pemasangan gips
-
Upload
barone-curtis-ward -
Category
Documents
-
view
30 -
download
3
description
Transcript of pemasangan gips
PROTAP PERAWATAN PEMASANGAN GIPS
KONSEP TEORI
Definisi
Gips dalam bahasaa latin disebut kalkulus, dalam bahasa ingris disebut plaster of paris,
dan dalam belanda disebut gips powder. Gips merupakan mineral yang terdapat di alam
berupa batu putih tang mengandung unsur kalsium sulfat dan air. Gips adalah alat
imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak sesuai dengan kontur tubuh tempat gips di
pasang.
Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh dengan
mengunakan bahan gips tipe plester atau fiberglass. Jadi gips adalah alat imobilisasi
eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang terdapat di alam dengan formula khusus
dengan tipe plester atau fiberglass. Indikasi pemasangaan gips adalah klien dislokasi sendi,
fraktur, penyakit tulang spondilitis TBC, pasca operasi, skliosis, spondilitis TBC, dan lain-lain.
Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan patah tulang. Gips memiliki sifat
menyerap air dan bila itu terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan gips akan menjadi keras.
Sebelum menjadi keras, gips yang lembek dapat dibalutkan melingkari sepanjang
ekstremitasdan dibentuk sesuai dengan bentuk ekstremitas. Gips yang dipasang melingkari
ekstremitas disebut gipas sirkuler sedangkan jika gips dipasang pada salah satu sisi
ekstremitas disebut gips bidai.
Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus secara keras
area yang mengalami patah tulang.
Gips adalah imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur tubuh tempat
gips dipasang ( brunner dan suddart, 2000 ).
Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk immobilisasi bagian tubuh dengan
menggunakan bahan gips tioe plester dan fiberglass (Barbara Engram ,1999).
Jadi gips adalah alat immobilisasi eksternal yag terbuat dari bahan mineral yang
terdapat di alam dengan formula khusus dengan tipe plster atau fiberglass.
Tujuan Pemasangan Gips
Untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak bergerak sehingga
dapat menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara mengimobilisasi tulang yang patah
tersebut dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak
yang terletak didalamnya.
a. Imobilisasi kasus pemasangan dislokasia sendi.
b. Fiksasai fraktur yang telah direduksi.
c. Koreksi cacat tulang (mis., skoliosis ).
d. Imobilisasi pada kasus penyakit tulang satelah dilakukan operasi (mis.,spondilitis)
e. Mengoreksi deformitas.
Jenis – Jenis Gips
Kondisi yang ditangani dengan gips menentukan jenis dan ketebalangips yang dipasang.
Jenis-jenis gips sebagai berikut:
1. Gips lengan pendek.
Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tanga, dan
melingkar erat didasar ibu jari.
2. Gips lengan panjang.
Gips ini dipasang memanjang. Dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah prosimal
lipatan telapak tangan. Siku biasanya di imobilisasi dalam posisi tegak lurus.
3. Gips tungkai pendek.
Gips ini dipasang memanjang dibawah lutut sampai dasar jari kaki, kaki dalam sudut
tegak lurus pada posisi netral,
4. Gips tungkai panjang
Gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai dasar jari
kaki, lutut harus sedikit fleksi.
5. Gips berjalan.
Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat dan dapat disertai telapak
untuk berjalan
6. Gips tubuh.
Gips ini melingkar di batang tubuh
7. Gips spika.
Gips ini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstremitas (gips spika
tunggal atau ganda)
8. Gips spika bahu.
Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku
Gips spika pinggul.
Gips ini melingkari batang tubuh dan satu ekstremitas bawah (gips spika tunggal atau
ganda)
Bahan – Bahan Gips
a. Plester.
Gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus . gulungan krinolin diimregasi
dengan serbuk kalsium sulfat anhidrus ( Kristal gypsum ). Jika basah terjadi reaksi kristalisasi
dan mengeluarkan panas. Kristalisasi menghasilkan pembalut yang kaku . kekuatan penuh
baru tercapai setelah kering , memerlukan waktu 24-72 jam untuk mongering. Gips yang
kering bewarna mengkilap , berdenting, tidak berbau,dan kaku, sedangkan gips yang basah
berwarna abu-abu dan kusam, perkusinya pekak, terba lembab, dan berbau lembab.
b. Nonplester.
Secara umum berarti gips fiberglass, bahan poliuretan yang di aktifasi air ini mempunyai
sifat yang sama dengan gips dan mempunyai kelebihan karna lebih ringan dan lebih kuat,
tahan air dan tidak mudah pecah.di buat dari bahan rajuutan terbuka, tidak menyerap,
diimpregnasi dengan bahan pengeras yang dapat mencapai kekuatan kaku penuhnya hanya
dalam beberapa menit.
c. Nonplester berpori-pori
Sehingga masalah kulit dapat di hindari . Gips ini tidak menjadi lunak jika terkena
air,sehingga memungkinkan hidro terapi. Jika basah dapat dikeringkan dengan pengering
rambut.
Indikasi Pemasangan Gips
1. Untuk pertolongan pertama pada faktur (berfungsi sebagai bidal).
2. Imobilisasi sementara untuk mengistirahatkan dan mengurangi nyeri misalnya gips
korset pada tuberkulosis tulang belakang atau pasca operasi seperti operasi pada
skoliosis tulang belakang.
3. Sebagai pengobatan definitif untuk imobilisasi fraktur terutama pada anak-anak dan
fraktur tertentu pada orang dewasa.
4. Mengoreksi deformitas pada kelainan bawaan misalnya pada talipes ekuinovarus
kongenital atau pada deformitas sendi lutut oleh karena berbagai sebab.
5. Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis.
6. mobilisasi untuk memberikan kesempatan bagi tulang untuk menyatu setelah suatu
operasi misalnya pada artrodesis.
7. Imobilisas setelah operasi pada tendo-tendo tertentu misalnya setelah operasi tendo
Achilles.
8. Dapat dimanfaatkan sebagai cetakan untuk pembuatan bidai atau protesa.
Bentuk – Bentuk Pemasangan Gips
a. Bentuk lembaran sehingga gips menutup separuh atau dua pertiga lingkaran
permukaan anggota gerak.
b. Gips lembaran yang dipasang pada kedua sisi antero-posterior anggota gerak
sehingga merupakan gips yang hampir melingkar.
c. Gips sirkuler yang dipasang lengkap meliputi seluruh anggota gerak.
d. Gips yang ditopang dengan besi atau karet dan dapat dipakai untuk menumpu atau
berjalan pada patah tulang anggota gerak bawah
Tekhnik Pemasangan Gips
a. Persiapan alat
1. Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips
2. Baskom berisi air biasa ( untuk merendam gips )
3. Baskom berisi air hangat.
4. Gunting perban .
5. Bengkok.
6. Perlak dan alasnya.
7. Waslap.
8. Pemotongan gips .
9. Kasa dalam tempatnya.
10. Alat cukur.
11. Sabun dalam tempatnya.
12. Handuk.
13. Krim kulit.
14. Spons rubs
15. Padding
b. Prosedur kerja.
1. Siapkan klien dan jelaskan prosedur yang akan dikerjakan.
2. Siapkan alat –alat yang akan digunakan untuk pemasangan gips .
3. Daerah yang akan dipasang gips dicukur, dibersihkan, dan dicuci dengan sabun,
kemudian dikeringkan dengan handuk dan diberi krim kulit.
4. Sokong ekstremiras atau bagian tubuh yang akan digips .
5. Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang ditentukan
dokter selama prosedur.
6. Pasang spongs rubbs ( bahan yang menyerap keringat ) pada bagian tubuh yang akan
dipasang gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat. Tambahkan
bantalan ( padding ) di daerah tonjolan tulang dan pada jalur syaraf.
7. Masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam beberapa saat sampai gelembung –
gelembung udara dari gips harus keluar. Selanjutnya, diperas untuk mengurangi
jumlah air dalam gips.
8. Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan gips secara melingkar
mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu kendur atau terlalu ketat. Pada waktu
membalut, lakukan dengan gerakan bersinambungan agar terjaga ketumpah
tindihan lapisan gips. Dianjurkan dalam jarak yang tetap. Lakukan dengan gerakan
yang bersinambungan agar terjaga kontak yang constant dengan bagain tubuh.
9. Setelah selesai pemasangan, haluskan tepinya, potong serta bentuk dengan
pemotongan gipa atau cutter.
10. Bersihkan partikel bagian gips dari kulit yang terpasang.
11. Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan
diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan
pada gips.
Tekhnik Pelepasan Gips
a. Alat yang diperlukan untuk pelepasan gips.
1. gergaji listrik/pemotongan gips.
2. gergaji kecil manual.
3. gunting besar.
4. baskom berisi air hangat.
5. gunting perban.
6. bengkok dan plastic untuk tempat gips.
7. sabun dalam tempatnya.
8. handuk .
9. perlak dan alasnya.
10. Waslap.
11. krim atau minyak
b. Cara pelepasan gips
1. jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan.
2. yakinkan klien bahwa gergaji listrik atau pemotongan gips tidak akan mengenai kulit.
3. gips akan dibelah dengan menggunakan gergaji listrik.
4. gunakan pelindung mata pada klien dan petugas pemotong gips.
5. potong bantalan gips dengan gunting.
6. sokong bagian tubuh ketika gips dilepas.
7. cuci dan keringkan bagian yang habis di gips dengan lembut, oleskan krim atau
minyak.
8. ajarkan klien secara bertahap melakukan aktivitas tubuh sesuai program terapi.
9. ajarkan klien agar meninggikan ekstremitas atau menggunakan elastis perban jika
perlu untuk mengontrol pembengkakan.
Hal – Hal yang perlu diperhatikan dalam Pemasangan Gips
a. Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan.
b. Gips patah tidak bisa digunakan.
c. Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien.
d. Jangan merusak / menekan gips.
e. Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk.
f. Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama.
Kelebihan Pemasangan Gips
a. Mudah didapatkan.
b. Murah dan mudah dipergunakan oleh setiap dokter.
c. Dapat diganti setiap saat.
d. Dapat dipasang dan dibuat cetakan sesuai bentuk anggota gerak.
e. Dapat dibuat jendela/lubang pada gips untuk membuka jahitan atau perawatan luka
selama imobiliasi.
f. Koreksi secara bertahap jaringan lunak dapat dilakukan membuat sudut tertentu.
g. Gips bersifat rediolusen sehingga pemeriksaan foto rontgen tetap dapat dilakukan
walaupun gips terpasang.
h. Merupakan terapi konservatif pilihan untuk menghindari operasi.
Kekurangan Pemasangan Gips
a. Pemasangan gips yang ketat akan memberikan gangguan atau tekanan pada
pembuluh darah, saraf atau tulang itu sendiri.
b. Pemasangan yang lama dapat menyebabkan kekakuan pada sendi dan mungkin
dapat terjadi :
1. Disus osteoporosis dan atrofi.
2. Alergi dan gatal-gatal akibat gips.
3. Berat dan tidak nyaman dipakai oleh penderita.
Perawatan Gips
1. Gips tidak boleh basah oleh air atau bahan lain yang mengakibatkan kerusakan gips.
2. Setelah pemasangan gips harus dilakukan follow u yang teratur, tergantung dari
lokalisasi pemasangan.
3. Gips yang mengalami kerusakan atau lembek pada beberapa tempat, harus diperbaiki.
Asuhan Keperawatan Klien yang Terpasang Gips
Pengkajian
Pengkajian secara umum perlu di lakukan sebelum pemasangan gips terhadap gejala dan
tanda, status emosional, pemahaman tujuan pemasangan gips, dan kondisi bagian tubuh
yang akan di pasang gips. Pengkajian fisik bagian tubuh yang akan di gips meliputi status
neurovaskuler, lokasi pembengkakan, memar , dan adanya abrasi. Data yang perlu di kaji
klien setelah gips di pasang meliputi:
1. Data subyektif: adanya rasa gatal atau nyeri ,keterbatasan gerak, dan rasa panas
pada daerah yang di pasang gips
2. Data obyektif: apakah ada luka di bagian yang akan digips. Misalnya luka operasi,
luka akibat patah tulang; apakah ada sianosis; apakah ada pendarahan ;apakah ada
iritasi kulit;apakah atau bau atau cairan yang keluar dari bagian dari bagian tubuh
yang di gips.
Diagnosis keperawatan
Berdasarkan data pengkajian , diagnosis keperawatan utama pada klien yang
menggunakan gips meliputi:
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan gips.
2. Nyeri berhubungan dengan terpasangnya gips,gangguan muskuloskeletal, iskemia
jaringan perifer.
3. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan adanya penekanan akibat
pemasangan gips; laserasi dan abrasi.
4. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer dengan faktor resiko respons
fisiologis terhadap cedera atau gips restriksi.
5. Kurangnya pengetahuan (tentang pembatasan aktifitas dan tujuan tindakan yang
diprogramkan) berhubungan dengan kurangnya informasi yang akurat pada klien.
Intervensi keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan gips.Tujuan : pasien dapat melakukan mobilisasi sesuai kemampuan.
Kriteria hasil :
Melakukan latihan sendi dan jari-jari.
Pertisipasi aktif dalam perawatan.
Menggunakan alat bantu dengan aman
Intervensi Rasional
1. Kaji derajat imobilitas dan
perhatikan persepsi pasien
terhadap imobilisasi.
2. Bantu klien untuk latihan sendi
yang tidak di imobilisasi.
3. Bantu klien lakukan latihan jari-
jari kaki bila klien dipasang gips
tungkai.
4. Dorong klien untuk partisipasi
aktif dalam perawatan diri.
5. Ubah posisi secara periodik.
6. Bantu klien dalam mobilisasi
dengan alat bantu secara aman.
7. Kolaborasi : konsul dengan ahli
treapi fisik atau rehabilitasi
spesialis.
1. Pasien mungkin dibatasi oleh
persepsi diri tentang keterbatasan
fisik aktual, memerlukan informasi
untuk meningkatkan kemajuan
kesehatan.
2. Menghindari kekakuan sendi pada
daerah yang tidak terpasang gips.
3. Mencegah terjadinya kekakuan pada
bagian yang terpasang gips.
4. Meningkatan kekuatan otot dan
sirkulasi, meningkatkan kontrol
pasien dalam sirkulasi, dan
meningkatkan kesehatan diri
langsung.
5. Mencegah/menurunkan insiden
komplikasi kulit.
6. Mobilisasi dini menurunkan
komplikasi tirah baring dan
meningkatkan kesehatan diri
langsung.
7. Berguna dalam membuat aktivitas
individual/program latihan. pasien
dapat memerlukan bantuan jangka
panjang.
2. Nyeri berhubungan dengan terpasangnya gips, gangguan muskuloskeletal, iskemia jaringan.
Tujuan : nyeri terkontrol.
Kriteria hasil:
Meninggikan ekstremitas yang di gips.
Merubah posisi
Menggunakan analgetik oral bila diperlukan.
Intervensi Rasional
1. Kaji nyeri secara hati-hati;
mengenai lokasi, sifat, skala dan
intensitas nyeri.
2. Pertahankan imobilisasi bagian
yang sakit dengan tirah baring.
3. Anjurkan/bantu klien untuk
meninggikan ektremitas ynag
terpasang gips.
4. Bantu klien untuk merubah posisi
daerah yang tidak terpasang gips.
5. Dorong menggunakan tehnik
manajemen stress, contoh :
relasksasi, latihan nafas dalam,
imajinasi visualisasi, sentuhan
6. Tindak lanjuti nyeri yang tidak
dapat dikontrol dengan
peninggian, kompres dan
kolaborasi penggunaan analgetik
1. Untuk mengetahui intensitas nyeri dan
pemilihan intervensi selanjutnya.
2. Menghilangkan nyeri dan mencegah
kesalahan posisi /tegangan jaringan
yang terpasang gips.
3. Meningkatkan aliran balik vena,
menurunkan edema, dan menurunkan
nyeri.
4. Menghindari kekakuan pada daerah
lain sehingga menyebabkan nyeri pada
daerah lain.
5. Memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkann rasa kontrol, dan dapat
meningkatkan kemampuan koping
dalam maanajemen nyeri.
6. Kompres dapat menurunkan sensasi
nyeri. Analgetik diperlukan untuk
menurunkan nyeri.
3. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan adanya penekanan akibat pemasangan gips; laserasi dan abrasi.
Tujuan : Intergritas kulit klien
Kriteria hasil :
Tidak memperlihatkan tanda dan gejala infeksi sistemik.
Tidak memperlihatkan tanda infeksi lokal misalnya cairan, bau, dan
ketidaknyamanan lokal.
Memperlihatkan kulit yang utuh saat gips dibuka
Intervensi Rasional
1. Lakukan perawatan laserasi dan abrasi,
sebelum pemasangan gips.
2. Bersihkan kulit dengan seksama dan
lakukan perawatan sesuai anjuran
dokter, gunakan balutan steril
3. Ubah posisi dengan sering. Dorong
penggunaan trapeze bila mungkin.
4. Observasi adanya tanda infeksi sistemik :
dari bau gips, cairan purulent yang
mengotori gips.
5. Kolaborasi : Informasikan kepada tim
medis terhadap apa yang sudah terjadi/
apabila infeksi terjadi.
1. Mencegah kerusakan integritas
kulit selama terpasang gips.
2. Mencegah terjadinya
kontaminasi bakteri pada daerah
yang terpasang gips. Terutama
bagi fraktur yang terbuka.
3. Mengurangi tekanan konstan
pada daerah yang sama dan
meminimalkan resiko kerusakan
kulit. Trapeze dapat
menurunkan abrasi.
4. Adanya infeksi dapat
menyebabkan osteomielitis jika
tidak tertanggulangi dengan
segera.
5. Membantu untuk menindak-
lanjuti infeksi sehingga tidak
memperparah keaddaan pasien.
4. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer dengan faktor resiko respons
fisiologis terhadap cedera atau gips restriksi
Tujuan : Terjaganya peredaran darah yang adekuat pada ekstremitas
Kriteria Hasil :
Memperlihatkan warna kulit yang normal
Mengalami pembengkakan minimal
Mampu memperlihatkan pengisian kapiler yang adekuat
Memperlihatkan gerakan aktif jari tangan dan kaki
Melaporkan sensasi normal pada bagian yang digips.
Intervensi Rasional
1. Kaji aliran kapiler ekstremitas yang
dipasang gips, bandingkan dengan
sebelahnya.
2. Kaji status neurologis secara sering
dan teratur.
3. Tinggikan daerah yang terpasang
gips.
4. Pantau ekstremitas yang terkena
mengenai adanya nyeri,
pembengkakan, perubahan warna,
parestase, denyut yang hilang,
paralisis, dan suhu dingin.
5. Dorong klien untuk menggerakkan
jari tangan dan kakinya setiap jam.
Minta klien untuk melakukan
dorsofleksi ibujari kaki.
1. Kembalinya warna kulit harus cepat
(3-5 detik). Warna kulit yang pucat
menunjukkan gangguan
arterial.sianosis diduga ada
gangguan vena.
2. Tidak adekuatnya perfusi jaringan
dapat juga ditandai dengan
penurunan status neurologis.
3. Meningkatkan aliran balik
vena.pembengkakan dan edema
cenderung terjadi setelah
pengangkatan gips.
4. Menunjukkan adanya iskemia pada
jaringan yang terpasang gips.
5. Membantu untuk melancarkan
perfusi jaringan pada daerah perifer
yang terpasang gips.
6. Laporkan ke tim medis bila ada
nyeri progresif yang tidak dapat di
obati dengan pemberian analgetik
6. Gangguan aliran darah dan iskemia
yang parah perlu intervensi darurat
untuk menghilangkan tekanan dan
memperbaiki sirkulasi.
5. Kurangnya pengetahuan (tentang pembatasan aktifitas dan tujuan tindakan yang diprogramkan) berhubungan dengan kurangnya informasi yang akurat pada klien
Kriteria hasil :
meninggikan ekstremitas yang terkena
berlatih sesuai intruksi
Menjaga gips tetap kering
Melaporkan setiap masalah yang timbul
Tetap melakukan tindak lanjut atau mengadakan perjanjian dgn dokter.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan klien
dan keluarga tentang
pembatasan aktifitas,
pemeriksaan diagnostik dan
tujuan tindakan yang
diprogramkan.
2. Berikan informasi mengenai
masalah patologik, tujuan, dan
harapan program yang diberikan.
3. Jelaskan tentang antisipasi
adanya gangguan rasa nyaman,
misalnya panas akibat reaksi
pengerasan gips.
4. Sampaikan bahwa bagian yang di
gips tidak dapat digerakkan
selama gips masih terpasang.
5. Diskusikan intruksi pasca
pengangkatan gips misalnya ;
informasikan klien bahwa kulit
1. Mengetahui tingkat pengetahuan
klien dan keluarga sehingga dapat
mengurangi ansietas.
2. Memberikan dasar pengetahuan
dimana pasien dapat mebuat pilihan
informasi.
3. Mengurangi ansietas yang diderita
pasien akibat ketidaktahuan klien
tentang gips.
4. Mencegah terjadinya cedera /
memperlambat penyembuhan.
5. Mengurangi ansietas klien atas
keadaan setelah pengangkatan gips.
Kulit memerlukan waktu yang lama
dibawah gips secara umum
lembab dan tertutup,
informasikan juga bahwa otot
akan kelihatan lembek/atrofi.
untuk kembali ke penampilan normal.
Kekuatan otot akan menurun akibat
lama tidak digerakkan.
Evaluasi hasil yang diharapkan
1. Memperlihatkan peningkatan kemampuan mobilitas
a. mempergunakan alat bantu yang aman
b. berlatih untuk meningkatkan kekuatan
c. Mengubah posisi sesering mungkin
d. melakukan latihan sesuai kisaran gerakan sendi yang tidak tertutup gips
2. Melaporkan berkurangnya nyeri
a. meninggikan ekstremitas yang di gips
b. melakukan teknik manajemen nyeri
c. menggunakan analgetik oral
3. Memperlihatkan penyembuhan abrasi dan laserasi
a. tidak memperlihatkan tanda dan gejala infeksi
b. Memperlihatkan kulit yang utuh saat gips dibuka
4. Terjaganya peredaran darah yang adekuat pada ekstremitas
a. Memperlihatkan warna kulit yang normal
b. Mengalami pembengkakan minimal
c. Mampu memperlihatkan pengisian kapiler yang adekuat
d. Memperlihatkan gerakan aktif jari tangan dan kaki
e. Melaporkan sensasi normal pada bagian yang digips.
5. Klien secara aktif berpartisipasi dalam program terapi
a. meninggikan eksterimitas yang terkena.
b. berlatih sesuai intruksi
c. Menjaga gips tetap kering.
d. Melaporkan setiap masalah yg timbul.
e. Tetap melakukan tindak lanjut atau mengadakan perjanjian dengan dokter
f. Tidak memperlihatkan adanya komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3. Jakarta :
EGC.
Doengoes, Marilynn. 2000. Rencana asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC.
Lukman, Nurnaningsih. 2009. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
Suratun dkk (2008). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal SAK. Jakarta: EGC.
Internet (diakses pada tanggal 1 November 2012):