PENGARUH AKUNTABILITAS PUBLIK DAN PERAN...
Transcript of PENGARUH AKUNTABILITAS PUBLIK DAN PERAN...
PENGARUH AKUNTABILITAS PUBLIK DAN PERAN
MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN DAERAH
TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD PEMERINTAH
KOTA TANJUNGPINANG
FARADILLA PRASTIKA
120462201170
Skripsi Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2016
PENGARUH AKUNTABILITAS PUBLIK DAN PERAN
MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN DAERAH
TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD PEMERINTAH
KOTA TANJUNGPINANG
FARADILLA PRASTIKA
Jurusan Akuntasi, Fakultas Ekonomi
Universitas Maritim Ali Haji (UMRAH) 2016
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah akuntabilitas publik dan
peran manajerial pengelola keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja Manajerial
pada SKPD Pemerintah Kota Tanjungpinang secara parsial maupun simultan. Jenis
penelitian ini digolongkan pada penelitian yang bersifat survey. Populasi dalam
penelitian ini adalah SKPD pemerintah kota tanjungpinang yang berjumlah 12 SKPD.
Sampel ditentukan dengan menggunakan metode sampling probability dengan jumlah
72 responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer. Teknik
pengumpulan data dengan teknik survei dengan cara menyebarkan kuesioner.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda yang diolah dengan
menggunakan bantuan software SPSS22.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Akuntabilitas public berpengaruh
signifikan terhadap kinerja manajerial dan peran manajerial pengelola keuangan
daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Dan kemampuan variabel
independen menjelaskan variabel dependen sebesar 55.5% selebihnya dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak disebutkan dalam penelitian ini.
Kata Kunci : Akuntabilitas Publik, Peran manajerial pengelola keuangan daerah,
Kinerja Manajerial
1. PENDAHULUAN
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi
publik memicu timbulnya gejolak yang berakar pada ketidak puasan. Tujuan yang
semakin tinggi diajukan terhadap pertanggungjawaban yang diberikan oleh
penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Dengan
kata lain, kinerja instansi pemerintah lebih banyak mendapat sorotan, karena
masyarakat mulai mempertanyakan manfaat yang mereka peroleh atas pelayalan
instansi pemerintah. Pemerintah dituntut untuk dapat lebih transparasi dan akutanbel
dalam menjalankan adminsitrasi pemerintah khususnya yang berhubungan dengan
anggaran
Pemerintah daerah diharuskan untuk selalu melakukan peningkatan kualitas
dan kuantitas pembangunan daerah yang bersifat transparansi, partisipasi dan
akuntabilitas dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good
governance). Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Dalam mengelola pembangunan daerah perlu ditunjang oleh beberapa
sumber keuangan yang berasal dari daerah yang bersangkutan, kemudian diperlukan
beberapa kebijakan keuangan yang ditempuh pemerintah untuk mengatur semua
konsep pembangunan daerah tersebut.
Suatu daerah dengan adanya pembangunan maka harus memiliki anggaran
(APBD) yang biasanya dikelola oleh daerah itu sendiri. Secara umum Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dilaksanakan pada periode tertentu (1
tahun), biasanya dalam perencanaan APBD harus mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu dari DPRD sebagai wakil rakyat maka fungsi anggaran dapat disebut sebagai
alat pengawasan dan pertanggung jawaban terhadap kebijakan publik. Dewan tidak
hanya diberikan kekuasaan untuk bersama-sama dengan eksekutif menyusun
anggaran, eksekutif juga bertanggungjawab terhadap DPRD.
Rencana Pemerintah Kota (Pemko) Tanjungpinang akan melakukan renovasi
kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Tanjungpinang melalui Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) murni tahun 2016 ini sebesar Rp 3 miliar mendapat sorotan
dari NCW Kepri dan masyarakat. Diduga, hal tersebut dapat melemahkan kinerja
institusi kejaksaan dalam mengusut tuntas kasus-kasus dugaan korupsi di Kota
Tanjungpinang, salah satunya proyek taman tepi laut. Seseuai dengan pernyataan
Ketua LSM NCW Kepri Mulkansyah, LintasKepri.com (2016) Disoroti Karena Pakai
Dana APBD Kota Tanjungpinang, Diduga Akan Melemahkan Penyelidikan Kasus
Korupsi.
Masih banyak penyelewangan dana negara seperti dalam penyelidikan dugaan
kasus korupsi di BUMD tersebut masih terus kita lakukan. Kita juga sudah koordinasi
dengan pihak BPKP menilai audit investigatif untuk mengungkap penggunaan aliran
dana sebesar Rp 4,1 miliar melalui APBD Pemko Tanjungpinang . Diduga, juga telah
disalah gunakan untuk kegiatan lain yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
keabsahannya alias fiktif. Bertia Entermezo. Com (2016)
Dari fenomena diatas dapat dilihat bahwa jika tidak adanya transparasi dan
akuntabilitas publik serta peran manajerial keuangan daerah yang mengelola keuangan
daerah tidak berjalan baik maka akan berdampak buruk terhadap kinerja SKPD dengan
berkembangnya korupsi. Mengingat pentingnya pengaruh akuntabilitas publik, dan
Peran Manajerial Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Manajerial. Maka
dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil judul: Pengaruh Akuntabilitas
Publik, Dan Peran Manajerial Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap
Kinerja Manajerial SKPD Kota Tanjungpinang.
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka yang menjadi
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah akuntabilitas publik berpengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD
Kota Tanjungpinang?
2. Apakah peran manajerial pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap
kinerja manajerial SKPD Kota Tanjungpinang?
3. Apakah akuntabilitas publik dan peran manajerial pengelolaan keuangan
daerah secara simultan berpengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD Kota
Tanjungpinang?
2. TINJAUAN PUSTAKA
Akuntabilitas Publik
Mardiasmo (2005:112), menjelaskan bahwa pengertian akuntabilitas public
sebagai kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas
dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah
(principal) yang memiliki hak untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.
Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam, yaitu : pertanggungjawaban atas
pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi (akuntabilitas vertikal), dan
pertanggung jawaban kepada masyarakat luas (akuntabilitas horizontal).
Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah
suatu peran yang dilakukan oleh pejabat pengelola keuangan daerah untuk
mendorong dan memotivasi bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Manajer
merupakan orang yang bertanggungjawab atas organisasi atau unityang dipimpinnya.
Tugas manajer dapat digambarkan dalam kaitannya dengan berbagai peran atau
serangkaian perilaku yang terorganisir yang di identifikasi dengan suatu posisi
.Herminingsih, (2009). Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan/kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan UU33 tahun
2004 pasal 66 ayat 1, keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan keadilan, kepatuhan, dan manfaat untuk
masyarakat. Perubahan mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah merupakan
wujud dari adanya tuntutan publik terhadap akuntabilitas dan transparansi manajemen
pemerintahan, salah satunya adalah terkait dengan manajemen keuangan Negara
maupun daerah.
Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah
Organisasi sektor publik memiliki tugas utama untuk menciptakan
kesejahteraan bagi masyarakat. Dalam suatu pemerintahan demokrasi, hubungan
antara pemerintah dan masyarakat digambarkan sebagai suatu hubungan keagenan
(agency relationship), dalam hal ini pemerintah sebagai agen yang diberi kewenangan
untuk melaksanakan kewajiban tertentu yang ditentukan oleh masyarakat sebagai
principal, baik secara langsung atau tidak langsung melalui wakil-wakilnya
.Mahmudi, (2010:8). Kemudian Mahmudi melanjutkan bahwa hubungan antara
pemerintah dan masyarakat merupakan sebuah hubungan pertanggungjawaban,
pemerintah sebagai agen harus mempertanggungjawabkan aktivitas dan kinerjanya
kepada masyarakat yang telah memberikan dana (public fund) kepada pemerintah.
Bastian (2009), Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan
visi organisasi. Adapun menurut Baihaqi (2012) Kinerja manajerial adalah kinerja
para individu dalam kegiatan manajerial meliputi, antara lain, perencanaan,
investigasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staf, negosiasi, dan representasi
.Mahoney et al. dalam rizka (2014). Menurut Mahmudi (2010:4), manajemen
berbasis kinerja merupakan suatu metode untuk mengukur kemajuan program atau
aktivitas yang dilakukan organisasi sektor publik dalam mencapai hasil atau outcome
yang diharapkan oleh klien, pelanggan, dan stakeholder lainnya.
Kerangka Pemikiran
H1
H2
H3
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Akuntabilitas Publik terhadap Kinerja Manajerial Satuan
Kerja Perangkat Daerah
Pengukuran kinerja merupaakan salah satu alat untuk mendorong terciptanya
dengan adanya akuntabilitas publik, pemerintah daerah memberikan
pertanggungjawaban semua kegiatan yang dilaksanakan sehingga kinerja pemerintah
daerah dapat dinilai baik ekternal, dengan demikian akuntabilitas publik
mempengaruhi peningakatan kinerja pemerintah daerah.
Akuntabilitas Publik
X1
Peran Manajerial Pengelola
Keuangan Daerah
X2
Kinerja Manajerial
Y
Putra (2013), membuktikan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif
akuntabilitas dengan kinerja manajerial SKPD. Citra (2010), juga menyatakan bahwa
akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD. Hal ini
menegaskan pentingnya akuntabilitas publik dalam peningkatan kinerja manejerial,
karena dengan adanya pertanggungjawaban publik, masyarakat tidak hanya dapat
mengetahui anggaran tersebut tetapi juga dapat mengetahui pelaksanaan kegiatan
yang dianggarkan sehingga pemerintah daerah berusaha dengan baik dalam
melaksanakan seluruh perencanaan yang ada karena akan dinilai dan diawasi oleh
masyarakat.
H1 = Akuntabilitas Publik berpengaruh terhadap kinerja manajerial satuan kerja
perangkat daerah.
Pengaruh Peran Manajer Pengelola Keuangan Daerah Terhadap
Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah
Untuk dapat menerapkan prinsip- prinsip dalam good governance tidak
terlepas dari dukungan dan optimalisasi peran pemerintah dalam menjalankan tugas
dan fungsinya, termasuk didalamnya peran pengelola keuangan daerah. Manajemen
pengelolaan keuangan daerah mengorganisasikan dan mengelola sumber- sumber
daya dan kekayaan yang di daerah untuk mencapai tujuan yang dikehendaki oleh
daerah tersebut.Keberhasilan daerah untuk dapat mencapai tujuan yang ditetapkan
tersebut disebut kinerja.Maka untuk untuk dapat mewujudkan kinerja dari pemerintah
daerah dibutuhkan peran manajerial dari para pengelola keuangan daerah.
H2 = Peran manajer pengelola keuangan daerah berpengaruh terhadap
kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah
Pengaruh Akuntabilitas Publik dan Peran Manajer Pengelola Keuangan Daerah
secara simultan mempengaruhi Kinerja Manajerial Satuan Kerja
Perangkat Daerah
Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat untuk mendorong terciptanya
akuntabilitas publik. Pengukuran kinerja menunjukkan seberapa besar kinerja
manajerial dicapai, seberapa bagus kinerja finansial organisasi, dan kinerja lainnya
yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas. Kinerja tersebut harus diukur dan
dilaporkan dalam bentuk laporan kinerja. Pelaporan informasi kinerja tersebut sangat
penting, baik bagi pihak internal maupun eksternal. Bagi pihak internal, manajer
membutuhkan laporan kinerja dari stafnya untuk meningkatkan akuntabilitas
manajerial dan akuntabilitas kinerja. Bagi pihak eksternal, informasi kinerja tersebut
digunakan untuk mengevaluasi kinerja organisasi, menilai tingkat transparansi dan
akuntabilitas publik (Deddi, 2010).
H3 = Pengaruh Akuntabilitas Publik dan Peran Manajer Pengelola Keuangan
Daerah Secara simultan mempengaruhi Kinerja Manajerial Satuan Kerja
Perangkat Daerah
3.METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Dalam penulisan ini penulis menggunakan 2 (dua) jenis data yaitu data
primer dan data skunder.
1) Data primer, yaitu data yang langsung penulis peroleh dari objek penelitian pada
masyarakat Tanjungpinang,Ferdinand, (2006:127),
2) Data Skunder, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.
Populasi dan Sampel
3) Sugiyono (2005:90) memberikan pengertian populasi sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti yaitu Responden penelitian
adalah pejabat eselon tiga dan empat selaku kuasa pengguna anggaran pada
tiap SKPD di Pemerintah Kota Tanjungpinang. Berjumlah 72 orang.
Sugiyono (2005:90), memberikan pengertian populasi sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam riset merupakan pekerjaan yang memerlukan waktu
dan biaya yang cukup banyak. Sering kali kegagalan riset disebabkan oleh sulitnya
mengumpulkan data. Pengumpulan data tidak harus dilakukan sendiri oleh peneliti,
tetapi bisa juga dengan bantuan orang lain sebagai enumerator atau tenaga pengambil
data. Metode Pengambilan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini terdiri
dari:
1) Teknik wawancara
Teknik wawancara yaitu mengadakan tanya jawab langsung kepada bagian-
bagian atau pihak terkait untuk mendapatkan data yang diperlukan.
2) Teknik Observasi
Teknik observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena
pada objek penelitian.
3) Metode Dokumentasi
Merupakan metode pengumpulan data yang digunakan dengan meneliti dan
mencarai data-data pada objek peneliti yang melipputi sejarah perusahaan,
stuktur organisasi, dan tugas masing-masing bagian.
4) Teknik penyebaran kusioner
5) Teknik Kepustakaan
Studi pustaka, dimana data yang diperoleh dari teori, refrensi atau literatur
dan buku-buku pengetahuan yang menunjang seta data dokumentasi lainnya
yang membahas pembahasan.
Teknik Pengukuran Data
Kegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah
pengolahan data. Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang makna dari data
yang berhasil dikumpulkan. Dengan demikian hasil penelitian akan segera diketahui.
Dalam pelaksanaannya, pengolahan data dilakukan melalui bantuan komputer dengan
program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 22. Data yang dioleh
dalam penelitian ini berupa data primer atau data mentah yang nantinya diolah
sehingga menjadi data yang valid.
Langkah-langkah atau prosedur pengolahan data yang dilakukan dalam
penelitian ini Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui Instrumen dalam penelitian ini adalah skala Likert yaitu skala yang digunakan
untukmengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau kelompok orang tentang
fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif hingga sangat instrumen.Skala Likert dalam
penelitian ini ditunjukkan dengan jawaban sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju. Pemberian nilai untuk masing-masing instrumen juga
bergradasi, yaitu:
Pengukuran Skala Likert
Sangat
Setuju
(SS)
Setuju
(S) Ragu-ragu
(RR) Tidak Setuju
(TS) Sangat tidak
Setuju
(STS)
5 4 3 2 1
Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode analisis data yang dilakukan dengan analisis
statistik dan menggunakan bantuan komputer menggunakan software SPSS 20.0.
Pengujian statistik dalam penelitian ini terdiri dari pengujian data terdapat , pengujian
asumsi klasik, pengujian dengan melakukan analisis regresi linear berganda dan
pengujian hipotesis.
4.HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Diskriptif
Tabel 4.4
Statistik Diskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
72 21 45 36,11 4,359
Akuntabilitas Publik
Peran Manajerial
Pengelolaan Keuangan
daerah
72 19 45 36,85 4,320
Kinerja Manajerial 72 27 45 37,46 4,252
Valid N (listwise) 72
Berdasarkan data dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa:
1. Hasil pengukuran variabel Akuntabilitas Publik, memiliki jumlah sampel (N)
sebanyak 72, dengan nilai minimum (21), nilai maksimum (45), mean 36,11, dan
standart deviation 4.359, artinya bahwa variabel akuntabilitas publik manusia
memiliki tingkat reliabilitas sebesar 4.359 dan mendekati sifat homogenitas.
Sumber Data Olah SPSS (2016)
2. Hasil pengukuran variabel Peran Manajerial Pengelolaan Keuangan daerah,
memiliki jumlah sampel (N) sebanyak 72, dengan nilai minimum (19), nilai
maksimum (45), mean 36.85, dan standart deviation (simpangan baku) 4.320
artinya bahwa variabel Peran Manajerial Pengelolaan Keuangan atau reliabilitas
memiliki tingkat kepercayaan sebesar 4.320 dan mendekati sifat homogenitas.
3. Hasil pengukuran variabel Kinerja Manajerial memiliki jumlah sampel (N)
sebanyak 72, dengan nilai minimum (27), nilai maksimum (45), mean 37.46, dan
standart deviation (simpangan baku) 4.252 artinya bahwa variabel Kinerja
Manajerial sebesar 4.252 dan mendekati sifat homogenitas
Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suaatu instrumment alat
ukur telah menjalankan fungsi ukurnya. Uji validitas dilakukan dengan
membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk signifikansi 5 % dari degre of
freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Jika r hitung > r tabel maka
pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid, demikian sebaliknya bila r hitung
< r tabel maka pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan tidak valid. Ghozali,
(2006:102).
Uji Reliabilitas
Realiabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuisiner yang
merupakan indikator dari variabel.Suatu kuisioner dinyatakan dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu.SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji
stastik Cronbach Alpha (a).Suatu konstruk atau variabel dikatakan realiabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.70, Ghozali (2005:100).
Pengujian Realiabilitas
Variabel Alpha
Hitung
Cronbach’s
Alpha Kesimpulan
Akuntabilitas Publik (X1) 0.810 0,70 Reliabel
Peran Manajerial
Pegelolaan Keuangan (X2) 0.759 0,70 Reliabel
Kinerja Manajerial (Y) 0.837 0,70 Reliabel
Sumber: Olah Data SPSS (2016)
Berdasarkan tabel 4.6 diatas haasil pengujian reliabilitas tersebut
menunjukkan bahwa variabel Akuntabilitas publik mempunyai koefisien Alpha
0,810> 0,70, variabel Peran Manajerial Pegelolaan Keuangan mempunyai koefisien
Alpha 0.759> 0,70 variabel kinerja manajerial 0.837> 0,70, dan sehingga dapat
dikatakan semua konsep pengukuran masing-masing variabel dari kuesioner adalah
reliabel sehingga layak digunakan sebagai alat ukur penelitian.
Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2006:110), Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam suatu model regresi linier variabel penganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi normalitas data dapat
dilakukan dengan pengujian berikut:
1) Uji Kolmogrov Smirnov
Dalam uji ini, pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah:
a. Jika nilai signifikan > 0.05 maka distribusi normal
b. Jika nilai signifikan < 0.05 maka distribusi tidak normal
Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah:
a. Ho : Data residual berdistribusi normal
b. Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
2) Histogram
Pengujian dengan model histogram memiliki ketentuan bahwa data normal
berbentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal.
Jika data melenceng ke kanan atau melenceng ke kiri berarti data tidak terdistribusi
secara normal. Sugiono,(2006:210). Grafik Normality Probability Plot. Dalam uji ini,
ketentuan yang digunakan adalah:
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Uji Heteroskedastisitas
Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas.
Menurut Misbahuddin dan Hasan (2013:101) adapun teknik yang dapat dipakai untuk
mendeteksi gejala heteroskedastisitas khusunya untuk penelitian ini dengan uji
glesjer. Serta, ditambah lagi dari metode Widjaya (2012:130) yaitu grafik scatterplot
antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedasitisitas adalah dengan
menggunakan metode:
1) Uji Glesjer (Glesjer test)
Uji glesjer(Glesjer test)menurut Misbahuddin dan Hasan (2013:103)
yaitu dengan membuat model regresi yang melibatkan nilai mutlak residu (│e│)
sebagai variabel terikat terhadap semua variabel bebas.Jika semua variabel bebas
signifikan secara statistik maka dalam regresi terdapat heteroskedastisitas.
Namun, dalam perhitungan nilai thitung denganmenggunakan uji koefisisensi
korelasi spearman dengan menentukan nilai (α) dan ttabel. Adapun hasilnya uji
glesjer akan dihitung dengan menggunakan bantuan dari SPSS22 for Windows,
serta penentuan (α) dan ttabel dihitung secara manual berdasarkan olahan data dari
SPSS22 for Windows.
2) Cara Grafik
Wijaya (2012), menjelaskan bahwa salah satu cara untuk melihat adanya
masalah heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot antara nilai
prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Wijaya (2012),
menjelaskan cara menganalisisnya adalah sebagai berikut:
a) Dengan melihat apakah titik-titik memiliki pola tertentu yang teratur seperti
bergelombang, melebar, kemudian menyempit. Jika terjadi, indikasinya
terdapat heteroskedastisitas.
b) Jika tidak terdapat pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas
dan di bawah angka 10 pada sumbu Y, indikasinya tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Hasil Uji Heteroskedasitas
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
Sumber Data Olah SPSS (2016)
Dapat dlihat titk-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola
tertentu yang jelas tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y,
hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedatisitas.Selain itu uji
heteroskedastisitas dapat juga digunakan uji Glejser, jika nilai signifikansi lebih besar
dari 0,05 maka tidak terjadi heteroskedatisitas.
Uji Multikoliniearitas
Menurut Ghozali (2006:91), Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Ghozali
(2006:91), mengemukakan bahwa pengujian multikolinieritas dapat dilakukan dengan
melihat varians Inflation Factor (VIF) dan korelasi diantara variable independen. Jika
nilai VIF < 10 atau nilai tolerance > 0.10,maka tidak terjadi multikolinieritas. Suatu
model dikatakan terdapat gejala multikolonieritas yaitu jika korelasi diantara variabel
indenpenden lebih besar dari 0.9
Multikolonieritas
Sumber Data Olah SPSS (2016)
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, terlihat bahwa nilai VIF dan tolerance untuk
variabel Akuntabilitas publik (X1) dengan nilai Tolerance 0.637> 0,1 dengan VIF
1.427<10. Variabel Peran Manajerial Pegelolaan Keuangan daerah (X2) mempunyai
nilai Tolerance 0.637> 0,1 dengan VIF 1.288 <10, Maka dapat disimpulkan bahwa
pada model ini tidak ditemukan adanya masalah multikolonieritas.
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Akuntabilitas Publik ( X1 ) ,637 1,427
Peran Manajerial Pegelolaan
Keuangan Daerah (X2) ,637 1,288
Analisis Regresi Berganda
Untuk mengetahui model atau bentuk hubungan pengaruh antar variabel dan
untuk mengetahui positif atau negatifnya pengaruh variabel bebas pengaruh
Akuntabilitas Publik (X1), Peran Manajerial Pengelolaan Keuangan Daerah (X2)
terhadap variabel terikat Kinerja Manajerial (Y) dimana dari sampel yang diperoleh,
digunakan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Dimana :
Keterangan :
Y’ = Dependent variabel (Kinerja Manajerial)
A = Konstata
b1, b2, = Koefisien regresi
X1 = Independent variabel (Akuntabilitas Publik)
X2 = Independent variabel (Peran Manajerial Pengelolaan
Keuangan Daerah)
e = Standar error
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 +ε
Uji Hipotesis
Uji (Uji T)
Yaitu suatu uji digunakan untuk mengetahui secara parsial pengaruh variabel
independent dengan variabel dependen.Uji ini dilakukan dengan membandingkan t-
hitung dengan t- table.
1. Penentuan Nilai Kritis (t- tabel)
Untuk menguji hipotesis menggunakan uji – t dengan tingkat signifikan (x)
5%, dengan sampel (n).
2. Kriteria Hipotesis
a. Ho : Tidak ada pengaruh secara signifikan antara variabel independen
Akuntabilitas Publik ,Peran Manajerial Pengelolaan Keuangan Daerah
terhadap variabel dependen Kinerja Manajerial
b. Ha : Ada pengaruh secara signifikan antara variabel independen
Akuntabilitas Publik ,Peran Manajerial Pengelolaan Keuangan Daerah
terhadap variabel dependen Kinerja Manajerial.
c. Jika nilai t hitung > t table Ho ditolak dan Ha diterima hal ini berarti bahwa
ada hubungan antara variabel independen Akuntabilitas Publik ,Peran
Manajerial Pengelolaan Keuangan Daerah, variabel dependen Kinerja
Manajerial.
Jika nilai t hitung < tabel, Ho diterima dan Ha ditolak hal ini berarti bahwa tidak ada
hubungan antara variabel independen Akuntabilitas Publik ,Peran Manajerial
Pengelolaan Keuangan Daerah, terhadap variabel dependen Kinerja Manajerial.
Uji Simultan (Uji F)
Yaitu untuk menguji secara serempak (simultan). Pengujian bertujuan
hipotesis untuk mengukur kwalitas produk Peran Manajerial Pengelolaan Keuangan
Daerah terhadap Kinerja Manajerial yaitu dengan membandingkan f- hitung dengan F
table dengan level of confidence 95% .
1. Pengujian Nilai Kritis (f- tabel).
Untuk menguji hipotesis ini dengan menggunakan uji – F dengan tingkat
signifikan pada (x) 5 %, dengan sampel (N) dan jumlah variabel (k) = 2
2. Penguji Hipotesis.
Ho : tidak ada yang signifikan antara variabel independen Akuntabilitas
Publik ,Peran Manajerial Pengelolaan Keuangan Daerah secara
bersama sama dengan variabel Kinerja Manajerial.
3. Ha : ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen Akuntabilitas
Publik ,Peran Manajerial Pengelolaan Keuangan Daerah secara
bersama sama dengan variabel Kinerja Manajerial
4. Kriteria Pengujian.
a. Jika nilai F hitung > F table, Ho ditolak dan Ha diterima
b. Jika nilai F Hitung < F table, Ho diterima dan Ha ditolak.
Koefisien Determinan (R2)
Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y
tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi
dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain bila R2 = 1,
maka semua titik pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian baik
atau buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2 nya yang mempunyai nilai
antara nol dan satu.
Koefisien Determinasi (R²)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
teh Estimate
1 ,753a ,567 ,555 2,838
Dari hasil tabel 4.10 besarnya Adjusted R2
berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan SPSS 22 diperoleh sebesar 0.555 Dengan demikian besarnya pengaruh
yang diberikan oleh variabel Akuntabilitas publik, Peran Manajerial Pegelolaan
Keuangan berpengaruh terhadap Kinerja sebesar 55.5 %. Sedangkan sisanya sebesar
44.5 % adalah dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini
yang tidak disebutkan
5.KESIMPULAN DAN SARAN
A. Akuntabilitas publik secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kinerja
Manajerial.
B. Peran Manajerial Pegelolaan Keuangan Daerah secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap Kinerja Manajerial.
C, Akuntabilitas publik, Peran Manajerial Pegelolaan Keuangan Daerah
berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja Manajerial.
Sumber Data Olah SPSS (2016)
Saran
Dari kesimpulan yang telah diperoleh, maka dapat diberikan saran – saran
sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi dalam penganggaran dan peran
manajerial pengelola keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja pemerintah
daerah, sehingga untuk meningkatkan kinerja pemerintah daerah baik menurut
SKPD maupun pemerintah daerah secara keseluruhan, sebaiknya pemerintah
daerah menerapkan anggaran partisipatif, agar para SKPD tersebut memiliki
motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih besar dan
mencakup pada seluruh pengelola keuangan daerah.
3. Disamping itu juga untuk penelitian selanjutnya supaya menambahkan budaya
organisasi sebagai variabel moderating. Hal ini disebabkan budaya organisasi di
setiap SKPD berbeda- beda
6.DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim dan Theresia Damayanti. (2007). Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi
Kedua. Cetakan: Pertama. Yogyakarta. Penerbit: UPP STIM YKPN
Bastian, Indra. (2009). Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Citra. (2010). Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Akuntabilitas Dan
Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Kinerja Manajerial Pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Kota Semarang, Skripsi
Ferdiani, D. (2012). Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial
Pegawai Sekretariat Daerah Prov.Jawa tengah (Komitmen Organisasi dan
Persepsi Inovasi sebagai Variabel Intervening). Jawa Tengah.
Ghozali, Imam. (2007). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Kenis, I, (1979). Effects of Budgetary Goals Characteristics on managerial Attitudes
and Performance, The Accounting Review
Mahmudi. (2010). Manajemen Kinerja Sektor Publik, Edisi Kedua, UPP STIM
YKPN, Yogyakarta
Mahoney, T.A., Jerdee, T.H, & Carrol, S.J. (1963). Development of Managerial
Performance: A Research Approach. Cincinnati, OH: South-Western.
Natalia, Dewinda Putri. (2010). Pengaruh Komitmen Organisasional dan Peran
Manajer Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Manajerial
Satuan Kerja Perangkat Daerah. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Nordiawan, Deddi . 2010. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat
Nurcahyani, Kunwaviah. 2010. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja
Manajerial melalui Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi sebagai
Variabel Intervening. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.
Putra, Deki. (2013), Pengaruh Akuntabilitas Publik dan Kejelasan Sasaran Anggaran
Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah, Universitas
Nergi Padang
Sekaran, U. (2006). Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Simbolon, Anthon. (2006), Akuntabilitas Birokrasi Publik, Edisi Revisi, Penerbit
UGM, Yogyakarta
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Sumarno, J. 2005. “Pengaruh Komitmen Organisasi dan Gaya Kepemimpinan
Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial.
Simposium Nasional akuntansi VIII.
Rosalin, Faristina. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keandalan dan
Timeliness Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum. Skripsi.UNDIP.
Robbins SP, at al, (2006). Perilaku Organsiasi ed 12, Jakarta: Salemba Empat