PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAINING TERHADAP …

11
1 PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAINING TERHADAP CARING GURU SEKOLAH DASAR Akhtim Wahyuni FKIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo email: [email protected] ABSTRAK Caring merupakan hal yang sangat mendasar dalam mensukseskan pendidikan. Guru yang percaya pada kemampuan siswanya, maka dia akan menunjukkan bahwa dia care, dengan menempatkan siswa sebagai pusat dalam proses pembelajaran dan guru mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Untuk mengatasi problem caring guru SD, behavior modeling training merupakan pendekatan yang efektif dalam meningkatkan caring guru, karena model ini memiliki tuntunan yang jelas dalam merubah perilaku. Apakah ada pengaruh behavior modeling training terhadap caring guru SD menjadi konsentrasi yang perlu dijawab dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan caring guru yang diberi pelatihan BMT dan guru yang tidak diberi pelatihan BMT. Penelitian ini termasuk penelitian true experiment dengan desain pretest-postest design with control group. Subjek penelitian ini guru SD kelas awal (1-3) pada KKG gugus 06 di Sidoarjo berjumlah 54 orang yang terbagi dalam 2 kelas. Pemilihan sampel dilakukan secara acak. Data yang dikumpulkan diolah secara statistik dengan menggunakan teknik analisis ANOVA. Berdasarkan analisis data, ditemukan hasil penelitian: (1) penerapan BMT bagi guru SD berpengaruh terhadap caring guru, (2) efektifitas penerapan BMT dapat dilihat dari hasil uji statistik ANOVA pada kelompok kontrol dan eksperimen. Secara serempak diketahui ada perbedaan signifikan caring guru yang dilatih dan yang tidak dilatih dengan BMT. Kata Kunci: behavior modeling training, caring, guru SD. ABSTRACT ‘Caring’ is a fundamental aspect to achieve successful education. A teacher who believes on students’ potentials applies a student–centered learning process and stimulates them to be more active in learning process to show his/her “care”. To overcome the problem of ‘caring’ for the elementary school teachers, Behavior Modeling Training is an effective approach to improve the ‘caring’ of the teachers because this model has clear guidance in changing the behavior. Whether there is any influence from Behavior Modeling Training to the ‘caring’ between the primary school teacher with and without the BMT approach is becoming the concentration of the problems to be answered in this study. This research is using the true experiment study with a pretest-posttest design in a control group. Subject of the research is two classes of 54 teachers in the fundamental grade (1-3) in the KKG 06 group in Sidoarjo. The sample is randomly selected while the collected data is statistically processed by using ANOVA analysis technique with the SPSS 20.0 program for windows. Based on the data analysis, the research found: (1) the application of BMT for primary teachers affect the ‘caring’ of the teachers, (2) the effectiveness of the application of BMT can be seen from the result of ANOVA statistical tests of control and experimental groups. The research simultaneously found the significant differences of the ‘caring’ between the teachers who were trained and not trained with BMT. Key Words: behavior modeling training, caring, elementary teachers.

Transcript of PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAINING TERHADAP …

1

1

Akhtim Wahyuni, Pengaruh Behavior Modeling Training Terhadap Caring Guru Sekolah Dasar1

PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAINING TERHADAPCARING GURU SEKOLAH DASAR

Akhtim WahyuniFKIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

email: [email protected]

ABSTRAKCaring merupakan hal yang sangat mendasar dalam mensukseskan pendidikan. Guru

yang percaya pada kemampuan siswanya, maka dia akan menunjukkan bahwa dia care,dengan menempatkan siswa sebagai pusat dalam proses pembelajaran dan guru mendorongsiswa untuk aktif dalam pembelajaran. Untuk mengatasi problem caring guru SD, behaviormodeling training merupakan pendekatan yang efektif dalam meningkatkan caring guru,karena model ini memiliki tuntunan yang jelas dalam merubah perilaku. Apakah ada pengaruhbehavior modeling training terhadap caring guru SD menjadi konsentrasi yang perludijawab dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan caring guruyang diberi pelatihan BMT dan guru yang tidak diberi pelatihan BMT. Penelitian initermasuk penelitian true experiment dengan desain pretest-postest design with controlgroup. Subjek penelitian ini guru SD kelas awal (1-3) pada KKG gugus 06 di Sidoarjoberjumlah 54 orang yang terbagi dalam 2 kelas. Pemilihan sampel dilakukan secara acak. Datayang dikumpulkan diolah secara statistik dengan menggunakan teknik analisis ANOVA.Berdasarkan analisis data, ditemukan hasil penelitian: (1) penerapan BMT bagi guru SDberpengaruh terhadap caring guru, (2) efektifitas penerapan BMT dapat dilihat dari hasiluji statistik ANOVA pada kelompok kontrol dan eksperimen. Secara serempak diketahui adaperbedaan signifikan caring guru yang dilatih dan yang tidak dilatih dengan BMT.

Kata Kunci: behavior modeling training, caring, guru SD.

ABSTRACT‘Caring’ is a fundamental aspect to achieve successful education. A teacher who

believes on students’ potentials applies a student–centered learning process and stimulatesthem to be more active in learning process to show his/her “care”. To overcome the problemof ‘caring’ for the elementary school teachers, Behavior Modeling Training is an effectiveapproach to improve the ‘caring’ of the teachers because this model has clear guidance inchanging the behavior. Whether there is any influence from Behavior Modeling Trainingto the ‘caring’ between the primary school teacher with and without the BMT approach isbecoming the concentration of the problems to be answered in this study. This researchis using the true experiment study with a pretest-posttest design in a control group. Subjectof the research is two classes of 54 teachers in the fundamental grade (1-3) in the KKG 06group in Sidoarjo. The sample is randomly selected while the collected data is statisticallyprocessed by using ANOVA analysis technique with the SPSS 20.0 program for windows.Based on the data analysis, the research found: (1) the application of BMT for primaryteachers affect the ‘caring’ of the teachers, (2) the effectiveness of the application of BMTcan be seen from the result of ANOVA statistical tests of control and experimental groups.The research simultaneously found the significant differences of the ‘caring’ between theteachers who were trained and not trained with BMT.

Key Words: behavior modeling training, caring, elementary teachers.

2

JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran), Volume 1, Nomor 1, Mei 2015, hal. 1-11

PENDAHULUANGuru merupakan faktor yang dominan

dan penting dalam pendidikan formal.Bahkan bagi peserta didik, guru seringdijadikan teladan. Mutu pendidikan yangbaik sangat dipengaruhi kinerja guru dalammelaksanakan tugasnya sehingga kinerja gurumenjadi tuntutan penting untuk mencapaikeberhasilan pendidikan. Sebagaikonsekuensinya, guru dituntut untuk mampumenguasai materi pelajaran, menguasai cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadiandalam menjalankan tugasnya untuk menjadipribadi yang berkembang dan dinamis(Goodlad, 1984: 64).

Guru SD dituntut untuk mampumenyelenggarakan pembelajaran yangmendidik, berkomunikasi secara efektif,empatik, dan santun dengan peserta didik,serta mampu menampilkan diri sebagaipribadi yang jujur, berakhlak mulia, danteladan bagi peserta didik dan masyarakat.Guru SD yang diinginkan oleh siswaadalah guru yang bisa menjalin hubunganbaik dengan muridnya, sehingga akanmengerti bagaimana menghadapi murid-muridnya. Guru tersebut mengetahuimetode apa yang tepat untuk mengajar(Palmer, 1998: 89).

Beberapa survey awal yang dilakukanpeneliti ke beberapa SD serta wawancaradengan beberapa wali siswa, ditemukanfakta bahwa banyak guru tidak menyadarimakna penting kompetensi sebagai guruSD, sehingga dalam proses belajarmengajar mereka tidak menunjukkan sikapyang mampu mendorong pembelajaranyang mendidik. Beberapa SD membuatslogan sekolah dengan 3 S (senyum, salam,sapa), tapi slogan tersebut hanya menjadisimbol atau slogan tanpa makna, karenahanya terpampang di tembok sekolah yangtidak dipahami dan diterapkan sehinggamenjadi budaya sekolah.

Salah satu contoh dari aktivitastersebut, pada pagi hari sebelumpembelajaran dimulai, SD yang diobservasimembiasakan salam dengan kegiatan gurubersalaman saat akan masuk kelas. Guruberbaris menyambut kehadiran siswa digerbang sekolah yang berjejer antriberjabat tangan dengan guru sudah menjadisebuah rutinitas. Akan tetapi pada saatmenyambut dengan bersalaman, tidakjarang ditemukan guru menerima salamtangan siswa sambil ngobrol dengan gurudi sebelahnya. Ada juga yang sambilmenggenggam handphone dan sesekalimengangkat telpon masuk atau membalasShort Message Service (SMS). Inimenunjukkan, bahwa guru tidak memilikipengetahuan dan pemahaman, bagaimanaseharusnya melayani siswa dengan baik.

Dalam proses pembelajaran dibeberapa sekolah juga ditemukan, siswadituntut untuk berani bertanya maupunmenjawab pertanyaan guru, namun apresiasiyang diterima tidak sesuai harapan siswa.Pada saat siswa menjawab pertanyaankurang tepat, guru langsung mengalihkan kesiswa lain sambil berkata ‘salah’ tanpa adapenjelasan di sisi mana kesalahan siswa,bahkan ada yang lebih dari itu, bentakanjuga menyertai sehingga di pembelajaran-pembelajaran berikutnya, siswa takut untukbertanya ataupun menjawab pertanyaan gurukarena malu dan takut jika dikatakan‘salah’ lagi. Bahkan saat mengajar di kelas,guru duduk di depan sampai pelajaranberakhir. Mereka tidak mendekati siswasama sekali ke tempat duduknya atau saatmereka mengerjakan tugas. Fakta lain jugamenjelaskan, di luar kelas, jarak antaraguru dan siswa cukup jauh, karena gurumemahami bahwa tugasnya sebagai guruhanya pada saat di kelas. Guru merasatidak perlu tahu apa yang dikeluhkan,diinginkan, dan dirasakan siswa. Lebih-lebihdengan masalah siswa di rumah.

3

3

Akhtim Wahyuni, Pengaruh Behavior Modeling Training Terhadap Caring Guru Sekolah Dasar

Akhir dekade ini ada sebuah doronganuntuk menggeser pendekatan-pendekatankonvensional dengan mengimplementasikanpendekatan-pendekatan yang berfokuspada pengembangan komunitas caring(Power, Higgins, & Kohlberg, 1989: 123).Kebanyaka siswa memanggil gurufavoritnya dengan menyebut namanya.Tetapi jika ditanya apa yang diingat dariguru tersebut, seringkali dijawab bahwaguru tersebut care pada setiap siswa.Ditemukan adanya hubungan antara gurudan siswa tentang kebutuhan dasar manusiauntuk mengetahui bahwa orang lainsesungguhnya care terhadapnya. Para siswamengetahui kapan saatnya mereka diakui,dipahami, dan dihargai kemampuan unikmereka dan keingintahuan mereka olehguru (Lumpkin, 2007: 46).

Pendekatan yang berfokus padacaring ini bermula pada penelitian persepsisiswa tentang ‘guru yang baik’. Beberapatahun kemudian hasil penelitian menunjukkanbahwa persepsi siswa tentang ‘guru yangbaik’ adalah guru yang memiliki sikapprososial, perilaku yang bertanggung jawab,taat pada norma dan aturan kelas, sertamendorong pada aktivitas-aktivitasakademik (Wentzel, 1997: 33).

Caring secara luas diyakini menjadiaspek penting dalam pembelajaran. Kohl(1984: 58), sebagai contoh, menegaskanbahwa seorang guru memiliki kewajibanuntuk care pada setiap siswa. SedangkanRogers dan Webb menyatakan bahwa guruyang baik adalah guru yang care, danpembelajaran yang baik adalahpembelajaran yang tidak dapat dipisahkandari tindakan caring (Rogers & Webb,1991: 26). Noddings menulis, caringseharusnya ada dalam praktekpembelajaran (Noddings, 1986: 112).

Pada saat caring diterapkan dalampembelajaran, bentuk aktivitas yangdilakukan adalah mengutamakan dialog,

menunjukkan sensitivitas pada kebutuhandan keinginan siswa, dan memberikanmateri dan aktivitas yang kaya dan penuhmakna (Rogers & Webb, 1991: 38).Caring dapat menjadi dasar bagi guruuntuk membuat keputusan (Noddings,1992: 97). Smith menyatakan bahwacaring sebagai science dalam pendidikandan ide dalam pengajaran yang merupakansebuah tindakan ‘cinta’ (dalam MurrayOrr, 2002: 21). Menurut Noddings (2001:52) caring dapat terjadi dalam hubungandua orang, dan ini adalah sebuah aspekdari komunikasi. Komunikasi berakar padabahasa, baik verbal maupun nonverbal.Jika terjadi komunikasi antara dua orangdengan dua bahasa yang berbeda, makamereka akan memiliki dua caramemaknainya dengan cara yang berbeda.Miskomunikasi akan terjadi antara gurudan siswa, bergantung pada polakomunikasi yang terjadi antara keduanya.

Ada tiga dimensi caring yaitu:(1) knowing; yang melibatkan kesadaranbahwa orang lain itu memiliki kebutuhanyang unik. Hal ini berimplikasi padapemahaman akan kebutuhan, kekuatan,kelemahan, dan keterbatasan orang lain,(2) courage; mewujudkan kepedulian padasaat seseorang butuh berkembang akantetapi hal itu tidak diketahui. Ia beranimengatakan apa yang diinginkan dan beranimenanggung resiko apapun untuk dihadapi,(3) patience; merupakan hal yangmendasar dalam caring karena denganpatience seseorang mau memberikanwaktu dan tempat untuk mengekspresikandan mengeksplorasikan dirinya. Ia jugameyakini bahwa belajar butuh waktu, sertamenyayangi dan mendukung orang lainuntuk maju (NKongho, 1994: 167).

Pengembangan caring yang ditulis olehNKongho memiliki banyak implikasi padadunia kesehatan dan profesi lainnyatermasuk pendidikan. Menurutnya, sikap

4

JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran), Volume 1, Nomor 1, Mei 2015, hal. 1-11

care itu mulitidimensional, melibatkandomain kognitif dan afektif (NKongho1994: 168). Selanjutnya ia mengatakanbahwa seseorang yang memiliki tingkatcaring yang tinggi, maka ia bisa menjadimodel bagi orang yang memiliki tingkatcaring yang rendah. Ia juga menulis, bahwakemampuan untuk care itu sangat pentingditerapkan pada semua aspek situasi danprofesi daripada aspek yang lain. Caringability inventory yang dikembangkan olehNKongho memiliki implikasi yang berartidalam dunia pendidikan. Ia mengatakanbahwa dimensi caring bisa diajarkan danbisa digunakan untuk mengukurkeberhasilan perilaku, karena caringtermasuk perilaku (NKongho 1994: 168).

Adapun strategi yang dapat dilakukandalam menumbuhkan caring ada empatmeliputi: (1) modeling yaitu gurumenunjukkan pada siswa apa makna carepada orang lain sehingga siswa paham tidakhanya maknanya tapi juga bagaimanamenjadikan diri mereka care untuk oranglain, (2) dialog yaitu melalui dialog gurudan siswa dekat satu sama lain, jugamembangun kedekatan pengetahuan dengansiswa, (3) praktik yaitu guru memberikankesempatan pada siswa untuk melakukancare pada orang lain. Tanpa mempraktekkancaring maka siswa tidak akan pernahbelajar bagaimana menjadi individu yangcare, (4) konfirmasi yaitu guru melihatkebaikan dari tiap individu siswa danmenemukan cara bagaimana menjagakebaikan tersebut (Noddings, 1992: 64).

Guru sebagai pendidik mengandungarti yang sangat luas, tidak sebatasmemberikan bahan-bahan pengajaran tetapimenjangkau etika dan estetika perilakudalam menghadapi tantangan kehidupan dimasyarakat. Sebagai pengajar, guruhendaknya memiliki perencanaan(planing) pengajaran yang cukup matang.Perencanaan pengajaran tersebut erat

kaitannya dengan berbagai unsur sepertitujuan pengajaran, bahan pengajaran,kegiatan belajar, metode mengajar, danevaluasi. Unsur-unsur tersebut merupakanbagian integral dari keseluruhan tanggungjawab guru dalam proses pembelajaran(Palmer, 1998: 35).

Secara umum terdapat beberapalangkah strategi yang dapatdiimplementasikan dalam lingkungankependidikan dengan tujuan bahwapeningkatan mutu pendidik dapatdilakukan melalui strategi-strategi berikut:(1) self assessment,(2) Perumusan Visi,Misi, dan tujuan, (3) Perencanaan,(4) Pelaksanaan, (5) evaluasi, dan(6) pelaporan (Atmowidoro, 2000: 47).

Behavior Modeling Training berakarpada Social Learning Theory yangdikembangkan oleh Bandura (1977: 134).Dalam penelitiannya dihasilkan, manusiabelajar perilaku baru dengan cara meniruperilaku orang lain dan melalui penguatansosial dari perilaku yang ditiru. SLT kemudiandikembangkan menjadi training processpada tahun 1970 (Sorcher and Goldstein,1972;91) untuk keterampilan individu dalammenangani permasalahan interpersonal.Secara konsep psikologi aspek-aspek BMmengacu pada prinsip imitation, practice,and reinforcement.

Behavior Modeling Training (BMT)telah terbukti dan layak dipasarkan karenaefektif dalam merubah perilaku kerja. Padatahun 1975, pada konferensi tahunanAmerican Psycological association,dilaporkan bahwa BM sebagai trainingmethodology yang mampu merubah perilakupimpinan di tempat kerja (Robinson,1982:73). BMT menunjukkan sebagaimetode pelatihan yang paling efektif untukketerampilan mengajar, karena metode inimembolehkan pebelajar untuk meniruperilaku orang lain yang memiliki keterampilandan ada pengawasan pada saat iamemperaktekkannya (Paul, et.al., 1983:41).

5

5

Akhtim Wahyuni, Pengaruh Behavior Modeling Training Terhadap Caring Guru Sekolah Dasar

Penelitian yang dilakukan oleh Miller &Anderson (2009: 28), Modeling andmeasuring caring behaviors amongnursing education faculty menunjukkanbahwa modeling merupakan cara yang efektifuntuk mengajarkan caring. Dalam penelitianini dijelaskan bahwa instruktur perawat seringmenunjukkan bagaimana cara men-demonstrasikan perilaku caring dengan caramempraktekkan perilaku caring melalui dirimereka sendiri. Modeling menjadi salah satucara yang terbanyak digunakan dalampendidikan perilaku yang berfokus padapengajaran caring.

METODE PENELITIANSesuai dengan tujuan penelitian, maka

penelitian ini menggunakan rancangan trueexperiment. Desain penelitian yangdigunakan dalam penelitian ini adalahpretest postest design with control group.Ciri utama rancangan ini adalah:(1) penempatan kelompok eksperimen dankelompok kontrol secara random,(2) kelompok eksperimen diberikanperlakuan (pelatihan caring denganbehavior modeling training), sedangkankelompok kontrol tidak diberikan perlakuan,(3) sebelum dan sesudah diberi perlakuan,kelompok diberi pretest dan posttest.

Secara garis besar tentang desaineksperimen yang digunakan dalampenelitian ini dapat dilihat pada gambarberikut:

Gambar: Rancangan eksperimen dengan pretest-posttest design with control group

Populasi penelitian ini sejumlah 67 gurukelas awal (1-3) SD di KKG gugus 06 diSidoarjo. Dari jumlah populasi 67 guruditentukan jumlah sampel 54 guru. Penentuansubjek penelitian dilakukan random dengancara undian sampai terpenuhi 54 subjekpenelitian yang terdiri dari laki-laki danperempuan. Selanjutnya 54 guru kelas awalhasil penentuan random tersebutdikelompokkan menjadi dua kelompokmenggunakan teknik random, hasilnyadiperoleh kelompok A dan B yang masing-masing beranggotakan 27 guru. KelompokA sebagai kelompok eksperimen dankelompok B sebagai kelompok kontrol.

Pengumpulan data penelitian dilakukanmelalui langkah-langkah sebagai berikut:(1) memberikan tes caring awal kepadasubjek penelitian dengan menggunakaninstrumen caring yang telah dikembangkan,(2) melaksanakan pelatihan dengan model

behavior modeling training kepadakelompok eksperimen, dan (3) memberikantes akhir kepada subjek penelitian.

Analisis data terbagi menjadi tiga, yaitu:(1) uji persyaratan analisis : a) uji normalitasdata, b) uji homogenitas varianmenggunakan uji error variance (Levenetest). Uji normalitas data menggunakanteknik Kolmogorov-Smirnov. (2) analisisdata untuk pengujian hipotesis penelitian,variabel dependen terdiri atas knowing,courage, dan patience, sehinggamenganalisis pengaruh penelitian inidimaksudkan untuk mendeskripsikanpengaruh BMT terhadap caring gurumenggunakan metode statistik ANOVA.Pemeriksaan asumsi meliputi tiga hal yaitu:a) uji normalitas data untuk masing-masingkelompok menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov, b) uji homogenitas varian antarkelompok menggunakan Levene’s Test.

R O1 X O2

R O3 __ O4

6

JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran), Volume 1, Nomor 1, Mei 2015, hal. 1-11

Ketiga pemeriksaan asumsi ini menggunakanprogram SPSS 20.0 for wnidows. dan(3) analisis kualitatif untuk mencermati hasilpenelitian, Untuk mencermati data yangdiperoleh dari perhitungan statistik, makadilakukan analisis kualitatif. Data kualitatifbersumber dari pengumpulan data sekunder,yakni data dari wawancara dan daripengamatan selama penelitian. Analisiskualitatif dilakukan dengan caramendeskripsikan penerapan model pelatihandan refleksi pelatihan.

HASIL DAN PEMBAHASANSebelum memberikan perlakuan pada

kelompok eksperimen, maka dilakukanpretest caring guru baik untuk kelompokkontrol maupun eksperimen. Data pretestcaring guru terbagi dalam kelompokkontrol (tanpa behavior modelingtraining) maupun perlakuan (denganbehavior modeling training). Langkahselanjutnya dilakukan uji statistik ANOVA

dengan tujuan untuk mengetahuikesetaraan caring guru di keduakelompok. Dari hasil tes menunjukkannilai rata-rata dan standard deviasi skorpretest knowing pada kelompok kontroladalah 37,00 dengan standard deviasi1,44, sedangkan pada kelompokperlakuan mempunyai rata-rata 36,67 danstandard deviasi 1,52. Pada courage, dikelompok kontrol mempunyai rata-rata17,93 dengan standard deviasi 0,92,sedangkan pada kelompok perlakuanmempunyai rata-rata 17,89 dan standarddeviasi 0,89. Deskripsi nilai patience dikelompok kontrol mempunyai rata-rata10,26 dengan standard deviasi 0,71,sedangkan pada kelompok perlakuanmempunyai rata-rata 10,22 dan standarddeviasi 0,75. Berdasarkan nilai rata-ratapada kedua kelompok tampak rata-rataskor pretest tersebut cukup berimbangdan nilai standard deviasi yang hampirsama. Pada data pretest, perbedaan

keragaman data yang terbentuk tidakdapat dikatakan bersumber dari perlakuanBMT karena guru belum diberikanintervensi apapun, sebagaimana tergambarpada tabel berikut.

Berdasarkan hasil pengukuran awalyang menunjukkan skor rendah pada ketigavariabel dan sesuai kajian pentingnyapeningkatan caring guru SD, maka

ditetapkan pelatihan dengan menerapkanbehavior modeling training yang sesuaidengan karakteristik guru.

Setelah diberi perlakuan melaluibehavior modeling training, diperolehgambaran hasil post test sebagaiberikut.

Nilai rata-rata dan standard deviasiskor posttest knowing pada kelompok

Tabel 1. Skor Pre-Test Caring Guru

7

7

Akhtim Wahyuni, Pengaruh Behavior Modeling Training Terhadap Caring Guru Sekolah Dasar

kontrol adalah 38,04 dengan standarddeviasi 3,02, sedangkan pada kelompokperlakuan mempunyai rata-rata 53,48 danstandard deviasi 2,21. Pada courage, dikelompok kontrol mempunyai rata-rata17,78 dengan standard deviasi 1,05,sedangkan pada kelompok perlakuanmempunyai rata-rata 25,26 dan standarddeviasi 0,71. Deskripsi nilai patience dikelompok kontrol mempunyai rata-rata10,48 dengan standard deviasi 0,80,sedangkan pada kelompok perlakuanmempunyai rata-rata 14,22 dan standarddeviasi 0,70. Berdasarkan nilai rata-ratapada kedua kelompok tampak rata-rataskor posttest adalah berbeda dan nilai

Tabel 3 Hasil ANOVA dan LSD untuk Knowing

standard deviasi yang hampir sama.Pengujian hipotesis H1 - H4 dalam

penelitian ini membuktikan pengaruh BMTterhadap caring guru yang meliputiknowing, courage dan patience dihitungmenggunakan program SPSS versi 20.0for windows. Pengamatan terhadapcaring guru terdiri atas empat bagian yaitu(1) pre test kontrol, (2) pre test perlakuan,(3) post test kontrol dan (4) post testperlakuan. Perbedaan rata-rata keempathasil pengamatan caring guru menggunakanANOVA. Hipotesis statistik pada analisisini adalah :

H0 : μ1 = μ2 = μ3 = μ4H1 : minimal ada dua m yang berbeda

Tabel 2 Skor Post-Test Caring Guru

Bila hasil uji memutuskan untuk menolakH0, maka karaktersitik perbedaan rata-rata keempat kelompok akan dilakukanpost hoc dengan uji least significantdifference (LSD). Berikut ini adalah hasilANOVA dan uji LSD untuk caring guruyang meliputi knowing, courage danpatience.

F = 389.902 ; p-value = 0,000

Hasil ANOVA caring guru pada bagianknowing dengan F sebesar 389,902(p<0,05) memberikan kesimpulan bahwaada perbedaan rata-rata yang signifikandari keempat kelompok. Karakteristikperbedaan dari perbandingan nilai rata-

8

JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran), Volume 1, Nomor 1, Mei 2015, hal. 1-11

rata didasarkan pada hasil uji LSD. Padapengamatan pre test, selisih nilai rata-rataknowing antara kelompok kontrol denganperlakuan sebesar 0,33 berbeda tidak

Tabel 4 Hasil ANOVA dan LSD untuk Courage

signifikan (p>0,05). Akan tetapi padapengamatan post test, selisih nilai rata-rataknowing antara kelompok kontrol denganperlakuan sebesar 15,44 adalah berbeda

signifikan (p<0,05). Perubahan knowingkelompok kontrol dengan menghitung nilaiselisih pre test terhadap post test sebesar1,04 adalah tidak signifikan (p>0,05).Sedangkan perubahan knowing yangdihitung dari nilai selisih pre test terhadappost test di kelompok perlakuan sebesar16,81 adalah signifikan (p<0,05).F = 455.152 ; p-value = 0,000

Hasil ANOVA caring guru pada bagiancourage dengan F sebesar 455,152(p<0,05) memberikan kesimpulan bahwa

ada perbedaan rata-rata yang signifikandari keempat kelompok. Karakteristikperbedaan dari perbandingan nilai rata-rata didasarkan pada hasil uji LSD. Padapengamatan pre test, selisih nilai rata-ratacourage antara kelompok kontrol denganperlakuan sebesar 0,04 berbeda tidaksignifikan (p>0,05). Akan tetapi padapengamatan post test, selisih nilai rata-ratacourage antara kelompok kontrol denganperlakuan sebesar 7,48 adalah berbedasignifikan (p<0,05). Perubahan courage

Tabel 5 Hasil ANOVA dan LSD untuk Patience

kelompok kontrol dengan menghitung nilaiselisih pre test terhadap post test sebesar0,15 adalah tidak signifikan (p>0,05).Sedangkan perubahan courage yangdihitung dari nilai selisih pre test terhadappost test di kelompok perlakuan sebesar7,37 adalah signifikan (p<0,05).F = 187.236 ; p-value = 0,000

Hasil ANOVA caring guru pada bagianpatience dengan F sebesar 187,236(p<0,05) memberikan kesimpulan bahwa

ada perbedaan rata-rata yang signifikandari keempat kelompok. Karakteristikperbedaan dari perbandingan nilai rata-rata didasarkan pada hasil uji LSD. Padapengamatan pre test, selisih nilai rata-ratapatience antara kelompok kontrol denganperlakuan sebesar 0,04 berbeda tidaksignifikan (p>0,05). Akan tetapi padapengamatan post test, selisih nilai rata-ratapatience antara kelompok kontrol denganperlakuan sebesar 3,74 adalah berbeda

9

9

Akhtim Wahyuni, Pengaruh Behavior Modeling Training Terhadap Caring Guru Sekolah Dasar

signifikan (p<0,05). Perubahan patiencekelompok kontrol dengan menghitung nilaiselisih pre test terhadap post test sebesar0,22 adalah tidak signifikan (p>0,05).Sedangkan perubahan patience yangdihitung dari nilai selisih pre test terhadappost test di kelompok perlakuan sebesar4,00 adalah signifikan (p<0,05).

Pada pembahasan penelitian iniberangkat dari persoalan kompetensi guruSD dalam pembelajaran: Pertama,keprihatinan terhadap perilaku guru padasaat di kelas maupun di luar kelas yangkurang mempedulikan kebutuhan siswa.Kedua, minimnya pemahaman danketerampilan tentang sikap dan perilakuguru yang sesuai bagi siswa SD. Ketiga,adanya tuntutan agar guru SD tidak hanyamementingkan target kurikulum untukkepentingan ujian nasional, akan tetapikebutuhan non akademis juga lebihdiperhatikan. Keempat, hasil pengukuranawal terhadap guru SD di kabupatenSidoarjo menunjukkan bahwa caring guruSD bervariasi dengan kecenderunganrendah, sehingga perlu ditingkatkan.

Pengaruh Behavior ModelingTraining terhadap Caring guru SD dapatdigunakan untuk mengetahui pengaruhbehavior modeling training terhadap sikapcaring guru SD. Pengujian hipotesispenelitian menunjukkan hasil sebagai berikut:a) Ada perbedaan signifikan caring guru

yang dilatih dan yang tidak dilatihdengan BMT. Konstribusi perlakuanBMT dalam meningkatkan caringguru adalah sangat kuat, nilai pre testcaring guru adalah 64,8 dan diperiode post test menjadi 93,0.Caring guru di kelompok denganpemberian BMT mengalamipeningkatan sebesar 28,2.

b) Ada perbedaan signifikan knowingguru yang dilatih dengan yang tidakdilatih dengan BMT. Kontribusi

perlakuan BMT dalam meningkatkanknowing adalah sangat kuat, nilaipretest knowing adalah 36,67 dan diperiode post test naik menjadi 53,48.Knowing di kelompok denganpemberian BMT mengalamipeningkatan sebesar 16,81.

c) Ada perbedaan courage guru yang dilatihdan tidak dilatih. Kontribusi perlakuanBMT dalam meningkatkan couragesangat kuat, nilai pre test courage adalah17,89 dan di periode post test menjadi25,26. Courage di kelompok denganpemberian BMT mengalami peningkatansebesar 7,37.

d) Ada perbedaan signifikan antarapatience guru yang dilatih dan yangtidak dilatih dengan BMT. Kontribusiperlakuan BMT dalam meningkatkanpatience sangat kuat, nilai pre testpatience adalah 10,22 dan di periodepost test menjadi 14,22. Patience dikelompok dengan pemberian BMTmengalami peningkatan sebesar 4,00.

Hasil penelitian ini mendukung teori-teori sebelumnya, bahwa pelatihan inidapat diterapkan untuk meningkatkancaring guru SD, hal ini juga sesuaipendapat Byham & Pescuric (1996: 72)bahwa pelatihan BMT dapatmeningkatkan kinerja yang spesifik dalamhal ini caring guru SD. BMT merupakanteknik pelatihan yang sangat dikenal dansecara luas digunakan dalam pelatihanuntuk meningkatkan keterampilaninterpersonal dan interaktif.

Keberhasilan penerapan modelpelatihan juga ditentukan oleh pemilihanmodel pelatihan yang disesuaikan dengankarakteristik dan kondisi peserta.Sebagaimana dikemukakan Miller (2009:28 ), bahwa modeling merupakan carayang efektif untuk mengajarkan caring.Dalam penelitian ini dijelaskan bahwainstruktur perawat sering menunjukkan

10

JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran), Volume 1, Nomor 1, Mei 2015, hal. 1-11

bagaimana cara mendemonstrasikanperilaku caring dengan caramempraktekkan perilaku caring melaluidiri mereka sendiri. Modeling menjadi salahsatu cara yang terbanyak digunakan dalampendidikan perilaku yang berfokus padapengajaran caring. Sintak pelatihan mudahdilaksanakan, dan sesuai dengan prinsippelatihan bagi orang dewasa.

Behavior modeling training melaluisintak modeling, retention process,behavior rehearsal, feedback dantransfer of training, merupakan proseseksplorasi dan penguatan terhadapbehavior guru. Penerapan model ini sesuaipendapat Robinson (1982: 59) bahwa BMTtelah terbukti efektif dalam merubah perilakukerja. American Psycological associationjuga melaporkan bahwa BMT sebagaitraining methodology yang mampumerubah perilaku di tempat kerja. Paul et.al (1983:41) juga menyatakan bahwa BMTsebagai metode pelatihan yang paling efektifuntuk keterampilan mengajar, karena metodeini membolehkan pebelajar untuk meniruperilaku orang lain yang memilikiketerampilan dan ada pengawasan padasaat ia memperaktekkannya. Dengandemikian, penelitian yang dilakukanmendukung teori-teori sebelumnya.Penerapan BMT terbukti efektif untukmeningkatkan caring guru SD.

Sedangkan menurut Teven (2001:28),caring merupakan butir personal yangmendasar bagi guru yang memainkanperanan vital bagi persepsi siswa dalampembelajaran, sikap, kepuasan, danpersepsi kompetensi guru sertakepercayaan siswa terhadap guru.Penelitian yang telah dilakukan oleh Wentzel(dalam Linley 2006: 36) menunjukkanbahwa tingkat motivasi siswa dipengaruhioleh kualitas pengajaran dimana kualitastersebut sangat berhubungan erat bahkan

tidak mungkin dipisahkan dengan tindakan-tindakan guru yang menunjukkanpentingnya caring guru.

SIMPULANBerdasarkan uraian pelaksanaan BMT,

hasil analisis serta pembahasan hasilpenelitian dapat dijelaskan bahwa BMTdapat dikatakan memiliki pengaruh dalammeningkatkan caring guru SD. Didalamnya terkandung sintak yang mudahuntuk diterapkan. Kemudahan desain,kejelasan urutan, dan model denganmenggunakan film yang menarik, sertabahan bacaan yang sesuai menjadi alasanmengapa pelatihan ini diminati oleh guruSD. Dalam pelaksanaannya, kekompakan,konsentrasi, dan perhatian yang ditunjukkandi kelas eksperimen merupakan indikatoryang jelas bahwa pelatihan dengan BMTini dapat diterapkan dan diterima denganbaik oleh guru. Adapun saran yang perludisampaikan terkait dengan hasil penelitianini adalah sebagai berikut.1) Guru SD diharapkan mengikuti

pendidikan dan pelatihan untukmeningkatkan pemahaman maupunketerampilan caring, dan mem-praktekkannya di sekolah.

2) LPTK diharapkan mengembangkankompetensi kepribadian guru denganmenumbuhkan dan mengasahkemampuan caring calon guru melaluipembelajaran yang dapat diintegrasikandalam mata kuliah.

3) Dinas Pendidikan dan instansi terkaitsebaiknya melakukan monitoringpelatihan agar dapat mengukurkeberhasilan pelatihan yang sudahdilakukan. Hal ini sebagai bahanevaluasi hasil pelatihan yang diperolehguru, sebagaimana yang dilakukanpada pelatihan caring melaluibehavior modeling training ini,peserta pelatihan tetap dikawal

11

11

Akhtim Wahyuni, Pengaruh Behavior Modeling Training Terhadap Caring Guru Sekolah Dasar

keberhasilannya melalui transfer oftraining pada saat mereka kembalike sekolah masing-masing.

DAFTAR PUSTAKAAnderson, C.S. 1982. The Search for

School Climate: A Review of theResearch. Review of EducationalResearch. 52, 368-420.

Atmodiworo.S. 2000. ManajemenPendidikan Indonesia Jakarta: PT.Ardadijaya.

Brucea, M.A. & Stellern, J. 2005.Building Caring Community inTeacher Education, Journal of TheTeacher Educator, 41 (1), 34-53.

Byham, W. C., & Pescuric, A. 1996.Behavior Modeling at the teachablemoment. Training, 33, 50-53.

McCroskey, J.C. 1992. An Introductionto Communication in TheClassroom. Edina, MN: BurgessInternational Group.

Miller, S. A. & Anderson, E. S. 2009.Modeling and measuring CaringBehaviors among Nursing EducationFaculty. Journal of NursingEducation, 32.

NKongho, N. 1994. The Caring AbilityInventory. In O.L. Strickland & C.R.Waltz (Eds.), Measurement ofNursing Outcomes (4). New York:Springer Publishing.

Noddings, N. 1992. The challenge toCare in School . New York:Teachers College Press.

Noddings, N. 1984. Caring a FeminineApproach to Ethics and MoralEducation, Barkeley: University ofCalifornia Press.

Noddings, N., Michael S. K. & KennethA. S. 1999. Justice and Caring,the Search for Common Ground inEducation. New York: TeachersCollege Press.

Noddings, N. 2001. The Caring Teacher.Dalam V. Richardson (Ed.),Handbook of research on teaching(4th ed., pp.99-105). Washington,DC: American Educationala ResearchAssociation.

Noddings, N. 1993. Educating forIntelligent Belief or Unbelief. NewYork: Teacher College Press.

Paul, J. T. & Darlene F. R.E. 2005.Jurnal of Applied Psychology,90(4), 113-124.

Palmer, P.J. 1998. The Courage to Teach.San Fransisco: Jossey-Bass.

Robinson, J.C. 1982. DevelopingManagers Through BehaviorModeling. Austin, TX: LearningConcepts.

Rogers, D. L. 1994. Conceptions ofCaring in a fourth gradeclassroom. dalam A. R. Prillaman,D. J. Eaken and D. M.Kendrick(Eds) The apestry of Caring.Norwood,NJ: Ablex Publishing.

Rogers, D. L., & Webb, J. 1991. Theethic of Caring in teacher education.Journal of Teacher Education,42(3), 173-181.

Sorcher, M. & Goldstein, A.P. 1972.Behavior Modeling Approach inTraining. Personnel Administration.

Wentzel, K. R. 1997. Student Motivation inMiddle School: The Role of PerceivedPedagogical Caring. Journal ofEducational Psychology, 89 (3), 411-419.

Woolfolk, H. A., & Weinstein, C. 2006.Student and Teacher perspectiveson Classroom Management. NewJersey: Erlbaum.