MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI...

89
MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian Munāsabah Pada Tafsir Al- Asās Karya Saʻīd Hawwā ) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh : Nelfi Westi NIM: 1113034000033 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2017 M

Transcript of MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI...

Page 1: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH

(Kajian Munāsabah Pada Tafsir Al- Asās Karya Saʻīd

Hawwā )

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh :

Nelfi Westi

NIM: 1113034000033

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H/ 2017 M

Page 2: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada
Page 3: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada
Page 4: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada
Page 5: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

i

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada

buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

Ts te dan es ث

J Je ج

H h dengan garis di bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Dz de dan zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy es dan ye ش

S es dengan garis di bawah ص

ḏ de dengan garis di bawah ض

Page 6: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

ii

ṯ te dengan garis di bawah ط

ẕ zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan „ ع

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Ki ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrof ` ء

Y ye ي

2. Vokal Tunggal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal alih

aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fathah

I Kasrah

U ḏammah و

Page 7: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

iii

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i ي

Au a dan u و

3. Vokal panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ā a dengan garis di atas ا

Ī i dengan daris di atas ي

Ū u dengan garis di atas و

4. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-syamsiyyah bukan asy-syamsiyyah,

al-rijāl bukan ar-rijāl.

5. Tasydīd

Huruf yang ber-tasydīd ditulis dengan dua huruf serupa secara berturut-turut,

seperti السنت = al-sunnah.

6. Ta marbūṯah

Jika ta marbūṯah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf

tersebut dialih-aksarakan menjadi huruf /h/, seperti أبو هريرة = Abū Hurairah.

Page 8: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

iv

7. Huruf Kapital

Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh kata sandang,

maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan

huruf awal atau kata sandangnya, seperti البخاري = al-Bukhāri.

Page 9: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

v

ABSTRAK

NELFI WESTI

Munāsabah Dalam Sūrah al-Jumu’ah (Kajian Munāsabah Pada Tafsir al-Asās

karya Saʻīd Hawwā )

Al-Qur‟an adalah sebuah kitab suci yang tentu memiliki keistimewaan dan

keistimewaan itu merupakan anugerah Allah Swt bagi umat Islam. Al-Qur`an

merupakan sumber ajaran yang utuh dan komprehensif. Keutuhan dan komprehensif

al-Qur`an dapat terungkap pada utuhnya pesan yang dikemukakan al-Qur`an.

Mengungkapkan korelasi antar ayat dan antar sūrah dapat membantu kita memahami

al-Qur‟an dengan utuh. Namun, pada zaman sekarang banyak umat Islam menyikapi

al-Qur`an tidak keseluruhan. Tidak melihat satu ayat itu sesudah atau sebelumnya.

Sehingga seringkali pada zaman sekarang hanya mengambil ayat-ayat tertentu yang

mendukung pendapat mereka atau pemikiran mereka, dan saat yang sama mereka

menghindari ayat-ayat yang bertentangan dengan pemikiran mereka. Penelitian ini

bertujuan untuk untuk mengetahui secara mendalam dan komprehensif konsep

munāsabah antar ayat dan antar sūrah yang digunakan Saʻīd Hawwā dalam

menafsirkan sūrah al-Jumu‟ah dalam karyanya al-Asās Fī al-Tafsīr.

Terkait jenisnya, penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian pustaka

Library Research yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi

penelaahan terhadap buku-buku dan literatur-literatur yang berhubungan dengan

masalah terkait. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis.

Setelah melakukan kajian tentang munāsabah sūrah al-Jumu‟ah dapat

disimpulkan beberapa hasil dari penelitian ini, bahwa Saʻīd Hawwā mengklasifikasi

sūrah al-Jumu‟ah ini menjadi tiga kelompok. Munāsabah yang dihasilkan adalah

munāsabah antar sūrah sebelumnya dan antar ayat. Munāsabah antar sūrah yaitu

awal sūrah al-Jumu‟ah dan akhir sūrah al-Saff diletakkan di penutup dari penafsiran

sūrah al-Jumu‟ah. Dan munāsabah antara ayat tidak per ayat tetapi

mengkelompokkan ayat dari sūrah al-Jumu‟ah seperti hal nya sūrah al-Jumu‟ah

diklafikasikan menjadi 3 kelompok. Munāsabah baru dijelaskan pada awal setiap

kelompok ayat dan mengaitkan kandungan ayat-ayat tersebut secara global.

Kata kunci: munāsabah,Saʻīd Hawwā, al-Jumu’ah

Page 10: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

vi

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah Swt atas segala

rahmat dan kehendak-Nya, yang menyinari hamba Nya dengan cahaya al-Qur`an, dan

menjadikan al-Qur`an sebagai obat penyakit hati, petunjuk dan rahmat bagi orang-

orang mukmin, sehingga dengan taufiq-Nya penulisan skripsi yang berjudul

“Munāsabah sūrah al-Jumu‟ah (Kajian munāsabah Pada Tafsir al-Asās karya Saʻīd

Hawwā)” ini, alhamdulillah dapat diselesaikan. Demikian juga, Salawat serta Salām

semoga selalu tercurahkan untuk baginda Muẖammad Saw. Sebagai karya tulis saya

yang jauh dari kata sempurna. Tentunya di dalam skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan dan kekeliruan. Segala kesalahan tersebut tak lain adalah bukti

keterbatasan penulis di dalam melakukan penelitian ini.

Penelitian ini merupakan wujud keingintahuan penulis terhadap beberapa objek

yang kelihatannya terkesan sepele namun penting untuk dikaji, sebagai usaha

mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam terkait “Munāsabah al-Qur`ān”

penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa

bimbingan, bantuan, arahan, motivasi dan kontrubusi banyak pihak. Ucapan terima

kasih yang tulus dan tak terbilang penulis haturkan kepada para dosen, keluarga, para

guru kehidupan, para sahabat dan teman-teman, sehingga penulis mampu mengatasi

segala hambatan yang menerpa. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis

mengucapkan terima kasih seluas-luasnya kepada:

Page 11: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

vii

1. Segenap civitas akademika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta: Bapak Prof. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya dan Bapak Prof. Dr. Masri

Mansoer, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Ibu Dr. Lilik Ummi

Kultsum, MA. Selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur`an dan Tafsir dan Ibu

Dra. Banun Binaningrum, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur`an

dan Tafsir.

2. Ibu Dr. Faizah Ali Syibromalisi, MA., selaku dosen pembimbing penulis

yang telah memberikan arahan, saran dan dukungan kepada penulis,

sehingga skripsi dapat terselesaikan. Mohon maaf yang sebesar-besarnya

jika selama proses bimbingan penulis banyak merepotkan. Semoga Ibu

selalu sehat dan diberikan kelancaran dalam segala urusannya. Amin.

3. Ibu Dr. Atiyatul Ulya, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik yang

telah membimbing penulis dari semester satu hingga selesai.

4. Bapak Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA dan Bapak Dr. Hasani Ahmad Said,

Ma, selaku dosen penguji pada sidang skripsi penulis. Bimbingan, masukan

serta kritikan yang membangun sangat penulis rasakan untuk menghasilkan

skripsi yang lebih berkualitas.

5. Seluruh dosen pada Fakultas Ushuluddin khususnya di Program Studi Ilmu

al-Qur`an dan Tafsir atas segala motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan

wawasan dan pengalaman yang telah diberikan. Kepada seluruh staf dan

karyawan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 12: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

viii

6. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Umum, Perpustakaan

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kedua orang tua terkasih, Bapak Afrizal dan Ibu Syafinar yang telah

merangkai doa-doa indah, memotivasi, menginspirasi, membiayai,

mendidik, mendukung, memberi semangat dan nasehat-nasehat istimewa

untuk penulis. Tak lupa juga terima kasih untuk kakak satu-satunya Uni

Arliza dan kakak ipar Uda Edwar dan keponakan Ihsan Kamil yang telah

memberikan senyuman semangat kepada penulis. Keluarga besar yang turut

memberikan semangat kepada penulis kepada: mak Edi dan keluarga, wan

Katik Des, kak Salma, Kak Dewi, Len, dan juga seluruh keluarga besar

Nenek Nurlina dan Nenek Raina yang telah memberikan dukungan dan

motivasi kehidupan untuk penulis.

8. Guru-guru penulis, Buya M. Pakiah Mangkuto (alm) dan seluruh guru di

Madrasah Tarbiyah Islamiyah Pariangan yang telah menjadi bagian

terpenting dalam perjalanan keilmuan penulis. Bapak Khaidir dan Ibu

Misnawati yang telah mengajarkan membaca al-Qur`an ketika penulis

masih kecil.

9. Teman-teman seperjuangan. Kepada seluruh teman-teman Jurusan Tafsir

Hadis angkatan 2013, khususnya TH A: Salman, Nasrul, Faris, Ica, Ira,

Gisda, Bekti, mba Pijoh, Dedeh, Rino, Halim, Mukhlis, dan Andrian dan

lain-lain, maafkan tidak dapat tertuliskan seluruh nama-nama kalian

seangkatan, tapi percayalah pertemanan kita akan selalu dikenang. kepada

roommate: Tiya, Nia, Yeni, Nihaya, Nova, Terima Kasih telah menemaniku

Page 13: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

ix

selama kita satu kamar, semoga Allah memudahkan segala urusan kalian.

Amin.

10. Teman-teman sejati. Kepada Sahabat-sahabat terbaikku yang selalu bersama

dari TK, SD, MTS, MA dan sampai saat ini: Ari, Iir, Saiful yang sudah

punya kesibukkan masing-masing dan jarang bertemu tapi tetap

memberikan semangatnya kepadaku. Tidak lupa juga kepada: Desi, Refni,

Nopi, Nelvia, Ilel, Tika, Aulia, Rahmi, dan lain-lain terima kasih telah

banyak memotivasi penulis semoga kita menjadi sahabat selamanya.

11. Teman-teman organisasai. Terima kasih kepada seluruh Ikhwan-Akhwat

LDK Syahid, khususnya Komda Ushuluddin dan Biro Kestari LDK Syahid

20, kepada semua teman-teman yang tergabung dalam FORMABI (Forum

Mahasiswa Bidik Misi) 2013, dan Komunitas Saung, penulis ucapkan

terima kasih atas persahabatan yang telah terbina selama berada di bangku

perkuliahan.

12. Teman-Teman KKN Omikron: Tika, Husnul, Astiti, Cipa, Ani, Robi, Iqbal,

Aziz, Santo, dan Dimas, kebersamaan dengan kalian selama kurang lebih

sebulan semoga dapat bermanfaat bagi masyarakat Desa Legok Sukamaju

dan pelajaran berharga buat kita. Good Luck buat kita.

13. Terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu atas bantuan moril, materil dan doa sehingga saya dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Jakarta, September 2017

Nelfi Westi

Page 14: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

x

DAFTAR ISI

PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................................... i

ABSTRAK ........................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................... 10

C. Tujuan dan Manfaat penelitian ..................................................... 11

D. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 11

E. Metode Penelitian ......................................................................... 14

F. Sistematika Penulisan ................................................................... 15

BAB II: TEORI MUNĀSABAH AL-QUR’ĀN

A. Pengertian Munāsabah ................................................................... 17

B. Sudut pandang ahli ilmu Qur`an ..................................................... 19

C. Sebab muncul Ilmu munāsabah ...................................................... 23

D. Macam-Macam Munāsabah ........................................................... 30

BAB III: PROFIL SA’ID HAWWA DAN KITAB TAFSIRNYA

A. Sa‟id Hawwa

1. Biografi Sa‟id Hawwa .............................................................. 39

2. Karya-karya Sa‟id Hawwa ........................................................ 43

Page 15: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

xi

B. Profil Tafsir al-Asās Fī al-Tafsīr

1. Latar belakang penulisan .......................................................... 46

2. Metode dan corak penafsiran .................................................... 46

3. Sumber penafsiran dan referensi mufassīr ................................ 49

4. Sistematika penulisan .............................................................. 50

BAB IV : POLA PENAFSIRAN DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH

MENURUT SAʻĪD HAWWĀ

A. Mukadimah sūrah al-Jumu‟ah.

1. Pengenalan sūrah al-Jumu‟ah ................................................. 53

2. Kandungan sūrah al-Jumu‟ah ................................................. 59

3. Ringkasan Saʻīd Hawwā Dalam menafsirkan sūrah al-Jumu‟ah

................................................................................................. 60

B. Pola penafsiran sūrah al-Jumu‟ah.

1. Pola penafsiran sūrah al-Jumu‟ah .......................................... 63

2. Munāsabah ............................................................................. 67

3. Munāsabah Saʻīd Hawwā dalam timbangan penulis ............. 69

BAB V : PENUTUP

A. KESIMPULAN ............................................................................ 72

B. SARAN ......................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur`an adalah firman-firman Allah Swt yang disampaikan oleh

Malaikat Jibril sesuai dengan redaksi-Nya kepada Nabi Muhammad Saw,

al-Qur`an didalamnya terdapat dasar-dasar ajaran Islam. Al-Qur`an

mengkaji segala perintah atau larangan, yang halal dan haram, baik atau

buruk maupun kisah-kisah masa lampau. Al-Qur`an turun sedikit demi

sedikit selama sekitar 22 tahun lebih.1 Tujuan diturunkannya secara

berangsur-angsur adalah beberapa diantaranya meneguhkan hati

Rasulullah Saw Terhadap kebenaran dan memperkokoh azamnya untuk

tetap berdakwah, dan juga sebagai mukjizat, dan relevan dengan peristiwa,

dan tahapan dalam penetapan hukum.2

Al-Qur`an apa yang tertuliskan di dalamnya merupakan ajaran

yang harus dipegang oleh umat Islam. Untuk memahami al-Qur`an tidak

bisa hanya dibaca yang tersurat saja, namun dalam menyingkapkan makna

yang tersirat atau mengungkap isi-isi al-Qur`an ini lah yang diberikan oleh

tafsir. Sejalan dengan kebutuhan umat Islam untuk mengetahui isi

kandungan al-Qur`an dan juga perhatian khusus para ulama dalam

menjelaskan kandungan al-Qur`an. Banyak pula bermunculan kitab-kitab

tafsir yang beraneka ragam metode ataupun coraknya.

Dengan banyaknya kita-kitab tafsir dan berbagai latar belakang

mufassīr menulisnya baik dari segi coraknya, metodenya dan

1 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. XX.

2 Manna al-Qaṯṯan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur`ān. penerjemah Aunur Rafiq El-Mazni

(Jakarta: Al-Kautsar, 2006), h. 134.

Page 17: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

2

menggunakan berbagai pendekatan agar bisa memahami teks al-Qur`an

oleh para ulama kemudian dikumpulkan dalam sebuah displin ilmu yang

bernama “Ulūm al-Qur`ān.”

Dari sekian banyak tentang „Ulūm al-Qur`ān, salah satunya adalah

ilmu munāsabah. Ilmu munāsabah adalah ilmu yang membahas tentang

sisi keterkaitan antara beberapa ungkapan di dalam satu ayat, atau antar

ayat pada beberapa ayat, atau antar surat dalam al-Qur`an.3Dalam sejarah

perumusan kesatuan Al-Qur`an Orang yang pertama kali mengenalkan

ilmu munāsabah yaitu Abū Bakar Abū al-Qāsim al-Naysābūrī (w.324 H)4

seorang alim berkebangsaan Irak yang sangat ahli dalam ilmu syariah dan

kesusastraan Arab.5

Sungguhpun ilmu al-Munāsabah itu tergolong ke dalam ilmu yang

baik dan keberadaan ilmu munāsabah sangan penting bagi ahli-ahli al-

Qur`an namun tidak semua nya juga mengangap ilmu itu mutlak sebagai

salah satu syarat menafsirkan ayat-ayat al-Qur`an, seperti ungkapan

Syaikh „Izz ad-dīn ibn „abd as-salām:

“Syaikh „Izz ad-dīn ibn „abd as-salām (577-660 H): mengatakan:

“Ilmu munāsabah merupakan ilmu yang bagus. Akan tetapi

keterkaitan ujaran dianggap bagus apabila keindahan terjadi karena

satu hal yang sama, yang pertama terkait dengan yang akhir.

Sehingga, apabila terjadi karena berbagai sebab yang berbeda-beda

maka keterkaitan salah satu dengan yang lainnya tidak menjadi

persyaratan. Ia mengatakan: orang yang mengaitkan itu berarti

memaksakan sesuatu yang diluar jangkauan kemampuannya.

Kalaupun itu terjadi, kaitan yang terjadi kaitan yang terjadi sangat

rapuh yang justru dihindari oleh ujaran yang bagus, apalagi oleh

ujaran yang paling bagus, apalagi. Al-Qur`an diturunkan lebih dari

3 Manna al-Qaṯṯan, Studi Ilmu Al-Qur`ān. penerjemah Mudzakir AS (Jakarta: Litera Antar

Nusa, 2001), h. 97. 4 Jalal al-Dīn Abd al-Rahman bin Abi Bakr al-Suyūṯī (selanjutnya disebut al-Suyūṯī), al-

Itqān Fi Ulūm al-Qur`ān (Lebanon: Das Al-Kotob Al-Ilmiyah, 1971), h. 471. 5 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur`ān (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 257.

Page 18: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

3

dua puluh tahun mengenai berbagai hukum dengan sebab yang

berbeda-beda. Fenomena yang seperti itu tidak mungkin saling

terkait satu sama lain sebab tidaklah baik kalau tindakan Tuhan

dalam penciptaan dan hukum-hukum Nya saling berkaitan

sementara sebabnya berbeda-beda, seperti tindakan para raja,

hakim, dan mufti, dan seperti tindakan manusia sendiri terhadap

hal-hal yang sama, yang sesuai dan yang bertentangan. Tak

seorang pun yang menuntut adanya kaitan antara beberapa

tindakan tersebut dengan tindakan lainnya sementara tindakan-

tindakan itu sendiri berbeda, selain waktunya berbeda pula.”6

Penelitian ulama-ulama tentang ilmu munāsabah selain didorong

oleh keinginan untuk menggali kemukjizatan al-Qur`an dari segi susunan

ayat dan sūrah nya, juga dikarenakan al-Qur`an tersusun tidak berdasarkan

turunnya al-Qur`an atau kronologis turunnya ayat, kenyataan ini juga

mengundang pertanyaan bagi berbagai kalangan, tidak hanya dari umat

Islam saja juga dari kalangan orientalis yang juga ikut berbicara tentang

susunan ayat yang terkesan tidak beraturan dan juga menanamkan

keraguan terhadap al-Qur`an, dengan menggambarkan seakan al-Qur`an

itu bercerai berai antara bagian-bagiannya. Seperti yang diungkapkan oleh

Richard Bell dalam muqaddimah bukunya menyatakan “It‟s arrangement

Unsistematic” (susunan al-Qur`an tidak sistematis).7

Munāsabah itu adalah salah satu sekian aspek dari i‟jāz al-Qur`ān.

Disanalah terdapat mukjizat al-Qur`an yang menunjukkan kesatuan yang

kokoh dalam al-Qur`an, karena kemukjiatan al-Qur`an tidak ada yang bisa

menandingi seperti Firman Allah pada sūūrah al-`Isrā‟ ayat 88:

ل عذ ئ ظ ٱجز ٱل ج ٱ ض أ ٠أرا ث زا ع مشءا ٱ ض ث ۦل ٠أر

١شا جعط ظ ثعع وب ٨٨

6 Badr al-Dīn Muhammad bin „Abd Allāh al-Zarkarsyī, al-Burhān fī „Ulum al-Qur‟ān

(Kairo: Maktabah Dār al-Turāts, t.t.), h.37. 7 Montgomery Watt dan Richard Bell, Introducing To The Qur`an (Ediburgh: Ediburgh

University Pers, 1970), h.xi

Page 19: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

4

“Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul

untuk membuat yang serupa Al Qur`an ini, niscaya mereka tidak

akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian

mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain"

Keberadaan munāsabah dalam al-Qur`an banyak juga yang

meyakini, adanya munāsabah dalam al-Qur`an seperti ungkapan Syaikh

Waliyu al-din al-Mallawi “Sungguh merupakan ilusi kalau ada orang yang

mengatakan: jangan diharapkan dari ayat-ayat al-Qur`an adanya keserasian

dan keharmonisan, sebab ayat itu diturunkan sesuai dengan berbagai

fakta”8 dan juga al-Qurṯubī adalah salah satu banyak ulama lain yang

berpandangan bahwa munāsabah dalam al-Qur`an merupakan salah satu

aspek I‟jāz al-Qur`ān yang paling utama dan pasti keberadaanya ia

melandaskan pandangannya pada:9 Q.S. an-Nisā: 82:

أفل ٠زذثش مشءا عذ غ١ش ٱ وب ٱلل جذا ف١ فب وض١شا ٱخز “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur`an? Kalau

kiranya Al Qur`an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka

mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”

Satu alasan lagi mengapa tema tentang kesatuan al-Qur`an atau

munāsabah ini menjadi penting. Karena banyak umat Islam menyikapi al-

Qur`an tidak keseluruhan. Tidak melihat satu ayat itu sesudah atau

sebelumnya. Sehingga seringkali pada zaman sekarang hanya mengambil

ayat-ayat tertentu yang mendukung pendapat mereka atau pemikiran

mereka, dan saat yang sama mereka menghindari ayat-ayat yang

bertentangan dengan pemikiran mereka. Tujuan al-Qur`an memilih dengan

sistematika susunan ayat yang tidak sesuai dengan turunnya al-Qur`an

8 Saʻīd Hawwā, al-Asās Fī at-Tafsīr. Penerjemah Syafril Halim (Jakarta: Robbani Press,

1999), h. 22. 9 Said Ali Setiyawan, “Munasabah Sūrah Juz Amma (kajian terhadap pemikiran Burhan

al-Din al-Biqai‟i dalam kitab Nazm al-Durār fi Tanāsub al-ayat wa al-Suwar,” (Tesis S2 Program

Studi Agama dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2015), h.1.

Page 20: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

5

adalah untuk mengingatkan manusia khususnya kaum muslimin bahwa

ajaran-ajaran al-Qur`an adalah satu kesatuan terpadu yang tidak dapat

dipisah-pisahkan.10

Terlepas dari perbedaan pendapat di atas terkait dengan munāsabah

itu ada atau tidak ada nya dalam al-Qur`an, itu bisa kita dapatkan dengan

melihat langsung munāsabah pada kitab tafsir. Seperti Saʻīd Hawwā yang

yang menfokuskan penelitiannya tentang kesatuan al-Qur`an dalam kitab

nya yaitu al-Asās Fī at-Tafsīr, alasan kenapa Saʻīd Hawwā menguraikan

kesatuan al-Qur`an secara panjang lebar yaitu karena ia menganggap

kebutuhan zaman sekarang. Orang-orang dahulu tidak merasakan urgensi

masalah ini, sebab mereka hanya menyinggung secara pintas, namun

mereka meyakini kebenarannya.11

Saʻīd Hawwā mengatakan dengan yakin bahwa kesatuan al-Qur`an

merupakan fakta yang tidak terbantahkan, ia bahkan menjadikan hal

tersebut sebagai tujuan utama dari kitab tafsirnya.12

Ia juga menyatakan

bahwa menekuni ilmu ini, di abad sekarang termasuk perkara yang wajib

sebab banyak sekali pertanyaan yang menyoal hubungan antara ayat-ayat

dan sūrah-sūrah al-Qur`an, serta pertanyaan tentang rahasia urutan dan

susunan al-Qur`an.

Beberapa keistimewaan dari tafsir al-Asās ini adalah bahwa untuk

pertama kali diketengahkan teori baru tentang kesatuan al-Qur`an dalam

satu tafsir. Sebenarnya sudah banyak pengarang yang menelaah topik dan

10

M.Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur`an (Bandung: Mizan, 2014), h. 247. 11

Saʻīd Hawwā, al-Asās Fī at-Tafsīr, h. 22. 12

Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur`an. Penerjemah Nasiruddin Abbas. (Jakarta:

Pustaka al-Kautsar, 2010), h. 38.

Page 21: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

6

mengungkapkan berbagai hal. Namun upaya mereka hanya berkisar

seputar keserasian berbagai ayat dalam satu surat atau keserasian

penghujung surat yang lalu dengan permulaan surat berikutnya. Namun,

Saʻīd Hawwa sejak kecil sudah mulai merenungkan berbagai rahasia

hubungan antara ayat-ayat dan sūrah-sūrah al-Qur`an. Sejak kecil pula ia

sudah mulai merenungkan berbagai rahasia hubungan antara ayat-ayat dan

sūrah-sūrah al-Qur`an dan pula sudah tertanam dalam hatinya rahasia

hubungan antara sūrah al-Baqarah dengan tujuh sūrah berikutnya.

Salah satu mufassīr yang di dalam kitabnya mengetengahkan

aspek-aspek munāsabah ialah Fakhruddin al-Razi yang kitab tafsirnya

Mafātih al-Ghaib. Al-Razi termasuk generasi awal yang menggunakan

pendekatan munāsabah dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur`an sekalipun

tafsirnya tidak dikhususkan membahas persoalan ini. Menurut Manna al-

Qattan bahwa al-Rāzī tafsirnya mencurahkan perhatian untuk

menerangkan munāsabah antara ayat dan sūrah dalam al-Qur`an. Tidak

kurang dari tiga jenis munāsabah termuat dalam tafsirnya diantaranya

munāsabah antar nama sūrah, munāsabah antara bagian awal sūrah dengan

bagian sūrah berikutnya, munāsabah antara ayat yang berdampingan,

munāsabah anatar kelompok ayat, munāsabah antara fawātih al-Suwār

dengan kandungan isi al-Qur`an. 13

Al-Biqā‟ī sebagaimana dikenal sejarah merupakan ulama yang

khusus menfokuskan karya tafsirnya pada munāsabah. Dalam kitabnya al-

13

Endad Musadad, “Munāsabah Dalam Tafsir Mafātih al-Ghaib,” ( Tesisi S2 Program

Sarjana, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2005), h.23.

Page 22: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

7

Biqā‟ī tidak sekedar menghubungkan antara ayat yang satu dengan ayat

yang lainnya, seperti yang bisa dilakukan oleh mufassir lain.14

Kesatuan al-Qur`an memunculkan banyak teori dalam al-Asās

salah satunya mihwar. Dalam pendahuluan kitab al-Asās, Saʻīd Hawwā

menganggap masing-masing sūrah tersebut memiliki mihwar (poros)

persoalan dalam sūrah al-Baqarah. Namun dalam perbedaan konsep

mihwar oleh Saʻīd Hawwā dan Sayyid Quthb dalam kitabnya Tafsir Fī

Zhilāl al-Qur`an yaitu terdapat pada bagaimana cara kerja mihwar itu

sendiri, bagai Saʻīd Hawwā mihwarr itu terletak dalam beberapa kelompok

sūrah memiliki tema utama, sedangkan Sayyid Quthb mihwar terdapat

dalam setiap sūrah al-Qur`an, bahwa satu sūrah memiliki satu atau

beberapa mihwar. 15

Jadi, perbedaan Saʻīd Hawwā dengan mufassīr lainnya yaitu

memiliki mihwar yang sama atau tema sentral yang satu, hal ini dijelaskan

oleh Saʻīd Hawwā dalam menyampaikan keterkaitan-keterkaitan dalam

qisim16

pertama al-Qur`an yaitu sūrah al-Baqarah dan tujuh sūrah

sesudahnya, ia menjelaskan keterkaitan-keterkaitan yang ada pada ayat-

ayat dalam beberapa sūrah tersebut dan kemudian mengatakan bahwa

setiap sūrah tersebut mempunyai mihwarr yang satu yang sama dengan

mihwar yang ada pada sūrah al-Baqarah.

14

Abd Basid, Munāsabah Sūrah Dalam al-Qur`an: Telaah Atas Kitab nazm al-Durar Fī

Tanasub al-Ayat wa al-Suwar Karya Burhan al-Din al-Biqā‟ī ( Tesis S2 Program Sarjana,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016), h.9. 15

Helrahmi Yusman, Kesatuan Tema Sūrah al-Qur`an: Analisis terhadap konsep Mihwar

dalam Tafsīr Fī Zhilāl al-Qur`an (Tanggerang Selatan: Young Progressive Muslim, 2016), h. 181. 16

Qisim al-Qur`an yang dimaksud di sini adalah bahwa sūrah-sūrah al-Qur`an

dikelompokkan ke dalam empat kelompok sesuai dengan urutannya. Qisim pertama dalam al-

Qur`an adalah ath-Tiwal al-Mi‟īn, al-Matsani dan al-Mufashal. Said hawwa,

Page 23: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

8

Untuk lebih menfokuskan penelitian ini penulis mengambil

munāsabah dari Sūrah al-Jumu‟ah. Sūrah al-Jumu‟ah adalah sūrah yang

pernah dibaca Nabi Saw ketika hari jumat seperti hadis yang terdapat

dalam kitab Imam Muslim:

جبط سظ هللا عب . أ اج ص هللا ع١ ع وب ٠مشأ عع اث

ف صلح افجش ٠ اجعخ : ) ا. رض٠...( اغجذح : ) أر ع

اج ص هللا ع١ ع وب ٠مشأ ف صلح الغب ح١ اذش(, أ

ماجعخ عسح اجعخ اف “Diriwayatakan dai Ibnu Abbas r.a., bahwasanya Nabi Saw. Pada

salat shubuh di hari jumat pernah membaca “Alif laam miim,

tanziilu...” yaitu Sūrah as-Sajadah, dan hal ataa „alal insaani

hiinun minaddahri”, dan bahwasanya Nabi Saw pernah membaca

Sūrah al-Jumu‟ah dan Sūrah al-Munafiqun pada salat jumat.”17

Sūrah al-Jumu‟ah ini terdiri dari 11 ayat, termasuk golongan Sūrah

Madaniyyah dan terletak sesudah Sūrah al-Saf.18

Sūrah ini mementingkan

sisi-sisi syariat,19

dan sūrah ini juga mengingatkan tentang pentingnya salat

Jumat yang mencerminkan persatuan dan kesatuan umat agar setiap

Muslim menyadari bahwa mereka adalah kelompok yang dipilih Allah Swt

untuk memikul amanah akidah Islamiah yang merupakan nikmat yang

sangat besar dan yang harus disyukuri.20

Sūrah al-Jumu‟ah menerangkan tentang pengutusan Nabi

Muhammad Saw dan menjelaskan bahwa umatnya akan menjadi mulia

karena ajarannya, disusul dengan perumpamaan orang-orang Yahudi dan

17

Al-Hafidz „Abdul „Azhim bin „Abdul Qawi Zakiyuddin al-Mundziri, Ringkasan

Shahih Muslim. penerjemah Acmad Zaidun (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), h. 231. 18

Sayyid Quthb, Tafsir Fi-Zhilalil Qur`an. penerjemah M.Mishbah, dkk. (Jakarta:

Rabbani Pers, 2008), h. 903. 19

Muhammad Ali al-Shabuni, Safwah al-Tafāsīr. penerjemah KH. Yasin

( Jakarta: al-Kautsar, 2011), h. 341. 20

Quraish Shihab, al-Lubab: Makna Tujuan, dan Pelajaran dai surah-surah al-Qur`an, h.

262.

Page 24: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

9

kebohongan pengakuan mereka dan kemudian diakhiri dengan kewajiban

salat21

Jumat.

Tema utama sūrah ini menurut banyak ulama antara lain Ibn „Āsyūr

dan Tabātā‟i adalah peringatan tentang pentingnya salat Jumat dan

perlunya meninggalkan semua aktivitas jika waktunya telah tiba. Karena

itu menurut Ibn Āsyūr sūrah ini memulai uraiannya dengan menyucikan

Allah Swt.22

Dilihat juga ada gejala buruk yang tersebar di masyarakat

dengan adanya sebagian orang yang bergampangan meninggalkan salat

Jumat. Dan sebagian mereka masih sibuk di toko, kantor dan tempat

kerjanya atau tempat-tempat yang lain yang tidak menyegerakan mereka

untuk segera melaksanakan salat Jumat.

Berangkat dari uraian di atas maka penulis akan membahas tentang

keterkaitan sūrah al-Jumu‟ah dengan ayat-ayatnya atau sūrah-sūrah yang

lainnya dengan menggunakan kitab al-Asās Fī al-Tafsīr karangan Saʻīd

Hawwā

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Dari banyak nya mufassīr yang menerbitkan tafsiran yang

menyinggung tentang munāsabah tapi dalam penelitian ini hanya

menggunakan Saʻīd Hawwā karena menurut penulis ia memfokuskan

kitab tafsirnya kepada munāsabah, dalam pendahuluannya mengatakan

bahwa sebagian mufassīr menyinggung topik ini namun tidak seorang pun

di antara mereka yang menelaah selurus isi al-Qur`an dan mengungkapkan

21 Salat ( rukun Islam kedua berupa ibadah kpd Allah swt wajib dilakukan oleh setiap

muslim mukalaf dgn syarat, rukun dan bacaan tertentu dimulai dgn takbir dan diakhiri dg salam.

departemen pendidikan Nasional, kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa, edisi keempat

(Jakarta: PT Gramaedia pustaka utama,2008), h. 1208. 22

M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah. h. 39.

Page 25: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

10

hubungan serta kaitan antara berbagai ayat dalam satu sūrah al-Qur`an

secara keseluruhan berdasarkan pandangan yang komprehensif. Maka,

Saʻīd Hawwā dalam tafsirnya mencoba untuk menutupi kekosongan ini

dengan menyadari bahwa rahasia-rahasia kesatuan al-Qur`an tidak

mungkin diungkap semuanya , tapi berbicara tentang hal ini sangat

menarik bahkan kaum orientalis pun menjadikannya celah untuk

menyebarkan kebohohongan terhadap al-Qur`an dan ulama-ulama Islam.

Maka Saʻīd Hawwā akan meliput masalah ini dengan sempurna.23

Memfokuskan pada satu sūrah yaitu sūrah al-Jumu‟ah ini terdiri

dari 11 ayat, termasuk golongan Sūrah Madaniyyah dan terletak sesudah

Sūrah al-Saf. Sūrah ini mementingkan sisi-sisi syariat dan sūrah ini juga

mengingatkan tentang pentingnya salat Jumat yang mencerminkan

persatuan dan kesatuan umat agar setiap Muslim menyadari bahwa mereka

adalah kelompok yang dipilih Allah Swt untuk memikul amanah akidah

Islamiah yang merupakan sūrah al-Jumu‟ah ini juga menerangkan tentang

pengutusan Nabi Muẖammad Saw dan menjelaskan bahwa umatnya akan

menjadi mulia karena ajarannya, disusul dengan perumpamaan orang-

orang Yahudi dan kebohongan pengakuan mereka dan kemudian diakhiri

dengan kewajiban salat Jumat. Untuk memudahkan pembahasan ini

diperlukan adanya perumusan masalah yang menjadi tema pokok

pembahasan, perumusan masalah yang ingin dibahas dalam penulisan ini

adalah, Bagaimana munāsabah dalam sūrah al-Jumu‟ah menurut Sa‟ȋd

Hawwā dalam kitab al-Asās fi al-Tafsīr ?

23

Saʻīd Hawwā, al-Asās Fī at-Tafsīr, h. 23.

Page 26: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan munāsabah dalam

sūrah al-Jumu‟ah dengan menjadikan kitab al-Asās Fī al-Tafsīrsebagai

rujukan. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah memperkaya

khazanah ilmu pengetahuan Ulūm al-Qur`ān, dan sebagai sumbangan

nyata bagi umat Islam tentang mempelajari al-Qur`an, al-Qur`an itu bukan

hanya sekedar bacaan tapi juga banyak makna yang tersirat di dalamnya.

D. Tinjauan Pustaka

Untuk memberikan inspirasi dan mendasari dilakukannya

penelitian ini, maka penulis terlebih dahulu melihat kajian-kajian yang

pernah dilakukan oleh penulis dan cendikiawan lain. Selanjutnya hasil

penelusuran ini akan menjadi acuan penulis untuk tidak mengangkat objek

pembahasan yang sama. Sejumlah ulama yang menyusun pembahasan

kajian munasābah ini secara khusus. Di antara kitab yang membicarakan

tentang munāsabah yaitu Fakhr al-Dīn al-Rāzī (606 H/210 M) dengan

kitabnya mafātiẖ al-Ghaib menurutnya banyak kehalusan bahasa al-

Qur`an terletak di balik hubungan susunan al-Qur`an, Burhan al-Dīn al-

Biqā‟ī (809-885 H/ 1406-1480 M) karyanya yang berjudul Nazhm ad-

Durar Fī Tanāsub al-Āyat wa as-Suwar definisi munāsabah menurut ia

adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan di balik

susunan atau urutan bagian-bagian al-Qur`an baik ayat dengan ayat, atau

sūrah dengan sūrah.24

Page 27: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

12

Dalam perkembangan selanjutnya munāsabah Badr ad-Dīn

Muẖammad Ibn Abdillah al-Zarkasyīia menempatkan munāsabah sebagai

salah satu cabang dari ilmu-ilmu al-Qur`an dan menempatkan pembahasan

munāsabah pada bab tersendiri dalam kitabnya Al-Burhan Fī Ulūm al –

Qur`an. Demikian pula al-Sayūtī membahas tema munāsabah di dalam

karyanya al-Itqān dengan Fī Munāsabah al-Āyat wa al-suwar. Namun

dalam karya Manna al-Qaṯṯan yang berjudul Mabāhits Fī „Ulūm al-Qur`an

menempatkan munāsabah pada bagaian asbāb al-nuzūl.

Kemudian, Angga Marzuki, “Analisa Aspek Munāsabah dalam

Sūrah al-Baqarah Ayat 1 Sampai Ayat 43 dalam Kitab Safwah al-Tafsir

(Studi Munāsabah Antara Ayat dalam Satu Sūrah),” 2014 M. Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam

penelitian ini adalah salah satu mendukung penelitian penulis tentang

munāsabah dalam rangkaian susunan ayat, dalam penerapan munāsabah

antar ayat dalam satu Sūrah yang diuraikan „Ālī al-Sabūnī ia lebih menitik

beratkan perhatiannya untuk menghasilkan munāsabah dari segi

kandungan isi ayat dengan pendekatan analisa kandungan ayat.

Endad Musadda, “Munāsabah dalam Tafsir Mafatih al-Ghaib,”

2005. Tesis Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Jakarta.

Dalam penelitian ini mengungkapkan Fakhruddin al-Razi tidak terlalu

banyak menjelaskan secara panjang lebar analisis beliau dalam masalah

munāsabah, disebabkan perhatian beliau yang tertuju kepada persoalan

seperti bahasa, qira‟at dan lain-lain.

Page 28: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

13

Hasani Ahmad Said, Diskursus Munāsabah al-Qur`ān: Kajian atas

Tafsir al-Mishbah. 2011 UIN Jakarta. Disertasi ini mendukung pendapat

bahwa al-Qur`an mempunyai pertalian erat antar sūrah yang satu dengan

sūrah yang lain dan antara ayat dengan ayat, dengan kata lain, perlu

adanya munāsabah sebagai bentuk dari kemukjizatan al-Qur`an.

Kusnadi, “Al-Wahdah Qur‟aniyyah dalam Tafsir Al-Asās (Studi

Atas Munasabah al-Qur`an menurut Saʻīd Hawwā),” 2010, Tesis ini

membahas tentang bagaimana munāsabah dalam kitab al-Asās. Menurut

penelitian ini menghasilkan bahwa kesatuan munasabah al-Qur`an

berdasarkan poros tema yang terdapat pada setiap sūrah yang kesemuanya

terintegrasi pada satu poros tema tersebut yang terdapat pada sūrah al-

Baqarah.

Lukmanul Hakim, “Analisis Tentang Aspek Munasabah dalam

Kitab Tafsir al-Maraghī (Studi munasabah antara sūrah dan antara ayat),

Disertasi Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Jakarta tahun

2005 M. Dalam penelitian ini mendeskripsikan munāsabah antar sūrah

dengan sūrah dan ayat dengan ayat serta pendekatan yang digunakan

dalam mempertahankan kesatuan ayat.

Penulis, dalam penelitian ini hanya akan fokus mengkaji dan

penerapan munāsabah dalam sūrah al-Jumu‟ah, baik sūrah, ayat maupun

bagian-bagian yang lain. Penulis memiliki beberapa alasan kenapa harus

al-Jumu‟ah yang dikaji seperti yang telah penulis cantumkan di latar

belakang.

E. Metode Penelitian.

Page 29: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

14

1. Sumber Data

Penelitian ini adalah studi Literature (Libarary Research) tentang

karya ulama al-Asās Fī al-Tafsīrkarangan Saʻīd Hawwā. Karena Kitab ini

adalah Sumber primer. Sedang sumber sekundernya adalah buku-buku

atau kitab-kitab tafsir yang ada hubungan dengan yang akan penulis bahas.

2. Metode Analisis

Metode yang ditempuh dalam tulisan ini adalah deskriptif analisis.

Dekriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu

keadaan, peristiwa, objek, ataupun segala sesuatu yang terkait variable-

variable yang bisa dijelaskan.25

Analisis adalah aktivitas yang memuat

sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk

digolongkan dan dikelompokkan menurut kriteria tertentu.Dalam hal ini,

analisa isi diletakkan sebagai cara untuk menganalisa munāsabah yang

digunakan Saʻīd Hawwā dalam menafsirkan sūrah al-Jumu‟ah.26

3. Teknik Penulisan.

Dalam teknik penulisan berpedomankan kepada: Pedoman

Penulisan skripsi Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2015.

F. Sistematika Penulisan

Karena yang akan dibahas adalah munāsabah sūrah al-Jumu‟ah

dalam Kitab al-Asās Fī al-Tafsīr karangan Saʻīd Hawwā. Maka data yang

dikumpulkan, dibahas dan dianalisis secara rinci meliputi. Bab pertama,

25

Setyosar Punaji, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan (Jakarta:

PT.Kencana, 2010), h. 36. 26

M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir (Tangerang: Lentera Hati, 2013), h. 385.

Page 30: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

15

Pendahuluan, yang berisikan latar belakang masalah, batasan dan rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua, penulis akan membahas mengenai tinjauan teoritis yang

berisikan tentang teori umum, yang melingkupi pengertian munāsabah,

sebab muncul ilmu munāsabah, jenis-jenis munāsabah dan pandangan

ulama tentang munāsabah.

Bab ketiga, penulis akan menguraikan biografi mufassīr yakni

Saʻīd Hawwā dan Profil kitabnya al-Asās Fī at-Tafsīr. Bab ketiga akan

dimuat dengan beberapa sub bab, diantaranya ruang lingkup sosial,

riwayat hidup mufassīr, karya-karya yang pernah dihasilkan selama

hidupnya. Dan pada sub selanjutnya adalah mengenai profil kitab tafsir

yang ditulis. Yakni dalam hal ini adalah kitab al-Asās Fī al-Tafsīr serta

hal-hal yang berhubungan dengan kitab tersebut.

Bab keempat, karena yang dibahasa adalah munāsabah sūrah al-

Jumu‟ah terutama membahas pengenalan sūrah, kemudian baru

menggambarkan dan menganalisa munasabah sūrah al-Jumu‟ah menurut

Saʻīd Hawwā. Bab kelima, bab ini merupakan penutup serta kesimpulan

umum yang akan penulis simpulkan berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan serta saran dan diakhiri dengan daftar pustaka yang penulis

gunakan sebagai narasumber dalam penelitian.

Page 31: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

16

BAB II

TEORI MUNĀSABAH AL-QUR`AN

A. Pengertian Munāsabah.

Secara bahasa munāsabah (ااب عااجخ ) adalah berasal dari kata

nasaba-yunāsibu-munāsabatan yang artinya dekat (qarīb),1 dan

menyerupai (mitsal). Munāsabah artinya sama dengan al-muqarabah yang

berarti mendekatkan dan menyesuaikan.2 Dari kata tanāsub artinya

hubungan (ازعابك) dan pertalian (األسرجابغ). 3 Dalam al-Munawir munāsabah

yaitu kecocokan, kepantasan, kesesuaian.4 Dan munāsabah juga diartikan

al-Musyākalah5 yang berarti menyerupai,

6 patut,

7 perhubungan, sesuai.

8

Dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering mendengar kata-kata

nasab yang artinya punya hubungan kekeluargaan. Pengertian semacam

ini semisal dapat ditemukan dalam al-Qur`an diantaranya adalah seperti

sūrah al-Furqān ayat 54, al-Sāffāt ayat 158, dan al-Mukminūn ayat 101.9

س فخ ف فئرا ٱص ل ٠زغبء ئز ٠ فل أغبة ث١

1 Ibrahim Mustafa, dkk., Kamus Mu‟jam al-Wasith (Madinah: al-Maktab al-ilmiah, t.t),

h.924. 2 Lois Ma‟luf, Kamus al-Munzid Fī al-Lughah wa al-„Alām (Beirut: Dār al-Syarqī, 1976),

h.803. 3 Ibn Manzūr, Lisān al-„Arab, jilid1-2 ( Kairo: Al-Dār al-Misriyyah. t.t.), h. 253.

4 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka

Progressif, 1997), h. 1412. 5 Al-Fīrūz Ābādī, al-Qāmūs al-Muhīṯ (Beirut: Al-Resalah Publisher, 1424 H/ 2003 H), h.

137. 6 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah,

2009), h.202. 7 Firdaus al-Hisyam dan Rudi Hariyono, Kamus Lengkap 3 Bahasa Arab-Indonesia-

Inggris (Surabaya: Gitamedia Press, 2006), h. 592. 8 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, h.449.

9 Muhammad Fuad al-Baqi, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur‟ān (Kairo: Daar al-

Kutub al-Misriyah, 1364), h.698.

Page 32: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

17

“Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab

di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling

bertanya”

Menurut Badr al-Dīn al-Zarkashī secara bahasa munāsabah adalah

kedekatan (امبسثخ) dan perpadanan (اشبوخ), dia memberikan contoh Fulan

Yunāsibu Fulan, ay Yuqaribu minhu wa Yushākiluhu.10

Diamati dari

contoh yang dipaparkan, bisa disimpulkan bahwa tidak hanya ada

kedekatan tapi ada keterkaitan seperti saudara laki-laki dengan keponakan.

Sedangkan secara istilah menurut al-Zarkasyī munāsabah adalah

keterkaitan bagian-bagian permulaan ayat dan akhirnya, mengaitkan lafaz

khusus, atau hubungan antar ayat yang terkait dengan sebab akibat, „illat

dan ma‟lul. Kemiripan ayat, pertentangan (ta‟arud) dan sebagainya. Lebih

dari al-Zarkasyī berpendapat bahwa kegunaan ilmu munāsabah

menjadikan antara ayat saling berkaitan sehingga penyusunannya menjadi

seperti bangunan yang kokoh bagian bagiannya tersusun dengan kokoh.11

Sedangkan secara istilah munāsabah dalam sudut pandang al-

Suyūṯī adalah terkait hubungan ayat dengan ayat atau pun sūrah dengan

sūrah yang satu dengan yang lain persesuaian dan persambungannya, baik

yang satu „ām dan yang lainnya khās. Hubungan itu bisa juga muncul

melalui penalaran („aqlī), penginderaan (ẖissī), atau melalui kemestian

dalam pikiran (al-talāzzum al-dzihnī) seperti hubungan sebab akibat „illat

10

Badr al-Dīn Muhammad bin „Abd Allāh al-Zarkarsyī, al-Burhān fī „Ulum al-Qur‟ān

(Kairo: Maktabah Dār al-Turāts, t.t.), h.35. 11

Badr al-Dīn Muhammad bin „Abd Allāh al-Zarkarsyī, al-Burhān fī „Ulum al-Qur‟ān,

h.35.

Page 33: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

18

dan ma‟lūl dua hal yang serupa atau dua hal yang berlainan.12

Sebelum

memaparkan definisi di awal pembukaan pembahasan munāsabah al-

Sayūṯī menguraikan rentetan perjalanan yang mengiringin perkembangan

dan tokoh yang mengkaji terkait ilmu munāsabah, dia menginformasikan

bahwa seorang murid Abū Ja‟far bin Zubair yaitu Abū Hayyan telah

menulis kitab secara khusus terkait munāsabah dengan judul al-Burhān Fī

Munāsabah Tartīb Suwār al-Qur`ān, terlihat dari judulnya bahwa kitab ini

menjelaskan tentang munāsabah al-Qur`an antar sūrah, lalu disusu dengan

Nazm al-Durrar Fī Tanāsub al-Āy wa al-Suwār yang ditulis ileh Burhan

al-Dīn al-Biqa‟ī setelah itu kitab yang membahas terkait displin ilmu ini

ditulis oleh al-Sayūṯī dengan judul Asrār al-Tanzīl, dalam kitab ini al-

Sayūṯī mengumpulkan persesuaian serta keserasian antar setiap sūrah dan

ayat, yang disertai oleh kandungan penjelasan tentang sisi kemukjizatan

dan keindahan bahasa (Uslūb al-Balaghah) dan dia meringkas kitabnya itu

dalalm kitab yang lebih kecil yang dia beri judul kitabnya Tanāsub al-

Durar Fī Tanāsub al-Suwār.13

B. Munāsabah dalam sudut pandang ahli ilmu Qur`an.

1. Ibn al-„Arabi berpendapat dalam kitabnya sīrāj al-murīdīn.

Keterkaitan/hubungan ayat-ayat al-Qur`an antara yang satu dengan

yang lainnya sehingga seperti satu kata yang runtut dan teratur

12

Jalāl al-Dīn Abd Rahman Abi Bakr Al-Suyūṯī, al-Itqān Fi Ulūm al-Qur‟ān. (Lebanon:

Das Al Kotob Al-Ilmiyah, 1971), h. 471. 13

Al-Suyūṯī, al-Itqān Fi Ulūm al-Qur‟ān. (Lebanon: Das Al Kotob Al-Ilmiyah, 1971), h.

470.

Page 34: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

19

maknanya merupakan ilmu yang mulia,14

tidak ada yang

membicarakannya, kecuali hanya seseorang yang kompeten yang

mengkaji surat al-Baqarah kemudian Allah membukakan hati kami

(manusia) untuk mendalaminya (munāsabah pada al-Baqarah), maka

ketika kami tidak mendapatkan ilmu tentangnya dan kami melihat ada

kemalasan pada manusia (pengkaji munāsabah) ini, maka kamu

berhenti disitu dan kami serahkan urusannya kepada Allah Swt.15

Jadi,

kesimpulannya hanya orang yang kompeten dan hatinya terbuka yang

Allah Swt berikan kemampuan untuk menemukan munāsabah dalam

al-Qur`an.16

2. Fakhr al-Dīn al-Rāzī (606 H/1210 M) termasuk ulama tafsir yang

memperhatikan aspek koherensi dalam al-Qur`an pada tafsirnya

Mafātīh al-Ghayb, ia berpendapat bahwa “kebanyakan keindahan al-

Qur`an itu terletak pada urutan dan hubungan antara ayat-

ayatnya”Imam al-Rāzī meyakini bahwa al-Qur`an adalah suatu

kesatuan, tidak ada kekacauan dan pertentangan di dalamnya.”17

Ia

menguatkan pendapatnya dengan berbagai bukti termasuk ketika

menafsirkan Sūrah Hūd:1.

ش ت أحى ا ز وز ذ ءا٠ خج١ش ۥ حى١ ذ ذ فص ص

14

Manna Al-Qaṯṯān, Mabāhith fī Ulūm al-Qur‟ān (Dār ilmu wa al-Iman, t.t.), h.92. 15

Al-Suyūṯī, al-Itqān Fi Ulum al-Qur‟ān. (Lebanon: Das Al Kotob Al-Ilmiyah, 1971), h.

972-923 16

Angga Marzuki, “Analisa Aspek Munāsabah dalam Sūrah al-Baqarah Ayat 1 Sampai

Ayat 43 dalam Kitab Safwah al-Tafsir (Studi Munāsabah Antara Ayat dalam Satu Sūrah),”.

(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014) 17

Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur`an. Penerjemah Nasiruddin Abbas, h.137.

Page 35: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

20

“ Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan

rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah)

Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu”

Kalimat “Yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi” mengandung

pengertian bahwa redaksi dari susunan al-Qur`an tertata secara teratur

dan solid layaknya bangunan yang kuat dan kukuh.

3. Burhan al-Din al-Biqā‟ī (809-885 H) menegaskan bahwa al-Qur`an

merupakan satu kesatuan, yang ayat dan sūrah-sūrahnya saling

bertautan “Segala puji bagi Allah yang menurunkan sebuah kitab suci

yang berhubungan antara sūrah-sūrah dan ayat-ayatnya”.18

Al-Biqa‟ī

berpendapat bahwa siapa yang memahami kehalusan dan keindahan

susunan kalimat ia akan mengetahui bahwa al-Qur`an adalah mukjizat

dari segi kefasihan lafaznya dan kemuliaan makna yang terkandung

didalamnya. Kemukjizatan juga disebabkan oleh susunan kata dan

sūrahnya.

4. Imam al-Maraghi menengaskan bahwa al-Qur`an merupakan kesatuan

yang kokoh dan kuat. Setiap kalimat yang menyusun ayat-ayatnya

dipilih oleh Allah dengan bijaksana. Semuanya berada dalam puncak

keserasian dan kepaduan, diletakkan dalam posisi yang paling tepat

seperti yang diterangkan dalam ayat berikut:

ش ا ت أحى ز وز خج١ش ۥذ ءا٠ حى١ ذ ذ فص ص

“ Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan

rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah)

Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu”

18

Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur`an, h.169.

Page 36: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

21

Maksud ayat di ayas bisa jadi menjelaskan keakuratan dan kerapihan

redaksi dan susunan strukturnya. Atau menunjukkan hikmah yang

dikandung ayat-ayatnya. Dari penjelasan itu nampak jelas bahwa al-

Maraghi meyakini bahwa al-Qur`an merupaka satu kesatuan yang kokoh

dan akurat.19

5. Subhi Shalih berkata ” Jika meneliti al-Qur`an, maka kita akan

menemukan bahwa al-Qur`an merupakan kitab yang sangat perhatian

terhadap masalah keserasian dan keteraturan sastranya. Para ulama yang

meneliti masalah ini dengan serius telah berusaha dengan sunguh-sungguh

untuk mengungkap rahasia terdalam dari keserasian dan keteraturan

tersebut. 20

6. Manna al-Qaṯṯan berkata “ayat-ayat al-Qur`an mempunyai hubungan yang

saling menyatukan, seperti sifat-sifat orang mukmin yang berhadapan

dengan sifat-sifat orang musyrik, pahala bagi yang pertama dan siksa bagi

yang kedua. Atau ayat-ayat yang berisi ajaran tauhid dan penyucian diri

setelah ayat-ayat yang menerangkan alam semesta dan begitu seterusnya.21

7. Muhammad Zafzaf dalam al-Ta‟rif bi al-Qur`an wa al-Hadits berkata

“Keterkaitan antara kalimat dan ayat-ayat dalam al-Qur`an cukup

dibuktikan dengan membaca satu ayat dalam satu sūrah. Kita pasti hanya

19

Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur`an. Penerjemah Nasiruddin Abbas. (Jakarta:

Pustaka al-Kautsar, 2010), h. 230. 20

Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur`an. Penerjemah Nasiruddin Abbas, h. 338. 21

Manna Al-Qaṯṯān, Mabāhith fī Ulūm al-Qur‟ān (Dār ilmu wa al-Iman, t.t.), h.93.

Page 37: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

22

menemukan kepastian, kekokohan dan ikatan yang sempurna antara ayat

tersebut.”22

Dari pengertian dan perincian tersebut di atas dapatlah

disimpulkan bahwa munāsabah adalah pengetahuan yang menggali

hubungan ayat dengan ayat dan hubungan sūrah dengan sūrah dalam al-

Qur`an

C. Sebab muncul ilmu munāsabah.

Diakui secara umum bahwa susunan ayat dan sūrah dalam al-

Qur`an memiliki keunikan yang luar biasa. Proses pewahyuan al-Qur`an

diturunkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang membutuhkan. Susunan

ayat dan sūrah-sūrahnya di-tartībkan sesuai dengan yang terdapat di lauẖ

al-maẖfūz, sehingga tampak adanya persesuaian antara yang satu dengan

yang lainnya. Salah satu cabang dari „Ulūm al-Qur`an yang membahsas

persesuaian itu adalah „ilm al-Munāsabah. Namun „ilm munāsabah ini

bertolak dari fakta sejarah bahwa susunan dan tartib sūrah demi sūrah

seperti yang ada dalam mushaf sekarang (Mushaf „Utsmānī) tidak

berdasarkan kronologis turunya ayat. Yang mana pada mushaf „Utsmānī

diawali dengan al-Fātīẖah bukan sūrah yang pertama turun yaitu sūrah

al‟Alaq. Sūrah yang kedua adalah sūrah al-Baqarah bukan sūrah al-

Muddatstsir. Persoalan ini lah yang kemudian memunculkan kajian

tentang munāsabah ayat dan sūrah.

22

Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur`an. Penerjemah Nasiruddin Abbas, h. 338.

Page 38: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

23

Wacana ilmu munāsabah erat kaitannya dengan latar belakang

diskursus kedudukan tartib al-Mushaf (Penyusunan sūrah-sūrah dalam

mushaf al-Qur`an).23

Perbedaan antara urutan “turun” dan urutan “bacaan”

terletak pada susunan penataannya.24

Namun yang menjadi pertanyaan,

apakah penyusunan ayat-ayat dalam al-Qur`an berdasarkan tauqīfi atau

ijtihādi. Jika penyusunannya berdasarkan tauqīfi yaitu berdasarkan

sebagaimana diberitakan Jibril atas perintah Tuhan dan jika berdasarkan

ijtihādi maka itu berdasarkan pendapat para sahabat. Maka ini lah yang

menjadi perdebatan bagi para ulama dalam menentukan keberadaan tartīb

al-musẖaf apakah dasar penyusunannya ijtīhādi atau tauqīfī.

Pendapat pertama yang mengatakan bahwa susunan al-Qur`an

didasarkan pada ijtīhādi. Imam al-Suyūṯī dan Imam al-Zarkasyī

menyatakan bahwa mayoritas ulama meyakini kalau susunan sūrah al-

Qur`an adalah hasil ijtīhadī. Argumentasi mereka adalah adanya

perbedaan sūrah-sūrah al-Qur`an yang terdapat dalam mushaf para

sahabat.25

Mushaf Ali bin Abi Thalib disusun berdasarkan waktu turunnya

ayat-ayat dan sūrah al-Qur`an. Mushaf Ibnu Mas‟ud dimulai dengan sūrah

al-Baqarah lalu an-Nisā‟ dan sūrah ali-„Imrān. Demikian juga susunan

Mushaf Ubay bin Ka‟ab.26

Namun pendapat lain adalah bahwa para

sahabat pernah mendengar Nabi membaca al-Qur`an berbeda dengan tertib

23

Hasani Ahmad Said, Diskrusus Munāsabah Al-Qur`ān (tinjauan kritis konsep dan

penerapan munāsabah dalam tafsir al-Mishbah), h. 65 24

Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-Qur‟ān, h. 195. 25

Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur`an. Penerjemah Nasiruddin Abbas, h. 57. 26

Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur`an. Penerjemah Nasiruddin Abbas, h. 57.

Page 39: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

24

sūrah yang terdapat dalam al-Qur`an namun riwayat ini bukanlah

mutawātir.27

Selain itu Mushaf para sahabat merupakan tulisan dan catatan

khusus yang bersifat pribadi. Jadi, tidak bisa disamakan dengan al-Qur`an

yang dikumpulkan oleh Nabi Muhammad, Abu Bakar, dan Utsman bin

Affan yang dilakukan bersama-sama dan melibatkan semua sahabat,

sehingga hasilnya disepakati umum dan bisa dijadikan pijakan bersama.28

Pendapat kedua, yang menyatakan bahwa susunan al-Qur`an

adalah tauqīfī kecuali sūrah al-Anfāl dan al-Taubah. Sūrah al-Anfāl adalah

sūrah yang pertama kali turun di Madinah. Sedangkan al-Taubah termasuk

sūrah yang diturunkan terakhir kali, namun keduanya mempunyai

kemiripan isi dan kisah, sehingga beliau menanguhkan penempatan

keduanya, tapi beliau tidak pernah menerangkan bahwa sūrah al-Taubah

merupakan bagian sūrah al-Anfāl. Saya menduga sūrah al-Taubah adalah

bagian dari sūrah al-Anfāl, sehingga saya menyandingkan keduanya, dan

tidak menuliskan bismillah antara keduanya.” (HR. Ahmad).29

Masalah sebenarnya adalah Nabi Muhammad Saw tidak

menjelaskan bahwa apakah sūrah al-Taubah merupakan bagian dari sūrah

al-Anfāl atau bukan. Dalam konteks ini „Usman bin Affan berijtihad

dengan cara tidak menuliskan basmalah antara kedua sūrah ini, ia

khawatir sūrah Al-Taubah merupakan bagian dari sūrah al-Anfāl. Dengan

demikian jelas kalau ijtihad Utsman bin Affan hanyalah tidak menuliskan

basmalah antara sūrah al-Taubah dan sūrah al-Anfāl, jadi bukan berijtihad

27

Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur`an. Penerjemah Nasiruddin Abbas, h. 57. 28

Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur`an. Penerjemah Nasiruddin Abbas, h. 57. 29

Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur`an. Penerjemah Nasiruddin Abbas, h. 58.

Page 40: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

25

dalam susunan dan urutan sūrah-sūrah al-Qur`an. Jika persoalan tersebut

memang menjadi ikhtilaf di antara para sahabat pasti banyak ditemukan

riwayat yang menerangkan berbagai ijtihad para sahabat namun tidak

adanya riwayat yang menerangkan ikhtilaf dan ijtihad para sahabat dalam

masalah di atas. Menjadi bukti bahwa susunan dan urutan al-Qur`an

memang tidak pernah menjadi persoalan di antara para sahabat.

Pendapat ketiga adalah pendapat yang menyatakan bahwa semua

susunan al-Qur`an adalah tauqīfī. Ulama kontemporer cendrung

menjadikan urutan sūrah dalam mushaf sebagai tauqīfi karena pemahaman

seperti itu sejalan dengan konsep tentang eksistensi teks azali yang ada di

lauh Mahfūzh.30

Berarti, al-Qur`an pada masa Nabi Saw telah tersusun

sūrah-sūrahnya secara tertib sebagaimana tertibnya ayat-ayatnya. Seperti

mushaf al-Qur`an yang ada pada saat ini yaitu mushaf „Utsmani. Yang

menunjukkan telah terjadi kesepakatan (ijma‟) atas tertib sūrah.

Keterangan itu disandarkan kepada riwayat Abī Syaibah yang

menerangkan bahwa Nabi pernah membaca beberapa Sūrah mufassal

(sūrah-sūrah pendek) dalam satu rakaat. Demikian al-Bukhāri yang

meriwaytkan dari Ibnu Mas‟ūd, bahwa ia mengatakan tentang Sūrah Banī

Isrā‟īl, Kahfi, Maryam, Tāhā dan Anbiyā‟, Sūrah-Sūrah itu termasuk yang

diturunkan di Mekkah dan yang pertama-tama aku pelajari.31

Kemudian ia

30

Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-Qur‟ān, h. 195.

31

أث إعحبق صب شعجخ ع حذ صب آد غعد ٠مي حذ عذ اث ل١ظ ع ٠ض٠ذ ث ث ح عذ عجذ اش ف ث لبي ع

رلد ي عزبق األ ا ج١بء إ األ غ ش٠ ف ى ا إعشائ١

Page 41: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

26

menyebutkan sūrah-sūrah itu secara berurutan sebagaimana tertib susunan

di Mushaf al-Qur`an sekarang ini. 32

Beberapa dalil yang mendukung tentang kedudukan kedudukan

penyusunan al-Qur`an yang bersifat tauqifī seperti pada hadis yang

diriwayatkan oleh Huzaifah al-Tsaqifa sebagai berikut:

ع ط جذ أ اذ حز٠فخ ث فاذ فا لابي و ا ا ااز٠ سعاي أرا هللا ص هللا ع١ ع ا أع صم١ف به ث ض ا لجاخ فا ابأ فىاب

إ١ب ٠خزف ث١ ث١ر ث١ غجذ عشبء ص فئرا ا صشف ا٢خشح ا إ١اب ا

صب ٠جاش فل ٠شازى ٠حاذ ٠شازى لش٠شاب ا اخ أ ى اء ل ٠ماي صا واب عا

ىخ ث غزز١ أ غزععف١ ب ذ٠اخ إ خشجب ف حاشة عاجبي وباذ ا ا

ب ع١ب ىش ١خ عب ف عشبء ثعذ ع١ب ره غبي حز ٠أرب ب لبي ا ب ل

ىضااه سعااي ٠ااب عااب أ حااضة عاا غااشأ لاابي هللا اا مااشآ فااأسدد ا ل أ

ب ألعا١ حزا أخاشط سعاي أصااحبة فغاأ صا هللا هللا ع١ا عا حاا١

ب لبي أصجحب و١ف ل ث رحض مشآ س عذ ث حض لبا ا اظ ع خ س عا

عجع س رغع ع س إحذ ع صالس عسح عششح حاضة عاسح عشاشح

فص ا حز ق رخز

“Dari kakeknya yakni Aus bin Hudzaifah, ia berkata; Saya

berada dalam suatu utusan yang menemui Rasulullah sallallahu

'alaihi wasallam dan menyatakan masuk Islam. Mereka adalah

Bani Tsaqif dari Bani Malik. Kami singgah di sebuah kemah milik

beliau. Beliau seringkali mendatangi kami yang berada antara

rumah beliau dan masjid. Jika beliau selesai salat Isya (yaitu salat

fardhu terakhir), beliau sering menemui kami, mengajak kami

berbincang-bincang dan mengeluhkan Quraisy dan juga penduduk

Makkah. Kemudian beliau bersabda "Terus terang tidak sama nasib

kita, kita di Makkah dalam keadaan terintimidasi, atau tertindas,

ada pun setelah kita mengungsi ke Madinah, keadaan peperangan

silih berganti. Terkadang kita yang kalah, dan tak jarang terkadang

kita yang menang. Suatu malam beliau tidak menemui sekian lama

sehabis isyak. Kata Aus, kami mencoba bertanya "Wahai

Rasulullah, apa yang menghalangimu tidak menemui kami? Beliau

menjawab " Maaf pengelompokan al-Qur`an harus kukerjakan,

sehingga aku tak bisa pergi hingga aku menyelesaikannya. Pagi

harinya kami bertanya sahabat-sahabat Rasulullah, bagaimana

kalian mengelompokkan al-Qur`an? Mereka jawab "Kami

32

Kusnadi, al-Wahdah al-Qur`aniyyah Dalam Tafsir al-Asās (studi atas Munāsabah al-

Qur`an menurut Saʻīd Hawwā) Disertasi sekolah Pascasarjana Universita Islam Negeri Jakarta,

2010, h.52.

Page 42: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

27

mengelompokkannya enam Sūrah, lima Sūrah, tujuh Sūrah,

Sembilan Sūrah, sebelas Sūrah, tiga belas Sūrah, dan satu hizib

(kelompok) yang berisi sūrah-sūrah pendek, semenjak Sūrah Qaf

hingga khatam.”

Berdasarkan keterangan hadis di atas menunjukkan bahwa susunan

sūrah seperti seperti yang terdapat pada mushaf sekarang ini telah ada pada

masa Rasulullah Saw bukti yang menerangkan penyusunannya tauqifī

adalah susunan sūrah yang diawali dengan ẖā-mīm dan ṯā-sīn yang

sifatnya berurutan dan berbeda dengan sabbaẖa yang peletakkannya tidak

berurutan. Tā-sīn-mīn ada Sūrah al-Qasas dan ṯā-sīn-mīm pada sūrah al-

Shu`ara‟ dipisah oleh ṯā-sīn pada Sūrah al-Naml yang jumah ayatnya

pendek. Jika ini disusun berdasarkan ijtihad para sahabat maka tentu

sūrah-sūrah yang diawali dengan sabbaẖa diletakkan berurutan, ṯā-sīn

pada Sūrah al-Naml diakhirkan daripada ṯā-sīn-mīm pada sūrah al-Qasas.33

Sekalipun demikian ilmu munāsabah bukan lah berdasarkan

tauqīfi melainkan berdasarkan ijtihādi. Oleh karena itu, kita hendak

mencari hikmah yang terkandung terhadap penempatan susunan ayat atau

sūrah atau urutan kalimat-kalimat yang ada dalam al-Qur`an dengan

menggunakan ilmu munāsabah. Untuk itu diperlukan kemampuan dan

ketajaman berfikir seorang mufassīr dalam menemukan hubungan-

hubungan antara ayat-ayat atau sūrah-sūrah. Hubungan-hubungan itu

33

Kusnadi, al-Wahdah al-Qur`aniyyah Dalam Tafsir al-Asās (studi atas Munāsabah al-

Qur`an menurut Saʻīd Hawwā) Disertasi sekolah Pascasarjana Universita Islam Negeri Jakarta,

2010, h.53.

Page 43: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

28

adalah kemungkinan-kemungkinan yang harus diungkapkan oleh

mufassīr.34

Dari keterangan di atas, dapatlah dipahami bahwa hubungan-

hubungan antara ayat-ayat itu dapat diterima apabila telah sesuai dengan

asas-asas kebahasaan. Karena dalam persoalan munāsabah kekuatan

pemikirlah yang menemukan keterkaitan suatu pembicaraan. Kerena

munāsabah merupakan persoalan yang menyangkut tafsir, maka bila

sesuatu muncul dan disampaikan berdasarkan rasionalisasi akal, tentu ia

akan diterima tetapi sebaliknya tentu ia akan ditolak. Hal ini sejalan

dengan kaidah yang dikemukan oleh mufassīr:

قول تلقته با القبول عا عرض على الذقول إعالمناسبة امر م

“Munāsabah ialah soal akal, jika ia masuk akal akan diterima”35

Dalam perkembangan kajian munāsabah yang dikutip dari al-

Sayūtī, orang yang pertama menyusun kajian munāsabah yakni Syaikh

Abū Bakr an-Naisābūrī (w. 324 H).36

Ia adalah seorang ulama yang ahli di

bidang ilmu syari‟at dan adab ( kesusatraan Arab), ia besar perhatiannya

terhadap kajian ini tampak jelas dari ungkapan al-Sayūtī bahwa setiap kali

ia duduk di atas kursi, apabila dibacakan al-Qur`an kepadanya, beliau

berkata ”mengapa ayat ini diletakkan di samping sūrah ini? Beliau

34

Endad Musadad, “Munāsabah Dalam Tafsir Mafātih al-Ghaib,” ( Tesisi S2 Program

Sarjana, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2005), h.23. 35

Endad Musadad, “Munāsabah Dalam Tafsir Mafātih al-Ghaib,” h. 24. 36

al-Suyūṯī, al-Itqān Fi Ulum al-Qur`ān, h. 471

Page 44: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

29

mengkritik para ulama Baghdad sebab mereka tidak mengetahui persoalan

ini.”37

Kajian tentang ilmu munāsabah terus berlanjut hingga sekarang,

ilmu munāsabah al-Qur`an mengalami perkembangan yang cukup

signifikan, susunan al-Qur`an sebagai sebuah kemukjizatan al-Qur`an

memberikan ruangan seluas-luasnya bagi penggiat kajian al-Qur`an untuk

menyelami dan menyingkap rahasia-rahasia di balik susunan ayat-ayat al-

Qur`an.

D. Macam-Macam Munāsabah.

Bertitik tolak dari pengertian ilmu munāsabah di atas yang berkisar

antara dua yaitu hubungan antara ayat dengan ayat dan hubungan antara

sūrah dengan sūrah. Maka macam-macam munāsabah disini tidak lepas

dari dari dua komponen itu, para ahli ilmu-ilmu al-Qur`an sering

membagi-bagikan munāsabah ke dalam beberapa model, yaitu:

1. Munāsabah ditinjau dari sisi letak.

a. Munāsabah antarkata dalam satu ayat.

Bukti keberadaan hubungan antarkata dan kalimat dalam satu ayat

sangat banyak dalam al-Qur`an contohnya adalah:

إ٠بن إ٠بن غزع١ عجذ “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah

kami meminta pertolongan

Ketika menerangkan rahasia peletakkan kalimat iyyaka Na‟budu di

depan kalimat iyyaka Nasta‟īn mengatakan bahwa pendahuluan Ibādah dai

37

al-Suyūṯī, al-Itqān Fi Ulum al-Qur`ān, h. 471

Page 45: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

30

kata isti‟anah.38

dalam surat al-Fātihah sama dengan mendahulukan tujuan

dari sarana. Ibadah merupakan tujuan puncak penciptaan semua makhluk,

sedangkan minta pertolongan merupakan sarana untuk mencapai ibadah.

b. Munāsabah satu ayat dengan ayat sesudahnya.

Susunan ayat al-Qur`an sendiri didasarkan pada petunjuk Nabi

Muẖammad Saw sehingga membentuk susunan dan urutan yang kokoh.

Hal ini tentu menandakan adanya hubungan yang erat antara satu ayat

dengan ayat yang lain. Seperti hubungan antara ayat-ayat pada bagian

pertama Sūrah al-Baqarah. Seperti berikut:

ث ٱز٠ لجه ب أضي ب أضي إ١ه ث ٱألخشح ٠ؤ ٠ل

ئه أ ئه

أ ث س ذ ع فح ٱ“ (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang

mendirikan salat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami

anugerahkan kepada mereka (3). dan mereka yang beriman kepada

Kitab (al-Qur`an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab

yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya

(kehidupan) akhirat (4).Mereka itulah yang tetap mendapat

petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang

beruntung (5).”

Ayat 3 sampai dengan 5 dari Sūrah al-Baqarah ini menyebutkan

sebagian sifat-sifat mereka yang bertaqwa diantaranya yaitu dimulai

dengan orang yang percaya pada yang gaib, mendirikan salat,

menafkahkan sebagian rezki, yang beriman pada kitab-kitab yang

diturunkan oleh Allah, dan orang-orang yang meyakini adanya hari

akhir.39

38

Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur‟an. Penerjemah Nasiruddin Abbas, h.79.

39

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.89.

Page 46: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

31

Semua sifat di atas mempunyai manfaat dan pengaruh besar yang

terhadap manusia. Maka itu, Allah menegaskan keadaan dan nasib orang-

orang yang bertaqwa melalui ayat berikutnya yaitu ayat 5. Yang

mengisyarakatkan orang yang bertaqwa itu adalah orang-orang yang

beruntung.40

Pada ayat 6-7 sūrah al-Baqarah Allah berfirman:

إ ٱز٠ ل ٠ؤ رزس أ ءأزسر اء ع١ وفشا ع خز ٱلل

عزاة ح غش ش أثص ع ع ع ع لث ع ٧عظ١

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu

beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga

akan beriman (6)Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran

mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa

yang amat berat(7)”

Ayat ini bukan berbicara tentang semua orang kafir, tetapi orang

kafir yang kekufurannya telah mendarah daging di jiwa mereka, sehingga

tidak lagi mungkin berubah. Ayat ini menunjukkan kepada mereka yang

keadaannya telah diketahui Allah sebelumnya, pada saat dan sesudah

datangnya ajakan beriman kepada mereka.41

Pada ayat 3-5 sūrah al-Baqarah menjelaskan tentang sifat orang-

orang yang bertaqwa dan pada ayat 6-7 menjelaskan tentang peringatan

orang kafir yang tidak mau beriman kepada Allah. Quraish Shihab

mengungkapkan dalam kitabnya “Al-Qur`an seringkali menggabungkan

dalam uraian-uraianya sesuatu dengan lawannya. Biasanya setelah

menyebut surga dilanjutkan dengan uraian tentang nereka, setelah

menjelaskan siapa yang hidup, dan berbicara tentang yang mati, setelah

40

Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur`an, h.84. 41

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, h. 94.

Page 47: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

32

menguraikan zakat, dibicarakannya riba demikian silih berganti. Salah satu

tujuannya adalah untuk menghidangkan perbandingan antara keduanya,

sehingga yang mendengarnya tertarik mengarah kepada hal-hal yang

bersifat positif. Kebiasaan memadukan dua hal yang bertentangan itu

ditempuh pula dalam ayat ini, yakni setelah menyebut sifat-sifat orang

bertakwa dijelaskannya sifat orang-orang kafir. Setelah menjelaskan

betapa petunjuk al-Qur`an bermanfaat untuk orang-orang kafir sehingga

baik diberi peringatan maupun tidak, tetap saja mereka dalam

kekufurannya.”42

c. Awal sūrah dengan akhir sūrah yang sama.

Kesatuan al-Qur`an bisa juga dilihat antar pembuka sūrah dengan

akhir sūrah. Dalam kitab al-Itqān karangan al-Sayūṯī banyak memberikan

contoh munāsabah model ini contohnya Seperti dalam sūrah al-Qasas

bagian awal dalam rangkaian sūrah al-Qasas mulai dari ayat 1 sampai ayat

ke 21, dan bagian pertama Sūrah al-Qasas yang artinya “Maka keluarlah

dia (Musa) dari kota itu dengan rasa takut, waspada (kalau ada yang

menyusul atau menangkapnya), dia berdoa, "Ya Tuhanku, selamatkanlah

aku dari orang-orang yang zalim itu.". Bagian awal itu berisi kisah Nabi

Musa dan cerita Fir‟aun yang telah berbuat sewenang-wenang di muka

bumi. 43

Yang diawali juga menceritakan pertolongan yang diperoleh

42

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, h. 93. 43

al-Suyūṯī, al-Itqān Fī Ulūm al-Qur‟ān, h. 475.

Page 48: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

33

Nabi Musa, kemudian menceritakan tentang tindakannya ketika ia

mendapatkan dua orang laki-laki yang sedang berkelahi.44

Pada bagian pertama juga mengabarkan kabar gembira kepada

Nabi Musa yang terdapat pada ayat 7 “Dan Kami ilhamkan kepada ibunya

Musa, "Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya

maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan

jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya

kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul."

Sūrah al-Qasas ini kemudian ditutup dengan ayat-ayat yang senada

isinya dengan beberapa ayat yang menjadi pembuka sūrah. Bagian penutup

ayat 86-88 ayat itu berisi perintah kepada Nabi Muhammad agar tidak

menjadi penolong orang-orang kafir. Sekaligus memberi kabar gembira

bahwa beliau dan pengikutnya yang dikeluarkan dari Mekkah akan

menaklukan kota tersebut dan menguasainya kembali.45

Munāsabah

terletak pada kesamaan situasi yang dihadapi, dan sama-sama mendapat

jaminan dari Allah.

d. Antara awal ayat dengan akhir sūrah sebelumnya.

Hubungan antara pembuka sūrah dengan akhir sūrah yang

sebelumnya, misalnya akhir sūrah al-Fīl dan awal sūrah Quraisy

sebagaimana firman Allah Swt :

أوي وعصف فجع

44

Manna al-Qaṯṯān, Mabāhith fī Ulūm al-Qur‟ān, h.122. 45

Amir Faishol Fath, The Unity of al-Qur`an, h.88.

Page 49: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

34

“lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan

(ulat)”

ف ٠ لش٠ش ل

“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy”

Penghujung sūrah al-Fīl ini berkaitan erat dengan awal sūrah

selanjutnya yaitu sūrah Quraisy, pada penghujung sūrah al-Fīl dijelaskan

bahwa Allah menjadikan orang-orang yang menentang Allah seperti daun-

daun yang dimakan ulat, dalam konteks ayat ini orang-orang yang

menetang Allah adalah pasukan bergajah yang akan menghancurkan

Ka‟bah. Di awal sūrah selanjutnya yaitu sūrah Quraisy Allah menyebutkan

bahwa “karena kebiasaan orang-orang Quraisy”, Allah menimpakan azab

kepada orang-orang yang kebiasaan mereka menentang Allah.46

Imam al-

Sayūṯī memberikan komentar perihal hubungan antar pembuka sūrah

dengan penutup sūrah sebelumnya, bahwa adakalanya hubungan yang

terjalin di antara kedua sūrah tersebut terlihat jelas dan adakalanya

hubungan antara keduanya samar. 47

e. Hubungan antara satu sūrah dengan sūrah sebelummnya.

Hubungan antara satu sūrah dengan sūrah sebelumnya, satu sūrah

berfungsi menjelaskan sūrah sebelumnya misalnya sūrah al-Fātihah ayat 6:

اذب غ ٱ اش غازم ٱص ٱ ١ “Tunjukilah kami jalan yang lurus,” lalu dijelaskan di

dalam sūrah al-Baqarah, bahwa jalan yang lurus itu ialah menjalankan

kehidupan sesuai dengan al-Qur`an sebagaimana disebutkan:

46

Helrahmi Yusman, Kesatuan Tema Sūrah al-Qur`an: Analisis terhadap konsep Mihwar

dalam Tafsīr Fī Zhilāl al-Qur`an (Tanggerang Selatan: Young Progressive Muslim, 2016), h. 57. 47

Al-Suyūṯī, al-Itqān Fī Ulūm al-Qur`an, hal.110.

Page 50: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

35

ه ت ر ىز ٱ زم١ ذ ل س٠ت ف١“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi

mereka yang bertakwa”

Selain munāsabah antara ayat yang terdapat dalam dua sūrah yang

berdekatan terdapat juga munāsabah antara satu sūrah dengan sūrah

berikutnya karena kesamaan tema yang dikandung masing-masing Sūrah.

Al-Fātihah, al-Baqarah dan Ali „Imrān misalnya memiliki tema yang

saling mendukung.

2. Munāsabah ditinjau dari sisi Isinya.

a. Munāsabah berlainan yaitu yang mengkaji hubungan antara

kalimat dengan satu kalimat namun memperbincangkan dua hal yang

bertolak belakang. Sebagai contoh ialah seperti hubungan dalam ayat-ayat

yang mengemukakan rahmat (kasih-sayang) setelah ayat-ayat adzab

(siksaan), ayat-ayat yang menyenangkan setelah ayat-ayat yang menakut-

nakuti, dan ayat-ayat yang bercerita tentang iman dan orang-orang

mukmin kemudian diiringin dengan perbincangan mengenai orang-orang

kafir. Contoh tersebut misalnya terdapat pada surat al-„Arāf ayat 156:

ٱوزت ز ١بب ف ف ٱذ أص١ت ٱألخشح حغخ إب ذب إ١ه لبي عزاث

ۦث ٠ؤر م ٠ز ء فغأوزجب ز٠ ش ععذ و ز سح أشبء

ح و زب ث ٱز٠ ٱض ب٠ ٠ؤ“ Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat;

sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah

berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku

kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku

tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang

menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat

Kami"

Page 51: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

36

Ayat di atas adalah salah satu contoh ayat yang mengemukakan

tentang hubungan kalimat dengan kalimat dalam ayat yang dihubungkan

dengan huruf „aṯaf namun antar kalimat terdapat yang bertolak belakang

mengemukakan tentang rahmat setelah perkataan tentang adzab, namun

dalam al-Qur‟an masih banyak mengemukakan ayat-ayat yang seperti ini.

b. Al-Tamkīn.

Tamkin bermakna Taukid, memperkokoh atau mempertegas

pertanyaan, Fāsilah (penutup ayat) dalam suatu ayat memperkokoh

kandungan pokok dalam suatu ayat, yang dimaksud dengan fāsilah di sini

adalah yang berkaitan langsung dengan apa yang dimaksud dengan

kandungan suatu ayat. Contohnya adalah berikut ini:

أ رش أ ٱلل بء أضي بء فزصجح ٱغ ٱألسض إح خعش ط١ف خج١ش ٱلل

ۥ ب ف د ب ف ٱغ ٱألسض إ ٱلل غ ١ذ ٱ ح ٱ أ رش أ ش ٱلل عخ

ب ف ه ٱألسض ى ف جحش رجش ف ٱ ش ٱ غه ۦثأ ٠ بء ٱألسض أ رمع ع ٱغ

ۦ إل ثئر إ ٱبط ث ٱلل ح١ شءف س“Apakah kamu tiada melihat, bahwasanya Allah menurunkan air

dari langit, lalu jadilah bumi itu hijau? Sesungguhnya Allah Maha Halus

lagi Maha Mengetahui (63). Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di

langit dan segala yang ada di bumi. Dan sesungguhnya Allah benar-benar

Maha Kaya lagi Maha Terpuji (64).. Apakah kamu tiada melihat

bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan

bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan

(benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya?

Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

kepada Manusia (65).”

Ayat 63 diatas ditutup dengan خ١اش ط١اف menunjukkan bahwa Allah

Swt sebelum menurunkan hujan terlebih dahulu mengetahui manfaat dari

air hujan yang diturunkan dari langit sebagai sumber kehidupan manusia,

Page 52: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

37

hujan yang menyuburkan tanah itu merupakan rahmat bagi kehidupan

makhluk hidup di dunia.

Ayat selanjutnya, ayat 64 ditutup dengan اغا اح١اذ, sifat Allah

Swt yang maha kaya dan maha terpuji ini menegaskan pernyataan

sebelumnya bahwa Allah-lah pemilik segala sesuatu apa yang dilangit dan

di bumi, serta Allah Swt tidak membutuhkan sesuatu pun. Ia maha kaya

jadi tidak membutuhkan apa pun baik itu dari langit maupun dari bumi,

baik itu makanan ataupun ibadah seorang hamba, oleh karena itu sangat

layaklah dan memperoleh puja-puji, sebab ia telah bermurah memberikan

sebegitu banyaknya nikmat kepada makhluknya.

Ayat ketiga yaitu ayat 65 kita bisa liat bahwa ayat ini diakhiri

dengan اشءف ااشح١ sifat ini yang digunakan Allah Swt untuk menegaskan

isi kandungan pada ayat ini, dengan maha santun dan penyayang

menunjukkan kepada hamba-hambanya bahwa Allah Swt telah

menganugerahkan nikmat kehidupan dunia ini berupa tempat ber-ikhtiar

baik di darat maupun di laut dengan bentangan langit yang

memayunginya. Itu semua tidak akan bisa terhitung jumlahnya. Itulah

bukti kesantunan Allah Swt dan kerahimannya.

Page 53: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

38

BAB III

BIOGRAFI SAʻĪD HAWWĀ

DAN PROFIL AL-ASĀS FĪ AT- TAFSĪR

A. Saʻīd Hawwā

1. Biografi Saʻīd Hawwā.

Nama lengkap Saʻīd Hawwā yaitu Saʻīd bin Muẖammad bin Dib

Hawwā. Beliau dilahirkan di kota Hammāh,1 Syria pada tanggal 27

September 1935.2 Dari pasangan Muẖammad Dib dan Arabiyyah

Althaisy.3 Tempat Saʻīd Hawwā tinggal adalah tempat yang terbesar di

Hammāh, namun keliatannya juga tempat termiskin. Sebagian besar

penduduknya mencari nafkah dengan memperkerjakan diri mereka sebagai

buruh tani di lapangan atau dengan menjual apa yang mereka hasilkan.

Pertanian juga merupakan sumber kehidupan oleh keluarga Saʻīd Hawwā,4

diantara hasil kebunnya adaah zaitun, kurma, tembakau, kapas dan lain-

lain.

Sejak kecil Saʻīd Hawwā telah yatim, Ibunya wafat pada saat di

berumur 2 tahun yang kemudian masa kecilnya dididik dan dibimbing oleh

1Hammāh adalah sebuah kota yang dilewati oleh aliran sungai Āsi dan berlokasi di jalan

utama antara Halab (dahulu Aleppo) dan Damaskus, berada di garis perbatasan perkebunan di

pinggiran gurun Sahara. Kusnadi, al-Wahdah al-Qur`aniyyyah Dalam Tafsir al-Asās (studi atas

Munāsabah al-Qur`an menurut Saʻīd Hawwā) Disertasi sekolah Pascasarjana Universitas Islam

Negeri Jakarta, 2010, h.25. 2 Itzchak Weismen, “ Saʻīd Hawwā: The Making of a Radical Muslim Thinker in Modern

Syria” Middle Eastern Studies, 3 Mei 2007, h. 603. 3 Herry Mohammad, DKK. Tokoh-Tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20 (Jakarta:

Gema Insani, 2006), h.283. 4 Itzchak Weismen, “ Saʻīd Hawwā: The Making of a Radical Muslim Thinker in Modern

Syria”, h. 604.

Page 54: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

39

sang Ayahnya Muẖammad Dib,5 namun setelahnya ayahnya terlibat

perseteruan yang mengakibat ayahnya di penjara selama empat tahun,

yang kemudian Saʻīd tinggal dan diasuh oleh neneknya. Ayah Saʻīd

Hawwā adalah seorang yang pemberani dan pejuang dalam melawan

penjajah Perancis.6 Muẖammad Dib Hawwa adalah aktifis politik sejak

tahun 1930 H.7

Saʻīd Hawwā lahir dalam situasi politik Syria dibawah kekuasaan

Perancis. Syria jatuh ketangan Perancis pada tahun 1920. Saat Syria di

pimpin oleh Amir Faisal.8 Dibawah pemerintahan Perancis banyak terjadi

ketidak adilan yang merugikan warga muslim. Kehidupan warga muslim

sangat tidak kondusif di bawah kekuasaan Perancis, penguasaan asing

yang sangat dominan semakin membangkitkan rasa nasionalisme Arab

rakyat Syria. Saʻīd Hawwā hidup dalam kondisi dibawah penjajahan

membuat beliau tumbuh menjadi pemuda yang tegar selain itu darah

pejuang juga mengalir dari sang ayah nya yang juga pejuang melawang

penjajah.

Pada masa muda Saʻīd Hawwā banyak berkembang beberapa

pemikiran seperti pemikiran sosialis, Nasionalis, Ba‟ats, dan Ikhwanul

Muslimin. Pada tahun 1952 saat dia masih berada sekolah menengah

5 Ayah Saʻīd Hawwā adalah seorang pejuang militan melawan klonial Perancis dan juga

dikena sebagai seorang politis yang banyak melakukan propoganda kepada para petani di

daerahnya untuk melawan tuan rumah. Kusnadi, al-Wahdah al-Qur`aniyyyah Dalam Tafsir al-

Asās (studi atas Munāsabah al-Qur`an menurut Saʻīd Hawwā) Disertasi sekolah Pascasarjana

Universita Islam Negeri Jakarta, 2010, h.26. 6 Al-Mustasyar Abdullah al-Aqil, Mereka Yang Telah Pergi; Tokoh tokoh Pembangunan,

penerjemah: Khozin Abu Faqih dan Fachruddin (Jakarta: I‟tishom, 2003), h.401 7 Itzchak Weismen, “ Saʻīd Hawwā: The Making of a Radical Muslim Thinker in Modern

Syria”, h. 606. 8 Septiawadi, Tafsir Sufistik Saʻīd Hawwā dalam Al-Asās Fī at-Tafsīr, h.40.

Page 55: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

40

umum ia bergabung dalam Jam‟iyyah al-Ikhwān al-Muslimīn.9 Beberapa

tahun setelah itu, ia mengikuti kuliah di Universitas Syria dan lulus pada

tahun 1961.10

Kemudian mengikuti wajib militer dan lulus sebagai

perwira tahun 1963. Setahun kemudian ia melaksanakan pernikahan dan

dikaruniai empat orang anak.11

Perjalanan intelektual Saʻīd Hawwā bermula dengan beguru pada

beberapa Syaikh di Suriah. Diantara gurunya yang terkenal di Hammāh

yaitu Syaikh Muẖammad al-Hamid, Syaikh Muẖammad Al-Hasyimi,

Syaikh Abdul Wahab Dabas Wazit, Syaikh Abdul Karim ar-Rifa‟i, Syaikh

Ahmad Al-Murad, dan Syaikh Muẖammad Ali al-Murad.12

Selain itu,

Saʻīd Hawwā juga belajar kepada ustadz seperti: As-Siba‟i, Musthafa az-

Zarqa, Fauzi Faidhullah dan kepada beberapa orang guru lainnya.

Menurut penuturan al-Mustasyar Abdullah al-Aqil13

yang pernah

bertemu dengan Saʻīd Hawwā di Yordania, Kuwait, Eropa dan Pakistan.

Mengungkapkan bahwa Saʻīd Hawwā adalah orang berakhlak mulia,

tawadhu`, zuhud dan kehidupannya sangat sederhana, tidak ditemukan

apa-apa di rumahnya selain tempat tidur sederhana dan pakaian yang tidak

9 Ikhwān al-Muslimīn telah menjadi gerakan oposisi yang tidak pernah memegang

kekuasaan politik, Ikhwāb al-Muslimīn di Suriah berawal pada 1930 ketiak orang-orang Suriah

berjuang untuk mendapatkan kemerdekaanya dari penguasan Perancis. John L. Esposito , Dunia

Islam Modern Enksiklopedia Oxford , jilid, 2. Cet.1, h.276. Septiawadi, Tafsir Sufistik Saʻīd

Hawwā dalam Al-Asās Fī at-Tafsīr , h. 47. 10

Itzchak Weismen, “ Saʻīd Hawwā: The Making of a Radical Muslim Thinker in Modern

Syria”, h. 615 11

Al-Mustasyar Abdullah al-Aqil, Mereka Yang Telah Pergi; Tokoh tokoh

Pembangunan, h.401 12

Al-Mustasyar Abdullah al-Aqil, Mereka Yang Telah Pergi; Tokoh tokoh

Pembangunan, h.401 13

Al-Mustasyar Abdullah al-Aqil, Mereka Yang Telah Pergi; Tokoh tokoh

Pembangunan, h.401

Page 56: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

41

pantas dipakai oleh ulama di negara tersebut. sikap ini lah yang

membuatnya bersikap baik kepada orang-orang yang memperbanyak

bukunya baik seizinnya ataupun tidak.

Kiprahnya nya di dunia pendidikannya dimanifestasikan dalam

lembaga-lembaga pendidikan seperti pada al-Ma‟had al-„ilmī di kota

Hufuf wilayah Ihsa selama 2 tahun. Selain itu Saʻīd Hawwā juga mengajar

di Madinah selama 5 tahun, dan juga pengabdian nya kepada masyarakat

memberikan pengetahuannya kepada sejumlah besar masyarakat.14

Aktifitas dakwahnya itu tidak hanya di Syria tapi juga meliputi negara-

negara Arab. Dalam dakwah nya itu berkaitan dengan hal kepemimpinan

karena beliau adalah bagian dari Ikhwān al-Muslimīn yang kegiatan nya

juga mengurusi masalah politik.

Pada tahun 1973 Saʻīd Hawwā memimpin demontrasi yang

menentang undang-undang di Suriah. Oleh karena itu, Ia dijebloskan ke

penjera selama lima tahun sejak 5 Maret 1973 sampai 29 Januari 1978. 15

selesai menjalani masa tahanan Saʻīd Hawwā mengadakan perjalanan ke

Pakistan dan Iran.

Pada tahun 1980 atas prakarsa Saʻīd Hawwā, dibentuklah Front

Islam Syria (FIS) untuk menghadapi oposisi kekerasaan pada rezim al-

Asad. Dibentuk FIS ini sebagai sarana untuk menata dan mengevaluasi

perjuangan Ikhwān al-Muslimīn yang gagal dalam menentang rezim al-

14

Al-Mustasyar Abdullah al-Aqil, Mereka Yang Telah Pergi; Tokoh tokoh

Pembangunan, h.402. 15

Al-Mustasyar Abdullah al-Aqil, Mereka Yang Telah Pergi; Tokoh tokoh

Pembangunan, h.402.

Page 57: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

42

Asad, karena pada waktu itu pemeritah Suriah mengeluarkan dekrit bahwa

setiap orang yang berhubungan dengan Ikhwān al-Muslimīn dapat dijatuhi

hukum mati.16

Namun, pada sekeitar tahun 1980-an aktifitas Saʻīd Hawwā dan

Ikhwān al-Muslimīn tidak terdengar lagi, karena pada tahun itu puncak

teror dan balasan teror selama lima tahun pecah dalam bentu pertikaian

antara ikhwān al-Muslimīn dari rezim Suriah di dalam kubu sunni yang

konservatif secara sosial di Hammāh.

Pada tahun 1978 Saʻīd Hawwā terkena stroke dan juga mengalami

komplikasi penyakit: tekanan darah, gula, ginjal dan sakit mata. Setelah

beliau bergulat dengan penyakitnya selama lima tahun, namun pada

tanggan 9 Maret 1989 seorang pejuang itu wafat di rumah sakit Amman,

Yordania. Yang meninggalkan seorang istri dan empat orang anak dan

juga karya tulis yang banyak.17

2. Karya-karya Saʻīd Hawwā.

Menurut penuturan al-Mustasyar Abdullah al-Aqil18

Saʻīd Hawwā

punya potensi besar, dinamisme bergelora, tidak lesu atau jenuh. Hanya

dalam beberapa waktu ia dapat menyelesaikan penulisan buku, ia memiliki

kemampuan menulis luar biasa.

16

John L. Esposito, Dunia Islam Modern Enksiklopedia Oxford, jil. 2. Cet.1, h.277. 17

Herry Mohammad, DKK. Tokoh-Tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, h.290. 18

Al-Mustasyar Abdullah al-Aqil, Mereka Yang Telah Pergi; Tokoh tokoh Pembangunan,

h.403.

Page 58: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

43

Saʻīd Hawwā adalah seorang penulis yang produktif, hasil karya

nya meliputi berbagai macam keilmuan. Diantara buku-buku karya Saʻīd

Hawwā yaitu:

1. Al-Islam.19

Dalam buku ini mengupas tentang seluk beluk Islam yang

berdasarkan Hadis Nabi. Hadis yang dimaksud adalah yang menerangkan

tentang hukum Islam, rukun Iman dan Ihsan.20

Pokok-pokok pembahasan

tersebut diuraikan dengan kajian yang mendalam yang disusun dalam

empat juz, al-Islam merupakan salah satu karya Saʻīd Hawwā yang

membahas seputar prinsip kehidupan seorang muslim.

2. Al-Mustakhlas Fī Tazkiyah al-Anfūs.21

Pembahasan buku ini berkaitan dengan inti penyucian jiwa dan

sebagai salah satu dari rangkaian buku lainnya.

3. Al-Rasul.22

Pembahasan dalam buku ini dibagi dalam dua juz yang berbicara

tentang kepribadian Nabi Muẖammad dan misi kenabiannya.23

4. Al-Asās fī al-Sunnah.

Sistematika penulisan dalam kitab ini adalah: pertama, as-Sirah

yaitu tentang sejarah kehidupan Nabi Muẖammad sejak berita kelahiran

19

Saʻīd Hawwā, al-Islam (Kairo: Maktabah Wahbah, 2004), cet. Ke-2. Edisi terjemahan:

Saʻīd Hawwā, Al-Islam, penerjemah Abu Ridho dan inur Rofiq Shaleh Tamhid ( Jakarta: al-

I‟tishom, 2011), cet. Ke-1 20

Septiawadi, Tafsir Sufistik Saʻīd Hawwā dalam Al-Asās Fī at-Tafsīr, h.61. 21

Saʻīd Hawwā, Kajian Penyucian Jiwa Tazkiyatun Nafs Intisari Ihya‟ Ulumuddin

(Jakarta: Pena pundi Aksara, 2010), cet, Ke-1. 22

Saʻīd Hawwā, Ar-Rasul (Jakarta: Al-I‟tishom, 2002) 23

Septiawadi, Tafsir Sufistik Saʻīd Hawwā dalam Al-Asās Fī at-Tafsīr, h.62

Page 59: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

44

sampai tahun ke 39 H. Kedua, Al-Aqa‟id24

yaitu tentang persoalan akidah

yaitu hal-hal yang berkaitan persoalan akidah seperti hal-hal yang

berkaitan dengan keimanan sebagai misi utama Nabi menegakkan akidah

Islamiyah. Ketiga, Al-Ibadah pokok yang tercakup dalam rukun Islam dan

yang terkait dengannya. Keempat, tentang akhlak persoalan sosial. Kelima,

tetang hukum keperdataan dan persoalan muamalah.25

5. Jundullah Tsaqafatan wa Akhlāqun ( Sekitar tahun 1971)

Di dalam kitab tafsir al-Asās al-Tafsīr Saʻīd Hawwā menjelaskan

sekilas tentang kitab Jundullah Tsaqafatan wa Akhlāqun yang mana salah

satu tujuan penulisan kitab itu adalah tentang al-walā (saling tolong

menolong antara umat Islam).

Dalam buku ini Saʻīd Hawwā menyebutkan bahwa tsaqafah

seorang muslim harus mencakup sebelas materi. Seorang da‟i yang ulung

seharusnya punya bekal yang cukup dari materi-materi ini.26

6. Karya Saʻīd Hawwā yang lain.

Seperti: Allāh Jallā wa Jalāluhu, Tarbiyatunā al-Ruẖiyā,

Mudhakkirat fī manāzil al-Saddiqīn wa al-Rabbānyīn, Mīn Ajlī Khuṯwah

ilā al-Amām „Alā Tāriq al-Jihād al-mubarak, Durūs fī al-Amāl al-īslāmī

al-mubarak, Jaulāt fī al-Fiqhain al-Kabīr wa al-saghīr wa usūluhā, Fī

afāq al-Ta‟lim, Fusul fī al-Imrah wa al-Amīr, Risālah Munṯālaq Islāmīyāh

24

Al-Mustasyar Abdullah Aal-Aqil, Mereka Yang Telah Pergi; Tokoh tokoh

Pembangunan, h.405. 25

Septiawadi, Tafsir Sufistik Saʻīd Hawwā dalam Al-Asās Fī at-Tafsīr, h.63. 26

Herry Mohammad, DKK. Tokoh-Tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, h. 288.

Page 60: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

45

li-Hadarah, „Alāmīyah Jadīdah, Ijāzah Takhassus al-Du‟a, Al-Asās Fī

Tafsīr. Dan lain-lain.

B. Profil Tafsir al-Asās Fī at-Tafsīr.

1. Latar belakang penulisan Tafsir.

Seperti umumnya para mufassīr, Saʻīd Hawwā dalam penulisan

tafsirnya mempunyai latar belakang atau tujuan menjadikan al-Qur`an

sebagai pedoman utama dalam menjalani kehidupan. Menjadikan al-

Qur`an sebagai ajaran pokok yang dijadikan pilar kehidupan, baik

kehidupan ilmiah, atau berbagai aktifitas ke-Islaman. Membentuk pribadi

muslim yang memahami makna-makna al-Qur`an dan mengaplikasikannya

dengan amal nyata. Ia memposisikan al-Qur`an sebagai tuntunan di dalam

berhukum dan berkehidupan, serta menjadikannya solusi untuk menjawab

berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat, karena ia diturunkan untuk

menyelamatkan manusia dari kesesatan kepada petunjuk kebenaran.

2. Metode tafsir dan corak penafsiran.

Kata metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti

cara atau jalan. Dalam bahasa Inggris kata ini ditulis method dan bangsa

Arab menterjemahkannya tharīqat dan manhaj. Dalam bahasa Indonesia

kata itu mengandung arti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk

mencapai maksud tertentu27

Namun dalam metodologi tafsir diartikan

sebagai pengetahuan mengenai cara yang ditempuh dalam menelaah,

membahas merefleksikan kandungan al-Qur`an secara apreasif. Dalam

27

Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. Ke 1 (Jakarta: Balai pustaka,

1988), h.580-581.

Page 61: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

46

penulisan kita tafsir terdapat beberapa metode yang sering kali digunakan

yaitu: metode ijmāli28

,Taẖlīli29

, Muqāran 30

, dan metode maudhū‟i.31

Metode yang digunakan oleh Saʻīd Hawwā dalam penafsirannya

ialah metode tahlīli, hal tersebut dibuktikan karena tafsirannya berurutan

sesuai mushaf „Utsmani yang dimulai dari Sūrah al-Fātiẖah dan diakhiri

dengan Sūrah al-Nās.

Penggunaan taẖlīli sebagai metode yang digunakan dalam

penulisan kitab al-Asās fī al-Tafsīrmisalnya penafsiran Sūrah al-Baqarah,

pertama membagi Sūrah al-Baqarah dalam tiga kelompok yaitu

mukadimah dari ayat 1 sampai ayat 20, bagian isi dari ayat 21 sampai ayat

284, dan ayat 2 terakhir sebagai penutup Sūrah. Dalam mukadimah nya itu

terdapat tiga faqrah yaitu: pertama, ayat 1 sampai 5, kedua, ayat 11

sampai 16, ketiga, terdapat tiga majmū‟ah yaitu majmū‟ah pertama ayat 8

sampai 10, majmū‟ah kedua ayat 11 sampai 16, majmū‟ah ketiga 17

sampai 20. Bagian tengah al-Baqarah terdiri dari tiga Qism yang

28

Metode Ijmāli adalah metode yang menjelaskan ayat-ayat al-Qur`an secara ringkas tapi

mencakup, dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti dan enak dibaca. 29

Maksud dari Tahlīli ialah menafsirkan ayat-ayat al-Qur`an dengan memaparkan segala

aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna

yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecendrungan mufassir yang menafsirkan

ayat-ayat tersebut. Nashruddin Baidan , Metodologi Penafsiran al-Qur`an (Yogyakarta: Pustaka

pelajar Offset, 1998), h.31. 30

Muqārin adalah metode komparatif maksudnya adalah membandingkan teks ayat-ayat

al-Qur`an yang memeliki persamaan atau kemiripan redaksi, membandingkan dengan hadis,

membandinkan berbagai pendapat para ulama. 31

Maudhū‟i ialah membahas ayat-ayat al-Qur`an sesuai dengan tema tau judul yang telah

ditetapkan. Semua ayat berkaitan, dihimpun, kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari

berbagai aspek yang berkaitan dengannya.

Page 62: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

47

mengandung beberapa maqṯa‟ dan faqrah. Ayat yang ditafsirkan disusun

dalam kelompok-kelompok ayat yang memudahkan uraiannya.32

Untuk mengetahui corak dari kitab al-Asās fī al-Tafsīr

dikategorikan bercorak adabī ijtimā‟i (sastra dan kemasyarakatan). Seperti

ketika Saʻīd Hawwā menjelaskan tentang pentingnya jihad di jalan Allah.

Bahwa kenikmatan yang diberikan oleh Tuhan harus disertai dengan jihad.

Meninggalkan jihad berarti keluar dari petunjuk al-Qur`an yang dan

banyak ayatnya mengungkap tentang perintah jihad. Dalam konteks ini

pula pentingnya berjihad dalam persoalan iman, karena petujuk Allah akan

datang kepada yang mengikuti al-Qur`an dengan mengimaninya terlebih

dahulu.33

Menurut al-Farmāwī corak dalam kitab al-Asās Fī al-Tafsīrini

adalah menitik beratkan pada aspek ketelitian redaksi al-Qur`an dengan

menyusun makna yang dimuat dengan gaya bahasa yang indah dan

menarik, menerapkan teks al-Qur`an pada persoalan kemasyarakatan, tidak

menggunakan istilah-istilah teknis ilmiah dan membicarakan hal-hal yang

memang dibutuhkan dan penting.34

3. Sumber penafsiran dan Referensi mufassīr.

32

Septiawadi, Tafsir Sufistik Saʻīd Hawwā dalam Al-Asās Fī at-Tafsīr, h.69. 33

Kusnadi, al-Wahdah al-Qur`aniyyah Dalam Tafsir al-Asās (studi atas Munāsabah al-

Qur`an menurut Saʻīd Hawwā), h.42. 34

Kusnadi, al-Wahdah al-Qur`aniyyah Dalam Tafsir al-Asās (studi atas Munāsabah al-

Qur`an menurut Saʻīd Hawwā), h. 42.

Page 63: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

48

Sumber penafsiran yang digunakan oleh Saʻīd Hawwā adalah

perpaduan antara bil ma‟tsūr35

dan bil Ra‟yi36

, artinya Ia menggunakan

riwayat baik yang berasal dari Nabi, Sahabat, Tabi‟in dan hasil ijtihad

sebagai sumber penafsirannya.

Dalam kitab al-Asās fī at Tafsīr karya Saʻīd Hawwā dalam

penafsirannya beliau merujuk ke beberapa kitab pada tahap pertama

karena pada saat penulisan kitab ini Saʻīd Hawwā di dalam penjara dan

beliau hanya mengandalkan dua tafsir saja yaitu tafsir Ibnu Katsīr dan

Tafsir an-Nasafi.37

Namun dalam pendahuluannya Saʻīd Hawwā

mengatakan Ia bertekad akan melengkapi dan menyempurnakan tafsirnya

setelah kondisi nya berubah atau setelah keluar penjara.

Namun, dapat dilihat pada kitab al-Asās al-Tafsīritu masalah

referensi mufassīr terdapat juga kitab tafsir tafsir Rūẖ al-ma‟āni, dan tafsir

Fī Zilāl al-Qur`an. Dengna begitu referensi yang digunakan Saʻīd Hawwā

dapat dicirikan dengan dua spefikasi yaitu dua kitab yang tafsir pertama

sebagai model tafsir klasik sedangankan dua kita tafsir terakhir merupakan

golongan tafsir modern. Saʻīd Hawwā memadukan pemahamannya

melalui empat jenis kitab tafsir tersebut.

35

Tafsir bil Ma`tsūr adalah tafsir yang menjelaskan makna-makna ayat al-Qur`an dan

menguraikannya dengan apa yang ada dalam al-Qur`an, sunnah Nabawiyyah yang shahih atau

pendapat para sahabat, dengan demikian sumber tafsir bil ma`tsūr ada tiga yaittu al-Qur`an al-

Karim, sunnah Nabawiyyah yang shahih, dan pendapat para sahabat . Yunus Hasan Abidu, Tafsir

al-Qur`an (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h.4. 36

Tafsir bil Ra`yi berarti menafsirkan al-Qur`an dengan ijtihad setelah mufassīr

memahami bahasa Arab, menguasai makna-maknanya, pola-pola bahasa Arab metode-metode

bangsa Arab dalam mengungkapkan kalimat dan menguasai berbagai sarana dan ilmu yang

diperlukan. Yunus Hasan Abidu, Tafsir al-Qur`an, h.8. 37

Saʻīd Hawwā, Tafsir al-Asās penerjemah Syafril Halim (Jakarta: Robbani Press, 1999),

h.9.

Page 64: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

49

4. Sistematika penulisan.

Untuk memudahkan penyajiannya Saʻīd Hawwā menggunakan

sistematika dengan membagi kelompok Sūrah dalam al-Qur`an. Sa‟īḏ

Hawwā memberikan kategorisasi dalam empat macam atau qism; pertama,

at-Tiwāl38

yaitu al-Baqarah sampai al-Bara‟ah. Kedua, Mi‟in yaitu Sūrah

Yūnus sampai al-Qasas. Ketiga mathani yaitu al-ankabūt sampai Sūrah

Qāf, keempat Mufassal yaitu ad-Dzāriyāt sampai Sūrah an-Nās.

Kitab Tafsir al-Asās fī al-Tafsīrmerupakan kitab tafsir yang terdiri

dari 11 (sebelas) jilid besar. Yaitu seperti urutan sūrah-sūrah seperti yang

terdapat dalam mushaf yaitu:

Jilid I yaitu dimulai dengan penafsiran Sūrah al-Fātihāh dan kemudian

dilanjutkan oleh Sūrah al-Baqarah sampai ayat 286

Jilid II yaitu dari Sūrah ali Imrān sampai al-Nisā` ayat 176

Jilid III yaitu al-Māidah sampai al-An‟ām ayat 165

Jilid IV yaitu al-„Arāf sampai al-Taubah.

Jilid V yaitu Yūnus sampai Ibrahīm

Jilid VI yaitu al-Hijr sampai Maryam.

Jilid VII yaitu Tāhā sampai al-Qasas.

Jilid VIII yaitu al-„Ankabūt sampai Sād.

Jilid XI yaitu az-Zumar sampai Qāf.

38

Menurut Saʻīd Hawwā yang termasuk kategori ini adalah tujuh Sūrah panjang di awal al-

Qur`an. Ketika menentukan qism at-Tiwāla‟īd Hawwa menjadikan Sūrah al-anfal dan Sūrah at

taubah sebagai yang ketujuhnya. Sūrah ini dianggap satu karena tidak dibatasi dengan lafaz

Bismillahir rahmanir rahim. Ini sebatas digunakan untuk menggelompokkan bagian al-Qur`an. Ia

mendasarkan pandangannya pada sebuah hadis dari Aisyah dan Abu Hurairah yang menyebutkan

tujuh Sūrah pertama seperti demikian. Septiawadi, Tafsir Sufistik Saʻīd Hawwā dalam Al-Asās Fī at-

Tafsīr, h.67.

Page 65: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

50

Jilid X yaitu al-Dzāriyāt sampai al-Qalam.

Jilid IX yaitu al-Hāqqah sampai al-Nās

Namun dalam Rangkaian sistematika penafsiran Saʻīd Hawwā

dapat dirumuskan sebagai berikut:39

1. Menampilkan sekilas tentang Sūrah yang akan dibahas.

Beberapa ayat tersebut bisa tergabung dalam satu maqṯa` dengan

beberapa faqrah40

nya. Pada setiap Sūrah terlebih dahulu dijelaskan

keberadaan Sūrah baik menyangkut identifikasi Sūrah, tema Sūrah,

hubungan dengan Sūrah lain atau kandungan Sūrah secara global.

2. Membagi ayat per kelompok lalu Menafsirkan ayat.

Sebelum Saʻīd Hawwā menafsirkan ayat-ayat yang terdapat dalam

satu Sūrah, terlebih dahulu Saʻīd Hawwā membagi ayat-ayat tersebut ke

dalam beberapa kelompok. Kemudian baru ditafsirkan sesuai dengan

susunan kelompok ayat tersebut. Dalam penafsirannya Saʻīd Hawwā

Memberikan makna umum atau global kemudian menerangkan pengertian

teks ayat dan tinjauan bahasanya. Dalam hal ini ia sering menggunakan

rujukan dari kitab karya tafsir an-Nasāfī, kitab karya Ibnu Katsīr, kitab

karya tafsir Sayyid Quṯb dan kitab karya al-Alusi.

39

Septiawadi, Tafsir Sufistik Saʻīd Hawwā dalam Al-Asās Fī at-Tafsīr, h.69. 40

Istilah yang digunakan Saʻīd Hawwā pada tafsir al-Asās yaitu: qisim (bagian), maqtha‟

(penggalan),Faqrah (paragraf) dan majmu‟ah (kelompok). Kata Qisim lebh luas pengertiannya

dari kata-kata yang lain dan istilah ini hanya digunakan dalam sūrah-sūrah panjang saja yang

terdiri dari beberapa penggalan dan disatukan oleh satu ikatan. Kata maqtha‟ pengertiannya lebih

luas dari faqrah dan kta gunakan bila terdapat banyak ayat mempunyai topik yang sama. Kata

faqrah lebih luas pengertiannya dari kata majmu‟ah dan kita gunakan bila terdapat satu maqtha‟

yang mempunyai satu topik, namun terdiri dari sekelompok makna utama, dalam hal ini bagi

masing-masing makna utama yang ada dalam maqhta‟ dipakai istilah faqrah. kata majmu‟ah lebih

sempit pengertiannya dari kata faqrah. Saʻīd Hawwā, Tafsir al-Asās, h.30.

Page 66: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

51

3. Menjelaskan hubungan susunan ayat.

Dalam kitab al-Asās fī al-Tafsīrmengkaji struktur ayat dalam Sūrah

misalnya hubungan dalam satu kelompok ayat dengan kelompok ayat

sesudahnya atau sebelumnya, hubungan kesamaan tema satu maqṯa` atau

satu faqrah, bahkan dijelaskan hubungan dengan ayat lain pada Sūrah

yang berbeda. Uraiannya tentang ini dikemukakan dengan istilah kalimah

fī as-Siyāq.

4. Menjelaskan hikmah ayat.

Bagian ini dikenal dalam rangkaian penafsirannya dengan fawaid.

Dalam bagian ini ada juga dibahas tentang munāsabah ayat khususnya

hubungan suatu ayat dengan beberapa ayat lain atau dengan hadis nabi.

Page 67: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

52

BAB IV

POLA PENAFSIRAN

DALAM SŪRAH AL-JUMU`AH MENURUT SAʻĪD HAWWĀ

A. Mukadimah sūrah al-Jumu’ah

1. Pengenalan Sūrah al-Jumu‟ah.

a. Penamaan Sūrah al-Jumu‟ah

Sūrah al-Jumu‟ah (bahasa Arab:اجعاخ) adalah susunan Sūrah ke 62

dengan menggunakan mushaf „utsmani Secara bahasa kata al-Jumu‟ah

berasal dari kata جاع ٠جاع جعاب yaitu mengumpulkn atau menghimpun,1

menurut Ibn Faris kata yang berakar jīm – mīm – „ain menunjukkan arti

„berkumpulnya sesuatu‟, sedangkan ar-Raghib al-Ashfahani menambahkan

„berkumpulnya sesuatu sehingga berdekatan satu sama lain‟.2

Nama tersebut terambil dari kata al-Jumu‟ah yang disebut ayat

kesembilan pada sūrah ini. Kata tersebut juga menunjukkan hari keenam

dari tujuh hari yang dikenal dalam seminggu yaitu hari Jumat, Menurut

Saīd Hawwā penaman hari Jum‟at itu dengan jumu‟ah karena ia

terambilkan dari lafadz “Jam‟a” yang bermakna berkumpul, karena umat

Islam berkumpul di hari itu setiap minggunya di mesjid-mesjid yang besar,

dan pada hari itu juga penciptaan seluruh makhluk selesai.3

Al-Biqā‟ī mengatakan pada kitabnya “... Ia menjelaskan apa yang

dinamai al-Saff (kesatuan barisan) karena ia adalah syariat agama yang

1 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka

Progressif, 1997), h. 208. 2 M.Quraish Shihab, Dkk. Ensiklopedi al-Qur`an: Kajian Kosakata (Jakarta: Lenter Hati,

2007), h. 379. 3 Saʻīd Hawwā, al-Asās fī at-Tafsīr (Kairo:Darussalam, 1419 H/1999 M), jilid 11, h.

5912.

Page 68: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

53

paling jelas dan tali Islam yang paling kukuh4 dan dan itulah Jumat yang

nama sūrah ini menjelaskan tentang maksudnya dengan adanya kewajiban

berkumpul serta keharusan tampil bersegera ke sana meninggalkan segala

sesuatu selainnya karena adanya perceraiberaian saat Nabi Muẖammad

Saw berkhutbah, padahal beliau diutus untuk menyucikan mereka dan

mereka diperintahkan untuk menyatu dengan beliau dalam berjuang serta

dalam segala suka dan duka...”5

b. Asbab al-Nuzul6dan tujuannya.

Menurut Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah menjelaskan

bahwa sūrah al-Jumu‟ah merupakan sūrah yang ke-105 dari segi perurutan

turunnya. Ia turun sesudah sūrah al-Taẖrīm dan sebelum sūrah al-

Taghābun. Jumlah ayatnya sebanyak 11 ayat menurut cara perhitungan

semua ulama.7 Menurut para ulama menilai sūrah ini turun pada VI Hijrah

setelah perang Khaibar dan bahwa ia turun sekaligus.8 Untuk memperjelas

sūrah al-Jumu‟ah penulis mengemukakan pendapat ulama lain seputar

asbāb al-Nuzūl sūrah al-Jumu‟ah yaitu:

a) Imam al-Bukhārī

4 Burhan al-Dīn al-Hasan Ibrāhīm bin Umar Al-Biqā`ī, Nazm ad-Durar fī tanāsub al-Āyāt

wa as-Suwar, (Kairo: Dār Kitāb al-Islāmi,1992 M/1413 H), h. 25 5 Quraish Shihab, al-Lubab: Makna Tujuan, dan Pelajaran dai surah-surah al-Qur`an, h.

26. 6 Asbab al-Nuzul didefiniskan sebagai sesuatu yang karenanya al-Qur`an diturunkan

sebagai penjelas terhadap apa yang terjadi, baik berupa peristiwa atau pertanyaa tetapi hal ini tidak

berarti bahwa setiap orang harus mencari sebab turunnya setiap ayat, karena tidak semua ayat al-

Qur`an diturunkan karena timbul suatu peristiwa atau kejadian, atau karena suatu pertanyaan.

Manna al-Qaṯṯan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur`an, penerjemah, Aunur Rafiq el-Mazni (Jakarta:

Pustaka al-Kautsar, 2005), h. 95. 7 Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, h.40.

8 Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, h.39.

Page 69: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

54

Penelitian penulis mendapatkan penjelasan di kitab ringkasan

Shahih al-Bukhārī bahwa riwayat ini mengisyaratkan peristiwa tentang

turunnya sūrah al-Jumu‟ah ayat 3:

ءاخش٠ حما ث ب ٠ عض٠ض ٱ حى١ ٱ

“Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum

berhubungan dengan mereka. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi

Maha Bijaksana”

Imam al-Bukhārī meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata:

ketika kami sedang duduk bersama Nabi Saw sūrah al-Jumu‟ah diturunkan

kepada beliau. Setelah Rasulullah Saw membacakan ayat berikut “dan

(juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan

dengan mereka. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Saya bertanya, “Ya Rasulullah siapa mereka itu?” Rasulullah Saw tidak

menjawab pertanyaan tersebut sehingga saya mengulanginya tiga kali yang

ketika itu Salman al-Farisy berada di tengah kami, kemudian Rasulullah

Saw bersabda “seandainya iman itu berada di bintang Tsuraya, niscaya

akan diraih oleh orang-orang dari bangsa Salman a-Farisy (bangsa

Persia).9

Ibn Hajar al-Asqalānī dalam kitabnya Fatẖul al-Bārī menjelaskan

bahwa “dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum

berhubungan dengan mereka. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana” yakni belum mengadakan hubungan dengan mereka. Kata

„kaum yang lain‟ mungkin dikaitkan dengan kata „mengajari mereka‟ dan

9 Imam az-Zabidi, Ringkasan Hadis Shahih al-Bukhārī (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), h.

886.

Page 70: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

55

mungkin juga dikaitkan kepada „orang-orang ummi‟.10

Seakan-akan

maksudnya diturunkannya ayat ini dari sūrah al-Jumu‟ah, sebab perintah

untuk bersegera mengingat Allah dan ayat ini diturunkan sebelum Abu

Hurairah masuk Islam.11

Penelitian penulis mendapatkan juga penjelasan di kitab ringkasan

Shahih al-Bukhārī bahwa riwayat ini mengisyaratkan peristiwa tentang

turunnya sūrah al-Jumu‟ah ayat 11:

إرا ا شح أ ا رج ا سأ ب عذ ٱفع لب رشون لبئ إ١ب ٱلل خ١ش

ٱ شح ٱزج خ١ش ٱلل صل١ ٱش “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka

bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu

sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah

lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-

baik Pemberi rezeki “

Imam al-Bukhārī meriwayatkan dari Jābir bin „Abdullāh yang

berkata, “pada suatu hari ketika kami salat bersama-sama Rasulullah Saw.

tiba-tiba datang rombongan yang berkenderaan unta membawa makanan.

Maka orang-orang berpaling menuju rombongan yang datang itu, sehingga

yang tinggal bersama Rasulullah hanya dua belas orang.12

Karena

peristiwa itu maka turunlah ayat, “Dan apabila mereka melihat perniagaan

atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka

tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah)”13

Dari Ibnu Jarīr

10

Ibnu Hajar al-Asqalānī, Fatẖul al-Bārī, penerjemah Amiruddin (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2008), h. 283. 11

Ibnu Hajar al-Asqalānī, Fatẖul al-Bārī, h. 283. 12

Dua belas orang yang masih tetap tinggal bersama Nabi Saw diantaranya adalah Abu

Bakar dan „Umar yang tetap mendengarkan khutbah Nabi. Sayyid Quthb, Tafsir Fī Zilāl al-

Qur`an, , h. 905. 13

Imām al-Hāfidz abī „Abdullāh Muẖammad bin Ismāīl bin Ibrāhīm bin al-Mughīrah al-

Ju‟fī al-Al-Bukhārī,Shahih al-Bukhārī ( Kairo: al-Rusyd, 1427 H). kitab al-Jumu‟ah, h. 128.

Page 71: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

56

meriwayatkan dari Jābir bin „Abdullāh yang berkata, “ wanita-wanita saat

itu jika mengadakan pesta pernikahan maka mereka membuat iring-iringan

yang gemerlap dengan diiringi alunan suara musik. Para sahabat lantas

meninggalkan Rasulullah yang tengah berkhutbah di atas mimbar dan

pergi menghampiri iring-iringan tersebut lalu Allah menurunkan ayat ini.

14

b) Al-Suyūṯī.

Al-Suyūṯī dalam kitab Lubāb al Nuqūl Fī Asbāb al-Nuzūl

menyetujui sebab diturunkan ayat ini berkenaan dengan kedua hal di

atas.15

Dalam kitab Lubāb al Nuqūl Fī Asbāb al-Nuzūl karangan al-Suyūṯī

ini juga penulis temukan riwayat Ibnul Mundzir dari Jabīr dari satu jalur

saja yang mengemukakan kisah pernikahan dan kedatangan kafilah dagang

ini sekaligus. Artinya yaat ini turun berkenaan dengan kedua hal ini.16

Saʻīd Hawwā menjelaskan tujuan sūrah ini adalah menanamkan

dalam benak jama‟ah muslim di Madinah bahwa mereka lah jama‟ah

pilihan terakhir untuk memikul amanah akidah iman, bahwa ini adalah

karunia dari Allah kepada mereka bahwa diutusnya Rasul ditengah kaum

yang ummī yaitu bangsa Arab merupakan anugerah terbesar yang patut

diperhatikan dan disyukuri, di samping menuntut berbagai beban yang

harus dipikul oleh sekelompok orang yang merespon dakwah Rasulullah

dan mengemban amanah. Dan bahwa mereka itu sambung menyambung

14

Jalāl al-Din as-Sayūṯī, Lubābun Nuqūl Fī Asbāb al-Nuzūl, penerjemah Tim Abdul

Hayyie (Jakarta: Gema Insani, 2008), h.573. 15

Jalāl al-Din as-Sayūṯī, Lubābun Nuqūl Fī Asbāb al-Nuzūl, h.574. 16

Jalāl al-Din as-Sayūṯī, Lubābun Nuqūl Fī Asbāb al-Nuzūl, h.574

Page 72: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

57

sepanjang zaman tanpa terputus. Allah menakdirkan benih ini tumbuh

berkembang setelah Bani Israil enggan memikul amanah ini dan hubungan

mereka dengan amanah langit telah terputus. Mereka membawa taurat

seperti keledai membawa kitab-kitab yang tebal tidak punya tugas dalam

memahaminya dan tidak punya keterlibatan dalam misinya. 17

Lebih lanjut Sayyid Quthb menjelaskan, Yang hendak ditanamkan

Sūrah ini di hati kaum muslimin, baik yang ada di Madinah pada waktu itu

secara khusus yaitu orang-orang yang ditugasi Allah untuk merealisasikan

manhaj Islam ini secara riil,18

sementara Saʻīd Hawwā menambahkan,

orang-orang yang datang sesudah mereka yang diisyaratkan oleh sūrah

tersebut dan dihimpun ke dalam rangkaian yang terbentang sepanjang

zaman.19

Saʻīd Hawwā mengatakan bahwa sūrah ini memaparkan kondisi

yang terjadi saat itu ketika mereka membangun peradaban yang sangat

rumit dan lama sekali diantaranya ialah ingin cepat mendapat keuntungan

dengan bersikap tamak20

sūrah ini membebaskan jiwa dari faktor-faktor

penghalang berupa ketamakkan dan ambisi terhadap keuntungan jangka

pendek, di samping warisan-warisan lingkungan tradisi. Khususnya cinta

harta dan sarana-sarananya yang dapat melalaikan hati dari amanah

terbesar dan kesiapan mental untuk mengemban amanah tersebut.21

17

Saʻīd Hawwā, al-Asās fī at-Tafsīr (Kairo:Darussalam, 1419 H/1999 M), jilid 11, h.

5898. 18

Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilālil Qur`ān, h. 904. 19

Saʻīd Hawwā, al-Asās fī at-Tafsīr, h. 5898. 20

Saʻīd Hawwā, al-Asās fī at-Tafsīr, h. 5898. 21

Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilālil Qur`ān, h. 903

Page 73: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

58

Lebih jelas Sayyid Quthb menyebutkan dalam kitabnya “peristiwa

ini mengungkapkan sejauh mana usaha yang dikerahkan untuk membina

jama‟ah pertama hingga batas akhir yang dapat dicapainya dan hingga

menjadi teladan yang unik dalam sejarah Islam dan sejarah umat manusia

seluruhnya. Peristiwa ini juga mengilhami kita untuk bersabar menghadapi

beratnya pembangunan mental dalam suatu generasi untuk membentuk

jama`ah muslim yang dapat memikul amanah akidah ini dan berusaha

merealisasikannya di dunia nyata sebagaimana yang direalisasikan oleh

jama‟ah pertama.22

2. Kandungan Sūrah al-Jumu‟ah.

Menurut Saʻīd Hawwā sūrah al-Jumu‟ah termasuk sūrah

Madaniyah, seperti yang diriwayatkan oleh Ibn Abbās, Ibn Zubair, al-

Hasan, Mujāhid, „Ikrimah, Qatādah, dan jumhur ulama.23

Dan Ibn Yasār

mengatakan bahwa sūrah al-Jumu‟ah ini turun di Makkah, hal itu

disampaikan oleh Ibn Abbās dan Mujāhid. Menurut Saʻīd Hawwā

pendapat awal lah yang paling shahih yaitu bahwa Sūrah al-Jumu‟ah ini

diturunkan di Madinah. Berdasarkan riwayat yang Shahih yang

diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

عليه وسلم فأنزلت عليه سورة الجمعة بي صلى للا ا جلوسا عند الن كن

22

Sayyid Quthb, Tafsir Fī Zilāl al-Qur`an, h. 905, 23

Saʻīd Hawwā, al-Asās fī at-Tafsīr (Kairo:Darussalam, 1419 H/1999 M), jilid 11, h.

5897.

Page 74: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

59

“Suatu hari, kami duduk-duduk di sisi Nabi shallallahu 'alaihi

wasallam, lalu diturunkanlah pada beliau Sūrah Al Jumu'ah “

kemudian masuk Islam nya Abu Hurairah sesudah Hijrah.

Saʻīd Hawwā lalu menjelaskan ayat ke-6 dari Sūrah al-Jumu‟ah

ب ل أ٠ ٱ٠ ز٠ د ١بء لل أ أى ز ا إ صع ا بط ٱ بد د ٱفز

ذل١ ص إ وز“Katakanlah: "Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika

kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih

Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah

kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar”

Mengaitkan ayat tersebut dengan ayat sebelumnya, ayat yang

menjelaskan keadaan dari umat Nabi Musa AS yang menyakitinya dan

kemudian mengaitkan dengan keadaan Rasulullah Saw, dimana Allah

memberi kehormatan yang melebihi dengan nabi-nabi lain. Beliau juga

menjelaskan bahwa kedatangan Nabi Muẖammad disebut diperkataan

Nabi Isa AS yaitu pada firman Allah Sūrah as-Saff ayat 6: ا ثشعي ش جش

ذ ۥ أح ثعذ ٱع dan Firman Allah yang menunjukkan bahwa ٠أر

kepada orang- orang yang ummi Rasulullah Saw diturunkan kepada

mereka. Penafsiran ini di akhiri dengan penjelasan adanya perintah Allah

untuk berjihad dan perintah untuk solat jumat.

3. Ringkasan Saʻīd Hawwā Dalam menafsirkan Sūrah al-Jumu‟ah

Saʻīd Hawwā membagi dan mengklasifikasi Sūrah tersebut dalam

4 kelompok yang menjelaskan poros pembahasan Sūrah tersebut:

Page 75: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

60

1. Saʻīd Hawwā megatakan Sūrah al-Jumu‟ah dimulai dengan dengan

kalimat al-musabbaẖat24

dengan perbedaan bahwa kata kerja tasbih dalam

Sūrah al-Jumu‟ah dengan fi‟il muḏori‟ atau kata kerja yang menunjukkan

waktu dimana kalimat itu diucapkan. Sedangkan 2 sifat zat Allah lainnya

disebutkan pada ayat ini yaitu al-Malik dan al-Qudūs dengan demikian 3

sifat Allah Swt telah disebutkan dalam ayat ini. 25

2. Kelompok kedua dimulai dengan menyebutkan ayat kedua dari

Sūrah al-Jumu‟ah ayat ke 2 ( ١ ثعش ف ٱز ٱأل ز ءا٠ ٠زا ع١ ۦسعل

٠ع ١ ٠ضو ت ىز خ ٱ حى ٱ لج إ وبا ج١

ف ظ ) dalam pembahasan

ini Saʻīd Hawwā mengaitkan dengan ayat ke 5 dari Sūrah al-Jumu‟ah ( ض

ا ٱز٠ خ ح سى ٱز ض ب و ٠ح بس ص ح ٱ ض ا ثئظ أعفبس ٠ح م ٱ ثا ث و ٱز٠ ذ ز ب٠ ٱلل

ذ ٱلل ل ٠ م ٱ ١ yang kemudian dalam penafsirannya ayat ini berada ( ٱظ

pada kelompok kedua dari klasifikasi Sūrah al-Jumu‟ah. Kemudian

mengaitkannya dengan ayat ke 9 yaitu ( ب أ٠ ٠ ء ٱز٠ ٠ ح ص ا إرا د ا

عخ ج ا ف ٱ روش ٱعع إ رسا ٱلل ج١ع ٱ رع إ وز خ١ش ى ى٩ر ) ketiga kelompok

ayat ini kemudian dikatakan dengan pembukaan Sūrah al-Baqarah ayat 1-3

yaitu:

ه ا ت ر ىز ٱ زم١ ذ ل س٠ت ف١ ث ٱز٠ غ١ت ٠ؤ ٱ ٠م١ ح ٱص ٠فم ب سصل

3. Sūrah al-Jumu‟ah menurut Saʻīd Hawwā membahas tentang risalah

Nabi Muẖammad Saw ayat ke dua yaitu ( ١ ثعش ف ٱز ٠زا ٱأل سعل

24

Al-Musabbaẖat adalah ayat-ayat yang menunjukkan tasbih atau pensucian diri dari zat

dan sifat yang tidak layak bagi Nya. 25

Page 76: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

61

ز ءا٠ ۦع١ ٠ع ١ ٠ضو ت ىز خ ٱ حى ٱ ) kemudian ia mengaitkan dengan

firman Allah dalam Sūrah al-Baqarah ayat 151 ( ب ٠زا أس و ى سعل ب ف١ى ع

ى ٠ع ١ى ٠ضو زب ءا٠ ت ع١ى ىز خ ٱ حى ٱ ) Sūrah al-Jumu‟ah dalam penafsiran

Saʻīd Hawwā juga membahas tentang kebencian orang-orang Yahudi

terhadap kematian yaitu pada ayat 5-6:

ض ا ٱز٠ خ ح سى ٱز ض ب و ٠ح بس ص ح ٱ ض ا ثئظ أعفبس ٠ح م ٱ

ثا ث ٱز٠ ذ وز ب٠ ٱلل ذ ٱلل ل ٠ م ٱ ١ ٱظ ب ل أ٠ ٠ ا إ ٱز٠ بد

د ١بء لل أ أى ز ا ٱبط صع د فز ٱ ذل١ ص إ وز

Dengan demikian ayat ini memiliki relasi dengan Sūrah al-Baqarah yang

membicarakan tentang orang-orang Yahudi yaitu ayat 95-96:

ذ أ٠ذ٠ ب لذ ا ث أثذ ٠ز ث ٱلل ع١ ١ ٩ ٱظ زجذ ٱبط أحشص

ح ح١ ع ٱز٠ ضحضح ث ب ف عخ ش أ ٠ع د أحذ ٠

ۦأششوا

عزاة ٱ ش أ ٠ع ٱلل ب ٠ع ث ٩ثص١ش

Dengan demikian penjelasan dari makna-makna ayat yang ada di awal

pertama dari Sūrah al-Baqarah ada dalam Sūrah al-Jumu‟ah. Maka Sūrah al-

Jumu‟ah menjadi rincian dari awal Sūrah al-Baqarah.

4. Sūrah al-Jumu‟ah dalam penafsiran Saʻīd Hawwā dibagi: yang

pertama mukadimahh, kemudian tiga kelompok ayat yang memiliki

perbedaan jelas dan memiliki korelasi atau munāsabah. Adapun

mukadimahhnya terdiri dari satu ayat, sedangkan kelompok pertama terdiri

dari 3 ayat dan kelompok kedua terdiri dari 4 ayat dan kelompok ke 3

terdiri dari 3 ayat. 26

B. Pola penafsiran dan munāsabah dalam Sūrah al-Jumu’ah.

1. Pola penafsiran Sūrah al-Jumu‟ah.

26

Saʻīd Hawwā, al-Asās fī at-Tafsīr, h. 5899.

Page 77: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

62

Saʻīd Hawwā dalam menafsirkan sūrah al-Jumu‟ah membagi ayat-

ayat dari sūrah tersebut menjadi 3 kelompok, ketika membahas setiap

kelompok beliau menyebutkan munāsabah antara kelompok ayat tersebut.

contohnya Saʻīd Hawwā menjelaskan munāsabah 4 ayat pertama dengan 4

ayat berikutnya yaitu ayat 5-8:

Kelompok pertama ayat 1-4.

ب ف ح ٠غج د لل ب ف ٱغ ه ٱألسض مذ ط ٱ عض٠ض ٱ ٱ حى١ ٱ

١ ثعش ف ٱز ٱأل ز ءا٠ ٠زا ع١ ۦسعل ٠ع ١ ٠ضو ت ىز ٱ

خ حى إ و ٱ ج١

ف ظ لج با ءاخش٠ حما ث ب ٠

عض٠ض ٱ حى١ ه ٱ ر فع ٱلل ٠شبء ٠ؤر١ ر ٱلل فع ٱ عظ١ ٱ“1. Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan

apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa

lagi Maha Bijaksana. 2. Dialah yang mengutus kepada kaum yang

buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-

ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan

mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka

sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. 3. dan (juga)

kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan

dengan mereka. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana. 4. Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada

siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang

besar”

Munāsabah Kelompok pertama ayat 1-4 dengan Kelompok kedua

Sūrah al-Jumu‟ah yaitu ayat 5-8:

ض ا ٱز٠ خ ح سى ص ٱز ض ب و ٠ح بس ح ٱ ض ا ثئظ أعفبس ٠ح

م ٱ ذ وزثا ث ٱز٠ ب٠ ٱلل ذ ٱلل ل ٠ م ٱ ١ ٱظ ب ل أ٠ ٠ ٱز٠

١بء لل أ أى ز ا إ صع بد د ا ٱبط د فز ٱ ذل١ ص إ وز

ل ۥ ٠ز ذ أ٠ذ٠ ب لذ ا ث أثذ ث ٱلل ع١ ١ ٧ ٱظ ل د إ

ٱز ٱ

فئ رشد ۥرفش ص م١ى ع إ غ١ت ذح ٱ ٱش ب وز ف١جئى ث

٨رع

“5. Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat,

kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang

membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan

Page 78: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

63

kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada

memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. 6. Katakanlah: "Hai

orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu

mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah

bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu,

jika kamu adalah orang-orang yang benar. 7. Mereka tiada akan

mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan

yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan

Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim. 8.

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya,

maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian

kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang

ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah

kamu kerjakan".

Munāsabah kelompok kedua ayat 5-8 dengan Kelompok ketiga

Sūrah al-Jumu‟ah yaitu ayat 9-11:

ب أ٠ ٠ ٱز٠ ٠ ح ص ا إرا د عخ ءا ج ا ف ٱ روش ٱعع إ ٱلل

ر ج١ع سا ٱ رع إ وز خ١ش ى ىح لع١ذ فئرا ٩ر ٱزششا ف ٱص

ٱثزغا ٱألسض ف فع ٱروشا ٱلل ٱلل رفح إرا وض١شا عى

ا شح أ ا رج ا سأ ب عذ ٱفع لب رشون لبئ إ١ب ٱلل خ١ش ٱ

شح ٱزج خ١ش ٱلل صل١ ٱش

“9. Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan

salat Jum´at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan

tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika

kamu mengetahui. 10. Apabila telah ditunaikan salat, maka

bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan

ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. 11. Dan

apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar

untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang

berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih

baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik

Pemberi rezeki”

Munāsabah awal sūrah al-Jumu‟sah dengan akhir sūrah as-saff

berdasarkan penelitian penulis tidak diletakkan di awal ayat yang akan

ditafsirkan tetapi diletakkan di akhir ayat yang telah dikelompokkan dan

telah ditafsirkan.

Page 79: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

64

Di bawah penafsiran penulis dapatkan sub judul dengan tema

kalimah fī as-siyāq (pembahasan terkait ayat-ayat yang ingin ditafsirkan),

tema ini memiliki 4 point:

1. Di bawah tema ini Saʻīd Hawwa kembali membahas 4 ayat

tersebut dengan cara mengaitkannya dengan hadis Nabi dengan

kebahasaan kosa kata al-Qur`an.27

2. Mengaitkan 4 ayat awal Sūrah al-Jumu‟ah dengan Sūrah al-

Baqarah ayat 129 dan ayat 151:28

ب ٱثعش سث ٠ع زه ءا٠ ٠زا ع١ سعل ت ف١ ىز خ ٱ حى ٱ

١ ٠ضو إه أذ عض٠ض ٱ حى١ ٩ ٱ“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari

kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-

ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran)

dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka.

Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”

(Q.S. al-Baqarah:129)

ب و ى ٠ع ١ى ٠ضو زب ءا٠ ٠زا ع١ى ى سعل ب ف١ى ت أسع ىز ٱ

خ حى ب ٱ ى ٠ع رىا رع

“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami

kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu

yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan

kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta

mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui” (Q.S.

Al-Baqarah 151)

Ketika mengaitkan 4 ayat di awal Sūrah al-Jumu‟ah dengan 2 ayat

ini Saʻīd Hawwā juga menjelaskan hubungan nya dengan 4 ayat di awal

Sūrah al-Baqarah.

3. Apa yang disebutkan dalam poin kedua adalah merupakan contoh

dari apa yang disebutkan sebelumnya itu mengaitkan 4 ayat Sūrah al-

27

Saʻīd Hawwā, al-Asās fī at-Tafsīr, h. 5901. 28

Saʻīd Hawwā, al-Asās fī at-Tafsīr, h. 5902.

Page 80: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

65

Jumu‟ah dengan 2 ayat di Sūrah al-Baqarah dan mengaitkannya secara

rinci dan 4 Sūrah al-Baqarah untuk memberi isyarat adanya keterkaitan

antara 4 Sūrah al-Jumu‟ah dengan awal Sūrah al-Baqarah. 29

2. Munāsabah.

a. Munāsabah antara kelompok ayat 1-4 dengan kelompok ayat 5-8.

Poin ke empat atau poin terakhir dari komentar Saʻīd Hawwā

barulah penulis dapatkan munāsabah. Saʻīd Hawwā menjelaskan

munāsabah antara 4 ayat pertama dari sūrah al-Jumu‟ah dengan 4 ayat (5-

8) dari sūrah al-Jumu‟ah. Munāsabah antara kelompok ayat ini dijelaskan

oleh Saʻīd Hawwā bahwa setelah Allah menjelaskan pada 4 ayat pertama

tentang pengutusan Nabi Muẖammad Saw kepada ummatnya yang buta

aksara untuk mengajarkan kepada mereka al-Qur`an dan as-Sunnah dan

juga mensucikan hati mereka. Maka pada 4 ayat-ayat berikutnya (5-8)

dijelaskan bagaimana orang-orang Bani Israil melalaikan kitab suci yang

diturunkan kepada mereka. Hal ini, dijelaskan agar orang-orang muslim

tidak meniru perilaku mereka. Saʻīd Hawwā juga menjelaskan bagaimana

sikap Bani Israil terhadap Allah dan al-Qur`an yang jauh dari tuntunannya

dimana beliau mengaitkan keadaan ini dengan perintah kepada orang

muslim untuk berpegang teguh kepada al-Qur`an dan yakin kepada al-

Qur`an.30

b. Munāsabah antara kelompok ayat 5-8 dengan kelompok ayat 9-11.

29

Saʻīd Hawwā, al-Asās fī at-Tafsīr, h. 5902. 30

Saʻīd Hawwā, al-Asās fī at-Tafsīr, h. 5903.

Page 81: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

66

Pada kelompok kedua penulis mendapatkan munāsabah juga di

kalimah fī as-Siyāq pada poin ke-6 dalam faqrah kedua.Dalam bab ini

penulis akan menjelaskan munāsabah antara kelompok ayat 5-8 dengan

kelompok ayat 9-11 tanpa menjelaskan penafsiran yang dilakukan Saʻīd

Hawwā dengan pola penafsiran seperti kelompok pertama karena penulis

merasa cukup mengungkapkan munāsabah yang terkait dengan penelitian

penulis.

Munāsabah antara ayat-ayat 5-8 dengan antara ayat 9-11 yaitu

sesudah Allah memberikan pelajaran kepada orang-orang mukmin dari

sikap dan prilaku orang-orang Yahudi yang menyimpang dari tuntunan

Allah. Maka, kelompok ketiga dari Sūrah al-Jumu‟ah ini khitab nya

ditujukan kepada orang-orang mukmin. Untuk meminta perhatian mereka

agar memperhatikan hal yang sangat penting dan sensitif dalam kehidupan

umat Islam yaitu Solat Jum‟at sesudah Allah Swt meminta perhatian

orang-orang mukmin untuk tidak berprilaku menyimpang seperti yang

dilakukan oleh orang-orang Yahudi.31

c. Munasabah awal Sūrah al-Jumu‟ah dan akhir Sūrah al-Saff.

Munāsabah awal Sūrah al-Jumu‟ah dengan akhir Sūrah al-Saff

sebagaimana penulis katakan sebelumnya bahwa munāsabah antara awal

Sūrah al-Jumu‟ah dengan akhir Sūrah al-Saff tidak disebutkan di awal

Sūrah al-Jumu‟ah tetapi di akhir, penulis dapatkan tidak lagi pada kalimah

31

Saʻīd Hawwā, al-Asās fī at-Tafsīr, h. 5905.

Page 82: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

67

fī as-Siyāq tetapi di dapatkan pada kesimpulan akhir dari Sūrah al-

Jumu‟ah.

Saʻīd Hawwā menuliskan munāsabah antara awal Sūrah al-

Jumu‟ah dengan akhir Sūrah al-Saff sebagai berikut: bahwa Sūrah al-

Jumu‟ah adalah Sūrah yang memiliki redaksi yang khusus. Sūrah ini

merinci 4 ayat di awal Sūrah al-Baqarah (1-4) dan juga mengaitkannya

dengan 2 ayat lainnya (129 dan 151) dari Sūrah al-Baqarah yang telah

dijelaskan sebelumnya.

Munasabah awal Sūrah al-Jumu‟ah dengan akhir Sūrah al-Saff bisa

dengan jelas diuraikan sebagai berikut: Sūrah al-Saff diakhiri dengan

dakwah atau ajakan untuk menolong Allah ( ها ٱلذين ءامن أي ا أنصار ٱلل ي وا كونو )

sedangkan Sūrah al-Jumu‟ah dimulai dengan pembicaraan tentang

pengutusan Rasulullah Saw dan tugas-tugas yang diembannya, untuk

mengajarkan al-Qur`an, Sunnah dan mensucikan hati mereka, semua ini

merupakan faktor penting yang harus dimenangkan oleh pengikut Nabi

Muẖammad yaitu orang-orang mukmin ketika membahasa Saʻīd Hawwā

menjelaskan bahwa poros dari Sūrah al-Munafiqun dijelaskan pula secara

rinci apa yang dibahas oleh Sūrah al-Jumu‟ah dan al-Saff 32

3. Munāsabah Saʻīd Hawwā dalam timbangan penulis.

Penulis dapat mengklasifikasikan munāsabah yang di jelaskan

Saʻīd Hawwā sebagai berikut:

a. Munāsabah antara kelompok ayat 1-4 dengan kelompok ayat 5-8.

32

Saʻīd Hawwā, al-Asās fī at-Tafsīr, h. 5918.

Page 83: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

68

Pada kelompok ayat 1-4 menjelaskan tentang pengangkatan

Rasulullah Saw kepada orang-orang Ummiyyīn yang tujuannya

mengajarkan mereka al-Qur`an dan sunnah dan mensucikan mereka.

Kemudian datang faqrah selanjutnya yaitu ayat 5-8 yang menceritakan

celaan terhadap orang-orang yang mengabaikan kitab suci mereka

pengabaian Bani Israil terhadap kitab yang telah diturunkan kepada

mereka.

Ketersambungannya yaitu Allah yang mengirimkan kitab suci

kepada umat yang dimana kitab suci itu diturunkan. Nabi Muẖammad oleh

kaumnya tidak diterima sepenuhnya begitu juga dicontohkan dengan Nabi

Musa yang juga tidak diterima sepenuhnya oleh umatnya bahkan kitab

sucinya diremehkan artinya mereka tidak mengambil dan memafaatkan isi

kitab suci mereka. Jadi, bahwa Nabi jangan pernah kecewa karena

diingkari ajarannya atau ditolak al-Qur‟an karena Nabi Musa juga telah di

tolak ajarannya diingkari juga kenabiannya bahkan diremehkan kitabnya.

Dan juga walaupun faqrah kedua turun dalam konteks kecaman kepada

orang-orang Yahudi, ia dapat mencakup juga umat Islam yang diamanati

al-Qur`an, bila mereka tidak meraih petunjuknya dan mengamalkan

kandungannya. Bahkan dapat dikatakan bahwa ayat tersebut turun sebagai

peringatan terhadap umat al-Qur`an. Ini lah kesimpulan munāsabah antara

kelompok ayat 1-4 dengan 5-8 yang penulis dapatkan dari kitab tafsir

karangan Saʻīd Hawwā.

b. Munāsabah antara kelompok ayat 5-8 dengan kelompok ayat 9-11.

Page 84: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

69

Pada munāsabah kedua dari kelompok ayat ini penulis

mendapatkan bukti-bukti dari penerimaan yang tidak total dari orang-

orang mukmin terhadap ajaran Nabi Muhammad Saw kalau orang-orang

Bani Israil melalaikan kitab suci mereka yang diperumpamakan dengan

keledai yang membawa buku tetapi tidak mendapatkan faedah nya sama

sekali, begitu juga ayat selanjutnya yaitu orang-orang mukmin ketika

diperintah untuk solat Jum‟at dan bahwa ketika mereka sedang solat dan

datang rombongan perdagang lalu mereka pergi meninggalkan khutbah

yang sedang disampaikan Rasul, inilah watak manusia.33

c. Munāsabah awal Sūrah al-Jumu‟ah dan akhir Sūrah al-Saff.

Sūrah as-Saff diakhiri dengan dakwah atau ajakan untuk menolong

Allah sedangkan Sūrah al-Jumu‟ah dimulai dengan pembicaraan tentang

pengutusan Rasulullah Saw dan tugas-tugas yang diembannya, untuk

mengajarkan al-Qur`an, Sunnah dan mensucikan hati mereka, semua ini

merupakan faktor penting yang harus dimenangkan oleh pengikut Nabi

Muẖammad yaitu orang-orang mukmin.

Kesan penulis setelah meneliti munāsabah ini, terlihat bagaimana

Saʻīd Hawwā sangat memperhatikan munāsabah antara kelompok ayat

dengan kelompok ayat lain. Sehingga penulis melihat sūrah al-Jumu‟ah itu

adalah satu kesatuan yang kokoh.

33

Lihat halaman 50.

Page 85: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mengadakan penelitian tentang munāsabah pada tafsir al-

Asās karya Saʻīd Hawwā khususnya yang terkait dengan munāsabah sūrah

al-Jumu‟ah. Penulis bisa menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai

berikut: Munāsabah antara awal sūrah al-Jumu‟ah dengan akhir Sūrah al-

Saff tidak kebiasaan mufassir lainnya yang meletakkan penjelasan

munāsabah di awal penjelasan sebuah Sūrah. Sedangkan Saʻīd Hawwā

meletakkan munāsabah antara kedua sūrah ini di akhir penafsiran sūrah al-

Jumu‟ah, bisa dikatakan penjelasan munāsabah antara sūrah al-Jumu‟ah

dan sūrah al-Saff ini penutup dari penafsiran sūrah al-Jumu‟ah.

Munāsabah antara ayat tidak memberikan munāsabah per ayat

tetapi mengkelompokkan ayat dari sūrah al-Jumu‟ah seperti hal nya sūrah

al-Jumu‟ah diklafikasikan menjadi 3 kelompok. Munāsabah baru

dijelaskan pada awal setiap kelompok ayat dan mengaitkan kandungan

ayat-ayat tersebut secara global.

Kesan penulis setelah meneliti munāsabah antara Sūrah al-Jumu‟ah

dan Sūrah al-Saff dan munāsabah antar ayat dalam satu sūrah, penulis bisa

mengatakan bahwa Saʻīd Hawwā sangat memperhatikan munāsabah

dalam pembahasan penafsirannya bahkan ia menentukan fokus (mihwar)

dari sebuah sūrah melalui penerapan munāsabah antara ayat dalam sūrah

tersebut maupun antara ayat dan sūrah sebelumnya.

Page 86: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

71

B. Saran.

Bahwasanya munāsabah merupakan cabang ilmu al-Qur`an yang

membantu untuk memahami kitab suci al-Qur`an secara komprehensif dan

dengan menelusuri hubungan antar ayat membantu kita menghindari

pemahaman yang parsial, maka penulis menyarankan sebagai kelanjutan

dari studi munāsabah antar ayat dalam satu Sūrah. Untuk meneliti aspek

munāsabah antara ayat dalam satu Sūrah yang lain, karena penulis hanya

baru peneliti satu Sūrah, masih ada 113 Sūrah yang harus dikaji

munāsabah nya. Kajian yang penulis lakukan ni masih berupa tinjauan

awal untuk mengembangkan khazanah ilmu tafsir, dan menghidupkan

kembali nilai-nilai al-Qur`an secara utuh.

Page 87: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

72

DAFTAR PUSTAKA

Abidu, Yunus Hasan. Tafsir al-Qur`an. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.

Al-Aqil, Al-Mustasyar Abdullah. Mereka Yang Telah Pergi; Tokoh tokoh

Pembangunan. penerjemah: Khozin Abu Faqih dan Fachruddin. Jakarta:

I‟tishom, 2003.

Asshiddieqy, Hasbi. Ilmu-Ilmu al-Qur`an. jakarta: Bulan Bintang, t.t.

Baidan, Nashruddin. Metodologi Penafsiran al-Qur`an. Yogyakarta: Pustaka

pelajar Offset, 1998.

Al-Biqa, Muhammad Fuad. al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur‟ān . Kairo:

Daae al-Kutub al-Misriyah, 1364.

Al-Biqā‟ī, Burhanuddin. Nazm ad-Durar fī Tanāsub al-Aya wa As-Suwar. Beirut:

Dar al-Kutub Al-ilmiyah, 1415.

Al-Bukhārī, Imām al-Hāfidz abī „Abdullāh Muẖammad bin Ismāīl bin Ibrāhīm bin

al-Mughīrah al-Ju‟fī. Shahih al-Bukhārī. Kairo: al-Rusyd, 1427.

Chirzin,Muhammad. al-Qur`an dan Ulumul Qur‟an. Jakarta: Dana Bhakti Prima

Yasa, 1998.

Depertemen Pendidikan Nasonal, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.

Jakarta: PT. Gramedian Pustaka Utama, 2008.

Esposito, John L. Dunia Islam Modern Enksiklopedia Oxford. penerjemah Eva

Y.N, dkk Bandung: Mizan, 2001.

Fath, Amir Faishol. The Unity of al-Qur`an. Penerjemah Nasiruddin Abbas.

Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010.

Hawwā, Sa‟īd. al-Asās Fī at-Tafsīr. Penerjemah Syafril Halim. Jakarta: Robbani

Press, 1999.

--------. al-Asās fī at-Tafsīr. Kairo:Darussalam, 1999.

--------. al-Islam penerjemah Abu Ridho dan inur Rofiq Shaleh Tamhid. Jakarta:

al-I‟tishom, 2011.

--------. Kajian Penyucian Jiwa Tazkiyatun Nafs Intisari Ihya‟ Ulumuddin.

Jakarta: Pena pundi Aksara, 2010.

Page 88: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

73

Khalifah, Haji. Kashfu al-ẓunun „an Asas al-Kutub wa al-Funun. Bayrūt: Dār al-

Fikr, 1990.

Mohammad, Herry. dkk. Tokoh-Tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20. Jakarta:

Gema Insani, 2006.

Montgomery Watt & Richard Bell. Introducing To The Qur‟an. Ediburgh:

Ediburgh University Pers, 1970.

Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir kamus Arab-Indonesia. Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997.

Al-Mundziri, Al-Hafidz „Abdul „Azhim bin „Abdul Qawi Zakiyuddin.

Ringkasan Shahih Muslim. penerjemah Acmad Zaidun. Jakarta: Pustaka

Amani, 2003.

Musadad, Endad.“Munāsabah Dalam Tafsir Mafātih al-Ghaib,” Tesisi S2

Program Sarjana, Universitas Islam Negeri Syarif Hdayatullah Jakarta,

2005.

Mustafa,Ibrahim. dkk. Kamus Mu‟jam al-Wasith. Madinah: al-Maktab al-ilmiah,

t.t.

Punaji, Setyosar. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:

PT.Kencana, 2010.

Al-Qaṯṯān, Manna. Mabāhith fī Ulūm al-Qur‟ān. Dār ilmu wa al-Iman, t.t.

--------. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur`ān. Penerjemah Aunur Rafiq El-Mazni,

Jakarta: Al-Kautsar, 2006.

Quthb, Sayyid. Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an. penerjemah M.Mishbah dkk. Jakarta:

Rabbani Pers, 2008.

Said, Hasani Ahmad. Diskrusus Munāsabah Al-Qur‟ān (tinjauan kritis konsep

dan penerapan munāsabah dalam tafsir al-Mishbah. Ciputat: Puspita Press,

2011.

Al-Sayūṯi, Jalāl al-Dīn Abd Rahman Abi Bakr. al-Itqān Fi Ulūm al-Qur‟ān.

Lebanon: Das Al-Kotob Al-Ilmiyah, 1971.

--------. Lubāb al Nuqūl Fī Asbāb al-Nuzūl. penerjemah Tim Abdul Hayyie.

Jakarta: Gema Insani, 2008.

Setiyawan, Said Ali. “Munasabah sūrah Juz Amma (kajian terhadap pemikiran

Burhan al-Din al-Biqai‟i dalam kitab Nazm al-Durār fi Tanāsub al-ayat wa

all-Suwar.” Tesis S2 Program Studi Agama dan Filsafat, Universitas Islam

Negeri Yogyakarta, 2015.

Page 89: MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL JUMU’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37512/2/NELFI WESTI-FU.pdf · MUNĀSABAH DALAM SŪRAH AL-JUMU’AH (Kajian . Munāsabah . Pada

74

Septiawadi. Tafsir Sufistik Saʻīd Hawwā dalam Al-Asās Fī al-Tafsīr.

Jakarta:Lecture Press, 2014.

Al-Shabuni, Syaikh Muhammad Ali. Safwah al-Tafāsīr. penerjemah K.H. Yasin.

Jakarta: al-Kautsar, 2011.

Shihab, M. Quraish. al-Lubab: Makna Tujuan, dan Pelajaran dai surah-surah al-

Qur`an. Jakarta: Lentera Hati, 2012.

--------. Mukjizat al-Qur`an. Bandung: Mizan, 2014.

--------. Ensiklopedi al-Qur`an: Kajian Kosakata. Jakarta: Lenter Hati, 2007.

--------. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur`an. Jakarta:

Lentera Hati, 2002.

Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur‟ān. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Syaikh Ahmad. Mukhtasar Tafsīr Ibnu Katsīr. Jakarta: Darus Sunnah, 2014.

Weismen,Itzchak. “ Saʻīd Hawwā: The Making of a Radical Muslim Thinker in

Modern Syria,” Middle Eastern Studies, 3 Mei 2007.

Yusuf, Kadar M. Studi al-Qur`an. Jakarta: Amzah, 2009.

Zaid,Nasr Hamid Abu. Tekstualitas Al-Qur‟ān. Penerjemah Khoiron Nahdliyyin.

Yogyakarta: IRCisoD,t.t.

Al-Zarkasyī, Badr al-Dīn Muhammad bin „Abdullāh. al-Burhān fī „Ulum al-

Qur‟ān. Mesir: Dār Ihyā‟ al-Kutub al-„Arabiyah.