ANALISIS PENILAIAN KINERJA PORTOFOLIO SAHAM …
Transcript of ANALISIS PENILAIAN KINERJA PORTOFOLIO SAHAM …
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 1, JUNI 2016 ISSN 1979-7044
29
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
ANALISIS PENILAIAN KINERJA PORTOFOLIO SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE
SHARPE MEASURE DAN TREYNOR MEASURE PADA SAHAM-SAHAM INDEKS SEKTORAL
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2008-2010
Atik Budi Paryanti1), Sri Lestari2)
1Teknik Informatika, STIKOM CKI
Email: [email protected] 2Teknik Informatika, STIKOM CKI
Email: [email protected]
Abstract: The study of the research is about performance assesment analysis of stock portofolio evaluated by
using Sharpe adn Treynor method in active stocks traded consistencely over three years, and those stocks
represent industrial sectors classified in Indonesia Stock Exchange. Besides, the aim of the use of both methods
in to find out result of measurement consistency comparison from each models in measuring stock portofolio
performance in Indonesia Stock Exchange is that it can be found whether there is a model used as direction for
investor in measuring stock portofolio performance as investation portofolio.According to the result of
independent t-test, it can be explained that t-score is 3,230 and sig. Is 0,021(< 0,05), it can be concluded that
there is difference between two portofolio performance, Sharpe and Treynor method, over the period of the
research. The result of both method shows that measurment of Sharpe method is higher than measurment of
Treynor method (0,3833 > 0,1285). Moreover, this result shows that investors and investors managers in
evaluating portofolio performance view that Sharpe method is more approriate because this method is more
effective in measuring or assessing stock portofolio performance that can be minimalized in whole risk
sistematically or insistematically existed in stock portofolio combination.
Key words : Optimal portofolio, Sharpe Measure, Treynor Measure.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal sebagai salah satu instrumen yang
dipandang efektif dalam upaya mendorong
perekonomian suatu negara, dan dimana
keberadaannya tidak lepas dari berbagai pengaruh, baik
faktor - faktor ekonomi maupun non ekonomi. Oleh
karena itu, semakin pentingnya peran pasar modal
dalam kegiatan ekonomi, membuat pasar modal
semakin sensitif terhadap berbagai peristiwa di
sekitarnya, baik berkaitan secara langsung maupun
tidak langsung. Perkembangan pasar modal di
Indonesia selama 5 tahun terakhir menunjukkan
peningkatan yang sangat baik, dimana banyaknya
perusahaan - perusahaan yang mendaftarkan saham
milik mereka di BEI. Sebagaimana diketahui, pasar
modal adalah suatu tempat diperdagangkannya
instrumen – instrumen keuangan atau produk derivatif,
salah satunya adalah saham yang berasal dari berbagai
jenis sektor industri. Di Bursa Efek Indonesia (BEI),
terdapat saham - saham yang mewakili sektor – sektor
industri seperti :
Tabel 1.1 Daftar Klasifikasi Sektor Industri yang
Terdapat di BEI
No Sektor Industri
Sektor-sektor Primer (Ekstraktif)
1 Pertanian (Perkebunan)
2 Pertambangan
3 Industri Dasar dan Kimia
Sektor-sektor Sekunder (Industri
Pengolahan / Manufaktur)
4 Aneka Industri
5 Industri Barang Konsumsi
6 Properti dan Real Estate
Sektor-sektor Tersier (Industri Jasa / Non-
manufaktur)
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 1, JUNI 2016 ISSN 1979-7044
30
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
7 Infrastruktur, Utilitas, dan
Trasnsportasi
8 Keuangan
9 Perdagangan, Jasa, dan Investasi
Sebelum melakukan analisis industri atau sektor
tertentu, perlunya menyimak kondisi kinerja sektor
industri tersebut terhadap kondisi kinerja pasar yang
terjadi. Sehingga dapat memberikan suatu gambaran
arah perkembangan sektor industri tersebut untuk
menghasilkan manfaat finansial di masa yang akan
datang. Berikut ini disajikan perkembangan kondisi
kinerja pasar dengan pergerakan kinerja sektor - sektor
industri yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dalam kurun waktu lima tahun terakhir :
Tabel 1.2 Perkembangan Indeks Pasar Dan
Indeks Sektor Industri Selama Periode 2006 –
2010
No Indeks
Saham
Closing Price Indeks Saham
2007 2008 2009 2010
1 IHSG 2.745,83 1.355,41 2.534,36 3.703,51
2 Pertanian 3.270,09 918,77 1.753,09 2.284,32
3 Pertambangan 238,05 877,68 2.203,48 3.274,16
4 Industri dasar
dan kimia 238,05 134,99 273,93 387,25
5 Aneka
Industri 477,35 214,94 601,47 967,02
6
Industri
Barang
Konsumsi
436,04 326,84 671,31 1.094,65
7 Properti &
Real Estate 251,82 103,49 146,80 203,10
8
Infrastruktur,
Utilitas, dan
Trasnsportasi
874,07 490,35 728,53 819,21
9 Keuangan 260,57 176,33 301,42 466,67
10
Perdagangan,
Jasa, dan
Investasi
392,24 148,33 275,76 474,08
Pada tabel 1.2, tersebut maka dapat dilihat
perkembangan indeks – indeks harga saham yang
terdaftar di BEI, seperti Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) yang mewakili seluruh pergerakan
harga saham yang diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia (mewakili kinerja pasar) atau Jakarta
Industrial Classification (JASICA) yang mewakili
pergerakan harga dari sektor industri tertentu. Dengan
melihat perkembangan IHSG dan indeks harga saham
sektor - sektor industri tersebut selama lima tahun
terakhir cenderung mengalami peningkatan setiap
tahunnya, terkecuali di tahun 2008, dimana pada saat
memuncaknya krisis keuangan global dan berdampak
pada perekonomian di Indonesia. Pergerakan dari
indeks harga saham tersebut dapat digambarkan
dengan grafik, sebagai berikut :
Gambar 1.1 Grafik Pergerakan Indeks Pasar dan
Sektor Industri Periode 2008-2010.
Berdasarkan Gambar 1.1, mengindikasikan
bahwa sektor - sektor industri tersebut selama 5 tahun
terkahir bergerak searah dan cenderung meningkat
dengan keadaan pasar (IHSG) di BEI. Jika terjadinya
perubahan aspek lingkungan ekonomi yang terkait,
maka saham - saham yang terklasifikasi pada sektor -
sektor tersebut akan berpengaruh secara langsung.
Karena sektor - sektor industri tersebut memiliki
kepekaan yang berbeda-beda dengan perubahan
kondisi pasar. Dalam kondisi yang terjadi dapat
dikaitkan antara situasi dengan perilaku investor dalam
meresponnya. Hal ini sangatlah wajar karena secara
rasional, investor harus memahami peluang dan
ancaman sebelum memutuskan pilihan investasinya,
dan mampu mempertimbangan risiko yang akan
dihadapi.
Besarnya resiko dan tingkat perolehan (return)
investasi memiliki hubungan yang positif atau searah,
atau yang lebih dikenal high risk – high return, yang
artinya semakin tinggi tingkat resiko yang dihadapi
maka semakin tinggi pula return yang diharapkan.
Investor dihadapkan pada bentuk investasi yang
beresiko, maka investor perlu membentuk portofolio
dengan melakukan diversifikasi investasi pada lebih
dari satu saham (Suad Husnan, 1998:47). Dalam pasar
modal investor memiliki kesempatan untuk melakukan
diversifikasi investasi dengan membentuk portofolio,
yang merupakan gabungan dari berbagai investasi,
Perkembangan Indeks Pasar dan Indeks Sektor Industri Periode 2006-2010
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
2006 2007 2008 2009 2010
Pertanian
Pertambangan
Industri dasar dan
kimia
Aneka Industri
Industri Barang
Konsumsi
Properti & Real Estate
Infrastruktur, Utilitas,
dan Trasnsportasi
Keuangan
Perdagangan, Jasa,
dan Investasi
IHSG
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 1, JUNI 2016 ISSN 1979-7044
31
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
dalam bentuk saham sesuai dengan besarnya resiko
yang dapat mereka tanggung serta sesuai dengan return
yang mereka harapkan.
Menurut Markowitz (1952) “Jangan taruh
telur seluruh milikmu dalam keranjang yang sama”,
karena kalau keranjang tersebut jatuh, maka semua
telur yang ada dalam keranjang tersebut akan pecah”.
Maksud dari kiasan ini adalah sebaiknya janganlah
menginvestasikan semua dana yang kita miliki hanya
pada satu aset saja, karena jika aset tersebut gagal,
maka semua dana yang telah diinvestasikan akan
lenyap Karena investor pada umumnya tidak pernah
tahu dengan pasti bagaimana pergerakan suatu produk
investasi dan strategi ini dikenal dengan alokasi asset
atau diversifikasi untuk mengurangi resiko.
Strategi diversifikasi dilakukan dengan
portofolio optimal yang berarti keuntungan diperoleh
dengan diversifikasi pada berbagai investasi, dengan
jumlah sekuritas tertentu yang memiliki return yang
cukup tinggi. Portofolio optimal dicapai dengan
melakukan simulasi pada beberapa sekuritas yang
dinilai efisien dengan menggunakan prosedur
perhitungan tertentu (Sartono dan Zulaihati, 1998).
Untuk membentuk sebuah maupun beberapa portofolio
memerlukan saham-saham pilihan yang akan
dikombinasikan ke dalam portofolio tersebut. Adapun
jumlah saham yang dipilih untuk membentuk
portofolio sangat bervariasi, hal itu tergantung dari
preferensi investor terhadap saham itu sendiri.
Menurut Suad Husnan (2001: 47-49)
menjelaskan bahwa terdapat empat tahapan yang
dilakukan untuk membentuk suatu portofolio. Tahapan
pertama dalam proses tersebut dikenal dengan
membentuk daftar kebijakan investasi (policy
statement). Dalam tahapan ini ditentukan tujuan
investasi dan batasan investasi dimana termasuk resiko
yang dapat ditolerir oleh investor serta tingkat
pengembalian yang diinginkan
Dalam pengelolaan portofolio baik manajer
investasi maupun investor individu akan melakukan
beberapa tahapan. Tahapan terakhir yang sangat
penting bagi manajer investasi maupun investor yaitu
melakukan evaluasi terhadap kinerja portofolio yang
telah disusun sebelumnya (Manurung, 2000). Penilaian
kinerja tersebut ditujukan untuk mengidentifikasi
sumber keunggulan maupun kekurangan dalam
portofolio investasi yang dimiliki. Penilaian kinerja
portofolio ini termasuk sebagai kelanjutan kegiatan
investasi serta sebagai umpan balik serta mekanisme
kontrol yang membuat proses manajemen investasi
lebih efektif (Sharpe, 1995 : 474). Kinerja portofolio
perlu dievaluasi berdasarkan aspek return dan resiko
yang ditanggung (Husnan, 1998:49).
Pengukuran kinerja portofolio dihitung dengan
menggunakan suatu parameter (one parameter
performance measure). Metode pengukuran dengan
menggunakan satu parameter ini mengukur kinerja
suatu portofolio dengan ukuran kinerja tertentu yang
perlu dikaitkan dengan tingkat resiko (risk adjusted)
dan tingkat perolehan (return). Pengukuran yang
dimaksud merupakan evaluasi kinerja yang didasarkan
pada basic risk dan return analysis, termasuk
penentuan ukuran resiko seperti resiko pasar
(systematic risk) dan resiko bisnis (unsystematic risk)
yang secara matematis dirumuskan oleh Sharpe tahun
1966 dan Treynor tahun 1965 terkenal dengan model
Sharpe dan Treynor.
Pedoman yang relevan bagi investor dalam
mengukur resiko dapat dinyatakan dalam standard
deviasi sebagai resiko total serta beta yang merupakan
resiko sistematis (Suad Husnan, 1998 : 465). Standard
deviasi yang dilambangkan sebagai σ digunakan
sebagai variabel pengukur kinerja portofolio dalam
model Sharpe atau Sharpe measure, sedangkan beta
digunakan sebagai variabel pengukur kinerja portofolio
dalam model Treynor atau Treynor measure. Karena
mengukur kinerja portofolio dengan menggunakan
variabel return dan resiko secara bersama-sama,
composite measure dianggap sebagai metode yang
paling relevan untuk mengakur kinerja portofolio.
Disamping itu tujuan penggunaan kedua
model tersebut dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbandingan konsistensi hasil
pengukuran dari masing-masing model dalam
mengukur kinerja portofolio saham di Bursa Efek
Indonesia, sehingga dapat diketahui suatu model yang
dapat digunakan sebagai pedoman bagi investor dalam
mengukur kinerja portofolio saham sebagai suatu
portofolio investasi.
Penelitian ini menggunakan 2 metode
pengukuran yaitu Sharpe dan Treynor. Dari
pengukuran masing-masing model tersebut akan
didapat indeks, dimana indeks ini dipakai sebagai alat
perbandingan antar portofolio yang dapat dibentuk
oleh investor. Dan dalam upaya pembentukan suatu
portofolio saham dalam pemilihan sampel
menggunakan metode Security Market Line (SML)
untuk memilih perusahaan yang layak dijadikan
sampel agar terciptanya portofolio yang optimal. Dan
bagi penulis menganggap bahwa, diantara berbagai
indeks saham di BEI, saham – saham perusahaan yang
berasal dari indeks sektoral yang menarik untuk diteliti.
Karena, mengingat pentingnya peranan sektor-sektor
tersebut bagi perkembangan ekonomi suatu negara
secara keseluruhan, harus diukur dari seberapa jauh
perkembangan pasar modal sebagai sarana yang dapat
menggalang pengerahan dana jangka panjang dari
masyarakat untuk disalurkan ke sektor-sektor yang
produktif.
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 1, JUNI 2016 ISSN 1979-7044
32
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
2. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian komperatif adalah penelitian yang bersifat
membandingkan. (Ety Rochaety, 2007 :17 ).
2.1 Populasi dan Sampel
2.1.1 Populasi
Sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu (Ety Rochaety, 2007
: 35). Populasi dalam penelitian ini adalah saham -
saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan terklasifikasi dalam sektor –
sektor industri selama periode Januari 2008 sampai
dengan Desember tahun 2010 sebanyak 426 saham
perusahaan. Berikut adalah jumlah populasi yang
memenuhi kriteria dalam sektor – sektor usaha yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) :
Tabel 2.1 Jumlah Perusahaan Dan Sektor Industri
yang Terdaftar di BEI
No Sektor Industri Jumlah
Emiten
Sektor-sektor Primer (Ekstraktif)
1 Pertanian (Perkebunan) 15
2 Pertambangan 29
3 Industri Dasar Dan Kimia 61
Sektor-sektor Sekunder (Industri
Pengolahan / Manufaktur)
4 Aneka Industri 40
5 Industri Barang Konsumsi 32
6 Property Dan Real Estate 49
Sektor-sektor Tersier (Industri Jasa /
Non-manufaktur)
7 Infrastruktur, Utilitas, dan
Trasnsportasi 32
8 Keuangan 71
9 Perdagangan, Jasa, dan Investasi 97
Jumlah 426
2.1.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Ety
Rochaety, 2007:35) Sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah sampling purposive yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(umumnya disesuaikan dengan tujuan dan masalah
penelitian). Dalam penelitian ini karakteristik yang
dipilih adalah saham perusahaan yang teraktif dan
menggunakan metode Security Market Line untuk
memilih saham yang layak dijadikan sampel dan
dapat menjadi kombinasi portofolio yang baik.
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam teknik
penentuan sampel yang akan digunakan, dengan
kriteria tertentu yaitu :
1. Sampel saham yang digunakan adalah saham-
saham yang dipilih berdasarkan saham-saham
aktif dan terdaftar pada 50 saham perusahaan aktif
diperdagangkan selama tahun 2008 hingga 2010.
Dengan alasan saham-saham yang selalu aktif
selama 3 periode berturut-turut (Januari 2008 –
Desember 2010) merupakan saham-saham yang
mampu bertahan pada resiko minimal dan banyak
diminati investor. Maka hal ini sebagai salah satu
penilaian kinerja saham sehingga layak dijadikan
sampel dan dapat menjadi kombinasi portofolio
yang baik.
2. Kemudian sampel ditentukan dengan metode
Security Market Line (SML) dengan alasan, agar
diperolehnya saham-saham ini dapat mewakili
penilaian kinerja portofolio saham dimana
penilaian kinerja portofolio dilihat dari dua sisi
yang menghubungkan antara resiko (Beta) dan
tingkat keuntungan (return). Pada sampel
penelitian ini, dilakukan pengamatan terhadap 24
saham perusahaan aktif diperdagangkan (terdaftar
50 saham yang aktif diperdagangkan di BEI)
selama 3 periode secara berturut – turut.
Security Market Line (SML) merupakan
penggambaran secara grafis dari model Capital
Asset Pricing Models (CAPM) yang dimana garis
karakteristik dibentuk dengan menggunakan
excess return dengan mengurangkan masing-
masing return total sekuritas maupun return pasar
dengan return bebas resiko. Dengan demikian
SML dapat dirumuskan sebagai berikut:
( Ri - Rf ) = ( Rm - Rf ) . i
Dalam SML kita akan melihat kinerja saham
perusahaan berdasarkan return dan beta. Beta adalah
satuan untuk mengukur volatilitas return reksa dana
berdasarkan volatilitas return market (dalam hal ini
IHSG). Beta 1 dimiliki oleh market (IHSG), sedangkan
beta C artinya return yang tidak terpengaruh sama
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 1, JUNI 2016 ISSN 1979-7044
33
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
sekali oleh pasar. Dalam riset ini, beta 0 diwakili oleh
risk free (return BI rate satu bulan) yang diasumsikan
tidak akan terpengaruh oleh pergerakan market.Garis
yang ditarik antara risk free dan return market inilah
yang disebut sebagai SML. Berikut adalah Security
Market Line dari saham perusahaan aktif
diperdagangkan selama 3 periode berturut - turut :
Gambar 3.4 Grafik Security Market Line (SML) dari
Saham Perusahaan Aktif Diperdagangkan Selama
2008 - 2010.
SML (Garis Panah Hitam) adalah garis yang
menghubungkan antara return risk free rate dan return
IHSG. Saham yang berada di atas tepat di garis SML
artinya fairly priced atau return yang diberikan sesuai
dengan risiko yang ditanggung. Saham yang berada
dibawah garis SML memberikan return yang kurang
dari seharusnya, artinya untuk risiko yang ditanggung
semestinya return yang diberikan lebih tinggi.
Sedangkan portofolio yang berada di atas garis SML
memberikan return yang lebih dari seharusnya.
Dengan SML ini diharapkan para investor
dapat menilai kinerja saham untuk mengkombinasi
saham portofolio, dan tentunya sedikit banyak menilai
juga kinerja manajer investasi. Berikut ini adalah data
sampel 8 saham perusahaan yang termasuk dalam
fairly priced dan klasifikasi sektor industrinya.
Berdasarkan sampel yang terpilih akan
dikombinasikan kedalam portofolio optimal untuk
diolah dengan mengunakan metode Sharpe measure
dan Treynor measure. Berikut adalah grafik sampel
saham perusahaan yang terpilih dengan menggunakan
security market line (SML), yaitu ;
Tabel 2.2 Sampel Saham Perusahaan yang Terpilih
Dan Klasifikasi Industrinya.
No. Kode Nama
Emiten
Sektor
Industri Simbol
1. BBNI
Bank
Negara
Indonesia
Tbk
Keuangan
A
2. BMRI
Bank
Mandiri
(Persero)
Tbk
B
3. PNLF Panin Life
Tbk C
4. ADRO
Adaro
Energy
Tbk
Pertambangan
D
5. ANTM
Aneka
Tambang
(Persero)
Tbk
E
6. ASRI
Alam
Sutera
Realty Tbk
Properti dan
Real Estate F
7. KLBF Kalbe
Farma Tbk
Industri
Barang
Konsumsi
G
8. PGAS
Perusahaan
Gas
Negara
(Persero)
Tbk
Transportasi,
Utilitas dan
Infastruktur
H
2.2 Variabel Penelitian
Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
Penilaian Kinerja Portofolio.
2.3 Definisi Operasional Variabel
Tabel 2.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Indikator Pengukuran Pengukuran
Operasional
Kinerja
Portoflio Beta ( ) Rasio
Treynor
Measure
Security Market Line
-5,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
-10,00 -8,00 -6,00 -4,00 -2,00 0,00 2,00 4,00
Beta
E(R
i)
IHSG BNBR BUMI BTEL ELTY UNSP ANTM BMRI ENRG
BBNI DEWA ASRI CNKO TRUB ELSA KIJA PGAS TLKM
KLBF BKSL PNLF ADRO WIKA LPKR MIRA
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 1, JUNI 2016 ISSN 1979-7044
34
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
Deviasi
Standar
(σ)
Rasio Sharpe
Measure
2.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan
yaitu melalui pengumpulan data sekunder yang
diperoleh dari dokumentasi publikasi laporan dari BEI
maupun Bank Indonesia. Dan kebutuhan data yang
diperlukan berupa harga - harga saham penutupan
(Clossing Price), indeks harga saham gabungan
(IHSG), dan Bank Indonesia (BI rate). Data–data
lainnya dan data pendukung lainnya diperoleh dari
Jurnal, artikel–artikel pada internet, dan penelitian lain
yang terkait dan relevan dengan penelitian ini.
2.5 Metode Analisis Data
Penelitian ini bertujuan untuk membanding
kinerja portofolio yang diukur dengan menggunakan
metode Sharpe measure dan Treynor measure melalui
pengujian hipotesis menggunakan uji statistik. Adapun
langkah-langkah perhitungan yang akan diambil adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan Return Saham Individual (Ri)
Menghitung return saham individual yang diperoleh
selama periode t (Ri,t) dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut :
Ri = Pt – Rt-1
Rt-1
Keterangan:
Ri = Return realisasi saham i
Pt = Closing price saham i pada hari ke t
Pt-1= Closing price saham i pada hari ke t-1
b. Menentukan Return Market (Rm)
Menentukan return market dihitung menggunakan
persamaan rumus sebagai berikut :
Rm = IHSG t – IHSG t-1
IHSG t-1
Keterangan :
Rm = Return market pada hari i
IHSG (t) = Closing price IHSG pada hari ke t
IHSG (t-1) = Closing price IHSG pada hari ke t-1
Menentukan rata-rata return market ( m), dihitung
menggunakan persamaan rumus sebagai berikut :
E(Rm) = ∑Rm
n
Keterangan :
E(Rm) = Expected return market
Rm = Return Market
n = Jumlah realized return market i
Return Portofolio (Rp)
Menentukan return portofolio saham dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Rp = a.Ra + b.Rb +…….+ n.Rn
Keterangan:
Rp = Tingkat pengembalian portofolio
Ra = Tingkat pengembalian aktiva selama
periode berjalan
n = Berat aktiva pada portofolio (yaitu) aktiva
sebagai bagian dari nilai pasar secara
keseluruhan portofolio
n = Jumlah aktiva pada portofolio
Menentukan rata-rata return portofolio ( p)
saham perbulan, dihitung menggunakan
persamaan rumus sebagai berikut : n
E(Rp) = ∑ Xi. E(Rp)
i=1
Keterangan :
E(Rp)=Tingkat keuntungan yang diharapkan
dari portofolio
Xi = Proporsi dana yang diinvestasikan pada
saham i
E(Ri) =Tingkat keuntungan yang diharapkan dari
saham i Menentukan Risk Free Rate
Risk free rate diwakili oleh BI Rate.
Perhitungan BI Rate didapatkan data persentase BI
Rate 3 tahun secara bulanan yang kemudian dirata-
ratakan. Sedangkan tingkat resiko tidak perlu dihitung,
karena instrumen investasi ini diasumsikan bebas
resiko (risk free rate).
Menentukan Resiko Portofolio Saham
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 1, JUNI 2016 ISSN 1979-7044
35
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
Resiko suatu sekuritas terdiri atas resiko
sistematis dan resiko tidak sistematis. Gabungan resiko
sistematis dan tidak sistematis disebut dengan resiko
total yang diwakili dengan istilah standard deviasi (σ),
sedangkan resiko sistematis diwakili dengan beta (),
yaitu :
Menentukan Standard Deviasi Portofolio (σp)
Untuk menghitung standard deviasi dihitung
menggunakan persamaan berikut ini :
σp = Σ(Ri - i)²
n-1
Keterangan :
σp = Standard Deviasi
Rp = Return portofolio
p = Rata – rata return portofolio
n = Jumlah data return saham i
Menentukan Beta Portofolio (p)
Menentukan beta () yang merupakan
fluktuasi relativ terhadap resiko pasar. Dalam
penelitian ini perhitungan beta () dilakukan dengan
regresi menggunakan SPSS 15.0. caranya dengan
meregresikan excess return masing-masing portofolio
saham (return portofolio saham dikurangi risk free)
dengan excess return market (return market dikurangi
risk free). Secara matematis beta tiap portofolio saham
dapat dihitung dengan rumus persamaan sebagai
berikut :
( Rp - Rf ) = ( Rm - Rf ) . p
Keterangan :
(Rp-Rf) = Excess return portofolio
(Rm-Rf) = Excess return market
p = Beta potofolio saham
Penilaian Kinerja Portofolio
Menilai kinerja portofolio saham dengan menggunakan
metode Sharpe measure dan Treynor measure, yaitu
sebagai berikut :
Menentukan Sharpe Measure
Metode Sharpe measure dirumuskan sebagai berikut :
Spi = p - f
σp
Keterangan :
Spi = Sharpe performance index
p = Rata-rata return portofolio i
f = Rata-rata risk free rate
σp = Standard Deviasi
Menentukan Treynor Measure
Metode Treynor measure dirumuskan sebagai berikut :
Tpi = p - f
p
Keterangan :
Tpi = Treynor performance index
p = Rata-rata return portofolio
f = Rata-rata risk free rate
p = Beta portofolio sebagai tolok ukur resiko
Uji Beda
Untuk menjawab hipotesis penelitian dilakukan
analisis komparasi pada kedua metode penilaian
kinerja portofolio saham yang dievaluasi menggunakan
metode Sharpe measure dan Treynor measure, diuji
secara statistik dengan rumus uji beda dua rata-rata
(Independent Sample T-test). Adapun hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
HO: Tidak terdapat perbedaan antara kinerja
portofolio saham yang dievaluasi
denganmenggunakan metode Sharpe measure
danTreynor measure.
H1:Terdapat perbedaan antara kinerja portofolio
saham yang dievaluasi dengan menggunakan
metode Sharpe measure dan Treynor measure.
Kriteria pengambilan keputusan pada penelitian ini
adalah
Jika probabilitas (Sig) < 0.05, maka HO ditolak.
Jika probabilitas (Sig) > 0.05, maka HO diterima.
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 1, JUNI 2016 ISSN 1979-7044
36
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Perusahaan
3.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
(BEI)
Pada penelitian ini yang dijadikan sebagai
obyek adalah perusahaan yang Go Public yang
listing di BEI. Perusahaan yang dijadikan sampel ini
adalah masing-masing mempunyai kelompok usaha.
Istilah go public menurut Ang (1997) adalah kegiatan
menawarkan saham perusahaan untuk dijual kepada
publik untuk pertama kalinya. Jumlah perusahaan
yang terdaftar di BEJ Januari 2008 sampai dengan
tahun Desember 2010 adalah sebanyak 426 emiten,
yang terdiri dari berbagai macam industri.
Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian
ini masing-masing mempunyai group atau kelompok
dalam usahanya, manufaktur maupun
nonmanufaktur. Perusahaan manufaktur adalah
perusahaan yang usahanya mengolah bahan baku
menjadi barang jadi, seperti: tobacco (rokok), cement
(semen), textile (kain), pharmaceutical (farmasi).
Perusahaan non manufaktur adalah perusahaan yang
usahanya tidak mengolah bahan baku menjadi barang
jadi seperti plantation (tanaman), fishery
(perikanan), forestry (kehutanan), minning
(pertambangan), bank (perbankan),
telecommunication (telekomunikasi), tranportation
(transportasi). Dan di BEI terdapat 10 sektor industri
yang terdiri dari (1) Keuangan, (2) Pertambangan,
(3) Aneka Industri, (4) Industri Dasar dan Kimia, (5)
Industri Barang Konsumsi, (6) Properti dan Real
Estate, (7) Infastruktur, Utilitas, dan Transportasi, (8)
Keuangan, (9) Perdagangan, Jasa, dan Investasi, (10)
Manufaktur. Dalam penelitian ini waktu dipilih
selama 3 tahun dan sampel perusahaan yang dipilih
secara konsisten. Sampel tercatat pada daftar 50
saham aktif yang secara tersu – menerus (konsisten)
diperdagangkan di BEI dan dengan sampel dibatasi
menggunakan metode security market line (SML).
Berdasarkan seleksi tersebut selama 3 tahun yaitu
selama tahun 2008 hingga 2010 diperoleh 8 saham
yang layak untuk dipilih. Adapun ke- 8 saham
tersebut adalah :
Tabel 3.1 Saham-saham yang Masuk Dalam
Penelitian
No. Kode Nama Emiten
1. BBNI Bank Negara
Indonesia Tbk
2. BMRI Bank Mandiri
(Persero) Tbk
3. PNLF Panin Life Tbk
4. ADRO Adaro Energy Tbk
5. ANTM Aneka Tambang
(Persero) Tbk
6. ASRI Alam Sutera
Realty Tbk
7. KLBF Kalbe Farma Tbk
8. PGAS
Perusahaan Gas
Negara (Persero)
Tbk
Berdasarkan tabel 3.7 dimana saham
perusahaan yang bergerak dalam sektor industri
keuangan adalah Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk, Bank Mandiri (Persero) Tbk, dan Panin Life
Tbk, kemudian perusahaan yang bergerak dalam
sektor industri pertambangan adalah Adaro Energy
Tbk, Aneka Tambang (Persero) Tbk, perusahaan
yang bergerak dalam sektor industri properti dan real
estate adalah Alam Sutera Reality Tbk, dan
perusahaan yang bergerak dalam sektor industri
transportasi, utilitas dan infastruktur adalah
perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
3.1.2 Gambaran Umum Perusahaan
3.1.2.1 Sektor Keuangan
Bank Negara Indonesia,Tbk (BBNI)
PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk (BNI)
merupakan sebuah bank pemerintah di Indonesia yang
dimana suatu bank komersial tertua dalam sejarah
Republik Indonesia. Bank ini didirikan pada tanggal 5
Juli tahun 1946. Saat ini BNI mempunyai 914 kantor
cabang di Indonesia dan 5 di luar negeri. BNI juga
mempunyai unit perbankan syariah dan BNI
merupakan bank pemerintah pertama di indonesia yang
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dengan memiliki kode saham BBNI yang menandakan
statusnya sebagai perusahaan publik/ terbuka.
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 1, JUNI 2016 ISSN 1979-7044
37
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
Bank Mandiri, Tbk (BMRI)
PT Bank Mandiri (Persero), Tbk merupakan bank
yang berkantor pusat di Jakarta, dan merupakan bank
terbesar di Indonesia dalam hal aset, pinjaman, dan
deposit. Bank ini berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998
sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada
bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu,
Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN),
Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), dan Bank
Pembangunan Indonesia (Bapindo), digabungkan ke
dalam Bank Mandiri.
Panin Financial, Tbk (PNLF)
Panin Life, Tbk adalah perusahaan asuransi jiwa
dengan pengalaman melayani nasabah lebih dari 3
dekade. Berdiri pada tahun 1974 dan mencatatkan diri
di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1983 sebagai
perusahaan public pertama di sektor asuransi jiwa.
Panin Life tergabung dalam Panin Grup yang bergerak
di berbagai sektor Jasa Keuangan, yaitu perbankan,
asuransi jiwa, asuransi umum, pembiayaan dan
sekuritas.
Sektor Pertambangan
PT Aneka Tambang, Tbk (ANTM)
PT Aneka Tambang Tbk, merupakan perusahaan
pertambangan yang sebagian besar sahamnya dimiliki
oleh Pemerintah Indonesia (65%) dan masyarakat
(35%). PT Antam didirikan pada tanggal 5 Juli 1968.
Kegiatan Antam mencakup eksplorasi, penambangan,
pengolahan serta pemasaran dari sumber daya mineral.
Komoditas utama Antam adalah bijih nikel kadar tinggi
atau saprolit, bijih nikel kadar rendah atau limonit,
feronikel, emas, perak dan bauksit. Jasa utama Antam
adalah pengolahan dan pemurian logam mulia serta
jasa geologi.
PT. Adaro Energi Tbk (ADRO)
Perusahaan didirikan pada tahun 2004 sebagai PT.
Adaro Energi (nama perusahaan terdahulu PT. Padang
Karunia), merupakan salah satu perusahaan batubara
(intergrated) di Indonesia yang menguasai dan
memegang kontrol pada persediaan batubara melalui
unit bisnis nya. Peningkatan (intergration) akan
dicapai dengan cara meningkatkan dengan maksimal
cadangan dengan mengkapitalisasi unit bisnis
perusahaan yang terdiri dari penambangan batubara,
kontraktor pertambangan, logistik dan infrastruktur,
perdagangan, dan upgrade batubara yang termasuk
usaha pembangkit.
Sektor Properti Dan Real Estate
PT. Alam Sutera Realty, Tbk (ASRI)
PT. Alam Sutera Realty adalah perusahaan
properti dengan wilayah pengembangan utama seluas
700 hektar di Serpong, Tangerang. Selain itu juga telah
mengakuisisi lebih dari 870 hektar lahan (land bank) di
Pasar Kemis (Tangerang), Cibodas, Cibitung, Cikarang
(Jawa Barat), dan Tanjung Pinang (Riau). Pertama kali
didirikan dengan nama PT Adhihutama Manunggal
pada tahun 1993, dan saat ini sedang membangun 3
mega proyek unggulan yaitu Silkwood Residences
Apartment, gedung perkantoran Alam Sutera Office
Tower, dan Mal Alam Sutera. Kawasan ini diyakini
akan menjadi favorit karena memiliki akses langsung
ke pintu jalan tol Tangerang, serta didukung dengan
segera dibangunnya kampus Binus University Alam
Sutera. Saat ini sekitar 50.48% sahamnya dimiliki oleh
publik.
Sektor Industri Barang onsumsi
PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF)
PT. Kalbe Farma Tbk merupakan perusahaan
multinasional yang memproduksi farmasi, suplemen,
nutrisi dan layanan kesehatan yang bermarkas di
Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun
1966, oleh 6 bersaudara, yaitu Khouw Lip Tjoen,
Khouw Lip Hiang, Khouw Lip Swan, Boenjamin
Setiawan, Maria Karmila, F. Bing Aryanto. PT Kalbe
Farma telah jauh berkembang dari awal mulanya
sebagai usaha farmasi yang dikelola di garasi rumah
pendirinya di wilayah Tanjung Priok Jakarta Utara.
Sektor Transportasi, Utilitas Infastruktur
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
(PGAS)
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk disingkat
PGN (Kode : PGAS ) adalah sebuah BUMN yang
bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas bumi.
Semula pengusahaan gas di Indonesia adalah
perusahaan gas swasta Belanda yang bernama I.J.N.
Eindhoven & Co berdiri pada tahun 1859 yang
memperkenalkan penggunaan gas kota di Indonesia
yang terbuat dari batu bara. Pada tahun 1958
perusahaan tersebut dinasionalisasi dan diubah menjadi
PN Gas yang selanjutnya pada tanggal 13 Mei 1965
berubah menjadi Perusahaan Gas Negara. Tanggal
inilah yang kemudian diperingati sebagai hari jadi PGN
pada tiap tahunnya. PGN kemudian memasuki babak
baru menjadi perusahaan terbuka ditandai dengan
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 1, JUNI 2016 ISSN 1979-7044
38
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
tercatatnya saham PGN pada tanggal 15 Desember
2003 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.2 Hasil Penelitian
3.2.1 Analisis Kinerja Portofolio Saham
Penelitian ini bertujuan menguji apakah
portofolio saham berupa kombinasi saham - saham
yang mewakili masing-masing sektor industri dapat
memberikan kinerja yang layak untuk diinvestasikan.
Kinerja portofolio saham yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan metode sharpe dan
treynor yaitu dengan menguji komponen dari return
portofolio saham, resiko portofolio saham serta beta
portofolio saham sebagai pengukur Indeks Sharpe
dan Treynor. Penelitian ini menggunakan periode
penelitian Januari 2008 hingga Desember 2010
dengan menggunakan data saham akhir bulan.
Saham yang diseleksi berdasarkan kriteria Security
Market Line (SML) didapat 8 perusahaan, yaitu:
Tabel 3.2 Perusahaan Efek yang Terpilih Sebagai
Sampel
Simbol Kode Saham Sektor Industri
Industri
A BBNI
Bank
Negara
Indonesia
Tbk
Keuangan
B BMRI
Bank
Mandiri
(Persero)
Tbk
C PNLF Panin Life
Tbk
D ADRO
Adaro
Energy
Tbk
Pertambangan
E ANTM
Aneka
Tambang
(Persero)
Tbk
F ASRI
Alam
Sutera
Realty Tbk
Property dan Real
Estate
G KLBF Kalbe
Farma Tbk
Industri Barang
Konsumsi
H PGAS Perusahaan
Gas
Negara
Transportasi,
Utilitas,dan
Infastruktur
(Persero)
Tbk
Berdasarkan tabel 3.7 merupakan hasil seleksi
berdasarkan kriteria security market line bahwa saham-
saham yang berada diatas garis security market line
yang memiliki sensitifitas dengan keadaan pasar. Dari
tabel diatas terdapat 5 sektor industri dengan 8 saham
perusahaan yang terdiri dari sektor keuangan terdapat
3 saham perusahaan, sektor pertambangan terdapat 2
saham perusahaan, sektor properti dan real estate
terdapat 1 saham perusahaan, sektor industri barang
konsumsi terdapat 1 saham perusahaan, kemudian
sektor transportasi, utilitas, & infastruktur terdapat 1
saham perusahaan. Mengkombinasi portofolio hanya
dilakukan terhadap sektor-sektor yang berbeda tidak
diperbolehkan kombinasi antara sektor perusahaan
yang sama.
Penelitian ini bersifat membandingkan antara
sektor-sektor yang terpilih dan kombinasi dari 5 sektor
tersebut. Kombinasi sektor perusahaan terhadap 5
saham dari keseluruhan saham sektor tersebut.
Sedangkan untuk kombinasi antar sektor dilakukan
kombinasi antara masing – masing saham dari kelima
sektor tersebut. Dimana 1 saham dari sektor keuangan
dengan 1 saham dari sektor pertambangan, 1 saham
dari sektor properti dan real estate, 1 saham dari sektor
industri barang konsumsi, 1 saham dari sektor
transportasi, utilitas, dan infastruktur, karena 1 saham
saja sudah mewakili sektor tersebut. Kombinasi pada
sektor yang sama tidak diperkenankan karena tidak
akan menurunkan resiko saham dengan kata lain
saham tidak didifersifikasi.
3.2.2 Kombinasi Portofolio Saham
Dibawah ini merupakan kombinasi saham-saham
yang terpilih sebagai sampel yang dimana
mengkombinasikan 1 saham dengan 1 saham lainnya
yang terdapat pada sektor-sektor tertentu. Dengan cara
tersebut didapatkan kombinasi-kombinasi saham
sebagai berikut :
Tabel 3.3 Kombinasi Saham Perusahaan Beserta
Klasifikasi Sektor Industri
Portofolio Simbol
Saham Kode
Sektor
Industri
BBNI Keuangan
ADRO Pertambangan
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 1, JUNI 2016 ISSN 1979-7044
39
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
Kombinasi
1
A, D,
F, G &
H
ASRI Property dan
Real Estate
KLBF
Industri
Barang
Konsumsi
PGAS
Transportasi,
Utilitas, dan
Infastruktur
BBNI Keuangan
ANTM Pertambangan
Kombinasi
2
A, E,
F, G &
H
ASRI Property dan
Real Estate
KLBF
Industri
Barang
Konsumsi
PGAS
Transportasi,
Utilitas, dan
Infastruktur
BMRI Keuangan
ADRO Pertambangan
Kombinasi
3
B, D,
F, G &
H
ASRI Property dan
Real Estate
KLBF
Industri
Barang
Konsumsi
PGAS
Transportasi,
Utilitas, dan
Infastruktur
BMRI Keuangan
ANTM Pertambangan
Kombinasi
4
B, E,
F, G &
H
ASRI Property dan
Real Estate
KLBF
Industri
Barang
Konsumsi
PGAS
Transportasi,
Utilitas, dan
Infastruktur
PNLF Keuangan
ADRO Pertambangan
Kombinasi
5
C, D,
F, G &
H
ASRI Property dan
Real Estate
KLBF
Industri
Barang
Konsumsi
PGAS
Transportasi,
Utilitas, dan
Infastruktur
PNLF Keuangan
ANTM Pertambangan
Kombinasi
6
C, E,
F, G &
H
ASRI Property dan
Real Estate
KLBF
Industri
Barang
Konsumsi
PGAS
Transportasi,
Utilitas, dan
Infastruktur
3.2.3 Return Portofolio Saham.
Dalam perhitungan return portofolio (Rp)
dirumuskan sebagai berikut :
Rp = a.Ra + b.Rb +…….+ n.Rn
Proporsi saham dihitung dengan menggunakan
metode value weigted dengan cara membagi return
saham dengan jumlah return portofolio seperti pada
rumus berikut ini :
= R
∑R
Mencari rata-rata return portofolio perbulan dihitung
menggunakan Microsoft excel melalui fungsi
Average dari masing-masing return portofolio per
bulan. Hasil perhitungan return portofolio saham
(Rp) selama 3 tahun dan rata-rata return portofolio
( p) saham, dapat dilihat pada tabel, sebagai
berikut:
Tabel 3.4 Return Portofolio Saham Periode 2008 –
2010
Jangka Waktu
Return Portofolio (Rp)
1 2 3 4 5 6
200
8 Januari
-
0,12
3
-
0,15
6
-
0,79
7
-
0,70
1
-
0,16
2
-
0,17
7
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 1, JUNI 2016 ISSN 1979-7044
40
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
Februari
-
0,16
5
1,35
4
9,15
0
9,00
6
-
0,56
6
0,35
2
Maret
-
0,18
5
-
0,18
5
-
0,17
9
-
0,18
0
-
0,17
1
-
0,17
5
April
-
0,21
2
-
0,23
1
-
0,21
1
-
0,23
1
-
0,36
8
-
0,42
2
Mei
0,14
0
0,22
0
0,15
3
0,25
5
0,23
8
0,48
3
Juni
-
0,05
2
-
0,04
9
-
0,07
5
-
0,07
1
0,66
8
0,78
6
Juli
0,45
4
-
0,91
0
0,58
4
-
0,45
1
-
0,08
3
-
0,17
9
Agustus
-
0,11
6
-
0,18
6
-
0,09
2
-
0,18
7
-
1,81
3
-
0,50
8
Septembe
r
-
0,22
3
-
0,23
5
-
0,20
5
-
0,22
3
-
0,26
2
-
0,26
9
Oktober
-
0,43
3
-
0,38
9
-
0,41
9
-
0,37
1
-
0,43
5
-
0,39
1
Novembe
r
0,74
7
0,27
7
1,73
2
0,37
7
1,29
5
0,33
7
Desembe
r
0,38
3
0,19
1
0,48
2
0,32
4
-
0,15
3
0,07
4
200
9
Januari
0,35
3
0,15
7
0,45
0
0,26
8
0,44
6
0,26
0
Februari
0,88
5
0,76
2
0,69
9
0,62
1
2,52
6
1,77
2
Maret
0,15
8
1,28
4
0,21
4
0,37
1
0,16
0
0,35
7
April
0,50
5
0,50
3
0,37
0
0,38
1
0,34
7
0,35
9
Mei
0,41
7
0,43
2
0,43
4
0,44
8
0,42
3
0,43
7
Juni
0,27
8
0,13
4
0,29
8
0,13
1
0,29
7
0,13
1
Juli
0,18
9
0,18
8
0,24
7
0,24
5
0,20
6
0,20
4
Agustus
0,17
5
-
0,84
9
-
0,51
7
-
0,80
9
0,21
7
-
0,84
1
Septembe
r
0,06
4
7,70
5
0,09
3
7,65
9
0,20
5
7,53
0
Oktober
-
0,16
9
-
0,09
2
-
0,23
9
-
0,06
6
-
0,17
0
-
0,09
3
Novembe
r
0,14
7
0,36
0
0,39
3
-
0,06
8
0,14
9
0,33
0
Desembe
r
0,07
2
0,06
8
0,05
5
0,05
3
0,05
2
0,05
0
201
0
Januari
0,17
7
0,29
2
0,16
2
0,25
0
0,14
2
0,18
6
Februari
0,35
9
0,34
1
0,45
0
0,42
3
0,55
5
0,51
6
Maret
0,18
3
0,18
7
0,18
4
0,18
8
0,21
6
0,21
7
April
0,22
3
0,23
8
0,22
3
0,24
0
0,23
2
0,24
7
Mei
-
0,13
5
-
0,15
4
-
0,13
3
-
0,15
1
-
0,14
3
-
0,16
2
Juni
0,19
0
0,29
3
0,11
3
0,13
5
1,95
4
-
3,33
6
Juli
0,49
0
0,46
1
0,13
1
0,12
3
0,21
5
0,18
4
Agustus
-
0,09
9
-
0,10
4
-
0,08
7
-
0,09
2
-
0,08
5
-
0,08
9
Septembe
r
0,12
4
0,14
0
0,17
4
0,17
9
0,13
3
0,14
6
Oktober
0,19
5
0,18
9
0,23
1
0,22
1
0,19
4
0,18
9
Novembe
r
0,20
1
0,29
4
0,27
0
0,46
4
0,23
4
0,37
5
Desembe
r
0,32
3
0,70
1
0,14
9
0,14
8
0,14
4
0,14
3
Rata-rata
Return
Portofolio ( p)
0,15
3
0,36
8
0,40
3
0,52
5
0,19
0
0,25
1
3.2.4 Risk Free Rate (Rf)
Dalam menentukan Risk free rate yang digunakan
adalah tingkat suku bunga Bank Indonesia.
Dipilihnya tingkat suku bunga Bank Indonesia satu
bulan didasarkan pada pertimbangan bahwa return
dan resiko saham juga dihitung secara bulanan.
Perhitungan BI rate dapat dirumuskan sebagai
berikut, data tingkat suku bunga diperoleh melalui
rumus :
Rf (t) = BI Rate
12
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 1, JUNI 2016 ISSN 1979-7044
41
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
Hasil perhitungan risk free rate (Rf) selama 3
tahun dan rata-rata risk free rate ( f), dapat dilihat
pada tabel 4, berikut ini :
Tabel 3.5 Risk Free Rate Periode 2008 – 2010
Jangka Waktu Risk Free Rate
(Rf)
2008
Januari 0,007
Februari 0,007
Maret 0,007
April 0,007
Mei 0,007
Juni 0,007
Juli 0,007
Agustus 0,008
September 0,008
Oktober 0,008
November 0,008
Desember 0,008
2009
Januari 0,007
Februari 0,007
Maret 0,006
April 0,006
Mei 0,006
Juni 0,006
Juli 0,006
Agustus 0,005
September 0,005
Oktober 0,005
November 0,005
Desember 0,005
2010
Januari 0,005
Februari 0,005
Maret 0,005
April 0,005
Mei 0,005
Juni 0,005
Juli 0,005
Agustus 0,005
September 0,005
Oktober 0,005
November 0,005
Desember 0,005
Rata-rata Risk Free Rate ( f
) 0,006
Berdasarkan tabel 3.11 Rata-rata risk free rate ( f)
selama periode 2008 hingga 2010 sebesar 0,006 atau
sekitar 0,6%.
3.2.5 Return Market (Rm)
Data return market diperoleh dari perhitungan IHSG
yang mewakili data pasar, diperlukan untuk
menghitung tingkat return market (Rm) :
Rm = IHSG t – IHSG t-1
IHSG t-1
Mencari rata-rata return market perbulan dihitung
menggunakan Microsoft excel melalui fungsi
Average dari masing-masing return market (IHSG)
per bulan. Hasil perhitungan return market (Rm)
selama 3 tahun dan rata-rata return market ( m),
dapat dilihat pada :
Tabel 3.6 Return Market Periode 2008 – 2010
Jangka Waktu Return Market
(Rm)
2008
Januari -0,043
Februari 0,036
Maret -0,101
April -0,058
Mei 0,061
Juni -0,039
Juli -0,019
Agustus -0,060
September -0,154
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 1, JUNI 2016 ISSN 1979-7044
42
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
Oktober -0,314
November -0,012
Desember 0,092
2009
Januari -0,017
Februari -0,035
Maret 0,116
April 0,201
Mei 0,113
Juni 0,057
Juli 0,146
Agustus 0,008
September 0,054
Oktober -0,040
November 0,020
Desember 0,049
2010
Januari 0,030
Februari -0,024
Maret 0,090
April 0,070
Mei -0,059
Juni 0,042
Juli 0,053
Agustus 0,004
September 0,136
Oktober 0,038
November -0,029
Desember 0,049
Rata-rata Return Market
( m) 0,013
Berdasarkan tabel 4.12 Besarnya rata-rata return
market ( m) selama periode 2008 hingga 2010 yaitu
sebesar 0,013 atau sekitar 1,3 %.
3.2.6 Standard Deviasi Portofolio (σp)
Standard deviasi adalah standar yang digunakan
untuk menghitung total resiko dari suatu portofolio.
Standard deviasi mengukur simpangan return
(actual return) dari apa yang diharapkan (expected
return). Dengan kata lain yang diukur adalah
volatilitas dari return, standard deviasi dihitung
menggunakan program komputer Microsoft Excel
dengan fungsi STDV melalui cara melihat simpangan
baku dari setiap return tiap bulannya. Atau dengan
rumus sebagai berikut :
SD(Rp) = √ var (Rp)
Hasil perhitungan standard deviasi suatu portofolio
(σp) saham selama periode 3 tahun, dapat dilihat
pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 3.7 Standard Deviasi Portofolio Saham Periode
2008 – 2010
No Portofolio Simbol
Standard
Deviasi
(σp)
1 Kombinasi
1
A, D, F, G
& H 0,281
2 Kombinasi
2
A, E, F, G
& H 1,337
3 Kombinasi
3
B, D, F, G
& H 1,555
4 Kombinasi
4
B, E, F, G
& H 1,953
5 Kombinasi
5
C, D, F, G
& H 0,689
6 Kombinasi
6
C, E, F, G
& H 1,441
3.2.7 Beta Portofolio (β)
Beta portofolio dihitung dengan melakukan regresi
antara premi return portofolio sebagai variabel
dependen dan premi return market sebagai variabel
independen. Perhitungan beta juga dapat dilakukan
dengan regresi menggunakan SPSS 15.0. Caranya
dengan meregresikan excess return masing-masing
portofolio saham (return portofolio saham dikurangi
risk free) dengan excess return market (return IHSG
dikurangi risk free) :
(Rp - Rf) = (Rm - Rf) . β
Hasil perhitungan beta portofolio (β) selama periode
3 tahun yang diperoleh dengan pengolahan SPSS
15.0, dapat dilihat pada tabel 4, sebagai berikut :
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 1, JUNI 2016 ISSN 1979-7044
43
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
Tabel 3.8 Beta Portofolio Saham Periode 2008 –
2010
No Portofolio Simbol
Beta
Portofolio
p)
1
Kombinasi
1
A, D, F, G &
H 1,547
2
Kombinasi
2 A, E, F, G & H 3,332
3
Kombinasi
3 B, D, F, G & H 2,212
4
Kombinasi
4 B, E, F, G & H 3,446
5
Kombinasi
5 C, D, F, G & H 1,517
6
Kombinasi
6 C, E, F, G & H 2,097
3.2.8 Pengukuran Kinerja Portofolio Saham
3.2.8.1 Pengukuran Kinerja Portofolio
Saham Dengan Metode Sharpe
Measure
Untuk mengukur kinerja portofolio saham
dengan metode Sharpe measure dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :
Rpi = p - f
σp
Hasil dari perhitungan kinerja portofolio saham
dari ke-8 saham dengan metode Sharpe dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.9 Kinerja Portofolio Saham Dengan Metode
Sharpe measure
Portofolio Simbol
Saham ( p) ( f) (σp)
Indeks
Sharpe
Kombinasi
1
A, D, F,
G & H 0,153 0,006 0,281 0,523
Kombinasi
2
A, E, F,
G & H 0,368 0,006 1,337 0,270
Kombinasi
3
B, D, F,
G & H 0,402 0,006 1,555 0,255
Kombinasi
4
B, E, F,
G & H 0,525 0,006 0,953 0,545
Kombinasi
5
C, D, F,
G & H 0,19 0,006 0,689 0,267
Kombinasi
6
C, E, F,
G & H 0,251 0,006 1,441 0,170
Pada tabel 3.15 merupakan perhitungan
penilaian kinerja portofolio saham yang
dievaluasi dengan menggunakan metode Sharpe
measure. Pada metode ini diperoleh kombinasi
portofolio terbaik yaitu pada portofolio
kombinasi 4 (BMRI, ANTM, ASRI, KLBF, dan
PGAS) sebesar 0,545, portofolio kombinasi 1
(BBNI, ADRO, ASRI, KLBF, dan PGAS)
sebesar 0,523, dan portofolio kombinasi 2
(BBNI, ANTM, ASRI, KLBF, dan PGAS)
sebesar 0,270, dan saham-sahamnya berada di
sektor keuangan, pertambangan, property dan
real estate, industri barang konsumsi, dan
transportasi, utilitas, dan infastruktur.
3.2.8.2 Pengukuran Kinerja Portofolio
Saham Dengan Metode Treynor
measure.
Untuk mengukur kinerja portofolio saham
dengan metode Treynor measure dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
Tpi = p - f
p
Adapun hasil perhitungan kinerja portofolio
saham dari ke-6 portofolio saham dengan metode
Treynor measure seperti dalam tabel dibawah
ini:
Tabel 3.10 Kinerja Portofolio Saham Dengan Metode
Treynor measure
Portofolio Simbol
Saham ( p) ( f) (βp)
Indeks
Treynor
Kombinasi
1
A, D,
F, G
& H 0,153 0,006 1,547 0,095
Kombinasi
2
A, E,
F, G
& H 0,368 0,006 3,332 0,108
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 1, JUNI 2016 ISSN 1979-7044
44
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
Kombinasi
3
B, D,
F, G
& H 0,402 0,006 2,212 0,179
Kombinasi
4
B, E,
F, G
& H 0,525 0,006 3,446 0,151
Kombinasi
5
C, D,
F, G
& H 0,19 0,006 1,517 0,121
Kombinasi
6
C, E,
F, G
& H 0,251 0,006 2,097 0,117
Pada tabel 3.16 merupakan perhitungan penilaian
kinerja portofolio saham yang dievaluasi menggunakan
metode Treynor measure. Pada metode ini diperoleh
kombinasi portofolio yang terbaik yaitu pada
portofolio kombinasi 3 (BMRI, ADRO, ASRI, KLBF,
dan PGAS) sebesar 0,179, kombinasi 4 (BMRI,
ANTM, ASRI, KLBF, dan PGAS) sebesar 0,151, dan
kombinasi 5 (PNLF, ADRO, ASRI, KLBF, dan PGAS)
sebesar 0,121, dan saham-sahamnya berada di sektor
keuangan, pertambangan, property dan real estate,
industri barang konsumsi, dan transportasi, utilitas, dan
infastruktur.
3.2.9 Perbandingan Kinerja Portofolio Saham
Pengujian terhadap data yang dilakukan dengan uji
analisis independent sampel t-test digunakan untuk
menguji dua rata-rata dari dua sampel yang
independent (tidak terkait). Test tersebut terdapat
dua tahap yaitu :
1. Untuk mengetahui apakah varian variabel
identik atau sama, dilakukan dengan uji levene’s
untuk melihat apakah data memiliki variance
yang sama atau tidak.
2. Analisis uji beda dengan t-test berdasarkan
analisis butir pertama, untuk mengambil suatu
kesimpulan.
Untuk data yang memiliki variance yang sama maka
pengambilan keputusan berdasarkan nilai t-test dan
p-value baris equal variance assumed. Sedangkan
jika data memiliki variance tidak sama maka
pengambilan keputusan berdasarkan nilai t-test dan
p-value baris equal variance not assumed. Level
confidence pada penelitian ini adalah 95% dengan
level toleransi kesalahan adalah 5%.
Kesimpulan akhir analisis pada penelitian ini
diarahkan pada nilai (P-value). Bila nilai p lebih
besar dari batas toleransi 5% berarti hasil analisis
menerima hipotesis nol. Tetapi bila nilai p lebih kecil
dari batas toleransi 5% maka hasil analisis menolak
hipotesis nol.
Dimana hipotesis dalam penelitian ini adalah
Ho : Tidak terdapat perbedaan antara kinerja
portofolio saham yang dievaluasi dengan
menggunakan metode Sharpe measure dan
Treynor measure yang signifikan.
H1 : Terdapat perbedaan antara kinerja portofolio
saham yang dievaluasi dengan menggunakan
metode Sharpe measure dan Treynor
measure yang signifikan.
Dan adapun kriteria pengambilan keputusan yang
diambil adalah :
Jika probabilitas (Sig) < α 0.05, maka HO
ditolak.
Jika probabilitas (Sig) > α 0.05, maka HO
diterima.
Uji T dan uji Levene’s data tiap variabel akan dibahas
berikut ini. Uji ini dilakukan satu persatu agar dapat
diketahui metode kinerja portofolio manakah yang
lebih baik. Dari hasil pengujian uji beda dengan
menggunakan Independent Sampel t-test sebagai
tersebut :
Tabel 3.11 Uji Levene’s
Berdasarkan tabel terdapat dua hasil uji kesamaan
dua rata-rata, yang dimana:
a. Hasil uji Levene’s untuk variabel kedua kinerja
portofolio yang dievaluasi menggunakan
metode Sharpe measure dan Treynor measure
menunjukkan hasil yang signifikan dengan
nilai Sig 0,002 yang lebih kecil dari batas
toleransi 0,05. Hal ini menunjukkan data
variabel kedua kinerja portofolio yang
dievaluasi menggunakan metode Sharpe
measure dan Treynor measure memiliki
variance yang berbeda.
Dan adapun kriteria pengambilan keputusan
yang diambil adalah :
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 1, JUNI 2016 ISSN 1979-7044
45
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
Jika probabilitas (Sig) < 0.05, maka data
berasal dari populasi yang mempunyai
varians tidak serupa (Tidak Homogen).
Jika probabilitas (Sig) > 0.05, maka data
berasal dari populasi yang mempunyai
varians serupa (Homogen).
Tabel 3.12 Uji T
b. Karena hasil kedua mempunyai varians yang
tidak sama atau berbeda, maka pengambilan
keputusan uji beda rata-rata kedua kinerja
portofolio yang dievaluasi menggunakan
metode Sharpe measure dan Treynor measure,
menggunakan nilai t-test equal variances not
assumed. Dari hasil perhitungan didapat nilai
P-value (sig. 2-tailed) sebesar 0,021. Dengan
demikian, menunjukkan bahwa Ho ditolak dan
menerima H1 yang diajukan dan dimana
hipotesis yang diajukan adalah terdapat
perbedaan kedua kinerja portofolio yang
dievaluasi menggunakan metode Sharpe
measure dan Treynor measure.
Kemudian pada tabel group statistik pada kedua
metode tersebut didapat, sebagai berikut :
Tabel 3.13 Group Statistic
Berdasarkan tabel 4.18, Terlihat bahwa diantara kedua
metode kinerja portofolio yaitu Sharpe measure dan
Treynor measure memiliki nilai rata-rata (mean)
masing-masing sebesar 0,3833 dan 0,1285. Hal ini
mengasumsikan metode Sharpe measure lebih tinggi
dibandingkan Treynor measure (0,3833 > 0,1285).
3.2 Pembahasan Pada umumnya Investor yang rasional akan
menginvestasikan dananya dengan memilih saham
yang efisien, yang dapat memberikan return maksimal
dengan resiko tertentu atau return tertentu dengan
resiko minimal. Guna menghindari atau memperkecil
resiko, investor perlu melakukan strategi diversifikasi
atas investasinya dengan membentuk portofolio yang
terdiri dari atas beberapa saham yang dinilai efisien.
Portofolio dikatakan efisien apabila memiliki tingkat
resiko yang sama, mampu memberi tingkat keuntungan
yang lebih tinggi atau mampu menghasilkan tingkat
keuntungan yang sama dengan resiko yang lebih
rendah.
Keuntungan investasi di saham sangat
tergantung pada banyak hal, tetapi yang utama adalah
tergantung pada kemampuan atau strategi investor
dalam mengelola portofolio investasinya serta
kemampuan dalam membaca kondisi pasar dan situasi
perusahaan yang terjadi. Karena suatu perusahaan
dipengaruhi oleh resiko sistematis dan resiko tidak
sistematis. Disamping itu, pengaruh tiap-tiap resiko
tersebut terhadap tiap-tiap perusahaan juga akan
berbeda – beda.
Penilaian kinerja portofolio dengan melibatkan
variabel resiko akan memberikan informasi yang lebih
mendalam tentang sejauh mana suatu return yang
dihasilkan oleh portofolio dikaitkan dengan tingkat
resiko untuk mencapai return tersebut. Pada
perhitungan portofolio dengan menggunakan metode
Sharpe measure dan Treynor measure yang
didalamnya terdapat faktor return dan resiko. Resiko
yang diasumsikan kedalam standard deviasi (σ) dan
Beta (). Portofolio pembentuk dari kedua metode
tersebut mengasumsikan variabel resiko yang berbeda-
beda.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilihat
secara langsung yaitu terdapat perbedaan antara
metode Sharpe measure dan Treynor measure. Hasil ini
diperkuat dengan pengujian secara uji statistik (Uji
beda Independent t-test), dimana hasil uji beda kedua
metode tersebut terdapat perbedaan. Dan dari kedua
metode tersebut diperoleh hasil kinerja portofolio yang
dievaluasi menggunakan metode Sharpe measure
memiliki hasil yang lebih tinggi atau besar
dibandingkan kinerja portofolio yang dievaluasi
menggunakan metode Treynor measure.
Dalam hal ini menunjukkan bahwa investor
maupun manajer investasi dalam melakukan evaluasi
kinerja portofolio dipandang lebih tepat untuk
menggunakan model pengukuran kinerja pada metode
Sharpe measure. Karena, pada metode ini lebih efektif
dalam mengukur atau menilai kinerja portofolio saham
yang dimana dapat meminimalisasi resiko secara
keseluruhan (resiko sistematis dan tidak sistematis)
yang ada pada kombinasi portofolio saham.
Group Statistics
6 ,3383 ,15611 ,06373
6 ,1285 ,03094 ,01263
MetodeSharpe
Treynor
NilaiN Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 1, JUNI 2016 ISSN 1979-7044
46
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
4. KESIMPULAN
Penelitian ini menggunakan metode Sharpe
measure dan Treynor measure dalam menentukan
suatu portofolio yang optimal. Metode Sharpe measure
merupakan metode yang dibentuk dengan excess
premium dibagi dengan standar deviasi (σ) dari kinerja
masing-masing portofolio saham. Sedangkan metode
Treynor measure dibentuk dengan excess premium
dibagi dengan beta () dari kinerja masing-masing
portofolio saham. Dengan memilih saham – saham
teraktif yang diperjual-belikan pada masing-masing
sektor. Dalam penelitian ini untuk pemilihan sampel
digunakan metode Security Market Line (SML) untuk
memilih perusahaan yang layak dijadikan sampel agar
terciptanya portofolio yang optimal.
Dari hasil analisis yang didapat dengan hasil
pembahasan sebagai berikut:
1. Terdapat 6 kombinasi portofolio dari 8 saham
perusahaan yang terdiri dari sektor keuangan,
pertambangan, property dan real estate, industri
barang konsumsi, dan transportasi, utilitas, dan
infastruktur.
2. Berdasarkan hasil analisis metode Sharpe measure
dapat dijelaskan saham individual yang termasuk
dalam kandidat portofolio optimal periode januari 2008
hingga desember 2010 diperoleh 3 kombinasi
portofolio terbaik yang pertama pada kombinasi 4
(BMRI, ANTM, ASRI, KLBF, dan PGAS) sebesar
0,545, kombinasi 1 (BBNI, ADRO, ASRI, KLBF, dan
PGAS) sebesar 0,523, dan kombinasi 2 (BBNI,
ANTM, ASRI, KLBF, dan PGAS) sebesar 0,270 yang
dimana saham-sahamnya berada di sektor keuangan,
pertambangan, property dan real estate, industri
barang konsumsi, dan transportasi, utilitas, dan
infastruktur.
3. Berdasarkan hasil analisis metode Treynor measure
dapat dijelaskan saham individual yang termasuk
dalam kandidat portofolio optimal
periode januari 2008 hingga desember 2010 diperoleh
3 kombinasi portofolio terbaik yang pertama pada
saham kombinasi 3 (BMRI,ADRO, ASRI, KLBF, dan
PGAS sebesar 0,179, kombinasi 4 (BMRI, ANTM,
ASRI, KLBF, dan PGAS) sebesar 0,151, dan
kombinasi 5 (PNLF, ADRO, ASRI, KLBF, dan PGAS)
sebesar 0,121 yang dimana saham-sahamnya berada di
sektor keuangan, pertambangan, property dan real
estate, industri barang konsumsi, dan transportasi,
utilitas, dan infastruktur.
4. Dari kedua metode Sharpe measure dan Treynor
measure terdapat kombinasi portofolio secara optimal
berturut-turut termasuk dalam portofolio kombinasi
terbaik atau yang layak untuk dibeli yaitu saham pada
kombinasi 4 (BMRI, ANTM, ASRI, KLBF, dan
PGAS). Dan dimana saham-saham tersebut termasuk
dalam sektor industri seperti pada sektor keuangan,
pertambangan, property dan real estate, industri
barang konsumsi, dan transportasi, utilitas dan
infastruktur.
5. Berdasarkan hasil uji beda dua rata-rata
(independent sampel t-test) dapat dijelaskan dengan
nilai t-hitung sebesar 3,230 dan nilai probabilitas (Sig)
sebesar 0,021 (< 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan kedua kinerja portofolio yang
dievaluasi menggunakan metode Sharpe measure dan
Treynor measure selama periode penelitian. Hasil dari
kedua rata-rata pada metode, metode Sharpe measure
lebih tinggi dibandingkan Treynor measure (0,3833 >
0,1285).
6. Hasil ini menunjukkan bahwa investor maupun
manajer investasi dalam melakukan evaluasi kinerja
portofolio dipandang lebih tepat untuk menggunakan
model pengukuran kinerja pada metode Sharpe
measure. Karena, pada metode ini lebih efektif dalam
mengukur atau menilai pengukuran kinerja portofolio
saham yang dimana dapat meminimalisasi resiko
keseluruhan (resiko sistematis dan tidak sistematis)
yang ada pada kombinasi portofolio saham.
5. DAFTAR PUSTAKA
Jogiyanto, Hartono, 2010, Teori Portofolio dan
Analisis Investasi, BPFE Yogyakarta,
Yogyakarta.
Ang, Robert. 1997, Pasar Modal Indonesia.Jakarta:
Mediasoft Indonesia.
Husnan, Suad, Dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar –
Dasar Manajemen Keuangan, edisii kelima.
Penerbit UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal & Manajemen
Portofolio, Penerbit Erlangga. Jakarta.
Rochaety, Ety, Ratih Tresnati dan H. Abdul Madjid
Latief. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis
Dengan Aplikasi SPSS. Penerbit Mitra Wacana
Media. Jakarta.
Junanda. 2004. Analisis Perbandingan Return
Reksadana Saham Dengan IHSG Serta
Konsistensi Model Pengukuran Reksadana Saham
DI Bursa Efek Jakarta, Univesrsitas Diponegoro.
Saltian, Yoga. 2006. Analisis Perbandingan Resiko
Dan Tingkat Pengembalian Reksadana Syariah
Dan Reksadana Konvensional, Universitas Islam
Indonesia.
JSX. 2008. Jakarta Stock Exchange, Inc
JSX. 2009. Jakarta Stock Exchange, Inc
JSX. 2010. Jakarta Stock Exchange, Inc
www.dunia investasi.co.id
http://www.bi.go.id/biweb/Templates/Moneter/Defaul
t_Suku_Bunga_ID.aspx