Bab 8. Pengamatan Partikel Debu Dan Lichenes Sebagai Bioindikator
OBSERVASI LICHENES
-
Upload
fathimah-nurul-afifah -
Category
Documents
-
view
254 -
download
22
description
Transcript of OBSERVASI LICHENES
OBSERVASI LICHENES
LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Botani Cryptogamae
oleh:
Kelompok 4
Kelas B
Abhelia Permata Sari 1406350
Fathimah Nurul Afifah 1406131
Lina Indrawati 1405181
Sarah Meilani Fadillah 1403153
Yunni Handayanie 1403302
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lichen bukanlah jenis lumut tetapi merupakan dua macam organisme yang
hidup bersimbiosis mutualisme, yaitu algae dan jamur. Lichenes dapat ditemukan
di pohon-pohon ataupun bebatuan. Golongan algae yang dapat bersimbiosis
membentuk lichen adalah familia Cyanophyceae dan Chlorophyceae. Tidak
semua golongan jamur dapat bersimbiosis menjadi lichenes, akan tetapi hanya
golongan Ascomycetes dan Basidiomycetes. Pada lichenes kandungan jamur lebih
dominan dibandingkan dengan algae. Jamur pada lichen berfungsi untuk
mengokokohkan tubuhnya dan mengisap air ataupun zat-zat makanan. Sedangkan
fungsi algae dalam lichenes adalah untuk melakukan fotosintesis. Oleh karena itu,
simbiosis antaran algae dan jamur pada lichenes bersifat simbiosis mutualisme.
Beberapa lichenes dapat menghasilkan zat kimia dan zat asam yang dapat
melapukkan bebatuan hingga menjadi tanah. Lichenes juga dapat dijadikan
sebagai indikator polusi udara, contohnya Usnea sp. bila ditemukan lichenes
tersebut hidup berarti udara didaerah tersebut belum terpolusi. Klasifikasi lichenes
didasarkan pada: jenis jamur yang bersimbiosis, tipe pembentukan tubuh buahnya
(ascocarpium, basidiocarpium), kleistitesium, dan tipe thallusnya. Berdasarkan
kriteria tersebut, jika lichenes dianggap tingkat divisi, maka lichenes dapat dibagi
menjadi dua kelas yaitu Basidiolichenes dan Ascolichenes. Sesungguhnya para
ahli masih mengalami kesulitan untuk menempatkan lichenes dalam sistematika
tumbuhan, karena ada dua individu yang menyusunnya, yang masing-masing
memiliki taksonomi sendiri. (Suroso AY, 1998)
Setiap spesies lichenes memiliki bentuk yang unik, fungsi, dan juga
manfaatnya. Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, kami membuat
laporan praktikum ini yang juga merupakan salah satu indikator penilaian pada
mata kuliah Botani Cryptogamae dan diharapkan pula dapat menjadi sumber
referensi dalam mempelajari lichenes.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan observasi Lichenes adalah:
Tabel 2.1 Tabel Alat
No. Alat Jumlah
1. Laptop 1 unit
2. Kamera 1 unit
3. Alat tulis (Buku catatan, pulpen, dll.) 1 unit per anggota kelompok
4. Buku Botani Cryptogamae 1 unit
5. Jurnal Praktikum Botani Cryptogamae 1 unit per anggota kelompok
2. Bahan
Bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan observasi Lichenes adalah:
Tabel 2.2 Tabel Bahan
No. Bahan Jumlah
1. Bioplastik awetan Graphis sp. 1 buah
2. Bioplastik awetan Parmelia sp. 1 buah
3. Bioplastik awetan Physcia sp. 1 buah
4. Bioplastik awetan Peltigera sp. 1 buah
5. Bioplastik awetan Cladonia sp. 1 buah
6. Bioplastik awetan Usnea sp. 1 buah
7. Bioplastik awetan Ramalina sp. 1 buah
8. Bioplastik awetan Lobaria sp. 1 buah
9. Bioplastik awetan Cetraria sp. 1 buah
10. Bioplastik awetan Cora Pavonia 1 buah
11. Bioplastik awetan Lepraria sp. 1 buah
12. Bioplastik awetan Lecanora sp. 1 buah
13. Bioplastik awetan Caloplaca sp. 1 buah
14. Bioplastik awetan Graphis elegan 1 buah
B. Langkah Kerja
Diagram Alur 2.1 Diagram Alur Pengamatan Lichenes
1. Bioplastik dan herbariun dari tumbuhan lichenes disiapkan.
2. Masing-masing bioplastik dan herbarium diamati.
3. Bioplastik dan herbarium diamati bagian-bagian morfologinya dan diidentifikasi.
4. Hasil pengamatan dicatat
No Klasifikasi Gambar Observasi Gambar Referensi Gambar Sketsa
1. Kingdom: Plantae
Divisio : Ascomycota
Classis : Lecanoromycetes
Ordo : Ostropales
Familia : Graphidaceae
Genus : Graphis
Spesies : Graphis sp. Gambar 3.1 Graphis sp.
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
Gambar 3.2 Graphis sp.
(Animalparty, 2006)
Gambar 3.3 Sketsa Graphis sp.
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
2. Kingdom: Plantae
Divisio : Ascomycota
Classis : Lecanoromycetes
Ordo : Peltigerales
Familia : Peltigeraceae
Genus : Peltigera
Spesies : Peltigera sp.
Gambar 3.4 Peltigera
(Dokumentasi Kelompok, 2015)Gambar 3.5 Peltigera
(Argyllshire, 2009)
Gambar 3.6 Sketsa Peltigera
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
2. Tabel Klasifikasi
Tabel 3.2 Tabel Klasifikasi
3. Kingdom: Plantae
Divisio : Ascomycota
Classis : Lecanoromycetes
Ordo : Lecanorales
Familia : Physciaceae
Genus : Physcia
Spesies : Physcia sp.
Gambar 3.7 Physcia sp.
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
Gambar 3.8 Physcia
(Silverside, 2002)
Gambar 3.9 Sketsa Physcia sp.
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
4. Kingdom: Plantae
Divisio : Ascomycota
Classis : Lecanoromycetes
Ordo : Lecanorales
Familia : Parmeliaceae
Genus : Parmelia
Spesies : Parmelia sp.Gambar 3.10 Parmelia
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
Gambar 3.11 Parmelia
(Lindsey, 2011)
Gambar 3.12 Sketsa Parmelia
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
5. Kingdom: Plantae
Divisio : Ascomycota
Classis : Lecanoromycetes
Ordo : Lecanorales
Familia : Parmeliaceae
Genus : Usnea
Spesies : Usnea sp.Gambar 3.13 Usnea
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
Gambar 3.14 Usnea
(Tigerente, 2005)
Gambar 3.15 Sketsa Usnea
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
6. Kingdom: Plantae
Divisio : Ascomycota
Classis : Lecanoromycetes
Ordo : Lecanorales
Familia : Cladoniaceae
Genus : Cladonia
Spesies : Cladonia sp.
Gambar 3.16 Cladonia
(Dokumentasi Kelompok, 2015)Gambar 3.17 Cladonia
(Tigerente, 2005)Gambar 3.18 Sketsa Cladonia
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
7. Kingdom: Plantae
Divisio : Ascomycota
Classis : Lecanoromycetes
Ordo : Lecanorales
Familia : Ramalinaceae
Genus : Ramalina
Spesies : Ramalina sp.
Gambar 3.19 Ramalina
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
Gambar 3.20 Ramalina
(Silverside, 2013) Gambar 3.21 Sketsa Ramalina
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
8. Kingdom: Plantae
Divisio : Ascomycota
Classis : Lecanoromycetes
Ordo : Peltigerales
Familia : Lobariaceae
Genus : Lobaria
Spesies : Lobaria sp. Gambar 3.22 Lobaria
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
Gambar 3.23 Lobaria
(Pope, 2015) Gambar 3.24 Sketsa Lobaria
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
9. Kingdom: Plantae
Divisio : Ascomycota
Classis : Lecanoromycetes
Ordo : Lecanorales
Familia : Parmeliaceae
Genus : Cetraria
Spesies : Cetraria sp.
Gambar 3. 25 Cetraria
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
Gambar 3.26 Cetraria
(Salguero, 2007)Gambar 3.27Sketsa Cetraria
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
10. Kingdom: Plantae
Divisio : Ascomycota
Classis : Lecanoromycetes
Ordo : Lecanorales
Familia : Lecanoriaceae
Genus : Lecanora
Spesies : Lecanora sp. Gambar 3.28 Lecanora
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
Gambar 3.29 Lecanora
(Sharnoff, 2015) Gambar 3.30 Sketsa Lecanora
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
11. Kingdom: Plantae
Divisio : Ascomycota
Classis : Lecanoromycetes
Ordo : Teloschistales
Familia : Teloschistaceae
Genus : Caloplaca
Spesies : Caloplaca arnoldii
Gambar 3.31 Caloplaca
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
Gambar 3.32 Caloplaca
(Stridvall, 2010)
Gambar 3.33 Sketsa Caloplaca
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
12. Kingdom: Plantae
Divisio : Agaricomycota
Classis : Agaricomycetes
Ordo : Agaricales
Familia : Hygrophoraceae
Genus : Cora
Spesies : Cora pavoniaGambar 3.34 Cora pavonia
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
Gambar 3.35 Cora pavonia
(Yirka, 2014)Gambar 3.36 Sketsa Cora
pavonia
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
13. Kingdom: Plantae
Divisio : Ascomycota
Classis : Lecanoromycetes
Ordo : Ostropales
Familia : Graphidaceae
Genus : Graphis
Spesies : Graphis elegan
Gambar 3.37 Graphis elegan
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
Gambar 3.38 Graphis elegan
(GBIF, 2008) Gambar 3.39 Sketsa Graphis
elegan
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
14. Kingdom: Plantae
Divisio : Ascomycota
Classis : Lecanoromycetes
Ordo : Lecanorales
Familia : Stereocaulaceae
Genus : Lephraria
Spesies : Lephraria sp.
Gambar 3.40 Lephraria sp.
(Dokumentasi Kelompok, 2015) Gambar 3.41 Lephraria sp.
(Eubel, 2006)
Gambar 3.40 Sketsa Lephraria
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
B. Pembahasan
Lichenes disebut pula sebagi lumut kerak, karena terlihat seperi kerak yang
menempel di pohon, tebing, ataupun batuan. Pada umumnya lichen hidup sebagi
epifit yaitu tumbuhan yang hidup menumpang pada tumbuhan lain. Lichen tahan
terhadap kekeringan. Lichen berkembang biak dengan fragmentasi thallus atau
soredium. Pada awalnya lichen terjadi bila spora jamur yang tumbuh bertemu
dengan algae yang sesuai.
Lichen dibagi menjadi dua kelas besar dilihat dari Mikobionnya yaitu
Basidiolichenes dan Ascolichenes. Ascolichenes dibagi menjadi enam ordo yaitu
Caliciales, Graphidales, Cyanophyales, Lecanorales, Caloplacales, dan
Peltigerales.
1. Spesies
a. Basidiolichenes
a) Cora pavonia
Gambar 3.41 Cora pavonia
(Jeramillo, 2015)
Cora pavonia memiliki pikobion Chlorophyta dan mikobion
Basidiomycetes. Cora pavonia memiliki tipe thallus foliose. Cora
pavonia memiliki warna thallus hijau. Cora pavonia memiliki bentuk
thallus lembaran. Cora pavonia memiliki tipe buah basidiokarp karena
bersimbiosis dengan Basidiomycetes. Pada Cora pavonia memiliki
alur thallus dan memiliki rizin. Ciri khas dari Cora pavonia adalah
terdapat alur pada thallusnya. Cora pavonia memiliki kemiripan
seperti Padina sp.. Cora pavonia tidak memiliki apotesium.
b. Ascolichenes
1) Graphidiales
a) Graphis sp.
Gambar 3.42 Graphis sp.
(Animalparty, 2006)
Graphis sp. adalah salah satu spesies Lichen yang bertipe
thallus cructose yang membuat bentuk thallusnya pipih karena
thallus nampak bersatu dengan substrat. Pikobion Graphis sp.
adalah alga biru atau Cyanophyta dengan mikobion Ascomycotina.
Graphis sp. memiliki warna thallus putih dan tidak memiliki alur
thallus. Tipe tubuh buah Graphis sp. ialah apotesium yang berwarna
hitam berbentuk garis dan berada di tengah. Graphis sp. tidak
memiliki rizin. Ciri khas yang dimiliki oleh genus Lichen ini adalah
bentuk apotesium garis.
b) Graphis elegans
Gambar 3.43 Graphis elegans
(Flickrhivemind, 2015)
Tidak jauh berbeda dengan Graphis sp., Graphis elegan
memiliki tipe thallus crustose dan berwarna putih. Pikobionnya
Apotesium
Thallus
merupakan alga biru (Cyanophyta) dan mikobionnya merupakan
Ascomycetes. Ciri khas pada spesies ini adalah memiliki bentuk
apotesium berupa garis yang tegak dan terdapat di tengah thallus.
Bentuk thallus pipih, tidak memiliki alur thallus maupun rizin.
2) Lecanorales
a) Parmelia sp.
Gambar 3.44 Parmelia
(Lindsey, 2011)
Parmelia adalah salah satu spesies Lichen yang bertipe thallus
foliose yang membuat bentuk thallusnya lembaran dan thallus
dapat dengan mudah dipisahkan dari substratnya. Pikobion
Parmelia adalah alga hijau atau Chlorophyta dengan mikobion
Ascomycotina. Parmelia memiliki warna thallus kehijauan dan
tidak memiliki alur thallus. Tipe tubuh buah Parmelia ialah
apotesium yang berbentuk cawan dan berada di tengah thallus.
Parmelia memiliki rizin, bentuknya seperti rambut di bagian
bawah thallus yang berfungsi sebagai alat pelekatan dengan
substrat.
Apotesium
b) Physcia sp.
Gambar 4.45 Physcia
(Barth, 2008)
Physcia merupakan simbiosis dari alga Cyanophyta dengan
jamur Ascomycetes. Cyanophyta yang hidup bersimbisis dengan
jamur ini menyebabkan warna Physcia menjadi biru kehijauan.
Tipe thallus foliose yang berarti lebaran dengan rizin sebagai alat
untuk menempel. Apothecium merupakan bentuk kotak sporanya
yang terletak di tengah thallus. Ciri khas genus ini yaitu
apothecium menyembul di tengah thallus.
c) Cladonia sp.
Gambar 4.46 Cladonia chloropaea
(Storey, 2015)
Cladonia merupakan simbiosis dari alga hijau dengan jamur
Ascomycetes, berbentuk gilig sehingga memiliki tipe thallus
fructicose. Berwarna hijau dengan apothtecium di terminal thallus.
Thallus
Thallus
Lichen ini mirip dengan terompet, ciri khas Cladonia yaitu
thallusnya yang bercabang.
d) Usnea sp.
Gambar 3.47 Usnea sp.
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
Usnea sp. adalah salah satu lichenes yang merupakan simbiosis
dari chlorophyta dengan ascomycetes. Tipe thallus dari lichenes ini
yaitu fruticose dengan bentuk thallus gilig. Warna dari thallus
Usnea sp. yaitu putih kehijauan. Thallusnya tidak memiliki alur.
Tipe tubuh buah dari lichenes ini yaitu apothecium dengan bentuk
apotheciumnya yaitu cawan. Letak dari apothecium ini berada di
ujung. Usnea sp. tidak memiliki rizin. Ciri khas dari spesies ini
adalah thallusnya gilig dan berserabut, sehingga spesies ini
bentuknya mirip akar serabut.
e) Ramalina sp.
Gambar 3.48 Ramalina sp.
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
Thallus
Thallus
Ramalina sp. adalah salah satu lichenes yang merupakan
simbiosis dari chlorophyta dengan ascomycetes. Tipe thallus dari
Ramalina sp. yaitu fruticose dengan bentuk thallus pita. Warna dari
thallus Ramalina sp. ini yaitu hijau. Thallus dari Ramalina sp.
tidak memiliki alur. Tipe tubuh buah dari spesies ini yaitu
apothecium dengan bentuk apotheciumnya cawan dan letak
apothecium berada di ujung. Tidak memiliki rizin. Ciri khas dari
species ini yaitu memilik thallus yang pipih. Spesies ini mirip
dengan tumbuhan tinggi.
f) Cetraria sp.
Gambar 3.49 Cetraria
(Ditchburn, 2015)
Cetraria sp. memiliki pikobion Chlorophyta dan mikobion
Ascomycetes. Cetraria sp. memiliki tipe thallus foliose, tipe
thallus ini lembaran dan mudah dipisahkan dari substratnya.
Cetraria sp. memiliki thallus berwarna hijau. Cetraria sp. memiliki
tipe tubuh buah apothecium. Pada Cetraria sp. tidak memiliki alur
thallus. Cetraria sp. memiliki rizin atau alat untuk melekat pada
permukaan substrat. Ciri khas dari Cetraria sp. adalah rizin yang
terlihat jelas. Cetraria sp. memiliki kemiripan dengan selada.
Cetraria sp. memiliki bentuk apotesium cawan yang letaknya di
tengah thallus.
Thallus
g) Lephraria sp.
Gambar 3.50 Lephraria
(Khitsum. 2013)
Lephraria sp. memiliki pikobion Chlorophyta dan mikobion
Ascomycetes. Lephraria sp. memiliki tipe thallus crustose.
Lephraria sp. memiliki warna thallus hijau. Lephraria sp. bentuk
thallusnya berupa butiran. Lephraria sp. memiliki bentuk thallus
butiran. Lephraria sp. memiliki tipe tubuh buah apothecium.
Lephraria sp. tidak memiliki alur thallus dan rizin. Ciri khas dari
Lephraria sp. adalah thallusnya yang berelief. Kemiripan seperti
penyakit lepra. Memiliki bentuk apotesium cawan yang berada di
tengah thallus.
h) Lecanora sp.
Gambar 3.51 Lecanora
(Valero, 2013)
Lecanora merupakan Lichenes yang merupakan simbiosis dari
Chlorophyta dan Ascomycetes. Memiliki tipe thallus crustose,
berwarna abu-abu dan bentuk thallusnya pipih, memiliki apotesium
Thallus
Thallus
yang banyak dan bentuk apotesiumnya berupa cawan dan letaknya
di tengah thallus. Lecanora sp., tidak memiliki rizin dan alur
thallus.
3) Caloplacales
a) Caloplaca
Gambar 3.52 Caloplaca
(Droker, 2014)
Caloplaca sp. merupakan salah satu Lichenes yang merupakan
simbiosis dari Chlorophyta dan Ascomycetes. Spesies ini tidak
memiliki alur thallus, dan tipe thallusnya termasuk ke dalam
crustose. Ciri khas dari spesies ini adalah memiliki apotesium yang
berwarna jingga. Bentuk apotesium erupa cawan dan memiliki
kemiripan dengan oncom.
4) Peltigerales
a) Peltigera sp.
Gambar 3.53 Peltigera membranacea
(Wiikipedia, 2014)
Thallus
Thallus
Peltigera merupakan lichen hasil simbiosis alga biru-hijau
dengan jamur Ascomycetes. Lichen ini memiliki bentuk thallus
loliose dengan rizin sebagai alat penempelan. Berwarna biru
hijau dengan apothecium menyembul di ujung thalus. Bentuk
apothecium cawan. Ciri khas lichen ini yaitu apothecum yang
menyembul tegak di ujung thallus.
b) Lobaria sp.
Gambar 3.54 Lobaria sp.
(Dokumentasi Kelompok, 2015)
Lobaria sp. adalah salah satu lichenes yang merupakan
simbiosis dari chlorophyta dengan ascomycetes. Spesies ini
memiliki tipe thallus foliose dengan bentuk thallus lembaran dan
berwarna hijau kebiruan. Thallus dari spesies ini tidak memiliki
alur. Tipe buah dari Lobaria sp. yaitu apothecium dengan bentuk
apothecium cawan dan terletak di tengah. Lichenes ini memiliki
rizin. Ciri khas dari spesies ini yaitu lobusnya lebar.
2. Nilai-Nilai
a. Nilai Praktis
Lumut Kerak, atau secara ilmiah disebut Lichens, yang sering tertukar
dengan lumut. Sedikit meluruskan, walau disebut Lumut Kerak, tetapi
bukanlah Lumut atau tumbuhan tingkat tinggi lainnya. Lichens adalah
kumpulan 3 mahluk hidup, yakni; fungi, alga dan bakteri, yang hidup
Thallus
dalam satu tempat. Lumut Kerak adalah asosiasi dari 3 mahluk hidup
hidup secara mutualistik ''berdampingan''.
Lichens adalah tumbuhan pioner, atau perintis yang hidup sebelum
tumbuhan tingkat tinggi hidup. Selain sebagai tumbuhan perintis, Lichens
dijadikan indikator pencemaran udara. Lichens sangat rentan terhadap
pencemaran udara dan air, sebab sangat rentan terhadap Sulfur Oksidan
dan bahan pencemar lainnya. Selain bahan beracun, Lichens juga rentan
terhadap suhu dan kelembapan. Lichens bisa dijadikan indikator ada
tidaknya pencemaran udara, serta kondisi lingkungan.
Lichens atau Lumut Kerak yang terdiri dari 3 mahluk hidup, tidak bisa
hidup dan berdiri sendiri, tetapi saling tergantung satu dengan yang
lainnya. Fungi yang terlihat sebagai lumut kerak menjadi media atau
tempat hidup bagi bakteri dan alga, dengan menjaga kelembapan dan
tempat perlindungan 2 simbionnya. Alga, yang termasuk klorophyta
menyediakan sumber makanan untuk fungi dengan kemampuannya
berfoto sintesis. Bakteri Sianobakteria bertugas menambat dan
menyediakan nitrogen yang berguna sebagai nutrisi untuk pertumbuhan.
Interaksi yang sinergis dari 3 mahluk hidup yang tinggal dalam satu
lingkungan kecil ''microcosmos'' dan saling bergantung satu dengan yang
lainnya.
Namun dibalik kerukunan 3 mahluk tersebut, tidaklah mutlak sebagai
hubungan yang saling menguntungkan dan berdampingan. Fungi tidak
dapat hidup tanpa keberadaan alga atau bakteri, sedangkan alga dan
bakteri dapat hidup sendiri. Dibalik ketergantungan Fungi terhadap Alga
dan bakteri, ternyata Fungi sedikit jahat terhadap Alga yang telah
mendukung kehidupannya. Fungi menyerang dan membunuh sel-sel Alga,
namun tak sebanding dengan pertumbuhan Alga yang jauh lebih cepat.
Fungi juga menyerap nutrisi dari Alga dan bakteri, namun tidak mau
memberikan sedikit makanannya kepada 2 koleganya. Dari interaksi
tersebut, ada hubungan yang antagonis dan sinergis, namun tetap saling
bergantung satu dengan yang lainnya.
Keberadaan Lichens mungkin bagi kita tidak terlalu berpengaruh,
namun dari sisi ekologi memiliki peran yang cukup vital. Salah satunya
adalah untuk indikator pencemaran dan organisme pengurai. Bayangkan
tanpa ada Lichens, kayu tidak menjadi lapuk, dan mungkin pabrik Cat
tidak laku karena tembok tidak berlumut dan kusam. Dari sisi
farmakologis, ada beberapa Lichens yang bisa dijadikan obat. Lumut
Janggut, atau dalam bahasa Lokal Ki Angin (Jawa), dan memiliki nama
ilmiah Usnea misaminensis berkahsiat sebagai obat herbal. Ada 25 spesies
serupa yang bisa dijadikan obat. Usnea berkhasiat untuk mengobati masuk
angin, desentri, diare bahkan bisa dijadikan sebagai campuran kosmetik
''bedak''. Usnea mengandung saponi, flavanoid, polifenol sebagai anti
oksidan, sedangkan asam usnin sebagai anti biotik. Beberapa perusahaan
Jamu, telah menggunakan Usnea sebagai salah satu bahan baku
pembuatan jamu herbal. Tak salah, jika banyak Usnea dicari karena
memiliki nilai ekonomi yang tinggi (kompasiana.com).
b. Nilai Intelektual
Lichen merupakan simbiosis antara alga Cyanophyta atau Chlorophyta
dan jamur Ascomycetes atau Basidoimycetes. Jamur pada lichen berfungsi
untuk mengokokohkan tubuhnya dan mengisap air ataupun zat-zat
makanan. Sedangkan fungsi algae dalam lichenes adalah untuk melakukan
fotosintesis. Oleh karene itu, simbiosis antaran algae dan jamur pada
lichenes bersifat simbiosis mutualisme. Begitupun manusia yang tidak
bisa hidup indivudial atau sendiri untuk menggapai impiannya. Manusia
membutuhkan pendidik contohnya untuk menggapai cita-citanya dan
pendidikpun butuh siswa agar proses belajar mengajar bisa dilaksanakan.
Pendidik dan siswapun saling membutuhkan begitupun dengan jamur dan
algae saling memnutuhkan untuk membentuk lichenes.
c. Nilai Sosial Politik
Lichen merupakan organisme majemuk yang merupakan gabungan
antara alga dan jamur. Lichen adalah simbiosis antara ganggang dengan
jamur, ganggangnya berasal dari ganggang hijau (Chlorophyta) atau
ganggang biru (Cyanophyta), jamurnya berasal dari Ascomycotina atau
Basidiomycotina. Pada beberapa kasus bahkan masing-masing komponen
akan mengalami kesulitan hidup apabila ditumbuhkan terpisah. Hal yang
bisa kita petik dari Lichen, kita mengetahui bahwa manusia adalah
makhluk sosial, manusia memang dapat hidup sendiri, namun ketika
manusia hidup sendiri mereka akan mengalami kesulitan hidup, seperti
halnya komponen Lichen (jamur dan alga) apabila ditumbuhkan secara
terpisah.
d. Nilai Pendidikan
Lichenes merupakan simbiosis dua macam tumbuhan yaitu golongan
algae (Cyanophyceae atau Chlorophyceae) dengan golongan jamur
(Ascomycetes atau Basidiomycetes). Jamur pada lichenes berfungsi
mengokohkan tubuhnya dan mengisap air atau pun zat-zat makanan,
sedangkan algaenya berfungsi melakukan fotosintesis. Karena itu,
simbiosis antara kedua jenis tumbuan tersebut bersifat simbiosis
mutualistis. (Yudianto, 1992).
Dalam bidang pendidikan, kita harus belajar dari lichenes, untuk
mencapai tujuan pendidikan contohnya sekolah diperlukan simbiosis
mutualistis antara siswa dengan guru. Dalam kegiatan belajar mengajar,
seorang guru memberikan pendidikan kepada para siswanya. Selain itu,
siswanya pun memberikan evaluasi terhadap gurunya agar guru tersebut
dapat mengevaluasi dirinya sendiri untuk mendidik siswanya lebih baik
lagi.
e. Nilai Religi
“Eksistensi ciptaan menunjukkan eksistensi Sang Pencipta,
Kerumitan ciptaan menunjukkan keagungan Sang Pencipta,
Mempelajari kerumitan ciptaan berarti mempelajari Keagungan Sang
Pencipta”
Pernahkah kita memperhatikan alam semesta tempat kita hidup? Di
dalamnya terdapat berbagai macam materi, baik yang bernyawa maupun
tidak, bergerak ataupun relatif diam, dan energi-energi dalam bentuk
panas, cahaya, listrik dan lain sebagainya. Pernahkah pula kita
memperhatikan langit di malam hari? Saat itu kita akan melihat kerlipan
benda-benda luar angkasa yang bersinar, dan kemudian memberikan
gagasan pada kita akan luasnya alam semesta. Pernahkah memperhatikan
bagaimana lichen terbentuk? Suatu keajaiban yang luar biasa dua makhluk
berbeda bergabung membentuk makhluk lain yang memiliki tampak dan
sifat berbeda.
Alam semesta tertata dengan sedemikian teraturnya dengan suatu
ketetapan yang pasti mulai dari sebuah atom hingga keteraturan berbagai
galaksi. Seperti terbit-terbenamnya matahari, berbagai posisi bintang di
malam hari, gerakan elektron pada atom, atau hukum-hukum fisika,
biologi, kimia, geologi dan lain-lain merupakan bukti empiris dari adanya
hukum-hukum alam (Sunatullah) yang telah ditentukan terlebih dahulu
dan tidak berubah. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Al-
A’la (87): 3, “Dan Dialah Allah yang menentukan kadar (masing-masing)
dan memberi petunjuk.” (Aneesudin, 2000:8).
Banyak orang yang sering menghubungkan antara logika dengan
tauhid. Melaluinya banyak yang menjadi semakin yakin terhadap adanya
Sang Pencipta, namun banyak pula yang malah terjebak dalam
ketidakmampuan memahami “ayat-ayat-Nya” sehingga akhirnya menjadi
atheis.
Segala fenonomena yang terjadi di alam semesta tidak berlangsung
begitu saja, semua kejadian disebabkan oleh kejadian lain termasuk
terbentuknya lichen. Bahkan ilmu pengetahuan berkembang diawali atas
rasa penasaran terhadap “law of causality”.
Contoh sederhana, seorang anak yang terkena diare pasti sebelumnya
pernah memakan makanan atau minuman yang tidak higienis, atau
memakan sesuatu yang tidak dapat ditoleransi oleh sistem pencernaannya.
Contoh lain, seorang sopir yang mobilnya mogok akan berpikir mengenai
kemungkinan penyebab dan memperbaikinya. Seseorang lapar pastinya
sebelumnya belum memakan sesuatu, dan akhirnya dia akan memikirkan
dan mencari makanan. Sebuah bangunan dirancang oleh arsitek dan
dibangun oleh pekerja bangunan. Planet-planet berjalan pada orbitnya di
dalam system tata surya akibat adanya gaya-gaya tertentu. Bersama
dengan hadirnya kita di bumi telah ada sebelumnya, gunung-gunung,
hutan-hutan, dan lautan, dan lain sebagainya.
Selanjutnya, orang-orang berilmu akan mencari sebab-sebab dibalik
terwujudnya fenomena-fenomena yang menakjubkan itu. Hingga tak
pernah terucap dari mulut mereka, “Semua yang ada di dunia telah ada
setelah kita lahir dan tetap seperti itu hingga sekarang, maka semua itu
terwujud dengan sendirinya”. Keingintahuan yang mendalam memaksa
kita menyelidiki asal-usul dan menyelidiki keteraturannya yang
menakjubkan.
Selanjutnya lahirlah pertanyaan baru, “Apakah alam semesta yang
setiap bagiannya saling berkaitan dalam suatu system yang besar itu
terwujud dengan sendirinya, atau ia memperoleh wujudnya dari sesuatu
yang lain?”, dan “Apakah system yang mengagumkan ini dikendalikan
oleh suatu kekuasaan dan pengetahuan yang tidak terbatas, atau terjadi
dengan begitu saja?”.
Jawaban dari pertanyaan ini didapatkan dari bukti yang melimpah di
alam semesta ini. Kita akan menemukan bahwa setiap ciptaan
membutuhkan makhluk yang lain, dan bergerak berdasarkan aturan regular
yang telah ditentukan, kemudian ia akan lenyap dan digantikan oleh
makhluk yang lain. Makhluk-makhluk ini tidak pernah mewujudkan
dirinya sendiri, menciptakan arah perkembangan sendiri, ataupun berperan
sedikitpun dalam mewujudkan atau mengorganisasikan eksistensi mereka
sendiri.
Bahkan diri kita tidak memilih karakteristik kemanusiaan kita sendiri,
kita telah diciptakan bersama dengan karakteristik kemanusiaan tersebut.
Akal kita selanjutnya akan berkata bahwa semua system keteraturan alam
semesta ini tak mungkin hadir secara kebetulan dan terwujud begitu saja.
Akal tak bisa menerima bahwa batu bata terkumpul sendiri lalu
membentuk sebuah rumah.
Berdasarkan pada teori peluang (dalam Matematika), jika kita
menuliskan huruf A-Z (26 huruf) pada kertas masing-masing satu huruf
lalu mengocoknya, kemudian kita ambil satu-satu dan meletakannya di
atas meja berurutan. Maka peluang muncul kemunculan huruf-huruf
tersebut berurutan secara alfabetis adalah kurang dari 25 x 10-28 atau
kurang dari seperempatratus triliun triliun.
Dalam tubuh manusia dengan berat badan 70kg terdapat sekitar tujuh
triliun triliun triliun atom (99% terdiri atas unsur H, O, dan C). Maka
bayangkan betapa kecil kemungkinan tujuh triliun triliun triliun atom ini
membentuk, berinteraksi, menyusun dengan sangat kompleks secara
‘kebetulan’ sehingga seorang manusia terwujud di dunia dengan
kelengkapan system kehidupannya?
Bagaimana juga dengan manusia, hewan, tumbuhan, dan makhluk
lainnya yang berjumlah tak terhitung baik di darat maupun di laut yang
tertata rapi membentuk rantai-rantai ekosistem dan berbagai keteraturan
serta kesalingterikatan?
Bagaimana pula dengan planet-planet di alam semesta yang secara
kasat mata terlihat melayang-layang tanpa tiang dan mengikuti berbagai
aturan yang sangat nyata seperti hukum Keppler? Semuanya tidak
mungkin terjadi begitu saja.
Bagaimana pula dengan lichen yang merupakan hasil simbiosis dari
alga dan jamur? Apakah itu semua terjadi begitu saja? Apakah jamur tiba-
tiba bertemu dengan alga dan bersimbiosis? Mengapa jamur tertentu
memilih alga tertentu? Jawabannya itu telah ada yang mengatur.
Jadi, realisme instinktif manusia menyatakan bahwa alam pastinya
memiliki satu Penopang yang merupakan Sumber Wujud, Pencipta, dan
bahwa Wujud serta Sumber Kekuasan dan ilmu pengetahuan yang tidak
terbatas ini adalah Tuhan (Allah Subhanahu wa ta’ala), sumber segala
wujud dalam system eksistensi (filsafatsains.net).
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dia (Musa) berkata, Rabb
kamilah yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk
kejadiannya, lalu memberinya petunjuk.” (Q.S. 20:50).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Lichenes atau yang dikenal sebagai lumut kerak merupakan tumbuhan
yang berasal dari simbiosis antara pikobion dan mikobion. Pikobion
adalah golongan algae yang membentuk Lichenes dan biasanya
merupakan alga bersel satu yang termasuk ke dalam Divisi Cyanophyta
dan Chlorophyta. Mikobion adalah golongan jamur (Fungi) yang
membentuk Lichenes dan biasanya merupakan golongan Ascomycetes dan
Basidiomycetes. Bentuk thallus Lichenes meneyerupai kerak da nada yang
berupa lembaran, pita, atau seperti tumbuhan perdu dan biasa menempel
pada pohon, tebing atau batuan. Jamur pada lichenes berfungsi untuk
mengkokohkan tubuhnya dan mengisap air ataupun zat-zat makanan,
sedangkan algaenya berfungsi untuk melakukan fotosintesis. Pada
umumnya Lichenes hidup sebagai epiphyta dan tahan terhadap kekeringan.
Perkembangbiakkan Lihenes dengan fragmentasi thallus dan soredium.
2. Lichenes yang ada di alam sangatlah banyak jenisnya dan sangat
branekaragam. Pada praktikum yang kelompok kami lakukan saja, kami
mengamati 14 spesies Lichenes yang berbeda, yaitu : Graphis sp., Graphis
elegan, Parmelia sp, Physcia sp., Peltigera sp., Cladonia sp., Usnea sp.,
Ramalina sp., Lobaria sp., Cetraria sp., Cora pavonia, Lephraria sp.,
Lecanora sp., dan Caloplaca sp.
3. Dari 13 genus yang kami amati, semuanya tentulah memiliki ciri khas,
yaitu :
Tabel 4.1 Ciri khas genus pada Lichenes
Nama genus Ciri Khas
Graphis Memiliki bentuk apotesium garis
Parmelia Thallus foliose biru-hijau seperti daun
wortel
Physcia Thallusnya terlihat menjari
Peltigera Apothecium menyembul di ujung
thallus
Cladonia Memiliki thallus yang dikotom
Usnea Memiliki thallus gilig sempit seperti
rambut
Ramalina Thallusnya berbentuk pita
Lobaria Memiliki lobus lebar
Cetraria Memiliki rizin yang terlihat jelas
Cora Memiliki alur thallus
Lephraria Thallusnya berrelief
Lecanora Memiliki apotesium banyak
Caloplaca Apotesium berwarna jingga
DAFTAR PUSTAKA
Aneesuddin, Mir. (2000). Fatwa Al-Qur’an Tentang Alam Semesta. Jakarta:
Serambi.
Dhave, Danang. (2011). Lumut Kerak, Dibenci tapi Dicari. [Online]. Tersedia:
http://www.kompasiana.com/dhave/lumut-kerak-dibenci-tetapi-
dicari_550acf11a33311b9102e3ab4 [17 November 2015].
Mahayana, Dimitri. (2012). Tauhid for Teens, Bukti 1. [Online]. Tersedia:
http://filsafatislam.net/mengenal-tuhan-bukti-1 [22 Agustus 2015].
Yudianto, Suroso Adi. (1992). Pengantar Cryptogamae. Bandung: Tarsito.
Gambar 3.2. Animal Party. (2006). Graphis. [Online]. Tersedia:
https://en.wikipedia.org/wiki/Graphis_(lichen)#/media/Fil
e:Graphis_scripta_(EU).jpg [12 November 2015].
Gambar 3.5. Argyllshire. (2009). Peltigera. [Online] Tersedia:
http://www.lichens.lastdragon.org/Peltigera_horizontalis.html. [Online].
Tersedia: http://www.lichens.lastdragon.org/Peltigera_horizontalis.html. [12
November 2015].
Gambar 3.8. Silverside. (2002). Physcia. [Online] Tersedia:
http://www.lichens.lastdragon.org/Physcia_aipolia.html. [12 November 2015].
Gambar 3.11. Lindsey. (2011). Parmelia. [Online] Tersedia:
http://www.gbif.org/species/2605963. 12 November 2015.
Gambar 3.14. Tigerente. (2005). Usnea. [Online] Tersedia:
https://en.wikipedia.org/wiki/Usnea#/media/File:Usnea_australis.jpg [12
November 2015].
Gambar 3.17. Tigerente. (2005). Cladonia. [Online] Tersedia:
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/1a/CladoniaSpec01.jpg
[13 November 2015].
Gambar 3.20. Silverside. (2013). Ramalina. [Online] Tersedia:
http://www.lichens.lastdragon.org/Ramalina_farinacea.html [13 November
2015].
Gambar 3.23. Pope, Ralph. (2015). Lobaria. [Online] Tersedia:
http://www.fs.fed.us/wildflowers/plant-of-the-week/lobaria_pulmonaria.shtml.
[13 November 2015].
Gambar 3.26. Salguero, Alberto. Cetraria. (2007). [Online] Tersedia:
https://en.wikipedia.org/wiki/Cetraria#/media/File:Cetraria_aculeata_habito.jp
g [13 November 2015].
Gambar 3.29. Sharnoff. (2015). Lecanora. [Online] Tersedia:
http://www.sharnoffphotos.com/lichensC/lecanora_chlarotera.html. [13
November 2015].
Gambar 3.32. Stridvall. (2015). Caloplaca. [Online] Tersedia:
http://www.stridvall.se/lichens/gallery/Caloplaca/D80A0710?full=1. [13
November 2015].
Gambar 3.35. Yirka, Bob. (2014). Cora pavonia. [Online] Tersedia:
http://phys.org/news/2014-07-south-american-lichen-species-fungi.html [13
November 2015].
Gambar 3.38 GBIF. (2008). Graphis elegans. [Online] Tersedia:
http://www.gbif.org/species/5260850/classification. [13 November 2015].
Gambar 3.41. Uebel. (2006). Lepraria. [Online] Tersedia:
https://en.wikipedia.org/wiki/Lepraria#/media/File:Lepraria_lobificans_(EU).j
pg. [13 November 2015].
Gambar 3.42. Jeramillo. (2015). Dictyonema cf glabratum (Hygrophoraceae).
[online]. Tersedia:
https://www.flickr.com/photos/129392105@N02/16443513089/.com [14
November 2015].
Gambar 3.42 Animal Party. (2006). Graphis. [Online] Tersedia:
https://en.wikipedia.org/wiki/Graphis_(lichen)#/media/File:Graphis_scripta_(
EU).jpg. [12 November 2015].
Gambar 3.43 Flickrhivemind. (2014). Graphis elegans. [Online]. Tersedia :
http://flickrhivemind.net/Tags/graphisscripta/Interesting. [16 November
2015].
Gambar 3.44. Lindsey. (2011). Parmelia. [Online] Tersedia:
http://www.gbif.org/species/2605963. [12 November 2015].
Gambar 3.45. Barth, Roland E. (2008). Physcia sp. [Online]. Tersedia:
http://www.fnanaturesearch.org/index.php?
option=com_naturesearch&task=view&id=557 [17 November 2015].
Gambar 3.46 Storey, Malcomn. (2015). Cladonia chlorophea. [Online]. Tersedia:
http://www.discoverlife.org/20/q?search=Cladonia+chlorophaea [17
November 2015].
Gambar 3.47. Copalis. (2007). Usnes sp. [Online] Tersedia :
http://nwnature.net/lichens/index.htm. [13 November 2015].
Gambar 3.48. Cork, Country. Ramalina sp. [Online] Tersedia :
http://www.irishlichens.ie/pages-lichen/l-05.html. [13 November 2015].
Gambar 3.49. Ditchburn. (2015). Lichens. [Online]. Tersedia:
http://www.dereila.ca/woods/page5.html. [14 November 2015].
Gambar 3.50. Khitsum. 2013. Lepraria neglecta (Zoned Dust Lichen). [online].
Tersedia: http://www.wisconsinmushrooms.com/Leprarianeglecta.html. [14
November 2015].
Gambar 3.51. Valero, Jacinta Luch. (2013). Lecanora sp. [Online]. Tersedia :
https://www.flickr.com/photos/70626035@N00/8650790430 [16 November
2015].
Gambar 3.51. Flickrhivemind. (2014). Graphis elegans. [Online]. Tersedia :
http://flickrhivemind.net/Tags/graphisscripta/Interesting. [16 November
2015].
Gambar 3.52. Wikipedia. (2014). Peltigera membranacea. [Online]. Tersedia:
https://en.wikipedia.org/wiki/Peltigera_membranacea [17 November 2015].
Gambar 3.53. Perthshire, Taymouth. 2002. Lobaria sp. [Online] Tersedia :
http://www.lichens.lastdragon.org/Lobaria_amplissima.html [13 November
2015].