PBL gizi (obes 2)

28
Penilaian Status Gizi Dewasa pada Obesitas Devi Melissa* 102010314 Mahasiswi Semester VII FK UKRIDA Jakarta 13 September 2013 PENDAHULUAN Penilaian status gizi merupakan landasan untuk memberikan asuhan gizi yang optimal kepada pasien. Dengan pemberian zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan pasien secara optimal atau dengan upaya pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal atau dengan upaya pemenuhan yang sebaikbaiknya. Penilaian ini mencakup empat komponen : 1. Pengukuran antropometri. 2. Anamnesis riwayat diet/ penilaian keadaan gizi. 3. Pemeriksaan laboratorium (biokimia). 4. Pemeriksaan Jasmani. 1 Keempat faktor ini bersama-sama pemeriksaan medik akan memberikan arah untuk pengembangan rencana asuhan gizi. Data hasil penilaian status gizi ini harus dievaluasi 1

description

abcdjdkjsfjfjknfkjsndfkjnskcnkncjksncjk

Transcript of PBL gizi (obes 2)

Penilaian Status Gizi Dewasa pada Obesitas

Devi Melissa*102010314Mahasiswi Semester VII FK UKRIDAJakarta13 September 2013

PENDAHULUAN

Penilaian status gizi merupakan landasan untuk memberikan asuhan gizi yang optimal kepada pasien. Dengan pemberian zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan pasien secara optimal atau dengan upaya pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal atau dengan upaya pemenuhan yang sebaikbaiknya. Penilaian ini mencakup empat komponen :1. Pengukuran antropometri.2. Anamnesis riwayat diet/ penilaian keadaan gizi.3. Pemeriksaan laboratorium (biokimia).4. Pemeriksaan Jasmani.1

Keempat faktor ini bersama-sama pemeriksaan medik akan memberikan arah untuk pengembangan rencana asuhan gizi. Data hasil penilaian status gizi ini harus dievaluasi ulang secara teratur untuk mendapatkan informasi yang mendalam mengenai kebutuhan gizi tentang masing-masing pasien. Tujuan dari penulisan makalah ini agar dapat bermanfaat untuk teman-teman dalam mengenali penilaian status gizi, terutama pada pasien obesitas, di tambah dengan penanganan terhadap pasien-pasien tersebut. Dalam pembuatan makalah ini tentunya saya menemui beberapa kesulitan baik dalam pengumpulan data, pencarian literatur, maupun waktu yang sangat terbatas yang disediakan. Namun kesulitan- kesulitan tersebut justru tidak menghambat saya untuk dapat menyelesaikan makalah ini, melainkan

*Alamat korespondensi:Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510No telp: (021) 5694-2061, email: [email protected] tersebut menjadi motivasi untuk saya menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

PEMBAHASAN

Anamnesis

Seni membuat anamnesis yang baik termasuk membiarkan pasien menceritakan kisahnya, dan pada waktu yang sama mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada gejala-gejala klinis yang dapat memberikan informasi yang berbuhungan dengan usaha menegakkan diganosis dan menetapkan terapi. Kesabaran mendapatkan anamnesis yang jelas dari kata-kata pasien sendiri dan dalam waktu yang cukup bebas, merupakan bagian penting dalam latihan klinis. Dengan semakin meningkatnya keterampilan seorang klinis, proses diatas dapat dicapai dalam waktu yang relatif pendek. Informasi yang berguna juga dapat diperoleh dari sumber lain seperti, sikap pasien, tingkah laku, emosi dan pakaian.2 Ada dua macam anamnesis yang dilakukan, yaitu;1. Auto = antara dokter dengan pasien (pasien dalam keadaan sadar)1. Allo = antara dokter dengan keluarga pasien (pasien dalam keadaan tidak sadar)

Tujuan dari anamnesis adalah untuk memperoleh informasi, menjalin hubungan baik, dan menjalin kepercayaan dokter dengan pasien.3 Dari skenario kita mendapatkan anamnesis dengan cara auto anamnesis, dimana ada hal yang dapat kita ketahui dan ada hal yang harus kita tanyakan, yaitu;1. Keluhan utama dan keluhan tambahanTidak dapat mengurangi nafsu makan dan ingin menurunkan berat badan.1. Riwayat penyakit sekarang-----1. Riwayat penyakit terdahulu-----1. Riwayat keluarga----- Riwayat socialDisini kita perlu menanyakan mengenai cara kehidupan pasien, misalnya seperti kebiasaan makannya, kehidupan pergaulannya, dan apakah pasien rajin berolahraga atau tidak

Anamnesis diet harus dilakukan bagi semua pasien yang beresiko untuk menderita penyakit yang berhubungan dengan gizi dan pasien yang mendapatkan terapi diet. Melakukan anamnesa riwayat diet ini dilakukan dengan metode food recall dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi dan pada masa lalu. Biasanya recal ini dilakukan untuk beberapa hari yang lalu. Penentuan jumlah hari "recall" ini dilakukan sangat ditentukan keragaman jenis konsumsi antar waktu atau tipe responden dalam memperoleh pangan, sebagai contoh antara petani tanaman pangan akan berbeda dengan pegawai negeri. Urutan waktu makan sehari dapat disusun berupa makan pagi, makan siang, makan malam serta makanan sela atau jajan. Pengelompokan bahan makanan dapat berupa bahan makanan pokok, sumber protein nabati (kacang-kacangan), sumber protein hewani (daging, telur, susu), sayuran, buah-buahan dan lain lain.1

Penaksiran jumlah pangan yang dikonsumsi diawali dengan menanyakan dalam bentuk ukuran rumah tangga (URT) seperti potong, ikat, gelas, piring dan alat atau ukuran lain yang biasa digunakan dirumah tangga. Dari URT jumlah pangan dikonversikan kedalam satuan berat (gram) dengan menggunakan daftar URT yang umum berlaku. Metode ini sering digunakan untuk survei konsumsi individu dibanding keluarga. Metode recall ini dapat 15 digunakan untuk survei konsumsi keluarga bila semua anggota keluarga di wawancarai atau salah seorang keluarga mengetahui tentang konsumsi anggota keluarga yang lainnya, biasanya orang tersebut adalah ibu rumah tangga. Metode mengingat-ingat ini mempunyai kelemahan dalam tingkat ketelitiannya karena keterangan yang diperoleh adalah hasil ingatan responden. Namun kelemahan ini dapat diatasi dengan memperpanjang waktu survei. Keadaan konsumsi pangan dan gizi yang baik ditentukan oleh terciptanya keseimbangan antara banyaknya jenis-jenis zat gizi yang dikonsumsi dengan banyaknya yang dibutuhkan tubuh disertai dengan pendayagunaan biologis yang sebaik-baiknya dari setiap zat gizi yang dikonsumsi tersebut.2

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik seperti biasa kita lakukan mulai dari keadaan umum dengan melihat kesadaran dan keadaan sakit pasien (sakit ringan, sakit sedang, sakit berat) dan dilanjutkan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital, seperti pernafasan, suhu tubuh, denyut nadi, dan tekanan darah. Dari kasus yang kita dapatkan, kita perlu melakukan pemeriksaan antropometri.

Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh (Supariasa, dkk, 2002). Sedangkan sudut pandang gizi, Jelliffe (1966) mengungkapkan bahwa antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan antropometri, khususnya pengukuran berat badan pernah menjadi prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik. Untuk mengkaji status gizi secara akurat, beberapa pengukuran secara spesifik diperlukan dan pengukuran ini mencakup pengukuran berat badan, indeks massa tubuh.A. Berat Badan Berat badan merupakan salah satu antropometri yang memberikan gambaran masa tubuh (otot dan lemak). Karena tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Maka BB merupakan antropometri yang sangat labil (Reksodikusumo, dkk, 1989). Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan keutuhan gizi terjamin, berat badan mengikuti perkembangan umur. Sebaiknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan BB, yaitu dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, oedema dan adanya tumor. Hal-hal yang harus dipertimbangkan kalau kita akan menggunakan berat badan sebagai satu-satunya kriteria untuk menentukan keadaan gizi seseorang : Berat badan harus dimonitor untuk memberikan informasi yang memungkinkan intervensi preventif secara dini (dan intervensi guna mengatasi kecenderungan penurunan/ penambahan berat yang tidak dikehendaki) Berat badan harus dievaluasi dalam konteks riwayat berat, baik gaya hidup maupun status berat terakhir. Berat badan tidak memberikan informasi mengenai komposisi tubuh dan dengan demikian tidak efektif untuk menentukan resiko penyakit yang kronis. Namun IMT (indeks masa tubuh) merupakan sarana untuk mengukur resiko penyakit kronis,. Pasien yang berukuran tubuh besar tapi bukan gemuk dapat memiliki nilai IMT di atas nilai standar, namun tidak ada hubungannya dengan peningkatan resiko untuk menderita gangguan gizi atau penyakit. Pasien-pasien dapat memiliki defisiensi mikronutrien yang bermakna disamping deplesi lean body mass, khususnya selama menderita penyakit yang berat. Semua parameter harus dievaluasi dahulu dan kita tidak bolehkan cepat-cepat berasumsi bahwa kelebihan berat badan sama dengan kelebihan gizi. Pasien yang mengalami oedema, hidrotoraks dapat memiliki barat badan yang tinggi tetapi terapi status gizinya jelek seperti gagal ginjal kronis. (Andy Hartono, 2000).B. Tinggi BadanTinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.C. UmurUmur faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1978), batasan umur digunakan adalah tahun umur penuh (comleted year) untuk anak umur 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh (completed month).3,4

Indeks-indeks Antropometri

Ukuran antropometri dalam rangka penilaian status gizi digunakan dalam bentuk indikator yang dapat merupakan kombinasi antara masingmasing ukuran indikator antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi adalah BB/U, TB/U atau PB/U, BB/TB atau BB/PB, 10 LILA/U, Lingkar Dada/U (LD/U), Lingkar Kepala/U (LK/U), TLBK/U, Indeks Ponderal, Indeks Massa Tubuh, Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP), Tinggi Lutut.1. Indeks BB/Undeks BB/U adalah pengukuran total berat badan, termasuk air, lemak, tulang, dan otot, dan diantara beberapa macam indeks antropometri, indeks BB/U merupakan indikator yang paling umum digunakan. Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah Untuk anak pada umumnya, indeks ini merupakan cara baku yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Kurang berat badan tidak hanya menunjukkan konsumsi pangan yang tidak cukup tetapi juga mencerminkan keadaan sakit yang baru saja dialami, seperti mencret yang mengakibatkan berkurangnya berat badan Pengukuran berat badan menurut umur secara teratur dan seing dapat dipergunakan sebagai indikator kurang gizi. Hasil pengukuran ini dapat menunjukkan keadaan kurang gizi akut atau gangguan-gangguan yang mengakibatkan laju pertumbuhan terhambat.2. Indeks TB/U atau PB/UTinggi badan kurang peka dipengaruhi oleh pangan dibandingkan dengan berat badan . Oleh karena itu tinggi badan menurut umur yang rendah biasanya akibat dari keadaan kurang gizi yang kronis, tetapi belum pasti memberikan petunjuk bahwa konsumsi zat gizi pada waktu ini tidak cukup TB/U lebih menggambarkan status gizi masa lalu. Keadaan tinggi badan anak pada usia sekolah (7 th) menggambarkan status gizi pada masa balita adalah sama dengan seperti pada yang sudah dibahas sebelumnya yang menyangkut pengukuran itu sendiri maupun ketelitian data umur. Masalah-masalah ini akan berkurang bila dilakukan terhadap anak yang lebih tua dimana proses pengukuran dapat lebih mudah dilakukan dan penggunaan selang 11 (range). Umur yang lebih panjang (setengah tahunan atau tahunan) memperkecil kemungkinan kesalahan data umur. Indeks TB/U disamping dapat memberikan gambaran tentang status gizi masa lampau juga lebih erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi (Beaton dan Bengoa, 1973). Oleh karena itu indeks TB/U selain digunakan sebagai indikator status gizi dapat pula digunakan sebagai indikator perkembangan keadaan sosial ekonomi masyarakat.3. Indeks BB/TB atau BB/PBUkuran antropometri yang terbaik adalah menggunakan BB/TB atau BB/PB karena dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik. Berat badan memiliki hubungan linier dengan berat badan. dalam keadaan normal akan searah dengan pertambahan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Pada tahun 1966 Jelliffe memperkenalkan penggunaan indeks BB/TB untuk identifikasi status gizi, indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menanyakan status gizi saat ini, terlebih bila data umur akurat sulit diperoleh, oleh karena itu indeks BB/TB disebut pula indikator status gizi yang independen terhadap umur. Karena indeks BB/TB dapat memberikan gambaran tentang proporsi berat badan relatif terhadap indikator kekurangan, seperti halnya dengan indeks BB/U.5

Indeks Masa Tubuh (IMT)

IMT - BMI (Body Mass Indeks) merupakan indeks antropometri yang sering digunakan untuk menilai status gizi individu maupun masyarakat karena cukup peka untuk menilai status gizi orang dewasa di atas 18 tahun. IMT dapat dihubungkan dengan persen lemak tubuh. IMT dihitung dengan pembagian berat badan (dalam kg) oleh tinggi badan (dalam meter) pangkat dua. Korelasi berat badan dengan jumlah total lemak tubuh cukup erat, kendati sebagian orang dengan lean body mass yang tinggi bisa memberikan IMT yang tinggi walaupun orang tersebut tidak gemuk.4,5

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk memastikan diagnosis, tetapi pada praktiknya pemeriksaan penunjang tidak boleh sembarangan direkomendasikan kepada pasien, kita perlu menimbang dan memilah pemeriksaan penunjang apa yang bisa dilakukan oleh pasien. Pertimbangan yang dimaksud antara lain seperti keadaan klinis pasien, keadaan ekonomi pasien, tempat tinggal pasien (jarak dengan tempat akan dilakukan pemeriksaan penunjang), dan lain sebagainya. Pada kasus ini pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:

1. Pemeriksaan Darah Pemeriksaan laboratorium (biokimia darah) akan menghasilkan data-data yang membantu menegakkan diagnosis defisiensi mikronutrien 17 dan protein. Disamping itu, parameter biokimia juga mempunyai peranan dalam menegakkan diagnosa penyakit yang ada kaitannya dengan gizi. Monitor penting dalam dari pemeriksaan laboratorium ini adalah parameter biokimia yang sering diperiksa pada pasien. Banyak biodata yang berubah akibat permasalahan medis (etiologi) yang terjadi bersamaan. Karena itu hasil tes harus dievaluasi dalam konteks status medis. Untuk kadar asam urat, normal pada pria dewasa adalah 3.4-7.0 mg/dL, sedangkan untuk perempuan dewasa adalah 2.4-6.0 mg/dL.

Kadar Hb (g/dL)

Pria dewasa14-17

Wanita dewasa12-15

Anak-anak (3 bulan hingga 13 tahun)10-14.5

Tabel 1. Kadar Normal Hb (sumber: http://emedicine.medscape.com/article/959378-overview)

Menurut (Suhardjo dan Hadi riyadi, 1998) untuk menentukan atau menaksir status gizi seseorang, suatu kelompok penduduk atau masyarakat, perlu dilakukan pengukuran untuk menilai berbagai tingkatan kurang gizi yang ada atau indikator atau parameter yang berguna sebagai indeks untuk menunjukkan tingkatan status gizi dan kesehatan yang berbeda-beda. Meskipun penilaian status gizi dapat dilaksanakan untuk

Tabel 2. Kadar Gula Darah (sumber: www.google.com)mengukur tingkat keadaan gizi sejumlah penduduk, namun penilaian tersebut juga berguna untuk menunjukkan jenis kurang gizi yang dijumpai dalam masyarakat pada umumnya dan disub-kelompok penduduk pada khususnya. 2

Penggunaan Berbagai Daftar

1. Daftar Kandungan Zat Gizi Bahan MakananDaftar Kandungan Zat Gizi bahan Makanan (DKGM) ini memuat angka-angka kandungan zat gizi berbagai jenis makanan baik mentah maupun masak (olahan) yang banyak dijumpai di Indonesia. Sebagian besar jenis makanan yang disajikan dalam DKGM ini dalam bentuk pangan mentah. Daftar kandungan zat gizi memuat energi dan 10 jenis zat gizi yang meliputi Protein, Lemak, Karbohidrat, Kalsium dan Phosphor. Disamping itu juga disajikan bagian dari bahan pangan yang dapat dimakan (BDD). Untuk memudahkan penggunaannya bahan makanan dalam daftar ini dikelompokan menjadi beberapa golongan yaitu:1. Serealia, Umbi dan Hasil Olahannya2. Kacang-kacangan, Biji-bijian dan Hasil Olahannya3. Daging dan Hasil Olahannya4. Telur dan Hasil Olahannya5. Ikan, Kerang, Udang dan Hasil Olahannya6. Sayuran dan Hasil Olahannya7. Buah-buahan8. Susu dan Hasil Olahannya9. Lemak dan Minyak10. Serba serbi

Satu hal yang perlu dipahami dalam menggunakan DKBM, bahwa komposisi zat gizi yang tercantum dalam DKGM dinyatakan dalam satuan 100 gram yang dapat dimakan (edible portion). Artinya bagian-bagian yang biasa melekat pada bahan pangan seperti kulit, akar, biji, tulang, cangkang dan sebagainya yang tidak lazim untuk dikonsumsi tidak dianalisis. Pada kolom terakhir dalam DKGM dicantumkan persentase dari bahan makanan yang dapat dimakan (% BDD). Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam perhitungan zat gizi bahan makanan baik penilaian konsumsi pangan maupun perencanaan konsumsi pangan. Misalnya buah nanas yang baru dipotong dari kebun, yaitu terdapat batang kulit dan daun. Apabila nanas tersebut akan dimakan, maka bagian-bagian tersebut berada dalam keadaan untuk dimakan dan ini disebut dengan bagian yang dapat dimakan. Pada tabel tercantum BDD nanas 53% artinya dari 100 gram nanas yang belum dikupas (seperti diwarung, dipasar atau dikebun) hanya 53% yang dapat dimakan. Oleh karena itu dalam penilaian konsumsi pangan hanya diketahui apakah berat bahan makanan (pangan) yang akan dinilai sudah dalam bentuk BDD atau berat kotor. Baik pada pengolahan data konsumsi individu maupun kelompok (keluarga atau rumah tangga), yang paling menjadi masalah adanya bahan pangan atau makanan yang dikonsumsi tetapi tidak terdapat dalam DKBM.

Alternatif pendekatan yang dilakukan dengan mengkonversi bahan makanan tersebut dengan tabel Konversi Berat Mentah Masak (DMM). Bila komponennya terlalu banyak dan ada komponen yang dapat diabaikan karena jumlahnya relatif kecil, maka sebaiknya dihitung beberapa komponen pangan utamnya saja yang ada dalam tabel DKBM. Pada prinsipnya penilaian jumlah konsumsi zat gizi berdasarkan data konsumsi pangan dan data kandungan zat gizi bahan makanan (pangan) atau Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). DKBM ini menunjukkan kandungan berbagai zat gizi dari berbagai jenis pangan atau makanan dalam seratus gram bagian yang dapat dimakan (Bdd). Bagi setiap ahli gizi atau calon ahli gizi atau siapa saja yang berminat, DKBM ini sangat penting sebagai alat untuk menilai konsumsi pangan, merencanakan menu, merencanakan ketersediaan dan produksi pangan yang sesuai dengan kebutuhan gizi.4,5

2. Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan JajananDaftar Kandungan Gizi makanan Jajanan (DKGJ) adalah daftar yang memuat angka-angka kandungan zat gizi dari berbagai jenis makanan jajanan. Makanan jajanan adalah makanan siap untuk dikonsumsi (disantap) yang digunakan sebagai selingan atau pelengkap menu utama. Berbagai macam makanan jajanan yang khas dijumpai di berbagai daerah di Indonesia khas dalam bahan pengolahan, maupun penyajiannya. Baru sebagian kecil dari keanekaragaman makanan tersebut telah dianalisis kandungan zat gizinya. Dalam susunan zat gizi tercantum tidak dengan satuan gram BDD (100 persen dapat dimakan) karena dianalisis menurut ukuran rumah tangga masing-masing, sehingga perlu diperhatikan BDD tidak lagi 100 persen tetapi yang harus dimasukkan dalam tabel adalah beratnya dan BDD nya adalah 100 persen. Dalam memasukkan kandungan zat gizi makanan jajanan dengan DKGJ perlu diperhatikan bahwa satuan berat makanan jajanan adalah bentuk gram bukan Satuan Rumah Tangga (URT). Karena bisa terjadi dengan URT yang sama diperoleh berat makanan jajanan yang berbeda. Sebagian makanan jajanan di Indonesia dihasilkan oleh sektor informal yang memungkinkan adanya variasi dalam ukuran, terutama antar daerah. Sebaiknya memang di setiap daerah tersedia Daftar URT dan Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan Jajanan.

3. Tabel Konversi Berat Mentah MasakSeringkali dalam penilaian konsumsi pangan dijumpai makanan dalam bentuk olahan, dilain pihak bisa jadi makanan hasil olahan ini tidak ditemukan dalam DKBM dan DKGJ. Untuk mengatasi masalah ini perlu dihitung jumlah pangan olahan tersebut dalam bentuk mentah Daftar Konversi Mentah Masak (DMM) memuat angka-angka perbandingan berat bahan dalam bentuk sudah diolah atau dimasak (Lihat tabel). Berat tersebut adalah berat dalam bentuk yang dpt dimakan (BDD). Daftar itu digunakan apabila data bahan makanan yang akan dihitung zat gizinya dalam bentuk masak, dan didalam DKGM hanya tersedia bentuk mentah, atau sebaliknya. Jadi apabila bahan makanan olahan tersebut sudah ada dalam DKBM atau DKGJ, maka tidak perlu dikonversi lagi dengan DMM, untuk menafsir berat bahan makanan (mentah) dari makanan olahan (masak), atau sebaliknya.

4. Daftar Ukuran Rumah TanggaUkuran Rumah Tangga adalah satuan jumlah pangan atau makanan yang dinyatakan berupa peralatan yang lazim digunakan dirumah tangga sehari-hari, seperti piring, gelas, sendok, mangkok, potong, buah, ikat dan sebagainya. Daftar URT ini digunakan untuk menaksir jamlah bahan pangan kedalam gram dan volume dalam liter. Daftar ukuran rumah tangga sering digunakan dalam perencanaan konsumsi pangan dan pengumpulan data konsumsi pangan dengan penimbangan tidak langsung. Dalam pengumpulan data konsumsi pangan dengan cara recall (ingat-ingat) baik dalam survei maupun konsultasi gizi, penggunaan URT memegang peranan penting. Kesalahan penggunaan URT akan berakibat kesalahan dalam penilaian konsumsi pangan dan gizi.

5. Daftar Bahan Makanan PenukarDaftar Bahan Makanan Penukar adalah daftar yang memuat bahan makanan sumber gizi tertentu yang kandungannya relatif sama pada setiap golongan bahan makanan, sehingga masing-masing bahan makanan dapat saling ditukarkan atau disubsitusi. Dalam Daftar Bahan Makanan Penukar (DBP) disajikan tujuh golongan bahan makanan, yaitu:1) Bahan makanan sumber karbohidrat, yang sebagiannya sebagai makanan pokok2) Bahan makanan sumber protein hewani (lauk)3) Susu baik berupa bubuk ataupun cair, biasanya dipergunakan sebagai minuman dan pelengkap dalam pengolahan makanan4) Bahan makanan sumber protein nabati (lauk)5) Bahan makanan sumber vitamin dan mineral dari sayuran6) Bahan makanan sumber vitamin dan mineral dari buah7) Minyak, lemak dan sejenisnya yang biasanya dipergunakan dalam pengolahan pangan.4

Memperkirakan kebutuhan Energi

1. Pengeluaran energi basalPengeluaran Energi Basal (Basal Nergy Expenditure/ BEE) adalah pengeluaran kalori secara teoritis dalam keadaan puasa dan istirahat tanpa stres. (Andy Hartono, 2000). Kebutuhan energi untuk BEE diperhitungkan menurut berat badan normal atau ideal. Cara perhitungan BEE dapat mempergunakan cara FAO/ WHO/ UNU dengan cara ini mempehatikan umur, gender, berat badan, dan tinggi badan.5

Diagnosis Kerja

Obesitas adalah suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing- masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara overweight (kelebihan berat badan, kegemukan) adalah keadaan dimana Berat Badan seseorang melebihi Berat Badan normal. Para dokter-dokter memiliki definisi tersendiri tentang obesitas, di antaranya yaitu: Suatu kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan Suatu penyakit kronik yang dapat diobati Suatu penyakit epidemik (mewabah) Suatu kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain dan dapat menurunkan kualitas hidup Penanganan obesitas membutuhkan biaya perawatan yang sangat tinggi

Tipe pada obesitas dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu Tipe obesitas berdasarkan bentuk tubuh dan Tipe obesitas berdasarkan keadaan sel lemak. Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh: Obesitas tipe buah apel (Apple Shape) Type seperti ini biasanya terdapat pada pria, dimana lemak tertumpuk di sekitar perut. Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe buah pear (Gynoid), Obesitas tipe buah pear (Gynoid) Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita, lemak yang ada disimpan di sekitar pinggul dan bokong. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil Tipe Ovid (Bentuk Kotak Buah) Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik.

Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak: Obesitas Tipe Hyperplastik Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan normal Obesitas Tipe Hypertropik Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan keadaan normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal Obesitas Tipe Hyperplastik Dan Hypertropik Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal. Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik.6

Gejala-Gejala Terjadinya Obesitas

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk. Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.6

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Obesitas

Obesitas Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor: Faktor MakananJika seseorang mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi sesuai yang dibutuhkan tubuh, maka tidak ada energi yang disimpan.sebaliknya jika mengkonsumsi makanan dengan energi melebihi yang dibutuhkan tubuh, maka kelebihan energi akan disimpan, Sebagai cadangan energi terutama sebagai lemak seperti telah diuraikan diatas. Faktor KeturunanPenelitian pada manusia maupun hewan menunjukan bahwa obesitas terjadi karena faktor interaksi gen dan lingkungan. Faktor HormonMenurunya hormon tyroid dalam tubuh akibat menurunya fungsi kelenjar tyroid akan mempengaruhi metabolisme dimana kemampuan menggunakan energi akan berkurang. Faktor PsikologisPada beberapa individu akan makan lebih banyak dari biasa bila merasa diperlukan suatu kebutuhan khusus untuk keamanan emosional (security food). Gaya Hidup (Life Style)Teknologi dan informasi yang global telah menyebabkan perubahan gaya hidup yang meliputi pola pikir dan sikap, yang terlihat dari pola kebiasaan makan dan beraktifitas fisik. Pemakaian Obat-ObatanEfek samping beberapa obat dapat menyebabkan meningkatnya berat badan, misalnya obat kontrasepsi.7

Cara Pengukuran Tingkat Obesitas

1. Pengukuran Secara Antropometrik Body Mass Index (BMI) Body Mass Index (BMI)2. RLPP (rasio lingkar pinggang dan pinggul) Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan cara lain, yaitu dengan mengukur rasio lingkar pinggang dan pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP). Sebagai patokan, pinggang berukuran 90 cm merupakan tanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita risiko tersebut meningkat bila lingkar pinggang berukuran 80 cm. Jadi Jangan hanya menghitung tinggi badan, berat badan dan IMT saja, lebih baik jika disertai dengan mengukur lingkar pinggang3. Berat Badan Normal = Tinggi Badan 100 Indeks BROCCA Salah satu cara lain untuk mengukur obesitas adalah dengan menggunakan indeks Brocca, dengan rumus sebagai berikut:

Contoh : Jika tinggi adalah 170 cm, maka berat badan normal kita adalah 170 - 100 = 70 kg Jadi berat badan normal anda adalah 70 kg.

Berat Badan Ideal = (Tinggi Badan - 100) - 10% (tinggi badan -100)Mengetahui Berat Badan Ideal

Contohnya : Jika tinggi badan 170 cm, maka berat badan ideal adalah (170 - 100) - (10% x (170 - 100) = 70 - 7 = 63 kg. Berat badan Ideal dengan tinggi 170 cm adalah 63 kg.4,5,6

Mekanisme Terjadinya Obesitas

Obesitas terjadi karena energi intake lebih besar dari energi expenditure. Apapun penyebabnya, yang menjadikan seseorang obesitas pada dasarnya adalah energi intake atau masukan yang didapat dari makanan atau lainnya lebih besar dibandingkan energi expenditure atau energi yang dikeluarkan. Dampak yang Timbul Akibat Obesitas Obesitas juga dapat meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti: Penyakit Jantung Koroner Tekanan Darah Tinggi Diabetes Melitus (tipe 2) Gangguan Pernapasan Stroke

Cara-Cara Penanggulangan Obesitas

Dalam penanggulangan penyakit obesitas dapat dilakukan dengan cara-cara berikut ini:1. Merubah Gaya Hidup2. Konsultasi Masalah Kejiwaan3. Pemberian Obat-Obatan

Ada dua obat resep yang sudah di izinkan oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan jangka panjang obesitas, yaitu; Sibutramine Orlistat (Xenical). 4. Pembedahan

Saran Bagi penderita obesitas disarankan untuk bisa memilih makanan yang baik dan sehat serta sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Selain itu disarankan pula melakukan exercise dengan prinsip FIT (frequency, intensity and time). Bagi penderita super obesitas disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. 7

KESIMPULAN

Obesitas merupakan suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing- masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh dan dapat membahayakan kesehatan. Kriteria dan klasifikasi obesitas secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan ciri fisik klinis yang terjadi dan antropometri (berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) / Body Mass Index (BMI) dan berdasarkan pengukuran rasio lingkar pinggang dan perbandingan antara lingkar pinggang dengan lingkar pinggul) dan secara biokimia (penentuan lemak dalam tubuh dilakukan dengan menggunakan Bio Impedance analisis (BIA). Faktor-faktor penyebab obesitas adalah faktor genetik, hormon, makanan, pola makan (gaya hidup), phisikologis dan pemakaian obat-obatan. Adapun faktor yang paling berpengaruh adalah pola makan (gaya hidup). Gaya hidup yang salah akan memperparah tingkat obesitas. Obesitas dengan BMI > 40 dapat diatasi dengan pembedahan sedangkan obesitas yang tidak terlalu parah dapat diatasi dengan cara hidup yang sehat dan seimbang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Blakeley MR, Timmons SM. Life style and health reseach. New York; Nova Science Publishers inc; 2008.2. Gleadle J. Anamnesis dan pemeriksaan fisik; alih bahasa, Rahmalia A; editor, Safitri A. Jakarta: Erlangga; 2005.3. Corwin EJ. Patofisiologi: buku saku; alih bahasa, Subekti NB; editor edisi bahasa Indonesia, Yudha EK. Jakarta: EGC; 2009.h.408-16.4. Gibney MJ. Gizi kesehatan masyarakat; alih bahasa, Hartono A; editor edisi bahasa Indonesia, Widyastuti P, Hardiyanti EA. Jakarta: EGC; 2008.h.54-91.5. Bensley RJ. metode pendidikan kesehatan masyarakat; editor, Brookins-Fisher J; alih bahasa, Apriningsih, Hippy NSI. Jakarta: EGC; 2008.h.296-361.6. Wiley J. Obesity & diabetes. England: John Wiley & Sons ltd.: 2006.7. Davey P. At a glance medicine; alih bahasa, Rahmalia A; editor, Safitri A. Jakarta: Erlangga; 2003.h.54-68.17