Otitis Media Akut

23
PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6) PENDAHULUAN Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan). Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Indra pengindraan dan keseimbangan serta penghantar suara terletak dalam tulang temporal, yang ikut membentuk kubah tengkorak dan tulang pipi. Tulang temporal terdiri dari bagian skuamosa, bagian timpani, bagian mastoid, dan pars petrosa. Bagian skuamosa os temporal sebagian besar tipis dan cembung kearah luar sebagai tempat perlengketan muskulus temporalis. Bagian timpani berbentuk suatu silinder yang tidak sempurna, bersama-sama dengan bagian skuama membentuk liang telinga luar bagian tulang. Bagian terbesar os temporal dibentuk oleh bagian mastoid. Bagian mastoid mengalami pneumatisasi yang luas. Pars petrosa yang disebut sebagai pyramid petrosa yang berisi labirin telinga. Bagian superior tulang ini membentuk permukaan inferior fossa kranii media. 1 | Page

description

makalah pbl

Transcript of Otitis Media Akut

Page 1: Otitis Media Akut

PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)

PENDAHULUAN

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran

dan keseimbangan). Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam

aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan

pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara

tergantung pada kemampuan mendengar.

Indra pengindraan dan keseimbangan serta penghantar suara terletak dalam tulang

temporal, yang ikut membentuk kubah tengkorak dan tulang pipi. Tulang temporal terdiri dari

bagian skuamosa, bagian timpani, bagian mastoid, dan pars petrosa. Bagian skuamosa os

temporal sebagian besar tipis dan cembung kearah luar sebagai tempat perlengketan

muskulus temporalis. Bagian timpani berbentuk suatu silinder yang tidak sempurna, bersama-

sama dengan bagian skuama membentuk liang telinga luar bagian tulang. Bagian terbesar os

temporal dibentuk oleh bagian mastoid. Bagian mastoid mengalami pneumatisasi yang luas.

Pars petrosa yang disebut sebagai pyramid petrosa yang berisi labirin telinga. Bagian superior

tulang ini membentuk permukaan inferior fossa kranii media.

1 | P a g e

Page 2: Otitis Media Akut

PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)

ANAMNESIS

Penegakan diagnosis diawali dengan anamnesis (history taking). Oleh karena kasus ini sering berlaku pada anak-anak maka pertanyaan diajukan kepada orang tuanya dengan cara allo-anamnesis. Antara yang ditanyakan ialah :a. Keluhan utama

b. Perjalanan penyakitnya seperti apa saja :

Sudah berapa lama berlaku? Gejala apa saja yang timbul? Sakitnya seperti apa dan dimana? Frekuensi sakitnya? Apakah ada cairan yang keluar dari telinga atau tidak? Jika ada warnanya apa? Ada

bau atau tidak?

c. Riwayat penyakit sebelumnya

Apakah ada demam sebelumnya? Apakah ada infeksi saluran nafas seperti batuk,pilek dan sebagainya?

Selalunya pada infeksi telinga dalam berlaku pada anak kecil yang belum bisa memberitahu ke orang tuanya rasa sakit. Jadi ditanyakan pada orang tuanya apakah anaknya mempunyai gejala seperti :

Menarik-narik cuping telinganya sendiri Rewel dan sering nangis Susah tidur Demam Cairan keluar dari telinga Gangguan keseimbangan atau sering jatuh Kesukaran mendengar atau kurang merespon terhadap sesuatu bunyi

2 | P a g e

Page 3: Otitis Media Akut

PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)

PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Fisik1

Inspeksi

Periksalah kedua-dua telinga pasien yaitu dibagian aurikula,preaurikula dan retroaurikula. Dilihat sama ada terdapat edema, massa, fistula, abses, pucat atau hiperemis

Meatus akustikus externus : dilihat apakah terdapat edema, massa, fistula, hiperemis, abses, dan furunkel

Membran timpani : diperiksa reflex cahaya positif atau negatif, keadaannya masih utuh atau tidak (perforasi), warna, menonjol atau tidak.

Palpasi

Adakah terdapat nyeri pada pergerakan aurikula Apakah ada rasa nyeri tekan pada tragus

Pemeriksaan Penunjang2

Pemeriksaan otoskopi

Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi dapat

dinilai kondisi mukosa telinga tengah.

Pemeriksaan audiologi

Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran tulang

dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk

menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai ‘speech

reception threshold pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran. 

Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologi merupakan alat penunjang diagnostik yang penting dalam

diagnosis penyakit telinga. Setelah memperoleh riwayat lengkap dan pemeriksaan telinga

tengah dan mastoid yang cermat dengan otoskop, maka dapat diputuskan perlu tidaknya

pemeriksaan radiologis.4 Pemeriksaan radiologi pada telinga berfungsi untuk menentukan

:

a. Struktur anatomi tulang mastoid, meliputi sel udara mastoid, diploe dan sklerotik

mastoid.

3 | P a g e

Page 4: Otitis Media Akut

PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)

b. Mendeteksi adanya perubahan patologis seperti perselubungan pada sel mastoid, erosi

pada tulang dan pembentukan kavitas.

c. Keadaan telinga dalam, kanalis auditorius interna, kanalis semisirkularis dan nervus

fasialis.

d. Keadaan tulang-tulang pendengaran pada telinga tengah.

Pemeriksaan radiologi yang penting adalah pemeriksaan tulang temporal. Oleh

karena, tulang temporal mempunyai struktur anatomi yang overlapped dengan beberapa

struktur tulang tengkorak lainnya. Tulang temporal merupakan struktur yang unik karena

ukurannya yang kecil yang dikelilingi oleh sistem sel pneumatisasi yang ekstensif. Oleh

karena densitas berlainan dari komponen tulangnya dan ruang yang berisi udara dan cairan

disekeliling dan didalamnya, tulang temporal memperlihatkan gambaran radiografi yang

akurat. Hal ini dapat dibuat dengan pemeriksaan radiografi konvensional atau dengan

teknik tomografi yang khas.2

Pemeriksaan radiologi konvensional pada tulang temporal mempunyai nilai

penyaring serta dapat menentukan status pneumatisasi mastoid dan pyramid tulang

petrosa. Dengan pemeriksaan radiologi konvensional ini dapat dinilai besar dan perluasan

suatu lesi besar yang berasal dari tulang temporal atau yang merupakan perluasan dari lesi-

lesi struktur sekitar tulang temporal kearah tulang temporal. Hal ini bermanfaat untuk

mempelajari mastoid, telinga tengah, labirin dan kanalis akustikus internus.

1. Posisi Schuller2

Posisi ini menggambarkan penampakan lateral mastoid. Proyeksi foto dibuat dengan

bidang sagital kepala terletak sejajar meja pemeriksaan dan sinar-X ditujukan dengan

membentuk sudut 30o cephalo-caudad. Pada posisi ini perluasan pneumatisasi

mastoid serta struktur trabekulasi dapat tampak dengan jelas. Posisi ini juga

memberikan informasi dasar tentang besarnya kanalis auditorius eksterna dan

hubungannya dengan sinus lateralis.

2. Posisi Owen2

Posisi ini juga menggambarkan penampakan lateral mastoid dan proyeksi dibuat

dengan kepala terletak sejajar meja pemeriksaan atau film lalu wajah diputar 30o

menjauhi film dan berkas sinar-X ditujukan dengan sudut 30-40o cephalo-caudal.

4 | P a g e

Page 5: Otitis Media Akut

PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)

Umumnya posisi owen dibuat untuk memperlihatkan kanalis auditorius eksternus,

epitimpanikum, bagian-bagian tulang pendengaran dan sel udara mastoid.

3. Posisi Chausse III2

Posisi ini merupakan penampakan frontal mastoid dan ruang tengah telinga. Proyeksi

dibuat dengan oksiput terletak diatas meja pemeriksaan, dagu ditekuk kearah dada lalu

kepala diputar 10-15o kearah sisi berlawanan dari telinga yang diperiksa. Posisi ini

merupakan posisi tambahan setelah pemeriksaan posisi lateral mastoid. Posisi

Chausse III ini merupakan posisi radiologik konvensional yang paling baik untuk

pemeriksaan telinga tengah terutama untuk pemeriksaan otitis media kronik atau

kolesteatoma.

4. Posisi Law2

Posisi law hampir serupa dengan posisi lateral, sangat bernilai dalam evaluasi

mastoiditis akut. Posisi ini kini sering diminta sebelum dilakukan pembedahan

mastoid untuk melakukan letak patokan-patokan utama seperti tegmen mastoid dan

sinus sigmoideus, dan juga menentukan ukuran mastoid secara keseluruhan. 

5. Posisi Stenvers2

Kepala terletak sejajar meja pemeriksaan atau film lalu wajah diputar 45o menjauhi

film dan berkas sinar-X Posisi Stenvers memperlihatkan sumbu panjang pyramid

petrosus dengan kanalis akustikus internus, labirin dan antrum. 

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Otitis eksternal3

5 | P a g e

Page 6: Otitis Media Akut

PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)

Otitis eksternal atau "telinga perenang" adalah infeksi kulit yang menutupi telinga luar

dan saluran telinga. Otitis eksternal akut umumnya infeksi bakteri yang disebabkan oleh

streptococcus, Staphylococcus, atau jenis pseudomonas bakteri. Infeksi telinga perenang

biasanya disebabkan oleh paparan air yang berlebihan dari berenang, menyelam, surfing,

kayak, atau olahraga air lainnya. Ketika air terkumpul dalam saluran telinga (sering terjebak

oleh lilin), kulit bisa menjadi lembek dan melayani sebagai daerah mengundang bagi bakteri

untuk tumbuh. Luka atau lecet pada lapisan saluran telinga (misalnya, dari cedera kapas)

juga dapat menyebabkan rentan terhadap infeksi bakteri pada saluran telinga.

Gejala pertama dari infeksi adalah bahwa telinga akan merasa penuh, dan mungkin

gatal. Selanjutnya, saluran telinga akan membengkak dan drainase telinga akan mengikuti.

Pada tahap ini telinga akan sangat menyakitkan, terutama dengan gerakan dari bagian luar

telinga. Saluran telinga dapat membengkak tertutup, dan sisi wajah dapat menjadi bengkak.

Akhirnya, kelenjar getah bening (kelenjar) dari leher mungkin membesar, sehingga sulit atau

menyakitkan untuk membuka rahang. Orang dengan telinga perenang mungkin mengalami

beberapa gangguan pendengaran sementara di telinga yang terkena.

Otitis media supuratif kronik ( OMSK )4

Otitis media supuratif kronik ( OMSK ) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan

perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau

hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media

supuratisf kronis selian merusak jaringan lunak pada telinga tengah dapat juga merusak

tulang dikarenakan terbentuknya jaringan patologik sehingga sedikit sekali / tidak pernah

terjadi resolusi spontan.4

Penyakit OMSK ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita datang dengan

gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga tengah kronis ini

dapat berganda, gangguan pertama berhubungan dengan infeksi telinga tengah yang terus

menerus ( hilang timbul ) dan gangguan kedua adalah kehilangan fungsi pendengaran yang

disebabkan kerusakan mekanisme hantaran suara dan kerusakan konka karena toksisitas atau

perluasan infeksi langsung.4

6 | P a g e

Page 7: Otitis Media Akut

PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)

Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran bakteri dari

meatus auditoris eksternal , kadang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat

infeksi saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk

staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan aspergillus. Organisme dari

nasofaring diantaranya streptococcus viridans ( streptococcus A hemolitikus, streptococcus B

hemolitikus dan pneumococcus.4

WORKING DIAGNOSIS

Otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau tiba-

tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan

steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada nasofariong dan faring,

secara alamiah terdapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga

tengah oleh ezim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachii. Otitis

media akut ini terjadi akibat tidak berfungsinya sistem pelindung tadi, sumbatan atau

peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor utama terjadinya otitis media, pada

anak-anak semakin seringnya terserang infeksi saluran pernafasan atas, kemungkinan

terjadi otitis media akut juga semakin sering.5

Diagnosis OMA harus memenuhi 3 hal berikut 5:

Penyakit onsetnya mendadak

Ditemukan efusi di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu diantara

tanda-tanda berikut :

o Membrane timpani mengembung atau menonjol

o Terbatas / tidak adanya gerakan membrane timpani

o Adanya bayangan cairan di belakang telinga

o Cairan yang keluar dari telinga.

Adanya tanda radang pada telinga tengah yang dibuktikan dengan satu diantara tanda

berikut :

o Kemerahan gendang telinga

o Nyeri telinga mengganggu tidur dan aktivitas normal

7 | P a g e

Page 8: Otitis Media Akut

PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)

Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga, keluarnya cairan dari telinga,

berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan, mual, muntah serta rewel.5

Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop. Dengan otoskop dapat dilihat adanya

gendang telinga yang mengembung, perubahan warna gendang telinga (kemerahan atau

agak kuning ), serta cairan di liang telinga. Jika diperlukan konfirmasi, umumnya dilakukan

otoskopi pneumatic untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan

udara. Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat

dengan pemeriksaan ini juga. 6

OMA harus dibedakan dari otitis media supuratif yang mirip OMA.

Gejala dan tanda OMA Otitis media supuratif

Nyeri telinga, demam, rewel + -

Efusi telinga tengah + +

Gendang telinga suram + +/-

Gendang yang menggembung +/- -

Gerakan gendang berkurang + +

Berkurangnya pendengaran + +

ETIOLOGI

Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media. Pertahanan

tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke

dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu faktor

penyebab yang paling sering. Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti

Streptococcushemoliticus,Haemophilus Influenzae(27%),Staphylococcus

aureus(2%),Streptococcus Pneumoniae(38%),Pneumococcus. Pada anak-anak, makin sering

terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi,

OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horizontal.6,7

EPIDEMIOLOGI

8 | P a g e

Page 9: Otitis Media Akut

PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)

Di Amerika Serikat, 70% dari semua anak-anak mengalami satu atau lebih serangan

OMA sebelum ulang tahun yang kedua. Sebuah studi dari Pittsburgh yang prospektif diikuti

anak-anak perkotaan dan pedesaan untuk 2 tahun pertama kehidupan ditentukan bahwa

kejadian episode efusi telinga tengah adalah sekitar 48% pada usia 6 bulan, 79% pada usia 1

tahun, dan 91% pada usia 2 tahun.8

Kejadian puncak dari AOM adalah pada anak usia 3-18 bulan. Beberapa bayi mungkin

mengalami serangan pertama mereka segera setelah lahir dan dianggap otitis rawan

(misalnya, berisiko untuk otitis media berulang). Dalam studi Pittsburgh, insiden tertinggi

pada anak-anak miskin perkotaan. Perbedaan dalam insiden antar negara dipengaruhi oleh

faktor ras, sosial ekonomi, dan iklim.8

PATOFISIOLOGI

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang

tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat tuba Eustachius. Saat bakteri

melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga

terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah

putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan

mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga

tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir

yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.5,6,7

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang

telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di

telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya

sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan

gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga

juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya

dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.OMA dapat berkembang menjadi otitis

media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan

beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat,

dan daya tahan tubuh yang kurang baik.7,8

9 | P a g e

Page 10: Otitis Media Akut

PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)

OMA memiliki beberapa stadium klinis antara lain4:

Stadium oklusi tuba eustachius

a. Terdapat gambaran retraksi membran timpani.

b. Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat.

c. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus.

Stadium hiperemis

a. Pembuluh darah tampak lebar dan edema pada membran timpani.

b. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga

sukar terlihat.

Stadium supurasi

a. Membran timpani menonjol ke arah luar.

b. Sel epitel superfisila hancur.

c. Terbentuk eksudat purulen di kavum timpani.

d. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga

tambah hebat.

Stadium perforasi

a. Membran timpani ruptur.

b. Keluar nanah dari telinga tengah.

c. Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.

Stadium resolusi

a. Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali.

b. Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering.

c. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan daya tahan

tubuh baik

GEJALA KLINIS

10 | P a g e

Page 11: Otitis Media Akut

PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)

Gejala klinis OMA bergantung kepada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak

yang sudah dapat bicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, keluhan

disamping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. 2,3,4

Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula

gangguan pendengaran berupa rasa penuh ditelinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan

anak kecil, gejala khas OMA ialah suhu tubuh yang tinggi sampai dapat sampai 39.5’C (pada

stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur , diare, kejang-kejang dan kadang-kadang

anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi rupture membrane timpani, maka secret

mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang.2,3,4

FAKTOR RISIKO 6

Perubahan cuaca dan suhu

Paparan terhadap rokok dan allergen

Setiap hari di hantar ke ‘baby daycare’

Tidak mendapat ASI ekslusif

Riwayat keluarga yang mempunyai infeksi telinga dan allergy.

Mempunyai riwayat ISPA

Mempunyai kelainan anatomi seperti sumbing, kelainan tuba Eustachii, tumor

nasopharynx

Mempunyai riwayat sebelum usia 6 bulan pernah mempunyai kelainan immunologi

ataupun anatomi.

PENATALAKSANAAN 6

Pengobatan OMA bergantung kepada stadium penyakitnya.

Stadium oklusi

Bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius, sehingga tekanan negative di telinga

tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCL 0.5% dalam larutan fisiologis

(anak <12 tahun) atau HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk yang berumur

diatas 12 tahun dan pada orang dewasa. Selain itu, sumber infeksi diobati. Antibiotika

diberikan apabila penyebabnya adalah bacteria, bukan virus atau alergi.

11 | P a g e

Page 12: Otitis Media Akut

PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)

Stadium presupurasi

Diberikan terapi antibiotic dari golongan penisilin atau ampisilin. Terapi awal diberikan

penisilin intramaskular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat dalam darah, sehingga

tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan

kekambuhan. Pemberian antibiotic dianjurkan minimal 7 hari. Bila pasien alergi terhadap

penisilin maka diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-

100mg/kg bB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40mg/kg BB/hari dibagi

dalam 3 dosis, atau eritromisin 40mg/kg BB/hari

Stadium supurasi

Diberikan antibiotic seperti pada stadium presupurasi, idealnya disertai dengan

miringotomi, bila membrane timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala

klinis lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari

Stadium perforasi

Sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat secret keluar secara berdenyut

(pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari

serta antibiotic yang adekuat. Biasanya secret akan hilang dan perforasi dapat menutup

kembali dalam waktu 7-10 hari.

Miringotomi5,6

Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani agar terjadi drenase

secret dari telinga tengah ke liang telinga luar.

Istilah miringotomi sering dikacaukan dengan parasentesis. Timpanosintesis sebetulnya

berarti pungsi pada membrane timpani untuk mendapatkan secret guna untuk memeriksaan

mikrobiologi. (dengan semprit dan jarum khusus).

Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan dengan syarat

tindakan ini harus dilakukan a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang dan dapat dikuasai

(sehingga membrane timpani dapat dilihat dengan baik). Lokasi miringotomi ialah di kuadran

posterior-inferior. Untuk tindakan ini, haruslah memakai lampu kepala yang mempunyai

12 | P a g e

Page 13: Otitis Media Akut

PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)

sinar yang cukup terang, memakai corong telinga yang sesuai dengan besar liang telinga dan

pisau khusus (miringotom) yang digunakan berukuran kecil serta harus steril.

PENCEGAHAN 8

Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:

1.Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak.

2.Pemberian ASI minimal selama 6 bulan.

3.Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring.

4.Penghindaran pajanan terhadap asap rokok.

KOMPLIKASI 8

13 | P a g e

Page 14: Otitis Media Akut

PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)

Komplikasi OMA diklasifikasikan berdasarkan lokasi sebagai penyakit menyebar di luar

struktur belahan mukosa telinga tengah . Ia dapat dikategorikan sebagai berikut:

Intratemporal - Perforasi membran timpani, mastoiditis coalescent akut, kelumpuhan

saraf wajah, labyrinthitis akut, petrositis, otitis nekrotik akut, atau pengembangan otitis

media kronis

Intrakranial - trombosis Meningitis, ensefalitis, abses otak, otitis hidrosefalus, abses

subarachnoid, abses subdural, atau sigmoid sinus

Sistemik - Bakteremia arthritis, septik, atau endokarditis bakteri

Tanda-tanda terjadinya komplikasi: 

- sakit kepala

 - tuli yang terjadi secara mendadak 

- vertigo (perasaan berputar) 

- demam dan menggigil. 

PROGNOSIS

Pada zaman sekarang sangat jarang ditemukan kematian akibat OMA. Dengan terapi

antibotik yang efektif, OMA dapat sembuh dengan baik. Namun begitu, OMA dapat juga

menjadi lebih parah jika tidak diberikan terapi sedini mungkin. Kemungkinan akan terjadi

OME dan OMSK dan mengakibatkan gangguan pendengaran. Oleh itu, terapi antibiotic

haruslah diberikan secara cepat dan tepat bagi memberikan prognosis yang baik untuk OMA.

KESIMPULAN

14 | P a g e

Page 15: Otitis Media Akut

PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)

Otitis Media Akut adalah infeksi telinga tengah oleh bakteri atau virus. Otitis media

akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak terutama

usia 3 bulan- 3 tahun. Penyebabnya adalah bakteri atau virus. 

Biasanya penyakit ini merupakan komplikasi dari infeksi saluran pernafasan atas

(common cold). Virus atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah

melalui tuba eustakiusatau kadang melalui aliran darah. Otitis media akut juga bisa terjadi

karena adanya penyumbatan pada sinus atau tuba eustakius akibat alergi atau pembengkakan

amandel.Biasanya gejala awal berupa sakit telinga yang berat dan menetap. Bisa terjadi

gangguan pendengaran yang bersifat sementara. 

Anak-anak yang lebih muda bisa mengalami mual, muntah, diare dan demam sampai

40,5O Celsius. Gendang telinga melami peradangan dan menonjol. Jika gendang telinga

robek, akan keluar cairan yang pada awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan

jernih dan akhirnya berupa nanah.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga

dengan otoskop. Untuk menentukan organisme penyebabnya dilakukan pembiakan terhadap

nanah atau cairan lainnya dari telinga. Infeksi diobati dengan antibiotika per-oral (melalui

mulut). 

Pilihan pertama adalah amoxicillin, tetapi untuk penderita dewasa bisa diberikan

penisilin dosis tinggi. Obat flu yang mengandung phenilephrine bisa membantu membuka

tuba eustakius dan jika terdapat alergi bisa diberikan antihistamin. 

Miringotomi dilakukan jika nyerinya menetap atau hebat, demam, muntah atau diare

atau jika gendang telinga menonjol. Pada prosedur ini dibuat sebuah lubang pada gendang

telinga untuk mengeluarkan cairan dari telinga tengah. Pembuatan lubang ini tidak akan

mengganggu fungsi pendengaran penderita dan nantinya akan menutup kembali dengan

sendirinya. 

Berprognosis baik sekiranya dilakukan pengobatan yang cepat dan tepat. Namun dapat

terjadi prognosis yang lebih parah jika tidak mendapat rawatan.

DAFTAR PUSTAKA

15 | P a g e

Page 16: Otitis Media Akut

PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)

1. Chandrasoma, Parakrama, Clive R.Taylor. 2007. Ringkasan Patologi Anatomi. Dewi

Asih Mahanani dkk (eds). Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal: 441-

443

2. Djaafar, Z.A., Helmi, dan Restuti, R. 2007. Kelainan Telinga Tengah, dalam Buku

Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Eds. Soepardi,

E.A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Resturi, R.D. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. pp: 64-77

3. Dorland, W.A. 2008. Kamus Kedokteran Dorland. Huriawati Hartanto dkk (eds).

Edisi 29. Jakarta: EGC, hal : 2386

4. Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.I., Setiowulan, W. 2009. Kapita

Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius , hal: 79-82

5. Paparella, Michael M., George L. Adams, Samuel C.Levine. 2008. Penyakit Telinga

Tengah dan Mastoid, dalam BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Harjanto Effendi (Ed).

Jakarta : EGC, hal: 95-99

6. Iskandar N, sopeardi EA, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok,

edisi ketiga FKUI Jakarta 2009

7. Adam GL, Boies LC, Hilger PA. Bois Fundamentals of otolaryngology. A textbook of

Ear, Nose and Throat Disease. 6 th edition WB Saunders Co, 2009.

8. Di unduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/859316-overview , Acute Otitis

Media.

9. Di unduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/84923-overview, Otitis Externa

16 | P a g e