Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier...
description
Transcript of Optimasi Crude Oil Dan Gross Margin Untuk Meningkatkan Produksi Dengan Metode Linier...
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan industri diseluruh dunia yang semakin maju pesat dan tuntuan dunia
industri yang semakin kompleks merupakan tantangan bagi setiap perusahaan untuk
tetap eksis serta berkembang sesuai dengan kebutuhan yang semakin beragam. Saat ini,
memperdalami teoritis tidaklah cukup seiring dengan kemajuan dunia industri maka
diperlukan pembelajaran secara aplikatif dan langsung terhadap perusahaan industri.
Kuliah Kerja Nyata Praktik (KKN-P) merupakan salah satu mata kuliah pilihan di
Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya Malang, sebagai sarana untuk latihan
mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah.
Selain itu dengan kerja praktik akan diperoleh gambaran yang jelas tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan berbagai masalah,
Berdasarkan hal diatas maka dibutuhkan suatu instansi yang mampu menunjang
kegiatan mahasiswa tersebut serta bersedia untuk memberikan bimbingan dalam
pelaksanaan KKN-P. PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan merupakan salah satu
kilang pengolahan minyak di Indonesia yang memiliki berbagai jenis proses pengolahan
minyak dan system produksi yang berkaitan dengan penerapan ilmu di bidang Teknik
Industri. Sehingga, PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan merupakan salah satu
pilihan yang tepat dalam melakukan kegiatan KKN-P. PT Pertamina (Persero) RU VI
Balongan memberikan kesempatan pada mahasiswwa untuk mengetahui proses-proses
produksi yang dilakukan untuk mengolah minyak mentah (crude oil) menjadi finished
product yang siap untuk dijual. Dari kegiatan KKN-P di Pertamina (Persero) RU VI
Balongan, mahasiswa akan mendapatkan pengalaman berharga yang bisa digunakan
untuk bekal dalam menghadapi dunia perkerjaan.
1.2 LINGKUP OBSERVASI
Lingkup observasi pada kegiatan KKN-P adalah pada Divisi Refinery Planning &
Optimization atau RPO dimana memiliki fungsi utama untuk melakukan pengelolaan,
pengorganisasian serta pengendalian kegiatan perencanaan dan supply chain bahan baku
dan produk Kilang RU VI Balongan secara efektif dan efisien sehingga Kilang mampu
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
2
beroperasi utuk menghasilkan produk BBM, BBK, dan NBBM sesuai kuantitas dan
kualitas yang direncanakan dan memberikan Gross Margin yang optimum. RPO
membawahi tiga bagian yang mendukung kegitan produksi pada PT. Pertamina
Refinery Unit VI Balongan yaitu Refinery Planning, Supply Chain and Distribution,
Budget & Performance.
1.3 MANFAAT KULIAH KERJA NYATA-PRAKTEK
1.3.1 Manfaat bagi Mahasiswa
1 Mahasiswa dapat menerapkan ilmu teknik industri yang selama ini didapatkan pada
masa perkuliahan pada dunia kerja.
2 Menguji kemampuan penerapan ilmu teknik industri dan teknologi yang telah
diperoleh.
3 Memberikan informasi pada mahasiswa mengenai keadaan dunia kerja sebenarnya
untuk mempersiapkan diri.
4 Memahami etika dan profesionalisme dalam dunia kerja.
1.3.2 Manfaat bagi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan
1. Hasil analisis dari peserta KKN-P dapat menjadi masukkan bagi perusahaan dalam
mengembangkan proses bisnis yang dimilikinya.
2. Menjembatani hubungan kerjasama antara PT. Pertamina (Persero) RU VI
Balongan dengan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang.
1.3.2 Manfaat bagi Universitas Brawijaya
1. Menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan instansi atau lembaga yang
bersangkutan dalam bidang penelitian maupun ketenagakerjaan.
2. Sebagai evaluasi di bidang akademik untuk mengembangkan mutu pendidikan
seiring dengan perkembangan ilmu khususnya di bidang teknik industri.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
3
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 PT. PERTAMINA (PERSERO)
2.1.1 Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero)
PT Pertamina (Persero) merupakan satu-satu perusahaan BUMN (Badan Usaha
Milik Negara) di Indonesia yang diberikan wewenang untuk mengelola sumber daya
minyak, gas, dan panas bumi yang terdapat di Indonesia. Kegiatannya sendiri meliputi
kegiatan eksploitasi, produksi, pengolahan, transportasi hingga proses pemasaran
produk jadi.
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.
Eksploitasi Tambang Minyak Sumatra (PT. Emitsu) yang dipimpin oleh Kol. Dr. Ibnu
Sutowo sebagai Presiden Direktur. Pada tanggal 24 April 1958 perusahaan ini baru
disahkan oleh Menteri Kehakiman. Tujuan utama didirikan perusahaan ini adalah untuk
memenuhi aspirasi yang berkembang di masyarakat pasca berakhirnya pemerintahan
kolonialisme, yaitu perlindungan terhadap aset Negara Keasatuan Republik Indonesia
(NKRI) berupa kekayaan sumber daya alam yang ditambang dan intervensi asing yang
merugikan Negara. Namun, untuk memberikan keleluasaan yang lebih pada pihak
manajemen, maka lingkup kerja perusahaan diperluas hingga seluruh Indonesia.
Perusahaan lalu berganti nama menjadi Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi Negara (Pertamina). Hingga pada tanggal 23 November 2011, pemerintah
menerbitkan ketentuan baru mengenai perminyakan, yaitu Undang-Undang Republik
Indonesia No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Negara (UU Migas).
Dengan keluarnya UU Migas, maka Pertamina dialihkan bentuknya menjadi PT
Pertamina (Persero) pada tanggal 18 Juni 2003 yang ditetapkan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 31 Tahun 2003 tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara menjadi Perusahaan Terbatas
(Persero).
Tugas utama PT Pertamina (Persero) dalam mengelola kegiatan di bidang industri
perminyakan Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan dan menjamin kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan gas di
seluruh Indonesia.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
4
2. Sebagai sumber devisa Negara.
3. Menyediakan kesempatan kerja sekaligus alih teknologi dan pengetahuan.
Dengan demikian untuk menjamin pengadaan dan penyaluran minyak dan gas
dalam jumlah yang memenuhi permintaan dengan kualitas yang sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan PT Pertamina (Persero) membangun beberapa unit
pengolahan minyak di beberapa daerah di Indonesia.
Unit pengolahan minyak (Refinery Unit) atau kilang yang dimiliki oleh PT
Pertamina (Persero) dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Unit Pengolahan Minyak (Refinery Unit) atau kilang PT Pertamina (Persero)
No Nama Lokasi
Kapasitas BPSD
(barrel per stream
day)
Keterangan
1 RU I Pangkalan Brandan 5,000 Ditutup Januari 2007
2 RU II Dumai dan Sungai Pakning 170,000 Aktif
3 RU III Plaju dan Sungai Gerong 135,700 Aktif
4 RU IV Cilacap 348,000 Aktif
5 RU V Balikpapan 260,000 Aktif
6 RU VI Balongan 125,000 Aktif
7 RU VII Kasim-Sorong 10,000 Aktif
2.1.2 Visi, Misi, Slogan, dan Logo PT. Pertamina (Persero)
Dalam peranannya sebagai elemen penting dalam pemenuhan kebutuhan BBM di
Indonesia, PT. Pertamina (Persero) mempunyai visi dan misi, yaitu:
Visi :
“Menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia.”
Misi :
“Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara
terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.”
Pertamina juga memiliki slogan yaitu “Semangat Terbarukan”. Slogan ini
diharapkan dapat mendorong seluruh jajaran pekerja untuk memiliki sikap
entrepreneurship dan customer oriented yang terkait dengan persaingan yang sedang
dan akan dihadapi perusahaan.
Selama 37 tahun (20 Agustus 1968-1 Desember 2005) orang mengenal logo kuda
laut sebagai identitas PT. Pertamina. Permohonan pendaftaran ciptaan logo baru telah
disetujui dan dikeluarkan oleh Direktur Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang, Departemen Hukum dan HAM dengan syarat
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
5
pendaftaran ciptaan No.0.8344 tanggal 10 Oktober 2005. Logo lama PT Pertamina
dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Logo Lama PT. Pertamina
Logo baru Pertamina sebagai identitas perusahaan dikukuhkan dan diberlakukan
terhitung mulai tanggal 10 Desember 2005. Selama masa transisi, lambang/tanda
pengenal PT. Pertamina masih dapat dipergunakan. Logo baru PT Pertamina dapat
dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Logo Baru PT. Pertamina
Arti Logo :
1. Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan representasi
bentuk panah, dimaksudkan sebagai Pertamina yang bergerak maju dan progresif.
2. Warna – dinamis dimana:
a. Biru : mencerminkan handal, dapat dipercaya dan
b. Hijau : mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan
c. Merah : mencerminkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam
menghadapi berbagai macam kesulitan
2.2 PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN
2.2.1 Sejarah PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan
Refinery Unit VI adalah salah satu unit operasi Kilang PT. Pertamina (Persero)
yang mengolah minyak dan gas bumi menjadi produk BBM (Bahan Bakar Minyak),
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
6
Non BBM, dan Petrokimia. RU VI memiliki dua lokasi Kilang, yaitu Kilang Balongan
dan Kilang Produksi LPG Mundu (LPM) dengan wilayah operasi di Balongan, Mundu,
dan Salam Darma. RU VI Balongan digabung sejak tahun 1990 dan mulai beroperasi
tahun 1994 sampai dengan sekarang. Bahan baku yang diolah oleh Kilang PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan adalah minyak mentah (Crude oil) Duri
dan Minas yang berasal dari Propinsi Riau. Keberadaan PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit VI Balongan sangat strategis bagi bisnis PERTAMINA maupun bagi
kepentingan nasional.
Start Up Kilang PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan dilaksanakan pada bulan
Oktober 1994, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995.
Peresmian ini sempat tertunda dari perencanaan sebelumnya (30 Januari 1995)
dikarenakan unit Residue Catalytic Cracking (RCC) di kilang mengalami kerusakan.
Unit RCC ini merupakan unit terpenting di kilang Pertamina RU-VI karena merupakan
unit yang merubah residu menjadi minyak ringan yang lebih berharga. Kapasitas unit ini
merupakan yang terbesar didunia untuk saat ini. Kilang RU-VI Balongan memiliki
beberapa keunikan dan keunggulan, antara lain:
1. Dirancang dengan Engineering adecuacy yang memenuhi kebutuhan operasional
dengan tingkat fleksibilitas tinggi. Hal ini menunjukan bahwa pada umumnya
parameter operasional telah dicapai rata-rata berada di atas unjuk kerja yang
dirancang.
2. Merupakan unit RCC terbesar di dunia saat ini.
3. Fitur dari unit proses RCC baik berupa kemampuan peralatan untuk mendukung
pola operasi beyond design ataupun field product yang dihasilkan merupakan
produk konsep rekayasa dan rancang bangunnya optimal.
4. Fleksibilitas feed yang tinggi terutama Unit CDU, yaitu rata-rata rasio feed crude
pada saat ini Duri : Minas = 50 : 50 dibanding desain awal (80:20), sedangkan Unit
RCC yang menyesuaikan kapasitas rasio feed dapat dioperasikan, yaitu AR :
DMAR = 45 : 55 dibandingkan dengan desain awal35 : 65.
5. Peralatan utama Unit RCC, yaitu Main Air Blower dan Wet Gas Compressoryang
dioperasikan untuk menunjang operasi Unit RCC kapasitas 115%.Rancangan
konsep CO Boiler merupakan pertama di dunia yang memiliki tigafungsi, yaitu :
sebagai CO Boiler, auxiliaries boiler dan waste heat boiler.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
7
6. Kilang Langit Biru Balongan (KLBB) merupakan satu-satunya kilang di Indonesia
sebagai penghasil produk Migas dengan nilai oktan tinggi dan ramah lingkungan
yaitu HOMC (High Octan Mogas Component).
2.2.2 Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan
Pabrik PT. Pertamina (Persero) RU-VI didirikan di Balongan, yang merupakan
salah satu daerah kecamatan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Untuk penyiapan
lahan kilang, yang semula sawah tadah hujan, diperlukan pengurukan dengan pasir laut
yang diambil dari pulau Gosong Tengah. Pulau ini berjarak +70 km arah bujur timur
dari pantai Balongan. Kegiatan penimbunan ini dikerjakan dalam waktu empat bulan.
Transportasi pasir dari tempat penambangan ke area penimbunan dilakukan dengan
kapal yang selanjutnya di pompa ke kilang. Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU VI
Balongan dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
Sejak tahun 1970, minyak dan gas bumi dieksploitasi di daerah ini. Sebanyak 224
buah sumur berhasil digali dan yang berhasil diproduksi adalah sumur Jatibarang,
Cemara, Kandang Haur Barat, Kandang Haur Timur, Tugu Barat, dan lepas pantai.
Sedangkan produksi migasnya sebesar 239,65 MMSCFD disalurkan ke PT. Krakatau
Steel, PT. Pupuk Kujang, PT. Indocement, Semen Cibinong, dan Palimanan. Depot
UPPDN III sendiri baru dibangun pada tahun 1980 untuk mensuplai kebutuhan bahan
bakar di daerah Cirebon dan sekitarnya.
Area kilang terdiri dari :
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
8
a. Sarana Kilang: 250 ha daerah kontruksi kilang dan 200 ha daerah penyangga
b. Sarana Perumahan: 200 ha
Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis dengan adanya
faktor pendukung, antara lain :
a. Bahan Baku
Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
adalah:
1. Minyak mentah Duri, Minas, Jatibarang, Tiung Biru, Amna, LSWR, Mudi,
Banyu Urip, Arjuna, Azeri, Nile Blend, Lalang, Sarir, Xijiang, Wenchang,
Bacho, dan Cinta.
2. Gas alam dari Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million Metric Standard
Cubic Feet per Day (MMSCFD).
b. Air
Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam Darma, Rejasari, kurang lebih
65 km dari Balongan ke arah Subang. Pengangkutan dilakukan secara pipanisasi
dengan pipa berukuran 24 inci dan kecepatan operasi normal 1.500 m3 serta
kecepatan maksimum 1.600 m3. Air tersebut berfungsi untuk steam boiler, heat
exchangers (sebagai pendingin), air minum, dan kebutuhan perumahan. Dalam
pemanfaatan air, kilang Balongan ini mengolah kembali air buangan dengan sistem
wasted water treatment, di mana air keluaran di-recycle ke sistem ini.
c. Transportasi
Lokasi kilang RU-VI Balongan berdekatan dengan jalan raya dan lepaspantai utara
yang menghubungkan kota-kota besar sehingga memperlancar distribusi hasil
produksi, terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine facilities adalah
fasilitas yang berada di tengah laut untuk keperluan bongkar muat crude oil dan
produk kilang. Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker, SBM, rambu laut, dan
jalur pipa minyak. Fasilitas untukpembongkaran peralatan dan produk (propylene)
maupun pemuatan propylenedan LPG dilakukan dengan fasilitas yang dinamakan
jetty facilities.
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipakai di PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan terdiri dari
dua golongan, yaitu golongan pertama, dipekerjakan pada proses pendirian Kilang
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
9
Balongan yang berupa tenaga kerja lokal non-skill sehingga meningkatkan taraf
hidup masyarakat sekitar. Sedangkan golongan kedua, yang dipekerjakan untuk
proses pengoperasian, berupa tenaga kerja PT. Pertamina (Persero) yang telah
berpengalaman dari berbagai kilang minyak di Indonesia.
2.2.3 Visi, Misi, Motto, dan Logo PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan
Visi, moto dan PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan telah dirumuskan dan
disahkan melalui Surat Keputusan General Manajer yang dijadikan acuan oleh seluruh
pegawai Pertamina Balongan.
a. Visi
“Menjadi kilang terkemuka di Asia tahun 2025.”
Dengan penekanan pada kata kilang dan unggulan yang bermakna sebagai berikut :
Kilang bermakna mengolah bahan baku minyak bumi menjadi produk BBM dan
non BBM.
Terkemuka bermakna masuk dalam nominasi kelompok kilang terbaik di dunia,
unggul dalam segala aspek bisnis yaitu lebih aman, andal, efisien, professional,
maju, berdaya saing tinggi, bermutu internasional, berwawasan lingkungan dan
mampu menghasilkan laba sebesar-besarnya
b. Misi
1. Mengolah crude dan naphtha untuk memproduksi BBM, BBK, Residu,
NBBM, dan Petkim secara tepat jumlah, mutu, waktu, dan berorientasi laba
serta berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar.
2. Mengoperasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu secara aman,
andal, efisien serta berwawasan lingkungan.
3. Mengelola aset RU VI secara profesional yang didukung oleh sistem
manajemen yang tangguh berdasarkan semangat kebersamaan, keterbukaan,
kepercayaan dan prinsip bisnis saling menguntungkan.
c. Motto
“Meraih keunggulan komparatif dan kompetitif.”
1. Meraih, menunjukkan upaya maksimum yang penuh dengan ketekunan dan
keyakinan serta profesionalisme yang penuh dengan ketakunan dan keyakinan
serta profesionalisme untuk PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
10
2. Keunggulan kompratif, keunnggulan dasar yang dimiliki PT Pertamina
(Persero) RU VI Balongan dibandingkan dengan kilang sejenis, yaitu lokasi
yang strategis karena dekat dengan pasar BBM dan non-BBM.
3. Keunggulan kompetitif, keunggulan daya saing terhadap kilang sejenis dalam
hal efisiensi, mutu, produk, dan harga.
d. Logo
Oleh karena ciri utama tersebut, RU-VI Balongan mengambil logo berbentuk
reactor dan regenerator. Logo PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dapat dilihat
pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Logo PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan
Logo PT. Pertamina (Persero) RU-VI merupakan hasil lomba dan design original
oleh sdr. H.M.Thamrin, SA dengan Nomor Pekerja 284742, Pekerja bagian fasilitas
Engineering. Logo tersebut memiliki makna sebagai berikut:
1. Lingkaran: Mencerminkan PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan fokus ke
bisnis inti dan sinergi.
2. Gambar: Konstruksi regenerator dan reactor di unit RCC yang mendai ciri khas dari
PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan.
3. Warna:
a. Hijau: Berarti selalu menjaga kelestarian lingkungan hidup
b. Putih: Berarti bersih, profesional, inivatif, dan diamis dalam setiap tindakan
yang berdasarkan kebenaran.
c. Biru: Berarti loyal kepada visi PT. Pertamina (Persero) RU-VI.
d. Kuning: Berarti keagungan PT. Pertamina (Persero) RU-VI.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
11
2.2.4 Proyek dan Konstruksi
Proyek kilang Balongan semula dinamakan EXOR-I. Setelah beroperasi, namanya
berubah menjadi kilang BBM Pertamina Balongan dan merupakan unit pengolahan VI
yang dimiliki PT. Pertamina. Teknologi proses yang dipilih ditujukan untuk
memproduksi premium, kerosin, dan solar sebanyak 72% sedangkan sisanya berupa
propylene, LPG, IDF, fuel oil, dan decant oil Bahan pembantu proses yang berupa
bahan kimia dan katalis sebagian besar masih diimpor.
Pemilhan Balongan sebagai lokasi Proyek EXOR-I didasarkan atas bebagaihal,
yaitu:
1. Relatif dekat dengan konsumen BBM terbesar, yaitu Jakarta dan Jawa Barat.
2. Telah tersedianya sarana penunjang yaitu: Depot UMPS III, Terminal DOHJBB
(Jawa Bagian Barat), Conventional Buoy Mooring (CBM) dan Single Buoy
Mooring (SBM).
3. Dekat dengan proyek pipanisasi BBM di Pulau Jawa.
4. Tersedianya lahan yang dibutuhkan yaitu bekas sawah yang kurang produktif.
5. Tersedianya sarana infrastruktur.
Kegiatan Engineering Procurement and Construction (EPC) dilakukan oleh
konsorsium yang terdiri dari JGC dan Foster Wheeler. Kegiatan EPC diatur dalam EPC
Agreement. Sebagai product offtaker (pembeli) adalah British Petroleum (BP). Jangka
waktu pelaksanaan adalah 51 bulan, yaitu sejak EPC Agreement ditandatangani pada
tanggal 1 September 1990 dan berakhir pada bulan November 1994.
Tabel 2.2 Unit Proses dan Licensor Kilang RU VI Balongan
Unit Proses Kode Kapasitas Licensor Kontraktor
Crude
Destilation
Unit (CDU)
11 125.000
BPSD
Foster
Wheeler
(FW)
FW
Atmospheric
Residue Hydro
Dematillization (ARHDM)
BPSD12
& 13
58.000
BPSD Chevron JGC
Gas Oil Hydro
Teater (GO
HTU)
14 32.000
BPSD UOB JGC
Residue
Catalytic Cracking
(RCC)
15 83.000
BPSD UOB FW
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
12
Tabel 2.2 Unit Proses dan Licensor Kilang RU VI Balongan (lanjutan)
Unit Proses Kode Kapasitas Licensor Kontraktor
Unsaturated
Gas Concentration
16 UOB FW
LPG
Treatment Unit 17
22.500
BPSD MeriChem FW
Gasoline Treater Unit
18 47.500
BPSD MeriChem FW
Propylene
Recovery 19
7.000
BPSD UOB FW
Catalityc
Condensation 20
13.000
BPSD UOB FW
Light Cycle Oil 21 15.000
BPSD UOB JGC
Hydrogen
Plant 22
76
MMSCfHD FW FW
Amine Treater Plant
23 JGC JGC
Sour Water
Snipper 24 JGFC JGFC
Sulphur Water
Plant 25 27 MTD JGFC JGC
2.2.5 Unit Produksi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan
Secara umum, unit produksi di PT. Pertamina (PERSERO) RU VI Balongan terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Unit Proses Utama
2. Kilang Langit Biru Balongan/KLBB
3. Unit Proses Pendukung
Berikut adalah penjelasan mengenai ketiga bagian unit tersebut:
1. Unit Proses Utama
a. CDU (Crude Distillation Unit)
Unit 11 yaitu CDU merupakan primary processing, yang didesain untuk
mengolah 125000 BSPD (Barrel Stream Per Day). Pada unit ini komposisi
desain crude untuk pengolahan adalah 80% Duri dan 20% Minas. Seiring
berjalannya waktu, kuantitas dari Minas dan Duri semakin menurun sehingga
harus disubtitusi dengan crude lainnya seperti Banyu Urip, Tiung Biru, Azeri,
dan lain sebagainya. Oleh karena itu, komposisi tersebut diubah menjadi 60%
Duri dan 40% gabungan crude pengganti Minas. CDU memisahkan minyak
mentah menjadi beberapa produk melalui proses pemisahan fisik berdasarkan
perbedaan titik didih dengan proses yang dikenal sebagai distilasi. Produk yang
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
13
dihasilkan adalah Straight Run Naptha, Herosene, Gasoil, dan Atmospheric
Residue (AR).
b. ARHDM (AR Hydrometallization)
ARHDM merupakan unit untuk mengolah Atmospheric Residue (AR) dari
CDU yang mengandung metal (Ni,V) serta karbon (MCR) dalam jumlah yang
tinggi, enjadi DMAR mengandung metal (Ni,V) dan karbon (MCR) dalam
jumlah yang lebih kecil. ARHDM dirancang untuk mengolah AR keluaran dari
CDU sebesar 58.000 BPSD.
c. RCC (Residue Catalytic Cracker)
RCC merupakan secondary processing dengan kapasitas 83 BPSD (505.408
T/H) merupakan salah satu unit RCC yang terbesar di dunia. Unit ini didesain
untuk mengolah Treated Residue (DMAR) dari ARHDM dan Atmospheric
Residue (AR) dari CDU dengan bantuan katalis. Produk yang dihasilkan dari
unit RCC ini merupakan produk dengan nilai ekonomi yan tinggi seperti LPG,
Propylene, Polygasoline (mogas dengan RON 98), Naptha (RON 92), Light
Cycle Oil (LCO), serta Decant oil (DCO).
d. GO-HTU (Gas Oil Hydrotreater)
GO-HTU merupakan unit untuk mengolah gas oil yang tidak stabil dan korosif
karena mengandung sulfur dan nitrogen menjadi gas oil yang memenuhi
ketentuan pasar, dengan bantuan katalis dan hidrogen. Kapasitas GO-HTU
yaitu 32.000 BPSD.
e. UGP (Unsaturated Gas Plant)
Unsaturated Gas Plant (UGP) berfungsi untuk memisahkan produk Overhead
Main Column RCC unit (15-C-101) menjadi Stabilized Gasoline, LPG, dan
Non Condensable Lean Gas.
f. LPG Treater
LPG Treater dirancang untuk membersihkan Mixed RCC LPG sebanyak
22.500 BPSD yang mengandung 30 ppm wt H2S dan 65 ppm wt merkaptan
sulfur.
g. PRU (Propylene Recovery Unit)
PRU berfungsi untuk memisahkan dan memproses LPG dari Unsaturated Gas
Plant (UGP) sebagai downstream RCC guna mendapatkan produk propylene
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
14
dengan kemurnian tinggi, yang dapat dipakai sebagai Feed Polypropylene
Unit.
h. CCU (Catalytic Condensation Unit)
Catalytic Condensation Unit (CCU) didesain untuk mengolah mixed butanes
sebesar 13.000 BPSD dari RCC Complex, dengan dilengkapi 3 unit reaktor
yang dioperasikan secara paralel. Finished product CCU adalah polygasoline
beroktan tinggi serta butane.
i. LCO-HTU (Light Cycle Oil-Hydrotreater)
Light Cycle Oil-Hydrotreater (LCO-HTU) berfungsi untuk menghilangkan
sulfur dan nitrogen dari Untreated LCO tanpa perubahan biling range yang
berarti, agar produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan dan spesifikasi
pemasaran.
j. H2 (Hydrogen Plant)
Hydrogen Plant (H2) merupakan plant yang dirancang untuk memproduksi
hidrogen (H2) dengan kemurnian min 99.9% sejumlah 76 MMSCFD. Produk
H2 tersebut kemudian disuplai ke ARHDM, GO-HTU, dan LCO-HTU sebagai
make-up H2 dalam proses hidrogenasi.
k. Amine Treater
Amine Treater dirancang untuk mengolah sour gas serta untuk menghilangkan
kandungan H2S yang terikat dalam sour gas. Proses yang dipakai adalah
SHELL ADIP Process, yang menggunakan larutan MDEA (Methyl Di-Ethanol
Amine) sebagai larutan penyerap.
l. SWS (Sour Water Stripper)
Sour Water Stripper (SWS) mempunyai fungsi utama untuk membersihkan air
sisa proses (sour water) dari sisa minyak dan gas-gas yang ada (khususnya
NH3 dan H2S), sehingga air sisa proses tersebut menjadi bersih (stripped water)
dan dapat dipakai kembali sebagai air proses.
m. Sulfur Plant
Sulfur Plant adalah unit untuk merecovery sulfur dari acid gas yang dihasilkan
Amine Treater (#23) dan H2S Stripper Train no. 1 SWS (#24). Sulfur plant
terdiri dari suatu unit Claus untuk menghasilkan sulfur, lalu diikuti dengan
sulfur flaker dan fasilitas penyimpanan sulfur padat.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
15
2. Kilang Langit Biru Balongan/KLBB
KLBB merupakan unit yang dibuat sebagai terobosan PT. Pertamina (PERSERO)
untuk mendukung program pemerintah menghapus penggunaan timbal (Pb) pada
bensin. Berikut ini adalah bagian-bagian dari KLBB:
a. NHT (Nahptha Hydrotreater)
NHT didesain untuk mengolah 52.000 BPSD (345m3/H) straight run naphtha
yang sebagian besar diimpor dari beberapa Kilang Pertamina (RU-III, RU-IV,
RU-V) dengan menggunakan kapal dari kilang sendiri (CDU 11).
b. Platformer
Platformer didesain untuk memproses heavy hydrotreated naphtha yang
diterima dari unit proses NHT. Tujuan unit proses platformer untuk
menghasilkan aromatik dari naphtha dan parafin untuk digunakan sebagai
bahan bakar kendaraan bermotor (motor fuel), dengan angka oktan yang tinggi
(ON minimal 98).
c. Penex
Unit penex merupakan unit yang bertujuan untuk melakukan proses catalytic
isomerization dari pentanes, hexanes, dan campuran dari CCR Regeneration
Process Unit.
3. Unit Proses Pendukung.
a. Utilities
Unit Utilities menyediakan beberapa kebutuhan utilities kilang seperti air,
listrik, steam, udara bertekanan, dan nitrogen. Unit ini dilengkapi dengan:
b. OM (Oil Movement)
Oil Movement merupakan unit yang melakukan proses akhir dari proses
pengolahan minyak sebelum dikirim ke bagian pemasaran dalam negeri (PDN).
Pada unit ini, semua minyak intermedia (setengah matang) yang berasal dari
unit HSC dan RCC. Selanjutkan dilakukan proses blending terhadap minyak
intermediate tersebut untuk mengatur angka oktan yang sesuai dengan
spesifikasi sehingga dapat menghasilkan produk yang dapat dikirim ke bagian
pemasaran untuk selanjutnya dipasarkan ke konsumen.
c. HSE (Health, Safety, and Environment)
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
16
Aspek keselamatan kerja dan lingkungan merupakan aspek yang menjadi
prioritas utama di RU VI Balongan dalam menjalankan kegiatan inti bisnisnya.
HSE sebagai salah satu fungsi yang terdapat di RU VI Balongan menjalankan
semua program dan kegiatan untuk mencegah kerugian baik dari segi people,
asset, environment, maupun reputation. HSE dengan empat bagian di
bawahnya, yaitu Occupational Health, Safety, Environment, dan Fire and
Insurance melakukan sinergi dalam mempertahankan zero accident dan zero
pollution mengikuti standar dan sertifikasi dari OHSA 18001, ISO 14001, dan
Manajemen Keselamatan Proses.
d. OPI (Operating Performance Improvement)
OPI adalah program yang merupakan hasil Breakthrough Project (BTP)
Direktorat Pengolahan untuk meningkatkan kualitas seluruh aspek sistem
operasi dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan aspek
Technical System dan Non-Technical System yang terintegrasi.
e. Laboratorium
Laboratorium merupakan tempat untuk menganalisa minyak mentah, minyak
intermediate (setengah jadi), ataupun minyak jadi. Analisa tersebut akan
dilakukan untuk mengetahui apakah minyak yang dihasilkan telah memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan. Analisa yang dilakukan laboratorium ini bertujuan
untuk mengontrol bahan baku.
f. LPG Mundu
Unit ini didesain untuk memproses natural gas sebesar 1000KNm3/hari
menjadi produk LPG.
2.2.6 Produk PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan
Produk yang dihasilkan kilang PT Pertamina (PERSERO) RU VI Balongan dibagi
menjadi 5 macam yaitu BBM, BBK, NBM, lain-lain dan RF (Refinery Fuel).
1. Bahan Bakar Minyak (BBM)
Produk bahan bakar minyak terdiri atas:
a. Premium, memiliki angka oktan minimal 88 yang biasanya digunakan sebagai
bensin untuk bahan bakar mesin.
b. Kerosene, merupakan cairan hidrokarbon.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
17
2. Bahan Bakar Khusus (BBK)
Produk bahan bakar khusus terdiri atas:
a. Pertamax, memiliki angka oktan minimal 92
b. Pertamax Plus, memiliki oktan minimal 95.
c. Pertamina DEX (Diesel Environment Extra), menghasilkan emisi gas buang
yang lebih bersih dan memiliki Catane Index 51 serta Sulphur Contain <= 300
ppm.
3. Non-Bahan Bakar Minyak (NBM)
Produk non-bahan bakar minyak terdiri atas:
a. Propylene, digunakan untuk bahan pembuat kosmetik, plastik (gelas/botol),
ban.
b. Liquefied Petroleum Gas (LPG), digunakan sebagai bahan bakar untuk
memasak, penerangan, water heater, gas stoves, dan rice cooker.
c. Minasol
4. Lain-lain
Produk lain-lain terdiri atas:
a. High Octan Mogas Component (HOMC), merupakan produk intermedia
(setengah jadi) yang digunakan kembali untuk melakukan proses produksi
produk lainnya.
b. Decant oil, digunakan sebagai bahan bakar turbin atau boiler.
5. Refinery Fuel (RF)
Produk RF terdiri atas:
a. RF Oil
b. RF Gas
c. Lean Gas
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
18
2.2.7 Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan
Struktur organisasi PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan dapat dilihat pada
Gambar 2.5.
SENIOR VICE PRESIDENT
REFINING OPERATION
GM REFINERY UNIT VI
SECRETARY
IT AREA RU VI
BALONGAN
MANAGER
SENIOR MAN. OP &
MANUFACTURORY
ENGINEERING &
DEVELOPMENT
MANAGER
HR AREA/BP RU VI
MANAGER
REF. INTERNAL
AUDIT BALONGAN
MANAGER
REF. FINANCE OS
REG. V MANAGER
HOSPITAL
BALONGAN
DIRECTOR
MARINE REG III
MANAGER
RELIABILITY
MANAGER
PROCUREMENT
MANAGER
HSE MANAGER
OPI MANAGER
LEGAL MANAGER
PRODUCTION-I
MANAGER
PRODUCTION-II
MANAGER
REFINERY PLANNING &
OPTIMIZATION
MANAGER
MAINTENANCE
PLANNING AND
SUPPORT MANAGER
MAINTENANCE
EXECUTION
MANAGER
TURN / AROUND
MANAGER
GENERAL AFFAIRS
MANAGER
Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
19
2.2.8 Divisi Refinery Planning & Optimization (RPO)
Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata – Praktik yang dilakukan berada dalam ruang
lingkup divisi Refinery Planning & Optimization (RP&O). Fungsi dari Divisi RP&O
adalah sebagai pengelolaan, pengorganisasian serta pengendalian kegiatan perencanaan
dan supply chain bahan baku dan produk yang dihasilkan oleh PT Pertamina (Persero)
RU VI Balongan, yang secara efektif dan efisien sehingga kilang mampu beroperasi
untuk menghasilkan produk Bahan Bakar Minyak (BBM), Bahan Bakar Khusus (BBK),
dan non-Bahan Bakar Minyak (NBM) sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang
direncanakan dan memberikan gross margin yang optimum. Tugas pokok dari divisi
RP&O adalah sebagai berikut:
1. Memimpin kegiatan perencanaan pengolahan dan produksi kilang RU VI, serta
penyiapan bahan baku minyak mentah, gas alam, maupun bahan intermedia (Low
Octan Mogas Component/High Octan Mogas Component) sampai dengan menjadi
produk BBM/BBK/NBM.
2. Memimpin kegiatan suppy chain produksi kilang RU VI, mulai dari penyiapan
kedatangan bahan baku minyak mentah, gas alam, maupun bahan intermedia
sampai dengan penyaluran BBM/BBK/NBM.
3. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk menanggapi keluhan pelanggan
dan peningkatan kinerja RU VI untuk pemenuhan kebutuhan/kepuasan pelanggan.
4. Memimpin kegiatan optimasi perencanaan yang berdasarkan kandungan fraksi
hidrokarbon (yield) dalam bahan baku maupun kemampuan unit produksi dengan
menggunakan tools linear programming.
5. Mengorganisir dan mengendalikan data operasi kilang RU VI, kegiatan pelaporan
kinerja dan melakukan upaya peningkatan kinerja RU VI mengacu pada penerapan
system mutu (ISO:9001, PQA, dll) serta benchmarking dengan kilang terbaik
lainnya.
6. Memberikan advise/saran baik diminta atau tidak kepada unit produksi/kilang
berupa perspektif keekonomian kilang agar mengacu kepada efisiensi dan
produktivitas.
Struktur organisasi dari divisi Refinery Planning & Optimization dapat dilihat pada
Gambar 2.6
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
20
REFINERY PLANNING &
OPTIMIZATION MANAGER
SECRETARY
REFINERY PLANNING
SECTION HEAD
SUPPLY CHAIN & DIST
SECTION HEAD
BUDGET &
PERFORMANCE
SECTION HEAD
Gambar 2.6 Struktur organisasi divisi Refinery Planning & Optimization
Divisi RP&O dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Refinery Planning, Budget, &
Performance, dan Supply Chain & Distribution.
1. Refinery Planning Section Head
Tugas pokok yang dimiliki oleh Refinery Planning Section adalah sebagai berikut:
a. Rencana Pengolahan dan Produksi Tahunan (RK).
b. Rencana Pengolahan dan Produksi Bulanan (STS).
c. Evaluasi realisasi produksi.
d. Uji coba bahan baku alternatif.
2. Budget & Performance Section
Tugas pokok yang dimiliki oleh Budget & Performance Section adalah sebagai
berikut:
a. Mengawasi penggunaan anggaran biaya operasional.
b. Membuat laporan arus minyak berdasar MQAR.
c. Melaporkan pencapaian KPI (Key Performance Indicator) RU VI.
3. Suppy Chain & Distribution Section
Tugas pokok yang dimiliki oleh Supply Chain & Distribution Section adalah
sebagai berikut:
a. Rencana pengolahan dan produksi tahunan.
b. Membuat penjadwalan crude dan intermedia sesuai dengan STS.
c. Memonitor posisi stock di RU VI (feed dan produk) serta stock produk di
pelanggan.
d. Mengkoordinasikan kedatangan truck/kapal.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
21
e. Merencanakan operasional harian kegiatan proses produksi.
f. Membuat order
1) Instruksi Permintaan Penyaluran (IPP), merupakan order yang dibuat
untuk proses blending/re-blending, pengalihan produk/intermediate atau
managing stock. Dalam blending operation atau pemberian order blending
ke unit produksi ITP, dimana blending adalah mencampur 2 atau lebih
komponen intermediate product untuk menghasilkan suatu finished
product dengan memenuhi spesifikasi yang telah dibutuhkan. Beberapa hal
yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam proses blending antara
lain:
Kualitas dan ketersediaan intermediate product
Jenis blending atau intermediate product itu sendiri
Target spek yang ditentukan
Fasilitas blending (pompa, tanki, dll)
Kehandalan operasional tanki (ullage, kondisi insidensial)
Metode perhitungan
Skill operator saat operasional blending tersebut dilakukan
2) Surat Permintaan Penyaluran (SPP), merupakan order penyaluran finished
product:
Pertamax Plus, Pertamax, Premium, Solar-48, dan Kerosene ke Upms.
LPG Mix ke depot LPG Balongan dan Tank Car.
Propylene ke PT Polytama Propindo.
3) Loading Order (LO), merupakan order untuk penyaluran melalui kapal
Pertamax Plus, Pertamax, HOMC, Premium, dan Decant oil untuk
diekspor.
4) Discharge Order (DO), merupakan order untuk pembongkaran kargo
kapal ke tanki darat: Crude, Naphta, dan HOMC ex import (kebutuhan
pusat)
g. Customer relation
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
22
H2 Plant
76 MMSCFD
Foster Wheeler
GOHTU
32.000
U O P
DURI
MINAS
Premium
Pertamax
Pertamax Plus
Kerosene
Gas Oil +
Pertadex
Propylene
L P G
D C O
LPG Trt
22.500
U O P
P R U
7.150
U O P
Gas
Alam
ARHDM
58.000
Chevron
R C C
83.000
U O P
CDU
125.000
Foster Wheeler
C C U
13.000
U O P
Gasoline Trt
47.500
U O P
KeroHTU
15.000
U O P
Naphtha
NHDT
52.000
U O P
Penex
23.000
U O P
Platformer
29.000
U O P
ROPP
ABB LUMMUS
HOMC
20.4 TPD
Supply chain menjadi pintu masuk customer terkait pendistribusian produk RU
VI Balongan. Customer RU VI terdiri dari: Upms III, Gas Domestik, dan PT
Polytama Propindo.
Kendala lifting product yang sering muncul antara lain:
Kualitas, terkait spesifikasi
Ketersediaan ullage di tanki penerima
Jumlah, terkait alat ukur
Kesiapan sarana dan fasilitas
Pelayanan, terkait sistem akuntansi di RU VI
Komplain dari customer akan selalu dicatat dan ditindaklanjuti karena
merupakan salah satu KPI RPO. Customer gathering merupakan salah satu
kegiatan dalam rangka membina dan menjaga hubungan baik dengan customer.
Kegiatan ini diadakan 2 kali/tahun.
2.3 PROSES UMUM PENGOLAHAN MINYAK
Sistem pengolahan minyak pada PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan terdiri
dari empat bagian utama, yaitu bagian Hydro Skimming Complex (HSC), Destillation
and Hydrotreating Complex (DHC), Residue Catalytic Cracking (RCC), dan Oil
Movement (OM).
Gambar 2.7 Proses Umum Pengolahan Minyak
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
23
2.3.1 Hydro Skimming Complex (HSC)
Unit HSC terdiri dari dua bagian, yaitu proses pemisahan crude oil (minyak
mentah) secara destilasi di unit CDU (Crude Destillation Unit) dan treating terhadap
yang dihasilkan dari CDU di unit NPU (Naphtha Processing Unit). Bahan baku untuk
proses pengolahan minyak bumi adalah crude oil. Crude oil yang akan diproses terdiri
dari dua jenis, yaitu Duri (heavy oil) dan Minas (light oil). Crude oil ini diterima oleh
Single Buoy Morring (SBM), yang merupakan jenis dermaga lepas pantai yang berada
ditengah laut. Crude oil ini kemudian dialirkan ke unit CDU untuk memisahkan crude
oil berdasarkan titik didihnya menghasilkan produk atas dan produk residu. Produk atas
berupa gas, kerosene, dan gasoil. Sedangkan residu yang dihasilkan dikirim ke unit
ARHDM (Atmosphereic Residue Hydro Demetallizer) dan ke unit NPU untuk
menghilangkan impurities dan meningkatkan angka oktan. Sedangkan sebagian naphtha
lagi dikirim ke unit Oil Movement untuk diolah menjadi produk yang diinginkan.
1. DTU
a. Unit 11: CDU (Crude Destillation Unit)
CDU merupakan Athmospheric Distillation Tower yang didesain untuk
mengolah campuran crude oil dengan kapasitas maksimal 123 MB (metric
barel) per hari.
b. Unit 23: ATU (Amine Treating Unit)
Amine treater dirancang untuk mengolah sour gas untuk menghilangkan
kandungan H2S yang ada di dalam sour gas.
c. Unit 24: SWS (Sour Water Stripper)
Unit ini berfungsi untuk membersihkan air sisa proses (sour water) dari sisa
minyak dan gas-gas yang ada (khususnya NH3 dan H2) sehingga air sisa proses
tersebut menjadi bersih (stripped water) dan dapat dipakai kembali sebagai air
proses.
d. Unit 25: SP (Sulphur Plant)
Unit ini berfungsi untuk melakukan recovery sulphur dari acid gas yang
dihasilkan amine treater pada unit 23 dan H2S stripper train no. 1 SWS pada
unit 24.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
24
2. NPU (Naphtha Processing Unit)/KLBB (Kilang Langit Biru Balongan)
NPU dirancang untuk memproses bahan yang dihasilkan dari unit DTU sehingga
bilangan oktan dari minyak tersebut meningkat. Selain mendapat input dari CDU,
unit ini juga menampung naphtha yang berasal dari kilang Pertamina lainnya.
Kapasitas produksi NPU adalah sebesar 52,000 BPSD. Kilang ini terdiri dari 3
(tiga) unit proses, yaitu:
a. Naphtha Hydrotreater (NHT)
NHT mengolah naphta yang sebagian besar didatangkan dari beberapa kilang
Pertamina seperti RU III, RU IV, dan RU V dengan menggunakan kapal serta
dari CDU. Unit ini merupakan proses pemurnian katalistik dengan memakai
katalis dan menggunakan aliran gas H2 (hidrogen murni) untuk menghilangkan
kandungan sulphur (belerang), O2 (oksigen), serta N2 (nitrogen) yang terdapat
dalam fraksi hidrokarbon. Kapasitas unit ini adalah sebesar 52,000 BPSD
b. Platforming
Unit ini berfungsi untuk mengubah Naphtha yang memiliki oktan rendah
menjadi komponen blending motor gasoline (MOGAS) dengan bantuan
katalis. Kapasitas unit ini sebesar 29,000 BPSD
c. Penex
Unit ini berfungsi untuk menaikan angka oktan light naphta melalui proses
catalytic idomerization dari pentanes dan hexanes. Reaksi yang terjadi yaitun
menggunakan H2 pada tekanan tertentu dan berlangsung pada fixed bed katalis
yang dapat mengarahkan proses isomerasi dan meminimalkan proses
hydrocracking.
2.3.2 Distillation and Hdrotreating Complex
DHC terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu AHU dan unit MTU. Pada unit
AHU/ARHDM (Atmospheric Residue Hydrodemetallizer), 80% residu yang berasal dari
CDU diolah untuk menjadi feed bagi unit Residue Catalytic Cracking (RCC).
Pengolahan tersebut bertujuan untuk mengurangi komposisi metal dan MCR (Micro
Carbon Residue) sehingga dapat digunakan sebagai feed untuk unit RCC. Sedangkan
unit HTU (Hydro Treating Unit) mengolah natural gas menjadi hydrogen murni yang
akan dikirim ke AHU sebagai bahan bakar reformer dan sebagian lagi dikirim ke NPU
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
25
untuk digunakan jika unit NPU ini akan start pabrik. Proses pengolahan hydrogen ini
bertujuan untuk menghilangkan impurities-impurities hydrogen impurities-impurities
hydrogen yang masih ada hingga dapat menghasilkan hidrogen murni 99%.
1. Unit 12 dan 13: ARHDM (Atmospheric Residue Hydro Demetallition Unit)
Unit ini mengurangi kandungan metal dan MCR pada AR (Atmospheric Residue)
yang berasal dari unit CDU sehingga dapat menjadi DMAR. Prosesnya
menggunakan katalis dan hidrogen pada temperature dan tekanan tinggi.
2. Hydrotreating Unit (HTU)
a. Unit 14: GP-HTU (Gas Oil Hydro Treating Unit)
Unit ini mengolah gas oil yang tidak stabil dan korosif menjadi gas oil yang
sesuai spesifikasi dengan bantuan katalis dan hydrogen.
b. Unit 21: LCO HTU (Light Cycle Oil Hydro Treating Unit)
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan sulphur dan nitrogen dari LCO yang
berasal dari RCC
c. Unit 22: H2 Plant (Hydrogen Plant)
Unit ini berfungsi untuk memproduksi hidrogen (H2) murni. Feed unit ini
berasal dari refinery offgas dan natural gas. Produk H2 ini kemudian disuplai
ke unit ARHDM, GO-HTU, dan LCO-HTU sebagai make up H2 dalam proses
hidrogenasi.
2.3.3 Residue Catalytic Cracking (RCC)
Unit RCC ini mengolah residu (AR) yang berasalh dari CDU dan DMAR untuk
diproses hingga menghasilkan gas, naphtha, HCO (Heavy Cycle Oil), LCO (Light Cycle
Oil), dan DCO (Decant Cycle Oil). Sebagai LCO yang dihasilkan nantinya akan
digunakan sebagai material untuk pembersihan tanki. Sedangkan sebagian lagi akan
dikirim ke HTU untuk LCO treating hingga menjadi solar. HCO yang dihasilkan
digunakan sebagai sirkulasi pada pembersihan tanki. Naphtha yang dihasilkan akan
ditreating di LEU untuk diproses menjadi gas oil dan naphtha yang purities. Naphtha
yang telah treated/purities tersebut selanjutnya dikirim ke unit Oil Movement (OM).
DCO yang dhasilkan ditampung ke dalam tanki yang selanjutnya akan diekspor ke
Singapura.
1. Unit 15: RCU (Residue Cracker Unit)
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
26
RCU berfungsi sebagai secondary process untuk mendapatkan nilai tambah dari
pengolahan residu yang dipasok dari unit CDU dan ARDHM dengan cara
perengkahan katalis.
2. LEU (Light Ends Unit)
a. Unit 16: Unsaturated Gas Plant
Unit ini berfungsi untuk pemisahan produk menjadi stabilizer gasoline, LPG,
dan noncondensable lean gas. Sebagian dari produk ini akan dipakai lift gas
sebelum diolah di unit amine sebagai off gas.
b. Unit 17: LPG Treating Unit
Unit ini berfungsi untuk membersihkan mixed RCC LPG sebanyak 32,5500
BPSD.
c. Unit 18: GTU (Gasoline Treating Unit)
Unit ini dirancang untuk mengekstraksi H2S dan mengoksidasi merkaptan
sulfur dalam untreated gasoline untuk menghasilkan LPG treater.
d. Unit 19: PRU (Propylene Recovery Plant)
Unit ini berfungsi untuk memisahkan dan memproses LPG dari unsaturated
gas plant untuk mendapatkan produk propylene dengan kemurnian tinggi.
e. Unit 20: Catalytic Condensation Unit
Unit ini berfungsi untuk mengolah campuran butane menjadi gasoline dengan
angka oktan tinggi.
2.3.4 Oil Movement (OM)
Unit ini merupakan bagian akhir dari proses pengolahan minyak sebelum dikirim
ke bagian pemasaran dalam negeri (PDN). Pada unit ini, semua minyak intermediate
(bahan setengah jadi) yang berasal dari berbagai unit HSC dan RCC. Selanjutnya
dilakukan proses blending terhadap minyak intermediate tersebut untuk mengatur angka
oktan yang sesuai dengan spesifikasi sehingga dapat menghasilkan produk yang siap
dikirim ke bagian pemasaran untuk kemudian dipasarkan ke konsumen. Kegiatan
blending pada bagian OM dan kegiatan transfer produk jadi ke PDN dilakukan sesuai
order dari bagian Supply Chain.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
27
2.4 FASILITAS TUNJANGAN PT. PERTAMINA (PERSEO) RU VI
BALONGAN
Fasilitas yang menunjang proses pengolahan di RU VI Balongan dijabarkan
sebagai berikut:
1. Storage Facilities/Storage Tank
Merupakan fasilitas berupa tanki yang digunakan untyuk proses penyimpanan
bahan baku, produk setengah jadi, maupun produk jadi.
a. Tanki bahan baku
Crude, menggunakan tanki 42-T-101 A/B/C/D, 102 A/B
Naphta KLBB, menggunakan Tanki 42-T-107 A/B/C/D
b. Tanki intermediate
Residue, menggunakan Tanki 42-T-104 A/B, 105 A/B
Untr. GO, menggunakan tanki 42-T-103 A/B
Naphta, menggunakan tanki 42-T-201 A/B
c. Tanki finished product
Gasoline, menggunakan tanki 42-T-301 A ---- H, 205 A/B, 202 A/B
Solar, menggunakan tanki 42-T- 303 A/B
Kerosene, menggunkan tanki 42-T-302 A/B
Decant, menggunakan tanki 42-T-304 A/B, 305 A/B
LPG, menggunakan tanki 42-T-403 A---D
Propylene, menggunakan tanki 402-T-404 A---D
2. Lifting Facilities
Merupakan fasilitas yang digunakan untuk mengangkut atau menyalurkan bahan
baku, produk setengah jadi, maupun produk jadi.
a. Single Pipe Morring (SPM)
Crude dan LSWR Mix, menggunakan SPM 150,000 DWT (deadweight
tonnage)
Naphta, menggunakan SPM 35,000 DWT.
HOMC, Premium, Pertamax, Pertamax Plus, menggunakan SPM 17,500
DWT.
LPG dan Propylene, menggunakan jetty.
b. Truck, digunakan untuk mengangkut LPG, dan Pertadex (Pertamina DEX).
c. Pipeline, digunakan untuk menyalurkan produk BBM dan Propylene.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
28
BAB III
PELAKSANAAN KKN-P
3.1 WAKTU DAN TEMPAT KKN-P
Program Kuliah Kerja Nyata – Praktik (KKN-P) ini dilaksanakan di PT Pertamina
(Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan, yang beralamat di Jl. Raya Balongan KM.9,
Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada tanggal 1 April 2015
sampai dengan 30 April 2015 dengan rentang waktu kurang lebih 4 minggu sesuai
dengan kebijakan dari pihak instansi. Jadwal kegiatan peserta kerja praktek setiap
harinya mengikuti jadwal jam kerja yang diberlakukan perusahaan. Jadwal jam kerja
untuk pekerja kantor di seluruh regional adalah sebagai berikut:
Hari Kerja : Senin-Jumat
Jam Kerja : Pukul 07.00-16.00 WIB
Istirahat : Pukul 11.30-13.00 WIB untuk hari Senin sampai Kamis
Pukul 11.30-13.30 WIB untuk hari Jumat
3.2 JURNAL KEGIATAN KKN-P
Daftar kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan Kuliah Kerja Nyata – Praktik
di PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Jurnal Kegiatan KKN-P
Hari ke- Tanggal Kegiatan
1 1 April 2015 Melapor pada Training Centre, pembuatan ID Card,
pengenalan pembimbing.
2 2 April 2015 Safety Induction
3 6 April 2015 Overview refinery planning & optimization
4 7 April 2015 Overview refinery planning & optimization
5 8 April 2015 Mencari referensi topik laporan KKN-P
6 9 April 2015 Orientasi pembelajaran mengenai refinery planning
7 10 April 2015 Orientasi pembelajaran mengenai refinery planning
8 13 April 2015 Orientasi pembelajaran mengenai refinery planning
9 14 April 2015 Pencarian topik KKN-P dan pengumpulan data
10 15 April 2015 Pencarian topik KKN-P dan pengumpulan data
11 16 April 2015 Pengolahan data
12 17 April 2015 Pengolahan data
13 20 April 2015 Pengolahan data
14 21 April 2015 Penyusunan laporan KKN-P
15 22 April 2015 Penyusunan laporan KKN-P
16 23 April 2015 Penyusunan laporan KKN-P
17 24 April 2015 Penyusunan laporan dan konsultasi
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
29
Tabel 3.1 Jurnal Kegiatan KKN-P (lanjutan)
Hari ke- Tanggal Kegiatan
18 27 April 2015 Penyusunan laporan dan konsultasi
19 28 April 2015 Penyusunan laporan dan konsultasi
20 29 April 2015 Presentasi laporan KKN-P
21 30 April 2015 Pengumpulan laporan dan mengurus administrasi akhir
3.3 FLOWCHART
3.3.1 Flowchart Pelaksanaan KKN-P
Berikut merupakan diagram alir pelaksanaan KKN-P.
Studi Kasus
Diterima?
MULAI
Administrasi dan
Safety Induction
Penempatan di
RPO
Overview RPO
Pencarian Studi
Kasus
Pengumpulan
Data Studi Kasus
Penyusunan
Laporan KKN-P
Presentasi Hasil
Laporan KKN-P
SELESAI
Pengumpulan
Laporan KKN-P
YA
TIDAK
Gambar 3.1 Diagram Alir KKN-P
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
30
3.3.2 Flowchart Studi Kasus
Berikut merupakan diagram alir dari studi kasus.
MULAI
Identifikasi
Masalah
Tinjauan
Pustaka
Pengumpulan
Data
INPUT DATA
Data Harga Beli Crude Oil
Data Yield Crude Oil
Data Kandungan Sulfur Crude Oil
Data Harga Jual Produk
Data Kapasitas Unit CDU,
ARDHM,RCC, KLBB
PENGOLAHAN DATA
Volume pengolahan crude oil
Kapasitas operasi unit CDU
Kapasitas operasi unit ARDHM
Kapasitas operasi unit RCC
Kapasitas operasi unit KLBB
Total biaya produksi (pengeluaran)
Total biaya revenue (pendapatan)
OUTPUT DATA
Volume Crude Oil
Gross Margin
Analisa dan
Pembahasan
Kesimpulan dan
Saran
SELESAI
Gambar 3.2 Diagram Alir Studi Kasus
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
31
3.4 METODE PENELITIAN
Dalam melakukan KKN-P ini digunakan dua metode dalam pengumpulan data.
Adapun metode praktik yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Metode penelitian kepustakaan (library research) merupakan suatu metode yang
digunakan untuk mendapatkan data dan mempelajari teori dengan jalan studi
literature yang berhubungan dengan tema KKN-P.
2. Metode Penelitian Lapangan (Field Research)
Metode ini digunakan dalam pengumpulan data, dimana mahasiswa secara
langsung terjun pada proyek penelitian. Pendekatan dalam field research ini adalah:
a. Interview, yatitu suatu metode yang digunakan dalam mendapatkan data
dengan jalan mengajukan pertanyaan secara langsung pada saat perusahaan
menjalankan suatu kegiatan.
b. Observasi, adalah suatu metode dalam memperoleh data dengan mengadakan
pengamatan langsung terhadap keadaan yang sebenarnya dalam perusahaan.
3. Dokumentasi, adalah metode pengumpulan data dengan cara mencatat data-data
yang dimiliki oleh perusahaan sesuai dengan keperluan pembahasan dalam
penulisan laporan ini, maupun pengambilan foto/gambar yang dapat diambil untuk
dokumentasi pelengkap data Kuliah Kerja Nyata – Praktik.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
32
BAB IV
OPTIMASI CRUDE OIL DAN GROSS MARGIN UNTUK
MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DENGAN METODE
LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus pada PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat)
4.1 SITUASI MASALAH
Minyak bumi dan gas merupakan sumber daya alam yang memegang peranan
penting dalam perkembangan suatu negara, karena dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Indonesia merupakan Negara yang mempunyai sumber daya alam, antara lain: minyak,
gas, dan panas bumi. Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya yang vital, karena
peranannya yang dominan dalam menunjang kebutuhan hidup masyarakat. Layaknya
seorang juru masak, PT. Pertamina (Persero) hanya bertugas mengelola crude oil yang
diterima hingga menjadi produk-produk yang dapat digunakan sesuai keinginan dan
permintaan masyarakat. Produk yang dihasilkan PT. Pertamina (Persero) RU VI
Balongan yaitu berupa Premium, Pertamax, Pertamax Plus, HOMC, Solar, Decant oil,
dan LPG.
PT Pertamina Refinery Unit VI Balongan adalah satu dari enam kilang yang
dimiliki Pertamina di Indonesia dan memegang peranan yang sangat penting bagi suplai
BBM. Kebutuhan BBM di daerah DKI Jakarta dan sekitar Jawa Barat sepenuhnya
disuplai oleh PT Pertamina RU VI Balongan. Pertamina RU VI Balongan menerima
bahan baku awal berupa minyak mentah (crude oil) yang datang dari berbagai sumber
dan mengelolanya menjadi produk BBM, non-BBM, dan BBK.
Hasil produksi yang merupakan BBM, non-BBM, dan BBK dari PT. Pertamina
(Persero) merupakan suatu hal yang vital bagi kebutuhan masyarakat, tentunya hal yang
paling mempengaruhi adalah bahan baku dari hasil produksi tersebut. Ketersediaan
crude oil menjadi hal yang mendasari dalam memenuhi kebutuhan produksi pada PT.
Pertamina RU VI Balongan dan harus selalu dijaga agar tidak menyebabkan kekurangan
ketersediaan crude oil maupun kelebihan stok. Setelah mengetahui crude oil yang
optimal maka dapat ditentukan pula gross margin optimal yang akan didapat PT.
Pertamina RU VI Balongan ketika melakukan pengolahan produksi. Oleh karena itu,
mengoptimalkan kedatangan crude oil merupakan hal yang sangat penting karena crude
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
33
oil adalah bahan baku awal yang digunakan dalam melakukan produksi dan juga dapat
menentukan nilai gross margin yang akan didapatkan PT. Pertamina RU VI Balongan .
4.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang terdapat pada penulisan ini adalah:
1. Bagaimana menentukan crude oil yang optimal dalam memaksimalkan produksi di
bulan Maret 2015?
2. Berapa jumlah finished product yang mampu didapatkan dari pengolahan crude oil
bulan Maret 2015?
3. Berapa nilai gross margin optimal yang mampu diperoleh PT. Pertamina RU VI
Balongan pada bulan Maret 2015?
4.3 TUJUAN
Tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk menentukan jumlah crude oil yang optimal dalam memaksimalkan produksi
di bulan Maret 2015.
2. Untuk mengetahui jumlah finished products yang diperoleh dari pengolahan crude
oil di bulan Maret 2015.
3. Untuk mengetahui nilai gross margin optimal yang mampu diperoleh PT.
Pertamina RU VI Balongan pada bulan Maret 2015.
4.4 MANFAAT
Manfaat penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah crude oil yang optimal dalam produksi.
2. Mengetahui jumlah finished products yang diperoleh dari pengolahan crude oil di
bulan Maret 2015.
3. Mengetahui nilai gross margin optimal yang mampu diperoleh PT. Pertamina RU
VI Balongan pada bulan Maret 2015
4.5 BATASAN MASALAH
Batasan masalah dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
34
1. Penelitian dilakukan dalam ruang lingkup PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan
pada divisi Refinery Planning & Optimization.
2. Data harga bahan baku dan harga jual produk menggunakan data STS Maret 2015.
3. Data yang digunakan merupakan data yield milik RU VI Balongan.
4. Data diolah menggunakan software Ms. Excel dengan tools adds—on solver.
5. Kedatangan crude oil hanya berasal dari 9 sumber: Duri, Jatibarang, Azeri, Mudi,
Banyu Urip, Aseng, Qarun, Girasol, dan LSWR.
6. Finished product yang dihasilkan adalah decant oil, gasoil (solar), pertamax plus
(ON 95), Pertamax (ON 92), premium (ON 88), HOMC (High Octane Mogus
Component), propylene, dan LPG.
7. Unit penelitian yang digunakan hanya pada CDU, ARDHM, RCC, dan KLBB.
8. Proses yang terdapat dalam penelitian hanya proses distilasi dan pool blending.
4.6 ASUMSI
Asumsi dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Data yang diperoleh dari perusahaan dianggap sudah valid dan cukup.
2. Proses produksi maupun keadaan produksi di semua RU berlangsung dalam
keadaan normal dan lancar.
3. Tidak terjadi perubahan kemampuan unit dalam menampung crude oil.
4. Nilai oktan diasumsikan tetap.
4.7 TINJAUAN PUSTAKA
4.7.1 Pengertian Minyak Bumi
Minyak Bumi adalah sumber daya alam yang diperoleh dari dasar bumi. Minyak
bumi yang didapatkan dari dasar bumi masih dalam bentuk mentah atau yang lebih
dikenal dengan crude oil. Untuk mendapatkan crude oil, maka diperlukan proses
pengeboran dengan membuat sumur bor sehingga crude oil yang terdapat di dasar bumi
dapat diambil. Melalui proses pengeboran tersebut, crude oil dialirkan melalui pipa-pipa
atau disalurkan ke dalam kapal tanker untuk didistribusikan ke kilang-kilang minyak.
Minyak mentah (crude oil) yang dihasilkan melalui proses pengeboran tidak dapat
langsung dipakai oleh manusia. Diperlukan proses yang lebih lanjut untuk mengolah
crude oil yang dihasilkan melalui pengeboran minyak sehingga menjadi produk-produk
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
35
yang dapat digunakan oleh manusia seperti premium, pertamax, solar, dan LPG.
Minyak mentah mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan atom C-1 hingga 50.
Titik didih hidrokarbon akam meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah atom C
didalam molekulnya. Jenis Crude yang diolah PT. PERTAMINA RU VI Balongan
sebagai berikut :
1. Crude Duri
2. Crude Minas / SLC
3. Crude Jatibarang / JMCO
4. Crude Nile Blend
5. Crude Mudi/B.Urip
6. LSWR (hasil olahan PERTAMINA RU IV Cilacap)
7. Crude Azeri
8. Crude AMNA
9. Crude Cinta
10. Crude Qarun
11. Crude Girasol
4.7.2 Pengolahan Crude oil
Proses pengolahan minyak dan gas bumi berdasarkan fungsinya di bagi menjadi 4
bagian, yaitu:
1. Proses Separasi
Proses ini disebut juga primary process atau pengolahan tingkat pertama, karena
tugasnya adalah memisahkan (separasi) komponen-komponen dalam crude oil
menjadi fraksi secara fisika, berdasarkan pada trayek didihnya (Boiling Range)
tanpa ada perubahan struktur kimia dan merupakan proses pengolahan dari crude
oil.
2. Proses Transformasi
Proses ini disebut juga chemical convertion process atau proses dimana terjadi
reaksi kimia, yang diperlukan sebagai proses lanjutan atau secondary process
(proses tingkat kedua). Untuk secondary process dilakukan di unit RCC dan
ARDHM. Proses lanjutan tersebut diperlukan untuk memperbaiki kualitas dari
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
36
fraksi-fraksi yang dipisahkan dalam proses separasi, supaya memenuhi persyaratan
baik sebagai:
a) Produk akhir yang siap dipasarkan.
b) Feed proses berikutnya yang mempunyai persyaratan tertentu dalam prosesnya.
c) Usaha untuk menjadikan produk yang baik laku dipasaran menjadi produk yang
baik pemasarannya.
3. Proses Treating
Proses ini termasuk juga secondary process tetapi tugasnya khusus menghilangkan,
atau merubah impurities yang ada dalam produk hasil proses separasi maupun
proses transformasi, sehingga kualitasnya sesuai dengan persyaratan.
4. Proses Blending
Proses blending adalah pencampuran fisik dari sejumlah hydrocarbon untuk
menghasilkan produk sesuai karakteristik yang diharapkan. Pencampuran dapat
dilakukan melalui in-line blending atau batch blending dalam tangki. Untuk produk
tertentu kadang-kadang juga ditambahkan additif seperti octane booster, anti
oksidan, gum inhibitor dll. Sedangkan proses pengolahan minyak dan gas bumi
berdasarkan urutannya secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Fisis Process (Proses Fisika)
Proses pemisahan minyak mentah (crude oil) dan turunannya menjadi fraksi-
fraksinya secara fisika. Proses ini dibedakan menjadi beberapa proses
berdasarkan cara pemisahannya, yaitu :
Proses Distilasi
Proses pemisahan minyak menjadi fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan
titik didihnya, dan proses ini dapat dilakukan pada berbagai tekanan
operasi tergantung fraksi yang akan dipisahkan, untuk minyak mentah
proses distilasinya dilakukan pada tekanan atmosfir, untuk distilasi residu
dilakukan dengan tekanan hampa (vacum). Sedangkan untuk gas
dilakukan dengan cara distilasi bertekanan tinggi seperti pada proses LPG
Recovery.
Proses Ekstraksi
Proses pemisahan fraksi minyak berdasarkan perbedaan daya larutnya dan
proses ini dibantu oleh zat pelarut atau yang biasa disebut dengan solvent.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
37
Contohnya : Short Residu diekstrasikan dengan propan sebagai solvent
menjadi aspal.
Proses Absorbsi
Proses penyerapan kandungan senyawa yang tidak diinginkan yang terikut
kedalam fraksi-fraksi minyak yang berupa gas dimana pada proses ini
dibantu oleh zat penyerap yang berupa zat cair.
Proses Adsorbsi
Proses penyerapan senyawa yang tidak diinginkan yang terdapat pada
fraksi minyak yang berupa cairan dan pada proses ini dibantu oleh zat
penyerap yang berupa zat padat.
b) Convension Process (Proses Konversi)
Proses yang dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fraksi-fraksi minyak yang
dihasilkan dari proses primer dan proses ini dilakukan secara chemis atau
kimia. Sehingga proses ini dilakukan di dalam reaktor dan untuk mempercepat
proses reaksinya dibantu dengan katalis, dan katalis yang digunakan
disesuaikan dengan minyak yang diproses dan spesifikasi produk yang
diinginkan. Proses ini terdiri dari:
Proses Cracking (Perengkahan)
Proses pemotongan rantai hidrokarbon pada fraksi minyak bumi. Proses ini
dapat dilakukan dengan cara catalityc cracking (perekahan yang dibantu
dengan katalis) maupun thermal cracking (perengkahan yang dilakukan
dengan pemanasan pada suhu tinggi).
Proses Reforming (Proses pembentukan/ perubahan senyawa)
Proses pembentukan senyawa hidrokarbon tertentu untuk mendapatkan
fraksi minyak yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
Proses Treating (Proses Pemurnian)
Proses untuk memurnikan fraksi-fraksi minyak bumi dari
impuritiesimpurities yang dapat mempengaruhi sifat minyak tersebut baik
dalam penggunaan maupun dalam penyimpanannya.
Proses Alkilasi (Pembentukan gugusan alkil)
Proses penggabungan ikatan rantai hidrokarbon yang pendek menjadi
ikatan rantai hidrokarbon yang lebih panjang dan bercabang (mempunyai
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
38
gugusan alkil) sehingga menjadi fraksi minyak bumi yang baru dengan
spesifikasi sesuai yang diharapkan dan mempunyai nilai tambah.
4.7.3 Unit-Unit Produksi
PT Pertamina Refinery Unit VI di desain mendapatkan bahan baku berupa crude oil
yang berasal dari Duri dan Minas, dengan rasio pencampuran 80% minyak mentah dari
Duri dan 20% minyak mentah dari Minas. Proses pencampuran tersebut terjadi pada
unit Crude Distilation Unit (CDU) yang kemudian crude oil akan diolah dan
menghasilkan naphta, kerosene, gas oil dan atmospheric residu (AR). Jumlah Yield AR
yang dihasilkan dari CDU adalah sebesar 60%-65% dari jumlah input total minyak
mentah yang masuk ke dalam CDU. Yield adalah persentase jumlah produk dihasilkan.
AR yang dihasilkan oleh CDU kemudian akan menjadi feed bagi unit ARHDM
(Atmospheric Residu Hydro Demetalizer) dan unit RCC (Residue Catalitic Cracking).
Pada unit ARHDM ,AR merupakan feed untuk unit ARHDM akan diolah dan
menghasilkan naphta, kerosene, gas oil, dan DMAR (Demetalizer Atmospheric Residu)
. DMAR yang dihasilkan oleh unit ARHDM menjadi feed bagi unit RCC. Yield DMAR
yang dihasilkan dari unit ARHDM adalah sebesar 90.92%. Bahan baku yang menjadi
feed bagi unit RCC adalah AR yang berasal dari CDU dan DMAR yang berasal dari
unit ARHDM. Dari unit RCC ini akan dihasilkan berupa RCC naphta, propylene, LPG,
dan produk-produk lainnya. Yield RCC naphta yang dihasilkan oleh unit RCC adalah
sebesar 60.25%.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
39
Gambar 4.1 Bagan Unit Produksi
Berikut merupakan penjelasan tiap unit prosesnya:
1. CDU (Crude Distilation Unit)
CDU adalah unit yang mengolah minyak mentah (crude oil) yang datang ke PT
Pertamina RU VI dengan perbandingan komposisi minyak mentah heavy oil dan
light oil berdasarkan Rencana Kerja Harian. Kapasitas maksimal dari unit ini
adalah sebesar 125.000 BPSD (barrel per stream day). CDU memisahkan minyak
mentah berdasarkan titik didihnya menjadi fraksi-fraksi tertentu atau yang lebih
dikenal dengan distilasi. Pada unit CDU bahan baku yang masuk pada unit ini akan
diolah menjadi gas, naphta,dan kerosene. Residu yang dihasilkan pada CDU adalah
AR (Atmospheric Residu). AR yang dihasilkan oleh CDU akan diolah di unit
ARDHM (Atmospheric Residu Hydro Demetalizer) dan RCC (Residue Catalitic
Cracking).
2. ARDHM (Atmospheric Residue Hydro Demetalizer)
Residu yang dihasilkan oleh CDU yaitu berupa AR (Atmospheric Residue)
mengandung metal (Nikel, Vanadium) serta karbon (MCCR) dalam jumlah yang
tinggi. Sehingga AR tersebut butuh diolah lebih lanjut hingga kadar logam yang
terdapat di dalamnya berkurang. Residu yang keluar dari unit ARDHM adalah
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
40
DMAR (Demetalized Atmospheric Residu). DMAR ini akan menjadi feed bagi unit
RCC.
3. RCC (Resideu Catalytic Crackker)
Unit RCC mengolah residu yang berasal dari unit ARDHM yaitu DMAR dan
residu yang berasal dari unit CDU yaitu AR. Proses pengolahan tersebut dilakukan
dengan cara perengkahan dengan menggunakan katalis. Produk-produk yang
dihasilkan oleh unit RCC antara lain adalah Propylene, Propane, Light Cycle Oil,
Polygasoline, RCC Naphta, Decant oil, dan Mixed C4
4.7.4 Angka Oktan Riset (Research Octane number)
Angka oktan merupakan suatu angka yang menunjukan ketahanan bahan bakar
mogas ketika menghasilkan ketukan yang dibandingkan dengan bahan bakar
pembanding standar (campuran isoktana dan n-heptana) bila diuji pada mesin
kendaraan. Angka oktan ditentukan dengan membandingkan tendensi ketukan dengan
campuran suatu bahan bakar pembanding yang diketahui angka oktannya pada suatu
kondisi optimum standar.
Adanya pembakaran bahan bakar yang tepat, yaitu pembakaran dari busi akan
merambat secara cepat keseluruh ruang pembakaran, bahan bakar tersebut tidak mudah
menimbulkan ketukan dalam mesin. Ketukan dalam mesin timbul karena terjadi
pembakaran abnormal. Secara umum mutu bahan bakar ini ditentukan oleh kebutuhan
angka oktan. Angka oktan riset bahan bakar bensin menunjukan mutu anti ketuk yang
dimiliki oleh bahan bakar tersebut. Terjadinya ketukan pada motor bensin tergantung
pada angka oktan dari bahan bakar yang digunakan. Bila bahan bakar yang digunakan
memenuhi kebutuhan angka oktan dari motor bensin, maka tidak akan terjadi ketukan.
Untuk membuat produk premium dari SR Naphta dan RCC Naphta masing-masing
oktan number nya harus diketahui dahulu. Setelah diketahui baru kita dapat menentukan
komposisi % volume SR Naphta dan RCC Naphta tersebut.Berdasarkan hasil analisis
menggunakan ASTM D2699 didapat angka oktan untuk SR Naphta sebesar 56.0 dan
untuk RCC Naphta angka oktan sebesar 93.0 berdasarkan data ini, menurut perhitungan
rumus blending didapatkan komposisi 83% volume untuk RCC Naphta dan 17 %
volume untuk SR Naphta. Didapatkan premium dengan angka oktan 88.3. padahal
menurut perhitungan rumus blending seharusnya oktan yang didapatkan 86.6 hal ini
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
41
dikarenakan adanya faktor blending yang dapat mempengaruhi hasil oktan blending
sehingga hasil yang didapat tidak linier sama seperti perhitungan tetapi lebih besar
sedikit.
4.7.5 Proses Blending
Blending adalah proses pencampuran komponen-komponen produk yang memiliki
nilai spesifikasi yang berbeda-beda untuk mencapai produk dengan nilai spesifikasi
tertentu. Tujuan dari blending produk ini adalah untuk menghasilkan finished product
yang sesuai dengan spesifikasi (on spec) melalui alokasi komponen-komponen blending
yang diperlukan oleh suatu produk. Dalam perhitungan blending menggunakakn cara
perbandingan anatar oktan/RON dengan sejumlah volume yang sama. Berikut
merupakan merumusan dama menghitung komponen blending:
𝐻 = 𝑣1. 𝑜1 + 𝑣2. 𝑜2 + ⋯ + 𝑣𝑛. 𝑜𝑛
𝑉1 + 𝑉2 + ⋯ + 𝑉𝑛
Dimana:
H = Oktan Blend
V = Volume Komponen
O = Nilai Oktan Komponen
Komponen yang dihasilkan dari unit CDU, ARDHM, dan RCC untuk membuat
produk premium, dan pertamax dicampur sesuai dengan oktan yang dibutuhkan.
4.7.6 Yield di Setiap Pengolahan
Berdasarkan formulasinya, terdapat dua macam blending yaitu, blending linear dan
non linear. Blending linear dilihat dari proporsi volume masing-masing komponen
blending. Hasil produk-produk yang telah di blending kemudian diambil sample dari
produk tersebut kemudian di analisa di laboratorium untuk diuji ke absahannya. Proses
Blending ini dilakukan pada minyak mentah (crude oil), produk setengah jadi
(intermediete products) dan produk jadi (finished products). Pada skala laboratorium
proses blending dilakukan untuk menentukan proporsi yang harus diberikan pada pipa-
pipa di kilang. Pada skala kilang, blending dilakukan pada produk setengah jadi
(intermediete products) untuk menghasilkan produk jadi (finished products) sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
42
Yield adalah jumlah produk yang dihasilkan pada suatu proses sintesis kimia atau
lebih dikenal dengan perolehan reaksi. Yield mengartikan jumlah perolehan hasil yang
didapatkan pada suatu proses berdasarkan bahan baku yang digunakan dalam proses
tersebut. Pada umumnya, perolehan reaksi tersebut dinyatakan dalam persentase.
Sebagai contoh adalah sebagai berikut.
Misalkan saja digunakan bahan baku berupa minyak mentah (crude oil) sebanyak
1000 liter. Dari crude oil tersebut terdapat yield 20% naphta, 30% gas dan 50% residu.
Maka dalam sekali mengolah crude oil dengan bahan baku sejumlah 1000 liter, akan
didapatkan naphta sebanyak 20% x 1000 liter yaitu sebesar 200 liter.
Pada PT Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan, terdapat tiga unit utama
dalam proses pengolahan minyak mentah (crude oil). Ketiga unit tersebut antara lain
adalah CDU (Crude Distilation Unit), ARDHM (Atmospheric Residue
Hydrodemetalization), dan RCC (Residue Catalyic Cracking). Bahan baku yang
menjadi feed bagi CDU adalan minyak mentah (crude oil) yang berasal dari Duri dan
Minas. Minyak mentah (crude oil) yang masuk pada unit CDU terdiri atas dua jeinis
yaitu heavy oil dan light oil dengan proporsi 60% heavy oil dan 40% Light oil. Residu
yang dihasilkan oleh CDU yaitu berupa AR menjadi bahan baku (feed) bagi unit
ARDHM dan unit RCC. Unit ARDHM akan menghasilkan residu berupa DMAR
(Demetalized Atmospheric Residue) yang menjadi bahan baku (feed) bagi unit RCC.
Gambar 4.2 Yield Unit CDU, ARDHM, RCC, KLBB
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
43
4.7.7 Short Term Survey (STS)
Pada proses perencanaan produksi, perlu adanya integrasi dari semua aspek yang
dapat mempengaruhi perencanaan, perencanaan produksi 1 tahun dibut berdasarkan
hasil dari optimalisasi jumlah material yang harus tersedia maupun jumlah produk yang
harus diproduksi yang nanti akan dibreakdown menjadi perencanaan produksi bulanan /
Short Term Survey (STS), STS tersebut berupa perintah bagi Supply Chain &
Distribution untuk melakukan Break Down kembali untuk dijadikan Rencana
Pengolahan Harian (RPH). STS yang digunakan dalam penyusunan laporan ini
menggunakan STS bulan Maret 2015.
4.7.8 Teknik Optimasi
Optimasi merupakan aktivitas untuk mendapatkan hasil terbaik dari pilihan yang
tersedia. Tujuan dari setiap keputusan adalah untuk meminimumkan usaha yang
dilakukan atau memaksimumkan keuntungan yang diperoleh. Usaha atau keuntungan
tersebut secara praktek dinyatakan sebagai fungsi dengan variable keputusan yang akan
dicari nilai optimumnya. Metode untuk mencari nilai optimum tersebut dikenal sebagai
teknik program matematika (mathematical programming technique) yang merupakan
bagian dari ilmu Operations Research (Riset Operasi).
Metode grafik tidak dapat menyelesaikan persoalan program linier yang memiliki
variabel keputusan yang cukup besar atau lebih dari dua, maka untuk menyeleseikannya
dengan mudah digunakan aplikasi solver excel. Setelah masalah diidentifikasikan,
tujuan diterapkan, langkah selanjutnya adalah formulasi model matematik yang meliputi
tiga tahap:
1. Menentukan variabel yang tak diketahui (variabel keputusan) dan menyatakan
dalam simbol matematik.
2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai suatu hubungan linier
(bukan perkalian) dari variabel keputusan.
3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam
persamaan dan pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linier dari
variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah itu.
Di dalam menyelesaikan persoalan optimasi dengan menggunakan aplikasi
solver excel, harus memenuhi kriteria-kriteria berikut :
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
44
1) Seluruh pembatas berbentuk persamaan ( = ) Jika pembatas bertanda “≤” atau “≥”
dapat dijadikan suatu persamaan yang bertanda “=” dengan cara menambah atau
mengurangi dengan suatu variable (slack variable). Slack variable adalah variabel
tambahan yang mewakili tingkat pengangguran atau kapasitas yang merupakan
batasan.
2) Seluruh variabel merupakan variable non negative.
3) Fungsi tujuan berupa maksimum atau minimum. Meskipun begitu kadang-kadang
masih diperlukan perubahan dari satu bentuk ke bentuk lainnya. (Taha, 1996)
Secara matematis, solusi yang diperoleh dari pengelolaan variabel tersebut disebut
sebagai solusi basis. Jika suatu solusi basis dapat memenuhi pembataspembatas non
negative, maka solusi ini disebut sebagai solusi basis fisibel. Variabel-variabel yang
dinolkan disebut sebagai variable non basis dan sisanya disebut variable basis. Dan
berikut ini adalah langkah-langkah dalam pembuatan tabel yang akan dioptimasi dengan
aplikasi solver excel:
1. Menentukan fungsi tujuan sesuai tujuan permasalahan. Istilah untuk
menggambarkan fungsi tujuan dari permasalahan adalah Z.
2. Menyusun persamaan-persamaan ke dalam tabel untuk dijadikan constraints
dengan variabel yang dilambangkan dengan X.
3. Menentukan batasan yang digunakan untuk membatasi nilai Constraint sesuai
kebutuhan permasalahan.
4.7.9 Metode Linier Programming
Programa Linier (Linear Programming) adalah suatu cara untuk menyelesaikan
persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas diantara beberapa aktivitas yang
bersaing, dengan cara yang terbaik yang mungkin dilakukan. Persoalan pengalokasian
ini akan muncul manakala seseorang harus memilih tingkat aktivitas-aktivitas tertentu
yang bersaing dalam hal penggunaan sumber daya langka yang dibutuhkan untuk
melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Beberapa contoh situasi dari uraian diatas
antara lain ialah persoalan pengalokasian sumber daya nasional untuk kebutuhan
domestik, penjadwalan produksi, solusi permainan (game), dan pemilihan pola
pengiriman (shipping). Satu hal yang menjadi ciri situasi di atas ialah adanya keharusan
untuk mengalokasikan sumber terhadap aktivitas.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
45
Programa linier ini menggunakan model matematis untuk menjelaskan persoalan
yang dihadapinya. Sifat “linier” disini memberi arti bahwa seluruh fungsi matematis
dalam model ini merupakan fungsi yang linier, sedangkan kata “programa”merupakan
sinonim untuk perencanaan. Dengan demikian, programa linier adalah perencanaan
aktivitas-aktivitas untuk memperoleh suatuhasil yang optimum, yaitu suatu hasil yang
mencapai tujuan terbaik diantara seluruh aktivitas yang fisibel. Dalam membangun
model dari formulasi persoalan programa linier digunakan karakteristik-karakteristik
antara lain, yaitu:
a) Variabel keputusan
Variabel keputusan adalah variabel yang menguraikan secara lengkap keputusan-
keputusan yang akan dibuatfungsi tujuan.
b) Fungsi tujuan
Fungsi tujuan merupakan fungsi dari dari variable keputusan yang akan dibuat
maksimum (untuk pendapatan atau keuntungan) atau dibuat minimum (untuk
ongkos).
c) Pembatas
Pembatas merupakan kendala yang dihadapi sehingga kita tidak bisa menentukan
harga-harga variabel keputusan secara sembarang. Koefisien dari variabel
keputusan pada pembatas disebut koefisien teknologis, sedangkan bilangan yang
ada disisi kanan setiap pembatas disebut ruas kanan pembatas.
d) Pembatas tanda
Pembatas tanda adalah pembatas yang menjelaskan apakah variabel keputusannya
diasumsikan hanya berharga nonnegatif atau variabel keputusan tersebut boleh
berharga positif, boleh juga negatif (tidak terbatas dalam tanda).
4.7.10 Fitur Solver Di Excel
Salah satu penggunaan computer sebagai alat bantu dalam proses pengambilan
keputusan adalah pengunaan berbagai jenis spreadsheet solver. Solver adalah sebuah
spreadsheet optimizer dan goals seeking yang merupakan program add-in dalam
software Ms. Excel.
Dalam solver terdapat beberapa tahap, yaitu:
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
46
1. Goals seeking, pada tahap ini solver berfungsi untuk mendapatkan suatu nilai
dalam target cell yang harus sama dengan suatu nilai tertentu. Apliaksinya berupa
penyelesaian terhadap permasalahan dalam break--even analysis. Atau internal rate
of return atau persamaan simultan.
2. Unconstrained Optimization, pada tahap ini solver berfungsi untuk mendapatkan
suatu nilai dalam satu target cells. Untuk dimaksimalkan atau diminimalkan.
Aplikasinya berupa penyelesaian terhadap permasalahan dalam inventory problem.
3. Constrained Optimization, pada tahap ini solver memperbolehkan penetapan
beberapa constrain bersama-sama dengan satu target cell untuk dioptimumkan
nilainya.
Terdapat dua metode dalam solver untuk mendapatkan solusi, yaitu:
a. Gradient Search, metode ini bekerja dengan cara menelusuri nilai yang lebih
besar atau lebih kecil disekitar nilai awal. Berdasarkan atas batasan yang telah
ditentukan, jika semua arah perubahan nilai sudah tidak dapat memperbaiki
pencapaian objective function, maka prosedur perhitungan akan dihentikan.
Ahli matematik menyebutkan hasil dari metode ini dengan istilah local
optimum, suatu titik yang mempunyai nilai lebih optimum dibandingkan titik
yang lain disekitarnya. Hanya metode ini yang dapat dipergunakan pada
permasalahan non-linear.
b. Simplex Algorithm, metode ini merupakan suatu prosedur perhitungan yang
sangat cepat untuk permasalah linear dengan menggunakan Algoritma
Matematika yang memungkinkan solver untuk mencari solusi optimum hanya
dengan melihat beberapa kemungkinan. Metode ini hanya dapat dipergunakan
untuk permasalahan dengan constrain linear dan fungsi tujuan linear.
4.8 PENGOLAHAN DATA
Ketika data-data dari perusahaan sudah terkumpul dilakukan pengolahan data
dengan menggunakan model linear programming untuk menentukan kedatangan
optimal volume crude oil dan mengetahui jumlah finished product sehingga didapatkan
nilai margin yang diperoleh PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan. Untuk
menggunakan metode linear programming maka dilakukan pemodelan matematis.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
47
4.8.1 Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan yang digunakan formula untuk mencari keuntungan yaitu profit
optimal. Dalam kasus ini revenue didapatkan dari hasil kali antara volume yang dijual
dengan harga jual per barrel kemudian diselisihkan dengan biaya produksi yaitu hasil
kali antara harga minyak mentah per barrel dengan volume minyak mentah yang dibeli
Max Z = {(∑ 𝑷𝒋𝒏 𝒙 𝑽𝒋𝒏𝟗𝒏=𝟏 ) − (∑ 𝑷𝒃𝒏 𝒙 𝑽𝒃𝒏𝟖
𝒏=𝟏 )}
Keterangan:
Z = Profit optimal dari RU VI Balongan
Pjn = Harga jual untuk setiap produk
Vjn = Volume produk
Pbn = Harga beli untuk setiap crude oil
Vbn = Volume crude oil
4.8.2 Variabel Keputusan
Variabel keputusan pada permasalahan ini adalah volume crude oil yang akan dibeli
oleh RU VI Balongan dengan mempertimbangkan harga yang sudah ditentukan.
4.8.3 Pembatas Masalah
Pembatasan masalah ini didasarkan dengan sumber daya yang ada di RU VI
Balongan. Pembatasan masalah tersebut dibagi menjadi dua bagian yang berbeda
dimana pembatas dari sisi pembelian minyak mentah dan pembatas yang ada di dapur
produksi yang meliputi:
1. Pembelian crude oil
a) Maksimum volume crude oil yang bisa diterima di RU VI Balongan
b) Presentasi maksimum kandungan sulfur yang terdapat pada crude oil.
2. Dapur Produksi
Tabel 4.1 Pembatas Masalah di Dapur Produksi
Unit Batasan
CDU
Kapasitas pada unit CDU
Batas AR yang terkandung dalam minyak untuk
unit CDU
ARDHM Kapasitas ARDHM
RCC Kapasitas RCC
Gasoil Pembatas Cetant index
Octan
Number
Pembatas Octane number untuk Premium, Pertamax, dan
Pertamax Plus.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
48
4.8.4 Variabel yang Terlibat
Berikut meurpakan variabel yang membatasi atau merepresentasikan sumber daya
yang ada di PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan yaitu meliputi:
1. Harga Beli Crude oil
Tabel 4.2 Data Harga Beli Crude oil
No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan
1 Harga beli crude oil Duri Hb1 $/barrel 52.04
Data
didapatkan dari
STS Maret
2015
2 Harga beli crude oil Jatibarang Hb2 $/barrel 52.31
3 Harga beli crude oil Azeri Hb3 $/barrel 59.37
4 Harga beli crude oil Mudi Hb4 $/barrel 51.06
5 Harga beli crude oil Banyu Urip Hb5 $/barrel 50.87
6 Harga beli crude oil Aseng Hb6 $/barrel 61.96
7 Harga beli crude oil Qarun Hb7 $/barrel 56.22
8 Harga beli crude oil Girasol Hb8 $/barrel 55.47
9 Harga beli crude oil LSWR Hb9 $/barrel 46.27
2. Harga Pengiriman Crude oil
Tabel 4.3 Data Harga Pengiriman Crude oil
No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan
1 Harga pengiriman crude oil Duri HT1 $/barrel 2.01
Data didapatkan
dari STS Maret
2015
2 Harga pengiriman crude oil Jatibarang HT2 $/barrel 0.01
3 Harga beli crude oil Mudi HT4 $/barrel 0.99
4 Harga beli crude oil Banyu Urip HT5 $/barrel 0.96
5 Harga beli crude oil LSWR HT9 $/barrel 1.32
3. Kedatangan Volume Crude oil (Sebelum Optimasi)
Tabel 4.4 Data Volume Pengolahan Crude oil (Sebelum Optimasi)
No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan
1 Volume crude oil Duri Vb1 Barrel 36.93
Data
didapatkan dari
STS Maret
2015
2 Volume crude oil Jatibarang Vb2 Barrel 3.23
3 Volume crude oil Azeri Vb3 Barrel 19.35
4 Volume crude oil Mudi Vb4 Barrel 4.03
5 Volume crude oil Banyu Urip Vb5 Barrel 6.32
6 Volume crude oil Aseng Vb6 Barrel -
7 Volume crude oil Qarun Vb7 Barrel 19.35
8 Volume crude oil Girasol Vb8 Barrel 19.35
9 Volume crude oil LSWR Vb9 Barrel 19.35
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
49
4. Yield Crude Unit CDU
Tabel 4.5 Data Yield Crude Unit CDU
No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan
1 Yield crude light end Duri YA1 % 0
Data didapatan
dari STS Maret
2015.
2 Yield crude naphtha Duri YA2 % 0.01
3 Yield crude kerosene Duri YA3 % 0.07
4 Yield crude gasoil Duri YA4 % 0.14
5 Yield crude residue Duri YA5 % 0.78
6 Yield crude light end Jatibarang YB1 % 0.22
7 Yield crude naphtha Jatibarang YB2 % 0.15
8 Yield crude kerosene Jatibarang YB3 % 021
9 Yield crude gasoil Jatibarang YB4 % 0.18
10 Yield crude residue Jatibarang YB5 % 0.24
11 Yield crude light end Azeri YC1 % 0.02
12 Yield crude naphtha Azeri YC2 % 0.18
13 Yield crude kerosene Azeri YC3 % 0.17
14 Yield crude gasoil Azeri YC4 % 0.28
15 Yield crude residue Azeri YC5 % 0.35
16 Yield crude light end Mudi YD1 % 0.01
17 Yield crude naphtha Mudi YD2 % 0.19
18 Yield crude kerosene Mudi YD3 % 0.21
19 Yield crude gasoil Mudi YD4 % 0.18
20 Yield crude residue Mudi YD5 % 0.41
21 Yield crude light end Banyu Urip YE1 % 0.0046
22 Yield crude naphtha Banyu Urip YE2 % 0.16
23 Yield crude kerosene Banyu Urip YE3 % 0.16
24 Yield crude gasoil Banyu Urip YE4 % 0.30
25 Yield crude residue Banyu Urip YE5 % 0.38
26 Yield crude light end Aseng YF1 % 0.01
27 Yield crude naphtha Aseng YF2 % 0.07
28 Yield crude kerosene Aseng YF3 % 0.13
29 Yield crude gasoil Aseng YF4 % 0.30
30 Yield crude residue Aseng YF5 % 0.52
31 Yield crude light end Qarun YF1 % 0.01
32 Yield crude naphtha Qarun YG2 % 0.09
33 Yield crude kerosene Qarun YG3 % 0.11
34 Yield crude gasoil Qarun YG4 % 0.25
35 Yield crude residue Qarun YG5 % 0.54
36 Yield crude light end Girasol YH1 % 0.01
37 Yield crude naphtha Girasol YH2 % 0.11
38 Yield crude kerosene Girasol YH3 % 0.13
39 Yield crude gasoil Girasol YH4 % 0.26
40 Yield crude residue Girasol YH5 % 0.49
41 Yield crude light end LSWR YH1 % 0
42 Yield crude naphtha LSWR YI2 % 0
43 Yield crude kerosene LSWR YI3 % 0.24
44 Yield crude gasoil LSWR YI4 % 0
45 Yield crude residue LSWR YI5 % 0.76
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
50
5. Kandungan sulfur crude oil
Tabel 4.6 Data Kandungan Sulfur Crude oil
No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan
1 Kandungan sulfur crude oil Duri S1 % 0.24
Data
didapatkan dari
data
kandungan
sulfur bulan
Maret 2015.
2 Kandungan sulfur crude oil Jatibarang S2 % 0.19
3 Kandungan sulfur crude oil Azeri S3 % 0.16
4 Kandungan sulfur crude oil Mudi S4 % 0.37
5 Kandungan sulfur crude oil Banyu Urip S5 % 0.37
6 Kandungan sulfur crude oil Aseng S6 % 0.25
7 Kandungan sulfur crude oil Qarun S7 % 0.2
8 Kandungan sulfur crude oil Girasol S8 % 0.34
9 Kandungan sulfur crude oil LSWR S9 % 0.2
6. Kapasitas Unit
Tabel 4.7 Data Kapasitas Unit
No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan
1 Kapasitas CDU KCDU MB 125 Data
didapatkan dari
STS Maret
2015.
2 Kapasitas ARDHM KARDHM MB 58
3 Kapasitas RCC KRCC MB 83
4 Kapasitas KLBB KKLBB MB 52
7. Yield unit ARDHM
Tabel 4.8 Data Yield Unit ARDHM
No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan
1 Yield offgas YOARDHM % Volume 2,18 Data
didapatkan
dari STS
Maret 2015.
2 Yield naphtha YNARDHM % Volume 2,29
3 Yield kerosene YKARDHM % Volume 0,37
4 Yield gasoil YGARDHM % Volume 12,75
5 Yield DMAR YDMARARDHM % Volume 89,25
8. Yield unit RCC
Tabel 4.9 Data Yield Unit RCC
No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan
1 Yield gas YGRCC % Volume 0,09
Data
didapatkan
dari STS
Maret 2015.
2 Yield propylene YPRRCC % Volume 0,1
3 Yield polygasolie YPORCC % Volume 0,02
4 Yield LCO YLCORCC % Volume 0,08
5 Yield naphtha YNRCC % Volume 0,63
6 Yild decant oil YDRCC % Volume 0,09
7 Yield coke YCRCC % Volume 0,08
8 Yield LPG YLPGRCC % Volume 0,18
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
51
9. Yield unit KLBB
Tabel 4.10 Data Yield Unit KLBB
No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan
1 Yield HOMC YHOMCKLBB % Volume 0,88 Data didapatkan dari
STS Maret 2015.
10. Octane number dan cetant index
Tabel 4.11 Data Octane number/Cetant index
No Jenis Variabel Notasi Nominal Keterangan
1 Premium ON1 88 Data
didapatkan
dari STS
Maret 2015.
2 Pertamax ON2 92
3 Pertamax plus ON3 95
4 HOMC ON4 92
5 Solar CI 45
11. Harga jual finished product
Tabel 4.12 Data Harga Jual Finished Product
No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan
1 Harga jual premium HJ1 $/barrel 67.78
Data
didapatkan dari
STS Maret
2015.
2 Harga jual pertamax HJ2 $/barrel 86.83
3 Harga jual pertamax plus HJ3 $/barrel 77.48
4 Harga jual HOMC HJ4 $/barrel 59.67
5 Harga jual gasoil (solar) HJ5 $/barrel 75.28
6 Harga jual propyelene HJ6 $/barrel 57.58
7 Harga jual decant oil HJ7 $/barrel 48.8
8 Harga jual LPG HJ8 $/barrel 49.5
12. Volume finished product (Sebelum Optimasi)
Tabel 4.13 Data Volume Jual Finished Product (Sebelum Optimasi)
No Jenis Variabel Notasi Unit Nominal Keterangan
1 Volume premium VJ2 Barrel 46.05
Data
didapatkan dari
STS Maret
2015.
2 Volume pertamax VJ3 Barrel 19.35
3 Volume pertamax plus VJ4 Barrel 1.29
4 Volume HOMC VJ5 Barrel 17.13
5 Volume gasoil (solar) VJ6 Barrel 42
6 Volume LPG VJ7 Barrel 10.42
7 Volume decant oil VJ8 Barrel 9.47
8 Volume propyelene VJ9 Barrel 7.23
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
52
4.8.5 Pengolahan dengan Solver - Ms. Excel
Optimasi yang dilakukan menggunakan bantuan software Ms Excel dengan tools
solver add-ins. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan proses optimasi
adalah sebagai berikut:
1. Buka software Ms. Excel, pilih menu File – Options – Add Ins. Centang pada
bagian Solver.
2. Setelah itu pilih menu Data lalu pilih Solver.
a. Set Objective: Merupakan sel yang dijadikan target (dalam bentuk
formula/rumus). Pada kasus ini dipilih cell yang menunjukkan gross margin
hasil optimalisasi.
b. To: Merupakan tujuan yang dituju yaitu maksimal, minimal atau nilai tertentu
(value of). Pada kasus ini dipilih max karena bertujuan memaksimalkan gross
margin.
c. By changing cells: Merupakan sel target yang dapat diubah nilainya. Nilai yang
nantinya dirubah akan berpengaruh pada hasil optimalisasi. Pada kasus ini cell
yang dipilih adalah:
1) Jumlah Crude pada masing-masing sumber.
2) Jumlah stok akhir pada tiap crude.
3) Kapasitas operasi unit ARHDM.
4) Kapasitas operasi unit RCC.
5) Kapasitas operasi unit KLBB.
d. Subject to the constrain; Merupakan batasan-batasan yang digunakan dalam
perhitungan formula yang nantinya mempengaruhi pada hasil optimalisasi.
Pada kasus ini dimasukan batasan-batasan yang terdiri dari:
1) Kapasitas unit CDU memiliki batasan nilai maksimal 125 MB.
2) Jumlah stok akhir di unit CDU memiliki batasan nilai minimal (2200 MB)
dan maksimal (2600 MB) pada akhir bulan dan tidak memiliki nilai negatif
(≥0).
3) Kapasitas unit ARHDM memiliki batasan nilai minimal (46.5 MB) dan
maksimal (58 MB).
4) Nilai sulfur yang terkandung dalam Crude di CDU maksimal bernilai
0.23%.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
53
5) Rasio Crude Super Heavy yaitu Duri dan LSWR Mix minimal (60%)
maksimal (65%) dari total Crude yang diolah.
6) Rasio untuk AR yang diterima RCC dari CDU adalah 35%.
7) Kapasitas unit RCC memiliki batasan nilai minimal (63.8 MB) dan
maksimal (83 MB)
8) Kapasitas unit KLBB memiliki batasan nilai minimal (39 MB) dan
maksimal (52 MB)
9) Hasil pool blending sama dengan hasil pengolahan produk jadi (premium,
pertamax, pertamax plus, HOMC)
10) Nilai cetant index solar mempunyai batasan nilai 45
Objek, tujuan, variabel dan batasan untuk optimasi menggunakan solver dapat
dilihat pada gambar 4.3
Gambar 4.3 Tampilan Input Dalam Optimasi Menggunakan Solver
3. Setelah semua parameter dalam solver dimasukkan, pilih Solve maka akan muncul
Solver Result dan pilih Oke. Jika hasil solver telah optimal maka akan muncul
seperti pada Gambar 4.2
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
54
Gambar 4.4 Hasil Solver
4.8.6 Kapasitas Unit CDU
Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan optimasi volume pengolahan
per hari tiap crude oil yang datang dengan adanya batasan-batasan.
Tabel 4.14 Kapasitas Volume Crude oil
Crude oil Stok Awal Alokasi Pengolahan
Stok Akhir MBCD MB
Duri 1.237 1145 44,62 1,383,2 998,75
Jatibarang
100 1,38 42,7 57,26
Azeri 600 19,35 600,0 -
Mudi 33 125 5,10 158,0 -
Banyu Urip 66 196 8,45 262,0 -
Aseng 230 0,00 0,0 230,00
Qarun
600 12,50 387,6 212,37
Girasol 600 3,21 99,6 500,37
LSWR Mix 571 600 30,38 941,8 229,25
Total Feed CDU 2.137 3966 125 3.875,0 2,228
Komposisi SH Crude 64%
Batasan:
Kapasitas maksimal pengolahan per hari ≤ 125 MB
Komposisi super heavy crude dari Duri dan LSWR memiliki batas minimal
(60%) dan maksimal (65%) dari total pengolahan keseluruhan crude.
Jumlah stok akhir berada pada range 2200 ≤ stok akhir ≤ 2600
Stok akhir dari setiap crude oil tidak ada yang bernilai negatif ≥ 0
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
55
Setelah menentukan volume crude oil, selanjutnya menghitung yield dan kandungan
sulfur dari tiap crude oil dengan mengkalikan yield dengan volume pengolahan crude
oil. Berikut merupakan data yield dan kandungan sulfur pada tiap crude oil.
Tabel 4.15 Yield Crude oil
% VOLUME
JENIS PRODUK Light End Naptha Kerosene Gasoil Residue Kandungan
Sulfur
Duri - 0,01 0,07 0,14 0,78 0,24
Jatibarang 0,22 0,15 0,21 0,18 0,24 0,19
Azeri 0,02 0,18 0,17 0,28 0,35 0,16
Mudi 0,01 0,19 0,21 0,18 0,41 0,37
Banyu Urip 0,00 0,16 0,16 0,30 0,38 0,37
Aseng 0,01 0,07 0,13 0,28 0,52 0,25
Qarun 0,01 0,09 0,11 0,25 0,54 0,2
Girasol 0,01 0,11 0,13 0,26 0,49 0,34
LSWR Mix - - 0,24 - 0,76 0,2
Total 0,2809 0,9534 1,4259 1865 4.4712 0,23
Dibawah ini adalah hasil perkalian antara volume pengolahan crude oil dengan
yield dari tiap crude.
Tabel 4.16 Kapasitas Yield dan Kandungan Sulfur Unit CDU
UNIT CDU
Crude oil Light
End Naphtha Kerosene Gas Oil Residue
Kandungan
Sulfur
Duri - 0,45 3,08 6,07 34,94 0,24
Jatibarang 0,30 0,21 0,29 0,25 0,33 0,19
Azeri 0,42 3,47 3,38 5,33 6,75 0,16
Mudi 0,05 0,95 1,06 0,93 2,11 0,37
Banyu Urip 0,04 1,31 1,36 2,53 3,21 0,37
Aseng 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,25
Qarun 0,14 1,14 1,33 3,13 6,76 0,2
Girasol 0,03 0,36 0,42 0,83 1,56 0,34
LSWR Mix - - 7,29 - 23,09 0,2
Total Feed
CDU 0,97 7,88 18,21 19,06 78,75
kandungan
sulfur maks
Yield
Combine 1% 6% 15% 15% 63% 0,23
Contoh perhitungan mendapatkan nilai yield combine crude oil duri naphtha unit CDU:
𝑉𝑏1𝑥𝑌𝐴2 = 44,62 𝑥 0,01 = 0,45 Keterangan:
Vb1 = volume crude oil duri
YA2 = yield naphtha crude oil duri
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
56
Contoh perhitungan mendapatkan nilai kandungan sulfur dengan spesifikasi pada CDU:
{(∑𝑽𝒃𝒏
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑰𝒏𝒕𝒂𝒌𝒆
𝟗𝒏=𝟏 𝒙 % 𝑺𝒖𝒍𝒇𝒖𝒓)} < 23%
(𝑽𝒃𝟏
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 (𝑴𝑩) 𝒙 0,24) + (
𝑽𝒃𝟐
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 (𝑴𝑩) 𝒙 0,19) + (
𝑽𝒃𝟑
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 (𝑴𝑩) 𝒙 0,16 ) + (
𝑽𝒃𝟒
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 (𝑴𝑩) 𝒙 0,37) +
(𝑽𝒃𝟓
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 (𝑴𝑩) 𝒙 0,37) + (
𝑽𝒃𝟔
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 (𝑴𝑩) 𝒙 0,25) + (
𝑽𝒃𝟕
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 (𝑴𝑩) 𝒙 0,2) + (
𝑽𝒃𝟖
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 (𝑴𝑩) 𝒙 0,34) +
(𝑽𝒃𝟗
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 (𝑴𝑩) 𝒙 0,2) < 23%
Keterangan:
Vb1 = Volume Crude oil Duri
Vb2 = Volume Crude oil Jatibarang
Vb3 = Volume Crude oil Tiung Azeri
Vb4 = Volume Crude oil Mudi
Vb5 = Volume Crude oil Banyu Urip
Vb6 = Volume Crude oil Aseng
Vb7 = Volume Crude oil Qarun
Vb8 = Volume Crude oil Girasol
Vb9 = Volume Crude oil LSWR Mix
X = Kandungan yield sulfur pada Unit
Batasan:
Total yield combine untuk residue memiliki range 60% ≤ residue CDU ≤ 63%
Kandungan sulfur maksimal bernilai 23%
4.8.7 Kapasitas Unit ARDHM, Unit RCC, dan Unit KLBB
Pada tahap ini, nilai yang dicari adalah kapasitas operasi dengan batasan minimal
dan maksimal dari setiap unit ARDHM, RCC, dan KLBB.
1. Unit ARDHM
Di unit ARDHM akan mengolah residu yang dihasilkan oleh CDU (Atmospheric
Residue) untuk mengurangi jumlah kadar logamnya.
Batasan:
Kapasitas operasi pada unit ARDHM berada pada range 46.5 MB ≤ KARDHM ≤
58 MB.
Tabel 4.17 Kapasitas Unit ARDHM
UNIT ARDHM
Kapasitas Min Max
56,96 46,5 58
98% 80% 100%
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
57
Tabel 4.17 Kapasitas Unit ARDHM (lanjutan)
UNIT ARDHM
YIELD % VOLUME VOLUME MBCD
Offgas 2,18 1,24
Naptha 2,29 1,30
Kerosene 0,37 0,21
Gasoil 12,75 7,26
DMAR 89,25 50,84
Contoh perhitungan mendapatkan nilai volume MBCD pada yield offgas
ARDHM:
KARDHM x Yoffgas = 56,96 𝑥 2,18% = 124 𝑏𝑎𝑟𝑟𝑒𝑙 = 1,24 𝑀𝐵
Unit ARDHM memiliki kapasitas operasi 98% dan menghasilkan beberapa
produk diantaranya terdapat produk offgas sebanyak 1.24 MB/hari dengan yield
2.18% , produk naphtha sebanyak 1.3 MB/hari dengan yield 2.29%, produk
kerosene sebanyak 0.21MB/hari dengan yield 0.37%, produk gasoil sebanyak
7.26MB/hari, dan produk DMAR sebanyak 50.84MB/hari dengan yield 89.25%.
Semua produk berada pada kapasitas operasi sebesar 56.96%.
2. Unit RCC
Residu yang keluar dari unit ARDHM adalah DMAR (Demetalized Atmospheric
Residu). DMAR ini akan menjadi feed bagi unit RCC.
Batasan:
Kapasitas operasi unit RCC berada pada range 63.8 ≤ KRCC ≤ 83
Feed yang masuk RCC memiliki rasio perbandingan untuk DMAR/AR minimal
70%/30%.
Tabel 4.18 Kapasitas Unit RCC
UNIT RCC
Kapasitas Min Max
72,63 63,8 83
88% 77% 100%
Rasio Ratio Volume MBCD
Rasio AR 30% 21,79
Rasio DMAR 70% 50,84
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
58
Tabel 4.18 Kapasitas Unit RCC
UNIT RCC
Yield RCC % VOLUME VOLUME MBCD
Gas 9% 6,31
Propylene 10% 6,94
Polygasoline 2% 1,45
LCO 8% 5,81
Naphtha 63% 45,75
Decant 9% 6,54
Coke 8% 5,81
LPG 18% 13,17
Contoh perhitungan mendapatkan nilai volume MBCD pada yield gas RCC:
KRCC x Ygas = 72,63 𝑥 9% = 631 𝑏𝑎𝑟𝑟𝑒𝑙 = 6,31 𝑀𝐵
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa volume AR sebesar 21.79
MB/hari dan volume DMAR 50.84MB. produk yang dihasilkan dalam unit RCC
adalah sebagai berikut:
a. Produk offgas sebanyak 6.31 MB/hari dengan yield 9%
b. Produk propyelene sebanyak 6.94 MB/hari dengan yield 10%
c. Produk polygasoline sebanyak 1.45 MB/hari dengan yield 2%
d. Produk LCO sebanyak 5.81 MB/hari dengan yield 8%
e. Produk naphtha sebanyak 45.75 MB/hari dengan yield 63%
f. Produk decant sebanyak 6.54 MB/hari dengan yield 9%
g. Produk coke sebanyak 5.81 MB/hari dengan yield 8%
h. Produk LPG sebanyak 13.17 MB/hari dengan yield 9%
3. Unit KLBB
Unit KLBB yaitu mengolah naphtha yang masuk menjadi produk HOMC.
Batasan:
Kapasitas operasi unit KLBB berada pada range 39 ≤ KKLBB ≤ 52
Tabel 4.19 Kapasitas Unit KLBB
UNIT KLBB
Kapasitas Min Max
52 39 52
100% 75% 100%
Yield
KLBB % VOLUME VOLUME MBCD
HOMC 88 45,76
Contoh perhitungan mendapatkan nilai volume MBCD pada yield HOMC:
𝐾𝐾𝐿𝐵𝐵 𝑥 𝑌𝐻𝑂𝑀𝐶 = 52 𝑥 88% = 45760 𝑏𝑎𝑟𝑟𝑒𝑙 = 45,76 𝑀𝐵
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
59
Produk yang dihasilkan unit KLBB adalah produk HOMC sebanyak 45,76 MB/hari
dengan yield 88%.
4.8.8 Proses Pool Blending
Proses pool blending merupakan proses pencampuran antara naphtha CDU,
naphtha ARDHM, naptha HOMC yang akan diolah sehingga menghasilkan produk
premium, pertamax, serta pertamax plus, dan HOMC. Dalam proes ini, nilai yang dicari
adalah ON Barrel (Octane number Barrel) dimana akan menjadi batas maksimum dalam
penentuan volume total produk.
Batasan:
Volume total pool blending = Volume total produk
Tabel 4.20 Proses Pool Blending
POOL BLENDING
JENIS Volume ON ON Barrel
Naphtha CDU 7,88 67 527,65
Naphtha AHU 1,30 67 87,40
Naphtha RCC 45,75 93 4.255,19
Naphtha HOMC 45,76 91 4.164,16
Polygasoline 1,45 100 145,25
TOTAL 9.176,09
Produk Volume ON ON Barrel
Premium 64,8 88 5.700,55
Pertamax 19,4 92 1.780,65
Pertamax Plus 1,3 95 122,58
HOMC 17,1 92 1.575,87
TOTAL 9,179,09
Contoh perhitungan:
(𝑉𝑁𝑎𝑝ℎ𝑡ℎ𝑎𝐶𝐷𝑈 𝑥 𝑂𝑁1) + (𝑉𝑁𝑎𝑝ℎ𝑡ℎ𝑎𝐴𝐻𝑈𝑥 𝑂𝑁2) + (𝑉𝑁𝑎𝑝ℎ𝑡ℎ𝑎𝑅𝐶𝐶𝑥𝑂𝑁3) +
(𝑉𝑁𝑎𝑝ℎ𝑡ℎ𝑎𝐻𝑂𝑀𝐶𝑥 𝑂𝑁4) + (𝑉𝑝𝑜𝑙𝑦𝑔𝑎𝑠𝑜𝑙𝑖𝑛𝑒 𝑥 𝑂𝑁5) = (𝑉𝑃1 𝑥 𝑂𝑁1) + (𝑉𝑃2𝑥𝑂𝑁1) +
(𝑉𝑃3𝑥𝑂𝑁3) + (𝑉𝑃4𝑥𝑂𝑁4)
(7,88 𝑥 67) + (1,30𝑥 67) + (45,75 𝑥 93) + (45,76 𝑥 91) + (1,45 𝑥 100)
= (64,8 𝑥 88) + (19,4𝑥92) + (1,3𝑥95) + (17,1𝑥92)
Keterangan
ON1 = octane number premium
ON2 = octane number pertamax
ON3 = octane number pertamax plus
ON4 = octane number HOMC
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
60
Produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut.
a. Premium sebanyak 64.8MB dengan octane number 88.
b. Pertamax sebanyak 19.4MB dengan octane number 92.
c. Pertamax plus sebanyak 1.3MB dengan octane number 95.
d. HOMC sebanyak 17.1MB dengan octane number 92.
4.8.9 Proses Distilasi
Proses distilasi dilakukan untuk mendapatkan gasoil atau solar yang merupakan
bahan bakar untuk kendaraan berjenis mesin diesel. Batasan cetant index untuk gasoil
maksimal adalah 45.
Tabel 4.21 Proses Distilasi
DISTILASI
JENIS Volume CI CI Barrel
Kerosene CDU 18,21 35,3 642,80
Kerosene ARDHM 0,21 35,3 7,44
Gas oil CDU 19,06 53,44 1.018,78
Gas oil ARDHM 7,26 53,44 388,12
LCO RCC 2,29 26 59,55
TOTAL 47,69 45 2.116,69
Cetant index Solar maks 45
Contoh perhitungan mendapatkan nilai cetant index untuk solar:
(𝑉𝑘𝑒𝑟𝑜𝑠𝑒𝑛𝑒𝐶𝐷𝑈 𝑥 𝐶𝐼1) + (𝑉𝑘𝑒𝑟𝑜𝑠𝑒𝑛𝑒𝐴𝑅𝐷𝐻𝑀 𝑥 𝐶𝐼2) + (𝑉𝐺𝑎𝑠𝑜𝑖𝑙𝐶𝐷𝑈 𝑥 𝐶𝐼3)
+ ( 𝑉𝐺𝑎𝑠𝑜𝑖𝑙𝐴𝑅𝐷𝐻𝑀𝑥𝐶𝐼4) + (𝑉𝐿𝐶𝑂 𝑅𝐶𝐶𝑥𝐶𝐼5) ≤ 45
Keterangan:
CI1 = cetant index kerosene CDU
CI2 = cetant index kerosene ARDHM
CI3 = cetant index gasoil CDU
CI4 = cetant index gasoil ARDHM
CI5 = cetant index LCO RCC
Dengan pencampuran antara kerosene CDU sebesar 18.21 MB/hari, kerosene
ARDHM sebesar 0.21 MB/hari, gasoil CDU sebesar 19.06 MB/hari, gasoil ARDHM
sebesar 7.26 MB/ hari kemudian LCO di RCC sebesar 2.29 Mb/ hari menghasilkan
solar sebanyak 47.69 MB/hari.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
61
4.8.10 Pengolahan NBBM
NBBM merupakan proses khusus yang menangani dan mengolah bahan bakar non
minyak dimana produk yang dihasilkan berupa gas. Tidak ada proses khusus untuk
mengolah NBBM ini. Propylene, LPG, decant oil seluruhnya didapatkan dari proses di
RCC yang berupa gas. Produk non BBM merupakan produk yang sama-sama akan
dijual dan menjadi pemasukan untuk PT. Pertamina
Tabel 4.22 Pengolahan NBBM
PENGOLAHAN NBBM
Jenis Volume
Propyelene 6.94
Decant 10.06
LPG 13.17
4.8.11 Finished product
Finished product adalah hasil akhir dari serangkaian pengolahan crude oil yang
merupakan produk jadi yang siap untuk dijual dan dipasarkan. Dalam penelitian ini
produk jadi dibatasi hanya 8 produk yang dihasilkan dalam pengolahan crude oil.
Berikut merupakan produk jadi dan volume produk per harinya berdasarkan hasil
pengolahan.
Tabel 4.23 Finished Product
FINISHED
PRODUCT
VOLUME
MBCD
FINISHED
PRODUCT
VOLUME
MBCD
Premium 64,78 Solar 47,04
Pertamax 19,4 Propyelen 6,94
Pertamax Plus 1,3 Decant 10,06
HOMC 17,1 LPG 13,17
Jumlah finished product yang paling besar adalah produk premium sebanyak 64,78
MB per hari nya. Hal tersebut dikarenakan permintaan akan premium yang tinggi di
kalangan masyarakat karena harganya yang relatif murah. Jumlah terkecil produksi
adalah pertamax plus dikarenakan walaupun memiliki kualitas paling baik diantara
premium dan pertamax, harganya jauh lebih mahal.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
62
4.9 ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.9.1 Optimasi Crude Oil
Crude oil merupakan bahan baku yang diperlukan dalam mengolah produk seperti
premium, pertamax, pertamax plus, solar, dan lainnya. Dalam mengolah crude oil
terdapat proposi antara super heavy crude dan heavy crude. Golongan super heavy
crude berasal dari Duri dan LSWR sebesar 60%. Sedangkan heavy crude didatangkan
dari Jatibarang, Azeri, Mudi, Banyu Urip, Aseng, Qarun, dan Girasol dengan proporsi
sebesar 40%.
Pertimbangan dalam menentukan volume crude oil adalah harga beli crude yang
ditentukan pasar dan harga pengiriman melalui pipa. Berdasarkan hasil perhitungan
dengan menggunakan software solver didapatkan hasil volume optimal untuk
memenuhi kebutuhan yang ada dan mengoptimalkan gross margin adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.24 Optimasi Volume Crude oil
CRUDE OIL VOLUME MBCD % VOLUME
Duri 44,62 36%
Jatibarang 1,38 1%
Azeri 9,35 15%
Mudi 5,10 4%
Banyu Urip 8,45 7%
Aseng 0,00 0%
Qarun 12,50 10%
Girasol 3,21 3%
LSWR Mix 30,38 24%
TOTAL 125 100%
Volume tersebut terhitung berdasarkan per hari dengan satuan MB (million
barrel). Persentase volume terbesar adalah crude oil Duri sebanyak 36% dan yang
terkecil adalah Aseng 0% sehingga dapat dikatakan bahwa crude oil Aseng tidak
diperlukan (karena kurang menguntungkan). Volume crude oil tersebut akan tercapai
jika unit CDU beroperasi dengan utilitas 100% atau dengan kapasitas maksimum yaitu
125 MB per harinya.
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
63
4.9.2 Optimasi Gross Margin
Perhitungan gross margin dapat dilakukan ketika total pengeluaran biaya produksi
yang didapatkan dari volume crude yang optimal dan harga beli crude serta total
pendapatan yag didapatkan dari volume finished product dan harga jual produk sudah
diketahui. Gross margin adalah selisih dari total pendapatan dan total pengeluaran.
Berikut merupakan tabel rekapitulasi biaya produksi yang melibatkan crude oil
sebagai bahan baku sebagai input produksi.
Tabel 4.25 Total Pengeluaran Biaya Produksi
Total biaya produksi dengan crude yang optimal adalah sebesar US$
9.053.306/hari. Revenue didapatkan dari hasil penjualan finished product yang siap
jual. Setelah melakukan pengolahan data dan software solver yang terdapat pada
Microsoft Excel maka didapatkan hasil akhir yaitu finished product siap jual. Berikut
merupakan tabel pendapatan atau revenue yang didapatkan.
PENGELUARAN BIAYA PRODUKSI
CRUDE OIL VOLUME
(barrel/day)
PURCHASE
PRICE
US$/barrel
TRANSPORT
PRICE
US$/barrel
PRICE
US$/barrel
TOTAL
PRICE
US$/barrel
Duri 44.620,88 52,04 2,01 54,05 2.411,76
Jatibarang 1.378,87 52,31 0,01 52,32 72,14
Azeri 19.354,84 59,37 0 59,37 1.149,10
Mudi 5.096,77 51,06 0,99 51,05 265,29
Banyu Urip 8.451,61 50,87 0,96 51,83 438,05
Aseng 0 61,96 0 61,96 0,00
Qarun 12.504,19 56,22 0 56,22 702,99
Girasol 3.213,72 55,47 0 55,47 178,27
LSWR 30.379,12 46,27 1,32 47,59 1.445,74
Naphtha KLBB 45.760 50,29 1,94 52,23 2.389.981,82
TOTAL PRODUKSI US$ 9.053.306
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
64
Tabel 4.26 Total Pendapatan Finished Product
PENDAPATAN FINISHED PRODUCTS
FINISHED
PRODUCT
VOLUME
(barrel/day)
PRICE
US$/barrel
TOTAL PRICE
US$/barrel
Premium 64.778,98 67,78 4.390.719
Pertamax 19,354,8 86,83 1.680.581
Pertamax Plus 1.290,3 77,48 999.74
HOMC 17.129,0 59,67 1.022.089
Solar 47.037,65 75,28 3.540.994
Propyelen 6.942,08 57,58 399.725
Decant 10.055,99 48,8 490.732
LPG 13.174,46 49,5 652.136
TOTAL PENDAPATAN US$ 12.276.950,62
Volume finished product terhitung berdasarkan per hari dalam satuan unit
barrel/hari Setelah diketahui hasil volume pengolahan finished product serta harga jual
produk maka dapat diketahui pendapatan finished product sebesar US$ 12.276.950,62
maka selanjutnya dapat dilakukan perhitungan gross margin dengan cara mengurangi
total pendapatan dan total pengeluaran.
Gross margin optimal yang bisa didapatkan PT. Pertamina (Persero) RU VI
Balongan pada bulan Maret 2015 adalah sebesar US$ 3.223.644,14 atau setara dengan
Rp 41.907.373.802,- per hari nya. Gross margin dapat tercapai jika semua kegiatan
produksi berada dalam kondisi ideal dan crude oil yang didatangkan sesuai dengan
perhitungan.
𝑮𝑹𝑶𝑺𝑺 𝑴𝑨𝑹𝑮𝑰𝑵
= US$ 12.276.950,62 − US$ 9.053.306
= 𝑈𝑆$ 3.223.644,14
= 𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑃𝐸𝑁𝐷𝐴𝑃𝐴𝑇𝐴𝑁 − 𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑃𝐸𝑁𝐺𝐸𝐿𝑈𝐴𝑅𝐴𝑁
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
65
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan berdasarkan penulisan diatas adalah
sebagai berikut:
1. Optimasi crude oil dilakukan dengan melakukan perhitungan metode linier
programming menggunakan solver excel. Langkah-langkahnya adalah menentukan
fungsi tujuan yaitu gross margin, menentukan variabel keputusan yaitu volume beli
crude, menentukan batasan (constrain) yaitu biaya bahan baku crude oil, biaya
transportasi, kapasitas tiap unit CDU, ARDHM, RCC, dan KLBB, volume jual
produk dan harga jual produk, yang terakhir menjalankan solver. Kemudian
didapatkan hasil optimasi kebutuhan bahan baku kedatangan volume crude oil yang
optimal pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Volume Crude oil
Crude oil Volume MBCD % Volume
Duri 44.62 36%
Jatibarang 1.38 1%
Azeri 9.35 15%
Mudi 5.10 4%
Banyu Urip 8.45 7%
Aseng 0.00 0%
Qarun 12.50 10%
Girasol 3.21 3%
LSWR 30.38 24%
TOTAL 125 MB 100%
2. Finished product merupakan hasil akhir dari pengolahan crude oil. Jumlah inilah
yang nantinya dijual dan akan menjadi total pendapatan PT. Pertamina (Persero)
RU VI Balongan pada Bulan Maret 2015. Volume finished product yang sudah
diolah berdasarkan hasil perhitungan solver volume optimasi crude oil dapat dilihat
pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Volume Finished product
Finished
product
Volume
MBCD Finished product
Volume
MBCD
Premium 64.78 Solar 47.04
Pertamax 19.4 Propyelen 6.94
Pertamax Plus 1.3 Decant 10.06
HOMC 17.1 LPG 13.17
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA-PRAKTIK (KKN-P) MODUL I 2015
66
3. Gross margin merupakan revenue yang didapatkan dari total pendapatan dikurangi
total pengeluaran. Berdasarkan penghitungan, dapat disimpulkan bahwa PT.
Pertamina RU VI Balongan akan mendapatkan gross margin idealnya sebesar US$
3.223.644,14 per harinya dalam Bulan Maret 2015. Apabila PT. Pertamina RU VI
mampu mendatangkan (mengoptimalkan) crude oil yang memiliki volume sesuai
dengan optimasi crude yang sudah dilakukan dan juga mampu memproduksi yang
menghasilkan volume finished product jual sesuai yang sudah dioptimasi
menggunakan linear programming.
5.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan dari studi kasus yang telah dilakukan berupa saran
untuk perusahaan dan saran untuk penelitian selanjutnya.
5.2.1 Saran untuk Perusahaan
Adapun saran yang dapat diberikan untuk PT. Pertamina RU VI Balongan adalah
sebagai berikut.
1. Tingkat produksi disesuaikan dengan kebutuhan konsumen maka tidak
terjadinya kelebihan maupun kekurangan stock Bahan Bakar Minyak (BBM),
BBK maupun NBM.
2. Meningkatkan kapasitas pada tiap unit pengolahan agar produksi dapat
bertambah.
5.2.2 Saran untuk Penelitian Selanjutnya
Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian selanjutnya adalah sebagai
berikut.
1. Sebaiknya dalam menentukan optimasi, mempertimbangkan biaya-biaya lainnya
seperti biaya inventory, biaya tenaga kerja yang terlibat, dan biaya lainnya agar
revenue yang didapatkan lebih detail diperhitungkan.
2. Sebaiknya menggunakan software linear programming lain yang lebih akurat
dan mendapatkan hasil yang optimal.