Paparan Dirjen Di Teknik Kimia UPN Veteran_18032015
-
Upload
firdaus-dyansyah -
Category
Documents
-
view
7 -
download
1
description
Transcript of Paparan Dirjen Di Teknik Kimia UPN Veteran_18032015
KESDM1
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KIMIA UNTUK PENGELOLAAN SUMBER
DAYA ALAM INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Bahan Paparan Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” 2015, Jurusan Teknik Kimia, UPN “Veteran” Yogjakarta
Oleh :R. Sukhyar
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara
Yogjakarta, 18 Maret 2015
KESDM2
I. PENDAHULUANII.PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
KIMIAIII.KONDISI SAAT INI IV.KEBIJAKAN MINERAL DAN
BATUBARA
V.TANTANGAN PENGOLAHAN MINERAL DAN BATUBARA
VI.PENUTUP
KERANGKA PRESENTASI
KESDM3
I. PENDAHULUAN
KESDM4
I. PENDAHULUANI. PENDAHULUAN
1. Mineral dan batubara merupakan sumber daya alam yang tidak terbaharukan (non renewable) dikuasai negara, oleh karena itu pengelolaan SDA dikuasai oleh Negara agar memberi nilai tambah bagi perekonomian nasional guna mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, sebagaimana amanat pasal 33 UUD 1945.
2. Indonesia memiliki banyak sumber daya mineral dan energi namun belum tentu kaya, karena penduduknya yang besar (harus mendapat manfaat dari sumber daya tersebut berupa pekerjaan dan kesejahteraan). Kondisi ini tidak dapat diwujudkan dengan hanya mengekspoitasi sumber daya dan menjualnya dalam bentuk bahan mentah.
3. Mempertimbangkan perkembangan nasional maupun internasional, maka pengelolaan pertambangan mineral dan batubara perlu dilakukan secara mandiri, transparan, berdaya saing, efisien, dan berwawasan lingkungan, guna menjamin pembangunan nasional secara berkelanjutan serta keamanan energi.
4. Filosofi pertambangan: masyarakat sekitar operasi pertambangan terkena dampang langsung/tidak langsung atas kegiatan usaha, maka harus mendapat manfaat paling besar (ekonomi dan sosial).
5. Kehidupan masyarakat harus terus berlangsung walaupun kegiatan usaha pertambangan sudah berakhir. Transfer sumber daya tidak terbarukan menjadi sumber daya terbarukan (kualitas SDM) merupakan prioritas utama.
I.1. LATAR BELAKANG
KESDM5
Sektor pertambangan memiliki peran ganda dalam perekonomian Indonesia dan berfungsi sebagai penggerak utama untuk pembangunan daerah.
ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL UNTUK
KESEJAHTERAAN RAKYAT
PRO-JOB (penciptaan
lapangan kerja baru)
PRO-GROWTH (Pertumbuhan
Ekonomi)
PRO-POOR(pemerataan pendapatan)
PRO-ENVIRONMENT(Keberlanjutan pertambangan yang berwawasan lingkungan)
Pengembangan Masyarakat melalui CSR
Tenaga kerja lokal,Penggunaan barang dan jasa lokal,Kemandirian teknologi
Penerimaan negara, investasi dan Peningkatan neraca perdagangan
Penerapan good mining practice, reklamasi dan pasca tambang Sumber:
Ditjen Minerba, KESDM, 2014
1.2 PERAN DAN FUNGSI
KESDM6
II. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KIMIA
KESDM7
FAKTOR STRATEGIS INDUSTRI KIMIA
“Chemical Engineer” Masa Depan
Keseimbangan
Cara PandangKeseimbangan
Kemajuan Ekonomi
Kes
eim
ban
gan
Eko
log
i
Dorongan konsumsi
Titik solusi Solusi integratif
Dorongan konservasi
KESDM8
ARAH STRATEGIS INDUSTRI KIMIA
Positif
Negatif
Negatif Positif
Keseimbangan Kemajuan Ekonomi
Ke
sei
mb
an
gan
E
ko
log
i
Konsumsi Energi Yang Efisien
Menciptakan Energi/ Material
Baru
Investasi generasi selanjutnya:
Pengetahuan dan Solusi
KESDM9
Industri Kimia Harus Dapat Diaplikasikan Dalam Banyak Sektor
Tiga Skala Dari Aplikasi PengetahuanPerspektif Skala
Holistik
Perspektif Mikroskopik
Permasalahan sistem dinamis skala besar
• Keseimbangan ekologi global?• Keseimbangan energi?• Struktur sosial?
Fungsi tingkat
selular/ nano
1. Efisiensi2. Konservasi3. Daur Ulang
KESDM10
TEKNOLOGI BARU YANG DAPAT MEMACU ERA BARU
Teknologi NanoTeknologi Informasi
BioteknologiTeknologi Opto
HILIRHULU
Rekonfigurasi Industri Proses
KESDM11
Mendesain proses untuk mengkonversi bahan mentah;Memperbaiki proses yang telah ada;Mengkoordinasikan produksi;Mengelola unit bisnis;Melakukan penelitian untuk mengembangkan proses dan
produk baru.
PERANAN “CHEMICAL ENGINEER”:
KESDM12
III. KONDISI SAAT INI
KESDM13
Sumber : Badan Geologi, KESDM, 2014
Ferro and Associates : Fe, Nickel, Cobalt, Chromit , Mangan, Molibdenum, Titanium
Precious Metal : Gold, Silver, PlatinumBase Metal : Zinc, Cupper, Tin, Lead, Mercury Light and Rare metal : Bauxite, Monasit
NO Jenis
Sumber Daya Cadangan
Bijih Logam Bijih Logam
1 Emas Primer 8.357,7 0,007 2.807,16 0,0026
2 Bauksit 1.347,6 648,5 585,7 239,6
3 Nikel 3.711,6 54,4 1.155,2 21,4
4 Tembaga 18.284,5 108,7 2.719,6 25,6
5 Besi 712,45 401,7 65,6 39,8
6 Pasir Besi 2.121,5 443,7 173,8 25,4
7 Mangan 15,6 6,3 4,4 2,8
8 Seng 670,7 7,5 19,9 2,2
9 Timah 3.945,6 2,3 1.322,5 0,28
10 Perak 14.468,6 0,838 15.114 1,95
(Dalam juta ton)SUMBER DAYA DAN CADANGAN MINERALSUMBER DAYA DAN CADANGAN MINERAL
KONDISI SAAT INI (1)KONDISI SAAT INI (1)
KESDM14
Sumber : BP Statistical Review of World Energy, Juni 2014
Cadangan dunia(%)
TOTAL SUMBER DAYA
124,796 Milyar Ton
TOTAL CADANGAN
32,38 Milyar Ton
Very High ( > 7.100 kal/gr )
Low ( < 5.100 kal/gr )
High ( 6.100 – 7.100 kal/gr ) Medium ( 5.100 – 6.100 kal/gr)
Sumber : Badan Geologi, 2014
Menurut Statistical Review of World Energy 2013, BP : Cadangan Batubara Indonesia hanya 3,1% cadangan dunia
SUMBER DAYA DAN CADANGAN BATUBARASUMBER DAYA DAN CADANGAN BATUBARA
KONDISI SAAT INI (2)KONDISI SAAT INI (2)
26.6%
17.6%
12.8%
8.6%
6.8%
4.5%
3.8%
3.8%
3.4%3.1%
US Rusia FederationChina AustraliaIndia JermanUkraina PolandiaAfrika Selatan Indonesia
KESDM15
2010 2011 2012 2013 *2014
KK 1479 1235.5 1366.1 1520 614.1
PKP2B 764.4 958.1 966.5 625.3 1086
IUP BUMN 38.3 104 179.3 73.9 98.5
IUJP & SKT 904.8 986.7 1000 1717 5,539
Smelter 1187.1 1179.1 1289.1 1190.1 0
Total 4373.6 4463.4 4801 5126.3 7337.1
500
1,500
2,500
3,500
4,500
5,500
6,500
7,500
5,539
Inve
stas
i, Ju
taan
US$
7%
Sumber: Ditjen Minerba, 2015
s.d. Triwulan II belum ada investasi
pembangunan smelter dari rencana 1,8 Milyar US$ pada
tahun 2014.
Peningkatan investasi pertambangan
minerba berkisar 7,35% .
*2014 = rencana investasi 2014
Investasi IUJP & SKT pada pertambangan minerba meningkat
signifikan !
INVESTASI PERTAMBANGAN MINERBAINVESTASI PERTAMBANGAN MINERBA
KESDM16
PRODUKSI BIJIH NIKEL, BAUKSIT DAN BIJIH BESI/PASIR BESI
PRODUKSI BIJIH NIKEL, BAUKSIT DAN BIJIH BESI/PASIR BESI
Sumber: Ditjen Minerba, 2015
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Bijih Nikel 4.3 6.6 10.6 6 7 32 41 60 4.8
Bauksit 1.5 15 9.8 5 16 39 30 56 3.1
Bijih Besi 0.24 1.8 4 5 4 12 10 19 1.1
10
30
50
70
90
110
130
150Ju
ta T
on
KESDM17
NO PROGRES (%) CAPAIAN KEGIATAN
JUMLAH IUP (Des 2014)
JUMLAH IUP
(Jan 2015)
1. 0 – 5 Progres mencapai Studi Kelayakan
102 98
2. 6 – 10 Progres mencapai AMDAL
12 11
3. 11 - 30 Progres mencapai Ground Breaking dan Awal Konstruksi Pabrik
13 20
4. 31-50 Progres mencapai Pertengahan Tahap Konstruksi Pabrik
22 17
5. 51-80 Progres mencapai Akhir Tahap Konstruksi
4 7
6. 81-100 Progres mencapai tahap commissioning/Produksi
25 25
PROGRES PEMBANGUNAN FASILITAS PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN
1. Progres
2. Rencana Fasilitas Pengolahan & Pemurnian Per Komoditas Dengan Progress >6%NO KOMODITAS JUMLAH
IUP
JUMLAHFAS.
PENGOLAHAN /PEMURNIAN
1. Nikel 40 32
2. Bauksit 10 5
3. Besi 8 8
4. Mangan 3 3
5. Zirkon 13 11
6. Timbal dan Seng 2 2
7. Kaolin dan Zeolit 4 4Total 80 65
Sumber: Ditjen Minerba, 2015
KESDM18
REALISASI PRODUKSI BATUBARA BERDASARKAN NILAI KALORI
REALISASI PRODUKSI BATUBARA BERDASARKAN NILAI KALORI
Nilai Kalori 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kalori Rendah 2,36% 2,36% 8,82% 8,83% 8,83% 8,83%
Kalori Sedang 70,97% 70,97% 57,71% 57,74% 57,74% 57,74%
Kalori Tinggi 26,66% 26,66% 33,47% 33,43% 33,43% 33,43%
Sumber: Ditjen Minerba, 2015
KESDM19
III. KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA
KESDM20
2011 2011-2015 2015-2025
1. Memprioritaskan pemenuhan kebutuhan mineral dan batubara di dalam negeri
2. Memberikan kepastian dan transparansi dalam kegiatan pertambangan
3. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan
4. Mendorong investasi dan penerimaan negara
5. Mendorong perkembangan komoditas pertambangan hasil peningkatan nilai tambah (misal: pengolahan, pemurnian, muatan lokal, belanja daerah, tenaga kerja dan CSR)
6. Menjaga kelestarian lingkungan melalui pengelolaan lingkungan, reklamasi, dan kegiatan pascatambang.
KEBIJAKAN:
1. Fasilitas untuk kegiatan hulu dan hilirisasi industri mineral dan batubara tersedia dengan baik
2. Produk dari peningkatan nilai tambah mineral dan batubara berkontribusi terhadap pertambangan dan perekonomian nasional
3. Kemampuan teknologi yang memadai untuk peningkatan nilai tambah mineral dan batubara
4. Kemampuan sumber daya manusia telah dikembangkan untuk mendukung teknologi (kemandirian teknologi)
1. Penerapan Good mining practice
2. Pencapaian peningkatan produksi, penjualan dan investasi pendapatan
3. Implementasi dari peningkatan nilai tambah mineral dan batubara
1. Sumberdaya dan Cadangan mineral dan batubara yang terbatas dan menyebar
2. Peningkatan permintaan domestik3. Keterbatasan fasilitas pengolahan
dan pemurnian4. Keterbatasan infrastruktur5. Investasi tidak memadai6. Keahlian sumber daya manusia
masih terbatas7. Kemampuan teknologi terbatas
UU No.4/2009 dan regulasi pendukung
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA
KESDM21
1. Sejak tanggal 12 Januari 2014, dilarang melakukan penjualan bijih (raw material/ ore) ke luar negeri.
2. Pemegang kontrak karya wajib melakukan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri.
3. Pemegang IUP Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri.
4. Pemegang kontrak karya yang melakukan kegiatan penambangan mineral logam dan telah melakukan kegiatan permurnian, dapat melakukan penjualan ke luar negeri dalam jumlah tertentu (bukan bijih/raw material/ore).
5. Pemegang IUP Operasi Produksi yang melakukan kegiatan penambangan mineral logam dan telah melakukan kegiatan pengolahan, dapat melakukan penjualan hasil olahan ke luar negeri dalam jumlah tertentu.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengolahan dan pemurnian serta batasan minimum pengolahan dan pemurnian diatur dengan Peraturan Menteri.
PERATURAN PEMERINTAH NO 1 TAHUN 2014
KESDM22
1. Hasil PENGOLAHAN komoditas mineral logam yang dapat dijual ke luar negeri yaitu: konsentrat tembaga, konsentrat besi, konsentrat pasir besi/pelet, konsentrat mangan, konsentrat timbal, dan konsentrat seng.
2. Komoditas mineral logam timah, nikel, bauksit, emas, perak, dan kromium HANYA dapat dijual ke luar negeri setelah dilakukan PEMURNIAN.
3. Batasan minimum pengolahan dan pemurnian diatur dalam Lampiran Permen ESDM No. 1 Tahun 2014 (Lampiran 1 : Komoditas Tambang Mineral Logam, Lampiran 2 : Komoditas Tambang Mineral Bukan Logam, Lampiran 3 : Komoditas Tambang Batuan).
4. Pemegang KK dan IUP OP Mineral Logam, setelah jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak Permen ini diundangkan, hanya dapat melakukan penjualan ke luar negeri hasil produksi yang telah dilakukan pemurnian sesuai batasan minimum pemurnian.
PERATURAN MENTERI ESDM NO 1 TAHUN 2014
KESDM23
PETA KEBIJAKAN KEWAJIBAN PEMENUHAN KEBUTUHAN BIJIH/KONSENTRAT UNTUK
KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN
DMOPermen No. 34
Tahun 2009
KEBIJAKAN
- Pasokan Bahan Baku
DMOHulu
Tambang
DMOHilir
Tambang
Permen No. 20 Tahun 2013- Batasan minimum
ekspor- Tidak ada ekspor
bijih pada tahun 2014
Draft Kepmen ESDM- Penetapan Kebutuhan dan
Persentase Minimal DMO
- Pasokan untuk Industri Hilir
KEBIJAKAN
Draft Perdirjen Minerba- Formula Harga Patokan
Mineral
Permen ESDM No. 17/2010- Penetapan Harga Patokan
Mineral
IMPLEMENTASI
KESDM24
IV. TANTANGAN PENGOLAHAN MINERAL DAN BATUBARA
KESDM25
Mineral Logam
Batuan
Mineral Bukan Logam
Pengolahan
Pengolahan
Pemurnian
− Pengolahan Mineral merupakan upaya untuk meningkatkan mutu Mineral atau Batuan yang menghasilkan produk dengan sifat fisik dan kimia yang tidak berubah dari Mineral atau Batuan asal, antara lain berupa Konsentrat Mineral Logam dan Batuan yang dipoles”
− Pemurnian Mineral merupakan upaya untuk meningkatkan mutu Mineral Logam melalui proses ekstraksi serta proses peningkatan kemurnian lebih lanjut untuk menghasilkan produk dengan sifat fisik dan kimia yang berbeda dari Mineral asal, antara lain berupa logam dan logam paduan”
PENINGKATAN NILAI TAMBAH MINERAL (1)
KESDM2626
PENINGKATAN NILAI TAMBAH MINERAL (2)PENINGKATAN NILAI TAMBAH MINERAL (2)
Mining Smelting Refining End-User
Concentrate Anodes Cathodes Various
Copper
Mining
Iron ore
• Ore dressing• Agglomeration• Iron making• Steelmaking
casting
• Hot forming
• Cold forming
Finished product
Applications
Iron steel
Mining Smelting (upstream)
Refining (downstream)
Nickel oreNickel matte ,
FerronickelHigh grade nickel
products
Nickel
Downstream Smelting
non-existing industry
Year 2014
Due date for adjustment to minimum beneficiation requirement
KESDM27
GasChemical Feedstock
PENGGUNAANLANGSUNG
PENGGUNAANLANGSUNG
Pembangkit Listrik
Industri
KONVERSIKONVERSI
LIKUIFAKSI
GASIFIKASI
Liquid
Clean Coal TechnologyUPGRADINGUPGRADING BATUBARA KALORI TINGGI
BATUBARA KALORI RENDAH
KOKAS
KARBON AKTIF
SLURRY BATUBARA
BATUBARABATUBARA
PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA
KESDM28
ROADMAP INDUSTRI BERBASIS MINERAL
Sumber: Kementerian Perindustrian, 2014
KESDM29
TANTANGAN PENGOLAHAN MINERAL DAN
BATUBARA
Keuangan
• Resiko Tinggi
• Padat Modal
Sumber Energi dan Air
• Pembangkit Listrik
• Air
Infrastruktur
• Pelabuhan
• Jalan
• Lahan
• Keterjaminan pasokan
KESDM30
Tantangan Pemerintahan Baru terkait Sub Sektor Minerba akan tetap sama:1. Meningkatkan nilai tambah mineral, bukan sekedar mengekstrak logam dari bijih
mineral tetapi mengembangkan penggunaannya di industri hilir. Roadmap industri strategis sangat dIperlukan yang akan menuntut manajemen resources lebih baik
2. Optimalisasi energy mix, fokus pada pengurangan penggunaan BBM, dan dalam waktu 10 tahun kedepan menggunakan batubara seoptimum mungkin untuk ketenagalistrikan.
3. Dalam waktu dekat menyelesaikan amandemen kontrak Minerba 4. Melanjutkan penataan Izin Usaha Pertambangan5. Optimalisasi penerimaan negara sub sektor minerba6. Terobosan kebijakan fiskal diperlukan dalam rangka peningkatan nilai tambah
mineral dan konversi batubara kebentuk liquid/gas. 7. Peningkatan SDM Aparatur Pengawas terutama di daerah8. Peningkatan upaya eksplorasi untuk penemuan cadangan baru9. Membangun industri barang dan jasa dalam negeri untuk mengembangkan sektor
ESDM30
TANTANGAN KEDEPANTANTANGAN KEDEPAN
KESDM31
1. Pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian lebih didekatkan dengan sumber bahan baku (resources base of industry / approach). Hal ini juga mendukung program MP3EI, misalnya pembangunan untuk Indonesia Bagian Timur.
BauksitBatubara
NikelTembaga
Pasir Besi
Bijih BesiBatubara
Timah
STRATEGI HILIRISASI (1)
KESDM32
2. Memfasilitasi kerjasama antara IUP OP dengan IUP OP khusus pengolahan dan pemurnian yangmana IUP OP merupakan supplier bahan baku yang berstatus CnC.
3. Insentif Fiskal:a. Pajak Pertambahan Nilai tidak ditambahkan (PPN = 0)b. Pembangun Smelter tidak dikenai kewajiban royalti dikarenakan kewajiban royalti dikenakan kepada
IUP OP.c. Apabila kegiatan meliputi penambangan hingga pemurnian:
Royalti dikenakan untuk produk akhir Investor asing mendivestasikan saham sebanyak 40% (lebih sedikit jika dibandingkan dengan
kegiatan operasi yang hanya meliputi penambangan yaitu sebanyak 51%)4. Melibatkan instansi dan lembaga yang terkait (kementerian keuangan, kementerian perindustrian,
kementerian perdagangan, dll) untuk menyukseskan kebijakan pemerintah.
STRATEGI HILIRISASI (2)
KESDM33
V. PENUTUP
KESDM34
1. Pembangunan industri berbasis mineral tidak hanya terhenti di industri dasar pertambangan (ekstraksi) harus dilanjutkan dan difokuskan pada industri hilirnya yang memanfaatkan logam sebagai bahan bakunya. Sinergi Pertambangan dan perindustrian sangat esensial.
2. Inovasi dalam metalurgi dan material science harus didorong sehingga unsur-unsur ikutan dalam mineral dapat diekstraksi dan dikembangkan untuk industri hilir. Logam tsb seperti logam tanah jarang.
3. Pemerintah perlu secara serius memberikan fasilitasi dan mempercepat pembangunan infrastruktur. Kemudahan diberikan manakala pelaku usaha yang membangun pembangkit listrik, pelabuhan dan prasarana transportasi lainnya.
4. Pemerintah perlu segera menyiapkan road map industri strategis nasional sebagai basis di dalam mengelola sumber daya energi dan mineral.
PENUTUPPENUTUP
KESDM35
www.minerba.esdm.go.id