Pencetus terjadinya halusinasi
-
Upload
lyya-aulia-lidinillah -
Category
Documents
-
view
313 -
download
0
Transcript of Pencetus terjadinya halusinasi
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 1/34
Pencetus terjadinya halusinasi
Sakit dengan panas tinggi sehingga mengganggu keseimbangan tubuh.
Gangguan jiwa Skizofrenia
Pengkonsumsian narkoba atau narkotika tertentu seperti : ganja, morphin, kokain, dan ltd
Mengkonsumsi alkohol berkadar di atas 35% : seperti vodka, gin di atas batas kewajaran Trauma yang berlebihan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
Pengertian
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadaridan dimengerti oleh penginderaan atau sensasi: proses penerimaan rangsang (Stuart, 2007).
Persepsi merupakan tanggapan indera terhadap rangsangan yang datang dari luar, dimanarangsangan tersebut dapat berupa rangsangan penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecapandan perabaan. Interpretasi (tafsir) terhadap rangsangan yang datang dari luar itu dapat mengalami
gangguan sehingga terjadilah salah tafsir (missinterpretation). Salah tafsir tersebut terjadi antara
lain karena adanya keadaan afek yang luar biasa, seperti marah, takut, excited (tercengang),
sedih dan nafsu yang memuncak sehingga terjadi gangguan atau perubahan persepsi (Triwahono,2004).
Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang
timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls danstimulus eksternal. Dengan maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam
membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon dari luar dirinya. Manusia yang
mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara fantasi dan kenyataaan. Mereka dalammenggunakan proses pikir yang logis, membedakan dengan pengalaman dan dapatmemvalidasikan serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003).
Perubahan persepsi sensori ditandai oleh adanya halusinasi. Beberapa pengertian mengenai
halusinasi di bawah ini dikemukakan oleh beberapa ahli:
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya
penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suarabisikan itu (Hawari, 2001).
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs, 2002).
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari
luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itupenuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima
rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap
rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan(Nasution, 2003).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar.Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren:
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 2/34
persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa melihat,mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang
tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadianalamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun (Maramis, 2005).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana
sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyitersebut (Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui pancaindera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan
halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suara – suara
orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
Etiologi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
Faktor predisposisi1). Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang
maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a). Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalamperkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan
perilaku psikotik.
b). Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c). Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang
signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan
pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum).Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2). Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis
klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3). Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
Faktor PresipitasiSecara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang
bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 3/34
individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2006).Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1). Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuanuntuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2). Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3). Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
Gejala Halusinasi
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
Bicara sendiri.
Senyum sendiri.
Ketawa sendiri.
Menggerakkan bibir tanpa suara.Pergerakan mata yang cepat
Respon verbal yang lambat
Menarik diri dari orang lain.Berusaha untuk menghindari orang lain.
Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
Sulit berhubungan dengan orang lain.
Ekspresi muka tegang.Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
Tampak tremor dan berkeringat.Perilaku panik.
Agitasi dan kataton.
Curiga dan bermusuhan.
Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
Ketakutan.Tidak dapat mengurus diri.
Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang yang
mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 4/34
Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.Gerakan mata abnormal.
Respon verbal yang lambat.
Diam.
Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan nadi,
pernafasan dan tekanan darah.
Penyempitan kemampuan konsenstrasi.Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.
Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada menolaknya.Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
Berkeringat banyak.
Tremor.
Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.Perilaku menyerang teror seperti panik.
Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.
Menarik diri atau katatonik.
Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007) halusinasi terdiri dari tujuh jenis. Penjelasan secara detail mengenai
karakteristik dari setiap jenis halusinasi terdapat pada tabel 1.
Jenis Halusinasi
Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang
kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapanlengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan.
PenglihatanStimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yangrumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat
monster.
Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 5/34
Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau
pembentukan urine.
Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
Tahapan halusinasi
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia (2001) dan setiap fasememiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:
Fase I : Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut
serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di
sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakanmata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
Fase II : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini
terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori
dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.Fase III : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah padahalusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak
mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Di
sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah
yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat
membahayakan.
Rentang respon halusinasi.
Menurut Stuart dan Laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu
yang berada dalam rentang respon neurobiologi. Rentang respon tersebut digambarkan pada
gambar 2 di bawah ini.
Rentang respon neurobiologi pada gambar 2 dapat dijelaskan sebagai berikut:
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 6/34
Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului olehperhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun di luar
dirinya.
Emosi konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar disertai banyak
komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah masih
dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum yang berlaku.
Hubungan social harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar individudan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.
Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls eksternal melalui
alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di otak kemudiandiinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.
Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar berlebihan atau
kurang.
Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma – norma social atau budaya umum yangberlaku.
Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam menyelesaikanmasalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku.
Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain.Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi.
Berdasarkan gambar diketahui bahwa halusinasi merupakan respon persepsi paling maladaptif.
Jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulusberdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu,
pengecapan, dan perabaan), sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimuluspanca indra walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada.
Konsep Dasar Keperawatan
Menurut Carpenito (1996) dikutip oleh Keliat (2006), pemberian asuhan keperawatan merupakan
proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluargaatau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Asuhan keperawatan juga
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian menentukan masalah
atau diagnosa, menyusun rencana tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi.
Pengkajian
Menurut Stuart dan Laraia (2001), pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari
proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data meliputi data biologis,
psikologis, sosial dan spiritual. Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkam
menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dankemampuan koping yang dimiliki klien.
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 7/34
Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian umum, pada formulir pengkajian
proses keperawatan. Pengkajian menurut Keliat (2006) meliputi beberapa faktor antara lain:
Identitas klien dan penanggung
Yang perlu dikaji yaitu: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status, pendidikan, pekerjaan,
dan alamat.
Alasan masuk rumah sakit
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu
merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah
sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Faktor predisposisi
1). Faktor perkembangan terlambat
a). Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.
b). Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.c ). Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan.
2). Faktor komunikasi dalam keluarga
a). Komunikasi peran ganda.b). Tidak ada komunikasi.
c). Tidak ada kehangatan.d). Komunikasi dengan emosi berlebihan.e) . Komunikasi tertutup.
f). Orang tua yang membandingkan anak – anaknya, orang tua yang otoritas dan komplik orang
tua.
3). Faktor sosial budayaIsolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.
4). Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga dirirendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif.
5). Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan besar dan
bentuk sel korteks dan limbik.6). Faktor genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson tertentu. Namun
demikian kromoson yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarangmasih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah kromoson nomor enam,dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia,
sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang tuanyamengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang
tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35 %.
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 8/34
Faktor presipitasi
Faktor – faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:1).Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan memproses informasi
di thalamus dan frontal otak.
2).Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme penerimaan abnormal).
3). Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dantidak berdaya.
Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif adalah kesehatan,
lingkungan dan perilaku seperti yang tercantum pada tabel 2 di dibawah ini:
Tabel 2. Faktor pemicu gejala respon neurobiologis halusinasi (Stuart, 2007).
Faktor pemicuRespon neurobiologis
Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidaksiembangan irama sirkardian, kelelahan dan infeksi, obat-obatansystem syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup
dalam melaksanakan pola aktivitas sehari-hari, sukar dalam berhubungan dengan orang lain,isoalsi social, kurangnya dukungan social, tekanan kerja (kurang terampil dalam bekerja),stigmasasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmamapuan mendapat pekerjaan.
Sikap
Merasa tidak mampu (harga diri rendah), putus asa (tidak percaya diri), merasa gagal
(kehilangan motivasi menggunakan keterampilan diri), kehilangan kendali diri (demoralisasi),
merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang (tidak mampu memenuhi kebutuhanspiritual), bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya
kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan
ketidak adekuatan penanganan gejala.
3). PerilakuRespon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa tidak aman,
gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan,
bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata.Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis halusinasinya. Apabila
perawat mengidentifikasi adanya tanda – tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian
selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasi saja. Validasiinformasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi:a). Isi halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan suara itu, jika
halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika halusinasi visual, bau
apa yang tercium jika halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecapan,danapa yang dirasakan dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.
b). Waktu dan frekuensi.
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 9/34
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa
kali sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman halusinasi itu muncul. Informasi ini sangatpenting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu
perhatian saat mengalami halusinasi.
c). Situasi pencetus halusinasi.
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain ituperawat juga bias mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk
memvalidasi pernyataan klien.
d). Respon KlienUntuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji dengan apa
yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa
mengontrol stimulus halusinasinya atau sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.
a.Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah), berat badan,tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.
Status MentalPengkajian pada status mental meliputi:
1).Penampilan: tidak rapi, tidak serasi dan cara berpakaian.
2). Pembicaraan: terorganisir atau berbelit-belit.3).Aktivitas motorik: meningkat atau menurun.
4).Alam perasaan: suasana hati dan emosi.
5).Afek: sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar, labil dan ambivalen
6).Interaksi selama wawancara: respon verbal dan nonverbal.7).Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai dengan informasi.
8).Proses pikir: proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik dan dapat
mempengaruhi proses pikir.9).Isi pikir: berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis.
10).Tingkat kesadaran: orientasi waktu, tempat dan orang.
11). Memori
a). Memori jangka panjang: mengingat peristiwa setelah lebih setahun berlalu.b). Memori jangka pendek: mengingat peristiwa seminggu yang lalu dan pada saat dikaji.
12). Kemampuan konsentrasi dan berhitung: kemampuan menyelesaikan tugas dan berhitung
sederhana.13). Kemampuan penilaian: apakah terdapay masalah ringan sampai berat.
14). Daya tilik diri: kemampuan dalam mengambil keputusan tentang diri.
Kebutuhan persiapan pulang: yaitu pola aktifitas sehari-hari termasuk makan dan minum, BAB
dan BAK, istirahat tidur, perawatan diri, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan sera aktifitasdalam dan luar ruangan.
Mekanisme koping1). Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
2). Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain.3). Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 10/34
Masalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan dengan ekonomi, pekerjaan, pendidikan
dan perumahan atau pemukiman.
Aspek medik: diagnosa medik dan terapi medik.
Masalah Keperawatan
Menurut Keliat (2006) masalah keperawatan yang sering terjadi pada klien halusinasi adalah:
Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan.
Isolasi sosial : menarik diri.Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
Intoleransi aktifitas.
Defisit perawatan diri.
Pohon masalah
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga bisa membahayakandiri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai pada fase
empat, dimana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya.
Masalah yang menyebabkan halusinasi itu adalah harga diri rendah dan isolasi sosial, akibatrendah diri dan kurangnya berhubungan sosial maka klien menjadi menarik diri dari lingkungan
(Keliat, 2006).
Berdasarkan masalah-masalah tersebut, maka dapat disusun pohon masalah sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian teknik mengenai respon individu, keluarga, komunitas
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual maupun potensial (NANDA,
2001 dikutip oleh Keliat, 2006).
Rumusan diagnosis menurut Keliat (2006) dapat berupa:
Problem (masalah): nama atau label diagnosa.
Etiology (penyebab): alasan yang dicurigai dari respon yang telah diidentifikasi dari pengkajian.
Sign dan sympton (tanda dan gejala): manifesitasi yang diidentifikasi dalam pengkajian yangmenyokong diagnosa keperawatan.
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada klien dengan halusinasimenurut Keliat (2006) yaitu:
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi
pendengaran.Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri.
Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktifitas.
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 11/34
Perencanaan
Perencanaan tindakan keperawatan menurut Keliat (2006 ) terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan
umum, tujuan khusus dan intervensi keperawatan. Rencana tindakan keperawatan pada klien
dengan masalah utama perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran adalah sebagai
berikut:
Diagnosa 1: Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi pendengaran.
Tujuan umum:
Tidak terjadi perilaku kekerasan yang diarahkan kepada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus:
TUK 1:Klien dapat membina hubungan saling percaya
Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau berjabat tangan, membalas salam, mau
duduk dekat perawat.Intervensi:
1.1.1Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/ komunikasi terapeutik
yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal, perkenalkan nama
perawat, tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa adanya.
Rasional:
Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.1.1.2 Dorong klien mengungkapkan perasaannya.
Rasional:
Mengetahui masalah yang dialami oleh klien.
1.1.3 Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati.Rasional:
Agar klien merasa diperhatikan.
TUK 2:Klien dapat mengenal halusinasinya.
2.1Klien dapat membedakan antara nyata dan tidak nyata.
Intervensi:
2.1.1 Adakan kontak sering dan singkat.
Rasional:
Menghindari waktu kosong yang dapat menyebabkan timbulnya halusinasi.
2.1.2 Observasi segala perilaku klien verbal dan non verbal yang berhubungan denganhalusinasi.
Rasional:Halusinasi harus kenal terlebih dahulu agar intervensi efektif
2.1.3 Terima halusinasi klien sebagai hal yang nyata bagi klien, tapi tidak nyata bagi perawat.
Rasional:Meningkatkan realita klien dan rasa percaya klien.
2.2Klien dapat menyebutkan situasi yg dapat menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi.
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 12/34
2.2.1 Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan situasi.
Rasional:Peran serta aktif klien membantu dalam melakukan intervensi keperawatan.
2.2.2Diskusikan dengan klien faktor predisposisi terjadinya halusinasi.
Rasional :
Dengan diketahuinya faktor predisposisi membantu dalam mengontrol halusinasi.TUK 3:
Klien dapat mengontrol halusinasi.
3.1 Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan apabila halusinasinya timbul.Intervensi:
Diskusikan dengan klien tentang tindakan yang dilakukan bila halusinasinya timbul.
Rasional:Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam mengontrol halusinasinya.
3.2 Klien akan dapat menyebutkan cara memutuskan halusinasi yaitu dengan melawan suara itu
dengan mengatakan tidak mau mendengar, lakukan kegiatan : menyapu/mengepel, minum obat
secara teratur, dan lapor pada perawat pada saat timbul halusinasi.
3.2.1Diskusikan dengan klien tentang cara memutuskan halusinasinya.Rasional:
Meningkatkan pengetahuan klien tentang cara memutuskan halusinasi.3.2.2.Dorong klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasi.
Rasional:
hasil diskusi sebagai bukti dari perhatian klien atas apa yg dijelaskan.3.2.3.Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan kembali cara
memutuskan halusinasinya.
Rasional:
Meningkatkan harga diri klien.TUK 4:
Klien dapat memanfaatkan obat dalam mengontrol halusinanya.4.1Klien mau minum obat dengan teratur.
Intervensi :4.1.1Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasinya.
Rasional:
Meningkatkan pengetahuan klien tentang fungsi obat yang diminum agar klien mau minum obatsecara teratur.
TUK 5:
Klien mendapat sistem pendukung keluarga dalam mengontrol halusinasinya.5.1Klien mendapat sistem pendukung keluarga.
Intervensi:
5.1.1Kaji kemampuan keluarga tentang tindakan yg dilakukan dalam merawat klien bilahalusinasinya timbul.Rasional :
Mengetahui tindakan yang dilakukan oleh keluarga dalam merawat klien.
5.1.2Diskusikan juga dengan keluarga tentang cara merawat klien yaitu jangan biarkan klienmenyendiri, selalu berinteraksi dengan klien, anjurkan kepada klien untuk rajin minum obat,
setelah pulang kontrol 1 x dalam sebulan.
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 13/34
Rasional:
Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien.
a.Diagnosa 2: perubahan persepsi sensori; halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik
diri.
1).Tujuan umum:Klien dapat berhubungan dengan orang lain untuk mencegah timbulnya halusinasi.
Tujuan khusus:TUK 1:
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau berjabat tangan, membalas salam, maududuk dekat perawat.
Intervensi:
1.1.1Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/ komunikasi terapeutik
yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal, perkenalkan namaperawat, tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan,
jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa adanya.Rasional:Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.1.1.2Dorong klien mengungkapkan perasaannya.
Rasional:
Mengetahui masalah yang dialami oleh klien.1.1.3Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati
Rasional :
Agar klien merasa diperhatikan.
TUK 2:Klien dapat mengenal penyebab menarik diri.
2.1 Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri pada dirinya.Intervensi:2.1.1Kaji Pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri.
Rasional:Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang menarik diri.
2.1.2Dorong klien untuk menyebutkan kembali penyebab menarik diri.
Rasional:Membantu mengetahui penyebab menarik diri sehingga membantu dlm melaksanakan intervensi
selanjutnya.
2.1.3Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien dalam mengungkapkan penyebab menarik
diri.Rasional:
Meningkatkan harga diri klien.
TUK 3:Klien dapat mengetahui manfaat berhubungan dengan orang lain.
3.1Klien dapat mengungkapkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Intervensi:Diskusikan bersama klien manfaat berhubungan dengan orang lain.
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 14/34
Rasional:
Meningkatkan pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.3.1.2 Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan orang lain.
Rasional:
Mengetahui tingkat pemahaman klien tentang informasi yg diberikan.
3.1.3 Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan kembali manfaatberhubungan dengan orang lain.
Rasional:
Meningkatkan harga diri klien.TUK 4:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
4.1Klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain secara bertahap.Intervensi:
4.1.1 Dorong klien untuk berhubungan dengan orang lain.
Rasional:
Mencegah timbulnya halusinasi.
4.1.2 Diskusikan dengan klien cara berhubungan dengan orang lain secara bertahap.Rasional:
Meningkatkan pengetahuan klien cara yang yg dilakukan dalam berhubungan dengan orang lain.4.1.3 Beri reinforcement atas keberhasilan yg dilakukan.
Rasional:
Meningkatkan harga diri klien.TUK 5 :
Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
5..1Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :5.1.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya berhubungan dengan orang lain.
Rasional:Untuk mengetahui perasaan klien setelah berhubungan dengan orang lain.
5.1.2 Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.Rasional:
Mengetahui pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
5.1.3 Berikan reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaatberhubungan orang lain.
Rasional:
Meningkatkan harga diri klien.TUK 6:
Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga.
6.1 Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien yang menarik diri.Intervensi:6.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga.
Rasional:
Agar terbina rasa percaya keluarga kepada perawat.6.1.2 Diskusikan dengan anggota keluarga perilaku menarik diri, penyebab perilaku menarik diri
dab cara keluarga menghadapi klien.
Rasional:
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 15/34
Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang menarik diri dan cara merawatnya.
6.1.3 Anjurkan kepada keluarga secara rutin dan bergantian datang menjenguk klien (1 xseminggu).
Rasional:
Agar klien merasa diperhatikan.
b.Diagnosa 3: isolasi sosial; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
1) Tujuan umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain tanpa merasa rendah diri.
2). Tujuan khusus:TUK 1:
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.2Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau berjabat tangan, membalas salam, mau
duduk dekat perawat.Intervensi:
1.2.1Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/ komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal, perkenalkan namaperawat, tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan,
jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa adanya.
Rasional:Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.
1.2.2 Dorong klien mengungkapkan perasaannya.
Rasional:
Mengetahui masalah yang dialami oleh klien.1.2.3 Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati.
Rasional:
Agar klien merasa diperhatikan.TUK 2 :
Klien dapat mengidenfikasi kemampuan dan sisi positif yang dimiliki.
2.1 Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan sesuai dengan kemampuannya.
Intervensi:
2.1.1Diskusikan dengan klien tentang ideal dirinya : apa harapan klien bila pulang nanti dan apayg menjadi cita-citanya.
Rasional:
Untuk mengetahui sampai dimana realitas dari harapan klien.
2.1.2Bantu klien mengembangkan antara keinginan dengan kemampuan yang dimilikinya.
Rasional:Membantu klien membentuk harapan yang realitas.
TUK 3:
Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah dialaminya.3.1 Klien dapat mengevaluasi dirinya.
Intervensi:
Diskusikan dengan klien keberhasilan yg pernah dialaminya.Rasional:
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 16/34
Mengingatkan klien bahwa tidak selamanya dia gagal.
3.2 Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah terjadi pada dirinya3.2.1 Diskusikan dengan klien kegagalan yang pernah terjadi pada dirinya.
Rasional:
Mengetahui sejauh mana kegagalan yg dialami oleh klien.
3.2.2 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien menyebutkan keberhasilan dan kegagalanyang pernah dialaminya.
Rasional:
Meningkatkan harga diri klien.TUK 4:
Klien dapat membuat rencana yang realistis.
4.1 Klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai.
Intervensi:
4.1.1 Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin di capai.Rasional:
Agar klien tetap realistis dengan kemampuan yang dimilikinya.4.2 Klien dapat membuat keputusan dalam mencapai tujuan.4.2.1 Motivasi klien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih.Rasional:
Menghargai keputusan yang dipilih oleh klien.
4.2.2 Berikan pujian atas keberhasilan yang telah dilakukan.Rasional:
Meningkatkan harga diri.
TUK 5:
Klien dapat memanfaatkan system pendukung keluarga.5.1 Keluarga memberi dukungan dan ujian.
Intervensi:5.1.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentan cara merawat klien dengan harga dirirendah.
Rasional:
Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.5.1.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
Rasional :
Support system keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat penyembuhan klien.
5.2 Keluarga memahami jadwal kegiatan harian klien.5.2.1 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Rasional:
Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.5.2.2 Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah.Rasional:
Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang perawatan klien di rumah.
5.2.3 Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil.Rasional:
Meningkatkan harga diri klien.
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 17/34
c.Diagnosa 4: defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktifitas.
1). Tujuan umum:Klien dapat meningkatkan motivasi dalam mempertahankan kebersihan diri.
2). Tujuan khusus:
TUK 1:Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1.Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau berjabat tangan, membalas salam, maududuk dekat perawat.
Intervensi:
1.1.1.Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/ komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal, perkenalkan nama
perawat, tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan,
jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa adanya.
Rasional:Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.
1.1.2 Dorong klien mengungkapkan perasaannya.Rasional:Mengetahui masalah yang dialami oleh klien.1.1.3 Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati.
Rasional:
Agar klien merasa diperhatikan.TUK 2 :
Klien dapat mengenal pentingnya perawatan diri.
2.1 Klien dapat menyebutkan tanda kebersihan diri yaitu badan tidak bau, rambut rapi, bersih
dan tidak bau, gigi bersih dan tidak bau, baju rapi tidak bau, kuku pendek.Intervensi:
2.1.1 Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertiantentang aarti bersih dan tanda-tanda bersih.Rasional:
Meningkatkan pemahaman klien tentang kebersihan diri.
2.1.2 Dorong klien untuk menyebutkan kembali tanda-tanda kebersihan diri.Rasional:
Mengetahui pemahaman klien ttg kebersihan diri.
2.1.3 Berikan pujian atas kemampuan klien menyebutkan kembali tanda-tanda kebersihan diri.
Rasional:Meningkatkan harga diri klien.
2.2 Klien dapat menyebutkan tentang pentingnya dalam perawatan diri, memberi rasa segar,
mencegah penyakit mulut dan memberikan rasa nyaman.2.2.1 Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya dalam melakukan perawatan diri.Rasional:
Meningkatkan pemahaman klien tentang kebersihan diri.
2.2.2 Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat dalam melakukan perawatan diri.Rasional:
Mengetahui pemahaman informasi yang telah diberikan.
2.2.3 Berikan pujian atas keberhasilan klien menyebutkan kembali manfaat perawatan diri.
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 18/34
Rasional:
Meningkatkan harga diri klien.2.3 Klien dapat menjelaskan cara merawat diri yaitu mandi 2 x sehari, pakai sabun , gosok gigi
minimal 2 x sehari , cuci rambut 2- 3 x sehari dan ganti pakaian 1 x sehari.
TUK 3:Klien dapat melakukan kebersihan diri secara mandiri maupun bantuan perawat.
3.1 Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri.Intervensi:
3.1.1 Motivasi dan bimbingan klien untuk memelihara kebersihan diri.
Rasional:Agar klien melaksanakan kebersihan diri.
3.1.2 Anjurkan untuk mengganti baju.
Rasional:
Memberikan kesegaran.TUK 4:
Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.4.1 Klien selalu rapi dan bersih.Intervensi:4.1.1 Beri Reinforcement positif jika klien berhasil melakukan kebersihan diri.
Rasional:
Meningkatkan harga diri sendiri.TUK 5:
Klien mendapat dukungan keluarga dalam melakukan kebersihan diri
5.1 Keluarga selalu mengingat hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
Intervensi:5.1.1 Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.
Rasional:Untuk memberi penjelasan kepada keluarga tentang penyebab kurangnya kebersihan pada klien.5.1.2 Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang dilakukan klien selama di RS dalam
menjaga kebersihan.
Rasional:Klien dapat mengetahui tentang tindakan perawatan diri yang mampu dilakukan oleh klien.
Implementasi
Menurut Keliat (2006), implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang aktual dan
mengancam integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakankeperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan
keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini (here and now).
Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama dalampelaksanaan tindakan keperawatan.
Evaluasi
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 19/34
Evaluasi menurut Keliat (2006) adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klienterhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
evaluasi proses atau formatif yang dilakukan tiap selesai melakukan tindakan keperawatan dan
evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respons klien dengan tujuan
yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP dengan penjelasan sebagaiberikut:
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan. Dapat diukur dengan
menanyakan pertanyaan sederhana terkait dengan tindakan keperawatan seperti “coba bapak sebutkan kembali bagaimana cara mengontrol atau memutuskan halusinasi yang benar?”.
O : Respon objektif dari klien terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan. Dapat diukur
dengan mengobservasi perilaku klien pada saat tindakan dilakukan.A : Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih
tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapatpula membandingkan hasil dengan tujuan.P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien yang terdiri dari
tindak lanjut klien dan tindak lanjut perawat. Rencana tindak lanjut dapat berupa:
a.Rencana diteruskan, jika masalah tidak berubah.
b.Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil belum
memuaskan.c.Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang
ada serta diagnosa lama diberikan.
Hasil yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien dengan halusinasi adalah:
a.Klien mampu memutuskan halusinasi dengan berbagai cara yang telah diajarkan.b.Klien mampu mengetahui tentang halusinasinya.
c.Meminta bantuan atau partisipasi keluarga.
d.Mampu berhubungan dengan orang lain.e.Menggunakan obat dengan benar.
f.Keluarga mampu mengidentifikasi gejala halusinasi.
g.Keluarga mampu merawat klien di rumah dan mengetahui tentang cara mengatasi halusinasiserta dapat mendukung kegiatan-kegiatan klien.
Sumber:1.Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori danTindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2.Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.3.Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
4.Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 20/34
Kedokteran EGC.
5.Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga University Press.6.Townsend, Mary. C. (2000). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of Care. Edisi 3.
Philadelphia: F. A. Davis Company
7.Stuart dan Laraia. (2001). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St. Louis:
Mosby Year Book.
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN
MAHNUM LAILAN NASUTION
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Klien dengan Skizofrenia mempunyai gejala utama penurunan persepsi sensori :Halusinasi. Jenis halusinasi yang umum terjadi adalah halusinasi pendengaran dan
penglihatan. Gangguan halusinasi ini umumnya mengarah pada perilaku yang
membahayakan orang lain, klien sendiri dan lingkungan.Terkait dengan hal tersebut di atas penulis merasa perlu untuk melakukan asuhan keperawatan pada
Tuan H di ruangan Pusuk Buhit RSJ Medan, karena kasus pada klien jiwa dengan gangguan halusinasi
pendengaran cukup banyak terjadi, selain keadaan klien yang cukup mendukung dalam proses perawatan
yang cukup mendukung perawat.
Selain masalah halusinasi klien juga mengalami permasalahan kejiwaan, seperti : menarik diri, harga
diri rendah kronis dan resiko tinggi perilaku kekerasan. Klien sudah mengalami gangguan jiwa selama lebih
kurang 3 bulan yang lalu
.
B. Batasan Masalah
Dalam pembahasan masalah ini pennulis membatasi permasalahan yaitu tentang
bagaimana aplikasi asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama perubahansensori persepsi ; halusinasi pendengaran yang meliputi pengkajian, penentuan
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi .C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan proses keperawatan pada klien Tuan H dengan
halusinasi pendengaran di ruang Pusuk Buhit RSJ Medan.
2. Tujuan Khusus
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 21/34
a. Dapat melakukan pengkajian analisa data, merumuskan masalah keperawatan, membuat pohon
masalah, menetapkan pohon masalah, menetapkan diagnosa keperawatan pada Tuan H dengan
halusinasi pendengaran di ruang Pusuk Buhit RSJ Medan.
b. Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien dan mengatasi
masalah klien.
c. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditegakkan.
d. Dapat menilai hasil (mengevaluasi) tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
e. Dapat melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
©2004 Digitized by USU digital library 1
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 22/34
D. Metode
Metode yang dilakukan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Studi kasus
Kelompok melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada seorang klien dengan
masalah perubahan sensori persepsi halusinasi pendengaran di ruang Pusuk Buhit RSJ Medan.
2. Observasi
Mengobservasi gejala – gejala perilaku yang dialami klien dengan halusinasi dengar dan
observasi keberhasilan standard asuhan keperawatan yang diberikan.
3. Wawancara
Pengkajian dalam rangka pengumpulan data dilakukan terhadap klien keluarga serta
perawat ruangan
4. Studi perpustakaan
Dengan mempelajari beberapa buku yang berhubungan dengan halusinasi termasuk bahan –
bahan perkuliahan agar makalah ini mempunyai nilai ilmiah untuk dipertahankan.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
1. Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari
- Latar belakang
- Batasan masalah
- Tujuan
- Metode
- Sistematika penulisan
2. Bab II : Tujuan Teoritis
- Teoritis Halusinasi
• Defenisi halusinasi dan klasifikasi halusinasi
• Proses terjadinya halusinasi
• Faktor – faktor yang dapat menyebabkan halusinasi
• Hubungan skizofrenia dengan halusinasi
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 23/34
• Penatalaksanaan medis halusinasi pendengaran
- Teoritis keperawatan
Asuhan keperawatan :
• Pengkajian
• Diagnosa keperawatan
• Intervensi
• Implementasi
• Evaluasi
3. Bab III : Tinjauan Kasus
- Pengkajian
- Analisa data
- Pohon masalah
- Diagnosa keperawatan
- Intervensi
- Implementasi
- Evaluasi
4. Bab IV : Pembahasan
5. Bab V : Kesimpulan dan Saran
©2004 Digitized by USU digital library 2
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 24/34
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. HALUSINASI
1. DEFENISI HALUSINASI
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang (stimulus)
eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health Nursing, 1987).
2. KLASIFIKASI HALUSINASI
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu,
diantaranya :
a. Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
3. PROSES TERJADINYA HALUSINASI
Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi pada klien
dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara – suara bising atau mendengung.
Tetapi paling sering berupa kata – kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku
klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu seperti : bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang
membahayakan. Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan
penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati.
Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor dari gangguan schizoprenia dan satu syarat
diagnostik minor untuk metankolia involusi, psikosa mania depresif dan syndroma otak organik.
©2004 Digitized by USU digital library 3
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 25/34
4. FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB HALUSINASI
a. Faktor predisposisi
1. BIOLOGIS
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf – syaraf pusat dapat menimbulkan
gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah : hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat
dan muncul perilaku menarik diri.
2. PSIKOLOGIS
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons psikologis klien, sikap atau
keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah : penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. SOSIOBUDAYA
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan, konflik sosial
budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang
bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya
4. ( EMPAT) TAHAPAN HALUSINASI, KARAKTERISTIK DAN PERILAKU YANG DITAMPILKAN
TAHAP
KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN
Tahap I
- Memberi rasa nyaman
tingkat ansietas sedang secara
umum, halusinasi merupakan
suatu kesenangan.
- Mengalami ansietas,
kesepian, rasa bersalah dan
ketakutan.
- Mencoba berfokus pada
pikiran yang dapat
menghilangkan ansietas
- Fikiran dan pengalaman
sensori masih ada dalam
kontol kesadaran,
nonpsikotik.
- Tersenyum, tertawa sendiri
- Menggerakkan bibir tanpa
suara
- Pergerakkan mata yang
cepat
- Respon verbal yang lambat
-Diam dan berkonsentrasi
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 26/34
Tahap II
- Menyalahkan
- Tingkat kecemasan berat
secara umum halusinasi
menyebabkan perasaan
antipati
- Pengalaman sensori
menakutkan
- Merasa dilecehkan oleh
pengalaman sensori tersebut
- Mulai merasa kehilangan
kontrol
- Menarik diri dari orang lain
non psikotik
- Terjadi peningkatan denyut
jantung, pernafasan dan
tekanan darah
- Perhatian dengan
lingkungan berkurang
- Konsentrasi terhadap
pengalaman sensori kerja
- Kehilangan kemampuan
HALUSINASI DENGAR
1. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi dengar
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Pengertian
Halusinasi dengar merupakan persepsi sensoriyang salah terhadap stimulus dengar eksternal
yang tidak mampu di identifikasi (Beck dan Wiliam, 1980).
Halusinasi dengar merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran individu tanpa adanya
stimulus eksternal yang nyata (Stuart dan Sundeen, 1984).
B. Tanda dan gejala
Prilaku pasien yang teramati adalah sebagai berikut
1. Melirikan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara.
2. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau kepada
benda mati seperti mebel, tembok dll.
3. Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak.
4. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara.
C. Penyebab :
Isolasi sosial menarik diri
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 27/34
1. Pengertian
Menarik diri merupakan gangguan dengan menarik diri dan orang lain yang di tandai dengan
isolasi diri (menarik diri) dan perawatan diri yang kurang.
2. Penyebab
1. Perkembangan
Sentuhan,perhatian,kehangatan dari keluarga yang mengakibatkan individu menyendiri,
kemampuan berhubungan dengan klien tidak adekuat yang berakhir dengan menarik diri.
b. Harga diri rendah
3.
Tanda dan gejala
Tanda gejala menarik diri dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain
a. Aspek fisik
1) Penampilan diri kurang.
2) Tidur kurang.
3) Keberanian kurang.
b. Aspek emosi
1. Bicara tidak jelas.
2. Merasa malu.
3. Mudah panik.
c. Aspek sosial
1. Duduk menyendiri
2.
Tampak melamun3. Tidak peduli lingkungan
4. Menghindar dari orang lain
d. Aspek intelektual
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 28/34
1. Merasa putus asa
2. Kurang percaya diri
D. Akibat
Resiko mencederai orang lain dan diri sendiri
1. Pengertian
Suatu keadaan dimana seorang individu melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan
keselamatan jiwanya maupun orang lain di sekitarnya (Town send, 1994)
2. Penyebab
1. Halusinasi
2. Delusi
3.Tanda dan gejala
1. Adanya peningkatan aktifitas motorik
2. Perilaku aktif ataupun destruktif
3. Agresif
III. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain
IV. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
A. Data Obyektif .
Apakah klien terdapat tanda dan gejala seperti di bawah ini
1. Melirikan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara
2. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau
kepada benda mati seperti mebel,tembok dll
3. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara
4. Tidur kurang/terganggu
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 29/34
5. Penampilan diri kurang
6. Keberanian kurang
7. Bicara tidak jelas
8. Merasa malu
9. Mudah panik
10. Duduk menyendiri.
11. Tampak melamun.
12. Tidak peduli lingkungan.
13. Menghindar dari orang lain.
14. Adanya peningkatan aktifitas motorik.
15. Perilaku aktif ataupun destruktif.
B. Data Subyektif
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara tanpa ada wujud yang tampak.
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan gangguan persepsi
sensori: Halusinasi dengar.
2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar berhubungan dengan adanya isolasi sosial :
menarik diri.
VI. FOKUS INTERVENSI .
1. Diagnosa 1 . Resiko menciderai diri sensiri dan orang lain berhubungan dengan gangguan
sensori : Halusinasi dengar .
TUM : Klien tidak menciderai orang lain .
TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan kriteria hasil - Ekspresi wajah
bersahabat.
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 30/34
o Menunjukan rasa senang.
o Ada kontak mata atau mau jabat tangan.
o Mau mrnyrbutkan nama.
o Mau menyebut dan menjawab salam.
o Mau duduk dan berdampingan dengan perawat.
o Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi:
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
1. Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal.
2. Perkenalkan diri dengan sopan.
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
4. Jelaskan tujuan pertemuan.
5. Jujur dan menepati janji.
6. Tunjukan sikap empati dan terima klien apa adanya.
7. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuan dasar klien.
Rasionalisasi : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi
selanjutnya.
TUK :2. Klien dapat mengenal halusinasi dengan kriteria hasil:
1. Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnuya halusinasi.
2. Klien dapat mengungkapkan perasaanya terhadap halusinasi.
3. Bantu klien mengenal halusinasinya.
1.
Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apa yang sedang terdengar.2. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu namun perawat sendiri tidak
melihatnya.
3. Katakan bahwa klien lain juga yang seperti klien.
4. Katakan bahwa perawat siap membantu klien.
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 31/34
4. Diskusikan dengan klien
1. Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.
2. Waktu dan frekuensinya terjadi halusinasi.
5. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi.
TUK : 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya dengan kriteria hasil :
o Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
halusinasinya.
o Klien dapat menyebutkan cara baru.o Klien dapat memilih cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi.
o Klin dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok.
Intervensi:
1. Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jika terjadi halusinasi.
Rasional: merupakan upaya untuk memutus siklus halusinasi.
2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian. Rasional:
reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
3. Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya halusinasi.
1. Katakan “ saya tidak mau dengar kamu”
2. Menemui orang lain untuk bercakap-cakap.
3. Melihat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul.
4. Meminta perawat /teman/keluarga untuk menyapa jika klien melamun.
Rasional: memberi alternative pikiran bagi klien
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 32/34
4. Bantu klien melatih dan memutus halusinasi secara bertahap. Rasional: Memotivasi dapat
meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih salah satu cara pengendalian
halusinasi.
5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri
pujian jika berhasil
6. Anjurkan klien untuk mengikuti TAK, orientasi realita.
Rasional: Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interpretasi realita klien.
TUK : 4. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya dengan kriteria
hasil:
Klien dapat menjalin hubungan saling percaya dengan perawat
Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan
halusinasi
Intervensi:
1. Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga sedang halusinasi. Rasional: untuk
mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasi.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang
1). Gejala halusinasi yang dialami klien.
2). Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarag untuk memutus halusinasi.
3). Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah, beri kegiatan jangan biarkan sendiri.
4). Beri informasi tentang kapan pasien memerluakn bantuan.
Rasional : Untuk meningkatkan pengetahuan tentang halusinasi.
TUK: 5. Klien memanfaatkan obat dengan baik. Dengan kriteria hasil :
Klien dan keluarga mampu menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping
Klien dapat menginformasikan manfaat dan efek samping obat
Klien dapat memahami akibat pemakaina obat tanpa konsultasi
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 33/34
Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar pengunaan obat.
Intervensi:
1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat.2. Anjurkan klien untuk minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.
3. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat obat dan efek samping obat yang
dirasakan.
Rasional ; dengan mengetahui efek samping obat klien tahu apa yang harus dilakukan setelah minum
obat.
4.
Diskusikan bahayanya obat tanpa konsultasi.
Rasional: Pengobatan dapat berjalan sesuai dengan rencana.
5. Bantu klien menggunakan prinsip lama benar.
Rasional: dengan mengetahui prinsip maka kemandirian klien tentang pengobatan dapat ditingkatkan
secara bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
1. Boyd dan Nihart. 1998. Psichiatric Nursing & Contenporary Practice . I Edition . Lippincot .Philadelphia .
2. Carpenito , Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan . EGC. Jakarta .
3. Schultz dan Videback. 1998. Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5 th Edition . Lippincott.
Philadelphia .
4. Keliat , Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa . EGC. Jakarta.
5/14/2018 Pencetus terjadinya halusinasi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pencetus-terjadinya-halusinasi 34/34
5. Stuart dan sundeen . 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. EGC.Jakarta .
6. Townsend . 1995. Nursing Diagnosis In Psychiatric Nursing a Pocket Guide For Care Plan
Construction . Edisi 3 . EGC. Jakarta.