PELAKSANAAN PENILAIAN PORTOFOLIO PENDIDIKAN AGAMA...
-
Upload
hoangduong -
Category
Documents
-
view
303 -
download
4
Transcript of PELAKSANAAN PENILAIAN PORTOFOLIO PENDIDIKAN AGAMA...
PELAKSANAAN PENILAIAN PORTOFOLIO
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI DI
SMA N 5 SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata ( S1 )
Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh :
M U S T O F A
NIM : 3102106
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2008
Drs. Abdul Rahman, M.Ag
Jl. Amarta II RT.03/II
Cangkiran Mijen Smg
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lampiran : 4 (empat) eks.
Hal : Naskah Skripsi
a.n.Sdr :
Mustofa
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya,
maka bersama ini saya kirim naskah skripsi saudara :
Nama : Mustofa
Nomor Inbduk : 3102106
Judul Skripsi : PELAKSANAAN PENILAIAN PORTOFOLIO
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS
XI DI SMA NEGERI 5 SEMARANG
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat
segera dimunaqosahkan.
Demikian harap menjadikan maklum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 03 Desember 2007
Pemdimbing
Drs. Abdul Rahman,
M.Ag
PERSEMBAHAN
Dengan rendah hati dan segenap ketulusan, skripsi ini penulis
persembahkan kepada:
• Ayahanda Komari Abdul Azis untuk seluruh pengorbanan buat penulis, yang
telah mendidik, memberi semangat, do’a, kasih saying dan cinta yang begitu
tulus.
• Ibu Ngatemah, sebagai tanda baktiku
• Bapk. Drs. Abdul Rahman, M.Ag, terima kasih atas bimbingan dan arahanya.
• Untuk ketiga saudaraku (Nur khasanah, M. Adam Malik dan Rokib Zawawi).
• Untuk teman-temanku senasib seperjuangan, terima kasih atas do’a, bantuan
dan motivasinya.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih tidak pilih
kasih dan Maha Penyayang bagi seluruh hamba-Nya, Dia yang telah membimbing
manusia dengan hidayah-Nya menuju jalan yang lurus. Shalawat dan salam
semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta seluruh
keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya semua.
Dengan kerendahan hati dan penuh kesadaran, penulis yakin bahwa dalam
penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan penulis. Dengan selesainya
skripsi ini, perkenankanlah, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
mereka yang berjasa, khususnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A., selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.
2. Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, M. Ed., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang yang telah memberikan izin penelitian skripsi ini.
3. Drs. Abdul Rahman, M.Ag., selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang, yang telah berkenan
melayani penulis selama studi hingga penyelesaian skripsi ini.
5. Bpk. Drs. Widodo, selaku Kepala SMA Negeri 5 Semarang bersama staf-
stafnya, yang telah memberikan banyak informasi selama penulis melakukan
penelitian.
6. Ayahanda Komari Abdul Azis, Ibunda Ngatemah serta ketiga saudaraku
tercinta, yang senantiasa memberikan dorongan material, cinta serta do’a yang
tak henti-hentinya dalam menuntut ilmu.
7. Para sahabat dan teman-temanku yang telah memberikan bantuan dan
dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
Semua bantuan dan dukungan yang telah mereka berikan dengan tulus
ikhlas semoga mendapat balasan dari Allah SWT.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu teguran, saran dan kritik selalu penulis harapkan. Dan
akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya. Amin ya robbal ‘alamin.
Srmarang, 12 Desember 2007
MUSTOFA
3102106
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab peneliti menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian
juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi
yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Srmarang, 12 Desember 2007
Deklarator,
MUSTOFA
3102106
ABSTRAK
Mustofa (NIM : 3102106). Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam Kelas XI Di SMA N 5 Semarang. Skripsi: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Bagaimana persiapan, pelaksanaan serta problematika/hambatan–hambatan dalam pelaksanaan penilaian portofolio pendidikan agama Islam kelas XI di SMA N 5 Semarang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan gejala, peristiwa serta kejadian yang terjadi berupa Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam Kelas XI Di SMA N 5 Semarang. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, metode interview, dan metode dokumentasi. Sedangkan metode analisis data menggunakan analisis non-statistik dengan metode anlisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam Kelas XI Di SMA N 5 Semarang, sudah berjalan dengan baik dengan seiring berjalanya pembelajaran dalam bentuk hasil kerja kelompok, pengamatan, ulangan harian dan blok, karya tulis dan praktek. Walaupun dalam pelaksanaanya masih kurang maksimal karena belum sesuai dengan teori.
Pelaksanaan penilaian portofolio melalui beberapa tahapan yang meliputi penentuan tujuan, penentuan isi portofolio,koleksi, seleksi bahan dan penentuan kriteria penilaian, pengamatan dan mengadakan pertemuan portofolio yang melibatkan orang tua dan kawan belajar. Bahan-bahan yang dikumpulkan antara lain Pekerjaan Rumah, ulangan harian, hasil kerja kelompok, pengamatan, karya tulis dan praktek. Penilaian yang dilakukan meliputi seluruh aspek, baik itu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif yang dinilai berupa tugas-tugas, PR, serta ulangan harian dan blok. Aspek afektif yang dinilai berupa kehadiran, refleksi diri, keaktifan, kerapian, kerjasama, sikap dan minat. Aspek ini dilakukan dengan cara mengamati siswa dan penilaian berupa symbol/huruf. Sedangkan aspek psikomotorik dinilai dari hasil penilaian unjuk kerja siswa.
Problematika/hambatandalam melaksanakan penilaian portofolio antara lain kurangnya sosialisasi para guru PAI dalam menilai portofolio, sulitnya membangun jaringan komunikasi antara guru PAI dan wali murid, penilaian hanya pencapaian akhir saja, banyaknya menyita waktu dan memerlukan tempat penyimpanan berkas yang memadai, siswa tidak secara cepat memahami tugas-tugas portofolio dan guru sering terjebak dalam hubungan top-down antara siswa.
Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, guru, tenaga pengajar, para peneliti dan semua pihak akadewmik khususnya dilingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisong.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………......... i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………. iii
HALAMAN MOTTO……………………………………………………………... iv
ABSTRAK……………………………………………………………..................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………....... vi
KATA PENGANTAR……………………………………………………………... vii
DEKLARASI……………………………………………………………................. ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………................. x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………. 1
B. Penegasan Istilah……………………………………………. 6
C. Rumusan Masalah…………………………………………... 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………… 7
E. Kajian Pustaka ……...………………………………………. 7
F. Metodologi Penelitian……… ………………………………. 9
BAB II : KARAKTERISTIK PENILAIAN PORTOFOLIO PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
A. Karakteristik Penilaian Portofolio……………………….......... 13
1) Pengertian Penilaian Portofolio…………………………… 13
2) DasarTujuan Penilaian Portofolio………………….. ……. 18
3) Prinsip-prinsip penilaian portofolio..……………………… 19
4) Karakteristik Penilaian Portofolio ………....……………… 22
B. Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam………………………. 25
1) Pengertian Pendidikan Agama Islam……………………… 25
2) Dasar Tujuan Pendidikan Agama Islam……………..……. 27
3) Karakteristik Pendidikan Agama Islam……………............ 28
C. Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam………........…... 30
BAB III : PELAKSANAAN PENILAIAN PORTOFOLIO
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM KELAS XI DI SMA N 5 SEMARANG
A. Deskripsi Data Tentang Situasi Umum SMA N 5 Semarang… 37
1) Tinjauan Historis…………………………………………. 37
2) Letak Geografis………………………………………….... 39
3) Identitas Sekolah………………………………………….. 39
4) Struktur Organisasi……………………………………….. 39
5) Sarana dan Prasarana……………………………………... 40
6) Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan…………………….. 40
B. Deskripsi Data Tentang Pelaksanaan Penilaian Portofolio
Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang…………….. 43
C. Deskripsi Data Tentang Hambatan – hambatan Dalam
Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam di
SMA N 5 Semarang………………………………………...... 51
BAB IV : PROBLEMATIKA PELAKSANAAN PENILAIAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI DI SMA N 5
SEMARANG
a. Deskripsi Data Tentang Pelaksanaan Penilaian Portofolio
Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang………………. 54
b. Deskripsi Data Tentang Hambatan – hambatan Dalam
Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam di
SMA N 5 Semarang…………………………………………….. 59
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………... 62
B. Saran-saran……………………………………………………… 63
C. Penutup…………………………………………………………. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dimaksudkan untuk
mengembangkan kompetensi (kemampuan) siswa, yang meliputi kemauan,
keterampilan, dan aspek afektif siswa. Oleh karena itu penilaian pembelajaran
atau hasil belajar dalam pelaksanaan KBK perlu dilakukan dengan
berdasarkan informasi yang selengkap mungkin mengenai siswa yang
bersangkutan.1
Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis
dan melihat perlu diterapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competency
Based Currikulum), yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai
kemampuan yang sesuai dengan tuntutan jaman dan tuntutan Reformasi,
guna menjawab tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunan
masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur dan adaptif terhadap berbagai
perubahan. Kurikulum Berbasis Kompetensi diharapkan mampu memecahkan
berbagai persoalan bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan dengan
mempersiapkan peserta didik, melalui perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi terhadap sistem pendidikan secara efektif, efisien dan berhasil guna.2
Perubahan kurikulum juga membawa implikasi terjadinya perubahan
penilaian.3 Perubahan penilaian dimaksud adalah dari penilaian pendekatan
norma ke penilaian yang menggunakan acuan standar, yaitu aspek yang
menunjukkan seberapa kompeten peserta didik menguasai materi yang telah
1 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), h.189 2 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002),
h.3 3 Penilaian atau disebut evaluasi, adalah suatu proses yang sistematis yang terdiri dari
pengumpulan, analisis dan unterpretasi terhadap informasi untuk menentukan sejauh mana tujuan pendidikan telah dicapai oleh peserta didik. Penilaian sebagai perbaikan program pembelajaran dan membantu siswa untuk merealisasikan dirinya dalam mengembangkan prilakunya serta mendorong motivai belajar siswa yaitu dengan cara mengetahui kemajuan belajarnya sendiri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan apabila ditemukan beberapa kelemahan dan kegagalan (baca : Zubaidi, evaluasi pembelajaran, hlm.3).
2
diajarkan. OLeh karena itu, dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi atau
kurikulum 2004 dikenal beberapa istilah Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar dan Indikator yang menunjukkan seberapa kompeten peserta didik
mencapai materi yang dituntut kurikulum. Untuk mengetahui pencapaian
tersebut, salah satu alat yang digunakan adalah Penilaian Berbasis Kelas
(classroom based assessment).4
Penilaian portofolio merupakan penilaian berbasis kelas terhadap
sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan
terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu
tertentu, digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau
perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu.5 Penilaian portofolio merupakan pendekatan baru yang
akhir-akhir ini sering diperkenalkan para ahli pendidikan untuk dilaksanakan
di sekolah selain pendekatan penilaian yang telah lama digunakan. Di
beberapa negara, portofolio telah digunakan dalam dunia pendidikan secara
luas, baik untuk penilaian dikelas, daerah maupun untuk penilaian secara
nasional. Secara nasional portofolio digunakan sebagai bahan untuk
standarisasi. Penilaian portofolio tidak menggunakan perbandingan peserta
didik melalui data kuantitatif seperti melalui tingkatan peringkat, persentile,
maupun skor tes. Penilaian portofolio merupakan satu alternative untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik (student achievement) melalui
evaluasi umpan balik dan penilaian sendiri (self assessment).6
4 Sumarna, Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis (Implementasi Kurikulum
2004), (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h.2 5 Ibid., h.14 6 Sumarna, Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis (Implementasi Kurikulum
2004), (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h.71. Dalam bukunya Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), h.200 dijelaskan bahwa self assessment dimaksudkan sebagai partisipai peserta didik dalam menilai pelajaran, hasil belajar dan kemajuan belajar mereka sendiri, baik yang positif maupun yang negative agar dia mengetahui cara untuk memperbaikinya. Assessment sering dikaitkan dengan pencapaian kurikulum dan digunakan untuk mengumpulkan informasi berkenaan dengan proses pembelajaran dan hasil belajar. Assessment alternatif sering disebut sebagai assessment performan atau assessment kinerja. Assesment yang sedang berkembang saat ini adalah penilaian-penilaian portofolio yang disinyalir memiliki banyak manfaat baik bagi guru maupun bagi siswa.
3
Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan
hasil belajar guru. Informasi hasil belajar atau hasil mengajar berupa
kompetensi dasar yang dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Hasil
belajar siswa yang digunakan untuk memotivasi siswa, dan untuk perbaikan
serta meningkatkan kualitas pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru,
kepala sekolah, dan orang tua siswa. Dukungan ini akan diperoleh apabila
mereka memperoleh informasi hasil belajar yang lengkap dan akurat. Untuk
itu diperlukan laporan perkembangan hasil belajar siswa untuk guru, sekolah,
siswa, dan untuk orang tua siswa.
Laporan hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan
afektif. Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh dari sistem
penilaian yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Sedangkan informasi
ranah afektif diperoleh melalui wawancara, kuesioner, inventori, dan
pengamatan yang sistematik. 7
Penilaian portofolio hadir sebagai salah satu alternatif model
pengaplikasian dari kurikulum baru tersebut, “meskipun tidak setiap KBK
menggunakan portofolio”. Dalam model pembelajaran dan penilaian
portofolio, Dr. Dasim Budimansyah M.Si menuliskan bahwa model
pembelajaran berbasis portofolio merupakan suatu konsep pembelajaran yang
didasari oleh perubahan pola piker yang lebih menekankan pada student
oriented, dari pada teaching oriented. Dalam bahasa lain portofolio adalah
model pembelajaran yang menitik beratkan pada pembelajaran dari pada
pengajaran. Siswa diposisikan sebagai subyek bukan obyek, sehingga mereka
dibebaskan untuk berkembang secara kreatif membentuk individu sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. 8
Portofolio sebagai benda fisik itu adalah bundel, yakni kumpulan atau
dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bundle.
7 Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan
Penilaian, (Yogyakarta : Depdiknas, 2004), hlm.20 8 Musthofa, Ahmad, Portofolio; Alternatif Pembelajaran KBK, (Semarang : edukasi;
V.ed, 2004), hlm.16
4
Misalnya hasil tes awal (pre test), tugas-tugas, catatan annecdot,9 piagam
penghargaan, keterangan melaksanakan tugas-tugas terstruktur, hasil tes akhir
(post test), dan sebagainya sebagai suatu proses pedagogis, portofolio adalah
Collection of Learning Experience yang terdapat didalam pikiran peserta didik
baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun nilai
dan sikap (afektif).10
Secara prinsip dalam model portofolio Pendidikan Agama Islam (PAI)
sebenarnya tidak berbeda dengan pembelajaran portofolio mata pelajaran yang
lain. Hanya saja dalam wilayah pembahasan materi yang berbeda. Setidaknya
pernyataan ini yang dipaparkan Budimansyah dalam menjelaskan portofolio
pada buku tersendiri. Dalam portofolio PAI ini siswa dibina agar memiliki
kecakapan untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi dilingkungan
keluarga hingga masalah yang berhubungan antar bangsa. Lebih-lebih masalah
yang sering terjadi dimasyarakat yang erat kaitanya dengan materi pokok PAI
; misalnya masalah keimanan dan ketaukidan, pembelajaran diharapkan dapat
menciptakan akhlak peserta didik menjadi pribadi muslim yang beriman dan
bertaqwa. Kemudian masalah-masalah sosial, tentang pengaruh modernisme
terhadap budaya remaja, tawuran antar pelajar, merebaknya kasus prostitusi
dibawah umur, dan lain sebagainya.11
Penggunaan portofolio dengan ketentuan Penilaian Berbasis Kelas
(PBK) yang memperhatikan ketiga ranah yaitu: kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap), dan psikomotor (keterampilan). Ketiga ranah ini sebaiknya dinilai
secara proporsional sesuai dengan sifat mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam, aspek yang dinilainya harus menyeluruh dengan memperhatikan tingkat
perkembangan siswa serta bobot setiap aspek dari setiap kompetensi dan
materi. Misalnya aspek kognitif meliputi seluruh materi pelajaran (Al-Qur’an,
Akhlak, dan Ibadah), afektif sangat dominan pada materi pelajaran Akhlak,
9 Annecdotal notes adalah catatan kejadian spontan yang factual dan obyektif tentang
kegiatan belajar peserta didik oleh pendidik atau penilai berkenaan dengan hasil kerja atau hasil assessment terhadap dirinya. (Lihat bukunya Abdul Majid dan Dian Andayani hlm.200)
10 Dasim, Budimansyah, Model Pembelajaran Berbasis Portofolio, (Bandung PT: Genesindo, 2003), hlm.7
11 Musthofa, Ahmad, Op cit., hlm.21
5
dan psikomotor dan pengalaman sangat dominan pada materi pelajaran ibadah
dan membaca Al-Qur’an.12
Evaluasi model KBK biasa disebut dengan evaluasi berbasis kelas,
artinya evaluasi secara menyeluruh mulai dari proses paling awal sampai
dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari dan evaluasi dilakukan baik
secara tes maupun non tes. Evaluasi model ini menggunakan pula portofolio
untuk menentukan kelulusan mata pelajaran PAI misalnya dapat
menggunakan berbagai indikator yang terangkum dalam portofolio, yang
meliputi hasil ulangan, tugas-tugas terstruktur, perilaku harian peserta didik
dan laporan kegiatan peserta didik.13
Penilaian portofolio memiliki perbedaan yang sangat mendasar
dibandingkan dengan sistem penilaian yang biasa dilakukan misalnya dengan
tes. Tes biasa digunakan untuk menilai kemampuan penguasaan materi
pelajaran atau perkembangan intelektual siswa, oleh sebab itu tes biasanya
dilaksanakan pada akhir selesainya pelaksanaan program pembelajaran
misalnya pada akhir catur wulan atau semester. Tidak demikian halnya dengan
penilaian portofolio. Penilaian portofolio dilakukan untuk menilai setiap aspek
perkembangan siswa termasuk perkembangan minat, sikap dan motivasi. Oleh
sebab itu penilaian portofolio merupakan bagian integral dari proses
pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus dan menyeluruh.14
Menilai portofolio bukan sesuatu hal yang mudah, sebab tidak pernah
ada dua portofolio yang sama. Hal ini disebabkan individu yang menyiapkan
portofolio tersebut akan mengikut sertakan item-item yang berbeda sesuai
dengan kelebihan yang dimilikinya. Salah satu cara untuk mengevaluasi
portofolio adalah dengan cara rubrik. Cara ini menggunakan skala nilai untuk
memberi skor pada item yang mengharuskan murid menjawabnya dalam
12 Abdul Majid dan Dian Andayani, Op cit., hlm.189 - 190 13 Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia, Membedah Metode dan Teknik Pendidikan
Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta : Ar Ruzz, 2005), hlm.116 – 117 14 Dr. Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasi Kompetensi,
(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006 cet-2), hlm.200
6
bentuk tulisan dengan jawaban yang banyak (item-item open) pada soal yang
diberikan.15
B. Penegasan Istilah
Untuk menegaskan pengertian yang jelas terhadap judul skripsi diatas,
dan agar tidak terjadi kesalah pahaman, maka perlu penulis tegaskan beberapa
istilah yang perlu mendapatkan penegasan antara lain :
1. Pelaksanaan
Dalam Kamus Besar Indonesia, pelaksanaan berarti suatu proses, cara,
perbuatan dalam melaksanakan sesuatu.16 Berarti juga implementasi yang
artinya pelaksanaan atau penerapan.17 Jadi dalam penelitian ini pelaksanaan
diartikan sebagai cara penerapan atau proses.
2. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian terhadap karya-karya siswa
selama proses pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi
yang dikumpulkan selama periode tertentu dan digunakan untuk memantau
perkembangan siswa baik mengenai pengetahuan, keterampilan, maupun sikap
siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan.18
3. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati
penganut agama lain dalam hubunganya dengan kerukunan antar umat
beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.19
Dengan demikian yang dimaksud penilaian portofolio Pendidikan
Agama Islam adalah suatu konsep penilaian yang menekankan pada
15 Abdul Majid dan Dian Andayani, Op cit., hlm.203 16 WJS. Purwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakrta : PN Balai Pustaka,
1985), hlm.554 17 Kata pelaksanaan disini menurut pemikiran penulis sebuah penerapan suatu hal melalui
sebuah proses, dimana proses tersebut mengandung apa yang harus dicanangkan guna memperoleh tuajuan yang dicapai.
18 Dr. Wina Sanjaya, Op cit., hlm.194 19 Abdul Majid dan Dian Andayani, Op cit., hlm.130
7
pemantauan penilaian hasil belajar siswa mengenai pengetahuan, keterampilan
maupun sikap siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan
terus menerus dalam kehidupan sehingga memungkinkan seorang menjadi
kompeten atau dalam pengertian lain siswa dapat mengamalkan
mengaplikasikan ajaran Islam.
C. Rumusan Masalah
Untuk menjawab pokok masalah tersebut perlu dijawab dengan
Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam di SMA N 5
Semarang. Dari latar belakang diatas dapat penulis rumuskan :
1. Bagaimana pelaksanaan penilaian portofolio Pendidikan Agama Islam di
SMA N 5 Semarang?
2. Bagaimana problematika / hambatan – hambatan dalam pelaksanaan
penilaian portofolio Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang tersebut diatas, maka tujuan dan
manfaat penulisan skripsi ini :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama
Islam di SMA N 5 Semarang.
2. Untuk mengetahui problematika pelaksanaan penilaian portofolio
Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang.
3. Untuk menambah pengetahuan dalam bidang pendidikan dalam
memberikan penilaian kepada siswa dan sebagai bahan motivator dalam
meningkatkan kualitas kerja serta bahan masukan dalam meningkatkan
mutu sekolah.
E. Kajian Pustaka
Tela’ah pustaka merupakan penelitian untuk mempertajam metodologi,
memperkuat kajian teoritis dan memperoleh informasi mengenai penelitian
8
sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti lain.20 Bisa dilakukan dengan
membaca, memahami dan menganalisis bahan bacaan baik berupa buku,
jurnal, majalah, laporan penelitian maupun media massa lainyang berkaitan
dengan judul dan dianggap valid kebenaranya. Dalam rangka mewujudkan
penulisan skripsi yang benar dan tepat mencapai target yang meksimal, untuk
itu penulis mencoba menggali informasi dari tulisan dan kajian pustaka serta
penelitian yang berhubungan dengan skripsi ini antara lain :
Buku yang berjudul : Penilaian Portofolio (Implementasi Kurikulum
2004) yang ditulis Dr. Sumarna Surapranata dan Dr. Muhammad Hatta
diterbitkan oleh Remaja Rosdakarya Bandung tahun 2004, yang mengulas
masalah penilaian yang bertujuan untuk mengevaluaasi keberhasilan program
pembelajaran, menganalisis keberhasilan peserta didik dan mengidentifikasi
kemungkinan kesalahan konsep, menyajikan umpan balik bagi guru sehingga
dapat digunakan sebagai alat untuk mengembangkan program pembelajaran,
dan memotivasi belajar peserta didik dengan cara mengenal dan memahami
diri dan merangsang untuk melakukan perbaikan. Penilaian portofolio adalah
salah satu alternatif penilaian yang digunakan sebagai alat untuk
mengembangkan potensi peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas di
sekolah. Penilaian portofolio juga merupakan penilaian berbasis kelas
terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan
terorganisasi digunakan untuk memantau perkembangan pengetahuan dan
sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.
Skripsi yang berjudul: “Implementasi Model Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Berbasis Portofolio di SMA 3 Semarang” yang ditulis oleh
mahasiswi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang bernama Qoni’
Rosyidah dengan NIM : 3100049, dari hasil tersebut dinyatakan bahwa model
pembelajaran Pendidikan Agama Islam masih belum dilaksanakan secara
sempurna tetapi model pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi terhadap
20 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : Pustaka Setia, 2002), cet.1,
hlm.105
9
prestasi belajar siswa apalagi model pembelajarantersebut berbasis portofolio
akan lebih memahami serta dapat melakukanya dalam kehidupan nyata.
Sebagai suatu acuan penulis juga menggunakan skripsi yang berjudul
“Implementasi Penilaian Berbasis Kelas pada mata pelajaran Fiqih kelas XI
IPA, di MAN 1 Magelang tahun 2006/2007 yang ditulis oleh Mahasiswi
Auliya Noviyanti dengan NIM: 3102152; dari hasil penelitian tersebut
dinyatakan bahwa Penilaian Berbasis Kelas sangat dibutuhkan disekolah
karena penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan dan
penggunaan informasi hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru
untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa
kesulitan belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan proses
pembelajaran dan penentuan kenaikan kelas. Dalam penilaian berbasis kelas
terdapat juga aspek yang menjadi sasaran penilaian yaitu aspek pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif) serta aspek psikomotor (keterampilan). Dan
penilaian itu harus mengacu pada ketercapaian standar nasional yang
didasarkan pada hasil belajar dan indikator hasil belajar. Begitu juga terdapat
jenis-jenis penilaian berbasis kelas yaitu kuis, tes tertulis, pemberian tugas, tes
perbuatan, penilaian sikap, produk, penilaian proyek serta penilaian portofolio
yang termasuk kedalam penilaian berbasis kelas.
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dimana penulis tidak
menggunakan data statistic dalam pengumpulan dan analisis data. Dalam
penulisan ini adalah data kualitatif, dengan menggunakan pendekatan
deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan
(deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.21
Pendekatan kualitatif deskriptif ini dimaksudkan hanya dengan
membuat deskripsi atau narasi dari suatu fenomena tidak untuk mencari
21 Sumadi Suryabarata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995),
hlm.18
10
hubungan antar variable, ataupun menguji hipotesis. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan penelitian kualitatif deskriptif studi kasus yaitu
penyelidikan mendalam (indept study) mengenai gambaran yang
terorganisasikan dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut.22
2. Fokus dan Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada ruang
lingkup masalah penelitian yang bertumpu pada pelaksanaan penilaian
portofolio Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang yang meliputi
proses penilaian portofolio pada kegiatan belajar mengajar dan penerapan
model pembelajaran berbasis portofolio serta hambatan-hambatan
penilaian portofolio yang digunakan oleh guru PAI pada saat kegiatan
belajar mengajar.
3. Sumber Data Penelitian
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan-tindakan, sedangkan sumber data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain.23 Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua
sebagai berikut :
a. Sumber data primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari lapangan, meliputi : kejadian yang menyangkut proses
penerapan penilaian portofolio Pendidikan Agama Islam di SMA N 5
Semarang.
Data primer disini berupa pengamatan partisipatif dan
wawancara tidak terstruktur pada objek yang diteliti. Data primer ini
diperoleh dengan melakukan pengamatan dan penilaian tugas-tugas
PAI pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Di samping
dengan melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran PAI.
22 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998 cet.1), hlm.8 23 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2004), hlm.157
11
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini berasal dari data
kepustakaan maupun dokumentasi yang berhubungan erat dengan
objek penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini digunakan untuk
melengkapi data primer. Data sekunder diperoleh dari kajian
kepustakaan dari buku-buku dan karya ilmiah yang berkaitan dengan
teori penilaian portofolio. Sedangkan dokumentasi diperoleh dari
arsip-arsip yang ada di SMA N 5 Semarang.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian ini penulis menggunakan
metode :
a. Metode Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan
terhadap gejala yang diselidiki.24 Metode ini, digunakan untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan penilaian portofolio PAI di SMA
N 5 Semarang.
Dari observasi yang dilakukan peneliti dapat mengetahui
bagaimana penilaian portofolio, dan bagaimana guru melaksanakan
penilaian portofolio PAI dengan kondisi siswa disaat pembelajaran
berlangsung.
b. Metode Interview
Salah satu metode pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara, yaitu suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara langsung dengan pertanyaan-pertanyaan kepada para
responden. Metode ini penulis lakukan untuk mendapatkan keterangan
secara lisan dari responden dan untuk memperoleh data yang lebih
akurat tentang pelaksanaan penilaian portofolio dari nara sumber yaitu
guru Pendidikan Agama Islam kelas XI.
24 Ahmadi Alsa, Pendekatan Kwantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam
Penelitian Psikologi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003), hlm.69 - 72
12
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode yang digunakan
untuk mencari data-data otentik yang bersifat dokumentasi, baik data
itu berupa catatan harian, memori atau catatan penting lainya. Adapun
yang dimaksud dokumentasi disini adalah data atau dokumen tertulis.25
Metode ini penulis gunakan untuk melengkapi data-data yang
belum penulis temukan, meliputi: sejarah berdirinya SMA N 5
Semarang, letak geografis, sarana dan prasarana, kondisi siswa dan
guru dan lain sebagainya.
5. Metode Analisis Data
Analisis data adalah penyederhanaan data kedalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.26 Analisis yang peneliti gunakan
disini adalah analisis non statistik dengan menggunakan analisis deskriptif
yaitu mendeskripsikan suatu gejala peristiwa keadaan yang terjadi.27
Teknik digunakan untuk mengelola data yang dilakukan bertolak dari
berbagai data yang terhimpun dengan selalu memperhatikan berbagai fakta
yang teridentifikasi munculnya atau tidak.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan memberikan
gambaran tentang suatu masyarakat / kelompok orang tertentu atau
gambaran suatu gejala atau hubungan antara 2 gejala atau lebih. Dalam
analisis ini peneliti akan mendeskripsikan mengenai “Pelaksanaan
Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam Kelas XI di SMA N 5
Semarang”. Penulis yakin bahwa permasalahan yang akan penulis kaji
sampai saat ini belum ada yang mengkajinya.
25 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : Rineka cipta,
1991), hlm.63 26 Masri Singarimbun, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta : LP3ES, 1989), HLM.263 27 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Sinar
Baru Algesindo, 2001), cet.11 hlm.2
13
13
BAB II
KARAKTERISTIK PENILAIAN PORTOFOLIO
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Konsep Dasar Penilaian Portofolio
1. Pengertian Penilaian Portofolio
Secara etimologis kata “evaluasi” adalah satu proses penentuan nilai
penentuan kekuatan dari sesuatu atau seseorang yang sifatnya menyeluruh
sehingga mutu dari sesuatu atau seseorang itu dapat diketahui.1 Sedangkan
penilaian dalam arti luas adalah suatu proses merencanakan, memperoleh
dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat
alternatif keputusan. Berdasarkan pengertian tersebut maka kegiatan
penilaian merupakan suatu yang sengaja direncanakan untuk memperoleh
informasi atau data berdasarkan data tersebut kemudian dicoba untuk
membuat keputusan.2
Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyi mendefinisikan evaluasi
sebagai berikut :
إلا تماحانت ةيسردملا يه ةفرعمل رادقم اامهدافتس نوملعتملا نم داوملا يتلا
درسولاهتادرك اميبدو مهنم نم ضفع وكتنو هذه تاناحتمإلا وفشةي
كوبتةي وعلمةي .3
“Evaluasi atau penilaian sekolah adalah ujian yang dilakukan oleh sekolah untuk mengevaluasi kadar kemampuan siswa terhadap materi yang telah mereka pelajari dan untuk mengetahui kelemahan siswa (mendiagnosis), bisa berbentuk lisan, tulisan dan perbuatan”.
1 M. Sastra Praja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, (Surabaya : Usaha Nasional,
1981), h. 145. 2 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : Remaja,
Rosdakarya, 1997), h. 3 3 Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, “Ruh At-Tarbiyah Wa Ta’lim”, (Beirut : Darul Ihya
Al-Kutub Al-Arabiyah, t.th.), hlm. 362.
14
Penilaian dalam bahasa Inggris sering disebut assesment yang berarti
penaksiran atau menaksir. Menurut Sumarno, Utari dan Hasan, Hamid
(2003 : 1) assessment (penilaian hasil belajar) sebagai “proses sistematik
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik”. Sedangkan
Rustaman Y. Nuryani (2003 : 1) mengemukakan bahwa assessment
berada pada pihak yang diases dan digunakan untuk mengungkapkan
kemajuan perorangan. Dalam bidang pendidikan assessmen sering
dikaitkan dengan pencapaian kurikulum, dan digunakan untuk
mengumpulkan informasi berkenaan dengan proses pembelajaran dan
hasilnya.4
Sedangkan menurut John W. Best adalah “Assessment describes the
status of a phenomenon at a particular time. It merely describes a
situation that prevails without value judgement, attempts no explanation
of underlying reasons and makes no recommendation for action”.5
(Penilaian itu menguraikan tentang suatu keadaan dari suatu peristiwa
pada waktu yang sangat luar biasa. Jadi hanya menguraikan tentang situasi
untuk mengatasi tanpa membuat suatu keputusan nilai, mencoba untuk
tidak memberi suatu keterangan dari suatu pendapat. Dan tidak
menggunakan rekomendasi untuk suatu perbuatan).
Dalam hadits dan Al Qur’an disebutkan bahwa kita harus selalu
melakukan penilaian sebelum dan sesudah melakukan suatu perbuatan
seperti firman Allah dalam QS. Al Hasyr ayat 18 :
يأياه نيذلا اونمأ اوقت هللا لوتظنر فنس ام تمدق دغل اواوقت هللا نا هللا بخير
امب تعلمنو ( رشحلا : 18)6
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
4 Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pembelajaran IPS, (Bandung : Remaja, Rosdakarya,
2004), h. 89. 5 John W. Best, Research in Education, (New Jersey : Englewood Cliffs, 1981), h. 93. 6 Bachtiar Surin, Terjemah dan Tafsir Al Qur’an, (Bandung : Fa-Sumatra, 1978), h. 1227.
15
hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr : 18).
Sedangkan haditsnya adalah sebagai berikut:
وير ىو عن عمارنب باطخلا لاق : ساحباو مكسفنا لبق نا تاح سباو وتزيناو
ضرعلل ربكألا اونام فخي باسحلا يوم ةمايقلا ىلع من احسب فنسه ىف
ايندلا ( راوه يذيمرتلا )7
“Diriwayatkan dari Umarbin Khattab, ia berkata: “perhitungkanlah dirimu sebelum kau diperhitungkan, dan hiasilah dirimu untuk pembalasan yang besar, dan sesungguhnya yang demikian itu akan meringankan hisab pada hari kiamat atas orang yang mau memperhitung-kan dirinya di dunia”. (HR. Tirmidzi).
Berdasarkan Al-Qur’an dan hadits di atas apabila dikaitkan dalam
dunia pendidikan, secara implisit menganjurkan bahwa penilaian
hendaknya dilakukan oleh guru secara terus-menerus. Al-Qur’an dan
hadits tersebut sesuai dengan prinsip kesinambungan dalam penilaian
portofolio.
Menurut Rustaman, Nuryani mengartikan portofolio sebagai
“kumpulan upaya, kemajuan atau prestasi peserta didik yang terencana
(bertujuan) pada area tertentu. Portofolio juga dapat diartikan sebagai
suatu koleksi yang dikhususkan dari pekerjaan peserta didik yang
mengalami perkembangan yang memungkinkan peserta didik dan
pendidik menentukan kemajuan yang sudah dicapai oleh peserta didik”.8
Portofolio merupakan kumpulan bahwa pilihan yang memberikan
informasi bagi suatu penilaian kinerja secara obyektif sesuai tujuan
7 Abi Isa Muhammad bin Isa bin Sauratul Mustafa, Sunan At-Turmudzi, (Libanon : Darul
Fikr, t.th), h. 208. 8 Rustaman, Nuryani, Penilaian Portofolio, 2003. Hand out disampaikan pada kegiatan
program Applied Approach bagi Dosen Baru Universitas Pendidikan Indonesia, 13 – 15 Januari 2003.
16
pengajaran yang ada dalam kurikulum atau sesuai persyaratan kualitas
yang ditentukan.9
Menurut Poulson portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang
menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu
bidang atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam
seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian10 dan bukti refleksi diri.
Portofolio penilaian (assessment) disini diartikan sebagai kumpulan
fakta/bukti dan dokumen yang berupa tugas-tugas yang terorganisasi
secara sistematis dari seseorang secara individual dalam proses
pembelajaran.11 Selain itu juga diartikan sebagai koleksi sistematis dari
siswa dan guru untuk menguji proses dan prestasi belajar.12 Sedangkan
model penilaian berbasis portofolio adalah suatu usaha untuk memperoleh
berbagai informasi secara berkala, berksinambungan,13 dan menyeluruh,
tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan peserta didik yang bersumber dari
catatan dan dokumentasi pengalaman belajarnya.14
Jadi, penilaian portofolio adalah suatu penilaian terhadap karya-karya
siswa selama proses pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan
9 Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Buku 5, Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual, (Jakarta : Depdiknas, 2002). h. 79.
10 Kriteria penilaian yang akan digunakan dalam portofolio dapat segera dibuat untuk meyakinkan bahwa isi yang akan dimasukkan ke dalam portofolio telah benar-benar mengandung evidence yang diharapkan dalam indikator pencapaian hasil belajar. Penentuan kriteria penilaian adalah penentuan format penilaian yang digunakan untuk menilai pencapaian kemampuan peserta didik sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian belajar yang telah ditentukan dalam kurikulum 2004. Kriteria penilaian dibagi atas tiga bagian, yaitu kurang, sedang, dan baik sekali. (Lihat bukunya Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta., h. 121 & 124).
11 Proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan pengaturan lingkungan ini dimaksudkan untuk menyediakan pengalaman belajar yang memberi latihan-latihan penggunaan fakta-fakta. Menurut pieget, struktur kognitif akan tumbuh manakala siswa memiliki pengalaman belajar. Oleh karena itu, proses pembelajaran menuntut aktivitas siswa secara penuh untuk mencari dan menemukan sendiri.
12 Arnie Fajar, Op Cit., h. 90 13 Berkesinambungan maksudnya berkelanjutan, tidak berhenti pada suatu saat tetapi
dilanjutkan pada periode-periode berikutnya. 14 Dasim Budimansyah, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio,
(Bandung: PT. Genesindo, 2003), hlm. 115.
17
terorganisasi yang dikumpulkan selama periode tertentu dan digunakan
untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan,
dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan
wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik yang
bersumber dari catatan dan dokumentasi pengalaman belajarnya terhadap
mata pelajaran yang bersangkutan.
Dalam hal ini terdapat perbedaan antara penilaian portofolio dengan
penilaian konvensional yang terdapat pada tabel 1.
Tabel 1
Perbedaan antara penilaian portofolio dengan penilaian konvensional15
PORTOFOLIO TES BIASA
1. Mencakup representasi tingkatan
kemampuan membaca dan menulis,
dimana siswa ikut berperan aktif di
dalamnya.
1. Proses penilaian melibatkan guru,
siswa serta orang tua.
2. Mencakup penilaian diri siswa
dalam kemajuan dan peningkatan
tujuan belajar.
2. Skor disusun secara mekanik atau
skor yang diberikan guru cenderung
memiliki input sedikit.
3. Mengukur prestasi setiap siswa dan
memperhatikan perbedaan-perbeda-
an individual.
3. Menilai keseluruhan siswa dengan
dimensi yang sama.
4. Mempresentasikan pendekatan
kolaboratif dalam penilaian.
4. Proses penilaian tidak mengguna-
kan pendekatan kolaboratif.
5. Mempunyai tujuan penilaian oleh
siswa.
5. Penilaian oleh siswa sendiri bukan
suatu tujuan.
6. Ditujukan untuk peningkatan,
usaha-usaha pencapaian prestasi.
6. Ditujukan hanya untuk pencapaian
prestasi saja.
7. Mengaitkan penilaian dan pengaja-
ran kepada belajar.
7. Keterpisahan antara belajar, tes, dan
mengajar.
15 Karnadi Hasan, “Perbedaan Berbasis Portofolio (Analisis Teori dan Aplikasinya
Dalam Pembelajaran”, (Jurnal Pendidikan Islam, XII, 2, Oktober, 2003), h. 213.
18
2. Dasar Tujuan Penilaian Portofolio
a. Tujuan Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio bertujuan sebagai alat formtif maupun sumatif.
Portofolio sebagai alat formatif digunakan untuk memantau kemajuan peserta
didik dari hari ke hari dan untuk mendorong peserta didik dalam merefleksi
pembelajaran mereka sendiri. Portofolio seperti ini difokuskan pada proses
perkembangan peserta didik dan digunakan untuk tujuan formatif dan
diagnostik.
Penilaian portofolio digunakan juga untuk penilaian sumatif pada akhir
semester atau akhir tahun pelajaran. Hasil penilaian portofolio sebagai alat
sumatif ini dapat digunakan untuk mengisi angka rapor peserta didik yang
menunjukkan prestasi peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Selain itu,
tujuan penilaian dengan menggunakan portofolio untuk memberikan informasi
kepada orang tua tentang perkembangan peserta didik secara lengkap dengan
dukungan data dan dokumen yang akurat. Rapor merupakan bentuk laporan
prestasi peserta didik dalam belajar dalam kurun waktu tertentu. Portofolio
merupakan lampiran dari rapor, sehingga rapor tetap harus dibuat.16
Tujuan penilaian portofolio ditetapkan oleh apa yang harus dikerjakan
dan siapa yang akan menggunakan penilaian portofolio tersebut. Fakta yang
paling penting dalam portofolio adalah digunakanya penilaian tertulis (paper
and pen assessment), project, product, dan catatan kemampuan (records of
performance). Portofolio dalam penilaian dikelas dapat digunakan untuk
mencapai beberapa tujuan yaitu:
16 Sumarna, Surapranata, Penilaian Portofolio (Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung
: Remaja Rosdakarya, 2004), h.7
19
1. Menghargai perkembangan proses pembelajaran yang berlangsung. 2. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung. 3. Memberi perhatian pada prestasi kerja peserta didik yang terbaik. 4. Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimen. 5. Meningkatkan efektifitas proses pengajaran. 6. Bertukar informasi dengan orang tua/wali peserta didik dengan guru lain. 7. Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada peserta
didik.
8. Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri.
9. Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan.17
3. Prinsip-prinsip Penilaian Portofolio
Dalam proses pelaksaknaan evaluasi dengan sistem penilaian
portofolia terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip-
prinsip tersebut dijelaskan dibawah ini:
a. Saling percaya
Penilaian portofolio adalah penilaian yang melibatkan siswa
secara aktif sebagai pihak yang dievaluasi. Antara guru sebagai evaluator
dan siswa sebagai pihak yang dievaluasi harus saling percaya. Siswa
harus memiliki kepercayaan bahwa evaluasi yang dilakukan guru bukan
semata-mata untuk menilai hasil pkerjaannya, akan tetapi sebagai upaya
pemberian umpan balik18 untuk meningkatkan hasil belajar.
b. Keterbukaan
Portofolio adalah penilaian yang dilakukan secara terbuka,19
artinya guru sebagai evaluator bukan hanya berperan sebagai orang yang
hanya memberikan nilai atau kritik, akan tetapi siswa yang dievaluasi
perlu memahami mengapa kritik itu muncul, oleh sebab itu guru harus
17 Ibid., h.76 18 Umpan balik adalah informasi yang diberikan kepada peserta didik tentang kemajuanya
kearah pencapaian tujuan-tujuan pengajaran. Setiap hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan guru itu sendiri. Umpan balik hasil penilaian harus sangat bermanfaat bagi siswa agar siswa mengetahui kelemahan yang dialaminya dan mencapai kemampuan yang diharapkan dan siswa diminta melakukan latihan atau pengayaan yang dianggap perlu, baik sebagai tugas individu maupun kelompok. Dalam bukunya slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : 1999), h.190
19 Terbuka artinya kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi semua pihak (siswa, guru, sejolah, orang tua, dan pihak lain yang terkait).
20
terbuka melalui argumentasi yang tepat dalam setiap memberikan
penilaian. Untuk menciptakan keterbukaan dalam setiap proses
pembelajaran guru harus menciptakan iklim belajar yang menyenangkan,
sehingga setiap siswa dapat menunjukkan kemampuannya tanpa ada
perasaan takut atau malu.
c. Kerahasiaan
Sebelum dilaksanakan pameran, kerahasiaaan dokumen
(evidence) setiap siswa perlu dijaga. Hal ini untuk menumbuhkan
kepercayaan setiap siswa. Berbagai komentar yang diberikan guru
terhadap proses pembelajaran dan hasil karya siswa, biar siswa yang
bersangkutan yang tahu. Hal ini untuk menjaga perasaan siswa,
jangan sampai ada kesan siswa yang merasa direndahkan dan
dipermalukan didepan teman-temanya, apalagi kalau komentar itu
menyangkut kemampuan dan pribadi siswa yang bersangkutan.
Demikian komentar untuk siswa yang dianggap baik, tidak perlu
diinformasikan pada yang lain. Hal ini untuk menjaga agar siswa
yang bersangkutan tidak merasa paling hebat diantara teman-
temanya.
d. Milik bersama
Guru dan peserta didik harus merasa bahwa evidence
portofolio adalah milik bersama, oleh sebab itu semua pihak harus
menjaganya secara baik. Guru dan siswa perlu sepakat dimana
evidence itu disimpan. Hal ini akan mempermudah manakala siswa
dan guru memerlukanya.
e. Kepuasan dan kesesuaian
Hasil akhir dari penilaian portofolio adalah ketercapaian
kompetensi seperti yang dirumuskan dalam kurikulum. Ketercapaian
itu selanjutnya dapat dilihat dari evidence yang diorganisasikan oleh
guru dan siswa. Guru dan siswa akan merasa puas manakala
21
kompetensi itu telah tercapai. Oleh karena itu, terkumpulnya
evidence merupakan kepuasan baik bagi guru maupun bagi siswa.20
f. Penciptaan budaya mengajar
Sebagian orang berpendapat bahwa portofolio adalah metode
pengajaran, sedangkan yang lainya menganggap sebagai salah satu
alat penilaian. Sebenarnya antara pengajaran dan penilaian portofolio
tidak dapat dipisahkan. Penilaian portofolio hanya dapat dilakukan
jika pengajaranyapun mengguanakan pendekatan portofolio. Jika
dalam mengajar guru hanya menuntut peserta didik untuk menghafal
fakta atau pengetahuan pada taraf yang rendah, maka penilaian
portofolio tidak akan bermakna. Penilaian portofolio akan efektif jika
pengajaranya menuntut peserta didik untuk menunjukkan
kemampuan yang nyata yang menggambarkan pengembangan aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan pada taraf yang lebih tinggi.
g. Refleksi diri
Penilaian portofolio memberikan kesempatan untuk
melakukan refleksi bersama-sama, dimana peserta didik dapat
merefleksikan tentang proses berfikir mereka sendiri, pemecahan
masalah atau pengambilan keputusan, dan mengamati pemahaman
mereka tentang kompetensi dasar dan indikator yang telah mereka
peroleh. Portofolio secara jelas mencerminkan hasil peserta didik
yang dirumuskan dan identifikasikan dalam kompetensi dasar21 dan
indikator22 yang diharapkan dipelajari oleh peserta didik. Portofolio
difokuskan pada pengalaman belajar peserta didik dari aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam periode waktu tertentu
20 Wina Sanjatya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta : Kencana, 2006), h.196 21 Kompetensi dasar artinya kompetensi minimal yang harus dilakukan atau ditampilkan
oleh siswa dari standar kompetensi untuk suatu mata pelajaran. 22 Indikator yang dimaksudkan adalah karakteristik, cirri-ciri, tanda-tanda, perbuatan atau
respon yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa, untuk menunjukkan bahwa siswa itu telah memiliki kompetensi dasar tertentu.
22
(misalnya dalam satu semester). Jadi karya peserta didik dalam
portofolio tersebut bukan hanya diambil pada akhir semester saja.
h. Berorientasi pada proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil.
Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan perilaku
harian peserta didik (anecdot) mengenai sikapnya dalam belajar
anrtusias tidaknya dalam mengikuti pelajaran, dan sebagainya.
Aspek lain dari penilaian portofolio adalah hasil, yaitu menilai hasil
akhir pembelajaran, melainkan juga perlu memberikan penilaian
terhadap proses belajar. Misalnya menilai kemampuan peserta didik
dalam mata pelajaran pendidikan agama islam bukan hanya
didasarkan pada nilai ulangan akhir saja, melainkan harus melihat
proses belajar peserta didik yang terlihat dalam kemampuanya
melakukan praktik shalat, praktik membaca Al-Qur’an,
melaksanakan ibadah lainya, dan berlaku baik terhadap sesama.23
4. Karakteristik Penilaian Portofolio
Menurut James Quillen and Lavonne A Hanna menyebutkan
bahwa salah satu karakteristik proses penilaian adalah evaluation is
concerned with the total personality of the student and the with
gathering evidence on all aspects of personality development. 24
Pengertian tersebut menyatakan bahwa penilaian merupakan
sesuatu hal yang berkaitan dengan kumpulan bukti segala aspek
perkembangan kepribadian siswa (kognitif, afektif, dan psikomotorik).
Evidence peserta didik yang dinilai yang pada umumnya dihasilkan
dikelas, tidak dipisahkan dari eiatan kelas. Dengan demikian evidence
peserta didik yang dinilai senantiasa sesuai dengan program pengajaran
dikelas. Tujuan penilaian portofolio umumnya dinyatakan secara jelas
23 Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Op cit., h.79 - 80 24 Henry Clay Hindgren, Educational Psycologi Classroom, (Japan : Modern Asia
Edition, 1960), h.369
23
oleh guru dan disepakati oleh peserta didik. Penilaian portofolio
memberikan profil kemampuan peserta didik khususnya dalam hal25 :
1. Memungkinkan peserta didik untuk bekerja seoptimal mungkin tanpa
adanya tekanan dan batasan waktu, dengan tentunya pertolongan
berbagai macam sumber, bahan, dan kerjasama satu sama lain antara
peserta didik dengan guru.
2. Mencakup kompetensi yang sangat luas dan kompetensi itu sesuai
dengan tuntutan kurikulum.
3. Menunjukkan usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan peserta didik, dan pada akhirnya dapat
mendemonstrasikan perkembanganya dari waktu ke waktu.
4. Merupakan salah satu alat untuk mengukur berbagai macam
kemampuan peserta didik. Kemampuan menulis, sebagaimana juga
kemampuan berbicara lisan dan kemampuan mengkreasi gambar
dapat dinilai melalui penilaian portofolio.
Portofolio merupakan salah satu alat yang efisien dalam proses
pembelajaran. Berbagai macam evidence peserta didik dapat dengan
mudah dilihat dari waktu ke waktu. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh
penilaian tradisional manapun. Portofolio merupakan salah satu kegiatan
yang memungkinkan peserta didik dan guru berdialog dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini memungkinkan peserta didik mengetahui secara
lebih mendalam kemampuan masing-masing peserta didik. Guru dan
peserta didik dapat berdiskusi tentang kelebihan dan kekurangan
kemampuan yang peserta didik miliki. Menurut Barton & Collin (1997),
terdapat beberapa karakteristik essensial dalam perkembangan berbagai
bentuk portofolio26 yaitu :
1. Multi sumber
Multi sumber artinya portofolio memungkinkan untuk
menilai berbagai macam evidence. Multiple sumber antara lain
25 26 Ibid., h.82 - 86
24
mencakup orang (pernyataan dan observasi peserta didik, guru,
program, orang tua, dan masyarakat), evidence yaitu apa saja yang
akan dinilai seperti foto, rancangan journal, audio, dan video tape.
2. Authentik
Evidence peserta didik haruslah autentik artinya ditinjau dari
konteks maupun fakta harus saling berkaitan satu sama lain (context
and evidence are directly linked). Evidence peserta didik yang dinilai
haruslah berkaitan dengan program pengajaran, kriteria, kegiatan,
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang hendak
dicapai. Ketika portofolio digunakan untuk menilai pengaruh suatu
program pada peserta didik atau anggota masyarakat, maka evidence
peserta didik haruslah merefleksikan program kegiatan ketimbang
kemampuan yang diperoleh diluar kelas.
3. Dinamis
Portofolio bersifat dinamis, artinya portofolio mencakup
perkembangan dan perubahan (capturing growth and change). Salah
satu hal yang penting dalam portofolio adalah evidence yang
ditambahkan dari waktu ke waktu, tidak hanya sebelum atau sesudah
penilaian dilakukan. Sebagian ahli lain berpendapat lain. Dari pada
memasukkan evidence terbaik, portofolio sebaiknya memasukkan
semua evidence peserta didik dari berbagai tahapan. Paling tidak,
apabila akan diseleksi maka beberapa evidence itu dipilih secara
selektif. Sehingga dapat menggambarkan perkembangan kompetensi
peserta didik dari waktu ke waktu. Apabila hal itu dilakukan, maka
guru akan lebih mudah melihat dan memahami perubahan
kompetensi peserta didik yang terjadi.
4. Ekplisit
Portofolio haruslah jelas, artinya semua tujuan pembelajaran
berupa kompetensi dasar dan indikator harus dinyatakan secara jelas.
Selain itu, sebagaimana standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator tersebut dicapai perlu juga dinyatakan.
25
5. Integrasi
Portofolio senantiasa berkaitan antara program yang
dilakukan peserta didik dikelas dengan kehidupan nyata. Dengan
demikian, portofolio tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari
sehingga peserta didik tidak jauh dari apa yang mereka alami.
6. Kepemilikan
Portofolio tidak hanya sekedar menilai atau membuat
peringkat peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain,
tetapi haruslah menyambungkan antara evidence peserta didik
dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, atau indikator
pencapaian belajar. Penilaian portofolio menekankan pada adanya
rasa kepemilikan, yaitu adanya keterkaitan antara evidence dengan
kompetensi dasar dan indikator yang telah ditentukan dalam rangka
mencapai standar kompetensi tertentu. Peserta didik harus merasa
memiliki semua evidence yang mereka hasilkan. Dengan demikian
mereka diharapkan dapat menjaga dengan baik semua evidence
tersebut.
7. Beragam tujuan
Portofolio dilaksanakan tidak hanya mengacu pada satu
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indicator pencapaian
hasil belajar misalnya, tetapi juga mengacukeberbagai tujuan
misalnya beberapa indikator pencapaian hasil belajar. Sebagai salah
satu yang bermanfaat dalam proses pembelajaran. Portofolio juga
dapat melihat keefektifan suatu program dan pada saat yang sama
mengevaluasi perkembangan individu atau kelompok sebagai
komunikasi ketika peserta didik sharing pendapat dan pengetahuan
dengan anggota keluarga, guru atau anggota masyarakat.
B. Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam
26
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Berdasarkan pasal 1 UU No. 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan gurunya, masyarakat, bangsa, dan negara.27
Menurut Syeikh Mustafa al-Ghulayani bahwa pendidikan adalah :
يهةيبرتلا سرغ قالخألا ةلضافلا يف سوفن نيئشانلا اهيقسو ءامب
داشرإلا ،ةحيصنلاو حبصتىتح ةكلم نم تاكلم ،سفنلا مث
نوكت اهترمث ةلضافلا ،ريخلاو ، بحو لمعلا عفنل
٠نطولا 28 “Pendidikan adalah menanamkan akhlak mulia dalam jiwa anak yang sedang
berkembang dengan beberapa petunjuk dan nasehat sehingga menjadi suatu watak dari kepribadianya, kemudian berakhlak mulia dan baik serta cinta beramal untuk kemanfaatan tanah air”.
Sedangkan menurut John Dewey adalah, “The Word education
means just process of leading or bring up”.29 (arti kata penilaian adalah
proses bimbingan atau pengarahan). Sedangkan menurut D. Marimba,
pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rokhani si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian utama.30 Menurut Zuhairini, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar
membimbing kea rah pembentukan kepribadian peserta didik secara
27 Undang-undang No. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta
: Media Wacana Press, 2003), h.9 28 Syaikh Mustafa Al-Ghulayani, “Idzatun Nasyi’in”, (Beirut : Al-Tabi’at Al-Sadisat,
1953), h.189 29 John Dewey, Democracy and Education to The Philosophy Education, (New York : The
Mac Milan Company, 1964), h.10 30 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif,
1989), cet.8., h.19
27
sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam,
sehingga mereka terjalin kebahagiaan dunia dan akhirat.31 Pendidikan
Agama Islam merupakan sebutan yang diberikan kepada salah satu mata
pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa muslim dalam menyelesaikan
kependidikanya pada tingkat tertentu.32
Di sekolah umum PAI merupakan satu bidang studi atau unsure
pokok keimanan, ibadah, al-qur’an, akhlak, muamalah, syari’ah, dan tarikh
dengan satu silabi. Sedangkan disekolah berciri khas agama Islam.
Pendidikan Agama Islam merupakan satu kelompok bidang studi terdiri dari
Qur’an Hadits, Fiqih, Aqidah akhlak, SKI dan Bahasa Arab. Setiap bidang
studi memiliki silabi.33
Dengan demikian dari definisi diatas secara garis besarnya dapat
disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang
dilakukan untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran/pelatihan yang telah ditentukan.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau upaya untuk
mengembangkan dan mendorong potensi peserta didik untuk lebih hidup
dinamis dengan berdasarkan pada nilai-nilai agama Islam, dengan tujuan
menjadi manusia sempurna.
2. Dasar Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah adalah untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman
menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
31 Zuhairini, et.al., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo : Ramadhani, 1993), cet1., h.11 32 Ibnu Hadjar, Pendekatan Keberagaman Dalam Pemilihan Metode Pengajaran
Pendidikan Agama Islam, dalam Chabib Toha, et.al.,(eds) Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), h.4
33 Abdul Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2002, cet.1)., h.147
28
pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.34
Sedangkan tujuan umum PAI adalah membimbing peserta didik agar
mereka menjadi orang muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh dan
berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan Negara.35
Di dalam GBPP PAI di sekolah umum dijelaskan bahwa tujuan PAI
adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan peserta didik tentang agama Islam menjadi manusia muslim
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara.36
Jika dihubungkan dengan tujuan PAI diatas maka rumusan tersebut
mengandung pengertian bahwa proses Dasar Tujuan Pendidikan Agama
Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan
kognitif, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan
nilai-nilai yang terkandung dalam Islam, untuk selanjutnya menuju ke
tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama
kedalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi
ini terkait erat dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan siswa
menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamanya terhadap
ajaran dan nilai agama Islam. Melalui tahapan afeksi ini diharapkan tumbuh
motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan mentaati
ajaran Islam (tahapan psikomotor) yang telah di internalisasikan dalam
dirinya.37
3. Karakteristik Pendidikan Agama Islam
34 Dasim Budimansyah, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio, (Bandung
: Genesindo, 2002), h.17 35 H. Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta : Quantum Teaching, 2005), h.58 36 Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), cet.II., h.78 37 Ibid., h.78 -79
29
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang dapat
membedakanya dengan mata pelajaran lain. Adapun karakteristik mata
pelajaran PAI adalah sebagai berikut :
1. Secara umum PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari
ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam. Ajaran-ajaran
dasar tersebut terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Untuk
kepentingan pendidikan, dengan melalui ijtihad, para ulama’
mengembangkan materi PAI pada tingkat yang lebih rinci.
2. Prinsip-prinsip dasar PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran
Islam, yaitu akidah, syari’ah, akhlak. Akidah merupakan penjabaran dari
konsep Islam; dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep ihsan. Dari
ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai kajian keislaman,
termasuk kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan
budaya.
3. Mata pelajaran PAI tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk
menguasai berbagai ajaran islam, tetapi yang terpenting adalah
bagaimana peserta didik dapat mengamalkan ajaran-ajaran itu dalam
kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran PAI menekankan keutuhan dan
keterpaduan antara ranah kognitif, psikomotot dan afektifnya.
4. Tujuan diberikanya mata pelajaran PAI adalah untuk membentuk peserta
didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki
pengetahuan yang luas tentang Islam dan berakhlakul karimah. Oleh
karena itu semua mata pelajaran hendaknya seiring dan sejalan dengan
tujuan yang ingin dicapai oleh mata pelajaran PAI.
5. Tujuan akhir dari mata pelajaran PAI di SMA adalah terbentuknya
peserta didik yang memiliki akhlak mulIA. Tujuan inilah yang
sebenarnya merupakan misi utama diutusnya nabi Muhammad SAW.
Dengan demikian, pendidikan akhlak adalah jiwa dari Pendidikan
Agama Islam. Mencapai akhlak yang karimah (mulia) adalah tujuan
sebenarnya dari pendidikan. Sejalan dengan tujuan ini maka semua mata
pelajaran atau bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah
30
mengandung muatan pendidikan akhlak dan setiap guru haruslah
memperhatikan akhlak atau tingkah laku peserta didiknya.38
C. Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam
Evaluasi pendidikan agama Islam adalah : kegiatan yang dilakukan
untuk menimbang sejauh mana pendidikan agama Islam yang telah dilakukan
menghasilkan sesuatu yang berharga atau mencapai apa yang telah ditetapkan
dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan Agama Islam.
Penilaian merupakan bagian dari makna pendidikan itu sendiri, oleh
sebab itu evaluasi dilakukan dalam rangka mendidik, membimbing, mengajar
dan melatih peserta didik mencapai kedewasaan. Guru pendidikan agama
Islam perlu menjaga agar evaluasi tidak menimbulkan rasa senang serta
mengevaluasi kemampuan-kemampuan diri sendiri.
Penilaian pendidikan agama Islam bertujuan untuk mengetahui sampai
dimana tingkat kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam mencapai
tujuan-tujuan kurikuler dan untuk menilai sampai dimana efektifitas
pengalaman belajar, kegiatan belajar dan metode mengajar yang digunakan.39
Pelajaran pendidikan agama Islam menurut penulis sudah saatnya
mengimplementasikan proses penilaian yang menyeluruh seperti ini. Siswa
diikut sertakan dalam diskusi untuk menentukan aspek mana saja yang akan
dinilai dan dimasukkan dalam portofolio, sehingga pada akhirnya siswa akan
ikut bertanggung jawab dan senantiasa menampilkan perilaku yang
mempunyai nilai moralitas tinggi sehingga membentuk generasi muda yang
mempunyai kepribadian, mandiri, berakhlakul al-karimah berdasarkan nilai-
nilai ajaran agama Islam.
Masih sedikitnya alokasi waktu yang disediakan untuk pelajaran
Pendidikan Agama Islam di sekolah, jangan dijadikan sebagai suatu masalah
membuat kita hanya bisa terpaku dan berpangku tangan, akan tetapi guru
38 Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Pengembangan Silabus
dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Depdiknas, 2005), h.2 39 H. Hafni Ladjid, Op cit., h.38
31
harus cerdik dan lebih kreatif dengan mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang salah satunya adalah model pembelajaran terpadu.40
Penilaian portofolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya siswa
berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. Semua tugas yang dikerjakan siswa
dikumpulkan, dan diakhir unit program pembelajaran diberikan penilaian.
Dalam menilai dilakukan diskusi antara siswa dan guru untuk menentukan
skornya. Prinsip penilaian portofolio adalah siswa dapat melakukan penilaian
sendiri kemudian hasilnya dibahas.41
Model penilaian berbasis portofolio adalah suatu usaha untuk
memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan
wawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik yang bersumber
dari catatan dan dokumentasi pengalaman belajarnya.42
Jadi, penilaian portofolio Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha
untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan
wawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik yang bersumber
dari catatan dan dokumentasi pengalaman belajarnya pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
Mengacu pada pendapat para ahli tentang penilaian portofolio, Abdul
Majid dan Dian Andayani mencoba membuat suatu rumusan penyusunan
portofolio sebagai alat penialian pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan mengelompokkanya menjadi empat dokumentasi.
Dokumentasi pertama merupakan format penilaian tes formatif dan
sumatif. Dokumentasi kedua adalah format penilaian tugas terstruktur.
40 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), h.189 41 Depag RI, Panduan Evaluasi Hasil Belajar Majelis Pertimbangan dan Pemberdayaan
Pendidikan Agama dan Keagamaan (MP3A), (Jakarta : Bina Mitra Pemberdayaan Madrasah, 2005), h.69
42 Abdul Majid dan Dian Andayani, Op cit., h.203
32
Dokumentasi ketiga adalah format perilaku harian. Sedangkan dokumentasi
keempat adalah dokumentasi penilaian laporan aktivitas diluar sekolah.43
Proses penilaian portofolio sangat menentukan keberhasilan program
pengajaran. Pada umumnya penilaian portofolio terdiri atas beberapa tahapan
utama, yaitu :
1. Tujuan portofolio
Beberapa hal yang sangat penting dalam penentuan tujuan
penilaian portofolio adalah sebagai berikut :
a. Guru harus menentukan tujuan portofolio, apakah guru akan memantau
proses pembelajaran atau mengevaluasi hasil akhir saja.
b. Guru harus menetapkan apakah penggunaan portofolio adalah untuk
proses pembelajaran atau sebagai penilaian.
c. Guru harus menetapkan apakah penilaian portofolio dilakukan dalam
rangka memantau perkembangan peserta didik ataukah guru hanya
bermaksud mengkoleksi evidence peserta didik.
d. Guru harus menentukan pihak yang akan menjadi evidence dan untuk
apakah portofolio digunakan. Apakah portofolio digunakan untuk
menunjukkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
e. Guru harus menentukan relevansi antara evidence peserta didik
dengan tujuan yang akan dinilai.
f. Guru harus menentukan seberapa banyak portofolio akan digunakan
sebagai bahan penilaian.44
2. Menentukan isi
Isi dan bahan portofolio merupakan tahapan berikutnya setelah
menentukan tujuan. Isi daklam portofolio dapat harus menggambarkan
perkembangan kemampuan siswa yang sesuai dengan standar kompetensi
seperti yang dirumuskan dalam kurikulum. Misalkan apabila tujuan
penggunaan portofolio adalah kemampuan anak dari mulai
mengembangkan ide atau gagasan, menentuklan tema, menyusun kalimat,
43 Ibid., h.204 - 209 44 Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Op cit., h.99
33
menyusun peregraf, dan seterusnya hingga penysusunan karangan secara
utuh. Untuk menghasilkan kompetensi tersebut, tentu saja proses
pembelajaran yang dilakukan guru harus sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan. Siswa didorong untuk menghasilkan karya, bukan hanya
berperan sebagai penerima informasi dari guru. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menentukan isi portofolio diantaranya :
a. Apakah portofolio itu berisikan seluruh evidence siswa sesuai dengan
pengalaman belajar yang telah dikaukanya atau hanya berisi sebagian
saja yang dianggap penting?
b. Apakah isi portofolio relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai
sesuai dengan kurikulum?
c. Apakah portofolio itu berisi evidence siswa yang dikerjakanya sendiri
atau hasil kerja kelompok?
3. Menentukan kriteria dan format penilaian
Kriteria penilaian disusun sebagai standar patokan untuk guru
dalam menentukan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran pada setiap
aspek yang akan dinilai. Adapun aspek-aspek yang dinilai tersebut sangat
tergantung pada jenis kompetensi yang diharapkan. Selanjutnya kriteria
disusun dalam sebuah format penilaian yang jelas.
Kriteria penilaian ditentukan oleh dua aspek pokok, yaitu kriteria
untuk proses belajar dan kriteria untuk hasil belajar. Proses belajar
misalnya ditentukan kriteria penilaian dari aspek kesungguhan
menyelesaikan tugas, motivasi belajar, ketepatan waktu penyelesaian, dan
lain sebagainya; sedangkan kriteria dilihat dari hasil belajar disesuaikan
dengan isi yang menggambarkan kompetensi.45
4. Pengamatan dan Penentuan Bahan Portofolio
Tidak semua bahan (evidence) dimasukkan sebagai bahan
portofolio. Portofolio biasanya hanya memuat evidence yang dianggap
dapat mewakili dan menggambarkan suatu perkembangan dan perubahan
yang terjadi. Oleh karena itu, sebelum ditentukan evience mana yang
45 Wina Sanjaya, Op cit., h.204 - 205
34
dianggap dapat dimasukkan kedalam portofolio, terlebih dahulu perlu
dilakukan pengamatan.
Beberapa hal yang sangat penting dalam pengamatan dan penilaian
portofolio antara lain :
a. Guru harus membedakan penilaian portofolio secara individu,
kelompok kecil atau kelompok besar.
b. Guru harus membuat penilaian portofolio sesuai dengan standar
kompetensi, kompetensi dasar maupun indikator.
c. Jika perlu, guru harus membuat kriteri yang membedakan antara
penilaian portofolio untuk kelompok atau individu.
d. Guru harus membuat kriteria yang mencakup rentang kemampuan
yang jelas. Dari kemampuan yang kurang sampai yang baik dan mudah
dikomunikasikan oleh peserta didik, orang tua dan pihak lain.
e. Kriteria penilaian haruslah terbebas dari perbedaan jenis kelamin
peserta didik.
f. Kriteria penilaian harus dapat digunakan oleh siapa saja.46
5. Tahapan koleksi
Tahapan koleksi bukanlah tahapan yang mudah dilakukan.
Tahapan ini memerlukan keterlibatan peserta didik untuk mengkoleksi dan
menempatkan evidence mereka pada suatu tempat yang telah disepakati
dan ditentukan. Terdapat beberapa kendala dalam koleksi, yaitu :
1. Terkadang semua peserta didik dan guru tidak mengumpulkan semua
evidence peserta didik.
2. Terkadang peserta didik mengalami kebingungan untuk menempatkan
evidence mereka mengingat tempat yang tersedia kurang memadai,
penuh, atau karena alasan lain. Terlebih lagi, apabila evidence peserta
didik tersebut adalah hasil kegiatan laboratorium.
3. Terkadang peserta didik mengalami kesulitan untuk menggeneralisasi
evidence mereka khususnya yang berkaitan dengan karya wisata, kerja
sosial, dan hasil karya olah raga kadang sulit.
46 Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Op cit., h.101
35
Untuk mengatasi ketiga kendala tersebut, peserta didik yang
dibantu guru harus sesegera mungkin menempatkan koleksi evidence
mereka pada tempat yang aman.47 Pekerjaan mengkoleksi semua dokumen
hasil evidence pada awalnya terasa berat dan membosankan. Tetapi
apabila hal itu dilakukan dengan penuh kesenangan, maka baik guru
maupun peserta didik akan terbiasa dan mudah dilakukan. Untuk membuat
peserta didik terbiasa mengumpulkan koleksi evidence mereka, maka
setiap semua evidence selesai dibuat, maka sesegera mungkin dimasukkan
ke tempat yang telah ditentukan.
6. Tahapan seleksi
Tahapan berikutnya dalam penilaian portofolio adalah seleksi,
yang bergantung kepada jenis portofolio dan bergantung pula pada hasil
portofolio yang ditetapkan oleh guru. Dalam hal ini, peserta didik akan
memilih seluruh atau sebagian koleksi mereka lalu mereka memilih hasil
karya terbaik untuk dinilai. Proses seleksi ini boleh jadi dilakukan oleh
peserta didik sendiri, kelompok, atau bahkan atas bimbingan guru.48
Istilah “karya terpilih” merupakan kata kunci dari portofolio.
Maknanya adalah bahwa yang harus menjadi akumulasi dari segala
sesuatu yang ditentukan para siswa dari topik mereka harus memuat
bahan-bahan yang menggambarkan usaha terbaik siswa dalam
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, serta mencakup
pertimbangan terbaiknya tentang bahan-bahan mana yang paling penting.
Oleh karena itu portofolio bukanlah kumpulan bahan-bahan yang asal
comot dari sana sini. Yang demikian bukanlah portofolio, tetapi hanya
kumpulan bahan-bahan lepas yang tidak tampak validitasnya. Portofolio
dengan demikian bukan keranjang sampah (garbage collector).49
Dalam seleksi evidence peserta didik, sebaiknya peserta didik
dilibatkan seoptimal mungkin. Biarkan peserta didik memilih evidence
terbaik mereka. Guru, sebagai fasilitator, hendaknya memberikan arahan
47 Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Op cit., h.170 48 Ibid., h.172 49 Dasim Budimansyah, Op cit., h.9
36
sehingga peserta didik dapat dengan tepat memilih evidence terbaik.
Partisipasi peserta didik dalam proses seleksi memberikan kesempatan
kepada mereka untuk merefleksikan karya mereka. Selain bimbingan
dalam pemilihan, hal yang perlu diperhatikan adalah adanya kesepakatan
antara guru dengan peserta didik tentang kriteria penilaian yang akan
digunakan untuk menlai hasil kerja pilihan peserta didik mempunyai
target tersendiri untuk mencapai hasil yang optimum.
37
BAB III
PELAKSANAAN PENILAIAN PORTOFOLIO PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM KELAS XI DI SMA N 5 SEMARANG
A. Deskripsi Data Tentang Situasi Umum SMA N 5 Semarang
1. Tinjauan Historis
Pada tanggal 1 Agustus 1964 didirikan SMA N 5 Semarang dan
Drs. Muh. Shahid ditunjuk sebagai Kepala Sekolah. Pendirian SMA N 5
Semarang pada waktu itu dihadapkan pada masa yang sulit membawa
konskwensi yang sangat berat, karena belum mempunyai bangunan
sekolah, tenaga pengajar yang tidak professional serta tenaga tata usaha
sangat terbatas. Jumlah SMA N di Semarang baru ada 4 sekolah. SMA
swastapun jumlahnya masih sedikit. Padahal jumlah siswa SMP yang
ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi cukup banyak,
sedangkan untuk membuka SMA baru sangat berat karena kondisi
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia dalam kondisi yang
memprihatinkan. Untuk memenuhi kebutuhan pokok saja masyarakat
mengalami kesulitan apalagi membiayai pendidikan atau mendirikan
lembaga pendidikan.
Dihadapkan pada situasi yang serba sulit untuk mencari tempat,
ada instansi yang baik hati, yaitu POLRI dengan meminjamkan beberapa
local PUSDIK POLRI untuk dijadikan kelas dan kantor, dan perwakilan P
& K Provinsi Jawa Tengah membantu berupa peminjaman tenaga pengajar
dan staf tata usaha dari Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri
Semarang.1
Untuk dapat memiliki kampus sendiri, SMA N 5 Semarang
mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk memanfaatkan gedung
berkas sekolah “wha ing” di jalan pemuda. Permohonan itu ditolak karena
akan digunakan oleh IKIP Negeri Semarang dan mengalami berbagai
1 Wawancara dengan Wakasek. Bidang Humas Drs. Mulyani Noor pada tanggal 28 Mei
2007
38
konflik dengan pihak IKIP Negeri Semarang. Akhirnya pada tanggal 1
Desember 1966 resmi diizinkan menggunakan gedung sekolah SMA N 5
Semarang di jalan pemuda dan semua isinya menjadi milik SMA N 5
Semarang.
SMA N 5 Semarang mempunyai visi : “Beriman dan bertakwa,
berprestasi dalam IPTEK, olahraga dan seni serta budaya dalam hidup
berbangsa”. Dengan tenaga edukatif yang berkualitas dan berpengalaman
dibidangnya, SMA N 5 Semarang bertekad untuk mencetak siswa yang
memiliki tingkat keimanan yang tinggi, berprestasi dalam menempuh
Ujian Nasional/Ujian Sekolah, berprestasi dalam menempuh ujian akhir
semester, mampu bersaing dalam sistem penerimaan mahasiswa baru,
mampu bersaing dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, menjuarai
berbagai lomba dalam bidang olahraga dan seni serta mampu
berkomunikasi dengan baik pada tingkat lokal, nasional dan global.
Misi SMA N 5 Semarang yaitu ; (1) Menumbuhkan penghayatan
terhadap ajaran agama yang dianut sehingga menjadi sumber kearifan
dalam bertindak, (2) Melaksanakan pembelajaran secara efektif, kreatif,
inovatif, dan professional sesuai dengan tuntutan kompetensi, (3)
Menumbuhkan semangat keunggulan melalui budaya etos kerja yang
tinggi bagi seluruh warga sekolah, (4) Menetapkan manajemen partisipasi
aktif dengan melibatkan seluruh warga sekolah, (5) Membangun potensi
dan mengembangkan budaya belajar, gemar membaca, dan menulis.2
Latar belakang didirikanya SMA N 5 Semarang adalah untuk
menampung para lulusan SMP yang ingin melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi dan pendidikan Sekolah Menengah Atas
(SMA) dan meningkatkan prestasi serta kecerdasan siswa yang tinggi dan
proporsional berdasarkan kurikulum Departemen Pendidikan Nasional
untuk menjamin pencapaian tujuan Pendidikan Nasional.3
2 Profil SMA Negeri 5 Semarang. 3 Wawancara dengan Wakasek. Bidang Humas Drs. Mulyani Noor pada tanggal 28 Mei
2007
39
2. Letak Geografis
SMA N 5 Semarang beralamat di Jl. Pemuda berada dalam posisi
yang serba menguntungkan dan berada di pusat kota yang berhadapan
langsung dengan pusat aktifitas pemerintahan kota Semarang. Sarana dan
prasarananyapun ditata secara menarik dan cukup representatif untuk
kegiatan proses pembelajran. Sistem manajemen kependidikan digarap
secara serius sehinga mampu meningkatkan etos kerja yang lebih peduli
terhadap perkembangan peserta didik. Peserta didik yang berminat belajar
di SMA N 5 Semarang juga berkategori nilai baik. Inilah yang kemudian
SMA N 5 Semarang menjadi salah satu sekolah pilihan bagi calon siswa
dan orang tua diantara sekian sekolah favorit di Semarang.
3. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMA Negeri 5 Semarang
NSS : 301036306005
Terakreditasi : A
Tahun didirikan : 1 Agustus 1964
Status Sekolah : Negeri
Alamat Sekolah : Jl. Pemuda 143 Semarang
Telepon : 3543998; 3583680; fax 3544295
Provinsi : Jawa Tengah
Otonomi Daerah : Semarang
Kegiatan Belajar : Pagi
Bangunan Sekolah : Milik Sendiri
Kelompok Sekolah : Komite Sekolah
Organisasi Penyelenggara : Dinas Pendidikan
4. Struktur Organisasi
SMA N 5 Semarang saat ini dipimpin oleh Drs. Widodo dan
dibantu oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Dra. Nur
Chasanah. Sebagai Wakasek Bidang Kesiswaan, Drs. Suratno. Wakasek
40
Bidang Humas, Drs. Mulyani Noor, Wakasek Bidang Sarana dan
Prasarana, Sugiyanto, S.Pd. Pembantu Wakasek Kurikulum, Sutrisno S.Pd
dan Dra. Edi Wahyudianto, S.Pd sebagai pembantu Wakasek Bidang
Kesiswaan.
Sedangkan struktur personalia tata usaha SMA N 5 Semarang
dipimpin oleh Dra. Tedjowati. Dra. Asri Purwati sebagai urusan keuangan.
Drs. Cornelis Arnold sebagai urusan perlengkapan. Iwan ardianto, S.Pd
sebagai penanggung jawab R. Media dan Adi Wibawa, S.Pd dan Vita
Kusvitaria, S.Kom sebagai coordinator Lab. Komputer.
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan fasilits pendukung kegiatan belajar mengajar yang telah
dimiliki SMA N 5 Semarang sebagai berikut :
1. Fasilitas ruang, terdiri dari 28 ruang kelas yang luasnya : 15,2 m²,
5 ruang laboratorium, 1 ruang perpustakaan yang luasnya 96 m²
dengan jumlah judul buku 2586 ruang dan jumlah buku 4560 buah
dan 1 ruang olahraga luasnya 96 m², 1 ruang guru dan 1 ruang tata
usaha, 1 ruang Kepala sekolah dan 1 ruang Osis.
2. Fasilitas Olah raga, terdiri dari lapangan olah raga, lapangan volley
dan lapangan basket serta tennis meja.
3. Fasilitas Laboratorium terdiri dari 5 laboratorium terdiri dari lab.
Kimia, Lab. Biologi, Lab. Fisika, Lab. Bahasa, dan Lab. Komputer
yang semuanya seluas 452 m² yang idealnya harus ada 6
laboratorium IPA.
6. Keadaan Guru, Karyawan dan Keadaan Siswa
Berdasarkan interview dengan Waka Urusan Kesiswaan, jumlah
guru dan karyawan di SMA N 5 Semarang sebanyak 75 orang, terdiri dari
guru tetap sebanyak 59 orang dan guru tidak tetap sebanyak 12 orang.
Sedangkan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebanyak tiga
orang. Lulusan S.2 sebanyak 5 orang dan lulusan S.1 sebanyak 66 orang.
41
Berikut ini data guru dan karyawan SMA N 5 Semarang :
No
Nama
NIP
Guru Mata Pelajaran
Jabatan
1 Drs. Widodo 130686733 Kewarganegaraan Ka. Sekolah 2 Dra. Nurchasanah 131770242 Kimia Waka Kurikulum 3 Drs. Suratno 132141929 Sejarah/Sosiologi Waka Kesiswaan 4 Drs. Mulyani M. Noor 131995695 Sastra Indonesia Waka Humas 5 Sugiyanto, S.Pd 131594906 Ekonomi Waka Sarpras 6 Drs. Muhammad Asro’i 131695149 Agama Islam Pembina Osis 7 Drs. Hj. Zaenab 150092924 Agama Islam P. Jwb Mushola 8 H. Muh. Mutrofi, S.Ag 130770607 Agama Islam Wali Kelas XI/JA-5 9 G. Bambang Sutopo, S.Th - Agama Katolik Guru 10 Carnela Yuliawati, S.Th - Agama Kristen Guru 11 I Nyoman Wedu - Agama Hindu Guru 12 Henry Basuki - Agama Budha Guru 13 Drs. H. Sardju Maheri,
M.Pd 130701391 Kewarganegaraan Guru
14 Drs. Tedjowati 131668195 Kewarganegaraan Bendahara Komiter 15 Hery Sugeng Pr, S.Pd 130368016 Kewarganegaraan Wali Kelas XI/JS-1 16 Sri Sumarsih, M.Pd 130958820 Kewarganegaraan Wali Kelas X-5 17 Drs. Sri Sambodo 130921188 Bahasa Indonesia Guru 18 Dra. Sri Endah Lestari 131962260 Bahasa Indonesia Wali Kelas
XII/Bahasa 19 Winami Rahayu, S.Pd 132253149 Bahasa Indonesia Wali Kelas XII/JA-5 20 Mulyaningsih - Bahasa Indonesia Guru 21 Tri Sofiati 130894507 Bahasa Perancis Pembina OSIS 22 Yeni Rahmawati, Spd - Bahasa Jawa Guru 23 Yuni Dwi Hastari, S.Pd - Bahasa Jawa Guru 24 Dra. Sri Lestari 131476639 Sejarah Budaya Guru 25 Dra. Mindarwati ZRD 131618527 Sejarah Wali Kelas X-9 26 Dra. Hj. Hardiyati 131127160 Bahasa Inggris Guru 27 Dra. Hj. Hardiyati 131611775 Bahasa Inggris Wali Kelas X-2 28 Henri Mastuti, S.Pd 131676940 Bahasa Inggris Wali Kelas XI/IA-3 29 Dra. Tri Lestari 131472580 Bahasa Inggris Ko.Lab Bhs Inggris 30 Grace Yeh Shiang, S.Pd - Bahasa Inggris Guru 31 Ali Muchtadi, M.Pd - Bahasa Inggris Guru 32 Drs. Cornelis Arnold 130686731 Penjaskes P. Jwb Alat OR 33 Sri Saptoyo, S.Pd - Penjaskes Guru 34 Drs. Suharman 132196091 Penjaskes Pembina Osis 35 Drs. H. Purwandi, M.Pd 131281266 Matematika Guru 36 Drs. Yitno Widya Saptono 130815344 Matematika Wali Kelas X-8 37 Endah Yuni Hartati, S.Pd 131787804 Matematika Wali Kelas X-I/IA-4 38 Drs. Edi Haryanto 131847809 Matematika Wali Kelas XII/IA-1 39 Dra. Kresni Winanti 131851286 Matematika Wali Kelas X-1
42
40 Dra. Dewi Sulandari 131886108 Matematika Wali Kelas X-7 41 Drs Margana 132109353 Matematika Pembina OSIS 42 Adi Wibawa, S.Pd 500108641 Matematika/TIK Ko.Lab Komputer 43 Vita Kusvitaria, S.Kom - TIK Guru 44 Drs. Edi Wahyudianto,
S.Pd 130875810 Fisika Pemb. Wakasis
45 Sutrisno, S.Pd 130835360 Fisika Pemb. Wakakur 46 L.F Sudibyo SA.S.Pd 130685624 Fisika Ko.Lab Fisika 47 Dra. Budiati Asri Wahyuni 131786629 Fisika Wali Kelas XII/IA-4 48 Drs. Suprianto, S.Pd 131571523 Fisika Wali Kelas XII/IA-6 49 Drs. AM Widyatmoko 131604353 Fisika Wali Kelas XI/IA-1 50 Iwan Ardiyanto, S.Pd 132167517 Fisika Guru 51 Mastiningsih, S.Pd 130680954 Biologi Wali Kelas X-3 52 Hartono, S.Pd 131123239 Biologi Wali Kelas Xi/ia-2 53 Siwi Rahayu, S.Pd 131575291 Biologi Wali Kelas XI/IA-3 54 Dra. Woro Indriharti 131790220 Biologi Wali Kelas XII/IA-7 55 Suprihationo, S.Pd 131567708 Biologi Ko.Lab Biologi 56 Drs. H. Maryadi 1318/5850 Biologi Wali Kelas XI/IA-6 57 Drs. Eko Nuryanto M 131661292 Kimia Ko.Lab Kimia 58 Dra. Asri Purwati 130818722 Kimia Bendahara/BP 3 59 Dra. Pudji Astuti 131857286 Kimia Wali Kelas XII/IA-2 60 Dra Aceng Dinarini 132173868 Kimia Wali Kelas XI/IA-7 61 Hj. Rubianti, S.Pd 130672169 Ekonomi/Akunta
nsi Wali Kelas XII/IS-1
62 Dra. Sri Sujinah S 130937297 Ekonomi Wali Kelas X-4 63 Dra. Hj. Diyah Yuliana P 132106795 Ekonomi/Akunta
nsi Wali Kelas X-6
64 Hj. Darni, S.Pd 130917313 Geografi Wali Kelas XII/IS-2 65 M Santoso Suripto, S.Pd 130936431 Geografi/Antropo
logi Wali Kelas XI/IS-2
66 Dra. Tien Hartini 130894847 Sosiologi Pengelola UKS 67 Siswadi, S.Pd 132187432 Seni Budaya Guru 68 Ahmad Sodikin, S.Pd - Kesenian Guru 69 Arif Widiatmo, S.Pd 131610310 Bimb. Konseling Pembina OSIS 70 Drs. Kaswidi 130901693 Bimb. Konseling Pengelola UKS 71 Dra. Hj. Tri Rahayu, M.Si 131646072 Bimb. Konseling Ko.Bim.Konseling 72 Drs. Jujuk Supriono 132141522 Bimb. Konseling Peng. Bea Siswa 73 Parsuni Tri Lestari, S.Pd 131787831 Bimb. Konseling Peng. Bea Siswa 74 Agustinus, S.Pd - Bahasa Indonesia Guru 75 Heni Hidayati - Bahasa Indonesia Guru
43
Jumlah kelas SMA N 5 Semarang sebanyak 28 kelas dengan jumlah
siswa kelas X adalah 379 siswa, kelas XI/IA adalah 259 siswa, kelas XI/IS
adalah 77 siswa, kelas XII/IPA adalah 274 siswa, kelas XII/IPS adalah 83,
kelas XII/Bahasa adalah 10 siswa. Jadi jumlah siswa semuanya sebanyak 1082
siswa.4
B. Deskripsi Data Tentang Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan
Agama Islam Di SMA N 5 Semarang .
Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan pengamatan, wawancara
dan dokumentasi yang penulis lakukan, dapat dipaparkan data tentang
pelaksanaan penilaian portofolio PAI sebagai berikut :
Pada tahap pelaksanaan penilaian portofolio, guru PAI memberikan
arahan kepada siswa tentang penilaian yang dilakukan oleh guru pada
indikator pencapaian kompetensi yang telah ditentukan dalam silabus.
Mengenai format penilaian yang dinilai dalam penilaian portofolio memuat
ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Pada ranah kognitif memuat aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam ranah kognitif, guru mengadakan
ulangan harian minimal 3 kali. Selain itu guru juga mengadakan ulangan
umum semester, membuat makalah, praktek, presentasi, tugas dan lain-lain.
Pada ranah afektif memuat aspek sikap, tingkah laku, minat, emosi dan
motivasi, kerjasama dan koordinasi dari setiap siswa. Dalam daftar cek
penilaian afektif terdapat komponen yang dinilai yaitu kehadiran dan perhatian
dalam KBM, ketepatan waktu, pengumpulan tugas, kelengkapan tugas,
kerjasama kelompok dan kerapian tugas. Kegiatan penilaian ini dilaksanakan
setiap mengikuti pembelajaran dikelas.5
Sedangkan ranah psikomotor, aspek yang dinilai ketika mengadakan
praktek ibadah yaitu gerakan refleks, gerakan dasar, perspektual, kemampuan
fisik, kreatif dan terampil dalam melakukan praktek ibadah.
4 Wawancara dengan Waka. Kesiswaan, Drs. Suratno pada tanggal 30 Mei 2007. 5 Hasil wawancara dengan H. Muh Mutrofi, S.Ag, guru Pendidikan Agama Islam pada
tanggal 7 Juni 2007.
44
Pada format laporan hasil belajar (rapor) KBK yang terbaru hanya
memuat aspek pemahaman konsep dan penerapan. Oleh karena itu, guru PAI
mengkategorikan ranah kognitif kedalam aspek pemahaman. Sedangkan ranah
afektif dan psikomotor masuk pada aspek penerapan. Kemudian hasil
penilaian tersebut dimasukkan kedalam folder portofolio ditambah dengan
kehadiran siswa, penghargaan yang bersifat tertulis dan lisan jika ada serta
keterangan pihak yang dapat dipercaya tentang siswa yang bersangkutan
misalnya dari guru PAI yang lain, teman, orang tua, ustadz, ataupun guru ngaji
ditempatnya.6
Dalam merancang penilaian portofolio PAI di SMA N 5 Semarang,
guru mengambil langkah dengan beberapa tahapan diantaranya yaitu
penentuan tujuan, penentuan isi portofolio, penentuan seleksi bahan dan
pelaporan penilaian portofolio sendiri. Pada tahap penentuan tujuan, guru PAI
akan memantau proses pembelajaran sekaligus mengevaluasi hasil akhir. Guru
juga harus menetapkan apakah penggunaan portofolio untuk proses
pembelajaran atau sebagai alat untuk penilaian.7 Dalam hal ini tujuan utama
dilakukan portofolio oleh guru adalah untuk menentukan hasil karya peserta
didik dan proses bagaimana hasil karya tersebut diperoleh sebagai salah satu
bukti yang dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik yaitu
telah mencapai kompetensi dasar dan indikator sesuai dengan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Kedua hal tadi menurut guru PAI akan masuk
pada criteria penilaian, tapi tidak berlaku untuk semua kompetensi dasar
karena ada KD yang hanya memerlukan hasil saja.8
Pada tahapan penentuan isi portofolio PAI, guru selalu menentukan
relevansi antara hasil karya peserta didik dengan tujuan yang akan dinilai yaitu
dengan cara guru menunjukkan hubungan antara pencapaian hasil belajar
siswa dengan kompetensi dasar yang telah ditentukan dalam Kurikulum
6 Hasil wawancara dengan H. Muh Mutrofi, S.Ag, guru Pendidikan Agama Islam pada
tanggal 7 Juni 2007. 7 Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada
tanggal 11 Juni 2007. 8 Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada
tanggal 11 Juni 2007.
45
Berbasis Kompetensi (KBK). Walaupun demikian, guru PAI lebih memilih
mengumpulkan hasil karya pilihan saja daripada peserta didik mengumpulkan
begitu banyak hasil karyanya kepada guru. Selain itu, guru PAI menentukan
hasil karya yang dihasilkan dikerjakan sendiri oleh peserta didik, jika itu
pekerjaan individu.
Pada tahap penentuan kriteria penilaian guru membuat format beserta
kriteria penilaian. Dalam Pendidikan Agama Islam format yang digunakan
adalah pencapaian kemampuan peserta didik sesuai dengan standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian belajar yang telah
ditentukan. Dan kriteria penilaianya dibagi atas 3 bagian yaitu kurang, sedang,
dan baik sekali. Kriteria penilaian dapat juga menggunakan angka 1 sampai
dengan 4 kriteria penilaian.
Pada tahap seleksi hasil karya guru cenderung dominan dalam
menentukan bahan apa saja yang akan diberikan kepada siswa. Dalam hal ini
gurulah yang bertanggung jawab dalam melakukan suatu hasil karya peserta
didik. Dan guru pulalah yang menentukan cara penyelesaian terhadap hasil
karya siswa dan menentukan proses penilaian dikelas. Jadi di SMA N 5
Semarang ini tidak melibatkan siswa dalam penyeleksian hasil karya siswa.
Hal ini dapat dimengerti bahwa orientasi portofolio lebih mengarah pada kerja
guru sebagai pengajar bukan siswa untuk belajar mengaplikasikan diri
terhadap hasil.9
Pada tahap pelaporan penilaian portofolio, guru merancang bahwa
laporan yang berbentuk pencapaian nilai siswa secara individual dan rata-rata
kelas sudah memadai untuk dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan
yaitu siswa, guru, orang tua, kepala sekolah atau masyarakat. Laporan yang
dibuat guru untuk siswa dan orang tua berisi catatan prestasi belajar siswa
yang dapat dilihat dalam buku rapor yang diisi pada setiap semester.
Sedangkan laporan untuk kepala sekolah lebih lengkap, tidak hanya
melaporkan prestasi siswa tapiu juga problem kepribadian siswa. Tidak hanya
9 Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada
tanggal 11 Juni 2007.
46
berbentuk angka tapi berbentuk deskripsi tentang siswa. Guru PAI juga
melakukan pemantauan kemajuan peserta didik dibandingkan dengan peta
kemampuan, pengetahuan dan pemahaman yang terdapat dalam kurikulum.
Portofolio yang berisi hasil karya siswa selama satu semester dipilih untuk
dilampirkan dan dilaporkan pada orang tua bersama rapor.10
Berdasarkan materi pelajaran PAI, di SMA N 5 Semarang dalam
menilai portofolio ditentukan portofolio kelompok dan portofolio individu.
Guru SMA membedakan antara penilaian kelompok dan penilaian secara
individu. Diantara penilaian kelompok materinya adalah materi khotbah
jum’at dan perawatan janazah. Dalam portofolio kelompok, mereka disuruh
membuat naskah khotbah jum’at dan membuat makalah tentang perawatan
janazah. Pada materi ini guru membagi kelompok portofolio kemudian siswa
dipersilahkan membagi tugas peran tersendiri untuk dipresentasikan di depan
klelas. Adapun materi lain masuk pada portofolio individu.
Dalam mebuat penilaian portofolio PAI, guru berupaya menyesuaikan
bahkan mengurutkan dengan kompetensi dasar maupun dengan indikator hasil
belajar yang telah ditentukan berdasarkan silabus yang telah dibuat oleh guru
PAI. Bahkan kriteria penilaianya sesuai dengan indikator pencapaian hasil
belajar dan mencakup kemampuan yang jelas mulai dari kemampuan yang
kurang sampai kemampuan yang baik. Kriteria penilaian tidak membedakan
jenis kelamin siswa, karena dalam kelompok akan dibagi tugas peran. Laki-
laki untuk praktek khotbah jum’at dan perempuan membuat naskah khutbah
jum’at. Untuk makalah perawatan janazah dipresentasikan dikelas oleh siswa
untuk dipertanggung jawabkan karyanya oleh siswa.11
Dalam proses penerapan penilaian portofolio PAI di SMA N 5
Semarang dilakukan dengan beberapa jenis kegiatan antara lain menentukan
bentuk portofolio, menentukan bahan portofolio, pertemuan guru dengan
siswa, pertemuan guru dengan orang tua dan kawan belajar.
10 Hasil observasi dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada
tanggal 23 Juni 2007 pada waktu penerimaan raport. 11 Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada
tanggal 11 Juni 2007.
47
Berdasarkan pengamatan peneliti, bentuk dokumen portofolio PAI
yang dikumpulkan terdiri atas portofolio dokumentasi dan portofolio kerja.
Portofolio dokumentasi berupa hasil-hasil terbaik siswa dan pilihan dari tugas
membuat naskah khutbah jum’at dan makalah. Perawatan janazah. Sedangkan
nilai portofolio kerja adalah nilai praktek khutbah jum’at dan perawatan
janazah serta sholat janazah. Bagi siswa yang belum mampu
mempraktekkanya diberikan kesempatan melakukan praktek ulang sampai
siswa dapat melakukanya. Dalam portofolio kerja guru PAI menyediakan
blanko yang memuat perkembangan praktek dari siswa-siswa tersebut.12
Mengenai bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai portofolio PAI
yang sesuai dengan materi pelajaran yaitu; a) penghargaan tertulis antara lain
piagam juara lomba dakwah dan juara lomba khutbah jum’at, b) Penghargaan
lisan antara berupa komentar dari guru mata pelajaran lain yang berhubungan
dengan materi PAI dan komentar dari ustadz dipondok atau guru ngaji, c)
Hasil kerja pelaksanaan tugas oleh siswa berupa Pekerjaan Rumah (PR) dan
tugas membuat laporan, d) Catatan prilaku harian siswa dalam kegiatan, e)
Catatan sebagai peserta dalam suatu kerja kelompok yang diambil dari
portofolio kelompok dan diberi keterangan, f) Contoh terbaik hasil pekerjaan
tugas portofolio kerja (portofolio proses), g) Hasil rekapitulasi daftar
kehadiran selama mengikuti pembelajaran PAI, h) Hasil ulangan harian dan
semester.13
Pada waktu menentukan bahan-bahan tersebut, guru PAI melibatkan
siswa dengan melalui diskusi untuk membuat kesepakatan bersama tentang
bahan yang perlu dikumpulkan dan cara pengumpulanya serta bobot kriteria
penilaian. Tetapi dalam seleksi hasil karya siswa, guru PAI yang
menentukanya sendiri. Adapun skor yang dibuat mulai dari 0 sampai dengan
100 dengan batas ketuntasan minimal 75 %. Guru memilih shalat jum’at dan
shalat janazah. Siswa dikumpulkan untuk diskusi membahas tugas-tugas yang
12 Hasil observasi dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada
tanggal 11 Juni 2007. 13 Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada
tanggal 13 Juni 2007
48
dapat dikumpulkan. Siswa diberikan kesempatan untuk ikut menentukan
dalam hal tersebut.
Dari diskusi tersebut, disamping naskah khutbah jum’at dan perawatan
janazah, praktek dari khutbah dan shalat janazah serta perawatanya dilakukan
karena siswa ingin mengetahui sekaligus dapat melaksanakanya. Dan waktu
pengumpulan dimulai dari waktu pemberian tugas sampai dua hari sebelum
pelaksanaan praktek. Praktek dilaksanakan pada akhir semester. Dalam hal
kriteria penilaian, guru dan siswa menentukan aspek isi dan bahasa khutbah
dan tugas makalah shalat janazah mendapat porsi 70% dibandingkan dengan
aspek tulisan yang hanya 30%. Untuk hasil kerja siswa dikumpulkan dan
diberi keterangan waktu dan tanggal pengumpulanya.14
Adapun materi-materi selain itu, guru PAI tetap melakukan penilaian
formatif dan sumatif serta tugas-tugas terstruktur (LKS) yang diselenggarakan
setelah selesai mengikuti satu satuan pelajaran. Sedangkan tes sumatif
dilaksanakan pada akhir catur wulan atau semester. Nilai tes-tes tersebut
dicatat dalam buku daftar nilai dan dicatat pula pada portofolio siswa masing-
masing dengan mencantumkan kapan tes itu dilaksanakan, pokok bahasan apa
dan berapa nilai yang diperoleh siswa. Oleh karena itu berkas penilaian
diperiksa dan diberi nilai dikembalikan kepada siswa sebagai dokumen
portofolio siswa.
Sedangkan bentuk tugas-tugas terstruktur yaitu berupa mengerjakan
soal-soal latihan yang terdapat pada buku LKS, menyusun makalah, tugas
wawancara dan sebagainya dikerjakan dirumah karena pada dasarnya tugas itu
adalah pekerjaan rumah. YUntuk keperluan penilaian portofolio, tugas-tugas
tersebut diperiksa oleh guru dan nilainya dicatat kemudian berkas-berkas
tersebut dilampirkan pada portofolio siswa.15
Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 5 Semarang pada setiap
pergantian kompetensi dasar mengadakan pertemuan portofolio dengan siswa.
14 Hasil observasi dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada
tanggal 13 Juni 2007 15 Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada
tanggal 13 Juni 2007
49
Dengan alasan agar tugas tersebut yang telah dan akan dikumpulkan ada
pemahaman dan kejelasan mengenai bobot penilaian dan bahan apa yang
dikumpulkan. Hanya saja guru terkadang mengambil waktu pelajaran untuk
pertemuan, meski kadang tidak begitu.16
Prosedur penilaian yang dilaksanakan oleh guru PAI SMA Negeri 5
Semarang terdiri dari ulangan harian dan ulangan umum. Ulangan harian
sedikitnya dilaksanakan 3 kali setiap catur wulan. Materi yang diujikan dalam
ulangan harian ini biasanya terdiri dari satu atau lebih pokok bahasan yang
telah diajarkan. Jadi, ulangan harian pada dasarnya sama dengan tes formatif
yang hasilnya disamping sebagai feed back (umpan balik) juga diperhitungkan
dalam penentuan penilaian rapor siswa. Pelaksanaan ulangan harian sering
kali dilaksanakan pada pertemuan tersendiri tetapi adakalanya dilaksanakan
bersama dengan PBM.
Adapun ulangan umum sebenarnya identik dengan tes sumatif.
Kegiatan ini dilaksanakan diakhir catur wulan dan biasanya terjadwal bersama
dengan mata pelajaran lain. Materi yang diujikan dalam ulangan umum adalah
semua materi yang telah diajarkan untuk catur wulan yang bersangkutan.17
Dalam pelaksanaan apabila hasil penilaian diketahui bahwa siswa
belum memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan maka dilaksanakan
remediasi (berupa bahan tambahan pelajaran dan pemberian ulangan) yang
dilakukan diluar jam sekolah (sore hari). Sedangkan untuk siswa yang sudah
mencapai standar kompetensi yang ditetapkan, maka pada mereka yang
diberikan materi pembelajaran selanjutnya.
Hasil penilaian kemudian dikumpulkan dan dibendel bersama dengan
tugas siswa yang lain baik yang bersifat indifidual maupun kelompok.
Laporan dibuat untuki tiap-tiap siswa sebagai hasil penilaian selama siswa
melakukan poembelajaran dalam waktu satu semester.18
16 Hasil observasi dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada
tanggal 13 Juni 2007 17 Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada
tanggal 13 Juni 2007 18 Hasil observasi dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada
tanggal 13 Juni 2007
50
Walaupun penilaian portofolio di SMA Negeri 5 Semarang tidak
maksimal. Pada akhir tahun ajaran tepatnya saat pembagian rapor tetap
melibatkan orang tua untuk disampaikan kepadanya mengenai hasil belajar
siswa agar supaya wali murid memperhatikan sekaligus memberikan umpan
balik dan masukan bagi perkembangan hasil belajar anaknya.19 Para orang tua
pun dapat membaca portofolio anaknya secara berkala atau pada waktu-waktu
tertentu, Baik disekolah maupun dirumah. Tujuanya adalah selain untuk
mengetahui perkembangan kemampuan belajar anak-anaknya juga sebagai
media komunikasi antara sekolah dengan orang tua. Komunikasi itu penting
menginget yang bertanggung jawab mendidik anak-anak itu adalah bukan
hanya guru, tetapi bersama-sama dengan orang tua. Jika anak terdeteksi
kurang baik perkembangan belajarnya oleh guru disekolah, dikomunikasikan
sedini mungkin kepada orang tuanya, agar dapat dicari pemecahanya segera.
Melalui portofolio tersebut informasi dari sekolah akan lebih dini diketahui
orang tua siswa. Berbeda halnya dengan informasi melalui buku rapor,
informasi tentang anak-anak mereka itu sudah final untuk satu catur wulan
atau semester.
Sampai pada akhir penelitian ini dilaksanakan, bentuk hasil penilaian
portofolio di SMA Negeri 5 Semarang umumnya menggunakan skor dan
grafik. Bahan-bahan portofolio dokumentasi siswa yang berupa hasil karya
terbaik diberi skor menurut kriteria penilaian yang dibuat guru. Sebagian pada
portofolio kerja disimbolkan dengan grafik. Hal ini dimudahkan untuk
mengetahui perkembangan siswa setiap mengikuti pelajaran. Dalam membuat
naskah khutbah kadang-kadang guru memberikan komentar atas tugas tersebut
dalam hal tingkat ketuntasan dan argumentasinya untuk dianalisis dan
ditafsirkan, tetapi dalam hal tersebut sudah tidak berlaku lagi. Setelah
portofolio dinilai guru PAI membuat laporan untuk siswa, orang tua dan
kepala sekolah.20
19 Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada
tanggal 13 Juni 2007 20 Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada
tanggal 23 Juni 2007
51
C. Deskripsi Data Tentang Hambatan-hambatan Dalam Pelaksanaan
Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam Di SMA N 5 Semarang .
Dalam pelaksanaan penilaian portofolio Pendidikan Agama Islam
(PAI) kelas XI di SMA Negeri 5 Semarang terdapat beberapa hal yang
menjadi hambatan-hambatan jalanya proses penilaian diantaranya :
Pertama; Kurangnya sosialisasi para guru Pendidikan Agama Islam
(PAI) dalam penilaian portofolio pada pertemuan-pertemuan dalam kaitanya
dengan pemberlakuan Kurikulm Berbasis Kompetensi (KBK) kurang
maksimal meskipun sudah dilaksanakan.
Kedua; Sulitnya membangun jaringan komunikasi antara guru PAI dan
wali murid karena faktor pekerjaan dan terbatasnya waktu serta sebagian jarak
rumah wali murid dengan sekolah sangat jauh.
Ketiga; Guru memiliki kecenderungan untuk memperhatikan hanya
pencapaian akhir saja, sehingga proses pembelajaran tidak mendapat perhatian
sewajarnya. Dan peserta didikpun akan hanya berorientasi pada pencapaian
akhir semata. Dengan demikian penggunaan penilaian portofolio tidak dapat
mengubah sikap dan prilaku siswa, yang sebenarnya diharapkan dapat terjadi
dengan menjalani dan mengalami proses pembelajaranya.
Keempat; Banyaknya menyita waktu dan memerlukan tempat
penyimpanan berkas yang memadai karena jumlah peserta didik terlalu
banyak dan cukup besar. Dan siswapun merasa kesulitan mengatur waktu
untuk melakukan tugas portofolio sekaligus mengumpulkanya terutama pada
waktu mata pelajaran lain juga membarikan tugas.
Kelima; Siswa tidak secara cepat dan mudah memahami tugas-tugas
portofolio sehingga siswa cukup mengerjakan saja. Dan siswa menganggap
penilaian portofolio banyak menghabiskan uang dan terlalu memusingkan
karena seringnya mengadakan tugas dan ulangan setiap hari.
Keenam; Guru dan siswa sering terjebak dalam hubungan top-down
yaitu hubungan guru sebagai atasan, seorang yang berkuasa sementara siswa
merasa sebagai bawahan atau orang yang dikuasai. Maka inisiatif dan
kreatifitas siswa akan hilang dan pada akhirnya siswa hanya menjadi manusia
52
penurut dan mengikuti perintah. Pada akhirnya pendidikan hanya akan
menghasilkan manusia-manusia pasif, yang tidak memiliki inisiatif dan
kreatifitas.
Ketujuh; Pada sarana dalam mengkoleksikan hasil penilaian portofolio
PAI berupa hasil karya siswa kurang mendapatkan almari untuk menempatkan
folder portofolio siswa. Sehingga hasil karya dan hasil ulangan siswa ada pada
guru dan siswa. Berkas-berkas hasil penilaian tidak dikoleksikan atau
ditempatkan disekolah tetapi ada pada guru dan siswa itu sendiri.21
Untuk mengatasi maslah ini kepala sekolah bersama guru SMA
menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
1. Optimalisasi MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) ditingkat
sekolah harus dilaksanakan secara rutin termasuk dalam membahas
penilaian portofolio PAI dan mengedepankan pelatihan menuju
profesionalisme mata pelajaran.
2. Dalam mengatasi sulitnya komunikasi antara guru dan orang tua, SMA
Negeri 5 Semarang membuka lebar-lebar bagi orang tua yang ingin turut
memonitor perkembangan anaknya. Pda pertemuan akhir tepatnya
pembagian rapor, penilaian portofolio juga disampaikan kepada orang tua.
3. Guru diharuskan memperhatikan proses dan hasil dalam pembelajranya.
Sehingga siswa tidak selalu berorientasi pada pencapaian akhir saja tetapi
juga proses dalam pembelajaranya agar nantinya dapat mengubah prilaku
dan sikap siswa yang diharapkan dapat terjadi.
4. Guru diharapkan dapat mengatur waktu dalam membereikan tugas
portofolio terutama disaat pelajaran lain memberikan tugas. Diharapkan
juga guru PAI selalu mengadakan koordinasi dengan guru lain dalam
menentukan jadwal tugas siswa agar tidak terjadi tugas yang bersamaan.
5. Guru PAI diharapkan selalu memberikan bimbingan kepada siswa baik
pada waktu pertemuan portofolio maupun menjelang proses
pembelajaranya berlangsung. Ini ditujukan kepada siswa agar siswa
21 Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada
tanggal 23 Juni 2007
53
memahami tentang hakekat portofolio dan aspek yang dinilai pada
penilaian portofolio.
6. Agar tidak terjebak dalam suasana top-down, guru memberikan peluang
kepada siswa untuk turut nberperan aktif dalam proses pembelajaran dan
proses penilaian serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk
meningkatkan kemampuan mereka.
7. Dalam hal sarana masih belum terpikirkan dan belum mendapatkan respon
dari kepala sekolah. Karena banyaknya hasil karya siswa, guru mengambil
soluisi untuk hasil karya diletakkan pada meja guru dan ada kalanya
diberikan kepada siswa sebagai dokumentasi portofolio siswa.
54
BAB IV
PROBLEMATIKA PELAKSANAAN PENILAIAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM KELAS XI DI SMA N 5 SEMARANG
A. Deskripsi Data Tentang Pelaksanaan Penilaian Portofolio
Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang
Dari penelitian yang penulis laksanakan di SMA N 5 Semarang dari
data yang terhimpun ternyata ada hal-hal yang telah dilaksanakan sesuai
dengan pedoman penilaian portofolio, adapula hal-hal yang belum selesai
dengan pedoman penilaian portfolio. Jika mengamati praktek penerapan
portofolio yang dilaksanakan terdapat portofolio yang digunakan oleh guru
secara informal untuk memantau perkembangan peserta didik dan adapula
untuk secara formal menilai peserta didik. Dan portofolio itu digunakan oleh
peserta didik untuk memantau dan mengevaluasi kemajuan mereka sendiri.
Penilaian yang dilakukan untuk mencapai kompetensi dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi dilakukan secara terpadu dengan kegiatan mengjar yang
mencakup tiga aspek penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Prosedur penilaian yang selama ini dilaksanakan pleh guru Pendidikan
Agama Islam SMA Negeri 5 Semarang terdiri dari ulangan harian dan ulangan
umum. Materi yang diujikan dalam ulangan harian ini biasanya terdiri dari
satu atau lebih pokok bahasan yang telah diajarkan. Jadi, ulangan harian pada
dasarnya sama dengan tes formatif yang hasilnya disamping sebagai feed back
(umpan balik) juga diperhitungkan dalam penentuan penilaian raport siswa.
Pelaksanaan ulangan harian sering kali dilaksanakan pada pertemuan
tersendiri tetapi adakalanya dilaksanakan bersmaan dengan proses belajar
mengajar.
Adapun ulangan umum sebenarnya identik dengan tes sumatif.
Kegiatanya dilaksanakan diakhir catur wulan. Materi yang diujikan dalam
ulangan umum adalah semua materi yang telah diajarkan untuk catur wulan
yang bersangkutan.
55
Jadi, penilaian portofolio bertujuan sebagai alat formatif maupun
sumatif. Portofolio sebagai alat formatif digunakan untuk memantau kemajuan
peserta didik dari hari kehari dan mendorong pesrta didik dalam merefleksi
pembelajaran mereka sendiri. Sedangkan penilaian sumatif digunakan untuk
mengisi angka raport peserta didik, yang menunjukkan prestasi peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu.1
Kegiatan merancang penilaian portofolio PAI meliputi penentuan
tujuan, penentuan isi portofolio, seleksi bahan dan penentuan kriteria telah
menunjukkan proses sistematis sesuai dengan petunjuk tersebut.
Pada tahap penentuan tujuan, guru akan memantau proses dan hasil.
Tetapi tidak berlaku untuk semua kompetensi dasar walaupun tujuan utama
dilakukan portofolio adalah untuk menentuka evidence peserta didik dan
proses bagaimana evidence tersebut diperoleh sebagai salah satu bukti yang
dapat menunjukkan pencapaian belajar peserta didik, yang telah mencapai
kompetensi dasar dan indikator sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Karena ada KD yang memerlukan hasil saja, hanya lebih
ditekankan pada hasil (tergantung sifat materi pelajaran). Materi PAI kelas XI
di SMA Negeri 5 Semarang meliputi aspek al-Qur’an antara lain surat Ar
ruum ayat 41-42, Al A’raf ayat 56-58, dan Surat Shood ayat 27-28, aspek
aidah antara lain Iman kepada kitab-kitab Allah dan fungsi iman kepada kitab-
kitab Allah. Kemudian aspek syari’ah yaitu perawatan janazah, jinayat, hudud
dan khutbah jum’at dan aspek akhlak yaitu perilaku tercela dan sikap
menghormati dan menghargai orang lain. Sedangkan aspek tarikh Islam yaitu
perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam dan pembaharuan
dalam Islam.2
Dilihat dari materi tersebut sangat tepat bila pemantauan dilakukan
pada proses. Tetapi sangat mungkin nilai hasilnya saja pada materi aspek
1 Sumarna Surapranata dan Dr. Muhamad Hatta, Penilaian Portofolio (Implementasi
Kurikulum 2004), (Jakarta : Remaja Rosdakarya, 2004), h.75 2 Di ambil dari buku kurikulum PAI kelas XI semester 2 dalam program semester yang
dibuat oleh Drs. Muhammad Asro’i tahun 2006/2007
56
tarikh dan keimanan. Sedangkan pada aspek Al-Qur’an dan syari’ah dilakukan
dengan proses dan hasil.
Pada tahap penentuan isi portofolio PAI, guru selalu menentukan
relevansi antara hasil karya siswa dengan tujuan yang akan dinilai artinya
guru-guru menunjukkan hubungan antara pencapaian hasil belajar siswa
dengan KD dan indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Hal ini sebuah keharusan, karena portofolio
sangat berguna untuk penilaian yang tergantung kepada seberapa tepat isi
portofolio yang telah mengacu pada kompetensi dasar atau indikator
pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan.3 Karena menurut penulis,
sekecil apapun penilaian portofolio tetap harus disesuaikan dengan indikator
hasil belajar yang telah ditentukan dalam kurikulum tersebut.
Pada tahap seleksi karya terbaik, guru SMA Negeri 5 Semarang sangat
dominant dalam menentukan bahan. Guru yang akan bertanggung jawab
dalam melakukan hasil seleksi karya siswa. Sedangkan siswa tidak dilibatkan
sama sekali. Hal ini kurang bagus dan kurang adanya partisipasi siswa dalam
melkukan seleksi hasil karya siswa, karena dalam hal ini persepsi siswa
tentang penentuan bahan sudah mandiri dan dapat berfikir selektif.
Dalam seleksi evidence peserta didik, sebaiknya peserta didik
dilibatkan seoptimal mungkin. Biarkan peserta didik memilih evidence terbaik
mereka. Sedangkan guru sebagai fasilitator hendaknya hanya memberikan
arahan sehingga peserta didik dapat dengan tepat memilih evidence terbaik.
Partisipasi peserta didik dalam proses seleksi memberikan kesempatan kepada
mereka untuk merefleksikan karya mereka. Selain bimbingan dan pemilihan,
hal yang perlu diperhatikan adalah adanya kesepakatan antara guru dan
peserta didik tentang kriteria penilaian yang akan digunakan untuk menilai
hasil kerja pilihan peserta didik. Hal ini dilakukan agar siswa mempeunyai
target tersendiri untuk mencapai hasil yang optimum.4
3 Sumarna Surapranata dan Dr. Muhamad Hatta, Op cit., h.118 4 Ibid., h.174
57
Dalam membuat penilaian portofolio, guru SMA Negeri 5 Semarang
berupaya menyesuaikan bahkan mengurutkan dengan kompetensi dasar
maupun indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan. Kriteria
yang dikembangkan itupun sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar
dan mencakup kemampuan yang jelas.5
Adapun pelaksanaan penilaian di SMA Negeri 5 Semarang itu tidak
membedakan jenis kelamin. Misalnya khotbah jum’at dan adzan hanya
berlaku bagi siswa laki-laki tetapi untuk perempuan akan diberi tugas sama
yaitu hanya menilai pada aspek kognitif saja ataudiambil langkah lain dengan
kompetensi khusus perempuan.
Bahan-bahan yang dijadikan sebagai bahan penilaian portofolio mata
pelajaran PAI pada hakekatnya sesuai dengan petunjuk. Bahan itu antara lain :
a) penghargaan tertulis antara lain piagam juara lomba dakwah dan juara
lomba khutbah jum’at, b) Penghargaan lisan antara berupa komentar dari guru
mata pelajaran lain yang berhubungan dengan materi PAI dan komentar dari
ustadz dipondok atau guru ngaji, c) Hasil kerja pelaksanaan tugas oleh siswa
berupa Pekerjaan Rumah (PR) dan tugas membuat laporan, d) Catatan prilaku
harian siswa dalam kegiatan, e) Catatan sebagai peserta dalam suatu kerja
kelompok yang diambil dari portofolio kelompok dan diberi keterangan, f)
Contoh terbaik hasil pekerjaan tugas portofolio kerja (portofolio proses), g)
Hasil rekapitulasi daftar kehadiran selama mengikuti pembelajaran PAI, h)
Hasil ulangan harian dan semester.6
Dalam menentukan bahan tersebut telah melibatkan siswa dengan
melalui proses diskusi untuk membauat kesepakatan bersama tentang bahan
yang perlu dikumpulkan dan cara pengumpulanya serta kriteria penilaianya
melalui bimbingan guru. Hal ini dimaksudkan agar daya kreatifitas atau kritis
siswa dapat berkembang. Dan ini dikarenakan anak SMA sudah bisa berfikir
ilmiah dan dapat menentukan bobot sebuah kriteria penilaian.
5 Hasil observasi dalam buku perangkat KBM Pendidikan Agama Islam kelas XI
semester 2 tahun pelajaran 2006/2007 6 Ibid., h.167
58
Adapun waktu pengumpulan bahan di SMA Negeri 5 Semarang
diakhiri berdasarkan kesepakatan. Dalam hal ini hasil karya siswa atau bahan
yang dikumpulkan oleh siswa di SMA Negeri 5 Semarang tampak sangat
tertib karena semua bahan yang dikumpulkan diberi keterangan waktu dan
tanggalnya.7
Dalam pelaksanaanya dari hasil penilaian diketahui bahwa siswa yang
belum memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dilakukan remediasi
(berupa tambahan pelajaran dan pemberian ulangan) yang dilakukan diluar
jam sekolah (sore hari). Sedangkan untuk siswa yang sudah mencapai standar
kompetensi yang ditetapkan. Maka pada mereka diberikan materi
pembelajaran selanjutnya.
Pada penilaian formatif dan sumatif serta tugas-tugas terstruktur telah
dilaksanakan sesuai denganpetunjuk yaitu setelah diperiksa oleh guru dan
diberi paraf, guru memberikan nilai terhadap hasil karya yang telah dibuat
oleh siswa. Kemudian dikembalikan kepada siswa sebagai dokumen
portofolio siswa.
Hasil penilaian selanjutnya disusun sebagai laporan perkembangan dan
kemajuan siswa dalam proses belajar dapat dimanfaatkan baik oleh guru,
siswa maupun orang tua. Guru dapat mengetahui efektifitas pembelajaran
yang dilakukan dan dijadikan bahan masukan untuk memperbaiki guru
sehingga dapat membimbing siswa dengan lebih baik. Bagi siswa dapat
mengetahui kekurangan dan kelebihanya yang untuk selanjutnya siswa akan
memperbaiki kekuranganya sendiri untuk mencapai standar yang ditentukan.
Bagi orang tua penting untuk mengetahui perkembangan anaknya yang
kemudian dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh anak untuk
kemajuan dan kebaikanya.
Menyadari adanya berbagai kelemahan pelaksanaan penilaian yang
dilakukan sesaat dan parsial tersebut, dikembangkan system penilaian yang
lebih komprehensif yang mempertimbangkan segala aspek dari peserta didik
7 Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada
tanggal 13 Juni 2007
59
dan dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Misalnya untuk
penilaian raport siswa, seorang guru menyimpulkanya dari rata-rata hasil
ulangan harian, ulangan umum, tugas-tugas terstruktur, catatan prilaku harian
siswa (anecdotal record), dan laporan kegiatan siswa diluar sekolah yang
menunjang kegiatan belajar. Semua proses dan hasil belajar siswa ternyata
terdapat dalam catatan atau dokumen.8
Namun dalam melibatkan orang tua di SMA Negeri 5 Semarang
kurang maksimal. Peneliti memahami bahwa dalam melibatkan semua wali
murid sulit dapat dilakukan. Dalam hal ini dikarenakan tidak semua orang tua
murid mengerti peran daripada portofolio. Tetapi pada akhir tahun tetap ada
pertemuan yang bersamaan denganpembagian raport. Namun yang terjadi
adalah pemahaman dan kesalah pahaman orang tua terhadap hasil belajar
anaknya.
Bentuk hasil penilaian hasil portofolio di SMA Negeri 5 Semarang
disimbolkan dengan skor dan grafik. Hanya prosentasinya lebih banyak skor.
Ada beberapa guru yang memberikan penilaian secara deskriptif tetapi tidak
semua guru memberikan penilaian dengan cara tersebut. Meskipun demikian
deskripsi tersebut merupakan cerminan dari nilai yang berupa skor dan grafik.
Baik pada skor maupun grafik pada dasarnya terdapat kelemahan. Keduanya
belum memberikan keterangan yang bersifat deskriptif yangmenggambarkan
perkembangan siswa. Tetapi dengan skor dan grafik lebih mudah dilaksanakan
dan diamati perkembanganya.
B. Deskripsi Data Tentang Hambatan – hambatan Dalam
Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam di SMA N 5
Semarang
Jika dilihat dari hambatan-hambatan pelaksanaan penilaian portofolio,
adanya kesulitan untuk melaksanakan penilaian portofolio PAI di SMA
Negeri 5 Semarang pada tahun ini bukan karena konsep dari penilaian
8 Dasim Budimansyah, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio,
(Bandung : Genesindo, 2002), h.107
60
portofolio sulit dipahami, kemudian suli untuk diterapkan. Akan tetapi pada
umumnya hambatan tersebut terletak pada guru dan siswanya.
Pada guru misalnya, sosialisasi antara guru dalam penilaian portofolio
kurang maksimal, guru memiliki kecenderungan hanya pada pencapaian hasil
akhir saja, guru selalu memberikan tugas portofolio yang bersamaan dan guru
juga sering terjebak dalam hubungan top down. Menurut penulis, hal ini dapat
diatasi dengan mengadakan sosialisasi dan training-training yang mutlak harus
dilaksanakan. Demikian pula penilaian portofolio masih perlu popularisasi
agar dapat dilaksanakan secara maksimal.
Sangat tepat jika SMA Negeri 5 Semarang menempuh langkah-
langkah yang berupa optimalisasi pelatihan-pelatihan menuju profesionalisasi
guru mata pelajaran ditingkat sekolah secara rutin termasuk dalam membahas
penilaian portofolio PAI. Dalam MGMP, guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
SMA memberi kesepakatan-kesepakatan dalam penentuan bobot dan kriteria
penilaian portofolio agar tidak terlalu jauh jika memang tidak bisa dihindari
unsure subyektifitas masing-masing guru.
Persoalan lain adalah siswa kurang cepat memahami tugas-tugas
portofolio. Disamping itu hanya berorientasi pada pencapaian hasil belajar dan
sulit untuk mengatur waktu untuk melakukan tugas-tugas portofolio terutama
pada waktu pelajaran lain memberi tugas sekaligus pengumpulanya. Siswa
sering juga menganggap bahwa guru yang selalu berperan aktif dalam
pembelajaran sedangkan siswa hanya sebagai bawahan yang harus mengikuti
perintah dalam melaksanakan tugas dari seorang guru.
Upaya yang ditempuh oleh guru mata pelajaran PAI di SMA Negeri 5
Semarang adalah selalu memberikan bimbingan kepada siswa pada waktu
pertemuan portofolio maupun menjelang proses pembelajaranya berlangsung.
Dalam bimbingan tersebut ditekankan pada aspek pemahaman tentang hakekat
portofolio dan aspek yang dinilai pada penilaian portofolio. Selanjutnya guru
mengadakan koordinasi dengan guru lain agar menentukan jadwal tugas siswa
tidak bertabrakan. Sehingga siswa dalam melaksanakan tugas-tugas portofolio
dapat dilaksanakan dengan baik dan teratur.
61
Berbagai hambatan-hambatan tersebut nampaknya dapat diupayakan
solusi-solusinya oleh guru SMA Negeri 5 Semarang melalui pelatihan-
pelatihan, hubungan siswa dengan guru serta koordinasi antara guru di SMA
N 5 Semarang. Tetapi yang paling penting dalam penilaian portofolio yang
perlu diselesaikan yaitu terletak pada sarana tempat penyimpanan berkas-
berkas portofolio (evidence) peserta didik, karena penilaian portofolio
memerlukan temtap penyimpanan hasil karya siswa yang memadai, apalagi
bila jumlah siswa cukup besar. Oleh karena itu guru perlu mewaspadai hal
tersebut. Apabila kondisi ini dapat diwaspadai dan dihindari, maka
penggunaan penilaian portofolio akan bermanfaat sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan.
62
BAB V
PENUTUP
Sebagai rangkaian akhir dalam pembahasan ini akan disampaikan tiga sub
bab yang meliputi : kesimpulan, saran-saran dan penutup.
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan penilaian portofolio mata Pelajaran PAI di SMA N 5
Semarang telah berjalan dengan baik menurut buku pedoman. Dalam
Pelaksanaan penilaian portofolio PAI di SMA N 5 Semarang, guru PAI
melaksanakan penilaian yang telah disusun dalam silabus, prota, promes,
dan rencana pembelajaran yang dibuat guru untuk mencapai target
kompetensi yang dituangkan pada indikator-indikator. Pada tahap
penilaian, guru PAI mengarahkan penilaian ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Hasil penilaian dimasukkan dalam folder portofolio ditambah
dengan absent siswa, penghargaan tertulis dan lisan jika ada serta
keterangan dari pihak yang dapat dipercaya tentang siswa yang
bersangkutan. Dalam merancang penlaian portofolio mata pelajaran PAI,
guru mengambil langkah penentuan tujuan, penentuan isi portofolio,
seleksi bahan dan penentuan criteria penilaian serta laporan penilaian.
Pada proses penerapan penilaian portofolio, guru PAI menentukan bentuk
portofolio, menentukan bahan, mengadakan pertemuan portofolio,
melibatkan orang tua dan melibatkan kawan belajar. Penilaian portofolio
PAI di SMA N 5 Semarang meliputi : hasil ulangan baik ulngan harian
maupun ulangan umum dan tugas-tugas siswa pada ranah kognitif, lembar
kerja siswa (LKS) atau tugas-tugas terstruktur dan prilaku harian siswa
pada ranah afektif serta laporan kegiatan peserta didik dan praktik ibadah
(khotbah jum’at dan dakwah) pada ranah psikomotor.
2. Problematika / hambatan-hambatan dalam melaksanakan penilaian
portofolio PAI di SMA Negeri 5 Semarang pada tahun ini adalah
kurangnya sosialisasi para guru PAI dalam menilai portofolio, sulitnya
63
membangun jaringan komunikasi antara guru PAI dan wali murid,
penilaian hanya pada pencapaian akhir saja, banyaknya menyita waktu dan
memerlukan penyimpanan berkas yang memadai, siswa tidak secara cepat
dan mudah memahami tugas-tugas portofolio, guru dan siswa sering
terjebak dalam hubungan top-down dan penempatan portofolio siswa
belum mendapatkan tempat yang memadai. Berbagai kesulitan tersebut
dapat diupayakan solusinya melalui optimalisasi MGMP ditingkat sekolah
harus dilaksanakan secara rutin, membuka lebar-lebar bagi orang tua yang
ingin turut memonitor anaknya, guru diharuskan memperhatikan proses
dan hasil, guru diharuskan dapat mengatur waktu dalam memberikan tugas
portofolio serta mengadakan koordinasi dengan guru lain, memberikan
bimbingan kepada siswa pada waktu pertemuan portofolio, siswa ikut
berperan aktif dalm proses pembelajaran dan penilaian serta memberikan
kesempatan siswa untuk meningkatkan kemampuan mereka.
B. Saran – saran
Berdasarkan analisa dan kesimpulan tersebut, maka penulis
menyampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi guru mata pelajaran PAI, mengingat pelaksanaan penilaian portfolio
belum dilaksanakan secara maksimal, maka perlu upaya-upaya agar
penilaian portofolio mata pelajaran PAI lebih menggambarkan
perkembangan siswa dalam mencapai tujuan mata pelajaran PAI. Hal ini
tentu memerlukan dukungan dari berbagai pihak.
2. Hendaknya guru di SMA Negeri 5 Semarang banyak mengikuti kegiatan
pelatihan dan penataran mengenai portofolio, mencari dan membaca
informasi yang berkaitan dengan perkembangan pendidikan itu sendiri
sehingga dapat menunjang keberhasilan proses pendidikan.
3. Bagi siswa, perlu adanya bimbingan kepadanya agar mereka dapat
memahami tentang pembelajaran dan penilaian portofolio sehingga
mereka dapat meningkatkan prestasi belajarnya dan dapat mendorong
siswa pada pencapaian hasil yang lebih baik dan lebih sempurna, siswa
64
dapat belajar lebih optimal tanpa merasa tertekan. Dan diharapkan dapat
menilai dirinya sendiri serta dapat melakukan refleksi sehingga mereka
dapat menentukan kompetensi mana yang belum tercapai atau sudah
tercapai.
4. Bagi kepala sekolah, perlu adanya kebijakan yang lebih kondusif bagi
diberlakukanya penilaian portofolio mata pelajaran PAI, mengingat
penilaian jenis ini mampu menggambarkan perkembangan siswa secara
cepat jika diberlakukan secara benar.
C. Penutup
Puji syukur dan tawadlu’ sedalam-dalamnya kepada Allah
SWT yang berkenan memberikan taufiq dan pintu hidayah serta
inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, berkat
bimbingan, dorongan dan saran dari berbagai pihak, skripsi ini dapat
tersusun dangan sedemikian rupa.
Namun penulis menyadari dengan penuh kerenhan hati,
meskipun dalm penulisan ini telah berusaha semaksimal mungkin,
dalam penulisan pasti tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan. Hal
ini semata-mata merupakan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang
penulis miliki.
Oleh karena itu penulis mengharap kritik yang konstruktif
dari berbagai pihak untuk perbaikan yang akan dating untuk mencapai
yang lebih baik. Akhirnya penulis hanya berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan bagi pembaca
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alsa, Ahmadi, Pendekatan Kwantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya Dalam
Penelitian Psikologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003
Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah, Ruh At-Tarbiyah Wa Ta’lim, Beirut : Darul
Ihya’ Al-Kutub Al-Arabiyah, 1950
Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998,cet.1
Best, John W, Research in Education, New Jersey : Englewood cl;iffs, 1981
Budimansyah, Dasim, Model Pembelajaran Berbasis Portofolio, Bandung :
Genesindo, 2003
_________________, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio,
Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : Pustaka Setia, 2002,
cet.1
Depag RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam (Untuk Sekolah Umum Tingkat
Dasar atau SMP), Jakarta ; Depag, 2001
_______ , Panduan Evaluasi Hasil Bel;ajar Majelis Pertimbangan dan
Pemberdayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan (MP3A), Jakarta :
Bina Mitra Pemberdayaan Madrasah, 2005
Dewey, John, Democracy And Education : An Introduction to The Philosophy
Education, New York : The Mac Milan Company, 1964
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Pedoman Khusus Silabus dan
Penilaian, Yogyakarta : Depdiknas, 2004
Fajar, Arnie, Portofolio dalam Pembelajaran IPS, Bandung : Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2004
Hadjar, Ibnu, Pendekatan Keberagaman Dalam Pemilihan Metode Pengajaran
Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999
Hasan, Karnadi, Penilaian Berbasis Portofolio (Analisis Teori dan Aplikasinya
dalam Pembelajaran, Jurnal Pendidikan Islam, XII.2003
Hindgren, Henry Clay, Educational Psycologi Classroom, Japan : Modern Asia
Edition, 1960
Ladjid, H. Hafni, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta :
Quantum Teaching , 2005
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), Bandung ; Remaja
Rosdakarya, 2005
Marimba, Ahmad.D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : Al-
Ma’arif, 1998, cet.8
Moleong, Lexy.J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2004
Muhammad, Abi Isa bin Isa bin Sauratul Musttafa, Sunan At-Turmudzi, Libanon :
Darul Fikr, t.th.
Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam Di Sekolah, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002, cet.II
Musthofa, Ahmad, Portofolio; Alternatif Pembelajaran KBK, Semarang : edukasi;
v ed, 2004
Mustafa, Syaikh Al-Ghulayani, Idzatun Nasyi’in, Beirut : Al-Tarbiyat Al-Sadisat,
1953
Praja, M. Sastra, Kamus Istilah Pendidikan Dan Umum, Surabaya : Usaha
Nasional, 1981
Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung :
Remaja Rosdakarya, 1997
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka, 1999, cet.IV
Sanjaya, Wina, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006, cet.2
Singarimbun, Masri, Metodologi Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES, 1989
Silverius, Suke, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, Jakarta, Grasindo, 1991
Soebahar, Abdul Halim, Wawasan Baru Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia,
2002, cet.I
Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung :
Sinar Baru Algesindo, 2001, cet.II
Sumarna, Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis (Implementasi Kurikulum
2004), Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004
_________________ dan Muhammad Hatta, Penilaian Berbasis Kelas :
Penilaian Portofolio (Implementasi Kurikulum 2004), Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2004
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995
Sutrisno, Revolusi Pendidikan Di Indonesia, Membedah Metode dan Teknik
Pendidikan Berbasis Kompetensi, Yogyakarta : Ar Ruzz, 2005
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1995
UU.no.20 tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional”, Yogyakarta : Media
Wacana Press, 2003
Zuhairini, et.al., Metodologi Pendidikan Agama, Solo : Ramadhani, 1993, cet.I