paling

tinggi, begitupun dengan data tingkat pengangguran menunjukan bahwa tingkat

pengangguran Brunei paling tinggi diantara negara-negara ASEAN lainnya.

Namun, hal ini tidak terlihat pada negara Indonesia. Grafik upah negara Indonesia

termasuk rendah namun tingkat pengangguran di Indonesia merupakan yang

tertinggi kedua setelah Brunei.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh FDI terhadap tingkat pengangguran di ASEAN

tahun 2007-2016?

2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat

pengangguran di ASEAN tahun 2007-2016?

3. Bagaimana pengaruh upah terhadap tingkat pengangguran di ASEAN

tahun 2007-2016?

4. Bagaiamana pengaruh FDI, pertumbuhan ekonomi dan upah terhadap

tingkat pengangguran di ASEAN tahun 2007-2016?

11

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh FDI terhadap tingkat

pengangguran di ASEAN tahun 2007-2016

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap

tingkat pengangguran di ASEAN tahun 2007-2016

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh upah terhadap tingkat

pengangguran di ASEAN tahun 2007-2016

4. Untuk mengetahui secara bersama-sama pengaruh FDI, pertumbuhan

ekonomi dan upah terhadap tingkat pengangguran di ASEAN tahun 2007-

2016

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Penulis yaitu sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai acuan penelitian pada

tahap selanjutnya.

3. Bagi Perguruan Tinggi yaitu untuk menambahkan wacana pustaka bagi

akademika Universitas Negeri Lampung yang diharapkan mampu

meningkatkan pengetahuan mahasiswa, khususnya mengenai masalah

pengangguran.

12

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN,

DAN HIPOTESIS

A. Konsep Ketenagakerjaan dan Tenaga Kerja

Sumber Daya Manusia (SDM) atau human resources mengandung dua

pengertian. Pertama, SDM mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang

dapat diberikan dalam proses produksi. Kedua, SDM menyangkut manusia yang

mampu memberikan jasa atau usaha kerja. Mampu bekerja berarti mampu

melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia. Dengan kata lain, orang

dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau man power ( Simanjuntak,

2001).

Dalam proses produksi sebagai suatu struktur dasar aktivitas perekonomian,

tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting, karena tenaga kerja tersebut

bertindak sebagai pelaku ekonomi, berbeda dengan faktor produksi lainnya yang

bersifat pasif (seperti: modal, bahan baku, mesin, dan tanah). Tenaga kerja

berkemampuan bertindak aktif, mampu mempengaruhi dan melakukan

manajemen terhadap faktor produksi lainnya yang terlibat dalam proses produksi.

Menurut pendekatan angkatan kerja (labour force approach) yang diperkenalkan

13

oleh International Labour Organization (ILO), penduduk suatu negara dibedakan

menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.

a. Tenaga kerja (Manpower)

Adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang

potensial dapat memproduksi barang dan jasa

b. Bukan Tenaga Kerja

Adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun

ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13

Tahun 2003, mereka adalah penduduk diluar usia kerja, yaitu mereka yang

berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini

adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.

Tenaga kerja terdiri dari:

1) Angkatan Kerja atau Labour Force

Adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau

mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang

mencari pekerjaan. Angkatan kerja terdiri atas:

a) Pekerja

Ialah orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang

mempunyai pekerjaan dan (saat disensus atau di survei) memang sedang

bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara

waktu kebetulan sedang tidak bekerja. BPS mendefinisikan bekerja adalah

melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh upah atau membantu

14

memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit

satu jam secara kontinyu dalam seminggu yang lalu (seminggu sebelum

sensus/survei), termasuk dalam hal ini pekerja keluarga tanpa upah yang

membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.

b) Penganggur

Adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang

tidak bekerja dan masih atau sedang mencari pekerjaan. Penganggur

semacam ini oleh BPS disebut penganggur terbuka.

2) Kelompok Bukan Angkatan Kerja

Adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia yang tidak bekerja, tidak

mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, yakni orang yang

terdiri atas:

a) Golongan yang bersekolah

b) Golongan yang mengurus rumah tangga

c) Golongan lain-lain atau penerima pendapatan tapi bukan imbalan langsung

atas jasa kerjanya digolongkan menjadi:

1. Golongan penerima pendapatan: seperti tunjangan pensiun, bunga atas

simpanan uang atau sewa atas milik.

2. Golongan mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain, misalnya

karena lanjut usia (jompo), cacat atau sakit kronis.

Ketiga golongan dalam kelompok bukan angkatan kerja ini kecuali mereka yang

hidupnya tergantung dari orang lain, sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya

untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering juga dinamakan sebagai

15

Potential Labour Force (PLF). Jadi, tenaga kerja mencakup siapa saja yang

dikategorikan sebagai angkatan kerja dan juga mereka yang bukan angkatan kerja,

sedangkan angkatan kerja adalah mereka yang bekerja dan yang tidak bekerja

(pengangguran).

Sumber : Simanjuntak, 2001

Gambar 5. Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja

Penduduk

Bukan TenagaKerja

Tenaga Kerja

Bukan AngkatanKerja

AngkatanKerja

SetengahPengangguran

Bekerja Penuh

BekerjaMenganggur Sekolah Mengurus RumahTangga

PenerimaPendapatan

Kentara (JamKerja Sedikit)

Tidak Kentara

16

B. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja berbeda dengan permintaan

konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang karena barang itu

memberikan nikmat (utility) kepada si pembeli. Sementara pengusaha

mempekerjakan seseorang karena membantu memproduksikan barang atau jasa

untuk dijual kepada konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan perusahaan

terhadap tenaga kerja tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan

barang yang diproduksinya. Permintaan akan tenaga kerja yang seperti itu disebut

derived demand (Simanjuntak, 2001).

Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

oleh perusahan atau instansi tertentu, dimana keuntungan usaha yang didapat akan

memberikan hasil yang maksimum. Secara umum permintaan tenaga kerja

dipengaruhi oleh (Sumarsono, 2003):

a. Perubahan Tingkat Upah

Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi

perusahaan. Apabila digunakan asumsi tingkat upah naik maka akan terjadi

hal-hal sebagai berikut:

1) Naiknya tingkat upah akan menaikkan biaya produksi perusahaan,

selanjutnya akan meningkatkan pula harga per unit produksi. Biasanya

konsumen akan memberikan respon yang cepat apabila terjadi kenaikan

harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak membeli

sama sekali (untuk barang sekunder dan tersier). Dalam jangka pendek

17

kenaikan upah diantisipasi perusahaan dengan mengurangi produksinya.

Turunnya target produksi mengakibatkan bekurangnya tenaga kerja yang

dibutuhkan. Penurunan jumlah tenaga kerja karena turunnya skala

produksi disebut dengan efek skala produksi atau scale effect.

2) Kenaikan tingkat upah dalam jangka panjang akan direspon oleh

perusahaan dengan penyesuaian terhadap input yang digunakan.

Perusahaan akan menggunakan teknologi padat modal untuk proses

produksinya dan menggantikan tenaga kerja dengan barang-barang modal

seperti mesin dan lain-lain. Kondisi ini terjadi bila tingkat upah naik

dengan asumsi harga barang-barang modal lainnya tetap. Penurunan

penggunaan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya

penggantian atau penambahan penggunaan mesin-mesin disebut efek

substitusi tenaga kerja atau substitution effect (capital intensive).

b. Perubahan Permintaan Hasil Produksi Oleh Konsumen

Apabila permintaan akan hasil produksi perusahaan meningkat, perusahaan

cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut

perusahaan akan menambah penggunaan tenaga kerjanya.

c. Harga Barang Modal Turun

Apabila harga barang modal turun, maka biaya produksi turun dan tentunya

mengakibatkan harga jual barang per unit ikut turun. Pada keadaan ini

perusahaan akan cenderung meningkatkan produksi karena permintaan hasil

produksi bertambah besar, akibatnya permintaan tenaga kerja meningkat pula.

18

Kurva permintaan tenaga kerja menggambarkan kuantitas maksimal pekerja yang

akan dipekerjakan pada suatu waktu tertentu pada berbagai tingkat upah. Dengan

kata lain, permintaan tenaga kerja dapat diartikan sebagai berbagai kemungkinan

jumlah tenaga kerja yang diminta pengusaha dalam berbagai tingkat upah.

Gambar 6. Kurva Permintaan Tenaga Kerja

Keterangan :

MR : Marginal revenue, penerimaan marjinal

VMPPL : Value marginal physical product of labor, nilai pertambahan

hasil marjinal dari tenaga kerja

MPPL : Marginal physical product of labor

P : Harga jual barang yang diproduksikan per unit

Gambar 6 menjelaskan mengenai kurva permintaan tenaga kerja yang memiliki

kemiringan (Slope) yang negatif. Kurva tersebut memiliki hubungan negatif,

artinya semakin tinggi tingkat upah yang diminta maka akan mengakibatkan

penurunan jumlah tenaga kerja yang diminta. Sebaliknya apabila tingkat upah

yang diminta semakin rendah maka jumlah pemintaan tenaga kerja akan

meningkat.

Upah

0 B Kuantitas Tenaga Kerja

D = MPPL X P = MR

VMPPL

D

W2

W

W1

A N

19

Garis DD menggambarkan besarnya nilai hasil marginal tenaga kerja (value

marginal physical product of labor, VMPPL) untuk setiap tingkat penempatan

pekerja. Bila misalnya jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sebanyak OA = 100

orang, maka nilai hasil kerja yang ke-100 dinamakan VMPPL dan besarnya sama

dengan MPPL x P = W1. Nilai ini lebih besar daripada tingkat upah yang sedang

berlaku (W). Oleh sebab itu laba pengusaha akan bertambah dengan menambah

tenaga kerja baru. Pengusaha dapat terus menambah laba perusahaan dengan

memperkerjakan orang hingga pada titik ON. Dititik N pengusaha mencapai laba

maksimum dan nilai MPPL x P sama dengan upah yang dibayarkan kepada tenaga

kerja.

C. Penawaran Tenaga Kerja

Penawaran tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah dan jumlah

satuan pekerja yang disetujui oleh pensupply untuk di tawarkan. Jumlah satuan

pekerja yang ditawarkan tergantung pada (1) besarnya penduduk, (2) persentase

penduduk yang memilih berada dalam angkatan kerja, (3) jam kerja yang

ditawarkan oleh peserta angkatan kerja, di mana ketiga komponen tersebut

tergantung pada tingkat upah (Simanjuntak, 2001).

Kenaikan tingkat upah mempengaruhi penyediaan tenaga kerja melalui dua daya

yang saling berlawanan kenaikan tingkat upah disatu pihak meningkatkan

pendapatan (income effect) yang cenderung untuk mengurangi tenaga kerja.

Dipihak lain peningkatan upah membuat waktu senggang (subsitution effect).

Daya subsitusi ini akan meningkatkan jumlah tenaga tenaga kerja, tetapi setelah

mencapai titik tertentu WB, pertambahan upah justru akan mengurangi waktu

20

yang disediakan oleh keluarga untuk keperluan bekerja (S2,S3). Hal ini disebut

backward bending curve, atau kurva penawaran yang membelok.

Gambar 7. Kurva Penyediaan Waktu Kerja oleh Satu Keluarga

Titik S2 disebut titik belok, dan tingkat upah WB, dimana kurva penawaran

keluarga membelok, dinamakan tingkat upah kritis. Tiap-tiap keluarga

mempunyai titik belok, tingkat upah kritis dan bentuk kurva yang berbeda, sesuai

dengan jumlah tenaga kerja yang ada dalam masing-masing keluarga, tingkat

pendapatan, serta jumlah tanggungan dari keluarga tersebut.

D. Pasar Tenaga Kerja

Pasar tenaga kerja adalah seluruh aktivitas dan pelaku-pelaku yang

mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja. Pasar tenaga kerja dibutuhkan

karena dalam kenyataannya terdapat banyak perbedaan-perbedaan dikalangan

pencari kerja dan diantara lowongan kerja. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah:

1) pencari kerja mempunyai tingkat pendidikan, keterampilan, kemampuan,

dan sikap pribadi yang berbeda.

Upah

0 H Jumlah Jam Kerja

WB S2

S3

S1

21

2) Setiap perusahaan menghadapi lingkungan yang berbeda : luaran (output),

masukan (input), manajeman, teknologi, lokasi, pasar, dll, sehingga

mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memberikan tingkat upah,

jaminan social, dan lingkungan pekerjaan.

3) Baik pengusaha maupun pencari kerja sama-sama mempunyai informasi

yang terbatas mengenai hal-hal yang dikemukakan dalam butir (a) dan (b).

Keseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja akan terjadi apabila

pencari kerja menerima pekerjaan yang ditawarkan pada tingkat upah tertentu

(We) dan perusahaan bersedia mempekerjakan tenaga kerja pada tingkat upah itu

pula. Pada titik keseimbangan E, kedua pihak (pencari kerja dan perusahaan)

memiliki nilai kepuasaan yang sama, dan pada tingkat upah We , banyaknya tenaga

kerja yang diminta maupun yang ditawarkan adalah seimbang yaitu sama dengan

Le. Titik keseimbangan E akan berubah apabila terjadi gangguan dipasar tenaga

kerja sehingga mempengaruhi pergeseran kurva permintaan atau penawaran

tenaga kerja. Biasanya kekuatan mekanisme pasar akan membentuk sendirinya

titik keseimbangan yang baru (Gambar 8).

Gambar 8. Kurva Keseimbangan antara Permintaan dan Penawaran TenagaKerja

L

SL

DL

Le

EWe

W

0

22

Keterangan :

W : Upah rill

We : Upah keseimbangan

L : Jumlah tenaga kerja

Le : Jumlah tenaga kerja keseimbangan

E : Keseimbangan permintaan dan penawaran

SL : Penawaran tenaga kerja (Supply of Labor)

DL : Permintaan tenaga kerja (Demand of Labor)

Ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja

dan penawaran tenaga kerja pada suatu tingkat upah tertentu mungkin saja dapat

terjadi dalam pasar kerja. Ketidakseimbangan ini dapat berupa :

a. Lebih besarnya permintaan dibanding penawaran terhadap tenaga kerja

(Excess Demand of Labor)

Gambar 9. Excess Demand of Labor

Gambar 9 diketahui bahwa ketika tingkat upah turun, dari W1 ke We akan

menyebabkan jumlah tenaga kerja yang diminta adalah sebesar L2. Namun pada

tingkat upah yang rendah, jumlah tenaga kerja yang menawarkan dirinya untuk

Excess DL

We

W1

DL

SLUpah

0

E

L1 Le L2 Tenaga Kerja

23

bekerja adalah sebesar L1, sehingga pada L1 dan L2 terdapat kelebihan permintaan

tenaga kerja.

b. Lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja

(Excess Supply of Labor)

Gambar 10. Excess Supply of Labor

Berdasarkan Gambar 10. diketahui bahwa ketika tingkat upah naik, dari We ke W1

akan menyebabkan jumlah tenaga kerja yang diminta adalah sebesar L1. Namun

dengan tingkat upah yang tinggi, jumlah tenaga kerja yang menawarkan dirinya

untuk bekerja adalah sebesar L2, sehingga pada L1 dan L2 terdapat kelebihan

penawaran tenaga kerja.

E. Pengangguran

Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam

angkatan kerja yang ingin mendapatkan perkerjaan tetapi mereka belum dapat

memperoleh pekerjaan tersebut (Sukirno, 2003). Menurut Badan Pusat Statistik

(BPS) dalam indikator ketenagakerjaan, pengangguran merupakan penduduk yang

tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu

SL

We

W1

Upah

DL

L1 L2Le Tenaga Kerja0

E

Excess SL

24

usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima

bekerja tetapi belum mulai bekerja. Pengangguran dapat terjadi disebabkan oleh

ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah

tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga kerja yang diminta.

Untuk mengetahui besar kecilnya tingkat pengangguran dapat diamati melalui dua

pendekatan antara lain sebagai berikut :

1) Pendekatan Angkatan Kerja (Labor Force Apprpach)

Besar kecilnya tingkat pengangguran dihitung berdasarkan presentase dari

perbandingan jumlah antara orang yang menganggur dan jumlah angkatan

kerja.

Tingkat Pengangguran = X 100 %..........................(2.1)

2) Pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (Labor Utilization Approach)

Untuk menentukan besar kecilnya tingkat pengangguran yang didasarkan pada

pendekatan pemanfaatan tenaga kerja antara lain:

a) Bekerja penuh (employed) yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau

jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu.

b) Setengah menganggur (underemployed) yaitu mereka yang bekerja,

tetapi belum dimanfaatkan secara penuh, artinya jam kerja mereka

dalam seminggu kurang dari 35 jam

Tingkat pengangguran menjadi indikator terbesar dari situasi pasar tenaga kerja di

suatu negara. Pengangguran yang digunakan oleh ILO adalah proporsi angkatan

kerja yang tidak memiliki pekerjaan atau yang secara aktif sedang mencari dan

25

bersedia untuk bekerja. Kondisi menganggur adalah suatu keadaan yang tidak

diinginkan bagi para angkatan kerja. Namun, persaingan dan keadaan suatu

negara yang tidak sempurna menyebabkan tidak semua negara mampu

menciptakan keadaan full employment.

a. Jenis-Jenis Pengangguran

Menurut Case dan Fair (2004) dalam bukunya Prinsip-prinsip Ekonomi Makro,

pengangguran dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis yaitu sebagai berikut :

1) Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment)

Pengangguran yang disebabkan oleh kerja normalnya pasar tenaga kerja.

Istilah itu merujuk pada pencocokan pekerjaan atau keterampilan jangka

pendek. Selain itu pengangguran Friksional juga merupakan jenis

pengangguran yang timbul sebagai akibat dari adanya perubahan didalam

syarat-syarat kerja, yang terjadi seiring dengan perkembangan atau dinamika

ekonomi yang terjadi. Jenis pengangguran ini dapat pula terjadi karena

berpindahnya orang-orang dari satu daerah ke daerah lain, atau dari satu

pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibanya harus mempunyai tenggang waktu

dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain.

2) Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment)

Pengangguran ini berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka

pendek, terutama terjadi di sektor pertanian. Yang dimaksud dengan

pengangguran musiman yaitu pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu

tertentu didalam satu tahun. Biasanya pengangguran seperti ini berlaku pada

26

waktu dimana kegiatan bercocok tanam sedang menurun kesibukannya.

Dengan demikian, jenis pengangguran ini terjadi untuk sementara waktu saja.

3) Pengangguran Siklis (Cyclical Unemployment)

Pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat

kegiatan perekonomian. Pada waktu kegiatan ekonomi mengalami

kemunduran, perusahaan-perusahaan harus mengurangi kegiatan

memproduksinya. Dalam pelaksanaannya berarti jam kerja dikurangi,

sebagian mesin produksi tidak digunakan, dan sebagian tenaga kerja

diberhentikan. Dengan demikian, kemunduran ekonomi akan menaikkan

jumlah dan tingkat pengangguran.

4) Pengangguran Stuktural (Struktural Unemployment)

Dikatakan pengangguran stuktural karena sifatnya yang mendasar. Pencari

kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan

pekerjaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam perekonomian yang berkembang

pesat. Makin tinggi dan rumitnya proses produksi atau teknologi produksi

yang digunakan, menuntut persyaratan tenaga kerja yang juga makin tinggi.

Dilihat dari sifatnya, pengangguran struktural lebih sulit diatasi dibanding

pengangguran friksional. Selain membutuhkan pendanaan yang besar, juga

waktu yang lama. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan pengangguran

struktural yaitu sebagai akibat dari kemerosotan permintaan atau sebagai

akibat dari semakin canggihnya teknik memproduksi. Faktor yang kedua

memungkinkan suatu perusahaan menaikkan produksi dan pada waktu yang

sama mengurangi pekerja.

27

b. Akibat-Akibat Buruk Pengangguran

Menurut Sukirno (2003), beberapa akibat buruk dari pengangguran dibedakan

kepada dua aspek dimana dua aspek tersebut yaitu :

1) Akibat Buruk ke Atas Kegiatan Perekonomian

Tingkat pengangguran yang relatif tinggi tidak memungkinkan masyarakat

mencapai pertumbuhan ekonomi yang teguh. Hal ini dapat dengan jelas dilihat

dari memperlihatkan berbagai akibat buruk yang bersifat ekonomi yang

ditimbulkan oleh masalah pengangguran. Akibat-akibat buruk tersebut dapat

dibedakan sebagai berikut :

a) Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak memaksimumkan tingkat

kemakmuran yang mungkin dicapainya.

b) Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang.

Pengangguran diakibatkan oleh tingkat kegiatan ekonomi yang rendah,

dan dalam kegiatan ekonomi yang rendah pendapatan pajak pemerintah

semakin sedikit.

c) Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Pengangguran

menimbulkan dua akibat buruk kepada kegiatan sektor swasta. Yang

pertama, pengangguran tenaga buruh diikuti pula oleh kelebihan kapasitas

mesin-mesin perusahaan. Kedua, pengangguran yang diakibatkan kelesuan

kegiatan perusahaan menyebabkan keuntungan berkurang. Keuntungan

yang rendah mengurangi keinginan untuk melakukan investasi.

28

2) Akibat Buruk ke Atas Individu dan Masyarakat

Pengangguran akan mempengaruhi kehidupan individu dan kestabilan sosial

dalam masyarakat. Beberapa keburukan sosial yang diakibatkan adalah:

a) Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencarian dan pendapatan.

b) Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan keterampilan. Keterampilan

dalam mengerjakan suatu pekerjaan hanya dapat dipertahankan apabila

keterampilan tersebut digunakan dalam praktek.

c) Pengangguran dapat menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.

Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat

menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah.

F. Foreign Direct Investment (FDI)

Investasi langsung luar negeri (FDI) adalah arus modal internasional dimana

perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di

negara lain. Biasanya, FDI terkait dengan investasi aset-aset produktif, misalnya

pembelian atau konstruksi sebuah pabrik, pembelian tanah, peralatan atau

bangunan; atau konstruksi peralatan atau bangunan yang baru yang dilakukan oleh

perusahaan asing. Penanaman kembali modal (reinvestment) dari pendapatan

perusahaan dan penyediaan pinjaman jangka pendek dan panjang antara

perusahaan induk dan perusahaan anak atau afiliasinya juga dikategorikan sebagai

investasi langsung. Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya,

tetapi juga terjadi pemberlakuan control terhadap perusahaan di luar negeri.

Investasi asing langsung atau FDI menjadi salah satu sumber pembiayaan (modal)

29

yang penting bagi negara berkembang, dan mampu memberikan kontribusi yang

cukup besar bagi pembangunan melalui transfer asset dan manajemen, serta

transfer teknologi guna mendorong perekonomian negara.

FDI (Foreign Direct Investment) atau investasi langsung luar negeri adalah salah

satu ciri penting dari sistem ekonomi yang kian meng-global. Hal ini bermula saat

sebuah perusahaan dari satu negara menanamkan modalnya dalam jangka panjang

ke sebuah perusahaan di negara lain. Dengan cara ini perusahaan yang ada di

negara asal (biasa disebut 'home country') bisa mengendalikan perusahaan yang

ada di negara tujuan investasi (biasa disebut 'host country') baik sebagian atau

seluruhnya. Caranya dengan si penanam modal membeli perusahaan di luar negeri

yang sudah ada atau menyediakan modal untuk membangun perusahaan baru di

sana atau membeli sahamnya sekurangnya 10% (Ulum, 2014).

a. Faktor yang Mempengaruhi FDI

Berdasarkan hasil riset dari Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah

(KPPOD) pada tahun 2003 Penanaman Modal Asing atau FDI dipengaruhi oleh

beberapa faktor non-ekonomi yaitu :

1) Faktor stabilitas politik dan keamanan suatu negara yang paling

dipertimbangkan oleh investor asing

2) Faktor kelembagaan

3) Sosial politik, ekonomi daerah

4) Tenaga kerja dan produktivitas

5) Infrastruktur fisik

30

Menurut David K. Eiteman motif yang mendasari penanaman modal asing ada

tiga; motif strategis, motif perilaku dan motif ekonomi. Dalam motif strategis

dibedakan dalam:

1) Mencari pasar

2) Mencari bahan baku

3) Mencari efisiensi produksi

4) Mencari pengetahuan

5) Mencari keamanan politik

Sedangkan motif perilaku merupakan rangsangan lingkungan eksternal dan yang

lain dari organisasi didasarkan pada kebutuhan dan komitmen individu atau

kelompok. Dan motif ekonomi merupakan motif untuk mencari keuntungan

dengan cara memaksimalkan keuntungan jangka panjang dan harga pasar saham

perusahaan.

Dunning menjelaskan bahwa terdapat tiga motif perusahaan dalam melakukan

investasi asing yaitu:

1) Locational Advantage yang terdiri dari biaya tenaga kerja yang rendah,

produktivitas tenaga kerja, tingkat pajak yang rendah, kualitas

infrastruktur dan lain sebagainya.

2) Internalizational Advantages berhubungan dengan kegiatan produksi yang

dilakukan perusahaan itu sendiri dari pada dijalankan perusahaan lain

melalui lisensi.

3) Ownership Advantage meliputi keunggulan perusahaan yang melebihi dari

kompetitornya dalam hal pemasaran dan teknologi.

31

b. Manfaat FDI

Panayotou dalam Sarwedi (2002) menjelaskan bahwa FDI lebih penting dalam

menjamin kelangsungan pembangunaan dibandingkan dengan aliran bantuan atau

modal portofolio, sebab terjadinya FDI disuatu negara akan diikuti dengan

transfer of technology, know-how, management skill, resiko usaha relatif kecil dan

lebih profitable. Aliran modal dari suatu negara ke negara lainnya bertujuan untuk

memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, yang lebih produktif dan juga sebagai

diversifikasi usaha. Hasil yang diharapkan dari aliran modal internasional adalah

meningkatnya output dan kesejahteraan. Disamping peningkatan income dan

output, keuntungan bagi negara tujuan dari aliran modal asing adalah:

1) Investasi asing membawa teknologi yang lebih mutakhir. Besar kecilnya

keuntungan bagi negara tujuan tergantung pada kemungkinan penyebaran

teknologi yang bebas bagi perusahaan.

2) Investasi asing meningkatkan kompetisi di negara tujuan. Masuknya

perusahaan baru dalam sektor yang tidak diperdagangkan (non tradable

sector) meningkatkan output industri dan menurunkan harga domestik,

sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan.

3) Investasi asing dapat berperan dalam mengatasi kesenjangan nilai tukar

dengan negara tujuan (investment gap). Masuknya investasi asing dapat

mengatasi masalah tidak tercukupinya valuta asing yang digunakan untuk

membiayai impor faktor produksi dari luar negeri.

FDI sangat bermanfaat bagi pembangunan perekonomian suatu negara, terutama

pembangunan infrastruktur. Dengan pembangunan infrastruktur maka akan terjadi

32

penyerapan tenaga kerja, sehingga FDI juga bisa dikatakan dapat menurunkan

angka pengangguran. Aliran dana FDI ini juga akan meningkatkan ekspor suatu

negara, akibat penambahan modal untuk biaya produksi maka sumber daya dapat

lebih efisien diolah. Menurut Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan

suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan

kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran

masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi,

yakni: a) Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat,

sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan

nasional serta kesempatan kerja. b) Pertambahan barang modal sebagai akibat

investasi akan menambah kapasitas produksi. c) Investasi selalu diikuti oleh

perkembangan teknologi.

c. Teori Investasi

1) Teori Neo Klasik

Teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran untuk membeli

barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk

mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian

yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan.

Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian untuk

menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang.

Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang-barang

modal lama yang harus didepresiasikan.

33

Disamping kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus

meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan

nasioanal dan taraf kemakmuran masyarakat. Tiga fungsi penting dari kegiatan

investasi dalam perekonomian yaitu sebagai berikut:

1) Investasi merupakan kompenen dari pengeluaran agregat

2) Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah

kapasitas memproduksi di masa depan dan perkembangan ini akan

menstimulir pertambahan produksi nasioanl dan kesempatan kerja.

3) Investasi selalu di ikuti oleh perkembangan teknologi.

Teori investasi ini dinamakan teori neo klasik karena pandangan dasarnya

dilandaskan kepada pemikiran ahli-ahli ekonomi klasik mengenai penentuan

keseimbangan faktor-faktor produksi oleh perusahaan–perusahaan (Sukirno,

2000).

2) Teori Harrod-Domar

Harrod dan Domar memberikan peran penting pembentukan investasi terhadap

proses pertumbuhan ekonomi suatu negara. Investasi dianggap faktor penting

karena memiliki dua peran sekaligus dalam mempengaruhi perekonomian, yaitu:

Pertama, investasi berperan sebagai faktor yang dapat menciptakan pendapatan.

Artinya investasi mempengaruhi sisi permintaan. Kedua investasi dapat

memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan meningkatkan stok modal,

artinya investasi akan mempengaruhi dari sisi penawaran. Dalam perspektif waktu

yang lebih panjang, pengeluaran investasi tidak hanya mampu mempengaruhi

34

permintaan agregatif, namun juga mampu mempengaruhi penawaran agregatif,

melalui perubahan kapasitas produksi.

Dalam jangka panjang, faktor investasi yang dinotasikan I akan menambah stok

kapital seperti pabrik industri, jalan, mesin dan sebagainya. Dengan demikian

investasi sama dengan perubahan stok kapital atau dapat dinyatakan sebagai

berikut:

I = ∆KPeningkatan stok kapital dapat diartikan sebagai peningkatan kapasitas produksi

masyarakat. Peningkatan kapasitas produksi berarti peningkatan penawaran

agregatif.

Investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas

produksi. Tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor produksi, otomatis akan

ditingkatkan penggunaannya. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi

rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak lesunya pembangunan.

Maka setiap negara berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan

investasi terutama investasi swasta yang dapat membantu membuka lapangan

kerja sehingga dapat meningkatkan kesempatan kerja.

G. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang atau jasa yang diproduksikan dalam

masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2003).

35

Menurut Kuznet dalam Todaro (2003), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk

menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas

itu sendiri ditentukan oleh adanya faktor produksi. Perkembangan kemampuan

memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi

pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa

yang sama besarnya.

Laju pertumbuhan ekonomi akan memperlihatkan proses kenaikan output

perkapita dalam jangka panjang dan diartikan sebagai pertambahan output atau

pertambahan pendapatan nasional agregatif dalam kurun waktu tertentu. Cara

menghitung laju pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :

∆ = 100%.............................................................(2.2)

Keterangan :∆ : Laju pertumbuhan ekonomi

PDBt : Produk Domestik Bruto tahun sekarang

PDBt-1 : Produk Domestik Bruto tahun lalu

a. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro (2003), Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu :

1) Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja

Pertumbuhan penduduk sangat berkaitan dengan jumlah angkatan kerja yang

bekerja yang notabenya merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi. Kemampuan pertumbuhan penduduk ini dipengaruhi

36

seberapa besar perekonomian dapat menyerap angkatan kerja yang bekerja

produktif.

2) Akumulasi Modal

Akumulasi modal merupakan gabungan dari investasi baru yang di dalamya

mencakup lahan, peralatan fiskal dan sumber daya manusia yang digabung

dengan pendapatan sekarang untuk dipergunakan memperbesar output pada

masa datang.

3) Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi menurut para ekonom merupakan faktor terpenting dalam

terjadinya pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena kemajuan

teknologi memberikan dampak besar karena dapat memberikan cara-cara baru

dan menyempurnakan cara lama dalam melakukan suatu pekerjaan.

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi

1) Teori Okun

Hukum Okun dan menyatakan bahwa terdapat kaitan yang erat antara tingkat

pengangguran dengan GDP (Gross Domestic Product) riil, di mana terdapat

hubungan yang negatif antara tingkat pengangguran dengan GDP riil. Peningkatan

pengangguran cenderung dikaitkan dengan rendahnya pertumbuhan GDP riil.

Ketika tingkat pengangguran meningkat, maka GDP riil cenderung tumbuh lebih

lambat atau bahkan turun. Begitu juga sebaliknya untuk mengurangi jumlah

pengangguran maka tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara harus

ditingkatkan.

Persentase ∆GDP riil = 3,5% - (2 x ∆ Tingkat Pengangguran)….……(2.3)

37

Jika tingkat pengangguran tetap sama, GDP riil tumbuh sebesar 3,5 persen.

Selanjutnya, untuk setiap persentase tingkat kenaikan pengangguran,

pertumbuhan GDP riil biasa turun 2 persen (Mankiw, 2006).

Koefisien Okun merupakan salah satu komponen penting yang dikaji para

ekonom dalam menganalisis hukum Okun untuk beberapa alasan. Pertama, jika

tingkat pengangguran merupakan variabel kebijakan, maka koefisien Okun dapat

di interpretasikan sebagai besaran target perekonomian untuk mereduksi tingkat

pengangguran. Kedua, peramalan output sering dibuat untuk menyatakan

peramalan dari tingkat pengangguran. Ketiga, koefisien Okun sangat berguna

untuk mengetahui kapan output berada diatas atau dibawah nilai potensialnya

(Sinclair, 2005).

H. Upah

Menurut Mankiw (2006), upah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

tingkat pengangguran. Selain itu, upah juga merupakan kompensasi yang diterima

oleh satu unit tenaga kerja yang berupa jumlah uang yang dibayarkan kepadanya.

Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan, upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan

dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada

pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,

kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi

pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau

akan dilakukan.

38

Dalam teori ekonomi, upah diartikan sebagai pembayaran atas jasa-jasa fisik mau

pun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha. Tidak

dibedakan diantara pembayaran atas jasa-jasa pekerja tetap dan profesional

dengan pembayaran ke atas jasa-jasa pekerja kasar dan tidak tetap. Di dalam teori

ekonomi kedua jenis pendapatan pekerja (pembayaran kepada para pekerja)

tersebut dinamakan upah (Sukirno, 2005).

Upah merupakan salah satu unsur untuk menentukan harga pokok dalam

perusahaan, karena ketidakpastian dalam menentukan besarnya upah akan sangat

merugikan perusahaan. Oleh karenanya ada beberapa faktor yang mempengaruhi

tinggi rendahnya tingkat upah yaitu sebagai berikut:

1) Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja

Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dan jumlah tenaga

kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi, sedangkan untuk jabatan-

jabatan yang mempunyai penawaran yang melimpah, upahnya cenderung

turun.

2) Organisasi Buruh

Ada tidaknya organisasi buruh serta kuat lemahnya organisasi buruh akan

mempengaruhi tingkat upah. Adanya serikat buruh yang kuat akan

meningkatkan tingkat upah demikian pula sebaliknya.

3) Kemampuan Untuk Membayar

Pemberian upah tergantung pada kemampuan membayar dari perusahaan.

Bagi perusahaan, upah merupakan salah satu komponen biaya produksi,

39

tingginya upah akan mengakibatkan tingginya biaya produksi dan pada

akhirnya akan mengurangi keuntungan.

4) Produktivitas Pekerja

Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi kerja karyawan. Semakin

tinggi prestasi kerja karyawan, maka semakin besar upah yang mereka terima.

Prestasi pekerja ini dinyatakan sebagai produktivitas pekerja.

5) Biaya Hidup

Biaya hidup yang besar seperti halnya kota besar, upah kerja cenderung tinggi.

Biaya hidup juga merupakan batas penerimaan upah dari karyawan

6) Pemerintah

Pemerintah dengan peraturan-peraturannya mempengaruhi tinggi rendahnya

upah. Peraturan tentang upah umumnya merupakan batas bawah dari tingkat

upah yang harus dibayarkan.

a. Teori Upah

Menurut teori ekonomi, kenaikan harga (termasuk kenaikan upah) akan memicu

kenaikan penawaran, tetapi sekaligus menurunkan permintaan. Jika surplus tenaga

kerja ini tidak diikuti pertambahan permintaan kerja, penganggur akan bertambah.

Pemerintah bisa campur tangan menciptakan proyek padat karya, tetapi strategi

ini hanya mampu mengatasi sebagian kecil pengangguran. Akhirnya kenaikan

upah akan menguntungkan mereka yang bekerja, tetapi merugikan mereka yang

kontraknya tidak diperpanjang. Korban lain adalah penganggur yang makin sulit

masuk pasar kerja.

40

Menurut Mankiw (2006) salah satu penyebab terjadinya pengangguran adalah

adanya kekakuan upah. Kekakuan upah yaitu gagalnya upah melakukan

penyusaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya. Kondisi

ini disebabkan oleh 1) kebijakan pemerintah mengenai upah minimum, 2)

kekuatan monopoli serikat pekerja, dan 3) upah efisiensi.

1) Undang-Undang Upah Minimum

Ketika pemerintah mempertahankan upah agar tidak mencapai tingkat

ekuilibrium, hal itu dapat menimbulkan kekakuan upah. Undang-undang upah

minimum menetapkan tingkat upah minimal yang harus dibayar perusahaan

kepada karyawannya. Bagi sebagian besar pekerja, upah minimum ini tidak

berpengaruh, karena mereka menikmati upah di atas upah minimum. Bagi

sebagian lainnya, terutama yang tidak terdidik dan kurang berpengalaman,

upah minimum mrningkatkan upah mereka di atas tingkat ekuilibriumnya.

Karena itu, upah minimum mengurangi jumlah tenaga kerja yang diminta

perusahaan (Mankiw, 2006).

2) Serikat Pekerja dan Posisi Tawar-Menawar Kolektif

Penyebab dari kekakuan upah yang kedua adalah kekuatan monopoli serikat

pekerja. Upah para pekerja yang tergabung dalam serikat pekerja tidak

ditentukan oleh ekuilibrium penawaran dan permintaan, tetapi oleh posisi

tawar-menawar kolektif antara pimpinan serikat pekerja dan manajemen

perusahaan. Seringkali kesepakatan akhir meningkatkan upah di atas tingkat

equilibrium dan memungkinkan perusahaan untuk memutuskan beberapa

banyak pekerja yang perlu diterima. Hasilnya adalah penurunan jumlah

41

pekerja yang dipekerjakan, tingkat perolehan kerja yang lebih rendah, dan

kenaikan pengangguran struktural.

Serikat Pekerja juga dapat mempengaruhi upah yang dibayar perusahaan yang

memiliki angkatan kerja yang tidak menjadi anggota serikat pekerja karena

ancaman pembentukan serikat pekerja bisa mempertahankan upah di atas

equilibrium. Kebanyakan perusahaan tidak menyukai keberadaan serikat

pekerja. Serikat pekerja tidak hanya meningkatkan upah tetapi juga

meningkatkan kekuatan posisi tawar menawar pekerja pada banyak hal lain,

seperti jam kerja dan kondisi kerja. Perusahaan bisa saja membayar para

pekerja dengan upah yang tinggi untuk menjaga mereka tetap senang agar

mereka tidak membentuk serikat pekerja (Mankiw, 2006).

3) Upah Efisiensi

Teori ini menyatakan bahwa upah yang tinggi membuat pekerja lebih

produktif. Jadi, meskipun pengurangan upah akan menurunkan tagihan upah

perusahaan, itu juga akan menurunkan produktivitas pekerja dan laba

perusahaan. Teori upah-efisiensi yang pertama menyatakan bahwa upah yang

tinggi membuat para pekerja lebih produktif. Pengaruh upah terhadap efisiensi

pekerja dapat menjelaskan kegagalan perusahaan untuk memangkas upah

meskipun terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja. Meskipun akan

mengurangi tagihan upah perusahaan, maka pengurangan upah akan

memperendah produktivitas pekerja dan laba perusahaan.

Teori upah-efisiensi yang kedua, menyatakan bahwa upah yang tinggi

menurunkan perputaran tenaga kerja. Dengan membayar upah yang tinggi,

42

perusahaan mengurangi frekuensi pekerja yang keluar dari pekerjaan,

sekaligus mengurangi waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menarik dan

melatih pekerja baru.

Teori upah-efisiensi yang ketiga menyatakan bahwa kualitas rata-rata tenaga

kerja perusahaan bergantung pada upah yang dibayar kepada karyawannya.

Jika perusahaan mengurangi upahnya, maka pekerja terbaik bisa mengambil

pekerjaan di tempat lain, meninggalkan perusahaan dengan pekerja yang tidak

terdidik yang memiliki lebih sedikit alternatif.

Dan teori upah-efisiensi yang keempat menyatakan bahwa upah yang tinggi

meningkatkan upaya pekerja. Teori ini menegaskan bahwa perusahaan tidak

dapat memantau dengan sempurna upaya para pekerja, dan para pekerja harus

memutuskan sendiri sejauh mana mereka akan bekerja keras. Semakin tinggi

upah, semakin besar kerugian bagi pekerja bila mereka sampai dipecat.

Dengan membayar upah yang lebih tinggi, perusahaan memotivasi lebih

banyak pekerja agar tidak bermalas-malasan dan dengan demikian

meningkatkan produktivitas mereka.

Meskipun keempat teori upah-efisiensi ini secara rinci berbeda, namun teori-

teori tersebut menyuarakan topik yang sama: karena perusahaan beroperasi

lebih efisien jika membayar pekerjanya dengan upah yang tinggi, maka

perusahaan dapat menganggap bahwa mempertahankan upah di atas tingkat

yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan adalah menguntungkan.

Hasil dari upah yang lebih tinggi daripada upah ekuilibrium ini adalah tingkat

perolehan kerja yang lebih rendah dan pengangguran yang lebih besar

(Mankiw, 2006).

43

Sumber : Mankiw, 2006

Gambar 11. Kekakuan Upah

Kekakuan upah rill menyebabkan penjatahan pekerjaan. Jika upah riil tertahan di

atas tingkat upah ekuilibrium, maka penawaran tenaga kerja melebihi

permintaannya. Akibatnya adalah pengangguran (Mankiw, 2006).

I. Hubungan Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat

a. Hubungan FDI Terhadap Tingkat Pengangguran

Sebagian besar penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa FDI merupakan

sumber modal yang penting, pelengkap untuk investasi domestik swasta,

menghasilkan lebih banyak kesempatan kerja, transfer teknologi dan lebih

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara tuan rumah (Chowdhury &

Mavrotas dalam Yussof, 2012). Ini dibuktikan dari hasil penelitian Dinga (2007),

dalam penelitian dampak dari investasi asing dalam proyek Toyota-Peugeot

Citoёn Automobile (TPCA) terhadap pasar tenaga kerja di daerah Kolin, Republik

Penawaran

Tenaga Kerja

Permintaan

Jumlah TenagaKerja yang ingin

bekerja

JumlahPengangguran

Upah rillyang kaku

Jumlah tenaga kerjayang dipekerjakan

Upah Rill

44

Ceko anatara tahun 1993-2006 yang menggunakan metode OLS , menemukan

bahwa FDI memiliki dampak yang signifikan. Aliran masuk FDI telah

mengurangi tingkat pengangguran sebesar 1,7% dan peningkatan lapangan kerja

sebesar 3,7%. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Rafiq dkk (2009)

juga menunjukkan bahwa FDI memiliki efek yang negatif terhadap pengangguran

di Pakistan untuk periode 1998-2008, di mana arus masuk FDI telah membuka

peluang kerja lebih lanjut membantu mengurangi pengangguran. Efek positif dari

investasi langsung asing pada pertumbuhan lapangan kerja juga dilaporkan oleh

Karlsson dkk dalam makalah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2009 di mana

mereka telah menggunakan sampel perusahaan manufaktur dari China untuk

periode antara 1998 dan 2004.

b. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran

Konsep hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi (Gross Domestic Product)

dan tingkat pengangguran dikenal sebagai hukum Okun (Okun’s law) atau

koefisien Okun. Selanjutnya banyak penelitian serupa juga dilakukan untuk

membuktikan kebenaran hukum Okun. Di antaranya adalah: Khaliq dkk (2014)

yang meneliti hubungan antara pengangguran dan pertumbuhan ekonomi di 9

negara Arab (Algeria, Mesir, Jordan, Lebanon, Morocoo, Palestina, Sudan, Syria,

Tunisia) periode 1994-2010. Hasil penelitiannya menunjukkan pertumbuhan

ekonomi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat

pengangguran, peningkatan 1% pertumbuhan ekonomi akan menurunkan tingkat

pengangguran sebesar 0,16%. Noor dkk (2007), menguji aturan Okun di Malaysia

menggunakan data time series tahunan dari 1970 hingga 2004, menemukan

45

korelasi negatif antara pengangguran dan GDP riil. Namun demikian, koefisien

untuk tingkat pengangguran lebih kecil dari yang diperoleh Okun, penurunan 1

persen pengangguran akan mengarah pada peningkatan 1,75 persen dalam potensi

PDB. Temuan juga menunjukkan penyebab dua arah untuk pengangguran dan

variabel PDB. Penurunan pengangguran akan memperluas ekonomi dan pada saat

yang sama peningkatan aktivitas ekonomi akan mengurangi pengangguran. Amir

(2007), meneliti pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di

Indonesia selama periode 1980-2005, menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara

tingkat pengangguran dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Apabila

pertumbuhan ekonomi meningkat 1%, maka pengangguran akan menurun sekitar

0,46%.

c. Hubungan Upah Terhadap Tingkat Pengangguran

Salah satu penyebab pengangguran adalah kekakuan upah (wage rigidity), yaitu

gagalnya upah melakukan penyesuaian sampai penawaran tenaga kerja sama

dengan permintaannya. Ketika upah riil di atas tingkat yang menyeimbangkan

penawaran dan permintaan, jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah

yang diminta. Perusahaan harus mendistribusikan kelangkaan pekerjaan diantara

para pekerja. Kekakuan upah riil mengurangi tingkat penemuan pekerjaan dan

mempertinggi pengangguran (Mankiw, 2006).

Sumarsono (2003) menyimpulkan bahwa “Adanya hubungan positif antara tingkat

upah dengan pengangguran, karena apabila tingkat upah mengalami peningkatan

maka mengakibatkan permintaan akan tenaga kerja menjadi kecil dan

pengangguran akan semakin meningkat”.

46

Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2013), hasil

penelitiannya menemukan bahwa upah mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap pengangguran di Indonesia selama periode 1980-2010. Greer dkk (2014)

dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa upah minimum memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap pengangguran ketika ekonomi tidak stabil, selama resesi

dan pasca-resesi di Amerika Serikat dari tahun 2002 hingga 2012. Kim dan Lim

(2018), meneliti pengaruh upah minimum terhadap pengangguran di 25 negara

OECD tahun 2000-2014. Hasil penelitiannya adalah kenaikan 10 persen dalam

upah minimum meningkatkan tingkat pengangguran sebesar 0,64 persen.

J. Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian sebelumnya yang membahas hubungan antara FDI,

pertumbuhan ekonomi dan upah terhadap tingkat pengangguran telah banyak

dilakukan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri dengan metode dan hasil

yang beragam. Berikut ini tabel 1 yang menunjukkan resume dari berbagai

penelitian sebelumnya terkait faktor yang mempengaruhi pengangguran.

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No Penulis Judul Metode Variabel Hasil Penelitian

1 HamidahMuhdIrpan dkk(2016)

Impact ofForeign DirectInvestment ontheUnemploymentRate in Malaysia

Autoregressivedistributed lag(ARDL)

Tingkatpengangguran,FDI, GDP,jumlahpekerja asing,nilai tukar

FDI, jumlahpekerja asing,dan GDP secarasignifikanmempengaruhitingkatpengangguran diMalaysia

2 M.Rafiqdkk(2009)

Determinants OfUnemployment:A Case Study OfPakistan

Simple SingleEquationLinearRegression

Pertumbuhanpopulasi,Tingkat inflasi(IHK) dan

Pertumbuhanpendudukberpengaruhpositif terhadap

47

Economy (1998-2008)

Model(SELRM)

FDI pengangguran,sebaliknyainflasi dan FDImemilikidampak negatifterhadappengangguran

3 ShathaAbdul-Khaliq(2014)

The RelationshipBetweenUnemploymentAnd EconomicGrowth Rate InArab Country

Pooled EGLS(Cross-SectionSUR)

TingkatPengangguran,Pertumbuhanekonomi

Pertumbuhanekonomimemilikipengaruh negatifdan signifikanterhadap tingkatpengangguran.1% peningkatanpertumbuhanekonomi akanmenurunkantingkatpengangguransebesar 0,16%

4 Chong-Uk KimdanGieyoungLim(2018)

Minimum WageandUnemployment:An EmpiricalStudy on OECDCountries

fixed effectsmodel (FEM)

TingkatPengangguran, upahminimum

kenaikan 10persen dalamupah minimummeningkatkantingkatpengangguransebesar 0,64persen.

5 BirgitHänilane(2017)

The Impact OfThe MinimumWage OnEmployment InEstonia 2013-2016

Difference-in-Differencesand probit-regression

Upahminimum,Pekerja

Kenaikan upahminimummemilikidampak negatifyang signifikanterhadapkaryawan/pekerja yangdipekerjakan.

48

K. Kerangka Pemikiran

Pembangunan ekonomi merupakan proses pengelolaan setiap sumberdaya yang

tersedia oleh pemerintah dan masyarakat, serta kemitraan antara sektor swasta

dan pemerintah dalam penciptaan lapangan kerja baru dan merangsang

perkembangan ekonomi suatu wilayah. Peningkatan jumlah lapangan kerja dan

jenis peluang kerja bagi masyarakat merupakan tujuan utama dalam setiap

pembangunan ekonomi. (Arsyad, 2010). Dalam rangka meningkatkan

pembangunan ekonominya, negara-negara di kawasan regional Asia Tenggara

melakukan kerjasama regional dengan membentuk Association of South East

Asian Nations (ASEAN). Salah satu tujuan dibentuknya ASEAN adalah

menciptakan kerjasama yang lebih maju di bidang perdagangan, penanaman

modal, dan ketenagakerjaan. Hal ini juga bertujuan untuk mengurangi tingkat

kemiskinan, salah satunya dengan upaya pemerintah dalam mengatasi

pengangguran.

Dibentuknya ASEAN, menjadikan keterbukaan perekonomian negara anggotanya

semakin tinggi terhadap perdagangan internasional, aliran dana internasional,

serta investasi asing langsung. FDI dibutuhkan oleh suatu negara sebagai salah

satu sumber pembiayaan pembangunan ekonomi karena dapat mendorong

penciptaan lapangan kerja baru dan meningkatkan transfer teknologi bagi negara

tuan rumah.

Berdasarkan teori Okun, jumlah pengangguran berhubungan negatif dengan

tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Peningkatan pengangguran

cenderung dikaitkan dengan rendahnya pertumbuhan GDP riil. Ketika tingkat

49

pengangguran meningkat, maka GDP riil cenderung tumbuh lebih lambat atau

bahkan turun. Begitu juga sebaliknya untuk mengurangi jumlah pengangguran

maka tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara harus ditingkatkan. Adanya

peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat menyerap tenaga

kerja sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran.

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat pengangguran adalah upah.

Semakin tinggi upah yang ditetapkan maka akan berpengaruh pada peningkatan

biaya output yang harus dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Akibatnya suatu

perusahaan akan melakukan efisiensi terhadap produksinya dengan cara

mengurangi jumlah tenaga kerjanya.

Gambar 12. Kerangka Pemikiran Teoritis

Tujuan PembentukanASEAN

MengurangiPengangguran

PenelitianTerdahulu

Teori Investasi, Teori Okun, Teori Upah

Foreign DirectInvesment

PertumbuhanEkonomi

Upah

Pengangguran

50

L. Hipotesis

Berdasarkan teori serta hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang

dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

1) FDI berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran di ASEAN

2) Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran di

ASEAN

3) Upah berpengaruh positif terhadap tingkat pengangguran di ASEAN

4) Secara bersama-sama FDI, pertumbuhan ekonomi, dan upah berpengaruh

terhadap tingkat pengangguran di ASEAN.

51

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang

digunakan adalah data panel yang merupakan gabungan data time series dan cross

section. Penelitian ini menggunakan data time series yang merupakan data

tahunan selama 10 tahun yaitu dari tahun 2007 sampai 2016. Sedangkan data

cross section yang digunakan meliputi 10 negara yang tergabung dalam ASEAN.

Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 4 variabel, yaitu tingkat

pengangguran sebagai variabel terikat dan untuk variabel bebas digunakan FDI,

pertumbuhan ekonomi, dan upah. Berikut ini tabel 2 yang menunjukkan data dan

sumber data beserta satuan dan simbolnya.

Tabel 2.Variabel, Simbol, Satuan, dan Sumber data

Variabel Simbol SatuanSumber

DataTingkat Pengangguran TP % World BankInvestasi Asing Langsung FDI % World BankPertumbuhan Ekonomi PE % World BankUpah UPH % World Bank

Sumber : World Bank, 2018

52

B. Definisi Operasional Variabel

Definisi dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Tingkat Pengangguran

Tingkat pengangguran diukur sebagai suatu persentase dari angkatan kerja

total yang tidak mempunyai pekerjaan (menganggur) terhadap seluruh

angkatan kerja. Tingkat pengangguran dalam penelitian menggunakan data

Unemployment, total (% of total labor force) (ILO estimate) yang bersumber

dari World Development Indicators.

b. FDI

Nilai variabel FDI dalam penelitian ini merupakan Nilai FDI net Inflows

suatu negara selama satu tahun dibagi nilai GDP, dan dinyatakan dalam

persen. Data FDI dalam penelitian ini bersumber dari World Development

Indicators: Foreign direct investment, net inflows (% of GDP).

c. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diukur dalam satuan persen, dengan rumus: ∆ =100%. Data pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini

bersumber dari World Development Indicators: GDP Per Capita growth

(annual %).

d. Upah

Gaji (salary) atau upah (wages) adalah jumlah yang dibayarkan untuk sebuah

jabatan/pekerjaan selama periode tertentu. Gaji dapat dihitung per jam, per

53

periode pembayaran, atau per tahun dan jumlahnya tetap sepanjang periode

waktu tertentu. Nilai upah dalam penelitian ini menggunakan data Wage and

salaried workers, total (% of total employment) sebagai nilai upah per tahun.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah riset

kepustakaan (library research). Riset kepustakaan yaitu pengumpulan data dan

informasi yang berkaitan dengan penulisan penelitian ini melalui literatur atau

atau referensi kepustakaan. Seperti perpustakaan, World Bank, jurnal, browsing

internet serta berbagai sumber penerbitan seperti buku-buku ekonomi yang ada

hubungannya dengan penelitian ini.

D. Model Penelitian

Model penelitian didasarkan pada studi sebelumnya untuk mempelajari tingkat

pengangguran dengan variabel lain. Tingkat pengangguran adalah variabel

dependen sementara faktor lain yang menentukan tingkat pengangguran sebagai

variabel independen. Untuk tujuan ini, model yang digunakan didasarkan pada

penelitian Thirunaukarasu (2008) dalam Yussof dkk (2012), dengan beberapa

modifikasi dan variabel tambahan berdasarkan studi sebelumnya. Karena tujuan

dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor penentu yang mempengaruhi

tingkat pengangguran di ASEAN, fungsi umum dapat ditulis sebagai berikut:

TP = f (FDI, PE, UPH)…………………….………...………(3.1)

Dengan demikian, fungsi (3.1) dapat ditulis dalam bentuk model fungsi linear

yang ditulis sebagai berikut:

54

TPit = β0 + β1 FDIit + β2 PEit + β3 UPHit + ; …...............….....(3.2)

Keterangan :

TPit : Tingkat Pengangguran untuk negara ‘i’ pada tahun ‘t’(persen)

FDIit : Investasi Asing Langsung untuk negara ‘i’ pada tahun ‘t’ (pesen)

PEit : Pertumbuhan Ekonomi untuk negara ‘i’ pada tahun ‘t’ (persen)

UPHit : Upah untuk negara ‘i’ pada tahun ‘t’ (persen)

ɛ : Error Term

β0 : Konstanta

β1, 2, 3, 4, : Koefisien

i : 1, 2, . . .n, menunjukkan jumlah lintas individu (cross section)

t : 1, 2, . . .t, menunjukkan runtut waktu (time series)

E. Metode Analisis

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel. Menurut Widarjono

(2013) penggunaan data panel dalam sebuah observasi mempunyai beberapa

keuntungan yang diperoleh. Pertama, data panel yang merupakan gabungan dua

data time series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak

sehingga akan lebih menghasilkan degree of freedom yang lebih besar. Kedua,

menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi

masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (omitted-

variabel). Dalam melakukan analisis dan pengujian hipotesis digunakan alat bantu

program komputer EViews 9. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan

regresi data panel.

55

a. Analisis Regresi Data Panel

Menurut Widarjono (2013), ketika kita melakukan suatu observasi perilaku unit

ekonomi seperti rumah tangga, perusahaan atau negara, kita tidak hanya

melakukan observasi terhadap unit-unit tersebut dalam waktu yang bersamaan

tetapi juga perilaku unit-unit tersebut pada berbagai unit waktu. Misalnya kita

melakukan observasi terhadap suatu industri, maka kita tidak hanya akan

mengevaluasi besarnya biaya, input, dan output terhadap beberapa tetangga

perusahaan dalam satu kurun waktu, tetapi kita akan mengobservasi dalam

berbagai kurun waktu. Gabungan dari berbagai unit observasi dan unit waktu

tersebut disebut data panel (panelpooled data).

Tidak seperti regresi biasanya, regresi data panel melalui tahapan penentuan

model estimasi yang tepat. Dalam metode estimasi model regresi dengan

menggunakan data panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain:

1) Pendekatan Common Effect Model atau Pooled Least Square (PLS)

Merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena hanya

mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada model ini tidak

diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa

perilaku data perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa

menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat

terkecil untuk mengestimasi model data panel. Model persamaan regresinya

adalah :

Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + εit…………………(3.3)

56

Keterangan :

Yit : Variabel terikat untuk unit i dalam waktu t

X1it, X2it : Variabel bebas untuk unit i dalam waktu t

β0 : Intersep

β1, β2 : Koefisien slope

εit : Residual (error term)

2) Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect Model)

Menurut Widarjono (2013), pendekatan yang mengasumsikan adanya

perbedaan intersep didalam persamaan dikenal dengan model regresi Fixed

Effect Model. Cara mengestimasikan model adalah dengan menggunakan

variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep. Perbedaan

karakterisitk perusahaan dalam model ini hanya mengasumsikan intersep yang

berubah antar individu dan tetap antar waktu, namun slope tetap antar

perusahaan maupun antar waktu. Model estimasi ini juga disebut dengan Least

Squares Dummy Variables (LSDV). Model pendekatan ini adalah sebagai

berikut.

Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4D1it+ β5D2it +… βnDnit + εit………(3.4)

Keterangan :

Yit : Variabel terikat untuk unit i dalam waktu t

X1it, X2it : Variabel bebas untuk unit i dalam waktu t

β0 : Intersep

β1, β2 : Koefisien slope

D1it,D2it : Variabel dummy

εit : Residual (error term)

57

3) Pendekatan Efek Acak (Random Effect Model)

Pendekatan variabel dummy dalam fixed effect model bertujuan untuk

mewakili ketidaktahuan kita tentang model yang sebenarnya. Namun, ini juga

membawa konsekuensi dengan berkurangnya derajat kebebasan (degree of

freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi parameter. Masalah

ini dapat diatasi dengan menggunakan variabel gangguan (error terms)

dikenal sebagai metode random effect. Di dalam model ini kita akan

mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin akan

berhubungan antar waktu dan antar individu. Model ini juga disebut dengan

Error Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least Square (GLS).

Model dari Random Effect adalah sebagai berikut.

Yit = 0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + νit………………………..(3.5)

Keterangan :

Yit : Variabel terikat untuk unit i dalam waktu t

X1it, X2it : Variabel bebas untuk unit i dalam waktu t

0 : Intersep

β1, β2 : Koefisien slope

νit : εit+ μi

β0 tidak lagi tetap atau non stokastik tetapi bersifat random. 0 adalah

parameter yang tidak diketahui yang menunjukkan rata-rata intersep populasi

dan μi adalah variabel gangguan yang bersifat random yang menjelaskan

adanya perbedaan perilaku perusahaan secara individu. Nama metode random

effect berasal dari pengertian bahwa variabel gangguan νit terdiri dari dua

komponen yaitu variabel gangguan secara menyeluruh atau kombinasi time

58

series dan cross section dan variabel gangguan secara individu. Dalam hal ini

μi adalah berbeda antar individu dan tetap antar waktu. Karena itu model

random effect juga sering disebut dengan Error Component Model (ECM).

Karena adanya korelasi antara variabel gangguan, maka metode yang tepat

untuk digunakan bukanlah OLS melainkan GLS atau Generalized Least

Squares (Widarjono, 2013).

b. Langkah Penentuan Model Panel

1) Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi panel dilakukan

dengan common effect atau dengan fixed effect dengan melihat residual sum

squares (Green, 2000).

Uji Chow yang didapat kemudian dibandingkan dengan F-tabel dengan α

sebesar 5%. H0 ditolak jika F-tabel lebih kecil dari nilai α. Sebaliknya, H0

diterima jika F-tabel lebih besar dari nilai α. Perbandingan tersebut dilakukan

dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Menerima Model Common Effect, Jika Nilai Uji Chow < F-Tabel

Ha : Menerima Model Fixed Effect, Jika Nilai Uji Chow > F-Tabel

2) Uji Hausman

Uji Hausman adalah uji statistik yang digunakan untuk memilih apakah

menggunakan model Fixed Effect atau Random Effect. Uji Hausman

didasarkan pada heterogenitas antar individu dan korelasinya dengan variabel

bebas. Statistik Uji Hausman mengkuti distribusi statistik Chi Square dengan

59

degree of freedom sebanyak k dimana k adalah jumlah variabel. Hipotesis

yang digunakan dalam Uji Hausman adalah:

H0 : Mengikuti Random Effect Jika Nilai Hausman < Nilai Chi Square

Ha : Mengikuti Fixed Effect Jika Nilai Hausman > Nilai Chi Square

Penerimaan hipotesis nol berarti bahwa tidak ada korelasi antara variabel

penjelas dengan efek individu atau dengan kata lain random effects dapat

digunakan untuk menghasilkan estimator yang lebih efisien. Demikian

sebaliknya, penolakan hipotesis nol berarti random effects tidak dapat

digunakan oleh karena dalam kondisi ini random effects menghasilkan

estimator yang bias dan tidak konsisten.

3) Uji Lagrange Multiplier (L-M)

Uji Lagrange Multiplier (LM) adalah suatu uji yang bertujuan untuk

mengetahui apakah Random Effect Model (REM) lebih baik daripada common

effect melalui metode pooled least square (PLS), dengan menguji metode

random effect (REM) yang didasarkan pada nilai residual dari metode PLS.

Adapun nilai statistik LM dihitung berdasarkan formulasi sebagai berikut:

Keterangan :N : Jumlah individu

T : Jumlah periode waktu

e : Residual metode Pooled Least Square (PLS)

60

Uji Lagrange Multiplier (LM) didasarkan pada distribusi chi-squares dengan

derajat kebebasan (degree of freedom) sebesar jumlah variabel bebas. Jika

nilai LM statistik lebih besar daripada nilai kritis statistik chi-squares maka

peneliti menolak hipotesis nul, artinya estimasi yang tepat untuk model

regresi data panel adalah metode random effect (REM) dari metode PLS.

Sebaliknya, jika nilai LM statistik lebih kecil daripada nilai kritis statistik chi-

squares maka hipotesis nul diterima, artinya estimasi random effect (REM)

tidak dapat digunakan untuk regresi panel sehingga digunakan metode PLS.

Hipotesis :

H0: Pilih PLS , jika nilai Hausman LM < Chi Square

Ha: Pilih Random Effect, jika nilai LM > Chi Square

c. Pengujian Statistik

Pengujian statistik dilakukan untuk mengetahui signifikansi koefisien dari

variabel bebas secara parsial maupun secara bersama terhadap variabel terikat

selain itu uji hipotesis digunakan untuk mengetahui keakuratan data yaitu dengan

menggunakan pengujian parsial (uji-t), uji secara bersama (uji-F), dan koefisien

determinasi berganda (R2)

1) Uji Koefisien determinasi (R2)

Uji Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh

variasi variabel independen dapat menerangkan dengan baik variasi variabel

dependen. Untuk mengukur kebaikan suatu model dengan digunakan

koefisien determinasi (R2). Merupakan angka yang memberikan proporsi atau

61

presentase variasi total dalam variabel tak bebas (Y) yang dijelaskan oleh

variabel bebas (X).

Nilai R2 terletak antara nol hingga satu dimana semakin mendekati satu maka

model semakin baik yang berarti semakin baik kemampuan variabel

independen dalam menjelaskan perilaku variabel dependen.

2) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen.

a) Pengaruh FDI Terhadap Tingkat Pengangguran

H0 : = 0, tidak terdapat pengaruh FDI terhadap tingkat pengangguran

Ha : < 0 , terdapat pengaruh negatif FDI terhadap tingkat pengangguran

b) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran

H0 : = 0, tidak terdapat pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat

pengangguran

Ha : < 0, terdapat pengaruh negatif pertumbuhan ekonomi terhadap

tingkat pengangguran

c) Pengaruh Upah Terhadap Tingkat Pengangguran

H0 : = 0, tidak terdapat pengaruh upah terhadap tingkat pengangguran

Ha : > 0, terdapat pengaruh positif upah terhadap tingkat pengangguran

Keputusan menolak atau diterima H0 adalah sebagai berikut :

62

Jika nilai t hitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak, yang berarti bahwa variabel

independen secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen.

Jika nilai t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti bahwa variabel

independen secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen.

Jika H0 ditolak, artinya variabel bebas yang diuji memiliki pengaruh nyata

terhadap variabel terikat. Jika H0 diterima berarti variabel bebas yang diuji tidak

memiliki pengaruh nyata terhadap variabel terikat.

3) Uji signifikansi secara bersama-sama (Uji F)

Uji variabel bebas secara bersama–sama untuk melihat pengaruh variabel

bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

H0 : β1 = β2 = β3 = 0

Ha : paling tidak β1 = β2 = β3 ≠ 0

Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Keputusan menolak atau

diterima Ho adalah sebagai berikut:

Jika nilai F hitung ≥ F tabel, maka Ho ditolak, FDI, pertumbuhan ekonomi,

dan upah secara bersama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap

tingkat pengangguran.

Jika nilai F hitung < F tabel maka Ho diterima, FDI, pertumbuhan

ekonomi, dan upah secara bersama-sama tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap tingkat pengangguran.

63

4) Efek Individu atau Individual Effect

Individual effect merupakan nilai individu masing-masing cross-section yang

didapat dari fixed effect model (FEM). Rumus individual effect yaitu:

Ci = C+β…………………………….………………..(4.1)

Keterangan:

Ci : Individual effect

C : Konstanta

Β : Koefisien dari masing-masing negara

80

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. FDI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran di

ASEAN tahun 2007-2016. Dengan kata lain, bahwa setiap terjadi kenaikan

FDI menyebabkan penurunan tingkat pengangguran. Hasil ini sesuai dengan

teori Harrod-Domar yang menyatakan bahwa investasi dapat memperbesar

kapasitas produksi, dan tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor

produksi akan ditingkatkan penggunaannya.

2. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat

pengangguran di ASEAN tahun 2007-2016. Dengan kata lain, bahwa setiap

terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi menyebabkan penurunan tingkat

pengangguran. Hasil ini sesuai dengan teori Okun yang menyatakan bahwa

peningkatan pengangguran cenderung dikaitkan dengan rendahnya

pertumbuhan GDP riil. Ketika tingkat pengangguran meningkat, maka GDP

riil cenderung tumbuh lebih lambat atau bahkan turun. Begitu juga sebaliknya

untuk mengurangi jumlah pengangguran maka tingkat pertumbuhan ekonomi

suatu negara harus ditingkatkan.

81

3. Upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran di

ASEAN tahun 2007-2016. Dengan kata lain, dengan meningkatnya upah

maka dorongan untuk mencari pekerjaan atau bekerja oleh penduduk semakin

besar sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran.

4. FDI, pertumbuhan ekonomi, dan upah secara bersama-sama mempengaruhi

tingkat pengangguran di ASEAN tahun 2007-2016.

B. SARAN

Saran yang disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. FDI berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran, sehingga disarankan

pemerintah dalam penbentukan kebijakan dapat mendorong investor asing

untuk menanamkan modalnya, seperti pembenahan infrastruktur dan

meningkatkan pelayanan dengan penyerderhanaan sistem, menyetabilkan

kondisi politik dalam negeri karena memiliki dampak pada kekhawatiran para

investor dan mempengaruhi iklim bisnis, memperbaiki pelayanan investasi,

insentif pajak ataupun kebijakan lainnya yang dapat mendorong FDI.

2. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran,

Salah satu strategi negara ASEAN untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

adalah dengan menerapkan liberalisasi ekonomi melalui penanaman modal

asing langsung atau FDI. Dalam hal ini pemerintah diharapakan fokus

menciptakan proyek infrastruktur yang bersifat padat karya sehingga dapat

menyerap tenaga kerja lebih banyak terutama tenaga kerja lokal.

82

3. Penentuan upah dengan melibatkan pengusaha, pegawai, maupun pemerintah

sendiri hendaknya diambil jalan tengah yang adil yang tidak terlalu

membebani pengusaha dan juga menyebabkan PHK, tetapi juga tidak

menyebabkan buruh semakin terpuruk. Dalam penetapan besaran upah harus

juga memperhitungkan harga barang-barang kebutuhan masyarakat. Sehingga

upah yang ditetapkan dirasa sesuai dengan tingkat kebutuhan, latar belakang

pendidikan dan tanggung jawab para pekerja. Jika upah yang ditetapkan dirasa

sesuai, maka masyarakat akan termotivasi untuk bekerja dan selanjutnya akan

mengurangi jumlah pengangguran.

4. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel lain maupun

memperpanjang jangka waktu penelitian, sehingga dapat mencerminkan

kondisi yang sebenarnya dan dapat mengetahui seberapa besar tingkat

pengangguran yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

.

Ariefta, Rekha Raditya. 2014. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk, Inflasi,GDP, dan Upah Terhadap Tingkat Pengangguran di Indonesia Periode1990-2010 (Skripsi). Universitas Diponegoro Semarang.

Arshad, Zeeshan. 2010. The Validity of Okun’s Law in the Swedish Economy(Master Thesis). Stockholm University.

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. Yogyakarta:UPP STIM YKPN.

Aulia, Manda Khairatul. 2013. Analisis Konvergensi Pertumbuhan EkonomiNegara ASEAN+3 dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi PertumbuhanEkonomi (Skripsi). Institut Pertanian Bogor.

Ball, Laurance, Daniel Leigh dan Prakash. 2013."Okun's Law: Fit At Fifty?".National Bureau Of Economic Research

Balcerzak, Adam dan Miroslawa Zurek. 2011. “Foreign Direct Investment andUnemployment: VAR Analysis for Poland in the Years 1995-2009”.European Research Studies, Volume XIV, Issue (1).

Banco Santander. 2018(https://en.portal.santandertrade.com, di akses pada 15 Mei 2018)

Card, David. 1992. Do Minimum Wages Reduce Employment? A Case Study ofCalifornia, 1987-89. Industrial and Labor Relations Review, Vol. 46, No. 1,pp. 38-54.

Card, David dan Krueger. 1994. Minimum Wages and Employment: A CaseStudy of the Fast-Food Industry in New Jersey and Pennsylvania. AmericanEconomic Review, vol. 84, issue 4, 772-93

Case, Karl E dan Fair Ray C, 2002. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro, PT.Prehalindo, Jakarta.

Dinga, Marian. 2007. The Impact Of Territorially Concentrated Fdi On LocalLabor Markets: Evidence From The Czech Republic. Working Paper Series(Issn 1211-3298) Charles University.

Fauzia, Sarah. 2015. Dampak Kebijakan Upah minimum terhadap TingkatPengangguran. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara: Tangerang

Findlay, Ronald , Cyn-Young Park, dan Jean-Pierre A. Verbiest. 2015. Myanmar:Unlocking the Potential A Strategy For High, Sustained, And InclusiveGrowth. Asian Development Bank economics working paper series

Franita, Riska. 2016. Analisa Pengangguran di Indonesia. Nusantara (Jurnal IlmuPengetahuan Sosial)

Gaol, Marlina Lumban. 2016. Pengaruh Good Governance TerhadapPertumbuhan Ekonomi Di Asean. (Skripsi). Universitas DiponegoroSemarang.

Greer, Scott, Isai Castrejon dan Sarah. 2014. The Effect of Minimum Wage andUnemployment across Varying Economic Climates. Georgia Institute ofTechnology

Hanilane, Birgit. 2017. The Impact Of The Minimum Wage on Employment inEstonia (Master´s Thesis). Tallinn University of Technology.

Haririan, Mehdi, Mehmet Huseyin, dan Gokhan Karabulut. 2009. "TheRelationship between GDP and Unemployment: Evidence from MENACountries". Zagreb International Review of Economics & Business, Vol. 13,No. 1, pp. 17-28

Hanusch, Marek. 2012. Jobless Growth? Okun's Law in East Asia. World BankPolicy Research working paper no. 6156.

Irpan, Hamidah Muhd, Rosfadzimi, Abu Hassan, Abd Halim, dan Noorazilah.2016. Impact Of Foreign Direct Investment On The Unemployment Rate InMalaysia. Journal of Physics Conference Series 710(1):012028

Khaliq, Shata Abdul, Thikaraiat Soufan dan Ruba Abu. 2014. The Relationshipbetween Unemployment and Economic Growth Rate in Arab Country.Journal of Economics and Sustainable Development Vol 5, No 9.

Kim, Chong-Uk dan Gieyoung Lim. 2018. Minimum Wage and Unemployment:An Empirical Study on OECD Countries. Journal of Reviews on GlobalEconomics, 2018, 7, 1-9

Loganathan, Nanthakumar, Thirunaukarasu dan Mustafa Dakian. 2015. PengaruhKestabilan Ekonomi, Aliran FDI dan Globalisasi terhadap TrendPengangguran ASEAN-3. Jati, Volume 20, 54-75

Mankiw, N. Gregory. 2006. Makro Ekonomi Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta

Moosa, I. 2008. Economic growth and unemployment in Arab countries: IsOkun's law valid?, Journal of Development and Economic Policies , vol. 10,no. 2, pp. 7-24.

Mucuk, Mehmet dan Tahir Demirsel. 2013. The Effect of Foreign DirectInvestments on Unemployment: Evidence From Panel Data for SevenDeveloping Countries. Journal of Business, Economics & Finance (2013),Vol.2 (3)

Nadianaputri, Marsha. 2015. Analisis Determinan Pengangguran: Studi Kasus Di33 Provinsi Indonesia 2009-2013 (Skripsi). Universitas Gajah Mada.

Nain, Amy Faizah. 2012. Does Okun's Law Exist in Selected Asean Countries?.Masters thesis. Universiti Malaysia Sabah.

Noor, Zaleha Mohd, Norashidah dan Judhiana. 2007. The Relationship betweenOutput and Unemployment in Malaysia: Does Okun’s Law exist?.International Journal of Economics and Management, 1 (3). pp. 337-344.

Olusegun, Emmanuel. 2015. The Validity of Okun’s Law: An Assessment ofUnited Kingdom’s Unemployment-Output Relationship. InternationalJournal of Economic Practices and Theories, Vol. 5, No. 1, 2015 (January)

Pitartono, Ronny dan Banatul Hayati. 2012. Analisis Tingkat Pengangguran diJawa Tengah Tahun 1997-2010. Diponegoro Journal of Economics Vol 1No 1

Pratiwi, Fajar. 2005. Faktor-Faktor YangMempengaruhi Investasi SwastaDomestik di Provinsi Jawa Barat 1975-200 (Thesis). Universitas GajahMada.

Rafiq.M, Iftikhar Ahmad dan Zahoor Khan. 2009. "Determinants OfUnemployment: A Case Study Of Pakistan Economy (1998-2008)". AbasynJournal of Sciences Vol.3. No.1

Ruth, Astrid Mutiara dan Syofriza Syofyan. 2014. Faktor Penentu Foreign DirectInvestment di ASEAN-7; Analisis Data Panel, 2000-2012. Media EkonomiVol 22. No.1

Sarwedi. 2002. Investasi Asing Langsung di Indonesiadan Faktor yangMempengaruhinya. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4, No. 1, hal: 17 –35. Universitas Kristen Petra

Setiardi, Annisha. 2017. Pengaruh Globalisasi Terhadap Tingkat pengangguran diASEAN+3 (Skripsi). Institute Pertanian Bogor.

Simanjuntak, Payaman, J. 2001. Ekonomi Sumber Daya Manusia. LembagaPenerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.

Sinclair, T. (2005). Permanent and transitory movements in output andunemployment: Okun’s law persists. George Washington University,manuscript.

Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Modern; Perkembangan Pemikiran dariKlasik hingga Keynesian baru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi Kedua. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi, Teori Pengantar. Penerbit PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia danKetenagakerjaan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Todaro, Michael P. & Smith, Stephen C. 2003.Pembangunan Ekonomi di DuniaKetiga. Jakarta : Erlangga

Ulum, Miftachul. 2014. Analisis Pengaruh Foreign Direct Investmen (FDI),Infrastruktur dan Pengangguran terhadap PDRB Provinsi Jawa TengahTahun 2000-2012 (Skripsi). UIN Jakarta.

Utomo, Fajar Wahyu. 2013. Pengaruh Inflasi dan Upah Terhadap Penganggurandi Indonesia Periode Tahun 1980-2010. Jurnal Ilmiah : UniversitasBrawijaya

Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta:UPP STIM YKPN

World Bank. 2018. Unemployment, total (% of total labor force) (ILO estimate)(https://data.worldbank.org/indicator/SL.UEM.TOTL.ZS, di akses pada 07Februari 2018).

World Bank. 2018. Foreign direct investment, net inflows (% of GDP).(https://data.worldbank.org/indicator/BX.KLT.DINV.WD.GD.ZS, di aksespada 07 Februari 2018).

World Bank. 2018. GDP Per Capita growth (annual %).(https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.PCAP.KD.ZG, di akses pada07 Februari 2018).

World Bank. 2018. Wage and salaried workers, total (% of total employment)(https://data.worldbank.org/indicator/SL.EMP.WORK.ZS, di akses pada 07Februari 2018).

Yuniasih, Aisyah Fitri. 2011. Analisis Pengaruh Foreign Direct Investment(FDI)Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara Asean Tahun 1980-2009(Skripsi). Institute Pertanian Bogor.

Yussof, Ishak dan Rahmah Ismail. 2012. Factors Influencing the UnemploymentRate in Malaysia. Prosiding Perkem Vii, Jilid 1 209 - 227

Zeb, Nayyra, Fu Qiang dan Sndas Rauf. 2014. Role of Foreign Direct Investmentin Economic Growth of Pakistan. International Journal of Economics andFinance Vol. 6, No. 1