Makalah Pleno Skenario 8
-
Upload
petrik-aqrasvawinata-fs -
Category
Documents
-
view
33 -
download
0
description
Transcript of Makalah Pleno Skenario 8
Combustio
Kelompok C4:• Shannaz Y 10.2008.038
• Alethea Andantika 10.2010.251• Muhammad Afiq bin Abd Malek 10.2010.367
• Elisabeth Stefani 10.2010.069• Nurul Syahidah binti Muhamad Zaki 10.2010.380• Muhammad Aditya Mahatvavirya 10.2010.070
• Petrick Aqrasvawinata 10.2010.392• Claudia Narender 10.2010.209• Vien Stefani 10.2010.238
21 Oktober 2013
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6
Jakarta Barat
1
Pendahuluan
Trauma termis adalah kerusakan kulit (dapat disertai kerusakan jaringan di bawahnya) yang
disebabkan oleh perubahan suhu. Trauma termis dapat berupa luka bakar (combusio), karena
bahan kimia (cidera kimia), karena aliran listrik (electric trauma), karena dingin (sengatan dingin
dan frostrip). Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas
melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah
kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam
kehidupan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk
mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi
yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien
dengan luka bakar serius.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan
ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat
mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai
Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, dengan ukuran daripada 0,25 m2 pada
neonatus sehingga 1,8 m2 pada orang dewasa. Kulit terdiri daripada dua lapis; epidermis dan
dermis. Sel yang terletak paling luar pada epidermis merupakan sel mati yang berperan
memberikan proteksi terhadap bakteri dan zat kimia. Lapisan dermis berperan sebagai barier
yang menghalang terjadinya kehilangan cairan lewat evaporasi dan kehilangan suhu tubuh.
Kelenjar keringat berperan mempertahankan suhu tubuh dengan mengontrol jumlah air yang
terevaporasi.1
Anamnesis - Alloanamnesis
Pengambilan suatu anamnesus yang menyeluruh merupakan suatu tugas yang paling
penting dan sering kali paling sulit untuk dilakukan dalam merawat pasien luka bakar. Petugas
pertologan darurat, pemadam kebakaran, dan staf unit gawat darurat merupakan sumber
informasi yang sangat baik pada saat pasien datang ke rumah sakit. tanggal, jam, lokasi geografis
dari cedera sangat penting dalam penatalaksanaan pengobatan awal. Pengobatan yang harus
2
dilakukan di tempat kejadian, terutama bila pasien tidak sadar atau dalam keadaan henti jantung
dan di resusitasi pada tempat kejadian memiliki kesempatan yang lebih baik untuk harapan
hidup. Penyakit kronis yang sudah ada sebelumnya, termasuk penyakit pembuluh koroner,
diabetes mellitus, penyakit paru kronis, penyakit serebrovaskular dan AIDS, memperburuk
prognosis dan catat. 1
Pemeriksaan Fisik
Mulailah evaluasi primer segera setelah anda melihat pasien. Pemeriksaan singkat bisa
mengungkapkan banyak hal. Apakah pasien bernapas? Apakah pasien melihat kearah anda?
Apakah vertebra servikalis sudah diimobilisasi?2-4
Airway (jalan napas)
1. Apakah jalan napas sudah bebas? Jika belum, koreksi dengan mengubah posisi (angkut
dagu dan dorong rahang), jalan napas melalui mulut, suction, dan jika perlu diintubasi
(dengan diimobilisasi untuk melindungi vertebra servikalis).2-4
2. Tanyakan ‘bagaimana keadaan anda’? Jika pasien merespons dengan suara jelas, jalan
napas sudah bebas pada saat ini. Suara yang jelas, pernapasan tenang dan status mental
yang normal menyingkirkan kemungkinan adanya obstruksi yang signifikan.2
3. Dengarkan : bunyi mendengkurkan menunjukkan obstruksi, sedangkan bunyi berkumur
menunjukkan sekresi, muntahan, atau darah dalam jalan napas. Terdengarnya suara-suara
ini merupakan indikasi untuk membersihkan jalan napas, biasanya diikuti intibasi. Serak
atau nyeri saat berbicara bisa menunjukkan adanya cedera laring, yang bisa menyebabkan
obstruksi jalan napas. Agitasi bisa terjadi akibat hipoksia. Perubahan tingkat kesadaran
bisa terjadi akibat retensi karbon dioksida.2
4. Nilailah risiko jangka panjang bagi jalan napas dengan mencari benda asing atau gigi
yang lepas, dan periksa refleks muntah jika pasien tidak sadar.2
Breathing (pernapasan)2-4
1. Apakah pasien bernapas adekuat? Jika tidak, berikan oksigen 100% dan resusitasi dari
mulut ke mulut atau ventilasi dengan cara lain.
2. Jika pernapasan pasien tidak jelas, tempelkan telinga pada mulut pasien. Sambil
memperhatikan gerakan dada, dengarkan dan rasakan gerakan udara pada pipi anda.
Nilailah laju pernapasan dan kedalamannya: dengarkan bunyi napas di dada.
3
Circulation (sirkulasi)2-4
1. Apakah sirkulasi adekuat? Bagaimana denyut nadi dan tekanan darah? Adakah
kehilangan darah yang jelas, perdarahan yang aktif? Pasang jalur vena, berikan cairan,
mulai pijat jantung eksternal jika tidak ada curah jantung. Pantau sirkulasi pasien dengan
EKG dan pengukuran denyut nadi dan TD yang sering. Hentikan semua perdarahan
eksternal aktif dengan menekan tepat pada luka.
2. Jika ada syok berikan cairan dan pertimbangkan penyebab yang mendasari, seperti
hipovolemia, tamponade perikard atau pneumotoraks tension.
3. Hipovolemia atau syok bisa menyebabkan gelisah, mengantuk dan bahkan tidak
responsif. Daerah perifer bisa tampak pucat, dingin dan kebiruan atau berbintik-bintik.
4. Periksa nadi perifer.
5. Periksa kecepatan dan irama nadi, TD, bunyi jantung, dan JVP.
6. Imobilisasi kepala dan leher, dan pertahankan vertebra servikalis dalam posisi netral.
Selalu anggap ada cedera pada vertebra servikalis sampai terbukti sebaliknya.
Disability (ketidakmampuan)(tingkat kesadaran)(atau gangguan SSP)3
1. Bagaimana tingkat kesadaran pasien? Gunakan Skor Koma Glasgow untuk mencatatnya.
Periksa ukuran, kesimestrisan dan reaktivitas pupil.
Tabel 1. Skala Koma Glasgow 1
Evaluasi Sekunder 2,3
Luas luka (persentase)
Kedalaman luka
Keadaan umum
4
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan
gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar
mencapai derajat cukup berat
TTV
Tekanan darah menurun, nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda
tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah
terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya
benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang
rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung
yang rontok.
Mulut
Sianosis karena kurangnya supply darah ke otak, bibir kering karena intake
cairan kurang
Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan
serumen
Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
kompensasi untuk mengatasi kekurangan cairan
Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus
kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egophoni, suara
nafas tambahan ronchi.
Abdomen
5
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area epigastrium
yang mengidentifikasi adanya gastritis.
Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakan tempat pertumbuhan
kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk
pemasangan kateter.
Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal,
kekuatan otot menurun karen nyeri
Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supply darah
ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik)
Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada daerah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka).
Prinsip pengukuran prosentase luas luka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine lund and Bowder)
sebagai berikut :
Bagian tubuh 1 th 2 th Dewasa
Kepala leher 18% 14% 9%
Ekstrimitas atas (kanan dan kiri) 18% 18% 18 %
Badan depan 18% 18% 18%
Badan belakang 18% 18% 18%
Ektrimitas bawah (kanan dan
kiri)27% 31% 30%
Genitalia 1% 1% 1%
Pemeriksaan Penunjang
Hitung darah lengkap, elektrolit dan profil biokimia standar perlu diperoleh segera
setelah pasien tiba di fasilitas perawatan. 1 Diantaranya : 2
1. LED: mengkaji hemokonsentrasi.
6
2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting
untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan
kalium dapat menyebabkan henti jantung.
3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada
cedera inhalasi asap.
4. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
5. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada
luka bakar ketebalan penuh luas.
6. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
Konsentrasi gas darah dan karboksihemoglobin perlu segera diukur karena pemberian
oksigen dapat menutupi penyaring terhadap obat-obatan, antara lain etanol, memungkinkan
penilaian status mental pasien dan antisipasi terjadinya gejala-gejala putus obat. Semua pasien
sebaikanya dilakukan rontgen dada: tekanan yang terlalu kuat pada dada, usaha kanulasi pada
vena sentralis, serta fraktur iga dapat menimbulkan pneumotoraks atau hemotoraks. Pasien yang
juga mengalami trauma tumpul yang menyertai luka bakar harus menjalani pemeriksaan
radiografi dari seluruh vertebra, tulang panjang, dan pelvis. 1
Luka Bakar (Combusio)
Terdapat beberapa efek yang ditimbulkan luka bakar: efek panas terhadap kulit, efek
panas terhadap pembulu darah dan efek panas terhadap metabolisme secara umum. Efek panas
terhadap kulit. Panas mempunyai efek merusak lapisan kulit, sehingga mudah timbul infeksi.
Selain itu juga menyebabkan panas dan cairan tubuh yang hilang bertambah banyak. Efek panas
terhadap darah dan pembuluh darah. Permeabilitas kapiler bertambah, sehingga cairan dan
protein mudah keluar dari pembuluh darah. Akibatnya terjadi hipovolemi dan bila berlanjut akan
terjadi syok hipovolemi. 3
Patofisiologi
Perubahan Lokal
7
Luka bakar menyebabkan nekrosis koagulativa epidermis dan jaringan dibawahnya.
Kedalamannya bergantung pada suhu dan lamanya pajanan yang mengenai kulit. Luka bakar
diklasifikasikan menjadi lima kategori berdasarkan penyebabnya yang berbeda-beda.
Penyebabnya yaitu cedera akibat api, cairan panas (mendidih), kontak dengan benda panas atau
dingin, pajajanan kimia, dan konduksi listrik. Tiga penyebab pertama tersebut menimbulkan
kerusakan sel terutama melalui transfer energy, yang menyebabkan nekrosis koagulatif. Bahan
kimia dan listrik menyebabkan cedera terhadap membrane sel secara langsung selain melalui
transfer panas. 4
Daerah cedera pada kulit dibagi menjadi tiga zona : zona koagulasi, zona stasis, dan zona
hyperemia. Daerah nekrotik pada luka tempat terjadinya kerusakan sel, dinamakan zona
koagulasi; jaringan ini rusak secara irreversible pada saat luka terjadi. Zona stasis adalah daerah
yang segera mengelilingi zona nekrotik yang memounyai tingkat kerusakan sedang disertai
penurunan perfusi jaringan dan bergantung pada lingkungan luka, dapat bertahan hidup berlanjut
ke nekrosis koagulatif. Daerah terakhir dinamakan zona hyperemia yang ditandai dengan
vasodilatasi akibat inflamasi yang mengelilingi luka bakar dan megandung jaringan yang tampak
jelas sebagai tempat mulainya proses penyembuhan;umumnya tidak berisiko berkembang jadi
nekrosis. 4
Perubahan Sistemik
Luka bakar yang signifikan akan menyebabkan pelepasan massif mediator-mediator
inflamasi baik pada luka maupun jaringan lain. Mediator ini menimbulkan vasokonstriksi dan
vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler, serta edema local dan pada organ yang jauh.
Setelah terjadinya luka bakar yang berat, fungsi sel T helper menurun akibat polarisasi respons T
helper 1(TH1) terhadap T helper 2(TH2). 4
Luka bakar juga mengganggu aktivitas limfosit T sitotoksik seiring dengan besarnya luka
bakar sehingga meningkatkan risiko infeksi, terutama akibat jamur dan virus. Setelah terjadi luka
bakar berat dan kemudian dilakukan resusitasi, terjadi hipermetabolisme, yang ditandai dengan
takikardia, peningkatan curah jantung, pengeluaran energy, konsumsi oksigen, lipolysis dan
proteolysis massif, serta kehilangan nitrogen yang berat. 4
Hipermetabolisme terlihat paling jelas pada pasien cedera luka bakar berat yang dapat
bertahan selama berbulan-bulan, yaitu berupa kehilangan berat badan masif dan penurunan
8
kekuatan (terutama saat berusaha/proses sembuh dari komplikasi yang menyertai cedera luka
bakar). Perubahan metabolism ini sebagian diakibatkan oleh pelepasan hormone katabolic yaitu
katekolamin, glukokortikoid dan glucagon. 4
Kedalaman Luka Bakar 4
Luka bakar derajat satu
- Cedera terbatas hanya di epidermis
- Nyeri merupakan keluhan utama , eritematosa, dan memucat bila disentuh sawar
epidermis masih intak
- Tidak menimbulkan jaringan parut, dan pengobatan ditujukan untuk memberikan rasa
nyaman
- Luka bakar derajat ini sembuh dalam 5-10 hari.
Luka bakar derajat dua
- Terbagi menjadi 2 tipe, dangkal dan dalam
- Luka bakar derajat dua-dangkal berupa eritematosa, nyeri, memucat bila disentuh dan
seringkali melepuh.
- Terjadi reepitelisasi spontan dari struktur epidermis yang tersisa dalam lapisan Malfigi
rete ridges, folikel rambut, dan kelenjar keringat dalam 7-14 hari
- Luka bakar derajat dua-dalam yang hingga mencapai dermis lapisan retikuler, tampak
lebih pucat dan berbintik-bintik, tidak memucat bila disentuh, tetapi masih menrasa nyeri
dengan tusukan jarum
- Menyembuh dalam 14-35 hari melalui reepitelisasi folikel rambut dan keratinosit kelenjar
keringat, seringkali disertai pembentukan jaringan parut akibat hilangnya dermis.
Luka bakar derajat tiga
- Full thickness epidermis dan dermis, yang ditandai dengan eskar kasar yang keras tapi
tidak nyeri dan berwarna hitam, putih, atau merah cherry
- Tidak tersisa bagian epidermis atau dermis;oleh karena itu,proses penyembuhan luka ini
harus sembuh melalui reepitelisasi dari tepi luka.
- Luka bakar derajat dua-dalam dan full thickness memerlukan eksisi dengan grafting kulit
agar luka dapat sembuh dengan waktu yang tidak terlalu lama
9
Luka bakar derajat empat
- Mengenai organ lain dibawah kulit, seperti otot, tulang dan otak.
Penentuan Luas Luka Bakar 3
Penentuan luas luka bakar sangat penting untuk menentukan terapi cairan,perawatan dan
prognosis. Pada orang dewasa digunakan rule of nine , formula ini mudah, praktis dan cepat
dikerjakan tetapi kurang teliti, dan tidak boleh digunakan pada anak-anak. 3
Penentuan luas luka bakar pada anak-anak, untuk memudahkan dapat digunakan rule of
five yaitu:
Bagian tubuh Bayi Anak
Kepala
Lengan kanan dan kiri
Badan depan dan belakang
Kaki kanan dan kiri
4x5%
2x5%
4x5%
2x5%
3x5%
2x5%
3x5%
3x5%
Skema Rule of Nine :
10
Kepala dan leher
Dada dan perut
Punggung hingga bokong
Anggota gerak atas masing-masing
Anggota gerak bawah masing-masing
Penineum dan genitalia eksterna
9%
18%
18%
9%
18%
1%
Penentuan yang lebih tepat didapatka dengan menggunakan cara menurut Laund and Browder.
Penentuan dengan cara ini lebih sulit, lebih tepat, dapat digunakan pada anak dan dewasa.
Umur (tahun)
0 1 5 10 15 Dewasa
A-1/2 kepala
B-1/2 paha
C-1/2 betis
9,5(%)
2,25
2,5
8,5
3,25
2,5
6,5
4
2,75
5,5
4,25
3
4,5
4,25
3,25
3,5
4,75
3,5
Pada keadaan darurat dapat digunakan cara cepat yaitu dengan menggunakan luas telapak tangan
penderita. Prinsipnya yaitu luas telapak tangan= 1% luas tubuh.
Penggolongan Berat - Ringan Luka Bakar 3
11
Luka bakar ringan
Yang tergolong luka bakar ringan adalah luka bakar derajat I dan II dengan luka bakar
<15% pada orang dewasa , dengan luas luka bakar <10% pada anak anak ; luka bakar derajata III
dengan luas luka bakar <2%. Pada luka jenis ini penderita cukup berobat jalan dan dirawat bila
perlu dilakukan tindakan tertentu, misalnya tandur alih kulit. 3
Luka bakar sedang
Luka bakar derajat II dengan luas luka bakar 15 – 25% pada orang dewasa dan dengan
luka bakar 10-20% pada anak anak ; luka bakar derajat II dengan luas <10%. Pada luka bakar
jenis ini sebaiknya dirawat dirumah sakit. Perawatan jalan akan menyulitkan penderita dan
meningkatkan resiko. 3
Luka bakar berat
Yang tergolong luka bakar berat adalah luka bakar derajat II dengan luas >25% pada
orang dewara dan dengan luas >20% pada anak anak , luka bakar derajat III dengan luas >10%
dan luka bakar deraja IV; luka bakar yang mengenai tangan, wajah, mata, telinga, kaki, dan
genetalia serta persendia sekitar ketiak; semua penderita dengan inhalasi, luka bakar dengan
komplikasi trauma berat; luka bakar beresiko tinggi (menderita penyakit DM,dsb.). pada luka
abakar ini penderita harus dirawat. 3
Luka Bakar Pada Lokalisasi Tertentu 3
Yang dimaksud dengan luka bakar lokalisasi tertentu adalah luka abakar pada muka,
tangan, kaki, perineum, bokong, dan paha. Luka bakar pada muka dan peritoneum, meskipun
tidak memerlukan perawatan khusus segera, tetapi memerlukan teknik dan fasilitas khusus agar
proses penyembuhannya optimum, anatara lain kontraktur dapat dicegah. Luka bakar pada
peritoneum dan bokong menimbulkan masalah khusus dalam perawatan. 3
Cidera Inhalasi
Cidera inhalasi merupakan ancaman paling dini yang berupa obstruksi jalan napas, keracunan
gas CO, dan inhalasi udara panas. 3
Pemeriksaan dan Tindakan Pada Cidera Inhalasi 3
12
1. Bersihkan jalan napas dari lender dan benda asing.
2. Intoksikasi CO sukar ditentuka, warna Cherry red pada kulit (khas pada keracunan CO)
sukar terlihat pada kulit penderita luka bakar.
3. Intoksikasi CO diobati dengan pemberian Oksigen 100% melalui masker.
4. Pada inhalasi udara panas pada pemeriksaan tampak bulu bulu hidung hangus, mukosa
faring posterior kering dan meradang, edema glottis, dan suara serak.
5. Penanganan cidera inhalasi dilakukan dengan intubasi endotrakea segera, pemberian
hidrokortison sebanyak 2 gram atau metal prednosilon, terapi nalagetik narkotik (morfin,
petisin) merupakan kontraindikasi.
Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Penatalaksanaan Luka Bakar Dilakukn 3
1. Luka bakar dengan luas lebih dari 50% memerlukan jumlah cairan yang sama dengan
luka bakar 50%.
2. Kecepatan pembentukan edema jaringan akibat luka bakar mencapai puncaknya selama
6-8 jam pertama, kemudian menurun dan sisanya berhenti setelah 48 jam.
3. Setelah itu, dimulailah penyerapan, terutama melalui saluran getah bening (limfe). Tetapi
pada luka bakar yang sangat luas, lebih lebih bila disertai infeksi, maka edema dapat
terjadi 2-3 minggu.
Penatalaksanaan Luka Bakar
Proses terbakar harus dihentikan sesegera mungkin adalah mematikan api pada tubuh.
Korban dapat mengusahakannya dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling agar bagian
pakaian yang terbakar tidak meluas.
Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka
bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas
menit. Upaya ini untuk mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan menghentikan
proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi. Oleh karena itu, merendam
bagian terbakar selama lima belas menit sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan
sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Air yang digunakan tidak perlu steril.
Pada luka bakar ringan diarahkan untuk memaksimumkan kenyamanan pasien dan
kesembuhan luka tanpa komplikasi. Prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah
13
yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk
berpoliferasi, dan menutup permukaan luka.5 Luka harus dibersihkan untuk menghilangkan
benda asing. Lepuh kulit yang utuh tidak perlu dihilangkan; tetapi kulit-kulit lepas pada luka
bakar derajat dua mungkin harus dibersihkan. Luka bakar ringan dibersihkan dengan desinfektan
deterjen bedah, dilakukan debridement, dan dibiarkan mengering. Jika memakai kasa pembalut
perlu diganti setiap 3 hari dan luka diinspeksi. Jika proses penyembuhan berjalan memuaskan,
maka kasa pembalut dpat diberikan lagi. Namun jika timbul infeksi setelah pembersihan yang
cermat, luka dicuci dengan larutan povidonyodium atau larutan antibakteri serupa.6
Pada luka bakar luas dan dalam, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit yang punya
tenaga terlatih dan unit luka bakar yang memadai untuk penanganan luka bakar tersebut. Dalam
perjalanan penderita sudah dilengkapi denganinfus dan penutup kain yang bersih, membawa
penderita dalam posisi tidur (terlentang/telungkup).5
Sewaktu penderita tiba Bebaskan jalan napas dan bila perlu berikan oksigen. bila
terjadi stridor dan sianosis, segera lakukan trakeostomi. Tangani syok yang terjadi. Dan bila
pasien sadar dan memungkinkan, segera ukur berat badannya. 3
Tindakan lanjutan. Hitung luas luka bakar yang terjadi, dan bila penderita kesakitan
berikan morfin 10 mg / IV sedangkan pada anak anak dapat diberikan barbiturate. Kemudian
lakukan pemasangan kateter, bila mungkin kateter foley (kateter balon). Lalu lakukan pemberian
ATS dengan dosis untuk dewasa sebesar 300 IU per IM; antibiotika ; terapi cairan; dan
perawatan luka. 3
Pemberian Cairan Pada Luka Bakar
Akses vena paling baik diperoleh dengan kateter perifer pendek pada kulit yang tidak
terbakar; namun vena pada kulit yang terbakarpun bisa digunakan. Insisi vena safena bermanfaat
jika sulit untuk menemukan akses infuse. Pada anak berusia kurang dari 6 tahun, dapat
digunakan akses intra medular di tibia proksimal. Larutan ringar laktat tanpa dextrose merupakan
pilihan utama kecuali pada anak anak kurang dari 2 tahun, yang harus diberikan ringer laktat
dextrose 5 %. Banyak cara pemberian cairan pada luka bakar. Pilihlah satu sebagai pegangan
agar tidak ragi pada saat penangana. Pilihlah cara yang prktis dan mudah. 3,7
14
Formula EVANS 3
Dalam 24 jam I, berikan:
NaCl 0,9% : 1 x BB x % luka bakar
Koloid : 1 x BB x % luka bakar
Dextrosa 5 % : 2000 ml (untuk pengantian Insensible water loss)
Dalam 8 jam pertama, jumlah cairan yang diberikan sebesarsetengah dari kebutuhan
total. Dalam 16 jam bedia, diberikan sisa kebutuhannya total.
Dalam 24 jam ke II :
Perhitungan cairan sama seperti 24 jam pertama. Cairan diberikan dalam tetes merata.
Cara menghitung tetes dipakai rumus:
g= PQ x3
keterangan :
g : jumlah tetes permenit
P : jumlah cairan dalam cc
Q : jam yang diperkirakan
BB : berat badan penderita (dalam Kg)
IWL : (insensible water loss) dalah kehilangan setiap hari yang tidak kita sadari. Kehilangan air dengan
cara ini berlangsung lewat keringat dan pernapasan. Rata rata IWL orang dewasa
2000cc / hari.
Pada pemberian cairan yang tepat, akan dicapai produksi urin 50 cc / jam. Pada anak
anak, pemberian dekstrosa 5% sebagai penganti IWL berdasarkan berat badannya. Untuk berat
badan <10 Kg penggantian IWL sebesar 100 ml / KgBB, berat badan 10-20 kg : 50
ml/KgBB,dan berat badan >20 Kg : 200 ml/ KgBB.
Perawatan luka 4,8
15
Terapi terkini yang ditujukan untuk penanganan luka bakar dapat dibagi menjadi tiga
tahap: penilaian, penanganan dan rehabilitasi. Sekali luas dan kedalama luka telah dinilai dan
dibersihkan serta sudah didebridemen seluruhnya, tahap penanganan dimulai
- Luka derajat satu adalah cidera minor yang menyebabkan hilangnya fungsi barrier kulit yang
minimal; luka ini tidak memerlukan pembalutan dan dapat diobati dengan salap topical untuk
mengurangi nyeri dan menjaga kelembaban kulit.
- Luka derajat dua dapat diobati dengan mengganti balutan setiap hari disertai antibiotic
topical, perban katun, dan perban elastis, atau pilihan lain dengan menggunakan pengganti
kulit seperti Biobrane.
- Luka derajat dua dalam dan derajat tiga memerlukan eksisi dan grafting untuk menutup luka
bakar yang cukup besar.
Antimikroba 4
Penggunaan antimikroba yang tepat waktu dan efektif dapat mencegah infeksi luka yang
invasive. Pada luka bakar yang tidak diobati, organisme akan berproliferasi dalam jumlah yang
tinggi (>105 organisme per gram jaringan), organisme ini dapat menembus jaringan yang masih
viable dan kemudian menginvasi pembuluh darah, sehingga menyebabkan infeksi sistemik
- Sulfadiazine perak
a. Salep antibiotic topikal yang paling sering digunakan
b. Kerjanya berspektrum luas terhadap gram positif, gram negatif, dan beberapa
bentuk jamur
c. Tidak nyeri jika dioleskan dan mudah digunakan
d. Dapat timbul leukopenia transien selama 3-5 hari jika terus digunakan
- Mafenidat asetat
a. Merupakan agen topikal spectrum luas dan terutama bermanfaat untuk melawan
spesies pseudomonas dan Enterococcus yang resisten
b. Dapat juga menembus eskar, sedangkan sulfadiazine perak tidak dapat menembus
eskar
16
c. Kerugiannya yaitu rasa nyeri bila dioleskan, dan memiliki sifat menginhibisi
anhydrase karbonat yang dapat menimbulkan asidosis metabolic
- Polimiksin B, neomisin, dan basitrasin
a. Jernih, tidak nyeri dan memudahkan observasi luka
b. Paling sering digunakan untuk pengobatan luka bakar pada wajah, tempat graft,
penyembuhan tempat donor, dan untuk partial-thickness burns yang kecil
- Mupirojeniscin mempunyai aktivitas yang baik terhadap bakteri gram positif, terutama
terhadap Staphylococcus aureus yang resisten terhadap metisilin dan bakteri gram
negative tertentu
- Nistatin dapat digunakan pada luka untuk mengontrol pertumbuhan jamur
- Perak nitrat
a. Tidak nyeri jika digunakan dan memiliki efektifitas antimikroba yang sempurna
b. Kerugiannya adalah pewarnaan pada permukaan menjadi berwarna kelabu atau
hitam. Larutan ini hipotonik dan penggunan secara terus menerus dapat
menyebabkan kehilangan elektrolit
- Larutan Dakin
a. Merupakan larutan natrium hipoklorit encer
b. Efektif melawan sebagian besar mikroba
c. Memiliki efek sitotoksik terhadap sel pada luka pasien yang sedang menyembuh
Pembalutan Sintetis dan Biologis 4
Jenis pembalutan ini merupakan pelindung yang stabil dan tidak memerlukan
penggantian pembalut yang menyakitkan, mencegah penguapan dan mengurangi rasa nyeri pada
luka dan Tidak menghambat reepitelisasi. Sebaiknya digunakan dalam 48 jam setelah terbakar,
sebelum kolonisasi bakteri yang hebat terjadi
Pembalutan sintetis dan biologis digunakan untuk melindungi luka derajat dua sambil
menunggu epitel dasar menyembuh, atau dapat juga digunakan untuk melindungi luka full-
thickness sambil menunggu tersedianya autograft .
Xenografi dari babi dan allograft dari cadaver dapat digunakan sebagai donor dan mampu
melaksanakan fungsi pelindung dan imunologis kulit normal. Pembalutan biologis ini
melindungi luka dengan optimal pada daerah-daerah tempat kulit normal sudah hilang.
17
Akhirnya, pembalutan biologis ini akan ditolak melalui mekanisme imun pada umumnya.
Pembalutan ini dapat digunakan untuk melindungi semua luka sebagai balutan sementara.
Kerugiannya yaitu memungkinkan transmisi penyakit virus dan kemungkin meninggalkan jejak
pada kulit menyerupai jala (mesh pattern)
Eksisi dan grafting4
Luka bakar derajat dua dan tiga biasanya memerlukan eksisi dan grafting awal. Terdapat
banyak manfaat dilakukannya debridemen serial dari segi; kemungkinan pasien bisa selamat,
kehilangan darah dan lamanya rawat inap. Berbagai usaha dilakukan, misalnya dengan
melakukan eksisi secara tangensial, agar hasil kosmetiknya optimal. Dalam membuang seluruh
jaringan-jaringan yang sudah mati, jarang diperlukan eksisi fascia, kecuali jika sudah terjadi
komplikasi infeksi, maka diperlukan tindakan operasi.
Untuk memaksimalkan hasil kosmetik, graft kulit tidak dibuat mesh (seperti jala) atau
dibuat mesh tapi dengan rasio yang sempit (2:1 atau kurang). Pada luka bakar luas, metode
penanganan yang khas yaitu menggunakan autograph yang diperlukan (4:1 atau lebih) dan
ditutupi lagi dengan allograft cadaver untuk menutupi lubang-lubang autograft dengan
sempurna
Bagian-bagian luka yang tidak dapat ditutupi bahkan dengan meshed-autograft yang
sudah diperluas, ditutup dengan kulit allograft sebagai persiapan autografting jika tempat donor
sudah menyembuh.
Idealnya, daerah yang kurang penting secara kosmetik ditutupi dengan kulit mesh yang
diperluas untuk menutupi sebagian besar luka sebelum menggunakan graft non-meshed pada
operasi selanjutnya. Graft non-meshed ini sebetulnya lebih diperuntukkan pada daerah yang
oenting secara kosmetik seperti tangan dan wajah. Infeski dikontrol dengan menggunakan
antibiotic perioperative yang tepat dan menutupi graft dengan antimikroba topikal pada saat
pembedahan
Autograft epitel yang dikultur, dapat digunakan pada luka bakar yang sangat masif
(>80% TBSA) berhubung terbatasnya luas kulit yang dapat dijadikan donor. Kerugian
menggunakan kultur autograft epietel adalah lamanya waktu yang diperlukan agar autograft (2-
3 minggu) bisa tumbuh, kemungkinan graft di-take sebesar 50-70% resistensi yang rendah
terhadap trauma mekanik, lebih tingginya kemungkinan pembentukan parut dan besarnya biaya
18
yang dibutuhkan. Penggunaan agen anabolic untuk mempercepat penyembuhan luka tekah
diteliti dan agen yang paling efektif adalah growth hormone recombinant dan insulin secara
sistemik
Graft kulit full-thickness yang mengandung seluruh lapisan dermis dan epidermis
memberikan hasil terbaik dalam hal penutupan luka, karena lebih kurang mengalami kontraktur
dan penampakan luarnya lebih baik dibandingkan dengan menggunakan graft kulit yang split-
thickness.
Komplikasi 3
Gangguan jalan napas
Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama. Terjadi
karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan dengan jalan membersihkan jalan
napas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika
Infeksi.
Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami
sepsis. Berikan antibiotic berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi. Kortikosteroid
jangan diberikan karena bersifat imunosupresif, kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pada
edema laring berat demi kepentingan menyelamatkan jiwa penderita.
Gagal organ multiple
seringkali disebabkan oleh sepsis infeksius. Sebetulnya terjadinya gagal organ tidak
memerlukan infeksi;yang diperlukan adalah focus perdangan. Perkembangan menuju gagal
organ multiple berkembang seiring dengan menghebatnya systemic inflammatory response
syndrome. Hampir semua pasien luka bakar memenuhi kriteria systemic inflammatory response
syndrome. terutama pada paru, ginjal dan system koagulasi.
Curling’s ulcer
Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5-10. Terjadi ulkus pada
duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis. Antasida harus diberikan secara
rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada endoskopi 75% penderita luka bakar
menunjukkan ulkus di duodenum
Konvulsi
19
Ialah komplikasi paling unik dan sering terjadi pada anak. Konvulsi ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin, aminofilin,
difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui. Komplikasi luka abakar yang lain adalah
timbulnya kontraktur dan gangguan kosmetik.
Pencegahan 4
Eksisi dan pembuangan dini jaringa mati akan mencegah infeksi luka dan menurunkan
inflamasi yang menyertai luka tersebut. Kerusakan oksidatif akibat cedera reperfusi setelah statsu
aliran darah yang rendah, megharuskan dilakukannya resusitasi cairan agresif lebih awal. Terapi
antibiotic topical dan sistemik telah secara signifikan mengurangi insidens sepsis luka bakar
invasive. Antibiotic perioperative jelas menguntungkan pasien luka bakar yang mengenai 30%
TBSA.
Memerhatikan penggantian alat/kateter intravaskuler secara terjadwal dapat mengurangi
insidens sepsis akibat kateter. Mengusahakan agar pasien berhenti menggunakan ventilator
sedini mungkin. Mobiliasis dini merupakan cara efektif untuk mencegah komplikasi resprasi.
Pemberian makanan enteral secara dini akan megurangi morbiditas sepsis dan mencegah gagal
sawar usus.
Nutrisi 4
Hipermetabolisme hebat terjadi setelah luka bakar berat. Peningkatan konsumsi oksigen,
laju metabolism, ekskresi nitrogen urin, lipolysis dan kehilangan berat badan, berbanding lurus
dengan luas daerah yang terbakar. Respons yang timbul dapat mencapai 200% dibandingkan
dengan laju metabolism normal dan hal ini dapat menetap selama berbulan-bulan setelah
penutupan luka.
Kebutuhan energy sangat besar dan dicukupi dengan mobilisasi cadangan karbohidrat,
lemak dan protein. Cadangan energy cepat habis, sehingga menimbulkan kehilangan jaringan
otot aktif dan malnutrisi. Malnutrisi ini disertai dengan gangguan fungsi organ-organ,
penyembuhan luka yang lambat dan abnormal, penurunan daya imunitas, dan terganggunya
fungsi transport aktif membrane sel
Tujuan bantuan nutrisi adalah untuk memepertahankan dan meningkatkan fungsi organ
dan mencegah malnutrisi kalori-protein. Formula Curreri yang umumnya digunakan pada
pasien luka bakar dewasa adalah 25kkal/kg/hari ditambah 40kkal setiap persen TBSA per hari,
20
tetapi hal ini dapat menimbulkan pemberian nutrisi yang berlebihan. Formula lain yang dapat
digunakan adalah 1500kkal/m2 +1500kkal/m2 daerah yang terbakar
Komposisi diet optimal mengandung 1-2g/kg/hari protein, yang dengan kebutuhan kalori
yang disebutkan sebelumnya memberikan rasio kalori-nitrogen sekitar 100:1. Dibandingkan
dengan lemak, karbohidrat memiliki keuntungan yaitu merangsang produksi insulin endogen.
Pemberian nutrisi hanya melalui jalur parenteral saja pada pasien luka bakar telah menyebabkan
meningkatnya angka komplikasi dan morbiditas bila dibandingkan dengan pemberian nutrisi
enteral; nutrisi parenteral total hanya diberikan pada pasien yang tidak dapat menoleransi
pemberian enteral.
Prognosis 3
Morbiditas dan mortalitas penderita luka bakar berhubungan dengan luas luka bakar,
derajat luka bakar, umur, tingkat kesehatan, lokalisasi lukaa bakar, cepat lambatnya pertolongan
yang diberikan, dan fasilitas tempat pertolongan. Mortalitas meningkat pada penderita usia 60
tahun karena rentan terhadap infeksi, dan pada penderita-penderita dengan penyakit jantung,
DM,PPOK (penyakit paru obstruksi kronik seperti asma, bronchitis kronis).
Kesimpulan
Daftar Pustaka
1. Schwartz, Seymour I. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Jakarta: EGC; 2000.h.97-123.
2. Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press. Surabaya
3. Karakata S, Bachsinar B. Bedah minor. Jakarta: Hipokrates, 2001. Hal 91-102
4. Jeschke M, Williams FN, Gauglitz GG, Herndon DN. Burns. In Townsend CM,
Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston textbook of surgery: the biological
basis of modern surgical practice. Canada: Saunders; 2012. P. 276-87
5. Hasibuan LY, Soedjana H, Bisono. Luka: in Buku ajar ilmu bedah Sjamsuhidajat-de
Jong. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2010.h.95-110.
6. Georgiade GS, Pederson WC.Luka bakar : in Buku ajar bedah. Bagian 1. Jakarta: EGC;
1995.h. 151-9.
21
7. Widodo D, Sukasah CL, Firdaoessaleh, Rosana Y, Jaman W. Emergency cases in daily
practice. Jakarta: FMUI; 2008.h.48-51.
8. Craig Bates. Luka bakar full-thickness. Dalam: Teks-atlas kedokteran kedaruratan.
Jakarta: Erlangga; 2008.h.697.
22