Obat Saraf.docx

32
MAKALAH FARMAKOLOGI OBAT SYARAF OTONOM Tentang OBAT KOLINERGIK & ANTIKOLINERGIK Disusun Oleh : LIYA DEFRIYANTI KELOMPOK 5 LOKAL A Dosen Pembimbing : DJUNANI i

description

semoga berguna dan bermanfaat

Transcript of Obat Saraf.docx

Page 1: Obat Saraf.docx

MAKALAH FARMAKOLOGI

OBAT SYARAF OTONOM

Tentang

OBAT KOLINERGIK & ANTIKOLINERGIK

Disusun Oleh :

LIYA DEFRIYANTI

KELOMPOK 5

LOKAL A

Dosen Pembimbing :

DJUNANI

STIKES PIALA SAKTI

PARIAMAN

2013

i

Page 2: Obat Saraf.docx

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya sampaikan atas kehadirat Allah SWT,

yang mana atas berkat Rahmat-Nyalah saya dapat menyelesaikan tugas makalah

ini dengan judul “Obat Syaraf Otonom Tentang Kolinergik dan

Antikolinergik“. Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,

oleh karena itu segala kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini dengan

senang hati saya menerimanya. Akhir kata saya mengucapkan banyak terima

kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Pariaman, 20 April 2013

Penyusun

iii

Page 3: Obat Saraf.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN........................................................................................2

A. Obat Kolinergik.............................................................................................2

1. Defenisi...................................................................................................2

2. Penggolongan..........................................................................................4

3. Penggunaan Obat Kolinergik..................................................................4

4. Jenis Obat Kolinergik..............................................................................5

B. Obat Antikolinergik......................................................................................7

1. Defenisi...................................................................................................7

2. Penggolongan..........................................................................................7

3. Efek Samping..........................................................................................7

4. Penggunaan Obat Kolinergik..................................................................8

5. Jenis Obat Kolinergik..............................................................................9

C. DIAGNOSA MEDIS GLAUKOMA...........................................................11

1. Defenisi Glaukoma.................................................................................11

2. Etiologi...................................................................................................11

3. Klasifikasi..............................................................................................12

4. Gejala-gejala..........................................................................................13

5. Epidemologi...........................................................................................14

6. Patofisologi............................................................................................14

7. Pengobatan.............................................................................................15

BAB III : PENUTUP...............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

iiiii

Page 4: Obat Saraf.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Latar belakang makalah ini buat karena minimnya pengetahuan

mahasiswa tentang obat syaraf otonom dan sebagai bahan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian obat syaraf otonom?

2. Apa saja penggolongan obat syaraf otonom?

3. Bagaimana khasiat, golongan, indikasi, kontraindikasi, dosis, dan efek

samping dari jenis obat syaraf otonom?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar mahasiswa tahu definisi obat syaraf otonom.

2. Agar mahasiswa tahu penggolongan obat syaraf otonom

3. Diharapkan mahasiswa mampu dan mengerti tentang khasiat, golongan,

indikasi, kontraindikasi, dosis, dan efeksamping dari obat syaraf otonom.

1

Page 5: Obat Saraf.docx

BAB II

PEMBAHASAN

Syaraf otonom merupakan syaraf-syaraf yang bekerjanya tidak dapat

disadari dan bekerja secara otomatis disebut juga otot tak sadar.

Obat syaraf otonom yaitu obat-obat yang bekerja pada susunan syaraf

otonom, mulai dari sel syaraf sampai sel efektor. Obat- Obat Saraf Otonom secara

umum dibagi dalam 2 tipe yakni:

- Obat simpatis

- Obat parasimpatis

Pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba menjelaskan obat- obat

parasimpatis. Obat parasimpatis itu sendiri dibagi dalam 2 kelompok besar yakni:

- Kolinergik

- Antikolinergik

A. OBAT KOLINERGIK

1. Defenisi

Kolinergik/Parasimpatikomimetika adalah sekelompok zat yang dapat

menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi Susunan Parasimpatis (SP),

karena melepaskan Asetilkolin ( Ach ) di ujung-ujung neuron, dimana tugas

utama SP adalah mengumpulkan energi dari makanan dan menghambat

penggunaannya, singkatnya asimilasi.

Efek kolinergis yang terpenting adalah:

- stimulasi pencernaan, dengan cara memperkuat peristaltik dan sekresi

kelenjar ludah dan getah lambung(HCl), juga sekresi air mata.

- memperlambat sirkulasi, dengan cara mnegurangi kegiatan jantung,

vasodilatasi dan penurunan tekanan darah.

- memperlambat pernafasan, dengan cara mengecilkan bronchi sedangkan

sekresi dahak diperbesar.

2

Page 6: Obat Saraf.docx

- kontraksi otot mata, dengan cara miosis( penyempitan pupil) dan

menurunnya tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.

- kontraksi kandung kemih dan ureter, dengan cara memperlancar

pengeluaran urin

- dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.

- menekan SSP (Sistem Saraf Pusat), setelah stimulasi pada permulaan.

Setelah mengetahui efek obat kolinergis, kita akan beralih ke reseptor-

reseptor kolinergis yang merupakan tempat substrat obat menempel supaya

"obat" dapat menghasilkan efek yang kita inginkan.

Reseptor kolinergis dibagi 2 yakni:

1) Reseptor Muskarin (M)

Berada pada neuron post-ganglion dan dibagi 3 subtipe, yaitu Reseptor

M1, M2, dan M3 dimana masing-masing reseptor ini memberikan efek

berbeda ketika dirangsang. Muskarin (M) merupakan derivat furan yang

bersifat toksik dan terdapat pada jamur Amanita muscaria sebagai

alkaloid.

Reseptor akan memberikan efek-efek seperti diatas setelah mengalami

aktivasi oleh neurotransmitter asetilkolin(Ach).

2) Reseptor Nikotin (N)

Berada pada pelat ujung-ujung myoneural dan pada ganglia otonom.

Stimulasi reseptor ini oleh kolinergik (neostigmin dan piridostigmin)

yang akan menimbulkan efek menyerupai adrenergik, berlawanan sama

sekali. Misalnya vasokonstriksi dengan naiknya tensi, penguatan

kegiatan jantung, stimulasi SSP ringan.

Efek Nikotin dari ACh juga terjadi pada perokok, yang disebabkan oleh

jumlah kecil nikotin yang diserap ke dalam darah melalui mukosa

3

Page 7: Obat Saraf.docx

mulut.

2. Penggolongan

Kolinergika dapat pula dibagi menurut cara kerjanya, dibagi menjadi zat-zat

bekerja langsung dan zat-zat bekerja tak langsung.

a. Bekerja langsung: karbachol, pilokarpin, muskarin dan arekolin. Zat-zat

ini bekerja langsung terhadap organ ujung dengan kerja utama seperti

efek muskarin dari ACh.

b. Bekerja tak-langsung: zat-zat antikolinesterase seperti fisostigmin,

neostigmin, piridostigmin. Obat-obat ini menghambat penguraian ACh

secara reversibel, yakni hanya untuk sementara. Setelah habis teruraikan

oleh kolinesterase, ACh akan segera dirombak kembali.

Ada pula zat-zat yang mengikat enzim secara ireversibel, misalnya

parathion dan organofosfat lain. Kerjanya cukup panjang dengan cara

membuat enzim baru lagi dan membuat enzim baru lagi.

3. Penggunaan Obat Kolinergik

Obat kolinergik terutama digunakan pada :

Glaukoma, yaitu suatu penyakit mata dengan ciri tekanan intra okuler

meningkat dengan akibat kerusakan mata dan dapat menyebabkan

kebutaan. Obat ini bekerja dengan jalan midriasis seperti pilokarpin,

karbakol, dan fluostigmin.

Myastenia gravis, yaitu suatu penyakit terganggunya panerusan implus

dipelat ujung motoris dengan gejala berupa kelemahan otot-otot tubuh

sehingga kelempuhan, contohnya neostigmin dan piridostigmin.

Atonia, yaitu kelemahan otot polos pada saluran cerna atau kandung

kemih setelah operasi besar yang menyebabkan stress bagi tubuh. Akibat

timbul aktivitas saraf adrenergikn dengan efek obstipasi, sukar buang air

kecil atau lumpuhnya gerakan peristaltic dengan tertutupnya usus (ielus

paralitikus ), contohnya prostigmin (neostigmin ).

4

Page 8: Obat Saraf.docx

Pada kesempatan kali ini, penyusun hanya akan membahas tentang

Diagnosa Medis Glaukoma.

4. Jenis Obat Kolinergik

a. Betanol

- Indikasi

Retensi urine

Refluks esofagitis

- Kontra Indikasi

Epilepsy

Hipertensi

- Efek Samping

Sakit kepala

Penglihatan kabur

- Cara Kerja

Menurunkan kapasitas kandung kemih

- Dosis

Melalui injeksi SC, dosis bias 2,5 – 5 mg

b. Neostigmin

- Indikasi

Distensi abdomen

Miastenia gravis

- Kontra Indikasi

Peritonitis

Traktus urinarius

- Efek Samping

Mengantuk

Sakit kepala

pusing

- Cara Kerja

Mengetahui respon kolinomimetik

- Dosis

5

Page 9: Obat Saraf.docx

Melalui injeksi SC, IM, dosis 1 ml larutan

Table Jenis Obat Kolinergik

No Nama-Nama Obat Dosis PemakaianBekerja Langsung

1 Betanekol ( urecholine ) D:PO:10-50mg,b.i.d.-q.i.d.

Untuk meningkatkan berkemih; dapat merangsang motalitas lambung

2 Karbakol ( carcholin ) 0,75-3%, 1 tetes Untuk menurunkan tekanan intaraokuler,miosis

3 Pilokarpin ( pilocar ) 0,5-4%, 1 tetes Untuk menurunkan tekanan intaraokuler,miosis

Bekerja Tidak Langsung, Antikolinesterase Reversible

1 Fisostigmin ( eserin ) 0,25-0,5%,I tetes,q,d.-q.i.d.

Untuk menurunkan tekanan intaraokuler, miosis, masa kerja singkat

2 Neostigmin ( prostigmin) D:PO:mula- mula 15 mg, t.i.d., dosis maksimum:50mg,t.i.d.

Untuk menambah kekuatan otot pada miastenia gravis, masa kerja singkat

3 Piridostigmin (mestinon) D:PO:60-120mg,t.i.d atau q.i.d.

Untuk menambah kekuatan otot, masa kerja sedang

4 Ambenonium (mytelase) D:PO:2,5-5 mg,t.i.d.atau q.i.d

UNtuk menambah masa kerja otot, masa kerja panjang

5 Edrofonium (tensilon) D:IM:10mg;1V:1-2mg Untuk mendiagnosis miastenia gravis, masa kerja sangat singkat

Bekerka Tidak Langsung, Antikolinesterase Irreversible

1 Demekarium (humorsol) 0,125- 0,25,1 tetes ,q 12-48 jam

Untuk menurunkan tekanan intaraokuler, pada glaucoma, miotikum masa kerja panjang

2 Ekotiofat (fosfolin) 0,03-0,06%,1 tetes,q,d.atau b.i.d

Untuk menurunkan tekanan intaraokuler, pada glaucoma, miotikum masa kerja panjang

6

Page 10: Obat Saraf.docx

3 Isoflurofat (floropryl) Ointment 0,25%,q 8- 72 jam

Untuk mengobati glukoma, kenakan pada sakus konjungtiva

B. OBAT ANTIKOLINERGIK

1. Defenisi

Antikolinergik adalah obat-obat yang menghambat kerja asetilkolin dengan

menempati reseptor-reseptor asetilkolin, Obat ini mempengaruhi organ

jantung, saluran pernapasan, saluran gastrointestinal, kandung kemih, mata

dan kelenjar eksokrin dengan menghambat saraf parasimpatis, sehingga

system saraf simpatis (adrenergic) menjadi dominan.

2. Penggolongan Obat Antikolinergik

Antikolinergik klasik (alkaloid belladonna, atropine sulfat dan

skopolamin)

Antikolinergik sintetik (Propantelin)

Antikolinergik-antiparkisonisme (triheksifenidil hidroklorida,

prosiklidin, biperiden dan benztropin) Farmakodinamik Antikolinergik

Menghambat efek muskarinik

Penurunan salivasi dan sekresi lambung (konstipasi)

Mengurangi kontraksi tonus kandung kemih

Dapat bekerja sebagai antidot terhadap toksin

Sebagai obat antispasmodik

Meningkatkan TD

Mengurangi rigriditas dan tremor berhubungan dengan ekstensi

neuromuscular

3. Efek Samping

Mulut kering

Gangguan penglihatan (terutama penglihatan kabur akibat midriasis)

Konstipasi sekunder

Retensi urine

Takikardia (akibat dosis tinggi)

7

Page 11: Obat Saraf.docx

Tabel Efek –Efek Obat Antikolinergik

NO JARINGAN TUBUH

RESPONS- RESPONS

1 Kardiovaskuler Meningkatkan denyut jantung pada dosis

tinggi:Dosis rendah dapat mengurangi motilitas

dan peristaltik

2 Gastrointestinal Merelaksasi tonus otot polos saluran

gastrointestinal, mengurangi motilitas dan

paristaltik gastrointestinal.  Mengurangi sekresi

lambung dan usus halus.

3 Saluran kemih Merelaksasi otot detrusor kandung kemih dan

meningkatkan konstriksi spinkter internal. Dapat

timbul retensi urin.

4 mata Dilatasi pupil mata (midriasis ) dan paralisis otot

siliaris (sikloplegia), mengakibatkanh

berkurangnya akomodasi

5 kerenjar Mengurangi salvias, berkeringat, dan sekresi

bronkial

6 Paru - paru Dilatasi bronkus dan mengurangi sekresi bronkial

7 System saraf pusat Mengurangi tremor dan rigiditas otot. Mengantuk,

disorientasi, dan halusinasi dapat terjadi akibat

dosis tinggi.

4. Penggunaan Obat Antikolinergik

Obat antikolinergik (dikenal juga sebagai obat antimuskatrinik,

parasimpatolitik, penghambat parasimpatis). Saat ini terdapat antikolinergik

yang digunakan untuk :

(1) mendapatkan efek perifer tanpa efek sentral misalnya antispasmodik

(2) Penggunaan lokal pada mata sebagai midriatikum

(3) Memperoleh efek sentral, misalnya untuk mengobati penyakit parkinson.

8

Page 12: Obat Saraf.docx

Contoh obat-obat antikolinergik adalah atropin, skopolamin, ekstrak

beladona, oksifenonium bromida dan sebagainya. Indikasi penggunaan obat

ini untuk merangsang susunan saraf pusat (merangsang nafas, pusat

vasomotor dan sebagainya, antiparkinson), mata (midriasis dan sikloplegia),

saluran nafas (mengurangi sekret hidung, mulut, faring dan bronkus, sistem

kardiovaskular (meningkatkan frekuensi detak jantung, tak berpengaruh

terhadap tekanan darah), saluran cerna (menghambat peristaltik

usus/antispasmodik, menghambat sekresi liur dan menghambat sekresi asam

lambung).

Obat antikolinergik sintetik dibuat dengan tujuan agar bekerja lebih selektif

dan mengurangi efek sistemik yang tidak menyenangkan. Beberapa jenis

obat antikolinergik misalnya homatropin metilbromida dipakai sebagai

antispasmodik, propantelin bromida dipakai untuk menghambat ulkus

peptikum, karamifen digunakan untuk penyakit parkinson. 

5. Jenis Obat Antikolinergik

Atropin Sulfat

- Indikasi

Sering berkemih

Ulkus Peptikum

- Kontra Indikasi

Kardiospasme

Miastenia

- Efek Samping

Kegugupan

Mengantuk

- Cara Kerja

Respon antikolinergik spesifik berkaitan dengan dosis yang diberikan

- Dosis

Melalui injeksi IM, SC, IV, dosis 0,4 – 0,6 mg

9

Page 13: Obat Saraf.docx

Glikopirolat

- Indikasi

Ulkus peptikum

Pengobatan prabedah

- Kontra Indikasi

Miastenia gravis

Iskemik miokard

- Efek Samping

Kelemahan

Sakit kepala

- Cara Kerja

Respon antikolinergik spesifik tergantung dosis

- Dosis

Melalui injeksi IM, IV dosis 0,1 – 0,2 mg

Table Jenis Obat Antikolinergik

Nama Obat Dosis Pemakaian dan Pertimbangan

Atropine D: IM: 0,4 mg IV: 0,5-2 mg

Pembedahan untuk mengurangi salvias dan sekresi

bronchial. Meningkatkan denyut jantung dengan dosis

≥ 0,5 mg

Propantelin

(bentyl)

D: PO: 7,5-15 mg, t.i.d atau q.i.d

Sebagai antispasmodic untuk tukak peptic dan

irritable bowel syndrome

Skopolamin (hyoscine) D: PO: 0,5-1 mg, t.i.d atau q.i.d; IM: 0,3-0,6 mg

Obat preanestesi, irritable bowel syndrome dan

mabuk perjalanan

Isopropamid (darbid) D: PO: 5 mg, b.i.d

Tukak peptic dan irritable bowel syndrome

Hematropin Larutan 2-5%, 1-2 tetes

10

Page 14: Obat Saraf.docx

(isopto hematropin) Midriasis dan siklopegia (paralisis otot siliaris

sehingga akomodasi hilang) untuk pemeriksaan mata

Siklopentolat(cyclogyl) Larutan 0,5-2%, 1-2 tetes Midriasis dan siklopegia

untuk pemeriksaan mata

Benztropin(cogentin) D; PO: 0.5-6 mg/hari dalam dosis terbagi

Penyakit parkison Untuk mengobati efek samping

fenotiazin dan agen antipsikotik lainnya

Biperiden (akineton) D: PO: 2 mg, b.i.d - q.i.d

Penyakit parkison.

Untuk mengobati efek samping fenotiazin dan agen

antipsikotik lainnya

Trihesifinidil (artane) D: PO: 1 mg/hari, dapat dinaikkan sampai 5-15

mg/hari dalam dosis terbagi Penyakit parkison. Untuk

mengobati efek samping fenotiazin dan agen

antipsikotik lainnya

C. DIAGNOSA MEDIS GLAUKOMA

1. Defenisi Glaukoma

Glaukoma adalah Sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan

peningkatan tekanan intraokular.

Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik(neoropati

optik) yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okular pada

papil saraf optik. Yang menyebabkan defek lapang pandang dan hilangnya

tajam penglihatan jika lapang pandang sentral terkena.

2. Etiologi

Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intra okular ini

disebabkan oleh:

a. Faktor keturunan

b. Komplikasi penyakit lain, seperti Diabetes Melitus

11

Page 15: Obat Saraf.docx

c. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar

d. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di

celah pupil (glaukoma hambatan pupil)

e. Pemakaian kortikosteroid dalam waktu yang lama.

3. Klasifikasi

a. Glaucoma primer

1) Glaucoma Sudut Terbuka

Glaukoma Sudut-Terbuka adalah tipe yang yang paling umum

dijumpai. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga resiko tinggi

bila ada riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada usia dewasa

dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau

bertahun-tahun. Seringkali tidak ada gejala sampai terjadi kerusakan

berat dari syaraf optik dan penglihatan terpengaruh secara permanen.

Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk deteksi dan

penanganan dini.

Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan

pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan dalam mata

dan mencegah kerusakan lebih lanjut.

2) Glaucoma Sudut Tertutup

Glaukoma Sudut-Tertutup lebih sering ditemukan karena

keluhannya yang mengganggu. Gejalanya adalah sakit mata hebat,

pandangan kabur dan terlihat warna-warna di sekeliling cahaya.

Beberapa pasien bahkan mual dan muntah-muntah.

Glaukoma Sudut-Tertutup Akut termasuk yang sangat serius dan

dapat mengakibatkan kebutaan dalam waktu yang singkat. Bila Anda

merasakan gejala-gejala tersebut segera hubungi dokter spesialis

mata Anda.

12

Page 16: Obat Saraf.docx

b. Glaucoma Sekunder

Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak,

diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes

mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan

tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur

bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut.

c. Glaucoma Kongenital

Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah

kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan

di dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola

mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian

depan mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya.

d. Glaucoma Absolute

Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah

terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan

fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata

dangkal, papil atrofi dengan eksvasi  glaukomatosa, mata keras seperti

batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan

penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa

neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat

timbulnya glaukoma hemoragik.

Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada

badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola

mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

4. Gejala – gejala

1) Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).

2) Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.

3) Mual, muntah, berkeringat.

13

Page 17: Obat Saraf.docx

4) Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.

5) Visus menurun.

6) Edema kornea.

7) Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut

terbuka).

8) Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.

9) TIO meningkat.

5. Epidemologi

Di Indonesia, Glaukoma merupakan penyakit ketiga yang menyebabkan

kebutaan di Indonesia dan mengenai sekitar 0,40% dari kasus penyakit

mata. Penyakit ini biasanya mengenai orang dewasa di atas usia 40 tahun

terutama pada usia lanjut, biasanya dalam keluarga sedarah.

6. Patofisiologi

Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi

humor aquelus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya

aliran keluar humor aquelus melalui sudut bilik mata depan juga bergantung

pada keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan episklera. Tekanan

intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan

dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan

intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara

fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan

terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina.

Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila

terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul penggaungan dan

degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor :

1) Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas

serabut saraf pada papil saraf optik.

2) Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf

optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola

14

Page 18: Obat Saraf.docx

mata. Bagian tepi papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian

tengah sehingga terjadi penggaungan pada papil saraf optik.

3) Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih

belum jelas.

4) Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan

serabut saraf optik.

7. Pengobatan

a. Terapi Farmakologi

Obat Efek Terhadap Glaukoma

Agen Kolinergik (Miotik) :

Pilocarpine

Carbachol ( Carbacel )

Kolinesterase Inhibitors (Miotik) :

Physostigmine (Eserine)

Demecarlum bromide (Humorsol)

Isoflurophate (Floropryl)

Echotiophate Iodide (Phospoline

Iodide)

Edrenergic Beta Bloker :

Timolol meleate (Timoptic)

Betaxolol hydrochloride (Betaoptic)

Levobunolol hydrochloride (Betagan)

Merangsang reseptor kolinergik,

mengkontraksikan otot-otot iris untuk

mengecilkan pupil dan menurunkan

tahanan terhadap aliran humor aqueous,

juga mengkontraksikan otot-otot ciliary

untuk meningkatkan akomodasi.

Menghambat pepenghancuran

Asetylchloline yang berefek sebagai

kolinergik.

JANGAN MENGGUNAKAN OBAT

KOLINESTERASE PADA

GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP

(Meningkatkan tahanan pupil)

Memblok – impuls adrenergik

(Sympathetik ) yang secara normal

menyebabkan mydriasis, mekanisme

yang bisa menurunkan IOP, tidak jelas

15

Page 19: Obat Saraf.docx

Agen  adrenergik :

Epinephryl borate (Eppy)

Epinephrine hydrochloride (glaucom,

Epifrin)

Epinephrine bitatrate (Epitrate,

Mucocoll)

Dipivefrin (Propine)

Carbonic anhydrase inhibitors :

Acetazolamide (Diamox)

Ethoxzolamide (Cardrase)

Dichlorhenamide (Daramide)

Methazolamide (Neptazane)

Agen Osmotik :

Glycerine (Glycerol, Osmoglyn)

Mannitol (Osmitrol)

Urea (Ureaphil, Urevert)

Menurunkan produksi humor aqueous

dan meningkatkan aliran aqueous.

JANGAN MENGGUNAKAN UNTUK

GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP

Menghambat produksi humor aqueous

Meningkatkan osmolaritas plasma darah,

meningkatkan aliran cairan dari humor

aqueous ke plasma

b. Terapi Medikamentosa

Tujuannya adalah menurunkan TIO terutama dengan menggunakan obat

sistemik (obat yang mempengaruhi seluruh tubuh).

1) Obat sistemik :

- Inhibitor karbonik anhidrase. Pertama diberikan secara intravena

(acetazolamide 500mg) kemudian diberikan dalam bentuk obat

minum lepas lambat 250mg 2x sehari.

- Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat

minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk

intravena adalah manitol. Obat ini diberi jika TIO sangat tinggi atau

ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.

- Untuk gejala tambahan dapat diberikan anti nyeri dan anti muntah.

16

Page 20: Obat Saraf.docx

2) obat tetes mata lokal

- Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,

levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari,

berguna untuk menurunkan TIO.

- Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai

dekongestan mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi

sistemik.

- Miotikum. Pilokarpin 2% pertama digunakan sebanyak 2x  dengan

jarak 15 menit kemudian diberikan 4x sehari. Pilokarpin 1% bisa

digunakan sebagai pencegahan pada mata yang lainnya 4x sehari

sampai sebelum iridektomi pencegahan dilakukan.

c. Terapi Bedah

- Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik

mata belakang dan depan karena telah terdapat hambatan dalam

pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut

yang tertutup  sebanyak 50%.

- Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup

lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.

17

Page 21: Obat Saraf.docx

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

Kolenergika atau parasimpatomimetika adalah sekelompok zat yang dapat

menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi Susunan Parasimpatis (SP),

karena melepaskan neurohormon asetilkolin (ACh) diujung-ujung neuronnya.

Tugas utama SP adalah mengumpulkan energi dari makanan dan menghambat

penggunaannya, singkatnya berfungsi asimilasi. Bila neuron SP dirangsang,

timbullah sejumlah efek yang menyerupai keadaan istirahat dan tidur. Efek

kolinergis faal yang terpenting seperti: stimulasi pencernaan dengan jalan

memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar ludah dan getah lambung (HCl), juga

sekresi air mata, memperkuat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan

jantung, vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah, memperlambat pernafasan,

antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan sekresi dahak diperbesar,

kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya

tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata, kontraksi kantung

kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin, dilatasi pembuluh

dan kotraksi otot kerangka, menekan SSP setelah pada permulaan

menstimulasinya, dan lain-lain.

Antikolinergik adalah ester dari asam aromatik dikombinasikan dengan

basa organik. Ikatan ester adalah esensial dalam ikatan yang efektif antara

antikolinergik dengan reseptor asetilkolin. Obat ini berikatan secara blokade

kompetitif dengan asetilkolin dan mencegah aktivasi reseptor. Efek selular dari

asetilkolin yang diperantarai melalui second messenger seperti cyclic guanosine

monophosphate (cGMP) dicegah. Reseptor jaringan bervariasi sensitivitasnya

terhadap blokade. Faktanya : reseptor muskarinik tidak homogen dan subgrup

reseptor telah dapat diidentifikasikan : reseptor neuronal (M1), cardiak (M2) dan

kelenjar (M3). Dalam dosis klinis, hanya reseptor muskarinik yang dihambat oleh

obat antikolinergik. Kelebihan efek antikolinergik tergantung dari derajat

dasar tonus vagal.

18

Page 22: Obat Saraf.docx

DAFTAR PUSTAKA

Deglin, Vallerand. 2005. Pedoman Obat Untuk Perawat. Jakarta: EGC.

FKUI, Bagian Farmakologi. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Gaya Baru:

Kee, Hayes. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EG

Townsend, Mary C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan

Psikiatri Ed.2. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. Buku saku Patofisiologi, Ed. 3, 2009, Jakarta : EGC.

19