Penerapan LAtihan Beban dan Elastic Tubing dalam...
Transcript of Penerapan LAtihan Beban dan Elastic Tubing dalam...
1
PENERAPAN METODA LATIHAN BEBAN DAN LATIHAN ELASTIC TUBING
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI MEMANAH JARAK 30 METER
DALAM CABANG OLAHRAGA PANAHAN
Komarudin*)
Abstrak:
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa kekuatan dan daya tahan otot dalam cabang olahraga panahan sangat penting, terutama dalam melakukan gerakan memanah khususnya dalam menarik tali busur. Dalam teknik memanah tentu harus dilakukan dengan ajeg yang melibatkan poros gerak, untuk mendukung pelaksanaan teknik memanah yang benar, otot-otot utama yang terlibat dalam gerakan tersebut harus dilatih dan dikembangkan secara intensif. Metoda yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metoda latihan beban dan metoda latihan elastic tubing yang disesuaikan dengan pola gerak memanah. Sehingga kedua metoda tersebut, sangat membantu meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot yang mendukung terhadap pelaksanaan gerak memanah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan peningkatan prestasi memanah antara yang menggunakan metoda latihan beban dan metoda latihan elastic tubing. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan kepelatihan angkatan tahun 2004, sedangkan sampelnya adalah mahasiswa putra yang sudah menempuh mata kuliah panahan pada semester ganjil yang diambil secara random, sehingga didapat sampel sebanyak 30 orang mahasiswa. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh informasi bahwa: 1) metoda latihan beban memberi pengaruh signifikan terhadap peningkatan prestasi memanah jarak 30 meter; 2) metoda latihan elastic tubing memberi pengaruh signifikan terhadap peningkatan prestasi memanah jarak 30 meter; 3) metoda latihan beban dan metoda latihan elastic tubing sama-sama memberi pengaruh signifikan terhadap peningkatan prestasi memanah jarak 30 meter dalam cabang olahraga panahan.
Kata Kunci: Metoda latihan beban, metoda latihan elastic tubing, prestasi memanah.
PENDAHULUAN
2
Panahan merupakan cabang olahraga statis yang membutuhkan kondisi fisik yang
baik diantaranya kekuatan dan daya tahan khususnya pada otot tubuh bagian atas. Pada saat
melakukan teknik memanah terutama saat menarik tali busur otot akan mengalami
kontraksi isotonis, terutama pada tarikan awal (primary draw). Pada tarikan penuh, lengan
yang menarik tali busur jari-jari tangan harus sampai menyentuh dagu dan jari tangan
tersebut menempel di bawah dagu (anchoring) dan lengan yang menahan busur harus
benar-benar terkunci begitupun lengan penarik sehingga terjadi kontraksi isometric.
Dengan demikian, otot-otot yang terlibat dalam menarik tali busur harus mendapat
perhatian khusus dalam cabang olahraga panahan, karena otot-otot tersebut bekerja sangat
ekstra dalam menarik dan menahan beban dari busur yang cukup berat dan berlangsung
secara berulang-ulang dalam rangkaian gerakan memanah. Oleh karena itu otot-otot
tersebut, harus memiliki kekuatan dan daya tahan agar mampu melakukan gerakan menarik
tali busur yang tetap konsisten dan ajeg sesuai dengan poros gerak (axis). Otot-otot utama
yang harus dilatih dan dikembangkan dalam olahraga panahan adalah otot-otot leher, otot
bahu, biceps, triceps, otot lengan bawah, pergelangan tangan, otot perut, dan otot-otot togok
(Consumer Guide, 1978).
Teknik memanah yang benar sangat erat kaitannya dengan segi anatomi dan
mekanika gerak, yang sangat menentukan adalah poros gerak (axis). Poros gerak yang
harus tepat dan benar dalam cabang olahraga panahan adalah poros gerak I dan poros gerak
II. Poros gerak I adalah sikap bahu dan sikap lengan penahan busur harus satu garis lurus.
3
Poros gerak II adalah posisi panah dan lengan penarik harus satu garis lurus (Muchtamadji,
1999). Di samping itu, cabang olahraga panahan merupakan aktivitas ketepatan yang
memerlukan ketelitian dan konsistensi atau keajegan. Pemanah harus mampu melakukan
tindakan-tindakan yang tepat pada tiap panah yang ditembakannya (Seidel, 1975).
Berdasarkan pendapat tersebut, gerakan memanah melibatkan segi anatomis terutama pada
struktur lengan yang harus lurus, supaya beban dari busur yang ditopang oleh lengan
penahan busur otot-otot lengan tidak bekerja terlalu berat dan tidak akan menyebabkan
terjadinya cidera.
Apabila dalam sikap memanah lengan penahan busur sudah terbentuk dalam satu
garis lurus, gerakan memanah akan lebih efisien artinya tenaga yang dikeluarkan pada saat
memanah akan secara intelijen artinya koordinasi akan menjadi lebih baik, timingnya tepat.
Gerak efisien akan membentuk gerak proporsional artinya dilakukan dengan ekonomis dan
adanya otomatisasi. Sebaliknya, gerakan yang tidak efisien menimbulkan penghamburan
tenaga dan ketegangan yang berlebihan, akibatnya akan terjadi kelelahan fisik lebih cepat,
kelelahan psikis, kelesuan, rasa nyeri dan frustasi (Imam Hidayat, 2003).
Berdasarkan permasalahan tersebut, jelas bahwa kondisi fisik khususnya kekuatan
dan daya tahan otot dalam olahraga panahan adalah sangat penting. Dengan demikian, perlu
kiranya peneliti melakukan percobaan (berexperiment) untuk menemukan berbagai metoda
yang sesuai dengan karakteristik cabang olahraga tersebut. Oleh sebab itu, peneliti
mencoba menerapkan dua metoda latihan untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan
4
otot. Bentuk latihan tersebut adalah metoda latihan beban dan metoda latihan elastic tubing.
Adapun masalah yang harus dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini adalah apakah metoda
latihan beban dan metoda latihan elastic tubing memberi pengaruh signifikan terhadap
peningkatan prestasi memanah jarak 30 meter dalam cabang olahraga panahan? Tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan peningkatan prestasi memanah
antara yang menggunakan metoda latihan beban dan metoda latihan elastic tubing dalam
cabang olahraga panahan.
5
KERANGKA PEMIKIRAN
Latihan Beban
Latihan beban adalah salah satu bentuk latihan tahanan untuk meningkatkan
kekuatan (Prawirasaputra, 2000). Latihan tahanan tersebut harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga atlet harus mengeluarkan tenaga maksimal atau hampir maksimal untuk menahan
beban. Beban tersebut sedikit demi sedikit bertambah berat agar perkembangan otot
terjamin. Oleh karena itu, latihan tahanan harus dilakukan secara progresif dan tidak
berhenti pada satu berat beban atau bobot tertentu (Harsono, 2001).
Prinsip yang harus dilakukan dalam latihan beban adalah: 1) latihan harus didahului
dengan warm-up yang menyeluruh; 2) prinsip overload harus diterapkan, karena
perkembangan otot hanyalah mungkin apabila otot-otot tersebut dibebani dengan tahanan
yang kian bertambah berat; 3) sebagai patokan dianjurkan untuk melakukan tidak lebih dari
12 dan tidak kurang dari 8 RM; 4) agar hasil perkembangan otot efektif, setiap bentuk
latihan dilakukan dalam 3 set, dengan istirahat di setiap set antara 3 sampai 4 menit; 5)
setiap mengangkat, mendorong, atau menarik beban haruslah dilaksanakan dengan teknik
yang benar; 6) sebagai pedoman, kalau berlatih untuk strength, yaitu bagi cabang olahraga
yang kekuatan tidak terlalu dominan…rentang repetisinya 8-12 RM; 7) setiap bentuk
latihan haruslah dilakukan dalam ruang gerak yang seluas-luasnya; 8) selama latihan,
pengaturan pernapasan harus diperhatikan; 9) setelah selesai melakukan suatu bentuk
latihan, atlet harus berada dalam keadaan lelah otot local yang berlangsung hanya untuk
6
sementara saja; 10) weight training sebaiknya dilakukan tiga kali dalam seminggu dengan
diselingi oleh satu hari istirahat; 11) motivasi atlet merupakan faktor yang sangat penting;
12) setelah setiap set, istirahatlah sebentar sambil menggetar-getarkan (shake-out) atau
meregang-regangkan otot-otot yang baru bekerja; 13) setiap kali berlatih, catatlah jumlah
beban yang diangkat dan repetisi yang telah dilakukan pada latihan tersebut; 14) setiap kali
berlatih sebaiknya tidak lebih dari 12 bentuk latihan; 15) setiap session latihan sebaiknya
diakhiri dengan latihan peregangan statis atau pasif, dan latihan rileksasi (Harsono, 2001).
Pentingnya Kondisi Fisik
Kondisi fisik yang baik akan meningkatkan produktivitas kerja yang saat ini sudah
diyakini manfaatnya. Dalam kegiatan olahraga terutama dalam olahraga prestasi, kondisi
fisik memegang peranan penting terutama dalam meningkatkan fungsi dan sistem
organisme tubuh. Kondisi fisik yang baik akan berpengaruh terhadap fungsi dan sistem
organisme tubuh antara lain: 1) akan ada peningkatan dalam kemampuan system sirkulasi
dan kerja jantung, 2) akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, dan
komponen kondisi fisik lainnya, 3) akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu
latihan, 4) akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan, 5)
akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respon
demikian diperlukan (Harsono (1988).
7
Selain itu manfaat kondisi fisik yang baik, jika dilihat dari aspek psikologis jelas
berpengaruh terhadap peningkatan motivasi, semangat kerja, ketelitian, dan percaya diri.
Atlet yang memiliki kondisi fisik prima memiliki percaya diri yang tinggi dan kemampuan
untuk menekan stress psikis pada tingkat optimum serta dapat memanfaatkan keadaan
stress tersebut pada berbagai kegiatan yang positif. Proses latihan kondisi fisik harus
mengembangkan reaksi-reaksi positif dalam organisme tubuh kita, yaitu peningkatan dalam
organisme neurophysiology dan penyesuaian perubahan-perubahan dalam jaringan tubuh
kita. Latihan kondisi fisik khususnya latihan kekuatan mempunyai dampak pada otot,
jaringan ikat, sistem syaraf, tulang, dan bagian-bagian lainnya pada tubuh kita (Omosegard
(1996:71). Dengan demikian karena latihan kondisi fisik sangat bermanfaat, maka latihan
kondisi fisik harus dilakukan secara intensif, untuk menjaga agar kondisi fisik yang sudah
baik tetap dapat dipertahankan (Prawirasaputra, 2000:60).
Komponen Biomotorik
Komponen biomotorik dasar pada setiap cabang olahraga tidaklah berbeda, dan
diantara komponen tersebut selalu ada keterkaitan untuk membentuk suatu kondisi yang
lebih berkualitas sesuai dengan tuntutan dan kebutuhannya. Adapun komponen kondisi
fisik dasar adalah kekuatan, daya tahan, kecepatan, koordinasi, dan fleksibilitas (Bompa,
1990:264).
8
Dalam olahraga panahan kondisi fisik dominan yang dibutuhkan adalah daya tahan
kekuatan. Dalam istilah sederhana kekuatan dapat didefinisikan: “as the ability to apply
force” (Bompa, 1990:267). Menurut Harsono (1988) kekuatan adalah kemampuan otot
untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Sedangkan daya tahan adalah
mengacu pada suatu kelompok otot yang mampu untuk melakukan kontraksi yang berturut-
turut untuk waktu yang lama, atau mampu mempertahankan suatu kontraksi statis untuk
waktu yang lama. Daya tahan kekuatan adalah sebagai suatu reaksi melawan kelelahan
organisme selama penampilan atau pelaksanaan kekuatan yang berlangsung lama. Kualitas
daya tahan kekuatan tersusun dari kekuatan dan daya tahan otot. Dalam olahraga panahan
tentu sangat memerlukan kekuatan dan daya tahan otot untuk merentang busur yang
dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama (Furqon, 2003).
Untuk mengembangkan kekuatan latihan yang tepat adalah latihan tahanan, di mana
atlet harus mengangkat, mendorong, atau menarik sesuatu beban. Beban itu bisa beban
tubuh kita sendiri, ataupun beban atau bobot dari luar (external resistance). Latihan
tahanan, menurut tipe kontraksi ototnya dapat digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu
kontraksi isometric, kontraksi isotonic, dan kombinasi dari kedua kontraksi tersebut yaitu
kontraksi isokinetik (Harsono, 1988).
Dalam olahraga panahan pada saat melakukan gerakan tarikan dengan lengan
penarik busur akan terjadi kontraksi isotonic, sedangkan lengan penahan busur harus
mampu mempertahankan untuk mengatasi kekuatan tarikan pada saat tarikan penuh, maka
9
lengan penahan busur harus terkunci dan tetap ajeg sehingga terjadi kontraksi isometric.
Pada saat melakukan tarikan otot periscapular pada bahu digunakan untuk memelihara
posisi tarikan penuh sehingga sedikit demi sedikit anak panah melewati clicker dengan
halus, dan terkontrol (Robert Romero,1997).
Pentingnya mengembangkan kekuatan untuk pemanah karena pemanah dalam
perlombaan misalnya pemanah pria harus menarik busur seberat 45-50 pon yang mungkin
berakhir atau dilakukan selama 4 hari. Hal ini sama dengan menarik secara statis seberat
3400-3750 pon satu hari (Mann, 1994). Oleh karena itu, otot periscapular pada serratus
anterior, rhomboids, trapezius, dan latissimus dorsi atau otot yang digunakan untuk
menarik seperti scapula, rhomboids, dan trapezius, membutuhkan kekuatan dan perlu
dilatih secara intensif. Dengan demikian pemanah harus mengetahui kondisi fisik mereka
untuk menentukan program secara perorangan meliputi program latihan beban untuk
meningkatkan kekuatan otot secara spesifik dan kelompok otot lainnya (Kisik Lee,
2005:143).
Bentuk Latihan Beban
Bentuk latihan beban memang sangat beraneka ragam, dengan tujuan untuk
meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot. Bentuk latihan yang diterapkan dalam
penelitian ini mengacu kepada prinsip spesifikasi latihan beban. Fox (1984:126)
mengatakan bahwa: ”… mengembangkan unsur kekuatan tidak hanya spesifik pada
10
kelompok otot tertentu yang dilatih melainkan juga spesifik pada pola gerak yang
dihasilkan”. Kaitan dengan metoda latihan yang diterapkan dalam penelitian ini khususnya
dalam olahraga panahan, latihan beban dan latihan dengan menggunakan elastic tubing
tentu disesuaikan dengan pola gerakan memanah. Hal tersebut berarti melatih kelompok
otot yang terlibat secara langsung dalam gerakan memanah yang tentunya akan lebih
efektif, karena pola gerak yang harus dilakukan mirip dengan pola gerak dalam olahraga
panahan. Dengan demikian, untuk meningkatkan kekuatan dan membantu meningkatkan
kemampuan dalam menarik busur maka program latihan beban yang dilakukan harus
melibatkan otot-otot yang bekerja pada gerakan dalam menarik busur (Furqon, 2004:89).
Bentuk latihan yang diterapkan dalam metoda latihan beban adalah kombinasi dari
latihan beban isotonic dan isometric, tetapi pola geraknya disesuaikan dengan pola gerak
memanah. Adapun bentuk latihannya yang diterapkan adalah machine pulldowns, bent
press, bent over rowing, seated pulley rowing, full over, curl, high pull, triceps stretch (Bill
Reynolds, 1976:74). Bentuk latihan ini dilakukan selama 3 set dalam (8 – 12 repetisi).
Sedangkan metoda latihan dengan menggunakan elastic tubing pelaksanaannya sama hanya
perangkat yang digunakannya berbeda. Dalam latihan ini digunakan elastic tubing atau
karet elastic sebagai bentuk latihan tahanan. Robert Romero (1997:3) mengatakan: “An
excellent type of exercise to perform prior to shooting is the use of elastic tubing to create
resistance which will help to stretch and strengthen the muscle”. Metoda latihan yang
menggunakan elastic tubing, bisa dibuat dengan mudah misalnya dari ban dalam sepeda,
11
atau karet mentah yang biasa dijual di toko-toko. Jenis latihan ini dilakukan menurut
program tersendiri dan sebelum melakukan tembakan, program ini dilakukan selama 3 set
sebanyak 15 repetisi dengan tetap menerapkan sistem overloads (dengan cara mengatur
tingkat elastisitas karet atau menambah jumlah repetisi). Latihan ini sangat bermanfaat
untuk meningkatkan tahanan secara perlahan sehingga otot mendapat rangsangan sehingga
otot menjadi kuat.
METODA
Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen, di mana
peneliti mengadakan percobaan untuk melihat hasil. Hasil tersebut, akan menegaskan
bagaimana kedudukan hubungan kausal antara variable-variabel yang diselidiki. Adapun
desain eksperimen yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah model pretest-
posttest group design dengan dua macam perlakuan. Dalam model tersebut, terdapat dua
jenis perlakuan pada dua kelompok eksperimen, dengan model ini peneliti ingin mengecek
ada tidaknya pengaruh pretest terhadap posttest, atau dengan kata lain peneliti ingin
mengecek ada tidaknya “carry-over effect” dan “practice effect” dari adanya pretest.Untuk
lebih jelas mengenai design tersebut dapat dilihat pada Gambar1.
E1 : O1 X O2
E2 : O1 X O2
12
Gambar 1: Desain Penelitian Pretest-Posttest Group Design
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan kepelatihan angkatan tahun
2004, sedangkan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa putra yang
sudah menempuh mata kuliah panahan pada semester ganjil yang diambil secara random,
sehingga didapat sampel sebanyak 30 orang mahasiswa.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan shooting atau
scoring pada jarak 30 meter. Data yang telah diperoleh dari hasil pengukuran, selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan statistik dengan uji kesamaan dua rata-rata (uji t), dengan
bantuan program statistic excel 2003. Uji t ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui
perbedaan peningkatan prestasi memanah dari kedua metoda latihan yang diujicobakan
yaitu metoda latihan beban dan metoda latihan elastic tubing.
HASIL
Berdasarkan hasil analisis uji t dengan menggunakan program Excel 2003,
diperoleh hasil analisis sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah metoda latihan beban memberi pengaruh signifikan
terhadap peningkatan prestasi memanah jarak 30 meter? Maka harus dilakukan analisis
variasi data (homogenitas data) dengan uji F tes two-sample for variances. Uji ini bertujuan
13
untuk menentukan uji statistic selanjutnya apakah menggunakan uji t test: two sample
assuming equal variances atau uji t test: two sample assuming unequal variances.
Untuk menguji variasi data (homogenitas data) pada kelompok metoda latihan
beban diketahui:
Hipotesis = Ho : σ12 = σ22
Hi : σ12 ≠ σ22
F-Test Two-Sample for Variances
Pretest Posttest
Mean 257.3793103 261.4827586
Variance 218.6724138 584.1157635
Observations 29 29
df 28 28
F 0.374364856
P(F<=f) one-tail 0.005740942
F Critical one-tail 0.531326982
Berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh P value sebesar 0.005740942 < α 0.05,
berarti Hi diterima, artinya tidak terdapat perbedaan variasi data (data homogen) pada
kelompok metoda latihan beban. Karena hasil penghitungan uji F, tidak terdapat perbedaan
14
variasi data pada kelompok metoda latihan beban, maka uji selanjutnya mengunakan uji t
test: two sample assuming unequal variances).
Hipotesis : Ho : µA ≥ µB
Hi : µA < µB
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Pretest Posttest
Mean 257.3793103 261.4827586
Variance 218.6724138 584.1157635
Observations 29 29
Hypothesized Mean Difference 0
df 46
t Stat -0.779915369
P(T<=t) one-tail 0.219717663
t Critical one-tail 1.678658919
P(T<=t) two-tail 0.439435325
t Critical two-tail 2.012893674
15
Berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh P value sebesar 0.219717663 > α 0.05,
berarti Ho diterima, artinya terdapat pengaruh signifikan antara metoda latihan beban
terhadap peningkatan prestasi memanah jarak 30 meter.
2. Untuk mengetahui apakah metoda latihan elastic tubing memberi pengaruh
signifikan terhadap peningkatan prestasi memanah jarak 30 meter? Pertama yang harus
dilakukan adalah menganalisis variasi data (homogenitas data) dengan F tes two-sample for
variances, diketahui:
Hipotesis = Ho : σ12 = σ22
Hi : σ12 ≠ σ22
F-Test Two-Sample for Variances
Pretest Posttest
Mean 255.1724138 258.5517241
Variance 476.0763547 169.8275862
Observations 29 29
df 28 28
F 2.803292241
P(F<=f) one-tail 0.004060492
F Critical one-tail 1.882078493
16
Berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh P value sebesar 0.004060492 < α 0.05,
berarti Hi diterima, artinya tidak terdapat perbedaan variasi data (data homogen) pada
kelompok metoda latihan elastic tubing. Karena hasil penghitungan Uji F, tidak terdapat
perbedaan variasi data pada kelompok metoda latihan elastic tubing, maka uji selanjutnya
mengunakan uji t test: two sample assuming unequal variances).
Hipotesis : Ho : µA ≥ µB
Hi : µA < µB
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Pretest Posttest
Mean 255.1724138 258.5517241
Variance 476.0763547 169.8275862
Observations 29 29
Hypothesized Mean Difference 0
df 46
t Stat -0.716049605
P(T<=t) one-tail 0.238790096
t Critical one-tail 1.678658919
P(T<=t) two-tail 0.477580191
t Critical two-tail 2.012893674
17
Berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh P value sebesar 0.238790096 > α 0.05,
berarti Ho diterima, artinya terdapat pengaruh signifikan antara metoda latihan elastic
tubing terhadap peningkatan prestasi memanah jarak 30 meter.
3. Untuk melihat metoda mana yang lebih baik diantara kedua metoda tersebut
terhadap peningkatan prestasi memanah, peneliti menganalisis data dari hasil selisih skor
pretest-posttest dari kedua kelompok.
Hipotesis : Ho : µ Beban ≥ µ Elastic
Hi : µ Beban < µ Elastic
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Latihan Beban Latihan Elastic Tubing
Mean 9.482758621 7.482758621
Variance 49.54433498 78.40147783
Observations 29 29
Hypothesized Mean Difference 0
df 53
t Stat 0.952173205
P(T<=t) one-tail 0.172665765
t Critical one-tail 1.674115993
18
P(T<=t) two-tail 0.34533153
t Critical two-tail 2.005745046
Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh P value sebesar 0.172665765 > α 0.05,
berarti Ho diterima, artinya terdapat pengaruh signifikan kedua metoda latihan terhadap
peningkatan prestasi memanah jarak 30 meter. Dengan kata lain, kedua metoda tersebut
sama-sama efektif untuk meningkatkan prestasi memanah jarak 30 meter.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian terhadap hipotesis, ternyata kedua
metoda latihan yang diujicobakan sama-sama memberi pengaruh signifikan terhadap
peningkatan prestasi memanah jarak 30 meter, karena kedua metoda latihan yang
diterapkan dalam penelitian ini mengacu kepada prinsip spesifikasi latihan. Para ahli
menegaskan bahwa untuk mengembangkan unsur kekuatan tidak hanya spesifik pada
kelompok otot tertentu yang dilatih melainkan juga spesifik pada pola gerak yang
dihasilkan. Sehingga kedua metoda tersebut dapat membantu meningkatkan kekuatan otot
serta kemampuan menarik busur karena proses latihannya dilakukan dengan melibatkan
otot-otot yang bekerja secara spesifik pada gerakan memanah.
Kondisi fisik sangat diperlukan dalam setiap cabang olahraga khususnya dalam
olahraga panahan. Tanpa kondisi fisik yang baik, latihan teknik dan taktik tidak akan
19
berarti sama sekali. Metoda latihan beban dapat digunakan untuk melatih kekuatan dan
daya tahan otot, karena dalam prosesnya otot harus membangkitkan tegangan terhadap
suatu tahanan. Metoda latihan beban dan metoda latihan elastic tubing merupakan
kombinasi latihan beban yang pola kontraksinya adalah isotonic dan isometric, yang
disesuaikan dengan pola gerak memanah. Metoda latihan beban tersebut, diantaranya
machine pulldowns, bent press, bent over rowing, seated pulley rowing, pull over, curl,
high pull, triceps stretch, bentuk latihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kekuatan
dan daya tahan otot secara spesifik untuk gerakan memanah. Begitupun metoda latihan
elastic tubing merupakan bentuk latihan tahanan yang sangat sempurna dan tepat
ditampilkan dalam gerak memanah sehingga dapat membantu meregang dan meningkatkan
kekuatan otot yang berguna untuk melakukan gerakan menarik pada saat melakukan
tembakan.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) metoda
latihan beban memberi pengaruh signifikan terhadap peningkatan prestasi memanah jarak
30 meter; 2) metoda latihan elastic tubing memberi pengaruh signifikan terhadap
peningkatan prestasi memanah jarak 30 meter; 3) metoda latihan beban dan latihan elastic
20
tubing keduanya sama-sama memberi pengaruh signifikan terhadap peningkatan prestasi
memanah jarak 30 meter dalam cabang olahraga panahan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, peneliti dapat mengajukan saran kepada
para pelatih dan pembina cabang olahraga panahan yang ingin meningkatkan kemampuan
dalam menampilkan teknik memanah yang benar dan meningkatkan prestasi memanah,
latihlah kekuatan dan daya tahan otot pemanah secara intensif dengan menerapkan metoda
latihan yang relevan dengan karakteristik cabang olahraga tersebut, yaitu metoda latihan
beban dan metoda latihan elastic tubing. Karena kedua metoda latihan tersebut sudah jelas
teruji dan sama-sama memberi pengaruh signifikan terhadap peningkatan prestasi memanah
khususnya pada jarak 30 meter.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L. Edward (1985). Experimental Design in Psychological Research. New York:
Harper & Row, Publishers.
Bill Reynolds (1976). Complete Weight Training Book. California: Mounstain View.
Bompa, Tudor (1990). Theory and Metodology of Training. Second Edition. Canada.
Kendall/Hunt Publishing Company.
Consumer Guide, et al. (1978). The Complete Guide to Building a Better Body. New York:
Publications International, Ltd.
21
Fox, Edward, L (1984). Sport Psychology. New York: WB. Sander Company.
Furqon, et al. (2003). Analisis Kebutuhan Fisik dan Implikasi Latihan dalam Olahraga
Panahan. Jurnal IPTEK Olahraga. Volume 5, Nomor 2, Pusat Pengkajian dan
Pengembangan IPTEK Olahraga. Dirjen Olahraga Depdiknas.
Gregory, J. R. et al. (1999). Preventing Rotator Cuff Injury and Reaching Optimal Athletic
Performance in Archery Through Resistance Exercise. Paper Presentation in Coaches
Education. IOC. Olympic Solidarity Programme.
Harsono (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologisnya dalam Coaching. Jakarta: CV.
Tambak Kusuma.
Hidayat, Imam (2003). Biomekanika. Bandung: PPS Universitas Pendidikan Indonesia.
Kisik Lee (2005). Total Archery. Australian Institute of Sport.
Mann, D. L. (1994). Injuries in Archery. Clinical Practice of Sports Injuries Prevention
and Care. London: P. A. F. H. Renstrom.
Muchtamadji, A. (1999). Olahraga Panahan Ronde Tembak Sasaran. FPOK IKIP
Bandung.
Robert Romero (1997). Injury Preventing in The Sport of Archery. IOC. Olympic Solidarity
Programme.
Seidel, Beverly, et al. (1975). Sport Skill: A Conceptual Approach to Meaningful
Movement. Dubuque, Iowa: WM.C. Brown Company Publishers.
22
Sudrajat Prawirasaputra (2000). Teori dan Metodologi Latihan Olahraga. Bandung: FPOK
UPI.
Surakhmad, Winarno (1992). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.