pbl muskulo sk3.docx

34
1 AIN FITRAH AN 1102014008 1. MM Anatomi Articulatio / Coxae 1.1 Makroskopik 1.2 Mikroskopik 1.3 Kinesiologi 2. MM Fraktur 2.1 Definisi 2.2 Klasifikasi 2.3 Etiologi 2.4 Patofisiologi 2.5 Manifestasi Klinis 2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding 2.7 Tatalaksana 2.8 Komplikasi Prognosis

Transcript of pbl muskulo sk3.docx

Page 1: pbl muskulo sk3.docx

1

AIN FITRAH AN

1102014008

1. MM Anatomi Articulatio / Coxae1.1 Makroskopik1.2 Mikroskopik1.3 Kinesiologi

2. MM Fraktur2.1 Definisi2.2 Klasifikasi2.3 Etiologi2.4 Patofisiologi2.5 Manifestasi Klinis2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding2.7 Tatalaksana2.8 Komplikasi Prognosis

Page 2: pbl muskulo sk3.docx

2

1. MM Anatomi Articulatio / Coxae1.1 Makroskopik

Anatomi Femur

Page 3: pbl muskulo sk3.docx

3

Anatomi Coxae

Anatomi Makro

Illium, bersama ischium dan pubis, membentuk Os Coxae. Mereka bertemu di acetabulum.

Os coxae berartikulasi dengan sacrum pada art. Sacroilliaca dan membentuk dinding antero

– lateral pelvis. Mereka juga saling berartkulasi pada symphisis pubis.

Ciri penting yang terdapat pada permukaan luar Os coxae di regio glutealis adalah:

Page 4: pbl muskulo sk3.docx

4

Illium yang merupakan atasnya yang gepeng, memiliki Crista illiaca. Seluruh crista ini

dapat diraba di bawah kulit. Ia berakhir di depan spina illiaca anterior superior dan di

belakang pada spina illiaca superior posterior.

Permukaan luar illium berobak, cembung di depan dan cekung di belakang. Ia

ditanadai 3 garis lengkung: Linea glutea superior, linea glutea media dan linea glutea

superior.

Ischium berbentuk L, terdiri atas bagian atas yang lebih tebal, corpus dan bagian

bawah yang tipis, ramus. Spina ischiadica major dan minor diubah menjadi foramen

inschiadicum majjor dan minor oleh adalah Lig. Sacrospinale dan Lig. Sacrotuberale.

Pubis dapat dibagi menjadi bagian corpus, ramus superior dan ramus inferior. Corpus

kedua Os pubis saling berartikulasi pada garis tengah ke anterior pada symphisis

pubis, ramus superior menghubungkan illium dan ischium pada acetabulum, dan

ramus inferior menghubungkan ischiadica di bawah foramen obturatorium dan

ditutupi membrana obturatoria.

Pada permukaan luar Os coxae terdapat lekukan yang disebut acetabulum. Bagian ini

berartikulasi dengan caput femoris yang hampir bulat dan membentuk art. Coxae. Tepian

inferior tidak ada dan ditandai oleh incisura acetabuli. Permukaan sendi acetabulum hanya

berupa daerah yang berbentuk tapal kuda dan ditutupi tulangg rwaan hyalin. Dasar

acetabulum bukan bagian sendi dan disebut fossa acetabuli.

1.2 Mikroskopik

Sel tulang dibagi dalam 4 jenis :1. Ostoeprogenitor

Merupakan sel jaringan penyambung yang terdapat pada permukaan tulang, berbentuk kumparan, berwarna pucat, tugas utamanya adalah bereproduksi, menghasilkan sel-sel yang akan terus berproduksi atau berdifferensiasi khusus seperti osteoblas.

2. OsteoblastMemproduksi matriks organik tulang. Osteoblast terdapat pada permukaan balok tulang, disebut daerah osteogenesis.

3. OsteocyteOsteoblast setelah membuat matriks tulang akan terperangkap di dalam matriks menjadi osteosit. Terdapat kanal-kanal kecil menjulur keluar dari lakuna, yaitu kanalikuli yang mengandung cabang sitoplasma osteosit,

4. Osteoclast

Page 5: pbl muskulo sk3.docx

5

Merupakan sel besar berinti banyak,sitoplasma asidofil dengan banyak vakuola, sehingga tampak berbusa.osteoklas aktif berperan dalam destruksi atau absorbsi tulang.

Articulatio coxae tersusun dari tulang rawan hialin.dalam keadaan segar tulang rawan hialin

berwarna putih mengkilap. Tulang rawan hialin tersusun atas sel sel dan matriks tulang

rawan.

Sekitar 40% matriks tulang rawan hialin merupakan kolagen, sisanya adalah substansia

dasar proteoglikan berupa kondrotin sulfat. Matriks tulang rawan hialin bersifat homogen.

Di sekitar lakuna terlihat warna basofil karena konsentrasi proteoglikan bersulfat lebih tinggi

daripada sekitarnya. Daerah ini disebut teritorium. Sedangkan matriks yang terdapat

diantara lakuna satu dan lakuna lainnya lebih terang, disebut interteritorium. Kondrosit

terdapat pada lakuna. Dapat tunggal atau terdiri dari 2, 4, 8 sel isogen. Tulang rawan hialin

dibungkus oleh lapisan perikondrium.

Komponen komponen tulang rawan hialin

Matriks

Komponen penting dari matriks kartilago adalah kondronektin,sebuah makromolekul

Page 6: pbl muskulo sk3.docx

6

yang membantu perlekatan kondrosit pada kolagen matriks. Matriks kartilago yang

tepat ,mengelilingi setiap kondrosit banyak mengandung glikosaminoglikan dan

sedikit kolagen.

Perikondrium

Kecuali pada kartilago sendi,semua kartilago hyalin ditutupi oleh selapis jaringan ikat

padat,perikondrium, yang esensial bagi pertumbuhan dan pemeliharaan tulang

rawan.

Terdiri dari dua lapisan : lapisan fibrosa dan lapisan khondrogenik

Kondrosit

Pada tepian kartilago hyalin, kondrosit muda berbentuk lonjong, dengan sumbu

panjang paralel dengan permukaan. Lebih ke dalam bentuknya bulat, dan dapat

berkelompok hingga 8 sel, kesemuanya adalah hasil dari pembelahan mitosis dari

kondrosit. Kelompok demikian disebut dengan kelompok isogen.

Struktur paling luar dari kartilago Hyalin bagian atas sama dengan dari bawah

masing-masing terdapat selaput perikondrium yang kaya fibroblas. Agak ke tengah

terdapat kondroblas atau sel kartilago muda dalam kapsula kecil dengan sitoplasma

penuh. Makin ke tengah terdapat kondrosit atau sel rawan dewasa dalam

berkelompok seperti bagian paling tengah, kondrosit tampak membentuk kelompok

dua-dua empat-empat, dan disebut kelompok isogen. Tiap kelompok isogen

dikelilingi matriks teritorial dan menampakkan kondrosit dengan sitoplasma

tereduksi, sehingga tampak ruang antara sitoplasma dengan kapsula yang disebut

lakuna. Antara dua kelompok isogen dipisahkan oleh matriks interteritorial.

Penulangan Interkartilaginosa / EndokondralSebagian besar tulang terbentuk melalui proses penulangan endrokondral. Kerangka dari tulang rawan hialin ini terbentuk melalui pertumbuhan interstitial dan aposisional dari tulang rawan. Pusat pertulangan mula-mula timbul di daerah diafisis. Pada tempat ini terjadi hipertrofi kondrosit, sementara itu terjadi kalsifikasi matriks disertai disintegrasi kondrosit yang kemudian mati. Disaat bersamaan terjadi perubahan pada perikondrium. Dengan perubahan lingkungan sel perikondrium berubah menjadi osteogenik, sel bagian dalam berubah menjadi sel osteoprogenitor untuk selanjutnya berdiferensiasi menjadi osteoblas. Daerah yang tadinya merupakan tulang rawan berubah menjadi pusat penulangan. Daerah tulang rawan pada penulangan endokondral dapat dibagi menjadi

Page 7: pbl muskulo sk3.docx

7

beberapa zona, yaitu : 1) zona istirahat/resting, 2) zona proliferasi, 3) zona maturasi, 4) zona pengapuran/kalsifikasi, 5) zona degenerasi dan 6) zona penulangan/ossifikasi.

Remodeling TulangRemodeling tulang (peremajaan tulang) adalah sebuah proses seumur hidup di mana sel-sel tulang tua dihapus dari tulang dan diganti dengan sel-sel tulang baru. Ada dua tahap, reabsorpsi dan pembentukan, yang perlu keseimbangan hati-hati untuk menjaga kekuatan tulang. Dengan menopause, reabsorpsi tulang lebih besar dari pembentukan tulang, aktivitas osteoblast tidak dapat bersaing dengan aktivitas osteoklas, dan wanita mulai kehilangan tulangnya lebih cepat.Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan terus menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Osteoklas membuat terowongan ke dalam tulang korteks yang diikuti oleh osteoblas, sedangkan remodeling tulang trabekular terjadi di permukaan trabekular. Pada kerangka manusia, setiap saat sekitar 5% tulang mengalami remodeling oleh sekitar 2 juta unit remodeling tulang. Kecepatan pembaruan untuk tulang adalah sekitar 4% per tahun untuk tulang kompak dan 20% per tahun untuk tulang trabekular.Pada anak dan remaja, aktivitas osteoblas melebihi aktivitas osteoklas, sehingga kerangka menjadi panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas juga melebihi aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang dewasa muda, aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total massa tulang konstan. Pada usia pertengahan, khususnya pada wanita, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas osteoblas dan kepadatan tulang mulai berkurang. aktivitas osteoklas juga meningkat pada tulang. Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominasi aktivitas osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah.

1.3 Kinesiologi

Articulatio Coxae- Tulang : antara caput femoris dan acetabulum- Jenis sendi : enarthrosis spheroidea- Penguat sendi : terdapat tulang rawan pada facies lunata- Ligamentum illiofemorale yang berfungsi mempertahankan art. Coxae tetap ekstensi,

menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak. Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah rotasi interna. Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi dan rotasi externa. Diperkuat juga

Page 8: pbl muskulo sk3.docx

8

oleh ligamnetum transversum acetabuli dan ligamentum capitisfemoris. Bagian bolong disebut zona orbicularis.

- Gerak sendi : Fleksi : M. Illiopsoas, M. Pectineus, M. Rectus femoris, M. Adductoir longus, M.

Adductor brevis, M. Adductor magnus pars anterior tensor fascia latae Ekstensi : M. Gluteus maximus, M. Semitendinosis, M. Semimembrinosus, M. Biceps

femoris caput longum, M. Adductor magnus pars posterior Abduksi : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Priformis, M. Sartorius, M.

Tensor fasciae latae Adduksi : M. Adductor magnus, M. Adductor longus, M. Adductor brevis, M. Gracilis,

M. Pectineus, M. Obturator externus, M. Quadratus femoris Rotasi medialis : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Tensor fasciae latae, M.

Adductor magnus (pars posterior) Rotasi Lateralis : M. Piriformis, M. Obturator internus, Mm. Gamelli, M. Obturator

externus, M. Quadratus femoris, M. Gluteus maximus dan Mm. Adductores

2. MM Fraktur2.1 DefinisiFraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma, baik langsung maupun tidak langsung.

2.2 Klasifikasi

Fraktur secara umum

1. Fraktur Terbuka dan Tertutup

Fraktur Terbuka

Terdapat luka yang menghubungkan antara tulang fraktur dengan dunia luar.Terbagi

menjadi tiga grade (Gastylo & Anderson):

a) Grade I dengan luka bersih panjangnya kurang dari 1cm

b) Grade II luka lebih luas dengan tanpa kerusakan jaringan luak yang ekstrem

c) Grade III luka yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan

yang paling berat

Fraktur Tertutup

Tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar

2. Fraktur Komplit dan Inkomplit

Page 9: pbl muskulo sk3.docx

9

Fraktur Komplit

Garis patah melalui seluruh penampang tulang

Fraktur Inkomplit

Patah terjadi hanya di sebagian garis tulang.

a) Green Stick fraktur dimana salah satu sisi tulang patah dan lainnya

membengkok

b) Hairline Fracture patah retak rambut

c) Buckle Fracture/ Torus Fracture terjadi lipatan dari korteks dengan kompresi

tulang spongiosa dibawahnya, umumnya terjadi pada distal radius anak.

3. Berdasarkan Jumlah Garis Patahan

Fraktur Komunitif

Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan

Fraktur Segmental

Garis patah lebih dari satu tetapi tidak saling berhubungan

Page 10: pbl muskulo sk3.docx

10

Fraktur Multiple

Garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempat

4. Bergeser dan Tidak Bergesernya

Fraktur Displace (Bergeser)

Terjadi pergeseran fragmen tulang yang disebut juga dislokasi fragmen

a) Dislokasi ad longitudinam cum contractinoum pergeseran searah sumbu

“overlapping”

b) Dislokasi ad axim pergeseran membentuk sudut

c) Dislokasi ad latus pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh

Fraktur Un-displace

Garis patahan komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser

5. Bentuk Garis Patahan

Transversal

Fraktur sepanjang garis tengah tulang

Oblique

Fraktur menyerong

Angulasi

Fraktur membentuk sudut

Spiral

Fraktur memuntir sepanjang batang tulang

Page 11: pbl muskulo sk3.docx

11

Patahtulangavulsi

Disebabkanolehkontraksiotot yang kuat, sehinggamenarikbagiantulangtempat

tendon otottersebutmelekat.Paling seringterjadipadabahudanlutut,

tetapibisajugaterjadipadatungkaidantumit.

Impaksi

Fraktur dimana fragmen tulang terdorong kef ragmen tulang lainnya

Fraktur kolum femoris

1. Fraktur Intrakapsuler dan Ekstrakapsuler

Fraktur Intrakapsuler

Terletak di daerah collum femur

a) Subcapital retak di antara caput dan collum

b) Transcervikal retak di daerah collum

Fraktur Ekstrakapsuler

Page 12: pbl muskulo sk3.docx

12

Terletak di daerah trochanterica

a) Fraktur basis collum femur

Pada umumnya di kepustakaan pembagian klasifikasi fraktur collum femur berdasarkan:

1. Lokasi Anatomi

Lokasi subcapital

Lokasi transcervikal

Lokasi basis collum femur

2. Berdasarkan arah sudut menurut Pawel

Tipe I sudut 30º

Tipe II sudut 50 º

Tipe III sudut 70 º

3. Berdasarkan dislokasi menurut Garden

Garden I incomplete

Garden II fraktur collum femur tanpa dislokasi

Garden III fraktur collum femur dengan sebagian dislokasi

Garden IV fraktur collum femur dengan dislokasi total

Trauma tulang femur

1. Fraktur Shaft Famur

a. Desifinisi : Fraktur femur adalah diskontinuitas (fraktur) pada tulang femur yang

mengenai bagian shaft atau diafise tulang femur

b. Klasifikasii (Winguist)

Grade 0 : noncomminuted (transverse, pblique, spinal)

Grade 1 : patahan small fragment

Page 13: pbl muskulo sk3.docx

13

Grade 2 : patahan fragment besar < 50% dari kortex

Grade 3 : patahan fragment besar > 50 dari kortex

Grade 4 :Kominutifmenghalangikontrakantara fragment proximal dan distal (Rockwood)

1. Simple : - spinal

- oblique

- transverse

2. Butterfly fragment : - single

- 2 Fragments

- > 3 fragments

3. Comminuted/ segmental : - 1 segment

- short commnunition

- large commnunition

2. Fraktur supracondilar femur

a. Definisi : adalah faktur yang mengenai daerah proksimal kondilus femur sampai

pembatasan metafise dan diafase

b. Klasifikasi :

1. Undisplaced

2. Impactes

3. Displaced : transverse, oblique, komunitif

Page 14: pbl muskulo sk3.docx

14

3. Fraktur supra dan intercondylar femur (fraktur intra artikuler)

a. Definisi : adalahfraktur yang mengenaikondilus femur, sendilututdansuprakondilus

b. Klasifikasi : (Neer’s classification)

Fraktur oblique atau komunitif dengan garis fraktur melewati sendi sering disebut T atau

Y fracture

4. Fraktur kondilus femur

a. Definisi : adalah fraktur isolated pada kondilus femur

b. Klasifikasi :

1. Sagittal

2. Coronal

3. Kombinasi sagital dan coronal

5. Fraktur Intertrochanter

a. Definisi :

Adalah fraktur yang terjadi dalam sepanjang garis antara trochanter major dan minor

b. Klasifikasi :

Menurut Boys dan Grivin (berdasarkan mudahnya dalam memperoleh dan

mempertahankan reduksi)

Tipe I : fraktur disepanjang garis intertrochanter non displaced

Tipe 2 : fraktur komunitif dengan multiple fraktur pada korteks

Tipe 3 : pada dasarnya fraktur subtrochanter, dengan paling sedikit satu fraktur lewat

diproximal dan distal/di trochanter minor.

Tipe 4 : fraktur trochanter dan shaft proximal dengan paling sedikit dua bidang

Page 15: pbl muskulo sk3.docx

15

2.3 Etiologi Trauma Langsung

Benturan pada tulang yang mengakibatkan fraktur di tempat tersebut. Contoh :

benturan pada lengan bawah menyebabkan patah tulang radius dan ulna.

Trauma Tidak Langsung

Tulang mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area benturan. Contoh : jatuh

bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula/ radius distal patah.

Fraktur Patologis

Fraktur yang disebabkan oleh trauma yang sedikit atau tanpa trauma. Contoh : pada

orang dengan osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang, dan tumor tulang..

2.4 Patofisiologi

Fraktur terjadi ketika tulang mendapatkan energi kinetik yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Pada saat terjadi fraktur periosteum, pembuluh darah sumsum tulang dan daerah sekitar ajringan lunak akan mengalami gangguan. Sementara itu pendarahan akan terjadi di bagian ujung dari tulang yang patah serta dari jaringan lunak (otot) terdekat.Hematoma akan terbentuk pada medulary canal antara ujung farktur dengan bagian dalam dari periosteum. Jaringan tulang akan segera baerubah menjadi tulang yang mati. Kemudian jaringan nekrotik ini akan secara intensif menstimulasi terjadinya peradangan yang dikarakteristikkan dengan terjadinya vasodilatasi, edema, nyeri, hilangnya fungsi, eksudasidari plasma dan leukosit, serta in filtrasi dari sel darah putih lainnya. Proses ini akan berlanjut ke pemulihan tulang yang fraktur tersebut.

2.5 Manifestasi Klinis1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai tulang dimobilisasi2. Deformitas disebabkan karena pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai3. Pemendekan tulang terjadi karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah

tempat fraktur4. Krepus, teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan fragmen lainnya5. Pembengakakan lokal dan perubahan warna lokal pada kulit bterjadi sebagai akibat

trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur

Dislokasi dan fraktur dislokasi sendi panggul dibagi dalam 3 jenis :1. Dislokasi Posterior

a. Tanpa frakturb. Disertai fraktur rim posterior yang tunggal dan besar

Page 16: pbl muskulo sk3.docx

16

c. Disertai fraktur komunitif asetabulum bagian posterior dengan atau tanpa kerusakan pada dasar asetabulum

d. Disertai fraktur caput femur2. Dislokasi Anterior

a. Obturatorb. Iliakac. Pubikd. Disertai fraktur caput femur

3. Dislokasi sentral asetabuluma. Hanya mengenai bagian dalam dinding asetabulumb. Fraktur sebagian dari kubah asetabulumc. Pergeseran menyeluruh ke seluruh panggul disertai fraktur asetabulum yang

komunitif

2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding

AnamnesisPada penderita ditemukan riwayat trauma ataupun cedera dengan keluhan bagian dari tungkai tidak dapat digerakkan.

Pemeriksaan Fisik1. Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi,

rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka

2. Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan.

3. Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi – sendi dibagian distal cedera.

Pemeriksaan Penunjang1. X. Ray

Pemeriksaan dengan sinar x harus dilakukan dengan 2 proyeksi yaitu anterior posterior dan lateral, kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari satu tingkat karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil foto sinar – x pada pelvis dan tulang belakang.

2. Pemeriksaan Laboratorium3. Bone scans, Tomogram, atau MRI scans4. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler5. CCT jika banyak kerusakan otot

Diagnosis BandingFraktur collum femur di diagnosis banding dengan kelainan berikut :

1. Osteitis Pubis2. Slipped Capital Femoral Epiphysis3. Sanpping Hip Syndrome

Page 17: pbl muskulo sk3.docx

17

Diagnosa ditegakkan berdasarkan :

1. Anamnesa (Ada tidaknya trauma)

Bila tidak ada riwayat trauma berarti fraktur yang terjadi adalah fraktur patologis.

Jika terjadi trauma, harus diperinci jenis, berat-ringannya trauma, arah trauma, dan

posisi penderita atau ekstrimitas yang bersangkutan (mekanisme trauma).

2. Pemeriksaan Umum

Dicari kemungkinan komplikasi umum, misalnya : shock pada fraktur multiple,

fraktur pelvis, serta tanda-tanda fraktur terbuka terinfeksi.

3. Pemeriksaan status lokalis

1. Look

1. Deformitas

a. Penonjolan yang abnormalitas

b. Angulasi

c. Rotasi

d. Shortning

2. Fungsio laesa (hilangnya fungsi) seperti pada fraktur cruris menyebabkan

tidak bisa berjalan.

3. Warna kulit yang kemerahan atau kehitaman atau hiperpigmentasi

2. Feel (palpasi)

1. Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit

2. Apabila ada pembengkakan, apakah terjadi fruktuasi atau oedema terutama

disekitar persendian

3. Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, dan letak kelainan

3. Move

1. Krepitasi

Terasa krepitasi bila fraktur digerakkan, tp ini bukan cara yang baik dan

kurang halus. Krepitasi timbul oleh pergeseran atau beradunya ujung-ujung

tulang kortikal. Pada tulang spongiosa atau tulang rawan epifisis tidak terasa

krepitasi.

2. Nyeri bila ditekan, baik pada gerak aktif maupun pasif

Page 18: pbl muskulo sk3.docx

18

3. Memeriksa seberapa jauh gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak

mampu dilakukan (ROM)

4. Gerakan yang tidak normal : gerakan yang terjadi tidak pada sendi, misalnya

pertengahan femur bisa digerakkan

4. Pemeriksaan Laboratorium

1. HB dan hematokrit menurun akibat perdarahan

2. Laju endap darah (LED) meningkat pada jaringan rusak yang meluas

3. Kalsiom dan posfat meningkat pada masa penyembuhan

4. Kreatinin meningkat pada trauma yang terjadi pada otot

5. Alkalin posfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan

osteoblastik dalam membentuk tulang.

5. Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskular

akibat fraktur.

LI.5 Memahami dan Menjelaskan pemeriksaan radiologis fraktur

1. Sinar X

Pemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan. Perangkap-perangkap berikut ini harus

dihindari:

- Dua pandangan. Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X

tunggal dan sekurang-kurangnya harus dilakukan dua sudut pandang (anterior-

posterior dan lateral).

- Dua sendi. Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat emngalami fraktur

dan angulasi. Tetapi angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang lain

juga patah, atau suatu sendi mengalami dislokasi. Sendi-sendi di atas dan di

bawah fraktur keduanya harus disertakan pada foto sinar X.

- Dua tungkai. Pada sinar-X tulang anak-anak, epifisis yang normal dapat

mengacaukan diagnosis fraktur. Foto tungkai yang tidak cidera dapat

bermanfaat. Dua cidera kekuatan yang hebat sering menyebabkan cidera pada

Page 19: pbl muskulo sk3.docx

19

lebih dari singkat. Karena itu bila ada fraktur pada calcaneus atau femur, perlu

juga diambil foto sinar-X pada tulang belakang.

- Dua kesempatan. Segera setelah cidera suatu fraktur (misalnya pada skafoid

carpal) mungkins ulit dilihat. Kalau ragi-ragu sebagai akibat resorpbsi tulang,

pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari kemudian dapat menegakkan diagnosis.

2. Pencitraan khusus

Kadang-kadang fraktur atau keseluruhan fraktur tidak nyata pada sinar x biasa.

Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal atau fraktur condylus tibia, ct dan MRI

mungkin merupakan satu-satunya cara untuk menunjukkan apakah fraktur vertebrae

mengancam akan menekan medula spinalis. Sesungguhnya potret transeksional

snagat penting untuk visualisasi. Fraktur secara tepat pada tempat yang sukar

misalnya calcaneus atau acetabulum, dan potret rekonstruksi 3 dimensi bahkan lebih

baik. Scanning radioisotop berguna untuk mendiagnosis fraktur tekanan yang

dicurigai atau fraktur bergeser yang lain.

2.7 Tatalaksana

Terapi Konservatif1. Proteksi2. Immobilisasi saja tanpa reposisi3. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips4. Traksi

Terapi Operatif1. ORIF

Adalah Metode penata pelaksanaan patah tulang dengan cara pembedahan reduksi terbuka dan fiksasi internal dimana insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan ditemukan sepanjang bidang anatomik tempat yang mengalami fraktur, fraktur diperiksa dan diteliti. Fraktur direposisi agar menghasilkan posisi yang normal kembali, sesudah reduksi, fragmen – fragmen tulang dipertahankan dengan alat – alat orthopedi.

Indikasi ORIF : Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi

Page 20: pbl muskulo sk3.docx

20

Excisional ArthroplastyMembuang fragmen yang patah yang membentuk sendiExcisi fragmen dan pemasangan endoprosthesisDilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis MooreFaktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur.

Imoblisasi fragmen tulang Kontak fragmen tulang maksimal Asupan darah yang memadai nutrisi yangbaik Latihan pembebanan untuk tulang panjang Hormon-hormonn pertumbuhan , tiroid, kaisitonon, vitamin D, steroid dan anabolik Potensial listrik pada patahan tulang

Faktor yang menghambat penyembuhan tulang Trauma lokal ekstensif Kehilangan tulang Imoblisasi tak memadai Rongga atau ajaringan diantara fragmen tulang Infeksi Keganasan lokal Penyakit tulang metabolik (paget) Tadiasi tulang (nekrosis radiasi) Nekrosis evakuler Fraktur intraartikuler (cairan senovial mengandung fibrolisin, yang akan melisis bekuan

darah awal dan memperlambat pertumbuhan jendalan) Usia (lansia sembuh lebih lama) Kartikusteroid (menghambat kecepata perbaikan

Penanganan fraktur

Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan pengembalian

fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.

o Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulangpada kesejajarannya dan

rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah reduksi tertutup, traksi dan reduksi

terbuka, yang masing-masing di pilih bergantung sifat fraktur

o Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke posisinya

(ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.

Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi

disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi

internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan

Page 21: pbl muskulo sk3.docx

21

untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang

solid terjadi.

o Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di imobilisasi atau

di pertahankan dalam posisi dan kesejajaranyang benar sampai terjadi penyatuan.

Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau inernal. Fiksasi eksternal

meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinui, pin dan teknik gips atau fiksator

eksternal. Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai bidai

inerna untuk mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur imobilisasi di butuhkan

sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24 minggu, intra trohanterik 10-12 minggu,

batang 18 minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.

o Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya diarahkan pada

penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;

-Mempertahankan reduksi dan imobilisasi

-Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan

-Memantau status neurologi.

-Mengontrol kecemasan dan nyeri

-Latihan isometrik dan setting otot

-Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari

-Kembali keaktivitas secara bertahap.

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur :

-Imobilisasi fragmen tulang.

-Kontak fragmen tulang minimal.

-Asupan darah yang memadai.

-Nutrisi yang baik.

-Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang.

-Hormon-hormon pertumbuhan tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik.

Page 22: pbl muskulo sk3.docx

22

Penatalaksanaan Fraktur

Pengelolaan fraktur secara umum mengikuti prinsip pengobatan kedokteran pada

umumnya, yaitu yang pertama dan utama adalah jangan cederai pasien (primum non

nocere). Cedera iatrogen tambahan pada pasien terjadi akibat tindakan yang salah dan/atau

tindakan yang berlebihan. Yang kedua, pengobatan didasari atas diagnosis yang tepat dan

prognosisnya. Ketiga, bekerja sama dengan hukum alam, dan keempat, memilih pengobatan

dengan memperhatikan setiap pasien secara individu.

Enam prinsip umum pengobatan fraktur

1. Jangan membuat keadaan lebih jelek

2. Pengobatan berdasarkan atas diagnosis dan prognosis yang akurat

3. Seleksi pengobatan dengan tujuan khusus

a. Menghilangkan nyeri

b. Memperoleh posisi yang baik dari fragmen

c. Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang

d. Mengembalikan fungsi secara optimal

4. Mengingat hukum-hukum penyembuhan secara alami

5. Bersifat realistik dan praktis dalam memilih jenis pengobatan

6. Seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individual

Untuk frakturnya sendiri, prinsipnya adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi

semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan fraktur

(imobilisasi). Reposisi yang dilakukan tidak harus mencapai keadaan sepenuhnya seperti

Page 23: pbl muskulo sk3.docx

23

semula karena tulang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan bentuknya kembali

seperti bentuk semula (remodeling/proses swapugar). Kelayakan reposisi suatu dislokasi

fragmen ditentukan oleh adanya dan besarnya dislokasi ad aksim, ad peripheriam, dan kum

kontraktione, yang berupa rotasi, atau perpendekan.

Secara umum, angulasi dalam bidang gerak sendi sampai kurang lebih 20-30 derajat akan

dapat mengalami swapugar, sedangkan angulasi yang tidak dalam bidang gerak sendi tidak

akan mengalaminya. Akan tetapi, rotasi antara 2 fragmen tidak pernah terkoreksi sendiri

oleh proses swapugar. Ada tidaknya rotasi fragmen tidak dapat diketahui dari foto Rontgen,

melainkan harus diketahui dari pemeriksaan klinis. Cara yang termudah untuk memeriksa

rotasi ini adalah dengan membandingkan rotasi anggota yang patah dengan rotasi anggota

yang sehat. Pemendekan anggota yang patah disebabkan oleh tarikan tonus otot sehingga

fragmen patahan tulang berada sebelah menyebelah. Pemendekan anggota atas pada orang

dewasa dan pemendekan pada anggota atas maupun bawah pada anak, umumnya tidak

menimbulkan masalah.

Macam-macam cara untuk penanganan fraktur :

1. Proteksi tanpa reposisi dan imobilisasi

Digunakan pada penanganan fraktur dengan dislokasi fragmen patahan yang minimal atau

dengan dislokasi yang tidak akan menyebabkan kecacatan di kemudian hari. Contoh cara ini

adalah fraktur costa, fraktur clavicula pada anak, dan fraktur vertebra dengan kompresi

minimal.

2. Imobilisasi dengan fiksasi

Dapat pula dilakukan imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap memerlukan imobilisasi

agar tidak terjadi dislokasi fragmen. Contoh cara ini adalah pengelolaan fraktur tungkai

bawah tanpa dislokasi yang penting.

3. Reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi

Page 24: pbl muskulo sk3.docx

24

Ini dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang berarti seperti pada fraktur radius

distal.

4.Reposisi dengan traksi dilakukan secara terus menerus selama masa tertentu, misalnya

beberapa minggu, dan kemudian diikuti dengan imobilisasi. Ini dilakukan pada fraktur yang

bila direposisi secara manipulasi akan terdislokasi kembali di dalam gips. Cara ini dilakukan

pada fraktur dengan otot yang kuat, misalnya fraktur femur.

5. Reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar

Untuk fiksasi fragmen patahan tulang, digunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen

tulang, kemudian pin baja tadi disatukan secara kokoh dengan batangan logam di luar kulit.

Alat ini dinamakan fiksator ekstern.

6. Reposisi secara non operatif diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam pada tulang secara

operatif

Misalnya reposisi fraktur collum femur. Fragmen direposisi secara non-operatif dengan meja

traksi, setelah tereposisi, dilakukan pemasangan pen ke dalam collum femur secara operatif.

7. Reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan pemasangan fiksasi

internal ini dilakukan misalnya pada fraktur femur, tibia, humerus, atau lengan bawah.

Fiksasi interna yang dipakai bisa berupa pen di dalam sumsum tulang panjang, bisa juga

berupa plat dengan sekrup di permukaan tulang. Keuntungan reposisi secara operatif adalah

bisa dicapai reposisi sempurna dan bila dipasang fiksasi interna yang kokoh, sesudah operasi

tidak perlu lagi dipasang gips dan segera bisa dilakukan mobilisasi. Kerugiannya adalah

reposisi secara operatif ini mengundang resiko infeksi tulang.

8. Eksisi fragmen fraktur dan menggantinya dengan prosthesis

Dilakukan pada fraktur collum femur. Caput femur dibuang secara operatif dan diganti

dengan prostesis. Ini dilakukan pada orang tua yang patahan pada collum femur tidak dapat

menyambung kembali.

Page 25: pbl muskulo sk3.docx

25

2.8 Komplikasi 1. Kerusakan nervus skiatik2. Kerusakan pada caput femur3. Kerusakan pada pembuluh darah4. Fraktur diafisis femur

Komplikasi lanjut1. Nekrosis avaskuler2. Miositis osifikans3. Dislokasi yang tidak dapat direduksi4. OsteoarthritisKomplikasi Awal1. Syok : Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah

eksterna maupun yang tidak terlihat) dan kehilangan cairan eksternal ke jaringan yang rusak.

2. Sindrom emboli lemak : pada saat terjadi fraktur, glubola lemak dapat masuk ke dalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dalam aliran darah.

3. Sindrom kompartemen : merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (iskemi, cidera remuk).

Komplikasi lambat1. Delayed union : proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam waktu yang lebih

lama drai perkiraan (tidak sembuh setelah 3-5 bulan)2. Non union : keghagalan penyambungan tulang setelah 6-9 bulan3. Mal union : proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu yang

semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.

Page 26: pbl muskulo sk3.docx

26

Daftar pustaka

Apley, A.G., dan Solomon, L (1995). Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem apley. Alih bahasa;

fr. Edi Nugroho. Jakarta: widya medika

Eroschenko, Victor P. 2010. Tulang Rawan Hialin dalam Atlas Histologi diFiore. EGC. Jakarta.

Simbardjo, Djoko. 2008. Fraktur Batang Femur dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. FKUI.

Jakarta.

www.kuliah-tutorial.com/komplikasi-fraktur.html

www.patienthaandbogen.dk – collum femoris fraktur