Panduan Prakt AF Ganjil 2013-2014
-
Upload
naely-rohmah -
Category
Documents
-
view
57 -
download
6
Transcript of Panduan Prakt AF Ganjil 2013-2014
Oleh :
Kurniatun Hairiah dan Nina Dwi Lestari
SEMESTER GANJIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA - FAKULTAS PERTANIAN
MALANG TH. 2013 - 2014
PANDUAN PRAKTIKUM LAPANGAN
AAGGRROOFFOORREESSTTRRII
MK. Agroforestri 1
KELOMPOK AF_A1 KELOMPOK AF_A2
1. FARIDA SETIA 1. ANDINI MEITA CAHYANI
2. DIYAH AYU SAFITRI 2. RIRIN DEWIKA WULANSA
3. IKA NUR QAMARIYAH 3. ANITA CHOIRUNNISA
4. DHANA ALFITASARI 4. DEWI RETNANING T
5. EKA PARILIYANTI 5. ASNA MALA P
6. DWI DERMA SOLIQIN 6. KARLITA DYAH P
7. ANY MARTHA 7. BERNADHET YOSEPHIN
8. FARAH VIA IZZATI 8. ANNISA FITRI NIRMALA
9. ANGGAR SEPTIKA SARI 9. SYIFA AMELIOLA
10. DINTA EKA P 10. AGUS SUBHAN P *
11. AMELIAWATI 11. SUKA LANGGENG G P
12. BERLIAN AGUSTIN W 12. ENI MEYGHA A
13. MUHANNAD ZUL MAZWAN 13. LIYA BAROKAH
14. BAGUS ANDRIANTO 14. RIRIN LAILATUL K
15. BAHRUDDIN A** 15. ALIF NUR AINI
16. ABID UBAIDILLAH * 16. ANGGA PRATAMA P
17. DIKE AFIANDO 17. AHMAD AFIANDOKO
18. IRMALA SARI
NAMA ASISTEN DAN PRAKTIKAN AGROFORESTRI
Semester Ganjil 2013
LABORAN/ PLP : Pak Sarkam (Lab. Biologi Tanah dan Lingkungan)
Pak Ngadirin (Lab. Fisika Tanah)
Asisten/ Tutor : Nina Dwi Lestari, Ivadewi Lestariningsih
Istika Nita, Aditya Nugraha Adi Setiawan, Sativandi Riza
Kelas : A Jumlah Peserta : 35 Orang
Asisten Praktikum : Nunik [Klp. AF_A1, Lokasi : Desa Pait Kec. Kasembon]
Inputri [Klp. AF_A2, Lokasi : Desa Sumberagung Kec. Ngantang]
Koordinator Kelas ** Koordinator Kelompok *
MK. Agroforestri 2
Kelas : B Jumlah Peserta : 51 Orang
Asisten Praktikum :
Anisa U.A. [Klp. AF_B1, Lokasi : Desa PondokAgung Kec. Kasembon] Yasminiar S. [Klp. AF_B2, Lokasi : Desa PondokAgung Kec. Kasembon]
KELOMPOK AF_B1 : KELOMPOK AF_B2 :
1 MUHAMMAD TAUFIQ NST 1 MAYA RIZKY OCTAVIA
2 DONI KRISTIANTO 2 LINDA EPARIYANI SN
3 ACHMAD NABILUS SALAM 3 YUNI TANTY KUSUMA
4 DOSMAULI ARUAN 4 LOLITA PARDEDE
5 IIN NUR APRILIANI 5 JATI UNTSA MUKARRAMAH SUBONO
6 ARDIANI HUSADILLA 6 SITI MASLUKAH
7 MEI RINJANI 7 RUFAIDA NAFTALIN
8 INDRI DWI ARINI 8 ENI MARTANINGRUM
9 RIZKY RENDRA IRAWAN PUJOSAKTI* 9 KADHUNG PRAYOGA**
10 MEIGA PEMILIANA 10 ROUDLOTUL MAFTUHAH
11 SUMINI 11 HERMIN YULIATI
12 SULISTIAWATI 12 RULITA DWI CAHYANI
13 IRMALA SARI 13 TITIN RAHAYU*
14 SARASWATI DEVINA P. 14 SITI KHOFIFATUL ISRIYAH
15 KHRISTINA WATI SIDAURUK 15 LIA KURNIA SARI
16 ALFI NURLAILA 16 ANISA SEVILIA K
17 DIKE ARDIANA 17 MERPY MAYANG SARI
18 YULIANING TYAS SARI 18 INDRIYATI
19 KINDI OKVITASARI 19 AHMAD SYOUVANI NUR DIANSYAH
20 ANNISA QURRATU AINI 20 MUHAMMAD DEFRI S P
21 SUSI SUSANTI 21 BALQIS ZAMRUDIAH
22 MAREN ROSE KAMARATIH 22 INTAN MAYA SARI
23 YUNI BASUKI 23 ELOK FIKRI HANIM
24 ARIFIYANI SETYAWATI 24 ARIS BUDIMAN
25 SHOLEH 25 KUNI ANNISA FATHIMAH
26 MISBATUS
Koordinator Kelas ** Koordinator Kelompok *
MK. Agroforestri 3
Kelas : C
Jumlah Peserta : 40 Orang
Asisten Praktikum : Nugroho [Klp. AF_C1, Lokasi : Desa Sidodadi Kec. Ngantang] Silvi [Klp. AF_C2, Lokasi : Desa Sidodadi Kec. Ngantang]
Koordinator Kelas ** Koordinator Kelompok *
KELOMPOK AF_C1 : KELOMPOK AF_C2 :
1 AHMAD LABIB ALFIKRI 1 ACHMAD SYARIEF H
2 ARIFIANI SETYAWATI 2 AKHMAD LUTHFI AFDHOLULLAIL
3 ARIS MUNANDAR 3 BALQIS ZAMRUDIAH
4 DICKY LISTYAN VIRDHANA 4 CIPTONO CHRISTIAN H
5 DITO MARSAL 5 DHEO WIDYUTA TRISDAWARMA
6 DWI PUTRI PURNAMA S 6 DODIK SATRIA PUTRA
7 ENCO RICARDY 7 ELOK FIKRI HANIM*
8 EVA TRI HARTININGSIH 8 ERLANGGA EKO FEBRYANSYAH S
9 GHANI ILMAN FADHILAH 9 ERMAWATI
10 HERRY PRATAMA PUTRA 10 HANA ANGGRELITA
11 INA YUNITA 11 HARYANI P
12 INTAN MAYA SARI 12 M HIDAYAT ZULKARNAEN
13 KHAIDIR ADAM WIJAYA 13 MUHAMMAD RIZKI ABDINA
14 KHARIS PRIBADI ** 14 NOBYKA ALMAYDA SYACH S
15 M SAMSUL HIDAYAT 15 R RAMDHAN SYAHARDIMAN
16 MAHARDIKA SUSILO 16 RIAN IRMANSYAH
17 MOCH. SHOFARUL KHOIR 17 RIEN SANPUTRA SINAGA
18 MOKHAMMAD AKMAL* 18 RIVALDY MONOARFA
19 NIKAWIDA PUSPA HIDAYAH 19 VIKO MAHENDRA
20 SAMSUL HUDA ASRORI 20 ZAINUDIN UBAY DILLAH
MK. Agroforestri 4
KATA PENGANTAR
Agroforestri banyak macamnya, baik ditinjau dari
komponen penyusunnya maupun tingkat kompleksitas dan
tingkat kerapatan kanopinya. Dengan demikian pengelolaan
lahan agroforestry cukup bervariasi antar lahan, sehingga
keberhasilannya juga cukup beragam.
Dalam mempelajari Agroforestri, mahasiswa perlu
dibekali dengan pengetahuan yang cukup tidak hanya berasal
dari teori dari literatur tetapi perlu juga dibekali dengan
ketrampilan dalam mengenali macam-macam agroforestry
yang ada di lapangan, memahami kegiatan pengelolaan yang
biasanya dilakukan oleh petani, dan mempelajari cara
mengevaluasi kondisi fisik lahan dan pendapatan petani baik
pada agroforestri sederhana maupun yang kompleks.
Praktikum akan diselenggarakan pada daerah yang banyak
dipraktekan agrofrestri yaitu di Kecamatan Kasembon dan
Ngantang, Kabupaten Malang. Universitas Brawijaya telah
melakukan penelitian di daerah tersebut cukup lama, sehingga
jalinan kerja sama dengan masyarakat desa telah terjalin
dengan baik dan ketersediaan informasi kuantitatif juga cukup
lengkap.
Buku pengantar ini berisi langkah-langkah kegiatan
praktikum yang diharapakn dapat membantu kegiatan
mahasiswa di lapangan. Semoga bermanfaat.
Malang, 16 Oktober 2013
Tim Pengampu Praktikum
MK. Agroforestri 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................. 4
DAFTAR ISI ............................................................................. 5
Latar Belakang .......................................................................... 7
Tujuan praktikum ...................................................................... 8
Teknik pelaksanaan ................................................................... 8
Tempat praktikum ..................................................................... 8
Materi 1. Deskripsi Bio-Fisik lahan Agroforestri ..................... 9
Tujuan ................................................................................... 9
Pertanyaan yang harus dijawab ............................................. 9
Langkah-langkah Pengamatan ............................................ 10
1. Posisi plot di lanskap ............................................ 10
2. Menyiapkan plot pengamatan ............................... 10
Materi 2. Mengevaluasi Struktur Komponen Penyusun Lahan
Agroforestri ............................................................................. 13
2.1. Klasifikasi berdasarkan komponen penyusunnya ........ 13
2.2. Klasifikasi berdasarkan tingkat kompleksitasnya ........ 15
Mengukur luas bidang dasar pohon utama dan pohon
penaung ........................................................................... 16
Pertanyaan ....................................................................... 19
2.3. Klasifikasi berdasarkan tingkat tutupan kanopinya ..... 20
Materi 3. Deskripsi manfaat ekonomi pohon dalam sistem
agroforestri .............................................................................. 21
MK. Agroforestri 6
3.1. Nilai Ekonomi Pohon ................................................... 21
3.2 Kalender Kegiatan per tahunnya di Lahan .................... 21
Materi 4. Mengevaluasi fungsi ekologi pohon dalam sistem
agroforestri .............................................................................. 23
4.1. Mengukur Biodiversitas dan Struktur Vegetasi .......... 25
4.2. Estimasi biomasa pohon dan karbon tersimpan ........... 29
4.2. Mengukur biomasa tumbuhan bawah .......................... 30
4.3. Menilai ketebalan seresah ............................................ 33
4.4 Mengukur BI tanah ...................................................... 33
Pertanyaan ............................................................................... 36
Bahan Bacaan .......................................................................... 37
Komponen Penilaian …………………………...……………38
Catatan penting ……………………..……...………………..39
MK. Agroforestri 7
Latar Belakang
Agroforestri, sebagai satu cabang ilmu pengetahuan
baru di bidang pertanian, kehutanan, dan peternakan berupaya
mengenali dan mengembangkan sistem agroforestri yang telah
dipraktekkan petani sejak dulu kala. Secara sederhana,
agroforestri berarti menanam pepohonan di lahan pertanian,
dimana pengelolaan dan pemanenannya dilakukan oleh petani.
Dengan demikian kajian agroforestri tidak hanya terfokus pada
masalah teknik dan biofisik saja tetapi juga masalah sosial,
ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari waktu ke waktu,
maka agroforestri merupakan cabang ilmu yang dinamik.
Pada skala lahan, agroforestri selain berfungsi penting
dalam mempertahankan pendapatan petani dan konservasi
tanah dan air, juga berperan penting dalam mempertahankan
kesuburan tanah. Namun demikian, kenyataannya di lapangan
tidak semua pohon selalu menguntungkan. Di era pemanasan
global ini, masalah yang dihadapi di lapangan menjadi semakin
kompleks, mulai dari tingkat plot hingga ke tingkat bentang
lahan, nasional dan global. Dengan demikian peningkatan
pengetahuan dasar dan ketrampilan mahasiswa dalam
pengelolaan lahan agroforestri sangat dibutuhkan. Untuk itu
mahasiswa perlu belajar cara mengevaluasi manfaat dan
masalah yang ada dalam sistem agroforestri.
MK. Agroforestri 8
Tujuan praktikum
a. Mengantarkan mahasiswa untuk mengenali beberapa
sistem agroforestri yang ada, dengan jalan mengenali
karakteristik dan komponen penyusun agroforestri.
b. Mempelajari interaksi pohon dengan tanah dan
lingkungan di sekitarnya.
c. Mengevaluasi potensi keuntungan ekonomi dari sistem
agroforestri.
d. Mengevaluasi manfaat ekologi sistem agroforestri.
Teknik pelaksanaan
a. Kunjungan lapangan, melihat langsung dan wawancara
dengan beberapa petani agroforestri.
b. Analisis data dan penulisan laporan dilakukan secara
berkelompok di dalam kelas.
c. Presentasi hasil pengamatan oleh masing-masing
kelompok.
Tempat praktikum
Desa PondokAgung (Dusun Druju) dan Desa Pait
Kecamatan Kasembon yang ada di DAS Kali Konto bagian
hilir serta Desa Sidodadi (Dusun Simo) dan Sumberagung
(Dusun Sumbermulyo), Kecamatan Ngantang, Kabupaten
Malang. Alasan dipilihnya tempat ini yakni agar pemahaman
mahasiswa akan Pertanian dan lingkungannya bisa lebih
MK. Agroforestri 9
lengkap mulai dari beberapa praktikum yang telah dilakukan di
semester sebelumnya yaitu dari mata kuliah Managemen
Agroekosistem dan Pertanian Berlanjut.
Materi 1. Deskripsi Bio-Fisik lahan Agroforestri
Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengenali beberapa sistem
agroforestri yang ada, dengan jalan mengkarakterisasi
komponen penyusun berbagai agroforestri yang ada
2. Mahasiswa memahami adanya interaksi pohon dengan
tanah dan tanaman semusim dan lingkungan di
sekitarnya.
Pertanyaan yang harus dijawab
1. Ada berapa jenis pohon yang ditanam dalam lahan
agroforestri yang dipilih? Berapa jumlah dari masing-
masing jenis?
2. Berapa umur dari masing-masing jenis pohon?
3. Bagaimana pola tanamnya di lahan?
4. Berapa besar biomasa masing-masing pohon yang ada
di lahan?
5. Apakah termasuk kelas agroforestri multistrata atau
sederhana?
6. Bagaimana stratifikasi vertical tajuknya?
MK. Agroforestri 10
7. Bagaimana distribusi horisontal tajuknya?
8. Berapa rata-rata cadangan C yang ada dalam lahan
agroforestri sederhana dan berapa yang ada di
agroforestri multistrata?
9. Berapa besarnya emisi C yang terjadi di DAS Kalikonto
sebagai akibat alih guna lahan hutan menjadi lahan
pertanian?
Langkah-langkah Pengamatan
1. Posisi plot di lanskap
No Aspek Keterangan
1 Letak geografi (koordinat)
2 Posisi dalam lereng (1) Hulu,
(2) Tengah,
(3) Hilir.
3 Kepemilikan (1) Petani,
(2) Perhutani,
(3) Negara.
4 Nama pemilik lahan
5 Luas lahan (ha)
6 Sejak kapan diusahakan sebagai
agroforestri (Lamanya
diusahakan)
2. Menyiapkan plot pengamatan
Buatlah plot contoh pengukuran pada setiap lahan agroforestri
yang dipilih searah dengan mata angin sesuai dengan kondisi
lahan, dengan langkah sebagai berikut:
MK. Agroforestri 11
a. Pilih lokasi yang kondisi vegetasinya seragam. Hindari
tempat-tempat yang terlalu rapat atau terlalu jarang
vegetasinya.
b. Buatlah plot contoh pengukuran pada setiap hektar lahan
yang dipilih searah dengan mata angin, dengan langkah
sebagai berikut:
Lemparkan sebatang ranting secara acak untuk
menentukan titik ikat dari plot pengukuran.
Beri tanda dengan patok kayu (sebagai titik ikat) dan
rekam posisi titik ikat menggunakan GPS (Gambar 1),
Ikatkan tali raffia 20 m tariklah ke arah utara. Ikatkan
tali lain sepanjang 20 m ke arah timur. Lanjutkan
pemasangan patok di 3 sudut yang lain dan ikat tali
yang lain hingga diperoleh plot pengukuran sebesar 20
m x 20 m = 400 m2 (disebut SUB PLOT).
Catat dan buat sketsa plot permanen yang telah dibuat
dari titik ikat dengan keterangan arah mata angin
(contoh: 100 m kearah utara dan 20 m kearah timur dari
titik ikat)
Buatlah SUB PLOT lebih dari satu bila kondisi lahan
tidak seragam (misalnya kondisi vegetasi dan tanahnya
beragam). Satu SUB PLOT mewakili satu kondisi.
Buatlah SUB PLOT lebih dari satu bila kondisi
tanahnya berlereng, buatlah satu SUB PLOT di setiap
bagian lereng (atas, tengah dan lereng bawah).
Perbesar ukuran SUB PLOT bila dalam lahan yang
diamati terdapat pohon besar (diameter batang > 30 cm
atau lingkar lilit > 95 cm) menjadi 20 m x 100 m =
2000 m2 (disebut PLOT BESAR). Lihat Gambar 1.
MK. Agroforestri 12
Khusus untuk sistem agroforestri atau perkebunan yang
memiliki jarak tanam antar pohon cukup lebar,
misalnya pada perkebunan kelapa sawit, maka buatlah
SUB PLOT BESAR ukuran 20 m x 100 m = 2000 m2.
Tentukan minimal 6 TITIK CONTOH pada setiap
SUB PLOT untuk pengambilan contoh tumbuhan
bawah, seresah dan tanah; setiap titik berukuran 0.5 m x
0.5 m = 0.25 m2.
Gambar 1. Contoh pembuatan sketsa plot pengamatan
100
MK. Agroforestri 13
Materi 2. Mengevaluasi Struktur Komponen Penyusun
Lahan Agroforestri
Klasifikasi agroforestri dapat dilakukan berdasarkan pada
berbagai aspek sesuai dengan perspektif dan kepentingannya
(Baca Bahan Ajaran Agroforestri no 2). Ada 2 aspek yang
dipakai sebagai dasar klasifikasi agroforestri yaitu berdasarkan
(1) komponen penyusunnya dan (2) berdasarkan pada
kompleksitasnya dibandingkan dengan budidaya tunggal
(monoculture; baik di sektor kehutanan ataupun di sektor
pertanian). Pengklasifikasian ini akan sangat membantu dalam
menganalisis setiap bentuk implementasi agroforestri yang
dijumpai di lapangan secara lebih mendalam, guna
mengoptimalkan fungsi dan manfaatnya bagi masyarakat.
2.1. Klasifikasi berdasarkan komponen penyusunnya
a. Amati dan catat nama masing-masing pohon /tanaman
semusim yang ada dalam plot pengamatan (200 m2),
cari nama ilmiahnya dari literature dan hitung berapa
jumlahnya per plot pengamatan.
b. Catat apakah ada komponen ternak atau perikanan
dalam lahan yang diamati
c. Catat manfaat dan fungsi masing-masing pohon ke
dalam Lembar Pengamatan 1.
d. Klasifikasikan lahan yang diamati apakah termasuk
Agrisilvikultur, Silvopastura, atau Agrosilvopastura
MK. Agroforestri 14
Lembar pengamatan 1.
No Nama Manfaat Fungsi ekologi
Umur
dipanen
, tahun
1. Komponen pohon (1) kayu
bangunan, (2)
kayu bakar,
(3)buah, (4)
daun, (5) getah,
(6)serat, (7)
obat-obatan,
(8) rempah, (9)
pakan, (10)
serbaguna
(1) penaung, (2)
pohon rambat,
(3) pematah
angin, (4) pagar,
(5)konservasi
tanah dan air, (6)
penyubur tanah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
….
1. …
Jumlah pohon:
2. Komponen tanaman
semusim
(1) pangan, (2)
sayuran (3)
obat-obatan,
(4)rempah
(5)tanaman
hias
(1)pengendali
hama dan
penyakit, (2)
penarik lebah,
(3) penutup
tanah, (4)
penyubur tanah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
MK. Agroforestri 15
No Nama Manfaat Fungsi ekologi
Umur
panen,
tahun
3. Komponen
ternak/lebah/per-
ikanan
(1) penghasil
susu, (2)
daging, (3)
madu, (4)
daging ikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.2. Klasifikasi berdasarkan tingkat kompleksitasnya
Klasifikasi lahan agroforestri dapat pula dilakukan
berdasarkan tingkat kompleksitasnya bila dibandingkan dengan
system monokultur. Kriteria yang digunakan ICRAF untuk
membedakan agroforestry kopi multistrata dan agroforestri
sederhana adalah didasarkan pada jumlah spesies dari pohon
pendamping dan kerapatan populasinya yang ditunjukkan
dengan besarnya luas bidang dasar (LBD) atau disebut juga
basal area (= luas lahan yang diduduki oleh pohon) (Hairiah et
al., 2006). Lihat Box 1.
MK. Agroforestri 16
Box 1: Klasifikasi sistem agroforestry kopi (dikutip dari
Hairiah et al., 2006).
Kriteria pengklasifikasian kebun kopi di lapangan adalah
berdasarkan pada nilai luas bidang dasar (LBD) relatif dan jumlah jenis
pohon penaungnya. Nilai LBD relatif adalah LBDkopi relatif terhadap
LBDtotal pohon (LBDkopi+LBDpenaung). Bila nilai LBD relatif pohon kopi >80%
maka lahan tersebut disebut kebun kopi mokultur (sun-coffee) BUKAN
lahan Agroforestri. Bila LBD relatif pohon kopi <80% maka kebun kopi
tersebut diklasifikasikan sebagai agroforestri kopi.
LBDkopi adalah proporsi luasan yang diduduki oleh pohon kopi =
∑Dkopi2/(∑Dkopi
2 + ∑Dpenaung
2 ), dimana D = diameter pohon (cm)
dan faktor dapat dihapus dari persamaan.
Agroforestri kopi dibedakan lagi menjadi agroforestri multistrata bila
jumlah jenis pohon penaung > 5 jenis, dan agroforestri sederhana bila
jumlah jenis pohon penaung < 5 jenis.
Mengukur luas bidang dasar pohon utama dan pohon penaung
Mengukur LBD pohon merupakan bagian dari kegiatan
pengukuran biomasa pohon. Cara pengukurannya dilakukan
secara non-destructive (tidak melibatkan perusakan).
Cara pengukuran:
a. Bagilah PLOT menjadi 4 bagian, dengan memasang tali di
bagian tengah sehingga ada 4 SUB PLOT (4 kuadran),
masing-masing berukuran 10 m x 10 m.
b. Catat nama setiap pohon, dan ukurlah diameter batang
setinggi dada (DBH = diameter at breast height = 1.3 m
dari permukaan tanah) semua pohon yang masuk dalam
SUB PLOT. Lakukan pengukuran DBH hanya pada pohon
berdiameter 5 cm hingga 30 cm. Pohon dengan DBH <5
cm diklasifikasikan sebagai tumbuhan bawah. Caranya
bawalah tongkat kayu ukuran panjang 1.3 m, letakkan
tegak lurus permukaan tanah di dekat pohon yang akan
MK. Agroforestri 17
diukur, berilah tanda goresan pada batang pohon. Bila
permukaan tanah di lapangan dan bentuk pohon tidak rata,
maka penentuan titik pengukuran DBH pohon dapat dilihat
dalam Box 2.
c. Lilitkan pita pengukur pada batang pohon, dengan posisi
pita harus sejajar untuk semua arah (Gambar 2A),
sehingga data yang diperoleh adalah lingkar/lilit batang
(keliling batang = 2 π r) BUKAN diameter. Bila diameter
pohon hanya berukuran antara 5-20 cm, gunakan jangka
sorong (calliper) untuk mengukur DBH (Gambar 2B), data
yang diperoleh adalah diameter pohon.
d. Perhatikan, cara melilitkan pita harus sejajar (Gambar 2A).
e. Selanjutnya hitung diameternya (DBH) dengan
menggunakan rumus:
DBH= keliling /π atau keliling/3.14
Gambar 2. Cara pengukuran lilit batang pohon menggunakan caliper
MK. Agroforestri 18
Box 2. Cara penentuan titik pengukuran DBH batang
pohon bergelombang atau bercabang rendah
A B C D E Gambar 3. Skematis cara menentukan ketinggian pengukuran DBH batang
pohon yang tidak beraturan bentuknya (Weyerhaeuser dan
Tennigkeit, 2000).
Keterangan :
a. Pohon pada lahan berlereng, letakkan ujung tongkat 1.3 m pada
lereng bagian atas.
b. Pohon bercabang sebelum ketinggian 1.3 m, maka ukurlah DBH
semua cabang yang ada.
c. Bila pada ketinggian 1.3 m terdapat benjolan, maka lakukanlah
pengukuran DBH pada 0.5 m setelah benjolan.
d. Bila pada ketinggian 1.3 m terdapat banir (batas akar papan) maka
lakukan pengukuran DBH pada 0.5 m setelah banir. Namun bila
banir tersebut mencapai ketinggian > 3 m, maka diameter batang
diestimasi menggunakan rumus pitagoras (Lihat Hairiah dan
Rahayu, 2007)
e. Bila pada ketinggian 1.3 terdapat akar-akar tunjang, maka lakukan
pengukuran pada 0.5 m setelah perakaran.
(Dikutip dari Hairiah dan Rahayu, 2007)
MK. Agroforestri 19
Lembar pengamatan 2.
No Nama
pohon
Keliling
batang, cm Diameter, cm
LBD,
cm2/cm
2
1
2
3
4
5
….
…
…
….
….
Jumlah pohon …………………………...
Klasifikasi Agroforestri: …………………………...
Pertanyaan
1. Berdasarkan komponen penyusun yang telah sdr amati,
buatlah klasifikasi lahan agroforestri tersebut!
2. Berdasarkan tingkat kompleksitas komponen
penyusunnya, dengan mengikuti kriteria yang ada
dalam Box 1 cobalah buat klasifikasi lahan yang sdr
MK. Agroforestri 20
ukur termasuk dalam agroforestri kompleks atau
sederhana.
2.3. Klasifikasi berdasarkan tingkat tutupan kanopinya
Gambarkan sebaran kanopi pohon ke arah horizontal
dan vertical pada kertas grafik, lihat contoh sketsa gambar di
bawah ini. Klasifikasikan tingkat tutupan lahannya tergolong
rapat, sedang atau terbuka.
Gambar 4. Sketsa gambar sebaran kanopi ke arah horizontal (a) dan
kearah vertikal (b)
MK. Agroforestri 21
Materi 3. Deskripsi manfaat ekonomi pohon dalam
sistem agroforestri
3.1. Nilai Ekonomi Pohon
Pada materi 3 ini, mahasiswa diharapkan tetap mengacu
pada hasil karakterisasi bio-fisik lahan agroforestri pada materi
satu, maka lanjutkan dengan mengevaluasi nilai ekonomi dari
masing-masing pohon berdasarkan hasil wawancara dengan
petani atau dari informasi lain yang tersedia.
Lembar pengamatan3.
No Nama
lokal
Manfaat
ekonomi
Waktu
panen
Hasil
yang
diperoleh,
kg/ha
Harga
di
pasaran
, Rp
Pendapata
n bruto,
Rp
1
2
3
4
…
…
…
…
Jumlah pohon
3.2 Kalender Kegiatan per tahunnya di Lahan
Isilah tabel kegiatan pengelolaan lahan (Lembar
pengamatan 4) dengan informasi yang sdr gali di
lapangan/ dari literature. Kegiatan pengelolaan meliputi
pemupukan, penyiangan, pemangkasan dan pemanenan
masing-masing jenis tanaman/pohon.
MK. Agroforestri 22
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, buatlah
kesimpulan dari kegiatan ini berkaitan dengan manfaat
agroforestri dan sebaran tenaga kerja yang dibutuhkan
setiap tahunnya.
Lembar pengamatan 4.
Kegiatan Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pemupukan
Penyiangan
Pemangkasan
Panen pohon
1…
2….
3….
Panen tan.
semusim
Panen
ternak/lebah/
ikan
MK. Agroforestri 23
Materi 4. Mengevaluasi fungsi ekologi pohon
dalam sistem agroforestri
Fungsi ekologi pohon dalam system agroforestry antara lain
adalah mempertahankan biodiversitas, cadangan karbon,
mengurangi aliran permukaan, erosi dan longsor,
mengendalikan populasi gulma, memperbaiki kesuburan fisik,
kimia dan biologi tanah. Pada kegiatan ini mahasiswa akan
mengevaluasi 3 fungsi ekologi pohon yaitu sebagai karbon,
pengendali populasi gulma (tumbuhan bawah), dan
mempertahankan kegemburan tanah (BI tanah rendah).
Box 3. Peralatan Lapangan.
Alat-alat yang dibutuhkan untuk pengukuran biomassa :
1. Pita ukur (meteran) berukuran panjang 50 m
2. Tali rafia berukuran panjang 125 m dan 20 m atau 40 m dan 5 m
tergantung ukuran plot yang akan dibuat
3. Tongkat kayu/bambu sepanjang 2.5 m untuk mengukur lebar
SUB PLOT ke sebelah kiri dan kanan dari garis tengah, atau 10
m untuk PLOT BESAR
4. Tongkat kayu/bambu sepanjang 1.3 m untuk memberi tanda pada
pohon yang akan diukur diameternya
5. Tongkat kayu sepanjang 1 m untuk tanda apabila plot tersebut
akan dijadikan plot permanen.
6. Pita ukur (meteran) berukuran minimal 5 m untuk mengukur lilit
batang atau atau jangka sorong untuk mengukur diameter pohon
ukuran kecil.
7. Parang atau gunting tanaman
8. Spidol warna biru atau hitam
9. Alat pengukur tinggi pohon (Hagameter, Clinometer atau alat
pengukuran lainnya)
10. Blangko pengamatan
MK. Agroforestri 24
11. Kertas grafik
Gambar 5. Peralatan yang dibutuhkan untuk mengukur biomasa pohon
Alat-alat yang dibutuhkan untuk mengambil contoh tanah :
1. Cangkul
2. Lempak
3. Box besi ukuran 25 cm x 25 cm x 10 cm (2 buah)
4. Palu karet
5. Pisau tanah
6. Kapi atau Scrap (rapper paint)
7. Papan kayu ukuran 20 cm x 20 cm x 10 cm
8. Ember plastic atau kantong plastik ukuran 30 kg
9. Kantong plastik ukuran 5 kg
10. Spidol permanen
11. Karet gelang
12. Timbangan kapasitas 5 kg
Gambar 6. Peralatan yang dibutuhkan untuk mengambil
contoh tanah
MK. Agroforestri 25
4.1. Mengukur Keanekaragaman Jenis Vegetasi (Pohon)
Keanekaragaman jenis untuk masing-masing strata vertikal
vegetasi terutama pohon, diukur pada masing-masing plot. Indeks
keanekaragaman jenis Shannon (H') dihitung untuk mengetahui
apakah perbedaan pola tanam berpengaruh terhadap keanekaragaman
tanaman, dan dihitung dengan rumus :
S
H' = - Σ pi 2 log pi
i=1
Keterangan :
H'= Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener
pi = Proporsi kelimpahan jenis ke-i atau proporsi antara jumlah
individu jenis ke-i (ni) terhadap jumlah individu total jenis (N)
sehingga pi = n i / N
Dominansi suatu jenis ditentukan dari frekuensi relatif dan
kepadatan relatifnya pada suatu habitat. Jika suatu jenis sering
ditemukan dan memiliki kepadatan yang tinggi dalam suatu habitat
dibandingkan dengan jenis lainnya, maka jenis yang bersangkutan
merupakan jenis dominan, dan memiliki arti penting dalam habitat
tersebut. Untuk itu dilakukan penghitungan nilai Indeks Nilai
Penting (INP), yang merupakan jumlah dari kepadatan relatif,
frekuensi relatif dan dominansi relatif (INP : berkisar 0-200%) . INP
(Index of Important Value) (Indriyanto, 2008) dihitung menurut
persamaan berikut :
MK. Agroforestri 26
Keterangan :
INP : Indeks Nilai Penting (Index of Important Value). INP besarnya
antara 0 - 200%, semakin besar nilai INP suatu jenis maka semakin
besar peranan jenis tersebut dalam komunitasnya.
FR : Frekuensi relatif suatu jenis (%), yang ditentukan berdasarkan
perbandingan frekuensi suatu jenis dengan jumlah frekuensi semua
jenis dalam suatu plot. FR tertinggi adalah 100%.
KR : Kepadatan relatif suatu jenis (%) ditentukan dari perbandingan
antara kepadatan suatu jenis dengan kepadatan seluruh jenis dalam
suatu plot. KR tertinggi adalah 100%.
Keanekaragaman dalam struktur vegetasi diukur dengan
menghitung basal area (luasan tanah yang tertutup batang pohon),
penutupan kanopi, serta kelimpahan pohon kopi dan non-kopi.
Struktur vegetasi ditentukan dengan mengukur tinggi tanaman pada
petak yang telah ditentukan. Tinggi masing-masing tanaman
kemudian digambar untuk menentukan strata vertikal vegetasi.
Stratifikasi vegetasi dilakukan dengan menggunakan kelas-kelas
interval stratifikasi vegetasi menurut Indriyanto (2008) yang terdiri
dari :
INP = FR + KR
MK. Agroforestri 27
Strata A : merupakan pohon dengan tinggi lebih dari 30 m.
Pada umumnya tajuk pohon pada strata ini lebar, tidak bersentuhan
ke arah horisontal dengan tajuk pohon lainnya dalam strata yang
sama sehingga strata tajuk ini berbentuk diskontinyu. Pohon pada
strata ini umumnya berbatang lurus, batang bebas, cabang tinggi dan
bersifat intoleran (tidak tahan naungan)
Strata B : merupakan lapisan tajuk kedua dari atas yang
dibentuk oleh pepohonan dengan tinggi 20-30 m. Bentuk tajuk pohon
pada strata ini membulat atau memanjang dan tidak melebar. Tajuk-
tajuk pohon membentuk lapisan tajuk diskontinyu.
Strata C : merupakan lapisan ketiga, dibentuk oleh pohon
dengan ketinggian 4-20 m. Pohon pada strata ini membentuk tajuk
kontinyu (berubah-ubah) dan membentuk lapisan tajuk yang tebal.
Pada strata ini pepohonan juga berasosiasi dengan populasi epifit,
tumbuhan memanjat, dan parasit.
Strata D : merupakan jenis semak dan perdu, yang tingginya
1-4 m. Pada strata ini juga terdapat dan dibentuk oleh jenis pohon
yang masih muda atau dalam fase anakan (seedling), palem-paleman
kecil, herba besar, dan paku-pakuan besar
Strata E : merupakan tajuk paling bawah dibentuk oleh
tumbuh-tumbuhan penutup tanah dengan tinggi 0-1 m
MK. Agroforestri 28
Pembandingan jenis-jenis yang menempati strata yang sama,
penting untuk dilakukan karena adanya tingkat kompetisi dan
kondisi ekologi yang sama. Analisa struktur vertikal tajuk pohon
bisa digambar (Gambar 7).
Gambar7. Contoh gambar stratifikasi tajuk dalam sistem
agroforestri
Basal area dan kepadatan pada masing-masing strata vertikal
pada sistem agroforestri sederhana dan kompleks juga dihitung.
Semua data yang diperoleh, termasuk persentase penutupan kanopi
dan kepadatan pohon dibandingkan antara agroforestri sederhana dan
kompleks. Frekuensi pohon dalam plot dihitung dan digambar
masing-masing untuk agroforestri sederhana dan kompleks.
MK. Agroforestri 29
4.2. Mengestimasi biomasa pohon dan karbon tersimpan
Prosedur kerja
Gunakan data DBH yang diperoleh sebelumnya untuk
mengestimasi LBD pohon (Lihat materi 1) untuk mengestimasi
biomasa setiap pohon dengan memasukkannya dalam rumus-rumus
yang ada dalam Tabel 3.1. Selanjutnya hitung cadangan C dari
setiap pohon dengan mengalikan Biomasa pohon (kg/pohon) dengan
total C tanaman (0.46) (Hairiah dan Rahayu, 2007).
Tabel 1. Estimasi biomasa pohon menggunakan persamaan
allometrik
Jenis pohon Estimasi Biomasa
pohon, kg/pohon Sumber
Pohon bercabang BK = 0.11 D2.62
Ketterings, 2001
Pohon bercabang BK =
µ.exp
[1.499+2.1448*
Ln
(D)+0.207*(Ln(D))2 -
0.0281*(Ln(D)3)]
Chaves, 2005
µ =22/7 atau 3.14
Pohon tidak bercabang BK = H D2/40 Hairiah et al, 1999
Kopi dipangkas BK = 0.281 D2.06
Arifin , 2001
Pisang BK = 0.030 D2.13
Arifin, 2001
Bambu BK = 0.131 D2.28
Priyadarsini, 2000
Sengon BK = 0.0272 D2.831
Sugiharto, 2002
Pinus BK = 0.0417 D2.6576
Waterloo, 1995
Kakao BK = 0.1208 D1.98
Yuliasmara, 2008
Keterangan: BK = berat kering; D = diameter pohon, cm; H = tinggi
pohon, cm; = BJ kayu, g cm-3
MK. Agroforestri 30
Lembar pengamatan 5.
Nama Lokasi:________________________
Umur Kebun setelah pembukaan lahan:_________________
Jenis Penggunaan Lahan:_______________
Nama pengukur: ___________________
Tanggal/Bulan/Tahun: _________________
Lokasi (GPS): _______________________
No Nama
Pohon
Bercbang/
Tidak
K D T ,
g cm-3
Biomasa,
kg/pohon
Cadangan C
(Biomasa x
0.46),
kg/pohon ------cm-------
1 ………
2 ………
3 ………
… ………
… ………
100 ………
TOTAL BIOMASA POHON & cadangan C per lahan
Keterangan:
K=lilit batang, cm, D = DBH= K/π, dimana π =3.14 cm; T= tinggi pohon,
cm, = BJ kayu, g cm-3
. Total C tanaman=46%
4.2. Mengukur biomasa tumbuhan bawah
Pengambilan contoh biomasa tumbuhan bawah harus
dilakukan dengan metode 'destructive' (merusak bagian
tanaman). Tumbuhan bawah yang diambil sebagai contoh
adalah semua tumbuhan hidup yang tumbuh dibawah tegakan
pohon berupa herba dan rumput-rumputan.
MK. Agroforestri 31
Prosedur kerja
a. Tempatkan kuadran aluminium di dalam SUB PLOT
(20 m x 20 m) secara acak seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 7.
Gambar 7. Penempatan kuadran (TITIK CONTOH) dalam
SUB PLOT
b. Potong semua tumbuhan bawah (herba dan rumbut-
rumputan) yang terdapat di dalam kuadran, pisahkan
antara daun dan batang.
c. Masukkan ke dalam kantong kertas, beri label sesuai
dengan kode TITIK CONTOHnya.
d. Untuk memudahkan penanganan, ikat semua kantong
kertas berisi tumbuhan bawah yang diambil dari satu plot.
e. Masukkan dalam karung besar untuk mempermudah
pengangkutan ke laboratorium.
f. Timbang berat basah daun atau batang, catat beratnya
dalam lembar pengamatan 6.
20 m
20 m
MK. Agroforestri 32
g. Ambil sub-contoh tanaman dari masing-masing biomasa
daun dan batang sekitar 100-300g. Bila biomasa contoh
yang didapatkan hanya sedikit (< 100 g), maka timbang
semuanya dan jadikan sebagai sub-contoh.
h. Keringkan sub-contoh biomasa tanaman yang telah
diambil dalam oven pada suhu 80C selama 48 jam.
i. Timbang berat keringnya dan catat dalam Lembar
pengamatan 6.
Pengumpulan data
Data yang diperoleh pada pengambilan contoh biomasa
tumbuhan bawah, dimasukkan ke dalam Tabel pengamatan
Lembar pengamatan 6.
Pengambilan Contoh Tumbuhan Bawah
No
Berat Basah
(kg)
Sub-contoh
Berat Basah (g)
Sub-contoh
Berat Kering (g)
Total berat
kering
Daun Batang Daun Batang Daun Batang g/0.25 m2 g/m
2
1
2
3
4
5
6
…
Total …...
Pengolahan data
Hitung total berat kering tumbuhan bawah per kuadran
dengan rumus sebagai berikut:
MK. Agroforestri 33
Dimana, BK = berat kering dan BB = berat basah
4.3. Menilai ketebalan seresah
Amati dan klasifikasikan ketebalan seresah permukaan
yang ada dengan jalan ambil 3 titik pengukuran dalam sub-plot
(200 m2), tekan permukaan seresah dengan tangan, dan
tancapkan penggaris dan ukurlah ketebalan lapisan seresah
yang ada (cm).
4.4 Mengukur Berat Isi Tanah
Prosedur:
a. Tentukan titik pengambilan contoh sesuai dengan titik
pengambilan contoh seresah (lihat gambar 8)
b. Contoh tanah diambil pada titik contoh yang berdekatan
dengan titik pengambilan contoh tanah terganggu. Hindari
tempat-tempat yang telah mengalami pemadatan (misalnya
jalan setapak, atau tempat-tempat yang terinjak-injak
selama pengambilan contoh tanaman atau seresah)
c. Siapkan 2 buah box besi dan peralatan lainnya (ikuti alur
kerja dalam Gambar 8)
d. Singkirkan seresah-seresah kasar yang ada di atas
permukaan tanah, tancapkan box besi ke permukaan tanah,
tekan perlahan-lahan. Letakkan box besi yang lain di atas
box besi pertama dan pukul pelan-pelan menggunakan
tongkat kayu, hingga box pertama masuk ke dalam tanah
sesuai kedalaman yang diinginkan
Total BK (g) = BK subcontoh (g)
BB subcontoh (g)X Total BB (g)
MK. Agroforestri 34
e. Jika mengalami kesulitan saat membenamkan box besi
(misalnya ada akar pohon berukuran besar atau batu),
ulangi sekali lagi dengan jalan memindahkan pada tanah di
sampingnya hingga berhasil
f. Gali tanah menggunakan lempak sekitar 5 cm jaraknya
dari box besi, lanjutkan dengan memukul box besi pelan-
pelan menggunakan palu karet hingga box besi masuk
secara sempurna ke dalam tanah. Tutuplah bagian atas box
tanah tersebut dengan plastik dan ikatlah dengan karet
gelang.
g. Potong tanah di bawah box menggunakan lempak atau
pisau tanah, setelah tanah terpotong angkatlah perlahan-
lahan agar tanah tetap berada utuh di dalam box.
h. Balikkan box tanah dan rebahkan perlahan-lahan diatas
permukaan tanah yang datar
i. Buang tanah yang ada di permukaan luar box besi
menggunakan scarp hingga bersih. Ratakan tanah pada
bagian atas dan bawah box menggunakan scrap atau pisau
tanah.
j. Keluarkan semua tanah yang ada dalam box besi,
tampunglah dalam kantong plastik dan timbang berat
basahnya (W1, g/4000 cm3). Catat beratnya dalam blanko
yang disediakan.
k. Lanjutkan pengambilan contoh tanah pada kedalaman 10-
20 cm dan 20-30 cm dengan cara yang sama (langkah a
sampai dengan j).
l. Ambil sub-contoh tanah dan timbang sebanyak 50 g (W2).
Keringkan sub-contoh tanah tersebut dalam oven pada
suhu 105C selama 48 jam, dan timbang berat keringnya
(W3)
MK. Agroforestri 35
Perhitungan : Volume Tanah dalam box besi (V) =
20 cm x20 cm x10 cm = 4000 cm3
Berat kering tanah dalam box besi (W) =
( W1/W2) x W3 , g/4000 cm3
Berat Isi Tanah (BI) = W/V, g cm-3
Gambar 8. Pengambilan contoh tanah utuh, (1) pembenaman blok
besi ke dalam tanah, (2) pemotongan tanah di sekitar blok
besi dan pengangkatan ke luar lubang, (3) Penutupan
permukaan blok besi tanah dengan menggunakan kantong
plastik, (4) memotong kelebihan tanah pada blok besi
hingga rata dengan permukaan blok, (5) memasukkan
contoh tanah ke dalam kantong plastik dan pemberian
label contoh tanah yang diambil, (6) Penimbangan berat
basah tanah
MK. Agroforestri 36
Pertanyaan
1. Bandingkan BI tanah dari berbagai lahan agroforestri yang
diamati!
2. Evaluasi tingkat kepadatannya dengan membandingkan
dengan hasil penelitian sebelumnya /mencari dari literature!
3. Kaitkan antara BI tanah dengan data ketebalan seresah
yang diperoleh dan bahaslah!
MK. Agroforestri 37
Bahan Bacaan
Hairiah K, Sulistyani H, Suprayogo D, Widianto,
Purnomosidhi P, Widodo R H, and Van Noordwijk M,
2006. Litter layer residence time in forest and coffee
agroforestry systems in Sumberjaya, West Lampung.
Forest Ecology and Management 224: 45-57.
Hairiah K dan Rahayu S, 2007. Petunjuk praktis Pengukuran
karbon tersimpan di berbagai macam penggunaan
lahan. World Agroforestry Centre, ICRAF Southeast
Asia. ISBN 979-3198-35-4. 77p
Sardjono MA, Djogo T, Arifin HS, Widjayanto N, 2003.
Klasifikasi agroforestry dan pola pengkombinasian
komponen. Bahan Ajar Agroforestri no 2. ICRAF,
Bogor
Suprayogo D, K Hairiah, N Widjayanto, Sunaryo dan M van
Noordwijk, 2003. Peran agroforestri pada skala plot.
Bahan Ajar Agroforestri no 3. ICRAF, Bogor
Weyerhaeuser, H. dan Tennigkeit, T., 2000. Forest inventory
and monitoring manual. HBS-ICRAF-CMU, Chaiang
Mai, 30p.
MK. Agroforestri 38
Lampiran 1.
Komponen Penilaian
Keaktivan (bobot 25 %)
Presensi dan keaktifan pada saat praktikum
Laporan (bobot 35 %)
Laporan individu dan kelompok
Ujian (Bobot 40 %)
Materi Ujian Kompetensi Dasar selama dan setelah
fieldtrip : presentasi, penyajian, dan diskusi serta
ditutup dengan Ujian Akhir praktikum berupa Tes
Tulis.
MK. Agroforestri 39
Lampiran 2.
Catatan Penting :
Batas Akhir pengumpulan Laporan Fieldtrip :
Laporan Individu 4 November 2013
Laporan Kelompok 2 Desember 2013
Ujian Praktikum (presentasi kelompok)
11-12 Desember 2013
Ujian Akhir Praktikum
18-19 Desember 2013