OPTIMASI PENGATURAN SANDAR KAPAL PADA TERMINAL …
Transcript of OPTIMASI PENGATURAN SANDAR KAPAL PADA TERMINAL …
1
Universitas Indonesia
OPTIMASI PENGATURAN SANDAR KAPAL PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA
Richson Lamron P
Dosen Pembimbing : Sunaryo dan Riko Butarbutar
Program Sarjana Teknik Perkapalan Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok
Abstrak
Terminal petikemas akan memegang peranan penting dalam beberapa tahun ke depan, melihat trend pengiriman barang dunia yang melalui laut saat ini lebih mengandalkan petikemas sebagai media pengangkutnya. Ini dikarenakan banyak kelebihan yang ditawarkan oleh sistem kontainerisasi (pengiriman barang dengan petikemas), diantaranya kemudahan dalam melakukan bongkar-muat dari dan ke kapal, terjaganya kualitas barang yang dikirim dan keamanan barang yang optimal.
Pelayanan yang cepat dan tentunya berkualitas akan menjadi prioritas dari setiap terminal petikemas. Penilaian kualitas tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek, dimana salah satunya yaitu besarnya nilai Berth Occupancy Ratio (BOR). Nilai BOR dipengaruhi dari metode atau sistem pengaturan yang digunakan untuk sandar kapal di pelabuhan untuk bongkar muat. Oleh karena itu sistem pengaturan yang optimal sangatlah diperlukan agar tidak terdapat antrian dan waktu tunggu kapal yang lama.
Kata kunci : Petikemas, Kontainerisasi, Terminal Petikemas, Sistem Pengaturan , Sandar Kapal, Berth Occupancy Ratio, Optimal.
1. Latar Belakang
Kualitas dari sebuah pelayanan jasa, tidak terkecuali pelayanan jasa
pengiriman barang dengan menggunakan petikemas (kontainerisasi) sangat
berkaitan dengan faktor-faktor yang memberikan kepuasan bagi pengguna
jasa. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah proses yang cepat dari
pelayanan jasa (time), biaya yang serendah mungkin (cost) dan terjaminnya
keamanan maupun keselamatan barang dari pengguna jasa (secure). Dari
ketiga faktor diatas, faktor time merupakan faktor yang menjadi prioritas
utama bagi perusahaan-perusahaan penyedia jasa untuk saling bersaing.
Faktor time ini tentu secara tidak langsung akan sangat mempengaruhi juga
besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam suatu proses pengiriman
barang. Oleh karena itu, faktor time ini bisa dikatakan kunci utama atau
indikator kualitas dari suatu pelayanan jasa yang diberikan.
Optimasi pengaturan ..., Richson Lamron P, FT UI, 2013
2
Universitas Indonesia
Proses sandar kapal ke pelabuhan merupakan sebagian proses yang
dilakukan dalam suatu pelayanan jasa bongkar muat petikemas. Proses ini
tentunya juga perlu membutuhkan penanganan dengan sistem yang tidak
bisa diabaikan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sebab, sistem dan
mekanisme yang digunakan untuk proses sandar kapal akan sangat
mempengaruhi time untuk proses-proses selanjutnya. Sistem yang dimaksud
disini adalah sebuah mekanisme yang digunakan untuk menentukan urutan
dan penggunaan dermaga dengan fasilitas yang ada untuk mencapai hasil
yang maksimal. Dengan sebuah mekanisme atau sistem yang tepat dengan
keadaaan fasilitas yang dimiliki sebuah pelabuhan, maka masalah seperti
antrian kapal yang panjang dan waktu tunggu yang lama, dimana kedua hal
tersebut merupakan masalah yang sering terjadi akan dapat diminimalisir.
Dengan begitu faktor time yang unggul (cepat) akan bisa menjadi sebuah
daya saing bagi masing-,masing terminal petikemas.
Atas dasar latar belakang itulah penulis mencoba untuk menganalisis
sistem pengaturan sandar kapal yang digunakan pada suatu terminal
petikemas. Kemudian penulis juga mencoba menganalisis hasil yang dicapai
dengan metode yang digunakan tersebut dan selanjutnya mencoba
memberikan optimasi metode yang digunakan untuk mencapai hasil yang
lebih maksimal. Dan dalam hal ini penulis memilih PT. Terminal Petikemas
Koja sebagai tempat untuk mengamati dan menganalisa hal-hal tersebut di
atas.
1.1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada maka permasalahannya adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil yang dicapai dengan penggunaan metode
penanganan sandar kapal yang digunakan Terminal Petikemas
Koja?
2. Apa saja faktor dan kendala yang dihasilkan yang mempengaruhi
hasil dari penggunaan sistem tersebut ?
3. Bagaimana pengaruh yang dihasilkan terhadap kinerja
keseluruhan dengan penggunaan metode tersebut ?
Optimasi pengaturan ..., Richson Lamron P, FT UI, 2013
3
Universitas Indonesia
4. Apakah optimasi sistem sandar kapal yang dapat dilakukan dari
sistem yang ada untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal ?
2. Tinjauan Pustaka
Kongesti/kemacetan pelabuhan akan timbul apabila kapasitas pelabuhan
tidak sebanding dengan jumlah kapal dan barang yang akan masuk ke
pelabuhan untuk melakukan kegiatan bongkar muat. Gejala ini dapat terjadi
apabila pada suatu pelabuhan terjadi kebutuhan yang mendadak atau
kelambatan kerja pelayanan bongkar muat di pelabuhan. Kongesti ini dapat
dilihat dari salah satu indikator hasil kinerja pelabuhan yaitu nilai Berth
Occupancy Ratio (BOR).
A. Berth Occupancy Ratio (BOR)
Berth Occupancy Ratio merupakan indikator utilisasi dermaga
yaitu perbandingan antara jumlah waktu pemakaian dermaga yang
tersedia dengan jumlah waktu siap operasi dalam tiap periode waktu,
yang dinyatakan dalam satuan persen (%). Variabel ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain jumlah waktu tambat yang digunakan oleh
kapal. Serta panjang kapal yang tambat dan melakukan kegiatan bongkar
muat. Panjang dermaga yang ada dan waktu kerja yang tersedia di
pelabuhan.
Formulasi :
BOR = ⅀((����������� ��×�����������
��������������×�������������× 100%
Dilihat dari formulasinya, nilai BOR ekuivalen dengan besar atau
lamanya waktu tambat. Semakin tinggi atau besar waktu tambat maka
nilai BOR pun akan besar. Dan bila waktu tambat suatu kapal di
pelabuhan tinggi maka dapat dipastikan akan terjadi antrian kapal oleh
karena tidak tersedianya dermaga, dimana masih digunakan oleh kapal
lain yang tambat dengan lama di dermaga.
Optimasi pengaturan ..., Richson Lamron P, FT UI, 2013
4
Universitas Indonesia
B. Antrian
Kongesti/kemacetan merupakan antrian yang tidak lancar atau
tersendat. Ini dipengaruhi oleh disiplin antrian yang digunakan. Disiplin
antri adalah aturan keputusan yang menjelaskan cara melayani pengantri.
Ada 5 bentuk disiplin pelayanan yang biasa digunakan (Siagian, 1987),
yaitu :
a) First Come FirstServed (FCFS) atau First In First Out (FIFO) artinya,
lebih dulu datang (sampai), lebih dulu dilayani (keluar).
b) Last Come FirstServed (LCFS) atau Last In First Out (LIFO) artinya,
yang tiba terakhir yang lebih dulu keluar.
c) Service In Random Order (SIRO) artinya, panggilan didasarkan pada
peluang secara random, tidak soal siapa yang lebih dulu tiba.
d) Priority Service (PS) artinya, prioritas pelayanan diberikan kepada
pelanggan yang mempunyai prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan
pelanggan yang mempunyai prioritas lebih rendah, meskipun yang
terakhir ini kemungkinan sudah lebih dahulu tiba dalam garis tunggu.
3. Metodologi Penelitian
A. Pengumpulan Data
� Tempat : Terminal Petikemas Koja.
� Peralatan dan Utilitas :
Optimasi pengaturan ..., Richson Lamron P, FT UI, 2013
5
Universitas Indonesia
� Quayside Container Crane (QCC).
� Kombinasi QCC yang memungkinkan : - Untuk 2 (dua) kapal yang sandar di dermaga
Optimasi pengaturan ..., Richson Lamron P, FT UI, 2013
6
Universitas Indonesia
- Untuk 3 (tiga) kapal yang sandar di dermaga
- Untuk 1 (satu) kapal yang sandar di dermaga
� Kemampuan kombinasi kinerja QCC yang dapat dijadikan acuan
setelah dilakukan forecasting dari record hasil kerja masing-masing
kombinasi :
Optimasi pengaturan ..., Richson Lamron P, FT UI, 2013
7
Universitas Indonesia
� Nilai BOR Terminal Petikemas Koja tahun 2012 (setelah dilakukan
pengolahan data) :
� Lamanya Total Berthing Time per bulan
� BOR vs Vessel Bulan Juli
Optimasi pengaturan ..., Richson Lamron P, FT UI, 2013
8
Universitas Indonesia
� Berthing Window minggu ke-2 bulan Juli
Optimasi pengaturan ..., Richson Lamron P, FT UI, 2013
9
Universitas Indonesia
B. Analisis
1. Nilai BOR tertinggi adalah di Bulan Juli. Mengapa?
- Jumlah muatan yang dilakukan bongkar muat di Bulan Juli
merupakan yang terbanyak dari bulan-bulan lainnya. Jumlah
muatan pasti akan sangat mempengaruhi lamanya waktu tambat.
Lihat skema grafik berikut :
Berikut data banyaknya muatan tahun 2012 :
- Mengacu pada formulasi BOR seperti pada teori diatas, dengan
lamanya atau tingginya waktu tambat maka nilai besarnya nilai
BOR pun akan tinggi juga dan akan mempengaruhi ketersediaan
dermaga.
Skema keterkaitan yang dimaksud :
Optimasi pengaturan ..., Richson Lamron P, FT UI, 2013
10
Universitas Indonesia
2. Minggu ke-2 bulan Juli menangani jumlah kapal yang paling sedikit.
Mengapa?
- Ketidaktersediaannya dermaga karena penggunaan oleh kapal
yang ada akibat waktu tambat yang lama dan penyusunan yang
kurang efektif, sehingga kapal lainnya tidak dapat sandar atau
masuk (dapat dilihat pada Berth Window minggu ke-2 bulan Juli).
3. Penanganan solusi agar ketersediaan dermaga menjadi available dan
jumlah kapal di minggu ke-2 bulan Juli dapat bertambah.
- Menekan nilai tambat kapal dengan memprioritaskan kapal yang
memiliki muatan yang lebih besar dan di tempatkan di dermaga
yang pengananan kombinasi QCC yang paling cepat. Acuan
kemampuan kerja kombinasi QCC dapat di lihat pada tabel diatas,
dimana kemampuan tersebut merupakan forecasting untuk
kemampuan saat ini dan kedepannya dari hasil record kerja
masing-masing kombinasi beberapa tahun terakhir.
Optimasi pengaturan ..., Richson Lamron P, FT UI, 2013
11
Universitas Indonesia
- Berikut hasil penyusunan ulang kapal di dermaga pada minggu ke-2 bulan Juli dengan acuan prioritas dan
penempatan pada kombinasi QCC yang maksimal :
Optimasi pengaturan ..., Richson Lamron P, FT UI, 2013
12
Universitas Indonesia
- Perbandingan besarnya nilai BOR sebelum dan sesudah
perubahan mekanisme atau sistem sandar :
a.) Perhitungan besarnya nilai BOR dan lamanya waktu tambat
sebelum perubahan.
b.) Perhitungan besarnya nilai BOR dan lamanya waktu tambat
setelah perubahan.
- Waktu tambat menjadi lebih singkat, nilai BOR menjadi turun dan
setelah dilakukan penyusunan ulang Berthing Window dengan
metode yang baru maka terdapat ketersediaan dermaga untuk
kapal lain bisa masuk ke wilayah range minggu ke-2 bulan Juli.
Terdapat 2 kapal dari range minggu ke-3 yang akhirnya bisa
terlayani pada range minggu ke-2. Memang seharusnya kedua
kapal ini dilayani pada minggu ke-2 berdasarkan jadwal
kedatangannya, namun sebelum dilakukan perubahan sistem,
keduanya harus mengantri dan menunggu untuk dilayani sehingga
Optimasi pengaturan ..., Richson Lamron P, FT UI, 2013
13
Universitas Indonesia
masuk range pelayanan minggu ke-3. Jadi, dengan sistem
penyusunan baru yang dilakukan maka yang tadinya kedua kapal
harus antri, sekarang jadi tidak perlu mengantri dan sesuai jadwal
kedatangan mereka masuk ke dermaga.
Berikut perhitungan minggu ke-2 setelah dilakukan
perubahan dan terdapat 2 kapal tambahan yang dapat terlayani :
4. Komparasi Hasil Analisa
Optimasi pengaturan ..., Richson Lamron P, FT UI, 2013
14
Universitas Indonesia
- Terlihat dari bagan perbandingan diatas, terjadi perubahan lamanya
waktu tambat dan besarnya nilai BOR. Dimana setelah dilakukan
perubahan penyusunan sandar kapal dengan acuan hasil kinerja
kemampuan masing-masing kombinasi QCC dan melakukan
penyusunan antrian masuk kapal ke dermaga berdasarkan prioritas,
prioritas disini adalah kapal yang memiliki jumlah muatan yang lebih
besar untuk ditempatkan di dermaga dengan kombinasi yang
memiliki kinerja yang paling cepat dengan kombinasi peralatan
yang dimiliki oleh Terminal Petikemas Koja. Pelayanan lamanya
bongkar muat diantara kedua sistem yang digunakan untuk
melayani 7 kapal dapat ditekan dari 242 jam menjadi 213,4 jam
atau bisa dilakukan efektifitas waktu sebesar 28.6 jam. Dengan
demikian ketersedian penggunaan dermaga untuk kapal yang
lainnya pun menjadi bertambah. Oleh karena itu dengan
ketersedian dermaga yang mempunyai waktu free sebesar 28,6 jam
tersebut dan setelah dilakukan penyusunan ulang pemakaian
dermaga dengan 7 kapal setelah perubahan mekanisme, maka
terdapat dermaga yang pada akhirnya bisa disandari sampai dua
kapal dalam range minggu ke-2 dibulan Juli ini. Tentu ini akan
berpengaruh juga pada kenaikan jumlah muatan yang dilakukan
bongkar muat di minggu ini. Terlihat di bagan kenaikan muatan
yang ditangani yaitu tadinya dengan 7 kapal, total muatan yang
ditangani adalah 10527 menjadi 9 kapal dengan total muatan
sebesar 12171. Atau terjadi peningkatan sekitar 1644
box/petikemas. Pastinya bila dikaitkan dengan keuntungan bisnis,
dengan peningkatan tersebut maka Terminal Petikemas Koja pun
akan mendapatkan profit yang lebih.
- Jadi, bila penanganan dengan metode prioritas dengan acuan
kombinasi hasil kinerja alat ini dapat diterapkan di minggu-minggu
lainnya, bisa dipastikan akan terjadi peningkatan yang cukup besar
minimal dari sektor penggunaan dermaga yang lebih singkat dan
tentu akan berdampak pada penambahan jumlah kapal yang
Optimasi pengaturan ..., Richson Lamron P, FT UI, 2013
15
Universitas Indonesia
ditangani serta peningkatan jumlah petikemas yang dibongkar
maupun di muat.
4. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Dari semua tahapan proses dan analisa yang telah dilakukan
penulis mengenai permasalahan sandar kapal dan optimasi yang dapat
dilakukan, dapat disimpulkan :
1. Jumlah muatan suatu kapal yang akan dilakukan bongkar dan muat
mempengaruhi lamanya waktu tambat dan penggunaan dermaga di
suatu pelabuhan.
2. Peningkatan efisiensi dan efektifitas dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu menambah peralatan baru atau mengubah sistem mekanisme
yang ada tanpa menambah alat baru.
3. Optimasi sandar kapal ke dermaga dapat dilakukan dengan
mengutamakan skala prioritas terhadap kapal yang memiliki muatan
yang lebih banyak. Karena untuk melakukan bongkar muatnya
memakan waktu dan penggunaan dermaga yang lebih lama.
4. Hasil kerja atau record kerja suatu alat dapat dijadikan acuan untuk
melakukan dan menentukan pemilihan penggunaan untuk pelayanan
ke depannya dengan metode forecasting/peramalan kemampuan
kinerja alat untuk saat ini dan berikutnya guna mendapatkan hasil
yang maksimal.
5. Skema sebab-akibat :
Optimasi pengaturan ..., Richson Lamron P, FT UI, 2013
16
Universitas Indonesia
B. Saran
� Metode perubahan mekanisme yang diajukan agar bisa coba untuk
diimplimentasikan secara langsung guna mendapatkan kesesuaian
yang telah diperhitungkan pada karya tulis ini dengan hasil operasinya
secara langsung di lapangan.
Optimasi pengaturan ..., Richson Lamron P, FT UI, 2013
17
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Kramadibrata, Soedjono. 2002. Perencanaan Pelabuhan. Bandung : Penerbit
ITB.
Heizer, Jay., Barry Render. 2006. Manajemen Operasi. Edisi 7. Jakarta :
Salemba Empat.
Rahmandani, Rondi. 2009. “Perancangan model simulasi untuk
mengoptimalkan waktu pelayanan pada pelabuhan Merak”. Program Sarjana
Teknik Industri. Universitas Indonesia. Depok.
Raga, Paulus. 2010. “Penelitian Keseimbangan Kapasitas Fasilitas Pada
Pelabuhan Petikemas Dalam Upaya Memperlancar Dan Menekan Biaya
Petikemas”. Program Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti Dan
Perekayasa Tahun 2010 Fokus Bidang Prioritas Teknologi Dan Manajemen
Transportasi. Kementrian Riset dan Teknologi dan Kementrian Perhubungan.
Jakarta.
Radmilovic, Zoran., Sasa Jovanovic. 2006. “Berth Occupancy at Container Terminals: Comparison of Analytical and Empirical Results”. Promet- Traffic&Transportation. No.2. Vol. 18. 99-103.
http://www.indonesiaport.co.id/
Optimasi pengaturan ..., Richson Lamron P, FT UI, 2013