penatalaksanaan

9
PENATALAKSANAAN Tujuh puluh persenpenderita mrmbaik dengan plasebo, dan kadang-kadang mudah mengalami kambuh. Pendekatan farmakologis dalam terapi dyspepsia: Menurunkan faktor agresif dengan menekan produksi asam , meningkatkan faktor defensif --> mucoprotectants, eradikasi H.pylori Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu 1,2,3,8 : 1. Antasid Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir dan mengurangi keasaman lambung dan duodenum dengan cara berikatan dengan HCl menghasilkan garam dan air. Antasid biasanya mengandungi Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus- menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl 2 . Sering digunakan adalah gabungan Aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida .Aluminum hidroksida boleh menyebabkan konstipasi dan penurunan fosfat; magnesium hidroksida bisa menyebabkan BAB encer. Antacid yang sering digunakan adalah seperti Mylanta, Maalox, merupakan kombinasi Aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida. Magnesium kontraindikasi kepada pasien gagal ginjal kronik karena bisa menyebabkan hipermagnesemia,

description

penatalaksanaan

Transcript of penatalaksanaan

PENATALAKSANAAN

Tujuh puluh persenpenderita mrmbaik dengan plasebo, dan kadang-kadang mudah

mengalami kambuh. Pendekatan farmakologis dalam terapi dyspepsia: Menurunkan faktor

agresif dengan menekan produksi asam , meningkatkan faktor defensif --> mucoprotectants,

eradikasi H.pylori

Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu1,2,3,8:

1. Antasid

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir dan

mengurangi keasaman lambung dan duodenum dengan cara berikatan dengan HCl

menghasilkan garam dan air. Antasid biasanya mengandungi Na bikarbonat, Al(OH)3,

Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus- menerus, sifatnya hanya

simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu

lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun

dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2. Sering

digunakan adalah gabungan Aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida

.Aluminum hidroksida boleh menyebabkan konstipasi dan penurunan fosfat;

magnesium hidroksida bisa menyebabkan BAB encer. Antacid yang sering digunakan

adalah seperti Mylanta, Maalox, merupakan kombinasi Aluminium hidroksida dan

magnesium hidroksida. Magnesium kontraindikasi kepada pasien gagal ginjal kronik

karena bisa menyebabkan hipermagnesemia, dan aluminium bisa menyebabkan

kronik neurotoksik pada pasien tersebut.

Pemberian dosis Dewasa : sehari 3-4 kali 1-2 tablet. Diminum 1-2 jam setelah

makan dan menjelang tidur sehari 3-4 kali atau 1-2 sendok teh. Diminum 1 - 2 jam

setelah makan dan menjelang tidur.

2. Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif

yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan

seksresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif

3. Antagonis reseptor H2

Menghambat secara kompetitif interaksi histamin dengan reseptor H2 di dalam

sel parietal gaster--> menurunkan produksi asam lambung. kurang efektif terhadap

sekresi asam lambung yg dirangsang makanan atau sekresi asam lambung siang hari

krn efek terapeutiknya hanya bertahan 4-8jam.

Indikasi : ulkus gaster dan duodeni, GERD, terapi profilaksis utk stress-

related ulcer, dan perdarahan GIT akut pada pasien kritis

Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor H2

Obat Indikasi Dosis Pemberian Efek samping

Simetidin Tukak peptik akut dan kronik

Gastritis kronik dengan hiperekresi HCl 

3x200mg, ditambah 200mg sebelum tidur200 mg

Selama 4 minggu

Lanjutan setiap malam

Penekanan eritopoesis, sampai pansitopenia, atau neurotropeniaGangguan SSP seperti konfusi mental, somnolen, letargi, halusinasiGannguan endokrin yaitu impotemsi, ginekomastia

Roksatidin Gastritis akut dan kronik, dengan daya selektif reseptor H2 6kali lebih baik daripada simetidin, setara ranitidin

75mg/hari disesuaikan dengan kebersihan kreatin

Oral, malam hari selama 1 minggu

Ranitidin Dispepsia akut dan krinik, khususnys tukak duodenum aktif

2x150mg pagi dan malam atau 1x300mg sebelum tidur

Selama 4-8 minggu

4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI).

Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari

proses sekresi asam lambung. Berfungsi menghambat sekresi asam lambung dengan

penghambatan pompa proton. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah

omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol. Waktu paruh PPI adalah ~18jam ; jadi, bisa

dimakan antara 2 dan 5 hari supaya sekresi acid gastrik kembali kepada ukuran

normal. Terapi empirik diberikan selama 4-8 minggu dengan perbaikan gejala mulai

1-2 minggu. Supaya terjadi penghasilan maksimal, digunakan sebelum makan yaitu

sebelum sarapan pagi kecuali omeprazol.

Indikasi : GERD, ulkus duodenum, ulkus gaster-NSAID maupun non

NSAID, infeksi H.Pylori, sindrom ZE, dan terapi empirik pada dyspepsia

Obat yang termasuk proton pump inhibitor

Obat Indikasi Dosis Pemberian Efek samping

Omeperazol Tukak peptik

Tukak duodenum

1x20mg/hari

1x20-50mg/hari

Setiap pagi, selama

1-2 minggu, oral 

Selama 2-4 hari minggu, oral

Sakit kepala, nuase, diare,

mabuk, lemas, nyeri epigastrik, banyak gas

Lansoprazol Tukak peptik 1x30mg/hari 4 minggu, oral Idem

Pantoprazol Tukak peptik, inhibitor pompa proton yang reversibel

1x40mg/hari Oral Idem

5. Sitoprotektif

Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2).

Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.

Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang selanjutnya

memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan

sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective), yang

bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas. Sulcralfate.

Mengandung residu Al. Merupakan pilihan kedua dari antasid Diminum saat

lambung kosong, 1 jam ac dan sebelum tidur @ 10cc.

Misoprostol Merupakan prostaglandin semi sintetis yg menstimulasi produksi

mukus dan menekan produksi asam. Dosis : 200mcg 2 kali sehari

Toksik daripada obat ini jarang, bisa menyebabkan konstipasi (2–3%).

Kontraindikasi pada pasien gagal ginjal kronik. Dosis standard adalah 1 g per hari

6. Golongan prokinetik

Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan

metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan

refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung

(acid clearance)

Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmakoterapi (obat anti- depresi

dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang

muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi.

Terapi Dispepsia Fungsional :

1. Farmakologis

- pengobatan jangka lama jarang diperlukan kecuali pada kasus-kasus berat. (regular

medication)

- mungkin perlu pengobatan jangka pendek waktu ada keluhan. (on demand medication)

2. Psikoterapi

- Reassurance

- Edukasi mengenai penyakitnya

3. Perubahan diit dan gaya hidup

- Dianjurkan makan dalam porsi yang lebih kecil tetapi lebih sering.

- Makanan tinggi lemak dihindarkan

Pengobatan terhadap dispepsia fungsional adalah bersifat terapi simptomatik. Pasien

dengan dispepsia fungsional lebih dominan gejala dan keluhan seperti nyeri pada abdomen

bagian atas (ulcer - like) bisa diobati dengan PPI (Proton Pump Inhibitors). Pasien dengan

keluhan yang tidak jelas di bagian abdomen atas di mana yang gagal dengan pengobatan PPI,

bisa diobati dengan tricyclic antidepressants, walaupun data yang menyokong masih kurang.

Pasien dengan keluhan dismotility – like symptom bisa diobati dengan sama ada

dengan acid suppressive therapy, prokinetic agents, atau 5-HT1 agonists. Metoclopramide dan

domperidone menunjukkan antara obat placebo dalam pengobatan dispepsia fungsional.

PENCEGAHAN2,3,8

1. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam,

gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan

yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan

jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.

2. Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa

dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.

3. Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat

lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam

lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama

terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah,

terutama bagi perokok berat. Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang

dapat membantu untuk berhenti merokok.

4. Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan

dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu

mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.

5. Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke,

menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit.

Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan

pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya

adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat

yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.

6. Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan OAINS, obat-

obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat

peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang

mengandung acetaminophen.

PROGNOSIS

Statistik menunjukkan sebanyak 20% pasien dispepsia mempunyai ulkus peptikum,

20% mengidap Irritable Bowel Syndrome, kurang daripada 1% pasien terkena kanker, dan

dispepsia fungsional dan dyspepsia non ulkus adalah 5-40%. Dispepsia fungsional yang

ditegakan setelah pemeriksaan klinis dan penunjang yang akurat, memiliki prognosis yang

baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djojoningrat D. Pendekatan klinis penyakit gastrointestinal. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke – 4. FKUI; 2007.h.285.

2. Kusumobroto, Hernomo, Nizam Oesman, Iswan A Nusi. Dispepsia. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas Airlangga. AUP. Surabaya. 2007; p107-108

3. Mansjoer, Arif; Triyanti, Kuspuji; Savitri, Rakhmi. Dispepsia. In : Kapita Selekta Kedokteran Fakultas Kedokteran UI. Jakarta, 2001; p488-491

4. Wehbi,Mohammad.MD. 2011.Medscape Reference: Acute Gastritis. http://emedicine.medscape.com/article/175909-overview.html

5. Citra JT. Perbedaan depresi pada pasien dispepsia organik dan fungsional. Bagian Psikiatri FK USU 2003.

6. Greenburger NJ. Dyspepsia. The Merck Manuals Online Medical Library. 2008 March. Available from: http://www.merck.com/mmpe/sec02/ch007/ch007c.html. .

7. Glenda NL. Gangguan lambung dan duodenum. Patofisiologi. Edisi ke-6. EGC;

2006.h.417-19.

8. Konthen , Putu; Efendi, Chairul. Dispepsia Non Ulkus. In: Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD dr. Soetomo. Surabaya. 2008; p:122-123