Penanganan Sedimentasi Waduk Panglima Besar Sudirman
-
Upload
yudhi-salman-dwi-satya -
Category
Documents
-
view
151 -
download
11
Transcript of Penanganan Sedimentasi Waduk Panglima Besar Sudirman
Penanganan Sedimentasi Waduk Panglima Besar
Sudirman
1. Latar Belakang
Waduk panglima besar sudirman atau yang juga lebih dikenal dengan waduk
Mrica merupakan waduk yang memiliki bendungan terpanjang di Indonesia
dengan panjang 6.572 m dan tinggi 110 m. Waduk ini terletak di kabupaten
Banjarnegara provinsi Jawa Tengah. Waduk PB Sudirman adalah waduk
multifungsi, selain sebagai penyalur irigasi juga sebagai pembangkit tenaga listrik
dengan kapasitas 3 x 61,5 MW untuk koneksi Jawa-Bali dan masyarakat sekitar
waduk pun juga menggunakan waduk ini sebagai mata pencaharian yaitu, sebagai
tempat rekreasi, lahan tambak ikan, dan lain – lain. Bisa dikatakan waduk ini
sebagai jantung dari kabupaten Banjarnegara maupun provinsi Jawa Tengah.
Sayangnya jantung tersebut sedang mengalami krisis yang sangat besar yaitu
masalah sedimentasi waduk. Pada awal tahun operasi yaitu 1988, waduk ini
memiliki luas daerah tangkapan air sebesar 1022 km2 dan mempunyai volume
tampung air sebesar 148,28 juta m3. Namun sekarang volume air waduk
berkurang menjadi 72,56 juta m3 dalam kurun waktu 20 tahun (2008). Penyebab
terbesarnya adalah laju sedimentasi yang terus meningkat. Jika tahun – tahun
sebelumnya laju sedimentasi 4,2 juta m3 setiap tahunnya, kini mencapai 4,5 juta
m3 per tahun, bahkan kalau ekstrim dapat mencapai 4,7 m3 pertahun. Bila tidak
dilakukan penanganan yang serius terhadap laju sedimentasi tersebut maka
diperkirakan dalam kurun waktu 12 tahun waduk PB Sudirman berhenti berdetak.
2. Penanganan
Untuk mengatasi laju sedimentasi yang begitu pesat di waduk PB Sudirman
maka diadakan berbagai penanganan yang dibagi terhadap dua wilayah, yaitu
wilayah hulu dan wilayah hilir.
Penanganan laju sedimentasi di wilayah hulu
Penangan laju sedimentasi di wilayah hulu, antara lain :
a. Teknik konservasi
Pemerintah dan lembaga lingkungan setempat telah menggalakkan berbagai
progam konservasi dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang sebagian
besar berprofesi sebagai petani. Masyarakat diminta untuk melakukan petanian
yang berbasis pelestarian lingkungan dengan aspek dapat mengurangi laju
sedimentasi. Tindakan – tindakan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Tindakan penghijauan atau reboisasi
2. Mengurangi tekanan penduduk di DAS Serayu hulu terutama dengan
mengembangkan aktifitas ekonomi di sektor non pertanian.
3. Pembudidayaan tanaman yang dapat mencegah erosi sebagai tanaman
alternatif pengganti kentang
Selain tindakan diatas masih banyak progam – progam konservasi yang selalu
dilakukan. Hal ini demi mengurangi laju sedimentasi yang begitu cepat.
(a) (b)
Gambar 2.1 (a). Penghijaun di dataran Dieng (b). Tanaman kentang rentan terhadap erosi
b. Bangunan pengendali sedimen / check dam
Bangunan pengendali sedimen atau check dam adalah bangunan yang dapat
menahan sedimen yang berhamburan di dalam air. Prinsip kerja dari check dam
adalah membuat dinding air yang membelah sungai yang nantinya air dapat
mengalir melewati bagian atas dinding, namun karena adanya dinding ini sedimen
tersebut menjadi terperangkap dan mengendap di dasar sungai.
Ada beberapa bangunan check dam yang akan dibangun. Salah satunya di
desa Leksono, kabupaten Wonosobo. Lokasi ini dipilih dengan alasan sungai tidak
terlalu lebar, memiliki tebing yang curam, dan jalan masuk sudah beraspal.
Gambar 2.2 Salah satu lokasi pembangunan check dam
c. Teknologi Sabo
Teknologi sabo adalah suatu ide penahan sedimen yang berasal dari Jepang.
Bangunan pendukungnya disebut sebagai sabo dam. Sabo biasanya dijadikan
sebagai bangunan penahan lahar dingin gunung berapi. Namun sabo juga efektif
dalam menahan laju sedimentasi. Prinsip kerja dari sabo dam hampir sama dengan
bangunan check dam, yaitu membuat sedimen terperangkap dan mengendap
didasar saluran
Sabo dam di daerah DAS waduk PB Sudirman masih dalam tahap wacana,
rencananya sabo dam akan dibangun di berbagai tempat.
Gambar 2.3 Usulan pembangunan sabo dam
Penanganan laju sedimentasi di daerah hilir
a. Penambangan pasir
Sedimentasi waduk di bagian hulu berupa batu, kerikil, dan pasir. Oleh
penduduk sekitar waduk dimanfaatkan untuk penambangan bahan galian. PT
Indonesia Power UBP Mrica memberikan bantuan pompa pasir untuk melakukan
penambangan pasir yang ada di hulu bagian tengah. Dari 8 lokasi penam pertahun
bisa memanfaatkan sedimen sekitar 300 ribu m3.
Gambar 2.4 Penambangan sedimen dengan pompa pasir
b. Penggelontoran sedimen dengan metode flushing system
Penggelontoran sedimen dengan metode flushing system, yaitu dengan
memanfaatkan energi potensial hidrolik air waduk akibat beda tinggi antara muka
air depan dan belakang bendungan untuk mensuplai energi pada sedimen sehingga
sedimen tersebut keluar dari waduk. Bangunan pendukung sistem ini disebut
dengan drawdown culvert. Bendungan PLTA PB Sudirman sendiri sudah
dilengkapi dengan drawdown Culvert disekitar power intake (pemasok air untuk
turbin). Setiap 2 minggu dilakukan pengecekan, apabila sedimen sudah mencapai
7 m maka dilakukan pembuangan.
3. Bangunan Pendukung
Check dam Sabo dam
Drawdown Culvert