PEDOMAN CSSD

48
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkansemua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat di lakukan dengan proses kimia atau fisika. Rumah sakit sebagai insitusipenyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah resiko terjadi nya infeksi bagi pasien,pengunjung dan petugas rumah sakit.salah satu indicator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendah nya angka infeksi nasokomial di rumah sakit untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu di lakukan pengendalian infeksi di rumah sakit Pusat sterilisasi(CSSD) mempunyai peranan yang sangat penting sekali dalam upaya pengendalian infeksi dan pencegahan terjadi nya resiko bahaya infeksi nosokomial. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada unit penunjang lain nya perlengkapan rumah tangga, pemeliharaan sarana Rumah sakit, sanitasi, dll. Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub unit di atas maka pada akhir nya akan menganggu proses hasil sterilisasi. Untuk melaksanakan tugassterilisasi alat atau bahan di perlukan pengatahuan dan keterampilan yang khusus oleh petugas sterilisasi sehingga mendapat kan hasil yang baik yaitu kondisi alat atau bahan yang steril secara cepat dan tepat dari masing-masing unit lain yang membutuh kannya

description

pedoman cssd

Transcript of PEDOMAN CSSD

Page 1: PEDOMAN CSSD

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk

menghancurkansemua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat di lakukan

dengan proses kimia atau fisika.

Rumah sakit sebagai insitusipenyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah resiko

terjadi nya infeksi bagi pasien,pengunjung dan petugas rumah sakit.salah satu indicator

keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendah nya angka infeksi nasokomial di

rumah sakit untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu di lakukan pengendalian

infeksi di rumah sakit

Pusat sterilisasi(CSSD) mempunyai peranan yang sangat penting sekali dalam upaya

pengendalian infeksi dan pencegahan terjadi nya resiko bahaya infeksi nosokomial. Untuk

melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada unit

penunjang lain nya perlengkapan rumah tangga, pemeliharaan sarana Rumah sakit, sanitasi,

dll. Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub unit di atas maka pada akhir nya akan

menganggu proses hasil sterilisasi.

Untuk melaksanakan tugassterilisasi alat atau bahan di perlukan pengatahuan dan

keterampilan yang khusus oleh petugas sterilisasi sehingga mendapat kan hasil yang baik

yaitu kondisi alat atau bahan yang steril secara cepat dan tepat dari masing-masing unit lain

yang membutuh kannya sehingga resiko infeksi nosokomial terhadap pasien,pengunjung

dan karyawan di RS dapat di cegah sedini mungkin.

B. FALSAFAH

Pusat sterilisasi memberikan pelayanan yang sebaik-baik nya untuk melayani dan membantu

semua unit rumah sakit yang membutuh kan barang dan alat medic dalam kondisi steril.

C. TUJUAN.

Tujuan umum : untuk meningkat kan mutu pelayanan sterilisisi alat dan bahan, guna

menekan kejadian infeksi di rumah sakit.

Tujuan khusus :

1. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi di rumah sakit.

2. Dapat menurun kan angka kejadian infeksi atau infeksi nosokomial di rumah sakit.

3. Dapat meningkat kan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan di rumah sakit

Page 2: PEDOMAN CSSD

4. Untuk mengadakan pengawasan dan control mutu terhadap hasil sterilisasi.

5. Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana memberikan pelayanan pusat

sterilisasi.

D. PENEGERTIAN.

1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru di steril kan gas Etilen Oksida

psirkulasi udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida.

2. AAMI Adalah singkatan dari assosiaation for the advancement of medical.

3. AHA Adalah singkatan dari Amerikan hospital Associatioan.

4. ANTISEPTIK Adalah desinfektan yang di gunakan pada permukaan kulit dan

membran mukosa untuk menurun kan jumblah mikro organism.

5. AUTOCLAVE Adalah suatu alat atau mesin yang di gunakan untuk sterilisasi

dengan mengunakan uap bertekanan.

6. Bacillus stearothemophyulus adalah mikro organism yang dapat membentuk spora

serta resistensi terhadap panas dan di gunakan untuk uji efektifitas sterilisasi uap.

7. Bacillius subtillis adalah mikro organisme yang dapat membentuk spora dan di

gunakan untuk uji efektifitas sterilisasi etilen oksida.

8. Bioburden adalah jumblah mikro organism pada benda terkontaminasi.

9. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumblah pencemar mikroorganisme

atau subtansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut

termasuk perendaman, pencucian, desinfeksi samapai sterilisasi,

10. Disinfeksi adalah proses inaktivasimikroorganisme melalui system termal(panas)

atau kimia.

11. Geogle adalah alat proteksi mata.

12. Indicator adalah alat yang di gunakan untuk dapat menghasil kan suhu tertentu

secara kontiyu untuk menumbuhkan kultur bakteri.

13. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di peroleh di rumah sakit di mana pada saat

masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa inkubasi.

14. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum suntik maupun

pembuluh darah.

15. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.

16. STERILISASI adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora

melalui cara fisika atau kimia.

17. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.

Page 3: PEDOMAN CSSD

18. Termokopel adalah sepasang kabel termo-elektrik untuk mengukur perbedaan suhu

dan di gunakan untuk mengkalibrasi suhu pada mesin sterilisasi.

Page 4: PEDOMAN CSSD

BAB II

PERAN PUSAT STERILISASI DI RUMAH SAKIT

Bahan dan peralatan medic pada umum nya di proses di setiap unit/bagian yang ada

yang ada pada rumah sakit bersangkutan. Kelemahan dengan system ini adalah terjadi nya

duplikasi bahan dan peralatan serta sulit untuk mempertahan kan standar / kualitas yang

terbaik untuk proses dekontaminasi dan sterilisasi.

Dengan semakin berkembang nya prosedur operasi maupun kompleksitas peralatan

medik, maka di perrrlllukan prossses sterilisasi yang tersentralisasi sehingga keseluruhan

proses menjadi lebih efesien, ekonomis, dan keamanan pasien semakin terjamin.

Istilah untuk pusat sterilisasi bervariasi mulai dari central sterile supply

department(CSSD). central service(CS), Central processing Department(CPD) dan lain-

lain. Namun kesemuanya mempunyai fungsi utama yang sama yaitu menyiapkan alat-alat

bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Secara lebih rinci fungsi

dan pusat sterilisasi adalah menerima memproses, memproduksi, mensterilkan.

Menyimpan serta menstribusikan peralatan peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah

sakit untuk kepentingan perawatan pasien.

A. TUJUAN PUSAT STERILISASI

1. Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuh kan kondisi steril, untuk

mencegah terjadi nya infeksi.

2. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta menagulanggi

infeksi nosokomial.

3. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang yang di

hasilkan.

B. TUGAS INSTALASI PUSAT STERILISASI

Tanggung jawab pusat sterilisasi bervariasi tergantung dari besar kecilnya rumah

sakit. Struktur organisasi dan proses sterilisasi. Tugas utama pusat sterilisasi adalah :

1. menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien.

2. Melakukan proses sterilisasi alat / bahan.

Page 5: PEDOMAN CSSD

3. Mendisribusikan alat-alat yang di butuh kan oleh ruangan perawatan, kamar operasi

maupun ruangan lainnya.

4. Berpatisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan efektif secara

bermutu.

5. Mempertahan kan standard yang telah di tetapkan.

6. Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan desinfeksi mau pun sterilisasi

sebagian dari program upaya pengendalian mutu.

7. melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka mencegah dan

mengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian nosokomial.

8. Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan denganm masalah sterilisasi.

9. Mengevaluasi hasil sterilisasi.

C. AKTIVITAS FUNGSIONAL PUSAT STERILISASI

Alur aktivitas fungsional dari pusat sterilisasi secara umum dapat di gambarkan sebagai

berikut :

1. Pembersihan : semua peralatan pakai ulang harus di bersih kan secara baik sebelum di

lakukan proses desinfeksi dan sterilisasi.

2. Pembilasan : pembilasan alat-alat yang telah di gunakan tidak di lakukan di ruang

perawatan.

3. Pengeringan di lakukan sampai kering dengan menggunakan lap yang halus dan

menyerap.

4. Pengemasan : setiap alat bongkar pasang harus di periksa kelengkapannya, sementara

untuk bahan linen harus di perhatikan densitas maksimumnya.

5. Member label : setiap kemasan harus di beri label yang menjelaskan isi dari kemasan,

tanggal dan identitas proses sterilisasi.

6. Pembuatan dan mempersiapkan kassa yang kemudian akan di sterilkan.

7. Sterilisasi : sebaik nya di beri tanggung jawab kepada staf yang terlatih.

8. Penyimpanan : harus di atur secara baik dengan memperhatikan kondisi penyimpanan

yang baik.

9. Distribusi ke ruangan masing-masing.

Page 6: PEDOMAN CSSD

Untuk melaksanakan aktivitas tersebut diatas dengan lancer dan baik sesuai dengan tujuan

pusat sterilisasi maka di perlukan control dan pemeliharaan yang teratur terhadap mesin /

alat sterlisisasi.

D. PRINSIP DASAR OPERASIONAL

1. Setiap rumah sakit harus memiliki pusat sterilisasi mandiri yang mampu memberikan

pelayanan sterilisasi di rumah sakit dengan baik.

2. Memberikan pelayanan sterilisasi bahan dan alat medik untuk kebutuhan unit-unit di

rumah sakit selama 24 jam.

Page 7: PEDOMAN CSSD

BAB III

PENGELOLAAN CSSD DI RUMAH SAKIT

A. PENGERTIAN

Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora melalui

cara fisika atau kimia yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi.

Fungsi pusat sterilisasi (CSSD) adalah : menerima, memproses memproduksi,

mensterilkan, menyimpan, serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di

rumah sakit untuk kepentingan pasien.

1. Prinsip dasar operasional

Memberikan pelayanan sterilisasi dengan sebaik-baik nya bekerjasama dengan

unit lainnya dalam memenuhi kebutuhan alat/bahan yang sterilisas

Memberikan pelayanan bahan/alat medic steril untuk kebutuhan unit-unit di

rumah sakit selama 24 jam.

2. Tujuan pusat sterilisasi (CSSD)

Membantu unit-unit di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril, untuk

mencegah terjadi nya infeksi.

Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta

menangulanggi infeksi nosokomial.

Efesiensi tenga medis/paramedic untuk kegiatan yang berorientasi pada

pelayanan terhadap pasien.

3. Tugas pusat srerilisasi(CSSD)

Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien.

Melakukanproses sterilisasi alatmedis/linen.

Mendistribusikan alat-alat yang di butuhkan di ruangan-ruangan rumah sakit

termasuk kamar opersi,igd,dll.

Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksimaupun sterilisasi

dalam rangka pencegahan dan pengendalian infeksi bersama dengan tim ppi

rumah sakit.

Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah

sterilisasi.

Mengevaluasi hasil sterilisasi.

Page 8: PEDOMAN CSSD

4. Penatalaksanaan pelayanan penyediaan barang steril.

1. Penerimaan alat medis/linen.

Meneria alat medis/linen yang akan di sterilkan dari unut-unit yang ada di rumah

sakit , kemudian di catat di buku sterilisasi dari tungan masing-masing dan di tanda

tangi oleh petugas yang mengantarkan nya.

2. Pencucian

Alat-alat instrument bekas pakai operasi di cuci bersih dengan mengunakan

desinfektan cairan klorin dalam waktu yang cukup lama untuk terjadinya penetrasi

ke dalam sel mikroba dan mendeaktivitasi sel-sel pathogen. Mencuci bersih adalah

proses yang menghilangkansemua partikelyang kelihatan dan hamper semua partikel

yang tidak kelihatan, yang menyiapkan permukaan dari semua alat-alat agar aman

untuk proses desinfeksi dan sterilisasi.

3. Pengemasan dan member label/tanda.

Pengemasan yang di maksud di sini termasuk material yang tersedia untuk fasilitas

kesehatan yang didisain untuk membungkus,pengemasan dan menampung alat-alat

yang pakai ulang untuk sterilisasi,penyimpanan dan pemakaian. Tujuan pengemasan

adalah untuk berperan terhadap keamanan dan efektivitas perawatan pasien yang

merupakan tanggung jawab utama CSSD. Setelah alat/instrument dikemasdi beri

label/tanda (nama runagan, tanggal steril, alat yang di sterilkan).

Prinsip-prinsip pengemasan.

Ada tiga prinsip dasar pengemasan.

1. Sterilisasi harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan kemasan

dan isinya

2. Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan di buka.

3. Harus mudah di buka dan isinya mudah di ambil tanpa menyebabkan

kontaminasi.

Persyaratan bahan pengemasan. pengemasansterilisasi

Sesuai dengan metode sterilisasi yang di pakai. Bahan yang di pakai untuk harus

sesuai dengan proses sterilisasi yang di pilih.

1. Harus tahan terhadap kondisi fisik, seperti suhu tinggi, kelembaban, dan hisapan

pada proses sterilisasi.

2. Udara pada kemasan dan isinya harus bias keluar.

3. Sterilan pada proses uap, EO, atau panas kering harus dapat menyerap dengan

baik pada seluruh permukaan dan serat semua isi dan kemasan.

Page 9: PEDOMAN CSSD

4. Sterilan harus dapat di lepaskan pada akhir siklus sterilisasi.

STERILISASI UAP.

Kemasan steril harus dapat menjaga sterilitas isinya selama masa kadaluarsanya.

Karena pada prinsipnya, tidak bergantung pada waktu melainkan pada kejadian yang

di alami oleh kemasan tersebut.

Tipe-tipe bahan kemasan :

1. KERTAS.

Bahan ini hanya untuk sekali pakai, kebutuhan akan pemakaian kertas di sebab

kan karena duk kain dan handuk tidak tentu kembalinya dari laundry kemungkinan

terjadinya berbulu pada kain. Juga ada keraguan pada kemampuan kain menahan

bakteri, srhingga dicari alternative bahan pembukus lainya.

Criteria kertas yang dapat di gunakan:

Harus tidak tembus air, harus memiliki kekuatan tensile yang tinggi(sangat sukar

di sobek), harus merupakan penahan bakteri yang baik, harus bebas dari bahan

beracun.

Kertas dapat di gunakan sebagai bahan kemasan untuk proses sterilisasi uap danEO.

Tipe kertas yang boleh di pakai untuk sterilisasi:

Kertas kraft yang medical grade, kertas berlaminasi yaitu kiertas yang terdiri dari

tiga lapisan, kertas mentega yang non glaze(7,2kg/rim) bias di pajai untuk sterilissi

uap tetapi mudah robek.

Kertas krep : tidak mudah robrk bias di pakai untuk membungkus sekaligus sebagai

area steril (Duk).

Tape plester indicator kimia harus di lekatkan pada setiap kemasan. Tape ini berubah

warna untuk indentifikasi kemasan yang sudah melalui proses sterilisasi.

2. Kain (linen)

Linena adalah bahan tradisional untuk membungkus alat-alat operasi. Kelebihannya

adalah bias di pakai berulang, murah, kuat pelindung yang cukup baik, mudah di

gunakanbdan sangat baik untuk duk.

Kelemahannya :

- bukan penghalang bakteri yang baik dan mudah menyerap air.

Page 10: PEDOMAN CSSD

- suhu pakai menyebabkan mudah robek.

-perlu di periksa jika ada lobang, sobekan dan kerusakan lainnya.

- pembungkus kain harus bahan muslin berkualitas tinggi dengan spesifikasi. Dan

harus pakai 2 lembar.

- -kain yang tebal seperti kanvas tidak boleh di pakai karena sulit menyerap aup.

- -kain dapat di pakai untuk sterilisasi uap dan EO.

Prosedur dan langkah-langkah pengemasan.

Prosedur pengemasan harus mencakup :

- Nama alat-alat yang akan di kemas.

- Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan dan inspeksi alat-alat, sesuai

instruksi produsen dan spesifikasinya.

- Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang dipakai.

- Tipe dan alat-alat yang akan di kemas.

- Penempatan alat-alat yang tepat dalam kemasan.

- Tipe dan penempatan yang tepat indicator kimia external dan internal, sesuai

dengan kebijakan pengendalian mutu proses pengendalian.

- Metode dan tehnik pengemasan.

- Metode pemberian segel pada setiap kemasan.

- Metode dan penempatan label untuk identifikasi isi kemasan.

- Aplikasi informasi untuk pengendalian mutu, tanggal dan identifikasi petugas

yang menyiapkan.

- Petunjuk untuk penempatan kemasan di dalam sterilisasi.

- Peringatan mengenai waktu pengeringan, waktu pendingin, dan penanganan

setelah proses sterilisasi.

- Informasi mengenai aplikasi pelindung setelah proses sterilisasi terhadap debu,

uap, dll.

- Petunjuk untuk penempatan pada penyimpanan, atau untuk distribusi ketempat

pemakaian.

- Informasi untuk mencegah kemungkinan kontaminasi, misalnya prosedur yang

tepat untuk penyimpanan penanganan kemasan steril, inspeksi segel, dan

metodel yang tepat untuk membuka alat-alat steril.

Page 11: PEDOMAN CSSD

3. Proses sterilisasi

Setelah alat di cuci dan di kemas kemudian di masukkan ke dalam mesin

sterilisasi yaitu mesin autoclave samapai steril autoclave berbunyi menandakan

proses sterilisasi telah selesai, kira-kira memakai waktu satu jam.

4. Penyimanan dan distribusi

Alat kesehatan atau linen yang sudah di sterilkan oleh petugas kamar operasi

disimpan di lemari penyimpanan alat steril dan di distribusikian ke unit-unit yang

membutuhkan alat kesehatan dan linen tersebut dalam kondisi steril.

5. Pencatatan dan pelaporan

Alat /bahan yang disterilkan di catat jumblah setnya, tanggal dan tahun, nama

ruangan petugas yang melakukan sterilisasi di dalam buku pencatatan dan pelaporan

sterilisasi di ruangan.

Pembuangan limbah

Limbah dan hasil proses sterilisasi dibuang ke IPAL RUMAH SAKIT.

Page 12: PEDOMAN CSSD

BAB IV

KETENAGAAN

4.1. Status Kesehatan

Kepada seluruh tenaga/pegawai yang bekerja di pusat sterilisasi Rumah Sakit

dianjurkan sebelum dan pada saat melakukan tugas sehari-hari untuk :

Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik, X ray untuk TBC

Status imunisasi untuk hepatitis B, Tetanus, Typhoid fever.

Laporan mengenai sakit yang dialami selama bekerja di pusat sterilisasi seperti

infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi gastrointestinal, tertusuk jarum

maupun infeksi pada mata.

4.2. Uraian Tugas dan Kualifikasi tenaga

Kualifikasi tenaga yang bekerja di pusat sterilisasi dibedakan sesuai dengan

kapasitas tugas dan tanggung jawabnya, yang dibagi atas tenaga manajer dan teknis

pelayanan sterilisasi.

4.2.1. Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi

Uraian Tugas :

- Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan supply alat medis steril

begi perawatan pasien di Rumah Sakit

- Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan pengembangan

diri/personel lainnya

- Menentukan metoda yang efektif bagi penyiapan dan penanganan alat/bahan

steril.

- Bertanggung jawab agar staf mengerti akan prosedur dan penggunaan mesin

sterilisasi secara benar

- Memastikan bahwa teknik aseptik diterapkan pada saat penyiapan dan

penanganan alat steril baik yang sekali pakai atau pemakaian ulang

- Kerjasama dengan unit lain di Rumah Sakit dan melakukan koordinasi yang

bersifat intern/ekstern

- Melakukan seleksi untuk calon tenaga di pusat sterilisasi, menyiapkan konsep

dan rencana kerja serta melakukan evaluasi pada waktu yang telah ditentukan

- Membuat perencanaan program kerja

- Membuat laporan kinerja CSSD

Page 13: PEDOMAN CSSD

Kualifikasi Tenaga :

- Pendidikan terakhir minimal apoteker atau sarjana kesehatan atau D3 di bidang

kesehatan dengan masa kerja 7 tahun di bidang sterilisasi

- Telah mendapat kursus tambahan tentang prosedur dan teknis pelayanan

sterilisasi

- Telah mendapat kursus tambahan tentang manajemen

- Mengetahui tentang psikologi personel

- Berpengalaman kerja di bagian kamar operasi/sterilisasi

- Mempunyai kemampuan mengajar dan menulis tentang sterilisasi

4.2.2. Kepala Sub Instalasi

Uraian Tugas :

- Bertanggung jawab kepada kepala instalasi pusat sterilisasi

- Bertanggung jawab sebagai Kepala Instalasi pusat sterilisasi apabila Kepala

Instalasi berhalangan hadir

- Membantu Kepala Instalasi dalam pengendalian dan penanganan alat, supervise

langsung, mengajar/merevisi prosedur baru, mengevaluasi staf dan

melaporkannya kepada Kepala Instalasi pusat sterilisasi

- Membuat program orientasi untuk tenaga baru

- Membuat rencana kebutuhan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan masing-

masing sub instalasi.

- Membuat rencana perbaikan dan penggantian alat yang rusak

- Membuat laporan hasil kerja masing-masing sub instalasi kepada kepala instalasi

Kualifikasi Tenaga :

- Pendidikan minimal S3 di bidang kesehatan dengan masa kerja selama 3 tahun di

bidang sterilisasi

- Pernah mengikuti kursus tambahan tentang CSSD

- Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang konsep aktivitas dari sub instalasi

yang dipimpinnya

- Dapat bekerja baik dalam berbagai kondisi

- Kondisi kesehatan baik

Page 14: PEDOMAN CSSD

4.2.3. Penanggung jawab administrasi

Uraian Tugas :

- Bertanggung jawab terhadap Kepala Instalasi

- Membantu Kepala Instalasi dalam penyusunan perencanaan berdasarkan

masukan dari Kepala Sub Instalasi

- Rekapitulasi laporan kegiatan masing-masing sub instalasi

- Menyiapkan keperluan administrasi

Kualifikasi Tenaga :

- Minimal lulusan SMA/SMU/SMEA/sekolah pendidikan perawat atau yang

setara dengan tambahan kursus administrasi

- Dapat melakukan pengetikan dan menggunakan computer

- Rapi dalam menyusun dokumentasi

4.2.4. Staf di Pusat Sterilisasi

Uraian Tugas :

- Bertanggung jawab terhadap kepala sub instalasi

- Tidak alergi terhadap bahan-bahan yang digunakan di pusat sterilisasi

- Dapat mengerti perintah dan menerapkannya menjadi aktivitas

- Dapat menerapkan apa yang sudah diajarkan Mengikuti prosedur kerja/ SOP

yang telah dibuat

- Dapat menjalankan pekerjaan baik dengan perintah langsung maupun tidak

langsung/telephone

- Dapat mengerjakan pekerjaan rutin/berulang-ulang yang relative “

membosankan”

- Dapat menerima tekanan kerja dan kadang-kadang lembur

- Memakai pelindung seperti apron, masker, penutup kepala, sandal khusus dan

sarung tangan

- Memelihara peralatan CSSD, alat dan bahan steril

Kualifikasi Tenaga :

- Harus mengikuti pelatihan CSSD

- Dapat belajar dengan cepat

- Mempunyai ketrampilan yang baik

- “ Personal Hygiene” baik

Page 15: PEDOMAN CSSD

- Disiplin dalam mengerjakan tugas keseharian

4.3. Kompetensi Tenaga

Bahwa tenaga yang bertugas di pusat sterilisasi pada Rumah Sakit harus mampu

untuk memberikan pelatihan teknis tentang pelayanan CSSD di Rumah Sakit

Page 16: PEDOMAN CSSD

BAB V

MONITORING DAN EVALUASI

5.1. Monitoring

Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan proses

sterilisasi dan cakupan program pelayanan proses sterilisasi seawal mungkin, untuk

dapat menemukan dan selanjutnya memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program.

Tujuan monitoring adalah:

1. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau disain dari sistem

pelayanan sterilisasi (bila perlu).

2. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan sterilisasi yang

dilaksanakan di lapangan, sesuai dengan temuan-temuan dilapangan.

3. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian

pelayanan sterilisasi di RS . Monitoring sebaiknya dilakukan sesuai keperluan dan

dipergunakan segera untuk perbaikan program.

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kontrol kualitas adalah :

1. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan.

Setiap item/kemasan yang akan disterilkan harus mencantumkan identitas berupa

nomor lot yang mencakup nomor mesin sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan

keterangan siklus keberapa dari mesin sterilisasi. Pengidentifikasian ini akan

memudahkan pada saat diperlukannya melakukan recall atau penarikan kembali

kemasan yang sudah terdistribusikan.

2. Data mesin sterilisasi.

Untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan informasi berikut harus

didokumentasikan :

- Nomor lot

- Informasi umum kemasan (misal : kemasan linen, atau kemasan instrument)

- Waktu pemaparan dan suhu (kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi)

- Nama operator

- Data hasil pengujian biologis

- Data respons terhadap indikator kimia

Page 17: PEDOMAN CSSD

- Data hasil dari uji Bowie-Dick

Dokumentasi ini akan bermanfaat dalam monitoring proses dan memastikan

bahwa parameter pada setiap siklus proses sterilisasi telah tercapai sehingga

akuntabilitas proses terjamin. Dengan melakukan dokumentasi ini maka

apabila ada barang yang harus ditarik ulang akan menjadi lebih mudah.

3. Waktu Kadaluarsa.

Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang

mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan melakukan rotasi stok,

walaupun kadaluarsa tidak tergantung pada waktu melainkan pada kejadian yang

dialami oleh kemasan tersebut.

5.2. Evaluasi

Setiap kegiatan harus selalu di evaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap

pengemasan, sterilisasi dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka

kinerja dari pengelolaan sterilisasi di RS

Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain :

1. Meningkatkan kinerja pengelolaan sterilisasi RS

2. Sebagai acuan/masukan dalam perencanaan sterilisasi, bahwa barang-barang yang

disterilkan di jamin kesterilannya.

3. Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin-mesin sterilisasi

4. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber

daya manusia.

Page 18: PEDOMAN CSSD
Page 19: PEDOMAN CSSD

BAB VI

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

6.1. Pencegahan Kecelakaan Pada Petugas

Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di lingkungan

CSSD menjadi tanggung jawab petugas CSSD setelah dilakukan pembekalan

terhadap petugas tehadap bahaya-bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan CSSD.

Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang

dapat di timbulkannya. Dengan memperhatikan secara seksama dan melatih teknik-

teknik bekerja secara aman maka resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat di

turunkan secara signifikan.

6.2. Penerimaan Barang Kotor dan Daerah Dekontaminasi

Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun zat-zat kimia di

lingkungan CSSD dapat menyebabkan luka, penyakit dan dalam kondisi yang

ekstrim menyebabkan kematian. Upaya pencegahan dapat di lakukan secara efektif

dengan menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, penutup kepala,

penutup kaki, gaun anti cairan, masker maupun goggle mata. Penyedian alat

pelindung diri menjadi tanggung jawab institusi bersangkutan, tetapi adalah

tanggung jawab petugas CSSD untuk melindungi dirinya dengan menggunakan alat

pelindung diri secara benar.

Penanganan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti pisau, jarum

dll dapat menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada akhirnya dapat

memungkinkan masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh sehingga

menyebabkan terjadinya penyakit

Saran tindakan aman

Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam wadah berisi barang

terkontaminasi tanpa dapat melihat secara jelas isi dari wadah tadi

Page 20: PEDOMAN CSSD

Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual alat-alat, lalu

pindahkan alat/instrument satu persatu. Pastikan agar bagian yang runcing dari

instrument mengarah berlawanan terhadap tubuh kita pada saat transportasi.

Buang sampah benda tajam (jarum suntik, blades) ke dalam wadah yang tahan

tusukan dan tidak dibuang pada tempat sampah biasa.

Pada saat memproses ulang benda tajam pakai ulang, pisahkan dari instrument

lain dan posisikan sedemikian sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya

luka pada petugas lain dengan penanganan normal

Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penanganan zat kimia secara aman, dan

gunakan alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap kulit

dan membran mukosa yang dapat menyebabkan luka bakar kimia

Berhati-hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa

kondisi lantai untuk mencegah terjatuh akibat licin lantai, sebaiknya ada rambu-

rambu peringatan

Pada saat mencuci instrument di dalam sink, perhatikan untuk selalu menggosok

dibawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol yang dapat terhirup

6.3. Penyiapan Proses Sterilisasi dan Daerah Sterilisasi

Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang

sudah mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara menggunakan

mesin sterilisasi secara benar. Dengan demikian maka kemungkinan terjadinya

kecelakaan kerja dapat diperkecil dan upaya untuk menghasilkan barang-barang

steril menjadi lebih terjamin.

Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit

maupun membran mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun

akibat terlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas (sterilisasi uap atau kereta

barang yang panas). Luka bakar elektris, akibat penggunaan instrument/alat listrik.

Luka pada mata akibat cipratan zat kimia sehingga pemakaian alat pelindung mata

diperlukan.

Saran tindakan aman

Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani kereta mesin sterilisasi

atau pada saat berhubungan dengan objek lain bersuhu tinggi

Letakkan kereta mesin sterilisasi diluar daerah lalu lalang petugas CSSD lain

untuk menghindari petugas lain menyentuh kereta yang panas ini.

Page 21: PEDOMAN CSSD

Tindakan hati-hati harus diperhatikan pada saat menggunakan “sealer panas “

dan pemotong kantung sterilisasi (pouches)

Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih

Pengoperasian dan instalasi mesin sterilisasi etilen oksida harus dilakukan

dengan memperhatikan sistem ventilasi dan sistem exhaust yang berhubungan

langsung dengan udara luar (ke luar gedung)

Pada saat memindahkan barang ke dalam cabinet aerasi, petugas harus

menggunakan sarung tangan dan tidak memegang barang dekat dengan tubuh

atau menghisap udara di atas barang yang di pindahkan tersebut

Pada saat memindahkan wadah dari mesin EO ke dalam aerator sebaiknya kereta

ditarik dan tidak di dorong

Setelah barang di masukkan ke dalam kabinet aerasi dan siklus aerasi sudah di

jalankan, maka fase siklus tersebut tidak boleh dihentikan sampai proses aerasi

selesai

Apabila ada petugas yang terpapar dengan EO segera bawa ke ruang gawat

darurat untuk evaluasi lebih lanjut

6.4. Pencegahan Kecelakaan Pada Pasien

Petugas CSSD mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya

kecelakaan pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit sehubungan dengan alat-

alat/instrument yang di gunakan. Melakukan proses dekontaminasi, disinfeksi,

pengemasan, sterilisasi, dan penanganan barang steril secara aseptic dan benar sesuai

dengan SOP yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi petugas untuk mencegah

terjadinya kecelakaan/luka pada pasien. Pasien penerima barang yang belum di uji

kelayakan fungsi dan cara pakainya dapat mengalami komplikasi maupun

penundaan tindakan. Alat-alat terkontaminasi atau on-steril (seperti instrument

bedah) apabila di gunakan pada pasien dapat menimbulkan infeksi nosokomial.

Saran tindakan aman

Lakukan pengujian terhadap instrument/alat sebelum di distribusikan dari CSSD

sesuai dengan petunjuk pabrik dan SOP di CSSD

Pastikan bahwa semua barang telah di dekontaminasi dan bebas dari pengotor,

kerusakan atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan barang /alat

Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat

transportasi menuju daerah dekontaminasi

Page 22: PEDOMAN CSSD

Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisai

mengalami pengujian secara teratur dan dijamin bekerja secara baik

Pastikan bahwa semua komponen instrument berada dalam keadaan lengkap,

dan berfungsi secara normal

Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus

berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian deteksi

udara dalam chamber (sistem mesin sterilisasi uap pre-vakum)

6.5. Penanganan zat-zat kimia di CSSD

Penanganan zat-zat kimia di CSSD sangat perlu di perhatikan mengingat banyak zat

kimia yang digunakan di CSSD bersifat toksik. Apabila penanganannya tidak

dilakukan dengan baik maka dapat membahayakan baik petugas CSSD itu sendiri

maupun pasien

Alkohol

Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60-90 %) digunakan sebagai

desinfektan intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal,

dan virusida.

Tindakan pertolongan

1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik

2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan

oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata

1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena

2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan

sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit

3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit

4. Jangan biarkan korban menggosok mata

5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit

1. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat

2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit

Page 23: PEDOMAN CSSD

3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara

perlahan

Formaldehid

Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bau menyengat. Umumnya

digunakan sebagai disinfektan. Formalin adalah larutan yang mengandung

formaldehid dan methanol dengan kadar bervariasi (biasanya antara 12-15 %)

Bahaya terhadap kesehatan

Dosis toksik : Dosis letal pada manusia secara oral 0,5 - 5 g/kg BB

Akut : 2-3 ppm, rasa gatal pada mata, 4-5 ppm lakrimasi, 10 ppm lakrimasi

berat,10-20 ppm susah bernafas, batuk, terasa panas pada hidung

dan tenggorokan, 50-100 ppm iritasi akut saluran pernafasan

Lambat : Sensitisasi dermatitis

Kronik : Karsinogenik, gangguan menstruasi dan kesuburan pada wanita,

percikan larutan pada mata dapat menyebabkan kerusakan berat s/d

menetap, kornea buram dan buta

Jika tertelan : Menyebabkan luka korosif mukosa gastrointestinal disertai mual,

muntah, perdarahan

Jika terhirup : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi, laringospasme

Kontak kulit : Iritasi pada kulit

Kontak mata : iritasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat menyebabkan kornea

buram dan buta

Tindakan pertolongan

1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik

2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan

oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata

1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena

Page 24: PEDOMAN CSSD

2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan

sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit

3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit

4. Jangan biarkan korban menggosok mata

5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit

1. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat

2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit

3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara

perlahan

4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan

buanglah dalam wadah/plastik tertutup

5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung

tangan, masker, apron

6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal

Pada keracunan formaldehid ringan, perlu dilakukan tindakan berikut:

1. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk

pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 20 cc sekali minum, untuk anak-

anak maksimal 100 ml.

2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif

3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel

dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi

Etilen Oksida

Etilen oksida merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam proses sterilisasi

kimia alat-alat kesehatan, pereaksi dalam sintesa kimia organik terutama dalam

pembuatan etilen glikol, fungisida, dan fumigan bahan makanan dan tekstil

Bahaya utama terhadap kesehatan

Inhalasi : Pemaparan jangka pendek : iritasi, daya cium menurun, dispnea,

nyeri kepala, mengantuk, gejala mabuk, gangguan keseimbangan

tubuh

Page 25: PEDOMAN CSSD

Kontak kulit : Pemaparan jangka pendek : reaksi alergi, kulit terasa panas,

melepuh, frostbite.

Kontak mata : Pemaparan jangka pendek : terasa panas, frostbite, mata berair,

pemaparan jangka panjang : dapat menimbulkan kontak

Tertelan : Pemaparan jangka pendek : terasa panas terbakar, sakit tenggorokan,

mual, muntah,, frostbite, diare, nyeri perut, nyeri dada, nyeri kepala,

sianosis.

Pemaparan jangka panjang : Kerusakan hati, potensial karsinogen

Tindakan pertolongan

1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik

2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan

oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata

1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena

2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan

sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit

3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.

4. Jangan biarkan korban menggosok mata

5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit

1. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat

2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit

3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara

perlahan

4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan

buanglah dalam wadah/plastik tertutup

5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung

tangan, masker, apron

6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal

Page 26: PEDOMAN CSSD

1. Induksi muntah tidak dilakukan (kontra indikasi)

2. Aspirasi dan kumbah lambung tidak dianjurkan

3. Berikan karbon aktif dosis tunggal 1 gr/kg atau dewasa 30-100 gr dan anak-anak

15-30 gr. Cara pemberian : dicampur rata dengan perbandingan 5-10 gr karbon

aktif dengan 100-200 ml air. Dewasa 10 gr tiap 20 menit, anak-anak 5 gr tiap 20

menit

Lisol

Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat,

hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbon kreolin, likresol. Lisol banyak

digunakan sebagai desinfektan rumah tangga untuk membersihkan lantai, kamar

mandi/WC dan untuk menghilangkan bau busuk. Dalam bidang kesehatan digunakan

sebagai larutan antiseptic dengan konsentrasi antara 1-2 %. LDL oral pada manusia

adalah 140 mg/kg.

Bahaya utama pada kesehatan

Pada kulit dan mukosa : Gatal dan mati rasa dan pada keadaan

berulang atau berat : kemerahan, gatal dan luka

bakar

Kronis pada kulit : Eritema, vesikel, dan akhirnya padat

mengalami dermatitis kontak

Pemaparan mata : Iritasi konjungtiva, kornea berwarna putih,

edema palpebra dan iritis, nyeri abdomen,

muntah dan rash. Jika konsentrasi fenol > 5 %

dapat menyebabkan luka bakar pada pada mulut

dan esophagus

Efek pada sistem kardiovaskuler : Hipotensi dan syok

Efek pada ginjal : Urin berwarna gelap karena hemoglobinuri

Efek pada pernafasan : Depresi pernafasan dan gagal nafas

Page 27: PEDOMAN CSSD

Tindakan pertolongan

1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik

2. Berikan terapi suportif berup penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan

oksigenasi dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata

1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena

2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan

sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit

3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit

4. Jangan biarkan korban menggosok mata

5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit

1. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat

2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit

3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara

perlahan

4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan

buanglah dalam wadah/plastik tertutup

5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung

tangan, masker, apron

6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal

1. Segera beri pasien atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk

pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk anak-

anak maksimal 100 ml.

2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif

3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel

dapat di pertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi

Natrium Hipoklorit

Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif

Natrium hipoklorit (Na OCL) 5-10 %. Selain digunakan sebagai pemutih juga

digunakan sebagai disinfektan. Pada konsentrasi > 20 % zat ini bersifat korosif dan

Page 28: PEDOMAN CSSD

bila tertelan akan berbahaya karena jika kontak dengan asam lambung akan

melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup dapat

menyebabkan kerusakan paru-paru

Bahaya utama terhadap kesehatan

1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik

2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan

oksigenasi dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata

1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yan terkena

2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan

sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit

3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit

4. Jangan biarkan korban menggosok mata

5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit

1. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat

2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit

3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan air mengalir minimal 10

menit

4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan

buanglah dalam wadah /plastik tertutup

5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung

tangan, masker, apron

6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal

1. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk

pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk anak-

anak maksimal 100 ml

2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif

3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel

dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.

4. Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antacid

Page 29: PEDOMAN CSSD

6.6 Alat pelindung diri

Instalasi pusat sterilisasi harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti apron

lengan panjang yang tahan terhadap cairan atau karet yang tahan terhadap cairan

kimia heavy-duty, penutup kepala, masker “high-filtration”, dan “tight fitting”gogle,

khususnya dipakai oleh staf saat melakukan prosedur yang memungkinkan

terjadinya cipratan atau kontaminasi dari cairan yang mengandung darah atau cairan

tubuh lainnya. Harus ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi dan

penutup sepatu tahan air yang diperlukan untuk melindungi sepatu dan masker, dan

gogle harus dilepaskan saat meninggalkan ruang dekontaminasi. Sarung tangan,

gaun pelindung, dan gogle harus dicuci setiap hari. Alat pelindung yang dipakai

ulang harus dilaundry setelah setiap pemakaian.

Page 30: PEDOMAN CSSD

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjat kan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat

Nya pedoman Sterilisasi (central sterile supply department) Di Rumah Sakit dapat di

selesaikan tepat pada waktunya.

Buku pedoman sterilisasi (central sterlisasi supply department) di Rumah sakit di

susun sebagai upaya untuk menekan kejadian infeksi healthcare associated infections(HAis)

di rumah sakit serta meningkat kan mutu pelayanan di rumah sakit. Buku ini di harapkan

dapat di pakai oleh menejer rumah sakit dan petugas kesehatan khususnya petugas CSSD

dan tim pencegah dan pengendalian infeksi (PPI) sebagai acuan dalam memberikan

pelayanan sterilisasi di rumah saki.

Pedoman ini akan di evaluasi secara berkala dan akan di perbaiki bila ditemukan hal-

hal yang di anggap sudah tidak sesuai dengan kondisi yang sebenar nya.

Tersusun nya pedoman ini merupakan kerjasama ppi, rumah sakit serta dukungan dari

berbagai pihak.

Untuk itu penyusun ucapkan terima kasih.

Sekayu, November 2015

Penyusun.

Page 31: PEDOMAN CSSD

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.................................................................................................1B. FALSAFAH................................................................................................................1C. TUJUAN ................................................................................................................1D. PENGERTIAN ......................................................................................................2

BAB II PERAN PUSAT STERILISASI DI RUMAH............................................................3

A. TUJUAN PUSAT STERILISASI...............................................................................3B. TUGAS INSTALASI PUSAT STERILISASI............................................................4C. AKTIVITAS FUNGSIONAL PUSAT STERILISASI...............................................4D. PRINSIP DASAR OPERASIONAL...........................................................................5

BAB III PENGELOLAAN CSSD DI RUMAH SAKIT.........................................................5

A. PENGERTIAN ......................................................................................................51. PRINSIP DASAR OPERASIONAL.....................................................................5

2. TUJUAN PUSAT STERILISASI.........................................................................6

3. TUGAS PUSAT STERILISASI (CSSD)..............................................................64. PENATA LAKSANAAN PELAYANAN PENYEDIAAN BARANG STERIL.7

PENERIMAAN ALAT MEDIS ATAU LINEN.......................................7 PENCUCIAN ...........................................................................................7 PENGEMASAN DAN MEMBERI LABEL............................................7 PROSES STERILISASI............................................................................9 PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI.....................................................9 PENCATATAN DAN LAPORAN..........................................................10

BAB IV KETENAGAAN .....................................................................................................11

A. STATUS KESEHATAN............................................................................................11B. URAIAN TUGAS DAN KUALIFIKASI TENAGA.................................................11

1. KEPALA INSTALASI PUSAT STERILISASI..................................................122. KEPALA SUB IN STALASI...............................................................................123. PENANGGUNG JAWAB ADMINISTRASI......................................................124. STAF/PUSAT STERILISASI..............................................................................13

C. KOMPETENSI TENAGA.........................................................................................13

Page 32: PEDOMAN CSSD

BAB V MONITORING DAN EVALUASI..........................................................................14

A. MONITORING .....................................................................................................141. TUJUAN MONITORING....................................................................................142. WAKTU KADALUARSA...................................................................................14

B. EVALUASI .....................................................................................................151. TUJUAN DARI EVALUASI...............................................................................15

BAB VI KESEHATAN DAK KESELAMATAN KERJA (K3)...........................................16

A. PENCEGAHAN KECELAKAAN PADA PETUGAS..............................................16B. PENCEGAHAN KECELAKAAN PADA PASIEN..................................................17C. PENANGANAN ZAT-ZAT KIMIA DI CSSD.........................................................18

1. ALKOHOL .....................................................................................................192. PORMALDEHIT.................................................................................................193. ETILEN OKSIDA................................................................................................214. LISOL .....................................................................................................225. NATRIUM HIPKLORIT.....................................................................................23

Page 33: PEDOMAN CSSD

PEDOMANPUSAT STERILISASI

(CENTRAL STERILE SUPPLY DEPARTENT/CSSD)

DI RUMAH SAKIT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU

Page 34: PEDOMAN CSSD

2015