PENERAPAN ENVIRONMENTAL ACCOUNTING DALAM UPAYA … · 2019. 5. 11. · rumah sakit. Sudah...
Transcript of PENERAPAN ENVIRONMENTAL ACCOUNTING DALAM UPAYA … · 2019. 5. 11. · rumah sakit. Sudah...
PENERAPAN ENVIRONMENTAL ACCOUNTING DALAM UPAYA
PENCEGAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT
(STUDI EMPIRIS PADA RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin
Makassar
Oleh:
JULIANA M.
10800113113
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2018
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Juliana M.
Nim : 10800113113
Tempat/Tgl. Lahir : Sinjai, 07 Juli 1995
Jur/Prodi/Konsentrasi : Akuntansi
Fakultas/Program : Ekonomi dan Bisnis Islam
Alamat : Jl. Makmur Kel. Karuwisi Kecamatan Panakukkang Kota
Makassar
Judul : Penerapan Environmental Accounting dalam Upaya
Pencegahan Limbah Rumah Sakit (Studi Empiris pada
Rumah Sakit Islam Faisal)
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini
adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa iya merupakan
duplikat, tiruan atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka
skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Makassar, Januari 2018
Penyusun
Juliana M.
10800113113
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT karena dengan
rahmat dan hidayahnyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai
dengan harapan dengan penuh perjuangan dan kebanggan yang berjudul
“Penerapan Environmental Accounting Dalam Upaya Pencegahan Limbah Rumah
sakit (Studi Empiris Pada Rumah Sakit Islam Faisal)”. Skripsi ini disusun sebagai
bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi Jurusan
Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islama Negeri
Alauddin Makassar. Sejuta shalawat dan salam dengan tulus kami hanturkan
kepada junjungan nabi Muhammad SAW Rasul yang menjadi panutan sampai
akhir masa.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dan dukungan yang
sangat berarti dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, secara khusus penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua
tercinta ayahanda Marsuki dan Ibunda Ratnawati yang rela mempertaruhkan
seluruh hidupnya demi kesuksesan anaknya, yang telah melahirkan,
membesarkan, mendidik dan selalu memberi nasehat dan dukungan baik secara
moril maupun materil dengan sepenuh kasih sayang kepada penulis. Selain itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai
pihak, diantaranya:
x
1. Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
2. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Makassar.
3. Jamaluddin M, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Makassar.
4. Memen Suwandi., SE., M.Si selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
5. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag selaku pembimbing I dan Jamaluddin M,
S.E., M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan perhatian
di tengah kesibukkan untuk memberikan pengarahan, bimbingan serta
kesabaran hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
6. Saiful, S.E., M. SA, Ak selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi
kepada penulis selama duduk di perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Makassar.
7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam
Negeri Makassar yang telah memberikan pengetahuan selama penulis duduk
di bangku perkuliahan.
8. Kakakku tercinta, Pratu Abd. Rahman, Amd. Kep dan adekku tercinta Fitriani
yang telah memberi semangat, doa, kasih sayang, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
xi
9. Terima kasih kepada Pratu Rusdi, yang selalu memberikan semangat, doa dan
dukungan, hingga selesainya skripsi ini.
10. Sahabatku dibangku kuliah (Faradillah Djuma, Asmirawati Achmad, Radhiah
Abdurrahim, Risma, Asmiwati, Sukmawati, dan Nurul Azisah) Terima kasih
untuk semangat, doa dan kebersamaan serta dukungan selama ini. Semoga
Allah senantiasa menjaga dan memperkuat tali persahabatan kita.
11. Terima Kasih kepada teman-teman posko KKN Desa Bonto Loe.
12. Teman-teman kelas Akuntansi c angkatan 2013 yang saya kasihi, terima kasih
perjuangan 9 semester ini yang selalu menemaniku, mengisi hari-hariku.
Terima kasih kebersamaannya, dukungan moral, perhatian, canda tawa,
semoga persahabatan kita kekal selamanya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi penulisan yang baik di masa mendatang. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Samata, Januari 2018
Peneliti,
Juliana M.
10800113113
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
ABSTRAK ......................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian................................................................................... 7
D. Kegunaan penelitian .............................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Legitimasi .................................................................................. 10
B. Teori Stakeholder ................................................................................ 12
C. Khalifah Fil Ardh ................................................................................ 12
D. Pencemaran Lingkungan ..................................................................... 14
E. Limbah Rumah Sakit ........................................................................... 15
F. Konsep Pengelolaan Lingkungan ........................................................ 20
G. Akuntansi Lingkungan ....................................................................... 22
H. Fungsi Akuntansi Lingkungan ............................................................ 25
I. Akuntansi Lingkungan Sebagai Strategi Pengelolaan Lingkungan .... 27
J. Perlakuan Akuntansi Lingkungan Terkait Dengan Biaya
Pengelolaan Limbah ............................................................................ 29
K. Akuntansi Lingkungan Dalam Perspektif Islam ................................ 35
L. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 38
M. Kerangka Pikir..................................................................................... 41
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Tempat Penelitian ................................................................ 43
B. Pendekatan Penelitian ......................................................................... 44
C. Waktu Penelitian ................................................................................. 44
D. Sumber Data ........................................................................................ 44
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 45
F. Instrument Penelitian........................................................................... 47
G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 47
H. Uji Keabsahan Data ............................................................................. 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum lokasi Penelitian .................................................... 50
B. Hasil Penelitian ................................................................................... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 80
B. Saran ................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir ....................................................... 42
Gambar 1.2 Struktur Organisasi ............................................................ 57
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Manuskrip
Lampiran 2: Laporan Biaya Kebersihan Dan Sanitasi Rumah Sakit Islam Faisal
Lampiran 3: SPO Pembuangan Sampah Medis & Non Medis
Lampiran 4: SPO Pengoperasian Pengelolaan Air Limbah
Lampiran 5: Berita Acara Penerimaan Limbah
Lampiran 6: Surat Penyelesaian Penelitian
Lampiran 7: Dokumentasi
Lampiran 8: Struktur Organisasi
Lampiran 9: SK Bimbingan
Lampiran 10: SK Kompren
Lampiran 11: SK Seminar Hasil
Lampiran 12: Persetujuan Pembimbing Seminar Proposal
Lampiran 13: Persetujuan Pembimbing Seminar Hasil
Lampiran 14: Persetujuan Pembimbing dan Penguji Seminar Munaqasyah
Lampiran 15: Undangan Seminar Proposal
Lampiran 16: Undangan Seminar Hasil
Lampiran 17: Pengesahan Proposal
Lampiran 18: Surat Permohonan Seminar Proposal
Lampiran 19: Surat Permohonan Ujian Kompren
xvi
Lampiran 20: Surat Permohonan Ujian Hasil
Lampiran 21: Surat Permohonan Izin Meneliti
Lampiran 22: Surat Izin Meneliti
Lampiran 23: Berita Acara Seminar Hasil
xvii
ABSTRAK
Nama Penyusun : JULIANA M.
NIM : 10800113113
Judul Skripsi : Penerapan Environmental Accounting Dalam Upaya
Pencegahan Limbah Rumah Sakit (Studi Empiris Pada
Rumah Sakit Islam Faisal Makassar)
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar. Adapun
tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana proses pengelolaan limbah dan
bagaimana penerapan akuntansi lingkungan dalam upaya pencegahan limbah di
Rumah Sakit islam Faisal Makassar. Akuntansi lingkungan mencakup
pengidentifikasian biaya dan manfaat dari aktivitas konservasi lingkungan,
penyediaan sarana atau cara terbaik melalui pengukuran kuantitatif, untuk
mendukung proses komunikasi agar mencapai pembangunan yang berkelanjutan,
memelihara hubungan menguntungkan dengan komunitas serta meraih efektivitas
dan efisiensi dari aktivitas konservasi lingkungan.
Metode dan teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah dengan metode kualitatif deskriptif dan wawancara langsung dengan
bagian Istalasi Pengelolaan Air Limbah dan bagian akuntansi terkait dengan
biaya pengelolaan lingkungan. sedangkan data berasal dari dokumentasi dan data
internal Rumah Sakit Islam Faisal Makassar.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Islam Faisal
Makassar ditemukan bahwa rumah sakit telah mengelola lilmbahnya dan
mengidentifikasi biaya limbah, pengakuan dilakukan ketika sudah mendapatkan
manfaat, sedangkan pengkuran dilakukan berdasarkan biaya yang telah
dikeluarkan dengan menentukan besarnya rupiah yang di bayarkan. Penyajian
dilakukan secara bersama-sama dalam laporan keuangan, dan melakukan
penyajian dan pengungkapan mengenai biaya pengelolaan lingkungan.
Dengan penelitian ini, diharapkan Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
menerapkan akuntansi lingkungan.
Kata Kunci :environmental accounting, limbah ruma
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerusakan lingkungan mulai banyak dirasakan oleh masayarakat di dunia
seiring dengan perkembangan sektor industri. Bersamaan dengan berkembangnya
sektor industri maka banyak ditemukan dampak negatif yang ditimbulkan oleh
aktivitas manusia. Di satu sisi, pertumbuhan industri tersebut memang berdampak
positif, yaitu bertambahnya lapangan pekerjaan, sehingga pertumbuhan
ekonomipun otomatis juga akan meningkat. Tapi di sisi lain, ada dampak negatif
yang ditimbulkan dan mempengaruhi kelestarian lingkungan, yaitu ketika
beberapa pabrik-pabrik tersebut tidak menghiraukan kelestarian lingkungan alam
dengan membuang limbah cair ke sungai tanpa proses pengelolaan limbah yang
berwawasan lingkungan (Aniela, 2012). Hal ini tentunya akan merugikan manusia
dan juga ekosistem di sekitar lingkungan tersebut.
Pada era globalisasi saat ini, isu tentang kerusakan alam dan pemanasan
global menjadi perhatian yang serius. Bumi yang sudah tidak sehat lagi
menunjukkan berbagai macam gejala, seperti kondisi cuaca yang tidak normal
dan teratur, bencana alam di berbagai tempat, dan semacamnya. Hal tersebut
merupakan salah satu dampak dari kerusakan lingkungan. Lingkungan merupakan
instrumen penting yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan produksi suatu
perusahaan, karena adanya hubungan sebab akibat antara proses produksi, barang
yang dihasilkan dan lingkungan (Mardikawati, 2014). Suatu kegiatan produksi
2
menghasilkan barang yang akan dikonsumsi dan dinikmati oleh konsumen, tetapi
dalam proses produksi tersebut menimbulkan dampak pencemaran yang tidak dapat
dihindari, yang disebabkan oleh bahan yang digunakan maupun dampak dari
penggunaan alat-alatnya.
Kerusakan lingkungan yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh lingkungan
itu sendiri, tetapi kerusakan tersebut kemungkinan besar dapat pula terjadi akibat
dari kegiatan manusia. Kerusakan lingkungan akibat ulah manusia biasanya melalui
aktivitas-aktivitas mereka untuk menunjang hidup yakni melalui aktivitas bisnis.
Aktivitas bisnis dalam skala besar berbentuk sebuah perusahaan (Megananda, 2016).
Perusahaan dianggap sebagai salah satu penyebab kerusakan lingkungan, karena
perusahaan cenderung mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan.
Dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan
hidup, limbah diartikan sebagai proses masuknya mahluk hidup atau zat dan energi
maupun komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan itu
tidak dapat berfungsi sesuai dengan fungsinya. Maka dari itu perusahaan mulai
menerapkan pengelolaan lingkungan sebagai upaya untuk mengurangi dampak
negatif dari kegiatan operasionalya. Dengan melakukan pengelolaan lingkungan
maka hal tersebut menjadi bentuk tanggung jawab perusahaan dalam mengatasi
masalah limbah hasil operasional perusahaan. Pengelolaan limbah operasional
perusahaan tersebut dilakukan dengan cara tersistematis melalui proses yang
3
memerlukan biaya khusus sehingga perusahaan melakukan pengalokasian nilai biaya
tersebut dalam pencatatan keuangan perusahaan. Dengan begitu perusahaan perlu
menerapkan suatu sistem yang dapat menjadi kontrol terhadap tanggung jawab
perusahaan pada lingkungan tempat perusaaan beroperasi (Islamey, 2016).
Menurut Paramita 2007 (dalam Sitepu, 2015) Masalah lingkungan erat sekali
hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang
sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini sarana pelayanan
kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan tersebut. Sarana pelayanan
kesehatan merupakan tempat bertemunya kelompok masyarakat penderita penyakit,
kelompok masyarakat pemberi pelayanan, kelompok pengunjung dan kelompok
lingkungan sekitar. Adanya interaksi di dalamnya memungkinkan menyebarnya
penyakit bila tidak didukung dengan kondisi lingkungan yang baik dan saniter.
Pesatnya pertumbuhan industri pelayanan kesehatan di Indonesia memberikan
kontribusi signifikan dalam menghasilkan limbah (Rahno, 2015). Rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat (Depkes RI, 2009). Dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, institusi rumah sakit secara langsung menghasilkan limbah buangan
berbentuk padat, cair dan gas yang berasal dari pelayanan medis.
Jika masyarakat yang bermukim di sekitar rumah sakit menganggap pihak
rumah sakit tidak memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya bahkan tidak
memberikan kontribusi secara langsung, tetapi hanya memberikan dampak negatif
4
dari aktivitas rumah sakit tersebut maka akan terjadi suatu gejolak sosial ditengah-
tengah masyarakat salah satu permasalahan yang menjadi topik utama dalam
masyarakat adalah masalah pencemaran yang ditimbulkan oleh kegiatan operasional
rumah sakit. Sudah seharusnya rumah sakit bertanggung jawab terhadap lingkungan
sekitarnya (Noor, 2016).
Pembahasan tentang dampak lingkungan tentunya akan menjadi topik yang
menarik yang harus diatasi seperti halnya dengan dampak lingkungan yang ada di
rumah sakit. Hal ini disebabkan karena rumah sakit merupakan sebuah organisasi
yang menyediakan sarana dan bantuan medis atau kesehatan serta yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Sakdiyah, 2017). Rumah sakit merupakan
organisasi yang harus dapat memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat,
sudah sepantasnya mengendalikan limbahnya yang justru akan berdampak pada
penyebaran wabah penyakit. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
layanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta
penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah
ditetapkan. Menciptakan lingkungan yang sehat seharusnya menjadi salah satu
misi organisasi yang bergerak di bidang kesehatan. Sehingga penerapan
akuntansi dan manajemen lingkungan menjadi tuntutan penting yang harus
dilakukan (Aminah, 2014). Menurut Widiastuti 2011:14 (dalam Kusumawati, 2015)
5
limbah rumah sakit merupakan segala limbah yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya baik berupa medis maupun non medis.
Rumah sakit pun dituntut untuk mempertanggungjawabkan segala kegiatan
operasionalnya sebagai bentuk tanggungjawab terhadap lingkungan di sekitar
perusahaan.
Permasalahan ini menjadikan perkembangan ilmu akuntansi pun berkembang
yang selama ini hanya memberikan informasi tentang kegiatan perusahaan kepada
pihak ketiga (stakholders dan bondholders), yang mempunyai kontribusi langsung
bagi perusahaan, sedangkan pihak lain sering diabaikan. Adanya tuntutan ini, maka
akuntansi bukan hanya merangkum informasi tentang hubungan perusahaan dengan
pihak ketiga, tetapi juga dengan lingkungannya. Lingkungan yang ikut dalam proses
berjalannya perusahaan. Akuntansi sebagai alat pertanggungjawaban atas sumber
daya ekonomi yang digunakan oleh perusahaan disajikan dalam bentuk laporan
keuangan. Ilmu akuntansi ini disebut dengan akuntansi lingkungan. Istilah akuntansi
lingkungan pertama kali digunakan oleh R. Gray et al. (Kamieniecka,2013) Gray,
Bebbington dan Walters mendefinisikan lingkungan akuntansi sebagai alat
manajemen yang menangani semua bidang akuntansi yang mungkin terpengaruh
oleh respon organisasi bisnis untuk lingkungan, termasuk area baru ekonomi-
akuntansi. Akuntansi lingkungan merupakan perkembangan dari akuntansi sosial
sebagai bentuk tanggung jawab sosial (Sudarno, 2015).
Menurut Environmental Accounting Guidelines 2005:3 (dalam Panggabean,
2012) akuntansi lingkungan mencakup pengidentifikasian biaya dan manfaat dari
6
aktivitas konservasi lingkungan, penyediaan sarana atau cara terbaik melalui
pengukuran kuantitatif, untuk mendukung proses komunikasi agar mencapai
pembangunan yang berkelanjutan, memelihara hubungan menguntungkan dengan
komunitas serta meraih efektivitas dan efisiensi dari aktivitas konservasi lingkungan.
Akuntansi sebagai alat pertanggungjawaban atas sumber daya ekonomi yang
digunakan oleh perusahaan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Di Indonesia
dalam hal praktik pengungkapan mengenai akuntansi lingkungan masih belum
efektif karena tidak diatur secara khusus dalam standar akuntansi. Pelaporan biaya
lingkungan masih bersifat sukarela dan di luar standar akuntansi keuangan (Effendi,
2016).
Seluruh sumber daya, baik sumber daya manusia (SDM) ataupun sumber
daya alam (SDA) adalah mutlak milik Allah Semuanya diciptakan dalam suasana
keseimbangan yang harmonis. Untuk menjaga keharmonisan tersebut, Allah memilih
manusia menjadi pengelolanya, atau yang lebih dikenal sebagai khalifah fil-ardh
(khalifah dimuka bumi). Keseimbangan dan keserasian harus dijaga agar tidak
mengalami kerusakan (Harapah, 2015). Ke-khalifahan merupakan amanat atau
tugas mengelola bumi secara bertanggungjawab, dan harus sesuai dengan
petunjuk dari yang memberikan tugas tersebut dengan mempergunakan akal yang
telah dianugerahkan Allah kepadanya (Hariyanto, 2015).
Kedudukan manusia di muka bumi ini adalah sebagai khalifah Allah atau
pengganti Allah, yang diberi tugas untuk memelihara dan melestarikan alam,
mengambil manfaat, serta mengelola kekayaan alamnya sehingga terwujud
7
kedamaian dan kesejahteraan segenap manusia. Rumah sakit islam faisal adalah
organisai yang bergerak di bidang jasa kesehatan, dan rumah sakit milik organisasi
islam kota Makassar yang berupa RSU dinaungi oleh islam dan terletak di Jalan
Faisal No. 18A kota Makassar. Dalam proses pelayanan jasa Rumah Sakit Islam
Faisal berpotensi mengahasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan oleh Rumah
Sakit Faisal adalah limbah medis berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah
yang dihasilkan harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan dampak
negatif bagi pasien, pengunjung, pegawai rumah sakit, dan masyarakat sekitar
rumah sakit.
B. Rumusan Masalah
Dalam pengelolaan limbah, rumah sakit perlu menerapkan akuntansi
lingkungan untuk mendukung kegiatan operasional terutama dalam pengelolaan
limbah sehingga akuntansi lingkungan ini akan menjadi kontrol terhadap
tanggung jawab rumah sakit (Islamey, 2016). Limbah yang dihasilkan harus
dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi pasien,
pengunjung, pegawai rumah sakit, dan masyarakat sekitar rumah sakit. Maka dari
itu, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep pengelolaan lingkungan dalam upaya pencegahan limbah di
Rumah Sakit?
2. Bagaimana implementasi akuntansi lingkungan dalam upaya pencegahan limbah
di Rumah Sakit?
C. Tujuan Penelitian
8
Adapun tujuan penulisan berdasarkan rumusan masalah di atas adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konsep pengelolaan lingkungan dalam upaya pencegahan
limbah di Rumah Sakit.
2. Untuk mengetahui implementasi akuntansi lingkungan dalam upaya pencegahan
limbah di Rumah Sakit.
D. Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan juga
sumber informasi untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini menggunakan
teori stakeholder dan teoti legitimasi yang menyatakan bahwa
organisasi/perusahaan secara berkesinambungan harus memastikan apakah
mereka telah beroperasi di dalam norma–norma yang dijunjung masyarakat
dan memastikan bahwa aktivitas mereka bisa diterima pihak luar
(dilegitimasi). stakeholders theory mengatakan bahwa perusahaan bukanlah
entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus
memberikan manfaat bagi stakeholder-nya
2. Kegunaan Praktis
Dengan penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangsi pada
organisasi agar menerapkan akuntansi lingkungan, sehingga dapat meningkatkan
citra rumah sakit yaitu, menciptakan rumah sakit yang ramah lingkungan.
9
Rumah sakit dapat menjadikan sebagai bahan pertimbangan rumah sakit dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya terutama masalah biaya lingkungan dalam
kaitannya terhadap kepedulian dan tanggungjawab sosial terhadap lingkungan
terutama dalam hal pengelolaan limbah. Selain itu, diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak yang harus diperoleh. Dan
bagi penulis diharapkan dapat menambah wawasan tentang konsep akuntansi
lingkungan yang merupakan konsep baru dalam akuntansi.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Legitimasi
Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan
masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari
perusahaan dari masyarakat. Teori legitimasi menjelaskan bahwa perusahaan
beroperasi dalam lingkungan eksternal yang berubah secara konstan dan mereka
berusaha meyakinkan bahwa perilaku mereka sesuai dengan batas-batas dan
norma masyarakat Brown dan Deegan 1998 (dalam Ratnasari, 2011). Berdasarkan
hal tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan perusahaan harus memiliki nilai-nilai
sosial yang selaras dengan nilai-nilai masyarakat. Ketika nilai-nilai yang dianut
perusahaan berbeda dengan nilai-nilai masyarakat, legitimasi perusahaan akan
berada pada posisi terancam.
Legitimasi teori merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang dan
kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitarnya baik
fisik maupun nonfisik. Perusahaan bisa ada dalam suatu masyarakat karena adanya
dukungan dari masyarakat, oleh sebab itu perilaku perusahaan dan cara yang
digunakan perusahaan saat menjalankan bisnis harus berada dalam bingkai
pedoman yang ditetapkan masyarakat (Wardani, 2013). Legitimasi Organisasi
dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan
sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Legitimasi
dalam bentuk umum memberikan pandangan yang penting terhadap praktek
11
pengungkapan sosial perusahaan (Nur, 2012). Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa legitimasi berisi tentang hal-hal yang bermanfaat bagi perusahaan untuk
keberlangsungan hidup perusahaan yang dapat dilihat dari kinerja perusahaan itu
sendiri.
Legitimasi teori menyatakan bahwa organisasi harus secara terus menerus
mencoba untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai dengan
batasan dan norma-norma masyarakat. Legitimasi dianggap sebagai asumsi bahwa
tindakan yang dilakukan suatu entitas merupakan tindakan yang diinginkan, pantas
atau sesuai dengan sistem, norma, nilai, kepercayaan dan definisi yang
dikembangkan secara sosial (Rawi dan Munandar, 2010 dalam Rustiarini, 2011).
Lindblom 1994 (dalam Nur, 2012) menyatakan bahwa suatu organisasi mungkin
menerapkan empat strategi legitimasi ketika menghadapi berbagai ancaman
legitimasi. Oleh karena itu, untuk menghadapi kegagalan kinerja perusahaan seperti
kecelakaan yang serius atau skandal keuangan organisasi mungkin:
1) Mencoba untuk mendidik stakeholdernya tentang tujuan organisasi untuk
meningkatkan kinerjanya.
2) Mencoba untuk merubah persepsi stakeholder terhadap suatu kejadian tetapi
tidak merubah kinerja aktual organisasi).
3) Mengalihkan (memanipulasi) perhatian dari masalah yang menjadi perhatian
(mengkonsentrasikan terhadap beberapa aktivitas positif yang tidak
berhubungan dengan kegagalan-kegagalan).
4) Mencoba untuk merubah ekspektasi eksternal tentang kinerjanya.
12
B. Teori Stakeholders
Hal pertama mengenai teori stakeholder adalah bahwa stakeholder adalah
sistem yang secara eksplisit berbasis pada pandangan tentang suatu organisasi dan
lingkungannya, mengakui sifat saling mempengaruhi antara keduanya yang
kompleks dan dinamis. Stakeholder dan organisasi saling mempengaruhi, hal ini
dapat dilihat dari hubungan sosial keduanya yang berbentuk responsibilitas dan
akuntabilitas. Oleh karena itu organisasi memiliki akuntabilitas terhadap
stakeholdernya Perusahaan adalah bagian dari beberapa elemen yang membentuk
masyarakat dalam sistem sosial. Kondisi tersebut menciptkan sebuah hubungan
timbal balik antara perusahaan dan para stakeholder. Hal ini berarti perusahaan harus
melaksankan peranannya secara dua arah yaitu untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan itu sendiri maupun stakeholders. Satakeholders merupakan individu,
sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun
secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan.
Ghozali dan Chariri (2007) dalam Muid,( 2011) menjelaskan bahwa stakeholders
theory mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk
kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya
(pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan
pihak lain).
C. Khalifah Fil Ardh
Selain dari tujuan penciptaan manusia untuk tunduk dan patuh kepada Allah,
tujuan lain yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai wakil Allah dimuka
13
bumi (Khalifatullah Fil Ardh). Tujuan penciptaan manusia ini juga mengandung
tugas dan fungsi manusia sebagai khalifah fil ard. Karena Allah adalah zat yang
menguasai dan memelihara alam semesta, maka tugas utama manusia sebagai
wakil Tuhan adalah menata dan memelihara serta melestarikan dan menggunakan
alam sebaik-baiknya untuk kesejahteraan hidupnya (Farida, 2015). Khalifah fil ardh
dapat diartikan mengemban amanat yang diberikan Allah kepada manusia. Tugas
manusia dalam rangka mengemban amanat khalifah fil ardh adalah mengelola dan
memakmurkan bumi dengan menggali sumber daya alam yang ia miliki untuk
kesejahteraan manusia. Kesejahteraan yang dimaksud adalah kemampuan manusia
untuk mengambil manfaat dari kekayaan alam yang tersedia. Peran dan
tanggungjawab manusia sebagai khalifah tidak saja terbatas pada kemampuan
mengeksplorasi sumber daya alam, tetapi bagaimana agar hasil dari eksplorasi
tersebut dapat dijadikan bekal atau modal untuk melakukan perubahan dan
pengembangan masyarkat, khususnya masyarakat Islam (Hariyanto, 2015). Tugas
manusia dalam rangka mengemban amanat khalifah fil ard terkandung dalam QS.
Al-Baqarah ayat 30:
Terjemahnya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
14
Dalam ayat di atas dengan sangat jelas bahwa Allah SWT. Menjadikan
manusia sebagai khalifah di bumi. Khalifah memiliki dua makna, yaitu
menggantikan dan menguasai. Makna menggantikan dapat kita lihat pada ayat 30
surat al-Baqarah ini. Manusia diberi tugas dan tanggung jawab untuk menggali
potensi-potensi yang terdapat di bumi, mengelolahnya dan menggunakannya dengan
baik sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah. Makna khalifah yang kedua
adalah menguasai atau menjadi penguasa, selaku penguasa seorang khalifah dituntut
untuk senantiasa berbuat adil kepada masyarakat. Ketidakadalilan yang dilakukan
oleh penguasa akan memberikan akibat buruk bagi korbannya dan masyarakat secara
umum.
Untuk menjalankan misi khilafah ini manusia telah dianugerahi oleh Tuhan
kelebihan dibandingkan dengan makhluk lain, yakni kesempurnaan ciptaan dan akal
budi. Dengan berbekal akal budi (akal dan hati nurani) ini manusia mestinya mampu
mengemban amanat untuk menjadi pemimpin sekaligus wakil Tuhan di muka bumi.
Sebagai pemimpin, manusia harus bisa memelihara dan mengatur keberlangsungan
fungsi dan kehidupan semua makhluk, sekaligus mengambil keputusan yang benar
pada saat terjadi konflik kepentingan dalam penggunaan atau pemanfaatan
sumberdaya alam. Keputusan keputusan ini harus dilakukan secara adil, bukan
dengan cara memihak kepada individu atau kelompok makhluk tertentu, akan tetapi
mendholimi atau mengkhianati individu atau kelompok makhluk lainnya dalam
komunitas penghuni bumi. Ketika Umar Ibnu Khaththab Radiyallahu Anhu diangkat
menjadi menjadi Khalifah (586-644) di Madinah Semenanjung Arab dimana beliau
15
memperkenalkan konsep pengelolaan lingkungan dengan memberikan beberapa
sudut pandang; yaitu pertama, sumberdaya alam akan terancam apabila dieksploitasi
secara berlebihan, kedua, memperkenalkan pemanfaatan lahan yang telah ditingalkan
dan diberikan kepada masyarakat untuk dikelola secara produktif, ketiga, tidak
diperkenankan melakukan eksploitasi secara berlebihan terhadap sumberdaya karena
dikhawatirkan akan menganggu hak generasi berikutnya, dan keempat, melakukan
pemanfaatan tanah dengan mendistribusikan tanah yang tidak dipakai/digunakan
oleh pemiliknya selama tiga tahun kepada masyarakat secara adil sehingga dapat
menghasilkan produktivitas lahan yang baik (Fua, 2014). Prinsip-prinsip ajaran ini
dapat dieksplorasi untuk mendidik masyarakat dan meningkatkan kesadaran tentang
lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam
D. Pencemaran Lingkungan
Definisi pencemaran lingkungan menurut Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup pada Pasal 1
ayat 12 adalah Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lainnya ke dalam lingkungan hidup
oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup tersebut tidak dapat berfungsi sebagimana
peruntukkannya.
Menurut (Lutfi, 2004:6) Lingkungan biasanya diartikan sebagai sesuatu yang
ada di sekeliling kehidupan atau organisme. Lingkungan adalah kumpulan dari
segala sesuatu yang membentuk kondisi dan akan mempengaruhi secara langsung
16
maupun tidak langsung baik kepada kehidupan dalam bentuk individual maupun
kuminitas pada tempat tertentu. Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi
dalam lingkungan hidup mengalami perubahan, sehingga keseimbangan dalam hal
struktur maupun fungsinya terganggu. Ketidak seimbangan struktur dan fungsi daur
materi terjadi karena proses alam atau juga karena perbuatan manusia. Dalam abad
modern ini banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan
biologis dan kebutuhan teknologi sehingga banyak menimbulkan pencemaran
lingkungan. Manusia adalah merupakan satu-satunya komponen Lingkungan hidup
biotik yang mempunyai kemampuan untuk dengan sengaja merubah keadaan
lingkungan hidup. Dalam usaha merubah lingkungan hidupnya ini dengan bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat menimbulkan masalah yang
disebut pencemaran.
Kegiatan pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko untuk
menimbulkan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup sehingga fungsi
ekosistem menjadi terganggu dan tidak berfugsi sesuai dengan peruntukannya
(Puspitasari,2009). Oleh Karena itu, persoalan mengenai turunnya kualitas
lingkungan seperti pencemaran, kerusakan sumber daya alam, deforestasi serta
degradasi fungsi hutan, musnahnya berbagai spesies hayati, erosi, banjir bahkan
timbulnya jenis penyakit adalah akibat penurunan fungsi lingkungan. hal tersebut
diakui merupakan gejala-gejala negatif yang secara dominan dari faktor manusia itu
sendiri.
E. Limbah Rumah Sakit
17
Limbah rumah sakit adalah buangan hasil proses kegiatan dimana sebagian
limbah tersebut merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang
mengandung mikro organisme pathogen, infeksius dan radioaktif. Limbah tersebut
sebagian dapat dimanfaatkan ulang dengan teknologi tertentu dan sebagian lainnya
sudah tidak dapat dimanfaatkan kembali. Dengan demikian limbah rumah sakit
adalah semua limbah yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan rumah sakit (Sitepu,
2015). Jumlah limbah medis yang bersumber dari fasilitas kesehatan diperkirakan
semakin lama semakin meningkat. Penyebabnya yaitu jumlah rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan, maupun laboratorium medis yang terus bertambah.
Menurut keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit,
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair dan gas.
Limbah medis padat adalah limbah yang dihasilkan di rumah sakit pada
saat melakukan perawatan/ pengobatan berhubungan dengan pasien atau penelitian.
Limbah medis padat rumah sakit terdiri dari limbah infeksius (benda tajam seperti
jarum suntik bekas, pisau bekas, bekas botol obat, pembalut, perban, akegiatan dari
pengelolaan limbah padat adalah membersihkan sampah atau kotoran (cleaning)
dari sumber-sumber yang ada seperti ruangan perkantoran, kamar pasien, kamar
mandi, taman dan lain-lain (Waang, 2016).
(Maulana, 2017) beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai risiko
untuk mendapat gangguan karena buangan Rumah Sakit. Pertama, pasien yang
18
datang ke Rumah Sakit untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan
Rumah Sakit. Kelompok ini merupakan kelompok yang paling rentan. Kedua,
karyawan Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas sehariharinya selalu kontak
dengan orang sakit yang merupakan sumber agen penyakit. Ketiga, pengunjung /
pengantar orang sakit yang berkunjung ke Rumah Sakit, risiko terkena gangguan
kesehatan akan semakin besar. Keempat, masyarakat yang bermukim di sekitar
Rumah Sakit, Lebih lagi bila Rumah Sakit membuang hasil buangan Rumah Sakit
tidak sebagaimana mestinya ke lingkungan sekitarnya. Akibatnya adalah mutu
lingkungan menjadi turun kualitasnya, dengan akibat lanjutannya adalah menurunnya
derajat kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut. Untuk mempermudahnya
limbah dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori utama (Reinhardt, 1991
dalam Atik, 2011).
a. Limbah Umum
Limbah yang tidak membutuhkan penanganan khusus atau tidak berbahaya
misalnya limbah makanan atau minuman, limbah cuci, bahan pengemas.
b. Limbah Patologis
Berasal dari jaringan-jaringan organ, bagian tubuh plasenta, darah, dan cairan
tubuh dari proses bedah atau otopsi
c. Limbah lnfeksius
Limbah yang mengandung mikroorganisme patogen yang dilihat dari
konsentrasi dan kuantitasnya bila terpapar dengan manusia akan dapat menimbulkan
19
penyakit.limbah ini dapat menjadi sumber penyebaran penyakit pada petuga, pasien,
pengungjung dan masyarakat sekitar.
d. Limbah Benda-benda Tajam
Limbah benda tajam dalam hal ini adalah alat yang digunakan dalam kegiatan
rumah sakit seperti jarum suntik, pisau, gunting, dll yang terkontaminasi darah,
cairan tubuh, dan bahan mikrobiologi.
e. Limbah Farmasi
Limbah farmasi yaitu produk farmasi, obat-obatan, bahan kimia yang sudah
tidak dapat digunakan. Bisa dari obat-obatan yang kadarluarsa, ataupun obat-obatan
yang terbuang karena tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi. Obat-obatan yang dibuang masyarak ataupun pasien dan obat-
obatan yang sudah tidak dipakai lagi oleh pihak Rumah Sakit.
f. Limbah Kandungan Logam Berat Tinggi
Limbah ini berasal dari laboratorium yang digunakan untuk sebuah
pengelolaan kimiawi. Dimana kandungan logam tersebut digunakan untuk
keperluan medis.
g. Limbah Radioaktif
Limbah radioaktif adalah limbah yang terkontaminasi dengan radioisotop
yang berasal dari penggunaan medis
h. Limbah Kontainer Bertekan
20
Limbah kontainer bertekan adalah limbah yang berasal dari benda yang berisi
gas. Tentunya untuk dipergunakan di laboratorium sebagai alat pembantu untuk
pengujian atau tes mudical.
Menurut (Said, 2006) air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair
yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi: limbah
domestik cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian.
Limbah cair klinis yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit
misalnya air bekas cucian luka, cucian darah, air limbah laboratorium dan lainya.
Air limbah yang berasal dari limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber
pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah
sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi juga kemungkinan
mengandung senyawa-senyawa kimia lain serta mikro-organisme patogen yang
dapat menyebabkan penyakit terhadap masyarakat di sekitarnya. Oleh karena
potensi dampak air limbah rumah sakit terhadap kesehatan masyarakat sangat besar,
maka setiap rumah sakit diharuskan mengolah air limbahnya sampai memenuhi
persyaratan standar yang berlaku. Selain itu, karena kegiatan atau sifat pelayanan
yang diberikan, maka rumah sakit menjadi sumber segala macam penyakit yang ada
di masyarakat, bahkan dapat pula sebagai sumber distribusi penyakit karena selalu
dihuni, dipergunakan dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan lemah
terhadap penyakit. limbah cair yang berisi zat kimiawi tidak akan mampu
dinetralisir dengan baik sehingga sangat membahayakan warga sekitar rumah sakit .
F. Konsep Pengelolaan Lingkungan
21
Konsep pengelolaan lingkungan telah berkembang pesat seiring dengan
tuntutan terhadap keharmonisan dan sinergisme antara kualitas lingkungan dan laju
pembangunan. Khususnya rumah sakit, konsep pengelolaan lingkungannya
ditekankan pada pengelolaan limbah. Rumah sakit yang ramah lingkungan dapat
menjadi jawaban terhadap efesiensi dan kualitas kesehatan yang baik dan
berkesinambungan (Sunarto, 2016). Kosep pengelolaan lingkungan adalah sebagai
berikut:
1. Reduksi Pada Sumber
Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume,
konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan
secara preventif langsung pada sumber pencemar hal ini langsung memberikan
keuntungan yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya
pengelolaan limbah dan pelaksanaannya relaatif lebih murah. Reduksi atau
menghilangkan limbah dari sumbernya biasanya dilaksanakan dalam suatu proses.
Pelaksanaan rource reduction termasuk modifikasi proses operasional, mendesain
ulang produk yang dihasilkan substitusi bahan, peningkatan kemurnian bahan serta
peleksanaan daur ulang.
2. Minimisasi Limbah
Minimisasi limbah dalah suatu teknik yang memfokuskan kegiatan pada
reduksi pada sumbernya atau melakukan aktivitas daur ulang yang dapat Minimisasi
limbah juga merupakan upaya yang bertujuan untuk mengurangi limbah yang harus
diolah ditempat pengelolaan limbah maupun yang dibuang ke lingkungan, dengan
22
jalan mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan suatu proses produksi pada
sumbernya atau dengan jalan memanfaatkannya kembali.
3. Produksi Bersih dan Teknologi Bersih
Adalah suatu strategi pencegahan yang meneyeluruh dari manajemen
lingkungan yang harus diterapkan secara terus menerus dalam proses produksi.
4. Pengelolaan Kualitas Lingkungan Menyeluruh (Total Quality Environmental
Management/TQEM)
Pengelolaan Kualitas Lingkungan Menyeluruh (PKLM) merupakan konsep
baru tetapi semakin lama menjadi praktik yang penting dalam manajemen indutri.
PKLM telah membantu mengembangkan sejumlah inisiatif untuk menggabungkan
semua masalah lingkungan di semua tingkat prosespengambilan keputusan.
5. Countinous Quality improvement (CQI)
Bertujuan mengikuti atau mungkin melampaui perubahan keinginan atau
harapan pelanggan akan suatu produk atau jasa pelayana.
G. Akuntansi Lingkungan
Menurut Idris, 2012 (dalam Pratiwi, 2013) Isu lingkungan global mengalami
perkembangan pesat yang berimplikasi pada perubahan kebutuhan para
stakeholder. Hal tersebut menuntut akuntansi harus mampu menyajikan informasi
yang sesuai dengan kebutuhan stakeholder. Dalam kaitannya dengan tuntutan
tersebut, akuntansi juga telah mengalami perkembangan yang pesat sehingga
dikenal ada akuntansi keuangan konvensional dan akuntansi lingkungan. Beberapa
alasan kenapa perusahaan perlu mempertimbangakan untuk mengadopsi akuntansi
23
lingkungan sebagai bagian dari sistem akuntansi perusahan, antara lain:
memungkinkan untuk menghapus dan mngurangi biaya-biaya lingkungan,
memperbaiki kinerja lingkungan perusahaan yang selama ini mungkin mempunyai
dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan keberhasilan bisnis entitas,
diharapkan menghasilakn harga atau biaya yang lebih akurat terhadap produk dari
proses lingkungan yang diinginkan dan memungkinkan pemenuhan pelanggan yang
mengharapkan produk/jasa lingkungan yang lebih bersahabat (Nuryanti, 2015).
Hubungan antara lingkungan dan akuntansi telah berkembang sejak
tahun 1970-an melalui usaha tiap praktisi untuk mengembangkan rerangka
(framework) dan metodologinya masing-masing mewakili prioritasnya terhadap
lingkungan (Martusa, 2009). Akuntansi lingkungan merupakan salah satu sarana
untuk menyajikan sarana apakah perusahaan menerapkan kebijakan lingkungan
dalam kegiatan operasionalnya. Saat ini perusahaan tidak hanya dituntut untuk
mencari laba semata, tetapi juga harus memperhatikan tanggungjawab sosial di
masyarakat (Irianti, 2014). Akuntansi lingkungan adalah salah satu istilah yang
berupaya untuk mengelompokkan pembiayaan yang dilakukan perusahaan dan
pemerintah dalam mlakukan konservasi lingkungan ke dalam pos lingkungan dan
praktik bisnis peruahaan. Akuntansi lingkungan juga dapat dianalogikan sebagai
suatu kerangka era pengukuran yang kuantitatif terhadap kegiatan konservasi
lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi (Suartana, 2010).
Akuntansi lingkungan kerapkali dikelompokkan dalam wacana akuntansi sosial. Hal
ini terjadi karena kedua diskursus (akuntansi lingkungan dan akuntansi sosial)
24
tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu menginternalisasi eksternalitas
(eksternalitas lingkungan sosial dan lingkungan ekologis), baik positif maupun
negatif, ke dalam laporan keuangan perusahaan. Serupa dengan akuntansi sosial,
akuntansi lingkungan juga menemui kesulitan dalam pengukuran nilai cost and
benefit eksternalitas yang muncul dari proses industri (Dewi, 2016). Dalam
pengelolaan limbah produksi, perusahaan perlu menerapkan akuntansi lingkungan
untuk mendukung kegiatan operasional terutama dalam pengelolaan limbah
produksi. Akuntansi lingkungan merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi
dan mengidentifikasikan, mengukur, menilai, dan melaporkan akuntansi lingkungan.
Tujuan akuntansi lingkungan dapat menghasilkan informasi sesuai dengan
kenyataan secara jujur dan cara yang tidak memihak dengan mempertimbangkan
kepentingan keseluruhan masyarakat dan mengambil konsep tanggung jawab
sosialrekening. Selanjutnya digunakan untuk menentukan tingkat dan penggunaan
sumber daya, menyiapkan laporan keuangan sesuai datanya dan mengidentifikasi
berapa jumlah udara, air dan tanah yang akan digunakan selama aktivitas mereka
Pearce et al., 1993 (dalam Tanc, 2015). Selain itu, tujuan akuntansi lingkungan
menurut (Debora dan Ismail, 2013) adalah untuk meningkatkan jumlah informasi
relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan atau dapat menggunakannya.
Keberhasilan akuntansi lingkungan tidak hanya tergantung pada ketetapan dalam
menggolongkan semua biaya-biaya yang dibuat perusahaan, akan tetapi
kemampuan dan keakuratan data akuntansi perusahaan dalam menekan dampak
lingkungan yang ditimbulkan dari aktifitas perusahaan.
25
Kehadiran akuntansi lingkungan adalah untuk menyempurnakan atau
menutupi keterbatasan/kelemahan yang terjadi dalam praktek akuntansi saat ini.
Dalam sistem akuntansi lingkungan, manajemen harus mengidentifikasikan,
mengklasifikasikan, mengukur dan mengungkapkan biaya-biaya lingkungan, serta
mengevaluasi kinerja manajemen/pengolahan lingkungan secara berkelanjutan untuk
mendukung pengambilan keputusan manajerial (Sambharakreshna, 2009). Tidaklah
mungkin untuk mempertimbangkan tingginya biaya penerapan akuntansi lingkungan
tanpa memperhitungkan manfaat yang bisa diraih. Hal itu bisa mengungkap bahwa
perhatian mengukur performan lingkungan biaya akan membantu dalam
memperbaiki kinerja ini, yang pada gilirannya mempengaruhi dalam meningkatkan
kinerja ekonomi organisasi juga meningkatkan reputasi nilai pendirian, dan dengan
demikian meningkatkan daya saingnya Toms, 2002 (dalam Rahahleh, 2011).
H. Fungsi Akuntansi Lingkungan
(Amiri, 2014) akuntansi lingkungan adalah seperangkat kegiatan yang
meningkatkan kemampuan sistem akuntansi untuk mendeteksi, mencatat dan
melaporkan akibat yang ditimbulkan oleh perusakan lingkungan dan polusi dan
yang dapat digunakan oleh perusahaan besar dan kecil industri yang berbeda secara
sistematis skala yang berbeda dan atau berdasarkan basis yang diinginkan. Menurut
Ikhsan, 2009:18 (dalam Sari, 2017) fungsi dan peran akuntansi lingkungan dibagi
kedalam dua bentuk. Fungsi pertama disebut dengan fungsi internal dan fungsi
kedua disebut dengan fungsi eksternal. Masing-masing fungsi tersebut dijelaskan:
1. Fungsi Internal
26
Fungsi internal merupakan fungsi yang berkaitan dengan pihak internal
perusahaan sendiri. Pihak internal adalah pihak yang menyelenggarakan usaha,
seperti rumah tangga konsumen dan rumah tangga produksi maupun jasa lainnya.
Adapun yang menjadi aktor dan faktor dominan adalah pimpinan perusahaan. Sebab
pimpinan perusahaan adalah orang yang bertanggungjawab dalam setiap
pengambilan keputusan maupun penentuan setiap kebijakan internal perusahaan.
Sebagaimana lainnya dengan system informasi lingkungan perusahaan, fungsi
internal memungkinkan untuk mengatur biaya konservasi lingkungan dan
menganalisis biaya dari kegiatan-kegiatan konservasi lingkungan yang efektif dan
efisien serta sesuai dengan pengambilan keputusan. Dalam fungsi internal ini
diharapkan akuntansi lingkungan berfungsi sebagai alat manajemen bisnis yang
dapat digunakan oleh manajer ketika berhubungan dengan unit-unit bisnis.
2. Fungsi Eksternal
Fungsi eksternal merupakan fungsi yang berkaitan dengan aspek pelaporan
keuangan. Pada fungsi ini faktor penting yang perlu diperhatikan perusahaan adalah
mengungkapkan hasil dari konservasi lingkungan dalam bentuk data akuntansi.
Informasi yang diungkapkan merupakan hasil yang diukur secara kuantitatif dari
kegiatan konservasi lingkungan. Termasuk didalamnya adalah informasi tentang
sumber-sumber ekonomi suatu perusahaan. Fungsi eksternal memberikan
kewenangan bagi perusahaan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan
stakeholder, seperti pelanggan, rekan bisnis, investor, penduduk lokal maupun
bagian administrasi. Oleh sebab itu, perusahaan harus memberikan informasi
27
tentang bagaimana manajemen mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada
pemilik atas pemakaian sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya.
(Sakdiyah, 2017) Berbagai dampak negatif yang diakibatkan oleh rumah
sakit memerlukan system akuntansi lingkungan sebagai control tanggung jawab
organisasi sebab pengelolaan limbah yang dilakukan rumah sakit membutuhkan
pengukuran, penilaian, pengungkapan dan pelaporan biaya pengelolaan limbah dari
hasil kegiatan operasional rumah sakit tersebut merupakan salah satu permasalahan
akuntansi yang menarik untuk dikaji.
I. Akuntansi Lingkungan Sebagai Strategi Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lingkungan dalam bisnis telah berkembang dari waktu ke
waktu dengan pemahaman lingkungan yang lebih baik terkait keuangan, biaya
dan manfaat sebagai input untuk akuntansi manajemen konvensional. Beberapa
pihak memiliki perhatian besar terhadap dampak fisik lingkungan dari aktivitas
perusahaan, sementara juga ada stakeholder lain yang tertarik dengan dampak
keuangan yang terjadi sebagai akibat dari dampak lingkungan yang ditimbulkan
oleh perusahaan. Contohnya adalah, para pemegang saham tertarik dengan nilai
keuangan perusahaan, dan tidak begitu ingin tahu mengenai laporan terpisah
yang dibuat perusahaan yang berisi tentang informasi polusi yang dinyatakan dalam
satuan unit. Pemegang saham tertarik dengan informasi yang berkaitan dengan nilai
saham mereka. Sememntara itu, lembaga perlindungan lingkungan tertarik dengan
besarnya polusi dan limbah yang diukur dalam satuan unit (Agustia, 2010).
28
Di masa lalu, sistem akuntansi lingkungan yang digunakan sebagai
alat untuk mengevaluasi lingkungan dan mengungkapkan efek dari pengurangan
dampak lingkungan adalah metode biaya konservasi. Namun, dalam kenyataannya
bisnis telah berkembang, misalnya, biaya internal yang terkait dengan emisi
udara ke lingkungan sering tidak diidentifikasi dalam praktik manajemen
konvensional. Akibatnya, biaya penghematan yang berkaitan dengan tekanan
lingkungan sering tetap tersembunyi. Inilah yang disebut dengan biaya yang
sulit untuk dideteksi, tetapi biaya ini sering menjadi signifikan. Pengungkapan
semua biaya lingkungan, baik internal maupun eksternal, dan mengalokasikan biaya-
biaya ini berdasarkan tipe biaya dan pemicu biaya dalam sebuah akuntansi lingkugan
yang terstruktur akan memberikan kontribusi baik pada kinerja lingkungan Beer dan
Friend 2005 (dalam Aniela, 2012). Sebagian besar perusahaan telah mengakui
keunggulannya dalam prinsip menemukan cara dalam pencegahan polusi dengan
sistem pengelolaan lingkungan dalam proses pengambilan keputusanyang terkait
dengan lingkungan.Hal tersebut diperlukan sebagai alat untuk mengukur dan
mengevaluasi keuntungan yang diperoleh dari kegiatan bisnis dan lingkungan dari
dalam internal perusahaan.
Pengelolaan lingkungan diperlukan untuk mengukur dan mengidentifikasi
dampak biaya lingkungan yang dihasilkan dalam semua proses yang relevan
(dampak lingkungan potensial) seperti emisi udara, pembuangan limbah, dan
limbah air. Perusahaan-perusahaan perlu mengidentifikasi dampak lingkngan yang
potensial dan pengaruhnya dalam setiap proses dan mengevaluasi sumber daya
29
manajerial yang dialokasikan dengan tepat untuk pengaruh lingkungan Ismail et
al., 2007 (dalam Pratiwi, 2013). Dengan begitu kondisi lingkungan yang mulai
mengalami kerusakan dan penurunan kualitas dapat dicegah dan dilestarikan,
sehingga terdapat perbaikan atas pengurangan kualitas yang terjadi.
Burnett dan Hansen, 2008 (dalam, Burhany, 2014) menyatakan bahwa jika
perusahaan ingin meningkatkan kinerja lingkungannya maka akuntansi harus terlibat
di dalamnya untuk melakukan fungsi pengumpulan, penghitungan, analisis dan
pelaporan biaya-biaya lingkungan dan transaksi lain yang berkaitan dengan
lingkungan agar dapat digunakan oleh manajemen untuk mengelola aspek
lingkungan. Tujuan utama dari akuntansi lingkungan adalah untuk mengoreksi
kesenjangan informasi (information gap) yang timbul karena tidak teridentifikasinya
biaya dan kerusakan lingkungan serta penggunaan informasi ini untuk mendukung
keputusan bisnis
J. Perlakuan Akuntansi Lingkungan Terkait Dengan Biaya Pengelolaan
Limbah
Biaya lingkungan adalah biaya merendahkan kualitas lingkungan untuk
berbagai tindakan yang dilakukan oleh masyarakat dan organisasi. Biaya adalah
komponen penting untuk struktur biaya dan tidak dapat disembunyikan di atas kepala
seperti sistem akuntansi manajemen tradisional Robert G.et,al., 2009 (dalam Dutta,
2014). Biaya lingkungan juga diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan perusahaan
berhubungan dengan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dan perlindungan
yang dilakukan. Menurut Schaltegger, 2000 (dalam Damayanti, 2013) biaya
30
lingkungan mencakup baik biaya internal (berhubungan dengan pengurangan proses
produksi untuk mengurangi dampak lingkungan) maupun eksternal berhubungan
dengan perbaikan kerusakan akibat limbah yang ditimbulkan.
Untuk pengolahan limbah dari kegiatan operasionalnya, rumah sakit perlu
mengalokasikan biaya didalamnya.Perhitungan biaya dalam penanganan limbah
tersebut diperlukan adanya perlakuan akuntansi yang tersistematis secara benar.
Perlakuan terhadap masalah penanganan limbah hasil operasional perusahaan ini
menjadi sangat penting dalam kaitannya sebagai sebuah control tanggung jawab
perusahaan terhadap lingkungannya. Alokasi biaya pengolahan limbah terhadap
produk atau proses produksi dapat memberikan manfaat motivasi bagi manajer atau
bawahannya untuk menekan polusi sebagai akibat dari proses produksi tersebut.
Didalam akuntansi konvensional, biaya ini dialokasikan pada biaya overhead dan
pada akuntansi konvensional dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan
dialokasikan keproduk tertentu atau dialokasikan pada kumpulan kumpulan biaya
yang menjadi biaya tertentu sehingga tidak dialokasikan keproduk secara spesifik
(Ridlo, 2016). Pencatatan pembiayaan untuk mengelola sampah-sampah yang
dikeluarkan dari hasil sisa produksi suatu usaha dialokasikan dalam tahap tahap
tertentu yang masing masing tahap memerlukan biaya yang dapat
dipertanggungjawabkan, dan tahap tahap pencatatan itu dapat dilakukan sebelum
periode akuntansi berjalan sesuai dengan proses produksi yang dilakukan perusahaan
tersebut (Munn, 1999 dalam Aminah, 2014). Pengelompokkan dalam tahap analisis
31
lingkungan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK (Sari, 2017)
antara lain sebagai berikut :
1. Pengidentifikasian
Pertama kali perusahaan hendak menentukan biaya untuk pengelolaan
biaya penanggulangan eksternality yang mungkin terjadi dalam kegiatan
operasional usahanya adalah dengan mengidentifikasi dampak dampak negatif
tersebut. Sebagai contoh misalnya sebuah Rumah Sakit yang diperkirakan akan
menghasilkan limbah berbahaya sehingga memerlukan penanganan khusus untuk hal
tersebut mengidentifikasi limbah yang mungkin ditimbulkan antara lain: limbah
padat, cair, maupun radioaktif yang berasal dari kegiatan instalasi rumah sakit atau
kegiatan karyawan maupun pasien Macam-macam kemungkinan dampak ini
diidentifikasi sesuai dengan bobot dampak negatif yang mungkin timbul.
Proses identifikasi biaya lingkungan menurut Hansen dan Mowen (dalam,
Effendi 2015 dan Nilasari 2014) terdiri dari biaya pencegahan lingkungan, biaya
deteksi lingkungan, dan biaya kegagalan eksternal lingkungan. Biaya pencegahan
lingkungan adalah evaluasi dan pemilihan alat untuk mengendalikan polusi, desain
proses dan produk untuk mengurangi atau menghapus limbah, melatih karyawan,
mempelajari dampak lingkungan, audit risiko lingkungan, pelaksanaan penelitian
lapangan pengembangan system manajemen lingkungan, dan pemerolehan sertifikat
ISO 14001. Biaya deteksi lingkungan yakni audit aktivitas lingkungan, pemeriksaan
produk dan proses (agar ramah lingkungan), pengembangan ukuran kinerja
32
lingkungan, pelaksanaan pengujian pencemaran, verifikasi kinerja lingkungan, dan
pengukuran tingkat pencemaran. Biaya kegagalan internal yakni pengoperasian
peralatan untuk mengurangi atau mengurangkan polusi, pengolahan dan pembuangan
limbah beracun.
2. Pengakuan
Menurut kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan,
pengakuan merupakan suatu proses pembentukan suatu pos yang memenuhi
definisi unsur serta kriteria pengakuan yang dikemukakan dalam neraca atau
laporan laba rugi. Pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui kalau :
a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos
tersebut akan mengalir dari atau kedalam perusahaan.
b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
3. Pengukuran
Perusahaan pada umumnya mengukur jumlah dan nilai atas biaya biaya yang
dikeluarkan untuk pengelolaan lingkungan tersebut dalam satuan moneter yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pengukuran nilai dan jumlah biaya yang akan dikeluarkan ini
dapat dilakukan dengan mengacu pada realisasi biaya yang telah dikeluarkan pada
periode sebelumnya, sehingga akan diperoleh jumlah dan nilai yang tepat sesuai
kebutuhan riil setiap periode.
Menurut kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan,
pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi.
33
Proses ini menyangkut dasar pengukuran tertentu. Berdasarkan hasil pengamatan,
pengukuran biaya lingkungan oleh rumah sakit menggunakan nilai historis. Berbagai
macam dasar pengukuran tersebut sebagai berikut :
a. Biaya Historis
Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk
memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan.
b. Biaya Kini (Current Cost)
Aktiva dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar
bila aktiva yang sama atau setara aktiva diperoleh sekarang.
c. Nilai Realisasi/Penyelesaian
(Realisable/Settlement Value) Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas (atau
setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam
pelepasan normal (orderly disposal).
d. Nilai Sekarang (Present Value)
Aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang
didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan
hasil dalam pelaksanaan usaha normal.
4. penyajian
Biaya yang timbul dalam pengelolaan lingkungan ini disajikan bersama sama
dengan biaya-biaya unit lain yang sejenis dalam sub-sub biaya administrasi dan
umum. Penyajian biaya lingkungan ini didalam laporan keuangan dapat dilakukan
34
dengan nama rekening yang berbeda-beda sebab tidak ada ketentuan yang baku
untuk nama rekening yang memuat alokasi pembiayaan lingkungan perusahaan
tersebut.
Penyajian menetapkan tentang cara-cara melaporkan elemen atau pos
dalam seperangkat laporan keuangan agar elemen atau pos tersebut cukup
informatif, standar akuntansi biasanya memuat ketentuan tentang apakah suatu
informasi objek harus disajikan secara terpisah dari laporan utama,apakah suatu
informasi harus disajikan digabung dengan akun laporan keuangan yang
lain,apakah suatu pos perlu dirinci, atau apakah suatu informasi cukup disajikan
dalam bentuk catatan kaki.
5. Pengungkapan
Pengungkapan berhubungan dengan masalah transaksi akan dicatat atau tidak
kedalam sistem pencatatan, sehingga pada akhirnya transaksi tersebut akan
berpengaruh pada laporan keuangan perusahaan. Pengungkapan dalam akuntansi
lingkungan merupakan jenis pengungkapan sukarela. Pengungkapan akuntansi
lingkungan merupakan pengungkapan informasi data akuntansi lingkungan dari
sudut pandang fungsi internal akuntansi lingkungan itu sendiri, yaitu berupa
laporan akuntansi lingkungan. Laporan tersebut harus didasarkan pada situasi
actual pada suatu perusahaan atau organisasi lainnya. Data aktual diungkapkan dan
ditentukan oleh perusahaan sendiri atau organisasi lainnya.
35
IFAC (2005) kategori biaya terkait lingkungan dibagi menjadi empat
macam, menegaskan bahwa kategorisasi ini didirikan di seluruh dunia diterima
secara luasdan melakukan yang terbaik (IFAC, 2005: 12-13):
a. Biaya jenis kegiatan lingkungan seperti pencegahan dan pengendalian limbah.
b. Biaya yang mewakili tradisional akuntansi seperti tenaga kerja dan bahan.
c. Menentukan biaya semua jenis tindakan terkait kegiatan lingkungantermasuk
pencegahan kontaminasi, ekologis hamil dan ekologis administrasi. Kemajuan
masa lalu pada ekologi sebagian besar dampaknya ditemukan pada ekologiBiaya
pembersihan dan pembuangan produk masa lalu Yakhou & Dorweiler, 2004: 68
(dalam D Murthy, 2014).
d. Biaya jenis domain lingkungan seperti tanah, udara atau air.
e. Biaya yang mencerminkan visibilitas data di Catatan akuntansi seperti
tersembunyi dan biaya yang jelas.
(Sari, 2017) Standar akuntansi keuangan di Indonesia belum mewajibkan
perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial terutama informasi mengenai
tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan, akibatnya yang terjadi di dalam
praktik perusahaan hanya dengan sukarela mengungkapkannya. Perusahaan akan
mempertimbangkanbiaya dan manfaat yang akan diperoleh ketika mereka
memutuskan untuk mengungkapkan informasi sosial. Bila manfaat yang akan
diperoleh dengan pengungkapan informasi tersebut lebih besar dibandingkan biaya
yang dikeluarkan untuk mengungkapkannya maka perusahaan akan dengan sukarela
mengungkapkan informasi tersebut.
36
K. Akuntansi Lingkungan Dalam Perspektif Islam
Lingkungan merupakan bagian dari integritas kehidupan manusia. Sehingga
lingkungan harus dipandang sebagai salah satu komponen ekosistem yang memiliki
nilai untuk di hormati, dihargai dan tidak disakiti, lingkungan mempunyai nilai
terhadap dirinya sendiri. Manusia adalah salah satu komponen lingkungan hidup
yang memiliki ciri yang sangat berbeda dengan komponen-komponen lingkungan
lainnya (Siahaan, 2004:13). Perilaku positif dapat menyebabkan lingkungan tetap
lestari dan prilaku positif dapat menyebabkan lingkungan menjadi rusak. Manusia
memiliki tanggungjawab untuk berperilaku baik terhadap lingkungan sekitarnya.
Konsep fikih lingkungan pada hakikatnya adalah konsep aturan-aturan yang
dirumuskan oleh Islam dalam rangka mengatur pemanfaatan yang berorientasi
pada kelestarian lingkungan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits.
Islam sebagai agama yang tidak hanya mengatur hubungan manusia
dengan Tuhannya, tetapi juga hubungan manusia dengan sesama makhluk
(termasuk lingkungan hidupnya) sebenarnya telah memiliki landasan normatif baik
secara implisit maupun eksplisit tentang pengelolaan lingkungan ini (Hamdi, 2013).
Secara eksplisit, Al-Qur’an menyatakan bahwa segala jenis kerusakan yang
terjadi di permukaan bumi ini merupakan akibat dari ulah tangan yang
dilakukan oleh manusia dalam berinteraksi terhadap lingkungan hidupnya.
Berkaitan dengan hal ini Allah berfirman:
37
Terjemahnya:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Q.S Ar-Rum/
30:41)
Ayat ini, sejatinya menjadi bahan introspeksi manusia sebagai makhluk
yang diberikan oleh Allah mandat mengelola lingkungan bagaimana tata kelola
lingkungan hidup yang seharusnya dilakukan agar tidak terjadi kerusakan alam
semesta ini. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang menerima tawaran dari
Allah untuk mengemban amanat. Dengan begitu, kebebasannya sebagai penguasa
bumi (Khalifahtul fil ard) juga diimbangi dengan amanat. Kekhalifahan manusia
juga merupakan ujian baginya bagaimana ia meperlakukan apa yang
diamanatkan oleh Allah (Iswanto, 2013). Jelaslah bahwa tugas manusia terutama
muslim/ muslimah di muka bumi ini adalah sebagai khalifah (pemimpin) dan sebagai
wakil Allah dalam memelihara bumi (mengelola lingkungan hidup). Oleh karena itu,
dalam memanfaatkan bumi tidak boleh semena-mena dan seenaknya saja dalam
mengeploitasinya. Al-Qur’an sudah dengan tegas melarang manusia untuk
melakukan kerusakan dalam bentuk apapun di muka bumi ini. Seperti yang
dijelaskan dalam QS. Al-A’raf/ 7:56.
Terjemahnya:
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
38
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah melarang siapun membuat kerusakan di
bumi dalam segala bidang. Allah menciptakan bumi dan seisinya ini dengan sebaik-
baiknya. Semuanya itu dijadikan Allah SWT untuk dimanfaatkan manusi, tetapi
bukan untuk dirusak. Selanjtnya Allah mengingatkan kepada manusia untuk
senantiasa berdoa kepadaNya dengan rasa takut jika doanya tidak terkabulkan.
Dengan berdoa manusia tidak akan putus asa, namun sebaliknya akan memperlebar
keyakinan, kepasrahan dan keikhlasan. Ingatlah bahwa rahmat Allah itu dekat
dengan orang yang berbuat kebajikan.
L. Penelitian Terdahulu
Peneliti dalam menyusun penelitian ini tidak terlepas dari acuan/penelitian
terdahulu yang mempunyai kesamaan, topik analisis, maupun objek.Dalam penelitian
(Gholami, 2013) menjelaskan bahwa akuntansi lingkungan memberikan informasi
tentang kinerja evaluasi pengendalian pengambilan keputusan dan pelaporan untuk
membantu manajer, implikasi ekonomi dan lingkungan serta penggunaannya
membutuhkan perubahan budaya. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui
bahwa akuntansi lingkungan, merupakan alat yang komprehensif untuk disisipkan
pertimbangan lingkungan dalam keputusan bisnis. Memasukkan sistem akuntansi
biaya lingkungan internal akan membantu perusahaan membuat keputusan selain
meningkatkan profitabilitas jangka panjang, dan memperbaiki kinerja lingkungan
dari perkenalannya sebagai industri hijau, pasar modal, memberikan peningkatan
pemegang saham. Akuntabilitas akuntansi perusahaan dapat bersaing dengan
39
perusahaan lain. Sistem akuntansi lingkungan berdasarkan ide klasik perubahan
akuntansi sudah lengkap. Dalam konteks ini, biaya pencemaran dan eliminasi
sebagai fungsi dari produk atau layanan, seiring dengan manfaat dan biaya
barangnya.
Nilasari, 2014 melakukan penelitian dengan tujuan menganalisis penerapan
akuntansi lingkungan dalam pengelolaan limbah perusahaan agar dapat mengontrol
tanggung jawab perusahaan dalam mengelola limbah produksi. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian kualitatif. Sedangkan metode analisis data yang
digunakan adalah metode deskriptif komparatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa Pabrik Gula Djatiroto telah melakukan tahapan perlakuan akuntansi
untuk biaya pengelolaan limbah. Dengan adaya akuntansi lingkungan, dapat
dikatakan bahwa pengelolaan limbah mempunyai peran penting bagi perusahaan baik
untuk kelangsungan hidup perusahaan maupun bagi pengguna laporan keuangan
dalam pengambilan keputusan.
Kusumawati, 2015 melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui biaya-
biaya terkait pengelolaan limbah dan mengetahui perlakuan akuntansi atas
pengelolaan limbah RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Teknis analisis yang dilakukan
dengan membandingkan hasil temuan dengan PSAK No.1 Paragraf 85 Tahun 2013
tentang penyajian laporan keuangan. Berdasrakan hasil penelitian dapat diketahui
bahwa biaya-biaya terkait pengelolaan limbah rumah sakit terdiri atas biaya
pemeliharaan, biaya bahan bakar, biaya retribusi, dan biaya listrik. Rumah sakit telah
melakukan tahap perlakuan akuntansi atas pengelolaan limbah.
40
Islamey, 2016 melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui perlakuan
akuntansi lingkungan terhadap pengelolahan limbah pada Rumah Sakit Paru
Jember menyangkut identifikasi, pengukuran, pengakuan, penyajian,dan
pengungkapannya. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan model
studi kasus. Hasil dari penelitian ini adalah Rumah Sakit Paru Jember dalam
mengidentifikasi, mengukur, menilai, menyajikan dan menegungkap mengenai
kegiatan pengolahan limbahnya dalam akuntansi menggunakan kebijakan yang
telah ditetapkan oleh rumah sakit. Namun secara tidak langsung pihak rumah
sakit sudah mengikuti teori dan standar akuntansi keuangan yang ada.
Yuliantini, 2017 melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui bentuk
penerapan akuntansi lingkungan pada unit Tempat Pengelolahan Sampah Terpadu
(TPST) Di Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Mandala Giri Amertha. Jenis
penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif yang berupa studi kasus. Hasil dari penelitian ini adalah BUM Desa
Desa Tajun khususnya dalam unit TPST tidak menyajikan biaya lingkungan
secara spesifik pada laporan keuangannya. Biaya-biaya lingkungan yang terjadi
dimasukan dalam rekening serumpun dalam laporan aktivitas operasi yaitu dalam
biaya operasional.
M. Kerangka Pikir
Rumah sakit sebagai salah satu pusat kegiatan untuk pelayanan kesehatan
memiliki dampak negatif berupa limbah yang jika tidak dikelola dengan baik dan
benar akan menimbulkan pencemaran terhadap masyarakat dan lingkungan
41
sekitarnya. Legitimasi teori menyatakan bahwa organisasi harus secara terus menerus
mencoba untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai dengan
batasan dan norma-norma masyarakat. Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan suatu
proses penerapan akuntansi lingkungan oleh perusahaan untuk mengidentifikasi,
mengakui, mengukur dan mengalokasikan biaya-biaya lingkungan hidup dan
pengintegrasian atas biaya-biaya ke dalam pengambilan keputusan usaha serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada para stakeholders perusahaan agar berjalan
sesuai dengan tujuan awal perusahaan dan sesuai dengan peraturan yang ada dan
yang telah ditetapkan.
Diharapkan bagi semua perusahaan ataupun instansi yang berpotensi
menghasilkan limbah harus mengolah limbahnya terlebih dahulu sebelum
membuangnya. Jika sudah berpacu pada semua itu, tentunya hasil dari itu semua
adalah perusahaan atau instansi akan dapat mengurangi dampak lingkungannya.
Perusahaan dapat beroperasional dengan maksimal, begitupun lingkungan di
sekitarnya juga akan tetap terjaga. Berdasarkan teori-teori yang sudah dicantumkan,
penulis membuat kerangka berfikir sebagai berikut:
42
Gambar 1.1
Kerangka Pikir
Analisis Akuntansi Lingkungan
Pengidentifikasian
Pengakuan
Pengukuran
Penyajian
pengungkapan
Teori Legitimasi Teori Stakeholders
Penerapan Akuntansi Lingkungan
(Tanggungjawab sosial perusahaan
kepada masyarakat)
Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Dan Tempat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kualitatif. Dimana
penelitian kualitatif lebih menitik beratkan terhadap pengulasan suatu fenomena dan
permasalahan secara utuh melalui kata-kata dan bukan menggambarkan fenomena
tersebut melalui angka. Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan dan Miller
(dalam Rahmat, 2009) mendefinisikan bahwa metodologi kualitatif merupakan
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung
pada pengamatan manusia dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan dalam peristilahannya. Metode kualitatif digunakan untuk
mendapatkan data mendalam, suatu data yang mengandung makna atau data yang
sebenarnya. Jenis penelitian kualitatif sesuai dengan tujuan dari penelitian ini.
Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena atau gejala sosial
dengan menitik beratkan gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji
daripada merincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada organisasi yang bergerak di bidang pelayanan
jasa kesehatan, yaitu Rumah Sakit Islam Faisal Mdakassar. Dimana Rumah Sakit
ini sudah memberikan fasilitas yang memadai serta memberi pelayanan kepada
orang-orang yang sakit dan membutuhkan perawatan. Rumah Sakit ini terletak Jalan
44
AP. Pettarani Makassar tepatnya di jalan Faisal. Pengolahan limbah pada Rumah
Sakit Faisal terbagi menjadi dua yaitu limbah cair dan limbah padat.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan
pendekatan phenomenology. Phenomenology (Inggris) berasal dari
“phainomenon” dan “logos” (Yunani). Phainomenon berasal dari kata “Phaeno”,
yang berarti membuat kelihatan atau membuat tampak. Secara umum
phaenomenon berarti tampak atau memperlihatkan. Logos adalah ilmu atau
ucapan. Dengan demikian, fenomenologi dapat diartikan ilmu-ilmu tentang
fenomena yang menampakkan diri dari kesadaran peneliti. Dalam arti luas,
fenomenologi adalah ilmu tentang gejala atau hal-hal apa saja yang tampak.
Namun perlu dipahami bahwa suatu fenomena pada hakikinya suatu kesadaran
dan interaksi: apa yang diamati sebagai sesuatu set terpisah dari pengamatan
(observer). Dengan demikian, pengamatan betul-betul yakin hasil pengamatan dan
hasil analisis interaktif itu, itulah sikap yang sesungguhnya dan alami (natural
attitude) (Yusuf, 2014:350).
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak disetujuinya proposal dan ijin penelitian
yaitu antara bulan oktober 2017 sampai dengan semua data terkumpul untuk
waktu yang tidak ditentukan.
D. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
45
Data primer dalam penelitian ini berupa data hasil wawancara dan
atau observasi langsung dengan pihak Rumah Sakit Islam Faisal.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang secara tidak langsung diperoleh dari
sumbernya. Data tersebut dapat berupa catatan atau literatur yang diperlukan
untuk penelitian ini. Data sekunder ini diantaranya adalah profil Perusahaan
sebagai perusahaan yang memiliki kegiatan utama penyediaan layanan jasa
kesehatan masyarakat, data mengenai perhitungan, penilaian biaya, serta alokasi
pengelolaan limbah pada laporan keuangan, data mengenai jenis- jenis limbah
dan tata cara pengelolaannya disertai proses pembiayaan dalam anggaran
belanja, data mengenai Instalasi Pengolahan Limbah dan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL).
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam
penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:
1. Pengamatan
Pengamatan yaitu suatu teknik yang dilakukan untuk mendapatkan
data dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan
usaha guna memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang
diteliti. Pengamatan adalah kunci keberhasilan dan ketepatan hasil penelitian,
ialah yang memberi makna tentang apa yang diamatinya dalam ralitas dan dalam
konteks yang alami (natural setting); dialah yang bertanya dan diapulalah yang
46
melihat bagaimana hubungan antara satu aspek dengan aspek yang lain pada
objek yang diamatinya.
2. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang
sudah berlalu. Dokumen itu dapat berbentuk teks tertulis, artefacts, gambar,
maupun foto. Dokumen tertulis dapat pula berupah sejarah kehidupan, biografi,
karya tulis, dan cerita. Dokumentasi yaitu dengan cara mengumpulkan dokumen-
dokumen atau data-data yang diperoleh dari Rumah Sakit Islam Faisal.
3. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara
pewawancara(interviewer) dan sumber informasi atau orang yang diwawancarai
(interviewee) melalui komunikasi langsung. Dapat pula dikatakan bahwa
wawancara meruapakan percakapan tatap muka (face to face) antara
pewawancaraa dengan sumber informasi, di mana pewawancara bertanya
langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya.
4. Publikasi Lain
Publikasi lain adalah suatu teknik yang dilakukan untuk mendapatkan
data-data yang berhubungan dengan penelitian ini melalui internet.
47
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa instrumen alat yang digunakan dalam
memperoleh data yang diinginkan dan diharapkan mampu untuk membuktikan
hasil penelitian. Beberapa alat tersebut antara lain: Handphone, Kamera dan Alat
tulis.
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan dan studi dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke sintetis, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.
H. Uji Keabsahan Data
Pengujian keabsahan data pada penelitian ini menggunakan prosedur
triangulation, karena penelitian ini menggunakan berbagai sumber data, teori,
metode dan investigator secara konsisten sehingga menghasilkan informasi yang
akurat. Triangulation artinya menggunakan berbagai pendekatan dalam
melakukan penelitian. Cara yang paling penting dan mudah dalam uji penelitian
dengan melakukan triangulasi peneliti, metode, teori, dan sumber data. Triagulasi
merupakan teknik pengecekan keabsahan data yang didasarkan pada sesuatu di
luar data untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding terhadap data
yang telah ada. Dengan mengacu kepada (Denzim dalam Bungin, 2007:264)
pelaksanaan teknis dari langkah pengujian keabsahan ini memanfaatkan:
48
1. Triangulsi dengan sumber data
Dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda
dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan : (1) membandingkan data hasil
pengamatan dengan wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di
depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi (3) membandingkan apa
yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan
orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang
waktu (4) membandingkan keadaan dengan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan
menengah atau tinggi, orang berada dan orang pemerintahan, (5) membandingkan
hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
2. Triangulasi dengan metode
Mengacu pendapat Patton (1987:329) dengan menggunakan strategi : (1)
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data, (2) pengecekan beberapa sumber data dengan metode yang
sama.
3. Triangulasi dengan teori
Dilakukan dengan menguraikan pola, hubungan dan menyertakan
penjelasan yang muncul dari analisis untuk mencari tema atau penjelasan
pembanding. Secara induktif dilakukan dengan menyertakan usaha pencarian cara
lain untuk mengorganisasikan data yang dilakukan dengan jalan memikirkan
49
kemungkinan logis dengan melihat apakah kemungkinan-kemungkinan ini dapat
ditunjang dengan data.
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Rumah Sakit
Pada tahun 70-an umat Islam di daerah Indonesia Timur khususnya
Sulawesi Selatan pada umumnya, sangat menginginkan adanya pelayanan
rumah sakit yang dikelola oleh umat Islam sendiri dengan didasari nilai-
nilai syariat islam.
Keinginan ini ternyata didengar dan mendapat sambutan dari
beberapa tokoh masyarakat ketika itu. Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
didirikan di atas tanah wakaf oleh kerajaan Saudi Arabia atas prakarsa
dari:
a. H. Fadeli Luran (Alm)
b. Drs. H. Nazaruddin Anwar, SKM (Alm)
c. H. A Salama Tambo (Alm)
d. H. M. Daeng Patompo (Alm)
e. Haji Kalla (Alm)
Para tokoh-tokoh Makassar tersebut memulai tugas mulianya
dengan membentuk sebuah yayasan yang diberi nama “Yayasan Rumah
Sakit Islam Ujung Pandang”. Pendirian yayasan tersebut dikukuhkan
dalam Akta Notaris Yayasan: SISTIKE LIMDA, SH. NO. 19, Tanggal 3
Maret 1976 dan dilakukan perubahan No.17. Rumah Sakit Islam Faisal
Makassar diresmikan pada tanggal 24 September 1980 bertepatan dengan
51
tanggal 15 Dzulqaidah 1400 H oleh menteri kesehatan RI, Dr. Suwarjo
Surjaningrat.Tanggal 24 September inilah kemudian ditetapkan sebagai
hari ulang tahun Rumah Sakit Islam Faisal Makassar. Rumah sakit Islam
Faisal Makassar telah terakreditasi KARS tahun 2012 Tipe B pada tanggal
26 Januari 2016 dengan status lulus dan predikat utama. Ijin operasional
rumah sakit : Nomor I / J.09.P / P2T / 02 /2016.
Sejak berdiri Rumah Sakit Islam Faisal Makassar dipimpin oleh 7
(tujuh) Direktur Utama yaitu:
a. Prof. Dr.dr.H. Haeruddin Rasjad,Sp.B,Sp.OT.FICH (1980-1985)
b. dr. H.M. Zaman Kalla (1985-1987)
c. Prof. Dr.H. Amiruddin Aliyah,Sp.S(K), MM (1987-1996)
d. dr. H.Farid W. Husain,Sp.BD,KBD (1996-2006)
e. Prof. Dr.dr.H.A. Arifuddin Djuanna,Sp.OG(K) (2006-2011)
f. Prof. Dr.dr.H. Syarifuddin Wahid,Sp.F,Sp.PA,Ph.D (2011-2015)
g. dr. Hj. Arfiah Arabe T,MARS (2016- sekarang)
2. Visi dan Misi Rumah Sakit
a. Visi
Menjadi rumah sakit terkemuka dengan memberikan pelayanan yang
berkualitas
b. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara maksimal,
melalui pendekatan pelayanan secara paripurna, professional
dan islami
52
2) Menyelenggarakan pendidikan kesehatan dan pelayanan kepada
masyarakat
3) Mensejahterakan seluruh SDM Rumah Sakit
4) Menciptakan ukhuwah Islamiah di lingkungan Rumah Sakit.
c. Motto
“Ihsan dalam pelayanan, bekerja sebagai ibadah”
3. Struktur Organisasi
a. Direktur
b. Direktur Umum
1) Bagian Umum
a) Sub bagian tata usaha
b) Sub bagian kepererawatan
c) Sub bagian humas dan pemasaran
2) Bagian Bina Program
a) Sub bagian perencanaan
b) Sub bagian monitoring dan evaluasi
3) Bagian Perlengkapan Dan Aset
a) Sub bagian penunjang umum
b) Sub bagian sarana dan prasarana
c) Sub bagian perbekalan
c. Direktur Pelayanan Medis Dan Keperawatan
1) Bidang Pelayanan Medik
53
a) Seksi pelayanan medik rawat jalan dan rawat inap
b) Seksi pelayanan medis khusus
2) Bidang Penunjang Dan Rekan Medik
a) Seksi pelayanan penunjang medik
b) Seksi pelayanan rekan medik
3) Bidang Perawatan
a) Seksi pelayanan kesehatan
b) Seksi pengembangan mutu keperawatan
d. Direktur Keuangan
1) Bagian Keuangan Dan Perlengkapan
a) Sub bagian perbendaharaan
2) Bagian Verifikasi Dan Akuntansi
a) Verifikasi dan pelaporan
b) Staf akuntansi
c) Staf verifikasi dan pelaporan
d) Staf perlngkapan
e. Komite Medis
f. Komite Etik
g. Komite Keperawatan
h. Komite PPI Dan K3
i. Komite Mutu Dan Akreditasi
54
Dari berbagai bagian struktur organisasi tersebut, bagian pengelolaan limbah
terdapat di bagian komite PPI dan K3.Sedangkan untuk pencatatan akuntansi tentang
biaya lingkungan masuk dalam bagian direktur keuangan.
4. Tenaga Kerja
a. Dokter umum 13 orang
b. Dokter spesialis 64 orang
c. Perawat Ners 55 orang
d. Perawat lainnya 72 orang
e. Perawat gigi 2 orang
f. Bidan 12 orang
5. Sarana Pelayanan
a. Rawat jalan
Unit poliklinik spesialis: penyakit dalam(Intrna), penyakit paru, penyakit
jantung, bedah umum, bedah digestif, bedah onkologi, bedah tulang, bedah
plastik, bedah saraf, penyakit anak, penyakit saraf(neurologi), obstetri
(kandungan), ginekologi, penyakit kulit dan kelamin, THT, mata, gigi dan
mulut, gizi, dan jiwa.
b. Rawat inap
1) Perawatan 1: VIP (12 kamar) & kelas 1 (2 kamar)
2) Perawatan 2: VIP (17 kamar) & kelas 1 (13 kmar)
3) Perawatan 3: bersalin, nifas, perinatology & ginekologi (VIP 5 kamar,
kelas 1: 4 kamar, kelas 2 :2 kamar, kelas 3 : 1 kamar)
55
4) Perawatan 4: bedah, anak, kelas 2 (2 kamar) & 3 (4kamar)
5) Perawatan 5: intena kelas 2 (2 kamar) & 3 (4 kamar)
6) Ruang Perawatan intensif: ICU dan ICCU: VIP (5 kamar) & Non VIP (6
TT)
c. Membantu pendidikan tenaga medis
d. Membantu penelitian dan pengembangan tenaga medis
6. Pelayanan Penunjang Medis
a. Radiology
b. Laboratorium
c. Apotek
d. Kamar operasi
e. Hemodialisa dan Fisioterapi
f. Rekan medis dan gizi klinis
7. Pelayana Penunjang Non Medis
a. Ambulance
b. Masjid
c. ATM center
d. Visite ulama / pembinaan kerohanian
e. Koprasi & kantin
f. Rumah makan
g. Pemulasaran & kamar jenazah
h. Bank cab. BRI
56
8. Mitra Kerja
a. PLN Wilayah Sulselbar
b. PDAM Kota Makassar
c. PT. Telkom. Tbk
d. PT. Semen Tonasa
e. PT. Semen Bosowa
f. BPJS Kesehatan
g. BPJS Ketenagakerjaan
h. Jasa Raharja
i. Bank BRI
j. Asuransi Inhealt, Asuransi BRIngin Life, Asuransi Manulife Indonesia
k. Asuransi Intensive Medicare Indonesia (I’M CARE)
57
Gambar 1.2 : Struktur Organisasi
58
B. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan di ruang komite PPI & K3 dan ruangan Keuangan
Rumah Sakit Islam Faisal Makassar dan dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober
2017 s/d 21Oktober 2017 dengan jumlah responden sebanyak 2 orang.
1. Limbah Kegiatan Operasional Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
Aktifitas rumah sakit menimbulkan berbagai buangan dan sebagian dari itu
meruapkan limbah berbahaya.Dimana limbah tersebut membutuhkan penanganan
khusus sebelum membuangnya.Limbah yang dihasilkan dari kegiatan operational
Rumah Sakit Islam Faisal Makassar ada 2 bentuk. Hail ini berdasarkan wawancara
dengan bapak Risal yang mengungkapkan bahwa:
“Limbah yang dihasilkan rumah sakit berupa limbah padat dan limbah
cair.Limbah ini berasal dari kegiatan operasional rumah sakit (wawancara
pada tanggal 16 Oktober 2017)”.
a. Limbah Cair
Limbah cair di rumah sakit islam faisal berasal dari semua air buangan
termasuk tinja, limbah cair domestik yakni buangan kamar dari rumah sakit yang
mungkin mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif serta
darah yang berbahaya bagi kesehatan.Jenis limbah cair rumah sakit yaitu pelayanan
mandi,cuci, kakus pasien berupa limbah cair dalam kamar mandi dan pencucian
peralatan yang digunakan, limbah pengobatan/perawatan klinis terutama berasal dari
kegiatan pencucian ginjal dan pencucian peralatan dan limbah dari ruangan operasi.
59
b. Limbah Padat
Limbah Rumah Sakit Islam Faisal yang berbntuk padat dari kegiatan
operasional terdiri dari limbah medis dan non medis.
1) Limbah medis
Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan
limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.Prosedurnya yaitu
mengumpulkan sampah dari kamar-kamar pasien, Koridor dan Nurse Station
menggunakan troli khusus yang tertutup.Limbah medis dipisahkan dengan
limbah non medis karena, penanganannya juga berbeda. Hal tersebut juga di
ungkapkan oleh Bapak Risal selaku petugas bagian IPAL:
“limba hmedis dan non medis di pisahkan tempatnya. Jadi di sini ada
temapat pembuangan sementara yang khusus untuk limbah medis dan
non medis dan di setiap tempat sampah kita sudah memberikan lebel
untuk masing-masing limbah baik limbah medis maupun non medis.
(wawancara pada tanggal 16 Oktober 2017)”
Pemisahan dapat dilakukan dengan memisahkan beberapa komponen dari
sampah atau limbah yang sesuai dengan karakteristik yang dikehendaki, bahan-
bahan yang terpakai dan tidak terpakai akan di pisahkan sehingga efektivitas dan
efisiensi pengelolaan dapat di tingkatkan. Pemisahan limbah juga dilakukan
antara limbah yang dapat di manfaatkan dan limbah yang tidak dapat
dimanfaatkan kembali serta sampah basah dan sampah kering.
60
2) Limbah Non Medis
Limbah non medis dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit yang berasal
dari dapur, perkantoran,taman, halaman, dan yang tidak berkaitan dengan
kegiatan medis. Pengelolaan makanan dari dapur utama dan instalasi gizi di
rumah sakit islam faisal paling banyak mengahsilkan limbah. Aktifitas di kantor
menghasilkan limbah kertas dan taman menghasilkan limbah daunan dan semua
jenis sampah kering yang dihasilkan taman dan halaman. Hasil dari wawancara
dengan Bapak Risal selaku petugas bagian IPAL:
“instalasi gizi paling banyak menghasilakan limbah karena di sana limbah
cairnya cukup banyak belum lagi lemak dan limbah padatnya. Dan menurut
saya yang paling sedikit menghasilkan limbah itu di kantor, limbanya yaitu
berupa limbah kertas. Intinya semua kegiatan operasional rumah sakit
mengahsilkan limbah. (wawancara pada tanggal 16 Oktober 2017) ”
Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatannya, rumah sakit akan
sangat menghasilkan sejumlah sampah yang cukup banyak setiap harinya (Line,
2013). Rumah Sakit Islam Faisal Makassar menganggap bahwa bagian instalasi gizi
paling banyak menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan dari instalasi gizi
berupa limbah padat dan limbah cair.Limbah padat biasanya berasal dari sisa
makanan yang tidak di gunakan. Contohnya yaitu sisa bahan nabati yang berupa
kulit buah atau sayuran, bagian daun, batang dan akar.limbah padat juga dapat
berupa hasil makanan yang tidak habis setelah disajikan. Sedangkan untuk limbah
cair dihasilkan selama proses pengelolaan makanan yang umumnya masih banyak
mengandung bahan-bahan organikyang dimanfaatkan oleh mikroorganisme seperti
61
bakteri dan jamur. Dengan demikian kedua limbah ini harus dikelola dengan baik
agar tidak sumber pencemaran.
2. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Limbah rumah sakit dihasilkan dari berbagai aktivitas rumah sakit baik medis
maupun non medis.Limbah yang dihasilkan dari kegiatan operasional Rumah Sakit
Islam Faisal Makassar yaitu berupa limbah cair dan limbah padat.Cara pengelolaan
limbah tersebut berbeda-beda khususnya limbah medis harus diperhatikan, karena
sifatnya infeksius. Proses pengelolaan limbah di rumah sakit Islam Faisal Makassar:
a. Limbah Cair
Limbah yang dibuang ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang ada
di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar meliputi limbah yang berasal dari: dapur,
ruang perawatan/poliklinik, WC/kamar mandi, unit/Instalasi lain sesuai dengan kelas
rumah sakit.
Proses pengelolaan air limbah Rumah Sakit Islam Faisal dengan biofilter
anaerob-aerob. Air limbah dialirkan melalui saringan fiber (bar screen) untuk
menyaring limbah yang masih berbentuk padat. Setelah melalui screen air limbah
dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan
kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungasi sebagai bak
pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan,
sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
62
Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri
anaerobik atau fakultatif aerobic. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan
media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah
yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap.
Air limpasan dari bak kontaktor (biofilter) anaerob dialirkan ke bak kontaktor
(biofilter) aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media honeycomb,
sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada
akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan
menempel pada permukaan media.Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap
akhir. Setelah itu ada proses kolam percobaan.
Rumah sakit Islam Faisal Makassar menggunakan sebuah kolam percobaan
yang berisi ikan.Kolam tersebut diisi dengan ikan dan dialiri dengan air yang sudah
dikelola tadi.Jika ikannya mati berarti air tersebut masih berbahaya bagi makhluk
hidup dan lingkungan di sekitar. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bapak Risal
bahwa:
“di IPAL itu ada kolam untuk ikan, jadi sebelum di buang itu lewat kolam
dulu di situ ada ikan jika ikannya tidak mati kemungkinan itu tidak berbahaya
tapi bukan cuma itu yang dijadikan patokan kita juga melakukan pemeriksaan
setiap bulan dan sekarang kita pemeriksaannya di Badan Teknik Kesehatan
Lingkungan (BTKL). (wawancara pada tanggal 16 Oktober 2017)”
Dalam tahap ini kita dapat mengetahui apakah limbah cair sudah tidak
berbahaya bagi lingkungan sebelum di buang, hal ini ditandai dengan adanya ikan
yang ada dalam kolam percobaan. Rumah sakit juga melakukan pemeriksaan air
limbah di Badan Teknik Kesehatan lingkungan. dengan begitu dapat diketahui
63
bahwa air limbah tersebut sebelum di buang sudah bebas dari bahaya dan
pencemaran lingkungan yang akan berdampak pada kesehatan masrakat.
b. Limbah Padat
Pengelolaan limbah padat merupakan tindakan yang dilakukan terhadap
limbah atau sampah padat mulai dari tahap pengumpulan dari sumber, pengangkutan,
penyimpanan, pengelolaan, sampai ke tahap akhir yaitu pemusnahan. Limbah padat
Rumah Sakit Islam Faisal dibagi menjadi dua yaitu limbah padat medis dan non
medis yang pengelolaannya berbeda.
a) Limbah Medis
Semua jenis limbah padat medis di kumpulkan terlebih dahulu dalam
satu wadah.Disetiap ruangan yang menghasilkan limbah disediakan sebuah
wadah yang sudah diberi lebel untuk limbah medis agar tidak tercampur
dengan jenis limbah lainnya.Dilakukan pemilihan jenis limbah medis mulai
dari sumber yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda
tajam, limbah farmasi, sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
kontainer bertekanan dan dengan kandungan logam berat yang tinggi.
Setelah itu di bawa ke tempat penampungan sementara, karena rumah
Sakit Islam Faisal Makassar belum memiliki izin operasional mesin
incinerator maka limbah medis harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan
pihak lain. Hail ini juga di ungkapkan oleh Bapak Risal sebagai petugas
Bagian IPAL:
“Rumah Sakit Islam Faisal belum memiliki izin operasional untuk
mesin incinerator jadi kita bekerja sama dengan perusahaan Mitra
64
Hijau Asia, dia itu perusahaan pengangkut limbah medis dan itu hampir
semua di Sulawesi Selatan bekerjasama dengan perusaan itu kalau
belum ada mesin incinerator. Sebenarnya incinerator hanya membakar
tapi hasil pembakarannya juga tidak bias di buang ke sembarang
tempat. Mitra Hijau Asia hanya mengangkut saja dari sini ke kapal dan
mobil pengangkutnya juga semua harus tertutup dan memiliki izin.Ini di
angkut ke daerah Jawa dan di musnahkan di perusahaan PT. Tenang
Jaya Sejahtera. (wawancara pada tanggal 16 Oktober 2017)”
Pengelolaan limbah padat medis Rumah sakit Islam Faisal Makassar
bekerja sama dengan PT Mitra Hijau Asia yaitu perusahaan penghancur
limbah medis, karena rumah sakit belum memiliki izin penggunaan
incinerator. Salah satu dampak negatif bila tidak menggunakan incinerator
yang tidak memenuhi persyaratan dan cara pemasangan yang salah adalah
polusi udara yang diakibatkan. Bila pulusi udara yang tercemar maka akan
merugikan masyarakat sekitarnya. Masyarakat bias terserang penyakit bahkan
lebih buruknya masyarakat akan protes keberadaan incinerator.
b) Limbah Non Medis
Proses pengelolaan sampah di Rumah Sakit Islam faisal Makassar
terdiri dari serangkaian tahapan. Tahap pengelolaan sampah antara lain adalah
tahap penimbunan, penyimpanan sementara, pengangkutan ke TPS,
pengumpulan, dan pengangkutan akhir. Penimbunan sampah medis sudah
memilikitempat yang terpisah dengan sampah non medis.Penyimpanan
sementara sampah medis dan non medis di Rumah Sakit yaitu tempatsampah
yang berukuran 20 Liter. Proses pengangkutan dilakukan dengan dijinjing.
Pengumpulan dilakukan dari ruang penghasil sampah.Pengosongan bak sampah
dilakukan setiap hari, jika bak sampah atau kantong plastik sudah terisi penuh ±
65
2/3 bak sampah.Tahap pengumpulan ini dilakukan bersama-sama dengan tahap
pengangkutan. Pengangkutan akhir untuk sampah non medis dilakukan pada
pukul 08.00 pagi keTPSdi Antang yang diangkut oleh petugas Dinas
Kebersihan kota Makassar. Proses pengangkutan dilakukan setiap hari. Hal ini
terjadi karena permohonan atau permintaan dari pihak rumah sakit khususnya
dari unit sanitasi kebersihan lingkungan.Di rumah sakit islamfaisal makassar
pengumpulannya berada di bagian belakang rumah sakit. Tugas mengumpulkan
biasanya dikerjakan oleh cleaning service. Hal ini diungkapkan oleh bapak
Risal sebagai petugas bagian IPAL:
“pengelolaan sampah di sini terdiri dari serangkaian tahapan. Tahap
pengelolaan sampah antara lain adalah tahap penimbunan, penyimpanan
sementara,pengangkutan ke TPS, pengumpulan, pengangkutan akhir.
untuklimbah padat non medis kita bekerja sama dengan pemerintah kota
jadi setiap hari diangkut dengan truk Tangkasaki dan dibuangnya juga
ke TPS yang di Antang. (wawancara pada tanggal 16 Oktober 2017)”
Pengelolaan sampah padat medis dan non medis rumah sakit sangat
dibutuhkan bagikenyamanan dan kebersihan lingkungan rumah sakit, karena dapat
mencegah timbulnya masalah kesehatan.Keberhasilan sistem pengelolaan sampah
padat berkaitan erat dengan prosedur tetap yang dimiliki oleh rumah sakit yang
bersangkutan sebagai acuan dari pengelolaan sampah yang berpedoman pada
peraturan pemerintah.
Pengelolaan limbah merupakan upaya mengurangi volume atau bahaya
limbah melalui proses fisika atau kimia. Dalam upaya pengelolaan limbah upaya
pertama yang dilakukan adalah mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan
ke lingkungan yang meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya. Di rumah
66
sakit islam faisal Makassar reduksi limbah pada sumber merupakan upaya yang
pertama di laksanakan yaitu dengan adanya mesin IPAL untuk mencegah atau
mengurangi terjadinya limbah yang keluar dari proses produksi. Reduksi limbah
pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume bahaya limbah yang akan keluar
ke lingkungan.
Islam merupakan agama yang memperkenalkan dan memerintahkan prinsip
menjaga kelestarian lingkungan. Allah swt berfirman :
Terjemahnya:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan
(Q.S AlQashahsh/28 : 77)
Dari ayat diatas jelas tercantum bahwa hendaknya kita dapat hidup seimbang,
dengan mengutamakan kebahagiaan akhirat sebagai visi kita dan juga merengkuh
kehidupan dunia serta kenikmatannya sesuai dengan ridha Allah, sebagai bekal kita
untuk kehidupan akhirat kelak.
Dan pada saat yang sama, ayat ini menasihatkan agar kita berbuat baik
padaorang lain, sekaligus dengan kriterianya (berbuat baiklah sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu). Allah menutup ayat ini dengan larangan bagi setiap
manusia agar mereka tidak membuat kerusakan, tidak semena-mena memperlakukan
manusia lain, mahluk lain, dan juga lingkungan sehingga semua menjadi rusak dan
67
meninggalkan warisan yang sia-sia bagi penerus kita. Allah menitipkan pada kita
agar kita dapat memelihara alam dan kehidupan ini supaya tetap menjadi kebaikan
bagi umat penerus kita kelak.
3. Akuntansi Lingkungan Di Rumah Islam Faisal Makassar
Dalam pengelolaan limbah produksi, perusahaan perlu menerapkan akuntansi
lingkungan untuk mendukung kegiatan operasional terutama dalam pengelolaan
limbah produksi.Akuntansi lingkungan merupakan bidang ilmuakuntansi yang
berfungsi dan mengidentifikasikan, mengukur, menilai, dan melaporkan akuntansi
lingkungan (Nilasari, 2014).Pentingnya akuntansi lingkungan pada dasarnya
menuntut kesadaran penuh perusahaan-perusahaan maupun organisasi lainnya yang
telah mengambil manfaat dari lingkungan. (Burhany, 2014)Implementasi akuntansi
lingkungan ditujukan untuk menghasilkan informasi yang berkaitan dengan
lingkungan. Dengan demikian maka bagi perusahaan yang menerapkan akuntansi
lingkungan akan ada tambahan biaya untuk menghasilkan informasi itu. Penting bagi
perusahaan-perusahaan atau organisasi lainnya agar dapat meningkatkan usaha
dalam mempertimbangkan konservasi lingkungan secara berkelanjutan. Sebagai
sebuah bentuk tanggung jawab organisasi (rumah sakit) dalam mengatasi masalah
limbah hasil operasional adalah dengan dilakukannya pengelolaan limbah
operasional tersebut dengan cara tersistematis melalui proses yang memerlukan biaya
yang khusus sehingga organisasi melakukan pengalokasian nilai biaya tersebut dalam
pencatatan keuangan perusahannya. Biaya lingkungan adalah biaya yang dikeluarkan
68
perusahaan berhubungan dengan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dan
perlindungan yang dilakukan. Hal ini juga di ungkapkan oleh Ibu Nur Hidayatullaely
selaku kasie Akuntansi dan verifikasi:
“baiya lingkungan merupakan biaya yang timbul dari kegiatan operasional
rumah sakit yang bertujuan untuk mengeloladan mencegah terjadinya
kerusakan di lingkungan sekitar rumah sakit, baik itu limbah, taman, dan
sebagainya. (wawancara pada tanggal 20 Oktober 2017)”
Akuntansi lingkungan menurut pihak rumah sakit adalah biaya yang timbul
dari kegiatan operasional rumah sakit yang bertujuan untuk untuk mengelola dan
mencegah terjadinya kerusakan, di lingkungan rumah sakit, baik itu limbah maupun
taman. Biaya ini keluarkan jika terjadi kerusakan ataupun untuk mencegah terjadinya
limbah yang dihasilkan dari aktifitas rumah sakit.Seperti biaya cleaning service yang
setiap saat membersihkan area rumah sakit untuk menjaga kenyamanan pengunjung
maupun pasien.Konsep akuntansi lingkungan bagi rumah sakit mendorong
kemampuan untuk meminimalisasi persoalan-persoalan lingkungan yang
dihadapinya. Ibu Nur Hidayatullaely mengungkapkan Bahwa:
“Akuntansi lingkungan jika diterapkan di lingkungan rumah sakit itu sangat
baik.Apalagi di sini merupakan rumah sakit dimana kami memiliki niat untuk
menyembuhkan pengunjung yang berada dalam masalah (sakit).Dengan
memiliki lingkungan yang baik maka secara tidak langsung itu juga
mempengaruhi kesehatan pasien yang datang dan juga lingkungan di sekitar
tidak terganggu dengan adanya rumah sakit ini karena kami melakukan
pengelolaan lingkungan.(wawancara pada tanggal 20 Oktober 2017)”
Akuntansi lingkungan jika diterapkan itu sangat baik untuk menjaga
lingkungan dari bahaya limbah yang ditimbulkan.Apalagi pihak rumah sakit
mempiliki niat untuk memberikan rasa aman dari bahaya limbah kepada pasien,
pengunjung maupun lingkungan di sekitar rumah sakit.Dalam pengelolaan limbah di
69
rumah sakit, terdapat biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pihak Rumah Sakit Islam
Faisal Makassar.Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa biaya yang
dikeluarkan pihak Rumah sakit dikelompokkan kedalam laporan keuangan rumah
sakit. Hal ini di ungkapkan Ibu Nur Hidayatullaeli selaku kasie Akuntansi bahwa:
“baiya yang dikeluarkan oleh pihak Rumah Sakit yaitu biyaIPAL, biaya
pengangkutan sampah medis, biaya retribusi sampah, biaya pekerjaan
drainase , dan biaya cleaning service. Adapula biaya listrik, tetapi biaya listrik
diakumulasikan ke dalam biaya listrik secara keseluruhan dengan biaya listrik
rumah sakit secara umum, karena tidak dimungkinkan untuk menghitung
biayalistrik secara tersendiri. (wawancara pada tanggal 20 Oktober 2017)”
PSAK memang belum mengatur secara tegas dan rinci hal-hal apa saja yang
wajib diungkapkan dalam pelaporan suatu entitas bisnis. Sehingga menciptakan
keberagaman sistem pencatatan di setiap instansi yang menghasilkan limbah seperti
di rumah sakit
4. IdentifikasianBiaya Lingkungan Di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
Mengidentifikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi akan melibatkan
pemilihanaktivitas-aktivitas ekonomi yang relevan bagi suatu organisasi tertentu.
Pengidentifikasian merupakan tahap awal dari tahapan siklus akuntansi, dengan
melakukan identifikasi terhadap transaksi-transaksi bisnis yang dilakukan oleh suatu
perusahaan dalam periode tertentu.Pertama kali rumah sakit menetukan biaya
lingkungan untuk pengelolaan biaya penanggulangan yang terjadi dalam kegiatan
operasional yaitu mengidentifikasi dampak negatifnya.Rumah sakit Islam Faisal
Makassar mengidentifikasikan semua kegiatan medis dan non medis yang memiliki
potensi menimbulkan pengaruh lingkungan dan mengalokasikan biaya untuk
pengelolaan lingkungannya.
70
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa biaya yang
dikeluarkan oleh pihak Rumah Sakit yaitu biaya pengangkutan sampah medis, biaya
IPAL, biaya pekerjaan drainase ,biaya cleaning service, dan biaya retribusi
sampah.Adapula biaya listrik, tetapi biaya listrik diakumulasikan ke dalam biaya
listrik secara keseluruhan dengan biaya listrik rumah sakit secara umum, karena tidak
dimungkinkan untuk menghitung biaya listrik secara tersendiri.
Rumah Sakit telah mengidentifikasi biaya yang timbul selama pengelolaan
limbah.Pengidentifikasian disesuaikan dengan kebijakan rumah sakit.Tidak adanya
standar yang mengatur secara khusus mengenai perlakuan biaya yangtelah
dikeluarkan untuk pengelolaan efek negatif dari sisa hasil operasional perusahaan,
maka sudah tepat jika rumah sakit dalam mengidentifikasi transaksi terkait
pengelolaan limbah dan melaporkan biaya-biaya atas pengelolaan limbah ke dalam
laporan operasional rumah sakit. Identifikasi terhadap biaya-biaya yang timbul
selama proses pengelolaan limbah tersebut akan bermanfaat untuk memudahkan
dalam menyajikan laporan keuangan dan sebagai bentuk pertanggunggjawaban
rumah sakit.
5. Pengakuan Biaya Lingkungan Di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
Elemen yang telah diidentifikasi akan diakui sebagai rekening dan disebut
sebagai biaya pada saat menerima manfaat dari jumlah nilai yang yang telah
dikeluarkan untuk pembiayaan lingkungan tersebut. Pengakuan biaya dalam
rekening dilakukan pada saat menerima manfaat dari sejumlah nilai yang telah
dikeluarkan.Rumah sakit Islam Faisal Makassar mengakui sebagai biaya apabila
71
sudah memberikan manfaat bagi Rumah Sakit.Bapak Risal selaku bagian IPAL
mengungkapkan bahwa:
“apabila limbah di angkut kita belum membayar nanti setelah kita
mendapatkan bukti lembaran ketujuh yaitu bahwa limbah tersebut sudah di
hancurkan baru kita bayarkan. (wawancara pada tanggal 16 Oktober 2017)”
Ibu Nur Hidayatulaeli juga mengungkapkan bahwa baru bisa disebut biaya
apabila sudah mendapatkan manfaat meskipun kas belum dikeluarkan.Itu
artinya pihak Rumah sakit menggunakan metode Akrual Basis dek di mana
pengakuan dilakukan saat sudah mendapatkan manfaat meskipun belum
dibayarkan secara tunai.Misalnya pada saat kita mengerimkan limbah ke PT
Mitra hijau disebut sebagai biya dan baru di bayarkan stelah mendapatkan
bukti bahwa limbah tersebut telah dihancurkan. Contohnya
Pengiriman: Biaya pengangkutan limbah Rp. xxx
Utang limbah Rp. xxx
Mendapatkan bukti: Utang limbah Rp. xxx
Bank Rp xxx
(Wawancara pada tanggal 20 Oktober 2017)”
Pada saat mengirimkan limbah medis ke PT. Mitra Hijau biaya pengangkutan
sampah medis diakui sebagai utang, dan saat rumah sakit mendapatkan bukti bahwa
limbah tersebut sudah dihancurkan maka biaya limbah akan di bayarkan melalui
bank. Pengakuan biaya dari kegiatan pengelolaan limbah dinyatakan dalam satuan
rupiah dan dicantumkan dalam laporan operasional rumah sakit, sehingga
diharapkan dapat memberikan informasi yang relevan, andal, dapat dibandingkan,
dan dapat dipahami para pengguna laporan keuangan.Dasar penggunaan akrual
basis dalam Q.S Al-Baqarah:282 yang Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalahtidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
72
mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan
dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu)…...(Q.S Al-
Baqarah:282)”
Dalam ayat tersebut seakan terlihat memberikan panduan mencatat suatu
transaksi secara akrual basis, ini merupakan nasihat bimbingan dari Allah swt.Bagi
hamba-Nya yang beriman, jika kita melakukan transaksi secara tidak tunai,
hendaklah kita menulisnya supaya jelas dapat menjaga jumlah dan batas waktu
muamalah tersebut, serta lebih menguatkan bagi saksi.
6. Pengukuran Biaya Lingkungan Di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
Hasil dari peneltian Kusumawati, 2016 diungkapkan bahwa Penentuan biaya
pengelolaan limbah adalah berdasarkan per kilogram sampah atau limbah yang
dikelola. Namun berapa unit kos setiap pengelolaan limbah belum dapat dipastikan,
karena belum dilakukan pengukuran. Pengukuran lebih berhubungan dengan masalah
penentuan jumlah rupiah yang dicatat pertama kali pada saat suatu transaksi
terjadi.Rumah sakit dalam mengukur biaya dalam hal pengelolaan limbah adalah
berdasarkan per kilogram limbah yang diolah menggunakan satuan moneter, dengan
menentukan besarnya jumlah rupiah yang harus dibayarkan.Pengukuran yang
dilakukan untuk menentukan kebutuhan pengalokasian pembiayaan sesuai dengan
kondisi perusahaan yang bersangkutan sebab masing-masing perusahaan memiliki
standar pengukuran yang berbeda. Hal ini juga di ungkapkan Ibu Nur Hidayatullaely
bahwa:
73
“Dalam pengukuran kita mengacuh pada hasil realisasi anggaran periode
sebelumya, jumlahnya sedikit berbeda tetapi tidak jauh berbeda dengan nilai
realisasi periode sebelunya. (wawancara pada tanggal 20 Oktober 2017)”
Dapat diketahui bahwa pihak Rumah Sakit Islam Faisal Makassar dalam
mengukur biaya pengelolaan limbah adalah menggunakan satuan
moneter.Pengukuran berdasarkan realisasi periode sebelumnya.Jumlah rupiah yang
dikeluarkan tidak jauh berbeda dengan realisasi pada periode
sebelumnya.(Suwardjono dalam Kusumawati, 2015) bahwasannya pengukuran
(measurement) adalah penentuan jumlah rupiah yang harus diletakkan pada suatu
objek yang terlibat dalam suatu transaksi keuangan, dan dijadikan data dasar dalam
penyusunan statemen keuangan.Sampai saat ini pengukuran terkaitdengan biaya
lingkungan belum ditetapkan standar pengukurannya.Sehingga pengukuran biaya
lingkungan lebihberdasarkan pada kebijakan yang ada disuatu perusahaan.Hal ini
diungkapkan pula (Mulyani 2013, dalam Sari 2017) Walaupun masih belum ada
standar pengukuran mengenai biaya lingkungan (dalam hal biaya pengelolaan
limbah) maka pengukuran biaya lingkungan ini berdasarkan kebijakan yang
diterapkan oleh perusahaan.
7. Penyajian Biaya Lingkungan Di Rumah Sakit Islam Faisal
Biaya-biaya pengelolaan limbah disajikan ke dalam laporan operasional
rumah sakit.Biaya-biaya tersebut memang dapat ditelusuri, namun tidaklah
mudah.Terlebih rumah sakit belum memiliki laporan khusus mengenai laporan
biayapengolahan limbah.Biaya yang timbul dalam pengelolaan lingkungan disajikan
bersama-sama dengan biaya unit yang lain. Penyajian biaya lingkungan dalam
74
laporan keuangan dapat dilakukan dengan nama yang berbeda sebab tidak ada
ketentuan baku untuk nama rekening untuk alokasi pembiayaan lingkungan. Rumah
sakit menyajikan biaya lingkungan secara bersama-sama ke dalam laporan keuangan
umum. Hal tersebut juga diungkapkan Ibu Nur Hidayatullaely:
“Untuk biaya pengelolaan limbah kami menyajikan secara bersam-sama ke
dalam satu laporan keuangan, biaya disajikan ke dalam pos biaya operasional.
Tidak ada penyajian khusus atas biaya lingkungan yang terjadi. (Wawancara
pada tanggal 20 oktober 2017)”
Berdasarkan hasil pengamatan atas penyajian biaya lingkungan, telah
diketahui bahwa Rumah Sakit Islam Faisal Makassar menyajikan biaya lingkungan
bersamaan dengan biaya yang berhubungan dengan pengelolaan limbah. Penyajian
tersebut dilakukan bersama sebagai sub-sub biaya operasional.Sehingga penyajian
terkait kegiatan pengelolaan limbah tersebut akanmemudahkan para pembaca
laporan keuangan untuk memahami dan membandingkan kinerja yang dicapai. Oleh
karenanya, rumah sakit juga perlu untuk membuat akun khusus untuk biaya
pengelolaan limbah dalam laporan keuangannya, sehingga akan memudahkan dalam
menelusuri setiap biaya yang dikeluarkan dan nantinya diharapkan pihak
pengguna/pembaca laporan keuangan, baik internal maupu eksternal percaya bahwa
rumah sakit telah mengelola limbahnya dengan baik, hal tersebut ditunjukkan dengan
adanya biaya khusus terkait pengelolaan limbah, sehinggaakan memudahkan
mengetahui kinerja rumah sakit.
8. Pengungkapan Biaya Lingkungan Di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
Pengungkapan merupakan tahap terakhir dari proses perlakuan akuntansi.
Bentuk pengungkapan merupakan transparansi suatu entitas kepada publik.Selain itu,
75
pengungkapan memberikan informasi yang bermanfaat yang tidak dapat dijelaskan
oleh data keuangan.Terkait dengan biaya lingkungan yang dilakukan oleh rumah
sakit, memang belum ada standar khusus yang mengatur tentang
pengungkapannya.Namun.Akan lebih baik jika rumah sakit mengungkapkannya.
Pengungkapan dalam akuntansi lingkungan merupakan jenis pengungkapan
suka rela, berkaitan dengan masalah bahwa suatu informasi keuangan sebuah instansi
seperti di rumah sakit diungkapkan atau tidak.Kegiatan pengelolaan limbah rumah
sakit perlu untukdiungkapkan terutama terkait transaksi yang dilakukan,sehingga
akan memberikan informasi yang berguna bagi para stakeholders, terlebih dalam
laporan keuangan yang disajikan.Pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah
rumahsakit belum dilakukan pencatatan akuntansi tersendiri dalam laporan khusus
biaya lingkungan.Ibu Nur Hidayatullaely mengungkapkan bahwa:
“kami sudah menyajikan kegiatan mengenai biaya pengelolaan limbah yang
dilakukan oleh pihak rumah sakit dan ini biaya harus diungkapkan.Biaya
pengelolaan limbah diungkapkan ke dalam laporan operasional rumah sakit.
(Wawancara pada tanggal 20 oktober 2017)”
Adanya pengungkapan sama halnya seperti penyempurnaan dalam proses akuntansi
biaya lingkungan. Biaya yang timbul dari kegiatan pengelolaan limbah olehrumah
sakit, diungkapkan ke laporan operasional.Pengungkapan tersebut bermanfaat untuk
mengetahui setiap transaksi yang terjadi selama kegiatan pengelolaan limbah rumah
sakit.Pada dasarnya Rumah Sakit Islm Faisal sudah melakukan identifikasi,
pengakuan,pengukuran, serta penyajian, serta pengungkapan laporan keuangan.
76
9. Tanggung Jawab Sosial Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
Pencemaran dan limbah produksi merupakan salah satu contoh dampak
negatif dari operasional rumha sakit yang memerlukan sistem akuntansi lingkungan
sebagai kontrol tanggung jawab rumah sakit.Pertanggungjawaban sosial merupakan
suatu manifestasi kepedulian lingkungan terhadap tanggung jawab sosial dari
perusahaan.Pertanggungjawaban sosial timbul jika organisasi mempunyai
tanggungjawab terhadap masalah sosial dan lingkungan disekitamya. Kemajuan
teknologi mendorong adanya kerjasama antara pemerintah dan perusahaan untuk
terus menjaga kelestarian lingkungan dan sekitarya agar keberadaan faktor-faktor
sumber daya ekonomis dapat terus dijaga kelestariannya. setiap organisasi atau
perusahaan yang menghasilkan produk atau jasa sebagai output atas kegiatan
operasionalnyaotomatis memiliki tanggungjawab terhadap lingkungan di sekitar
perusahaan.
Masyarakat merupakan salah satu unsur penting dalam keberlanjutan
kegiatan operasional rumah sakit. Dengan adanya masyarakat di sekitar rumah sakit,
maka dapat meningkatkan profit rumah sakit dan produktivitasnya. Pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan oleh rumah sakit semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat terkait kesehatan. Jadi rumah sakit dapat bertahan atau tetap
berlangsung kegiatan operasionalnya dengan dukungan dari masyarakat. Tanggung
jawab yang dimaksud adalah bagaimana organisasi tersebut mengintegrasikan
perhatian terhadap lingkungan.Hal tersebut juga di jelaskan oleh Ibu Nur
Hidayatullaeli selaku kasie akuntansi bahwa:
77
“pihak rumah sakit telah mengelola limbahnya dengan baik dan tidak
menggangu masyarakat di sekitar rumah sakit, karena kami memiliki tempat
tersendiri untuk menampung sampah hingga batas tertentu untuk selanjutnya
akan di angkut oleh dinas yang bersangkutan. (Wawancara pada tanggal 20
Oktober 2017)”
Dilanjutkan dengan pernyataan Bapak Risal selaku bagian IPAL yang
menyatakan bahwa:
“Kami telah menjaga kebersihan dengan baikkarena kebersihan yang paling
utama. Di rumah sakit ini cleaning servicenya sekitar 35 orang yang setiap
hari bertugas membersihkan di rumah sakit. Dan selama saya bekerja di
rumah sakit tidak ada keluhan dari masyarakat sekitar mengenai limbah yang
di timbulkan dari aktifitas rumah sakit. (Wawancara pada tanggal 16 oktober
2017)
Hal ini juga didukung dengan pernyataan ibu Nurhayati yang tinggal di
sekitar rumah sakit:
“saya tidak merasa terganggu dengan pembuangan limbah cair mau pun
padatnya karna sampahnya di pisahkan dan diangkut setiap hari dengan mobil
Tangkasaki.Aman-aman saja kalau masalah limbah sampah rumah sakit bau-
bau pun tidak ada.(Wawancara pada tanggal 20 oktober 2017).
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pihak, dapat disimpulkan
bahwa Rumah Sakit Islam Faisal mengelola limbahnya dengan baik dan aman untuk
lingkungan sekitar rumah sakit, karena rumah sakit memiliki tanggungjawab kepada
kepada masyarakat.Dapat dilihat bahwa kegiatan rumah sakit harus memiliki
nilai-nilai sosial yang selaras dengan nilai-nilai masyarakat. Sesuai dengan teori
Legitimasi yang menyatakan bahwa perusahaan beroperasi dalam lingkungan
eksternal dan mereka berusaha meyakinkan bahwa perilaku mereka sesuai dngan
batas-batas dan norma masyarakat. (Sakdiyah, 2017)Rumah sakit di dalam
lingkungan masyarakat memiliki sebuah legitimasi untuk bisa melaksanakan
78
kegiatannya, namun seiring dengan bertambahnya waktu posisi rumah sakit menjadi
amat penting dalam kehidupan masyarakat sehingga secara otomatis dampak yang
ditimbulkan juga akan menjadi sangat besar. Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan
kesehatantidak boleh menjadi sumber pencemar bagi lingkungannya, namun
sebaliknya harusmemberikan dampak positif.Tanggung jawab sosial merupakan
salah satu upaya menunjukkan kepedulian rumah sakit. Bentuk kepedulian ini
bermacam-macam antara lain perlindungan lingkungan, jaminan kerja, hak asasi
manusia, interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat.
10. Penerapan Akuntansi Lingkungan Dalam Upaya Pencegahan Limbah
Rumah Sakit
Untuk pengolahan limbah dari kegiatan operasionalnya,rumah sakit perlu
mengalokasikan biayadidalamnya.Perhitungan biaya dalam penanganan
limbahtersebut diperlukan adanya perlakuan akuntansi yangtersistematis secara
benar.Perlakuan terhadap masalahpenanganan limbah hasil operasional perusahaan
ini menjadisangat penting dalam kaitannya sebagai sebuah kontroltanggung jawab
perusahaan terhadap lingkungannya.Alokasi biaya pengolahan limbah terhadap
produk atauproses produksi dapat memberikan manfaat motivasi bagimanajer atau
bawahannya untuk menekan polusi sebagaiakibat dari proses produksi tersebut.(Sari,
2017) Akuntansi lingkungan merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi untuk
mengidentifikasikan, mengakui, mengukur, menilai, menyajikan dan
mengungkapkan akuntansi lingkungan.Dalam hal ini pencemaran dan limbah
79
produksimerupakan salah satu contoh dampak negatif dari operasional rumah sakit
yangmembutuhkan sistem akuntansi lingkungan sebagai pengendali terhadap
pertanggungjawaban rumah sakit.
Menurut warga yang tinggal di sekitar Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
merasa tidak terganggu dengan adanya rumah sakit, dalam hal pengelolaan limbah
pihak rumah sakit sudah melakukan pengelolaan dengan baik, tidak ada sampah yang
bertumpuk dan tidak ada bau tidak enak yang dihasikan dari kegiatan
operasionalnya.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai penerapan akuntansi lingkungan di
rumah sakit Islam Faisal maka dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Rumah Sakit Islam faisal Makassar mereduksi limbah pada sumbernya
merupakan upaya yang pertama di laksanakan. Adanya mesin IPAL yaitu
untuk mencegah atau mengurangi terjadinya limbah yang keluar dari proses
produksi. Rumah Sakit Islam Faisal sudah mengelola limbahnya dengan baik.
2. Rumah Sakit Islam faisal Makassar telah melakukan tahapan perlakuan
akuntansi untuk biaya pengelolaan limbah. Biaya yang timbul terkait
pengelolaan limbah Rumah Sakit Islam Faisal terdiri dari biaya pengangkutan
sampah medis, biaya pekerjaan drainase ,biaya cleaning service dan biaya
IPAL. Di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar telah mengidentifikasi biaya
yang timbul selama pengelolaan limbah dan mengakui biaya lingkungan yang
terjadi sebagai biaya operasional, pengakuan tersebut menggunakan metode
Akrual Basis. Rumah sakit dalam mengukur biaya dalam hal pengelolaan
limbah adalah berdasarkan per kilogram limbah yang diolah. Pengukuran
oleh pihak rumah sakit menggunakan satuan moneter, dengan menentukan
besarnya jumlah rupiah yang harus dibayarkan. Rumah Sakit Islam Faisal
Makassar menyajikan biaya lingkungan bersamaan dengan biaya yang
81
berhubungan dengan pengelolaan limbah. Penyajian dan pengungkapan
dilakukan bersama sebagai sub-sub biaya operasional dalam rekening biaya
administrasi dan umum.
B. Saran
Peneliti menyadari bahwa dari hasil penelitian yang telah disimpulkan
masih terdapat banyak kekurangan, namun peneliti mencoba untuk memberikan
saran yakni:
1. Adanya isu pencemaran lingkungan yang berdampak langsung terhadap
lingkungan sekitar tentunya membutuhkan perhatian dan penanganan
khusus agar tidak terjadi pencemaran lingkungan. Dengan kondisi yang
seperti itu, ada baiknya perlu untuk mempelajari lebih mendalam
mengenai akuntansi lingkungan sehingga kita dapat mengambil langkah
yang tepat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan demi kebaikan
semua pihak.
2. Belum adanya standar yang mengatur mengenai perlakukan akuntansi atas
pengelolaan limbah, sehingga kurang bisa dibandingkan sesuai tujuan
penelitian. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menemukan standar yang
mengatur perlakukan akuntansi terkait pengelolaan limbah, agar dapat
dibandingkan dengan kondisi yang ada.
82
DAFTAR PUSTAKA
Agustia, Dian. 2010. Pelaporan Biaya Lingkungan Sebagai Alat Bantu Bagi
Pengambilan Keputusan Yang Berkaitan Dengan Pengelolaan
Lingkungan. Jurnal Akuntansi: Akrual. 1(2): 190-214.
Aminah dan Noviani. 2014. Analisis penerapan Akuntansi Lingkungan di Rumah
Sakit Mardi Waluyo Metro. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. 5(2): 1-16.
Amiri, Nikzad. 2014. Environment Accounting. International Journal of
Economy, Management and Social Sciences. 3(7): 382-385.
Aniela, Yoshi. 2012. Peran Akuntansi Lingkungan Dalam Meningkatkan Kinerja
Lingkungan Dan Kinerja Keuangan Perusahaan .Berkala Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi. 1(1):15-19.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian kualitatif. Prenada Media Group:Jakarta
Burhany, Dian Imanina. 2014. Pengaruh Implementasi Akuntansi Lingkungan
Terhadap Kinerja Lingkungan Dan Pengungkapan Informasi Lingkungan.
Proceedings SNEB. 1-8.
Atik, Adel M. Amro. 2011. Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Secara Terpadu
di Rumah Sakit. Jurnal Dian. 11(2). 170-181.
D Murthy, Srinivasa. 2014. Conceptual Framework Of EnvironmentalAccounting
And Reporting: An Overview. EPRA International Journal of Economic
and Business Revie. 2(2): 43-51.
Damayanti dan Destia Pentiana. 2013. Global Warming dalam Perspektif
Environmental Management Accounting EMA. Jurnal Ilmiah Esai. 7(10):
1- 14.
Debora, Maria Falentina dan Mutia, Ismail. 2013. Implikasi Akuntansi
Lingkungan Serta Etika Bisnis Sebagai Faktor Pendukung
Keberlangsungan Perusahaan di Indonesia. Jurnal Akuntansiku. 1-15.
Dewi, Santi Rahma. 2016. Pemahaman Dan Kepedulian Penerapan Green
Accounting : Studi Kasus UKM Tahu Di Sidoarjo. Prosiding Seminar
Nasional Ekonomi Dan Bisnis & Call For Paper, FEB UMSIDA:
479-511.
Dutta, Angshuman. 2014. An Overview of Impacting Factors on Environment
Cost in the Area of Environment Accounting. The International
Journal Of Business & Management. 2(12): 66-72.
Fahriyah, Lailatul, Husaini dan Noor Ahmad Fadillah. 2016. Pengetahuan Dan
Sikap Dengan Perilaku Perawat Dalam Pemilahan Dan Pewadahan
83
Limbah Medis Padat. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia.
3(3): 94-99.
Fua, Jumarddin La. 2014. Aktualisasi Pendidikan Islam Dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup Menuju Kesalehan Ekologis. Jurnal Al-Ta’dib. 7(1):
19- 36.
Gholami, Sajad, Ayat Tamri Neia, Behzad Gohari. 2013. Environmental
Accounting (From Concept to Practice). Journal of Basic and Applied
Scientific Research. 3(1): 239-443.
Hamdi, Fahmi. 2013. LingkunganHidupDalamPerspektifFikih Islam.Ta’lim
Muta’allim. 3(5): 75-85.
Harapah, Rabiah. 2015. Etika Islam Dalam Mengelola Lingkungan. Jurnal
Edutech. 1(1): 1-13.
Hariyanto, Ishak. 2015. Pandangan Al-Aqur’an tentang Manusia. Komunike. 7(2):
38-51.
Irianti, Niar, Yeni Farida dan Tia rizkya. 2014. Penerapan Green Accounting Bagi
Rumah Sakit Sektor Publik dalam Rangka Mendukung Peran Akuntansi
Manajemen. Jurnal informasi keungan dan Akuntansi. 12(1): 49-59.
Islamey, Fika Erisya. 2016. Perlakuan Akuntansi Lingkungan Terhadap
Pengelolaan Limbah pada Rumah Sakit Paru Jember. Jurnal Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember. 1-20.
Iswanto, Agus. 2013. RelasiManusiadenganLingkungandalam Al-Qur’an. Cuyuf.
6(1):1-18.
Kamieniecka, Malgorzata. 2013. Environmental AccountingAs An Expression Of
Implementation Of CorporatE Social Responsibility Concept.
International conference. 923-934.
Kusumawati, Titi dan Sudarno. 2015. Perrlakuan Akuntansi atas Limbah pada
RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Artikel Ilmiah Mahasiswa. 1-6.
Lutfi, Ahmad. 2004. Pencemaran Lingkungan. Surabaya.
Maulana, Muchsin, Hari Kusnanto Dan Agus Suarni. 2017. Pengolahan Limbah
Padat Medis Dan Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di
RS Swasta Kota Jogja. The 5 Urecol Proceeding. 184-190.
Mardikawati, Shela Ika, Luky Patricia, dan Renna Magdalena. 2014. Evaluasi
Penerapan Manajemen Akuntansi Lingkungan pada PT II. Jurnal Gema
Aktualita. 3(2): 98-108.
84
Megananda, Cici dan Rochman effendi. 2016. Perlakuan akuntansi atas biaya
lingkungan pada RS Perkebunan dan RSUD Balung di kabupaten Jember.
Artikel ilmiah mahasiswa. 1-7.
Muid, Dul. 2011. Penerpan Corporate Social Responsibilty Terhadap Stock
Return. Fokus Ekonomi: 105-121.
Nilasari, Fitri. 2014. Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Terhadap
Pengelolaan Limbah. Artikel Ilmiah Mahasiswa. 1-7.
Noor, Anggie Rahadian, Nurleli dan Rini Lestari. 2016. Studi Tentang Penerapan
Akuntansi Lingkungan Dalam Kaitannya Dengan Kinerja Lingkungan.
Prosiding Akuntansi. 403-407.
Nur, Marzully. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan
Corporate Social Responsibility. Jurnal Nominal. 1(1): 22-34.
Nuryanti, Tira Novi, Nurlely dan Yuni Rosdiana. 2015. Pengaruh Akuntansi
Lingkungan Terhadap Kinerja Lingkungan. Prosiding Penelitian SPeSIA:
214-220.
Panggabean, Rosinta Ria dan Holly Deviarti. 2012. Evaluasi Pengungkapan
Akuntansi Lingkungan dalam Perspektif PT. Timah Persero Tbk.
Binus Business Review. 3(2):1010-1028.
Pratiwi, Mega Wahyu. 2013. Akuntansi Lingkungan Sebagai Strategi Pengelolaan
Dan Pengungkapan Pada Perusahaan Manufaktur. Jurrnal Mahasiswa
Teknologi. 1- 19.
Puspitasar, Dinarjati Eka. 2009. Dampak Pencemaran Air Terhadap Kesehatan
Lingkungan Dalam Perspektif Hukum Limngkungan (Studi Kasus Sungai
Code di Kelurahan Wiroguna Kecamatan Mergangsan dan Kelurahan
Prawirodirjan Kecamatan Gondomanan Yogyakarta). Mimbar Hukum.
21(1): 23-34.
Rahahleh, Mohammad Yassin. 2011. Means for Implementation of Environmental
Accounting Jordanian Perspectives. International Journal of Business and
Management. 6(3): 124-135.
Rahmat, Puput Saeful. 2009. Penelitian Kualitatif. Equilibrium. 5(9):1-8
Rahno, Dionisius, Jack Roebijoso dan Amin Setyo Leksono. 2015. Pengelolaan
Limbah Medis Padat Di Puskesmas Borong Kabupaten Manggarai Timur
Propinsi Nusa Tenggara Timur. J-PAL. 6(1): 22-32.
Ratnasari, Yunita. 2011. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Luas
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di Dalam
Sustainability Report. Skripsi. Universitas Dipenogoro.
85
Ridlo, Muhammad Naufal. 2016. Perlakuan Akuntansi Atas Pengelolaan Limbah
Pada Rumah Sakit Umum Daerah Blambangan Banyuwangi. Artikel
Ilmiah Mahasiswa : 1-6.
Rustiarini, Ni Wayan. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham Pada
Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Jurnal Ilmiah & Bisnis.
6(1): 1-24.
Said, Nusa Idam. 2006. Paket Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit
Yang Murah Dan Efisien. JAI. 2(1): 52-65.
Sakdiyah, Halimatus. 2017. Analisis Penerapan Environmental Managemental
Accounting (EMA) Pada RSUD DR.H.Slamet Martodjirjo Pamekasan.
Jurnal Performance Bisnis & Akuntansi. 7(1): 1-18.
Sambharakreshna, Yudhanta. 2009. Akuntansi Lingkungan dan Akuntansi
Manajemen Lingkungan: Suatu Komponen Dasar Strategi Bisnis.
Jurnal Investasi. 5(1): 1-21.
Sari, Mitra. 2017. Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Rumah Sakit
Umum Daerah Daya Makassar. Jurnal Riset Edisi XII. 3(1): 42-54.
Sari, Risa Nurwulan. 2017. Analisis Penerapan Biaya Lingkungan Sebagai
Pertanggungjawaban Sosial Di RSI Hidayatullah Yogyakarta. Jurnal
Kajian Bisnis. 25(2): 194-215.
Sitepu, Putri Y, Nurmaini dan Surya Dharma. 2015. Sistem Pengelolaan Limbah
Medis Padat Dan Cair Serta Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan
Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Medis Padat Dan Cair Di Rumah Sakit
Umum Kabanjahe Karo. Jurnal. 2(1): 1-9.
Siahaan, N. H. T. 2004. Hukumlingkungandanekologipembangunan. Jakarta:
Erlangga.
Subekti, Sri. 2011. Pengaruh Dan Dampak Limbah Cair Rumah Sakit Terhadap
Kesehatan Serta Lingkungan. Jurnal Teknik Lingkungan Universitas
Pandanaran Semarang. 1-6. Sudarno dan Wida Rahayu S. 2015. Analisis Perlakuan Akuntansi Atas Biaya
Pengolahan Limbah Pabrik Gula Lestari Nganjuk PT. Perkebunan
Nusantara X. Artikel Ilmiah Mahasiswa. 1-5.
Suartana, I wayan. 2010. Akuntansi Lingkungan dan Triple Bottom Line
Accounting: Paradigma Baru Akuntansi Bernilai Tambah. Jurnal Bumi
Lestari. 10(1): 105-112.
Sunarto. 2016. Manajemen Lingkungan Rumah sakit dalam Rangka Mewujudkan
Green Hospital. Proceeding Biology Education Confrence. 13(2): 757-
762.
86
Tanc, Ahmed dan Kadir Gokoglan. 2015. The Impact of Environmental
Accounting on Strategic Management Accounting: A Research on
Manufacturing Companies. International Journal of Economics and
Financial Issues. 5(2): 566-573.
Waang, Delila Grez, Hironimus Fernandez dan Ruslan Ramang. 2016. Analisis
Efektivitas Instalasi Pengolahan Air Limbah Dan Penilaian Masyarakat
Terhadap Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Umum W. Z. Yohanes
Kupang. Jurnal Bumi Lestari. 16(2): 92-99.
Wardani, Nurul Kusuma dan Indira Januarti. 2013. Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responcibility
(CSR). Diponegoro Journal Of Accounting. 2(2): 1-15.
Yuliantini, Putu Anik, Gusti Ayu Purnamawati dan Nyoman Trisna Herawati.
2017. Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Unit Tempat
Pengelolaan Sampah Terpadu Di Badan Usaha Milik Desa. Jurnal
Akuntansi Program S1. 7(1): 1-12.
Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif Dan Penelitian
Gabungan. Kencana :Jakarta
87
Lampiran
88
Lampiran 1: Manuskrip
A. Petugas Bagian IPAL
Nama : Risal
Jabatan : Instalasi sanitasi lingkungan
Alamat : Perm. Griya Kenari N0.3 Jl. Dg. Kulli Kel. Parantambung
Pencegahan pencemaran merupakans trategi penting bagi rumah sakit
dalam upaya pengelolaan lingkungan dan hal tersebut membutuhkan perencanaan
yang terpadu dan menyeluruh yang mempengaruhi aktivitas rumah sakit secara
keseluruhan.
1. Apakah Bapak /Ibu pernah mengikuti pelatihan pengelolaan limbah medis
rumah sakit?
Jawaban :iya pernah. Satu tahun sekali kita mengikuti pengelolaan limbah
yang diadakan sekota Makassar.
2. Kegiatan operasional apasaja yang dilakukan di rumah sakit islam faisal?
Jawaban :
a. Rawat jalan
b. Rawat inap
c. Membantu pendidikan tenaga medis
d. Membantu penelitian dan pengemban gantenaga medis
3. Limbah apasaja yang dihasilkan dari kegiatan operasional rumah sakit ?
Jawaban:
89
Limbah yang dihasilkan rumah sakit berupa limbah padat dan limbah cair.
Limbah ini berasal dari kegiatan operasional rumah sakit.
4. Bagaimana proses pengelolaan limbah tersebut?
Jawaban:
Limbah Cair :Denga nmenggunakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah
(IPAL) roses pengelolaan air limbah Rumah Sakit Islam Faisal yaitu
dengan biofil teranaerob-aerob. Di IPAL itu ada kolam untuk ikan, jadi
sebelum di buang itu lewat kolam dulu di situ ada ikan jika ikannya tidak
mati kemungkinan itu tidak berbahaya tapi bukan cum aitu yang dijadikan
patokan kita juga melakukan pemeriksaan setiap bulan dan sekarang kita
pemeriksaannya di Badan Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL).
LimbahPadat :
a. Limbah padat medis: Rumah Sakit Islam Faisal belum memiliki
izin operasional untuk mesin incinerator jadi kita bekerjasam
adengan perusahaan Mitra Hijau Asia, disitu perusahaan
pengangkut limbah medis dan itu hampir semua di Sulawesi
Selatan bekerjasama dengan perusaan itu kalau belum ada mesin
incinerator. Sebenarnya incinerator hanya membaka tapi hasil
pembakarannya juga tidak bias di buang kesembarang tempat.
Mitra Hijau Asia hanya mengangkut saja dari sini ke kapal dan
mobil pengangkutnya juga semua harus tertutup dan memiliki izin.
90
Ini di angkut kedaerah Jawa dan di musnahkan di perusahaan PT.
Tenang Jaya Sejahtera.
b. Limbah padat Non medis: untuk limbah padat non medis kita
bekerjasama dengan pemerintah kota jadi setiap hari diangkut
dengan truk Tangkasaki dan buaangnya juga ke TPA yang di
Antang.
5. Apakah pihak rumah sakit telah menjaga kebersihan dengan baik?
Jawaban:
Kami telah menjaga kebersihan dengan baik karena kebersihan yang
paling utama. Di rumah sakit ini cleaning servicenya sekitar 35 orang
yang setiap hari bertugas membersihkan di rumah sakit. Dan selama saya
bekerja di rumah sakit tidak adakeluhan dari masyarakat sekit mengenai
limbah yang di timbulkan dari aktifitas rumah sakit
6. Selama Bapak/Ibu bekerja di rumah sakit apakah ada keluhan dari
masyarakat sekita rmengenai limbah yang ditimbulkan dari aktifitas
operasional rumah sakit?
Jawaban:Tidak pernah. Selama saya bekerja di rumah sakit tidak
adakeluhan dari masyarakat sekita rmengenai limbah yang di timbulkan
dari aktifitas rumah sakit.
91
B. Bagian Akuntansi
Nama : Nur Hidayatullaely
Jabatan : Kasie Akuntansi & verifikasi
Alamat : Bonto Dg. Ngirate No. 77 C
Pada perkembangannya, akuntansi kini tidak hanya sebagai suatu teknik
pemrosesan data saja, akan tetapi akuntansi juga sebagai alat penyajian,
pengukuran, pengklasifikasian dari bentuk pertanggungjawaban pihak perusahaan
terhadap lingkungan untuk menghasilkan informasi yang bersifatnyata dan
relevan bagi pihak yang bersangkutan.
7. Bagaimana menurut Ibu, jika akuntansi lingkungan di terapkan di lingkungan
rumah sakit?
Jawaban:
Akuntansi lingkungan jika diterapkan di lingkungan rumah sakit itu sangat baik.
Apalagi di sini merupakan rumah sakit dimana kami memiliki niat untuk
menyembuhkan pengunjung yang berada dalam masalah (sakit). Dengan
memiliki lingkungan yang baik maka secara tidak langsung itu juga
mempengaruhi kesehatan pasien yang datang dan juga lingkungan di sekitar
tidak terganggu dengan adanya rumah sakit ini karena kami melakukan
pengelolaan lingkungan. Baiya lingkungan itu sendiri merupakan biaya yang
timbul dari kegiatan operasional rumah sakit yang bertujuan untuk mengelola
dan mencegah terjadinya kerusakan di lingkungan sekitar rumah sakit, baik itu
limbah, taman, dan sebagainya.
92
Biaya lingkungan adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan berhubungan
dengan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dan perlindungan yang
dilakukan. Biaya lingkungan mencakup baik biaya internal (berhubungan dengan
pengurangan proses produksi untuk mengurangi dampak lingkungan) maupun
eksternal berhubungan dengan perbaikan kerusakan akiba tlimbah yang
ditimbulakan.
8. Dalam proses pengelolaan limbah pasti membutuhkan biaya,apa saja biaya
yang dikluarkan?
Jawaban :
baiya yang dikeluarkan oleh pihak Rumah Sakit yaitu biya pengelolaan air
limbah, biaya pengangkutan sampah medis, biaya pekerjaan drainase
,biaya cleaning service dan biaya pemeliharaan. Ada pula biaya listrik,
tetapi biaya listrik diakumulasikan kedalam biaya listrik secara
keseluruhan dengan biaya listrik rumah sakit secara umum, karena tidak
dimungkinkan untu kmenghitung biaya listrik secara tersendiri.
9. Bagaimana pengidentifikasian yang dilakukanatas biaya pengelolaa
nlimbahnya?
Jawaban:
Rumah sakit Islam Faisal Makassar mengidentifikasikan semua kegiatan
medis dan non medisyang memiliki potensi menimbulkan pengaruh
lingkungan dan mengalokasikan biaya untuk pengelolaan lingkungannya.
10. Bagaimana pengakuan yang dilakukanata sbiaya pengelolaan limbahnya?
93
Jawaban :
Disebut biaya apabila sudah mendapatkan manfaat meskipun kas belum
dikeluarkan. Itu artinya pihak Rumah sakit menggunakan metode Akrual
Basis di mana pengakuan dilakukan saat sudah mendapatkan manfaat
meski pun belum dibayarkan secara tunai.
11. Bagaimana pengukuran yang dilakukan atas biaya pengelolaan limbahnya?
Jawaban:
Dalam pengukuran kita mengacuh pada hasil realisasi anggaran periode
sebelumya, jumlahnya sedikit berbeda tetapi tidak jauh berbeda dengn
nilai realisasi periode sebelunya.
12. Bagaimana penyajian yang dilakukan atas biaya pengelolaan limbahnya?
Jawaban :
Untuk biaya pengelolaan limbah kami menyajikan secara bersam-sama
kedalam satu laporan keuangan, biaya disajikan kedalam pos biaya
operasional.
13. Bagaimana pengungkapan yang dilakukan atasbiaya pengelolaan limbah?
Jawaban :
kami sudah menyajikan kegiatan mengenai biaya pengelolaan limbah dan
ini biaya harus diungkapkan Biaya pengelolaan limbah diungkapkan
kedalam laporan operasiona lrumahs akit,.”
94
C. Lingkungan Masyarakat
Nama : Nurhayati
Alamat : Jl. Faisal
Warga Yang Tinggal di Sekitar Rumah Sakit
Selain memberikan kesembuhan dan peningkatan deraja tkesehatan
masyarakat, kegiatan rumah sakit juga memilik ihasil sampingan yaitu berupa
buangan baik buangan padat, cair dan gas yang banyak mengandung kuman
phatogen, zatkimia yang beracun, zatradioaktif dan lain-lain.
14. Dengan adanya rumah sakit,apakah lingkungan disekita rtidak terganggu
dengan pembuangan limbahnya?
Jawaban:
Saya tidak merasa terganggu dengan pembuangan limbah cair mau pun
padatnya karna sampahnya di pisahkan dan diangkut setiap hari denga
nmobil Tangkasaki. Aman-aman saja kalau masalah limbah sampah rumah
sakit bau-bau pun tidak ada.
15. Apakah ada dampak yang ditimbulkan dari pembuangan limbah rumah
sakit?
Jawaban: selam asaya tinggal di sini tidak ada dampak yang ditimbulkan.
Rumah saki tmengelolah limbahnya dengan baik.
95
Lampiran 2: Laporan Biaya Kebersihan Dan Sanitasi Rumah Sakit Islam Faisal
Nama akun
Jumlah
BK16-
004136
Biaya pekerjaan Drainase Rp XXX
BK16-
004137
Biaya pengangkutan sampah medis Rp XXX
BK16-
004201
Biaya IPAL Rp XXX
BK16-
004246
Biaya retribusi sampah Rp XXX
BK16-
004293
Biaya cleaning service Rp XXX
Total Rp XXX
96
Lampiran 3: SPO Pembuangan Sampah Medis & Non Medis
RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL
Jl.A.Pangerang Pettarani
Telp. 0411 853364, Fax.0411857010
MAKASSAR 90222
PEMBUANGAN SAMPAH MEDIS & NON MEDIS
No. Dokumen
...../A…/SPO/RSIF/2017
No. Revisi
0 Halaman 1/1
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Tanggal Terbit
25-08-2017
DITETAPKAN OLEH DIREKTUR UTAMA
dr.Hj.Arfiah Arabe T.,MARS
PENGERTIAN Adalah tata kerja dalam melakukan pembuangan sampah dari ruangan dan lingkungan
Rumah Sakit ke TPS
TUJUAN
1. Mencegah infeksi nosokomial di rumah sakit.
2. Mencegah kejadian yang tidak diinginkan.
3. Melindungi petugas dari kecelakaan kerja di rumah sakit
KEBIJAKAN
1. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. Standar pelayanan Rumah Sakit tahun 1999.
3. Pedoman sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 1992.
4. Buku pedoman Infeksius Nosokomial tahun 2001.
PROSEDUR
1. Mengumpulkan sampah dari kamar-kamar pasien, Koridor dan Nurse Station
2. Sapu Semua halaman dari depan hingga belakang sekitar lingkungan rumah sakit
3. Mengumpulkan dan memisahkan sampah medis dan non medis
4. Memasukkan sampah ke dalam bak sampah yang sudah disediakan
5. Membuang sampah ke TPS sesuai dengan jenis sampah yang sudah ditentukan
6. Menimbang sampah medis dan catat di kartu control yang telah disediakan
UNIT KERJA TERKAIT Seluruh unit kerja
97
Lampiran 4: SPO Pengoperasian Pengelolaan Air Limbah
RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL
Jl.A.Pangerang Pettarani
Telp. 0411 853364, Fax.0411857010
MAKASSAR 90222
PENGOPERASIAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH
No. Dokumen
...../A…../SPO/RSIF/2017
No. Revisi
0 Halaman 1/1
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Tanggal Terbit
25-09-2017
DITETAPKAN OLEH DIREKTUR UTAMA
dr.Hj.Arfiah Arabe T.,MARS
PENGERTIAN Pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD, partikel tercampur serta
membunuh organisme pathogen.
TUJUAN Untuk memusnahakan sampah medis infeksisus sehingga tidak mencemari lingkungan
Rumah Sakit.
KEBIJAKAN
5. UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
6. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
7. Standar pelayanan Rumah Sakit tahun 1999.
8. Buku pedoman Infeksius Nosokomial tahun 2001.
PROSEDUR
1. Menjalankan pompa blower
Putar swit ke arah AUTO pada panel control, pompa air jet injector akan
beroperasi secara otomatis
Putar swit ke arah MANUAL pada panel control dan tekan tombol star / on
pompa blower akan beroperasi secara manual
Stop kran untuk pengaturan sirkulasi sudah diset tidak perlu diubah-ubah
2. Menjalankan pompa input reactor Bio system
Putar swit kearah auto pada panel control, pompa input akan beroperasi secara
otomatis
Putar swit kearah manual pada panel control dan tekan tombol star / on pompa
input akan beroperasi secara manual
Stop kran untuk pengaturan sirkulasi sudah diset tidak perlu diubah-ubah
3. Drain air dan endapan (sludge)
Reactor Bio system
a. Buka stop kran-kran bagian bawah bio system selama kurang lebih 1 menit
b. Lakuakan untuk setiap stage (setiap kran drain)
c. Pada bio system 2-3 hari sekali
Filtrasi akhir
a. Buka stop kran dibagian bawah filtrasi akhir selama kurang lebih 1 menit
Lakukan drain secara rutin tiap 2-3 hari sekali untuk mengurangi sludge.
Setelah drain selesai, kembalikan kran yang dirubah ke posisi semula.
UNIT KERJA TERKAIT Seluruh unit kerja
98
Lampiran 5: Berita Acara Penerimaan Limbah
99
100
Lampiran 6: Surat Penyelesaian Penelitian
101
Lampiran 7: Dokumentasi
Biofilter
102
Mesin IPAL
Kolamikan Percobaan
103
Temapat penyimpanan sampah
Pemeriksaan IPAL oleh BTKL
104
Lampiran 8: Struktur Organisasi
105
Lampiran 9: SK Bimbingan
106
Lampiran 10: SK Kompren
107
Lampiran 11: SK Seminar Hasil
108
Lampiran 12: Persetujuan Pembimbing Seminar Proposal
109
Lampiran 13: Persetujuan Pembimbing Seminar Hasil
110
Lampiran 14: Persetujuan Pembimbing dan Penguji Seminar Munaqasyah
111
Lampiran 15: Undangan Seminar Proposal
112
Lampiran 16: Undangan Seminar Hasil
113
Lampiran 17: Pengesahan Proposal
114
Lampiran 18: Surat Permohonan Seminar Proposal
115
Lampiran 19: Surat Permohonan Ujian Kompren
116
Lampiran 20: Surat Permohonan Ujian Hasil
117
Lampiran 21: Surat Permohonan Izin Meneliti
118
Lampiran 22: Surat Izin Meneliti
119
Lampiran 23: Berita Acara Seminar Hasil
120
RIWAYAT HIDUP
JULIANA M. dilahirkan di DesaBulukamase,
KecamatanSinjai Selatan, KabupatenSinjai, Sulawesi
Selatan padatanggal 07 Juli 1995. Penulis merupakan
anak kedu adari tiga bersaudar abuah hati pasangan
Marsuki dan Ratnawati.Penulis memulai pendidikan pada
SDN 55 Kaherrang pada tahun 2002. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 3 Sinjai Selatan pada tahun 2007. Pada
tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Sinjai
Tengah.Kemudian pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan kejenjang
yang lebih tinggi yaitu pada Universitas Islam NegeriAlauddin Makassar Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Akuntansi dan menyelesaikan studi S1
padatahun 2018. Selama menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar penulis bergabung dalam organisasi daerah Kerukunan
Keluarga Mahasiswa Sinjai (KKMS).