NEW INNOVATION PROGRAM EMPOWERING WOMAN, …iic.petra.ac.id/karya/576373EMPOWERING WOMAN, DEVELOPING...
Transcript of NEW INNOVATION PROGRAM EMPOWERING WOMAN, …iic.petra.ac.id/karya/576373EMPOWERING WOMAN, DEVELOPING...
NEW INNOVATION PROGRAM
EMPOWERING WOMAN, DEVELOPING HUMAN,
AND SAVING THE ENVIRONMENT
DISUSUN OLEH:
Citradewi Utami 6103813
Dwiyanti 6103814
Evita Tania 6103885
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Surabaya
2012
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 1
Abstract
Corporate Social Responsibility (CSR) has been highlighted in recent years, including the cosmetics
industry. Martha Tilaar Group is one the pioneer in implementing CSR in cosmetics industry. This
paper focused on the CSR activities of Martha Tilaar Group and the CSR innovative ideas we give to
implement in the future. The existing CSR activities have been developed to realize an eco-beauty
concept. Other partnership has a role in developing Indonesian education. Analyzing the recent
condition in Indonesia, writers have found out that community need sustain favor in expanding their
capability and independence. The ideas are to empower prostitutes and ex-prisoners. Martha Tilaar
Group as one of the leading cosmetics industry in Indonesia can contribute by giving proper periodical
workshops in certain times and to conduct an exhibition or show related to cosmetics product the
workshop participants make as the real results of this program. Therefore, Martha Tilaar Group will be
helping community, either prostitutes or ex-prisoners, and to provide various products for any group of
consumers.
Keywords: corporate social responsibility, cosmetics industry, Martha Tilaar
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 2
BAB I
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan utama perusahaan, terutama untuk perusahaan yang berorientasi
terhadap bisnis, adalah untuk mengoptimalkan nilai-nilai yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut, baik nilai tangible maupun nilai-nilai yang intangible. Dilihat
dari sudut pandang ekonomi, perusahaan yang memiliki nilai saham yang tinggi
dianggap sebagai perusahaan yang berhasil tumbuh dan berkembang di kancah
persaingan global. Ketika nilai dari perusahaan meningkat maka akan meningkat pula
nilai jual kepada investor-investor baru. Oleh karena itulah pihak menajerial berusaha
keras untuk mengoptimasi fungsi dari seluruh lini perusahaan untuk memberikan nilai
tambah terhadap produk yang dihasilkan.
Dalam menjalankan kepentingan bisnisnya, suatu perusahaan seringkali
terkendala dengan permasalahan umum, salah satunya mengenai perbedaan persepsi
diantara pihak manajerial dan juga para stakeholder suatu perusahaan tersebut.
Masyarakat, sebagai salah satu outside stakeholder dari suatu perusahaan
menyayangkan sikap perusahaan yang mengabaikan aspek-aspek etika bisnis.
Perusahaan mengeruk keuntungan dari sumber daya yang tersedia dan tidak
memberikan timbal balik yang setimbang bagi masyarakat memicu timbulnya
perselisihan. Tak jarang aksi demo yang berujung pada anarkisme ditujukan kepada
perusahaan dengan perusakan asset-asset perusahaan. Demi mengurangi tindakan
merugikan ini, perusahaan memilih jalan untuk mengembangkan suatu program
bertajuk sosial sebagai wujud kepedulian serta tanggung jawab sosial mereka.
Corporate Social Responsibilities (selanjutnya akan disebut CSR), dianggap
sebagai salah satu cara untuk memberikan timbal balik kepada masyarakat sebagai
salah satu stakeholder perusahaan. Melalui program-program yang digagas oleh
perusahaan yang dikemas secara menarik ternyata mampu merubah sedikit demi
sedikit paradigma masyarakat terhadap perusahaan. Saat ini di Indonesia telah ada
Undang-Undang yang mengatur mengenai CSR yang wajib dijalankan oleh suatu
perusahaan, sehingga CSR tidak hanya diperuntukkan bagi perusahaan yang
mengexploitasi sumber daya alam saja, tapi bagi seluruh perusahaan manufaktur yang
bersinggungan dengan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. UU
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 3
PT NO 40 Tahun 2007 Pasal 74 Ayat 1 menyebutkan bahwa “Perusahaan yang menjalankan
usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumberdaya alam wajib menjalankan tanggung
jawab sosial dan lingkungan. PT yang tidak melakukan CSR dikenakan sanksi sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan.” Peraturan lain yang menyentuh CSR adalah UU No.25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyatakan bahwa ”Setiap penanam
modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.” Dengan adanya
Undang-Undang ini, semakin jelaslah kedudukan CSR di dalam program-program yang harus
dibentuk oleh suatu perusahaan.
Bagi masyarakat CSR memberikan angin segar bagi mereka, program ini
dianggap sebagai ganti rugi atas pengexploitasian sumberdaya yang mereka miliki.
Namun, bagi perusahaan CSR yang mereka jalankan menegaskan brand differentiation
perusahaan, CSR juga berfungsi sebagai sarana untuk memperoleh license to operate, baik
dari pemerintah maupun masyarakat. CSR juga bisa berfungsi sebagai strategi risk
management perusahaan (Suharto, 2008). Sehingga adanya kecenderungan pemikiran bahwa
CSR tidak lebih hanya sekedar cara untuk membangun image (building image) di
masyarakat dan menumbuhkan rasa loyalitas masyarakat terhadap perusahaan.
Idealnya CSR bukanlah program memamerkan hasil karya sosial dari perusahaan
namun merupakan sebuah kegiatan kemitraan yang berbasiskan aspek sosial, walau
tidak lepas dari aspek bisnis yang menjadi tujuan utama dari keberadaan suatu
perusahaan (Sribugo Suratmo, 2008). Sehingga perlunya pengkajian ilmiah mengenai
suatu program kemitraan dimana terjadi hubungan timbal balik yang menguntungkan
untuk kedua belah pihak. Dimana perusahaan tidak lagi memandang program CSR
sebagai pencitraan, tetapi sebagai program yang memberikan keuntungan berupa nilai-
nilai yang tangible dan intangible.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilaksanakan untuk memberikan
terobosan baru kepada perusahaan manufaktur mengenai program Corporate Sosial
Responsibilities yang dapat dilakukan dimana kegiatan ini tidak hanya memberikan
nilai lebih kepada perusahaan berupa intangible asset namun juga secara tangible. Dari
penelitian ini juga diharapkan program kemitraan ini mampu meningkatkan taraf
hidup masyarakat dan memberikan bekal untuk kemandirian mereka. Penelitian ini
dilakukan secara literatur dan empiris dengan mengambil contoh sampel perusahaan
manufaktur di Indonesia, khususnya yang bergerak di bidang kosmetik yaitu PT.
Martina Berto Tbk. (Martha Tilaar Group)
Pemilihan PT Martina Berto Tbk sebagai sampel penelitian dikarenakan peneliti
mengindikasi kurangnya keberagaman serta ketepatan sasaran dari program CSR
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 4
perusahaan ini. CSR yang dijalankan PT Martina Berto hanya untuk jangka pendek
saja, bukan investasi ntuk jangka panjgan. Peneliti juga ingin mengoptimalkan
potensi-potensi perusahaan sehingga mampu memberikan program kemitraan bagi
masyarakat sekitar yang semakin beragam dan tepat sasaran. Selain itu peneliti juga
akan memperlebar jangkauan sasaran dari program CSR ini, karena banyak sekali
masyarakat yang bersinggungan dengan proses produksi dari perusahaan yang
notabene tidak semuanya berjenis kelamin wanita. Peneliti juga akan memaparkan
sejumlah manfaat yang akan diterima kedua belah pihak, baik perusahaan maupun
masyarakat (target sasaran).
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep program CSR yang tepat bagi PT. Martina Berto Tbk. (Martha
Tilaar Group)?
2. Bagaimana implementasi serta penerapan ide CSR yang ditawarkan kepada PT.
Martina Berto Tbk. (Martha Tilaar Group)?
3. Apakah dampak positif yang didapatkan oleh sasaran/target program CSR ini?
4. Apakah dampak positif yang didapatkan oleh perusahaan?
I.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan malasah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menjabarkan konsep CSR yang tepat bagi PT. Martina Berto Tbk. (Martha Tilaar
Group)
2. Menjabarkan implementasi serta penerapan ide CSR yang ditawarkan kepada PT.
Martina Berto Tbk. (Martha Tilaar Group)
3. Menganalisis dampak positif yang didapatkan oleh sasaran/target program CSR
ini.
4. Menganalisis dampak positif yang didapatkan oleh perusahaan.
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 5
I.4 Batasan Masalah
Agar penguraian permasalahan tidak semakin melebar, maka pembahasan penelitian
ini hanya akan meliputi:
1. Area pembahasan hanya mengenai PT. Martina Berto Tbk. (Martha Tilaar Group)
2. Target/sasaran dari program ini akan ditentukan oleh peneliti., yaitu wanita tunasusila dan
mantan narapidana.
3. Kawasan sasaran hanya melingkupi daerah prostitusi di kawasan Dolly, Surabaya, Jawa
Timur dan narapidana di kawasan Jawa Barat.
Dengan batasan diatas kami mengasumsikan bahwa kondisi-kondisi lain yang tidak
sesuai dengan batasan permasalahan peneliti tidak terrmasuk dalam jangkauan penelitian dan
pengembangan model yang peneliti ajukkan. Dalam artian luas peneliti mengesampingkan
kondisi lainnya untuk menciptakan kondisi yang ideal sesuai dengan konsep yang
dikembangkan sehingga mampu menghasilkan model CSR yang sesuai dengan yang
diinginkan.
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 6
BAB II
Dasar Teori
"A good company delivers excellent products and services, and a great company does all that and
strives to make the world a better place." William Ford Jr., Chairman, Ford Motor Co.
“Sebuah perusahaan yang baik menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas, sebuah perusahaan
yang hebat melakukan semuanya dan mengusahakan untuk membuat bumi ini tempat yang lebih
baik.” William Ford Jr., Chairman Ford Motor Co.
II.1 Landasan Teori CSR
Corporate Social Responsibility (CSR) telah banyak berkembang selama 50 tahun
terakhir. Lewat bahasan ini, akan dijelaskan perkembangan CSR, definisi CSR, dan
juga sedikit mengenai peran CSR di industri kosmetik.
II.1.1 Definisi CSR
Konsep CSR telah mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Konsep
terdahulu telah dijabarkan, didefinisikan ulang, dan juga dikembangluaskan.
Konsep CSR modern telah ada dari tahun 1950-an dan tidak dapat ditemui
sebuah pemahaman yang spesifik mengenai CSR. Banyak referensi berbeda
yang menjelaskan CSR dengan sudut pandang masing-masing. Para ahli
ekonomi, peneliti, pemerintah, instansi, lembaga masyarakat memandang CSR
dari kacamata yang berlainan.
Karya tulis ini mengambil sebuah pemahaman CSR yang bersumber dari
European Commission yang mendefinisikan CSR sebagai konsep sosial
integrasi perusahaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar dalam
operasional bisnis dan interaksi dengan para stakeholders (COM, 2006).
II.1.2 Perkembangan Konsep CSR
CSR mengalami banyak perkembangan selama 50 tahun terakhir, sejak
1950-an terutama. Banyak pula studi literatur yang menjelaskan tentang CSR
dan menambahkan ide dan tema terkait konsep masing-masing.
Pada tahun 1953, Howard R. Bowen menuliskan sebuah literatur mengenai
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 7
CSR yang terkenal. Dia mendefinisikan CSR sebagai kewajiban pelaku bisnis
untuk megikuti kebijakan yang ada, untuk membuat keputusan, atau untuk
menjalani serangkaian aktivitas yang dikehendaki dan bernilai guna bagi
masyarakat sekitar (Carroll, 1999). Archie B. Carroll berpendapat bahwa
definisi ini menandai permulaan periode modern literatur CSR. Bowen juga
dianggapnya sebagai Bapak CSR.
Selanjutnya, tahun 1960-an, CSR dikembangkan menjadi lebih formal dan
tepat sesuai dengan maksudnya (Carroll, 1999). Keith Davis mendefinisikan
CSR sebagai keputusan dan tindakan untuk tujuan-tujuan yang lebih tinggi
daripada tujuan perusahaan ekonomis dan kepentingan teknisnya sendiri. Davis
juga menilai bahwa CSR dan kekuatan perusahaan memiliki hubungan yang
signifikan terhadap masyarakat.
Pada tahun 1970-an, dinyatakan lebih jelas lagi peran perusahaan dalam
tanggung jawab sosialnya. Contohnya adalah adanya antisipasi perubahan yang
dikehendaki dalam hubungan sosial-bisnis yang kemudian dikenal dengan
kepekaan sosial (Meehan et al., 2006). Definisi lain memformulasikan model
peroforma CSR yang dibedakan berdasatkan perilaku perusahaan (Sethi, 1975).
Terdapat 3 pendekatan perilaku yang menunjukkan perbedaan sikap terhadap
aktivitas CSR, yaitu kewajiban sosial, tanggung jawab sosial, dan kepekaan
sosial.
Menurut Carroll, tahun 1980 hingga 1990-an merupakan era di mana
definisi CSR telah lebih mapan. CSR dikembangkan lewat penelitian dan
alternatif yang implementatif, salah satunya oleh R. Edward Freeman.
Tahun 2000-an akan lebih banyak pengembangan CSR dalam penelitian-
penelitian terkait. Riset empiris akan berfokus untuk menerapkan CSR secara
efektif dan efisien bagi perusahaan maupun lingkungan sosial (Carroll, 1999;
Meehan et al., 2006).
II.1.3 Implementasi CSR
Menurut model yang dirumuskan oleh Keith Davis tahun 2008, terdapat 5
hal yang dapat menjelaskan mengapa dan bagaimana implementasi CSR agar
perusahaan dapat melindungi dan meningkatkan kesejahteraan sosial dan bisnis
perusahaan secara beriringan.
i. Tanggung jawab sosial timbul dari kekuatan sosial
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 8
Perusahaan memiliki kekuatan dan pengaruh terhadap lingkungan
sosial karena kemampuannya untuk mengambil keputusan yang
berdampak pada lingkungan, ketenagakerjaan, dan pembangunan lokal.
Tanggung jawab keberlanjutan dan peningkatan tingkat sosial masyarakat
sekitar dipegang oleh perusahaan-perusahaan local setempat.
ii. Bisnis harus beroperasi 2 arah dengan adanya keterbukaan input dari
lingkungan dan transparansi operasional kepada publik
Untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, Davis menyatakan bahwa
diperlukan komunikasi yang terbuka antara perusahaan dan masyarakat.
Hal ini berarti perusahaan perlu mendengarkan apa yang harus dilakukan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan sosial.
Sebaliknya pun, masyarakat juga perlu mengetahui kinerja perusahaan
terkait tanggung jawab sosial.
iii. Biaya dan manfaat sosial dari aktivitas, produk maupun jasa, akan
dikalkulasikan dan dipertimbangkan untuk mengambil keputusan
Kemampuan teknis dan keuntungan ekonomis jangka pendek maupun
jangka panjang dari setiap aktivitas bisnis yang berkaitan dengan
kebutuhan sosial harus dipertimbangkan sebelum pengambilan keputusan
dilakukan.
iv. Biaya terkait aktivitas, produk maupun jasa harus disampaikan kepada
konsumen
Kegiatan keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dapat
memberikan laba bagi perusahaan. Karenanya, terkadang perusahaan perlu
mengalokasikan biaya tambahan untuk aktivitas CSR. Hal ini dapat
berdampak pada tingkat harga yang lebih tinggi yang dikenakan pada
masyarakat untuk produk maupun jasa yang lebih bertanggung jawab.
v. Instansi bisnis maupun masyarakat sama-sama harus terlibat dalam
permasalahan sosial yang berada di luar area operasional perusahaan
Perusahaan memiliki para tenaga ahli dan memahami bagaimana
menangani atau mencegah permasalahan sosial. Meskipun perusahaan
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 9
tidak terlibat langsung dengan masalah sosial tersebut, pada akhirnya
perusahaan dan masyarakat sekitar sama-sama akan mendapat manfaat
dari lingkungan sosial yang semakin baik.
Menurut Lynes dan Andrachuk (2008), motivasi yang mungkin
mendorong sebuah perusahaan melakukan CSR, antara lain: strategi keuangan
jangka panjang, efisiensi ekonomis, keunggulan kompetitif, good corporate
citizenship, pembangunan reputasi, tekanan stakeholder, dan keinginan untuk
menghindari atau menunda tindakan regulasional dari pemerintah.
II.1.4 Model 3C-SR
Meehan dan Richard merumuskan dampak CSR terhadap perilaku
konsumen dan keuntungan bagi stakeholder ke dalam model 3C-SR. Tiga
komponen utama adalah komitmen sosial dan etis, koneksi atau hubungan
dengan stakeholder dalam jaringan organisasi perusahaan, dan konsistensi
perilaku dari waktu ke waktu untuk membangun reputasi perusahaan.
Ketiganya harus ada untuk dapat menjadi “good corporate citizen”.
Gambar 2.1 Model 3C-SR Meehan dan Richard
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 10
II.2 Aktivitas CSR
Menyadari pentingnya CSR dalam kelangsungan perusahaan, maka diperlkan
perencanaan yang matang akan wujud nyata pelaksanaan CSR melalui aktivitas CSR
yang terkait. Aktivitas CSR dibagi menjadi 2 lingkup, internal dan eksternal.
II.2.1 Aktivitas Internal
Sookram menjelaskan aktivitas CSR internal sebagai hal-hal yang
diterapkan di dalam perusahaan, seperti program pembangunan tenaga kerja,
kebijakan keamanan dan keselamatan kerja, pembangunan lingkungan kerja
produktif, dan pengurangan dampak lingkungan dari aktivitas produksi dan
operasional perusahaan (Guardian, 2009).
Aktivitas CSR internal berperan penting untuk meningkatkan kualitas
pekerja dan mempertahankan kualitas jangka panjang perusahaan (Matthews,
2008). Ditambah lagi, semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan
permasalahan ekologis, keberlangsungan sumber daya, dan lingkungan.
Dengan adanya aktivitas CSR internal, perusahaan dapat menunjukkan
kepedulian mereka terhadap lingkngan dan adanya perilaku bisnis yang
bertanggung jawab, sekaligus menjadi landasan yang penting bagi kesuksesan
aktivitas eksternal perusahaan.
II.2.2 Aktivitas Eksternal
Di samping pembangunan dari dalam perusahaan, segala aktivitas CSR
yang dipraktikkan di luar perusahaan merupakan bentuk aktivitas CSR
eksternal. Dengan melakukan berbagai kegiatan di luar perusahaan, maka
dapat dilakukan oembentukkan image perusahaan yang kuat, pengenalan dan
sosialisasi langsung ke masyarakat, serta membangun lingkungan lokal yang
secara tidak langsung akan berdampak positif bagi perusahaan.
Bagi banyak pihak, bentuk aktivitas CSR ini dianggap bersifat sukarela
dan kedermawanan yang dilakukan oleh pelaku bisnis dengan tujuan
mengurangi permasalahan sosial atau memberikan manfaat bagi masyarakat
sekitar dan lingkungan (Meehan et al. 2006). Sebaliknya, pemahaman modern
memandang CSR sebagai strategi kompetitif yang diterapkan untuk menjawab
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 11
kesadaran konsumen akan isu lingkungan. Tujuan besar akhir dari aktivitas
CSR sendiri adalah untuk mendongkrak keuntungan perusahaan.
II.2.3 Inovasi Berbasis CSR
Ada 4 macam inovasi berbasis CSR yang dapat diterapkan oleh perusahan,
antara lain:
Corporate Social Innovation (CSI), yaitu inovasi yang memanfaatkan isu sosial
untuk belajar dan membangun bisnis dengan banyak kegiatan Research and
Development. Inovasi akan datang dari pengetahuan sosial dan perusahaan
berpotensi menghasilkan produk baru, solusi baru, dan peluang pasar baru
untuk menjawab kebutuhan sosial.
The Bottom of the Pyramid (BOP), yaitu inovasi yang menargetkan kelompok
konsumen terlemah (Prahalad, 1994). Perusahaan memiliki kesempatan untuk
meningkatkan tingkat pemenuhan kebutuhan sosial mereka dan membangun
hubungan jangka panjang dengan masyarakat lokal, salah satunya dalam hal
ketenagakerjaan.
Inovasi ekologis yang berfokus pada isu lingkungan (Hockerts, 1999).
Perusahaan dapat memperoleh laba dari inovasi ekologis dengan mengikuti
permintaan konsumen sekaligus mengantisipasi perkembangan lingkungan saat
ini dan di masa depan.
Social entrepreneurship (kewirausahaan sosial) menganalisa kesempatan untuk
memenuhi kebutuhan umum sosial. Kegiatan ini biasanya bersifat sukarela dan
tidak menguntungkan (Hockerts, 1999). Kewirausahaan sosial dapat dilakukan
dengan membekali kemampuan kewirausahaan masyarakat sekitar, terutama
untuk menghasilkan produk yang dapat dinikmati konsumen umum.
II.3 Industri Kosmetik
Industri kosmetik merupakan sektor industri dengan tingkat kompetisi yang cukup
tinggi. Inovasi merupakan bagian yang signifikan untuk menumbuhkan daya saing,
meningkatkan performa produk, dan untuk meningkatkan isu keamanan produk,
beserta mengurangi dampak lingkungan (OECD, 2007).
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 12
II.3.1 CSR Industri Kosmetik
Sebagai individu pengguna kosmetik, konsumen akan menantikan
informasi seputar aktivitas CSR perusahaan kosmetik terkait. Kegiatan-
kegiatan ini akan menciptakan persepsi di benak konsumen, apakah merk
kosmetik tersebut terpercaya, jujur, dan berkualitas. Bahkan, industri kosmetik
juga dikenal sebagai pelopor dalam implementasi aktivitas dan kebijakan-
kebijakan CSR. Industri kosmetik secara umum memiliki tujuan untuk
mengubah perilaku pembelian konsumen. Mereka ingin memperoleh
kepercayaan konsumen dan pasar agar dapat bersaing dengan industri sejenis
yang lebih besar.
Industri kecil dan menengah sekarang bahkan telah menetapkan standar
CSR dan perusahaan kosmetik multinasional juga tidak ketinggalan (OECD
2007).
CSR di industri kosmetik berfokus pada beberapa hal, antara lain:
Perlindungan lingkungan, yaitu dengan mengendalikan dampak lingkungan
dan menggunakan produk yang ramah lingkungan
Permasalahan ekologis, yaitu dengan menjaga keseimbangan dan
keberlangsungan ekosistem. Hal ini penting bagi industri kosmetik yang
membutuhkan bahan baku utama dari berbagai macam tanaman.
Standar sosial, yaitu dengan memberdayakan tenaga kerja lokal dan memenuhi
tingkat kebutuhan setiap tenaga kerja tanpa adanya diskriminasi.
Mayoritas dari pembahasan CSR di industri kosmetik adalah terkait bahan
baku yang digunakan untuk membuat produk kosmetik. Konsumen sangat
mempedulikan tingkat aman dan sehatnya produk kosmetik yang akan
digunakan. Lebih dari itu, konsumen juga ingin mengetahui asal muasal produk
yang digunakan dan peran kepedulian perusahaan terhadap lingkungan.
Dengan berfokus pada kepada permintaan dan peningkatan kesadaran akan
pentingnya CSR, perusahaan akan mampu meningkatkan kesetiaan konsumen
dan brand image, serta memberikan keuntungan kompetitif (OECD, 2007).
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 13
II.3.2 Perlunya CSR Industri Kosmetik
Konsumen saat ini telah sadar akan pentingnya green products. Konsumen
akan menilai amannya suatu produk, baik dari bahan-bahannya, kemasannya,
maupun promosi yang digunakan (Organic Monitor, 2010).
International Institute for Sustainable Development menyebutkan minimal
ada 6 hal yang mendasari perlunya penerapan CSR oleh perusahaan, antara
lain:
Minimnya peran pemerintah
Tuntutan keterbukaan operasional perusahaan
Peningkatan minat konsumen
Semakin besarnya tuntutan investor
Pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif
Hubungan dengan pemasok
(BSDglobal, 2010)
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 14
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Gambaran Umum Perusahaan
PT Martina Berto Jakarta merupakan perseroan hasil realisasi dari Dr. Martha
Tilaar. Ibu Martha Tilaar memiliki keinginan untuk menghasilkan suatu penemuan
inovatif yang disebut “Total Beauty Concept”. Pada 1981, Ibu Martha Tilaar
bekerjasama dengan Theresia Harsini Setiady, pemilik Kalbe Group. Mereka
bekerjasama untuk membuat perusahaan kosmetik dan jamu, yaitu PT Martina Berto.
PT ini memiliki satu unit pabrik dengan luasan 4200 m2. Pada 1986, PT Martina Berto
Jakarta mendirikan pabrik kedua seluas 4600 m2
tetap di kawasan industri Pulogadung
yang berdekatan dengan pabrik pertama.
Pada1987, PT ini mendapat penghargaan “Asia” dan “Gold Star” Awards untuk
kategori kualitas produk. Pendapatan tahunan saat itu mencapai 600 miliar rupiah (US
$ 75 juta) dan sudah mengekspor keseluruh dunia. Pada 1988 PT Martina Berto
mengakuisisi beberapa perusahaan lainnya agar wilayah pasarnya semakin besar. Pada
tahun 1996 menerima ISO (International Standards Operation) 9001 dan akhirnya,
pada tahun 1999 berkat sukses yang telah diraih PT Martina Berto, Dr. Martha Tilaar
beserta keluarga berhasil membeli semua saham Kalbe Group di PT Martina Berto.
Maka sejak saat itu, PT Martina Berto sepenuhnya milik Martha Tilaar dan keluarga.
PT Martina Berto menjunjung tinggi pemeliharaan dan peningkatan kecantikan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Untuk mewujudkan hal itu mereka
mulai merancang dan menciptakan kosmetik dari bahan alam yang diproses dengan
teknologi modern (Nature Techno Beauty).
Visi PT Martina Berto adalah menjadi perusahaan kosmetik tradisional yang
terbaik di dunia yang bernuansa ketimuran melalui pemanfaatan teknologi modern dan
menempatkan penelitian dan pengembangan sebagai sarana nilai tambah bagi
pelanggan.
Misi PT Martina Berto mengoperasikan perusahan berkelas dunia dalam bidang
kosmetik dan penunjangnya berlandaskan pada inovasi yang menjadi arena penciptaan
lapangan pekerjaan serta pemberdayaan sumber daya manusia dengan memanfaatkan
konsep bisnis dan manajemen mutakhir yang sesuai dengan kondisi Asia.
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 15
Sekarang, Martha Tilaar Group sudah menjadi salah satu pemasok kosmetik
terkemuka di Indonesia. Martha Tilaar sudah terkenal dengan ide-idenya yang inovatif
dan berkualitas tinggi dalam produk kecantikan dan juga jasa. Perseroan ini membagi
segmentation dan targeting-nya untuk perempuan dari segala usia dan pendapatan.
Bahan-bahan yang dipakai juga berasal dari bahan tradisional (jamu) dan ekstrak
tumbuhan alami. Meskipun Martha Tilaar sudah berdiri sejak lama dan bahan yang
digunakan merupakan bahan tradisional, mereka tetap memproduksi berbagai warna
kosmetik, perawatan kulit, perawatan tubuh, dan perawatan rambut untuk wanita
modern. Fokus Martha Tilaar ada pada produk kecantikan yang khusus dirancang
untuk wanita Timur. Perusahaan ini memimpin pasar domestik dengan pangsa pasar
sekitar 10%-18% dan memegang sekitar 11% pasar untuk perawatan kulit.
Sampai saat ini, produk-produk Martha Tilaar terdiri dari kosmetik dan perawatan
kecantikan, jamu, dan produk-produk untuk spa. Perawatan kecantikan meliputi make-
up dasar, perawatan kulit, perawatan tubuh, dan perawatan rambut. Merek utama dan
merupakan merek tertua di Indonesia adalah Sariayu yang sudah memegang berbagai
pangsa pasar, Biokos sebagai produk perawatan anti penuaan kulit, Caring Colours
sebagai produk make-up, Belia yang merupakan cologne untuk remaja, Berto Tea,
Dewi Sri Spa, Kosmetika Artist Profesional, Jamu Garden, Mirabella, dan Rudy
Hadisuwarno Cosmetics di bawah lisensi Rudy Hadisuwarno Organization.
III.2 Evaluasi Program CSR
Perseroan terbatas Martha Tilaar mendirikan Martha Tilaar Group dan Martha
Tilaar Foundation. Keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu memperkuat
positioning Martha Tilaar sebagai ikon kecantikan dengan tetap memasukkan
tanggung jawab sosial yang direalisasikan melalui aktivitas-aktivitas CSR (Corporate
Social Responsibility). Martha Tilaar memegang konsep eco-beauty, kepedulian pada
lingkungan, kepedulian pada kesejahteraan, dan pemberdayaan lingkungan. Untuk
mendukung konsep ini, mereka membangung Kampoeng Djamoe Organik I (KADO
I) di Ciputat dan KADO II di Bekasi yang menanam berbagai jenis tumbuhan yang
akan bermanfaat sebagai obat dan perawatan kecantikan.
Banyak sekali kegiatan Martha Tilaar yang masuk dalam golongan kegiatan CSR.
Salah satunya mengadakan gerakan “Tanam, Tebar dan Pelihara Pohon” yang
dilangsungkan pada 1 Desember 2008 yang sebetulnya diprakarsai oleh Ibu Ani pada
tahun 2007. Gerakan ini bertujuan mengajak masyarakat untuk rajin dan giat dalam
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 16
mempertahankan lingkungan dengan cara menanam, memelihara pohon, dan menebar
benih ikan. Program ini dilanjutkan oleh 7 organisasi wanita tahun 2008, salah satunya
Martha Tilaar Group yang menggunakan KADO sebagai sarana. KADO
diikutsertakan karena KADO pernah berperan dalam acara penanaman pohon bersama
ibu-ibu PEMDA Bekasi pada tahun 2007. Dari survey yang telah mereka lakukan,
masyarakat mempunyai kemauan untuk menanam pohon, namun tidak memiliki
lahan. Oleh karena itu Martha Tilaar menyumbangkan lokasi untuk penanaman. Pada
saat itu telah di tanam sebanyak 500 pohon sukun (pohon yang telah di canangkan
oleh pemerintah sebagai pohon pangan dan produktif) dan di KADO juga telah di
tebar 500 ekor ikan.
Martha Tilaar juga mengadakan kegiatan lansia. Pada kegiatan ini, ibu Martha
Tilaar mengundang 3 kelompiok lansia yaitu dari gereja katholik Asisi Tebet,
kelompok lansia DEPSOS dan Bintaro, yang kegiatannya tetap berada di KADO. Di
sana mereka diajak untuk mengamati tanaman obat keluarga dan proses pengeringan
untuk di jadikan salah satu bahan jamu. Selain itu, mereka juga mendengar sharing
dari seorang ibu yang umurnya sudah lanjut tetapi masih dapat melakukan banyak
aktivitas dan tetap bugar. Tujuan kegiatan ini adalah supaya lansia tetap dapat
memanfaatkan dan menggunkan usia mereka yang sudah lanjut untuk tetap melakukan
hal-hal dan berbagai kegiatan positif yang pasti akan berguna bagi kehidupan mereka.
Selain itu, Martha Tilaar juga memberikan sumbangan buku untuk program
Indonesia pintar. Perseroan besar ini menyumbangkan 27 box yang berisi total 4321
buku. Terdiri dari buku-buku pelajaran sekolah, buku-buku umum, buku anak-anak
dan majalah serta menyerahkan 240 buku tulis. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
memajukan masyarakat Indonesia dari usia yang cukup bisa dibilang dini.
Kegiatan yang baru-baru ini dilakukan oleh PT Martha Tilaar adalah
penandatanganan MOU (Memorandum of Understanding) antara Martha Tilaar Group
dan Kick Andy Foundation untuk gerakan 40.000 buku yang mendasari program 40
tahun Martha Tilaar Group Beautifying Indonesia. Mereka mengajak Kick Andy
Foundation sebagai partner untuk menyalurkan buku-buku tersebut ke taman baca,
sekolah, dan perpustakaan serta lapas yang membutuhkan. Kegiatan ini bertujuan
untuk memberikan wacana yang bermanfaat bagi masyarakat, seiring dengan
berkembangnya teknologi informasi dan internet.
Dari ulasan diatas peneliti menarik beberapa kesimpulan mengenai program-
program yang telah dilaksanakan oleh PT Martina Berto, kegiatan yang dilakukan oleh
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 17
PT Martha Tilaar memang memberikan sumbangsih peralatan serta bantuan-bantuan
kepada pihak yang kurang mampu serta berkontribusi terhada lingkungan. Namun
sebagian besar kegiatan tidak jangka panjang, hanya jangka pendek, perusahaan hanya
memberikan bantuan dan tidak mengajarkan mereka untuk berusaha dengan tangan
mereka sendiri. Sedangkan Indonesia membutuhkan bimbingan dan bantuan dari
perusahaan-perusahaan yang sukses yang dapat membantu membangun Indonesia
lebih lanjut serta menciptakan generasi yang mampu mandiri demi masa depannya.
Seharusnya, CSR sebagai tanggung jawab perusahaan untuk tetap memperhatikan
lingkungan dan Negara, diharapkan mampu mengatasi masalah negara yang cukup
banyak, seperti pengangguran dan kemiskinan. Namun bukan berarti hanya dengan
memberikan bantuan material masyarakat yang menjadi sasaran seketika mampu
berkembang. Masyarakat lebih membutuhkan bantuan yang berkelanjutan dan mampu
mereka kembangkan sendiri, perlu pihak-pihak yang mampu memberikan sarana
pendampingan, disinilah peneliti merasa bahwa PT Martina Berto Tbk. belum
menjalankannya.
Keseluruhan kegiatan CSR Martha Tilaar baik dan lebih mengarah kepada kaum
usia lanjut dan wanita, yang mungkin dipelopori oleh Ibu Martha. Namun jangan lupa,
masih ada kaum-kaum lain yang melanjutkan kelangsungan hidup negara ini, yaitu
kaum muda-mudi, lelaki, keluarga, dan bahkan masyarakat terbuang yang sangat perlu
bimbingan, arahan, dan bantuan.
CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan tanggung jawab yang berat
untuk perusahaan. Tetapi tentu saja ada timbal balik antara perusahaan dengan
lingkungan setempat. Sebagian besar kegiatan CSR yang dilakukan oleh Martha Tilaar
memberikan timbal balik berupa image yang baik untuk perusahaan dan sertifikat
yang menaikkan nama baik dari perusahaan itu sendiri. Akan susah mendapat
keuntungan berupa biaya karena kegiatan yang diadakan bersifat membantu tanpa
pamrih. Tetapi tentu saja lingkungan dan masyarakat yang menikmati kegiatan
tersebut mendapat pengetahuan, ilmu, pendidikan moral yang sangat berguna bagi
kehidupan mereka.
Perlu pengembangan dan bahkan new innovation dari kegiatan CSR yang
dilakukan Martha Tilaar agar kedua pihak, yaitu perusahaan dan lingkungan, sama-
sama mendapatkan keuntungan yang memuaskan dari sisi masing-masing. CSR
identik dengan lingkungan, tetapi bagaimana memanipulasi suatu kegiatan yang
sangat bermanfaat bagi lingkungan dan tetap memberikan keuntungan pada
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 18
perusahaan lebih dari image dan jangka panjang. Sehingga kegiatan yang dilakukan
dapat mendukung konsep eco-beauty dari Martha Tilaar sebagai salah satu produk
ramah lingkungan.
III.3 Konsep Ide
Indonesia memiliki dua masalah terbesar, yaitu pengangguran yang berdampak
pada kemiskinan. Seiring berjalannya waktu, angka kemiskinan dan pengangguran
semakin tinggi. Sebetulnya apakah yang mengakibatkan masalah di atas? Masyarakat
semakin banyak yang tidak memiliki ilmu ataupun keahlian khusus, sehingga tidak
bisa mendapatkan pekerjaan. Semakin lama menganggur, tidak ada pendapatan, dan
terjadilah kemiskinan. Kemiskinan melanda tidak pandang bulu, pada wanita, laki-
laki, dan keluarga. Bila tidak ada kepedulian dari pihak-pihak yang sadar, maka
lingkaran setan ini akan terus berputar dan tidak pernah ada ujungnya. Oleh kerena itu
peneliti mengembangkan suatu konsep CSR yang tidak hanya bermanfaat untuk
jangka pendek namun juga mampu menjadi bekal untuk jangka kedepannya bagi
masyarakat. Peneliti akan mengusulkan suatu ide CSR berlandaskan perusahaan
kosmetik Martha Tilaar sebagai acuan, dikarenakan perusahaan ini cukup besar dan
sudah berdiri cukup lama sebagai perusahaan lokal.
Dalam penelitian ini, peneliti memiliki dua target besar yang akan dijadikan
sebgai saran dari program kemitraan ini. Yang pertama adalah wanita tunasusila
(PSK) dan mantan narapidana (wanita) atau yang masih berstatus narapidana, lalu
yang kedua para mantan narapidana (lelaki). Alasan peneliti memilih narapidana
sebagai target program adalah alasan klasik sebenarnya, yakni jumlah narapidana yang
semakin meningkat. Berdasarkan data yang dihimpun, jumlah narapidana pada tahun
2011 di Indonesia mencapai 141.689 orang terdiri dari 89.524 narapidana dan 52.165
tahanan. Peneliti dalam penagamatan ini mengkhususkan kawasan Jawa Barat sebagai
taerget sasaran. Karena Jawa Barat memiliki jumlah narapidana terbesar yakni 17.453
narapidana di tahun 2011.
Alasan lain yang mendukung pemilihan mantan narapidana sebagai target sasaran
adalah kurangnya tempat untuk berkembang di masyarakat setelah mereka keluar dari
lembaga permasyarakatan, sehingga mereka kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan
untuk menyambung hidupnya. Mereka juga umumnya tidak memiliki kemampuan
khusus untuk dapat bertahan hidup. Berdasar alasan itulah, peneliti memberikan
terobosan baru berupa pelatihan kepada mantan narapidana untuk mengembangkan
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 19
usaha budidaya terumbu karang dimana terumbu karang ini merupakan bahan baku
dari sejumlah kosmetik yang beredar di pasaran.
Target lainnya adalah wanita tunasusila, saat ini semakin banyaknya wanita-
wanita muda yang memenuhi tempat prostitusi. Peneliti menyadari bahwa kebanyakan
dari mereka menjadi pekerja seks komersial (PSK) dikarenakan tidak memiliki
kemampuan dan membutuhkan uang untuk kelangsungan hidup mereka. Maka dari itu
mereka memilih short cut dengan menjadi PSK. Dari data yang kami dapatkan Pusat
prostitusi terbesar di Asia Tenggara ada di Dolly dan meningkat tiap tahunnya.
Diharapkan dengan konsep CSR ini, wanita tunasusila ini mampu kembali
menemukan jalan untuk hidup yang lebih baik.
Konsep CSR yang ditawarkan kepada wanita tunasusila ini adalah pelatihan
kepribadian dan moril. Serta pemberian pelatihan untuk make-up serta workshop
berkala mengenai desain alat-alat kecantikan dan women needs, seperti tas, baju
sepatu, aksesoris, dan lain-lain. Pelatihan-pelatihan serta workshop ini akan dilakukan
secara berkala dalam kurun waktu tertentu, setelah itu mereka akan disaring. Target
yang memiliki kemampuan yang mumpuni akan dipercaya untuk membiat karya dan
dipamerkan dalam sebuah perhelatan, dapat berupa pameran ataupun show. Setelah
itu, perusahaan akan mengakomodasi pembuatan brand untuk barang-barang yang
siap dipasarkan. PT Martina Berto akan memegan license dari brand tersebut dan akan
dikembangkan menjadi salah satu anak perusahaan dari Martha Tilaar Group.
III.4 Metode Implementasi CSR
Secara umum kegiatan inovasi CSR yang peneliti ajukan ada 2 program besar
dengan 2 sasaran yang berbeda, 2 program ini dapat dijalankan secra bersamaan dan
tidak berpengaruh terhadap program yang lain. Berikut pemaparannya:
a. Empowering Woman
Di program ini, sasaran dari program ini adalah wanita-wanita tunasusila di kawasan
Dolly Surabaya. Program akan dilakukan berkala dengan jumlah yang akan disasar setiap
kali program adalah 50 wanita. Mereka lalu akan diberikan sejumlah seminar serta
pelatihan kepribadian dan ketrampilan selama 6 bulan. Saat pelatihan mereka akan
diberikan bekal-bekal ilmu seperti (1) Cara make-up yang benar; (2) Pelatihan untuk
membuat aksesoris(kalung, gelang, anting) khas Indonesia; (3) Pelatihan pembuatan
peralatan make-up; (4) Pelatihan pembuatan tas serta sepatu; (5) Pendesiainan baju. Tidak
hanya berupa ilmu manufakturnya saja namun mereka juga diajarkan bagaimana
mengelola keuangan serta manajerialnya.
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 20
Setelah dilakukan pelatihan secara simultan, bulan ke-7 akan diadakan pemeran
untuk semua hasil pelatihan dari peserta pelatihan. Akan diadakan acara seperti Beauty
fest dengan sekala dan lingkup yang kecil terlebih dahulu. Dalam acara itu juga dapat
diundang desainer atau perancang serta make-up artist kenamaan untuk menambah nilai
jual. Setelah itu akan dilakukan pengembangan hasil produk mereka selama kurang lebih
6 bulan ke depan. Setelah mereka dirasa cukup mumpuni, peserta akan dibantu dalam
pembentukan brand mereka sendiri. Nantinya pemegang brand ini adalah PT Martina
Berto Tbk dan juga para peserta sendiri.
b. Developing Human and Saving Environment
Program kedua akan menyasar pada para mantan narapidana khususnya di kawasan
Jawa Barat. Sebanyak 50 orang mantan narapidana setiap tahunnya akan diberikan
pelatihan mengenai cara pembudidayaan terumbu karang dan rumput laut. Akan
disebarkan bibit terumbu karang dan rumput laut. Setelah mereka mampu mandiri,
mereka akan diberikan modal usaha untuk membudidayakan terumbu karang serta
rumput laut ini. Pada masa awal, sekitar 4 bulan, hasil terumbu karang serta rumput laut
ini kan dibeli oleh perusahaan yang nantinya akan dibuat sebagai bahan baku produk
kecantikan yang bersifat alamiah. Setelah itu mereka dapat menjualnya untuk pihak luar
maupun ekspor.
Selain untuk komoditi, mereka merupakan kepanjangan tangan perusahaan untuk
bersama-sama membangun kehidupan bawah laut dengan membangun ekosistem
terumbu karang baru di lokasi-lokasi tertentu dimana ekosistemnya telah rusak. Sehingga
terumbu karang ini tidak hanya untuk di eksplorasi tapi juga dipelihara eksistensinya
untuk keseimbangan ekosistem.
III.5 Dampak Positif Bagi Masyarakat Sekitar
Banyak dampak yang bisa didapatkan dari program ini, peneliti akan memparakan
dibawah ini:
- Mengurangi tingkat pengangguran dan angka kriminalitas (karena memberdayakan
mantan narapidana)
- Membantu memberikan pelatihan dalam upaya pengentasan wanita-wanita tunasusila
serta memberikan nilai daya tambah dengan pelatihan-pelatihan ketrampilan yang
berkesinambungan.
- Membantu merehabilitasi kehidupan bawah laut yang telah lama rusak.
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 21
III.6 Dampak Positif Bagi Perusahaan
Selain dampak positif bagi masyarakat banyak juga beberapa keuntungan yang
mampu diperoleh oleh perusahan dalam hal ini PT. Martina Berto Tbk.. berikut kami
paparkan:
- Image perusahaan serta loyalitas dari konsumen serta pegawai yang meningkat.
- Mampu menjalankan backward integration dengan mendapatkan supplier untuk
bahan baku kosmetik seperti terumbu karang dan rumput laut.
- Memperluas jangkauan orgnisasai perusahaan dengan menambah brand perusahaan
dan mendapat keuntungan dari brand tersebut berupa royalti.
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 22
BAB IV
KESIMPULAN
Martha Tilaar, anak dari perseroan terbatas Martina Berto, merupakan perusahaan besar
yang sudah berdiri sejak tahun 1970an. Perusahaan ini memilik suatu tujuan yang
mengoptimalkan nilai-nilai, baik tangible dan intangible. Dalam suatu perusahaan terdapat
bagian penting yang disebut stakeholders. Stakeholders merupakan semua bagian yang
mendapat keuntungan dari suatu perusahaan, dalam hal ini PT Martha Tilaar. Sering kali
terjadi perbedaan persepsi antara pihak manajerial dan stakeholders. Masyarakat, sebagai
salah satu outside stakeholder dari suatu perusahaan menyayangkan sikap perusahaan yang
mengabaikan asperk-aspek etika bisnis.
UU PT NO 40 Tahun 2007 Pasal 74 Ayat 1 menyebutkan bahwa “Perusahaan yang
menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumberdaya alam wajib
menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan. PT yang tidak melakukan CSR
dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.” Peraturan lain yang
menyentuh CSR adalah UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b)
menyatakan bahwa ”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan. Dengan adanya Undang-Undang ini, semakin jelaslah kedudukan CSR di
dalam program-program yang harus dibentuk oleh suatu perusahaan.
Penelitian ini ingin mendapatkan inovasi baru akan program CSR yangdapat dilakukan
oleh PT. Martina berto Tbk. Dari beberapa tujuan dari penelitian ini dapat disimpulkan
beberapa hal yakni:
1. Konsep program CSR yang dilakukan oleh PT.Martina berto Tbk. hingga saat
inimasih bersifat pemberian bantuan langsung tanpa adanya dasar keahlian yang
merupakan prinsip untuk pengembangan kemandirian yang berkelanjutan.
2. Inovasi baru yang dapat diberikan untuk program CSR PT Martina Berto Tbk. adalah
Empowering Woman serta Developing Human and Saving Environment.
3. Manfaat yang diterima oleh masyarakat bersifat reduktif terhadap angka kemiskinan
dan pengurangan tingkat kriminalitas dan jumlah wanita tunasusila.
4. Manfaat yang diterima oleh perusahaan berupa keuntungan yang bersifat tangible dan
intangible. Berupa penambahan image dan loyalitas, dan juga berupa tambahan profit
bagi perusahaan.
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 23
Daftar Pustaka
Articles
Carroll, A.B. (1999). Corporate Social Responsibility: Evolution of a Definitional Construct.
Business Society, vol. 38, no. 3, pp. 268-295.
Clarkson, M. (1995). A stakeholder framework for analyzing and evaluating corporate social
performance. The Academy of Management Review, vol. 20, no. 1/109, pp. 92-117.
Freeman, R.E. (1999). Divergent stakeholder theory. Academy of Management Review, vol. 24,
no. 2, pp. 233-236.
Hamel, G. & Prahalad, C.K. (1994). Competing for the future. Harvard Business Review, vol. 72,
no. 4, pp. 122-129.
Hockerts, K. (1999). The Sustainability Radar. Greener Management International, (25), 29-50.
Kanter, R. M. (1999). From spare change to real change: The social sector as beta site for
business innovation. Harvard Business Review, vol. 77, no. 3, pp. 122-132.
Karna, J., Hansen, E., Juslin, H. (2003). Social responsibility in environmental marketing
planning. European Journal of Marketing, vol. 37, no. 5/6, pp. 848-871.
Lynes, J. K., Andrachuk, M. (2008). Motivations for corporate social and environmental
responsibility: A case study of Scandinavian Airlines. Journal of International Management, vol.
14, no. 4, pp. 377-391.
McWilliams, A., Siegel, D. (2001). Corporate Social Responsibility: A Theory of the Firm
Perspective. Academy of Management Review, vol. 26, no. 1, pp. 117-127.
Meehan, J., Meehan, K., Richards, A. (2006). Corporate social responsibility: the 3C-SR model.
International Journal of Social Economics, vol. 33, no. 5/6, pp. 386-398.
Nelson, P. (1970). Information and Consumer Behavior. The Journal of Political Economy,
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 24
vol.78, no. 2, pp. 311-329.
Porter, M. & Kramer, M. R. (2006). Strategy and Society: The Link Between Competitive
Advantage and Corporate Social Responsibility. Harvard Business Review, vol. 84, no. 12, pp.
78-92.
Sethi, S.P. (1975). Dimensions of Corporate Social Performance: An Analytical Framework.
California Management Review, vol. 17, no. 3, pp. 58-65.
Valor, C. (2008). Can Consumers Buy Responsibly? Analysis and Solutions for Market Failures.
Journal of consumer policy, 31 (3), 315-326.
Books
Bryman, Adam (2004). Social Research Methods. 2nd Edition, Oxford University Press.
Davies, M. Brett (2007). Doing a Successful Research Project. 4th Edition, Macmillan.
De Pelsmacker, P., Geuens, M., Van den Bergh, J. (2007). Marketing Communications A
European Perspective. 3th Edition, Prentice Hall.
Gubrium, J. F., Holstein, J. A. (2001). Handbook of Interview Research: Context and Method.
Sage Publications.
Johnson, G. and Scholes, K. (1999). Exploring Corporate Strategy. 5th Edition, Harlow: Prentice
Hall.
Petty, R. E., Cacioppo, J. T. (1986). Advances in Experimental Social Psychology. Volume 19,
Academic Press.
Tellis, Gerard J. (2004). Effective Advertising Understanding When, How, and Why Advertising
Works. Sage Publications.
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 25
Internet Sources
BSDglobal 2010, Corporate social responsibility (CSR), BSDglobal. (n.d.). Business IISD.
Retrieved June 8, 2010, from <http://www.bsdglobal.com/issues/sr.asp>.
Goodwin, D. C. (2007, December 4), Making the Case for Corporate Social Responsibility,
Cultural Shifts. Retrieved June 8, 2010, from <http://culturalshifts.com/archives/181>.
Kataoka, M. (n.d.). Chapter 8. NIKKEI GSR Project Report 2009. Retrieved June 5, 2010, from
<www.nikkei.co.jp/gsr/global/whitepaper/pdf/part2_chapter8.pdf>.
Management Innovations 2008, Keith Davis Model of Corporate Social Responsibility, viewed 20
May 2010, <http://managementinnovations.wordpress.com/2008/12/06/keith-davis-model-of-
corporate-social-responsibility/>
Matthews, I. (2008, December 10), What Do Ethical and Sustainable Mean to Today's Beauty
Consumer?, GCI Magazine, 1, 44-46. Retrieved May 25, 2010, from
<http://www.gcimagazine.com/business/management/sustainability/35878629.html>.
MBDC, Cradle to Cradle, viewed 20 July 2010, < http://www.mbdc.com/>.
Neptune, P. D., 2009, „Business ignoring internal CSR‟, Guardian, 10 December, p. 1, viewed 15
May 2010,
<http://guardian.co.tt/business/business/2009/12/10/business-ignoring-internal-csr>.
Nichol, K. (2010, April, 14), Consumer demand and diversity drives cosmetics innovation, viewed
6 June 2010,
http://www.cosmeticsdesign-europe.com/Products-Markets/Consumer-demand-and-diversity-
drives-cosmetics-innovation.
Organic Monitor (2010, May, 18), CSR & Sustainability: How the Beauty Industry is Cleaning
up, Organic Monitor, viewed 6 June 2010,
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 26
http://www.organicmonitor.com/r1805.htm
http://www.aveda.com/
http://www.aveeno.com/
http://www.clinique.be/?q=fr
http://www.elcompanies.com/
http://www.lancome.co.uk/_en/_gb/
http://www.loreal-paris.nl/_nl/_nl/home/index.aspx
http://www.maccosmetics.com/
http://www.shiseido-europe.com/mm/mm/
http://www.thebodyshop.com./_en/_ww/index.aspx
http://www.marthatilaargroup.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Martha_Tilaar
http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-00851-MN-Bab%203.pdf
Personal Interview
Interview with Isabel Martin, Estee Lauder Companies, Woluwe Office Garden Woluwedal 26
box 8 B. -1932 Sint-Stewens-Woluwe, Monday, 5 July, 2010.
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Universitas Surabaya 2012 Page 27
Reports
Commission of the European Communities (COM) (2006). Implementing The Partnership For
Growth And Jobs: Making Europe A Pole Of Excellence On Corporate Social Responsibility.
COM 2006, Brussels.
CSR Europe (2000). The First Ever European Survey of Consumers‟ attitudes towards Corporate
Social Responsibility. MORI 2000.
Estee Lauder Companies (2009). The Estee Lauder Companies Inc 2009 Annual Report.
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) (2007). CSR and Trade:
Informing Consumers About Social And Environmental Conditions Of Globalised Production.
OECD Trade Policy. Working Paper, vol. 47. pp. 1-51.\