Paper Pleno Skenario 3

17
Paper Tutorial Mei 2014 BLOK 21 Skenario II Kecelakaan Lalu Lintas DISUSUN OLEH : MOCH. ROZIKIN G 501 10 001 SRI RESKI PRATAMA G 501 10 006 ASHY AMELIA G 501 10 038 HERTY DIAH SUHESTI G 501 10 047 ANNI G 501 10 046 ASTI SRIWAHDINI G 501 10 043 MUH. REZAH RAHIM G 501 10 058 ABDUL JABAR. M G 501 10 071 FRISKIANDI G 501 10 061 AULIA SALMAH G 501 10 065 CHATERINE SHINTA G 501 10 014 ATIRAH G 501 10 073 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Transcript of Paper Pleno Skenario 3

Page 1: Paper Pleno Skenario 3

Paper Tutorial Mei 2014

BLOK 21

Skenario II

Kecelakaan Lalu Lintas

DISUSUN OLEH :

MOCH. ROZIKIN G 501 10 001

SRI RESKI PRATAMA G 501 10 006

ASHY AMELIA G 501 10 038

HERTY DIAH SUHESTI G 501 10 047

ANNI G 501 10 046

ASTI SRIWAHDINI G 501 10 043

MUH. REZAH RAHIM G 501 10 058

ABDUL JABAR. M G 501 10 071

FRISKIANDI G 501 10 061

AULIA SALMAH G 501 10 065

CHATERINE SHINTA G 501 10 014

ATIRAH G 501 10 073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2014

Page 2: Paper Pleno Skenario 3

Skenario 3

SAYA MERASA GAGAL DAN BERSALAH

Step 1

1. Skizofrenia : gangguan jiwa yang berat, adanya perasaan bahwa orang lain membisikkan pada dirinyaTidak adanya kontak, individu menjadi cacat

Step 2 1. Faktor pemicu terjadinya gangguan mental2. Klasifikasi gangguan mental dan gangguan kepribadian 3. Penatalaksanaan gangguan psikiatri4. Penanganan awal sebelum ke psikiatri5. Pemeriksaan gangguan psikiatri6. Farmakologi obat penenang7. Hubungan diagnosis terhadap keluarga pasien yang menderita skizofrenia8. Apa Diagnosis dari skenario9. Apakah ada hubungan antara prilaku pasien dengan gangguan psikiatri10. Apakah hubungan mengkonsumsi obat-obatan penenang dengan diagnosis11. Tanda dan gejala gangguan jiwa12. Hubungan mulut berbusa dengan konsumsi obat-obatan13. Bagaimana membedakan antara psikoik dan non psikotik

Step 3 dan 4

1. Faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan mentalJawaban :- Fisiologis dan biologis

Contoh : dopamin, ada penurunan dopamin, Norepinephrin : berkurangSerotonin : kekurangan serotonin5-10 % ada gangguan tiroid

- Faktor kepribadian : orang yang obsesi konfulsi, org yang border line, histerionik

- Genetik 50 % kembar homozigot 15 % : dizigot

- Psikologis : anak-anak yang ditinggal ortu beresiko depresi berat

- Lingkungan 2. Klasifikasi Gangguan mental dan kepribadian

Jawaban :A. Gangguan Mental- Psikosis :

Page 3: Paper Pleno Skenario 3

a. Sindroma organikDemensia similisDemensia presimilisInfeksi intrakranialKondisi serebral lainKondisi fisik lain

b. FungsionalSkizofreniaPsikosis afektifParanoid lainTidak tergolongkan

c. NeurosisGangguan kepribadian dan gangguan psikosis lainnya- Neurosis cemas

- Histeris

- Fobik

- Obsesif konfulsif

- Depresif

- Sindroma depersonalisasi

- Neurosis hipokondrik

- Hipokondrik lainnyad. Retardasi mentale. Tanpa gangguan psikiatrik yang nyataf. Istilah bukanB. Gangguan kepribadian a. GK paranoid

- Sensitif kegagalan

- Dirinya paling pentingb. Skizoid : datar, kurang peduli, pengalaman sex kurangc. Antisosia : tidak peduli dengan orang laind. Histerionik : ekspresi berlebihan yang dibuat-buate. Anankastik : ragu-ragu berlebihan f. Cemas : Tidak mampu g. Gangguan sistemik : adiktifh. Skizotimik :gangguan moodi. Eksplosif : hilangnya pengendalian emosi

Gangguan kepribadian: gangguan kepribadian narsistik: selalu membanggakan dirinya.

3. Penatalaksanaan gangguan psikiatriJawaban :

Page 4: Paper Pleno Skenario 3

a. Antidepresan : pemakainan jika kehidupannya terganggub. Polisiklik : untuk gejala utamac. Eliktropan d. Pemberian stimulane. Pemberian antipsikotik : meningkatkan gejala depresi yang beratf. Psikotik : meroleptikg. Floksetin : penggunaan masih jarangh. Pemberikan SSRI : digunakan dengan tujuan agar menjaga kestabilan moodi. Penggunaan tetrasiklin : penggunaan inhibitorj. Psikoterapi : sharing, dengarkan dan memberi motivasi dan dilakikan

konseling

4. Pemeriksaan gangguan psikiatriJawaban :a. MMSE : kelainan fungsi

Total skor 30 Kelainan kognitif : skor kurang dari 25MSE : tampilan pasien, sikap, mood

5. Farmakologi obat Penenang ( LO)6. Diagnosis dari skenario

Jawaban :

Diagnosis :depresi berat

Gejala : afektif, kehilangan minat dan penurunan aktifitas, mudah lelah, Konsentrasi dan perhatian menurun, rasa bersalah dan perasaan tidak berguna, Pesimis dan masa depan suram, Membahayakan diri sendiri, Nafsu makan menurun.

Berat : 3 gejala utama harus ada

- Minimal 4 dari gejala lainnya

- Retardasi psikomotor 2 minggu

- Pasien susah melanjutkan hidup

Gangguan skizoafektif

- Gejala skizo dan gejala depresi

- (+) waham tidak berdaya : karena merasa gagal dalam segala hal

- (-) Hilang minat

- Hipoaktif

- Susah tidur8 gejala- Tough echo

Page 5: Paper Pleno Skenario 3

- Tough of insertion

- Tough broadchast

- Delusi kontrol

- Delusi of influence

- Delusi of pasif

- Delusi persepsi

- Halusinasi

7. Apakah ada hubungan antara prilaku pasien dengan gangguan psikiatriJawaban :Iya berhubungan karena merupakan tanda dan gejalanya

8. Tanda dan Gejala gangguan jiwaJawaban :Tidak berekspresi, anti sosial, delusi atau waham, halusinasi, depresi, sulit bekerja/aktivitas/konsentrasi, paranoid, minum obat untuk kesenangan, tidak minat hidup, pola makan dan tidur terganggu, gelisah, susah komunikasi, sedih terus, turunnya imunitas, ketidakseimbangan hormon.

9. Hubungan mulut berbusa dengan konsumsi obat-obatanJawaban :Dari semua yang dirasakan pada skenario menyebabkan depresi dan menanikkan dosis pada obat tersebut sehinggan dia menyebabkan overdosis

10. Bagaimana membedakan antara psikoik dan non psikotikJawaban :Psikotik dan non Psikotika. Psikotik : mental organik, skizofrenia, suasana perasaan

Tanda dan Gejala : - Waham : keyakinan menetap

- Halusinasi

- Inkoherensi :kacau

- Katatonia

- Kacaub. Non psikotik : gangguan neurotik : efek cemas, phobia, stress

Retardasi mental : IQ kurang dari 70, kemampuan adaptasi berkurangRingan : IQ :50 – 69Sedang : 35-49Berat : 20-34Sangat berat : kurang dari 20

Page 6: Paper Pleno Skenario 3

Dilihat dari Psikosis Non PsikosisPerilaku umum Tidak ada kontak realitas Ada kontak namun sedikitDisorientasi ada Tidak adaPemahaman Tidak sadar Sadar ada gangguanResiko sosial Berbahaya Tidak atau jarangPenyembuhan Sulit sembuh Tidak perlu dirawat

Step 5

LO

1. Pemeriksaan Penunjang untuk gangguan psikiatrik2. Farmakologi obat antidepresan (dosis, efek samping, indikasi dan

kontraindikasi)3. Reaksi Obat sampai menimbulkan mulut berbusa

Mind Mapping

Step 7

1. Farmakologi obat antidepresan (dosis, efek samping, indikasi dan kontraindikasi)Jawaban :

PSIKIATRI

Gangguan JIwa

Klasifikasi

Faktor Pemicu

Klasifikasi

Gangguan Kepribadian

NeurosisEx: Depresi

Non PsikotikPsikotik

Tanda & Gejala

Retardasi Mental

Tanda & Gejala

Gangguan Jiwa lain

Pemeriksaan Penunjang

Penatalaksanaan Farmakologi antidepresan

Page 7: Paper Pleno Skenario 3

Mekanisme Kerja Antidepresan

a. SSRI ( Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ) : Obat-obat ini menghambat resorpsi dari serotonin.

b. NaSA ( Noradrenalin and Serotonin Antidepressants ): Obat-obat ini tidak berkhasiat selektif, menghambat re-uptake dari serotonin dan noradrenalin. Terdapat beberapa indikasi bahwa obat-obat ini lebih efektif daripada SSRI.

Efek Samping Antidepresan:

a. Efek seretogenik; berupa mual ,muntah, malaise umum, nyeri kepala, gangguan tidur dan nervositas, agitasi atau kegelisahan yang sementara, disfungsi seksual dengan ejakulasi dan orgasme terlambat.

b. Sindroma serotonin; berupa antara lain kegelisahan, demam, dan menggigil, konvulsi, dan kekakuan hebat, tremor, diare, gangguan koordinasi. Kebanyakan terjadi pada penggunaan kombinasi obat-obat generasi ke-2 bersama obat-obat klasik, MAO, litium atau triptofan, lazimnya dalam waktu beberapa jam sampai 2-3 minggu. Gejala ini dilawan dengan antagonis serotonin (metisergida, propanolol).

c. Efek antikolinergik, antiadrenergik, dan efek jantung sangat kurang atau sama sekali tidak ada.

Obat-obat yang Termasuk Antidepresan:

a. FluoxetinDosis lazim : 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80 mg/hari dalam dosis tunggal atau terbagi.Kontra Indikasi : hipersensitif terhadap fluoxetin, gagal ginjal yang berat, penggunaan bersama MAO.Interaksi Obat : MAO, Lithium, obat yang merangsang aktivitas SSP, anti depresan, triptofan, karbamazepin, obat yang terkait dengan protein plasma.Perhatian : penderita epilepsi yang terkendali, penderita kerusakan hati dan ginjal, gagal jantung, jangan mengemudi / menjalankan mesin.

b. SertralinDosis lazim : 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200 mg/hr.Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap sertralin.Interaksi Obat : MAO, Alkohol, Lithium, obat seretogenik.Perhatian : pada gangguan hati, terapi elektrokonvulsi, hamil, menyusui, mengurangi kemampuan mengemudi dan mengoperasikan mesin.

c. CitalopramDosis lazim : 20 mg/hari, maksimum 60 mg /hari.Kontra indikasi : hipersensitif terhadap obat ini.Interaksi Obat : MAO, sumatripan, simetidin.Perhatian : kehamilan, menyusui, gangguan mania, kecenderungan bunuh diri.

Page 8: Paper Pleno Skenario 3

d. FluvoxamineDosis lazim : 50mg dapat diberikan 1x/hari sebaiknya pada malam hari, maksimum dosis 300 mg.Interaksi Obat : warfarin, fenitoin, teofilin, propanolol, litium.Perhatian : Tidak untuk digunakan dalam 2 minggu penghentian terapi MAO, insufiensi hati, tidak direkomendasikan untuk anak dan epilepsi, hamil dan laktasi.

e. MianserinDosis lazim : 30-40 mg malam hari, dosis maksimum 90 mg/ hari.Kontra Indikasi : mania, gangguan fungsi hati.Interaksi Obat : mempotensiasi aksi depresan SSP, tidak boleh diberikan dengan atau dalam 2 minggu penghentian terapi.Perhatian : dapat menganggu psikomotor selama hari pertama terapi, diabetes, insufiensi hati, ginjal, jantung.

f. MirtazapinDosis lazim : 15-45 mg / hari menjelang tidur.Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap mitrazapin.Interaksi Obat : dapat memperkuat aksi pengurangan SSP dari alkohol, memperkuat efek sedatif dari benzodiazepine, MAO.Perhatian : pada epilepsi sindroma otak organic, insufiensi hati, ginjal, jantung, tekanan darah rendah, penderita skizofrenia atau gangguan psikotik lain, penghentian terapi secara mendadak, lansia, hamil, laktasi, mengganggu kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin.

g. VenlafaxineDosis lazim : 75 mg/hari bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 150-250 mg 1x/hari.Kontra Indikasi : penggunaan bersama MAO, hamil dan laktasi, anak < 18 tahun.Interaksi Obat : MAO, obat yang mengaktivasi SSP lain.Perhatian : riwayat kejang dan penyalahgunaan obat, gangguan ginjal atau sirosis hati, penyakit jantung tidak stabil, monitor tekanan darah jika penderita mendapat dosis harian > 200 mg.

(Sumber : Linn William D, et all. 2009. Pharmacotherapeutics in Primary Care. UnitedStates of America : Mc Graw Hill

2. Pemeriksaan Penunjang untuk gangguan PsikiatriJawaban :

Pemeriksaan laboratorium spesifik psikiatri yang mungkin akan menjadi isu di masa mendatang adalah DST (dexamethason supression test) dan pemendekan fase latensi REM yang dapat dideteksi dengan gambaran EEG. Kedua

Page 9: Paper Pleno Skenario 3

pemeriksaan tersebut dapat membantu klinisi dalam mendiagnosis gangguan depresi mayor.

Dexamethasone-suppression test merupakan alat uji laboratorium yang digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan depresi mayor. Deksametason merupakan suatu zat analog sintetik dari kortisol. Sebagian besar penderita dengan gangguan depresi tidak memiliki respons supresi kortisol yang normal terhadap dosis tunggal deksametason. Walaupun demikian seringkali dijumpai adanya false positive karena keadaan yang demikian juga terjadi pada penderita dengan gangguan psikiatri yang lain.

(Sumber : Kaplan, et all. 1997. Sinopsis Psikiatri; Ilmu pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ketujuh Jilid Satu. Binarupa Aksara. Jakarta)

Pemeriksaan psikiatri terdiri dari dua bagian. Yang pertama bagian riwayatnya (contohnya riwayat psikiatri, medis, keluarga) yang mencakup deskripsi pasien tentang bagaimana gejala episode kini terjadi, pengkajian episode dan terapi sebelumnya, deskripsi mengenai kondisi medis saat ini dan dahulu, rangkuman masalah psikiatri, serta terapi sebelumnya, deskripsi mengenai kondisi medis saat ini dan dahulu, rangkuman masalah psikiatri serta terapi anggota keluarga, dan riwayat pribadi pasien, yang mengungkapkan fungsi interpersonal dan adaptasinya dari waktu ke waktu. Informasi riwayat diperoleh dari pasien tetapi dapat didukung informasi tambahan dari anggota keluarga, dinas sosial rujukan, dokter yang sebelumnya menangani, serta rekam medis lama. Bagian kedua pemeriksaan psikiatri. Pemeriksaan status mental, secara sistematis mengkaji fungsi kognitif dan emosi pasien saat wawancara dilakukan (Benjamn Sadock, 2010)

Garis besar riwayat psikiatri

I. Data IdentitasII. Keluhan utama III. Riwayat penyakit sekarang

A. AwitanB. Faktor pencetus

IV. Riwayat penyakit terdahuluA. Psikiatri MedisB. Riwayat penggunaan alkohol dan zat lain.

V. Riwayat keluarga VI. Riwayat pribadi

A. Pranatal dan Perinatal B. Masa kanak – kanak awal (sampai usia 3 tahun)C. Masa kanak – kanank pertengahan (usia 3- 11 tahun) D. Masa kanak – kanak akhir (pubertas hingga remaja )E. Masa dewasa

Page 10: Paper Pleno Skenario 3

1. Riwayat pekerjaan2. Riwayat hubungan dan perkawinan3. Riwayat Militer4. Riwayat pendidikan5. Agama6. Aktivitas sosial7. Situasi kehidupan terkini8. Riwayat kehidupan terkini

F. Riwayat seksualG. Mimpi dan fantasiH. Nilai – nilai

Garis Besar Pemeriksaan Status Mental

1. Penampilan 2. Gaya bicara3. Mood

a. Subjektifb. Objektif

4. Pikirana. Bentuk b. Isi

5. Presepsi6. Sensorium

a. Kewaspadaan b. Orientasi (orang, tempat, waktu) c. Konsemtrasi d. Ingatan (segera, jangka pendek, jangka panjang) e. Kemamuan berhitung f. Dasar pengetahuang. Penalaran abstrak

7. Tilikan 8. Penilaian

(Benjamn Sadock, 2010)

Uji Laboratorium dalam Psikiatri

UJI NEUROENDOKRIN

a. Uji Fungsi Tiroid

Page 11: Paper Pleno Skenario 3

- Tersedia beberap uji fungsi tiroid, termasuk pengujian Tiroksin (T4) melalui pengikatan protein kompetitif (T4D) serta melalui radioimunoassai (T4RIA) yang melibatkan suatu rekasi antigen-antibodi spesifik. Digunakan untuk menyingkirkan hipertiroidisme yang dapat muncul dengan

gejala depresi. Litium dapat menyebabkan hipotiroidisme dan, yang lebih jarang

hipertiroidisme, pemantauan fungsi tiroid disarankan bagi untuk pasien yang mengkonsumsi Litium.

- Uji perangsanan hormon pelepas tiroid (TSH) Diindikasikan untuk pasien dengan hasil uji tiroid yang berada di perbatasan

abnormal yang mengisyaratkan adanya hipotiroidisme subklinis, yang mungkin menyebabkan depresi subklinis.

Uji ini juga dilakukan pada pasien dengan kemungkinan hipotiroidiosme yang terinduksi litium.

b. Uji Endokrin LainBanyak hormon lain yang mempengaruhi perilaku. Pemberian hormon secara eksogen telah terbukti mempengaruhi perilaku dan penyakit endokrin yang telah dikenal menyebabkan gangguan mental. Selain hormon tiroid, hormon tersebut meliputi hormon prolaktin hipofisis anterior,hormon pertumbuhan, somatostatin, hormon pelepas gonadotropin, serta steroid seks,-luteinizing hormoe, folikel-stimulating hormone, testosteron, dan estrogen. Melantonin dari kelenjar pineal dianggap terlibat dalam gangguan afektif musiman (yang disebut gangguan mood dengan pola musiman pada emosi revisi ke empat DSM IV) Gejala ansietas atau depresi dapat dijelaskan pada sejumlah pasien berdasarkan perubahan nonspesifik pada fungsi atau homeostasis endokrin.

- Katekolamin Norepinefrin dan produk metabolitnya dapat terlacak dalam darah. Kadar katekolamin plasma sangat meningkat pada feokromositoma, yang dikaitkan dengan ansietas, agitasi, dan hipertensi. Beberapa kasus kronik menunjukkan peningkatan kadar noepinefrin dan epinefrin darah. Sejumlah pasien depresi memiliki rasio norepinefrin terhadap epinefrin urin yang rendah.

c. Uji fungsi ginjalBersihan kreatinin mendeteksi kerusakan ginjal secara dini dan dapat dipantau secara serial untuk mengikuti perjalanan penyakit ginjal Nitrogen Urea darah (BUN) juga meningkat pada penyakit ginjal dan diekskresi melalui ginjal.

d. Uji fungsi hatiKadar bilirubin direk dan bilirubin total meningkat pada cedera hepatoseluler dan stasis empedu intrahepatik, yang dapat terjadi pada pengobatan dengan fenotiazin atau trisiklik serta pada penyalah gunaan alkohol dan zat lain.

Page 12: Paper Pleno Skenario 3

3. Reaksi Obat sampai menimbulkan mulut berbusaJawaban :

Obat penenang tidak boleh dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama (kecuali atas indikasi medis tertentu) karena dapat menimbulkan efek ketergantungan. Obat penenang sangat sering disalahgunakan di masyarakat. Gejala-gejala ketergantungan obat penenang akan muncul jika penggunaan obatnya dihentikan, seperti : gelisah, susah tidur, badan lesu, mudah lelah, kejang (pada orang dengan riwayat kejang sebelumnya) dan bahkan dapat menimbulkan kematian.

Jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan maka akan terjadi gejala overdosis obat penenang, yaitu gangguan koordinasi, sulit berpikir, badan lemas, diikuti dengan kesulitan bernapas dan akhirnya mengarah kepada kematian. Untuk menghindarinya sangat disarankan untuk tidak mengkonsumsi obat penenang melebihi dosis yang diinstruksikan oleh dokter.

Obat penenang sangat tidak disarankan untuk dikonsumsi bersama dengan alkohol karena dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya over dosis, sebab kedua obat ini dapat bekerja saling menguatkan efek masing-masing obat.

(Sumber : Kee, Hayes. 1993. Farmakologi. Jakarta: EGC.)

Beberapa obat – obatan bertindak sebagai depresan sistem saraf pusat, menyebabkan penurunan denyut jantung dan pernapasan. Perlambatan ini menyebabkan cairan berkumpul di paru-paru, menghambat pertukaran mempertahankan hidup dari oksigen dan karbon dioksida. Pada dasarnya, korban tenggelam dalam cairan paru mereka sendiri. Sebagai cairan berkumpul, korban mungkin mengeluarkan beberapa dicampur dengan gelembung gas, yang kemudian membentuk busa

Page 13: Paper Pleno Skenario 3