Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana ...
Transcript of Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana ...
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
i
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karuniaNya, Dinas Perindustrian Provinsi Nusa Tenggara Barat telah dapat
menyelesaikan penyusunan Naskah Akademik sebagai kewajiban dalam penyusunan
Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Industri Provinsi (RPIP)
Nusa Tenggara Barat.
Naskah Akademik ini disusun sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dimana sistematikanya
mengacu kepada Lampiran I Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012, teknik Penyusunan
Naskah Akademik Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
dan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Selanjutnya sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2014 tentang Perindustrian khususnya pada Pasal 10 dan Pasal 11 setiap Gubernur dan
Bupati/Walikota menyusun Rencana Pembangunan Industri Provinsi dan Rencana
Pembangunan Industri Kabupaten/Kota, dimana peran pemerintah dalam mendorong
kemajuan sektor industri di masa mendatang dilakukan secara terencana serta disusun
secara sistematis dalam suatu dokumen perencanaan. Untuk selanjutnya dapat
diteruskan sebagai bahan penyusunan peraturan daerah tentang Rencana Pembangunan
Industri Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
Akhir kata kami sampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada semua
pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penyelesaian Naskah Akademik
ini.
Mataram, Juni 2021
KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
NURYANTI, SE, ME
Pembina Tk. I (IV/b) NIP. 19760104 199902 2 002
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ I
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... V
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................ 1
B. IDENTIFIKASI MASALAH.............................................................................. 2
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN KEGIATAN PENYUSUNAN NASKAH
AKADEMIK....................................................................................................... 4
D. METODE ............................................................................................................ 4
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS ............................................... 6
A. KAJIAN TEORITIS ........................................................................................... 6
1. Pengertian Industri ...................................................................................... 6
2. Tujuan Pembangunan Industri .................................................................... 7
3. Pengelompokan Jenis Industri..................................................................... 8
4. Klaster Industri .......................................................................................... 10
B. ASAS/PRINSIP YANG TERKAIT DENGAN PENYUSUNAN RAPERDA
RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI PROPINSI NTB ...................... 12
C. PRAKTIK PENYELENGGARAAN, KONDISI YANG ADA, SERTA
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI MASYARAKAT ............................ 15
1. KONDISI YANG ADA ............................................................................... 15
2. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI ...................................................... 16
D. IMPLIKASI PENERAPAN SISTEM BARU YANG AKAN DIATUR
DALAM PERDA RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI PROVINSI
NUSA TENGGARA BARAT TERHADAP ASPEK KEHIDUPAN
MASYARAKAT DAN DAMPAKNYA TERHADAP ASPEK BEBAN
KEUANGAN NEGARA. ................................................................................. 17
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT ............................................................................................................... 19
A. DUKUNGAN UNDANG-UNDANG ................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
B. DUKUNGAN DALAM BENTUK KEPUTUSAN/PERATURAN .......ERROR! BOOKMARK
NOT DEFINED.
C. RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL ......ERROR! BOOKMARK
NOT DEFINED.
D. KEBIJAKAN DAERAH ......................................................................................... 23
E. KEBIJAKAN KABUPATEN ............................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS,DAN YURIDIS .......................... 27
A. LANDASAN FILOSOFIS ................................................................................ 27
B. LANDASAN SOSIOLOGIS ............................................................................ 29
C. LANDASAN YURIDIS. .................................................................................. 30
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
iv
BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN PERATURAN DAERAH ................................................................... 31
BAB VI PENUTUP ........................................................................................................... 35
A. SIMPULAN ...................................................................................................... 35
B. SARAN ............................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 35
LAMPIRAN ....................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
v
DAFTAR TABEL
Tabel 5. 1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan Pembangunan Industri
Provinsi Nusa Tenggara Barat .......................... Error! Bookmark not defined.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 1 - 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian,
semakin memperkuat peran industri dalam perekonomian Nasional. Berdasarkan
ketentuan Pasal 10 dan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian, setiap gubernur dan bupati/walikota menyusun Rencana Pembangunan
Industri Provinsi dan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota. Peran
pemerintah dalam mendorong kemajuan sektor industri ke depan dilakukan secara
terencana serta disusun secara sistematis dalam suatu dokumen perencanaan. Dokumen
perencanaan tersebut harus menjadi pedoman dalam menentukan arah kebijakan
industry dan pengembangan wilayah.
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat mengamanatkan
bahwa arahan pengembangan industri di Nusa Tenggara Barat adalah di bentuknya
kawasan agroindustri dan pengembangan industri kecil dan menengah di kawasan yang
cukup tersebar di seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Serta Provinsi Nusa
Tenggara Barat telah memiliki Peta Panduan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi
yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor
100/M-IND/PER/8/2010 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri
Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat, sehingga Peta Panduan Pengembangan
Industri Unggulan Provinsi tersebut diintegrasikan ke dalam Rencana Pembangunan
Industri Provinsi.
Provinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang
cukup potensial dalam pengembangan industri karena memiliki sumber daya alam
seperti hasil laut, peternakan dan pertambangan yang sangat melimpah serta lahan untuk
pengembangan industri yang cukup tersedia untuk pembangunan kawasan industri dan
sentra IKM. Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki potensi industri yang
cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan kegiatan industri dan perdagangan
dari tahun ke tahun yang semakin meningkat dan minat investor yang tinggi.
Memperhatikan pentingnya adanya perencanaan pembangunan industri di
Provinsi Nusa Tenggara Barat, maka dilakukan penyusunan Rencana Pembangunan
Industri Provinsi Nusa Tenggara Barat ini. Di samping secara fakta diperlukan adanya
perencanaan pembangunan industri yang komprehensif dan fokus, penyusunan
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 1 - 2
perencanaan pembangunan industri ini juga merupakan amanat Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014, tujuan
pembangunan industri secara nasional yaitu dalam rangka mewujudkan industri yang
mandiri, berdaya saing dan maju untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Perwujudannya dilakukan melalui pembangunan sumberdaya industri, pembangunan
sarana dan prasarana industri, pemberdayaan industri, dan tindakan pengamanan dan
penyelamatan industri.
Rencana Pembangunan lndustri Provinsi disusun paling sedikit dengan
memperhatikan :
1. Visi dan Misi
2. Potensi sumber daya industri daerah
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota, dan Kawasan Strategis Provinsi
4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten/Kota
6. Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan sosial ekonomi serta daya dukung
lingkungan.
Rencana Pembangunan Industri Provinsi merupakan prioritas dari kepala daerah
di bidang pembangunan industri yang akan dilaksanakan oleh Satuan Kerja Pemerintah
Daerah (SKPD) terkait, melalui program dan kegiatan yang dituangkan dalam Rencana
Strategis SKPD.
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan pengembangan industri baik secara nasional yang merupakan
permasalahan umum maupun permasalahan yag bersifat khusus yaitu yang dihadapi oleh
Propinsi NTB pada saat ini. Menurut Kementerian Perindustrian, secara umum terdapat
permasalahan yang menghambat pembangunan industri di Indonesia. :
1. Industri nasional selama ini lebih menekankan pada industri berskala luas dan
industri teknologi tinggi. Adanya strategi ini mengakibatkan berkembangnya
industri yang berbasis impor. Industri-industri tersebut sering terpukul oleh
depresiasi mata uang rupiah yang tajam,
2. Penyebaran industri belum merata karena masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Industri yang hanya terkonsentrasi pada satu kawasan ini tentulah tidak sejalan
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 1 - 3
dengan kondisi geografis Indonesia yang menyebut dirinya sebagai negara
kepulauan.
3. Lemahnya kegiatan ekspor Indonesia yang tergantung pada kandungan impor
bahan baku yang tinggi, juga masih tingginya tingkat suku bunga pinjaman bank di
Indonesia, apalgi belum sepenuhnya Indonesia diterima di pasar internasional
4. Komposisi komoditi ekspor Indonesia pada umumnya bukan merupakan komoditi
yang berdaya saing, melainkan karena berkaitan dengan tersedianya sumber daya
alam seperti hasil perikanan, kopi, karet, dan kayu. tersedianya tenaga kerja yang
murah – seperti pada industri tekstil, alas kaki, dan barang elektronik
5. Komoditi primer yang merupakan andalan ekspor Indonesia pada umumnya dalam
bentuk bahan mentah sehingga nilai tambah yang diperoleh sangat kecil. Misalnya
Indonesia mengekspor kayu dalam bentuk gelondongan, yang kemudian diimpor
lagi dalam bentuk mebel karena terbatasnya penguasaan desain dan teknologi.
6. Masih relatif rendahnya kualitas sumber daya manusia. Hal ini sangat dipengaruhi
oleh sistem pendidikan formal dan pola pelaksanaan pelatihan yang cebderung
masih bersifat umum dan kurang berorientasi pada perkembangan kebutuhan dunia
usaha. Selain itu, rendahnya kualitas sumber daya manusia akibat dari pola
penyerapan tenaga kerja di masa lalu yang masih mementingkan pada jumlah
tenaga manusia yang terserap. ketimbang kualitas tenaga manusianya.
Dalam konteks daerah, diketahui bahwa Secara keseluruhan, laju pertumbuhan
industri pengolahan tahun 2016 adalah sebesar 5,32 persen, sedangkan lapangan usaha
yang mencatatkan laju pertumbuhan terbesar adalah industri makanan dan minuman
yaitu sebesar 9,98 persen, kemudian diikuti oleh industri kayu, barang dari kayu dan
gabus dan barang anyaman dari bambu, rotan, dan sejenisnya, dan industri furnitur yaitu
sebesar 6,90 persen dan 6,15 persen. Peningkatan laju pertumbuhan kategori industri
pengolahan tahun 2012-2016 mengalami fluktuasi di mana pada tahun 2014 sampai
2015 berada di atas pertumbuhan ekonomi sedangkan pada tahun 2016 ada di bawah
pertumbuhan ekonomi. Tingginya peran lapangan usaha pertanian dikaitkan dengan
lapangan usaha industri, mengindikasikan bahwa aktivitas industri khususnya yang
mengolah hasil-hasil pertanian kurang optimal. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
peranan lapangan usaha industri dapat dilakukan dengan mengoptimalkan aktivitas
pengolahan hasil-hasil pertanian.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 1 - 4
C. Tujuan Dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik
Penyusunan Naskah Akademik ini bertujuan:
1. Untuk dijadikan acuan dan pedoman untuk merumuskan pokok-pokok pikiran yang
ideal menjadi bahan dan dasar bagi penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
tentang Rencana Pengembangan Industri di NTB.
2. Untuk menyamakan persepsi antara Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dalam pembangunan industri di Nusa Tenggara Barat dengan
menetapkan Rencana Induk Pembangunan Industri yang dapat dijadikan pedoman
dalam pembangunan industry di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
D. Metode Penyusunan Naskah Akademik.
Untuk menyusun Raperda tentang Rencana Pengembangan Industri di NTB
dengan metode yuridis empiris yaitu yang diawali dengan melakukan kajian dan
penelitian peraturan perundang-undangan baik secara hirarkhi maupun pararel.
Kemudian melakukan observasi ke lapangan dengan menggali informasi dari nara
sumber melalui diskusi terarah, wawancara ke institusi yang terkait, pengambilanan
data-data lapangan dan bahan hukum yang terkini, juga menemui nara sumber yang
kompeten di bidangnya untuk dimintai informasinya berkaitan dengan tugas dan
kewajibannya dalam institusi untuk dicocokkan dengan peraturan perundang-undangan
yang sedang berlaku. Adapun rincian kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah (terutama)
data sekunder, baik yang berupa perundang-undangan maupun hasil-hasil penelitian,
hasil pengkajian dan referensi lainnya.
Pendekatan yuridis normatif digunakan untuk mengetahui landasan atau dasar hukum
pengembangan industri sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan praktek
pelaksanaannya yang dilihat dari peraturan kebijakan, keputusan dan tindakan pejabat
atau organ pemerintah maupun pemerintah daerah lainnya yang terkait dengan
masalah penelitian. Pendekatan teoritis dilakukan untuk mengetahui: konsep ilmiah,
landasan filosofis dan landasan politis pengembangn industri.
Pembahasan dalam penelitian yuridis normatif dilakukan secara deskriptif analitis.
Data penelitian didapatkan dari dokumen-dokumen sehingga juga merupakan
penelitian dokumen. Dokumen yang dipilih adalah dokumen-dokumen yang terkait
dan dapat menjawab permasalahan penelitian. Dokumen-dokumen tersebut meliputi
dokumen-dokumen hukum dan literatur terkait, media massa dan lain-lain.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 1 - 5
Fokus penelitian yuridis normatif ini adalah:
a. Mengkaji landasan atau dasar hukum pengembangn industri sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku dan praktek pelaksanaannya yang dilihat dari
peraturan kebijakan, keputusan dan tindakan pejabat atau organ pemerintah
maupun pemerintah daerah.
b. Mengkaji konsep ilmiah pengembangn industri
c. Mengkaji landasan filosofis pengembangn industri.
d. Mengkaji landasan politis pengembangan industri.
Dokumen yang akan diteliti sebagai sumber data dalam penelitian hukum disebut
dengan bahan-bahan hukum. Bahan-bahan hukum dalam penelitian ini meliputi :
a. Bahan Hukum Primer yang berupa peraturan perundang-undangan.
b. Bahan Hukum Sekunder yang berupa pendapat ahli, literatur, hasil penelitian
terdahulu, dan lain-lain.
c. Bahan Hukum Tertier yang berupa kamus dan ensiklopedi.
Proses analisis dilakukan dengan pengelompokan data yang terkumpul dan
mempelajarinya untuk menemukan prinsip-prinsip yang akan menjadi pedoman
pembahasan. Prinsip-prinsip tersebut diperoleh dengan penafsiran terhadap bahan-
bahan hukum serta konteks ruang dan waktu dokumen tersebut dibuat.
Data-data dikumpulkan berdasarkan permasalahan tinjauan yuridis yaitu dasar
pengaturan suatu masalah yang diatur. Selanjutnya dilakukan analisis yang
menghubungkan antara tinjauan yuridis dengan tinjauan teoritis. Dengan demikian
akan menghasilkan gambaran atas suatu masalah yang diatur.
2. Sedangkan pendekatan Yuridis Empiris dapat dilakukan dengan menelaah data primer
yang diperoleh/dikumpulkan langsung dari masyarakat. Penelitian empiris dilakukan
untuk menganalisis pengalaman empirik dari para stakeholders yang terkait dengan
suatu masalah yang diatur. Data empiris yang digunakan dalam penulisan Naskah
Akademik ini adalah :
a. Kebutuhan hukum masyarakat dalam pengaturanpengembangn industri.
b. Kondisi sosial masyarakat.
c. Nilai-nilai yang berkembang dimasyarakat
Umumnya metode penelitian pada Naskah Akademik menggunakan pendekatan
yuridis normatif yang utamanya menggunakan data sekunder, yang dianalisis secara
kualitatif. Namun demikian, data primer juga sangat diperlukan sebagai penunjang dan
untuk mengkonfirmasi data sekunder.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 2 - 6
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Industri
Industri merupakan sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan
produktif yang mengolah barang jadi atau barang setengah jadi (Dumairy, 1996).
Menurut Kartasapoetra (2000), pengertian industri adalah kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi
barang dengan nilai yang lebih tinggi lagi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun industri dan perekayasaan industri. Secara global, peran sektor industri dalam
mendorong kebangkitan ekonomi masyarakat cukup kuat. Hal ini disebabkan karena
keterkaitan sekotr industri terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya.
Usaha industri atau perusahaan merupakan suatu kesatuan unit yang melakukan
kegiatan ekonomi bertujuan menghasilkan barang dan jasa, terletak pada suatu bangunan
atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan produksi dan struktur biaya serta ada
seorang atau lebih yang bertanggung jawab atau usaha tersebut. Industri merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Dari sudut pandang
geografi, industri sebagai suatu sistem yang terdiri dari perpaduan sub sistem fisis dan
sub sistem manusia (Sumaatmaja, 1981).
Menurut Partadirja (1985), dalam mendukung suatu indsutri dipengaruhi oleh
faktor-faktor produksi antara lain:
a. Faktor produksi modal.
Faktor produksi modal terdiri dari modal buatan manusia dan lahan. Modal buatan
manusia termasuk diantaranya adalah bangunan-bangunan, mesin-mesin, jalan
raya, kereta api, bahan mentah, persediaan barang jadi dan setengah jadi. Modal
lahan terdiri dari tanah, air, udara, serta mineral di dalamnya.
b. Faktor produksi tenaga kerja.
Faktor produksi tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja atau buruh dan
kewirausahaan. Faktor tenaga kerja berupa jumlah pekerja termasuk tingkat
pendidikan dan tingkat keahliannya. Kewirausahaan sebagai kecakapan seseorang
untuk mengatur faktor-faktor produksi lain beserta resiko yang dipikulnya berupa
keuntungan dan kerugian.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 2 - 7
2. Tujuan Pembangunan Industri
Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian disebutkan
bahwa pembangunan industri berlandaskan demokrasi ekonomi, kepercayaan pada
kemampuan dan kekuatan diri sendiri, manfaat, dan kelestarian lingkungan hidup.
Dalam pandangan umum, bahwa pembangunan industri di Indonesia bertujuan
untuk :
a. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata
dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan/atau hasil budidaya serta
dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.
b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur
perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang sebagai
upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi pertumbuhan
ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan
industri pada khususnya.
c. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya
teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap
kemampuan dunia usaha nasional.
d. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan kemampuan golongan ekonomi
lemah, termasuk pengrajin agar berperan secara aktif dalam pembangunan
industri.
e. Memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha,
serta meningkatkan peranan koperasi industri.
f. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil produksi
nasional yang bermutu, disamping penghematan devisa melalui pengutamaan
pemakaian hasil produksi dalam negeri, guna mengurangi ketergantungan
kepada luar negeri.
g. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang menunjang
pembangunan daerah dalam rangka pewujudan Wawasan Nusantara.
h. Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dalam rangka
memperkokoh ketahanan nasional.
Sementara tujuan pembangunan kawasan industri secara tegas dapat di simak di
dalam Kepres No. 41 Tahun 1996 Tentang Kawasan Industri, pada pasal 2 yang
menyatakan bahwa “pembangunan kawasan industri bertujuan untuk” :
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 2 - 8
a. Mempercepat pertumbuhan industri di daerah;
b. Memberikan kemudahan bagi kegiatan industri;
c. Mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan industri; dan
d. Meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan.
Menurut Tim Koordinasi Kawasan Industri Kementerian Perindustrian RI,
tujuan utama pembangunan dan pengusahaan kawasan industri (industrial estate) adalah
untuk memberikan kemudahan bagi para investor sektor industri untuk memperoleh
lahan industri dalam melakukan pembangunan industri. Pembangunan kawasan industri
dimaksudkan sebagai sarana upaya pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang
lebih baik melalui penyediaan lokasi industri yang telah siap pakai yang didukung oleh
fasilitas dan prasarana yang lengkap dan berorientasi pada kemudahan untuk mengatasi
masalah pengelolaan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh limbah industri.
Menurut Sadono Sukirno Penciptaan kawasan perwilayahan industri ditujukan
untuk pembangunan industri di daerah guna mempertinggi daya tarik dari daerah
tersebut, dengan harapan akan di peroleh manfaat sebagai berikut : menghemat
pengeluaran pemerintah untuk menciptakan prasarana, untuk menciptakan efisiensi yang
lebih tinggi dalam kegiatan industri-industri, dan untuk menciptakan perkembangan
daerah yang lebih cepat dan memaksimumkan peranan pembangunan daerah dalam
keseluruhan pembangunan ekonomi. Lebih lanjut dikatakan bahwa faktor yang lebih
penting lagi yang mendorong usaha menciptakan kawasan perindustrian adalah besarnya
keuntungan potensial yang akan diperoleh berbagai industri apabila fasilitas yang
demikian disediakan kepada mereka. Oleh sebab itu pengembangan kawasan
perindustrian terutama dimaksudkan untuk memberikan lebih banyak perangsang
kepada para penanam modal. Langkah tersebut akan mengurangi masalah mereka untuk
menciptakan atau mendapatkan tempat bangunan, dan dapat mengurangi biaya yang
diperlukan utuk mendirikan industrinya karena bangunan perusahaan dapat disewa atau
di beli dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
Kawasan perindustrian dapat menimbulkan pula berbagai jenis external
aconomies kepada industri-industri tersebut. Dengan demikian adanya pertumbuhan
industri dalam kawasan industri dapat mempertinggi efisiensi kegiatan industri tersebut.
3. Pengelompokan Jenis Industri.
Departemen Perindustrian Indonesia mengelompokan industri nasional
Indonesia menjadi 3 kelompok besar yaitu :
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 2 - 9
a. Industri Dasar
Industri dasar merupakan industri yang bersifat padat modal dengan tekonologi yang
digunakan merupakan teknologi maju, teruji dan tidak padat karya namun
mendorong terciptanya lapangan kerja skala besar. Industri dasar meliputi kelompok
industri mesin dan logam dasar (IMLD) dan kelompok industri kimia dasar (IKD).
Industri mesin dan logam dasar terdiri dari industri yang menghasilkan kendaraan
bermotor, mesin dan bahan baku yang berbentuk logam dasar seperti, industri mesin
pertanian, elektronika, kereta api, kendaraan bermotor, besi, baja dan aluminium..
berbeda dengan industri kimia dasar, merupakan industri yang menggunakan bahan
baku kimia dalam proses produksinya seperti industri karet alam, industri pestisida,
industri pupuk dan industri silikat.
b. Aneka Industri
Aneka industri merupakan industri yang menggunakan teknologi menengah dan
teknologi maju, dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan atau
pemerataan, serta memperluas kesempatan kerja. Yang termasuk dalam industri ini
adalah industri yang mengolah sumber daya hutan, serta sumber daya pertanian
secara luas.
c. Industri Kecil
Industri kecil terdiri dari industri pangan (makanan, minuman dan tembakau),
industri sandang dan kulit, industrikimia dan bangunan, industri kerajinan umum dan
industri logam.
Kegiatan usaha industri menurut Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia, Nomor 64/M-IND/PER/7/2016, terdapat tiga jenis kegiatan usaha industri
yang ditetapkan berdasarkan jumlah Tenaga Kerja dan/atau Nilai Investasi, yaitu
a. Industri kecil merupakan industri yang mempekerjakan paling banyak 19 (sembilan
belas) orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi kurang dari
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
b. Industri menengah merupakan industri yang mempekerjakan paling banyak 19
(sembilan belas) orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) atau mempekerjakan paling sedikit 20
(dua puluh) orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi paling banyak
Rp.15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah).
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 2 - 10
c. Industri besar merupakan industri yang mempekerjakan paling sedikit 20 (dua
puluh) orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi lebih dari
Rp15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah).
Jenis industri dalam pembinaan Direktorat Jenderal dan Badan di Lingkungan
Kementerian Perindustrian berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia No 30/M-IND/PER/7/2017 meliputi:
a. Industri agro,
b. Industri kimia, tekstil dan aneka
c. Industri logam, mesin, alat transportasi dan elektronika
d. Industri kecil dan menengah
4. Klaster Industri.
Hubungan erat yang mengikat perusahaan-perusahaan dan industri tertentu
secara bersama dalam beragam aspek perilaku umum, seperti misalnya lokasi geografis,
sumber-sumber inovasi, pemasok dan faktor produksi bersama, dan lainnya membentuk
suatu klaster industri (Bergman & Feser, 1999). Sedangkan menurut Disperindang,
klaster industri merupakan kelompok industri dengan focal/core industry yang saling
berhubungan secara intensif dan membenntuk partnership baik dengan supporting
industry maupun related industry. Menurut Schmitz dan Nadvi (1999, dalam Hartanto,
2004), klaster industri merupakan pengelompokan di sebuah wilayah tertentu dari
berbagai perusahaan dalam sektor yang sama.
Terbentuknya suatu klaster industri tidak terlepas dari konsep teoritis utama yang
mendukungnya. Berdasarkan Bergman & Feser (1999) setidaknya terdapat lima konsep
teoritis utama mendukung klaster industri yaitu external economies, lingkungan inovasi,
cooperativ competition, interfirm rivalry dan path dependece.
a. External economies
Terdapat dua pendekatan konseptual yang untuk memahami manfaat
terkonsentrasinya industri dalam ruang geografis. Teori lokasi industri Weber yang
mengidentifikasi ekonomi aglomerasi, yaitu penghematan biaya yang didapat oleh
industri akibat dari meningkatnya konsentrasi secara spasial. Sementara itu pada
teori Marshall menyebutkan bahwa eksternalitas ekonomi sebagai penghematan
biaya bagi perusahaan karena ukuran atau pertumbuhan output secara umum.
b. Lingkungan Inovasi
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 2 - 11
Lingkungan merupakan tatanan yang mampu menjadi perantara untuk suatu proses
sinergis. Pendekatan inovasi lingkungan mengasumsikan suatu endowment
kelembagaan daerah yang baik. Karakteristik lingkungan akan mendukung terjadi
interaksi antar pihak untuk pertukaran pengetahuan dan informasi.
c. Cooperativ Competition
Industri yang bersaing satu dengan lainnya akan berusaha mencari cara untuk dapat
bekerjasama dalam pengembangan produk ataupun mencari perhatian pasar. Pola
kerjasama dapat didasarkan atas kepercayaan, ikatan keluarga, dan tradisi.
d. Interfirm Rivarly
Persaingan akan sangat mempengaruhi pembelajaran, inovasi, dan kewirausahaan
yang akan membentuk pola perkembangan ekonomi daerah.
e. Path Dependence
Path dependence mengacu pada keadaan umum dimana pilihan tekonologi,
walaupun nampaknya tidak efisien, inferior, ataupun yang suboptimal, akan
mendominasi alternatif/pilihan lainnya dan akan “memperkuat” terus, walaupun
bukan berarti dengan upaya intervensi yang cukup signifikan hal tersebut tidak dapat
diubah.
Menurut Tambunan (1999), terdapat beberapa karakteristik dari sentra industri
yaitu:
a. Sejumlah pengusaha pada skala yang sama yang pada umumnya membuat jenis-
jenis produk yang sama atau sejenis dan berlokasi saling berdekatan di suatu
wilayah. Terdapat fasilitas terutama dari pemerintah yang dapat digunakan bersama
oleh semua pengusaha di lokasi tersebut.
b. Sentra mencerminkan keahlian yang seragam dari penduduk di wilayah tersebut
yang sudah dimiliki sejak lama, turun temurun.
c. Adanya kerjasama antara sesama pengusaha, misalnya dalam pengadaan bahan
baku atau pemasaran.
d. Di dalam sentra terdapat pensuplai bahan baku, alat-alat produksi dan mesin, dan
komponen-komponen subkontraktor.
Kawasan industri di Indonesia pertama kali dikembangkan oleh pemerintah
melalui BUMN pada tahun 1970-an sebagai reaksi terhadap kebutuhan lahan industri.
Semakin meningkatnya arus investasi di Indonesia, baru tahun 1989 pihak swasta
diperbolehkan mengembangkan kawasan industri (Timocitin, 2000). Kawasan industri
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 2 - 12
merupakan suatu tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasaran
dan sarana yang disediakan dan dikelola oleh perusahaan kawsan industri (Christanto,
2011, hal. 10).
B. Kajian Praktik Empiris.
C. Asas/Prinsip Yang Terkait Dengan Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah.
Dalam rangka menyelenggarakan tugas-tugas umum pemerintahan dan
memperlancar pembangunan, diperlukan suatu kebijakan berupa ketentuan-ketentuan yang
harus dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha dan kegiatan aparatur
pemerintah, di samping melakukan koordinasi, dan integrasi, juga melakukan sinkronisasi.
Maksudnya supaya pelaksanaan tugas-tugas pemerintah dapat berjalan dengan lancar dan
berhasil dengan baik, adanya kesatuan tindakan dan tindakan itu harus serasi, seirama, dan
selaras antara satu dengan lainnya.
Lingkup kebijakan pemerintah dapat dibedakan menjadi kebijakan nasional dan
kebijakan daerah. Kebijakan nasional adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
pusat yang bersifat fundamental dan strategis dalam mencapai tujuan nasional. Kebijakan
daerah adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah sebagai pelaksanaan
otonomi daerah.
Ruang lingkup kebijakan pemerintah dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:
1. aspek substansi (sektor/bidang), yaitu: aspek sosial ekonomi, budaya, administrasi,
lingkungan hidup dan lain sebagainya;
2. aspek strata, yaitu: kebijakan strategis, kebijakan eksekutif/ manajerial, dan kebijakan
teknis operasional;
3. aspek status hukum, yaitu: Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden,
Instruksi Presiden, Keputusan Menteri dan lain sebagainya1.
Implementasi atau pelaksanaan kebijakan pemerintah bukanlah sekedar berkaitan
dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur
rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia juga menyangkut masalah
konflik, keputusan, dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan2. Oleh karena itu
1Soetaryono dalam Istislam, 2000, Kebijakan dan Hukum Lingkungan Sebagai
Instrumen Pembangunan Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan, Arena Hukum,
Nomor 10 Tahun Keempat, Maret 2000, Jakarta, hal. 75. 2M. Grindie dalam Wahab Solichin Abdul, 1991, Analisis Kebijakan, PT. Bumi
Aksara, Jakarta, hal. 57.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 2 - 13
tidaklah keliru apabila dikatakan bahwa pelaksanaan kebijakan merupakan aspek yang
penting dari keseluruhan proses kebijakan.
Pembentukan Raperda Rencana Pembangunan Industri Provinsi Nusa Tenggara
Barat yang baik harus berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang undangan
sesuai ketentuan Pasal 5 UU Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang–Undangan, yaitu sebagai berikut:
1. kejelasan tujuan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus
mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.
2. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat, yaitu setiap jenis peraturan
perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat pembentuk peraturan
perundang-undangan yang berwenang dan dapat dibatalkan atau batal demi hukum bila
dibuat oleh lembaga/pejabat yang tidak berwenang.
3. kesesuaian antara jenis, hierarki dan materi muatan, yaitu dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang
tepat dengan jenis peraturan perundang-undangan. Materi muatan Peraturan Daerah
Provinsi berisi materi muatan dalamrangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut
Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi.
4. dapat dilaksanakan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan
harus memperhatikan efektifitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam
masyarakat, baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis.
5. kedayagunaan dan kehasilgunaan, yaitu setiap peraturan perundang-undangan dibuat
karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan
bermasayarakat, berbangsa dan bernegara.
6. kejelasan rumusan, yaitu setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi
persyaratan teknis penyusunan, sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta
bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai
macam interpretasi dalam pelaksanaannya.
7. keterbukaan, yaitu dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan mulai
dari perencanaan, persiapan, penyusunan dan pembahasan bersifat transparan dan
terbuka. Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan seluas-
luasnya untuk memberikan masukan dalam proses pembuatan peraturan perundang-
undangan.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 2 - 14
Di samping itu materi muatan pada Rancangan Peraturan Daerah mencerminkan
asas-asas sebagai berikut:
1. asas pengayoman, bahwa setiap materi muatan Raperda harus berfungsi memberikan
perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman masyarakat.
2. asas kemanusiaan, bahwa setiap materi muatan Raperda harus mencerminkan
perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi
3. asas kebangsaan, bahwa setiap muatan Raperda harus mencerminkan sifat dan watak
bangsa Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan Republik
Indonesia.
4. asas kekeluargaan, bahwa setiap materi muatan Raperda harus mencerminkan
musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.
5. asas kenusantaraan, bahwa setiap materi muatan Raperda senantiasa memperhatikan
kepentingan seluruh wilayah Indonesiadan materi muatan Perda merupakan bagian dari
sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila.
6. asas bhinneka tunggal ika, bahwa setiap materi muatan Raperda harus memperhatikan
keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi daerah dan budaya khususnya
yang menyangkut masalah-masalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
7. asas keadilan, bahwa setiap materi muatan Raperda harus mencerminkan keadilan secara
proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.
8. asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, bahwa setiap materi
muatan Raperda tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar
belakang, antara lain agama, suku, ras, golongan, gender atau status sosial.
9. asas ketertiban dan kepastian hukum, bahwa setiap materi muatan Raperda harus
dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian
hukum.
10. asas keseimbangan, keserasian dan keselarasan, bahwa setiap materi muatan
Raperda harus mencerminkan keseimbangan, keserasian dan keselarasan antara
kepentingan individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.
Selain asas-asas tersebut di atas yang sesuai dengan Undang-undang Nomor 12
Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang–Undangan, maka yang sesuai
dengan substansi Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi
Nusa Tenggara Barat, yaitu:
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 2 - 15
1. "asas kemanfaatan" adalah pengelolaan, pemanfaatan, penanganan dan pengaturan
industri harus memberikan manfaat secara luas bagi kepentingan masyarakat, bangsa, dan
negara.
2. “asas keamanan dan keselamatan” adalah pemanfaatan dan/atau penggunaan industri
harus memberikan rasa aman dan selamat kepada pengguna kendaraan dan/atau pemakai
jalan.
3. “asas keserasian dan keseimbangan” adalah pemanfaatan industri harus memperhatikan
berbagai aspek seperti kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan serta
pelestarian ekosistem.
4. "asas keselarasan" adalah bahwa pemanfaatan dan/atau penggunaan industri harus
seimbang dan sejalan dengan kepentingan masyarakat dan negara.
5. "asas keberlanjutan" adalah kegiatan pembangunan dapat berlangsung secara terus-
menerus, berkesinambungan, untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
6. "asas keterbukaan" adalah bahwa pemanfaatan dan/atau penggunaan industri harus
dilaksanakan dengan memberikan akses kepada masyarakat untuk mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan Pengadaan Tanah.
7. "asas kesejahteraan" adalah pemanfaatan dan/atau penggunaan industri harus
memberikan nilai tambah bagi kelangsungan kehidupan Pihak yang Berhak dan
masyarakat secara luas.
8. “asas kemitraan” adalah berkenaan dengan penyelenggaraan dan/atau pemanfaatan
industri yang melibatkan peran serta pemangku kepentingan melalui suatu hubungan
kerja yang harmonis, setara, timbal balik dan sinergis.
D. Praktik Penyelenggaraan, Kondisi Yang Ada, Serta Permasalahan Yang Dihadapi
Masyarakat
1. Kondisi yang ada.
Tingkat kemiskinan di NTB masih berada di bawah rata-rata tingkat kemiskinan
nasional, akan tetapi tingkat kemiskinan di NTB cenderung tetap atau tidak
mengalami perubahan yang signifikan. Meskipun tingkat kemiskinan rendah tetapi
tren yang tidak mengalami perubahan dapat mengindikasikan meskipun tingkat
pertumbuhan ekonomi NTB bagus secara regional, ternyata tidak diikuti dengan
pengurangan angka kemiskinannya.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 2 - 16
2. Permasalahan Yang Dihadapi.
a. Permasalahan Secara Umum
Perekonomian NTB pada tahun 2016 mengalami perlambatan dibandung tahun
2015, di mana tahun 2015 NTB memiliki laju pertumbuhan tertinggi se-
Indonesia yaitu sebesar 21.77 persen. Laju pertumbuhan ekonomi Nusa
Tenggara Barat sejak tahun 2013 sampai dengan 2016 memiliki laju
pertumbuhan di atas 5 persen meskipun kondisi perekonomian di Indonesia
sedang lesu akibat dari krisis ekonomi global. Laju pertumbuhan ini masih
berada di atas laju pertumbuhan nasional. Melambatnya pertumbuhan ekonomi
tersebut sejalan dengan semakin stabilnya kegiatan pertambangan bijih logam,
di mana produksi konsentrat dari PT. Aman Mineral telah mencapai kapasitas
produksi yang optimal. Pola pertumbuhan yang berada di atas rata-rata
pertumbuhan nasional berarti Nusa Tenggara Barat menyumbangkan
pertumbuhan ekonomi yang penting bagi Indonesia dan tidak terlalu terpengaruh
dengan kondisi perekonomian dunia.
b. Permasalahan Secara Khusus
Lapangan usaha industri yang diharapkan dapat menopang lapangan usaha
pertanian, ternyata hanya mempunyai peranan di bawah 5 persen. Hal ini
disebabkan aktivitas industri yang ada di NTB pada umumnya merupakan
industri rumah tangga penciptaan nilai tambah terbesar pada lapangan usaha
industri berasal dari aktivitas industri makanan dan minuman yaitu sebesar 51
persen dan aktivitas pengolahan tembakau yang berupa pengeringan tembakau
yaitu sekitar 26 persen.
Tingginya peran lapangan usaha pertanian dikaitkan dengan lapangan usaha
industri, mengindikasikan bahwa aktivitas industri khususnya yang mengolah
hasil-hasil pertanian kurang optimal. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
peranan lapangan usaha industri dapat dilakukan dengan mengoptimalkan
aktivitas pengolahan hasil-hasil pertanian dan sektor hulu lainnya.
Problematika lain yang merintangi upaya industrialisasi NTB adalah kualitas
lingkungan hidup yang cukup. Jika dibandingkan dengan indeks kualitas
lingkungan hidup nasional, indeks NTB hanya selisih 0,03 pada tahun 2014,
sedangkan dari tahun 2011-2013 persisten lebih rendah. Berdasarkan data tahun
2014, indeks air di Provinsi NTB merupakan yang terendah dibandingkan
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 2 - 17
dengan dua aspek lain yaitu sebesar 53.50. Berbeda dengan dua aspek lain yaitu
indeks udara dengan angka tertinggi sebesar 92.83 dan tutupan hutan di NTB
sebesar 63.72.
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa kondisi di NTB minim
pencemaran udara. Hal ini berarti kegiatan yang berlangsung di Provinsi NTB
terutama industri minim menghasilkan pencemaran NO2 dan pencemaran
SO2.Kondisi ini harus dipertahankan berikutnya untuk menjadi perhatian
pelaksaan industri yang memperhatikan buangan dari udara sehingga tidak
menghasilkan pencemaran udara.
Rendahnya indeks air di Provinsi NTB dibuktikan dengan adanya temuan
tingginya cemaran E.Coli yang ada di sungai dan bendungan di NTB. Hal ini
telah menjadi isu prioritas lingkungan hidup di Provinsi NTB. Berdasarkan hasil
pengujian baku mutu air sungai yang dilakukan di 9 lokasi sungai dan 4 lokasi
bendungan, diketahui bahwa konsentrasi E.Coli pada masing-masing sungai dan
bendungan masih sangat tinggi melebihi baku mutu yang dipersyaratkan oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
Ini mengindikasikan bahwa proses produksi di NTB ke depan harus mengarah
pada produksi hijau. Mengacu pada UU perindustrian, industri hijau adalah
industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efiensi dan
efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehinga mampu
menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
E. Implikasi Penerapan Sistem Baru Yang Akan Diatur Dalam Perda Rencana
Pembangunan Industri Provinsi Nusa Tenggara Barat Terhadap Aspek
Kehidupan Masyarakat Dan Dampaknya Terhadap Aspek Beban Keuangan
Negara.
Dengan diberlakunya Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi
Nusa Tenggara Barat membawa implikasi terhadap hal-hal sebagai berikut:
1. Pemberian peranan yang lebih besar kepada Pemerintah daerah dalam menata persoalan
Pembangunan Industri Provinsi Nusa Tenggara Barat
2. Peningkatan ketaatan dan kesadaran hukum masyarakat pelaku usaha di daerah.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 2 - 18
3. Menata dan mengorganisasi tata cara perijinan dalam perencanaan pembangunan industri
Provinsi Nusa Tenggara Barat sehingga menjadi lebih teratur dan terpadu;
4. Peningkatan koordinatif dan integratif kelembagaan dalam penyusunan dan penetapan
kebijakan tentang pembangunan industri Provinsi Nusa Tenggara Barat.
5. Harus ada penyesuaian regulasi tentang pembangunan industri di daerah untuk menjaga
sikronisasi dan harmonisasi peraturan, apabila ada konflik norma setekah ditetapkan
peraturan daerah nantinya tersebut.
6. Aspek lain yaitu dari sisi masyarakat, maka juga akan berdampak karena dalam penataan
industri sebagai bagian dari rencana induk pembangunan industri di daerah akan
berdampak pada permasalahan pemukiman, penertiban dan pengembangan industry yang
juga akan menyentuh ranah masyarakat.
7. Secara finansial akan berdampak terhadap keuangan daerah, karena peraturan daerah
merupakan hasil kesepakatan antara Pemerintah Daerah dengan DPRD, sehingga amanat
yang tertuang dalam norma-norma dan substansi materi peraturan daerah menjadi
kewajiban bagi Pemerintah Daerah dan DPRD untuk menganggarkannya dalam
Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendpatan dan Belanja Daerah (APBD).
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 3 - 19
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
Pembentukan peraturan daerah tidak dapat dipisahkan terkaitan dengan peraturan
perundang-undangan yang lain, selain peraturan perundang-undangan lain tersebut dapat
dijadikan pedoman dan acuan secara substansi materi dalam penyusunan peraturan daerah,
juga untuk mencegah terjadinya tumpang tindih dan ketidaksinkronan dari aspek substansi
materi muatan. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga legalitas dari peraturan daerah yang
disusun dan ditetapkan.
Di dalam evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan terkait ini maka dapat
ditinjau dari dua hal yaitu pertama, bagaimana melakukan analisa terhadap peraturan
perundang-undangan. Dan kedua, bagaimana mengevaluasi peraturan perundang-undangan.
Hal pertama lebih banyak bersentuhan dengan teori perundang-undangan, seperti pengertian
peraturan perundang-undangan, pengelompokan norma hukum, sifat, hierarki peraturan
perundang-undangan, muatan yang dikandung dalam peraturan perundang-undangan,
termasuk juga mengenai hak menguji terhadap peraturan perundang-undangan.
Sedangkan yang kedua akan dilihat dari kacamata kebijakan publik (public policy)
dengan memakai pendekatan “The wheel public policy”. Ini dilakukan untuk mengetahui
kebutuhan hukum masyarakat terutama untuk menilai peraturan perundang-undangan yang
sedang diberlakukan.
Didalam penyelenggaraan pemerintahan baik dipusat maupun didaerah, pembentukan
peraturan perundang-undangan merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Menurut S.J.
Fockema Andrea dalam bukunya “Rechtsgeleerd handwoorden book” perundangan-
undangan atau legislation, mempunyai dua pengertian yang berbeda, yaitu :
a. perundang-undangan merupakan proses pembentukan/proses membentuk peraturan-
peraturan negara baik ditingkat pusat maupun daerah;
b. perundangan-undangan merupakan semua peraturan-peraturan negara, yang merupakan
hasil pembentukan peraturan-peraturan, baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah.
Dengan demikian jelas bahwa apabila kita membicarakan peraturan perundang-
undangan, hal ini berkaitan dengan norma hukum yang bentuknya tertulis, yang dibuat oleh
lembaga-lembaga yang mempunyai kewenangan untuk membentuknya, seperti DPR (Pasal
20 ayat (1) Amandemen Pertama UUD 1945) atau DPRD Kabupaten/Kota bersama dengan
Bupati/Walikota ( Pasal 3 ayat 7 huruf b TAP MPR No. III Tahun 2000.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 3 - 20
Selanjutnya evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan terkait dengan
naskah akademik Raperda Pembangunan Industri Provinsi dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
Dalam rangka percepatan penyebaran dan pemertaan pembangunan industri ke seluruh
wilayah NKRI dan dalam rangka memudahkan sinergi dan koordinasi dalam
pembangunan industri di daerah, maka secara administratif wilayah ke dalam 10
(sepuluh) Wilayah Pengembangan Industri (WPI). Provinsi Nusa Tenggara Barat
termasuk dalam Wilayah Pengembangan Industri (WPI) Bali dan Nusa Tenggara
bersama tiga Provinsi lainnya yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Sesuai dengan amanat Pasal 14 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian, maka selanjutnya perwilayahan industri dilakukan melalui pengembangan
Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri, pengembangan Kawasan Industri dan
Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah. Akan tetapi dalam hal ini
WPI Bali dan Nusa Tenggara khususnya Provinsi Nusa Tenggara Barat belum terdapat
penetapan wilayah sebagai WPPI. Sehingga akan ditetapkan dalam perkembangan
berikutnya sesuai dengan potensi yang mekanismenya menyesuaikan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan menyenai perwilayahan industri.
Pengembangan industri daerah dilakukan dengan berlandaskan pada kebijakan yang
bersifat lintas sektoral dan program pengembangan industri prioritas. Kebijakan lintas
sektoral ini bertujuan untuk mendorong kemajuan, pertumuhan dan peningkatan daya
saing industri, pengembangan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan industri,
kebijakan afirmatif terhadap IKM, serta penyediaan fasilitas bagi pelaku industri.
Program pengembangan industri prioritas diharapkan menjadi penggerak
pertumbuhan dan perkembangan industri nasional. Industri prioritas merupakan
bagian dari Kebijakan Industri Nasional Tahun 2015-2017 yang terdiri dari 10
program pengembangan industri prioritas yaitu industri pangan, industri farmasi,
kosmetik, dan alat kesehatan, industri tekstil, kulit, alas kaki dan aneka, industri alat
transportasi, industri elektronika dan telematika (ICT), industri pembangkit energi,
industri barang modal, komponen, bahan penolong dan jasa industri, industri hulu
agro, industri logam dasar dan bahan galian bukan logam, dan industri kimia dasar
berbasis migas dan batubara.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 3 - 21
Dalam menjalankan kebijakan pembangunan industri daerah provinsi mengacu pada
ketentuan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian:
(1) Setiap gubernur menyusun Rencana Pembangunan Industri Provinsi.
(2) Rencana Pembangunan Industri Provinsi mengacu kepada Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional dan Kebijakan Industri Nasional.
(3) Rencana Pembangunan Industri Provinsi disusun dengan paling sedikit
memperhatikan:
a. potensi sumber daya industri daerah;
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan/atau Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota; dan
c. keserasian dan keseimbangan dengan kebijakan pembangunan industri di
kabupaten/kota serta kegiatan sosial ekonomi dan daya dukung lingkungan.
(4) Rencana Pembangunan Industri Provinsi ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Provinsi setelah dievaluasi oleh Pemerintah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (4) bahwa ada delegasi yang diberikan oleh
undang-undang bagi Pemerintah Daerah untuk menyusun dan menetapkan RPIP
dengan peraturan daerah sebagai pedoman dalam melaksanakan pembangunan
perindustrian di daerah.
Sedangkan dalam ketentuan Pasal 62 ayat (3) ditentukan bahwa untuk menunjang
terealisasinya pembangunan industri pemerintah daerah harus menjamin tersedianya
infrastruktur indsutri. Penyediaan infrastruktur industri dilakukan di dalam maupun
di luar kawasan peruntukan industri.
(5) Infrastruktur industri paling sedikit meliputi:
a. lahan industri berupa kawasan industri dan/atau kawasan peruntukan industri;
b. fasilitas jaringan energi dan kelistrikan;
c. fasilitas jaringan telekomunikasi;
d. fasilitas jaringan sumber daya air;
e. fasilitas sanitasi; dan
f. fasilitas jaringan transportasi;
Ketentuan Pasal 63 menentukan bahwa:
(1) Untuk mendukung kegiatan industri yang efisien dan efektif diwilayah pusat
pertumbuhan industri dibanguna kawasan industri infrastruktur industri.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 3 - 22
(2) Kawasan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berada
pada kawasan peruntukan industri sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Berdasarkan pembagian urusan konkuren yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 12 Ayat
(3) bahwa Perindustrian termasuk dalam urusan pemerintahan pilihan. Meskipun
sebagai urusan pemerintahan pilihan, namun pembangunan pendustrian sangat strategis
karena menyangkut juga hajat hidup orang banyak yang berkaitan dengan percepatan
pertumbuhan perekonomian masyarakat dan daerah yang akan dapat mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Berpedoman kepada pembagian urusan konkuren yang ditur dalam matrik pembagian
urusan konkuren dalam lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, maka ada beberapa urusan yang menjadi kewenangan Daerah
Provinsi sebagai berikut:
a. penetapan rencana pembangunan industri Provinsi;
b. penetapan Izin Usaha Industri Besar;
c. penerbitan IPUI bagi industri besar;
d. pennerbitan IUKI dan IPKI yang lokasinya lintas daerah kabupaten/kota dalam 1
(satu) daerah provinsi;
e. penyampaian laporan informasi industry untuk:
1) IUI Besar dan izin perluasannya; dan
2) IUKI dan IPKI yang lokasinya lintas kabupaten/kota.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035 menyatakan bahwa RIPIN 2015-
2035
Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035 menentukan bahwa RIPIN 2015-2035
dan KIN dijadikan acuan bagi:
a. menteri dan kepala lembaga pemerintah nonkementerian dalam menetapkan
kebijakan sektoral yang terkait dengan bidang perindustrian yang dituangkan dalam
dokumen rencana strategis di bidang tugas masing-masing sebagai bagian dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional;
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 3 - 23
b. gubernur dalam penyusunan rencana pembangunan industri provinsi; dan
c. bupati/walikota dalam penyusunan rencana pembangunan industri kabupaten/kota.
Selanjutnya Pasal 5 menyatakan bahwa Rencana pembangunan industri provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b sejalan dengan rencana pembangunan
jangka menengah daerah provinsi. Kemeudian Pasal 6 menyatakan bahwa Rencana
pembangunan industri kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c
sejalan dengan rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten/kota.
4. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 tentang Tata
Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Sesuai dengan yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Barat pengembangan indsutri telah menjadi perhatian khusus diantaranya:
Pasal 3
Ayat (1) : Fungsi wilayah perencanaan adalah sebagai kawasan unggulan agrobisnis
dan pariwisata
Ayat (2) : kawasan unggulan agrobisnis dan pariwisata sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diwujudkan melalui:
a. Revitalisasi pengembangan pertanian, peternakan, perkebunan dan
perikanan;
b. akselerasi pengembangan kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil;
c. akselerasi pengembangan kawasan pariwisata dan budaya;
d. akselerasi pengembangan industri kecil dan menengah termasuk
industri rumah tangga dan kerajinan;
e. akselerasi pengembangan infrastruktur transportasi, energi,
telekomunikasi, sumberdaya air, sanitasi dan persampahan; dan
f. pemulihan dan pelestarian kawasan lindung.
Berdasarkan Pasal 3 ayat 2 tersebut secara umum dapat dilihat bahwa arah
pengembangan industri di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah agrobisnis yang
diwujudkan melalui Kawasan Unggulan Agrobisnis. Kawasan ungggulan ini mencakup
pengembangan pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan.
Secara lebih spesifik peruntukan kawasan industri tercantum pada Pasal 34 ayat (3), (4),
dan ayat (13).
Pasal 34
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 3 - 24
Ayat (3) : Kawasan peruntukan perkebunan berada di Kawasan Industri Masyarakat
Perkebunan (KIM-Bun): Komoditi unggulan jambu mete di KIM-Bun :
Sekotong, Kayangan dan Bayan, Utan Rhee, Sorinomo, Kempo, Wera, dan
Tambora; komoditi kelapa di KIM-Bun : Narmada, Gangga, Pujut,
Pringgabaya, dan Sumbawa; komoditi kakao di KIM-Bun Gangga, dan
Narmada; komoditi vanilli di KIMBun : Narmada dan Gangga; komoditi kopi
di KIM-Bun : Narmada, Gangga, Batulanteh, dan Tambora; komoditi kemiri
di KIM-Bun : Batulanteh, Wera, dan Tambora; komoditi tembakau virginia
di KIM-Bun Kopang dan Terara
Ayat (4) : Kawasan peruntukan peternakan berada tersebar di wilayah provinsi untuk
alokasi peningkatan jumlah ternak, penggemukan ternak, pembiitan ternak,
penyediaan pakan ternak, dan pengembangan industri pengolahan hasil
ternak.
Ayat (13): Kawasan peruntukan industri meliputi:
a. Kawasan Agroindustri berada di Gerung, Kediri, Labuapi, Sekotong, Bayan,
Kayangan, Gangga, Batukliang, Praya Barat, Praya Timur, Jonggat,
Batukliang Utara, Praya Barat, Praya Timur, Pringgarata, Pujut, Selong,
Masbagik, Aikmel, Pringgabaya, Labuhan Haji, Jerowaru, Jereweh, Taliwang,
Seteluk, Brang Rea, Alas, Utan, Rhee, Sumbawa, Moyohulu, Moyohilir, Lape
Lopok, Plampang, Empang, Dompu, Kempo, Bolo, Woha, Belo, Wawo, Sape,
dan RasanaE; dan Peraturan Daerah
b. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah berada di Labuapi, Kediri,
Gerung, Tanjung, Pemenang, Praya, Batukliang, Kopang, Masbagik, Aikmel,
Labuhan Haji, Jereweh, Alas, Sumbawa, Empang, Plampang, Dompu, Kempo,
Hu’u, Bolo, Woha Sape, dan Pajo.dan RasanaE.
Provinsi Nusa Tenggara Barat juga merencanakan pengembangan Kawasan Strategis
Provinsi yang didalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar
terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain di bidang yang sejenis dan
kegiatan di bidang lainnya, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Terdapat
beberapa KSP yang memiliki sektor unggulan industri seperti yang tercantum pada Pasal
36 ayat 2.
Pasal 36
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 3 - 25
Ayat (2) : Kawasan strategis dari kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana
dimaksud, meliputi:
a. Mataram Metro meliputi Kota Mataram, Kecamatan Batulayar,
Kecamatan Gunungsari, Kecamatan Lingsar, Kecamatan Narmada,
Kecamatan Labuapi dan Kecamaan Kediri dengan sektor unggulan
perdagangan-jasa, industri dan pariwisata;
b. Senggigi-Tiga Gili (Air, Meno, dan Trawangan) dan sekitarnya di
Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara dengan sektor
unggulan pariwisata, industri dan perikanan;
c. Agropolitan Rasimas di Kabupaten Lombok Timur dengan sektor
unggulan pertanian, industri, dan pariwisata;
d. Kute dan sekitarnya di Kabupaten Lombok Tengah, sebagian wilayah
Kabupaten Lombok Barat dan sebagian wilayah Kabupaten Lombok
Timur dengan sektor unggulan pariwisata, industri dan perikanan;
e. Agroindustri Pototano berada di Kabupaten Sumbawa Barat dengan
sektor unggulan pertanian dan industri;
f. Teluk Saleh dan sekitarnya berada di Kabupaten Sumbawa dan
Kabupaten Dompu masing-masing beserta wilayah perairannya dengan
sektor unggulan perikanan, pariwisata, pertanian, peternakan, dan
industri;
g. Agropolitan Manggalewa berada di Kabupaten Dompu dengan sektor
unggulan pertanian, perkebunan dan industri;Hu’u dan sekitarnya berada
di Kabupaten Dompu dengan sektor unggulan pariwisata, industri,
pertanian, dan perikanan;
h. Teluk Bima dan sekitarnya berada di Kabupaten Bima dan Kota Bima
dengan sektor unggulan perikanan, pariwisata dan industri;
i. Waworada-Sape dan sekitarnya berada di Kabupaten Bima dengan
sektor unggulan perikanan, pariwisata dan industri.
Perencanaan terhadap pengembangan industri unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat
dibahas pula dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor
100/M-IND/PER/8/2010 tentang Peta Panduan Pengembangan Industri Unggulan
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Industri unggulan Provinsi NTB tercantum dalam Pasal
2 ayat 1.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 3 - 26
Pasal 2
Ayat (1) : Industri Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas:
a. Industri Makanan yang terdiri dari :
1. Industri Pengolahan Berbasis Sapi yang meliputi industri dendeng dan
abon sapi (KBLI 10130) dan industri kerupuk kulit (KBLI 10794);
2. Industri Pengolahan Berbasis Jagung yang meliputi industri tepung
jagung (KBLI 10633) dan industri keripik/emping/marning jagung
(KBLI 10794);
3. Industri Pengolahan Rumput Laut yang meliputi industri karagenan
(KBLI 10219), industri manisan rumput laut (KBLI 10299) dan
industri dodol rumput laut (KBLI 10792); dan
4. Industri Pengolahan Ikan yang meliputi industri kerupuk ikan (KBLI
10794), industri abon ikan (KBLI 10219) dan industri ikan asin
(KBLI 10211).
b. Industri Kerajinan yang meliputi industri barang anyaman dari rotan dan
bambu (KBLI 16291), industri kerajinan kayu (KBLI 16293), industri
gerabah (KBLI 23939), industri batik (KBLI 13134) dan industri
perhiasan mutiara (KBLI 32115).
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 4 - 27
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS,DAN YURIDIS
A. LANDASAN FILOSOFIS.
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 bahwa tujuan Negara dan tujuan pembangunan bangsa kita adalah untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan perdoman kepada tujuan dan fungsi
Negara sebagaimana termaktub dalam Alinea Keempat Pembukaan UUD NRI 1945
yaitu; melindungi segenap dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Bertitik tolak dari tujuan dan fungsi Negara tersebut salah satunya adalah untuk
memajukan kesejahteraan umum, maka Negara dalam kapasitasnya sebagai regulator,
fasilitator, regulator, katalisator, dinamisator dan stabilisator memegang peranan sentral
dan strategis dalam melaksanakan fungsi dan mewujudkan tujuan Negara tersebut, salah
satunya dengan pembangunan di bidang perindustrian melalui penyusunan Rencana
Induk Pembangunan Industri Provinsi Nus Tenggara Barat.
Tujuan awal pengaturan tentang Rencana Pembangunan Industri Provinsi (RPIP)
untuk melakukan suatu peningkatan dalam sektor industri yang diwakili dengan
pelayanan dan pengabdian yang representasikan oleh Rencana Pembangnan Indsutri
Provinsi (RPIP) sebagai salah satu aspek utama. Dunia industri secara umumnya
berperan sebagai agen promosi yang membawa gambaran kepada dunia seberapa
penting dan berharganya negara ini, karena selain sebagai sumber pendapatan devisa,
industri menjadi salah satu tolak ukur bagaimana nama negara akan dibawa ke negara-
negara lain. Sehingga dalam hal ini pemerintah daerah perlu agar daerah membangun
infrastruktur industri menjadi lebih baik dan dapat dibanggakan sebagai basis dari
pembangunan ekonomi daerah. Situasi inilah yang kemudian membawa peraturan
daerah tentang Rencana Pembangunan Industri Provinsi (RPIP) penting untuk dilakukan
Rencana Pembangunan Industri Provinsi (RPIP) adalah basis dari pelayanaan industri
daerah.
Naskah akademik sebagai dasar penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana
Pengembangan Pembangunan Industri Provinsi (RPIP) didasari pada asasasa yang
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 4 - 28
menjadi landasan filosofis penyusunan peraturan perundang-udnangan pada umumnya
yaitu:
1. Asas Pengayoman, bahwa materi muatan peraturan daerah berfungsi untuk
memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman masyarakat;
2. Asas Kemanusiaan, dimana peraturan daerah dimaksudkan untuk memberikan
perlindungan hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga
masyarakat secara proporsional;
3. Asas Keadilan, dimana ketentuan-ketentuan dalam peraturan daerah adalah untuk
memberikan keadilan secara proporsional bagi setiap warga masyarakat tanpa
kecuali serta;
4. Asas ketertiban, dan kepastian hukum dimana salah satu tujuan utama dari peraturan
daerah adalah untuk menciptakan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan
adanya kepastian hukum.
Naskah akademik sebagai dasar penyusunan Rancangan Perda Provinsi Nusa
Tenggara Barat tentang Rencana Pembangunan Industri Provinsi (RPIP) ini berdasarkan
ketentuan Pasal 10 ayat (2), Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang
Perindustrian, bahwa Rencana Pembangunan Industri Provinsi (RPIP) disusun dengan
mengacu pada Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) dan ditetapkan
dengan Peraturan Daerah (PERDA).
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.
2. Terwujudnya keseimbangan antara peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan
kualitas lingkungan.
3. Terwujudnya pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan.
4. Tercapainya sasaran MDG’s tahun 2015
5. Terwujudnya pemerintah daerah yang bertanggungjawab terhadap pembinaan
terhadap aparat dan masyarakat
6. Terlibatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan pengelolalan air limbah
domestik domestik
7. Terwujudnya pembangunan yang berwawasan lingkungan
Bertitik tolak dari uraian tersebut, maka penyusunan Rencana Pembangunan Industri
Provinsi tidak lain sebagai pedoman dalam pembangunan industry di Nusa Tenggara
dalam rangka mempercepat pertumbuhan perekonomian daerah dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 4 - 29
B. LANDASAN SOSIOLOGIS
Landasan sosiologis, adalah landasan yang berkaitan dengan kondisi atau kenyataan
empiris yang hidup dalam masyarakat, dapat berupa kebutuhan atau tuntutan yang dihadapi
oleh masyarakat, kecenderungan, dan harapan masyarakat. Karenanya dalam memandang
kebutuhan industri tidak dapat dilepaskan dari karakteristik faktor produksi yang tersedia
dan dapat dayagunakan oleh suatu daerah untuk pembangunan ekonomi.Secara sederhana
industri dapat dilihat melalui hubungan-hubungan sosial yang dibangun melalui interaksi
sosial dalam konteks politik, ekonomi dan kultural. Pengembangan industri dapat dilihat
dari posisi warga masyarakat sebagai pihak yang disentuh atau merespon kekuasaan dari 3
ranah kekuasaan, yaitu dalam lingkup kekuasaan negara (state), dalam lingkup kekuatan
kapitalisme pasar (market capitalism), dan kekuatan kolektif sosial (communalism) yang
mengambil peran sebagai penyeimbang negara atau kuasa negara. Sebagai konsumen
kekuasaan negara, masyarakat disentuh atau merespon kebijakan negara (public policy).
Masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan bagian dari perkembangan
teknologi, budaya dan informasi. Sehingga dalam era globalisasi sekarang ini tidak dapat
dipungkiri adanya akselerasi dan akulturasi pengetahuan yang semakin mudah dijangkau
melalui berbagai media informasi dan teknologi menuntut percepatan industrialisasi
disegala bidang. Untuk itu pembangunan maupun pengembangan industri menjadi suatu hal
yang urgen dan sangat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat Provinsi Nusa Tenggara
Barat.
1. Kebutuhan masyarakat terhadap pengaturan kebijakan yang bersifat komprehensif
2. Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan sistem pembuangan air limbah
3. Ada kebutuhan tentang kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian kerjasama anta
pemerintah provinsi, dengan pemerintah kabupaten/kota, sehingga ada kepastian
kewenangan.
4. Perlunya adanya peningkatan kualitas pengolahan air limbah khususnya septic tank di
kawasan pemukiman
5. Adanya kebutuhan masyarakat untuk membangun instalasi pengolahan limbah terpadu
(IPLT)
6. Masyarakat memerlukan peraturan daerah yang mengatur tentang pengelolalan air
limbah domestik.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 4 - 30
C. LANDASAN YURIDIS.
Pembentukan peraturan perundang-undangan, termasuk perdaturan daerah harus
didasarkan kepada kewenangan yang ada dalam peraturan perundang-undangan, sehingga
memiliki legalitas-formal sebagai sebagai peraturan. Dasar kewenangan dimaksud sudah
diatur dalam peraturan perundang-undangan. Selain dasr kewenangan, juga ada dasar
pengaturan substansi materi yang menjadi kewenangan dan ranah pengturn dalam peraturan
daerah.
Adapun peraturan perundng-undangan yang dijadikan sebagai dasar hukum dalam
penyusunan dan pembentukan rancangan perturan ini terdiri atas:
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah dan beberapa undang-undang perubahannya.
3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
6. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 tentang Tata
Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 6 - 31
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN PERATURAN DAERAH
A. Arah Jangkauan dan Pengaturan
Mengacu pada materi muatan peraturan perundang-undangan, maka berikut
diuraikan jangkauan, arah pengaturan dan ruang lingkup materi Peraturan Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Barat (NTB) tentang Rencana Pembangunan Industri Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB) Tahun 2021-2041 sebagai berikut:
B. Istilah.
Pengertian istilah yang akan digunakan di dalam rancangan peraturan daerah terdiri atas:
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan kegiatan
industri.
2. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau
memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai
nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.
3. Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional, yang selanjutnya disingkat RIPIN
adalah pedoman bagi Pemerintah dan pelaku Industri dalam perencanaan dan
pembangunan Industri.
4. Kebijakan Industri Nasional, yang selanjutnya disingkat KIN adalah arah dan tindakan
untuk melaksanakan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional.
5. Industri Unggulan Daerah adalah industri yang ditetapkan menjadi industri unggulan
dan utama di daerah.
6. Kawasan Industri adalah Kawasan tempa pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi
dengan sarana prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan
kawasan industri.
7. Sistem Informasi Industri Nasional adalah tatanan prosedur dan mekanisme kerja yang
terintegrasi meliputi unsur institusi, sumber daya manusia, basis data, perangkat keras
dan lunak, serta jaringan komunikasi data yang terkait satu sama lain dengan tujuan
untuk penyampaian, pengelolaan, pelayanan, serta penyebarluasan data dan / atau
Informasi Industri.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 6 - 32
8. Rencana Pembangunan Industri Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Tahun 2021-
2041, yang selanjutnya disebut RPIP 2021-2041 adalah dokumen perencanaan yang
menjadi acuan dalam pembangunan industri di ProvinsiNusa Tenggara Barat.
9. Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat RPIK
adalah dokumen perencanaan yang menjadi acuan dalam pembangunan industri di
kabupaten/kota.
10. Program Pembangunan Industri Provinsi adalah instrumen kebijakan berisi kegiatan
yang bersifat lintas sektoral dan diperlukan dalam pembangunan industri di provinsi
atau kabupaten/kota.
C. Ruang Lingkup Materi Muatan
Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Provinsi
(RPIP) merupakan gambaran tentang rencana pembangunan industri di Provinsi Nusa
Tenggara Barat berdasarkan ketentuan peratutan perundang-undangan yang dijadikan arah
dan pedoman dalam pembangunan industri di daerah ini.
Secara substansi materi muatan rancangan peraturan daerah tentang Rencana Pembangunan
Industri Daerah ini tertuang di dalam Lampiran Peraturan Daerah, karena selain sifatnya
substansial, juga bersifat sangat teknis.
Adapun materi muatan rancangan peraturan daerah sebagai berikut:
Bab I tentang Ketentuan Umum yang memuat materi tentang pengertian dari istilah-
istilah yang digunakan rancangan peraturan daerah dan maksud serta tujuan pembentukan
peraturan daerah tentang Rencana Pembangunan Industri Provinsi.
Selain itu, juga diatur tentang ruang lingkup materi muatan yang terdiri atas:
a. Industri Unggulan Provinsi;
b. Jangka Waktu;
c. Pelaksanaan;
d. Pembinaan dan Pengawasan;
e. Pembiayaan; dan
f. Peran Serta Masyarakat.
Bab II memua materi tentang Industri Unggulan Daerah yang terdiri atas:
(1) Industri Unggulan Daerah terdiri dari:
a. Industri Pangan;
b. Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan;
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 6 - 33
c. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka;
d. Industri Alat Transportasi;
e. Industri Elektronika dan Telematika/ICT;
f. Industri Pembangkit Energi;
g. Industri Barang Modal, Komponen dan Jasa Industri;
h. Industri Hulu Agro;
i. Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam; dan
j. Industri Kimia Dasar.
(2) Selain Industri Prioritas Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), di Daerah
dikembangkan Industri lain yang potensial dan merupakan prioritas Kabupaten/Kota.
(3) Pengembangan Industri prioritas kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dijabarkan dalam RPIK.
Industri utama yang diembangkan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi:
(1) Industri utama yang dikembangkan untuk menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi daerah
dan merupakan komoditi utama daerah, yaitu:
a. Industri Pangan;
b. Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan;
c. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka;
d. Industri Alat Transportasi;
e. Industri Elektronika dan Telematika/ICT;
f. Industri Pembangkit Energi;
g. Industri Barang Modal, Komponen dan Jasa Industri;
h. Industri Hulu Agro;
i. Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam; dan
j. Industri Kimia Dasar.
(2) Selain industri utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), di daerah dapat dikembangkan
industri lain yang potensial dan merupakan unggulan kabupaten/ kota.
(3) Pengembangan industri unggulan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dijabarkan dalam RPIK.
Bab III memuat materi tentang Sistematika RPIP
Rencana Pembangunan Industri Provinsi ditetapkan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun,
yaitu RPIP 2021-2041. RPIP 2021-2041 memuat lampiran dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 6 - 34
Sistematika RPIP 2021-2041 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. BAB I : PENDAHULUAN;
b. BAB II : GAMBARAN KONDISI DAERAH TERKAIT PEMBANGUNAN
INDUSTRI;
c. BAB III : VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH, SERTA TUJUAN
DAN SASARAN PEMBANGUNAN INDUSTRI DAERAH;
d. BAB IV : STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN INDUSTRI
DAERAH; dan
e. BAB V : PENUTUP.
Bab IV tentang Pelaksanaan yang memuat materi tentang pedoman bagi Pemerintah
Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota dan pelaku industry, Organisasi Perangkat Daerah
dalam merumuskan kebijakan sektoral yang terkait dengan bidang perindustrian yang
dituangkan dalam dokumen rencana strategis di bidang tugas masing-masing sebagai bagian dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan RPIP 2021-2041 sejalan dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan merupakan pedoman bagi Pemerintah Daerah,
Pemerintah Kabupaten/Kota, dan pelaku industri dalam perencanaan dan pembangunan industri
di daerah. RPIP 2021-2041 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dijadikan acuan bagi SKPD
dalam merumuskan kebijakan dan bupati/walikota dalam penyusunan RPIK.
Bab V tentang Pembinaan dan Pengawasan yang memuat materi yang berkaitan dengan
pengawasan dan pembinaan untuk pelaksanaan RPIP.
Bab VI Peran serta Masyarakat. Dalam perencanaan dan pelaksanaan RPIP tidak dapat
dilepaskan dari peran serta masyarakat untuk memberikan saran dan masukan, menyampaikan
informasi dan laporan apabila ada hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan RPIP.
Bab VII tentang Penutup, yaitu memuat materi yang terkait dengan penetapan perda agar
memiliki kekuatan hokum, pernyataan berlaku agar memiliki kekuatan berlaku, dan
pengundangannya dengan penempatannya dalam lembaran daerah agar memiliki kekuatan
mengikat kepada semua pihak yang diatur dalam peraturan daerah.
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 6 - 35
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pembentukan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat tentang Rencana
Pembangunan Industri Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2021-2041 secara konkret
memiliki dasar hukum yang kuat, sebagaimana tersebut dalam konsideran mengingatnya
terutama yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
Materi muatan dalam peraturan daerah ini sudah bersesuaian dengan ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, dan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, serta peraturan perundang-
undangan lainnya yang terkait.
B. SARAN
1. Mengingat Rencana Pembangunan Industri Provinsi Nusa Tenggara Barat sangat
penting artinya dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk melaksanakan
amanat dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, maka
sudah selayaknya Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menyusun kebijakan
mengenai Pembangunan Industri yang disesuaikan dengan kondisi dan
perkembangan terkini di Nusa Tenggara Barat.
2. Pemerintah Daerah dan DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat perlu mengkaji dan
membahas lebih lanjut terhadap Rancangan Peraturan Daerah ini, agar dalam
implementasinya tidak menimbulkan kendala dan dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. DAFTAR PUSTAKA
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 6 - 36
Anis Ibrahim, 2008, Legislasi dan Demokrasi, Interaksi dan Konfigurasi Politik Hukum
Dalam Pembentukan Hukum Di Daerah, In-TRANS Publishing, Malang
Dahlan Thaib, 2009, Ketatanegaraan Indonesia, Perspekti konstitusional, Total media,
Yogyakarta,
Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2006, Kriteria Teknis
Prasana dan sarana Pengelolaan Air Limbah, Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2011, Diseminasi dan
SosialisASI Keteknikan Bidang PLP, Materi Bidang Air Limbah, Departemen Pekerjaan
Umum
Hestu Cipto Handoyo, 2008, Prinsip-Prinsip Legal Draftingdan DesainNaskah Akademik,
Universitas Atmajaya, Yogyakarta.
http://bietoxboys.blogspot.com/2010/12/pentingnya-air-tanah-buat-kehidupan.html,
diunduh tanggal 2 September 2011
http://visual.merriam-webster.com, diunduh tanggal 2 September 2011
http://www.globalfmjogja.com/pencemaran-air-sumur-warga-dikecamatan-minggir-
semakin-mengkwatirkan, diunduh tanggal 2 September 2011
http://digilibampl.net/detail/detail.php?row=&tp=kliping&ktg=sanitasi&kode=9290,
diunduh tanggal 2 September 2011
Irianto Eko.W; Sudarnal Anong, Buletin PUSAIR, No.21 tahun V, Februari 1996, 15-35
JazimHamidi, Kemilau Mutik, 2011, Legislatife Draftng, Total Media
Jeremy Bentham, 2006, Teori Perundang-Undangan, Prinsip-Prinsip Legislasi Hukum
Perdata dan Hukum Pidana, Nusamedia, Bandung.
Kep Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik,
Nusa I.S,1999, Kesehatan Masyarakat dan Teknologi Peningkatan Kualitas Air, BPPT
Ni’matul Huda, 2010, Problematika Pembatalan Peraturan Daerah, FH UII Press,
Yogyakarta.
Maria Farida Indrati, 2007, Ilmu Perundang-Undangan Jilid 1, Proses dan Teknik
Pembentukannya, Kanisius, Yogyakarta.
Maria Farida Indrati, 2007, Ilmu Perundang-Undangan Jilid 1, Proses dan Teknik
Pembentukannya, Kanisius, Yogyakarta
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB
Bab 6 - 37
PROTAP (Prosedur Tetap) Pengawasan Produk Hukum Kabupaten/ Kota, Biro Hikum
Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009.
Ridwan, 2009, Hukum Administrasi Di Daerah, UII Press, Yogyakarta
Saifudin, 2009, Partisipasi PublikDalam PembentukanPeraturanPerundang-undangan, FH
UII Press, Yogyakarta.
Solly Lubis, 2009, Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan, Mandar Maju, Bandung.
Sukadi, 1999, Pencemaran Sungai Akibat Buangan Limbah dan Pengaruhnya Terhadap
BOD dan DO, Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Pendidikan Teknologi
Dan Kejuruan Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Bandung
Syamsul A Siradz, Endra Setyo Harsono dan Ismi Purba, Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Vol. 8, No. 2 tahun 2008, p: 121-125
Soimin, 2010, PembentukanPerundang-undanganNegara Di Indonesia, UII Press,
Yogyakarta.
Sugiharto, 1987, Dasar Dasar Pengelolalan air limbah domestik, UI Pres, Jakarta
SNI 03-2398-2002, Tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septic Dengan Sistem Resapan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan
Daerah
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.
Permenteri PU Nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP).
- 1 -
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT
PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARATNOMOR .... TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI PROVINSI NUSA TENGGARA BARATTAHUN 2020 - 2040
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 ayat (4)Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrianperlu membentuk Peraturan Daerah tentang RencanaPembangunan Industri Provinsi Nusa Tenggara Barat;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentangPembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa TenggaraBarat, dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RencanaPembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4700);
5. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang PenataanRuang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4725);
6. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentangPerindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5492);
DRAF 15 Oktober 2020
- 2 -
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Undang-UndangNomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua AtasUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5679);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentangRencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun2015-2035 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2015 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5671);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentangKawasan Industri (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2015 Nomor 365, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5806);
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun2008 tentang Kebijakan Industri Nasional (KIN);
11. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 110/M-IND/PER/12-2015 Tentang Pedoman Penyusunan RencanaPembangunan Industri Provinsi dan Kabupaten/Kota;
12. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 2Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara BaratTahun 2008 Nomor 2);
13. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah ProvinsiNusa Tenggara Barat Tahun 2009-2029 (Lembaran DaerahProvinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010 Nomor 26);
Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
DanGUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNANINDUSTRI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2020-2040.
- 3 -
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur sebagai unsurpenyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpinpelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadikewenangan daerah otonom.
3. Gubernur adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat.
4. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Nusa TenggaraBarat.
5. Perangkat Daerah adalah Dinas Perindustrian ProvinsiNusa Tenggara Barat.
6. Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yangbertalian dengan kegiatan industri.
7. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yangmengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumberdaya industri sehingga menghasilkan barang yangmempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi,termasuk jasa industri.
8. Industri Prioritas Daerah adalah Industri yang penting bagidaerah dan yang menguasai hajat hidup orang banyak,meningkatkan atau menghasilkan nilai tambah sumberdaya alam strategis, atau mempunyai kaitan dengankepentingan pertahanan serta keamanan daerah dalamrangka pemenuhan tugas pemerintah daerah.
9. Kawasan Industri adalah Kawasan tempat pemusatankegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana prasaranapenunjang yang dikembangkan dan dikelola olehPerusahaan Kawasan Industri.
10. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahanyang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkanrencana tata ruang wilayah yang ditetapkan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
11. Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (IKM) adalahsekelompok IKM dalam satu lokasi/tempat yang terdiri daripaling sedikit 5 (lima) unit usaha yang menghasilkanproduk sejenis, menggunakan Bahan Baku sejenis,dan/atau melakukan proses produksi yang sama.
12. Sistem Informasi Industri Daerah adalah tatanan prosedurdan mekanisme kerja yang terintegrasi meliputi unsur
- 4 -
institusi, sumber daya manusia, basis data, perangkatkeras dan lunak, serta jaringan komunikasi data yangterkait satu sama lain dengan tujuan untuk penyampaian,pengelolaan, penyajian, pelayanan serta penyebarluasandata dan/atau informasi industri.
13. Rencana Pembangunan Industri Provinsi Nusa TenggaraBarat Tahun 2020-2040, yang selanjutnya disingkat RPIP2020-2040 adalah dokumen perencanaan yang menjadiacuan dalam pembangunan industri di Provinsi NusaTenggara Barat.
14. Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota yangselanjutnya disingkat RPIK adalah dokumen perencanaanyang menjadi acuan dalam pembangunan industri dikabupaten/kota.
Pasal 2
Maksud dibentuknya Peraturan Daerah ini:
a. pedoman operasional bagi Perangkat Daerah danKabupaten/Kota dalam menunjang pelaksanaan programpembangunan Industri Prioritas provinsi secarakomplementer dan sinergis;
b. pedoman pembangunan industri bagi Pemerintah Daerahdan pelaku industri, pengusaha dan/atau institusiterkait;dan
c. pedoman dalam mengkoordinasikan perencanaan kegiatanpembangunan Industri antar sektor, antar instansi vertikalterkait, Daerah dan Kabupaten/Kota.
Pasal 3
Tujuan dibentuknya Peraturan Daerah ini:
a. mewujudkan Industri Daerah sebagai bagian daripembangunan Industri nasional;
b. mewujudkan Industri Daerah yang mandiri, berdaya saingdan maju, serta memiliki paradigma sebagai Industri hijau;
c. mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat,serta mencegah pemusatan atau penguasaan Industri olehsatu kelompok atau perseorangan yang merugikanmasyarakat di Daerah;
d. membuka kesempatan berusaha, menanggulangikemiskinan dan perluasan kesempatan kerja denganmemprioritaskan pekerja lokal Daerah;
- 5 -
e. mewujudkan pemerataan pembangunan Industri Daerahguna memperkuat dan memperkukuh ketahanannasional;dan
f. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatdaerah secara berkeadilan.
Pasal 4
Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Daerah inimeliputi:a. industri Prioritas Daerah;b. pengelolaan kawasan industric. jangka waktu RPIP 2020-2040;d. pelaksanaan RPIP;e. kerjasama;f. pembinaan dan pengawasan;g. pendanaan;danh. peran serta masyarakat.
BAB IIINDUSTRI PRIORITAS DAERAH
Pasal 5
(1) Industri Prioritas Daerah terdiri atas:
a. industri pangan meliputi:1) industri pengolahan ikan dan hasil laut lainnya;2) industri pengolahan berbasis ternak ruminansia;3) industri pengolahan berbasis ternak unggas; dan4) industri pengolahan hasil pertanian dan
perkebunan.
b. industri hulu agro meliputi:1) industri pengolahan hasil hutan kayu;2) industri Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK);3) industri pakan; dan4) industri pupuk organik.
c. industri permesinan, alat transportasi dan energiterbarukan meliputi:1) industri permesinan;2) industri alat transportasi;dan3) industri energi baru terbarukan.
d. industri hasil pertambangan meliputi:1) industri smelter dan turunannya.
e. industri kimia, farmasi, kosmetik, dan alat kesehatanmeliputi:1) industri kimia;
- 6 -
2) industri farmasi herbal;3) industri kosmetik herbal; dan4) industri alat kesehatan.
f. industri ekonomi kreatif meliputi:1) industri busana muslim;2) industri kriya dan aneka; dan3) industri multimedia.
(2) Selain Industri Prioritas Daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1), dapat dikembangkan industri potensial yangmerupakan prioritas Kabupaten/Kota.
Pasal 6
Dalam hal membangun Industri Prioritas Daerah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 dilakukan dengan :
a. mengembangkan industri hulu dan industri antara berbasissumber daya alam;
b. melakukan pengendalian ekspor bahan mentah dansumber energi;
c. meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas SumberDaya Manusia (SDM) industri;
d. mengembangkan Kawasan Peruntukan Industri, KawasanIndustri, dan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah;
e. menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusankebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan danpemberian fasilitas kepada industri kecil dan industrimenengah;
f. melakukan pembangunan sarana dan prasarana Industri;g. melakukan pembangunan industri hijau;h. melakukan pembangunan industri strategis;i. melakukan peningkatan penggunaan produk dalam
negeri;danj. meningkatkan kerjasama nasional bidang industri.
Pasal 7
(1) Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri, KawasanIndustri, dan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d meliputi:
a. pengembangan Kawasan Peruntukan Industri mengacupada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NusaTenggara Barat;
b. tata kelola Kawasan Peruntukan Industri; dan
c. kawasan industri halal.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang Pengembangan Kawasan
- 7 -
Peruntukan Industri, Kawasan Industri, dan SentraIndustri Kecil dan Industri Menengah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan gubernur.
BAB IIIPENGELOLAAN KAWASAN INDUSTRI
Pasal 8
(1) Pengelolaan kawasan industri dilakukan oleh PerusahaanKawasan Industri;
(2) Perusahaan kawasan industri sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat menunjuk pihak lain sebagai pengelolakawasan industri;
(3) Penunjukan pengelolaan kawasan industri kepada pihaklain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak mengurangitanggung jawab perusahaan kawasan industri yangbersangkutan; dan
(4) Tata cara pengelolaan kawasan industri sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam peraturangubernur.
BAB IVJANGKA WAKTU RPIP 2020-2040
Pasal 9
(1) RPIP 2020-2040 ditetapkan untuk jangka waktu 20 (duapuluh) tahun dengan 3 (tiga) periode.
(2) Jangka waktu periode RPIP sebagaimana dimaksud padaayat (1) terdiri atas:a. periode pertama dan periode kedua dengan jangka
waktu masing-masing 5 (lima) tahun; danb. periode ketiga dengan jangka waktu 10 (sepuluh) tahun.
(3) RPIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:a. visi, misi, dan strategi pembangunan industri;b. sasaran dan tahapan capaian pembangunan industri;c. pembangunan sumber daya industri;d. pembangunan sarana dan prasarana industri;e. perwilayahan industri; danf. kebijakan afirmatif industri kecil dan industri menengah.
(4) RPIP 2020-2040 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidakterpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 10
- 8 -
RPIP 2020-2040 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dapatditinjau kembali.
BAB VPELAKSANAAN RPIP
Pasal 11
(1) RPIP 2020-2040 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9merupakan pedoman bagi pemangku kepentingan dalamperencanaan dan pembangunan industri.
(2) RPIP 2020-2040 sebagaimana dimaksud pada ayat 1merupakan:
a. pedoman bagi pemangku kepentingan dalamperencanaan dan pembangunan industri.
b. pedoman penyusunan RPJMD;
c. pedoman operasional bagi perangkat daerah dankabupaten/kota dalam menunjang pelaksanaanprogram pembangunan industri prioritas provinsi secarakomplementer dan sinergis;
d. pedoman kabupaten/kota dalam penyusunan RPIK;
e. pedoman pembangunan industri bagi pemerintahdaerah dan pelaku industri, pengusaha dan/atauinstitusi terkait; dan
f. pedoman dalam mengkoordinasikan perencanaankegiatan pembangunan Industri antar sektor, antarinstansi vertikal terkait, daerah dan kabupaten/kota.
BAB VIKERJASAMA
Pasal 12
(1) Gubernur dalam melaksanakan penyelenggaraan RencanaPembangunan Industri Provinsi dapat melakukankerjasama dengan:a. lembaga pemerintah dalam dan luar negeri; danb. pihak ketiga.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VIIPERAN SERTA MASYARAKAT
- 9 -
Pasal 13
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam perencanaan danpelaksanaan pembangunan industri.
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk:a. pemberian saran, pendapat dan usul;b. penyampaian informasi secara langsung dan melalui
media massa; danc. sebagai pelaku industri.
BAB VIIIPEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 14
(1) Gubernur melakukan pembinaan, pengawasan,pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPIP danRPIK.
(2) Pelaksanaan pembinaan, pengawasan, pemantauan danevaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakanoleh Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang industri.
BAB IXPENDANAAN
Pasal 15
Pendanaan dalam pelaksanaan RPIP 2020-2040 melalui:a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; danc. sumber pendanaan lain yang sah dan tidak mengikat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XKETENTUAN PENUTUP
Pasal 16
Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannyadalam Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
- 10 -
Ditetapkan di Matarampada tanggal 28 Agustus 2020
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,
H. ZULKIEFLIMANSYAH
Diundangkan di Matarampada tanggal 2020
SEKRETARIS DAERAHPROVINSI NUSA TENGGARA BARAT,
ttd
H. LALU GITA ARIADI
LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2020 NOMOR 7NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT : (7-100/2020)dengan aslinya
Kepala Biro
Hukum,USLAN ABDUL GANI, S.H. M.
- 11 -
H.PENJELASANATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARATNOMOR …….
TENTANGRENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN 2020-2040
I. UMUM
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 ayat (4) Undang-UndangNomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, pemerintah telah meletakkanindustri sebagai salah satu pilar ekonomi dan memberikan peran yangcukup besar kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk mendorongkemajuan industri nasional secara terencana. Peran tersebut diperlukandalam mengarahkan perekonomian nasional untuk tumbuh lebih cepat danmengejar ketertinggalan dari negara lain yang lebih dahulu maju.
Pembangunan sektor industri di Provinsi Nusa Tenggara Baratmengacu pada Visi Pembangunan industri nasional sebagaimana tertuangdalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035yaitu “Indonesia Menjadi Negara Industri Tangguh” dan Visi PembangunanProvinsi Nusa Tenggara Barat dalam Rencana Pembangunan JangkaPanjang (RPJP) Tahun 2005-2025 yaitu “Terwujudnya Masyarakat NusaTenggara Barat yang Beriman, Maju dan Sejahtera”. Dengan memperhatikanvisi misi pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Barat dan visi misi danstrategi pembangunan industri nasional, maka visi pembangunan industriProvinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2020 – 2038 adalah “MewujudkanIndustri Nusa Tenggara Barat yang Tangguh (Gemilang), Berdaya SaingGlobal, Sejahtera dan Berkeadilan”.
Penyusunan RPIP Nusa Tenggara Barat 2020-2040 mengacu padaRencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) dan KebijakanIndustri Nasional (KIN). RPIP Nusa Tenggara Barat Tahun 2020-2040disusun dengan memperhatikan :1) potensi sumber daya industri Daerah;2) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan/ atau Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota;3) keserasian dan keseimbangan dengan kebijakan pembangunan Industri
di kabupaten/kota; dan4) kegiatan sosial ekonomi dan daya dukung lingkungan di Nusa Tenggara
Barat.
Penyusunan RPIP Nusa Tenggara Barat Tahun 2020-2040 selaindimaksudkan untuk melaksanakan amanat ketentuan Pasal 10 ayat (4)Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian juga
- 12 -
dimaksudkan untuk mempertegas keseriusan Pemerintah Provinsi NusaTenggara Barat dalam mewujudkan tujuan penyelenggaraan perindustrian,yaitu:1. Meningkatkan pertumbuhan dan kontribusi sektor industri terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Nusa Tenggara Barat;2. Meningkatkan penguasaan pasar dalam dan luar negeri serta
mengurangi ketergantungan terhadap impor;3. Menumbuhkembangkan industri hulu dan industri antara berbasis
sumber daya alam;4. Mempercepat penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Barat;5. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja, inovasi dan penguasaan
teknologi;6. Mencegah terjadinya pemusatan atau penguasaan industri oleh satu
kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat.
Penyusunan RPIP Nusa Tenggara Barat Tahun 2020-2040 mengacupada Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 110/MIND/PER/12/2015tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Provinsidan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota (Berita NegaraRepublik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1917).
II. PASAL DEMI PASALPasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2Cukup jelas.
Pasal 3Cukup jelas.
Pasal 4Cukup jelas.
Pasal 5Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)Cukup jelas.
Ayat (3)Cukup jelas.
Pasal 6Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
- 13 -
Cukup jelas.
Ayat (3)Cukup jelas.
Pasal 7Cukup jelas.
Pasal 8Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)Cukup jelas.
Pasal 9Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)Cukup jelas.
Ayat (3)Cukup jelas.
Pasal 10Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)Cukup jelas.
Pasal 11Ayat (1)
Cukup jelas.
Pasal 12Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)Cukup jelas.
Pasal 13Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARATNOMOR ....
LAMPIRAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA
BARAT
NOMOR ……………
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI PROVINSI
NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2021-2041
RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN 2021-2041
I. VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI
A. Visi Pembangunan Industri Provinsi Nusa Tenggara Barat 2021-2041
Pembangunan sektor industri di Provinsi Nusa Tenggara Barat mengacu
pada Visi Pembangunan Industri Nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana
Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035 yaitu “Indonesia
Menjadi Negara Industri Tangguh” dan Visi Pembangunan Provinsi Nusa
Tenggara Barat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun
2005-2025 yaitu “Terwujudnya Masyarakat Nusa Tenggara Barat yang
Beriman, Maju dan Sejahtera” serta mengacu pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2019-2023 yaitu “Membangun Nusa
Tenggara Barat yang Gemilang”. Dengan memperhatikan visi misi dan strategi
pembangunan industri nasional dan visi misi pembangunan Provinsi Nusa
Tenggara Barat, maka visi pembangunan industri Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2021-2041 adalah “Mewujudkan Industri Nusa Tenggara Barat yang
Tangguh, Gemilang, Berdaya Saing Global, Sejahtera dan Berkeadilan”.
B. Misi Pembangunan Industri Provinsi Nusa Tenggara Barat 2021-2041
Berdasarkan rumusan visi pembangunan industri tersebut, maka misi yang
akan dicapai dalam pembangunan industri di Provinsi Nusa Tenggara Barat
tahun 2021-2041 adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan peran industri sebagai salah satu pilar pembangunan daerah
dan penggerak perekonomian daerah sehingga dapat menopang
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan;
2) Memperkuat struktur industri sehingga memiliki kekuatan internal,
keunggulan global, sistem yang sehat sehingga berkemampuan
mewujudkan sektor industri yang tangguh; dan
3) Meningkatkan daya saing industri di tingkat regional, nasional maupun
global melalui kemampuan berinovasi berbasis pengembangan IPTEK.
C. Strategi Pembangunan Industri Provinsi Nusa Tenggara Barat 2021-2041
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan industri Provinsi
Nusa Tenggara Barat, dilakukan beberapa strategi sebagai berikut:
1) Mengembangkan industri hulu dan industri antara berbasis sumber daya
alam;
2) Melakukan pengendalian ekspor bahan mentah dan sumber energi;
3) Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) industri;
4) Mengembangkan Kawasan Peruntukan Industri, Kawasan Industri, dan
Sentra Industri Kecil dan Menengah;
5) Menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan kebijakan,
penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas kepada industri
kecil dan industri menengah;
6) Melakukan pembangunan sarana dan prasarana industri;
7) Melakukan pembangunan industri hijau;
8) Melakukan peningkatan penggunaan produk dalam negeri; dan
9) Meningkatkan kerjasama nasional bidang industri.
II. SASARAN DAN TAHAPAN CAPAIAN PEMBANGUNAN INDUSTRI
A. Sasaran Pembangunan Industri Provinsi Nusa Tenggara Barat 2021-2041
Adapun sasaran Pembangunan Industri Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2021-2041 sebagai berikut:
1) Meningkatnya pertumbuhan industri yang diharapkan dapat mencapai
pertumbuhan 2 (dua) digit pada tahun 2041 sehingga kontribusi sektor
industri dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai 11.05%
(sebelas koma nol lima persen);
2) Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri dengan mengurangi
ketergantungan terhadap impor bahan baku, bahan penolong, dan barang
modal, serta meningkatkan ekspor produk industri;
3) Tercapainya percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh
daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat;
4) Meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi;
5) Meningkatnya penyerapan tenaga kerja yang kompeten di sektor industri.
Adapun sebagai acuan untuk mengukur pencapaian visi, misi dan tujuan
Rencana Pembangunan Industri Provinsi Nusa Tenggara Barat periode 2021-2041
secara kuantitatif, sasaran pembangunan industri dapat dilihat dari 4 (empat)
indikator, yaitu: pertumbuhan sektor industri, pertambahan nilai sektor industri
terhadap PDRB, jumlah tenaga kerja, dan nilai investasi sektor industri.
Tabel 1 Target Sasaran Pembangunan Industri Provinsi Nusa Tenggara Barat
No Sasaran Satuan 2020 2023 2029 2035 2041
1 Pertumbuhan Sektor
Industri (IKM) Unit 96,295 120,100 176,307 258,818 379,945
2
Pertambahan Nilai
Sektor Industri
Terhadap PDRB
Rp
Milyar 160.02 179.91 205.82 235.45 269.36
3 Jumlah Tenaga Kerja
di Sektor Industri Orang 321,132 472,771 696,013 1,024,670 1,508,519
4 Nilai Investasi Sektor
Industri
Rp
Milyar 734 885 1,238 1,732 2,423
Sasaran kuantitatif di atas ditentukan berdasarkan asumsi yang didukung oleh
komitmen pemerintah untuk tercapainya kondisi sebagai berikut:
1) Stabilitas politik dan ekonomi yang mendukung peningkatan pertumbuhan
ekonomi nasional antara 6% (enam persen) sampai dengan 9% (sembilan persen)
per tahun;
2) Perkembangan ekonomi global yang dapat mendukung pertumbuhan ekspor
khususnya produk industri;
3) Iklim investasi dan pembiayaan yang mendorong peningkatan investasi di sektor
industri;
4) Ketersediaan infrastruktur yang dapat mendukung peningkatan produksi dan
kelancaran distribusi;
5) Kualitas dan kompetensi SDM industri berkembang dan mendukung
peningkatan penggunaan teknologi dan inovasi di sektor industri;
6) Kebijakan terkait sumber daya alam yang mendukung pelaksanaan program
hilirisasi industri secara optimal; dan
7) Koordinasi dan sinergi antar Organisasi Perangkat Daerah terkait serta peran
aktif pemerintah Kabupaten/Kota dalam pembangunan industri.
B. Penahapan Capaian Pembangunan Industri Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2021-2041
Dalam upaya percepatan tercapainya sasaran Pembangunan Industri
Provinsi Nusa Tenggara Barat, maka penahapan capaian pembangunan industri
Unggulan daerah terbagi dalam 3 (tiga) tahapan, sebagai berikut:
1) Tahap Pertama (2021-2025)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya
alam pada industri hulu, mineral, migas dan non-migas, yang diikuti dengan
pembangunan industri pendukung dan andalan secara selektif melalui
penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi dan
sertifikasi di bidang industri serta meningkatkan penguasaan teknologi.
2) Tahap Kedua (2026-2030)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mencapai keunggulan kompetitif (berdaya
saing) dan berwawasan lingkungan melalui penguatan struktur industri dan
penguasaan teknologi serta didukung oleh SDM yang berkualitas.
3) Tahap Ketiga (2031-2041)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk menjadikan Provinsi Nusa Tenggara Barat
sebagai daerah Industri Mandiri dan Sejahtera yang bercirikan pendalaman
struktur industri daerah yang kuat dan berdaya saing tinggi di tingkat
regional, nasional, maupun global, serta berbasis inovasi dan teknologi.
III. PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI
A. Karakteristik Industri Nusa Tenggara Barat Tahun 2041
Industri NTB tahun 2041 memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Industri manufaktur kelas dunia (world class manufacturing), yang memiliki
basis industri yang kuat dengan kondisi:
a. tumbuh dan berkembangnya industri manufaktur dengan berbasis sumber
daya daerah;
b. terbangunnya modal dasar dan prasyarat pembangunan industri; dan
c. terbentuknya daya saing yang kuat di pasar internasional.
2. Struktur industri yang kuat sebagai motor penggerak utama (prime mover)
perekonomian dengan ciri sebagai berikut:
a. mempunyai kaitan (linkage) yang kuat dan sinergis antar subsektor industri
dan dengan berbagai sektor ekonomi lainnya;
b. memiliki kandungan lokal yang tinggi;
c. menguasai pasar domestik;
d. memiliki produk unggulan industri masa depan;
e. dapat tumbuh secara berkelanjutan; dan
f. mempunyai daya tahan (resilience) yang tinggi terhadap gejolak
perekonomian dunia.
3. Sinergitas yang kuat antara industri kecil, menengah, dan besar yang
menjalankan perannya sebagai sebuah rantai pasok (supply chain).
4. Peran dan kontribusi industri manufaktur yang semakin penting dalam
ekonomi daerah sebagai tumpuan bagi penciptaan lapangan kerja, penciptaan
nilai tambah, penguasaan pasar domestik, pendukung pembangunan
berkelanjutan, dan menghasilkan devisa.
B. Strategi Pembangunan Industri
Strategi Pembangunan Industri melibatkan berbagai stakeholders antara lain
Pemerintah, Badan Usaha Milik Daerah, swasta/investor, dan pelaku industri sendiri.
Program pembangunan Industri dilakukan melalui penetapan, sasaran dan program
pengembangan Industri Unggulan Provinsi dengan berbagai analisa dan kriteria
sehingga dijadikan sebagai fokus pembangunan Industri di Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Pembangunan industri Provinsi Nusa Tenggara Barat selama 20 tahun ke
depan mengacu pada 3 (tiga) strategi dan dilengkapi dengan arah kebijakan masing-
masing strategi, yaitu:
Tabel 2 Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Industri
Provinsi Nusa Tenggara Barat (2021-2041)
Strategi Arah Kebijakan
1. Peningkatan
produksi
industri dan
nilai tambah
sumber daya
alam yang
efisien;
• Meningkatkan pemberdayaan industri berupa
kebijakan pengembangan kelembagaan, penumbuhan
wirausaha baru, dan pemberian fasilitas;
• Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri oleh
pemerintah, badan usaha, dan masyarakat;
• Meningkatkan value added produk industri primer baik melalui
peningkatan produktivitas maupun inovasi produk;
• Mengembangkan industri hulu dan industri antara yang
berbasis sumber daya alam;
Strategi Arah Kebijakan
• Membangun informasi industri yang terintegrasi antara
Industri Kecil dan Menengah dengan Industri Besar terkait
transfer teknologi dan ilmu pengetahuan;
• Mendorong investasi untuk industri penghasil barang
konsumsi kebutuhan dalam negeri yang utamanya industri
padat tenaga kerja;
• Menerapkan praktek prinsip industri hijau terhadap industri
baru dan eksisting.
2. Peningkatan
kemandirian
industri dan
berwawasan
lingkungan;
• Meningkatkan peran dan sinergitas antar stakeholder terkait
(pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga penelitian dan
pengembangan, lembaga akademis, dan asosiasi);
• Meningkatkan akselerasi tumbuhnya industri kecil dan
menengah;
• Memberikan fasilitasi serta insentif baik fiskal dan non fiskal
untuk pengembangan Industri Unggulan;
• Penguatan pola dan struktur pengembangan perwilayahan
industri untuk mendorong penyebaran pemerataan industri,
berupa 1) Kawasan Peruntukan Industri; 2) Kawasan Industri,
dan 3) Sentra Industri Kecil dan Menengah;
• Optimalisasi pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan
lahan industri berupa kawasan industri dan/atau kawasan
peruntukan industri, fasilitasi jaringan energi dan
ketenagalistrikan, telekomunikasi, sumber daya air, sanitasi,
transportasi dan informasi industri;
• Memperluas akses permodalan dan kerjasama pembiayaan.
3. Peningkatan
keunggulan
kompetitif
(daya saing)
dalam
menghadapi
pasar
nasional,
regional
maupun
global.
• Peningkatan produktivitas melalui: optimalisasi kapasitas
usaha secara ke‐ekonomian lingkup industri dalam jangka
pendek dan perubahan teknologi dalam jangka panjang dalam
penggunaan peralatan industri;
• Peningkatan penguasaan teknologi melalui optimalisasi
pemanfaatan inovasi dan transfer of technology perbaikan
manajemen usaha;
• Fasilitasi dan insentif dalam perubahan teknologi dan
perbaikan manajemen usaha dalam rangka peningkatan
produktivitas;
• Meningkatkan kerjasama dalam berbagai skala baik nasional,
regional dan internasional pada bidang pengembangan
industri.
C. Penetapan Industri Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Ada beberapa fase analisa yang dilakukan untuk menentukan Industri
Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat, antara lain: (1) melihat bagaimana profil
daerah yang di dalamnya dianalisa perkembangan PDRB, kondisi Industri yang
masih berjalan, produk ekspor dari sektor industri, potensi pemanfaatan lahan;
(2) kemudian baru dilakukan analisa sub-sektor dan identifikasi sektor unggulan
yang memberikan kontribusi terbesar pada ekonomi daerah serta untuk
menentukan komoditi yang berpotensi untuk dikembangkan ke arah industri; (3)
dari komoditi unggulan tersebut akan masuk sebagai komoditi potensial.
Selanjutnya dalam RPIP ini, akan kelompokkan ke dalam komoditi unggulan
berdasarkan kriteria yang ada (analisa trend produktivitas, potensi lahan
pengembangan serta potensi pasar ke depannya), sehingga pada akhirnya (4)
penetapan Industri Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara umum
penentuan Industri Unggulan digambarkan dalam diagram berikut ini.
Gambar 1 Tahapan Umum Proses Penentuan Industri Unggulan Provinsi
(Sumber: Hasil olahan, 2020)
Melalui analisa yang dilakukan, dapat diambil 3 kriteria pokok dan
darinya ditetapkan, yaitu:
1) Kriteria Keunggulan Komoditi; hal ini mencakup jumlah dan kualitas
Sumber Daya Manusia, kontinuitas pasokan bahan baku yang berkualitas,
aspek jaringan pemasaran, ketersediaan lahan pengembangan, akses
pembiayaan dan dukungan kelembagaan pemerintah dan memiliki potensi
untuk tumbuh dan bersaing di pasar global.
2) Kriteria Kebermanfaatan; kriteria ini mencakup unsur nilai tambah
ekonomi, penciptaan lapangan tenaga kerja produktif, nilai tambah sosial
dan prestise/kekhasan daerah.
3) Kriteria Dukungan Stakeholders; mencakup penguasaan teknologi dan
inovasi, dukungan dan kesiapan masyarakat, dukungan perguruan tinggi,
pihak perusahaan swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan sektor
lainnya yang terkait.
Selain analisis di atas, dalam rangkaian penetapan Industri Unggulan
Provinsi juga turut mempertimbangkan beberapa kriteria yang didasarkan pada
berbagai kriteria Daftar Industri Prioritas Nasional berdasarkan Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035, sebagai berikut;
Tabel 3 Daftar Industri Prioritas Nasional (2015-2035)
No Industri
Unggulan Jenis Industri
1 Industri Pangan • Industri Pengolahan Ikan
• Industri Pengolahan Susu
• Bahan Penyegar
• Pengolahan Minyak Nabati
• Pengolahan Buah-Buahan dan Sayuran
•PDRB, Industri Eksisting, produk ekspor, dll
1. Profil Provinsi Nusa Tenggara Barat
•Analisis Produksi Luas Lahan dan Produktivitas
2. Komoditi Potensial
•Focus Group Discussion, Review Dokumen terkait
3. Komoditi Unggulan Provinsi
•Pohon Industri, Potensi Pasar, dan Rantai Nilai
4. Industri Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat
No Industri
Unggulan Jenis Industri
• Industri Tepung
• Industri Gula Berbasis Tebu
2 Industri Farmasi,
Kosmetik dan Alat
Kesehatan
• Industri Farmasi dan Kosmetik
• Industri Alat Kesehatan
3 Industri Tekstil,
Kulit, Alas Kaki
dan Aneka
• Industri Tekstil
• Industri Kulit dan Alas Kaki
• Industri Furnitur dan Barang lainnya dari Kayu
• Industri Plastik, Pengolahan Karet dan Barang
dari Karet
4 Industri Alat
Transportasi
• Industri Kendaraan Bermotor
• Industri Kereta Api
• Industri Perkapalan
• Industri Kedirgantaraan
5 Industri
Elektronika dan
Telematika
• Industri Elektronika
• Industri Komputer
• Industri Peralatan Komunikasi
6 Pembangkit Energi • Industri Alat Kelistrikan
7 Barang Modal,
Komponen Bahan
Penolong dan Jasa
Industri
• Industri Mesin dan Peralatan
• Industri Komponen
• Industri Bahan Penolong
• Jasa Industri
8 Industri Hulu Agro • Industri Oleofood
• Industri Oleokimia
• Industri Kemurgi
• Industri Pakan
• Industri Barang dari Kayu
• Industri Pulp dan Kertas
9 Industri Logam
Dasar dan Bahan
Galian Bukan
Logam
• Industri Pengolahan dan Pemurnian Besi dan
Baja Dasar
• Industri Pengolahan dan Pemurnian Logam Dasar
Bukan Besi
• Industri Logam Mulia, Tanah Jarang (Rare Earth),
dan Bahan Bakar Nuklir
• Bahan Galian non Logam
10 Industri Kimia
Dasar berbasis
Migas dan
Batubara
• Industri Petrokimia Hulu
• Industri Kimia Organik
• Industri Pupuk
• Industri Resin Sintetis dan Bahan Plastik
• Industri Karet Alam dan Sintetik
• Industri Barang Kimia Lainnya
Industri Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri
Nasional (RIPIN) Tahun 2015-2035 dan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia (KBLI) Tahun 2020.
Tabel 4 Industri Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat 2021-2041
No Industri Unggulan Jenis Industri Lokasi
1 Industri Pangan
Industri Pengolahan dan
Pengawetan Ikan dan Produk
Ikan
Se-NTB
Industri Pengolahan Rumput
Laut
Kota Mataram
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Lombok Timur
Kab. Sumbawa
Kab. Sumbawa Barat
Kab. Dompu
Kab. Bima
Industi Pengolahan dan
Pengawetan Daging
Kota Mataram
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Lombok Timur
Kab. Sumbawa
Kab. Sumbawa Barat
Kab. Bima
Kota Bima
Industri Pengolahan dan
Pengawetan Buah-Buahan
dan Sayuran
Kota Mataram
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Lombok Utara
Kab. Lombok Timur
Kab. Bima
Industri Kopra, Minyak
Mentah dan Minyak Goreng
Kelapa, dan Pelet Kelapa
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Utara
Kab. Lombok Timur
Industri Penggilingan Padi-
Padian, Tepung dan Pati
Se-NTB
Industri Gula
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Lombok Utara
Kab. Dompu
Industri Kakao dan Cokelat
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Utara
Kab. Lombok Timur
Industri Pengolahan Garam
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Lombok Timur
Kab. Sumbawa
Kab. Bima
Industri Pengolahan Kopi,
Teh dan Herbal (Herb
Infusion)
Se-NTB
2
Industri Farmasi,
Kosmetik dan Alat
Kesehatan
Industri Farmasi dan
Kosmetik
Se-NTB
Industri Alat Kesehatan
Kota Mataram
Kab. Lombok Barat
Kota Bima
No Industri Unggulan Jenis Industri Lokasi
3
Industri Tekstil,
Kulit, Alas Kaki
dan Aneka
Industri Pemintalan,
Pertenunan dan
Penyempurnaan Tekstil
Se-NTB
Industri Kulit, Barang dari
Kulit dan Alas Kaki
Kota Mataram
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Utara
Kab. Lombok Timur
Kab. Bima
Industri Barang Dari Plastik Se-NTB
Industri Furnitur
Kota Mataram
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Utara
Kab. Dompu
Kab. Bima
Industri Kerajinan YTDL Se-NTB
4
Industri Alat
Transportasi
Industri Kendaraan Bermotor
Kota Mataram
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Timur
Kab. Sumbawa
Kota Bima
Industri Pembuatan Kapal
dan Perahu
Kota Mataram
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Timur
Kab. Bima
5
Industri
Elektronika dan
Telematika/ICT
Industri Elektronika
Kota Mataram
Kab. Lombok Barat
Kota Bima
Aktivitas Pemrograman, Konsultasi Komputer dan
Kegiatan YBDI
Se-NTB
Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman
Se-NTB
6
Industri
Pembangkit Energi
Industri Alat Kelistrikan
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Lombok Utara
Kab. Lombok Timur
Kab. Sumbawa
Kab. Bima
Industri Kabel dan
Perlengkapannya Kab. Sumbawa Barat
7
Industri Barang
Modal, Komponen,
dan Jasa Industri
Industri Mesin dan
Perlengkapan YTDL
Se-NTB
Industri Komponen Se-NTB
Jasa Industri Se-NTB
8. Industri Hulu Agro
Industri Minyak Atsiri
Kab. Lombok Utara
Kab. Lombok Timur
Kab. Sumbawa
Industri Pakan
Kota Mataram
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Lombok Timur
Kab. Sumbawa
Kab. Bima
No Industri Unggulan Jenis Industri Lokasi
Kota Bima
Industri Barang Dari Kayu Se-NTB
9
Industri Logam
Dasar dan Bahan
Galian Bukan
Logam
Industri Bahan Galian Non
Logam
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Timur
Kab. Sumbawa Barat
Kab. Bima
Industri Barang Dari Semen,
Kapur, Gips dan Asbes
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Lombok Utara
Kab. Lombok Timur
Kab. Sumbawa Barat
Kab, Sumbawa
Kab. Bima
Industri Barang Logam
Lainnya dan Jasa
Pembuatan Barang Logam
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Lombok Timur
Kab. Sumbawa
Kab. Dompu
Kab. Bima
Industri Barang Perhiasan
dan Barang Berharga
Kota Mataram
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Lombok Utara
Kab. Sumbawa
Kota Bima
10
.
Industri Kimia
Dasar
Industri Pupuk
Kota Mataram
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Lombok Utara
Kab. Lombok Timur
Kab. Bima
Industri Kimia Dasar
Organik
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Dompu
Industri Pestisida dan
Produk Agrokimia Lainnya
Kota Mataram
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Timur
D. Penahapan Pembangunan Industri Unggulan
Berdasarkan penahapan pembangunan industri dan penetapan industri
unggulan ditetapkan tahapan pembangunan Industri Unggulan sebagai berikut:
Tabel 5 Jenis Industri dan Tahapan Pembangunan Industri Tahun 2021-2041
No Industri
Unggulan
Jenis Industri
2021-2025 2026-2030 2031-2041
1 Industri
Pangan
Industri Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan Produk
Ikan
Pengalengan Ikan,
Ikan Awet/Kering,
Abon Ikan, Tepung
Ikan, Frozen Food
Terasi Ikan, Fillet,
Suplemen Ikan,
Pengalengan Ikan,
Suplemen Ikan,
Fillet, Ikan Beku,
Minyak Ikan,
Bumbu Kaldu
Ikan, dan Produk
No Industri
Unggulan
Jenis Industri
2021-2025 2026-2030 2031-2041
dan Produk
Pangan
Fungsional
Lainnya.
Pangan
Fungsional
Lainnya.
Industri Pengolahan Rumput Laut
Karagenan,
Gelatin, Agar-
Agar, Manisan,
Norie, Chips,
Biskuit dan
Produk Pangan
Fungsional
Lainnya.
Karagenan,
Gelatin, Agar-
Agar, Norie, Chips,
Biskuit dan
Produk Pangan
Fungsional
Lainnya.
Karagenan,
Gelatin, Agar-
Agar, Norie, Chips,
Biskuit dan
Produk Pangan
Fungsional
Lainnya.
Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging
Pemotongan dan
Pengepakan
Daging, Produksi
Produk Produk
Daging Seperti
Sosis, Bologna,
Daging Beku,
Daging Fillet,
Aneka Olahan
Pangan
Tradisional Dalam
Kemasan dan
Produk Pangan
Fungsional
Lainnya.
Produk Daging
Seperti
Andovillettes,
Saveloy, Patc,
Rillet, Salami,
Bologna, Daging
Ham, Daging
Beku, Aneka
Olahan Pangan
Tradisional Dalam
Kemasan dan
Produk Pangan
Fungsional
Lainnya,
Produk Daging
Seperti
Andovillettes,
Saveloy, Patc,
Rillet, Salami,
Bologna, Daging
Beku, Daging
Fillet, Aneka
Olahan Pangan
Tradisional Dalam
Kemasan dan
Produk Pangan
Fungsional
Lainnya.
Industri Pengolahan dan Pengawetan Buah-Buahan dan
Sayuran
Pelumatan
Buah/Sayur
dalam Kemasan
seperti Selai Buah,
Jelly, Cabe Giling
dan Lainnya;
Industri
Pengeringan
Buah/Sayur
dalam Kemasan
seperti Cabe
Kering, Kripik dan
Lainnya;
Industri
Pengolahan dan
Pengawetan
Buah/Sayur
Lainnya seperti
Sari Buah, Sirup,
Aneka Saos dan
Sambal, Ekstrak
Sayur/Buah,
Buah/Sayuran
Pelumatan
Buah/Sayur
dalam Kemasan
seperti Selai Buah,
Jelly, Cabe Giling
dan Lainnya;
Industri
Pengeringan
Buah/Sayur
dalam Kemasan
seperti Bawang,
Cabe Kering,
Kripik dan
Lainnya;
Industri
Pengolahan dan
Pengawetan
Buah/Sayur
Lainnya seperti
Sari Buah, Sirup,
Ekstrak
Sayur/Buah,
Buah/Sayuran
No Industri
Unggulan
Jenis Industri
2021-2025 2026-2030 2031-2041
dalam Kaleng dan
Produk Fungsional
Lainnya.
dalam Kaleng dan
Produk Fungsional
Lainnya.
Industri Kopra, Minyak Mentah dan Minyak Goreng
Kelapa, Dan Pelet Kelapa
Kopra, Minyak
Mentah, Minyak
Goreng, Pelet
Kelapa dan
Produk Pangan
Fungsional
Lainnya.
Kopra, Minyak
Mentah, Minyak
Goreng, Pelet
Kelapa dan
Produk Pangan
Fungsional
Lainnya.
Industri Penggilingan Padi-Padian, Tepung dan Pati
Penggilingan Padi,
Tepung Beras,
Tepung/Makanan
dari Porang,
Tepung Tapioka,
Tepung Witi,
Tepung Sorghum,
Tepung Jagung,
Tepung Sayuran,
Aneka Tepung
untuk Oat, Roti,
Kue, Biskuit, dan
Produk Pangan
Fungsional
Lainnya.
Penggilingan Padi,
Tepung Beras,
Tepung/Makanan
dari Porang,
Tepung Tapioka,
Tepung Witi,
Tepung Sorghum,
Tepung Jagung,
Tepung Sayuran,
Aneka Tepung
untuk Oat, Roti,
Kue, Biskuit, dan
Produk Pangan
Fungsional
Lainnya.
Penggilingan Padi,
Tepung Beras,
Tepung/Makanan
dari Porang,
Tepung Tapioka,
Tepung Witi,
Tepung Sorghum,
Tepung Jagung,
Tepung Sayuran,
Aneka Tepung
untuk Oat, Roti,
Kue, Biskuit, dan
Produk Pangan
Fungsional
Lainnya. Industri Gula
Gula Pasir/Tebu,
Gula Aren, Gula
Batu, Gula Cair
dan Asam Dari
Limbah Industri
Gula dan Produk
Gula Lainnya.
Gula Pasir/Tebu,
Gula Aren, Gula
Batu, Gula Cair
dan Asam Dari
Limbah Industri
Gula dan Produk
Gula Lainnya.
Industri Kakao dan Cokelat
Cokelat, Bubuk
Kakao, Mentega
Kakao, Lemak
Kakao, Cokelat
Putih, Suplemen
dan Pangan
Fungsional
Berbasis
Kakao/Cokelat.
Minyak Kakao
Cokelat, Cokelat
Compound,
Cokelat Putih,
Suplemen dan
Pangan
Fungsional
Berbasis
Kakao/Cokelat.
Industri Pengolahan Garam
Garam
Konsumsi/Dapur,
Garam Industri
dan Garam
Fungsional
Lainnya.
Garam
Konsumsi/Dapur,
Garam Industri
dan Garam
Fungsional
Lainnya.
Garam Industri
dan Garam
Fungsional
Lainnya.
No Industri
Unggulan
Jenis Industri
2021-2025 2026-2030 2031-2041
Industri Pengolahan Kopi, Teh dan Herbal (Herb Infusion)
Kopi Sangrai, Kopi
Bubuk, Kopi
Instan/Sachet,
Ekstrak dan Sari
Kopi, Teh Kelor,
Aneka Olahan Teh
dan herbal dan
Suplemen dan
Pangan Berbasis
Kopi dan Herbal.
Kopi
Instan/Sachet,
Ekstrak dan Sari
Kopi, Aneka
Olahan Teh dan
herbal, High value
tea dan Suplemen
dan Pangan
Berbasis Kopi dan
Herbal.
Kopi
Instan/Sachet,
Ekstrak dan Sari
Kopi, Aneka
Olahan Teh dan
herbal, High value
tea dan Suplemen
dan Pangan
Berbasis Kopi dan
Herbal.
2
Industri
Farmasi,
Kosmetik
dan Alat
Kesehata
n
Industri Farmasi dan Kosmetik
Sediaan Herbal,
Obat Tradisional,
Obat Kimia,
Antiseptik, Produk
Kosmetik seperti
Sabun, Body
Lotion, Body
Scrub, Facial
Wash, Facial
Mask, Sun Block,
dan Produk
Farmasi dan
Kosmetik Lainnya.
Sediaan Herbal,
Obat Kimia,
Antiseptik, Produk
Kosmetik seperti
Sabun, Body
Lotion, Body Scrub,
Facial Wash,
Facial Mask, Sun
Block, dan Produk
Farmasi dan
Kosmetik Lainnya.
Sediaan Herbal,
Obat Kimia,
Antiseptik, Produk
Kosmetik seperti
Sabun, Body
Lotion, Body
Scrub, Facial
Wash, Facial
Mask, Sun Block,
dan Produk
Farmasi dan
Kosmetik Lainnya.
Industri Alat Kesehatan
Alat Pelindung
Diri, Alat
Pendeteksi Virus,
Alat-Alat Diagnosa
Medis Seperti Uji
Kehamilan,
Pembalut Medis,
Perban dan
Produk
Sejenisnya,
Peralatan Rumah
Sakit, Produk
disposable and
consumables,
Implan Ortopedi,
Diagnostics
reagents dan
Produk Alat
Kesehatan
Lainnya.
Alat Pendeteksi
Virus, Alat-Alat
Diagnosa Medis
Seperti Pembalut
Medis, Perban dan
Produk
Sejenisnya,
Peralatan Rumah
Sakit, Produk
disposable and
consumables,
Implan Ortopedi,
Electromedical
devices,
Diagnostics
reagents dan
Produk Alat
Kesehatan
Lainnya.
Alat Pendeteksi
Virus, Alat-Alat
Diagnosa Medis
Seperti Perban
dan Produk
Sejenisnya,
Peralatan Rumah
Sakit, Produk
disposable and
consumables,
Diagnostic
instrument, Implan
Ortopedi,
Electromedical
devices,
Diagnostics
reagents dan
Produk Alat
Kesehatan
Lainnya.
3
Industri
Tekstil,
Kulit,
Alas Kaki
dan
Aneka
Industri Pemintalan, Pertenunan dan Penyempurnaan
Tekstil
Benang,
Pewarnaan
Benang, Rajut,
Produk Serat
Tekstil seperti
Benang,
Pewarnaan
Benang, Rajut,
Produk Serat
Tekstil seperti
Benang,
Pewarnaan
Benang, Rajut,
Produk Serat
Tekstil seperti
No Industri
Unggulan
Jenis Industri
2021-2025 2026-2030 2031-2041
Serat Nanas, Serat
Kelapa dan
Lainnya. Produk
Kain Tenun
seperti Fesyen,
Pakaian, Tas,
Sepatu dan
lainnya,
Pembatikan (Batik
Tulis dan/atau
Cap).
Serat Nanas, Serat
Kelapa dan
Lainnya. Produk
Kain Tenun
seperti Fesyen,
Pakaian, Tas,
Sepatu dan
lainnya,
Pembatikan (Batik
Tulis dan/atau
Cap).
Serat Nanas, Serat
Kelapa dan
Lainnya. Produk
Kain Tenun
seperti Fesyen,
Pakaian, Tas,
Sepatu dan
lainnya,
Pembatikan (Batik
Tulis dan/atau
Cap).
Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
Penyamakan Kulit,
Tas, Koper,
Dompet, Sandal
dan Sepatu Kulit,
Topi, Aksesoris,
Sarung Tangan,
Aksesoris dari
Kulit dan Produk
dari Kulit Lainnya.
Penyamakan Kulit,
Tas, Koper,
Dompet, Sandal
dan Sepatu Kulit,
Topi, Aksesoris,
Sarung Tangan,
Aksesoris dari
Kulit dan Produk
dari Kulit Lainnya.
Industri Barang Dari Plastik
Barang dari
Plastik untuk
Bangunan seperti
Bata/Batako
Plastik, Pintu,
Jendela, Daun
Penutup Jendela,
dan Produk
Sejenis Lainnya.
Barang Plastik
untuk
Pengemasan,
seperti Tas Plastik,
Wadah dan Aneka
Barang dari
Plastik Lainnya.
Barang dari
Plastik untuk
Bangunan seperti
Bata/Batako
Plastik, Pintu,
Jendela, Daun
Penutup Jendela,
dan Produk
Sejenis Lainnya.
Barang Plastik
untuk
Pengemasan,
seperti Tas Plastik,
Wadah dan Aneka
Barang dari
Plastik Lainnya.
Barang dari
Plastik untuk
Bangunan seperti
Bata/Batako
Plastik, Pintu,
Jendela, Daun
Penutup Jendela,
dan Produk
Sejenis Lainnya.
Barang Plastik
untuk
Pengemasan,
seperti Tas Plastik,
Wadah dan Aneka
Barang dari
Plastik Lainnya. Industri Furnitur
Furnitur dari
aneka Bahan
(Kayu, Rotan,
Bambu, Plastik,
Logam) Seperti
Kerajinan/Cukli,
Meja, Kursi,
Lemari, Tempat
Tidur, Rak dan
Furnitur Lainnya.
High Tech Furnitur
Kayu dan Rotan
Bersertifikat
Industri Hijau,
Kerajinan dengan
Bahan Baku
Limbah Industri
Pengolahan Kayu
dan Furnitur
Lainnya.
High Value
Kerajinan,
Kerajinan dengan
Bahan Baku
Limbah Industri
Pengolahan Kayu
dan Furnitur
Lainnya.
Industri Kerajinan YTDL
Barang Kerajinan
dari Bahan
Tumbuhan dan
Kerajinan Kulit
Kerang Mutiara,
Karangan Bunga,
No Industri
Unggulan
Jenis Industri
2021-2025 2026-2030 2031-2041
Hewan, seperti
Kerajinan Batok
Kelapa, Serabut
Kelapa, Akar-
Akaran, Barang
Lukisan,
Kerajinan dari
Kekerangan dan
Aneka Produk
Kerajinan Lainnya.
Barang Lukisan
dan Aneka Produk
Kerajinan Lainnya.
4
Industri
Alat
Transport
asi
Industri Kendaraan Bermotor
Komponen
Otomotif seperti
Body, Dudukan,
Kontainer, Baut
dan Mur;
Perakitan/Pembua
tan Kendaraan
Listrik seperti
Sepeda Listrik,
Motor Listrik,
Mobil Pengangkut
Sampah, Cidomo
Listrik dan
Kendaraan
Bermotor Lainnya.
Komponen
Otomotif seperti
Body, Dudukan,
Kontainer, Baut
dan Mur;
Perakitan/Pembua
tan Kendaraan
Listrik seperti
Sepeda Listrik,
Motor Listrik,
Mobil Pengangkut
Sampah, Cidomo
Listrik dan
Kendaraan
Bermotor Lainnya.
Komponen
Otomotif seperti
Body, Dudukan,
Kontainer, Baut
dan Mur;
Perakitan/Pembua
tan Kendaraan
Listrik seperti
Sepeda Listrik,
Motor Listrik,
Mobil Pengangkut
Sampah, Cidomo
Listrik dan
Kendaraan
Bermotor Lainnya.
Industri Pembuatan Kapal dan Perahu
Komponen Kapal
Laut (Mekanikal
dan Elektronik),
Perawatan Kapal,
Perahu, Boat
Listrik dan
Lainnya.
Komponen Kapal
Laut (Mekanikal
dan Elektronik),
Perawatan Kapal,
Perahu, Boat
Listrik dan
Lainnya.
Komponen Kapal
Laut (Mekanikal
dan Elektronik),
Perawatan Kapal,
Boat Listrik dan
Lainnya.
5
Industri
Elektroni
ka dan
Telematik
a/ICT
Industri Elektronika
Smart Home
Appliances,
Komponen
Elektronika,
Otomasi Rekayasa
Teknologi Tepat
Guna dan Industri
Elektronika
Lainnya.
Smart Home
Appliances,
Komponen
Elektronika,
Otomasi Rekayasa
Teknologi Tepat
Guna dan Industri
Elektronika
Lainnya.
Komponen
Elektronika,
Fabrikasi
(Foundry), Otomasi
Rekayasa
Teknologi Tepat
Guna dan Industri
Elektronika
Lainnya.
Industri Pemrograman, Konsultasi Komputer dan
Kegiatan YBDI
Rancangan Piranti
Lunak Aplikasi,
Penulisan Kode
Komputer,
Pemrograman
berdasarkan
Kecerdasan
Rancangan Piranti
Lunak Aplikasi,
Penulisan Kode
Komputer,
Pemrograman
berdasarkan
Kecerdasan
Rancangan Piranti
Lunak Aplikasi,
Penulisan Kode
Komputer,
Pengembangan
Teknologi
Blockchain,
No Industri
Unggulan
Jenis Industri
2021-2025 2026-2030 2031-2041
Artifisial (IoT),
Pengembangan
Aplikasi E-
Commerce dan
Pemrograman
Komputer
Lainnya.
Artifisial,
Pengembangan
Video Game,
Pengembangan
Aplikasi E-
Commerce,
Produksi Media
Imersif dan
Pemrograman
Komputer
Lainnya.
Pemrograman
berdasarkan
Kecerdasan
Artifisial,
Pengembangan
Video Game,
Pengembangan
Aplikasi E-
Commerce dan
Pemrograman
Komputer
Lainnya.
Industri Pencetakan Dan Reproduksi Media Rekaman
Industri
Percetakan seperti
Surat Kabar,
Buku,
Tabloid/Majalah,
Komik, Poster,
Brosur, Foto dan
Produk Lainnya;
Reproduksi Media
seperti Film,
Animasi, Video
dan Aneka
Produksi Rekaman
Lainnya.
Industri
Percetakan Tiga
Dimensi (3D
Printing) dan
Industri
Percetakan
Lainnya;
Reproduksi Media
seperti Film,
Animasi, Video
dan Aneka
Produksi Rekaman
Lainnya.
Industri
Percetakan Tiga
Dimensi (3D
Printing) dan
Industri
Percetakan
Lainnya;
Reproduksi Media
seperti Film,
Animasi, Video
dan Aneka
Produksi Rekaman
Lainnya.
6
Industri
Pembangk
it Energi
Industri Alat Kelistrikan
Motor/Generator
Listrik, Baterai,
Solar Cell,
Pembangkit Listrik
Tenaga Surya,
Pembangkit Listrik
Tenaga Angin dan
Sumber
Pembangkit Listrik
Lainnya.
Motor/Generator
Listrik, Baterai,
Solar Cell,
Pembangkit Listrik
Tenaga Surya,
Pembangkit Listrik
Tenaga Air,
Pembangkit Listrik
Tenaga Angin,
Pembangkit Listrik
Tenaga Gelombang
dan Sumber
Pembangkit Listrik
Lainnya.
Motor/ Generator
Listrik, Baterai,
Solar Cell,
Pembangkit Listrik
Tenaga Surya,
Pembangkit Listrik
Tenaga Air,
Pembangkit Listrik
Tenaga Angin,
Pembangkit Listrik
Tenaga
Gelombang dan
Sumber
Pembangkit Listrik
Lainnya.
Industri Kabel dan Perlengkapannya
Industri Kabel dan
Kawat Berisolasi
atau Berpenyekat
Terbuat dari Baja,
Tembaga atau
Aluminium, Kabel
Listrik dan Kabel
Elektronik seperti
Kabel Komunikasi
dan Kabel
Kabel Serat Optik,
GFCI (Ground
Fault Circuit
Interrupter), Lamp
Holder, Snap,
Tumbler Switcher,
Outlet, Socket
Listrik, Junction,
Switch Box, Kutub
Transmisi, Line
No Industri
Unggulan
Jenis Industri
2021-2025 2026-2030 2031-2041
Jaringan;
Kabel/Kawat
Logam dan
Industri Kabel dan
Perlengkapan
Lainnya.
Hardware, Plastik
Junction dan
Industri Kabel dan
Perlengkapan
Lainnya.
7
Industri
Barang
Modal,
Kompone
n dan
Jasa
Industri
Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL
Mesin Pendingin
dan Pembeku
(Cold Storage),
Mesin Pencacah
Ikan, Mesin
Minyak Atsiri,
Mesin Pengemas
Kopi, Mesin
Penetas Telur,
Mesin Cetak
Batako, Mesin
Roasting Kopi,
Mesin Cacah
Sampah Plastik,
Mesin Kupas Biji
Coklat, Mesin
Pemipil Jagung,
dan Industri
Permesinan
Lainnya.
Mesin Pendingin
dan Pembeku
(Cold Storage),
Mesin Pencacah
Ikan, Mesin
berbasis Internet of
Things (IoT), Mesin
Computer
Numerical
Control (CNC);
Industrial Tools;
Otomasi Proses
Produksi
Pengolahan
Pangan, Flexible
Machining Center
dan Industri
Permesinan
Lainnya.
Mesin berbasis
Internet of Things
(IoT) Mesin
Computer
Numerical
Control (CNC);
Industrial Tools;
Otomasi Proses
Produksi
Pengolahan
Pangan, Flexible
Machining Center
dan Industri
Permesinan
Lainnya.
Industri Komponen
Kemasan
(Packaging)
(Basis Karton dan
Plastik), Barang
Karet untuk
Keperluan Industri
dan Komponen
Otomotif, Zat
Aditif, Bahan
Kimia Anorganik
dan Industri
Komponen
Lainnya.
Kemasan
Berkualitas Tinggi
(Packaging High
Quality - Basis
Karton dan
Plastik), Barang
Karet untuk
Keperluan Industri
dan Komponen
Otomotif, Zat
Aditif, Bahan
Kimia Anorganik
dan Industri
Komponen
Lainnya.
Kemasan
Berkualitas Tinggi
(Packaging High
Quality - Basis
Karton dan
Plastik), Barang
Karet untuk
Keperluan Industri
dan Komponen
Otomotif, Zat
Aditif, Bahan
Kimia Anorganik
dan Industri
Komponen
Lainnya.
Jasa Industri
Perancangan
Pabrik, Jasa
Proses Industri,
Pemeliharaan
Mesin/Peralatan
Industri dan Jasa
Industri Lainnya.
Perancangan
Pabrik, Jasa
Proses Industri
(Presisi dan
Bernilai Tambah
Tinggi),
Pemeliharaan
Mesin/Peralatan
Industri dan Jasa
Industri Lainnya.
Perancangan
Pabrik, Jasa
Proses Industri
(Presisi dan
Bernilai
Tambah Tinggi),
Pemeliharaan
Mesin/Peralatan
Industri dan Jasa
Industri Lainnya.
No Industri
Unggulan
Jenis Industri
2021-2025 2026-2030 2031-2041
8 Industri
Hulu Agro
Industri Minyak Atsiri
Minyak Cengkeh,
Minyak Kayu
Putih, Minyak
Rempah, Minyak
Jarak, Minyak
Kemiri dan Aneka
Minyak Atsiri
Lainnya.
Minyak Cengkeh,
Minyak Kayu
Putih, Minyak
Rempah, Minyak
Akar-Akaran,
Minyak Sereh,
Minyak Nilam dan
Aneka Minyak
Atsiri Lainnya.
Industri Pakan
Pakan Unggas,
Pakan Ternak
Ruminansia,
Pakan Ikan dan
Produk Pakan
Fungsional
Lainnya.
Pakan Ternak
Ruminansia,
Pakan Ikan,
Ransum dan
Suplemen Pakan,
Aquaculture dan
Produk Pakan
Fungsional
Lainnya.
Industri Barang Dari Kayu
Produk dari Kayu
seperti Serbuk
Kayu, Triplek,
Daun Pintu,
Balok, Miniatur
Edukasi,
Kerajinan dan
Ukir-Ukiran dari
Kayu;
Produk dari
Bambu, Rotan,
Lontar, Ketak dan
Sejenisnya.
Produk dari Kayu
seperti Triplek,
Miniatur Edukasi,
Kerajinan dan
Ukir-Ukiran dari
Kayu dan Aneka
Produk Berbasis
Limbah
Pengolahan Kayu;
Produk dari
Bambu, Rotan,
Lontar, Ketak dan
Sejenisnya.
Triplek, Miniatur
Edukasi,
Kerajinan dan
Ukir-Ukiran dari
Kayu, Wood
moulding products,
dan Aneka Produk
Berbasis Limbah
Pengolahan Kayu.
9
Industri
Logam
Dasar dan
Bahan
Galian
Bukan
Logam
Industri Bahan Galian Non Logam
Industri dari
Tanah Liat seperti
Gerabah, Genteng,
Keramik dan
Aneka Industri
Bahan Galian Non
Logam Lainnya.
Industri dari
Tanah Liat seperti
Gerabah, Genteng,
Keramik, Industri
Semen, Kaca dan
Aneka Industri
Bahan Galian Non
Logam Lainnya.
Keramik Maju
(Advanced
Ceramic),
Refractory, Kaca,
Dekorasi
Kualitas Tinggi
dan Aneka
Industri Bahan
Galian Non Logam
Lainnya. Industri Barang Dari Semen, Kapur, Gips dan Asbes
Papan, Batu Bata,
Guci, Mebel,
Rangka Jendela,
Patung, Furnitur,
Relief Gambar
Timbul, Vas
(Jambangan),
Kolam, Bak Cuci
Piring, Ubin,
Papan, Lembaran,
Panel, Pipa,
Dempul, Tonggak,
Papan, Lembaran,
Panel, Pipa,
No Industri
Unggulan
Jenis Industri
2021-2025 2026-2030 2031-2041
Pot Bunga, Kapur
Bangunan, Batako
dan Aneka
Industri Barang
Lainnya
Reservoir dan
Aneka Industri
Barang Lainnya
Industri Barang Logam Lainnya dan Jasa Pembuatan
Barang Logam
Industri Barang
Logam seperti Alat
Pemotong, Pisau,
Keris, Hammer,
Panci, Wajan,
Gunting, Cangkul,
Sekop,Sabit, Alat
Dapur dan Aneka
Barang dari
Logam Lainnya;
Jasa Pembuatan
Barang Logam
seperti
Pengukiran,
Pembentukan,
Pengelasan,
Penghalusan dan
Aneka Jasa
Lainnya.
Industri Barang
Logam seperti Peti
Besi, Lemari Besi,
Pintu Lapis Baja,
Jangkar Kapal,
Kunci/Gembok,
Engsel dan Aneka
Barang dari Logam
Lainnya;
Jasa Pembuatan
Barang Logam
seperti
Pengukiran,
Pembentukan,
Pengelasan,
Penghalusan dan
Aneka Jasa
Lainnya.
Industri Barang
Logam seperti
Tong, Drum,
Kaleng, Ember,
Tabung, Baut,
Sekrup, Mur,
Paku dan Aneka
Barang dari
Logam Lainnya;
Jasa Pembuatan
Barang Logam
seperti
Pengukiran,
Pembentukan,
Pengelasan,
Penghalusan dan
Aneka Jasa
Lainnya.
Industri Barang Perhiasan dan Barang Berharga
Industri Perhiasan
dari Mutiara,
Industri Barang
dari Logam Mulia
seperti Cincin,
Kalung, Gelang,
Giwang dan
Sejenisnya;
Industri Barang
dari Batu Mulia
seperti Perhiasan
Permata; dan
Industri Barang
Perhiasan dan
Barang Berharga
Lainnya.
Industri Perhiasan
dari Mutiara,
Industri Barang
dari Logam Mulia
seperti Cincin,
Kalung, Gelang,
Giwang dan
Sejenisnya;
Industri Barang
dari Batu Mulia
seperti Perhiasan
Permata; dan
Industri Barang
Perhiasan dan
Barang Berharga
Lainnya.
Industri Perhiasan
dari Mutiara,
Industri Barang
dari Logam Mulia
seperti Cincin,
Kalung, Gelang,
Giwang dan
Sejenisnya;
Industri Barang
dari Batu Mulia
seperti Perhiasan
Permata; dan
Industri Barang
Perhiasan dan
Barang Berharga
Lainnya.
10
Industri
Kimia
Dasar
Industri Pupuk
Pupuk Organik,
Pupuk Tunggal
(Basis Nitrogen),
Pupuk Majemuk
dan Produk Pupuk
Lainnya.
Pupuk Organik,
Pupuk Tunggal
(Basis Fosfat dan
Kalium), Pupuk
Majemuk dan
Produk Pupuk
Lainnya.
Pupuk Organik,
Pupuk Tunggal
(Basis Nitrogen,
Fosfat dan
Kalium), Pupuk
Majemuk dan
Produk Pupuk
Lainnya. Industri Kimia Dasar
No Industri
Unggulan
Jenis Industri
2021-2025 2026-2030 2031-2041
Industri Kimia
Dasar seperti
Pembuatan
Disinfektan,
Alkohol, Industri
Penyulingan Air,
Pengolahan
Limbah Non-
Organik dan
Industri Kimia
Dasar Lainnya.
Industri Kimia
Dasar seperti
Pembuatan
Disinfektan,
Alkohol, Industri
Penyulingan Air,
Pengolahan
Limbah Non-
Organik,
Pengolahan
Limbah B3 dan
Industri Kimia
Dasar Lainnya.
Industri Kimia
Dasar seperti
Pembuatan
Disinfektan,
Alkohol, Aromatik
Sintetis,
Pengolahan
Limbah Non-
Organik,
Pengolahan
Limbah B3 dan
Industri Kimia
Dasar Lainnya.
Industri Pestisida dan Produk Agrokimia Lainnya
Industri Pestisida
seperti Insektisida,
Rodentisida,
Fungisida,
Herbisida dan
Industri Pestisida
Lainnya.
Industri Pestisida;
Industri Zat
Pengatur Tumbuh
seperti Atonik,
Kapur Pertanian,
Kapur Fosfat,
Dolomit, Bahan
Amelioran dan
Industri Pestisida
Lainnya.
Industri Pestisida;
Industri Zat
Pengatur Tumbuh
seperti Atonik,
Kapur Pertanian,
Kapur Fosfat,
Dolomit, Bahan
Amelioran dan
Industri Pestisida
Lainnya.
E. Sasaran dan Program Pembangunan Industri Unggulan Provinsi
Dalam upaya memfokuskan capaian pembangunan Industri Unggulan Provinsi
Nusa Tenggara Barat dengan menitik-beratkan kepada Potensi Sumber Daya Alam
Daerah, potensi pemanfaatan lahan kosong dan peluang pasar maka dijabarkan
Sasaran, Strategi dan Rencana Program Pembangunan Industri Unggulan sebagai
berikut:
1. Industri Pangan
Tabel 6 Sasaran, Strategi dan Rencana Program Industri Pangan
Sasaran
2021-2025
a) Pemetaan potensi dan
kajian pengolahan
industri pangan yang
terintegrasi dari hulu
ke hilir;
b) Meningkatnya
kerjasama dengan OPD
terkait untuk menjamin
kestabilan ketersediaan
bahan baku;
c) Peningkatan SDM
dibidang industri
pangan;
2026-2030
a) Peningkatan peran
asosiasi industri
olahan pangan dalam
membangun jejaring;
b) Terciptanya
kemitraan dengan
stakeholders terkait
dalam upaya
penetrasi pasar
produk;
c) Adanya diversifikasi
produk industri
pangan sehingga
memberikan nilai
tambah lebih;
2031-2041
a) Terciptanya
peningkatan mutu
produk secara
berkelanjutan agar
mampu bersaing di
pasar internasional;
b) Pengembangan
industri pendukung
dan bahan penolong
industri pangan;
c) Peningkatan
penerapan sertifikasi
dan standarisasi
sesuai standar
internasional;
d) Terpenuhinya
standarisasi dan mutu
produk olahan pangan;
e) Pendalaman struktur
industri untuk setiap
komoditas industri
olahan pangan;
f) Terdapat dukungan
sarana dan prasarana
serta intervensi
teknologi tepat guna
untuk industri pangan;
g) Peningkatan peran
perguruan tinggi dan
lembaga riset lainnya
dalam implementasi
hasil penelitian di
bidang industri
pangan;
h) Peningkatan kemitraan
antara sektor industri
olahan pangan dengan
stakeholders terkait
dalam upaya perluasan
rantai pasar.
d) Penguatan industri
olahan pangan
melalui modernisasi
dan intervensi
teknologi;
e) Peningkatan mutu
melalui penerapan
sertifikasi
standarisasi (SNI),
halal dan merek;
f) Pengembangan
sentra-sentra industri
olahan pangan;
g) Terdapat akses
pembiayaan yang
mudah bagi pelaku
industri pangan;
h) Terpenuhinya produk
olahan pangan untuk
kebutuhan lokal,
produk substitusi
impor dan produk
orientasi ekspor.
d) Tersedianya Kawasan
Peruntukan Industri
besar terpadu
pengolahan pangan
berwawasan
lingkungan;
e) Meningkatnya
penelitian dan
pengembangan di
kawasan peruntukan
industri pangan;
f) Meningkatnya
diversifikasi produk
olahan, jaminan
mutu berstandar
internasional, dan
keamanan produk;
g) Meningkatnya jumlah
sentra IKM olahan
pangan yang
berwawasan
lingkungan.
Strategi
a) Melakukan pemetaan potensi olahan pangan sebagai bahan baku yang
berkualitas dan berkelanjutan;
b) Meningkatkan kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai
upaya untuk memenuhi kebutuhan industri olahan pangan;
c) Mendorong standarisasi proses produksi, menjamin mutu produk dan
meningkatkan daya saing produk agar mampu bersaing di pasar global;
d) Penguatan sarana dan prasarana pendukung serta kebijakan pembiayaan yang
meringankan beban IKM;
e) Mengembangkan penelitian berkelanjutan untuk menjamin keberlangsungan
industri yang bertumbuh dan memberi nilai tambah;
f) Mengembangkan dan memanfaatkan teknologi dan informasi yang relevan
supaya mampu menciptakan efisiensi dalam proses produksi;
g) Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam rangka untuk penetrasi
pasar yang lebih luas.
Rencana Program
2021 – 2025
a) Menjamin ketersediaan
bahan baku (kualitas,
kuantitas dan
kontinuitas) melalui
pemetaan potensi
lahan terintegrasi;
b) Membangun komitmen
bersama dengan
instansi dan sektor
terkait dalam rangka
memperbaiki
infrastruktur yang
memadai;
2026-2030
a) Mendorong
peningkatan peran
asosiasi pelaku
industri pangan;
b) Meningkatkan
kemitraan dengan
OPD terkait secara
berkesinambungan
agar menjamin
tersedianya bahan
baku;
c) Meningkatkan mutu
dan standarisasi
produk agar mampu
2031-2041
a) Meningkatkan
pengembangan
klaster industri
olahan pangan dalam
rangka diversifikasi
produk;
b) Mendorong
Pengembangan
Industri olahan
pangan pada zona
Kawasan Industri;
c) Meningkatkan
pengembangan
teknologi Industri
c) Memperkuat
pemodalan usaha dan
promosi investasi serta
memfasilitasi akses
terhadap pembiayaan
yang kompetitif bagi
industri pangan skala
kecil dan menengah;
d) Melengkapi sarana dan
prasarana industri
olahan pangan melalui
bantuan mesin dan
peralatan pengolahan
pangan;
e) Meningkatkan
pemahaman tentang
Keamanan Pangan dan
Bahan Tambahan
Pangan (BTP);
f) Menciptakan iklim
usaha yang kondusif
untuk mendorong
pertumbuhan industri
pangan;
g) Melakukan diversifikasi
produk pangan dan
mengembangkan
pengolahan pangan
terintegrasi;
h) Meningkatkan peran
Perguruan Tinggi
dalam melakukan
penelitian dan
pengembangan.
menembus pasar
nasional maupun
pasar internasional;
d) Meningkatkan pangsa
pasar baik dalam
negeri maupun
ekspor melalui
promosi
berkelanjutan;
e) Melakukan upaya
penumbuhan
wirausaha baru di
bidang industri
pengolahan melalui
kegiatan magang di
beberapa pabrik
olahan pangan;
f) Menfasilitasi
terwujudnya kawasan
industri terpadu
pengolahan pangan;
g) Mengembangkan
sentra-sentra
pengolahan pangan
yang terintegrasi
dengan sumber
bahan baku;
h) Meningkatkan
kompetensi SDM di
bidang teknologi dan
inovasi pengolahan
pangan dan
manajerial usaha
melalui Pendidikan
dan pelatihan.
Pangan yang lebih
modern serta
memenuhi standar
internasional;
d) Meningkatkan
kemampuan
penyediaan mesin
dan peralatan
pendukung usaha
pengolahan pangan;
e) Meningkatkan mutu
kemasan olahan
pangan untuk
meningkatkan daya
saing produk;
f) Meningkatkan
kemampuan inovasi
dan penguasaan
teknologi
proses/rekayasa
produk industri
olahan pangan serta
diversifikasinya;
g) Meningkatkan
kualifikasi, kapasitas,
dan kemampuan
laboratorium uji
mutu produk olahan
pangan;
h) Mengembangkan
jejaring pemasaran
IKM melalui
kerjasama dengan
distributor maupun
pasar modern.
2. Industri Farmasi, Kosmetik, dan Alat Kesehatan
Tabel 7 Sasaran, Strategi dan Rencana Program Industri Farmasi, Kosmetik, dan
Alat Kesehatan
Sasaran
2021-2025
a) Teridentifikasinya
kebutuhan dan
permasalahan terkait
pengembangan Industri
Farmasi, Kosmetik dan
Alat Kesehatan;
b) Tersusunnya rancangan
kebutuhan industri
pendukung komponen
Industri Farmasi,
Kosmetik dan Alat
Kesehatan;
2026 - 2030
a) Terbentuknya
industri komponen
pendukung Industri
Farmasi, Kosmetik
dan Alat Kesehatan;
b) Penguatan kerjasama
dengan stakeholders
eksternal demi
terciptanya perluasan
segmentasi pasar;
c) Terciptanya
pengembangan dan
2031-2041
a) Terbentuknya
Industri Farmasi,
Kosmetik dan Alat
Kesehatan dalam
satu wilayah industri
yang terintegrasi;
b) Terwujudnya
peningkatan
pembinaan yang
terintegrasi antara
stakeholders terkait
dalam upaya
c) Meningkatnya kualitas
Sumber Daya Manusia
yang ahli dan kompeten
di bidang Industri
Farmasi, Kosmetik dan
Alat Kesehatan;
d) Adanya fasilitasi terkait
proses legalitas dan izin
edar dari produk IKM;
e) Tersedianya akses
permodalan untuk
pengembangan Industri
Farmasi, Kosmetik dan
Alat Kesehatan;
f) Terpenuhinya
kebutuhan lokal produk
Farmasi, Kosmetik dan
Alat Kesehatan melalui
fasilitasi e-katalog.
inovasi produk
Industri Farmasi,
Kosmetik dan Alat
Kesehatan yang
memenuhi standar
mutu;
d) Terwujudnya
peningkatan,
pengembangan dan
penelitian
berkelanjutan dalam
meningkatkan daya
saing pelaku Industri
Farmasi, Kosmetik
dan Alat Kesehatan;
e) Meningkatnya
kegiatan promosi
melalui events dan
pameran nasional
dan internasional.
peningkatan kualitas
dan kuantitas produk
Industri Farmasi,
Kosmetik dan Alat
Kesehatan;
c) Meningkatnya nilai
investasi dalam
pengembangan
Industri Farmasi,
Kosmetik dan Alat
Kesehatan;
d) Terwujudnya
peningkatan
sertifikasi dan
standardisasi serta
dukungan hak
kekayaan intelektual
atas produk Industri
Farmasi, Kosmetik
dan Alat Kesehatan.
Strategi
a) Melakukan pemetaan potensi bahan baku dan bahan penolong yang berkualitas
dan berkelanjutan;
b) Meningkatkan kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk
memenuhi kebutuhan Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan;
c) Memberikan kemudahan akses perijinan dan pembiayaan untuk Industri
Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan;
d) Mendorong standarisasi proses produksi, menjamin mutu produk dan
meningkatkan daya saing produk;
e) Mengembangkan penelitian berkelanjutan bersama perguruan tinggi dan
lembaga penelitian terkait agar menghasilkan produk-produk Farmasi, Kosmetik
dan Alat Kesehatan yang semakin berkualitas dan terbaru;
f) Memanfaatkan teknologi dan informasi yang relevan dalam proses produksi
maupun promosi;
g) Melakukan pembentukan dan pembinaan komunitas dan klaster Industri
Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan;
h) Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam rangka untuk penetrasi
dan perluasan pangsa pasar.
Rencana Program
2021-2025
a) Menjamin ketersediaan
bahan baku (kualitas,
kuantitas dan
kontinuitas) melalui
pemetaan, koordinasi
dengan instansi terkait,
dan kemitraan;
b) Menjamin kemudahan
akses perizinan untuk
mendukung
standardisasi produk
Industri Farmasi,
Kosmetik dan Alat
Kesehatan;
c) Memberikan akses
pembiayaan dan
2026-2030
a) Membangun
ekosistem industri
pendukung bagi
pengembangan
Industri Farmasi,
Kosmetik dan Alat
Kesehatan;
b) Mengembangkan
peningkatan mutu
dan standarisasi
produk Farmasi,
Kosmetik dan Alat
Kesehatan agar
mampu menembus
pasar nasional dan
pasar internasional;
2031-2041
a) Meningkatkan
pengembangan
teknologi Industri
farmasi, kosmetik
dan alat kesehatan
yang lebih modern
serta memenuhi
standar internasional;
b) Meningkatkan
kemampuan
penyediaan mesin
dan peralatan
pendukung usaha
industri farmasi,
kosmetik, dan alat
kesehatan;
permodalan untuk
mendorong percepatan
perkembangan produk
Industri Farmasi,
Kosmetik dan Alat
Kesehatan;
d) Melakukan diversifikasi
bahan baku lokal untuk
mengembangkan
Industri Farmasi dan
Kosmetik;
e) Mendorong peningkatan
peran asosiasi pelaku
Industri Farmasi,
Kosmetik dan Alat
Kesehatan.
c) Meningkatkan
fasilitas pelayanan
akses perizinan dan
pembiayaan yang
mudah;
d) Mengembangkan
sentra Industri untuk
mendorong lahirnya
wirausaha baru dan
penyerapan tenaga
kerja;
e) Mendorong
peningkatan investasi
Industri Farmasi,
Kosmetik dan Alat
Kesehatan.
c) Meningkatkan
kemampuan inovasi
dan penguasaan
teknologi
proses/rekayasa
produk Industri
Farmasi, Kosmetik
dan Alat Kesehatan;
d) Meningkatkan
kualifikasi, kapasitas,
dan kemampuan
laboratorium uji
mutu produk
Farmasi, Kosmetik,
dan Alat Kesehatan.
3. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka
Tabel 8 Sasaran, Strategi dan Rencana Program Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki
dan Aneka
Sasaran
2021–2025
a) Pemetaan potensi
lokasi dan zona untuk
pengembangan
Industri Tekstil, Kulit,
Alas Kaki dan Aneka;
b) Adanya pengembangan
skema pembiayaan dan
bantuan modal yang
kompetitif bagi Industri
Tekstil, Kulit, Alas Kaki
dan Aneka;
c) Peningkatan keahlian
dan keterampilan SDM
di bidang Industri
Tekstil, Kulit, Alas Kaki
dan Aneka;
d) Terbentuknya asosiasi
Industri Tekstil, Kulit,
Alas Kaki dan Aneka
yang proaktif
membuka peluang bagi
pelaku pemula
(inkubasi);
e) Adanya intervensi
fasilitas
sarana/prasarana dan
penggunaan teknologi
pengolahan untuk
skala industri;
f) Adanya pemenuhan
bahan baku dan bahan
2026 – 2030
a) Terciptanya sentra
Industri Tekstil, Kulit,
Alas Kaki dan Aneka
di daerah yang telah
ditentukan;
b) Peningkatkan
pemanfaatan
teknologi tepat guna
dalam proses
produksi untuk
diversifikasi produk
Industri Tekstil, Kulit,
Alas Kaki dan Aneka;
c) Tercapainya
peningkatan daya
saing produk melalui
pemenuhan standar
dan mutu sesuai
permintaan pasar;
d) Adanya peningkatan
penerapan sertifikasi
standarisasi (SNI) dan
branding produk;
e) Adanya penguatan
kemitraan dengan
pihak terkait untuk
menjamin distribusi
pemasaran lokal dan
internasional;
f) Adanya peningkatan
jumalah penguatan
sentra-sentra dan
2031-2041
a) Adanya
pengembangan
diversifikasi produk
Industri Tekstil, Kulit,
Alas Kaki dan Aneka
yang inovatif;
b) Meningkatnya
penerapan sertifikasi
dan standarisasi
sesuai Standar
Nasional Indonesia
(SNI) untuk produk
Industri Tekstil, Kulit,
Alas Kaki dan Aneka;
c) Berkembangnya
klaster dalam rangka
percepatan
pertumbuhan
Industri Tekstil, Kulit,
Alas Kaki dan Aneka
di sentra produksi;
d) Berkembangnya
Industri Tekstil, Kulit,
Alas Kaki dan Aneka
berwawasan
lingkungan;
e) Adanya penguatan
pengembangan dan
penelitian terkait
pengembangan
Industri turunan
penolong untuk
kegiatan produksi;
g) Terciptanya produk
IKM yang bermutu dan
berdaya saing.
asosiasi dalam upaya
peningkatan
penyerapan tenaga
kerja.
Tekstil, Kulit, Alas
Kaki dan Aneka;
f) Terbentuknya
segmentasi pasar
lokal menjadi
berbasis ekspor.
Strategi
a) Melalui koordinasi dengan OPD terkait, adanya upaya peningkatan
produktifitas sektor hulu untuk memastikan pasokan bahan baku;
b) Memperkuat proses produksi melalui penggunaan teknologi tepat guna secara
efisien;
c) Menciptakan iklim investasi yang sehat serta penataan mekanisme
pembiayaan atau modal usaha bagi pelaku industri;
d) Mengembangkan sistem distribusi logistik untuk meningkatkan nilai ekspor;
e) Meningkatkan produktivitas dan utilisasi kapasitas produksi industri
yang ada (eksisting);
f) Menerapkan teknologi modern untuk Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan
Aneka sehingga produk sesuai standarisasi. Rencana Program
2021-2025
a) Melakukan pemetaan
potensi wilayah dan
zona untuk
pengembangan
Industri Tekstil, Kulit,
Alas Kaki dan Aneka;
b) memfasilitasi skema
pembiayaan dan
permodalan yang
kompetitif untuk
Industri Tekstil, Kulit,
Alas Kaki dan Aneka;
c) Memfasilitasi
Pendidikan dan
pelatihan dalam upaya
meningkatkan keahlian
dan keterampilan SDM
Industri Tekstil, Kulit,
Alas Kaki dan Aneka;
d) Menghimpun dan
membentuk asosiasi
Industri Tekstil, Kulit,
Alas Kaki dan Aneka
untuk membuka
peluang kerja baru;
e) Mendorong
kelengkapan
sarana/prasarana
memadai dan
penggunaan teknologi
tepat guna;
f) Menjamin ketersediaan
bahan baku dan dan
bahan penolong;
2026 – 2030
a) Membentuk dan
memperkuat sentra-
sentra Industri
Tekstil, Kulit, Alas
Kaki dan Aneka
untuk peningkatan
produktifitas;
b) Mengoptimalkan
pembuatan teknologi
tepat guna buatan
IKM lokal untuk
diversifikasi produk
Industri Tekstil, Kulit,
Alas Kaki dan Aneka;
c) Memenuhi
stnadarisasi dan daya
saing produk sesuai
standar yang berlaku;
d) Meningkatkan
penerapan sertifikasi
dan Standarisasi
Nasional Indonesia
(SNI) dan branding
produk;
e) Membangun dan
memperkuat jejaring
kemitraan dengan
pihak terkait untuk
distribusi pemasaran
lokal dan
internasional;
f) Memperkuat peran
asosiasi dalam upaya
peningkatan
produktifitas dan
2031-2041
a) Mengembangkan dan
memperkuat struktur
industri melalui
diversifikasi produk
Industri Tekstil, Kulit,
Alas Kaki dan Aneka
yang inovatif;
b) Meningkatkan
standarisasi sesuai
Standar Nasional
Indonesia (SNI) dan
standar internasional
untuk produk
Industri Tekstil, Kulit,
Alas Kaki dan Aneka;
c) Mengembangkan
klaster dalam rangka
percepatan
pertumbuhan
Industri Tekstil, Kulit,
Alas Kaki dan Aneka
kearah perwilayahan
industri;
d) Membangun struktur
Industri Tekstil, Kulit,
Alas Kaki dan Aneka
yabng berwawasan
lingkungan dan zero
waste;
e) Meningkatkan
Kerjasama dan
jejaring untuk
memperluas
segmentasi pasar
lokal menjadi skala
nasional dan ekspor.
g) Menciptakan produk
IKM yang bermutu dan
berdaya saing.
penyerapan tenaga
kerja.
4. Industri Alat Transportasi
Tabel 9 Sasaran, Strategi dan Rencana Program Industri Alat Transportasi
Sasaran
2021–2025
a) Teridentifikasinya
potensi pengembangan
Industri Alat
Transportasi di
Kabupaten/Kota;
b) Tersusunnya rancangan
kebutuhan industri
pendukung komponen
Industri Alat
Transportasi;
c) Meningkatnya kualitas
Sumber Daya Manusia
yang ahli dan kompeten
di bidang Industri Alat
Transportasi;
d) Terdapat kemitraan
dengan Lembaga
penelitian dalam upaya
pengembangan produk
secara berkelanjutan;
e) Tersedianya akses
permodalan untuk
pengembangan Industri
Alat Transportasi;
f) Adanya fasilitasi
peningkatan kuantitas
dan kualitas produk
Industri Alat
Transportasi.
2026 – 2030
a) Meningkatnya
kerjasama dengan
stakeholders eksternal
untuk perluasan
segmentasi pasar;
b) Terciptanya
pengembangan dan
inovasi produk alat
transportasi yang
memenuhi standar
dan ketentuan yang
berlaku;
c) Terwujudnya
pengembangan dan
penelitian
berkelanjutan dalam
meningkatkan daya
saing produk;
d) Meningkatnya
pemenuhan
kebutuhan komponen
dari hasil produksi
IKM lokal;
e) Terbangunnya
sinergisitas antar IKM
untuk pemenuhan
komponen Alat
Transportasi dan
layanan purna jual.
2031-2041
a) Meningkatnya
kuantitas dan
kualitas IKM Alat
Transportasi;
b) Terbentuknya
penguatan layanan
purna jual untuk
perbaikan dan
reparasi alat
transportasi buatan
lokal;
c) Meningkatnya
kemampuan SDM
Industri Alat
Transportasi dalam
menciptakan
komponen alat
transportasi;
d) Meningkatnya nilai
investasi dalam
pengembangan
Industri Alat
Transportasi;
e) Terwujudnya
peningkatan jenis
dan variasi produk
alat transportasi
berwawasan
lingkungan.
Strategi
a) Mengidentifikasi kebutuhan komponen pendukung pengembangan Industri Alat
Transportasi;
b) Mendorong pengembangan inovasi pelaku Industri Alat Transportasi melalui
event multisektor;
c) Mendorong pengembangan komponen pendukung Industri Alat Transportasi;
d) Penguatan kompetensi dan keterampilan pelaku Industri Alat Transportasi
dalam hal peningkatan kreatifitas dan inovasi produk;
e) Pengembangan teknologi dan informasi mesin, peralatan serta sarana
pendukung lainnya untuk efektifitas dan efisiensi proses produksi;
f) Peran pemerintah sebagai penguatan usaha dan pembiayaan sebagai pendorong
kreativitas, benchmarking, research dan development, perluasan pangsa pasar
dan promosi.
Rencana Program
2021-2025 2026 – 2030 2031-2041
a) Melakukan pemetaan
permasalahan dan
kebutuhan alat
transportasi secara
komprehensif;
b) Melakukan peningkatan
kapasitas dan
kompetensi SDM
pelaku Industri Alat
Transportasi;
c) Pembentukan
komunitas/asosiasi
pelaku Industri Alat
Transportasi;
d) Membangun Kerjasama
dengan Lembaga
Penelitian dan
pengembangan untuk
peningkatan kualitas
produk;
e) Meningkatkan
penerapan standarisasi
dan kualitas produk
Industri Alat
Transportasi.
a) Menjalin dan
memperkuat
kerjasama dengan
stakeholders terkait
dalam upaya
perluasan pasar;
b) Membangun dan
mengembangkan
inovasi variasi alat
transportasi yang
memenuhi standar;
c) Memfasilitasi akses
pembiayaan bagi
Industri lokal;
d) Mengoptimalkan
pengembangan dan
penelitian
berkelanjutan dalam
meningkatkan daya
saing;
e) Memfasilitasi peran
IKM lokal dalam
pemenuhan
kebutuhan komponen
Industri Alat
Transportasi.
a. Mendorong
pengembangan
sentra yang
terintegrasi dengan
pasar dalam satu
wilayah industri;
b. Mendorong
peningkatan nilai
investasi di sektor
Industri Alat
Transportasi melalui
pemberian insentif
fiskal dan non-
fiskal;
c. Meningkatkan
pengembangan
keterampilan pelaku
Industri Alat
Transportasi secara
berkesinambungan;
d. Mengembangkan
kemitraan untuk
memperluas pangsa
pasar, baik skala
nasional maupun
internasional.
5. Industri Elektronika dan Telematika/ICT
Tabel 10 Sasaran, Strategi dan Rencana Program Industri Elektronika dan
Telematika/ICT
Sasaran
2021-2025
a) Tersedianya database
komunitas/pelaku
Industri Elektronika
dan Telematika/ICT;
b) Teridentifikasinya
spot-spot lokasi untuk
pelaku Industri
Elektronika dan
Telematika/ICT;
c) Meningkatnya
kuantitas dan kualitas
Sumber Daya Manusia
yang kompeten di
bidang Industri
Elektronika dan
Telematika/ICT;
d) Adanya pusat
pengembangan
kreativitas dan inovasi
bagi pelaku industri;
e) Terfasilitasinya proses
pengurusan HAKI
2026-2030
a) Meningkatnya peran
komunitas dalam
mendorong pelaku
industri untuk
meningkatkan
kreatifitas;
b) Terciptanya
pengembangan dan
inovasi produk
Industri Elektronika
dan Telematika/ICT
yang memenuhi
standar;
c) Terwujudnya
pengembangan dan
penelitian
berkelanjutan dalam
meningkatkan daya
saing pelaku Industri
Elektronika dan
Telematika/ICT;
d) Terbangunnya
pendalaman struktur
2031-2041
a) Terselenggaranya
peningkatan
pembinaan yang
terintegrasi antara
stakeholders dalam
peningkatan Industri
Elektronika dan
Telematika/ICT;
b) Meningkatnya nilai
investasi dalam
pengembangan
Industri Elektronika
dan Telematika/ICT;
c) Terdapat sentra
pengembangan skala
nasional dan global
untuk meningkatkan
manfaat kepada
pelaku Industri
Elektronika dan
Telematika/ICT;
d) Terciptanya produk
Industri Elektronika
seperti merek, paten
dan hak cipta;
f) Adanya penguatan
jejaring dan kerjasama
dengan stakeholders
terkait dalam upaya
sharing knowledge dan
perluasan pasar.
Industri Elektronika
dan Telematika/ICT;
e) Adanya peningkatan
spesialisasi baik dari
segi pelaku industri
maupun berbasis
kedaerahan.
dan Telematika/ICT
berwawasan
lingkungan yang
mendukung
pembangunan
berkelanjutan.
Strategi
a) Membangun komunitas Industri Elektronika dan Telematika/ICT sebagai
entitas diskusi dan jejaring Kerjasama;
b) Mendorong pengembangan inovasi dan kreatifitas pelaku Industri Elektronika
dan Telematika/ICT melalui event multisektor.
c) Membangun iklim kreatif di kalangan pelaku Industri Elektronika dan
Telematika/ICT;
d) Mendorong introduksi teknologi dalam pengembangan sarana prasana
pendukung Industri Elektronika dan Telematika/ICT;
e) Penguatan kompetensi dan keterampilan pelaku Industri Elektronika dan
Telematika/ICT dalam hal peningkatan kreatifitas dan inovasi produk;
f) Pengembangan teknologi dan informasi mesin, peralatan serta sarana
pendukung lainnya untuk efektifitas dan efisiensi proses produksi;
g) Peran pemerintah sebagai penguatan usaha dan pembiayaan sebagai
pendorong kreativitas, benchmarking, research dan development, perluasan
pangsa pasar dan promosi.
Rencana Program
2021-2025
a) Melakukan pemetaan
potensi dan kekuatan
sektor Industri
Elektronika dan
Telematika/ICT;
b) Pelatihan peningkatan
kapasitas SDM pelaku
industri Industri
Elektronika dan
Telematika/ICT;
c) Membentuk dan
memperkuat
komunitas/asosiasi
pelaku Industri
Elektronika dan
Telematika/ICT;
d) Penelitian dan
pengembangan
peningkatan kualitas
produk;
e) Meningkatkan
keunggulan Industri
Elektronika dan
Telematika/ICT
berbasis potensi lokal;
f) Memfasilitasi
bimbingan teknis dan
pelatihan desain dan
teknologi.
2026-2030
a) Penguatan
kelembagaan asosasi
pelaku Industri
Elektronika dan
Telematika/ICT;
b) Mendukung
penguatan research &
development di bidang
pengembangan bahan
baku, teknologi,
desain produk, dan
skema pemasaran;
c) Meningkatkan peran
asosiasi dalam
promosi produk
melalui acara festival
dan pameran produk
berskala nasional dan
internasional;
d) Mendorong daerah
untuk ramah
terhadap investor di
bidang Industri
Elektronika dan
Telematika/ICT;
e) Memperluas akses
pasar produk Industri
Elektronika dan
Telematika/ICT.
2031-2041
a) Menjamin dan
meningkatkan mutu
Industri Elektronika
dan Telematika/ICT;
b) Meningkatkan
promosi dan
Kerjasama dalam
upaya peningkatan
nilai investasi di
sektor Industri
Elektronika dan
Telematika/ICT;
c) Mengoptimalkan
pendalaman struktur
untuk produk
Industri Elektronika
dan Telematika/ICT;
d) Meningkatkan
kualitas produk
Industri Elektronika
dan Telematika/ICT
agar berwawasan
lingkungan;
e) Mengembangkan
kemitraan untuk
memperluas pangsa
pasar, baik skala
nasional maupun
internasional.
6. Industri Pembangkit Energi
Tabel 11 Sasaran, Strategi dan Rencana Program Industri Pembangkit Energi
Sasaran
2021–2025
a) Tersedianya peta potensi
sumber daya alam yang
mendukung tersedianya
pasokan energi secara
kontinyu;
b) Tersedianya sarana dan
prasarana serta teknologi
untuk pengembangan
industri pembangkit
energi;
c) Terjalinnya sinergi
dengan balai penelitian
milik pemerintah
maupun swasta serta
dengan perguruan tinggi;
d) Terwujudnya kegiatan
pendampingan dan
penyuluhan secara
kontinyu untuk
perbaikan kualitas
pemeliharaan mesin
pembangkit.
2026 – 2030
a) Terwujudnya
Penguatan industri
pembangkit energi
dan terbarukan
melalui modernisasi
dan alih teknologi;
b) Terciptanya
kemitraan dengan
stakeholders terkait
dalam upaya
penetrasi pasar
produk;
c) Adanya diversifikasi
produk industri
pembangkit energi
sehingga memberikan
nilai;
d) Peningkatan mutu
bahan bakar produk
industri pembangkit
energi.
2031-2041
a) Terwujudnya
penerapan
manajemen energi
yang efisien serta
penggunaan energi
melalui penerapan
teknologi penghemat
listrik;
b) Terciptanya rantai
pasok bahan baku
industri pembangkit
energi yang stabil dan
berkelanjutan;
c) Penyempurnaan
mutu industri
pembangkit energi
dan turunannya yang
sesuai dengan
standar;
d) Berkembangnya
sentra-sentra industri
pembangkit energi.
Strategi
a) Mengembangkan penelitian berkelanjutan dengan menggandeng perguruan
tinggi agar terciptanya keberlangsungan industri yang bertumbuh dan memberi
nilai tambah kepada masyarakat;
b) Mengembangkan Pembangkit energi untuk mendukung pembangunan pusat-
pusat ekonomi baru;
c) Menjamin harga keekonomisan yang wajar akan industri pembangkit energi;
d) Mengembangkan dan memanfaatkan teknologi dan informasi yang relevan dalam
upaya menciptakan efisiensi dalam proses produksi;
e) Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam rangka untuk penetrasi
pasar yang lebih luas;
f) Menjamin tersedianya infrastruktur yang memadai dalam upaya mendukung
terwujudnya industri pembangkit energi yang kholistik.
Rencana Program
2021–2025
a) Melakukan pemetaan
potensi sumber daya
alam yang mendukung
tersedianya pasokan
energi secara kontinyu;
b) Meningkatkan
kompetensi dan
keterampilan Sumber
Daya Manusia;
c) Membangun dan
memfasilitasi sarana dan
prasarana serta
teknologi;
2026-2030
a) Meningkatkan
penguatan struktur
industri pembangkit
energi melalui
modernisasi dan alih
teknologi;
b) Memperluas dan
meningkatkan
kemitraan dengan
stakeholders terkait;
c) Meningkatkan
pemanfaatan sumber
daya sebagai sumber
2031-2041
a) Meningkatkan
penciptaan industri
baru yang
mengangkat konsep
industri pembangkit
energi;
b) Membangun rantai
pasok bahan baku
industri pembangkit
energi yang stabil dan
berkelanjutan;
c) Melakukan
penyempurnaan
secara berkelanjutan
d) Mendorong sinergi
dengan balai penelitian
milik pemerintah
maupun swasta serta
dengan perguruan tinggi;
e) Memberikan
pendampingan untuk
perbaikan dan
pemeliharaan mesin
pembangkit.
pembangkit tenaga
listrik baru;
d) Mengembangkan
diversifikasi produk
industri pembangkit
energi dan merata di
setiap kabupaten/kota
sesuai dengan
potensinya masing-
masing.
terkait mutu industri
pembangkit energi
dan turunannya yang
sesuai dengan
standar;
d) Mengembangkan dan
meningkatkan
kuantitas dan
kualitas lokasi
pembangkit energi.
7. Industri Barang Modal, Komponen dan Jasa Industri
Tabel 12 Sasaran, Strategi dan Rencana Program Industri Barang Modal, Komponen
dan Jasa Industri
Sasaran
2021–2025
a) Terciptanya master
plan yang
komprehensif dalam
untuk membangun
Industri Barang
Modal, Komponen dan
Jasa Industri;
b) Terciptanya
peningkatan
standarisasi produk
barang Barang Modal
dan Komponen yang
lolos uji dan
standarisasi SNI;
c) Terwujudnya
pemerataan SDM di
sektor Jasa Industri,
khususnya terkait
layanan purna jual
mesin;
d) Terwujudnya fasilitasi
IKM agar memiliki
produk yang berdaya
saing dan mampu
dipasarkan baik
secara offline maupun
online;
e) Adanya produk
permesinan IKM yang
terdaftar dalam E-
katalog pemerintah
daerah untuk
memenuhi pasar lokal.
2026-2030
a) Terwujudnya peran
asosiasi Industri
Barang Modal,
Komponen dan Jasa
Industri untuk
melakukan produksi
yang efisien;
b) Meningkatnya
kemampuan IKM
untuk memenuhi
kebutuhan lokal akan
mesin dan peralatan
(Teknologi Tepat
Guna);
c) Terjalinnya kerjasama
dengan balai penelitian
dan/atau perguruan
tinggi untuk
melakukan Research
and Development
dalam upaya
pengembangan Barang
Modal, Komponen dan
Jasa industri secara
tepat guna;
d) Adanya penguatan IKM
yang memproduksi
produk Industri
Barang Modal dan
Komponen dalam hal
kelembagaan,
manajemen usaha,
akses pembiayaan dan
pemasaran produk.
2031-2041
a) Meningkatnya
penggunaan teknologi
dalam upaya efisiensi
produksi Industri
Barang Modal dan
Komponen;
b) Terwujudnya
peningkatan jumlah
IKM modern yang
mampu memproduksi
Industri Barang
Modal dan Komponen
yang memenuhi
standar SNI;
c) Terbangunnya sentra
industri Industri
Barang Modal dan
Komponen dan
memiliki layanan jasa
industri di setiap
daerah yang telah
ditetapkan;
d) Adanya penguatan
dalam hal penelitian
dan pengembangan
produk industri
barang modal,
komponen dan jasa
industri dalam upaya
mencapai produk
yang efisien serta
ramah lingkungan.
Strategi
a) Pengembangan peta jalan pengembangan Industri Barang Modal, Komponen
dan Jasa Industri;
b) Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi di bidang
Industri Barang Modal, Komponen dan Jasa Industri
c) Pengembangan Research and Development dalam upaya penyempurnaan
produk Industri Barang Modal dan Komponen serta memperkuat
pengembangan di Jasa Industri;
d) Pemanfaatan teknologi agar terciptanya efisiensi dalam proses produksi
Industri Barang Modal dan Komponen;
e) Mendorong peningkatan kemampuan IKM untuk memproduksi produk Barang
Modal dan Komponen agar mampu memenuhi pasar lokal hingga nasional. Rencana Program
2021–2025
a) Melakukan kajian
menyeluruh
(integrated supply
chain) terkait
pengembangan
Industri Barang
Modal, Komponen dan
Jasa Industri;
b) Meningkatkan peran
IKM dalam rantai
pasok komponen
Industri Barang Modal
dan Komponen;
c) Mewujudkan
pengembangan sentra
industri pembuatan
tools dan komponen
presisi;
d) Mendorong produk
IKM NTB untuk
memasarkan
produknya melalui E-
Katalog pemerintah;
e) Memfasilitasi
penguatan IKM yang
memproduksi Barang
Modal dan Komponen
dalam hal
kelembagaan dan
manajemen usaha.
2026-2030
a) Mengembangkan
kapasitas Industri
Barang Modal dan
Komponen melalui
upaya efisiensi
produksi;
b) Mendorong kestabilan
produksi Industri
Barang Modal dan
Komponen;
c) Meningkatkan
penguasaan teknologi
dan rekayasa produk
industri penunjang
Industri Unggulan
melalui penelitian dan
pengembangan yang
terintegrasi;
d) Melakukan evaluasi
secara berkala
terhadap produk yang
sudah dimanfaatkan
dalam rangka
meningkatkan
efektivitas dan efisiensi
kerja produk;
e) Meningkatkan layanan
purna jual produk
barang modal (produk
mesin dan peralatan).
2031-2041
a) Mengembangkan
sentra IKM modern
khusus memproduksi
komponen presisi
terstandardisasi
untuk menunjang
Kawasan Industri;
b) Mendorong
terbentuknya sentra
Industri Barang
Modal, Komponen
dan Jasa Industri di
setiap
kabupaten/kota;
c) Meningkatkan
penelitian dan
pengembangan
Industri Barang
Modal dan Komponen
dalam upaya
mencapai produk
yang efisien serta
ramah lingkungan;
d) Mewujudkan Industri
Barang Modal,
Komponen dan Jasa
Industri yang berdaya
saing di pasar
nasional dan global.
8. Industri Hulu Agro
Tabel 13 Sasaran, Strategi dan Rencana Program Industri Hulu Agro
Sasaran
2021-2025
a) Pemetaan potensi
lahan untuk
pengembangan
Industri Hulu Agro;
b) Meningkatnya
kerjasama dengan OPD
terkait untuk
menjamin kestabilan
2026-2030
a) Terciptanya sentra
produksi Industri
Hulu Agro di daerah
yang telah
ditentukan;
b) Peningkatkan
pemanfaatan
teknologi tepat guna
dalam proses
2031-2041
a) Adanya
pengembangan
diversifikasi produk
hulu agro yang
inovatif dan bernilai
tambah;
b) Meningkatnya
penerapan sertifikasi
dan standarisasi
dan ketersediaan
bahan baku;
c) Adanya peningkatan
kuantitas dan kualitas
Sumber Daya Manusia
yang kompeten;
d) Pemenuhan
standarisasi dan mutu
produk yang
dihasilkan;
e) Adanya pengembangan
skema pembiayaan dan
bantuan modal yang
kompetitif bagi Industri
Hulu Agro;
f) Adanya optimalisasi
lahan yang tidak
digunakan secara
optimal untuk
menjamin ketersediaan
bahan baku.
produksi Industri
Hulu Agro;
c) Terbentuknya
asosiasi Industri Hulu
Agro yang proaktif
melakukan inkubasi
bagi pelaku pemula;
d) Tercapainya
peningkatan daya
saing produk melalui
pemenuhan standar
dan mutu;
e) Terbentuknya
segmentasi pasar
lokal menjadi skala
nasional dan berbasis
ekspor;
f) Adanya peningkatan
penerapan sertifikasi
standarisasi (SNI) dan
branding produk.
sesuai Standar
Nasional Indonesia
(SNI) Industri Hulu
Agro;
c) Berkembangnya
klaster dalam rangka
percepatan
pertumbuhan Industri
Hulu Agro;
d) Berkembangnya
Industri Hulu Agro
yang ramah
lingkungan dan
berbasis zero waste;
e) Adanya penguatan
pengembangan dan
penelitian terkait
pengembangan
Industri Hulu Agro.
Strategi
a) Peningkatan produktifitas sektor hulu untuk memastikan pasokan bahan
baku melalui koordinasi dengan sektor terkait;
b) Memperkuat proses produksi melalui penggunaan teknologi tepat guna secara
efisien;
c) Menciptakan iklim investasi yang sehat serta penataan mekanisme
pembiayaan atau modal usaha bagi pelaku industri;
d) Mengembangkan sistem distribusi logistik untuk meningkatkan nilai ekspor;
e) Menjamin ketersediaan jaminan pasokan bahan baku serta meningkatkan
efisiensi bahan baku;
f) Meningkatkan produktivitas dan utilisasi kapasitas produksi industri
yang ada (eksisting); dan
g) Memperluas penetrasi pasar melalui promosi secara berkelanjutan.
Rencana Program
2021-2025
a) Menjamin ketersediaan
bahan baku (kualitas,
kuantitas dan
kontinuitas) melalui
pemetaan potensi
lahan;
b) Meningkatkan
penerapan sertifikasi
Standar Nasional
Indonesia (SNI) serta
peningkatan kapasitas
laboratorium uji mutu;
c) Memperkuat
pemodalan dan
promosi investasi serta
memfasilitasi akses
terhadap pembiayaan
yang kompetitif bagi
Industri Hulu Agro;
2026-2030
a) Mendorong peran
aktif sentra olahan
barang dari kayu
untuk meningkatkan
produktifitas IKM
yang ada;
b) Meningkatkan
kemampuan
penguasaan dan
pengembangan
inovasi teknologi
Industri Hulu Agro
melalui penelitian dan
pengembangan yang
berkelanjutan;
c) Mendorong peran
asosiasi untuk
memfasilitasi
penumbuhan
wirausaha baru;
2031-2041
a) Meningkatkan
kemampuan IKM
untuk membuat
diversifikasi produk
(pengembangan
industri hulu agro);
b) Meningkatkan
penyuluhan kepada
IKM industri hulu
agro untuk
meningkatkan
kualitas bahan baku;
c) Membangun pusat
informasi industri
hulu agro di lokasi
klaster pembangunan
industri pengolahan;
d) Meningkatkan
standar dan mutu
produk dengan
d) Meningkatkan
kompetensi SDM
tentang teknologi
proses produksi bagi
aparat pembina dan
pengusaha melalui
diklat industri;
e) Melakukan pemetaan
dan revitalisasi lahan
tidak produktif.
d) Mendorong
standarisasi produk
sesuai SNI agar
mampu bersaing di
pasar;
e) Menjalin kerjasama
dengan perusahaan
besar untuk
meningkatkan
penetrasi pasar.
melengkapi
label/atribut produk;
e) Mendorong
pengembangan dan
penelitian
berkelanjutan untuk
mendukung
pengembangan
industri hulu agro.
9. Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam
Tabel 14 Sasaran, Strategi dan Rencana Program Industri Logam Dasar Dan Bahan
Galian Bukan Logam
Sasaran
2021-2025
a) Adanya Sumber Daya
Manusia yang memiliki
kompetensi di bidang
Industri Logam Dasar
dan Bahan Galian
Bukan Logam;
b) Terciptanya master
plan yang
komprehensif dalam
upaya
mengintegrasikan
ketersediaan bahan
baku sampai proses
pembuatan produk;
c) Terwujudnya peran
sentral IKM dalam
rantai pasokan
komponen Industri
Logam Dasar dan
Bahan Galian Bukan
Logam;
d) Terciptanya
standaraisasi produk
sesuai SNI dan
ketentuan lainnya yang
berlaku;
e) Terwujudnya fasilitasi
IKM agar memiliki
produk yang berdaya
saing dan mampu
dipasarkan baik secara
offline maupun online.
2026-2030
a) Terwujudnya peran
asosiasi Industri
Logam Dasar dan
Bahan Galian Bukan
Logam untuk
penyerapan tenaga
kerja;
b) Terjalinnya kerjasama
dengan balai
penelitian dan
pengembangan
dan/atau perguruan
tinggi untuk
melakukan Research
and Development;
c) Adanya evaluasi
berkala terhadap
pemanfaatan logam
dasar dan bahan
galian bukan logam
yang dihasilkan oleh
IKM sebagai upaya
untuk quality control;
d) Adanya penguatan
IKM Industri Logam
Dasar dan Bahan
Galian Bukan Logam
dalam hal
kelembagaan,
manajemen usaha
dan akses
pembiayaan.
2031-2041
a) Terwujudnya
peningkatan jumlah
IKM Industri Logam
Dasar dan Bahan
Galian Bukan Logam
yang memenuhi
standar SNI;
b) Terbangunnya
pendalaman struktur
produk dari Industri
Logam Dasar dan
Bahan Galian Bukan
Logam;
c) Adanya penguatan
dalam hal penelitian
dan pengembangan
produk Industri
Logam Dasar dan
Bahan Galian Bukan
Logam dalam upaya
mencapai produk yang
efisien dan ramah
lingkungan;
d) Terwujudnya Industri
Logam Dasar dan
Bahan Galian Bukan
Logam yang berdaya
saing sehingga
mampu melakukan
penetrasi pasar
nasional dan global.
Strategi
a) Penyusunan peta jalan yang komprehensif untuk mendukung berkembangnya
industri Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam;
b) Memperkuat kerjasama dan koordinasi dengan sektor terkait dan kelompok-
kelompok pengerajin logam dalam upaya meningkatkan keberlanjutan produksi
Industri Logam Dasar;
c) Mengembangkan kualitas dan kuantitas hasil produksi dengan penguatan
sarana dan prasarana produksi tepat guna ramah lingkungan;
d) Pengembangan penelitian berkelanjutan untuk memastikan eksistensi Industri
Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam tetap berproduksi;
e) Peningkatan kualitas SDM, kelembagaan, dan kemitraan kelompok dalam
mendorong peningkatan mutu dan daya saing industri;
f) Peningkatan penguasaan teknologi dalam pengembangan Industri Logam Dasar
dan Bahan Galian Bukan Logam.
Rencana Program
2021 – 2025
a) Bersama sektor terkait
melakukan koordinasi
untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas
produksi Industri
Logam Dasar dan
Bahan Galian Bukan
Logam;
b) Melakukan standarisasi
mutu produk hasil
Industri Logam Dasar
dan Bahan Galian
Bukan Logam sesuai
mutu dan standar SNI;
c) Memfasilitasi mesin dan
peralatan bagi pelaku
Industri Logam Dasar
dan Bahan Galian
Bukan Logam;
d) Meningkatkan
kompetensi dan
keahlian Sumber Daya
Manusia (SDM) untuk
meningkatkan
produktifitas;
e) Membangun jaringan
pemasaran sebagai
upaya perluasan
pangsa pasar IKM.
2026-2030
a) Mendorong peran
sentra untuk
meningkatkan
produktifitas IKM
untuk peningkatan
penyerapan tenaga
kerja;
b) Melakukan kajian
teknis dan ekonomis
pengembangan
klaster industri logam
dasar dan bahan
galian bukan logam;
c) Meningkatkan mutu
produk Industri
Logam Dasar dan
Bahan Galian Bukan
Logam melalui
peningkatan SDM dan
alih teknologi;
d) Meningkatkan
kemitraan melalui
kerja sama antara
usaha kecil menengah
dan usaha besar;
e) Meningkatkan
kelembagaan usaha
dan akses
pembiayaan.
2031-2041
a) Melakukan kajian dan
riset secara
mendalam untuk
potensi industri logam
dasar dan bahan
galian bukan logam;
b) Menjalin kemitraan
Dalam dan Luar
negeri dalam upaya
penetrasi pasar
domestik dan global;
c) Meningkatkan
diversifikasi dan
kualitas produk
Industri Logam Dasar
dan Bahan Galian
Bukan Logam melalui
penelitian dan
pengembangan;
d) Memfasilitasi
peningkatan investasi
Industri Logam Dasar
dan Bahan Galian
Bukan Logam yang
ramah lingkungan;
e) Mendorong perluasan
pasar produk berbasis
ekspor.
10. Industri Kimia Dasar
Tabel 15 Sasaran, Strategi dan Rencana Program Industri Kimia Dasar
Sasaran
2021-2025
a) Terdapat peta potensi
daerah sebagai sentra
Industri Kimia Dasar;
2026-2030
a) Terbangunnya
sentra Industri
Kimia Dasar sebagai
salah satu sektor
2031-2041
a) Meningkatnya
pendalaman struktur
Industri Kimia Dasar;
b) Terwujudnya
penguatan SDM,
Kelembagaan pelaku
usaha dan konektifitas
antar pelaku usaha
pada sektor Industri
Kimia Dasar;
c) Meningkatnya
pemanfaatan teknologi
dan inovasi pengolahan
terhadap industri kimia
dasar;
d) Terdapat sinergisitas
antara pemerintah,
dunia bisnis dan
perguruan tinggi dalam
pengelolaan Industri
Kimia Dasar;
e) Pemenuhan standar
dan mutu produk
industri kimia agar
mampu mememenuhi
kebutuhan lokal dan
mampu bersaing di
pasar nasional.
penyerapan tenaga
kerja;
b) Terwujudnya
optimalisasi
pemanfaatan
teknologi tepat guna
dalam proses
produksi;
c) Adanya
peningakatan
fasilitasi uji
sertifikasi dan
standarisasi produk;
d) Meningkatnya
kemitraan dengan
Lembaga penelitian
untuk
pengembangan
produk efektif dan
efisien;
e) Meningkatnya akses
pembiayaan yang
mudah bagi pelaku
Industri Kimia
Dasar.
b) Adanya peningkatan
pengembangan secara
berkelanjutan agar
produk industri kimia
dasar tetap memiliki
sertifikasi dan
standar mutu SNI;
c) Meningkatnya
pertumbuhan IKM
sektor Industri Kimia
Dasar yang berdaya
saing di tingkat
nasional;
d) Meningkatnya
diversifikasi produk
Industri Kimia Dasar
menjadi produk
bernilai tinggi;
e) Terwujudnya
peningkatan
pengolahan Industri
Kimia Dasar yang
efisien dan
berwawasan
lingkungan.
Strategi
a) Memetakan potensi daerah sebagai landasan pembuatan peta (road map)
pengembangan Industri Kimia Dasar berkelanjutan;
b) Mendorong perwujudan industri yang memiliki daya saing melalui peningkatan
kualitas SDM, penerapan teknologi ramah lingkungan dan terpenuhinya
sertifikasi produk Industri Kimia Dasar;
c) Meningkatkan pemanfaatan teknologi dan inovasi dalam upaya mencapai
proses produksi yang efektif dan efisien;
d) Penguatan proses produksi untuk mewujudkan industri yang berdaya saing
dan berkelanjutan;
e) Menciptakan iklim industri yang kondusif melalui dukungan regulasi dan
peningkatan pembiayaan serta penanaman modal.
Rencana Program
2021-2025
a) Melakukan pemetaan
yang komprehensif
terhadap potensi lokasi
pengembangan Industri
Kimia Dasar;
b) Melakukan sertifikasi
SDM pelaku Industri
Kimia Dasar melalui
Pelatihan dan
Pendidikan ketrampilan;
c) Meningkatkan peran
aktif kelembagaan
perusahaan besar dan
konektifitas antar
pelaku industri kimia
dasar;
2026-2030
a) Mendorong
terbangunnya sentra
industri kimia dasar
yang dapat menyerap
tenaga kerja;
b) Memberikan fasilitas
yang memadai
sebagai upaya
peningkatan
produktifitas IKM;
c) Mendorong
peningkatan
sertifikasi dan
standarisasi produk;
d) Menjalin kerjasama
dengan stakeholders
terkait dalam upaya
2031-2041
a) Mengembangkan
industri turunan dan
diversifikasi produk
Industri Kimia
Dasar;
b) Memberikan
penyuluhan dan
pelatihan terpadu
kepada IKM untuk
meningkatkan mutu
dan standar produk
Industri Kimia
Dasar;
c) Melakukan
pembinaan dan
pengawasan agar
IKM tumbuh dan
d) Mendorong penggunaan
teknologi dan inovasi
tepat guna dan ramah
lingkungan;
e) Membangun Kerjasama
dan sinergi antara
pemerintah, dunia
bisnis dan perguruan
tingga dalam
pengelolaan produk
industri kimia dasar.
meningkatkan
permodalan dan
perluasan
segmentasi pasar
Industri Kimia Kasar;
e) Mendorong
pengembangan
industri kimia dasar
menuju industri
berwawasan
lingkungan.
berkembang menjadi
IKM berdaya saing;
d) Meningkatkan
kemampuan sentra
Industri Kimia Dasar
sebagai upaya
membangun
kemandirian daerah
dalam pengelolaan
limbah.
IV. PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI
A. Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan industri baik dalam skala kecil dan menengah sering kali dikaitkan
sebagai penyebab adanya kerusakan ekosistem lingkungan. Maka dari itu, dalam
upaya pembangunan industri selayaknya disertai dengan program-program yang
ramah lingkungan. Adapun program pengelolaan lingkungan akan dilakukan
melelaui beberapa program, antara lain:
1) Menerapkan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup melalui:
a) pengurangan erosi lahan; b) efisiensi penggunaan air bersih dengan penerapan
teknologi modern; serta c) pengurangan kehilangan hasil produksi pasca panen
dengan mengunakan teknologi tepat guna ramah lingkungan;
2) Melakukan pembinaan dan pengawasan industri ramah lingkungan dengan cara
menyiapkan standar industri hijau dalam industri pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, pertambangan, dan sektor lainnya;
3) Mengembangkan konservasi terhadap hutan dan lingkungan dengan mengelola
sumber daya secara asri dan lestari guna meningkatkan fungsinya sebagai
penyedia jasa lingkungan.
B. Fasilitas Jaringan Energi dan Kelistrikan
Jaringan energi dan kelistrikan menjadi penting dalam aktivitas produksi saat
ini dan ke depannya. Kebutuhan industri akan energi dan listrik juga cukup besar
dan akan terus bertambah dari waktu ke waktu, sehingga perlu adanya upaya untuk
mengembangkan sistem energi dan kelistrikan melalui optimalisasi pemanfaatan
potensi sumber daya energi termasuk sumber energi baru terbarukan guna
mendukung program pembangunan industri. PLN sebagai penyedia utama jaringan
kelistrikan memiliki peran sentral dalam pembangunan infrastruktur kelistrikan.
Adapun infrastruktur yang akan dikembangkan antara lain 1) infrastruktur
pembangkitan tenaga listrik dan sarana pendukungnya, mencakup pembangkit
tenaga listrik dengan sumber energi tak terbarukan, energi terbarukan dan sumber
energi lainnya; dan 2) infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana
pendukungnya mencakup pengembangan jaringan transmisi tegangan tinggi,
distribusi, dan gardu induk.
Adapun upaya yang akan dilakukan untuk pemenuhan infrastruktur
pembangkitan tenaga listrik dan sarana pendukungnya adalah sebagai berikut:
1) Pengembangan PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) diarahkan di
Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Dompu;
2) Pengembangan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) diarahkan di Kabupaten
Lombok Utara, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Sumbawa Barat dan
Kabupaten Sumbawa;
3) Pengembangan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) diarahkan di
Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten
Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Sumbawa Barat,
Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima;
4) Pengembangan PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro) diarahkan di Kota
Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten
Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Sumbawa Barat,
Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima;
5) Pengembangan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) diarahkan di Kabupaten
Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur, serta
desa-desa terpencil dan pulau-pulau kecil di seluruh Kabupaten/Kota
berdasarkan potensi radiasi matahari;
6) Pengembangan PLTGL (Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut) dan PLTAL
(Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut) diarahkan di Selat Lombok, Selat Alas,
dan seluruh Kabupaten/Kota berdasarkan potensi dan karakteristik wilayah;
7) Pengembangan PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu) diarahkan di Kabupaten
Lombok Timur;
8) Pengembangan PLTBm (Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa) diarahkan di
seluruh Kabupaten/Kota dan pulau-pulau kecil berdasarkan potensinya;
9) Pengembangan PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) diarahkan di seluruh
Kabupaten/Kota dan pulau-pulau kecil berdasarkan potensi dan karakteristik
wilayah;
10) Pengembangan PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) diarahkan di Kota
Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten
Lombok Timur, Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten
Dompu, Kota Bima dan Kabupaten Bima;
11) Pengembangan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) diarahkan di Kabupaten
Lombok Barat, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten
Sumbawa Barat, Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima;
12) Pengembangan PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas) diarahkan di Kabupaten
Lombok Barat;
13) Pengembangan PLTMG (Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas) diarahkan di
Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima; dan
14) Pengembangan PLTGMU (Pembangkit Listrik Tenaga Tenaga Gas Uap) diarahkan
di Kota Mataram.
Selanjutnya dalam upaya pengembangan infrastruktur penyaluran listrik dan
sarana pendukungnya, dilakukan langkah-langkah strategis, antara lain
pengembangan jaringan transmisi dan jaringan distribusi:
1) Jaringan transmisi meliputi:
a) Pengembangan Saluran Umum Tegangan Tinggi (SUTT) di setiap
Kabupaten/Kota;
b) Pengembangan Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) diarahkan di Kota
Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten
Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur;
c) Pengembangan Gardu Induk (GI) diarahkan di seluruh Kabupaten/Kota; dan
d) Jaringan transmisi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2) Jaringan distribusi meliputi:
a) Jaringan kabel laut diarahkan dari Pulau Lombok ke Pulau Sumbawa, dari
Pulau Lombok ke pulau-pulau kecil di sekitarnya dan dari Pulau Sumbawa ke
pulau-pulau kecil di sekitarnya;
b) Jaringan distribusi diarahkan di seluruh Kabupaten/Kota pada pusat-pusat
kegiatan perkotaan dan pedesaan serta kawasan-kawasan tertentu; dan
c) Jaringan distribusi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
C. Fasilitas Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi meliputi dua aspek yaitu jaringan telekomunikasi
yang bersifat tetap dan jaringan telekomunikasi bergerak. Adapun program
pengembangan jaringan telekomunikasi tetap, antara lain:
1) Pengembangan Saluran Telepon Otomat (STO) di Kota Mataram, Kabupaten
Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur,
Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Dompu dan
Kabupaten Bima;
2) Pengembangan jaringan serat optik yang teraplikasi dalam bentuk sistem
telematika/internet di Kota Mataram, Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten
Sumbawa, Kabupaten Dompu, Kota Bima dan Kabupaten Bima;
3) Pengembangan jaringan terestrial yang teraplikasi dalam bentuk gelombang radio
yang dikembangkan berupa:
a) Jaringan televisi lokal dengan jangkauan siaran ke seluruh Kabupaten/Kota;
dan
b) Jaringan radio lokal hingga ke seluruh pelosok pedesaan dan pulau-pulau
kecil.
Sedangkan program pengembangan untuk jaringan bergerak sebagai berikut:
1) Pengembangan jaringan mikro digital antar provinsi di seluruh Kabupaten/Kota;
2) Pengembangan jaringan satelit yang teraplikasi dalam bentuk jaringan internet
dan jaringan selular yang diarahkan di seluruh Kabupaten/Kota;
3) Pengembangan menara Base Tranceiver Station (BTS) untuk mendukung jaringan
selular yang diarahkan di seluruh Kabupaten/Kota dan pulau-pulau kecil;
- BTS merupakan infrastruktur telekomunikasi yang memfasilitasi komunikasi
nirkabel antara piranti komuniasi dan jaringan operator.
4) Pengembangan jaringan telekomunikasi khusus, meliputi:
a) Jaringan multimedia terpusat di Kota Mataram dengan distribusi Tanjung -
Gerung - Praya - Selong - Taliwang - Sumbawa Besar - Dompu - Woha - Kota
Bima;
b) Pengembangan telekomunikasi untuk industrialisasi; dan
c) Penanganan telekomunikasi khusus untuk kepentingan instansi pemerintah,
swasta dan masyarakat lainnya yang penyebarannya berada di Ibukota
Kecamatan.
D. Fasilitas Air Bersih
Pengembangan suatu daerah menjadi Sentra Industri atau menjadi Kawasan
Industri tentu akan membutuhkan air bersih. Provinsi Nusa Tenggara Barat secara
umum memiliki sumber air bersih dari sungai, yaitu 2 (dua) Wilayah Sungai, antara
lain Wilayah Sungai Pulau Lombok dan Wilayah Sungai Pulau Sumbawa. Adapun total
Wilayah Sungai yang dimiliki adalah 197 di Pulau Lombok dan 555 di Pulau Sumbawa.
Tabel 16 Banyaknya Sungai Dirinci Menurut Wilayah Sungai (WS) (Menurut
Permen PUPR No. 4 Tahun 2015)
Sungai Tahun (2019)
Wilayah Sungai Lombok Wilayah Sungai Sumbawa
≤ 10 km2 127 289
10 km2 - ≤ 50 km2 48 212
50 km2 - ≤ 100 km2 12 29
100 km2 - ≤ 500 km2 9 22
≥ 500 km2 1 3
Jumlah 197 555
Luas 4.560,50 km2 15.414,50 km2
Sumber: Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I Tahun 2019
Selain sungai, fasilitas air bersih juga bersumber dari bendungan dan embung
skala bendungan. Jumlah bendungan yang dimiliki Provinsi Nusa Tenggara Barat
sejumlah 70 bendungan dan tersebar merata di setiap kabupaten, kecuali Kabupaten
Sumbawa Barat yang belum memiliki bendungan. Dengan potensi air bersih yang ada,
pemerintah mendorong peningkatan kualitas dan pelayanan sistem sumber daya air
untuk mendukung kegiatan perkotaan dan perdesaan, khususnya kegiatan industri.
Tabel 17 Rekapitulasi Bendungan dan Embung Skala Bendungan Per Kabupaten
di Wilayah Sungai Lombok dan Wilayah Sungai Sumbawa Tahun 2019
NO
KAB/KOTA
BENDUNGAN
VOLUME TAMPUNGAN
AWAL (M³)
VOLUME TAMPUNGAN
SEKARANG (M³) 1 Lombok Barat 3 3.075.000 2.822.080
2 Lombok Tengah 14 58.434.518 51.793.360
3 Lombok Timur 14 30.489.903 29.663.530 4 Lombok Utara 1 110.000 103.994 5 Bima 10 42.906.000 36.526.450 6 Dompu 9 4.269.381 3.560.340
7 Sumbawa 19 110.543.478 91.873.600 Jumlah 70 249.828.280 216.343.360
Sumber: Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I Tahun 2020
Dalam upaya pemenuhan kebutuhan air bersih untuk pembangunan sektor Industri
di Provinsi Nusa Tenggara Barat maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pengembangan bendungan yang diarahkan di Kabupaten Lombok Barat,
Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok
Timur, Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Dompu
dan Kabupaten Bima;
2) Pengembangan 3000 (tiga ribu) hektar Daerah Irigasi Nasional yang melintasi
kabupaten/kota diarahkan di Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok
Tengah, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Dompu
dan Kabupaten Bima;
3) Pengembaangan Daerah Irigasi Provinsi (1.000 – 3.000 hektar) tersebar di
Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok
Tengah, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten
Sumbawa, Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima;
4) Pengembangan sumber mata air meliputi Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten
Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur dan
Kabupaten Sumbawa;
5) Pengembangan jaringan suplesi irigasi diarahkan di Meninting-Sesaot (west
divertion), Belimbing-Palung (east divertion) dan Kwangko-Waru.
E. Fasilitas Sanitasi
Pengelolaan fasilitas sanitasi khususnya dalam hal persampahan menjadi
salah satu program unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pemerintah
mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan pelayanan sistem pengelolaan
persampahan ramah lingkungan. Dengan mengusung slogan Nusa Tenggara Barat
Zero Waste, pemerintah secara berkelanjutan mengelola sampah agar mendapatkan
keuntungan. Di sektor hulunya, pemerintah aktif melakukan campaign dan edukasi
ke semua lapisan masyarakat agar menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse dan
Recycle). Sedangkan di sektor hilir, pemerintah mengoptimalkan Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA). Pemerintah mendorong agar setiap TPA terintegrasi dengan Tempat
Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST).
Tabel 18 Sebaran TPA dan TPST di Provinsi Nusa Tenggara Barat
No NAMA TPA KETERANGAN
1. TPA Regional Kebun
Kongok
TPA Regional Kebun Kongok yang berlokasi ke
Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat
difungsikan untuk menampung sampah dari
Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram.
2. TPA Jugil, Kabupaten
Lombok Utara
TPA berada di Dusun Jugil, Desa Sambik Bangkol,
Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara.
Desain TPA adalah sanitary landfill, terdapat lapisan
kedap air di dasar landfill, ada pengolahan lindi, ada
pipa ventilasi gas, namun tidak terdapat jembatan
timbang. Khusus untuk sampah di Gili Trawangan
dikelola langsung di pulau. Sedangkan untuk Gili Air
dan Gili Meno diangkut ke pelabuhan bangsal
menggunakan 2 unit perahu.
3. TPA Pengengat,
Kabupaten
Lombok Tengah
Kabupaten Lombok Tengah menggunakan TPA
Pengengat di Desa Pengengat, Kecamatan Pujut yang
memiliki luas mencapai 10 hektar dengan desain
sanitary landfill namun operasional controlled landfill.
4. TPA Ijo Balit,
Kabupaten
Lombok Timur
Kabupaten Lombok Timur menggunakan TPA Ijo
Balit, seluas 8.5 Hektar (area aktif 2 Hektar) dan
sudah diperluas seluas 3.3 Hektar dengan desain
sanitary landfill namun operasional controlled landfill.
5. TPA Batu Putih
Kabupaten
Sumbawa Barat
TPA di Kabupaten Sumbawa Barat adalah TPA Batu
Putih di Desa Batu Putih, Kecamatan Taliwang seluas
5 Hektar dengan operasional controlled landfill.
6. TPA Lekong,
Kabupaten
Sumbawa
TPA Lekong yang berlokasi di Kabupaten Sumbawa
ditujukkan untuk menampung sampah dari
Kecamatan Alas Barat dan sekitarnya.
7. TPA Raberas,
Kabupaten
Sumbawa
TPA Raberas berlokasi di Lingkungan Raberas,
Kelurahan Seketeng, Kecamatan Sumbawa Besar.
TPA Raberas dibangun oleh Satker PSPLP Provinsi
NTB dengan desain Sanitary Landfill.
8. TPA Lune,
Kabupaten
Dompu
TPA Lune yang berlokasi di Desa Lune, Kecamatan
Pajo, memiliki lahan seluas 4,80 Hektar dengan
operasional open dumping.
9. TPA Waduwani,
Kabupaten Bima
TPA Waduwani yang berlokasi di Desa Waduwani,
Kecamatan Woha memiliki lahan seluas 7,24 Ha. TPA
Waduwani menampung sampah sebanyak 130,8 m3
per hari dengan operasional controlled landfill.
10 TPA Oi Mbo,
Kota Bima
TPA Oi Mbo berlokasi di Kelurahan Kodo, Kecamatan
Rasanae Timur. TPA ini beroperasi mulai tahun 2016,
dengan luas sekitar 10 Hektar, TPA Oi Mbo
menampung sampah hingga 300 m3 per hari.
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nusa Tenggara Barat, 2019
Gambar 2 Peta Sebaran TPA Provinsi Nusa Tenggara Barat
Sumber: Dinas LHK Provinsi NTB, 2019 (diolah LITBANG BAPPEDA NTB, 2019)
Dalam rangka mendukung program Industrialisasi di Provinsi Nusa
Tenggara Barat, pemerintah beserta stakeholders terkait bersinergi menjalankan
beberapa program antara lain:
1) Program pemeliharaan TPA secara berkelanjutan dan mengoptimalkan
pengolahan sampah (pemadatan, pengomposan dan daur ulang) menjadi
energi alternatif dan produk yang bernilai ekonomis;
2) Menjalin kemitraan dengan pihak-pihak terkait seperti Bank Sampah, PLN dan
sektor lainnya untuk pengolahan sampah organik dan anorganik;
3) Program campaign zero waste kepada semua lapisan masyarakat untuk
mengurangi pengunaan plastik sekali pakai (single used).
F. Fasilitas Jaringan Transportasi
Jaringan transportasi menjadi salah satu elemen penting dalam
pembangunan industri daerah. Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi
yang memadai akan memperlancar distribusi barang dan orang. Siklus perpindahan
barang dan orang yang lancar dan berkesinambungan akan mempercepat
pertumbuhan ekonomi. Pada prinsipnya, dalam pengembangan fasilitas jaringan
transportasi, pemerintah akan mengembangkan dan meningkatkan ketersediaan
dan kualitas sarana dan prasarana yang terpadu untuk mendukung konektifitas
antar wilayah. Selain itu pengembangan moda transportasi massal dan multi moda
secara terpadu untuk meningkatkan aksesibilitas pusat pertumbuhan dengan
kawasan sekitarnya, antar pusat-pusat pertumbuhan dalam satu wilayah pulau
dan antar pusat pertumbuhan antar pulau.
Adapun moda transportasi yang umum digunakan di Nusa Tenggara Barat
adalah transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara.
1) Transportasi Darat
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat
No. 620-351 Tahun 2016 Tentang Status Ruas Jalan Provinsi Nusa Tenggara Barat
terdapat 81 Ruas Jalan Negara dengan panjang total 934,55 Kilometer yang tersebar
di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
Gambar 3 Peta Ruas jalan Pulau Lombok, 2016
Sumber: Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan (FLLAJ) Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2016
Gambar 4 Peta Ruas jalan Pulau Sumbawa, 2016
Sumber: Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan (FLLAJ) Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2016
2) Transportasi Laut
Pelabuhan menjadi salah satu alternatif jalur transportasi yang dimiliki oleh
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pelabuhan dimanfaatkan sebagai jaringan
transportasi untuk mengangkut manusia dan barang. Hal ini mengindikasikan
bahwa pelabuhan menjadi salah satu unsur penting dalam menggerakkan ekonomi
daerah. Adapun sebaran jumlah pelabuhan di Nusa Tenggara Barat cukup merata,
hanya di Kabupaten Lombok Tengah yang tidak memiliki pelabuhan.
Tabel 19 Nama Pelabuhan Menurut Kabupaten/Kota
No Kabupaten/Kota Nama Pelabuhan
1 Lombok Barat Lembar
2 Lombok Tengah -
3 Lombok Timur Kayangan
4 Sumbawa Badas dan Alas
5 Dompu Kempo dan Calabai
6 Bima Sape
7 Sumbawa Barat Poto Tano dan Benete
8 Lombok Utara Pemenang
9 Kota Mataram Pelsus Pertamina
10 Kota Bima Bima
Sumber: Badan Pusat Statistik NTB, 2019
Setiap pelabuhan dioptimalkan untuk menghubungkan aktivitas ekonomi
daerah. Pelabuhan diharapkan menjadi penghubung antara satu daerah dengan
daerah lainnya baik dalam hal jalur distribusi bahan baku maupun jalur
pengiriman produk industri.
3) Transportasi Udara
Sama halnya dengan pelabuhan yang berperan dalam konektivitas antar
daerah, bandar udara juga menjadi salah satu simpul moda transportasi dalam
perpindahan barang dan orang. Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki 3 bandara.
Salah satu bandara yang terletak di Pulau Lombok bertaraf internasional, artinya
melayani penerbangan berangkat dan datang dari mancanegara. Adapun 2 bandara
lainnya berada di Pulau Sumbawa dan baru melayani penerbangan domestik.
Tabel 20 Nama Bandara dan Lokasi
No Nama Bandara Lokasi
1 Lombok International Airport Kabupaten Lombok Tengah
2 Sultan M. Khairuddin Kabupaten Sumbawa
3 Sultan M. Salahudin Kabupaten Bima
Sumber: Statistik Transportasi Provinsi Nusa Tenggara Barat 2018
G. Sistem Informasi Industri
Pembangunan industri di Provinsi Nusa Tenggara Barat mulai menarik
perhatian khalayak ramai. Hal ini ditandai dengan kunjungan website Dinas
Perindustrian NTB yang terus mengalami peningkatan, bahkan mencapai 7.000
kunjungan per harinya (7/12/2020). Dalam rangka memperkuat sistem informasi
industri, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk memberikan data dan
informasi yang terbaru (update) tentang program Industrialisasi di Provinsi Nusa
Tenggara Barat, antara lain:
1) Pengembangan website yang lebih menarik, atraktif dan informatif sesuai dengan
kebutuhan pengembangan industri;
2) Pengembangan aplikasi untuk mempermudah pelaku industri untuk terhubung
antar pelaku itu sendiri, pelaku industri dengan perbankan, pelaku industri
dengan investor dan pelaku industri dengan stakeholders terkait;
3) Mempercepat pengumpulan, penyampaian/pengadaan, pengolahan/ pemrosesan,
analisis, penyimpanan, dan penyajian, termasuk penyebarluasan data dan/atau
informasi yang akurat, lengkap dan tepat waktu; dan
4) Melakukan pengumuman, pelayanan, serta penyediaan informasi data secara
komprehensif dan dilakukan secara berkala.
V. PERWILAYAHAN INDUSTRI
1. Pengembangan Perwilayahan Industri
A. Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis Provinsi
A.1 Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Kawasan Strategis Nasional (KSN) merupakan wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara
nasional. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) bertujuan untuk
menjaga kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, kestabilan
ekonomi, sosial/budaya, lingkungan dan termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia.
Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Provinsi Nusa Tenggara Barat
ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional yang meliputi:
1. KSN dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi; dan
2. KSN dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan
Hidup.
Berdasarkan penetapan tersebut, maka KSN di wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Barat dapat dilihat pada Tabel 4.24 berikut ini:
Tabel 21 Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Barat
No Kepenti
ngan Kriteria K S N
Tema
Penangana
n
1. Pertumb
uhan
ekonomi
• Memiliki potensi ekonomi
cepat tumbuh
• Memiliki sektor unggulan yang
dapat menggerakkan
Pengemba
ngan
Kawasan
Bima
Pengemban
gan/
Peningkata
n
No Kepenti
ngan Kriteria K S N
Tema
Penangana
n
pertumbuhan ekonomi
nasional
• Memiliki potensi ekspor
2. Pertumb
uhan
ekonomi
• Memiliki potensi ekonomi
cepat tumbuh
• Memiliki sektor unggulan yang
dapat menggerakkan
pertumbuhan ekonomi
nasional
KEK
Mandalika
Pengemban
gan/
Peningkata
n
3. Pertumb
uhan
ekonomi
• Memiliki potensi ekonomi
cepat tumbuh
• Memiliki sektor unggulan yang
dapat menggerakkan
pertumbuhan ekonomi
nasional
Kawasan
Komodo
Pengemban
gan/
Peningkata
n
4. Fungsi
dan daya
dukung
lingkung
an hidup
• Tempat perlindungan
keanekaragaman hayati
• Memberikan perlindungan
keseimbangan tata guna air
yang setiap tahun berpeluang
menimbulkan kerugian negara
• Memberikan perlindungan
terhadap keseimbangan iklim
makro
• Rawan bencana alam nasional
• Sangat menentukan dalam
perubahan rona alam dan
mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan
kehidupan
Gunung
Rinjani
Rehabilitasi
/
revitalisasi
kawasan
5. Pertahan
an dan
Keamana
n
• Diperuntukkan bagi
kepentingan pemeliharaan
keamanan dan pertahanan
negara berdasarkan
geostrategis nasional
• Merupakan wilayah
kedaulatan negara termasuk
pulau-pulau kecil terluar yang
berbatasan langsung dengan
negara tetangga dan/atau laut
lepas
Perbatasa
n Negara
yang
berhadapa
n dengan
laut lepas
(Pulau
Sepatang)
Pengemban
gan/
Peningkata
n kualitas
kawasan
Sumber: PP 13/2017 tentang Perubahan Atas PP 26/2008 tentang RTRW Nasional
A.2 Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
Kawasan Strategis Provinsi (KSP) merupakan wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
Gambar 5 Peta Rencana Kawasan Strategis
Sumber: Hasil Olahan Tim Penyusun RTRW Provinsi NTB, 2020
Tabel 22 Kawasan Strategis Provinsi Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
No. Ksp Cakupan Wilayah Sektor Unggulan Bentuk
Penanganan
1. Kawasan
Mataram Raya-Tiga
Gili dan
Sekitarnya
Kota Mataram
- Kecamatan Mataram - Kecamatan Ampenan
- Kecamatan Cakranegara
- Kecamatan Selaparang
- Kecamatan Sekarbela
- Kecamatan Sandubaya
Kabupaten Lombok Barat
- Kecamatan Batulayar
- Kecamatan Gunungsari - Kecamatan Lingsar
- Kecamatan Narmada
- Kecamatan Labuapi - Kecamatan Kediri
- Kecamatan Kuripan
- Kecamatan Gerung
Kabupaten Lombok Utara
- Kecamatan Pemenang
- Perdagangan
dan jasa - Industri
- Pariwisata
- Perikanan
Penataan
kawasan
2. Kawasan
Kuta
Mandalika dan
Sekitarnya
Kabupaten Lombok Barat
- Kecamatan Sekotong
Kabupaten Lombok
Tengah
- Kecamatan Praya Barat - Kecamatan Pujut
- Kecamatan Praya Barat Daya
- Kecamatan Praya
Timur
Kabupaten Lombok
Timur
- Kecamatan Jerowaru
- Pariwisata
- Perikanan
- Industri
Akselerasi
sektor-
sektor
unggulan
3.
Kawasan
Industri Sumbawa
Barat dan
Sekitarnya
Kabupaten Sumbawa
Barat
- Kecamatan Taliwang
- Kecamatan Poto Tano - Kecamatan Maluk
- Kecamatan Jereweh
- Kecamatan Sekongkang
- Pertambangan
dan Industri Turunannya
- Perikanan
- Pariwisata
Akselerasi
sektor-sektor
unggulan
4. Kawasan
Agribisnis Poto Tano-
Alas-Utan dan
Sekitarnya
Kabupaten Sumbawa
Barat
- Kecamatan Brang Rea
- Kecamatan Poto Tano
Kabupaten Sumbawa
- Kecamatan Alas
- Kecamatan Alas Barat - Kecamatan Utan
- Kecamatan Buer
- Agroindustri
- Perikanan - Peternakan
- Pariwisata
Pengemban
gan/ peningkata
n dan konservasi
kawasan
No. Ksp Cakupan Wilayah Sektor Unggulan Bentuk
Penanganan
5. Kawasan Teluk Saleh -
Moyo - Tambora
(SAMOTA) dan
Sekitarnya
Kabupaten Sumbawa
- Kecamatan Sumbawa
- Kecamatan Labuhan Badas
- Kecamatan Labuan Aji - Kecamatan Moyo Hilir
- Kecamatan Moyo Hulu - Kecamatan Moyo Utara
- Kecamatan Plampang
- Kecamatan Lape - Kecamatan Lopok
- Kecamatan Maronge - Kecamatan Empang
- Kecamatan Tarano
Kabupaten Dompu
- Kecamatan
Manggelewa - Kecamatan Kempo
- Kecamatan Pekat
- Perikanan - Pariwisata
- Pertanian - Peternakan
- Industri (Minaindustri,
Agroindustri,
Energi)
Akselerasi sektor-
sektor unggulan
beserta wilayah
perairannya
6. Kawasan Teluk Cempi-
Hu’u dan
Sekitarnya
Kabupaten Sumbawa
- Kecamatan Tarano
Kabupaten Dompu
- Kecamatan Pajo
- Kecamatan Dompu
- Kecamatan Hu’u
- Kecamatan Woja
Kabupaten Bima
- Kecamatan Monta
- Kecamatan Parado
- Pariwisata - Perikanan
- Industri - Pertambangan
dan Energi
Pengembangan/
peningkatan dan
konservasi
kawasan
7. Kawasan Teluk Bima
dan
Sekitarnya
Kota Bima
- Kecamatan Mpunda
- Kecamatan Rasanae Barat
- Kecamatan Asakota
- Kecamatan Bima - Kecamatan Soromandi
- Kecamatan Bolo - Kecamatan Palibelo
- Kecamatan Woha
- Pariwisata - Perikanan
- Perdagangan
dan Jasa
Pengembangan/
peningkatan dan
konservasi
kawasan
8. Kawasan Waworada -
Sape dan
Sekitarnya
Kabupaten Bima
- Kecamatan Langgudu
- Kecamatan Monta
- Kecamatan Lambu - Kecamatan Sape
- Kecamatan Wera
- Perikanan - Pariwisata
- Industri
Pengembangan/
peningkata
n sektor
unggulan
B. Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan Peruntukan Industri (KPI) merupakan bentangan lahan yang
diperuntukan bagi kegiatan industri berdasarkan RTRW yang ditetapkan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Kawasan Peruntukan Industri secara
umum terdiri dari zona inti dan zona penyangga.
Berdasarkan Perda Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2020
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009-
2029. Kawasan Peruntukan industri meliputi Kawasan Agroindustri berada di
Gerung, Kediri, Labuapi, Sekotong, Bayan, Kayangan, Gangga, Batukliang, Praya
Barat, Praya Timur, Jonggat, Batukliang Utara, Praya Barat, Praya Timur,
Pringgarata, Pujut, Selong, Masbagik, Aikmel, Pringgabaya, Labuhan Haji,
Jerowaru, Jereweh, Taliwang, Seteluk, Brang Rea, Alas, Utan, Rhee, Sumbawa,
Moyohulu, Moyohilir, Lape Lopok, Plampang, Empang, Dompu, Kempo, Bolo,
Woha, Belo, Wawo, Sape, dan RasanaE.
Perda Provinsi NTB Nomor 3 Tahun 2010 tentang RTRW akan dicabut dan
diganti dengan Raperda RTRW Provinsi NTB 2021-2041. Proses Raperda sedang
dalam penyusunan dan pembahasan Bersama DPRD Provinsi NTB. Dinas
Perindustrian Provinsi NTB sebagai Organisasi Perangkat Daerah yang Menyusun
Rencana Pembangunan Industri Provinsi NTB periode 2021-2041, selain
melanjutkan Kawasan untuk industri sesuai dengan yang tertera di Perda Provinsi
NTB Nomor 3 Tahun 2010 tentang RTRW, juga mengusulkan Kawasan Peruntukan
Industri dengan luasan sejumlah 8.852 Ha, sebagai berikut:
1. Kawasan Peruntukan Industri Besar
REKOMENDASI DARI KLHS
Arahan Lokasi Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri Besar
1. Pengembangan Kawasan Industri Gili Mas di Kecamatan
Lembar, Kabupaten Lombok Barat;
2. Pengembangan Kawasan Industri Baru Global Hub
Internasional di Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok
Utara;
3. Pengembangan Kawasan Industri Tebu di Kecamatan Pekat,
Kabupaten Dompu;
4. Pengembangan Kawasan Industri dan Pengolahan Hasil
Tambang (Smelter) Maluk – Benete di Kecamatan Maluk dan
sekitarnya, Kabupaten Sumbawa Barat
5. Industri pengolahan di Kecamatan Poto Tano, Kecamatan Moyo
Hilir, Kecamatan Sumbawa Besar, dan Kecamatan Manggelewa
2. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi NTB Nomor 3 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah tentang Kawasan Peruntukan agroindustri
dikembangkan di:
a) Kabupaten Lombok Barat (Kediri, Labuapi, Sekotong);
b) Kabupaten Lombok Utara (Bayan, Kayangan, Gangga);
c) Kabupaten Lombok Tengah (Batukliang, Praya Barat, Praya Timur,
Jonggat, Batukliang Utara, Praya Barat, Praya Timur, Pringgarata, Pujut);
d) Kabupaten Lombok Timur (Wanasaba, Aikmel, Sembalun, Labuhan Haji);
e) Kabupaten Sumbawa Barat (Jereweh, Taliwang, Seteluk, Brang Rea);
f) Kabupaten Sumbawa (Alas, Utan, Rhee, Sumbawa, Moyohulu, Moyohilir,
Lape Lopok, Plampang, Empang);
g) Kabupaten Dompu (Dompu, Kempo);
h) Kabupaten Bima (Bolo, Woha, Belo, Wawo, Sape);
i) Kota Bima (Rasanae).
3. Zona/lokasi Industri atau Sentra Industri Kecil dan Menengah dikembangkan
di setiap kabupaten/kota sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah; dan
4. Kawasan Industri Halal, Kawasan Industri Hasil Tembakau dan Kawasan
Industri Lainnya dikembangkan di Kabupaten/Kota dengan
mempertimbangkan potensi masing-masing.
Gambar 6 Peta Rencana Pola Ruang
Sumber: Hasil Olahan Tim Penyusun RTRW Provinsi NTB, 2020
Tabel 23 Kesesuaian Rencana Pembangunan Industri Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Perda RTRW Sepuluh Kabupaten/Kota se-Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
No Kabupaten/Kota Nomor Perda Kebijakan Terkait Industri dan Lokus Pengembangan
1. Kota Mataram PERATURAN
DAERAH KOTA
MATARAM NOMOR 5
TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS
PERATURAN
DAERAH NOMOR 12
TAHUN 2011
TENTANG RENCANA
TATA RUANG
WILAYAH KOTA
MATARAM TAHUN
2011 – 2031.
Pasal 37
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf d
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan ruang bagi kegiatan industri non polutan.
(2) Kawasan peruntukan industri dikembangkan di Kelurahan Ampenan Utara Kecamatan
Ampenan; Kelurahan Karang Pule, Kelurahan Kekalik Jaya, Kelurahan Tanjung Karang,
dan Kelurahan Tanjung Karang Permai Kecamatan Sekarbela; Kelurahan Pagesangan,
Kelurahan Pagesangan Timur, dan Kelurahan Pagutan Kecamatan Mataram; Kelurahan
Monjok Kecamatan Selaparang; Kelurahan Cakranegara Selatan, Kelurahan
Cakranegara Selatan Baru, dan Kelurahan Sayang Sayang Kecamatan Cakranegara;
Kelurahan Babakan, Kelurahan Dasan Cermen, Kelurahan Mandalika, Kelurahan
Bertais dan Kelurahan Turida Kecamatan Sandubaya;
(3) Kawasan peruntukan industri rumah tangga dikembangkan di seluruh wilayah Kota.
(4) Rencana pengembangan kawasan peruntukan industri dilakukan melalui:
a. pemanfaatan teknologi industri tepat guna yang memperhatikan kemampuan
produksi lokal, tenaga kerja lokal dan modal;
b. pembuatan peta lokasi potensi industri, pembinaan dan pengembangan industri kecil
menengah, serta promosi investasi bagi pengembangan industri dan penanggulangan
pencemaran industri.
c. pengembangan infrastruktur penunjang;
No Kabupaten/Kota Nomor Perda Kebijakan Terkait Industri dan Lokus Pengembangan
d. industri yang bergerak di penyediaan infrastruktur/utilitas dasar wajib
memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian lingkungan dan lokasinya ditetapkan
setelah dilakukan studi kelayakan.
(5) Pengembangan kawasan peruntukan industri diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Walikota.
2. Kabupaten Lombok
Barat
PERATURAN
DAERAH
KABUPATEN
LOMBOK BARAT
NOMOR 11 TAHUN
2011 TENTANG
RENCANA TATA
RUANG WILAYAH
KABUPATEN
LOMBOK BARAT
TAHUN 2011-2031.
Pasal 25
(1) Kawasan peruntukan industri di Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
huruf f meliputi: peruntukan industri besar, sedang, dan industri rumah tangga.
(2) Kawasan peruntukan industri besar dan sedang sebagaimana dimaksud pada ayat
diarahkan di kawasan pesisir barat Kecamatan Labuapi, Lembar, dan Sekotong.
(3) Kawasan peruntukan industri rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diarahkan pada sentra-sentra produksi dengan mengedepankan produk-produk
unggulan.
(4) Pengelolaan kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku.
3. Kabupaten Lombok
Tengah
PERATURAN
DAERAH
KABUPATEN
LOMBOK TENGAH
NOMOR 7 TAHUN
2011 TENTANG
RENCANA TATA
Pasal 29
(1) Kawasan Peruntukan Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf e
terdiri atas kawasan industri mikro, kecil, menengah dan besar.
(2) Kawasan industri mikro dan kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kawasan
agroindustri dan kerajinan rumah tangga yang terdapat di seluruh kecamatan.
(3) Pengembangan Kawasan industri menengah dan besar diarahkan di Kecamatan Praya
Tengah, Kecamatan Praya Timur, Kecamatan Pujut dan Kecamatan Janapria.
No Kabupaten/Kota Nomor Perda Kebijakan Terkait Industri dan Lokus Pengembangan
RUANG WILAYAH
KABUPATEN
LOMBOK TENGAH
2011-2031.
Pasal 36 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf d, huruf e dan huruf f
(2) Kawasan strategis Kabupaten dari sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. kawasan Kuta dan sekitarnya di Kecamatan Pujut dengan sektor unggulan pariwisata
dan industri;
b. kawasan Selong Belanak dan sekitarnya di Kecamatan Praya Barat dan Kecamatan
Praya Barat Daya dengan sektor unggulan pariwisata dan industri;
d. kawasan Perkotaan Praya yang meliputi sebagian Kecamatan Praya, Sebagian
Kecamatan Praya Tengah, sebagaian Kecamatan Praya Barat, Sebagian Kecamatan
Praya Barat Daya, dan sebagian Kecamatan Pujut dengan sektor unggulan
perdagangan-jasa, industri, pendidikan, dan pariwisata;
e. kawasan Agropolitan Aik Meneng yang meliputi Kecamatan Batukliang Utara,
Kecamatan Kopang dan Kecamatan Janapria dengan sektor unggulan agroindustri,
pariwisata serta konservasi; dan
f. kawasan Minapolitan di Kawasan Gerupuk dan Awang dengan sektor unggulan
perikanan dan industri.
4. Kabupaten Lombok
Timur
PERATURAN
DAERAH
KABUPATEN
LOMBOK TIMUR
NOMOR 2 TAHUN
2012 TENTANG
Pasal 26 Ayat (4) huruf a dan ayat (5) huruf a
(4) Kawasan peruntukan budidaya perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c terdiri atas:
a. Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan Rakyat (KIM-BUN) Terara, dengan
pengembangan komoditi tembakau Virginia seluas lebih kurang 2.992,6 hektar.
No Kabupaten/Kota Nomor Perda Kebijakan Terkait Industri dan Lokus Pengembangan
RENCANA TATA
RUANG WILAYAH
KABUPATEN
LOMBOK TIMUR
TAHUN 2012-2032.
(5) Lahan peruntukan pengembangan kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, terdiri atas:
a. Pengembangan ternak sapi berada di seluruh kecamatan sebagai upaya mendukung
kebijakan pemerintah provinsi program sejuta sapi dan sebagai penyangga kawasan
sentra industri peternakan di Kecamatan Aikel dan Kecamatan Wanasaba.
Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2)
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf e, terdiri
atas:
a. kawasan industri dan pergudangan berada di Kecamatan Labuhan Haji dan
sekitarnya; dan
b. pengembangan sentra industri kecil (rumah tangga) tersebar di seluruh wilayah
kabupaten dengan potensi yang dapat dikembangkan adalah industri pande besi,
industri kain tenun, industri konveksi, pembuatan garam kasar dan halus, industri
bata genteng, industri kerajinan gerabah, industri pengolahan ikan, industri
pembuatan minyak kelapa, industri kerupuk, industri kerajinan anyaman bambu dan
daun lontar, dan industri kerajinan sabut kelapa.
5. Kabupaten Lombok
Utara
PERATURAN
DAERAH
KABUPATEN
LOMBOK UTARA
NOMOR 9 TAHUN
2011 TENTANG
Pasal 24
Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf e meliputi:
a. kawasan agro industri yang terletak di Kecamatam Bayan, Kecamatan Kayangan dan
Kecamatan Gangga; dan
No Kabupaten/Kota Nomor Perda Kebijakan Terkait Industri dan Lokus Pengembangan
RENCANA TATA
RUANG WILAYAH
KABUPATEN
LOMBOK UTARA
TAHUN 2011-2031.
b. kawasan sentra industri kecil yang terletak di sebagian Kecamatam Bayan,
Kecamatan Kayangan dan Kecamatan Gangga, Kecamatan Tanjung dan Kecamatan
Pemenang.
Pasal 33 Ayat (1) huruf b poin 3
Kawasan Strategis Gangga terdapat di Desa Genggelang Kecamatan Gangga seluas kurang
lebih 589 Ha. Dengan sektor unggulan Perkebunan dan Agro Industri.
6. Kabupaten
Sumbawa Barat
PERATURAN
DAERAH
KABUPATEN
SUMBAWA BARAT
NOMOR 11 TAHUN
2020 TENTANG
RENCANA TATA
RUANG WILAYAH
KABUPATEN
SUMBAWA BARAT
TAHUN 2020-2040.
Pasal 27
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf f
dengan luas kurang lebih 1.301 Ha (seribu tiga ratus satu hektar) terdiri atas
a. Kawasan industri; dan
b. Sentra industri kecil dan menengah.
(2) Kawasan industri Sumbawa Barat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dikembangkan di Kecamatan Maluk dan Kecamatan Jereweh dengan luas
kurang lebih 1.161 Ha (seribu seratus enam puluh satu hektar).
(3) Sentra industri kecil dan menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b terdapat di Kecamatan Poto Tano, Kecamatan Seteluk, Kecamatan Brang Rea,
Kecamatan Taliwang, Kecamatan Jereweh, Kecamatan Maluk, dan Kecamatan
Sekongkang dengan luas kurang lebih 140 Ha (seratus empat puluh hektar).
(4) Rencana pengelolaan kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
No Kabupaten/Kota Nomor Perda Kebijakan Terkait Industri dan Lokus Pengembangan
Pasal 4 ayat (2) huruf g
a. Menetapkan kawasan eksploitasi dan eksplorasi pertambangan;
b. Mengembangkan kawasan lingkar tambang sesuai potensi unggulan menuju yang
terkait dengan kegiatan pertambangan menuju kemandirian kawasan;
c. Melengkapi prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri dan
pertambangan;
d. Mengawasi upaya rehabilitasi lingkungan secara bertahap dalam memperbaiki
kualitas lingkungan kawasan tambang pada masa pra tambang, dan pasca tambang;
e. Mengendalikan dampak lingkungan alam dan lingkungan sosial akibat limbah tailing
pertambangan;
f. Melakukan pemantauan kualitas lingkungan pesisir dan laut sebagai dampak
kegiatan pertambangan; dan
g. Peningkatan kegiatan pertambangan di zona layak tambang sesuai dengan tata ruang
7. Kabupaten
Sumbawa
PERATURAN
DAERAH
KABUPATEN
SUMBAWA NOMOR
10 TAHUN 2012
TENTANG RENCANA
TATA RUANG
WILAYAH
KABUPATEN
Pasal 24
(1) Kawasan peruntukan industri di wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 ayat (1) huruf e dikembangkan berdasarkan pada potensi yang ada, kawasan
agropolitan dengan industri yang berbasis pertanian dan perkebunan.
(2) Rencana pengembangan kawasan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diarahkan pada:
a. pengembangan kawasan sentra industri kecil tersebar di seluruh kawasan perdesaan
dan perkotaan Kabupaten Sumbawa;
b. pengembangan agroindustri terutama diarahkan pada Sumbawa Besar, Moyo Utara,
Unteriwis, Labuhan Badas, Alas-Utan, Lopok, Empang, Labangka dan Tarano;
No Kabupaten/Kota Nomor Perda Kebijakan Terkait Industri dan Lokus Pengembangan
SUMBAWA TAHUN
2011-2031.
c. pengembangan industri pengolahan hasil kelautan dan perikanan diarahkan pada
Kecamatan Empang, Tarano, Moyo Hilir, Moyo Utara, Lunyuk, Labuhan Badas dan
Buer;
d. pengembangan industri pengolahan dan pergudangan diarahkan di Kecamatan
Labuhan Badas, Unter Iwes, Lape, Lopok, Labangka, dan Alas;
e. kegiatan industri penghasil limbah wajib dilengkapi dengan instalasi pengolahan
limbah; dan
f. penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukkan kemudahan dalam
berinvestasi dan penjelasan tentang kepastian hukum yang menunjang investasi.
8. Kabupaten Dompu PERATURAN
DAERAH
KABUPATEN DOMPU
NOMOR 2 TAHUN
2012 TENTANG
RENCANA TATA
RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU
TAHUN 2011-2031.
Pasal 32 Ayat (4)
(4) Kawasan pengolahan hasil perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
meliputi:
a. sentra-sentra industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang mengolah hasil
perikanan terdapat di Kecamatan Kempo dan kecamatan Pajo; dan
b. kawasan industri perikanan tersebar di kawasan pelabuhan Soroadu kecamatan
Hu’u, pelabuhan Soro kecamatan Kempo dan Pelabuhan Kramat Kecamatan Kilo.
Pasal 34
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf f, terdiri
atas:
a. kawasan peruntukan sedang; dan
b. kawasan peruntukan Industri rumah tangga.
No Kabupaten/Kota Nomor Perda Kebijakan Terkait Industri dan Lokus Pengembangan
(2) Rencana kawasan peruntukan industri sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dipusatkan Manggelewa.
(3) Rencana kawasan peruntukan industri rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b terdapat di kecamatan Dompu, Kempo, Hu’u, Woja, Pajo, Pekat, dan Kilo.
9. Kabupaten Bima PERATURAN
DAERAH
KABUPATEN BIMA
NOMOR 9 TAHUN
2011 TENTANG
RENCANA TATA
RUANG WILAYAH
KABUPATEN BIMA
TAHUN 2011-2031.
Pasal 33
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf g
meliputi: sentra industri sedang, dan industri rumah tangga.
(2) Kawasan sentra industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. sentra industri pengolahan hasil perikanan di Woha;
b. sentra industri pengolahan kulit dan tulang sapi di Tambora; dan
c. sentra industri maritim di Langgudu dan Sape.
(3) Rencana pengelolaan kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Bupati.
10. Kota Bima PERATURAN
DAERAH KOTA BIMA
NOMOR 4 TAHUN
2012 TENTANG
RENCANA TATA
RUANG WILAYAH
KOTA BIMA TAHUN
2011-2031.
Pasal 32
(1) Pengembangan kawasan peruntukkan industri sebagaimana dimaksud dalam pasal 27
huruf e dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ruang bagi kegiatan industri menengah
dan industri kecil.
(2) Kawasan peruntukkan industri menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari: industri marmer dengan skala internasional dan nasional berlokasi di Kelurahan
Oi Fo’o dan sekitarnya seluas 46,94 Ha, serta industri pengolahan hasil perikanan di
Kelurahan Tanjung dan industri pengolahan hasil pertanian di Kelurahan Jatiwangi
dengan luas sebesar 14,14 Ha.
No Kabupaten/Kota Nomor Perda Kebijakan Terkait Industri dan Lokus Pengembangan
(3) Kawasan peruntukkan industri kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
industri tenunan tradisional dengan skala regional dan lokal berlokasi di Kelurahan
Rabadompu Barat, Kelurahan Rabadompu Timur, Kelurahan Kumbe dan didukung oleh
kegiatan industri tenun di seluruh kelurahan di Kota.
(4) Pengembangan kawasan peruntukkan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
a. pengembangan industri bernilai ekonomi tinggi yang ramah lingkungan;
b. pengembangan industri pengolahan pada komoditas barang setengah jadi untuk
membangkitkan jumlah tenaga kerja yang relatif besar;
c. pemanfaatan teknologi industri tepat guna yang memperhatikan kemampuan
produksi lokal, tenaga kerja lokal, dan modal;
d. melakukan kegiatan kajian penataan ruang industri seperti pembuatan peta lokasi
potensi industri, perencanaan relokasi potensi industri, pembinaan dan
pengembangan industri kecil menengah, serta promosi investasi bagi pengembangan
industri pertanian dan penanggulangan pencemaran industri;
e. pengembangan infrastruktur penunjang seperti jalan, air minum, dan bangunan
penunjang lainnya; dan
f. pembuatan Rencana Detail Kawasan Industri khusus untuk industri yang
menimbulkan dampak penting.
(5) Pengembangan kawasan pergudangan dipusatkan di Lingkungan Kampung Sumbawa
Kelurahan Tanjung sampai Lingkungan Bina Baru Kelurahan Dara.
(6) Pengelolaan kawasan industri diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
No Kabupaten/Kota Nomor Perda Kebijakan Terkait Industri dan Lokus Pengembangan
Pasal 41 Ayat (8)
Kawasan peruntukan peternakan diprioritaskan dikembangkan di Kecamatan Rasanae
Timur, Kecamatan Raba, Kecamatan Mpunda dan Kecamatan Asakota dalam rangka
mendukung program Bumi Sejuta Sapi (BSS); dan pengelolaannya dilakukan dengan cara
peningkatan jumlah ternak, penggemukan ternak, pembibitan ternak, penyediaan pakan
ternak, dan pengembangan industri pengolahan hasil ternak.
Pasal 42 Ayat (4)
Pengembangan industri pengolahan hasil perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan di Kelurahan Kolo, Kelurahan Melayu dan Tanjung.
Adapun strategi arahan pemanfaatan ruang untuk program pengembangan
Kawasan Peruntukan Industri sebagai berikut:
Tabel 24 Program Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri
No Program Pengembangan 2021-
2025
2026-
2030
2031-
2041
Pemangku
Kepentingan
1. Memprioritaskan
pengembangkan kawasan
peruntukan industri yang ramah
lingkungan, berteknologi tinggi
dan tepat guna, padat karya, dan
didukung pengelolaan limbah
industri terpadu melalui
penerapan clean development
mechanism pada semua Industri
Unggulan Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
√ √ √
Badan Perencanaan
Pembangunan,
Penelitian dan
Pengembangan
Daerah, Dinas
Pendidikan dan
Kebudayaan, Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Dinas
Koperasi dan UMKM,
Badan
Pengembangan
Sumber Daya
Manusia Daerah,
Dinas Energi dan
Sumber Daya
Mineral, Dinas
Pemuda dan
Olahraga, Dinas
Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang,
Perguruan Tinggi dan
stakeholders terkait
lainnya.
2.
Mendorong pertumbuhan dan
perkembangan industri mikro,
kecil, dan menengah yang ramah
lingkungan, hemat lahan dan
dapat menyerap tenaga kerja
lokal;
√ √ √
Dinas Koperasi dan
UMKM, Dinas
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan,
Dinas Perdagangan,
Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi
dan stakeholders
terkait lainnya.
3. Mengembangkan kawasan untuk
kegiatan industri kreatif sesuai √ √ √
Badan Perencanaan
Pembangunan,
No Program Pengembangan 2021-
2025
2026-
2030
2031-
2041
Pemangku
Kepentingan
potensi dan keunikan lokal yang
berdaya saing dan ramah
lingkungan;
Penelitian dan
Pengembangan
Daerah, Dinas
Pariwisata, Dinas
Koperasi dan UMKM,
Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan
Ruang, Dinas
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan dan
stakeholders terkait
lainnya.
4.
Mengembangkan metode daur
ulang air pada kawasan
peruntukan industri menjadi air
baku;
√ √ √
Dinas Lingkungan
Hidup dan
Kehutanan, Dinas
Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang,
Balai Konservasi
Sumber Daya Alam
dan stakeholders
terkait lainnya.
5.
Mengembangkan kawasan
peruntukan industri yang
dilengkapi prasarana dan sarana
penunjang kegiatan industri
berbasis mitigasi dan adaptasi
bencana longsor, banjir,
gelombang pasang, gunung
berapi, gempa bumi, gerakan
tanah, tsunami dan abrasi. √ √ √
Badan Perencanaan
Pembangunan,
Penelitian dan
Pengembangan
Daerah, Dinas
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, Balai
Konservasi Sumber
Daya Alam, Dinas
Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang,
Badan
Penanggulangan
Bencana Daerah dan
stakeholders terkait
lainnya.
6. Membatasi pembangunan
perumahan baru di sekitar √ √ √
Badan Perencanaan
Pembangunan,
No Program Pengembangan 2021-
2025
2026-
2030
2031-
2041
Pemangku
Kepentingan
kawasan peruntukan industri
dan kegiatan lain yang tidak
sesuai dengan fungsinya di
kawasan peruntukan industri;
dan
Penelitian dan
Pengembangan
Daerah Dinas
Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang,
Dinas Perumahan
dan Permukiman dan
stakeholders terkait
lainnya.
7.
Pembangunan lokasi industri
yang dilakukan di luar kawasan
industri atau zona industri,
ditetapkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Memperhatikan
keseimbangan dan
kelestarian sumber daya
alam serta mencegah
timbulnya kerusakan dan
pencemaran lingkungan
hidup;
b) Dilengkapi dengan unit
pengolahan limbah;
c) Memperhatikan pasokan air
bersih dari sumber air
permukaan;
d) Industri ramah lingkungan
dan memenuhi kriteria
ambang limbah sesuai
ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e) Pengelolaan limbah secara
terpadu untuk industri
dengan lokasi berdekatan.
√ √ √
Badan Perencanaan
Pembangunan,
Penelitian dan
Pengembangan
Daerah, Dinas
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, Balai
Konservasi Sumber
Daya Alam dan
stakeholders terkait
lainnya.
C. Pengembangan Kawasan Industri
Kawasan Industri (KI) merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan Industri
yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan
dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri. Adapun Provinsi Nusa Tenggara Barat
hanya memiliki 1 (satu) Kawasan Industri, yaitu Kawasan Industri Kabupaten
Sumbawa Barat yang memiliki luas 1300,9 Ha. Kawasan Industri dikelola oleh PT
Amman Mineral Nusa Tenggara.
Tabel 25 Program Pengembangan Kawasan Industri
No Program Pengembangan 2021-
2025
2026-
2030
2031-
2041
Pemangku
Kepentingan
1.
Koordinasi antar
kementerian/lembaga terkait
dalam penyusunan rencana
pembangunan infrastruktur
untuk mendukung kawasan
industri, penyusunan rencana
penyediaan energi untuk
mendukung kawasan industri,
penyusunan rencana penyediaan
SDM dan teknologi untuk
mendukung Kawasan industri,
Pembangunan Kawasan Industri;
√ √ √
Badan Perencanaan
Pembangunan,
Penelitian dan
Pengembangan
Nasional, Badan
Perencanaan
Pembangunan,
Penelitian dan
Pengembangan
Daerah, Dinas
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan,
Kementerian terkait
dan stakeholders
terkait lainnya.
2.
Pengoperasian bank tanah (land
bank) untuk pembangunan
kawasan industri;
√ √
Badan Perencanaan
Pembangunan,
Penelitian dan
Pengembangan
Daerah, Dinas
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan serta
stakeholders terkait
lainnya.
3.
Pembangunan infrastruktur
energi untuk mendukung
kawasan industri Pembangunan
sarana, Pembangunan sarana
dan prasarana pengembangan
Riset, Teknologi dan Inovasi
(RISTEKIN) dan prasarana
pengembangan SDM.
√ √ √
Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan
Ruang, Dinas
Perumahan dan
Permukiman,
Perguruan Tinggi dan
stakeholders terkait
lainnya.
4.
Pembentukan kelembagaan
pengelolaan kawasan industri √ √ √
Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan
Satu Pintu Terpadu,
No Program Pengembangan 2021-
2025
2026-
2030
2031-
2041
Pemangku
Kepentingan
(Pemerintah melakukan investasi
langsung)
Dinas Lingkungan
Hidup dan
Kehutanan, Badan
Pengelolaan
Keuangan dan Aset
Daerah dan
stakeholders terkait.
Sesuai dengan amanat UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Minerba dan seseuai
dengan Peraturarn Menteri ESDM tentang proses persiapan pembangunan smelter. PT
Amman Mineral Nusa Tenggara juga diamanatkan untuk membangun smelter
(pemurnian konsentrat). Dengan adanya pembangunan smelter, maka akan muncul
potensi industri turunan semelter seperti industri semen, pupuk, dan industri lainnya.
Adapun strategi dalam mengembangkan industri turunan smelter, sebagai berikut:
a) Melakukan kajian dan pemetaan terkait penyusunan master plan dan siteplan
untuk pembangunan industri smelter di Kabupaten Sumbawa Barat;
b) Mengedepankan Kerjasama dan sinergi antara semua stakeholders terkait dalam
upaya mendukung pengembangan industri smelter dan turunannya;
c) Penguatan peran Sumber Daya Manusia lokal dalam upaya mengisi kebutuhan
tenaga kerja;
d) Melakukan pemetaan dan pengembaangan Sumber Daya Manusia yang memiliki
kompetensi di bidang industri turunan smelter;
e) meningkatkan penelitian dan pengembangan potensi industri pabrik semen,
pabrik pupuk, pabrik kabel, dan potensi lainnya sebagai industri turunan
smelter;
f) Terciptanya iklim investasi yang ramah investor untuk akselerasi industri
turunan smelter;
g) terbangunnya dukungan infrastruktur yang memadai dalam upaya mewujudkan
industri turunan smelter; dan
h) Adanya fasilitasi pemberian insentif bagi investor di bidang industri turunan
smelter.
D. Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Menengah
Pengembangan Industri Kecil dan Menengah berada di Labuapi, Kediri, Gerung,
Tanjung, Pemenang, Praya, Batukliang, Kopang, Masbagik, Aikmel, Labuhan Haji,
Jereweh, Alas, Sumbawa, Empang, Plampang, Dompu, Kempo, Hu’u, Bolo, Woha Sape,
Pajo. dan Rasanae.
Sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM) merupakan satu kelompok IKM yang
menggunakan bahan baku sejenis, melakukan proses produksi yang sama, dan/atau
menghasilkan produk yang sejenis yang berada pada satu lokasi/tempat. Membuat
sentra IKM akan mempermudah intervensi berupa pembinaan berkelanjutan untuk
meningkatkan kemampuan IKM tersebut. Adapun kondisi saat ini, ada IKM mulai
tumbuh dan berkembang, namun dalam kondisi tersebar, sehingga pembinaan yang
diberikan kurang efektif dan membutuhkan biaya besar, atau ada IKM yang sudah
berbentuik sentra namun belum optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan
Pembangunan Sentra IKM baik untuk merelokasi IKM yang tersebar maupun
menempatkan IKM baru sehingga dapat dilakukan pengembangan IKM secara efektif
dan efisien.
Secara lebih detail, pengembanganm sentra IKM dapat dilakukan melalui
beberapa intervensi, antara lain:
Tabel 26 Program Pengembangan Sentra IKM
No Program Pengembangan 2021-
2025
2026-
2030
2031-
2041 Pemangku Kebijakan
1.
Pemetaan dan pematangan
lokasi sentra IKM di setiap
Kabupaten/Kota sesuai
dengan Industri Unggulan
daerah tersebut;
√ √
Dinas Perdagangan,
Dinas Koperasi dan
UMKM, Dinas
Pariwisata,
Pemerintah
Kabupaten/Kota dan
stakeholders terkait.
2.
Pembentukan kelembagaan
sentra IKM oleh pemerintah
kabupaten/kota; √ √ √
Dinas Pemerintahan
Desa, Pemerintah
Kabupaten/Kota dan
stakeholders terkait
lainnya.
3.
Peningkatan kompetensi
Sumber Daya Manusia yang
akan menjadi pengelola dan
penanggung jawab sentra IKM
serta pengembangan dan
pembinaan sentra IKM;
√ √ √
Dinas Pemerintahan
Desa, Pemerintah
Kabupaten/Kota dan
stakeholders terkait
lainnya.
4.
Pengintegrasian jalur distribusi
bahan baku, bahan penolong,
proses produksi hingga
distribusi produk; √ √ √
Dinas Pemerintahan
Desa, Dinas
Perdagangan,
Pemerintah
Kabupaten/Kota dan
stakeholders terkait
lainnya.
5.
Pembangunan infrastruktur
pendukung di area sentra
seperti Instalasi Pengolah Air
√ √ √
Dinas Pemerintahan
Desa, Dinas Energi
dan Sumber Daya
No Program Pengembangan 2021-
2025
2026-
2030
2031-
2041 Pemangku Kebijakan
Limbah (IPAL) dan
pembangunan sarana
penunjang seperti Solar Cell,
Generator, Sarana Komunikasi
serta peralatan yang
diperlukan di dalam sentra;
Mineral, Dinas
Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang,
Dinas Komunikasi,
Informasi dan
Statistik, Pemerintah
Kabupaten/Kota dan
stakeholders terkait
lainnya.
6.
Pengembangan kemampuan
dan kapasitas peralatan/mesin
dalam proses produksi agar
IKM mampu menghasilkan
produk yang terstandar dan
sesuai dengan kebutuhan
pasar; dan
√ √ √
Badan Perencanaan
dan Pembangunan
Daerah, Badan
Standarisasi Nasional,
Lembaga Sertifikasi
Produk dan Lembaga
standarisasi terkait
lainnya.
7.
Penyiapan Pusat Promosi dan
Ruang Pameran produk IKM
untuk sentra IKM yang sudah
memiliki produk
terstandarisasi baik untuk
pasar nasional maupun pasar
global.
√ √ √
Dinas Koperasi dan
UMKM, Dinas
Pariwisata, Dinas
Perdagangan dan
stakeholders terkait
lainnya.
VI. PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI
A. Pembangunan Sumber Daya Manusia Industri
Permbangunan sumber daya manusia industri meliputi: (a) wirausaha
industri (pelaku usaha industri), (b) tenaga kerja industri (tenaga kerja
profesional di bidang industri), (c) pembina industri (aparatur yang memiliki
kompetensi bidang industri), dan (d) konsultan Industri (perorangan atau
perusahaan yang memberikan layanan konsultasi, advokasi dan pemecahan
masalah bagi industri). Pembangunan ini difokuskan untuk menghasilkan
tenaga kerja industri yang berbasis kompetensi sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan kebutuhan industri. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara
Barat berupaya mewujudkan link and match antara dunia Pendidikan formal
dan infomal dengan kebutuhan tenaga kerja di sektor industri. Dalam rangka
mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi untuk mengisi peluang
di sector industri selama periopde 2020-2040, maka pemerintah melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
Tabel 4.30 Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri
No Program
Pengembangan
2021-
2025
2026-
2030
2031-
2041 Stakeholder
1.
Pengembangan sumber
daya manusia industri
yang berbasis
kompetensi dan
keahlian secara merata
di seluruh
kabupaten/kota;
√ √ √
Badan Perencanaan
Pembangunan,
Penelitian dan
Pengembangan
Daerah, Dinas
Pendidikan dan
Kebudayaan, Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Dinas
Koperasi dan UMKM,
Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Daerah, Dinas Pemuda
dan Olahraga,
Perguruan Tinggi dan
stakeholders terkait
lainnya.
2.
Pembangunan
infrastruktur dan
sarana prasarana dalam
rangka menunjang
pembangunan tenaga
kerja berbasis industri;
√ √ √
Badan Perencanaan
Pembangunan,
Penelitian dan
Pengembangan
Daerah, Dinas
Pendidikan dan
Kebudayaan, Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Dinas
Koperasi dan UMKM,
Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan
Ruang, dan
No Program
Pengembangan
2021-
2025
2026-
2030
2031-
2041 Stakeholder
stakeholders terkait
lainnya.
3.
Mendorong spesifikasi
kurikulum Pendidikan
vokasi daerah agar
selaras dengan
kebutuhan industri
unggulan daerah;
√ √ √
Badan Perencanaan
Pembangunan,
Penelitian dan
Pengembangan
Daerah, Dinas
Pendidikan dan
Kebudayaan, Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Badan
Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Daerah, Perguruan
Tinggi dan
stakeholders terkait
lainnya.
4.
Menjalin kemitraan
dengan perguruan
tinggi dan sektor swasta
dalam rangka
menyiapkan SDM
industri berbasis
kompeten; dan √ √ √
Badan Perencanaan
Pembangunan,
Penelitian dan
Pengembangan
Daerah, Dinas
Pendidikan dan
Kebudayaan, Dinas
Perdagangan, Badan
Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Daerah, Perguruan
Tinggi dan
stakeholders terkait
lainnya.
5.
Mendorong peran
Lembaga Pendidikan
dan Pelatihan (DIKLAT)
di setiap
√ √ √
Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan, Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Badan
No Program
Pengembangan
2021-
2025
2026-
2030
2031-
2041 Stakeholder
kabupaten/kota untuk
menyiapkan tenaga
kerja yang sesuai
dengan kebutuhan
industri unggulan
daerah.
Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Daerah, Perguruan
Tinggi dan
stakeholders terkait
lainnya.
B. Pembangunan Sumber Daya Alam untuk Industri
Pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat menyiapkan sektor hulu yaitu
pengembangan umber daya alam sebagai upaya untuk menjamin
keberlangsungan (sustainability) di sector industri terkait. Adapun prinsip
dalam pengembangan sumber alam untuk industri adalah sebagai berikut:
1) Pengembangan sumber daya alam harus dilakukan secara efisien,
berkelanjutan dan berbasis lingkungan;
2) Berupaya untuk melakukan pembatasan dan/atau pelarangan
perdagangan (ekspor) bahan mentah sumber daya alam;
3) Melalui OPD terkait, pemerintah harus menjamin ketersediaan bahan baku
serta jalur distribusi yang yang terintegrasi.
Dalam upaya menerapkan prinsip 3 (tiga) prinsip di atas, pemerintah juga
akan melakukan beberapa program pengembangan sumber daya alam untuk
sector industri selama periode 2020-2040, antara lain:
Tabel 4.31 Program Pengembangan Sumber Daya Alam
No Program Pengembangan 2021-
2025
2026-
2030
2031-
2041 Stakeholders
1.
Melalui kerjasama dan
komitmen OPD terkait,
Pemerintah menjamin
ketersedian bahan baku yang
bekelanjutan dan
berwawasan lingkungan:
a) Melakukan program
rejuvenasi (peremajaan)
dan ekstensifikasi sektor
hulu seperti pertanian,
√ √ √
Badan Perencanaan
Pembangunan,
Penelitian dan
Pengembangan
Daerah, Dinas
Pertaniaan dan
Perkebunan, Dinas
Kelautan dan
Perikanan, Dinas
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan,
No Program Pengembangan 2021-
2025
2026-
2030
2031-
2041 Stakeholders
perkebunan, peternakan,
kelautan dan perikanan;
b) Melakukan sosialisasi
dan pembinaan secara
intensif untuk
internalisasi perapan
teknologi modern.
Dinas Peternakan
dan Kesehatan
Hewan, Dinas
Ketahanan Pangan,
Dinas Energi dan
dan Sumber Daya
Mineral, Perguruan
Tinggi dan
stakeholders terkait
lainnya.
2.
Mewujudkan upaya
peningkatan kualitas
produksi hasil panen melalui
penyuluhan dan
pendampingan secara
berkala untuk implementasi
teknologi pasca panen; dan
√ √ √
Dinas Pertaniaan
dan Perkebunan,
Dinas Kelautan dan
Perikanan, Dinas
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan,
Dinas Peternakan
dan Kesehatan
Hewan, Dinas
Ketahanan Pangan,
Dinas Energi dan
dan Sumber Daya
Mineral, Perguruan
Tinggi dan
stakeholders terkait
lainnya.
3.
Mewujudkan pengelolaan
lahan yang berwawasan
lingkungan dan mencegah
kerusakan lingkungan akibat
eksploitasi dan eksplorasi
alam.
√ √ √
Badan Perencanaan
Pembangunan,
Penelitian dan
Pengembangan
Daerah, Dinas
Pekerjaan Umum
dan Penataan
Ruang, Dinas
Pertanian dan
No Program Pengembangan 2021-
2025
2026-
2030
2031-
2041 Stakeholders
Perkebunan, Dinas
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan,
Dinas Energi dan
dan Sumber Daya
Mineral, Dinas
Pariwisata dan
stakeholders terkait
lainnya.
C. Pengembangan Teknologi Industri
Pengembangan dan pemanfaatan teknologi modern menjadi mutlak
dalam pembangunan sumber daya industri saat ini. Penguasaan teknologi
menjadi penting untuk mencapai efisiensi, meningkatkan produktivitas, serta
meningkatkan nilai tambah. Dalam rangka mengembangkan teknologi industri
periode 2020-2040, maka pemerintah berupaya untuk menghadirkan peran
teknologi dari sektor hulu hingga hilir, antara lain:
Tabel 4.32 Program Pengembangan Teknologi Industri
No Program Pengembangan 2021-
2025
2026-
2030
2031-
2041 Stakeholders
1.
Peningkatan sinergi
program kerjasama
penelitian dan
pengembangan antara
balai-balai industri
dengan lembaga riset
pemerintah, lembaga riset
swasta, perguruan tinggi,
dunia usaha dan lembaga
riset untuk menghasilkan
penelitian dan
pengembangan yang
aplikatif dan terintegrasi;
√ √ √
Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan,
Dinas Pemuda dan
Olahraga, Dinas
Pertanian dan
Perkebunan, Dinas
Kelautan dan
Perikanan, Dinas
Perdagangan,
Perguruan Tinggi
dan Stakeholders
terkait lainnya.
2. Mendorong Research and
Develompent (R&D) dalam √ √ √
Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan,
No Program Pengembangan 2021-
2025
2026-
2030
2031-
2041 Stakeholders
upaya pengembangan
teknologi yang mutakhir
dan tepat guna;
Dinas Pemuda dan
Olahraga, Dinas
Pertanian dan
Perkebunan, Dinas
Kelautan dan
Perikanan,
Perguruan Tinggi
dan Stakeholders
terkait lainnya.
3.
Pemberian insentif bagi
IKM atau pihak lainnya
yang melaksanakan
kegiatan Research and
Development untuk
pengembangan industri
daerah;
√ √ √
Dinas Koperasi dan
UMKM, Dinas
Perdagangan, Sektor
Perbankan dan
stakeholders terkait
lainnya.
4.
Pemberian penghargaan
bagi rintisan,
pengembangan, dan
penerapan teknologi
industri; √ √ √
Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan,
Dinas Pemuda dan
Olahraga, Dinas
Perdagangan, Dinas
Koperasi dan UMKM
dan stakeholders
terkait lainnya.
5.
Mendorong tumbuhnya
pusat-pusat inovasi
(center of excellence) pada
wilayah pusat
pertumbuhan industri. √ √ √
Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan,
Dinas Pemuda dan
Olahraga, Dinas
Perdagangan, Dinas
Koperasi dan UMKM
dan stakeholders
terkait lainnya.
D. Pengembangan Inovasi dan Kreativitas Industri
Pengembangan inovasi dan kreativitas bertujuan untuk internalisasi
kearifan lokal dan/atau budaya yang tumbuh dan berkembang di tengah
masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah akan berupaya menumbuhkan center of
innovation sebagai wadah bagi pelaku industri terutama industri kreatif.
Adapun program pengembangan inovasi dan kreativitas, pemerintah melakukan
beberapa upaya antara lain:
Tabel 4.33 Program Pengembangan Inovasi dan Kreativitas Industri
No Program Pengembangan 2021-
2025
2026-
2030
2031-
2041 Stakeholders
1.
Menggandeng pihak swasta
untuk melakukan transfer of
knowledge kepada pelaku
industri kreatif; √ √ √
Dinas Pariwisata,
Dinas
Perdagangan,
Sektor Swasta,
Perguruan Tinggi
dan stakeholders
terkait lainnya.
2.
Melakukan pendampingan
dan pembinaan melalui
inkubasi agar pelaku industri
memiliki inovasi dan
kreatifitas; √ √ √
Scince
Technology and
Industrial Park
(STIP), Sektor
Swasta, Dinas
Koperasi dan
UMKM dan
sektor terkait
lainnya.
3.
Mendorong terbentuknya
sentra industri kreatif di
masing-masing kabupaten
dan kota sesuai dengan
industri unggulan daerah;
√ √ √
Dinas
Pemerintahan
Desa, Pemerintah
Kabupaten/Kota
dan stakeholders
terkait lainnya.
4.
Memfasilitasi perlindungan
Hak Kekayaan Intelektual
(HKI) seperti fasilitasi
pengurusan merek, paten,
hak cipta, desain industri,
indikasi geografis, dan hal
terkait lainnya.
√ √ √
Kementerian
Hukum dan
HAM,
Kementerian
Perindustrian
dan sektor terkait
lainnya.
E. Dukungan Pembiayaan Industri
Dalam rangka menumbuhkan sektor industri, pemerintah memfasilitasi
ketersediaan pembiayaan yang kompetitif yang bersumber dari penanaman
modal dalam negeri, penanaman modal asing serta penanaman modal
pemerintah. Sektor pembiayaan menjadi penting bagi tumbuh kembangnya
industri kecil dan menengah.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian menyatakan
secara tegas bahwa Pemerintah memfasilitasi ketersediaan pembiayaan yang
kompetitif untuk pembangunan industri. Berdasarkan Undang-Undang
tersebut dapat dibentuk lembaga pembiayaan pembangunan industri yang
berfungsi sebagai Lembaga pembiayaan investasi di bidang industri yangdiatur
dengan Undang-Undang. Maka dari itu pemerintah berupaya menghadirkan
mekanisme pembiayaan yang kompetitif bagi pembangunan industri periode
2020-2040, antara lain:
Tabel 4.34 Program Pengembangan Dukungan Pembiayaan Industri
No Program Pengembangan 2021-
2025
2026-
2030
2031-
2041 Stakeholders
1.
Memberikan pembinaan
dan pendampingan kepada
industri agar mereka
mampu secara
administrasi persyaratan
mengakses sumber
pembiyaan yang ada, serta
mampu menggunakannya
secara efektif dan efisien;
√ √ √
Dinas Penanaman
Modal dan
Pelayanan Satu
Pintu Terpadu
Tingkat Provinsi dan
Kabupaten, Dinas
Koperasi dan
UMKM, Dinas
Perdagangan, dan
sektor terkait
lainnya.
2.
Mendorong Corporate
Social Responsibility (CSR)
perusahaan milik negara
atau perusahaan swasta
untuk bantuan
permodalan IKM;
√ √ √
Badan Usaha Milik
Negara/Daerah,
Perhotelan dan
Sektor Swasta
lainnya.
3.
Memberikan insentif bagi
investor dalam dan luar
negeri yang melakukan
√ √ √
Dinas Penanaman
Modal dan
Pelayanan Satu
No Program Pengembangan 2021-
2025
2026-
2030
2031-
2041 Stakeholders
penanaman modal ke
sektor industri unggulan
daerah.
Pintu Terpadu dan
Lembaga terkait
lainnya.
VII. KEBIJAKAN AFIRMATIF INDUSTRI KECIL DAN INDUSTRI MENENGAH
Peran Industri Kecil dan menengah sangat strategis dalam perekonomian.
Industri Kecil dan Menengah memiliki produk beragam yang sangat banyak, yang
tersebar di wilayah pasar yang luas. Sehingga hal ini menjadikan sumber pendapatan
bagi masyarakat luas. Berkembangnya IKM akan memberikan dampak yang sangat
besar bagi perekonomian di daerah maupun nasional. Untuk itu diharapkan
Pemerintah, dalam hal ini pemerintah daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota melakukan
pembangunan dan pemberdayaan industri kecil dan industri menengah untuk
mewujudkan industri kecil dan industri menengah yang berdaya saing, berperan
signifikan dalam penguatan struktur industri nasional, ikut berperan dalam
pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja, serta menghasilkan barang
dan/atau jasa Industri untuk diekspor.
Dalam upaya meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan industri kecil dan
industri menengah, Pemerintah Daerah perlu melakukan perumusan kebijakan,
penguatan kapasitas kelembagaan, dan pemberian fasilitas. Dalam rangka
merumuskan kebijakan, ditetapkan Unggulan pengembangan industri kecil dan
industri menengah dengan mengacu paling sedikit kepada Sumber Daya Industri
Daerah.
A. Sasaran Pengembangan IKM
Untuk mendukung pengembangan IKM ditetapkan sasaran penguatan
kelembagaan yang disertai dengan pemberian fasilitas sebagai berikut:
Tabel 27 Sasaran Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
No Sasaran
I PENGUATAN KELEMBAGAAN
1 Penguatan dan pengembangan Sentra IKM
2 Revitalisasi dan pembangunan Unit Pelayanan Teknis (UPT)
3 Penyediaan tenaga penyuluh lapangan
4 Penyediaan konsultan industri kecil dan industri menengah
II PEMBERIAN FASILITAS
1 Peningkatan kompetensi SDM
2 Pemberian bantuan dan bimbingan teknis
3 Pemberian bantuan serta fasilitasi bahan baku dan bahan penolong
4 Pemberian bantuan mesin atau peralatan
No Sasaran
5 Pengembangan produk
6 Pemberian bantuan pencegahan pencemaran lingkungan hidup
7 Pemberian bantuan informasi pasar, promosi, dan pemasaran
8 Fasilitasi akses pembiayaan
9 Penyediaan Kawasan Industri untuk IKM yang berpotensi mencemari
lingkungan (Kawasan)
10 Fasilitasi kemitraan antara industri kecil, menengah dan besar
11 Fasilitasi hak kekayaan intelektual terhadap IKM
12 Fasilitasi penerapan standar mutu produk bagi IKM
13 Fasilitasi legalitas usaha
14 Fasilitasi Kemasan Bagi Produk Pangan
15 Fasilitasi Pendaftaran Merk
16 Fasilitasi pemanfaatan teknologi informasi untuk pengembangan IKM
B. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN IKM
Untuk meningkatkan peran IKM, selain langkah-langkah strategis untuk
mendorong pertumbuhan sektor industri secara keseluruhan, juga akan
diberlakukan berbagai langkah kebijakan yang berpihak kepada IKM, yang antara
lain meliputi:
1. Dalam rangka keberpihakan terhadap IKM di daerah ditetapkan perda yang
mengatur bela, beli dan pakai produk IKM Lokal.
2. Dalam rangka keberpihakan terhadap IKM di daerah ditetapkan bahwa industri
kecil hanya dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia, industri yang memiliki
keunikan dan merupakan warisan budaya bangsa hanya dapat dimiliki oleh
warga negara indonesia, dan industri menengah tertentu dicadangkan untuk
dimiliki oleh warga negara Indonesia;
3. Pemberdayaan industri kecil dan menengah dilakukan antara lain melalui
peningkatan kemampuan sentra industri kecil dan menengah (IKM) yang dapat
dilakukan melalui revitalisasi Sentra IKM;
4. Dalam rangka penguatan struktur industri, peran IKM perlu ditingkatkan secara
signifikan dalam rantai suplai Industri Unggulan; dan
5. Dalam upaya meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan IKM, Pemerintah
Daerah melakukan perumusan kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan,
dan pemberian fasilitas bagi IKM.
C. STRATEGI PENGEMBANGAN IKM
Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan industri daerah, upaya
pengembangan IKM perlu terus dilakukan melalui strategi pembangunan berikut:
1. Pemanfaatan Potensi Bahan Baku
Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki sumber bahan baku yang sangat
potensial. Pemanfaatan sumber daya tersebut akan efisien jika dilakukan pada
skala ekonomi tertentu (umumnya skala menengah dan besar) yang seringkali
memerlukan sarana dan prasarana yang memadai. Seiring dengan
pembangunan sarana dan prasarana yang diperlukan, sesuai dengan skala
operasinya, IKM dapat berperan signifikan sebagai pionir dengan melakukan
pengolahan yang memberikan nilai tambah pada bahan baku tersebut.
2. Penyerapan Tenaga Kerja
Dibalik keterbatasan IKM dalam permodalan, IKM memiliki potensi
penyerapan tenaga kerja pada industri padat karya. Melalui dukungan
sederhana pada sentra IKM, penyiapan operasi IKM baru dan pengembangan
IKM yang ada sehingga berpotensi membuka lapangan kerja yang lebih luas
dalam waktu yang relatif singkat. Namun, upaya ini perlu diikutidengan
peningkatan kompetensi tenaga kerja IKM secara langsung melalui berlatih
sambil bekerja (on the job training), baik dalam aspek manajerial maupun aspek
teknis, yang akan berpengaruh terhadap peningkatan daya saing IKM.
3. Pemanfaatan Teknologi, Inovasi, dan Kreativitas
Teknologi dikembangkan dalam berbagai tingkatan, dari yang sederhana
sampai yang canggih. Berbagai teknologi sederhana, terbukti mampu
memberikan manfaat yang besar pada aplikasi di industri yang memiliki sumber
daya (bahan baku, pemodalan, dan tenaga kerja) yang terbatas namun memiliki
tingkat inovasi dan kreativitas yang tinggi. Pemanfaatan teknologi yang disertai
inovasi dan kreativitas sesuai dengan karakteristik IKM yang memiliki tingkat
fleksibilitas yang tinggi. Dengan cara tersebut, IKM mampu menghasillkan
produk dengan biaya yang relatif rendah namun dengan kualitas yang memadai
sehingga dapat memperluas pasarnya. Strategi pengembangan IKM tersebut
perlu dilengkapi dengan upaya untuk mengatasi kelemahan IKM yaitu pada
ketersediaan permodalan dan pengembangan jaringan kerjasama.
4. Meningkatkan Daya Saing Produk Melalui Penerapan Standarisasi
Penerapan standarisasi baik pada bahan baku, proses produksi, maupun
pada sarana prasarana IKM akan meningkatkan daya saing dari produk.
5. Meningkatkan Daya Saing Tenaga Kerja Dibidang Industri Melalui Pelatihan
Berbasis Kompetensi
Tenaga kerja dibidang industri yang terlatih akan membantu
meningkatkan produktifitas dari IKM, peningkatan kualitas dari produk yang
dihasilkan.
D. PROGRAM PENGEMBANGAN IKM
Program yang dilakukan dalam rangka mencapai sasaran tersebut diatas
meliputi:
1. Meningkatkan akses IKM terhadap pembiayaan, termasuk fasilitasi
pembentukan pembiayaan bersama (modal ventura) IKM;
2. Mendorong tumbuhnya kekuatan bersama sehingga terbentuk kekuatan kolektif
untuk menciptakan skala ekonomis melalui standardisasi, procurement dan
pemasaran bersama;
3. Perlindungan dan fasilitasi terhadap inovasi baru dengan mempermudah
pengurusan hak kekayaan intelektual bagi kreasi baru yang diciptakan IKM;
4. Diseminasi informasi dan fasilitasi promosi dan pemasaran di pasar domestik
dan ekspor;
5. Peningkatan kemampuan kelembagaan sentra IKM, UPT, TPL, dan konsultan
IKM;
6. Kerjasama kelembagaan dengan lembaga pendidikan dan lembaga penelitian
dan pengembangan;
7. Menggali potensi sumber daya industri (bahan baku, teknologi, inovasi dan
pembiayaan) yang dibutuhkan oleh industri di Nusa Tenggara Barat
8. Mendorong penggunaan produk IKM lokal di masyarakat dan dalam pengadaan
barang/jasa pemerintah;
9. Kerjasama kelembagaan dengan asosiasi industri dan asosiasi profesi lainnya;
dan
10. Pemberian fasilitas bagi IKM yang mencakup:
a. Peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan sertifikasi kompetensi;
b. Bantuan dan bimbingan teknis;
c. Bantuan bahan baku dan bahan penolong, serta mesin atau peralatan;
d. Pengembangan produk;
e. Bantuan pencegahan pencemaran lingkungan hidup untuk mewujudkan
industri hijau;
f. Bantuan informasi pasar, promosi dan pemasaran;
g. Penyediaan kawasan industri untuk IKM yang berpotensi mencemari
lingkungan;
h. Pengembangan dan penguatan keterkaitan dan hubungan kemitraan;
i. Pelatihan pemanfaatan teknologi informasi untuk pengembangan IKM;
j. Pendampingan penerapan standarisasi pada IKM; dan
k. Peningkatan kemampuan IKM dalam pemanfaatan dan pengelolaan limbah.