PEMBAHASAN PANCASILA
-
Upload
bagusdevil21 -
Category
Documents
-
view
1.752 -
download
3
Transcript of PEMBAHASAN PANCASILA
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945. oleh sebab itu, setiap warga negara Indonesia harus
mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkannya dalam segala bidang
kehidupan.
Dalam kehidupan bangsa Indonesia
diakui bahwa nilai-nailai Pancasila adalah
falsafah hidup atau pandangan hidup yang
berkembang dalam sosial-budaya Indonesia.
Nilai Pancasila dianggap nilai dasar dan puncak
atau sari budaya bangsa. Oleh sebab itu, nilai ini
diyakini sebagi jiwa dan kepribadian bangsa.
Dengan mendasarnya nilai ini dalam menjiwai
dan memberikan watak (kepribadian dan
identitas) sehingga pengakuan atas kedudukan
Pancasila sebagai falsafah adalah wajar.
Sebagai ajaran falsafah, Pancasila mencerminkan nilai-nilai dan pandangan
mendasar dan hakiki rakyat Indonesia dalam hubungannya dengan sumber kemestaan,
yakni Tuhan Yang Maha Pencipta. Asas Ketuhunan Yang Maha Esa sebagai
fundamental dalam kemestaan, dijadikan pula asas fundamental kenegaraan. Asas
fundamentalitu mencerminkan identitas atau kepribadian bangsa Indonesia yang
religius.
Sejak kelahirannya, Pancasila sebagai falsafah nasional modern (1 Juni 1945)
Pancasila telah dinyatakan menjadi milik nasional, artinya milik seluruh bangsa
Indonesia. Sekalipun telah merasa memiliki Pancasila, tetapi belum tentu secara
otomatis telah mengamalkan Pancasila tersebut. Untuk dapat mengamalkan Pancasila
yang disebut menjadi Pancasilais seharusnya memenuhi tiga syarat, yaitu
1. Keinsyafan batin tentang benarnya Pancasila sebagai falsafah negara.
2. Pengakuan bahwa yang bersangkutan menerima dan mempertahankan
1
Gambar 3.1Pancasila
Pancasila.
3. Mempersonifikasikan seluruh sila-sila Pancasila dalam perbuatan dengan
membiasakan praktek pengamalan Pancasila dan seluruh sila-sila dalam sikap,
perilaku, budaya dan politik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidikan Pancasila di perguruan tinggi?
2. Bagaimana ancaman patologi budaya Pancasila di Indonesia?
3. Bagaimana relevansinya dengan ilmu politik?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan Pancasila dilaksanakan
2. Untuk mengetahui ancaman patologi budaya Pancasila di Indonesia
3. Untuk mengetahui relevansi Pancasila dengan ilmu politik?
Dari uraian latar belakang masalah diatas maka kami mengajukan makalah berjudul
”Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi dan Patologi Budaya Pancasila”.
2
BAB II
METODOLOGI PENULISAN
2.1 Diagram Alur Penulisan
Sumber gambar 2.1 : Diagram Alur Penelitian
( Arikunto, 2002 ; 26 )
Memilih Masalah
Studi Pendahuluan
Merumuskan Masalah
Menentukan Anggapan Dasar
Menentukan Variabel Menentukan Sumber Data
Menentukan dan Menyusun Instrumen
Memilih Pendekatan
Mengumpulkan Data
Analisis Data
Menarik Kesimpulan
Menyusun Laporan
3
2.2 Metodologi Pengumpulan Data
Metodologi pengumpulan data yang kami tempuh adalah dengan dua cara, yaitu:
A. Studi kepustakaan, yaitu kami mencari sumber-sumber melalui buku-buku
yang berhubungan dengan masalah.
B. Studi media, yaitu kami menggunakan internet untuk mengumpulkan
informasi
4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA
Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pambukaan UUD 1945 dalam perjalanan
sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia telah mengalami persepsi dan interpretasi
sesuai dengan kepentingan rezim yang berkuasa. Pancasila telah digunakan sebagai
alat untuk memaksa rakyat setia kepada peremintah yang berkuasa dengan
menempatkan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara. Masyarakat tidak diperbolehkan menggunakan asas lain
sekalipun tidak bertentangan dengan Pancasila. Pancasila sebagaimana dimaksud
dalam pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
1. Landasan Historis
Suatu bangsa memiliki ideologi dan pandangan hidupnya sendiri yang diambil
dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam bangsa itu sendiri. Pancasila digali
dari bangsa Indonesia sendiri yang telah tumbuh dan berkembang semenjak lahirnya
bangsa Indonesia. Yang dapat dipersamakan dengan lahirnya bangsa Indonesia yang
memiliki wilayah seperti Indonesia.merdeka saat ini adalah masa kerajaan Sriwijaya
dan Majaphit. Pada masa itu, nilai-nilai ketuhanan, seperti kepercayaan kepada Tuhan
telah berkembang dan sikap toleransi juga telah lahir, begitu pula nilai kemanusiaan
yang adil dan beradab dan sila-sila lainnya.
Setelah mealalui proses sejarah yang cukup panjang, nilai-nilai Pancasila itu telah
melalui pematangan sehingga tokoh-tokoh bangsa Indonesia saat akan mendirikan
Republik Indonesia menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. Dalam perjalanan
ketatanegaraan Indonesia telah terjadi perubahan dan pergantian Undang-undang
Dasar, seperti UUD 1945 digantikan kedudukannya oleh konstitusi RIS, kemudian
5
berubah menjadi UUD Sementara dan kembalim lagi UUD 1945. dalam pembukaan
UUD tetap tercantum nilai-nilai Pancasila. Hal ini menunjukkan bahwa Pancasila
telah disepakati sebagai nilai yang dianggap paling tinggi kebenarannya. Oleh sebab
itu, secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan dengan nilai-
nilai pancasila.
Keyakinan bangsa Indonesia telah begitu tinggi terhadap kebenaran nilai-nilai
Pancasila dalam sejarah kenegaraan Indonesia. Pancasila mendapat tempat yang
berbeda-beda dalam pandangan rezim pemerintahan yang berkuasa. Penfsiran
Pancasila didominasi oleh pemikiran-pemikiran dari rezim untuk melanggengkan
kekuasaannya. Pada masa orde lama Pancasila ditafsirkan dengan nasionalis, agama,
dan komunis (NASAKOM) yang disebut dengan Tri Sila, kemudian diperas lagi
menjadi Eka Sila (gotong royong). Pada masa orde baru, pancasila harus dihayati dan
diamalkan dengan berpedoman pkepada butir-butir yang telah ditetapkan oleh MPR
melalui TAP. MPR No. II/MPR/1978 tentang P-4. namun penafsiran rezim itu
membuat kenyataan dalam masyarakat dan bangsa berbeda dengan nilai-nilai
Pancasila yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, timbullah tuntutan Reformasi dalam
segala bidang. Dalam kenyataan ini, MPR melalui TAP. MPR No. XVII/MPR/1998
tentang penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara yang mengandung makna ideologi
nasional sebagai cita-cita dan tujuan negara.
2. Landasan Kultural
Pandangan hidup bagi suatu bangsa adalah sesuatu hal yang tidak dapat
dipisahkan dengan kehidupan bangsa itu sendiri. Bangsa yang tidak memiliki
pandangan hidup adalah bangsa yang tidak memiliki kepribadian dan jati diri
sehingga bangsa itu mudah terombang-ambing dari pengaruh yang berkembang dari
luar negerinya. Kepribadian yang lahir dari dalam dirinya sendiri akan lebih mudah
menyaring masuknya nilai-nilai yang datang dari luar sehingga dapat memperkukuh
nilai-nilai yang sudah tertanam dalam diri bangsa itu sendiri. Sebaliknya, apabila
bangsa itu menerima kepribadian dari bangsa luar, tentu akan mudah terpengaruh dari
nilai-nilai yang belum teruji kebenarannya, sehingga dapat menghilangkan dari jati
diri bangsa itu sendiri.
Pancasila sebagai kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia merupakan
pencerminan nilai-nilai yang telah lama tumbuh dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Nilai-nilai yang dirumuskan dalam Pancasila bukanlah pemikiran Karl Marx,
6
melainkan pemikiran konseptual dari tokoh-tokoh bangsa Indonesia, seperti Soekarno,
Drs. Mohammad Hatta, Mr Muhammad Yamin, Prof .Mr .Dr. Supomo ,dan tokoh-
tokoh lainnya.
Sebagai hasil pemikiran dari tokoh-tokoh bangsa indonesia yang digali dari
budaya bangsa sendiri, Pancasila tidak mengandung nilai-nilai yang kaku dan
tertutup. Pancasila mengandung nilai nilai yang terbuka masuknya nilai-nilai baru
yang positif ,baik yang datang dari dalam negeri maupun luar negeri.Dengan
demikian ,generasi penerus bangsa dapat memperkaya nilai-nilai pancasila sesuai
perkembangan zaman.
3. Landasan Yuridis
Undang-undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dipakai sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan tinggi ,Pasal 39 ayat 2
menyebutkan bahwa isi kurikulum setiap jenis ,jalur ,dan jenjang pendidikan wajib
memuat :
a) Pendidikan Pancasila
b) Pendidikan Agama
c) Pendidikan Kewarganegaraan
Di dalam operasionalnya ,ketiga mata kuliah wajib dari kurikulum tersebut
dijadikan bagian dari kurikulum yang berlaku secara nasional .
Sebelum dikeluarkan PP No.Tahun 1999, keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 30 Tahun 1990 menetapkan status Pendidikan Pancasila dalam
kurikulum sebagai mata kuliah wajib untuk setiap program studi dan bersifat
nasional .Silabus pendidikan pancasila semenjak tahun 1983 sampai tahun 1999 telah
banyak mengalami perubahan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang
berlaku di masyarakat ,bangsa, dan negara. Perubahan dari silabus pendidikan
pancasila adalah dengan keluarnya keputusan Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi ,Nomor: 265/Dikti/Kep/2000 tentang Penyempurnaan kurikulum inti mata
kuliah pengembangan kepribadian pendidikan pancasila pada perguruan tinggi di
indonesia .dalam keputusan ini jelas dinyatakan mata kuliah Pendidikan Pancasila
adalah salah satu komponen dari kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian
(MKPK) jadi mata kuliah Pendidikan Pancasila adalah mata kuliah wajib untuk
diambil setiap Mahasiswa perguruan tinggi untuk Program Diploma/Politeknik dan
program sarjana .Selanjutnya ,berdasarkan keputusan Mendiknas No. 232 /U/2000
7
tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi ,dan penilaian hasil belajar
mahasiswa telah ditetapkan bahwa pendidikan Agama, Pancasila dan
Kewarganegaraan merupakan kelompok pengembangan kepribadian wajib diberikan
dalam kurikulum setiap program studi /kelompok program studi .Oleh sebab itu untuk
melaksanakan ketentuan diatas ,maka Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas
mengeluarkan surat keputusan No. 38/Dikti/Kep/2002 tentang rambu-rambu
pelaksanaan kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian di Perguruan Tinggi.
Jadi pendidikan pancasila dirancang dengan maksud untuk memberikan pengertian
pada mahasiswa tentang pancsila sebagai filsafat /tata nilai bangsa ,dasar negara ,dan
ideologi nasional dengan segala implikasinya.
4.Landasan Filosofis
Secara filosofis dan obyektif ,nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila pancasila
merupakan filosofi bangsa indonesia sebelum mendirikan negara Republik
Indonesia .Sebelum berdirinya negara indonesia ,bangsa indonesia adalah bangsa
yang berketuhanan ,yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab ,dan selalu
berusaha mempertahankan persatuan bagi seluruh rakyat untuk mewujudkan
keadilan .Oleh karena itu ,sudah merupakan kebijakan moral untuk merealisasikan
nilai-nilai tersebut dalam segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara harus menjadi sumber bagi segala tindakan
para penyelenggara negara ,menjadi jiwa dari perundang-undangan yang berlaku
dalam kehidupan bernegara. Oleh karena itu ,dalam menghadapi globalisasi ,bangsa
indonesia harus tetap memiliki nilai-nilai ,yaitu Pancasila sebagai sumber nilai dalam
pelaksanaan kenegaraan yang menjiwai pembangunan nasional dalam bidang
politik ,ekonomi ,sosial-budaya ,dan pertahanan-keamanan .
3.2 Tujuan Pendidikan Pancasila
Rakyat Indonesia melalui majelis perwakilannya ,menyatakan bahwa Pendidikan
nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkankebudayaan
bangsa indonesia diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat
bangsa ,sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta
dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa .
8
Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan sila-sila yang ada. Yaitu
perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam
masyarakat terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan
yang adil dan beradab, perilaku kebudayaan, dan beraneka ragam kepentingan
perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama
diatas kepentingan perorangan dan golongan .Dengan demikian ,perbedaan pemikiran
,pendapat ,atau kepentingan diatasi melalui keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia.
1.Tujuan Nasional
tujuan nasional sebagaimana yang ditegaskan dalam pembukaan UUD 1945 alinea
keempat , Menyatakan :”...melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah
darah indonesia ,... memajukan kesejahteraan umum ,mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan ,perdamaian abadi dan keadilan sosial ...”.Hal itu diwujudkan melalui
pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa ,berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 .Penyelenggaraan negara dilaksanakan melalui pembangunan nasional
dalam segala aspek kehidupan bangsa.
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan
masyarakat indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan ,berlandaskan kemampuan
nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ,serta
memperhatikan tantangan global .Dalam pelaksanaannya mengacu pada kepribadian
bangsa yang luhur dan universal sehingga dapat mewujudkan bangsa yang
berdaulat ,mandiri, berkeadilan ,sejahtera ,maju ,dan kukuh kekuatan moral dan
etikanya .Pemikiran tersebut tercantum pada Tap.MPR No.IV/MPR/1999 tentang
GBHN tahun 1999-2004. Dengan demikian ,peranan pancasila sebagai ideologi dan
falsafah bangsa indonesia sangat penting sekali dalam tercapainya tujuan nasional .
2.Tujuan Pendidikan Nasional
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 ,berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
9
manusia indonesia seutuhnya dalam rangka upaya mewujudkan tujuan
nasional .berdasrkan UU No. 2 Tahun 1989 tenteng sistem pendidikan nasional ,yaitu
”Pendidikan Nasional berujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dam megembangkan
manusia indonesia seutuhnya ,yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur ,memiliki pengetahuan dan
keterampilan ,kesehatan jasmani dan rohani ,kepribadian yang mantap dan
mandiri ,serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan ”.hal ini sesuai juga
dengan Pasal 31 ayat 3 UUD 1945.Berdasarka pasal ini maka Pendidikan Pancasila di
perguruan tinggi sangatlah penting keberadaannya
Dalam rangka pelaksanaan pengamalannya dalam pembangunan nasional ,maka
pendidikan nasional megusahakan;
1. Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang
tinggi kualitasnya dan mampu mandiri .
2. Pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat ,bangsa dan negara
indonesia yang terwujud dalam ketahanan nasional yang tangguh .
3.Misi dan Visi Pendidikan Pengembangan Kepribadian .
1.Misi Pendidikan Pancasila
misi pendidikan pancasila di perguruan tinggi menjadi sumber nilai dan pedoman
bagi penyelenggaraan program studi dalam mengantarkan mahasiswa
mengembangkan kepribadiannya .
2.Visi Pendidikan Pancasila
bertujuan membantu mahasiswa agar mampu mewujudkan nilai dasar agama dan
kebudayaan serta kesadran berbangsa dan bernegara dalam menerapkan ilmu
pengetahuan ,teknologi dan seni yang dikuasainya dengan rasa tanggung jawab
kemanusiaan.
4.Kompetensi pendidikan pancasila
Pendidikan pancasila yang mencakup unsur filsafat pancasila di perguruan
tinggi dengan kompetensinya bertujuan menguasai kemampuan berpikir ,bersikap
rasional dan dinamis ,berpandangan luas sebagai manusia intelektual . Kompetensi
yang diharapkan sebagai berikut .
1. mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengambil sikap
yang bertanggung jawab seuai dengan hati nuraninya .
10
2. mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengenali masalah
hidup dan kesejahteraan ,serta cara-cara pemecahannya
3. mengantarkan mahasiswa mampu mengenali perubahan-perubahan dan
perkembangan ilmu Pengetahuan ,teknologi, dan seni
4. mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk memaknai pderistwa
sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan
indonesia
pendidikan pancasila yang berhasil akan membuahkan sikap mental bersifat
cerdas ,penuh tanggung jawab dari peserta didik dengan perilaku yang
1. beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa .
2. berperikemanusiaan yang adil dan beradab
3. mendukung persatuan bangsa
4. mendukung kerakyatan yang megutamakan kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadi
5. mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial .
di harapkn melalui pendidikan Pancasila mahasiswa akan mampu
memahami ,menganalisis ,dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita
tujuan nasional seperti yang digariskan UUD1945 dan diharapkan pula mahasiswa
menjadi warga negara yang unggul dalam penguasaan iptek dan seni ,namun tidak
kehilangan jati dirinya sebagai bangsa indonesia .
5.Dasar Subtansi Kajian Pendidikan Pancasila
sesuai dengan SK Dirjen Dikti ,Depdiknas No. 38/Dikti/2002 meyatakan pokok-
pokok bahasan sebagai berikut;
a) landasan dan tujuan pendidikan pancasila
b) Pancasila sebagai filsafat .
c) Pancasila sebagai etika politik.
d) Pancasila sebagai ideologi nasional
e) Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesia .
f) Pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI
g) Pancasila sebagai paradigma kehidupan dalam masyarakat ,berbangsa dan
bernegara
11
6.Metodologi Pembelajaran Pancasila.
Agar pendidikan pancasila sesuai dengan visi dan misinya di perguruan
tinggi,maka metodologi pembelajaran harus meliputi sebagai berikut ;
a) Pendekatan :menempatkan mahasiswa sebagai subyek pendidikan ,mitra
dalam proses pembelajaran sebagai umat , anggota keluarga ,masyarakat, dan
warga negara.
b) metode proses pembelajaran :pembasan secara kritis analitis, induktif,
deduktif, dan reflektif melalui dialog kreatif yang bersifat parsitipatoris untuk
meyakini dasar kajian
c) bentuk aktivitas proses pembelajaran :kuliah tatap muka, ceramah, diskusi
interaktif, studi kasus ,penugasan mandiri ,seminar kecil ,dan evaluasi belajar .
d) Motivasi :menumbuhkan kesadaran bahwa proses belajar megembangkan
kepribadian merupakan kebutuhan hidup.
3.3 Ancaman Patologi Budaya Pancasila
Budaya Pancasila adalah budaya yang memberikan pedoman dan kekuatan
rohaniah bagi bangsa untuk berperilaku luhur dalam kehidupan sehari-hari dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ancaman mengenai budaya
pancasila dapat disebabkan oleh beberapa sebab, antara lain:
a. Globalisasi
b. Pengaruh negatif budaya-budaya luar
c. Primordialisme berlebihan
d. Dll.
Barbicara mengenai bahaya dan dampak dari adanya patologi Pancasila maka kita
akan menemukan bahaya dan dampak yang sangat luas, bukan saja dalam bidang
psikologis, melainkan juga dalam bidang ekonomi, pendidikan, hukum, sosial budaya,
kehidupan beragama, politik dan pemerintahan, lingkungan hidup dan SDA,
ketatanegaraan, serta ketertiban keamanan.
12
Bahaya dan dampak Patologi Pancasila
Berbicara tentang bahaya dan dampak dari adanya patologi pancasila kita akan
menemukan bahaya dan dampak yang sangat luas, bukan saja dalam bidang
psikologis, melainkan dalam bidang ekonomi, pendidikan, hukum, sosial budaya,
kehidupan beragama, politik dan pemerintahan, lingkungan hidup dan SDA,
ketenagakerjaaan, serta ketertiban dan keamanan. Kalau warga negara Indonesia tidak
memiliki suatu faham dan semangat pancasila, maka negara dan bangsa akan
mengalami kehancuran. Setara dengan kasus suami istri tidak lagi saling mencintai
satu sama lainnya, tentu keluarga akan akan hancur dan terjadi perceraian. Dalam
negara modern, warga negara memiliki kesadaran yang tinggi akan hak dan
kewajibannya, seperti mengakui atau menolak eksisitensi negara. Jika warga negara
tidak menyukai kebijakan negara, maka warga negara akan menolaknya secara tegas.
Terdapat beberapa dampak dari patologi pancasila, antara lain:
1. Disintegrasi bangsa
2. Konflik sosial debgan kekerasan berkelanjutan
3. Fenomena tercabutnya budaya dan kearifan lokal
4. Hubungan etnik yang tak harmonis
5. Terkikisnya jatidiri bangsa dan negara
6. Manusia dan warga tanpa citra dan kepercayaan diri
7. Bangsa dan negara tanpa identitas nasional yang kokoh
Masyarakat, bangsa dan negara Indonesia harus sadarb bahwa patologi pancasila itu
bisa memberikan dampak buruk yang luas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
karena itulah masyarakat, bangsa dan negara Indonesia harus melakukan antisipasi
terhadap ancaman patologi pancasila.
3.4 Relevansi Pendidikan Pancasila Dengan Ilmu Politik
Pancasila mmerupakan landasan hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, Pancasila haruslah diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama untuk para mahasiswa ilmu politik.
Sebagai mata kuliah yang mempelajari proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat untuk masyarakat umum, Pancasila tentulah harus diajarkan pada ilmu politik. Dengan cara demikian, maka para mahasiswa ilmu politik mampu menerapkan pancasila dalam kehidupan-kehidupannya.
13
BAB IV
KESIMPULAN
1. Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945. oleh sebab itu, setiap warga negara Indonesia
harus mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkannya dalam
segala bidang kehidupan.
2. Landasan Pendidikan Pancasila-Landasan Historis
Suatu bangsa memiliki ideologi dan pandangan hidupnya sendiri yang diambil
dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam bangsa itu sendiri. Pancasila digali
dari bangsa Indonesia sendiri yang telah tumbuh dan berkembang semenjak lahirnya
bangsa Indonesia.
-Landasan Kultural
Pandangan hidup bagi suatu bangsa adalah sesuatu hal yang tidak dapat
dipisahkan dengan kehidupan bangsa itu sendiri. Bangsa yang tidak memiliki
pandangan hidup adalah bangsa yang tidak memiliki kepribadian dan jati diri
sehingga bangsa itu mudah terombang-ambing dari pengaruh yang berkembang dari
luar negerinya.
-Kompetensi pendidikan pancasila
Pendidikan pancasila yang mencakup unsur filsafat pancasila di perguruan tinggi
dengan kompetensinya bertujuan menguasai kemampuan berpikir ,bersikap rasional
dan dinamis ,berpandangan luas sebagai manusia intelektual .
-Dasar Subtansi Kajian Pendidikan Pancasila
sesuai dengan SK Dirjen Dikti ,Depdiknas No. 38/Dikti/2002 meyatakan pokok-
pokok bahasan sebagai berikut;
h) landasan dan tujuan pendidikan pancasila
i) Pancasila sebagai filsafat .
j) Pancasila sebagai etika politik.
k) Pancasila sebagai ideologi nasional
l) Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesia .
m) Pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI
14
n) Pancasila sebagai paradigma kehidupan dalam masyarakat ,berbangsa dan
bernegara
-Metodologi Pembelajaran Pancasila.
Agar pendidikan pancasila sesuai dengan visi dan misinya di perguruan
tinggi,maka metodologi pembelajaran harus meliputi sebagai berikut ;
a) Pendekatan :menempatkan mahasiswa sebagai subyek pendidikan ,mitra dalam
proses pembelajaran sebagai umat , anggota keluarga ,masyarakat, dan warga
negara.
b) metode proses pembelajaran :pembasan secara kritis analitis, induktif, deduktif,
dan reflektif melalui dialog kreatif yang bersifat parsitipatoris untuk meyakini
dasar kajian
c) bentuk aktivitas proses pembelajaran :kuliah tatap muka, ceramah, diskusi
interaktif, studi kasus ,penugasan mandiri ,seminar kecil ,dan evaluasi belajar .
d) Motivasi :menumbuhkan kesadaran bahwa proses belajar megembangkan
kepribadian merupakan kebutuhan hidup.
3 Ancaman Patologi Budaya Pancasila
Budaya Pancasila adalah budaya yang memberikan pedoman dan kekuatan
rohaniah bagi bangsa untuk berperilaku luhur dalam kehidupan sehari-hari dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ancaman mengenai budaya
pancasila dapat disebabkan oleh beberapa sebab, antara lain:
a.Globalisasi
b.Pengaruh negatif budaya-budaya luar
c.Primordialisme berlebihan
d.Dll.
Terdapat beberapa dampak dari patologi pancasila, antara lain:
a. Disintegrasi bangsa
b.Konflik sosial debgan kekerasan berkelanjutan
c.Fenomena tercabutnya budaya dan kearifan lokal
d.Hubungan etnik yang tak harmonis
e.Terkikisnya jatidiri bangsa dan negara
f.Manusia dan warga tanpa citra dan kepercayaan diri
g.Bangsa dan negara tanpa identitas nasional yang kokoh
15
4. Sebagai mata kuliah yang mempelajari proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat untuk masyarakat umum, Pancasila tentulah harus diajarkan pada ilmu politik. Dengan cara demikian, maka para mahasiswa ilmu politik mampu menerapkan pancasila dalam kehidupan-kehidupannya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Budiardjo, Miriam. 2006. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Daryono M.1997. Pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
http://fe.ugm.ac.id
http://id.wilkipedia.org
Kaelan .2003. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta. Paradigma.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Nyoman N.S. I. Patologi Nasionalisme. Surabaya. Unair Mata Kuliah Umum.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syarbaini Syahrial. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Bogor. Ghalia Indonesia.
17
LAMPIRAN I
i. Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Garuda Pancasila merupakan lambang negara Indonesia. Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno. Sedangkan Pancasila itu sendiri merupakan dasar filosofi negara Indonesia. Kata Pancasila terdiri dari dua kata dari bahasa Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas.
Sejarah Pancasila
ii. Hari Lahir Pancasila
Sejarah pembuatan Pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan di kemudian hari kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang saat itu, Kuniaki Koiso ( 國昭小磯 atau 国昭小磯) pada tanggal 7 September 1944. Lalu, pemerintah Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 29 April 1945 (2605, tahun Showa 20) yang bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka.
BPUPKI semula beranggotakan 70 orang (62 orang Indonesia dan 8 orang anggota istimewa bangsa Jepang yang tidak berhak berbicara, hanya mengamati/ observer),kemudian ditambah dengan 6 orng Indonesia pada sidang kedua. Sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 - 1 Juni 1945 untuk merumuskan falsafah dasar negara bagi negara Indonesia. Selama empat hari bersidang ada tiga puluh tiga pembicara. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa Soekarno adalah "Penggali/Perumus Pancasila". Tokoh lain yang yang menyumbangkan pikirannya tentang Dasar Negara antara lain adalah Mohamad Hatta, Muhammad Yamin dan Soepomo.
"Klaim" Muhammad Yamin bahwa pada tanggal 29 Mei 1945 dia mengemukakan 5 asas bagi negara Indonesia Merdeka, yaitu kebangsaan, kemanusiaan, ketuhanan, kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat. oleh "Panitia Lima" diragukan kebenarannya. Arsip AG. Pringgadigda dan Arsip AK.Pringgadigda yang telah ditemukan kembali menunjukkan bahwa Klaim Moh. Yamin, yaitu persatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir dan batin, musyawarah, dan keadilan rakyat, tidak dapat diterima. Pada hari keempat, Soekarno mengusulkan 5 asas yaitu kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau peri-kemanusiaan, persatuan dan kesatuan, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan yang Maha Esa, yang oleh Soekarno dinamakan Pancasila atas bisikan temannya, Moh. Yamin yang seorang ahli bahasa, Pidato Soekarno diterima dengan gegap gempita oleh peserta sidang. Oleh karena itu, tanggal 1 Juni 1945 diketahui sebagai hari lahirnya Pancasila.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara proklamasi kemerdekaan, datang berberapa utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur. Berberapa utusan tersebut adalah sebagai berikut:
18
1. Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi2. Hamidhan, wakil dari Kalimantan3. I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara4. Latuharhary, wakil dari Maluku.
Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat tentang bagian kalimat dalam rancangan Pembukaan UUD yang juga merupakan sila pertama Pancasila sebelumnya, yang berbunyi, "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya".
Pada Sidang PPKI I, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Hatta lalu mengusulkan mengubah tujuh kata tersebut menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Pengubahan kalimat ini telah dikonsultasikan sebelumnya oleh Hatta dengan 4 orang tokoh Islam, yaitu Kasman Singodimejo, KH. Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan. Mereka menyetujui perubahan kalimat tersebut demi persatuan dan kesatuan bangsa. Dan akhirnya bersamaan dengan penetapan rancangan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 pada Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia.
iii. Hari Kesaktian Pancasila
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gerakan 30 September
Pada tanggal 30 September 1965, adalah awal dari Gerakan 30 September (G30SPKI). Pemberontakan ini merupakan wujud usaha mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis. Hari itu, enam Jendral dan berberapa orang lainnya dibunuh sebagai upaya kudeta. Namun berkat kesadaran untuk mempertahankan Pancasila maka upaya tersebut mengalami kegagalan. Maka 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila, memperingati bahwa dasar Indonesia, Pancasila, adalah sakti, tak tergantikan.
Pancasila1. Ketuhanan Yang Maha Esa2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab3. Persatuan Indonesia4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Makna Lambang Garuda Pancasila Burung Garuda melambangkan kekuatan
o Warna emas pada burung Garuda melambangkan kejayaan Perisai di tengah melambangkan pertahanan bangsa Indonesia
o Simbol-simbol di dalam perisai masing-masing melambangkan sila-sila dalam Pancasila, yaitu:
Bintang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa Rantai melambangkan sila Kemanusiaan Yang Adil Dan
Beradab
19
Pohon beringin melambangkan sila Persatuan Indonesia Kepala banteng melambangkan sila Kerakyatan Yang Dipimpin
Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
o Warna merah-putih melambangkan warna bendera nasional Indonesia. Merah berarti berani dan putih berarti suci
o Garis hitam tebal yang melintang di dalam perisai melambangkan wilayah Indonesia yang dilintasi Garis Khatulistiwa
Jumlah bulu melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945), antara lain:
o Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17o Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8o Jumlah bulu di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19o Jumlah bulu di leher berjumlah 45
Pita yg dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan negara Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang berarti "berbeda beda, tetapi tetap satu jua".
Asal Istilah Pancasila dan Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika"
Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang ada pada pita yang dicengkram oleh burung garuda, berasal dari Kitab Negarakertagama yang dikarang oleh Empu Prapanca pada zaman kekuasaan kerajaan Majapahit. Pada satu kalimat yang termuat mengandung istilah "Bhinneka Tunggal Ika", yang kalimatnya seperti begini: "Bhinneka tunggal Ika, tanhana dharma mangrwa. " Sedangkan istilah Pancasila dimuat dalam Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Empu Tantular yang berisikan sejarah kerajaan bersaudara Singhasari dan Majapahit. Istilah Pancasila ini muncul sebagai Pancasila Karma, yang isinya berupa lima larangan sebagai berikut:
1. Melakukan tindak kekerasan2. Mencuri3. Berjiwa dengki4. Berbohong5. Mabuk (oleh miras)
Peraturan Tentang Lambang Negara
Lambang negara Garuda diatur penggunaannya dalam Peraturan Pemerintah No. 43/1958 [1]
Lagu: Garuda Pancasila
Garuda pancasilaAkulah pendukungmuPatriot proklamasiSedia berkorban untukmuPancasila dasar negara
20
Rakyat adil makmur sentosaPribadi bangsakuAyo maju majuAyo maju majuAyo maju maju
Trivia Pada bagian rantai yang mewakili sila ke 2, salah satu gelang pada rantai
awalnya berbentuk kotak
LAMPIRAN II
21
Garuda Pancasila
Lambang negara Republik Indonesia adalah Garuda Pancasila. Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid III dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno. Sedangkan Pancasila itu sendiri merupakan dasar filosofi negara Indonesia. Lambang ini menggambarkan seekor burung Garuda yang menghadap ke kanan, dengan kelima sila Pancasila di sebuah perisai di dadanya, dan cakarnya memegang kain yang bertuliskan motto Indonesia
Garuda
Burung Garuda merupakan binatang mitos dalam mitologi Hindu dan Buddha. Garuda dalam mitos digambarkan sebagai makhluk jejadian separo burung (sayap, paruh, cakar) dan separo manusia (tangan dan kaki). Garuda sebagai lambang negara menggambarkan kekuatan dan kekuasaan dan warna emas melambangkan kejayaan, karena peran burung garuda dalam cerita pewayangan Mahabharata dan Ramayana.
Jumlah bulu burung garuda ini dibuat sedemikian rupa sehingga mengingatkan akan hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Pada sayapnya terdapat 17 bulu, 8 bulu ekor, 19 bulu di bawah perisai, dan 45 bulu leher.
Perisai
Perisai merupakan lambang pertahanan negara Indonesia. Gambar perisai tersebut dibagi menjadi lima bagian: bagian latar belakang dibagi menjadi empat dengan warna merah putih berselang seling (lambang bendera Indonesia) seperti papan othello, dan sebuah perisai kecil miniatur dari perisai yang besar bewarna hitam berada tepat di tengah-tengah. Garis lurus horisontal yang membagi perisai tersebut menggambarkan garis ekuator yang tepat melintasi Indonesia di tengah-tengah.
Emblem
Setiap gambar emblem yang terdapat pada perisai berhubungan dengan simbol dari sila Pancasila yang diprakarsai oleh Presiden Sukarno.
Bintang Tunggal
Ketuhanan Yang Maha Esa. Perisai hitam dengan sebuah bintang emas berkepala lima menggambarkan agama-agama besar di Indonesia, Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan juga ideologi sekuler sosialisme.
Pada masa orde baru, lambang ini juga digunakan oleh salah satu dari tiga partai pemerintah, yaitu Partai Persatuan Pembangunan / PPP.
Rantai Emas
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab. Rantai yang disusun atas gelang-gelang kecil ini menandakan hubungan manusia satu dengan yang lainnya yang saling
22
membantu. Gelang yang lingkaran menggambarkan wanita, gelang yang persegi menggambarkan pria.
Pohon Beringin
Persatuan Indonesia. Pohon beringin (Latin: Ficus benjamina) adalah sebuah pohon Indonesia yang berakar tunjang - sebuah akar tunggal panjang yang menunjang pohon yang besar tersebut dengan bertumbuh sangat dalam ke dalam tanah. Ini menggambarkan kesatuan Indonesia. Pohon ini juga memiliki banyak akar yang menggelantung dari ranting-rantingnya. Hal ini menggambarkan Indonesia sebagai negara kesatuan namun memiliki berbagai akar budaya yang berbeda-beda.
Pada masa orde baru, lambang ini juga digunakan oleh salah satu dari tiga partai pemerintah, yaitu Partai Golongan Karya / Golkar.
Kepala Banteng
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Binatang banteng (Latin: Bos javanicus) atau lembu liar adalah binatang sosial, sama halnya dengan manusia cetusan Presiden Soekarno dimana pengambilan keputusan yang dilakukan bersama (musyawarah), gotong royong, dan kekeluargaan merupakan nilai-nilai khas bangsa Indonesia.
Pada masa orde baru, lambang ini juga digunakan oleh salah satu dari tiga partai pemerintah, yaitu Partai Demokrasi Indonesia / PDI.
Padi Kapas
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas (yang menggambarkan sandang dan pangan) merupakan kebutuhan pokok setiap masyarakat Indonesia tanpa melihat status maupun kedudukannya. Hal ini menggambarkan persamaan sosial dimana tidak adanya kesenjangan sosial satu dengan yang lainnya, namun hal ini bukan berarti bahwa negara Indonesia memakai ideologi komunisme.
Motto
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan nasional Indonesia yang berasal dari istilah Sanskerta karangan Mpu Tantular yang berarti "Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu" yang menggambarkan keadaan bangsa Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam suku, budaya, adat-istiadat, kepercayaan, namun tetap adalah satu bangsa, bahasa, dan tanah air.
Saran –saran
23
1. Karena begitu pentingnya pancasila dalam pengembangan kepribadian bangsa kita, maka pelajaran pendidikan pancasila tidak boleh dihilangkan, dan porsinya perlu ditambah.
2. Kita telah lama melupakan esensi dari dijadikannya pancasila sebagai landasan ideology bangsa, maka mulai sekarang perlu ditumbuhkan lagi pemahaman tentang esensi tersebut.
3. Perlu adanya pelatihan dan seminar-seminar yang berhubungan dengan pancasila.
4. .perlu adaanya kesadaran diri tentang pencasila.
24