Otitis Media Akut
description
Transcript of Otitis Media Akut
PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)
PENDAHULUAN
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran
dan keseimbangan). Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara
tergantung pada kemampuan mendengar.
Indra pengindraan dan keseimbangan serta penghantar suara terletak dalam tulang
temporal, yang ikut membentuk kubah tengkorak dan tulang pipi. Tulang temporal terdiri dari
bagian skuamosa, bagian timpani, bagian mastoid, dan pars petrosa. Bagian skuamosa os
temporal sebagian besar tipis dan cembung kearah luar sebagai tempat perlengketan
muskulus temporalis. Bagian timpani berbentuk suatu silinder yang tidak sempurna, bersama-
sama dengan bagian skuama membentuk liang telinga luar bagian tulang. Bagian terbesar os
temporal dibentuk oleh bagian mastoid. Bagian mastoid mengalami pneumatisasi yang luas.
Pars petrosa yang disebut sebagai pyramid petrosa yang berisi labirin telinga. Bagian superior
tulang ini membentuk permukaan inferior fossa kranii media.
1 | P a g e
PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)
ANAMNESIS
Penegakan diagnosis diawali dengan anamnesis (history taking). Oleh karena kasus ini sering berlaku pada anak-anak maka pertanyaan diajukan kepada orang tuanya dengan cara allo-anamnesis. Antara yang ditanyakan ialah :a. Keluhan utama
b. Perjalanan penyakitnya seperti apa saja :
Sudah berapa lama berlaku? Gejala apa saja yang timbul? Sakitnya seperti apa dan dimana? Frekuensi sakitnya? Apakah ada cairan yang keluar dari telinga atau tidak? Jika ada warnanya apa? Ada
bau atau tidak?
c. Riwayat penyakit sebelumnya
Apakah ada demam sebelumnya? Apakah ada infeksi saluran nafas seperti batuk,pilek dan sebagainya?
Selalunya pada infeksi telinga dalam berlaku pada anak kecil yang belum bisa memberitahu ke orang tuanya rasa sakit. Jadi ditanyakan pada orang tuanya apakah anaknya mempunyai gejala seperti :
Menarik-narik cuping telinganya sendiri Rewel dan sering nangis Susah tidur Demam Cairan keluar dari telinga Gangguan keseimbangan atau sering jatuh Kesukaran mendengar atau kurang merespon terhadap sesuatu bunyi
2 | P a g e
PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik1
Inspeksi
Periksalah kedua-dua telinga pasien yaitu dibagian aurikula,preaurikula dan retroaurikula. Dilihat sama ada terdapat edema, massa, fistula, abses, pucat atau hiperemis
Meatus akustikus externus : dilihat apakah terdapat edema, massa, fistula, hiperemis, abses, dan furunkel
Membran timpani : diperiksa reflex cahaya positif atau negatif, keadaannya masih utuh atau tidak (perforasi), warna, menonjol atau tidak.
Palpasi
Adakah terdapat nyeri pada pergerakan aurikula Apakah ada rasa nyeri tekan pada tragus
Pemeriksaan Penunjang2
Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi dapat
dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran tulang
dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk
menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai ‘speech
reception threshold pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi merupakan alat penunjang diagnostik yang penting dalam
diagnosis penyakit telinga. Setelah memperoleh riwayat lengkap dan pemeriksaan telinga
tengah dan mastoid yang cermat dengan otoskop, maka dapat diputuskan perlu tidaknya
pemeriksaan radiologis.4 Pemeriksaan radiologi pada telinga berfungsi untuk menentukan
:
a. Struktur anatomi tulang mastoid, meliputi sel udara mastoid, diploe dan sklerotik
mastoid.
3 | P a g e
PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)
b. Mendeteksi adanya perubahan patologis seperti perselubungan pada sel mastoid, erosi
pada tulang dan pembentukan kavitas.
c. Keadaan telinga dalam, kanalis auditorius interna, kanalis semisirkularis dan nervus
fasialis.
d. Keadaan tulang-tulang pendengaran pada telinga tengah.
Pemeriksaan radiologi yang penting adalah pemeriksaan tulang temporal. Oleh
karena, tulang temporal mempunyai struktur anatomi yang overlapped dengan beberapa
struktur tulang tengkorak lainnya. Tulang temporal merupakan struktur yang unik karena
ukurannya yang kecil yang dikelilingi oleh sistem sel pneumatisasi yang ekstensif. Oleh
karena densitas berlainan dari komponen tulangnya dan ruang yang berisi udara dan cairan
disekeliling dan didalamnya, tulang temporal memperlihatkan gambaran radiografi yang
akurat. Hal ini dapat dibuat dengan pemeriksaan radiografi konvensional atau dengan
teknik tomografi yang khas.2
Pemeriksaan radiologi konvensional pada tulang temporal mempunyai nilai
penyaring serta dapat menentukan status pneumatisasi mastoid dan pyramid tulang
petrosa. Dengan pemeriksaan radiologi konvensional ini dapat dinilai besar dan perluasan
suatu lesi besar yang berasal dari tulang temporal atau yang merupakan perluasan dari lesi-
lesi struktur sekitar tulang temporal kearah tulang temporal. Hal ini bermanfaat untuk
mempelajari mastoid, telinga tengah, labirin dan kanalis akustikus internus.
1. Posisi Schuller2
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral mastoid. Proyeksi foto dibuat dengan
bidang sagital kepala terletak sejajar meja pemeriksaan dan sinar-X ditujukan dengan
membentuk sudut 30o cephalo-caudad. Pada posisi ini perluasan pneumatisasi
mastoid serta struktur trabekulasi dapat tampak dengan jelas. Posisi ini juga
memberikan informasi dasar tentang besarnya kanalis auditorius eksterna dan
hubungannya dengan sinus lateralis.
2. Posisi Owen2
Posisi ini juga menggambarkan penampakan lateral mastoid dan proyeksi dibuat
dengan kepala terletak sejajar meja pemeriksaan atau film lalu wajah diputar 30o
menjauhi film dan berkas sinar-X ditujukan dengan sudut 30-40o cephalo-caudal.
4 | P a g e
PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)
Umumnya posisi owen dibuat untuk memperlihatkan kanalis auditorius eksternus,
epitimpanikum, bagian-bagian tulang pendengaran dan sel udara mastoid.
3. Posisi Chausse III2
Posisi ini merupakan penampakan frontal mastoid dan ruang tengah telinga. Proyeksi
dibuat dengan oksiput terletak diatas meja pemeriksaan, dagu ditekuk kearah dada lalu
kepala diputar 10-15o kearah sisi berlawanan dari telinga yang diperiksa. Posisi ini
merupakan posisi tambahan setelah pemeriksaan posisi lateral mastoid. Posisi
Chausse III ini merupakan posisi radiologik konvensional yang paling baik untuk
pemeriksaan telinga tengah terutama untuk pemeriksaan otitis media kronik atau
kolesteatoma.
4. Posisi Law2
Posisi law hampir serupa dengan posisi lateral, sangat bernilai dalam evaluasi
mastoiditis akut. Posisi ini kini sering diminta sebelum dilakukan pembedahan
mastoid untuk melakukan letak patokan-patokan utama seperti tegmen mastoid dan
sinus sigmoideus, dan juga menentukan ukuran mastoid secara keseluruhan.
5. Posisi Stenvers2
Kepala terletak sejajar meja pemeriksaan atau film lalu wajah diputar 45o menjauhi
film dan berkas sinar-X Posisi Stenvers memperlihatkan sumbu panjang pyramid
petrosus dengan kanalis akustikus internus, labirin dan antrum.
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Otitis eksternal3
5 | P a g e
PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)
Otitis eksternal atau "telinga perenang" adalah infeksi kulit yang menutupi telinga luar
dan saluran telinga. Otitis eksternal akut umumnya infeksi bakteri yang disebabkan oleh
streptococcus, Staphylococcus, atau jenis pseudomonas bakteri. Infeksi telinga perenang
biasanya disebabkan oleh paparan air yang berlebihan dari berenang, menyelam, surfing,
kayak, atau olahraga air lainnya. Ketika air terkumpul dalam saluran telinga (sering terjebak
oleh lilin), kulit bisa menjadi lembek dan melayani sebagai daerah mengundang bagi bakteri
untuk tumbuh. Luka atau lecet pada lapisan saluran telinga (misalnya, dari cedera kapas)
juga dapat menyebabkan rentan terhadap infeksi bakteri pada saluran telinga.
Gejala pertama dari infeksi adalah bahwa telinga akan merasa penuh, dan mungkin
gatal. Selanjutnya, saluran telinga akan membengkak dan drainase telinga akan mengikuti.
Pada tahap ini telinga akan sangat menyakitkan, terutama dengan gerakan dari bagian luar
telinga. Saluran telinga dapat membengkak tertutup, dan sisi wajah dapat menjadi bengkak.
Akhirnya, kelenjar getah bening (kelenjar) dari leher mungkin membesar, sehingga sulit atau
menyakitkan untuk membuka rahang. Orang dengan telinga perenang mungkin mengalami
beberapa gangguan pendengaran sementara di telinga yang terkena.
Otitis media supuratif kronik ( OMSK )4
Otitis media supuratif kronik ( OMSK ) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau
hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media
supuratisf kronis selian merusak jaringan lunak pada telinga tengah dapat juga merusak
tulang dikarenakan terbentuknya jaringan patologik sehingga sedikit sekali / tidak pernah
terjadi resolusi spontan.4
Penyakit OMSK ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita datang dengan
gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga tengah kronis ini
dapat berganda, gangguan pertama berhubungan dengan infeksi telinga tengah yang terus
menerus ( hilang timbul ) dan gangguan kedua adalah kehilangan fungsi pendengaran yang
disebabkan kerusakan mekanisme hantaran suara dan kerusakan konka karena toksisitas atau
perluasan infeksi langsung.4
6 | P a g e
PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)
Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran bakteri dari
meatus auditoris eksternal , kadang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat
infeksi saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk
staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan aspergillus. Organisme dari
nasofaring diantaranya streptococcus viridans ( streptococcus A hemolitikus, streptococcus B
hemolitikus dan pneumococcus.4
WORKING DIAGNOSIS
Otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau tiba-
tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan
steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada nasofariong dan faring,
secara alamiah terdapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga
tengah oleh ezim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachii. Otitis
media akut ini terjadi akibat tidak berfungsinya sistem pelindung tadi, sumbatan atau
peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor utama terjadinya otitis media, pada
anak-anak semakin seringnya terserang infeksi saluran pernafasan atas, kemungkinan
terjadi otitis media akut juga semakin sering.5
Diagnosis OMA harus memenuhi 3 hal berikut 5:
Penyakit onsetnya mendadak
Ditemukan efusi di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu diantara
tanda-tanda berikut :
o Membrane timpani mengembung atau menonjol
o Terbatas / tidak adanya gerakan membrane timpani
o Adanya bayangan cairan di belakang telinga
o Cairan yang keluar dari telinga.
Adanya tanda radang pada telinga tengah yang dibuktikan dengan satu diantara tanda
berikut :
o Kemerahan gendang telinga
o Nyeri telinga mengganggu tidur dan aktivitas normal
7 | P a g e
PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)
Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga, keluarnya cairan dari telinga,
berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan, mual, muntah serta rewel.5
Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop. Dengan otoskop dapat dilihat adanya
gendang telinga yang mengembung, perubahan warna gendang telinga (kemerahan atau
agak kuning ), serta cairan di liang telinga. Jika diperlukan konfirmasi, umumnya dilakukan
otoskopi pneumatic untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan
udara. Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat
dengan pemeriksaan ini juga. 6
OMA harus dibedakan dari otitis media supuratif yang mirip OMA.
Gejala dan tanda OMA Otitis media supuratif
Nyeri telinga, demam, rewel + -
Efusi telinga tengah + +
Gendang telinga suram + +/-
Gendang yang menggembung +/- -
Gerakan gendang berkurang + +
Berkurangnya pendengaran + +
ETIOLOGI
Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media. Pertahanan
tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke
dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu faktor
penyebab yang paling sering. Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti
Streptococcushemoliticus,Haemophilus Influenzae(27%),Staphylococcus
aureus(2%),Streptococcus Pneumoniae(38%),Pneumococcus. Pada anak-anak, makin sering
terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi,
OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horizontal.6,7
EPIDEMIOLOGI
8 | P a g e
PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)
Di Amerika Serikat, 70% dari semua anak-anak mengalami satu atau lebih serangan
OMA sebelum ulang tahun yang kedua. Sebuah studi dari Pittsburgh yang prospektif diikuti
anak-anak perkotaan dan pedesaan untuk 2 tahun pertama kehidupan ditentukan bahwa
kejadian episode efusi telinga tengah adalah sekitar 48% pada usia 6 bulan, 79% pada usia 1
tahun, dan 91% pada usia 2 tahun.8
Kejadian puncak dari AOM adalah pada anak usia 3-18 bulan. Beberapa bayi mungkin
mengalami serangan pertama mereka segera setelah lahir dan dianggap otitis rawan
(misalnya, berisiko untuk otitis media berulang). Dalam studi Pittsburgh, insiden tertinggi
pada anak-anak miskin perkotaan. Perbedaan dalam insiden antar negara dipengaruhi oleh
faktor ras, sosial ekonomi, dan iklim.8
PATOFISIOLOGI
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat tuba Eustachius. Saat bakteri
melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga
terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah
putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan
mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga
tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir
yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.5,6,7
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang
telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di
telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya
sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan
gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga
juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya
dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.OMA dapat berkembang menjadi otitis
media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan
beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat,
dan daya tahan tubuh yang kurang baik.7,8
9 | P a g e
PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)
OMA memiliki beberapa stadium klinis antara lain4:
Stadium oklusi tuba eustachius
a. Terdapat gambaran retraksi membran timpani.
b. Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat.
c. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus.
Stadium hiperemis
a. Pembuluh darah tampak lebar dan edema pada membran timpani.
b. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga
sukar terlihat.
Stadium supurasi
a. Membran timpani menonjol ke arah luar.
b. Sel epitel superfisila hancur.
c. Terbentuk eksudat purulen di kavum timpani.
d. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga
tambah hebat.
Stadium perforasi
a. Membran timpani ruptur.
b. Keluar nanah dari telinga tengah.
c. Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.
Stadium resolusi
a. Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali.
b. Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering.
c. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan daya tahan
tubuh baik
GEJALA KLINIS
10 | P a g e
PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)
Gejala klinis OMA bergantung kepada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak
yang sudah dapat bicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, keluhan
disamping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. 2,3,4
Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula
gangguan pendengaran berupa rasa penuh ditelinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan
anak kecil, gejala khas OMA ialah suhu tubuh yang tinggi sampai dapat sampai 39.5’C (pada
stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur , diare, kejang-kejang dan kadang-kadang
anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi rupture membrane timpani, maka secret
mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang.2,3,4
FAKTOR RISIKO 6
Perubahan cuaca dan suhu
Paparan terhadap rokok dan allergen
Setiap hari di hantar ke ‘baby daycare’
Tidak mendapat ASI ekslusif
Riwayat keluarga yang mempunyai infeksi telinga dan allergy.
Mempunyai riwayat ISPA
Mempunyai kelainan anatomi seperti sumbing, kelainan tuba Eustachii, tumor
nasopharynx
Mempunyai riwayat sebelum usia 6 bulan pernah mempunyai kelainan immunologi
ataupun anatomi.
PENATALAKSANAAN 6
Pengobatan OMA bergantung kepada stadium penyakitnya.
Stadium oklusi
Bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius, sehingga tekanan negative di telinga
tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCL 0.5% dalam larutan fisiologis
(anak <12 tahun) atau HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk yang berumur
diatas 12 tahun dan pada orang dewasa. Selain itu, sumber infeksi diobati. Antibiotika
diberikan apabila penyebabnya adalah bacteria, bukan virus atau alergi.
11 | P a g e
PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)
Stadium presupurasi
Diberikan terapi antibiotic dari golongan penisilin atau ampisilin. Terapi awal diberikan
penisilin intramaskular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat dalam darah, sehingga
tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan
kekambuhan. Pemberian antibiotic dianjurkan minimal 7 hari. Bila pasien alergi terhadap
penisilin maka diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-
100mg/kg bB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40mg/kg BB/hari dibagi
dalam 3 dosis, atau eritromisin 40mg/kg BB/hari
Stadium supurasi
Diberikan antibiotic seperti pada stadium presupurasi, idealnya disertai dengan
miringotomi, bila membrane timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala
klinis lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari
Stadium perforasi
Sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat secret keluar secara berdenyut
(pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari
serta antibiotic yang adekuat. Biasanya secret akan hilang dan perforasi dapat menutup
kembali dalam waktu 7-10 hari.
Miringotomi5,6
Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani agar terjadi drenase
secret dari telinga tengah ke liang telinga luar.
Istilah miringotomi sering dikacaukan dengan parasentesis. Timpanosintesis sebetulnya
berarti pungsi pada membrane timpani untuk mendapatkan secret guna untuk memeriksaan
mikrobiologi. (dengan semprit dan jarum khusus).
Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan dengan syarat
tindakan ini harus dilakukan a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang dan dapat dikuasai
(sehingga membrane timpani dapat dilihat dengan baik). Lokasi miringotomi ialah di kuadran
posterior-inferior. Untuk tindakan ini, haruslah memakai lampu kepala yang mempunyai
12 | P a g e
PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)
sinar yang cukup terang, memakai corong telinga yang sesuai dengan besar liang telinga dan
pisau khusus (miringotom) yang digunakan berukuran kecil serta harus steril.
PENCEGAHAN 8
Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:
1.Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak.
2.Pemberian ASI minimal selama 6 bulan.
3.Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring.
4.Penghindaran pajanan terhadap asap rokok.
KOMPLIKASI 8
13 | P a g e
PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)
Komplikasi OMA diklasifikasikan berdasarkan lokasi sebagai penyakit menyebar di luar
struktur belahan mukosa telinga tengah . Ia dapat dikategorikan sebagai berikut:
Intratemporal - Perforasi membran timpani, mastoiditis coalescent akut, kelumpuhan
saraf wajah, labyrinthitis akut, petrositis, otitis nekrotik akut, atau pengembangan otitis
media kronis
Intrakranial - trombosis Meningitis, ensefalitis, abses otak, otitis hidrosefalus, abses
subarachnoid, abses subdural, atau sigmoid sinus
Sistemik - Bakteremia arthritis, septik, atau endokarditis bakteri
Tanda-tanda terjadinya komplikasi:
- sakit kepala
- tuli yang terjadi secara mendadak
- vertigo (perasaan berputar)
- demam dan menggigil.
PROGNOSIS
Pada zaman sekarang sangat jarang ditemukan kematian akibat OMA. Dengan terapi
antibotik yang efektif, OMA dapat sembuh dengan baik. Namun begitu, OMA dapat juga
menjadi lebih parah jika tidak diberikan terapi sedini mungkin. Kemungkinan akan terjadi
OME dan OMSK dan mengakibatkan gangguan pendengaran. Oleh itu, terapi antibiotic
haruslah diberikan secara cepat dan tepat bagi memberikan prognosis yang baik untuk OMA.
KESIMPULAN
14 | P a g e
PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)
Otitis Media Akut adalah infeksi telinga tengah oleh bakteri atau virus. Otitis media
akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak terutama
usia 3 bulan- 3 tahun. Penyebabnya adalah bakteri atau virus.
Biasanya penyakit ini merupakan komplikasi dari infeksi saluran pernafasan atas
(common cold). Virus atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah
melalui tuba eustakiusatau kadang melalui aliran darah. Otitis media akut juga bisa terjadi
karena adanya penyumbatan pada sinus atau tuba eustakius akibat alergi atau pembengkakan
amandel.Biasanya gejala awal berupa sakit telinga yang berat dan menetap. Bisa terjadi
gangguan pendengaran yang bersifat sementara.
Anak-anak yang lebih muda bisa mengalami mual, muntah, diare dan demam sampai
40,5O Celsius. Gendang telinga melami peradangan dan menonjol. Jika gendang telinga
robek, akan keluar cairan yang pada awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan
jernih dan akhirnya berupa nanah.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga
dengan otoskop. Untuk menentukan organisme penyebabnya dilakukan pembiakan terhadap
nanah atau cairan lainnya dari telinga. Infeksi diobati dengan antibiotika per-oral (melalui
mulut).
Pilihan pertama adalah amoxicillin, tetapi untuk penderita dewasa bisa diberikan
penisilin dosis tinggi. Obat flu yang mengandung phenilephrine bisa membantu membuka
tuba eustakius dan jika terdapat alergi bisa diberikan antihistamin.
Miringotomi dilakukan jika nyerinya menetap atau hebat, demam, muntah atau diare
atau jika gendang telinga menonjol. Pada prosedur ini dibuat sebuah lubang pada gendang
telinga untuk mengeluarkan cairan dari telinga tengah. Pembuatan lubang ini tidak akan
mengganggu fungsi pendengaran penderita dan nantinya akan menutup kembali dengan
sendirinya.
Berprognosis baik sekiranya dilakukan pengobatan yang cepat dan tepat. Namun dapat
terjadi prognosis yang lebih parah jika tidak mendapat rawatan.
DAFTAR PUSTAKA
15 | P a g e
PBL 23 : Otitis Media Akut (Skenario 6)
1. Chandrasoma, Parakrama, Clive R.Taylor. 2007. Ringkasan Patologi Anatomi. Dewi
Asih Mahanani dkk (eds). Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal: 441-
443
2. Djaafar, Z.A., Helmi, dan Restuti, R. 2007. Kelainan Telinga Tengah, dalam Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Eds. Soepardi,
E.A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Resturi, R.D. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. pp: 64-77
3. Dorland, W.A. 2008. Kamus Kedokteran Dorland. Huriawati Hartanto dkk (eds).
Edisi 29. Jakarta: EGC, hal : 2386
4. Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.I., Setiowulan, W. 2009. Kapita
Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius , hal: 79-82
5. Paparella, Michael M., George L. Adams, Samuel C.Levine. 2008. Penyakit Telinga
Tengah dan Mastoid, dalam BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Harjanto Effendi (Ed).
Jakarta : EGC, hal: 95-99
6. Iskandar N, sopeardi EA, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok,
edisi ketiga FKUI Jakarta 2009
7. Adam GL, Boies LC, Hilger PA. Bois Fundamentals of otolaryngology. A textbook of
Ear, Nose and Throat Disease. 6 th edition WB Saunders Co, 2009.
8. Di unduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/859316-overview , Acute Otitis
Media.
9. Di unduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/84923-overview, Otitis Externa
16 | P a g e