Penanganan Sedimentasi Waduk Panglima Besar Sudirman

7
Penanganan Sedimentasi Waduk Panglima Besar Sudirman 1. Latar Belakang Waduk panglima besar sudirman atau yang juga lebih dikenal dengan waduk Mrica merupakan waduk yang memiliki bendungan terpanjang di Indonesia dengan panjang 6.572 m dan tinggi 110 m. Waduk ini terletak di kabupaten Banjarnegara provinsi Jawa Tengah. Waduk PB Sudirman adalah waduk multifungsi, selain sebagai penyalur irigasi juga sebagai pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas 3 x 61,5 MW untuk koneksi Jawa-Bali dan masyarakat sekitar waduk pun juga menggunakan waduk ini sebagai mata pencaharian yaitu, sebagai tempat rekreasi, lahan tambak ikan, dan lain – lain. Bisa dikatakan waduk ini sebagai jantung dari kabupaten Banjarnegara maupun provinsi Jawa Tengah. Sayangnya jantung tersebut sedang mengalami krisis yang sangat besar yaitu masalah sedimentasi waduk. Pada awal tahun operasi yaitu 1988, waduk ini memiliki luas daerah tangkapan air sebesar 1022 km 2 dan mempunyai volume tampung air sebesar 148,28 juta m 3 . Namun sekarang volume air waduk berkurang menjadi 72,56 juta m 3 dalam kurun waktu 20 tahun (2008). Penyebab

Transcript of Penanganan Sedimentasi Waduk Panglima Besar Sudirman

Page 1: Penanganan Sedimentasi Waduk Panglima Besar Sudirman

Penanganan Sedimentasi Waduk Panglima Besar

Sudirman

1. Latar Belakang

Waduk panglima besar sudirman atau yang juga lebih dikenal dengan waduk

Mrica merupakan waduk yang memiliki bendungan terpanjang di Indonesia

dengan panjang 6.572 m dan tinggi 110 m. Waduk ini terletak di kabupaten

Banjarnegara provinsi Jawa Tengah. Waduk PB Sudirman adalah waduk

multifungsi, selain sebagai penyalur irigasi juga sebagai pembangkit tenaga listrik

dengan kapasitas 3 x 61,5 MW untuk koneksi Jawa-Bali dan masyarakat sekitar

waduk pun juga menggunakan waduk ini sebagai mata pencaharian yaitu, sebagai

tempat rekreasi, lahan tambak ikan, dan lain – lain. Bisa dikatakan waduk ini

sebagai jantung dari kabupaten Banjarnegara maupun provinsi Jawa Tengah.

Sayangnya jantung tersebut sedang mengalami krisis yang sangat besar yaitu

masalah sedimentasi waduk. Pada awal tahun operasi yaitu 1988, waduk ini

memiliki luas daerah tangkapan air sebesar 1022 km2 dan mempunyai volume

tampung air sebesar 148,28 juta m3. Namun sekarang volume air waduk

berkurang menjadi 72,56 juta m3 dalam kurun waktu 20 tahun (2008). Penyebab

terbesarnya adalah laju sedimentasi yang terus meningkat. Jika tahun – tahun

sebelumnya laju sedimentasi 4,2 juta m3 setiap tahunnya, kini mencapai 4,5 juta

m3 per tahun, bahkan kalau ekstrim dapat mencapai 4,7 m3 pertahun. Bila tidak

dilakukan penanganan yang serius terhadap laju sedimentasi tersebut maka

diperkirakan dalam kurun waktu 12 tahun waduk PB Sudirman berhenti berdetak.

2. Penanganan

Untuk mengatasi laju sedimentasi yang begitu pesat di waduk PB Sudirman

maka diadakan berbagai penanganan yang dibagi terhadap dua wilayah, yaitu

wilayah hulu dan wilayah hilir.

Page 2: Penanganan Sedimentasi Waduk Panglima Besar Sudirman

Penanganan laju sedimentasi di wilayah hulu

Penangan laju sedimentasi di wilayah hulu, antara lain :

a. Teknik konservasi

Pemerintah dan lembaga lingkungan setempat telah menggalakkan berbagai

progam konservasi dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang sebagian

besar berprofesi sebagai petani. Masyarakat diminta untuk melakukan petanian

yang berbasis pelestarian lingkungan dengan aspek dapat mengurangi laju

sedimentasi. Tindakan – tindakan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Tindakan penghijauan atau reboisasi

2. Mengurangi tekanan penduduk di DAS Serayu hulu terutama dengan

mengembangkan aktifitas ekonomi di sektor non pertanian.

3. Pembudidayaan tanaman yang dapat mencegah erosi sebagai tanaman

alternatif pengganti kentang

Selain tindakan diatas masih banyak progam – progam konservasi yang selalu

dilakukan. Hal ini demi mengurangi laju sedimentasi yang begitu cepat.

(a) (b)

Gambar 2.1 (a). Penghijaun di dataran Dieng (b). Tanaman kentang rentan terhadap erosi

Page 3: Penanganan Sedimentasi Waduk Panglima Besar Sudirman

b. Bangunan pengendali sedimen / check dam

Bangunan pengendali sedimen atau check dam adalah bangunan yang dapat

menahan sedimen yang berhamburan di dalam air. Prinsip kerja dari check dam

adalah membuat dinding air yang membelah sungai yang nantinya air dapat

mengalir melewati bagian atas dinding, namun karena adanya dinding ini sedimen

tersebut menjadi terperangkap dan mengendap di dasar sungai.

Ada beberapa bangunan check dam yang akan dibangun. Salah satunya di

desa Leksono, kabupaten Wonosobo. Lokasi ini dipilih dengan alasan sungai tidak

terlalu lebar, memiliki tebing yang curam, dan jalan masuk sudah beraspal.

Gambar 2.2 Salah satu lokasi pembangunan check dam

c. Teknologi Sabo

Teknologi sabo adalah suatu ide penahan sedimen yang berasal dari Jepang.

Bangunan pendukungnya disebut sebagai sabo dam. Sabo biasanya dijadikan

sebagai bangunan penahan lahar dingin gunung berapi. Namun sabo juga efektif

dalam menahan laju sedimentasi. Prinsip kerja dari sabo dam hampir sama dengan

bangunan check dam, yaitu membuat sedimen terperangkap dan mengendap

didasar saluran

Sabo dam di daerah DAS waduk PB Sudirman masih dalam tahap wacana,

rencananya sabo dam akan dibangun di berbagai tempat.

Page 4: Penanganan Sedimentasi Waduk Panglima Besar Sudirman

Gambar 2.3 Usulan pembangunan sabo dam

Penanganan laju sedimentasi di daerah hilir

a. Penambangan pasir

Sedimentasi waduk di bagian hulu berupa batu, kerikil, dan pasir. Oleh

penduduk sekitar waduk dimanfaatkan untuk penambangan bahan galian. PT

Indonesia Power UBP Mrica memberikan bantuan pompa pasir untuk melakukan

penambangan pasir yang ada di hulu bagian tengah. Dari 8 lokasi penam pertahun

bisa memanfaatkan sedimen sekitar 300 ribu m3.

Gambar 2.4 Penambangan sedimen dengan pompa pasir

Page 5: Penanganan Sedimentasi Waduk Panglima Besar Sudirman

b. Penggelontoran sedimen dengan metode flushing system

Penggelontoran sedimen dengan metode flushing system, yaitu dengan

memanfaatkan energi potensial hidrolik air waduk akibat beda tinggi antara muka

air depan dan belakang bendungan untuk mensuplai energi pada sedimen sehingga

sedimen tersebut keluar dari waduk. Bangunan pendukung sistem ini disebut

dengan drawdown culvert. Bendungan PLTA PB Sudirman sendiri sudah

dilengkapi dengan drawdown Culvert disekitar power intake (pemasok air untuk

turbin). Setiap 2 minggu dilakukan pengecekan, apabila sedimen sudah mencapai

7 m maka dilakukan pembuangan.

3. Bangunan Pendukung

Check dam Sabo dam

Drawdown Culvert