Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur...

19
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi di Sekitar Lingkungan Kampus di Purwokerto Tahun 2015”. Untuk membedakan penelitian sekarang dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya, maka peneliti meninjau penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul “Kajian Semantik pada Nama-Nama Tempat Kos di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas” oleh Rifa Nofiyanti (2013). penelitian tersebut menghasilkan analisis berupa latar belakang, tujuan, jenis penamaan, dan makna yang terkandung pada nama-nama tempat kos di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Dalam tahap penyediaan data digunakan metode cakap yang memiliki teknik dasar pancing dan lanjutan, yaitu teknik cakap semuka, teknik rekam, dan teknik catat. Data penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah nama-nama tempat kos di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Data yang digunakan berjumlah 92 data, terdiri dari 38 data (RT 1 sampai RT 5 RW 4), 5 data (RT 1 sampai RT 2 RW 7), 26 data (RT 1 sampai RT 4 RW 9), 23 data (RT 1 sampai RT 4 RW 10). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang sekarang dengan penelitian sebelumnya mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah pada penggunaan teori makna, teori penamaan, dan tahap penyediaan data. Perbedaannya adalah pada data penelitian. Data yang digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu nama-nama tempat kos di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas, Kajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Transcript of Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur...

Page 1: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi di Sekitar

Lingkungan Kampus di Purwokerto Tahun 2015”. Untuk membedakan penelitian

sekarang dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya, maka peneliti meninjau

penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul

“Kajian Semantik pada Nama-Nama Tempat Kos di Desa Dukuhwaluh Kecamatan

Kembaran Kabupaten Banyumas” oleh Rifa Nofiyanti (2013). penelitian tersebut

menghasilkan analisis berupa latar belakang, tujuan, jenis penamaan, dan makna

yang terkandung pada nama-nama tempat kos di Desa Dukuhwaluh Kecamatan

Kembaran Kabupaten Banyumas. Dalam tahap penyediaan data digunakan metode

cakap yang memiliki teknik dasar pancing dan lanjutan, yaitu teknik cakap semuka,

teknik rekam, dan teknik catat. Data penelitian yang digunakan dalam penelitian

tersebut adalah nama-nama tempat kos di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran

Kabupaten Banyumas. Data yang digunakan berjumlah 92 data, terdiri dari 38 data

(RT 1 sampai RT 5 RW 4), 5 data (RT 1 sampai RT 2 RW 7), 26 data (RT 1 sampai

RT 4 RW 9), 23 data (RT 1 sampai RT 4 RW 10). Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa penelitian yang sekarang dengan penelitian sebelumnya

mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah pada penggunaan teori

makna, teori penamaan, dan tahap penyediaan data. Perbedaannya adalah pada data

penelitian. Data yang digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu nama-nama

tempat kos di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas,

6

Kajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Page 2: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

7

sedangkan pada penelitian yang sekarang data penelitiannya adalah nama-nama

tempat fotokopi di sekitar lingkungan kampus di Purwokerto tahun 2015.

Penelitian yang relevan selanjutnya berjudul “Konsep Penamaan Rumah

Makan di Daerah Purwokerto Kabupaten Banyumas” oleh Danang Eko Prasetyo

(2010). Penelitian tersebut berisi tentang jenis penamaan dan konsep penamaan

rumah makan di daerah Purwokerto Kabupaten Banyumas. Hasil analisis dari

penelitian tersebut berupa jenis makna, jenis penamaan, tujuan, inspirasi, dan asal

bahasa yang digunakan dalam penamaan rumah makan di daerah Purwokerto

Kabupaten Banyumas. Tahap penyediaan data menggunakan tiga metode yaitu

observasi, dokumentasi, dan wawancara. Data yang digunakan yaitu nama-nama

rumah makan di daerah Purwokerto Kabupaten Banyumas. Data yang digunakan

berjumlah 47 data. 22 data menggunakan bahasa Indonesia, 18 data menggunakan

bahasa Jawa, 2 data menggunakan bahasa Jawa Banyumas, 2 data menggunakan

bahasa Padang, dan 3 data menggunakan bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa penelitian yang sekarang dengan penelitian sebelumnya

mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah pada penggunaan teori

makna dan teori penamaan. Perbedaannya adalah pada data penelitian dan metode

penyediaan data. Data yang digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu nama-nama

rumah makan di daerah Purwokerto Kabupaten Banyumas, sedangkan pada

penelitian sekarang data peneltitiannya adalah nama-nama tempat fotokopi di sekitar

lingkungan kampus di Purwokerto tahun 2015. Metode penyediaan data pada

penelitian sebelumnya menggunakan metode observasi sedangkan pada penelitian

sekarang menggunakan metode cakap dengan teknik dasar pancing.Kajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Page 3: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

8

Untuk menegaskan perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian

sebelumnya, peneliti meninjau skripsi lain yang berjudul “Sistem Penamaan Toko di

Purwokerto Kabupaten Banyumas” oleh Shodiq Hami M. (2010). Penelitian tersebut

menghasilkan analisis berupa klasifikasi penamaan toko berdasarkan asal bahasa,

jenis makna, dan jenis penamaan toko yang ada di Purwokerto Kabupaten

Banyumas. Tahap penyediaan data digunakan tiga metode yaitu observasi,

dokumentasi, dan wawancara. Data yang digunakan yaitu nama-nama toko di

Purwokerto Kabupaten Banyumas yang berjumlah 35 data. 17 data menggunakan

bahasa Indonesia, 13 data menggunakan bahasa Jawa, dan 5 data menggunakan

bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian sekarang

dengan penelitian sebelumnya mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya

adalah pada pembahasan yaitu membahas mengenai asal bahasa, jenis makna, dan

jenis penamaan. Perbedaannya ada pada data penelitian dan teknik penyediaan data.

Data yang digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu nama-nama toko di

Purwokerto Kabupaten Banyumas, sedangkan pada penelitian yang sekarang data

peneltitiannya adalah nama-nama tempat fotokopi di sekitar lingkungan kampus di

Purwokerto tahun 2015. Teknik penyediaan data pada penelitian sebulumnya

menggunakan metode observasi, dokumentasi, dan wawancara, sedangkan pada

penelitian yang sekarang teknik penyediaan data menggunakan metode cakap.

B. Bahasa

1. Pengertian Bahasa

Bahasa pada dasarnya merupakan sistem simbol yang ada di alam ini.

Seluruh fenomena simbolis yang ada di alam semesta ini pada dasarnya adalah

bahasa (Hidayat, 2014: 23). Menurut Alwasilah (2010: 14), bahasa adalah alat untukKajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Page 4: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

9

mengejawantahkan pikiran tentang fakta dan realitas yang direpresentasi lewat

simbol bunyi. Menurut Dardjowidjojo (1991: 21), bahasa dalam pengertian sempit

ialah sarana komunikasi antar individu yang diucapkan. Dalam pengertian luas

bahasa ialah sarana komunikasi antar individu yang pada umumnya mencakup

tulisan, isyarat, dan kode-kode lainnya.

Chaer (2003: 32) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi

yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja

sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Menurut Hockett (dalam Chaer,

2003: 284-285), bahasa adalah suatu sistem yang kompleks dari kebiasaan-

kebiasaan. Dari beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa bahasa

adalah sistem simbol berupa bunyi-bunyi ujaran yang mempunyai makna. Sebagai

suatu simbol, bahasa dapat berupa apa saja yang ada di alam ini. Bahasa dalam

kehidupan manusia dapat dimaknai sebagai sarana komunikasi antar individu

maupun kelompok yang berupa ucapan, tulisan, isyarat, dan kode-kode lainnya.

Bahasa digunakan oleh anggota kelompok untuk berkomunikasi dan bekerja sama.

2. Fungsi Bahasa

Bahasa dan fungsi bahasa sering kali memiliki kesamaan arti, sehingga

keduanya sangat sulit dibedakan. Mana yang pengertian bahasa dan mana yang

pengertian fungsi bahasa. Menurut Hidayat (2014: 26), fungsi utama bahasa adalah

sebagai alat komunikasi. Menurut Tarigan (2009: 3), fungsi bahasa adalah sebagai

sarana komunikasi vital dalam kehidupan. Menurut Chaer (2003: 33), bahasa

berfungsi sebagai alat interaksi sosial.Kajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Page 5: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

10

Dari pendapat-pendapat di atas mengenai fungsi bahasa, peneliti

menyimpulkan bahwa bahasa pada dasarnya berfungsi sebagai alat komunikasi atau

sarana bercakap-cakap antar manusia. Bahasa sangat berperan dalam setiap

kehidupan manusia. Segala aktivitas makhluk hidup (terutama manusia) sangat

membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi antara satu sama lain. Seiring

perkembangannya, bahasa tidak lagi hanya sebagai alat komunikasi biasa, namun

sudah masuk ke taraf vital. Fungsi bahasa berkembang sebagai keperluan

administrasi pemerintahan, perdagangan antarnegara, maupun aktivitas-aktivitas

lainnya yang berkaitan dengan hubungan antarnegara.

3. Jenis Bahasa

Bahasa mempunyai kedudukan penting dalam kehidupan manusia sebagai

alat komunikasi yang menghubungakan individu satu dengan yang lainnya. Peranan

bahasa yang tidak mungkin tergantikan memaksa manusia untuk dapat menguasai

bahasa. Namun demikian, dengan banyaknya manusia yang tersebar di seluruh dunia

menyebabkan ketidakseragaman dalam berbahasa, sehingga muncullah berbagai

ragam bahasa. Masing-masing negara mempunyai bahasanya sendiri dan berupaya

agar dapat melestarikan bahasa asli negaranya. Bahkan dalam suatu negara tidak

jarang dijumpai bahasa-bahasa lain yang digunakan oleh penduduk yang mendiami

suatu tempat sebagai bahasa daerah tempat tersebut.

Alwi, dkk (2010: 3) mengemukakan bahwa banyaknya jenis bahasa seperti

bahasa Indonesia dipengaruhi oleh luas wilayah pemakainya dan bermacam-macam

penuturnya yang tersebar ke dalam daerah-daerah yang bebeda. Kondisi geografis

yang bersekat-sekat dipisahkan oleh pegunungan, laut, atau selat, ditambah lagiKajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Page 6: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

11

dengan kurangnya hubungan komunikasi antar penutur menyebabkan peluang

hadirnya bahasa baru semakin tinggi. Hal itu menyebabkam masing-masing daerah

memiliki beragam bahasa yang saling berbeda. Fenomena keanekaragaman bahasa

tidak hanya muncul di Indonesia. Semua negara di dunia memiliki beranekaragam

bahasa, da bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa mandarin, bahasa Arab, dan lain

sebagainya.

C. Semantik

Semantik merupakan istilah yang digunakan dalam bidang linguistik yang

mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang

ditandainya, atau dengan kata lain ilmu yang mempelajari makna atau arti bahasa

(Chaer, 2013: 2). Djajasudarma (2012: 1) menyebut semantik sebagai bagian ilmu

bahasa (linguistik) yang mempelajari makna. Verhaar (2010: 385) berpendapat

bahwa semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Sedangkan

Palmer (dalam Aminuddin, 2011: 15) menyebutkan bahwa semantik berasal dari

bahasa Yunani, mengandung makna to signify atau memaknai. Sebagai istilah teknis,

semantik mengandung pengertian “studi tentang makna”. Yule (2006: 5)

mengemukakan bahwa semantik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-

bentuk linguistik dengan entitas di dunia; yaitu bagaimana hubungan kata-kata

dengan sesuatu secara harfiah. Morris (dalam Budiman, 1999: 106), mengemukakan

bahwa semantik merupakan salah sebuah aspek semiotik yang mempelajari relasi-

relasi di antara tanda dan objek yang diacunya atau makna tanda-tanda sebelum

digunakan dalam tuturan tertentu. Parera (2004: 42) mengemukakan bahwa

semantik adalah ilmu tentang makna.Kajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Page 7: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

12

Dari pendapat-pendapat di atas mengenai semantik, maka peneliti

menyimpulkan bahwa semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji

tentang seluk beluk makna. Semantik merupakan teori yang mengkaji makna atau

arti bahasa. Bagaimana hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dengan simbol

yang ada di alam ini. Makna yang dikaji dalam ilmu semantik meliputi makna kata

yang hadir dari kata itu sendiri dan makna yang hadir akibat hubungan gramatikal.

Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna,

hubungan makna yang satu dengan makna lain.

D. Makna

1. Pengertian Makna

Makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri

terutama kata-kata (Djajasudarma (2012: 7). Menurut Aminuddin (2011: 52-53),

makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati

bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti. Ada tiga unsur

pokok yang tercakup di dalam batasan pengertian makna, yaitu (1) makna adalah

hasil hubungan antara bahasa dengan dunia luar, (2) penentuan hubungan terjadi

karena kesepakatan para pemakai, serta (3) perwujudan makna dapat digunakan

untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling dimengerti. Menurut Parera

(2004: 42-46), Makna merupakan hubungan antara bahasa (ujaran), pikiran, dan

realitas di alam. Konsep makna lebih luas dari pada arti, arti tidak mempunyai

kedudukan di dalam makna, sedangkan makna mempunyai kedudukan di dalam arti.

Menurut Kridalaksana (2008: 148), pengertian makna dibagi menjadi empat antara

lain: (1) maksud pembicara agar mudah dimengerti oleh lawan bicara, (2) pengaruhKajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Page 8: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

13

satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok

manusia, (3) hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa

dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya, (4)

cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa makna

adalah hubungan antara bahasa (ujaran) dengan unsur di luar bahasa yang

merupakan kesepakatan oleh para pemakai bahasa.

2. Jenis Makna

Terdapat beberapa pendapat mengenai jenis makna. Chaer (2013: 60-78)

membagi jenis makna menjadi 16, yaitu: (1) makna leksikal, (2) makna gramatikal,

(3) makna referensial, (4) makna nonreferensial, (5) makna denotatif, (6) makna

konotatif, (7) makna kata, (8) makna istilah, (9) makna konseptual, (10) makna

asosiatif, (11) makna idiomatikal, (12) makna peribahasa, (13) makna kias, (14)

makna kolusi, (15) makna ilokusi, dan (16) makna perlokusi.

Menurut Pateda (2010: 96-132) terdapat 29 jenis makna, yaitu: (1) makna

afektif, (2) makna denotatif, (3) makna deskriptif, (4) makna ekstensi, (5) makna

emotif, (6) makna gereflekter, (7) makna gramatikal, (8) makna ideasional, (9)

makna intensi, (10) makna khusus, (11) makna kiasan, (12) makna kognitif, (13)

makna kolokasi, (14) makna konotatif, (15) makna konseptual, (16) makna

konstruksi, (17) makna kontekstual, (18) makna leksikal, (19) makna lokusi, (20)

makna luas, (21) makna piktorial, (22) makna proposisional, (23) makna pusat, (24)

makna referensial, (25) makna sempit, (26) makna stilistika, (27) makna tekstual,

(28) makna tematis, dan (29) makna umum.Kajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Page 9: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

14

Sedangkan Djajasudarma (2013: 8-20) membagi jenis makna ke dalam 14,

yaitu (1) makna sempit, (2) makna luas, (3) makna kognitif, (4) makna konotatif, (5)

makna emotif, (6) makna referensial, (7) makna kontruksi, (8) makna leksikal, (9)

makna gramatikal, (10) makna idesional, (11) makna proposisi, (12) makna pusat,

(13) makna piktorial, dan (14) makna idiomatik.

Dari pendapat di atas, peneliti perlu membatasi jenis makna yang akan

digunakan dalam penelitian ini. Batasan-batasan yang digunakan disesuaikan dengan

hasil temuan dari data-data yang ada. Peneliti lebih condong ke pendapat Pateda

tentang jenis makna, karena sesuai dengan hasil temuan. Peneliti menggunakan

beberapa jenis makna yang secara umum pernah digunakan dalam penelitian-

penelitian terdahulu. Namun, ada beberapa jenis makna seperti, makna luas dan

makna emotif, yang belum pernah digunakan dalam penelitian-penellitian

sebelumnya. Berkaitan dengan data penelitian, ada enam jenis makna yang

digunakan oleh peneliti, yaitu (1) makna luas, (2) makna sempit, (3) makna

referensial, (4) makna denotatif, (5) makna konotatif, dan (6) makna emotif.

a. Makna Luas

Menurut Pateda (2010: 120), makna luas menunjukkan bahwa makna yang

terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang dipertimbangkan. Semua kata

yang tergolong kata berkonsep, dapat dikatakan memiliki makna luas. Sejalan

dengan itu, Djajasudarma (2013: 10) menyebutkan bahwa makna luas adalah makna

yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang diperkirakan. Kata-kata

berkonsep memiliki makna luas dapat muncul dari makna yang sempit. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa makna luas adalah makna kata yang lebih luas dari yang

diperkirakan. Contoh: kursi (luas) - kursi roda, kursi goyang, (sempit).Kajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Page 10: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

15

b. Makna Sempit

Menurut Pateda (2010: 126), makna sempit adalah makna yang berwujud

sempit pada keseluruhan ujaran. Djajasudarma (2013: 8) mengemukakan bahwa

makna sempit adalah makna yang lebih sempit dari keseluruhan ujaran. Makna yang

asalnya lebih luas dapat menyempit, karena dibatasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

makna sempit adalah makna yang lebih sempit dari keseluruhan ujaran. Contoh:

kaca jendela maknanya lebih sempit dibandingkan dengan kata kaca. Kaca jendela

maksudnya kaca yang digunakan khusus untuk jendela dan bukan kaca yang

digunakan untuk bidang lain.

c. Makna Referensial

Menurut Pateda (2010: 125), makna referensial adalah makna yang langsung

berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata. Referen dapat berupa benda,

peristiwa, proses, atau kenyataan. Djajasudarma (2013: 14) mengemukakan bahwa

makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau

referent (acuan). Menurut Chaer (2013: 63-64), sebuah kata dapat bermakna

referensial apabila kata tersebut mengacu pada sesuatu di luar bahasa. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung

dengan kenyataan atau sesuatu yang ditunjuk oleh suatu kata. Dapat berupa benda,

peristiwa, atau kenyataan. Contoh: kata meja mempunyai referen (acuan) yaitu

sejenis perabot rumah tangga yang disebut “meja”.

d. Makna Denotatif

Menurut Pateda (2010: 98-99), makna denotatif adalah makna polos, makna

apa adanya, sifatnya objektif. Makna denotatif disebut juga makna sebenarnya,Kajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Page 11: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

16

makna yang tidak dihubungkan faktor-faktor lain, baik yang berlaku pada

pembicaraan maupun pada pendengar. Chaer (2013: 65-66) mengemukakan bahwa

makna denotatif lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai menurut hasil

observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman

lainnya. Makna denotatif menyangkut informasi-informasi faktual objektif yang

kemudian disebut juga sebagai makna sebenarnya. Barthes (dalam Budiman, 1999:

22) menyebutkan bahwa denotasi biasanya dimengerti sebagai makna harfiah,

makna yang sesungguhnya, (penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa

yang terucap).

Verhaar (2010: 390) mengemukakan bahwa denotasi adalah referensi pada

sesuatu ekstralingual menurut makna kata yang bersangkutan. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa makna denotatif adalah makna yang mengacu pada makna asli

atau makna sebenarnya dari sebuah kata. Makna denotatif bersifat objektif

berdasarkan makna lugas suatu kata. Contoh: kata perempuan bermakna denotasi

yaitu manusia dewasa yang bukan laki-laki, kata uang bermakna denotatif yaitu

benda kertas atau logam yang digunakan dalam transaksi jual beli.

e. Makna Konotatif

Menurut Pateda (2010: 112), makna konotatif muncul akibat asosiasi

perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca.

Menurut Chaer (2013: 65), sebuah kata dapat disebut mempunyai makna konotatif

apabila kata itu mempunyai nilai rasa, baik positif maupun negatif. Barthes (dalam

Budiman, 1999: 65), menyebutkan bahwa konotasi biasanya mengacu pada makna

yang menempel pada suatu kata karena sejarah pemakainya. Menurut DjajasudarmaKajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Page 12: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

17

(2013: 12), makna konotatif muncul akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang

diucapkan atau apa yang didengar. Makna konotatif muncul dari makna kognitif

yang ditambahi komponen lain. Sedangkan menurut Verhaar (2010: 390), makna

konotatif atau konotasi adalah arti yang dapat muncul pada penutur akibat penilaian

afektif atau emosional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa makna konotatif adalah

makna yang mengandung nilai rasa atau mengandung anggapan-anggapan

pendengar maupun pembaca. Contoh: kata perempuan mempunyai nilai rasa rendah

‘negatif’, sedangkan kata wanita mempunyai nilai rasa tinggi ‘positif’.

f. Makna Emotif

Menurut Djajasudarma (2013: 12), makna emotif adalah makna yang bersifat

positif. Makna emotif adalah makna yang melibatkan perasaan (pembicara dan

pendengar; penulis dan pembaca) ke arah yang positif. Menurut Pateda (2010: 102),

makna emotif adalah makna yang terdapat dalam kata yang menimbulkan emosi.

Sedangkan menurut Shiply (dalam Pateda, 2010: 101), makna emotif adalah makna

yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai apa

yang dipikirkan atau dirasakan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa makna emotif adalah

makna yang bersifat positif yang timbul dari reaksi pembicara atau pendengar

terhadap sesuatu yang dirasakan. Contoh: kalimat Si Ali mampus, dengan kalimat Si

Ali meninggal. Orang yang mendengar ujaran ini mengasosiasikan sifat Ali karena

nilai rasa meninggal dan mampus berbeda. Kata meninggal lebih cocok digunakan

untuk seseorang yang baik, berkedudukan tinggi ‘positif’, sedangkan kata mampus

lebih cocok digunakan kepada hewan ‘negatif’.

Kajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Page 13: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

18

E. Penamaan

1. Pengertian Penamaan

Menurut Chaer (2013: 43), penamaan adalah proses pelambangan suatu

konsep untuk mengacu kepada sesuatu referen yang berada di luar bahasa.

Penamaan itu sendiri merupakan kegiatan pengganti benda, proses, gejala, aktivitas,

sifat. Menurut Poerwadarminta (2007: 793 ), nama merupakan (kata menyatakan)

panggilan atau sebutan orang (barang, tempat, dst). Menurut Sudaryat (2011: 59),

proses penamaan berkaitan dengan acuannya. Penamaan bersifat konvensional dan

arbitrer. Konvensional berdasarkan masyarakat pemakainnya sedangkan arbitrer

berdasarkan kemauan masyarakat.

Menurut Djajasudarma (2012: 47-49), penamaan tidak lepas dari bahasa, dan

studi bahasa pada dasarnya adalah peristiwa budaya. Jika dalam suatu wilayah

mempunyai budaya yang beraneka ragam, maka bahasa yang muncul akibat

peristiwa budaya juga akan beraneka ragam. Termasuk di dalamnya ada penamaan

dan pemaknaan. Contoh: penamaan dalam bahasa Indonesia pepaya, bahasa Sunda

gedang, bahasa Jawa gandhul. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penamaan adalah

proses pelambangan suatu benda, proses, gejala, aktivitas, serta sifat.

2. Jenis Penamaaan

Menurut Chaer (2013: 44-51), proses penamaan dibagi menjadi 9, yaitu:

penamaan berdasarkan (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan

sifat khas, (4) penemu dan pembuat, (5) tempat asal, (6) bahan, (7) keserupaan, (8)

pemendekan, dan (9) penamaan baru, sedangkan menurut Sudaryat (2011: 59-60),

ada 10 cara dalam proses penamaan, yaitu: (1) peniruan bunyi, (2) penyebutanKajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Page 14: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

19

bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penyebutan apelativa, (5) penyebutan tempat

asal, (6) penyebutan bahan, (7) penyebutan keserupaan, (8) penyebutan

pemendekan, (9) penyebutan penemuan baru, dan (10) penyebutan pengistilahan.

Dari pendapat di atas, peneliti perlu membatasi jenis penamaan yang akan

digunakan dalam penelitian ini. Peneliti lebih condong ke pendapat Chaer tentang

jenis penamaan, karena sesuai dengan hasil temuan. Penelitian ini menggunakan

jenis penamaan, yaitu penamaan berdasarkan: (1) penyebutan sifat khas, (2) penemu

dan pembuat, (3) penyebutan tempat asal, (4) penyebutan pemendekan, dan (5)

penyebutan bagian.

a. Penyebutan Sifat Khas

Penyebutan sifat khas adalah penamaan sesuatu benda berdasarkan sifat khas

yang ada pada benda itu. Gejala ini merupakan peristiwa semantik karena dalam

peristiwa itu terjadi transposisi makna dalam pemakaian yaitu perubahan dari kata

sifat menjadi kata benda. Ciri makna yang disebut dengan kata sifat mendesak kata

bendanya karena sifatnya sangat menonjol, sehingga kata sifat itulah yang menjadi

kata bendanya (Chaer, 2013: 46). Sudaryat (2011: 59) mengemukakan bahwa

penyebutan sifat khas yakni penamaan suatu benda dengan berdasarkan sifat yang

khas yang ada pada benda itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penamaan berdasarkan

penyebutan sifat khas adalah penamaan suatu benda berdasarkan sifat khas atau ciri

paling dominan yang ada pada benda itu. Contoh: orang yang mempunyai badan

bersar lazim disebut si Gendut. Orang yang mempunyai badan kurus lazim disebut si

kurus ata si Krempeng.Kajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Page 15: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

20

b. Penemu dan Pembuat

Banyak nama benda dalam kosakata bahasa Indonesia yang dibuat

berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa

sejarah. Nama-nama benda yang demikian disebut dengan istilah appelativa (Chaer,

2013: 47). Sudaryat (2011: 59) menyatakan bahwa penyebutan apelativa adalah

penamaan suatu benda berdasarkan nama penemu, nama pabrik pembuatnya, atau

nama dalam peristiwa sejarah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penamaan

berdasarkan penemu dan pembuat adalah penamaan suatu benda yang diambil dari

nama penemu atau pembuat, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa

sejarah. Contoh: Volt nama satuan kekuatan aliran listrik yang diturunkan dari nama

penciptanya yaitu Volta seorang sarjana fisika bangsa Italia.

c. Tempat Asal

menyebutkan bahwa penamaan suatu benda dapat dipengaruhi dan ditelusuri

berdasarkan tempat asal benda tersebut (Chaer, 2013: 48). Sudaryat (2011: 59)

menyatakan bahwa penyebutan tempat asal adalah penamaan suatu benda

berdasarkan nama tempat asal benda tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

penamaan berdasarkan penyebutan tempat asal adalah penamaan suatu benda

berdasarkan tempat asal benda tersebut. Contoh: sarden berasal dari nama tempat di

Italia, yaitu Pulau Sardinia. Kentang Kledung berasal dari nama tempat penangkaran

benih kentang yang ada di Desa Kledung, Wonosobo.

d. Pemendekan

Dalam perkembangan bahasa terakhir ini banyak kata-kata dalam bahasa

Indonesia yang terbentuk sebagai hasil penggabungan unsur-unsur huruf awal atauKajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Page 16: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

21

suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu (Chaer, 2013: 51).

Menurut Sudaryat (2011: 60), pemendekan adalah penamaan suatu benda dengan

cara memendekkan ujaran atau kata lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penamaan

berdasarkan penyebutan pemendekan adalah kata-kata yang terbentuk dari gabungan

huruf atau suku kata lain yang menghasilkan kata baru. Menurut Kridalaksana

(2010: 162-163), bentuk-bentuk kependekan meliputi: (1) singkatan, (2) penggalan,

(3) akronim dan kontraksi, dan (4) lambang huruf.

1) Singkatan

Menurut Lingga (2011: 72), istilah singkatan adalah bentuk istilah yang

tulisannya dipendekan. Singkatan adalah salah satu hasil proses pemendekan yang

berupa huruf atau gabungan huruf. Baik yang dieja huruf demi huruf seperti: UMP

(Universitas Muhammadiyah Purwokerto), KKN (Kuliah Kerja Nyata), DIY

(Daerah Istimewa Yogyakarta), atau yang tidak dieja huruf demi huruf seperti: dng.

(dengan), dst. (dan seterusnya).

2) Penggalan

Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian

dari leksem. Penggalan mempunyai beberapa sub klasifikasi, yaitu: (1) penggalan

suku kata pertama dari suatu kata, misalnya Dok. (dokter), Sus. (suster). (2)

penggalan suku terakhir dari suatu kata, misalnya Pak. (bapak), Bu (ibu). (3)

penggalan tiga huruf pertama dari suatu kata, misalnya Ust. (ustadz). (4) penggalan

empat huruf pertama dari suatu kata, misalnya Helm. (helmet). (5) penggalan kata

terakhir dari suatu frasa, misalnya Harian (surat kabar harian).Kajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Page 17: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

22

3) Akronim dan Kontraksi

Akronim adalah proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku

kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit

banyak memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia. Menurut Lingga (2011: 72), istilah

akronim merupakan gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau gabungan

kombinasi huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

Akronim merupakan gabungan huruf atau kata untuk menghasilkan kata baru namun

masih dapat dilisankan secara keseluruhan. Contoh: FKIP (efkip dan bukan /ef/, /ka/,

/i/, /pe/), ABRI (abri dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/). Sedangkan kontraksi adalah proses

pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem. contoh: tak

(tidak), sendratari (seni drama dan tari).

4) Lambang Huruf

Lambang huruf adalah proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf

atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuanlitas, satuan atau unsur. Huruf

lambang tidak diberi titik di belakangnya. Contoh: cm (sentimeter), m (meter), g

(gram). Bentuk ini disebut lambang karena dalam perkembangannya tidak dirasakan

lagi asosiasi linguistik antara dengan kepanjangannya. Lambang-lambang tersebut

sudah menjadi kesepakatan dalam konsep dasar ilmiah.

e. Penyebutan Bagian

Penyebutan bagian adalah gaya bahasa yang menyebutkan bagian dari suatu

benda atau hal, padahal yang dimaksud adalah keseluruhannya (Chaer, 2013: 45).

Sudaryat (2011: 59) mengemukakan bahwa penyebutan bagian adalah penyebutanKajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Page 18: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

23

atau penamaan suatu benda dengan cara menyebutkan bagian dari suatu benda

padahal yang dimaksud keseluruhannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyebutan

bagian adalah penyebutan sebagian untuk mewakili keseluruhan. Contoh: ketika

seseorang pergi ke warung dan memesan kopi pasti yang disodorkan oleh pemilik

warung bukan kopi saja, melainkan sudah dalam bentuk siap minum, sudah diseduh

dengan air panas, diberi gula, dan ditempatkan dalam cangkir.

f. Penamaan Berdasarkan Temuan Baru oleh Peneliti

Dalam penelitian ini, tidak semua jenis penamaan yang telah disebutkan oleh

beberapa pendapat di atas sesuai dengan latar belakang penamaan fotokopi, sehingga

peneliti membuat argumentasi dengan menambahkan jenis penamaan baru sesuai

dengan daya pikir peneliti. Temuan baru oleh peneliti didasarkan pada beberapa data

yang akan diteliti memiliki latar belakang penamaan yang tidak sesuai dengan teori

penamaan yang ada. Jenis penamaan berdasarkan temuan baru oleh peneliti dapat

dipaparkan sebagai berikut:

1) Penamaan Berdasarkan Harapan atau Tujuan

Harapan yaitu suatu cita-cita, keinginan, penantian, kerinduan supaya sesuat

terjadi. Penamaan berdasarkan harapan atau tujuan adalah jenis penamaan yang

memiliki maksud atau tujuan tertentu berupa keinginan atau cita-cita yang ingin

dicapai oleh si pemberi nama. Pemberian nama yang mengandung harapan

dimaksudkan agar apa yang diinginkan dalam suatu usaha dapat tercapai. Contoh

nama tempat fotokopi yang mengandung penamaan berdasarkan harapan atau tujuan

yaitu, ‘Sukses’. Nama ‘Sukses’ mengandung harapan atau tujuan agar usahaKajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016

Page 19: Penelitian ini berjudul “Kajian Penamaan Tempat Fotokopi ...repository.ump.ac.id/751/3/Syukur Fadholloh Bab II.pdf · bahasa Inggris. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian

24

fotokopi tersebut tetap lancar, beruntung, dan berhasil dalam menjalankan usaha

fotokopi.

2) Penamaan Berdasarkan Nama Benda

Penamaan berdasarkan nama benda yaitu penamaan yang menggunakan nama suatu

benda untuk mengingat benda tersebut. Nama benda digunakan sebagai bentuk

kekaguman atau kecintaan terhadap suatu benda. Dengan demikian, nama benda

yang digunakan sebagai nama tempat fotokopi akan selalu diingat oleh si pemberi

nama. Contoh nama tempat fotokopi yang menggunakan nama suatu benda yaitu,

‘kencana’. Nama ‘Kencana’ mempunyai makna emas. Pemberian nama tersebut

sebagai bentuk kecintaan si pemberi nama terhadap benda emas.

Kajian Penamaan Tempat..., Syukur Fadholloh, FKIP, UMP, 2016