PEMANFAATAN LIMBAH PADAT TAMBAK UDANG VANAMEI …
Transcript of PEMANFAATAN LIMBAH PADAT TAMBAK UDANG VANAMEI …
PEMANFAATAN LIMBAH PADAT TAMBAK UDANG VANAMEI
(Litopenaeus Vannamei) SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA
PEMELIHARAAN RUMPUT LAUT (Gracillaria. sp)
NUR WAHYUNI SITA RAHMAN
10594091115
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
PEMANFAATAN LIMBAH PADAT TAMBAK UDANG VANAMEI
(Litopenaeus Vanname) SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA
PEMELIHARAAN RUMPUT LAUT (Gracillaria.sp)
NUR WAHYUNI SITA RAHMAN
10594091115
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
Pada Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammmadiyah Makassar
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
PEMANFAATAN LIMBAH PADAT TAMBAK UDANG VANNAME
(Litopenaeus Vannamei) SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA
PEMELIHARAAN RUMPUT LAUT (Gracillaria.sp) adalah benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri yang belum diajukan oleh siapapun, bukan
merupakan pengambil alihan tulisan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal dan dikutip dari
karya-karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebut kedalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi
ini.
Makassar, 30 September 2019
Nur Wahyuni Sita Rahman
Nim: 10594091115
HALAMAN HAK CIPTA
@ Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2019
Hak Cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebut sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh
Makassar.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar.
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWarahmatullahiWabarakatuh
Alhamdulilah dengan penuh rasa suka cita disertai dengan ucapan tulus syukur
kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis bisa
menuntaskan proposal penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Padat
Tambak Udang Vanamei (Litopenaus Vannamei) Sebagai Pupuk Organik
Pada Pemeliharaan Rumput Laut (Gracilaria sp) ” dapat diselesaikan juga
dengan waktu yang diharapkan. Banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi
penulis dalam menyelesaikan proposal ini karena menyadari bahwa penulis
mempunyai keterbatasan kemampuan sebagai mahkluk biasa.
Pada kesempatan yang berharga ini penulis sampaikan rasa terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
mendukung proses penulisan ini, khususnya kepada yang terhormat Ibu Dr.
Rahmi S.Pi., M.Si, selaku pembimbing satu yang telah meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga proposal ini dapat diselesaikan,
dan kepada Ibu Farhanah Wahyu S.Pi., M.Si selaku pembimbing kedua yang
senantiasa meluangkan waktunya dan banyak memberi nasehat, saran dan
petunjuk berharga bagi penulis, selaku pembimbing, disamping itu penghargaan
penulis disampaikan kepada Bapak Dr. Hidayat Suryanto Suwoyo, S.Pi., M.Si
beserta staf Tambak Marana, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan
Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3), Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan yang
telah banyak memberi saran dan telah membantu selama penelitian.Tidak lupa
pula penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr.Ir.Darmawati M.Si selaku
penguji satu dan ibu Asni Anwar S.pi.,M.si selaku penguji kedua yang memberi
kritikan dan saran yang membangun demi sempurnanya tulisan ini, serta Teman-
teman BDP 015 semua yang telah memberikan motivasi dan semangat buat
penulis.
Akhirnya semoga bantuannya mendapat balasan di sisi Allah SWT. Dan
penulis berharap proposal penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
penulis maupun khususnya kepada pembaca pada umumnya.
Makassar, 30 September 2019
Penulis
ABSTRAK
Nur Wahyuni Sita Rahman 10594091115. Pemanfaatan Limbah Padat
Tambak Udang Vaname (Litopenaeus Vanname) Sebagai Pupuk Organik
Pada Pemeliharaan Rumput Laut (Gracilaria.sp). Dibimbing oleh Rahmi dan
Farhana Wahyu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis yang optimal pemanfaatan
limbah padat tambak udang vanamei sebagai pupuk organik pada pemeliharaan
rumput laut (Gracillaria sp). Rancangan percobaan dari penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu dengan 4 perlakuan dosis limbah padat
tambak udang vanamei yang berbea yaitu : 104 g/L, 208 g/L, 312 g/L dan
Kontrol, dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Parameter uji pertumbuhan
mutlak dan laju pertumbuhan harian adalah menggunakan ANOVA. Berdasarkan
hasil penelitian ini, diperoleh dosis pupuk organik limbah padat tambak udang
vanamei yang optimal adalah 4 g/L yang mempengaruhi laju pertumbuhan mutlak
dan laju pertumbuhan harian masing-masing diperoleh sebesar 61,139 dan 1,28%.
Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan masih mendukung untuk
kehidupan rumput laut (Gracillaria sp).
Kata Kunci: pupuk organik, limbah, udang vanamei, pertumbuhan mutlak, laju
pertumbuhan harian, Gracillaria sp.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN i
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ii
HALAMAN PERNYATAAN iii
HALAMAN HAK CIPTA iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix
1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 3
2. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1. Morfologi gracilaria sp 4
2.1.1. Daur hidup 6
2.1.2. Sifat hidup 8
2.1.3. Habitat dan sebaran 10
2.1.4. Kandungan limbah tambak 10
3. METODE PENELITIAN 12
3.1. Waktu dan Tempat 12
3.2. Alat dan Bahan 12
3.3. Prosedur Penelitian 12
3.3.1. Persiapan 12
3.3.2. Penanaman bibit Gracillaria sp 13
3.3.3. Pemeliharaan 13
3.4. Rancangan Percobaan 14
3.5. Parameter yang diukur 14
3.5.1. Pengumpulan data 14
3.5.2. Peubah yang Diamati 15
3.6. Analisis Data 16
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17
4.1.Pertumbuhan mutlak Gracillaria sp 17
4.2. Laju pertumbuhan harian Gracillaria sp 19
4.3. .Kualitas Air 21
5. PENUTUP 24
5.1.Kesimpulan 24
5.2.Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 27
RIWAYAT HIDUP 35
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Rumput laut jenis Gracillaria sp 4
2. Diagram pertumbuhan mutlak rumput laut Gracillaria sp 17
3. Grafik rata-rata pertumbuhan mutlak rumput laut Gracillaria sp 18
4. Diagram laju pertumbuhan harian rumput laut Gracillaria sp 19
5. Grafik laju pertumbuhan harian rumput laut Gracillaria sp 20
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam Kegiatan Penelitian 12
2. Kisaran nilai kualitas air selama penelitian 21
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Budidaya udang merupakan suatu kegiatan yang sering dijumpai di daerah
pesisir negara-negara tropis dan subtropis. Keberadaannya di sekitar ekosistem
pesisir seperti mangrove menjadikan usaha tambak udang sebagai suatu kegiatan
yang identik dengan pengrusakan lingkungan. Tambak udang vaname dengan
padat penebaran yang tinggi, pada sistem budidaya super intensif memberikan
konsekuensi pada beban limbah yang dapat mempengaruhi kelayakan habitat
udang, serta lingkungan hidup perikanan di sekitar wilayah budidaya.
Permasalahan utama dalam air buangan tambak super intensif adalah tingginya
partikel bahan organik, terdiri atas feses udang, pakan yang tidak termakan,
karapak udang, serta plankton mati yang mengendap di dasar tambak. Apabila hal
ini terus berlangsung maka limbah sedimen yang mengendap di dasar akan
mengalami proses penguraian (dekomposisi) menghasilkan nitrat, nitrit, amonia,
karbondioksida, dan hidrogen sulfida, kandungan ini apabila di atas ambang batas
akan memengaruhi kualitas air dan membahayakan organisme perairan
(Lemonnier & Brizard, 2001), sehingga pembuangan limbah hendaknya dilakukan
secara periodik.
Limbah sedimen padat dapat menjadi peluang sekaligus potensi dampak
negatif bila tidak dikelola dengan baik. Limbah padat sedimen tambak udang
super intensif memiliki kandungan nutrien (unsur hara) yang cukup tinggi seperti
N total 0,67%; P2O5 4,78%; K2O 1%; C-organik 17,84%; pH 6,25; dan kadar air
15,60%; sehingga berpotensi digunakan sebagai pupuk organik sesuai dengan
Peraturan Menteri Pertanian No. 70/Permentan/SR.140/10/2011.
Pupuk organik merupakan bahan yang mengandung sejumlah nutrien
yang diperlukan bagi tanaman, namun praktek pemupukan pada tanaman-tanaman
yang hidup di perairan masih sangat jarang di lakukan (Silea dan Lita, 2006).
Kehidupan rumput laut pada suatu perairan ditentukan oleh lingkungan dan
substrat perairan, dimana substrat tersebut merupakan tempat melekatnya rumput
laut atau alga. Perbedaan substrat dasar pada perairan akan mempengaruhi
kerapatan rumput laut (Ain et al., 2014).
Rumput laut Gracilaria.sp dapat memanfaatkan unsur hara yang ada
diperairan untuk pertumbuhannya, seperti nutrien merupakan unsur yang
diperlukan tanaman sebagai sumber energi yang digunakan untuk menyusun
berbagai komponen sel selama proses pertumbuhan dan perkembangannya
(Budiyani et al., 2012. Gracilaria.sp memiliki toleransi terhadap lingkungan
hidupnya seperti faktor-faktor oseanografi (fisika, kimia, dan pergerakan atau
dinamika air laut). Olehnya itu, penelitian ini diperlukan dalam pemanfaatan
limbah padat tambak sebagai pupuk organik dalam pemeliharaan salah satu jenis
rumput laut yaitu Gracilaria sp.
1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis yang optimal dalam
pemanfaatan limbah padat tambak udang vanamei sebagai pupuk organik pada
pemeliharaan rumput laut (Gracilaria.sp).
Kegunaan Penelitian ini juga memberikan kontribusi terhadap peran
limbah padat tambak udang vanamei untuk mendukung aspek manajemen
budidaya rumput laut yang efektif dan efisien serta berkelanjutan tanpa merusak
lingkungan.
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi Gracilaria.sp
Di indonesia jenis rumput laut penghasil agar-agar yang telah
dimanfaatkan dan memiliki prospek cukup baik adalah Gracilaria.sp,
Gelidiella.sp, dan Gelidium.sp (Sedijoprapto 1997). Genus Gracilaria.sp paling
banyak digunakan karena selain jenis tersebut murah harganya dan mudah
diperoleh. Keunggulan Gracilaria.sp lainnya adalah warnanya yang putih
sedangkan Gelidium berwarna cokelat kusam. Menurut Ahda et al. (2005),
keistimewaan rumput laut Gracilaria.sp adalah dapat dibudidayakan di tambak.
Gambar 1 memperlihatkkan bentuk rumput laut jenis Gracilaria.sp.
Menurut Dawson (1946), yang dikutip oleh Soegiarto et al. (1978), rumput
laut jenis Gracilaria.sp memiliki sistematika klasifikasi sebagai berikut :
` Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
Spesies : Gracilaria sp.
Gambar 1.Rumput laut jenis Gracillaria.sp
Rumput laut Gracillaria.sp hidup dengan melekatkan diri pada substrat
padat, seperti kayu, batu, karang mati dan sebagainya untuk melekatkan dirinya.
Morfologi rumput laut Gracilaria.sp tidak memiliki perbedaan antara akar, batang
dan daun. Batang dan percabangannya yang menyusun tumbuhan ini yang disebut
dengan thallus (jamak: thalli), karena tidak bisa dibedakan dengan jelas mana
batang, dan daun seperti tumbuhan tingkat tinggi. Ciri umum dari Gracilaria.sp
adalah mempunyai bentuk thallus silinderis atau gepeng dengan percabangan
mulai dari yang sederhana sampai pada yang rumit dan rimbun, di atas
percabangan umumnya bentuk thalli (kerangka tubuh tanaman) agak mengecil,
permukaannya halus atau berbintil-bintil, diameter thallus berkisar antara 0,5 – 2
mm. Panjang dapat mencapai 30 cm atau lebih dan Glacilaria.sp tumbuh di
terumbu karang dengan air jernih dan arus cukup dengan salinitas ideal berkisar
20-28 ppt.
Jika dilihat secara sepintas, tumbuhan ini berbentuk rumpun, dengan tipe
percabangan tidak teratur, 'dichotomous', 'alternate', 'pinnate', ataupun bentuk-
bentuk percabangan yang lain. Gracilaria sp memiliki suatu alat cengkeram
berbentuk cakram yang dikenal dengan sebutan 'hold fast'. Jika dilihat secara
sepintas, tumbuhan ini berbentuk rumpun, dengan tipe percabangan tidak teratur,
'dichotomous', 'alternate', 'pinnate', ataupun bentuk-bentuk percabangan yang
lain.
2.2.1. Daur Hidup
Di alam kita dapat menemukan Gracilaria.sp dalam 3 bentuk
pertumbuhan. Secara morfologi memang ketiga bentuk pertumbuhan tadi sangat
sulit dibedakan, namun jika dilihat dari segi anatomi maka dapat dibedakan antara
bentuk sporofit, gametofit dan bentuk karposporofit. Bentuk sporofit adalah
tumbuhan yang memiliki kromosom diploid (2n), gametofit adalah bentuk
tumbuhan haploid (1n), sedangkan karposporofit adalah bentuk tumbuhan haplo-
diploid (sedang mengandung). Umumnya, karposporofit dapat dibedakan dari
sporofit dan gametofit, karena pada permukaan thallus sering dijumpai tonjolan-
tonjolan bulat. Seperti umumnya Rhodophyceae, daur hidup Gracilaria.sp bersifat
'trifasik' (3 bentuk pertumbuhan), yang mengalami pergantian generasi antara
seksual dan aseksual.Apabila awal perkembangbiakan dimulai dari generasi
aseksual maka akan terlihat bahwa sporofit akan membentuk suatu badan yang
disebut dengan tetrasporangia. Adapun bentuk dan ukuran tetrasporangia pada
masing-masing jenis sangat bervariasi.
Selanjutnya, tetrasporangia akan menghasilkan tetraspora akan membelah
menjadi 4 bagian, pembelahan mula-mula terjadi secara vertikal, disusul dengan
pembelahan secara horizontal.Tetraspora yang telah membelah tadi akan tumbuh
menjadi gametofit jantan dan gametofit betina yang masing-masing berupa
tanaman (1n). Selanjutnya gametofit jantan akan membentuk sori spermatangia,
yaitu suatu badan yang akan memproduksi spermatia. Sedangkan pada gametofit
betina akan dibentuk suatu badan yang disebut dengan cabang-cabang carpogonia,
yang akan memproduksi sel telur.
Fertilisasi terjadi secara pasif, yaitu apabila spermatia yang dikeluarkan
oleh gametofit jantan dapat masuk ke dalam cabang carpogonium dan bertemu
dengan sel telur. Setelah fertilisasi terjadi persatuan antara inti spermatia dan inti
sel garnet betina (kariogami) sehingga terbentuk zygot (karpospora). Selanjutnya
karpospora ber-kembang di dalam thallus gametofit betina yang kini berubah
namanya menjadi karpos-porofit. Sel-sel lapisan luar dari karposporofit
membentuk suatu badan berupa tonjolan-tonjolan tempat berkembangnya
karpospora. Tonjolan-tonjolan ini disebut sistokarp atau gonimoblast, dapat
terlihat jelas oleh mata.
Sistokarp akan mengalami proses pematangan, yaitu dengan pertambahan
besar. Pada Gracilaria sp sistokarp muda berdiameter 250 /xm - 300 jjm,
sedangkan yang telah masak diameternya berkisar antara 450 Mm-500/nn (Oza &
Krishnamurty, 1968). Setelah sistokarp atau gonimoblast masak, karpospora akan
dikeluarkan.Jika spora tersebut menempel pada suatu substrat maka akan tumbuh
menjadi tanaman diploid (sporofit).
Penelitian lain yang mengungkapkan daur hidup Gracilaria.sp di dalam
laboratorium telah dilakukan oleh Ogata et. al (1972). Mereka mengamatinya
dengan cara memasukkan spora-spora Gracillaria.sp kedalam erlenmeyer yang
berisi larutan SWM-3. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa tanaman
betina tidak dapat membentuk cabang-cabang carpogonia tanpa adanya tanaman
jantan.
2.2.2. Sifat-sifat Hidup
Untuk tumbuh dan berkembang, Gracilaria.sp membutuhkan cahaya,
karbondioksida, oksigen serta nutrisi. Cahaya dibutuhkan untuk proses
fotosintesa, yaitu karbondioksida akan diubah menjadi karbohidrat (senyawa
organik). Sebaliknya, oksigen dibutuhkan untuk respirasi atau merombak senyawa
yang mempunyai molekul besar menjadi senyawa-senyawa dengan molekul yang
lebih kecil dan energi.
Pengambilan nutrisi dilakukan Gracilaria.sp melalui proses difusi. Dalam
proses pengambilan nutrisi, Gracilaria.sp dapat menyerap serta
mengakumulasikan unsur-unsur yang ada disekitarnya dengan baik. Nuriwati dan
Hartati (1985) telah melakukan penelitian mengenai daya serap Gracilaria
lichenoides terhadap merkuri di perairan teluk jakarta. Hasil yang diperoleh
menyatakan bahwa Gracilaria dapat menyerap merkuri dengan baik. tambahkan
pula bahwa pada konsentrasi merkuri 0,005 ppm dalam air laut ternyata setelah 2
bulan kemudian diperoleh 0,20 ppm merkuri dalam Gracilaria, namun keadaan
ini tidak mempengaruhi pertumbuhannya. Sebagai organisme hidup Gracilaria
memiliki kemampuan beradaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan seperti
berikut:
a. Cahaya
Kemampuan adaptasi Gracilaria terhadap cahaya sangat baik. Cahaya yang
masuk ke dalam perairan baik dalam jumlah banyak atau sedikit dapat
dimanfaatkan untuk pertumbuhannya. Kim & Hum (dalam Hoyle, 1975)
menyatakan bahwa G. verrucosa dan G. foliifera memiliki toleransi yang tinggi
terhadap cahaya yang ber-lebihan, keduanya dapat tumbuh pesat pada kedalaman
5 cm. Sedangkan KIM mendapatkan G. verrucosa tumbuh di perairan yang keruh.
Selanjutnya Kling menyatakan bahwa sinar kuning (580 - 630 nm) mem-berikan
pengaruh positif terhadap pertumbuhan G. verrucosa (dalam Hoyle, 1975).
b. Suhu
Selain beradaptasi terhadap cahaya, Gracilaria.sp juga memiliki
kemampuan adaptasi yang baik terhadap suhu. Kemampuan ini sangatlah
bervariasi tergantung kepada tempat di mana tumbuhan tersebut hidup. Gracilaria
yang hidup di Atlantik Utara dapat bertahan pada suhu 7 °C di musim dingin dan
30 °C di musim panas. Demikian pula di Norwegia, tumbuhan ini dapat hidup
pada suhu 3 °C di musim dingin, dan 14 °C - 18 °C di musim panas (Stokke
dalam Hoyle, 1975). Akan tetapi Shang (1976) menyatakan bahwa di Taiwan,
pertumbuhan alga ini akan terhambat apa bila suhu air di bawah 8 °C.
Selanjutnya, Chen (1976) dan Shang (1976) menyatakan bahwa untuk budidaya
Gracilaria temperatur optimum yang diperlukan adalah 20 - 25 °C. Sedangkan
Kadi dan Atmadja (1988) menambahkan bahwa di Indonesia, salah satu
persyaratan untuk membudidayakan Gracilaria, suhu air sebaiknya berkisar
antara 20 °C - 28 °C.
c. Salinitas dan pH
Demikian pula kemampuan adaptasi Gracilaria terhadap salinitas juga
sangat tinggi. Alga ini dapat hidup pada kisaran salinitas 5-43 permil.(Chen
(1976) dan Shang (1976) menyatakan bahwa untuk budidaya Gracilaria kisaran
salinitas yang baik adalah 15 — 20 permil serta kisaran pH antara 6 — 9 dengan
pH optimum 8,2-8,7. Kondisi perairan habitat asli rumput laut memiliki kualitas
air yang cukup baik dalam mendukung kehidupannya, sementara kondisi tambak
memiliki kualitas air yang fluktuatif dan beragam tingkat kesuburannya akan
tetapi, rumput laut Gracilaria.sp dapat mentolerir kondisi lingkungan yang tidak
sesuai dengan kondisi lingkungan aslinya, rumput laut dari genus ini dapat
mentolerir salinitas terendah 15 g/L dan tertinggi 50 g/L (Aslan, 1991).
2.2.3. Habitat dan Sebaran
Gracilaria umumnya hidup sebagai fitobentos, melekat dengan bantuan
cakram pelekat ('hold fast') pada substrat padat. Terdiri dari kurang lebih 100
spesies yang menyebar luas dari perairan tropis sampai subtropis. Hal ini
menyebabkan beberapa penulis menyebutnya sebagai spesies yang kosmopolit.
Gracilaria hidup di daerah litoral dan sub litoral, sampai kedalaman tertentu, yang
masih dapat dicapai oleh penetrasi cahaya matahari. Beberapa jenis hidup di
perairan keruh, dekat muara sungai.
Di Indonesia terdapat lebih kurang 15 jenis Gracilaria (Kadi & Atmadja,
1988) yang menyebar di seluruh kepulauan. Di Bangka, Gracilaria convervoides
hidup melekat di atas batu karang pada kedalaman 2 - 5 meter (Soerdjodinoto,
1962). Di Lombok, G. gigas ditemukan di perairan payau. Daerah sebaran
Gracilaria di Indonesia meliputi : Kepulauan Riau, Bangka, Sumatera Selatan,
Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Pulau Bawean, Kalimantan, Sulawesi
Selatan dan Maluku.
2.2.4. Limbah Tambak Udang Vaname
Limbah budidaya udang dihasilkan dari pakan udang yang tidak
termanfaatkan. Limbah tersebut berupa limbah organik dalam bentuk hasil
metabolisme dan sisa pakan udang. Limbah hasil budidaya udang merupakan
limbah organik terutama dari pakan, feses dan bahan terlarut yang jika dibuang ke
perairan akan menganggu ekosistem di perairan tersebut. Pakan udang
menyediakan nitrogen 92%, fosfor 51% dan bahan organik lainnya 40% (Dimas
Wahyu Meidi Vanto, 2016).
Pertumbuhan udang yang semakin meningkat akan semakin tinggi pula
pakan yang diberikan. Meningkatnya jumlah pakan maka limbah yang dihasilkan
akan meningkat pula. Limbah hasil budidaya udang menghasilkan kira-kira 35%
limbah organik, sisa pakan 15% dan sisa metabolisme udang 20%. Limbah yang
semakin meningkat akan mengalami proses dekomposisi (penguraian) yang akan
menghasilkan nitrit,fosfat dan ammonia, karena tidak semua pakan dikonsumsi
udang (Wulandari, Widyorini, & Wahyu, 2015).
a. Amonia
Makin tinggi pH air, daya racun amonia semakin meningkat, sebab
sebagian besar berada dalam bentuk NH3, ѕеdаngkаn amonia dalam molekul
(NH3) lebih beracun daripada уаng berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam bentuk
molekul dараt bagian membran sel lebih cepat daripada ion NH4+ (Kordi dan
Andi,2009).
b. Nitrat nitrogen
Mеnurut Andayani (2005), konsentasi nitrogen organik dі perairan уаng
tіdаk terpolusi ѕаngаt beraneka ragam. Bаhkаn konsentrasi amonia nitrogen tinggi
pada kolam уаng diberi pupuk daripada уаng hаnуа biberi pakan. Nitrogen јugа
mengandung bahan organik terlarut. Konsentrsi organik nitrogan umumnya
dibawah 1mg/liter pada perairan уаng tіdаk polutan. Dan pada perairan уаng
planktonnya blooming dараt meningkat menjadi 2-3 mg/liter.
c. Orthophospat
Mеnurut Andayani (2005), orthophospat уаng larut, dеngаn mudah tesedia
bagi tanaman, tеtарі ketersediaan bentuk-bentuk lаіn bеlum ditentukan dеngаn
pasti. Konsentrasi fosfor dalam air ѕаngаt rendah : konsentasi ortophospat уаng
bіаѕаnуа tіdаk lebih dаrі 5-20mg/liter dan jarang melebihi 1000mg/liter. Fosfat
ditambahkan ѕеbаgаі pupuk dalam kolam, pada awalnya tinggi orthophospat уаng
terlarut dalam air dan konsentrasi аkаn turun dalam bеbеrара hari ѕеtеlаh
perlakuan.
Limbah dari tambak udang memang lebih bersifat alami dan organik,
seperti halnya kotoran sapi atau kotoran ikan lele yang dibuat menjadi pupuk,
namun tetap perlu difikirkan dan diuji coba lebih lanjut agar limbah ini dapat
dikelola dan dimanfaatkan bila kotoran udang memang dapat digunakan sebagai
pupuk untuk rumput laut Gracillaria sp.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 30 hari pada Juli-Agustus 2019 di
Tambak Marana, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan
Perikanan (BRPBAP3) Maros, Sulawesi Selatan.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan selama penelitian, yaitu :
Tabel 1. Alat-alat dan bahan yang di gunakan dalam penelitian
No Alat dan Bahan Jumlah Fungsi
1 Styrofoam 12 Sebagai wadah perlakuan rumput laut
2 Botol sampel 4 Sebagai alat mengukur kandungan total
nitrogen dan fosfat 3. Termometer 1 Sebagai alat mengukur suhu
4 Timbangan digital 1 Sebagai alat mengukur bobot rumput laut
5 Refraktometer 1 Sebagai alat mengukur salinitas
6. Gracillaria sp 40 kg Sebagai Media Uji
8. Pupuk Padat 2 kg Sebagai media perlakuan
9. Air tambak 500 L Sebagai bahan penelitian
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Persiapan
Sebagai tahap awal kegiatan ini dilakukan beberapa kegiatan pendahuluan
antara lain yakni persiapan peralatan dan wadah pemeliharaan. Bibit Gracillaria
.sp diambil dari tambak budidaya rumput laut Marana, Kabupaten Maros. Bibit
yang diambil yang segar dan dicuci dengan air laut, bibit kemudian ditimbang
thalusnya sebanyak 130 g. Air media sebelum dilakukan penebaran Gracilaria.sp
diukur kualitas air dan diberi analisa kandungan nitrogen dan fosfat. Hal yang
dilakukan sebelum penebaran Gracillaria.sp kedalam setiap wadah perlakuan
yaitu strefoam yang telah diisi air, kemudian pupuk organik yang telah dicairkan
langsung dituang kedalam setiap wadah perlakuan. Sterefoam dengan ukuran
70×37×26.
Penelitian ini dilaksanakan di luar ruangan (outdoor). Wadah
pemeliharaan diberi naungan atap fiber (fiberglass) agar air hujan tidak
mempengaruhi percobaan. Wadah penelitian (Styrofom) diisi air setinggi 20 cm
3.3.2. Penanaman bibit Gracillaria.sp
Sistem penanaman Gracillaria.sp digunakan adalah dengan metode lepas
dasar yang sudah ditimbang sebanyak 130 g. Pemasukan bibit dilakukan pada
saat keadaan cuaca teduh yaitu pagi hari sebelum matahari meninggi.
3.3.3. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan mutlak dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya
gangguan-gangguan selama masa pemeliharaan, seperti membersihkan lumpur
dan kotoran yang melekat.
Pengukuran parameter kualitas air dilakukan setiap minggu selama masa
pemeliharaan yaitu 30 hari.Pertumbuhan Gracillaria.sp dapat dilihat dengan
bertambah besarnya bibit yang ditanam yaitu pengukuran berat.
3.4. Rancangan Percobaan
Penelitian ini didesain menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).
Masing-masing perlakuan sebagai berikut:
Perlakuan A: Dosis pupuk organik 2 g/L
Perlakuan B: Dosis pupuk organik 4 g/L
Perlakuan C: Dosis pupuk organik 6 g/L
Perlakuan D: Kontrol
Masing-masing perlakuan diberi ulangan 3 kali sehingga 12 satuan
percobaan. Setiap wadah perlakuan diletakan bibit Gracillaria.sp dengan berat
awal 130 g.
3.5. Parameter yang Diukur
3.5.1. Pengumpulan Data
Rumput laut diambil secara total dari setiap ulangan perlakuan. Cara
penimbangan, yaitu rumput laut diangkat dan ditiriskan sampai air berhenti
menetes, kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan di tempat terlindung dari
sinar matahari langsung, yang dimaksudkan untuk menjaga agar tallus tidak
mengalami kekeringan dan mengalami kerusakan. Data bobot rumput laut diamati
diawal dan setiap 15 hari sekali selama masa pemeliharaan. Lama pemeliharaan
dilakukan selama 30 hari.
3.5.2. Peubah Yang Diamati
a. Laju pertumbuhan Spesifik
Laju pertumbuhan pada rumput laut Gracilaria.sp ditentukan dengan
menggunakan rumus (Dawes dkk.,1994 dalam Munoz,2004) :
LPH:In (Wt-W0) x 100%
t
Keterangan:
LPH:laju pertumbuhan harian
Wt:berat biomassa akhir penelitian
W0:berat biomassa awal penelitian
t: lama penelitian
b. Pertumbuhan berat mutlak
Pertumbuhan mutlak adalah laju pertumbuhan total selama masa
pemeliharaan. Pertumbuhan berat mutlak dihitung dengan rumus Effendie (1997):
Wm – 0
Keterangan :
Wm : Pertumbuhan berat mutlak (gram)
Wt : Berat biomassa pada akhir penelitian (gram)
W0 : Berat biomassa pada awal penelitian (gram)
c. Analisa Kualitas Air
Kualitas air meliputi suhu, salinitas,Do dan pH dilakukan penggukuran
seminggu sekali selama penelitian.
3.6. Analisis Data
Data-data pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan harian yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dengan tingkat
kepercayaan 95% Untuk melihat perbedaan antar perlakuan maka dilakukan uji
lanjut dengan uji Tukey (Steel & Torrie 1993) menggunakan perangkat komputer
dengan piranti lunak SPSS versi 16. Data kualitas air dianalisis deskriptif sesuai
dengan acuan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pertumbuhan Mutlak
Hasil pengamatan rata-rata pertumbuhan bobot mutlak rumput laut selama
30 hari pemeliharaan bervariasi dan semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya waktu pemeliharaan untuk semua perlakuan (Gambar 2). Bobot
mutlak rata-rata rumput laut Gracilaria.sp tertinggi diperoleh pada perlakuan B
yakni sebesar 61,13±4,73 g, kemudian perlakuan A yakni 58,95±2,24 g kemudian
perlakuan C dan D masing-masing sebesar 46,60±3,40 g dan 41,45±3,05 g.
Gambar 2. Diagram pertumbuhan mutlak rumput laut Gracilaria.sp pada
masing-masing perlakuan selama 30 hari pemeliharaan.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi pupuk
organik limbah padat tambak dengan dosis berbeda memberikan pengaruh yang
sangat nyata (P < 0,01) terhadap pertumbuhan rumput laut (Tabel Lampiran 2),
yang berarti bahwa perbedaan aplikasi dosis pupuk organik limbah padat tambak
pada tahap pemeliharaan rumput laut memberikan pengaruh yang nyata terhadap
0
50
100
150
200
250
Awal 15 30
Bo
bo
t M
utl
ak
(g
)
Waktu Pengamatan (Hari ke-)
A
B
C
D
pertumbuhan rumput laut yang dihasilkan. Uji beda nyata terkecil menunjukkan
bahwa perlakuan A dengan perlakuan B tidak berbeda nyata (P > 0,05 ), namun
kedua perlakuan tersebut berbeda nyata (P < 0,05) dengan perlakuan C dan D.
Gambar 3. Grafik rata-rata pertumbuhan mutlak rumput laut Gracilaria.sp pada
masing-masing perlakuan selama 30 hari pemeliharaan.
Perbedaan laju pertumbuhan maksimal yang dicapai tersebut disebabkan
oleh jumlah pupuk yang digunakan dan disebabkan kandungan hara dalam air
media yang digunakan dalam tiap penelitian adalah berbeda-beda, Pertumbuhan
dipengaruhi oleh faktor-faktor luar tubuh seperti ; lingkungan perairan, parasit
dan penyakit, serta faktor-faktor dalam tubuh seperti sifat keturunan, seks, umur
dan kemampuan memanfaatkan makanan ( Effendie 1997).
Fotosintesis akan bertambah sejalan dengan meningkatnya intensitas
cahaya pada suatu nilai optium tertentu (cahaya saturasi). Tinggi intensitas suatu
cahaya maka semakin tinggi pula produktivitas primer pada suatu batasan
tertentu. Disamping itu, Syafrie (1998) menyatakan bahwa laju pertumbuhan
thallus (pertumbuhan panjang yang kemudian akan mempengaruhi pertumbuhan
berat) berbeda-beda di setiap periode pembelahan sel Gracillaria.sp.
58.95 61.13
46.60 41.45
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
A B C D
Laj
u P
ertu
mbuhan
Mutl
ak (
g)
Perlakuan Dosis Pupuk
4.2. Laju Pertumbuhan Haran rumput laut
Hasil pengamatan rata-rata laju pertumbuhan bobot rumput laut selama 30
hari pemeliharaan untuk semua perlakuan disajikan pada (Gambar 3). Laju
pertumbuhan harian rata-rata rumput laut Gracilaria.sp tertinggi diperoleh pada
perlakuan B yakni sebesar 1,28±0,08%, kemudian perlakuan A yakni
1,25±0,04%, selanjutnya perlakuan C sebesar 1,02±0,06 % dan laju
pertumbuhan terendah diperoleh pada perlakuan D sebesar 0,92±0,08%.
Gambar 4. Diagram laju pertumbuhan harian rumput laut Gracilaria.sp
pada masing-masing perlakuan selama 30 hari pemeliharaan.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi pupuk
dengan dosis berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01)
terhadap laju pertumbuhan harian rumput laut (Tabel Lampiran 4), yang berarti
bahwa perbedaan aplikasi dosis pupuk pada tahap pemeliharaan rumput laut
memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan rumput laut yang
dihasilkan. Uji Beda Nyata Terkecil menunjukkan bahwa perlakuan A dengan
perlakuan B tidak berbeda nyata (P > 0,05 ), namun kedua perlakuan tersebut
berbeda nyata (P < 0,05) dengan perlakuan C dan D.
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
A B C D
La
ju P
ertu
mb
uh
an
Ha
ria
n (
%)
Perlakuan Dosis Pupuk
Gambar 5. Grafik rata-rata laju pertumbuhan harian (%) rumput laut
Gracilaria.sp pada masing-masing perlakuan selama 30 hari
pemeliharaan.
Dari gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata laju pertumbuhan harian
pada perlakuan A dengan dosis pupuk organik limbah padat tambak 2 g/L (1,25
%) tidak berbeda jauh dengan laju pertumbuhan harian pada perlakuan B dengan
dosis pupuk organik limbah padat tambak 4 g/L (1,28 %), dan pada perlakuan C
dengan dosis pupuk organik limbah padat tambak 6 g/L (1,02 %) lebih rendah
dibanding perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan eksplan rumput laut
Gracilaria.sp selama pemeliharaan yaitu berkaitan dengan kecukupan nutrien dan
teknik budidaya rumput laut yang digunakan. Menurut Parenrengi et al. (2016)
mengemukakan bahwa pertumbuhan rumput laut sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan perairan tempat budidaya dilakukan.
1.25 1.28
1.02 0.92
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
A B C DLa
ju P
ertu
mb
uh
an
Ha
ria
n (
%)
Perlakuan Dosis Pupuk
4.4. Kualitas Air
Kualitas air mempunyai peranan penting karena merupakan salah satu
faktor pendukung untuk pertumbuhan rumput laut Gracillaria.sp.Suatu perairan
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti suhu, salinitas, pH, DO, nitrat, dan fosfat
(Romimohtarto & Juwana, 1999). Hasil pengamatan beberapa parameter kualitas
air selama penelitian baik pada periode awal penebaran sampai panen masih
berada pada kriteria yang layak bagi kehidupan dan pertumbuhan Gracillaria.sp.
Hasil pengamatan peubah kualitas air pada wadah pemeliharaan rumput laut
Gracilaria sp selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 2, dibawah ini.
Tabel 2. Kisaran nilai peubah kualitas air selama penelitian
Kisaran suhu yang diperoleh selama penelitian berkisar 22,3–26,6 oC.
Kisaran ini masih layak untuk kehidupan rumput laut. Suhu air untuk hidup
rumput laut Gracilaria.sp berkisar antara 18-30 °C dan yang paling ideal sekitar
20-28 °C (Kadi & Atmadja 1988). Menurut Jones (1959) dalam Kim (1970),
temperatur air merupakan faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan
Gracilaria.sp. Pada suhu 20-28 °C Gracilaria.sp akan berkembang dengan baik
Variabel Perlakuan Aplikasi Pupuk
A B C D
Suhu (oC) 22.3-25.2 22.5-25.4 22.5-26 22.3-25.6
Salinitas (ppt) 25-40 30-42 33-45 25-43
Ph 7.5-9 7.5-8.9 7,5-8.9 7.5-9
DO (mg/L) 1.29-4.84 1.75-3.67 2.03-6.14 2.46-4.92
NO3-N (mg/L) 0,1883-0,8457
0,0808-0,8757
0,0963-0,8915
0,0972-0,9725
PO4-P (mg/L) 0,0021-0,0853
0,0832-0,1959
0,0640-0,2140
0,0021-0,1033
sedangkan pada temperatur diatas 30 °C pertumbuhan Gracilaria.sp akan
terhambat.
Kisaran pH yang diperoleh selama penelitian adalah 7,5 – 9,0 kisaran ini
masih optimal untuk pertumbuhan rumput laut. Perairan yang produktif dan
berperan mendorong proses perubahan bahan organik dalam air menjadi mineral-
mineral yang dapat diasimilasi oleh tumbuhan air. Perairan laut maupun pesisir
memiliki pH relatif lebih stabil dan berada dalam kisaran yang sempit, Menurut
Fatimah (2004) nilai pH yang ideal budidaya rumput laut Gracilaria.sp di tambak
antara 6-9, sedangkan yang ideal untuk pertumbuhan sekitar 6,8-8,2.
Hasil pengukuran salinitas berkisar 25 – 45 ppt dimana hal ini masih
dapat ditolerir oleh rumput laut. Gracilaria.sp dapat dibudidayakan dalam kisaran
salinitas antara 12-32 ppt dan yang idealnya adalah 15 ppt-25 ppt. Gracilaria dapat
tumbuh subur dengan kandungan garam sekitar 12 ppt sampai 30 ppt (Angkasa et
al. 2000). rumput laut Gracillaria.sp dapat dilakukan dengan salinitas tinggi (20-
40 ppt) (Guanzon et al. 2004).
Oksigen terlarut dalam suatu perairan sangat dibutuhkan untuk proses
respirasi. Dari pengukuran parameter kualitas air untuk DO adalah konsentrasi
oksigen selama penelitian sebesar 1,29 – 6,14 mg/l. Oksigen yang rendah
ditemukan pada awal-awal pemeliharaan (1,29 mg/L) karena kondisi masih
teradaptasi dengan aplikasi pupuk awal, namun setelah memasuki minggu kedua
hingga akhir pemeliharaan, maka nilai oksigen tersebut naik kembali hingga
mencapai 3,5-6,5 mg/L
.Menurut (Ditjenkanbud,2008),menyebutkan bahwa rumput laut
Gracillaria.sp tumbuh dengan baik pada kisaran oksigen terlarut 3-8 mg/L cukup
memadai untuk menunjang secara normal komunitas akuatik di perairan.
Kisaran Nitrat yang diperoleh selama penelitian berkisar 0,0808-0,9725
mg/L. Kisaran ini masih layak untuk kehidupan rumput laut. Atmadja et al. (1996)
mengemukakan bahwa kisaran nitrat yang dapat mendukung pertumbuhan rumput
laut adalah 0,9-3,5 mg/L. Hal ini berarti bahwa konsentrasi nitrat selama
pemeliharaan didapatkan konsentrasi yang relatif rendah dan berpengaruh terhadap
pertumbuhan rumput laut. Kandungan nitrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
algae di perairan adalah 0,2–0,9 mg/L dan optimal pada kisaran 0,1–4,5 mg/L
(Stickney, 1979). Menurut Effendi (2003), batas toleransi nitrat terendah untuk
pertumbuhan alga adalah 0,1 mg/L – 3,0 mg/L.
Kisaran fosfat yang diperoleh selama penelitian berkisar 0,0021-0,2140 mg/L.
Kisaran ini masih layak untuk kehidupan rumput laut. Pongmasak (2008)
mengemukakan bahwa pertumbuhan rumput laut berkorelasi positif dengan
lingkungan budidaya khususnya kandungan nitrat dan fosfat.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dosis pupuk
organik limbah padat tambak yang optimal terhadap pertumbuhan rumput laut
Gracillaria.sp adalah 4 g/L dengan pertumbuhan mutlak sebesar 61,139 g dan laju
pertumbuhan harian 1,28%. Kisaran kualitas air selama pemeliharaan masih
mendukung untuk kehidupan rumput laut Gracillaria.sp.
5.2. Saran
Dari hasil penelitian aplikasi pupuk limbah tambak udang vanname
sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu yang lebih lama dan
dilakukan di tambak-tambak tradisional..
DAFTAR PUSTAKA
Aslan, L.M. 1998. Budidaya rumput laut. Kanisius, Yogyakarta. 92 hlm.
Atmadja, W.S., Kadi, A., Sulistidjo, & Safari, R. 1996. Pengenalan jenis-jenis
rumput laut di Indonesia. Puslitbang Oseanografi LIPI. Jakarta.
Chen, S. 1976. Simultaneous Recovery of Protein and Oil from Dehulled Sesame
Seed in an Aqueous System. Thesis. Texas A&M University. Texas.
Cordero, J. R. A. 1977. Studies on Philiphine marine red algae, Smithsonian
Institution United State National Museum. Series IV: 258 pp.
Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan
lingkungan perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta, 258 hlm.
Hendrajat, E.A. & Pantjara, B. 2004a. Pengaruh metode tanam yang berbeda
terhadap pertumbuhan dan kandungan agar rumput laut Gracilaria
verrucosa di tambak tanah sulfat masam. Prosiding Konferensi Nasional
IV Pengelolaan Sumberdaya Perairan Umum, Pesisir, Pulau-Pulau Kecil
dan Laut Indonesia, Balikpapan, 2004.
Horowitz A, Horowitz S, 2000. Microorganisme and feet management in
aquaculture. Global Aquaculture Alliance, The Advocate, Vol. 3, Issue 2,
April 2000, p:33-34.
Kadi,A dan W.S. Atmadja. 1988. Rumput Laut, Jenis,Reproduksi, produksi,
budidaya dan pasca panen.Seri Sumberdaya Alam. P3O-LIPI. Jakarta 71
hal.
Mubarak, H., Ilyas, S., Ismail, W., Wahyuni, I.S., Hartati, S.T., Pratiwi, E.,
Jangkaru Z.dan Arifudin, R. 1990. Petunjuk teknis budidaya rumput laut.
Pusat penelitian dan pengembangan Perikanan. Jakarta. 93 hlm.
Mulyaningrum, S.R.H., Parenrengi, A. dan Suryati, E. 2015. Pertumbuhan dan
perkembangan eksplan rumput laut Gracilaria verrucosa dan Gracilaria
gigas pada aklimatisasi di tambak. Ilmu Kelautan. Vol 20 (3):135-142.
Nelson, S., Glenn, E., Moore, D., Walsh, T and Fitzsimmons, K. 2001. Use of an
edible red seaweed to improve effluent from shrimp farms. Environmental
Research Laboratory, Univ Arizona Tuczon . A.Z.
Nuriwati, D. dan S.T. Hartati. 1985. Pengaruh logam berat merkuri terhadap
pertumbuhan rumput laut (Gracilaria lichenoides) serta daya serapnya di
teluk Jakarta. J.Penel Perikanan Laut. 33 : 21 - 26.
Ogata, E.; T. Matsui and H. Naka-Mura. 1972. The life cycle of Gracilaria
verrucosa (Rhodophyceae, Gigartinalesj in vitro. Phycologia 11(1): 75 -
80.
Parenrengi, A., Fahrur, M., Makmur & Mulyaningrum, S.R.H. 2016. Seleksi
rumput laut Kappaphycus striatum dalam upaya peningkatan laju
pertumbuhan bibit untuk budidaya. Jurnal Riset Akuakultur. 11 (3), 2016,
235-248
Pongmasak, P.R. 2008. Hubungan ketersediaan nitrogen dan fosfat dalam perairan
terhadap pertumbuhan rumput laut di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi
Selatan. Dalam Permadi, A., Sipahutar, Y.H., Saifurridjal, Basith, A.,
Sugriwa, E., Siregar, A.N., Thaib, E.A., Puwanto, & Sanofa, V.
(Eds.).Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia 2008, hlm. 640-
647.
Saputra,R.M.N, Sukoso and Hartati K. 2017. A Solid Waste Pond Tiger Shrimp
(Penaeus monodon) as Fertilizer for Caulerpa lentifera. J.Exp.Life Sci.
Vol.7 No. 1. 17-21pp.
Shang. 1976. Gracilaria Culture in China. http://www.fao.org. 12/1/2016.
Soerjodinoto, R. 1962. Synopsis of Biological Data on Lemuru, Clupea
(Harengula) longiceps (C.V.).FAO Fish. Biol. Synop., (15): 313-
328Soetomo, H. A. 1987. Teknik Budidaya Ikan Patin.Sinar Baru
Algensindo Bandung.
Steel, R.G.D dan J.H. Torrie.1993. Prinsip dan ProsedurStatistika. Terjemahan
Bambang Sumantri. Gramedia. Jakarta
Trono, G.C. JR. & R.A. Corrales. 1983. Growth Rate Studies of Gracilaria
verrucosa (Gigartinales, Rhodophyta).
Tuney, I., Cadirci, B.H., Unal, D., Sukatar, A., 2006. Antimicrobial activities of
the extracts of marine algae from the Coast of Urla (zmir, Turkey). Tur. J.
Biol. 30: 1-5.
Yigit M, Erdem M, Aral O, Karaali B. 2005a. Nitrogen excretion patterns and
postprandial ammonia profiles in black sea turbot Scophthalmus
maeoticusunder controlled conditions. The Israeli Journal of Aquaculture-
Bamidgeh 57: 231–240.
LAMPIRAN
LAMPIRAN ANALISIS DATA
Lampiran 1. Tabel Pertumbuhan Mutlak
Perlakuan Sampling 1
Sampling
2
Sampling
3 Pert Mutlak LPH%
A1 130 172.25 186.72 56.72 1.21
A2 130 180.22 191.19 61.19 1.29
A3 130 162 188.95 58.95 1.25
B1 130 167.83 186.4 56.4 1.20
B2 130 155.58 195.85 65.85 1.37
B3 130 160.39 191.13 61.13 1.28
C1 130 140.28 176.6 46.6 1.02
C2 130 160.2 173.2 43.2 0.96
C3 130 136.5 180 50 1.08
D1
(Kontrol) 130 139.87 168.4 38.4 0.86
D2
(Kontrol) 130 154.29 174.5 44.5 0.98
D3
(Kontrol) 130 163.6 171.45 41.45 0.92
Perlakuan
Ulangan
1 Ulangan 2 Ulangan 3 Jumlah Rata-rata Standev
A 56.72 61.19 58.95 145.07 58.95 2.24
B 56.4 65.85 61.13 138.55 61.13 4.73
C 46.6 43.2 50 131.26 46.60 3.40
D 38.4 44.5 41.45 140.87 41.45 3.05
Lampiran 2. Tabel Laju Pertumbuhan Harian
Perlakuan
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Jumlah Rata-rata Standev
A 1.21 1.29 1.25 3.74 1.25 0.04
B 1.20 1.37 1.28 3.85 1.28 0.08
C 1.02 0.96 1.08 3.06 1.02 0.06
D 0.86 0.98 0.92 1.84 0.92 0.08
Lampiran 3. Hasil Analisis Anova Pertumbuhan Mutlak
Test of Homogeneity of Variances
PerMutlak
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.358 3 8 .785
ANOVA
PerMutlak
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 816.309 3 272.103 22.589 .000
Within Groups 96.367 8 12.046
Total 912.676 11
Lampiran 4. Hasil Analisa Anova Laju Pertumbuhan Harian
Test of Homogeneity of Variances
LPH
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.379 3 8 .771
ANOVA
LPH
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .281 3 .094 23.343 .000
Within Groups .032 8 .004
Total .313 11
Lampiran 5. Data Kualitas Air (Suhu,Salinitas,DO, dan pH)
Perlakuan Suhu DO Ph Salinitas
A1 25.2 2.24 8 29
22.8 3.41 7.5 36
22.4 3.59 8.5 40
23.9 3.31 8 43
A2 25.2 2.24 8.5 30
22.8 2.64 9 34
22.7 3.32 8.9 39
24 3 7.5 43
A3 24.9 1.29 8.5 25
22.5 3.1 8.5 33
22.3 3.43 8 37
24.8 4.84 8.5 40
B1 25.1 2.46 8.5 30
22.5 3.55 8 35
22.5 3.53 8 40
24.8 3.83 8 41
B2 25.4 1.75 8 35
23 2.38 8 36
22.9 3.06 8 40
25.2 3.67 7.5 43
B3 25.4 1.85 8.3 33
23.5 2.12 8 36
23 2.71 8.9 43
24.4 2.69 7.5 42
C1 25.2 2.03 7 33
22.8 2.67 8.5 36
22.5 2.77 7.5 40
24.1 2.83 8 43
C2 25.1 2.6 8 30
22.7 3.24 8.5 33
22.6 3.61 7.5 40
24.6 3.74 8.5 39
C3 25.4 2.56 7.5 33
23.3 2.84 8.5 36
23.2 3.03 8 43
26 6.14 8 45
D1 25.1 2.74 8 25
23 3.24 8 30
22.9 3.09 8.9 35
25.6 4.02 7.5 39
D2 25 2.46 8 30
22.5 3.82 8.5 34
22.5 3.57 9 37
24.9 4.92 7.9 40
D3 25.1 2.37 8 30
22.6 3.21 8 33
22.3 3.75 9 37
23.8 4.44 7.5 43
Lampiran 6. Data Kualitas Air Nitrogen dan Fosfat
Phosfat A B C D
Minggu 1 0.0021 0.0832 0.064 0.0021
Minggu 2 0.0189 0.1023 0.1914 0.1033
Minggu 3 0.0703 0.1231 0.1678 0.0475
Minggu 4 0.0853 0.1959 0.214 0.0954
Min 0.0021 0.0832 0.064 0.0021
Max 0.0853 0.1959 0.214 0.1033
Nitrat A B C D
Minggu 1 0.8457 0.0808 0.8915 0.1609
Minggu 2 0.2427 0.8757 0.6719 0.9725
Minggu 3 0.1883 0.1093 0.0963 0.0972
Minggu 4 0.5821 0.1106 0.2666 0.363
Min 0.1883 0.0808 0.0963 0.0972
Max 0.8457 0.8757 0.8915 0.9725
Lampiran 7. Dokumentasi Kegiatan Selama Penelitian
Gambar 1. Wadah penelitian Gracillaria sp.
Gambar 2. Sampling bobot awal sebelum penebaran
Gambar 3. Hama lumut hijau
Gambar 4. Sampling dosis pupuk organik Gambar 5. Pencairan pupuk organik
Gambar 6. Botol sampling parameter kualitas air
Gambar 7.Pengukuran salinitas Gambar 8.Pengukuran pH
Gambar 9.Pengukuran DO Gambar 10. Pengambilan rumput laut
Gambar 11.Rumput laut yang ditiriskan Gambar 12. Menimbang
Gambar 13.Panen hasil penelitian
RIWAYAT HIDUP
Nur Wahyuni Sita Rahman., Lahir pada tanggal 16 Juni
1997. Di kabupaten Selayar Provinsi Sulawesi Selatan.
Penulis merupakan Anak ke 1 dari 4 bersaudara, dari
pasangan Abd.Rahman dan Sunarti. Penulis pertama kali
masuk pendidikan Formal di TK Handayani pada tahun 2003
dan tamat pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan di SDI Bonerate 1 Kabupaten Selayar pada tahun 2004 dan tamat
tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMP NEG.
1 PASIMARANNU dan tamat pada tahun 2012. Setelah tamat di SMP, penulis
melanjutkan ke SMA NEG. 1 PASIMARANNU Kabupaten Selayar dan tamat
pada tahun 2015. Dan pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa
di Universitas Muhammadiyah Makassar Jurusan Budidaya Perairan Fakultas
Pertanian melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama kuliah
Di Universitas Muhammadiyah Makassar pernah aktif dalam HMJ (Himpunan
Mahasiswa Jurusan) Perikanan periode 2015-2016. Jenjang pengkaderan di Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah pernah ikut Darul Arqam Dasar tahun 2015. Dan
pada tanggal 30 September 2019 penulis telah resmi menyandang gelar S-1
Perikanan dan lulus sebagai mahasiswa terbaik fakultas pertanian.