Explaining Sūrah al-Fātihah by Shaikh Muhammad bin Saleh al-Uthaymeen
TRADISI PEMBACAAN AL-QUR AN (SŪRAH AL-KAHFI, AL-...
Transcript of TRADISI PEMBACAAN AL-QUR AN (SŪRAH AL-KAHFI, AL-...
TRADISI PEMBACAAN AL-QUR‛AN (SŪRAH AL-KAHFI, AL-
RAHMAN, AL-SAJADAH) DI YAYASAN AL-ASHRIYYAH NURUL
IMAN ISLAMIC BOARDING SCHOOL DESA WARU JAYA
KECAMATAN PARUNG KABUPATEN BOGOR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama(S.Ag)
Oleh
SITI SUBAIDAH
NIM 1112034000151
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1440 H/2019 M
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
SITI SUBAIDAH .Tradisi Pembacaan Al-Qur’an (Sūrah al-Kahfi, al-
Rahman, al-Sajadah) di Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding
School Desa Waru Jaya Kecamatan Parung Kabupaten Bogor.
Penelitian living Qur‟anini membahas tentang tradisi pembacaan al-
Qur‟an di Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School Parung
Bogor. Bagi seluruh santri Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman diwajibkan
mengikuti kegiatan pembacaan surah-surah pilihan yang dilaksanakan pada setiap
hari Jum‟at. Kegiatan pembacaan surah-surah pilihan merupakan kegiatan
mingguan.Adapun surah pilihan yang dibaca diantaranya surah al-Kahfi, surah al-
Rahmân, dan surah al-Sajadah.
Pada penelitian ini, pembahasannya lebih difokuskan pada bagaimana
tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-Kahfi, al-Rahman dan al-Sajadah di
Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman dan apa makna tradisi pembacaan surah
pilihan tersebut bagi seluruh santri dan keluarga besar Yayasan penelitiannya
adalah Al-Ashriyyah Nurul Iman.
Penelitian ini menemukan bahwa tradisi kegiatan tersebut diawali dengan
wirid terlebih dahulu kemudian surah al-Fātihah sebagai bentuk tawassul dengan
tujuan agar mendapatkan keberkahan, merasakan ketenangan hati, menjadi pribadi
yang bersyukur, terutama agar para santri semakin semangat mendekatkan diri
kepada Allah serta mendapatkan rezeki yang berlimpah. Tradisi pembacaan al-
Qur‟an al-Kahfi, al-Rahman dan al-Sajadah diatas menjadi prakondisi bagi setiap
santri untuk kegiatan-kegiatan lainnya termasuk kegiatan wirausaha.
Kata kunci: living Qur’an, tradisi, sûrah, al-Kahfi, ar-Rahmân, as-Sajadah
v
KATA PENGANTAR
Alhmadulillah, puji dan syukur penulis panjatkanke hadirat Allah SWT
pemilik kesempurnaan, yang telah memberikan taufiq, hidayah, serta
berbagai pertolongan-Nya kepada penulis. Sehingga, penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dalam bentuk skripsi dengan judul
“Tradisi Pembacaan Al-Qur’an Sûrah Al-Kahfi, Al-Rahmân, dan Al-
Sajadahdi Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School Desa
Waru Jaya Kecamatan Parung Kabupaten Bogor” dengan dukungan dari
berbagai pihak. Shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya serta seluruh umatnya
sampai ahir zaman. Semoga kita semua mendapatkan syafa‟atnya kelak di hari
kiamat.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
munaqasyah, guna memperoleh gelar Sarjana Agama, Jurusan Ilmu Al-Qur‟an
dan Tafsir pada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari
bahwaskripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari teknik
penyusunan maupun pemilihan diksi yang tertulis. Untuk itu, kritik dan saran
yangmembangun penulis harapkan guna perbaikan skripsi ini. Dalam
penyelesaian skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, dengan penuh rasa hormat, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih:
1. Kepada Yth. Segenap civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta; Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, Lc., MA. selaku Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Kepada Yth. Prof. Dr. Masri Mansoer, M. A. Selaku Dekan fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Kepada Yth. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M. A. Selaku ketua jurusan
Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir dan Dra. Banun
Binaningrum, M. Pd. Selaku sekretaris Program Studi Ilmu Al-Qur‟an
dan Tafsir.
vi
4. Kepada Yth. Kusmana, M.A, Ph. D. Selaku pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu dan pemikiran untuk berdialog dengan
penulis serta memberikan motivasi yang luar biasa dan sangat
berharga. Semoga Allah senantiasa menjaga kesehatan beliau beserta
seluruh keluarga, memberikan keberkahan hidup serta kebahagiaan
dunia dan ahirat atas segala perjuangan beliau membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepada Yth. Bapak Maulana, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing
akademik yang telah meloloskan judul penelitian skripsi ini. Semoga
Allah sehatkan beliau selalu.
6. Kepada Yth. Para penguji skripsi penulis, Dr. Eva Nugraha. M. Ag dan
Dr. Ahmad Fudhaili. M. Ag.
7. Kepada Yth. Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding
School yang telah memberikan penulis kesempatan untuk berteduh dan
bertanya-tanya terhadap sebagian pengurus terkait penelitian penulis.
Semoga keberkahan selalu mengalir untuk seluruh keluarga dan jajaran
Yayasan.
8. Kepada Yth. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin Jurusan Ilmu Tafsir
dan Al-Qur‟an yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
memberikan ilmu dan motivasi selama di bangku kuliah serta
dukungannya kepada penulis dalam batasan-batasan tertentu yang
dapat penulis terima, sehingga penulis sedikit banyak mengetahui
informasi tentang dinamika pengetahuan yang ada. Serta seluruh
guruku di Pondok Pesnatren Mambaul Ulum Bata-Bata Pamekasan
Madura tempat saya menuntut ilmu yang doanya selalu penulis
harapkan.
9. Kepada orang tuaku, Sumiati dan Mahra. Terimakasih seluas samudera
se alam jagat raya, yang telah memberikan semangat selama ini, juga
paman-paman dan bibi-bibiku yang turut membantu memberikan
motivasi dan materi. Doa kalian selalu kurindukan. Adik-adikku,
Lukman Hakim, Ayung, Najwa Ahlam Fahira. Semoga kelak kalian
vii
bisa menjadi lebih baik dariku, menjadi panutan berbangsa dan
bernegara, bermanfaat untuk sesama.
10. Suamiku tercinta, Dadang Saepuloh, S.Pd. M. Pd. Terimakasih yang
sebanyak-banyaknya atas segala motivasi, saran-saran dan kritikan
untuk hidupku, untuk terselesainya skripsi ini maksudnya. Maaf,
lulusnya sudah diambang kadaluwarsa. Anakku tersayang Mustafa
Zamani Saifullah (Azam). Terimakasih, senyummu jadi penyemangat
Ibu untuk segera menyelesaikan skripsi yang sudah di ambang batas
ini, Nak. Maaf yah. Hehee.
11. Kepada sahabat-sahabat Imaba JABODETABEK terimakasih sudah
menjadi bagian dari keluargaku, menjadi penyemangat saat-saat lelah
dan gundah. Menjadi penerang saat mulai berarah ke jalan kegelapan.
Heheee. Terimakasih banyak untuk kalian. Semoga Imaba semakin
jaya dan sukses.
12. Kepada kawan-kawan seperjuangan, Muslimah Tafsir Hadis 2012, TH
E Ai Inayah ayoo semangatttt kita lulus bareng. Hehee. Teman-teman
TH A, TH B, TH C, TH D. Terimakasih untuk semua kebaikan kalian
selama kuliah. Sahabat-sahabatku Nurul Hikmah S. Ag. (Ucil), Dinan
Nasihah S. Ag. Nita Nur Ningsih S. Ag. Puput S. Ag. Terimakasih
banyak yaaa sudah menyemangati penulis selama ini. Semoga kalian
selalu dalam keberlimpahan kebaikan dari Allah. Aamiinnn.
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Dalam skripsi,tesis, dan disertasi bidang keagamaan (baca: Islam), alih
aksaraatau transliterasi, adalah keniscayaan. Oleh karena itu, untuk menjaga
konsistensi,aturan yang berkaitan dengan alih aksara ini penting diberikan.
Pengetahuan tentang ketentuan iniharusdiketahui dan dipahami, tidak
sajaoleh mahasiswa yang akan menulis tugas akhir, melainkan juga oleh
dosen,khususnya dosen pembimbing dan dosen penguji, agar terjadi saling kontrol
dalampenerapan dan konsistensinya.
Dalam dunia akademis, terdapat beberapa versi pedoman alih aksara,
antaralain versiTurabian,Library of Congress, Pedoman dari Kementian Agama
danKementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta versi
Paramadina.Umumnya,kecuali versi Paramadina, pedoman alih aksara tersebut
meniscayakan digunakannyajenis huruf (font) tertentu, seperti font Transliterasi,
Times New Roman, atau TimesNew Arabic.
Untuk memudahkan penerapan alih aksaradalam penulisan tugas
akhir,pedoman alih aksara ini disusun dengan tidak mengikuti ketentuan salah
satu versi diatas, melainkan dengan mengkombinasikan dan memodi
fikasi beberapa cirri hurufnya. Kendati demikian, alih aksara versi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta inidisusun dengan logika yang sama.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Huruf
Arab
Huruf
Latin
Keterangan
Tidak dilambangkan ` ا
b Be ب
t Te ث
ts te dan es ث
j Je ج
h ha dengan garis bawah ح
kh ka dan ha ر
ix
d De د
dz de dan zet ذ
r Er ر
z Zet ز
s Es س
sy es da ye ش
s es dengan garis di bawah ص
d de dengan garis di bawah ض
t te dengan garis dibawah ط
z zet dengan garis di bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan „ ع
gh ge dan ha غ
f Ef ف
q Ki ق
k Ka ك
l El ل
m Em م
n En ى
w We و
h Ha ھـ
Apostrof , ء
y Ye ي
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vocal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fathah ـــ
I Kasrah ـــ
x
U Dammah ـــ
Adapun untuk vocal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah
sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai a dan i ـــ ي
Au a dan u ـــ و
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal
Latin
Keterangan
 a dengan topi di atas ــا
Î i dengan topi di atas ــي
Û u dengan topi di atas ــو
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah
maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.
5. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam system tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda (ـــ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini
tidak berlaku jiuka huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf. Misanya, kata (الضرورة) tidak ditulis ad-
darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.
6. Ta Marbûtah
xi
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat
contoh 1 di bawah). Hal yang sama jugaberlau jika ta marbûtah tersebut diikuti
kata sifat (na‟t) (lihat contoh nomor 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut
diikuti kata besar (ism), maka huruf tersenut dialihaksarakan menjadi huruf /t/
(lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
Tarîqah طریقت 1
al-jâmî‟ah al-islâmiyyah الجاهعت اإلسالهیت 2
wahdat al-wujûd وددة الوجود 3
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf capital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk permulaan
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama
diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap
huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh:
Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)
atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak
miring, amka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal
dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar
katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,
tidak „Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
8. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi‟l), kata benda (ism), maupun huruf (harf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-
xii
kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di
atas:
Kata Arab Alih Aksara
ھة األستاذ ذ dzahaba al-ustâdzu
tsabata al-ajru ثبج األج ر
al-harakah al-„asriyyahh الذر مت العص ری ة
هللاإال ه ال إلأشھد أى asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh
maulânâ Malik al-Sâlih هو النا هلل الص الخ
هللایؤ ثر من yu‟atstsirukum Allâh
یتالوظاھر العقل Al-mazâhir al-„aqliyyah
Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.
Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tida perlu
dialihaksarakan. Contoh: Nurcholis Madjid, bukan Nûr Khâlis Majîd; Mohamad
Roem, bukan Muhammad Rûm; Fazlur Rahman, bukan Fadl al-Rahmân.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. 1
SURAT PERNYATAAN ..................................................... Error! Bookmark not defined.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ........................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................................... viii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................................. 5
C. TujuanPenelitian ................................................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................................. 5
E. Metode Penelitian .................................................................................................. 6
F. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 8
G. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 11
BAB II
YAYASAN AL-ASHRIYYAH NURUL IMAN: GAMBARAN UMUM ................... 13
A. Profil Yayasan ..................................................................................................... 13
A. Biografi Pendiri Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman ...................................... 13
B. Biografi Umi Waheeda binti Abdul Rahman ................................................... 15
C. Program Pengembangan .................................................................................... 16
D. Kepesantrenan ..................................................................................................... 17
E. Kondisi Sosial Masyarakat Sekitar ................................................................... 18
F. Kegiatan Santri ................................................................................................... 19
BAB III
PEMBACAAN AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN INDONESIA ................ 22
A. Pengertian Membaca Al-Qur’an ....................................................................... 22
B. Tradisi Membaca al-Quran di Pesantren ......................................................... 23
C. Hubungan Tradisi Membaca al-Quran dengan Kegiatan Lainnya ............... 25
1. Kegiatan Belajar ............................................................................................. 25
2. Kegiatan Sosial Majlis Ta’lim ........................................................................ 30
BAB IV
TRADISI PEMBACAAN AL-QUR’AN DI YAYASAN AL-ASHRIYYAH NURUL
IMAN ............................................................................................................................... 34
xiv
D. Tradisi dan Makna Pembacaan Surah Al-Kahfi, Al-Rahman dan Al-Sajadah.
34
1. Pembacaan Surah Al-Kahfi, Al-Rahman dan Al-Sajadah sebagai suatu
peraturan wajib. ...................................................................................................... 37
2. Pembacaan Surah Al-Kahfi, Al-Rahman dan Al-Sajadah karena kepatuhan
dan Keutamaannya. ................................................................................................ 39
3. Pendekatan Diri dan Pengharapan Barakah Kepada Allah ....................... 40
E. Hadis tentang Keutamaan dan Fadhilah surah al-Kahfi, ar-Rahman dan as-
Sajadah. ........................................................................................................................ 42
BAB V
PENUTUP ........................................................................................................................ 51
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 51
B. Saran .................................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 53
LAMPIRAN-LAMPIRAN
IDENTITAS PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman, kajian mengenai al-Qur‟an dan al-
Hadis mengalami pengembangan wilayah kajian. Dari kajian teks kepada kajian
sosial budaya, yang menjadikan masyarakat sebagai objeknya. Kajian ini disebut
dengan istilah “living Qur‟an” dan “living Hadis”. Sederhanya “living Qur‟an”
dapat direfleksikan sebagai gejala yang nampak di masyarakat berupa prilaku
maupun respon sebagai pemaknaan terhadap nilai-nilai Qur‟an.1
Menurut M. Mansur the living Qur‟an bermula dari fenomena Qur‟an in
Everyday Life, yang tidak lain adalah “makna dan fungsi al-Qur‟an yang riil
dipahami dan dialami masyarakat Muslim.”2Dengan kata lain praktik
memfungsikan al-Qur‟an dalam kehidupan praktis, di luar kondisi tekstualnya.
Sedangkan Muhammad Yusuf menjelaskan bahwa respon sosial (realita)
terhadap al-Qur‟an dapat dikatakan Living Qur‟an, baik itu al-Qur‟an dilihat
masyarakat dari ilmu (science) dalam wilayah tidak keramat atau sebagai
petunjuk yang bernilai sakral.3
Pendapat di atas tidak jauh berbeda dengan pendapatnya Abdul
Mustaqim. Dia mengatakan kajian livingQur‟an mempunyai tiga arti penting.
Pertama, memberikan konstribusi yang signifikan bagi pengembangan wilayah
objek kajian al-Qur‟an, dimana tafsir bisa bermakna sebagai respon masyarakat
yang diinspirasi oleh kehadiran al-Qur‟an. Kedua, kepentingan dakwah dan
pemberdayaan masyarakat lebih maksimal dan tepat dalam mengapresiasi al-
Qur‟an. Ketiga, memberi paradigma baru bagi pengembangan kajian al-Qur‟an
1M. Alfatih Suryadilaga, Living Hadis dalam Kerangka Dasar Keilmuan UIN Sunan
Kalijaga, http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pnfi/article/download/1516/pdf, di akses pada tanggal 12
Desember 2015 2Muhammad Mansur, Dkk, Living Qur‟an dalam Lintasan Sejarah Studi Al-Qur‟an, dalam
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, Sahiron Syamsuddin (Yogyakarta: TH Press, 2007),
cet. 1, h. 5. 3Muhammad Yusuf, Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur‟an, dalam
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, Sahiron Syamsuddin (Yogyakarta: TH Press, 2007),
h. 36-37.
2
kontemporer, sehingga studi al-Qur‟an tidak hanya fokus pada wilayah teks
saja.4
Praktik memperlakukan al-Qur‟an, surah-surah atau ayat-ayat tertentu di
dalam al-Qur‟an untuk kehidupan praktis umat sudah terjadi pada masa awal
Islam, yakni pada masa Rasulullah Saw. Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad
Saw dan para sahabat pernah melakukan praktek ruqyah,5 yaitu mengobati
dirinya sendiri dan juga orang lain yang sedang menderita sakit dengan
membacakan ayat-ayat al-Qur‟an tertentu.6 Di antaranya ketika Nabi pernah
membaca surat al-Mu„awwidatain, yaitu surat al-Falaq dan al-Nās ketika beliau
sedang sakit sebelum kematiannya.7
Dari keterangan riwayat Hadis di atas menunjukkan bahwa praktik
interaksi umat Islam dengan al-Qur‟an, bahkan sejak masa awal Islam, dimana
Nabi Muhammad Saw masih hadir di tengah-tengah umat, tidak sebatas pada
pemahaman teks saja, tetapi sudah menyentuh aspek yang sama sekali sudah di
luar teks. Dari bebearapa praktik interaksi umat Islam masa awal, bisa dipahami
jika kemudian berkembang pemahaman di masyarakat tentang fadilah dan hasiat
serta keutamaan surat-surat atau ayat-ayat tertentu di dalam al-Qur‟an sebagai
obat dalam arti yang sesungguhnya, yaitu untuk menyembuhkan penyakit fisik.
Di samping beberapa fungsi tersebut, al-Qur‟an juga tidak jarang
digunakan masyarakat untuk menjadi solusi atas persoalan ekonomi, yaitu
sebagai alat untuk memudahkan datangnya rezeki.8 Sudah seringdijumpai
4Abdul Mustaqim, Living Qur‟an dalam Lintasan Sejarah Studi Al-Qur‟an, dalam
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, Sahiron Syamsuddin (Yogyakarta: TH Press, 2007),
h. 68-70 5Ibnu al-Mandū dalam Lisān al-„Arab menjelaskan bahwa ruqyah adalah jampi-jampi yang
digunakan seseorang untuk mengobati sakit seperti demam, lemas dan berbagai macam penyakit
lainnya. Ibnu Mandūr, Lisān al-„Arab, Bab raqā, dalam CD RoM Maktabah as-Syāmilah al-Isdār as-
Sāni, t.t.. 6Didi Junaedi, Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur‟an, dalam
Makalah Seminar Tahunan Qur‟an and Hadith Academic Society (UIN Jakarta: 2015), h. 7 7Tercantum dalam hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari yang berbunyi:
حدثني إبراىيم بن موسى اخبرنا ىشام عن معمرعن الزىري عن عروة عن عا ئشة رضي اهلل عنها : ان النبي صلى اهلل عليو وسلم كان ينفث على نفسو في المرض الذي مات فيو بالمعوذات فلما ثقل كنت انفث عليو بهن وامسح بيد نفسو لبركتها فسألت
نفث على يديو ثم يمسح بهما وجهو. الزىري كيف ينفث؟ قال كان ي Hadīs Riwayat Bukhārī, Sahīh a-Bukhārī, Bab al-Raqā bil Qur‟ān, dalam CD RoM
Maktabah asy-Syāmilah al-Isdār as-Sanī, t.t. 8Didi Junaedi, Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur‟an, dalam
Makalah Seminar Tahunan Qur‟an and Hadith Academic Society (UIN Jakarta: 2015), h. 3
3
banyak fenomena yang terjadi sehari-haridi masyarakat, bahwa ada surah atau
ayat tertentu di dalam al-Qur‟an yang diyakini dapat memancing hadirnya
rezeki, mendatangkan kemuliaan dan berkah bagi orang yang membacanya.
Keyakinan semacam ini, yakni membaca al-Qur‟an di waktu tertentu
pada ahirnya akan melahirkan tradisi membaca surah tertentu pula. Baik
dilakukan secara pribadi oleh individu di dalam masyarakat, atau bersama.
Dalam hal ini, yang sudah biasa memberlakukan ketentuan tersebut adalah
pesantren atau yayasan. Salah satu pesantren yang memberlakukan ketentuan
berupa ritual pembacaan surah tertentu dalam al-Quran adalah Yayasan al-
Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School yang terletak di Desa Waru Jaya
Parung Bogoryang terus melestarikan pembacaan surat al-Kahfi, al-Rahman,
dan al-Sajadah dalam kegiatan rutin para santri baik putra maupun putri.
Tradisi pembacaan sūrah al-Kahfi, al-Rahman, dan al-Sajadah ini
merupakan kegiatan harian yang dilakukan secara rutin sebelum melaksanakan
salat Jum‟at berjamaah. Surah yang dibaca dan menjadi kegiatan rutin adalah
sūrahal-Mulk, sūrah al-Fātihah, sūrah al-Quraiṣy, sūrah al-Kahfi, sūrah Yāsin,
sūrah al-Sajadah dan sūrah al-Wāqi„ah. Namun, dalam penelitian ini penulis
hanya membatasi kajian pada sūrah al-Kahfi, al-Rahman, dan al-Sajadah.
Pembacaan sūrah al-Kahfi, al-Rahman, dan al-Sajadah tersebut dilaksanakan
setiap hari sebelum melaksanakan salat Juma‟at untuk santri putra dan sebelum
salat dzuhur pada hari Jum‟at untuk santri putri dan dilaksanakan secara
berjamaah yang dipimpin oleh imam Salat.
Dalam sebuah riwayat tertulis dalam kitab Khazīnah al-Asrār, disebutkan
bahwa di dalam sūrah al-Wāqi„ah terdapat asma Allah yang agung dan memiliki
keutamaan akan mendatangkan rezeki yang banyak dan tidak akan ditimpa
kefakiran jika dibaca sebanyak 14 kali setelah salat Ashar.9 Dalam sebuah
riwayat juga disebutkan bahwa siapa saja yang membaca tiga ayat terakhir
sūrah al-Haṣyr pada pagi hari sebanyak tiga kali, maka Allah akan mengutus
70.000 (tujuh puluh ribu) malaikat dan memohonkan ampunan baginya hingga
9Sayyid Muhammad Naqi al-Nazili, Khazīnat al-Asrār (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), h. 169
4
sore hari.10
Dalam riwayat lain disebutkan juga beberapa keutamaan sûrah al-
Kahfi, diantaranya ialah akan diberikan pahala serta disinari cahaya kebaikan.11
Menurut Muhammad A„yun kegiatan rutin membaca sūrah al-Kahfi, al-
Rahman, dan al-Sajadah sudah ada dan dimulai sejak masa awal Yayasan al-
Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School berdiri (tahun 1998) setiap hari
sebelum salat Jum‟at. Kegiatan pembacaan sūrah al-Kahfi terus dilestarikan
sampai saat ini dan diikuti oleh semua santri, sūrah tersebut juga dianjurkan
dibaca sebelum tidur disamping sūrah al-Mulk.12
Berangkat dari fenomena ini, penulis tertarik untuk meneliti dan
mengkaji model dari kegiatan ini dengan judul Tradisi Pembacaan al-Qur‛an:
Surah Al-Kahfi, Al-Rahman, dan Al-Sajadah di Yayasan Al-Ashriyyah
Nurul Iman Islamic Boarding School Desa Waru Jaya Parung Bogor.
Karena kegiatan rutin ini telah berlangsung dari awal berdirinya Yayasan al-
Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School dan sampai saat ini masih
dilakukan secara rutin oleh semua santri. Bagi penulis, fenomena ini menarik
untuk dikaji dan diteliti sebagai model alternatif bagi suatu komunitas sosial dan
lembaga pendidikan untuk selalu berinteraksi dan bergaul dengan al-Qur‟an.
Karena dari penelitian penulis di Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic
Boarding School pembacaan sūrah al-Kahfi ini dipercaya bisa mendapatkan
10
Tercantum dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi nomor 2222 yang berbunyi:
ث نا خالد بن طهمان أبو العالء الخف حدثنا محمود ب ث نا أبو أحمد الزب يري، قال: حد ثني ناف بن ن غيالن، قال: حد ا قال: حدقال: من قال حين يصبح ثالث مرات: أعوذ باللو السمي العليم أبي ناف ، عن معقل بن يسار، عن النبي صلى اللو عليو وسلم،
إن مات يصلون عليو حتى يمسي، و من الشيطان الرجيم وق رأ ثالث آيات من آخر سورة الحشر وكل اللو بو سبعين ألف ملك .ىذا حديث غريب، ال ن عرفو إال من ىذا الوجو .في ذلك الي وم مات شهيدا، ومن قالها حين يمسي كان بتلك المنزلة
Hadīs riwayat Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzī Bassyār, Bab 22, Juz 5, dalam CD RoM
Maktabah asy-Syāmilah al-Isdâr as-Sânî, t.t. 11
Tercantum dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Baihaki yang berbunyi:
يم راني، نا ن ع أخب رنا أبو عبد اللو الحافظ، أنا أبو بكر محمد بن المؤمل، نا الفضل بن محمد الشع ، أن النبي صلى بن حماد، نا ىشيم، نا أبو ىاشم، عن أبي مجلز، عن ق يس بن عباد، عن أبي سعيد الخدري
«من النور ما ب ين الجمعت ين من ق رأ سورة الكهف في ي وم الجمعة أضاء لو »اهلل عليو وسلم قال: Hâdis riwayat Baihaqî, Sunan al-Shoghîr al-Baihaqî, (Pakistan: Jâmi‟ah Dâr al-Islâmiyah,
1989), h. 233, Jûz 1. 12
Wawancara dengan Muhammad A„yun, Alumni Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic
Boarding School, via telpon, tanggal 25 Januari 2016 02:48 pm
5
ampunan atas segala dosa-dosanya oleh Allah, sūrah ini juga dipercaya bisa
melindungi pembacanya dari gangguan Jin, merupakan obat dari berbagai
macam penyakit, dan senantiasa mendapatkan penjagaan dari Allah serta
dipercaya dapat memaqbulkan doa-doa pembacanya.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka penulis akan membuat
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tradisi pembacaan sūrah al-Kahfi, al-Rahman, dan al-Sajadah di
Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School Bogor?
2. Apa makna tradisi pembacaan sūrah al-Kahfi, al-Rahman, dan al-Sajadah di
Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School Bogor bagi para
pelaku yang mengikuti?
C. TujuanPenelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan menjelaskan bagaimana tradisi pembacaan sūrah al-Kahfi,
al-Rahman, dan al-Sajadah di Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic
Boarding School Bogor
2. Mengetahui makna tradisi pembacaan sūrah al-Kahfi, al-Rahman, dan al-
Sajadah bagi para pelaku tradisi yang mengikuti, yaitu para santri dan
pengurus Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School Bogor
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini secara garis besar adalah sebagai
berikut:
1. Dari aspek akademik, penelitian ini diharapkan akan menambah bahan
pustaka diskursus kajian living Qur‟an hususnya di UIN Jakarta sehingga
diharapkan bisa berguna terutama bagi yang menfokuskan pada kajian sosio-
kultural masyarakat Muslim dalam memperlakukan, memanfaatkan atau
menggunakan al-Qur‟an.
2. Secara praktis, penelitian ini juga dimaksudkan untuk membantu
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berinteraksi dengan al-Qur‟an.
Khususnya bagi para santri Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic
6
Boarding School agar semakin menumbuhkan rasa cinta terhadap al-Qur‟an
dengan memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan.
E. Metode Penelitian
Hal yang paling penting dalam melakukan penelitian adalah metodologi.
Karena metodologi penelitian merupakan prinsip umum yang akan memandu
berjalannya sebuah penelitian.13
Disamping itu metode penelitian adalah cara
yang digunakan untuk mencari pengertian yang mendalam tentang suatu gejala,
fakta atau realita14
dan membuat analisa dengan maksud agar penelitian dan
kesimpulan yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun
metode yang digunakan pada penulisan adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Dilihat dari bentuknya, jenis penelitian15
ini adalah penelitian kualitatif,
yaitu penelitian yang diarahkan untuk membangun gejala-gejala, fakta-fakta
atau kejadian yang sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau
daerah tertentu. Penggunaan metode kualitatif dalam penelitian ini karena
berdasarkan fokus rencana penelitian menuntut untuk melakukan pengkajian
baik secara menyeluruh atau terfokus untuk memperoleh data yang lengkap
dan rinci tentang subjek yang akan diteliti.16
Adapun dilihat dari tempatnya,
jenis penelitian yang digunakan ini adalah penelitian lapangan (field
research) dan didukung juga oleh kepustakaan.17
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang penulis gunakan
adalah sebagian pengurus dan mahasiswa semester VI Yayasan Al-
Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School. Subjek penelitian ini
13
Catherin Dawson, Metode Penelitian Praktis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 24. 14
Septiawan Santana K, Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif(Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2007), h. 49 15
Secara umum penelitian diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu penelitian kuantitatif
dan penelitian kualitatif. Lihat Saefuddin Anwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ofset, 1996), h.. 15 16
Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: SIC, 2001), h. 43 17
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,
2007), cet. 23, h. 26
7
juga sekaligus sebagai sumber data, dan bila dirasa perlu data pendukung
penulis akan melacak data atau informasi kepada para alumni.
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian
ini adalah:
a. Metode Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya
jawab dengan pihak terkait yang dikerjakan secara sistematis dan
berlandaskan kepada tujuan peneliti.18
Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode wawancara etnografi yaitu wawancara yang
menggambarkan sebuah percakapan persahabatan. Metode ini
memungkinkan seorang peneliti mewawancarai orang tanpa kesadaran
orang-orang itu dengan cara sekedar melakukan percakapan biasa, akan
tetapi memasukkan beberapa pertanyaan di dalamnya.19
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis, gambar maupun eletronik.20
Metode ini digunakan
untuk memperoleh pengetahuan dan informasi yang dekat dengan gejala
yang akan dipelajari, yaitu tujuan tradisi pembacaan sūrah al-Haṣyr di
Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman Bogor dalam berinteraksi dengan al-
Qur‟an.
Dari metode pengumpulan data diatas, maka data yang diperoleh
adalah berupa data primer dan data skunder.21
1) Data primer
18
Marzuki, Metodologi Riset (Yogyakarta: BPFE, 1998), h. 62 19
James P. Spradley, Metode Etnografi, terj. Misbah Zulfa Elizabeth, h. 85 20
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 221. 21
Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h.
132
8
Data primer adalah data pokok dalam penelitian ini. Yang
termasuk data primer dalam penelitian ini adalah yang diperoleh dari hasil
observasi dan hasil interview.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang bukan
asli memuat informasi atau data tersebut. Data sekunder diperoleh lewat
pihak-pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek
penelitian.22
4. Analisis Data
Metode analisis data yang akan digunakan penulis untuk
menganalisa informasi-informasi mengenai pembacaan al-Qur‟an surah
al-Kahfi, ar-Rahman dan as-Sajadah di Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman
adalah analisis deskripsi-analisis. Analisis deskripsi adalah menganalisis
data yang telah dideskripsikan dengan cara membangun tipologi.
Kaitannya dengan penelitian ini adalah, penulis akan memaparkan data
yang telah diperoleh dari hasil wawancara saat di lapangan yaitu dengan
mengklasifikasi objek penelitian yang meliputi siapa saja yang melakukan
dan mengikuti tradisi pembacaan al-Qur‟an sūrah al-Haṣyr sebagai
kegiatan rutin santri Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding
School.
Adapun analisis eksplanasi adalah analisis yang digunakan untuk
mencari alasan dan motif serta apa yang melatarbelakangi adanya tradisi
pembacaan al-Qur‟an tersebut di Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman.
Berikutnya adalah maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan
rutin santri pembacaan al-Qur‟an surat al-Hasyr tersebut.
F. Tinjauan Pustaka
Untuk mendukung kepustakaan dalam penelitian ini penulis
mengambil beberapa karya tulis yang membahas tema yang sama atau
memiliki kemiripan dengan penelitian yang dibahas oleh penulis. Diantaranya
penulis mendapatkan skripsi yang ditulis:
22
Syaifuddin Anwar, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 91
9
Pertama, Ahmad Zainal Musthofah denganmengangkat judul “Tradisi
Pembacaan al-Qur‟an Surat-surat Pilihan (Kajian Living Qur‟an di PP.
Manba‟ul Hikam, Sidoarjo)”. Dalamskripsi tersebut, penulis membahas
tentang tradisi/amalan pembacaan surah-surah pilihan yaitu surat al-Waqi‟ah,
surat Yaasin, dan surat al-Kahfi. Dalam penelitian ini penulis menitikberatkan
pada maknapraktik pembacaan al-Qur‟an surah-surah pilihan bagi para
pelaku.Makna dari pembacaan tersebut berdasar pada teori sosiologi
pengetahuan Karl Mannheim, yakni makna obyektif sebagai kewajiban yang
telah ditetapkan, makna ekspresif yang berbentuk pembelajaran,fadilah dan
keutamaan, sedangkan makna documenter sebagai satu kebudayaan yang
menyeluruh. Adapun fungsi dari pembacaan tersebut jika merujuk pada teori
fungsionalisme sosial Durkheim,maka menunjukkan makna solidaritas sosial
baik solidaritas sosialorganik maupun solidaritas sosial mekanik.23
Peneliti menjadikan skripsi tersebut sebagai penelitian yangrelevan
karena dalam pembahasan sama-sama menyangkut tema tentang living
Qur‟an hanya saja kajian skripsi ini di Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman,
sedangkan skripsi Ahmad Zainal Musthofah di PP.Manbaul Hikam, Sidoarjo.
Kedua, skripsi yang ditulis oleh Sholichin dengan mengangkat judul
“Istighosah (Makna Istighosah Menurut Pondok Pesantren Thoriqul Huda
Cekok Babadan Ponorogo)”.Penulis skripsi tersebut membahas tentang
dalil,penerapan dan makna istighosah di Ponpes Thoriqul Huda dengan
penemuan tiga poin permasalahan utama yaitu; (1) Dalil yang digunakan
adalah ayat al-Qur‟an surah asy-Syu‟aro‟ ayat 30 dan surah al-Ma‟idah ayat
35.(2) Penerapannya adalah dengan membaca tawassul, asma‟ al-husna,
istighfar, dzikir-dzikir pilihan dan do‟a. (3) Makna istighosah menurut warga
Pondok Pesantren Thoriqul Hudaadalah pendekatan diri, pembentuk
kepribadian dan ta‟awun (tolong menolong).24
Ketiga, judul Buku karya Ibrahim Eldeeb dengan judul "Be A Living
Qur'an Petunjuk Praktis Penerapan Ayat-Ayat Al Qur'an dalam Kehidupan
23
Ahmad Zainal Musthofah,” Tradisi Pembacaan al-Qur‟an Surat-suratPilihan ( Kajian
Living Qur‟an di PP. Manbaul Hikam, Sidoarjo).” Skripsi FakultasUshuluddin dan Pemikiran Islam
(Yogyakarta: 2015). 24
Sholichin,”Istighosah (Makna Istighosah Menurut Pondok PesantrenThoriqul Huda Cekok
Babadan Ponorgo)”, Skripsi Jurusan Ushuluddin, (Ponorogo:2013).
10
Sehari-Hari" Buku ini merupakan buku terjemah dari bukuyang ditulis
dengan judul aslinya "Mayru'yuk Al-Khas Ma'a Al Qur'an"yang berisi
langkah-langkah maupun petunjuk yang mudah dilakukan oleh umat Islam
untuk semakin cinta terhadap Al Qur'an sebagai satu-satunya kitab yang tidak
ada yang menandinginya atas kebenaran yang terdapat didalamnya. Buku ini
tidak hanya membahas Living Qur'an dalam tataran terminologi, tetapi lebih
pada bentuk konkret yang ada di masyarakat muslim, seperti anjuran
membaca al-Qur'an dan menghafal al-Qur'an. Selain itu, buku ini juga
membahas ilmu-ilmu Al-Qur'an seperti Nasikh, Mansukh, Muhkam,
Mutasyabih, Asbabun nuzul dan semacamnya.25
Keempat, Skripsi Mohammad Ali Wasi' mengangkat judul "Fenomena
pembacaaan Al Qur‟an dalam Masyarakat (Studi fenomenologis atas
masyarakat Kampung Srumbung, Kelurahan Segoroyoso, Kabupaten Bantul,
Yogyakarta). Dalam Skripsi tersebut membahas tentang Al Qur'an dijadikan
sebagai obat untuk mengobati penyakit tertentu. Kemudian dalam skripsi
tersebut terdapat dua factor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat dengan semangat Al Qur‟an yaitu:
1. Faktor internal yakni memiliki hubungan dengan
kepribadianyangkuat dalam sikap keberagaman masyarakat
Srumbung.
2. Faktor eksternalnya adalah yang memiliki hubungan social
kemasyarakatan.26
Kelima, Skripsi yang berjudul “Peringatan Tradisi Maulid Nabi
Muhammad SAW serta Pembacaan Kitab Al-Barzanji di Desa Pegandon
Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal”.Karya Noor Aula Kamaluddin
Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang FakultasUshuluddin Jurusan Aqidah
Filsafat.Dalam Skripsi ini menjelaskanmengenai Persoalan hukum mengenai
peringatan tradisi Maulid Nabisertapembacaan kitab Al-Barzanji pada
dasarnya adalah persoalankhilafiyah. Meskipun demikian, bahwa dalam
25
Ibrahim Eldeeb, Be A Living Qur'an "Petunjuk Praktis Penerapan Ayatayat Al
Qur'andalam Kehidupan Sehari-hari", (Jakarta: Lentera Hati, 2009) cet. I, p.127-30. 26
Moh Ali Wasi', "Fenomena pembacaaan Al Qur‟an dalam masyarakat (Studi
fenomenologis atas masyarakat pedukuhan Srumbung, Kelurahan Segoroyoso, Pleret, Bantul)”,
Skripsi Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir UIN SUKA, (Yogyakarta: 2010).
11
dimensi penerimaantradisimaulid nabi serta pembacaan kitab Al-Barzanji
banyak aspekyang menyertainya,seperti aspek teologi, tradisi,kultur,
bahkanpolitik.27
G. Sistematika Penulisan
Penelitian yang berjudul “Living Qur‟an di Pesantren: (Tradisi
Pembacaan Sūrah al-Kahfi, al-Rahman, dan al-Sajadah di Yayasan Al-
Ashriyyah Nurul Iman Bogor)” ini penyusun membaginya ke dalam bab dan
dalam tiap bab tersebut terdapat sub bab yang akan diuraikan secara naratif
mulai dari bab pertama hingga bab kelima, yaitu:
Bab pertama berisi pendahuluan sebagai gambaran umum penelitian
yang dilakukan oleh penulis.Bab ini terdiri dari latar belakang masalah yang
memuat tema kajian yang akan diteliti. Rumusan masalah merupakan penegasan
terhadap apa yang terkandung dalam latar belakang masalah. Tujuan dan
kegunaan penelitian yang diharapkan terhadap tercapainya penelitian ini.
Metode penelitian merupakan penjelasan langkah-langkah yang akan ditempuh
dalam mengumpulkan dan menganalisis data dan berisi jenis penelitian, sumber
data, teknik pengumpulan data dan analisis data. Tinjauan pustaka sebagai
penelusuran terhadap literatur yang telah ada sebelumnya. Terahiradalah
sistematika penulisan sebagai upaya memudahkan penelitian sekaligus
penulisan.
Bab kedua berisi tentang gambaran umum tentang Yayasan al-Ashriyyah
Nurul Iman, kondisi sosial masyarakat sekitar, keadaan santri dan aktivitas
santri,Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman. Pemaparan tersebut dilakukan dengan
alasan untuk lebih mengenal Yayasan dan bagaimana kondisi sosial masyarakat
sekitar.
Bab ketiga berisi tentang pembacaan dan pengajaran al-Qur‟an di pondok
pesantren di Indonesia berikut pengajaran dan pembacaan al-Qur‟an di Yayasan
al-Ashriyyah Nurul Iman. Pemaparan dalam bab ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui bagaimana pengajaran al-Qur‟an di pondok pesantren di
Indonesia hususnya di Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman.
27
Noor Aula Kamaluddin, “Peringatan Tradisi Maulid Nabi Muhammad sawserta Pembacaan
Kitab al-Barzanji di Desa Pegandon Kecamatan PegandonKabupaten Kendal”, Skripsi, Jurusan
Aqidah Filsafat IAIN Walisongo, (Semarang: 2008).
12
Bab keempat berisi tentang deskripsi dan asal mula pembacaan al-Qur‟an
sūrah al-Kahfi, ar-Rahman, dan as-Sajadah, pola bacaan sūrah al-Kahfi, ar-
Rahman, dan as-Sajadah, waktu dan prosesi pembacaan surah al-Kahfi, ar-
Rahman, dan as-Sajadah, serta motivasi pembacaan al-Qur‟an surah al-Kahfi, ar-
Rahman, dan as-Sajadah di Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman. Bab ini
merupakan ide pokok skripsi. Karena dalam bab ini data akan diolah kemudian
dibahas atau dikaji masalah yang berkaitan dengan tradisi pembacaan sūrah al-
Kahfi, ar-Rahman, dan as-Sajadah di Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman.
Bab kelima penutup yang merupakan bagian ahir dari penelitian living
Qur‟an ini yang di dalamnya memuat kesimpulan dan saran-saran yang
diharapkan dapat menjadi perhatian untuk penulis penelitian selanjutnya.
13
BAB II
YAYASAN AL-ASHRIYYAH NURUL IMAN: GAMBARAN UMUM
A. Profil Yayasan
1. Letak
Yayasan Al-Asyriyyah Nurul Iman Parung terletak di Jl. Nurul Iman No.
01 Rt. 001 Rw. 001. Desa Warujaya, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat 16330. Telp.088210864720 / Fax. (0251) 8542878
www.nuruliman.or.id
2. Visi
Menciptakan tatanan sosial yang baik dengan upaya penyelenggaraan
pendidikan bebas biaya yang berkualitas.
3. Misi
Melahirkan kader muda yang kredibel, berdedikasi tinggi dan siap
menghadapi segala tantangan zaman dengan pembekalan keilmuan agama dan
umum yang disempurnakan dengan life skill dan dilandasi kualitas spiritual yang
baik.
A. Biografi Pendiri Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman28
Habib Saggaf lahir di Dompu, Nusa Tenggara Barat dari pasangan,
Habib Mahdi bin Idrus bin Syekh Abu Bakar bin Salim dengan Syarifah Balqis
binti Hasan bin Solah bin Salim Al Idrus hari rabu, 15 Agustus 1945, dua hari
menjelang kemerdekaan Republik Indonesia dan sebagai anak sulung dari
sebelas bersaudara.
Ia mulai memasuki jenjang pendidikan di Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah Pertama di tanah kelahirannya. Di dalam masa sekolahnya dia
dikenal sebagai anak cerdas serta selalu mendapatkan nilai tertinggi di kelasnya.
Hal ini pun terlihat dari banyaknya teman beliau yang sengaja datang ke
rumahnya untuk minta diajarkan.
Suatu ketika tengah tertidur di pangkuan ibunya, beliau bermimpi langit
bolong (terbelah) dan muncul suara memanggil – manggil namanya. Ketika ia
terbangun, diceritakan kejadian dalam mimpi itu kepada Ibuanya. Serentak sang
28
Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abu Bakar bin Salim.
14
Ibu menjawab “kau akan pergi jauh”. Sore itu juga beliau dikabarkan akan
berangkat ke Malang diantar Habib Abu Bakar Al Mukhdor, seorang pedagang
kuda yang juga teman dekat Habib Mahdi yang bermukim di Situbondo.
Gaya hidupnya yang serba berkecukupan berubah total ketika mulai
menapakkan kakinya untuk menuntut ilmu Allah pada Guru besar Pondok
Pesantren Darul Hadist, Al Habib Abdul Qadir Bil Fagih di Malang selama 13
tahun. Pada masa pembelajarannya dia sagatlah rajin dan perihatin, setiap hari
beliau menyapu dan membersihkan lingkungan pondok. Waktunya tak pernah
beliau lalui kecuali hanya untuk ilmu. Karena kesungguhannya dalam belajar,
hanya dalam waktu dua tahun delapan bulan dia sudah diangkat mengajar fikih,
nahwu, hadits, bahasa Arab dan cabang ilmu lainnya serta menjadi pengajar
paling disukai karena kelebihannya dalam public speaking hingga banyak santri
yang tidak ingin melewatkan mata pelajaran yang beliau ajarkan.
Setelah lulus di Pesantren Darul Hadits beliau pergi ke Timur Tengah,
berguru pada Syekh Muhammad Balqaid di Aljazair selama 9 bulan. Di Bahrain
selama 6 bulan. Selanjutnya beliau berguru kepada Syekh Nadimul „Ash di
Baghdad, Irak selama 9 bulan dan i‟tikaf di masjidil Haram, Mekkah kepada
Syekh Ahmad Assaggaf selama 5 tahun.29
Menurut cerita salah satu pengurus Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman
Habi Saggaf bermimpi bahwa Rasulullah memintanya untuk ke Indonesia
karena di sanalah ada barakat. Ia kemudian mendirikan Pondok Pesantren Ar-
Rahman di Dompu. Setelah itu, beliau mendirikan juga Pondok Pesantren
internasional Nurul Ulum di Kali Mas Madya, Surabaya. Pondok Pesantren
Nurul Ulum banyak menerima murid dari Singapura, Malaysia, Brunei
Darussalam, dan Afrika. Sejak saat itu, undangan ceramah banyak datang dari
negara tetangga. Ratusan ribu jama‟ah selalu memadati majelis beliau baik di
Singapura maupun negara lainnya.30
Kesempurnaan ilmunya di semua bidang, menuntutnya untuk
mengeluarkan fatwa tentang permasalahan agama yang terkini, dan salah satu
fatwanya adalah berkenaan ginjal dan Beliau menjadi orang pertama yang
29
Diambil dari hasli observasi lapangan pada tanggal 2 April 2019 03:00 WIB 30
Wawancara dengan Ustadz Ali Mutakin bagian Akaademik I STAI Nurul Iman, pada tanggal
7 April 2019
15
menfatwakan bahwa organ tubuh manusia boleh di transfer ke orang lain, sedang
banyak ulama termasuk mufti singapura yang tidak sepakat dengan
pandangannya pada saat itu, sehingga masalah merambat kepada lembaga
pendidikannya yang lantas ditutup serta membatasinya pemerintah singapura
kepada dakwah beliau.
Akhirnya tahun 1980 an ia memutuskan untuk membuka Majlis Ta‟lim
di Bintaro, Jakarta tepatnya di masjid agung bintaro. Jamaahnya mencapai
ribuan orang bahkan sampai memenuhi hingga keluar masjid. Namun tahun
1998 Negara Indonesia mengalami krisis ekonomi, berbagai konplik pun mulai
muncul di Jakarta sehingga hal ini berdampak juga dengan keadaan keamanan di
bintaro. Akhirnya 14 Mei 1998 Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abu Bakar
bin Salim beserta Istri tercinta Umi Waheeda memutuskan untuk tinggal di
Parung Bogor, dan mulai merintis untuk mendirikan Pondok Pesantren Al
ashriyyah Nurul Iman.
Habib Saggaf wafat pada hari Jumat, 12 November 2010 bertepatan 05
Dzul Hijjah 1430 H. Meninggalkan sejuta jejak indah untuk diteladani oleh para
santri dan kini estafet kepemimpinan Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman
berada di tangan sang istri tercinta, Umi Waheeda binti Abdul Rahman, S.Psi,
M.Si, bersama tujuh anaknya.
B. Biografi Umi Waheeda binti Abdul Rahman
Umi Waheeda lahir di Singapura, 14 Januari 1968 dari pasangan Ibu
Safinah binti Abdurrahman dan Bapak Abdurrahman bin Adnan. Beliau memiliki
darah Banyumas-Ponorogo dari garis ibu dan melayu dari ayahnya dan
merupakan putri pertama dari 4 bersaudara yaitu: 1). Waheeda binti Abdul
Rahman 2). Zakhina binti Abdul Rahman 3). Umar bin Abdul Rahman dan 4).
Sai bin Abdul Rahman.
Umi dibesarkan di Queens Town dan hidup di lingkungan modern serba
ada. Meski demikian, anak pertama dari keempat bersaudara ini selalu memegang
teguh prinsip hidupnya bahwa ia selalu “do the best and be the best”. Masa kecil
beliau dihabiskan bersama keluarga dan adik-adiknya yang selalu
memprioritaskan pendidikan di atas segala-galanya. Umi kecil merupakan anak
yang berprestasi dan berbakat hampir disemua mata pelajaran terutama dalam
16
bidang olahraga dan bahasa inggris. Tak terhitung piala yang ia persembahkan
bagi kedua orang tuanya sebab umi pun beberapa kali sukses menjuarai
olimpiade fisika, tari melayu serta cabang olahraga lari.
Setamatnya dari Anglo Chinese Junior dan Secondary School, Umi
melanjutkan studi di Cresent Girl School, mengambil jurusan sastra Inggris
dengan O level Cambridge. Di tempat ini prestasi umi semakin meningkat
terlebih ditunjang kemampuan bahasa Inggris yang baik.
Setelah tiga tahun menghabiskan masa remajanya di college, Umi
memutuskan untuk menuntut ilmu agama dan nyantri di Indonesia, tepatnya di
Darul Ulum International School di Surabaya. Selama berguru bersama As-Syekh
Habib Saggaf, Umi telah mempelajari berbagai macam ilmu agama dan sukses
melakukan transliterasi beberapa kitab kuning ke dalam bahasa inggris. Dalam
perjalanan selanjutnya Umi mulai menghafal al-Qur‟an dan tidak lama kemudian
beliau memutuskan untuk menikah dengan Abah pada tanggal 5 Mei 1988 di
Singapura.31
C. Program Pengembangan
Seperti layaknya lembaga pendidikan lainnya, pesantren ini juga
memiliki program pengembangan untuk masa datang baik dalam bidang
pendidikan maupun dalam pengembangan bangunan di lingkungan Pondok
Pesantren. Untuk pendidikan, pesantren ini memiliki program untuk
mewujudkan SDM yang berkualitas tinggi dalam keimanan dan ketakwaan,
menguasai IPTEK yang menjadi tumpangan hidup didunia, oleh sebab itu
diadakannya kursusu-kursus di luar pendidikan formal dalam pembelajaran
keseharian para santri seperti diadakannya kursus bahasa, kursus komputer,
kursus menjahit, pelatihan pertanian, pemanfaatan sampah-sampah menjadi
bahan bangunan, peternakan ikan dan lain-lain.
Para santri dituntut untuk mampu menguasai minimal empat bahasa yaitu
bahasa arab, inggeris dan mandarin untuk bekal panduan pelepasan mereka
kelak. Dengan modal awal seperti inilah yang terektur pada dirimereka agar
mampu memproyeksikan ilmu dunia dan ilmu akhirat, serta mampu
mengaktualisasikannya dalam masyarakat dengan menyiapkan calon pemimpin
31
Diambil dari hasil observasi lapangan pada tanggal 2 April 2019 03:00 WIB
17
masa depan yang menguasai IPTEK, mempunyai daya juang tinggi, kreatif,
inofatif dan tetap di landasan iman dan takwa yang kuat, karena itu yayasan
berusahamengembangkan kreatifitas serta meningkatkan pengetahuan dan
profesional tenaga kependidikan sesuai perkembangan dunia pendidikan yang
menjadikan Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman sebagai pondok percontohan di
seluruh indonesia dalam pengembangan pengajaran IPTEK dan IMTAK
bagipendidikan lembaga lainnya.
Untuk program pengembangan pembangunan, pesantren ini memiliki
program untuk menambah asrama untuk anak-anak tinggal, karena anak- anak
tidur di masjid dan tempat-tempat yang terbuka baik anak laki -laki maupun
perempuan mengingat belum cukupnya asrama-asrama sebagai tempat yang
layak untuk tempat tinggal.
Di samping itu karena pendidikan ini pendidikan padat karya, Dia (Al
Syekh Habib Saggaf bin Mahdi) mendidik anak-anak untuk belajar cara membuat
roti, tahu, tempe, kecap, sabun dan tata cara jahit-menjahit. Dia sangat
membutuhkan sarana-sarana yang memudahkan terlaksananya pendidikan
tersebut.32
D. Kepesantrenan
Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman telah melakukan penyelarasan dan
modernisasi diberbagai sektor. Namun pembaharuan tersebut tetap tidak
meninggalkan praktik pengajaran lama (tradisional) yang masih relevan.Karena,
bila dilihat dari sistem pembelajaran dan interaksi antara guru dan murid, pola
pembelajaran pesantren sudah mencapai taraf modern.Namun, sayangnya tolak
ukur kemajuan seringkali hanya dilihat dari bidang sains dan teknologi
belaka.Oleh karena itu, Abah dan Umi (pendiri dan pimpinan) pesantren
melakukan konfigurasi sistemik dan kultural antara metode tradisional dengan
metode konvensional modern.
Dalam praktiknya, Al-Ashriyyah Nurul Iman masih tetap berpegang
teguh pada nilai-nilai Islami dan kesederhanaan yang proporsional. Karena,
sejatinya pesantren mempunyai prinsip yang sudah lama mengakar kuat, yaitu:
“al-muhafadzah „ala qadim as-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah”, yaitu
32
H.M. Suparta, “Manajemen Ekonomi Pondok Pesantren:Studi PP Al-Ashriyyah Nurul Iman
Parung,” Majalah Hikmah, Vol. XI, No 2, 2015, h. 67.
18
tetap memegang tradisi lama yang positif dan mengimbanginya dengan
mengambil hal-hal baru yang positif pula. Sehingga dinamika sekaligus
problematika yang muncul kemudian dapat seirama dengan watak asli kultur
pesantren yang khas.
Secara garis besar, management system Al Ashriyyah Nurul Iman dibagi
dalam tiga bidang, yaitu: bidang kepesantrenan, bidang pendidikan, dan bidang
wirausaha. Semuanya itu mempunyai tugas pokok dan fungsi masing-masing,
namun tetap merupakan satu kesatuan.
Bidang kepesantrenan mempunyai tupoksi untuk mengurus kegiatan
santri di asrama dan semua fasilitas yang digunakan sebagai sarana tempat
tinggal santri. Di dalamnya tercipta sebuah integrasi dari rangkaian sosialisasi
dan interaksi antara santri dengan lingkungannya sebagai proses asuh berjalan,
melatih kemandirian, kedisiplinan, dan lain-lain. Selain itu, santri yang telah
memasuki tahap dewasa diserahkan tanggungjawab untuk membimbing adik-
adik kelasnya sebagai pengayom dan panutan yang akan membangun mental
positif santri, demi memupuk karakter dan akhlaqul karimah.33
E. Kondisi Sosial Masyarakat Sekitar
Yayasan al-Ashriyyah Nurul Iman berada di kawasan pedesaan dengan
penduduk mayoritas mata pencahariannya mengandalkan penjualan daun melinjo
dan ikan tawar pada saat itu. Keberadaan yayasan ini sangat membantu anak-anak
sekitar untuk mengikuti kegiatan belajar karena tidak harus mengeluarkan biaya
pendidikan. Hal ini yang memberikan keringanan pada setiap warga desa.Saat ini
sebagian warga di sekitar Yayasan banyak yang membuka warung.
Seperti yang disampaikan oleh Ibu Sumiati, salah satu warga sekitar
Pesantren yang tinggal jauh sebelum Pesantren Nurul Iman berdiri:
“Dulu sebelum ada Pesantren ini, tempat itu merupakan ladang yang
sangat luas, ada beberapa warga keturunan Tionghoa yang tinggal di
pojokan Pesantren itu tapi sudah meninggal, tapi saat ini sudah nggak ada
lagi orang Tionghoa di sekitar sini. Biasanya sebagian warga sekitar untuk
mencari penghidupan dengan berjualan daun melinjo atau beternak ikan
tawar kemudian di jual tapi ya ngga seberapa. Kalau sekarang banyak
33
Irfan Nurfalah, “Pusat Kepesantrenan”, diakses dari http://nuruliman.or.id/pusatkepesantrenan/,
pada tanggal 2 April 2019 11:00 WIB.
19
yang merantau kaya ke Jakarta misalnya gitu. Yang tinggal disini juga
sudah banyak yang jualan.34
”
Diungkapkan juga oleh Ibu Nurul yang rumahnya bersebelahan dengan
Pesantren, beliau berkata bahwa ketika Pesantren ini berdiri keadaan warga jadi
semakin baik, setiap minggu Habib Saggaf bin Mahdi, pendiri Pesantren selalu
mengundang warga sekitar untuk menghadiri pengajian atau majlis ta‟lim yang
dipimpin langsung oleh Habib Saggaf, namun sepeninggal dia kebiasaan tersebut
sudah tidak ada lagi.
“Sebelum Habib meninggal, setiap minggu semua warga apalagi ibu-ibu di
sekitar Pesantren ini berkumpul di Masjid santri putra untuk
mendengarkan ceramahnya, dulu sebagian warga yang kurang baik
menjadi berubah dengan sering mengikuti kajian beliau. Beliau sangat
sholeh dan baik. Di Pesantren ini pas Habib Saggaf masih ada banyak
anak-anak warga yang mondok, tapi pas beliau ngga ada sudah sangat
sedikit anak-anak warga sekitar yang mondok disini banyakan dari kota-
kota kaya Jakarta, Tangerang, Bekasi dll. Terus sudah ngga ada majlis
ta‟lim lagi sekarang.35
”
F. Kegiatan Santri
Salah satu fungsi Pesantren diantaranya adalah untuk mencetak generasi
teladan, berilmu dan berahlak mulia ketika kelak sudah hidup bermasyarakat.
Untuk itu Pesantren menyusun kegiatan-kegiatan yang akan membentuk para
santri menjadi pribadi yang dewasa, mandiri, berilmu, dan menguasai berbagai
macam ilmu. Seperti kajian kitab kuning misalnya yang sudah mencari ciri has
sebuah Pesantren.
Tidak jauh berbeda dengan Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman yang
sudah memiliki agenda harian tersendiri yang telah diwajibkan oleh Pesantren.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Khairunnisa bahwa:
“Kalau untuk kegiatan secara umum si sama seperti Pesantren-pesantren
lain. Kegiatan kita dari pengasuh Pesantren itu yakni dari Abah, kita kan
memanggil beliau itu Abah ya, namun karena beliau sudah wafat maka
semua yang menghandle semua integrasi di Pesantren itu Umi, istri
beliau. Mulai kita dari bangun tidur jam empat, ngga boleh bangun
kurang dari jam empat. Kenapa, karena ditakutkan nanti kita belajarnya
ngantuk gitu. Misalnya ada santri yang mau bangun jam dua atau jam
34
Wawancara dengan Ibu Sumiati, di Parung, Bogor pada tanggal 1 April 2019 pukul 08:00
WIB. 35
Wawancara dengan Ibu Nurul, di rumahnya Parung, Bogor pada tanggal 1 April 2019 09:00
WIB.
20
tiga itu tidak diperbolehkan karena Abah sendiri kita itu wajibnya belajar
bukan salat Tahajjud karena hanya sunnah saja. Jadi jam empat kita
bangun terus salat Subuh berjamaah, setelah salat Subuh kita bersama-
sama membaca doa fajar, kemudian membaca Yaa Hayyu Yaa Qayyum
empat puluh kali, dan asmaul husna, lalu wirid biasa yang agak panjang
kemudian membaca surah pilihan yang berbeda-beda setiap harinya. Itu
selalu dibaca setiap hari di waktu Subuh. Biasanya kita selesai semuanya
jam enam kurang seperempat, dilanjut kita makan pagi terus kita ta‟lim
jam tujuh semua masuk kelas dan pulang jam dua belas kurang
seperempat. Setelah itu kita bersiap wudlu untuk salat Dzuhur dan wirid
yang agak panjang juga hingga jam satu. Kemudian semua santri makan
siang. Nah setelah makan siang ini sebagian kita ada yang mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler gitu sampai jam dua kita sekolah lagi setengah
empat sore kemudian persiapan salat Asar, wirid sampai jam lima. Disitu
kan ada waktu satu jam sebelum Maghrib ya, kalau dari kami Mahasiswi
itu ada kusrsus. Ada bermacam-macam kegiatan kursus, diantaranya
bidang bahasa, bidang jasa, tata boga dll. Lalu seperti biasa kita salat
Maghrib, wirid, baca Yaasin terus dilanjut salat Isya‟ biasanya kita
selesai sampai jam delapan lewat seperempat, baru kita makan malam
dan pas jam sembilan tepat itu kita sudah harus tidur. Karena kalau
tidurnya lambat dihawatirkan kita besoknya pas kegiatan itu ngantuk dan
tertidur.36
”
Begitupu dengan M. Rifki Abdillah yang mengatakan bahwasanya
kegiatan harian santri putra tidak jauh berbeda dengan santri putri mulai dari
bangun tidur sampai tidur lagi:
“Secara umum kegiatan santri putra ya tidak jauh berbeda dengan
kegiatan santri putri. Kita bangun kurang lebih jam empat lalu salat
Subuh, wiridan setelah itu kita sekolah masing-masing kira-kira dari jam
tujuh sampai jam sebelas kemudian bersiap untuk salat Dzuhur, setelah
itu makan siang dilanjutkan dengan ta‟lim diniyah sampai kira-kira
setengah empat lanjut salat Asar. Diantara salat Asar dan salat Maghrib
itu kita istrahat, ada beberapa orang yang ekskul ada juga yang istrahat
seperti biasa, setelah itu kita lanjut salat Maghrib sampai Isya‟ diantara
Maghrib dan Isya‟ itu kita ada pembacaan surah Yaasin bersama serta
bimbingan membaca al-Qur‟an atau yang sering kita sebut dengan BMQ.
Setelah salat Isya‟ kita makan malam kemudian tidur, setiap hari seperti
itu.37
”
Pada umumnya kegiatan-kegiatan di Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman
tidak jauh berbeda dengan Pesantren lain, namun disini penulis menemukan
bahwa di Pesantren Nurul Iman tidak diperkenankan untuk bangun jam tiga pagi
36
Wawancara dengan Khairunnisa, di STAI Nurul Iman Parung Bogor pada tanggal 2 April
2019, 04:00 wib 37
Wawancara dengan M. Rifki Abdillah di kantor TU STAI Nurul Iman Parung Bogor pada
tanggal 2 April 2019, 06:00 WIB
21
untuk salat Tahajjud, karena menurut santrinya pendiri Yayasan yakni Habib
Saggaf pernah berkata bahwasanya salat Tahajjud itu sunnah yang wajib itu
belajar. Jadi kalau bangunnya terlalu pagi nanti dihawatirkan ketika KBM santri
akan mengantuk dan tidak mendengarkan guru-gurunya berbicara.
22
BAB III
PEMBACAAN AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN INDONESIA
A. Pengertian Membaca Al-Qur’an
Membaca adalah salah satu cara membaca cepat dan tepat, bukan hanya
mendapatkan gagasan utama, sedangkan teknik yang digunakan adalah baca-layap
(skimming).38
Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang
berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan.39
Membaca bukanlah suatu kegiatan pembelajaran yang mudah. Banyak faktor yang
dapat mempengaruhi keberhasilan anak dalam membaca.40
Secara umum faktor-
faktor tersebut dapat diidentifikasi seperti guru, siswa, kondisi lingkungan, materi
pelajaran, serta teknik mempelajari materi pelajaran.41
Ada banyak teknik membaca yang dapat diterapkan untuk dapat mencapai
prestasi membaca yang baik, salah satunya adalah kecepatan membaca.Membaca
memiliki arti penting bagi siapapun, dengan membaca seseorang dapat memperoleh
informasi dan bahkan menambah pengetahuannya. Membaca merupakan salah satu
di antara empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis) yang penting untuk dipelajari dan dikuasai oleh setiap pemakai bahasa.42
Oleh karena itu, upaya untuk mengajarkan cara membaca kepada anak sangat
penting.Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang
tersirat dan yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung dalam kata-kata yang
tertulis.43
Tingkatan hubungan antara makna yang hendak dikemukakan oleh
penulis dengan interpretasi pembaca turut menentukan ketepatan membaca.Makna
bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca.
38
Agus Trianto, Pasti Bisa: Pembahasan Tuntas Kompetensi Bahasa Indonesia, (PT. Gelora
Aksara, Penerbit Erlangga, 2006), h. 68. 39
Meliyawati, M.Pd.,Pemahaman Dasar Membaca, (Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2016), h.
1. 40
Darmadi, Membaca Yuuuk….!: Strategi Menumbuhkan Minat Baca Anak Sejak Usia Dini,
(Jakarta: Guepedia, 2018), h. 115. 41
Septiawan Sentana K, Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2007), h. 55. 42
Joko D Muktiono, Aku Cinta Buku: Menumkbuhkan Minat Baca pada Anak, (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2003), h. 164 43
Iwan Wahyu Hidayat, dkk., Keterampilan Belajar (Study Skills) untuk Mahasiswa, (Jakarta:
Kencana, 2018), h. 35
23
Membaca al-Qur‟an dalam makna sebenarnya adalah memahami Quran
dengan baik hingga penerapannya dalam kehidupan kita. Jadi jelas bahwa membaca
adalah hal yang tidak hanya untuk melihat atau menyuarakan namun juga pada
pemahaman dari proses membaca tersebut sebagai makna yang sesungguhnya.44
Sedangkan menurut Ustadzah Herti, salah satu pengurus putri Yayasan Al-
Ashriyyah Nurul Iman, pengertian membaca al-Quran sendiri itu adalah:
“Sebuah aktivitas yang bernilai ibadah dan sangat dianjurkan, karena bagi
yang membaca akan mendapatkan pahala yang berlipat, menjadikan hati
pembaca menjadi tenang, tentram dan damai.”45
Dari kesimpulan para ahli dan pengurus putri Yayasan Al-Ashriyyah Nurul
Iman, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah memahami hubungan antara kata
dengan kata menjadi sebuah kalimat yang mudah untuk dipahami.Dalam aktivitas
membaca memerlukan tingkat kefokusan yang tinggi.Sedangkan membaca al-
Qur‟an, disamping mendapatkan pemaham tentang al-Qur‟an juga ada nilai ibadah
di dalamnya.
B. Tradisi Membaca al-Quran di Pesantren
Hampir di seluruh pesantren mengajarkan al-Qur‟an, karena al-Qur‟an
memiliki kedudukan yang sangat khusus dalam ajaran Islam. Pengajaran al-Qur‟an di
pesantren biasanya ditekankan pada beberapa hal. Pertama, kemampuan mengenali
dan membedakan huruf-huruf al-Qur‟an (huruf hijaiyah) secara benar. Kedua,
kemampuan untuk mengucapkan/melafalkan kata-kata dalam al-Qur‟an dengan
fasikh sesuai makhrajnya (tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyah dari rongga mulut).
Ketiga, menegrti dan memahami hukum-hukum atau patokan-patokan pembacaan al-
Qur‟an.46
Menurut Martin Van Bruinessen sebelum abad ke-20 belum ada lembaga
semacam pesantren di Kalimantan, Sulawesi dan Lombok. Transmisi ilmu keislaman
di sana masih sangat formal. Anak-anak dan orang dewasa belajar membaca dan
mengahafal al-Qur‟an dari orang-orang kampung yang telah lebih dulu
44
Ali Muhammad Taufiq, Praktik Manajemen Berbasis Al-Qur‟an, (Jakarta, Gema Insani Press,
2004), h. 172 45
Wawancara dengan Ustadzah Herti salah satu pengurus putri Yayasan Al-Ashriyyah Nurul
Iman via telepon pada tanggal 7 April 2019 02:00 WIB 46
Departemen Agama RI, Pola Pembelajaran Di Pesantren (Jakarta: Ditpekapontren, 2003), h.
39.
24
menguasainya. Kalau ada seorang haji atau pedagang arab mampir ke desa itu, dia
diminta singgah beberapa hari dan mengajarkan kitab agama di masjid setelah
salat47
.
Para ulama di beberapa daerah juga memberikan pengajian umum kepada
masyarakat di masjid dan murid-murid yang yang sangat berminat akan mendatangi
ulama itu di rumahnya dan bahkan tinggal disana untuk belaajar agama. Murid-murid
yang ingin belajar lebih lanjut pergi modok ke Jawa atau ke Makkah jika
memungkinkan. Itulah situasi yang terjadi di Jawa dan Sumatera selama abad-abad
pertama penyebaran Islam. Oleh karena itu, Van Bruinessen meyakini bahwa
pesantren yang muncul pertama kali pada awal abad 18 M yaitu di Jawa tepatnya
Pesantren Tegalsari.48
Mahmud Yunus menganalisis tentang sistem pendidikan Islam pertama di
Indonesia yang memperlihatkan bagaimana al-Qur‟an telah diperkenalkan pada
setiap Muslim sejak kecil melalui kegiatan yang bernama “Pengajian al-Qur‟an” di
surau, langgar dan masjid. Menurut Mahmud Yunus pendidikan al-Qur‟an waktu itu,
adalah pendidikan Islam yang diberikan kepada anak didik, sebelum diperkenalkan
dengan praktik-praktik ibadah (fiqih).49
Sejarah perkembangan pesantren memiliki model-model pengajaran yang
bersifat nonklasikal, yaitu model sistem pendidikan dengan metode pengajaran
wetonan dan sorogan. Di Jawa Barat, metode tersebut diistilahkan dengan
Bendungan sedangkan di Sumatera digunakan istilah Halaqah.50
1. Metode Wetonan (Halaqah)
Metode yang di dalamnya terdapat seorang kiai yang membaca suatu kitab dalam
waktu tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab yang sama, lalu santri
mendengarkan dan menyimak bacaan kiai. Metode ini dapat dikatakan sebagai
proses belajar mengaji secara kolektif
2. Metode Sorogan
47
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat “Tradisi-tradisi Islam di
Indonesia”, (Bandung: Mizan, 1995), h. 25 48
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur‟an. Penyunting Samsu Rizal Panggabae
(Ciputat: PT Pustaka Alvabet, 2013), h. 408 49
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1984), h.
54 50
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996),
h. 26
25
Metode yang santrinya mengajukan sebuah kitab kepada kiai untuk dibaca
dihadapannya, kesalahan dalam bacaannya itu langsung dibenarkan oleh kiai.
Metode ini dapat dikatakan sebagai proses belajar mengajar individual.51
Pengajaran al-Qur‟an semakin bertambah pesat meskipun dilakukan
dengan sederhana. Menurut Van Der Chijs, pada tahun 1831 lembaga-lembaga
Islam tradisional-pengajian dan pesantren yang ada pada saat itu mengajarkan
tidak lebih dari pembacaan al-Qur‟an dan hanya sebagian kecil saja murid yang
diajar menulis Arab. Namun kekurangan dari laporan ini adalah tidak
membedakan antara pengajian dan pesantren.52
Pada tahun 1886, Van Den Berg memberikan penjelasan bahwa dari
jumlah lembaga Islam tradisional tahun 1885 sebaanyak 14.929 di Jawa dan
Madura, dengan jumlah murid 222.663 orang, 4/5 dari jumlah tersebut merupakan
lembaga pengajian dasar yang mengajarkan pembacaan al-Qur‟an, kemudian 3000
dari jumlah tersebut merupakan pendidikan menengah yang mengajarkan dasar-
dasar bahasa Arab. Sekitar 300 dari jumlah tersebut digolongkan sebagai
lembaga-lembaga pesantren yang mengajarkan pendidikan pengetahuan agama
tingkat tinggi. Dari berbagai fenomena tersebut, menunjukkan bahwa pengajaran
al-Qur‟an di Jawa terjadi sudah sejak lama.
C. Hubungan Tradisi Membaca al-Quran dengan Kegiatan Lainnya
1. Kegiatan Belajar
a. Ilmu Qira’at Sab’ah
Sebagaimana yang telah penulis jelaskan di awal bab tiga poin A terkait
sejarah pembacaan al-Qur‟an bahwa pada dasarnya ilmu qira‟at menempati urutan
pertama dalam disiplin ilmu-ilmu Qur‟an karena ia memiliki keterkaitan dengan
pelafalan al-Qur‟an. Disamping itu, bangsa Arab pra-Islam juga dikenal sebagai
bangsa yang memiliki pluralitas lahjah (dialek).53
51
Amir Hamzah, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam, (Jakarta: Mulia Ofset, 1989),
h. 26. 52
Zamahsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3S,
1995), h. 35 53
Muhamad Ali Mustofa Kamal al-Hafidz, Epistemologi Qira‟at Al-Qur‟an, (Yogyakarta:
Deepublish, 2012), h. 47
26
Ketika dakwah Islam telah memasuki wilayah Madinah, Nabi
mengajarkan Al-Qur'an dengan ragam bacaan (lahjah) yang berbeda-beda.54
Sebagian sahabat menerima proses pengajaran Al-Qur'an dengan satu huruf,
sebagain lain menerima dua huruf bahkan tidak sedikit yang menerima lebih dari
tiga huruf.55
Sistematika pengajaran Nabi ini terus berlanjut ketika para sahabat
telah menyebar ke daerah di luar jazirah Arab untuk berdakwah. Tidak heran jika
kemudian sebagian sahabat mengkroscek bacaanya kepada Nabi langsung.56
Sebagian pesantren di Indonesia yang secara husus melakukan proses
pengajaran qira‟at sab‟ah diantaranya adalah pesantren Al-Munawwir Krapyak,57
pesantren Qira‟atussab‟ah Limbangan Garut,58
pesantren IIQ (Institut Ilmu al-
Qur‟an),59
pesantren Al-Qur‟an Al-Falah Bandung,60
Sistem pengajiannya secara
Talaqqi seperti pengajian tilawah dan qira‟at. Dengan sistem pengelompokan pada
tahap Tahajji, Mu‟allam, Murattal dan Mujawwad. Sedangkan untuk bidang-
bidang yang lain dilaksanakan secara klasikal dengan menggunakan rujukan
kitab-kitab klasik yang menggunakan bahasa Arab.
Ada juga pesantren Yanbu‟ul Qur‟an Kudus dan Dar Al-Qur‟an Cirebon
adalah dua pesantren yang sampai saat ini tetap istiqamah mengajarkan qira‟at
sab‟ah. Dua pesantren ini memiliki perbedaan dan persamaan tersendiri dalam
mengajarkan metode qiraat saba‟ah. Di pesantren Yanbu‟ul Qur‟an, tahfidz qur‟an
menjadi salah satu syarat yang harus dimiliki oleh santri qiraat karena proses
talaqqi (pertemuan/berhadapan) dilangsungkan secara bil-ghaib (tanpa melihat al-
Qur‟an) serta tatap muka (face to face). Sedangkan pesantren Dar Al-Qur‟an
Cirebon tidak mengharuskan tahfidz qur‟an sebagai syarat, karena proses talaqqi
54
M.M Al-A‟zami, Sejarah Teks Al-Qur‟an dari Wahyu sampai Kompilasi, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2005), h. 171 55
Asfa Davi Bya, Sebening Mata Hati, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2008), h. 59 56
Teguh Iman Perdana, Nge-Friend sama Islam, (Jakarta: MIZAN, 2002), h. 130 57
Didirikan oleh KH. Muhammad Munawwir, saat ini proses pembelajaran qira‟at sab‟ah
diteruskan oleh salah satu puteranya KH. Rd. Najib 58
Didirikan oleh KH. Ma‟mun, seorang ulama yang bertahun-tahun belajar al-Qur‟an di Makkah. 59
Ustadz Fathoni mengadakan pengajian ruti qira‟at sab‟ah setiap dua kali seminggu (hari Senin
dan Rabu malam setelah salat Isya‟) di Masjid Raudhatul Qur‟an IIQ. Masyarakat umum juga
diperbolehkan mengikuti kegiatan ini. 60
Didirikan oleh KH. Q Ahmad Syahid. Beliau adalah seorang kiyai yang pernah menjuarai
MTQ tingkat Nasional pertama pada tahun 1968 yang bertempat di Makasar Ujung Pandang.
27
dilakukan secara bin-nazar (melihat al-Qur‟an) serta dilakukan secara
berkelompok.61
b. Tradisi Tahfidz di Pesantren Indonesia
Al- Qur'an memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah
satu diantaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin
oleh Allah dan dipelihara.62
Jadi, jika al- Qur'an yang ada sekarang ini masih asli
dan murni sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW63
kepada para sahabatnya, hal itu karena Allah yang menjaganya. Penjagaan Allah
kepada al-Qur'an bukan berarti Allah menjaga secara langsung fase-fase penulisan
al-Qur'an, tapi Allah melibatkan para hamba- Nya untuk ikut menjaga Al-
Qur'an.64
Hal ini sudah Allah jelaskan dalam al-Qur‟an:
إنا نحن ن زلنا الذكر وإنا لو لحافظون Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” Q.S Al-Hijr [15:9]
Imam Abdul Abbas dalam kitabnya Asy-Syafi menjelaskan bahwa hukum
menghafal Al-Qur‟an adalah Fardu Kifayah. Jika kewajiban ini tidak terpenuhi,
seluruh umat Islam akan menanggung dosanya. Oleh karena itu menghafal al-
Qur‟an (tahfidz Qur‟an) menjadi bagian penting dalam Islam.
Tradisi menghafal dan menyalin al-Qur‟an telah lama dilakukan di
berbagai daerah di Nusantra.65
Pelaksanaan penyalinan al-Qur‟an tidak dapat
dilakukan oleh setiap orang, karena dalam pelaksanaanya diperlukan kemampuan
menulis huruf Arab yang benar.66
Dalam penelitian Puslitbang Lektur Keagamaan
tahun 2003-2005 ditemukan sekitar 250 naskah al-Qur‟an tulisan tangan di
61
Urwah, “Metodologi Pengajaran Qira‟at Sab‟ah: Studi Observasi di Pondok Pesantren
Yanbu‟ul Qur;an dan Dar Al-Qur‟an,” Suhuf, Vol. 5, No. 2, (2012), h. 145 62
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur'an, (Bandung: Mizan Media Utama, 1994), h. 21. 63
Shabbir Akhtar, Islam Agama Semua Zaman. Penerjemah Rusdi Djana, (Jakarta: Pustaka
Zahra, 2002), h. 91. 64
Muhammad Sayyid Tantawi, Ijtihad dalam Teologi Keselarasan, (Surabaya: JP Books, 2004),
h. 78. 65
M. Syatibi AH, Memelihara Kemurnian al-Qur‟an: Profil Lembaga Tahfidz Al-Qur‟an di
Indonesia, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2011), h. 4. 66
M. Jandra, Tashadi, Kanjeng Kyai: Al-Qur‟an Pusaka Keraton Yogyakarta, (Yogyakarta:
YKII-IAIN Sunan Kalijaga, 2004), h. 48
28
berbagai daerah nusantara yang diperkirakan merupakan hasil karya ulama
Indonesia dan ulama-ulama tersebut yang diduga hafal al-Qur‟an 30 juz.
Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan AlQur'an adalah
dengan menghafalnya pada setiap generasi.67
Dalam menghafalkan Al- Qur'an ini
tentu tidak mudah, dengan sekali membaca langsung hafal akan tetapi ada
metodenya, dan juga ada berbagai macam problematikanya.68
Menjaga dan
memelihara AlQur'an adalah perbuatan yang sangat mulia dihadapan Allah.
Menghafal Al- Qur'an adalah salah satu cara untuk memelihara kemurnian Al-
Qur'an. Oleh karena itu beruntunglah orang-orang yang dapat menjaga Al- Qur'an
dengan menghafal, memahami dan mengamalkan kandungannya.69
Lembaga yang menyelenggarakan tahfidz Qur‟an pada awalnya terbatas di
beberapa daerah, tetapi setelah cabang tahfidz Qur‟an dimasukkan dalam
Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) tahun 1981, lembaga model ini kemudian
berkembang di daerah-daerah Indonesia. Perkembangan ini tentunya tidak lepas
dari peran serta para ulama penghafal al-Qur‟an yang berusaha menyebarkan dan
menggalakkan pembelajaran tahfidz Qur‟an di lembaga-lembaga seperti pesantren
atau sejenisnya.70
c. Lomba Musabaqah Tilawatil Qur’an
Tradisi memperindah bacaan Al-Qur‟an, dengan suara yang merdu serta
memanjangkan bacaannya sudah dipraktekan sejak zaman Rasulullah saw.71
Bahkan Rasulullah memerintahkan untuk menghiasi bacaan Al-Qur‟an dengan
suara-suara yang merdu serta melagukan bacaannya.72
Para sahabat Nabi ketika itu
mempraktekan seni baca Al-Qur‟an sebagai bentuk ibadah dan untuk lebih
67
M. Mas'udi Fathurrohman, Cara Mudah Menghafal AI-Qur'an Dalam Satu Tahun,
(Yogyakarta: Elmatera, 2012), h. 5- 6. 68
M. Taqiyul Islam Qori, Cara Mudah Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: Gema Insani, 1998), h.
17 69
Muhammad Sholikhin, Menyatu Diri dengan Ilahi, (Yogyakarta: Pustaka Narasi, 2010), h. 398 70
Muhammad Sholikhin, Filsafat dan Metafisika dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Narasi,
2008), h. 313 71
M. Nashiruddin Al-Albani, Sifat Shalat Nabi, (Jakarta: Gema Insani, 2008), h. 314 72
Tercantum dalam hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi:
ث نا يزيد وىو ابن الهاد، عن ث نا عبد العزيز بن محمد، حد ثني بشر بن الحكم، حد د بن إب راىيم، عن أبي سلمة، حد محمما أذن اهلل لشيء ما أذن لنبي حسن الصوت ي ت غنى بالقرآن، يجهر »م، ي قول: عن أبي ىري رة، أنو سم رسول اهلل صلى اهلل عليو وسل
بو Hadis Riwayat Muslim, Shahih Muslim, Bab Istahbab al-tahadditsin, Juz 1, (Beirut: Dar Ihya‟
at-Turats al-„Arabi, 261 H), h. 545.
29
memahami pesan serta makna-makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-
Qur‟an.73
Selain itu, tradisi ini dilakukan oleh para sahabat sebagai bentuk taat
dengan sunnah serta anjuran yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw.74
MTQ bermula dari didirikanya Jam‟iyyatul Qurra‟ wal-Huffazh (perhimpunan
para pecinta seni baca dan para penghafal Al-Qur‟an) oleh ulama besar, penghafal
al-Qur‟an K.H. A. Wahid Hasyim pada tahun 1951.75
Organisasi yang didirikan
oleh Menteri Agama ke-3 ini selanjutnya disingkat JQH dan merupakan badan
otonom dari pengurus besar Nahdlatul Ulama. Organisasi inilah yang merupakan
cikal bakal terwujudnya MTQ secara Nasional, yang saat ini merupakan kegiatan
rutin yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ)
berdasarkan SKB Menteri Agama RI dan Menteri Dalam Negeri Nomor 19-th
1977/151-1977, yang diawali dari MTQ antar pondok pesantren se-Indonesia dalam
rangka menyambut Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) tahun 1964 di Bandung.
Kemudian ditetapkan menjadi MTQ Nasional secara resmi oleh pemerintah pada
tahun 1968 hingga saat ini.76
Lomba MTQ ini pertama kali diselenggarakan pada tahun 1968 di Makasar
bulan Ramadan, saat itu hanya melembagakan tilawah untuk dewasa saja yang
kemudian melahirkan Qari‟ Ahmad Syahid dari Jawa Barat dan Muhammadong
dari Sulawesi Selatan. MTQ kedua diselenggarakan di Banjarmasin pada tahun
1969. Sedangkan MTQ ketiga MTQ ketiga diselenggarakan di Jakarta pada tahun
1970 dengan acara yang sangat meriah.
Salah satu ekspresi pembacaan (pengucapan) al-Qur‟an sebagai bentuk artistik
adalah diselenggarakannya Musabaqoh Tilawatil Qur‟an (MTQ). Musabaqah
Tilawatil Qur‟an (MTQ) yang pada awalnya hanya merupakan kegiatan-kegiatan
yang diadakan dalam peringatan hari-hari besar Islam dalam bentuk perlombaan
membaca al-qur‟an dan terkadang divariasikan dengan menambah bacaan
terjemahaan beserta syarahnya yang dikenal dengan MSQ (Musabaqah Syarhil
73
Abu Zakariya Yahya An-Nawawi, At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur‟an, (Beirut: Dar Ibnu
Hazm, 676 H), h. 88. 74
Alwi Alatas, dkk., Rahasia Salafus Shalih Mempersiapkan Generasi Penerus, (Surabaya: Bina Qalam Indonesia, 2015), h. 32.
75Moh. Nur Ars, dkk., Sejarah Kota Samarinda, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, 1986), h. 46. 76
Sandy Fardiana,“BPSDM Jabar Menuju Standar Internasional,” artikel diakses pada 19 Januari
2017 dari-http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/16/11/08/ogbjcs371-bpsdm-jabar-
menuju-standar-internasional.
30
Qur'an). Saat ini kegiatan MTQ/MSQ telah mengalami perluasan makna menjadi
sebuah even yang mencakup banyak cabang perlombaan, seperti Tilawah Al-
Qur‟an,Tahfizh Al-Qur‟an, Tartil Qur‟an, Khattil Qur‟an, Tafsir Qur‟an, Syarhil
Qur‟an, Fahmil Qur‟an, Khutbah Jum‟at / Azan, Kitab Standar, dan lain-lain. Pada
masing-masing cabang itu terdapat golongan dan tingkat-tingkatan pula.
2. Kegiatan Sosial Majlis Ta’lim
Tradisi pengajian sudah ada sejak lama. Di zaman wali songo tradisi
Hindu-Budha di pertahankan dengan menambah unsur islam di dalamnya.77
Pengajian-pengajian adalah salah satu bentuk pembelajaran pendidikan Islam
dan dakwah Islam. Perkembangan zaman yang semakin maju tidak menyurutkan
semangat dakwah Islam. Pengajian sebagai bentuk dakwah dan pendidikan
Islam tradisional pada umumnya terdapat di daerah pedesaan.78
Kehadiran Majelis ta‟lim dalam masyarakat Indonesia sudah menjadi
bagian dari kehidupan sosial yang semakin menguat hadir di tengah-tengah
masyarakat.79
Majelis ta‟lim juga merupakan tempat pengajaran atau
pendidikan agama islam yang paling fleksibal dan tidak terikat oleh waktu dan
bersifat terbuka terhadap segala usia, lapisan atau strata sosial, dan jenis
kelamin.80
Waktu penyelenggaraannya pun tidak terikat, bisa pagi, siang, sore,
atau malam. Tempat yang digunakannya pun bisa dilakukan dirumah, masjid,
mushalla, gedung, aula, halaman, dan sebagainya. Selain itu majelis ta‟lim
memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai lembaga dakwah dan lembaga
pendidikan non-formal.81
Fleksibilitas majelis ta‟lim inilah yang menjadi
kekuatan sehingga mampu bertahan dan merupakan lembaga pendidikan Islam
yang paling dekat dengan umat (masyarakat).82
Majelis ta‟lim merupakan wahana interaksi dan komunikasi yang kuat
antara masyarakat awam dengan para mualim, dan antara sesama anggota
77
Henri Chambert –Loir dan Claude Guillot, Ziarah dan wali di dunia Islam, (Jakarta: PT
Serambi Ilmu Semesta, 2007), h. 187. 78
Taryati, dkk., Pemahaman Masyarakat Terhadap Daerah Rawan Ekologi di Kabupaten Sragen
dan Bojonegoro, (Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah, 2011), h. 27. 79
Jajat Burhanudin, Ulama perempuan Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), h. 182. 80
Ismet Firdaus dan Asep Usman Ismail, Pengamalan al-Qur'an Tentang Pemberdayaan
Dhu'afa, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Dakwah Press, 2008), h. 86. 81
H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 1991),
h. 118. 82
Elfindri, dkk., Strategi Sukses Membangun Daerah, (Jakarta: Gorga Media, 2008), h. 241.
31
jamaah majelis ta‟lim tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu. Dengan demikian
majelis ta‟lim menjadi lembaga pendidikan keagamaan alternatif bagi mereka
yang tidak memiliki cukup tenaga, waktu, dan kesempatan menimba ilmu agama
dijalur pandidikan formal. Inilah yang menjadikan majelis ta‟lim memiliki nilai
tersendiri dibanding lembaga-lembaga keagamaan lainnya.
Majlis ta‟lim merupakan sebuah institusi keagamaan yang mempunyai
akar kuat dalam masyarakat Islam tradisional Indonesia. Majlis ta‟lim yang
menjamur dalam masyarakat Islam tradisional antara lain didorong oleh
perasaan kewajiban yang dibebankan oleh Allah dan dibarengi oleh penghargaan
yang tinggi dari masyarakat kepada guru-guru pengajian.83
Menurut Hasan Bin Ali hasan Al-Hijazy, masyarakat memiliki peranan
yang besar dalam pembinaan individu. Setiap individu akan terpola dalam
masyarakat dan terpengaruh oleh apa yang ada di dalamnya baik berupa
pemikiran maupun tingkah-laku.84
Majlis ta‟lim ini mengarahkan kepada kegiatan kelompok sosial karena
dalam pengajian ini terjadi interaksi antar individu, ada yang memimpin (da‟i)
dan ada yang dipimpin (mad‟u) dengan menggunakan media tertentu, dalam
teori kelompok sosial situasi yang seperti ini termasuk situasi kebersamaan.85
Slamet Santosa berpendapat bahwa kelompok sosial dengan situasi kebersamaan
dapat dijabarkan suatu kelompok individu yang berkumpul pada suatu ruang dan
waktu yang sama, tumbuh dan mengarahkan tingkah laku yang spontan.86
Terdapat empat fungsi penting majelis ta‟lim, yaitu: (1) sebagai wadah
untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama di masyarakat dan
bertujuan untuk membentuk masyarakat yang bertaqwa kepada Allah, (2)
sebagai wahana wisata rohani, (3) sebagai wadah silaturrahmi, dan (4) sebagai
medium penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan ummat dan
bangsa.87
83
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:
LP3ES, 1983), h. 19 84
Hasan bin Ali Hasan al-Hijazy, al-fikrut Qoyyim, (Beirut: Dar Iqra‟, 1985.), h.221 85
Bagja Waluya, Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, (Bandung: PT Setia
Purna Inves, 2007), h. 91. 86
Slamet Santosa, Dinamika Kelompok, (Jakarta: Bumi Aksara,2006), h.33. 87
Agung Syuhada, Perjalanan Menuju Fitri, (Jakarta” PT Tiga Serangkai, 2007), h. 42.
32
Keberadaan Majelis ta‟lim ini pun secara formal telah diakui Pemerintah.
Pemerintah secara khusus telah memberikan payung hukum kepada Majelis
ta‟lim ini sebagai pendidikan alternatif yang diakui Negara.88
Hal ini diantaranya
diatur dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Pasal 26 ayat 4 UU Sisdiknas menyebutkan bahwa: “Satuan
pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis ta‟lim, serta satuan
pendidikan yang sejenis.”89
Berdasarkan UU tersebut majelis ta‟lim menjadi salah satu lembaga
pendidikan non formal yang berada di bawah binaan Departemen Agama.90
Departemen Agama juga membawahi Badan Kontak Majelis ta‟lim (BKMT),
yang telah menjadi wadah induk bagi sebagian besar Majelis ta‟lim di Seluruh
Indonesia.91
Majelis ta‟limdiatur pula padaPeraturan Pemerintah (PP) nomor 55
tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Hanya saja
pengaturan di dalam PP 55/2007 tersebut memberi batasan bahwa peran Majelis
ta‟lim adalah hanya dalam konteks pendidikan penguatan keimanan dan
ketakwaan (ibadah mahdza), bukan pendidikan yang sifatnya lebih luas tidak
semata keimanan tapi hubungan antar manusia (ibadah ghairmahdzah).92
88
Sofyan Rofi, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Deepublish, 216), h. 74. 89
Sumardiono, Homeschooling : Lompatan Cara Belajar, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2007), h. 56. 90
Departemen agama sebagai sebuah lembaga yang mengurusi persoalan keagamaan di
Indonesia mempunyai berbagai bagian di bawahnya, diantaranya terdapat Direktorat Pendidikan Agama
Pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid. Lembaga ini mempunyai tugas untuk melaksanakan
sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama di bidang Pendidikan Agama pada
masyarakat dan pemberdayaan masjid. Dengan ungkapan singkat, direktorat ini membantu Ditjen Bagais
dalam menangani pendidikan jalur luar sekolah (outschool education). 91
Lembaga ini diinisiasi oleh Ibu Hj. Tuti Alawiyah pada 1 Januari 1981 yang pada awalnya
terdiri dari 732 orang pengurus majelis taklim 92
Pasal 21 (ayat 1): Pendidikan Diniyah Non formal diselenggarakan dalam bentuk pengajian,
kitab, majelis taklim, pendidikan al Qur‟an, Diniyah Takmiliyah, atau bentuk lain yang sejenis. Pasal 23
(1)
menyebut “Majelis Taklim atau nama lain yang sejenis bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia peserta didik serta mewujudkan rahmat bagi alam
sementar”. Pasal 23 (2); “Kurikulum Majelis Taklim bersifat terbuka dengan mengacu pada pemahaman
terhadap Al Quran dan Hadiz sebagai dasar untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWT serta akhlak mulia”. Pasal 23 (3); Majelis Taklim dilaksanakan di masjid, mushalla atau tempat lain
yang memenuhi syarat.
33
34
BAB IV
TRADISI PEMBACAAN AL-QUR’AN DI YAYASAN AL-ASHRIYYAH
NURUL IMAN
D. Tradisi dan Makna Pembacaan Surah Al-Kahfi, Al-Rahman dan Al-
Sajadah.
Secara umum tradisi diartikan sebagai pengetahuan, kebiasaan, doktrin,
praktek, dan lain-lain yang diwariskan turun temurun termasuk cara
penyampaian pengetahuan, doktrin, dan praktek tersebut.93
Dalam bahasa Arab
kata tradisi berasal dari unsure-unsur huruf wa ra tha, yang dalam kamus klasik
disepadankan dengan kata irth, wirth, dan mirath. Semua kata tersebut
merupakan bentuk masdar yang menunjukkan arti “Segala yang diwarisi
manusia dari kedua orang tuanya, baik berupa harta maupun pangkat atau
keningratan.94
”
Tradisi Islam merupakan segala hal yang datang atau dihubungkan
dengan atau melahirkan jiwa Islam.95
Islam bisa menjadi kekuatan spiritual yang
dapat mempengaruhi, memotivasi dan mewarnai tingkah laku individuanya.Inti
dari sebuah tradisi adalah barakah dan nilai-nilai spiritual di dalamnya.96
Pembacaan al-Qur‟an dimaksudkan sebagai tradisi Islam yang dapat
mendatangkan barakah dari Allah Swt.97
Pembacaan al-Qur‟an pada surah-surah
yang mengandung keutamaan menyiratkan sebagai aktifitas manusia yang
komplek dan tidak mesti bersifat teknis ataupun rekreasional, tapi melibatkan
model perilaku yang sepatutnya dalam suatu hubungan sosial.
Nabi Muhammad yang dipercaya oleh Allah menerima wahyu turunnya
al-Qur;an sangat senang menyibukkan diri bersama al-Qur‟an. Baik dalam salat,
93
Muhaimin, Islam dalam Bingkai Budaya Lokal: Potret dari Cirebon, (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 2001), h. 12. 94
Muchtar Rusdi, Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia, (Jakarta: Balai Penelitian
dan Pengembangan Agama, 2009), h. 15-16. 95
Dr. Muhammad Imarah, Islam dan Keamanan Sosial. Penerjemah Abdul Hayyie al-
Kattani, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 9. 96
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode
Kritik, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), h. 125. 97
Amirullah Syarbini dan Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca al-Qur‟an, (Bandung:
Penerbit Ruang Kata, 2012), h. 62.
35
tahajjud, kesehariannya beliau memberikan perhatian lebih terhadap al-
Qur‟an.Salah satu kesibukan beliau terhadap al-Qur‟an adalah dengan
membacanya.98
Pembacaan al-Quran di kalangan masyarakat sudah diamalkan bahkan
menjadi suatu tradisi. Sedangkan di Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman juga
menerapkan tradisi pembacaan beberapa surah dalam al-Qur‟an diantaranya
adalah surah al-Kahfi, ar-Rahmân, dan as-Sajadah yang menjadi fokus kajian
penulis.
Secara singkat kegiatan tradisi pembacaan surah-surah pilihan al-
Qur‟an termasuk al-Kahfi, al-Rahman, dan al-Sajadah sudah berlangsung selama
Yayasan Al-Ashriyyah berdiri, seperti yang disampaikan oleh ustadz Ali
Mutakin bahwa:
“Kegiatan membaca rutin surah-surah pilihan tersebut sebenarnya sudah
diwajibkan sejak Pesantren ini berdiri, yakni pada tahun 1998, namu baru
berjalan efektif beberapa tahun kemudian. Tujuannya adalah agar para
santri ini terbiasa berinteraksi dengan al-Qur‟an walaupun sudah tidak lagi
di Pesantren ini. Dan itu dibacanya secara berjama‟ah yang dipimpin oeh
Imam Salat, sedangkan yang bertanggung jawab atas berlangsungnya
kegiatan ini adalah devisi Dewan Kesejaheraan Masjid. Sebelum santri
memulai membaca surah-surah pilihan terlebih dahulu kita tawassul,
membaca Faatihah dan Istigasah baru kemudian kita membaca surah
tersebut.”99
Salah satu mahasiswa STAI Nurul Iman, Crehnaldo Septa D mengatakan
bahwasanya dulu ketika baru pertama kali mesantren saat membaca surah al-
Kahfi dari ayat pertama sampai sepuluh itu santri diwajibkan berdiri namun
seiring berjalannya waktu kegiatan tersebut sudah tidak dianjurkan lagi karena
sudah diganti dengan diba‟an atau barzanji:
“Ada tuh di surah al-Kahfi itu kan ada bacaan yang harus berhenti tidak
pada waqafnya. Kalau saya contohkan kayanya agak lama, itu sudah
perintah dari Abah. Jadi kita harus ikut beliau, kalau menurut beliau harus
baca seperti itu maka kita harus mengikutinya.100
”
"
98
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, Etika Membaca dan Mmepelajari al-Qur‟an.
Penerjemah Taufiqurrahman, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 17 99
Wawancara dengan Ustadz Ali Mutakin, bagian Akademik I STAI Nurul Iman, di STAI
Nurul Iman tanggal 7 April 2019. 100
Wawancara dengan Crehnaldo Septa D mahasiswa STAI Nurul Iman pada tanggal 2 April
2019 06:30 WIB
36
Kegiatan pembacaan al-Qur‟an surah-surah pilihan di Yayasan Al-
Ashriyyah Nurul Iman ini sudah berlangsung sejak lama, namun menurut
penuturan Ustadza Herti sebagai salah satu pengurus Pesantren, dia mengatakan:
“Sebenarnya dulu itu yang dibaca adalah al-Kahfi, al-Mulk, al-Rahma, al-
Waqi‟ah sama surah Maryam kalau surah al-Sajadah tidak dibarengkan
jadi kalau surah al-Sajadah itu dibacanya pada hari-hari lain bergantian
dengan surah yang lain pula. Sedangkan makna pembacaan surah-surah
tersebut menurut saya pribadi adalah tidak lain karena ketaatan saya
kepada Syaikhul Kabir Abah Habib Saggaf, selain itu juga sangat
bermanfaat untuk melancarkan bacaan al-Qur‟an. 101
”
Hal ini juga disampaikan oleh Nurhayati mahasiswi STAI Nurul Iman
yang mengatakan bahwa secara pribadi dia tidak mengerti apa makna daripada
surah-surah pilihan tersebut, akan tetapi dia sangat yakin bahwa apa yang
disampaikan oleh gurunya merupakan suatu kebaikan:
“Kalau saya pribadi kurang tahu ya, Ka. Tapi saya yakin guru besar sudah
mengerti dari anjuran yang beliau wajibkan kepada santrinya termasuk
saya, bahwa surah-surah tersebut memang sangat bermanfaat dan
diharapkan nanti setelah berhenti mesantren pun kita masih istiqamah
membacanya. Saya yakin dengan hal itu karena itu merupakan perintah
dari guru besar saya, Ka.102
”
M. Rifki Abdillah, mahasiswa STAI Nurul Iman mengatakan bahwa ada
beberapa surah-surah pilihan yang dibaca oleh santri setiap harinya, kecuali
pembacaan surah al-Kahfi dibacanya selalu pada hari Jum‟at yang dipimpin
bukan oleh imam Salat tapi oleh bilal:
“Kalau yang diwajibkan yang sehari semalam itu setelah salat Subuh dan
setelah salat Asar nanmun ganti-ganti setiap hari, misalanya setelah
Subuh kita membaca surah al-Waqi‟ah lalu setelah salat Asar itu ad-
Dzariyat ganti-ganti setiap hari. Contohnya pas Sabtu kita membaca
surah ad-Dzariyat, hari Ahadnya kita membaca surah at-Thur, hari Senin
kita membaca surah an-Najm hari Selasa kita membaca surah ar-Rahman
hari Rabu kita membaca surah as-Sajadah hari Kamis kita membaca surah
al-Mulk lalu setelah Maghrib kita membaca surah Yaasin bersama-sama.
Dan husus sebelum salat Jum‟at kita membaca surah al-Kahfi dan surah
al-Jumu‟ah. Kalau surah ar-Rahman dibaca setelah salat Asar, kalau surah
as-Sajadah dibaca setiap hari Rabu setelah salat Asar, sedangkan surah al-
Kahfi dibaca setiap hari Jum‟at sebelum salat Jum‟at. Kalau etika atau
101
Wawancara dengan Ustadzah Herti pengurus pusat untuk santri putri via telepon pada
tanggal 3 April 2019 02:00 WIB 102
Wawancara dengan Nurhayati mahasiswi STAI Nurul Iman pada tanggal 2 April 2019
04:30 WIB.
37
gerakan khusus sih tidak ada, hanya saja kita membacanya bersama-sama
yang dipimpin oleh imam Salat dan husus untuk surah al-Kahfi biasanya
dipimpin bukan oleh imam Salat tapi dipimpin oleh mereka yang
menajadi bilal.103
”
M. Irsyadul Umam mahasiswa STAI Nurul Iman menceritakan
pengalamannya yang semakin membuatnya memiliki keyakinan terhadap
keutamaan surah-surah dalam al-Qur‟an, hususnya surah-surah yang sudah
diwajibkan oleh Pesantren:
“Saya pernah punya pengalaman gitu ya, Ka. Dulu pernah sakit di Bogor
dan saya hanya punya uang dua puluh ribu waktu itu, saya bingung ka
mau bayar darimana untuk biaya rumah sakit. Terus tiba-tiba saudaraku
menelepon dari Jakarta padahal saya tida kepikiran sama sekali untuk
menghubungi dia, saya bilang kalau sedang sakit, dia langsung
menyambangi saya tuh ya. Alhamdulillah habis itu juga saya dapat
tambahan dari dia seratus ribu untuk bekal kembali ke Pesantren. Pernah
juga dulu pas liburan Pesantren bulan puasa sebelum pulang ke ruma saya
mengikuti acara pondok tahfidz di Cisarua selama dua puluh lima hari
terus pulang ke pondok, besoknya sekitar jam sebelas saya jalan kaki ke
Parung untuk beli tiket pas di tengah perjalanan balik lagi ke pondok saya
teringat bahwasanya waktunya sudah mepet banget karena uang saya
sudah habis yasudah tuh saya tawakkal meneruskan perjalanan saya ke
pondok, nah pas di Indomaret Jl. Ciseeng itu tiba-tiba saya ketemu Ustadz
yang mengantar saya ke pondok, kemudian saya salat Dzuhur dan
menelepon kakak bilang bahwa sudah beli tiket gitu habis itu langsung
berangkat, nyampe Parung itu pas jam satu. Ngga ngebayangin kalau saya
lambat beberapa menit saja sudah hangus itu tiket. Dari kejadin-kejadian
itu saya semakin yakin bahwasanya memang surah-sura pilihan yang
diperintahkan Abah untuk dibaca santrinya itu sangat bermanfaat sekali.
Ya, walaupun sebenarnya setiap sesuatu itu terjadi atas kehendak Allah
ya, Ka. Tapi disamping itu saya juga memiliki keyakinan terhadap
fadhilah-fadhilah daripada surah-surah tersebut.104
”
1. Pembacaan Surah Al-Kahfi, Al-Rahman dan Al-Sajadah sebagai suatu
peraturan wajib.
Salah satu bagian pengurus pusat Ustadzah Herti mengatakan bahwa:
“Kegiatan pembacaan surah-surah tersebut adalah kegiatan yang
wajib diikuti oleh para santri. Yang bertanggung jawab atas
terlaksananya kegiatan ini adalah DKM (Dewan Kesejahteraan
Masjid). Bagi santri yang tidak mengikuti peraturan ini maka akan
mendapatkan sanksi dikurangi lima poin per kegiatan, karena setiap
103
Wawancara dengan M. Rifki Abdillah mahasiswa STAI Nurul Iman pada tanggal 2 April
2019 06:30 WIB 104
Wawancara dengan M. Irsyadul Umam mahasiswa STAI Nurul Iman pada tanggal 2 April
2019 07:00 WIB.
38
divisi di Pesantren itu memberikan jatah seratus poin untuk setiap
santri dalam jangka satu tahun. Jadi kalau misalkan si santri ini tidak
mengikuti pembacaan surah-surah tersebut lima kali dalam setahun
maka seratus poin itu akan berkurang dua puluh lima.105
”
Dari penjelsan yang disampaikan oleh Ustadzah Herti ada sebuah
peraturan yang berlaku ketika para santri tidak patuh atau melanggar. Sebagai
suatu kegiatan yang wajib diikuti oleh santri, maka santri yang tidak
mengikutinya akan mendapatkan hukuman. Yakni, berkurangnya poin yang
sudah diberikan oleh bagian DKM.
Senada dengan apa yang disampaikan oleh Ustadzah Herti, salah satu
mahasiswi Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman, Nurhayati mengatakan:
“Kegiatan pembacaan surah-surah pilihan yakni surah al-Kahfi, al-
Rahman, al-Sajadah juga surah-surah yang lain adalah suatu peraturan
Pesantren yang sudah sewajibnya kita taati. Saya sebagai santri tentu
wajib mengikuti apa yang disampain oleh guru-guru, apalagi itu
terkait dengan sesuatu yang sudah menjadi sebuah peraturan
Pesantren. Ya, bagaimanapun saya tidak boleh punya alasan untuk
tidak mengikuti kegiatan tersebut. Karena apa yang sudah diwajibkan
oleh guru-guru saya akan berguna buat saya ke depannya. Jikapun
saya tak mendapatkan hasilnya saat ini, nanti setelah saya berhenti
misalnya dari Pesantren pasti insyaallah akan memetik apa yang
sudah saya perbuat disini.106
”
Begitu juga seperti yang disampaikan oleh Khairunnisa mahasiswi
STAI Nurul Iman, dia mengatakan bahwa apa yang dianjurkan oleh guru, kits
harus memandang bahwa hal itu adalah sesuatu yang sangat mulia dan
sempurna. Apalagi terkait kewajiban membaca al-Qur‟an:
“Karena kan disini kita mesantren wajib ikut guru besar, maksudnya
kita sudah di doktrin oleh thoriqahnya oleh guru kita. Jadi kita harus
memandang sempurna apa yang diperintahkan oleh beliau serta akan
memberikan kebaikan untuk kita. Bukan berarti saya melupakan apa
yang diajarkan di Pesantren saya dulu, bukan. Karena apa yang
diajarkan disini dengan Pesantren saya dulu tidak jauh berbeda terkait
pembacaan al-Qur‟an surah-surah pilihan ini memiliki keutamaan
yang juga tidak jauh berbeda. Jadi semua surah atau ayat di dalam al-
Qur‟an itu sama, sama memiliki bermacam keutamaan hanya
mungkin ada beberapa surah yang di prioritaskan sehingga dijadikan
amalan rutin yang diwajibkan dibaca oleh para santri disini. Saya
105
Wawancara dengan Ustadzah Herti, pengurus pusat untuk putri via telepon pada tanggal 3
April 2019 02:00 WIB 106
Wawancara dengan Nurhayati, mahasiswi STAI Nurul Iman, di STAI Nurul Iman pada
tanggal 2 April 2019 04:30 WIB
39
pernah membaca ya, bahwa siapa yang membaca surah al-Kahfi itu
akan diringankan siksa kuburnya, al-Waqi‟ah dan as-Sajadah bisa
menambah rezeki, al-Rahman agar selalu menjadi pengingat buat kita
untuk selalu mensyukuri apa yang telah Allah anugerahkan untuk kita,
baik itu rezeki, kebahagiaan, suka dan duka semua harus disyukuri
karena pasti ada hikmah di balik semua itu. Saya yakin karena yang
membuat peraturan itu guru besar kami, dan pasti beliau sudah tahu
banyaknya manfaat dan keutamaan dibalik surah-surah pilihan yang
diwajibkan untuk dibaca oleh para santri hususnya saya.107
Bagi penulis, tradisi pembacaan al-Qur‟an surah-surah pilihan di
Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman selain bermakna sebuah kepatuhan dan
ketaatan santri pada pengasuh dan sebagai bentuk pembentukan dan
pembiasaan karakter santri Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman, juga sebagai
suatu bentuk amalan khas warga Nahdliyyin yang juga bernilai ibadah bagi
yang melaksanakannya.
2. Pembacaan Surah Al-Kahfi, Al-Rahman dan Al-Sajadah karena
kepatuhan dan Keutamaannya.
Ustadzah Herti, pengurus pusat untuk santri putri mengatakan:
“Menurut saya pribadi sebagai pengurus, makna dari pembacaan
surah-surah pilihan tersebut tidak lain adalah karena bentuk kepatuhan
saya kepada Syaikhul Kabir Abah yakni Habib Saggaf. Selain itu
sangat bermanfaat untuk melancarkan bacaan al-Qur‟an. Karena kalau
kita membaca al-Qur‟an secara rutin dan terus menerus tentu dengan
tidak sengaja kita akan hafaal dengan sendirinya surah-surah yang kita
baca tadi. Selain kita. Selain itu kita juga bisa belajar tentang faedah-
faedah daripada membaca surah-surah pilihan tersebut.108
”
Menurut Ustadzah Herti, makna pembacaan al-Qur‟an surah-surah
pilihan itu tidak lain adalah bentuk kepatuhan kepada guru, sebagai
pembelajaran dan pengajaran bacaan al-Qur‟an dengan baik dan benar, juga
sebagai sarana bagi para santri agar mudah hafal dengan adanya kebiasaan
pembacaan surah-surah pilihan yang telah diwajibkan oleh Yayasan Al-
Ashriyyah Nurul Iman.
Salah satu mahasiswi STAI Nurul Iman, Silvia Nurfarida
menyebutkan bahwa dengan adanya kegiatan praktik pembacaan al-Qur‟an
surah-surah pilihan tersebut ia merasakan ketenangan:
107
Wawancara dengan Khairunnisa mahasiswi STAI Nurul Iman pada tanggal 2 April 2019
04:00 WIB 108
Wawancara dengan Ustadzah Herti, bagian pengurus pusat untuk santri putri, via telepon
pada tanggal 3 April 2019 02:00 WIB
40
“Ini kan saya membaca al-Qur‟an, pasti ada fadhilahnya. Apa yang
diajarkan guru pasti memiliki keutamaan dan bermanfaat untuk kita
dan orang lain. Saya yakin dengan mengikuti perintah guru saya
insyaallah saya akan mendapatkan keberkahan dalam megabdi dan
akan memetik manfaatnya walaupun tidak saat ini bisa saja suatu saat
saya mendapatkan kemanfaatan dari istiqamah membaca surah-surah
pilihan yang diwajibkan oleh Pesantren ini. Saya merasa dengan
kebiasaan rutin membaca surah-surah yang diwajibkan oleh Pesantren
itu saya mendapatkan ketenangan bathin, itu saya rasakan setiap hari,
terkadang saat saya mendapatkan suatu masalah saya sangat mudah
menyelesaikannya. Kan di beberapa surah itu juga ada ya fadhilah
daripada membaca surah al-Waqi‟ah misalnya itu akan dimudahkan
rezekinya, itu juga saya rasakan meskipun tidak disini tapi keluarga
saya di rumah mendapatkan yang dimudahkan rezekinya. Itu saya
yakin sekali entah kenapa,terkadang saya geleng-geleng tidak percaya
gitu, Ka. Tapi setiap kejadian yang saya alami itu semakin membuat
saya yakin bahwasanya memang benar fadhilah-fadhilah yang
disebutkan ketika membaca surah-surah tertentu dalam al-Qur‟an
meskipun hadis-hadis yang membahas tentang fadhilah membaca
surah-surah itu kebanyakan dhaif ya, Ka. Tapi saya yakin.109
”
Makna pembacaan surah-surah pilihan menurut Silvia Nurfarida
adalah ketika ia mengikuti perintah guru-gurunya dengan mengikuti kegiatan
pembacaan surah-surah tersebut maka ia meyakini akan mendapatkan
keberkahan dan akan mendapatkan manfaatnya walaupu tidak saat ini. Dan
yang dia rasakan saat ini dia adalah keyakinan akan ketenangan hatinya
karena kegiatan praktik pembacaan al-Qur‟an surah-surah pilihan di Yayasan
Al-Ashriyyah Nurul Iman.
3. Pendekatan Diri dan Pengharapan Barakah Kepada Allah
Ustadz Ali Mutakin mengatakan bahwa:
“Dengan adanya tradisi pembacaaan surah-surah pilihan ini saya
sebagai pengurus pastinya berharap akan bernambah keimanan,
ketaatan dan pemahaman terhadap al-Qur‟an serta kecintaan kita
terhadap al-Qur‟an. Karena dengan kita membaca al-Qur‟an setiap
saat insyaallah akan menambahkan keimanan dalam hati kita.
Disamping itu, saya juga berharap dengan adanya tradisi pembacaan
surah-surah ini maka saya dan terhusus para santrinya Abah bisa lebih
109
Wawancara dengan Silvia Nurfarida, mahsiswi STAI Nurul Iman di STAI Nurul Iman
pada tanggal 2 April 2019 05:15 WIB
41
mendekatkan diri kepada Allah, dan akan mendapatkan barakah-
Nya.110
”
Seperti halnya yang disampaikan oleh Ustadzah Herti sebagi
pengurus, dia juga mengharapkan keberkahan dari semuah surah pilihan yang
dibacanya:
“Tentunya saya sangat mengarapkan dari setiap surah yang saya baca
setiap ayat yang saya renungi dan pahami, saya akan mendapatkan
keberkahan, yang mana dengal hal itu insyaalah akan menambahkan
keimanan dalah hati masing-masing.111
”
Tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Ajrul
Syarifudin Ibrahim, mahasiswa STAI Nurul Iman, dia mengatakan:
“Harapan saya dari kegiatan pembacaan al-Qur‟an surah al-Kahfi, al-
Rahman dan al-Sajadah yang Pertama, Kita bisa hapal dengan surah-
surah itu. Kedua, kita bisa memahami isinya dengan sering membaca
tersebut. Kemudia mendapatkan barakah dari Allah serta manfaat-
manfaatnya.112
”
Pendekatan diri kepada Allah dengan bertilawah merupakan hal
positif yang sudah lama menjadi tradisi di Yayasan Al-Ashriyyah Nuru Iman.
Hal ini terlihat dampaknya bagi santri yang semakin khusyu‟ dalam
melakukan ibadah, dan semakin merasa bertambah kecintaannya saat sedaang
berinteraksi dengan al-Qur‟an. Seperti yang dikatakan oleh Ahmad Syukur,
mahasiswa STAI Nurul Iman:
“Dari tradisi pembacaan al-Qur‟an surah-surah pilihan ini saya
memiliki keyakinan dan menyadari bahwa saya semakin semangat
dalam ibadah, merasa lebih khusyu‟ ketika Salat. Mungkin karena
saya sedikit memahami keutamaan-keutamaan daripada surah-surah
tersebut sehingga saat saya sedang mengaji maka saya akan sambil
berfikir dan memahami makna-makna yang terkandung pada setiap
ayatnya. Jujur, karena sebab adanya peraturan wajib membaca surah-
surah pilihan tersebut saya merasa semakin rindu untuk terus
membaca al-Qur‟an.113
”
110
Wawancara dengan Ustadz Ali Mutakin, bagian Akademik I STAI Nurul Iman, pada
tanggal 7 April 2019 02:00 WIB 111
Wawanara dengan Ustadzah Herti pengurus pusat untuk santri putri via telepon pada
tanggal 7 April 2019 02:00 WIB 112
Wawancara dengan Ajrul Syarifudin Ibrahim, mahasiwa STAI Nurul Iman pada tanggal 2
April 2019 05:35 WIB 113
Wawancara dengan Ahmad Syukur mahasiswa STAI Nurul Iman pada tanggal 2 April
2019 07:00 WIB
42
E. Hadis tentang Keutamaan dan Fadhilah surah al-Kahfi, ar-Rahman dan
as-Sajadah.
Adapun mengenai hadis yang mendasari tradisi pembacaan al-Qur‟an
surah-surah pilihan di Yayasan Al-Ashriyyah Nuru Iman adalah sebagai
berikut:
1. Hadis yang Menunjukkan tentang keutamaan surah al-Kahfi.
Dalam rangkaian prosesi tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-Kahfi
di Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman adalah membaca istighasah terlebih
dahulu kemudia dilanjutkan dengan pembacaan surah al-Kahfi, ar-Rahman,
as-Sajadah, al-Waqi‟ah dan al-Mulk. Suatu amalan seperti istighasah dan
pembacaan surah-surah pilihan dalam al-Qur‟an adalah suatu amalan yang
baik khas ulama‟ Aswaja (Ahlus Sunnah wa al-Jama‟ah).
Salah satu fitnah atau ujian paling besaar yang diturunkan oleh Allah
di dunia ini adalah fitnah Dajjal. Oleh karena itu, setiap Muslim dianjurkan
untuk memohon perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal. Salah satunya
adalah dengan mengamalkan pembacaan 10 ayat pertama dalam surah al-
Kahfi. Sebagaimana diterangkan dalam hadis riwayat Imam Muslim sebagai
berikut:
رداء أن النبى ص لى اهلل عليو وسلم قال: من حفظ عشر آيات من أول سورة عن أبى الد
الكهف عصم من الدجال. رواه مسلم وأبو داود والنسائي والترمذي
Artinya: Dari Abu Darda‟: bahwasannya Nabi saw. bersabda,
“Barang siapa hafal sepuluh ayat pertama dari surah Al-Kahf maka ia akan
dijaga atau dilindungi dari fitnah Dajjal.114
” (HR. Muslim, Abu Daud, An-
Nasa‟i dan At-Tirmidzi).
Disamping itu, juga ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Sa‟id al-Khudri yang berbunyi:
ث نا أبو بكر محم ث نا ن عيم بن حد ث نا الفضل بن محمد الشعراني ، حد د بن المؤمل ، حد
ث نا ىشيم ، أن بأ أبو ىاشم ، عن أبي مجلز ، عن ق يس بن عباد ، عن أبي سعيد الخدري حماد ، حد
114
Hadis Riwayat Imam Muslim, Sahih Muslim, No. 809 (Beirut: Dar al-Ihya‟ at-Turatas,tt),
Juz 2.
43
ضاء لو عنو ، أن النبي صلى اللو عليو وسلم قال: " إن من ق رأ سورة الكهف ي وم الجمعة أ رضي اللو
من النور ما ب ين الجمعت ين
Artinya: “Sungguh siapa membaca surah Al-Kahfi di hari Jumat,
maka baginya cahaya yang terang antara dua Jumat.” (HR. Al-Hakim).115
”
Demikianlah keistimewaan surah al-Kahfi bagi orang yang mau
membaca atau menghafalnya terlebih di malam atau hari Jum‟at. Yakni
dilindungi dari fitnah Dajjal kelak di hari Kiamat serta disiapkan cahaya
khusus untuknya.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Crehnaldo Septa D, mahasiswa
STAI Nurul Iman. Salah satu yang memotivasi dia untuk mengikuti amalan
praktik pembacaan al-Qur‟an surah-surah pilihan disamping karena mematuhi
perintah guru dan peraturan Pesantren, salah satunya juga termotivasi karena
dia mengetahui keutamaan daripada surah-surah pilihan yang telah
diwajibkan oleh Pesantren. Salah satunya surah al-Kahfi.
“Ada beberapa hadis tentang surah al-Kahfi yang menyebutkan bahwa
apabila kita membacanya setiap hari Jum‟at makan kita akan aman
sampai Jum‟at selanjutnya, terus surah ar-Rahman juga akan
menjamin kehidupan kita di rumah. Dengan kita istiqamah dan
mentaati perintah guru disini insyaallah kita akan dijaga dari bahaya
dan malapetaka. Mungkin itu116
.”
Crehnaldo juga menambahkan, bahwa dia semakin meyakini tentang
hasiat dan keutamaan dari surah al-Kahfi karena dia mempunyai pengalaman
yang ia ceritakan kepada penulis sebagai berikut:
“Kalau saya, benar-benar mendengarkan langsung caramah Abah
seperti itu. Beliau menyampaikan bahwa “Faedah setiap surah yang
ditetapkan di pondok ini itu pasti punya keistimewaan sendiri dan
pasti akan memberikan efek bagus untuk antum untuk selalu
mendawamkannya.” Saya pernah punya pengalaman pribadi yang
mungkin ini agak sedikit konyol kalau diceritakan namun karena
pengalaman itu juga yang membuat saya bertambah keyakinan
terhadap keistimewaan surah-surah yang diijazahkan Abah di
115
Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah bin Muhammad bin Hamdawiyah al-Hakim an-
Nisaburi, Al-Mustadrak „alâ al-Sahihain li al-Hâkim, (Mesir: Dâr al-Haramain, 1997 ), hal. 434, juz 2. 116
Wawancara dengan Crehnaldo Septa D mahasiswa STAI Nurul Iman, pada tanggal 2
April 2019 06:35 WIB.
44
Pesantren ini. Ceritanya dulu ketika saya sedang di luar pas liburan
Pesantren pernah kena hipnotis terus tiba-tiba saya ingat Abah pernah
berkata bahwa ada salah satu ayat dalam surah al-Kahfi yang
membuat kita sadar dan ternyata saya sadar tapi ketika uang saya
sudah ludes. Mungkin karena saya istiqamah membaca surah al-Kahfi
itu makanya dapat penjagaan.
Berbeda dengan Khairunnisa, mahasiswi STAI Nurul Iman yang
menceritakan awal mula dia mendapatkan ide untuk menulis skripsi karena
setelah kegiatan praktik pembacaan surah al-Kahfi selesai dibaca berjamaah
di Pesantren:
“Saya mau cerita, Ka. Seperti kemarin saya kebingungan tuh, pas
sudah Asar jam lima saya bingung mencari judul apa, nah pas kami
selesai baca surah al-Kahfi di Masjid, tiba-tiba setelah itu saya jadi
tertarik untuk meneliti tentang kisah Dzul Qarnain untuk skripsi saya.
Sepertinya memang itu barakah daripada saya membaca surah al-
Kahfi tersebut deh.117
”
2. Hadis yang Menunjukkan Keutamaan Surah Al-Rahman
Surah ar-Rahman merupakan surat ke 55 dari al-Quran. Terdiri dari
78 ayat. Dia terletak di juz 27. Berada tepat setelah surat al-Qamar dan
sebelum surah al-Waqiah. Dan termasuk ke dalam golongan surat Makkiyah.
Ada satu ciri utama dari surah ini, yang dengan ciri itu, hanya dengan
mendengarnya kita bisa dengan mudah mengetahui bahwa yang kita dengar
itu adalah surah ar-Rahman, yaitu adanya pengulangan ayat (kalimat) sampai
31 kali pada kalimat Fabiayyi Alaa i Rabbikuma Tukaddzibaan.
Salah satu keutamaan daripada surah al-Rahman diantaranya ada
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi yang berbunyi:
ث نا الوليد بن مسلم، عن زىير بن محم ث نا عبد الرحمن بن واقد أبو مسلم قال: حد د، عن محمد بن حدو، ف قرأ عليهم سورة الرحمن من المنكدر، عن جابر قال: خرج رسول اللو صلى اللو عليو وسلم على أصحاب
لة الجن فكانوا أحسن مردو دا منكم، كنت كلما أولها إلى آخرىا فسكتوا، ف قال: " لقد ق رأت ها على الجن لي بان{ ]الرحمن: أت يت على ق ولو }فبأي آالء ربكم [ قالوا: ال بشيء من نعمك رب نا نكذب ف لك 31ا تكذ
قال ابن حنبل: " « ىذا حديث غريب ال ن عرفو إال من حديث الوليد بن مسلم عن زىير بن محمد »الحمد ": ر و، ي عني: بن محمد الذي وق بالشام ليس ىو الذي ي روى عنو بالعراق، كأنو رجل آخر ق لبوا اسم كأن زىي
117
Wawancara dengan Khairunnisa mahasiswi STAI Nurul Iman, pada tanggal 2 April 2019
04:30 WIB.
45
ام ي روون عن زىير بن أىل الش »لما ي روون عنو من المناكير ". وسمعت محمد بن إسماعيل البخاري، ي قول: محمد مناكير، وأىل العراق ي روون عنو أحاديث مقاربة
Artinya: “Aku telah membacakannya kepada Jin pada malam
berkumpulnya mereka, dan mereka meresponnya dengan jawaban yang lebih baik
dibandingkan kalian semua. Saat aku sampai pada ayat Fabi ayyi aalaa‟i
Rabbikuma Tukadziban(maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan?)mereka berkata kami tidak mendustakan apapun dari kenikmatan yang
Engkau berikan, bagi Mu segala Puji. (H.R. Tirmidzi).118
Dalam hadis ini Nabi Muhammad mengajarkan kepada sahabatnya
bagaimana caranya memikirkan dan merenungkan al-Qur‟an ketika mereka
mendengar suatu ayat yang di dalamnya mengandung pertanyaan.
Seperti yang disampaikan oleh Khoirunnisa, mahasiswi STAI Nurul
Iman, dia berkata:
“Sebenarnya semua surah dalam al-Qur‟an itu bagus serta memiliki
keutamaan-keutamaannya tersendiri. Kalau surah ar-Rahman disana
menceritakan tentang kasih sayang Allah, tentang nikmat yang Allah
berikan juga tentang peringatan kepada kita manusia bahwa selain kita
ada bangsa lain yaitu Jin yang ikut beribadah kepada Allah. Oleh
karenanya, kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan hidup yang
Allah berikan.119
”
Khairunnisa juga menambahkan, bagaimana dia bisa bertambah
motivasinya untuk melakukan kegiatan praktik pembacaan al-Qur‟an surah-
surah pilihan di Pesantren:
“Sebenarnya semua surah dalam al-Qur‟an itu bagus ya, kalau saya
memang suka surah al-Kahfi karena surah tersebut banyak
mengandung kisah, mulai dari kisah Dzul Qarnain, kisah Nabi Musa,
kisah Ashabul kahfi. Dari kisah-kisah itu tuh banyak mengandung
kontroversi, jadi ngga ada cerita pasti iya kan, seperti Nabi Khidir dan
Nabi Musa di dalam al-Qur‟an bercerita seperti itu tapi ada versi lain.
Ada yang bilang Nabi Khidir itu Nabi, ada yang bilang dia itu orang
sholeh. Cerita Ashabul kahfi ada yang bilang mereka ada empat yang
kelima Anjingnya, ada yang bilang tujuh yang ke delapan Anjingnya.
Cerita Dzul Qarnain ada yang bilang dia itu Raja Mesir ada yang
bilang Alexander. Jadi di dalam surah al-Kahfi itu ceritanya
mengandung banyak kontroversi. Kalau surah ar-Rahman dan al-
118
Hâdis riwayat Tirmidzî, Abi „Isâ Muhammad bin „Isâ at-Tirmidzî, Sunan At-Tirmidzî,
(Dâr al-Gharb al-Islâmî, 1998), h. 252, juz 5. 119
Wawancara dengan Khairunnisa mahasiswi STAI Nurul Iman, pada tanggal 2 April 2019
04:30 WIB
46
Waqi‟ah yang diajarkan sama Abah itu memang banyak faedahnya
apalagi ar-Rahma gitu kan, ar-Rahman itu berisi tentang kenikmatan-
kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Saya yakin
surah-surah yang sudah dipilihkan oleh guru besar yang diwajibkan
kepada para santrinya itu memiliki banyak keutamaan tersendiri,
gitu.”
Kalau menurut penuturan Ahmad Syukur mahasiswa STAI Nurul
Iman, dai memeiliki keyakinan dengan amalan praktik pembacaan al-Qur‟an
surah-surah pilihan di Pesantren karena sudah mengetahui fadhilah-
fadhilahnya:
“Karena mengambil daripada hadis-hadis Rasulullah tentang
keutamaan dan fadhilah surah-surah tersebut. Terus kaya kita
istiqamah membaca surah al-Waqi‟ah maka kita akan dimudahkan
rezekinya, dan saya sering mengalami hal itu. Untuk itu, dengan
membaca surah-surah tersebut membuat saya bisa cepat hafal, terus
bisa memahami ayat per ayat dari surah-surah tersebut serta tafsir-
tafsirnya.120
”
M. Irsyadul Umam mahasiswa STAI Nurul Iman, ketika ditanya oleh
penulis apa yang membuatnya termotivasi untuk mengikuti kegiatan praktik
pembacaan al-Qur‟an surah-surah pilihan di Pesantren, adalah karena
mengikuti thariqah gurunya dan sebab keutamaan-keutamaannya:
“Pertama, karena mengikuti thariqah guru besar yakni Abah terus kan
dalam surah-surah pilihan ada surah yang keutamaannya dapat
meningkatkan rezeki dan banyak keutamaan yang lainnya, mungkin
yang kedua karena banyaknya keutamaan dibalik surah-surah itu yah.
Kaya surah al-Mulk itu kan ada fadhilahnya buat orang-orang yang
istiqamah membaca surah al-Mulk maka nanti di hari kiamat akan
mendapatkan pertolongan juga di akhir akan terhidar dari fitnah
Dajjal.121
”
Harapan dari para informan terkait amalan praktik pembacaan al-
Qur‟an surah al-Kahfi, al-Rahman dan al-Sajadah diantaranya adalah.
Pertama, menurut Ustadzah Herti
“Tentunya saya sangat mengarapkan dari setiap surah yang saya baca
setiap ayat yang saya renungi dan pahami, saya akan mendapatkan
120
Wawancara dengan Ahmad Syukur, mahasiswa STAI Nurul Iman, pada tanggal 2 April
2019 05:30 WIB 121
Wawancara dengan M. Irsyadul Umam mahasiswa STAI Nurul Iman, pada tanggal 2
April 2019 06:30 WIB.
47
keberkahan, yang mana dengal hal itu insyaalah akan menambahkan
keimanan dalah hati masing-masing.122
”
Kedua, Crehnaldo Septa D mahasiswa STAI Nurul Iman memiliki
harapan terkait amalan praktik pembacaan al-Qur‟an surah-surah pilihan di
Pesantren adalah:
“Harapan saya, bagi diri pribadi atau orang-orang yang tahu,
sebenarnya tuh harus banyak-banyak mencari tahu keistimewaan
surah-surah pendek yang didawamkan dalam agama Islam. Benar-
benar rahasianya itu ternyata banyak walaupun ada sebagian yang
bilang surahnya pendek-pendek sehingga terlalu ringan padahal
ternyata memiliki keutamaan yang sangat bagus. Apalagi surah ar-
Rahman ayatnya banyak yang sama hampir tiga puluh lebih tetap ada
saja sebagian orang yang menganggapnya agak enteng tapi ternyata
disitu ayat-ayat al-Qur‟an disitu benar-benar memiliki keistimewaan
yang luar biasa. Oleh karenanya harus kita dawamkan setiap saat,
apalagi membaca surah-surah pilihan yang telah diwajibkan oleh
pesantren ini.123
”
Ketiga, Khairunnisa mahasiswi STAI Nurul Iman memiliki harapan
terkait amalan praktik pembacaan al-Qur‟an surah al-Kahfi, al-Rahman dan
al-Sajadah di Pesantren adalah:
“Harapan saya hanya satu yakni agar saya istiqamah. Kan istiqamah
itu kan ada maqalah “Al-Istiqamah Khairun min Alfi Karamah” dan
istiqamah itu kita kan setelah kita baca kita baca lagi dan lagi, entah
itu sekarang saat saya di Pesantren atau nanti setelah berhenti dari
Pesantren Nurul Iman.124
”
Keempat, Nurhayati mahasiswi STAI Nurul Iman, terkait amalan
praktik pembacaan al-Qur‟an surah-surah pilihan di Pesantren memeiliki
harapan agar lebih dekat dengan Allah:
“Harapannya, semoga dengan membaca surah-surah ini bisa lebih
mendekatkan diri saya kepada Allah, bisa mendapatkan ketenangan
jiwa, bisa mengajak juga teman-teman saya nanti di rumah.125
”
122
Wawanara dengan Ustadzah Herti pengurus pusat untuk santri putri via telepon pada
tanggal 7 April 2019 02:00 WIB 123
Wawancara dengan Crehnaldo Septa D mahasiswa STAI Nurul Iman pada tanggal 2 April
2019 06:30 WIB. 124
Wawancara dengan Khairunnisa mahasiswi STAI Nurul Iman pada tanggal 2 April 2019
04:35 WIB. 125
Wawancara dengan Nurhayati mahasiswi STAI Nurul Iman pada tanggal 2 April 2019
05:00 WIB.
48
Kelima, Silvia Nurfarida mahasiswi STAI Nurul Iman menyatakan
harapannya terkait amalan praktik pembacaan al-Qur‟an surah al-Kahfi, al-
Rahman dan al-Sajadah agar semakin rajin dalam mengkaji ilmu al-Qur‟an:
“Harapan saya kedepannya ya supaya saya lebih rajin lagi mengkaji
al-Qur‟an terus belajar memahami apa saja fadhilahnya gitu,
kemudian bisa mengamalkan surah-surah tersebut.126
”
Keenam, Inarotul Ulya mahasiswi STAI Nurul Iman terkait amalan
praktik pembacaan al-Qur‟an surah al-Kahfi, al-Rahman dan al-Sajadah
memiliki harapan agar mendapatkan ridha Allah:
“Pertama, saya berharap mendapatkan ridha Allah, dan berharap
Allah mengenal saya, karena menurut pandangan saya, dengan Allah
bersedia mengenal kita maka Dia akan memberikan segalanya untuk
kita.127
”
Ketujuh, Durotus Sa‟diyah mahasiswi STAI Nurul Iman berharap dari
amalan praktik pembacaan surah-surah pilihan ini agar menambah ketaatan
terhadap guru:
“Harapan saya yang pertama adalah menambah ketaatan saya kepada
guru saya yang kedua itu berharap banyak kebaikan Allah limpahkan
kepada saya dan teman-teman saya.128
”
3. Hadis yang Menunjukkan Keutamaan Surah Al-Sajadah
Surah al-Sajdah adalah salah satu surah dalam al-Qur‟an urutan ke 32.
Surah yang termasuk golongan makkiyah ini terdiri dari 30 ayat. Dinamakan
As-Sajdah adalah karena dinisbatkan pada orang-orang mukmin yang
bersujud ketika mendengar ayat kelima belas dari surah As-Sajdah sebagai
berikut:
[31برون ]نما ي ؤمن بآياتنا الذين إذا ذكروا بها خروا سجدا ، وسبحوا بحمد ربهم ، وىم ال يستك إArtinya: “Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada
ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-
ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya,
dan lagi pula mereka tidaklah sombong.
126
Wawancara dengan Silvia Nurfarida mahasiswi STAI Nurul Iman, pada tanggal 2 April
2019 04:20 WIB. 127
Wawancara dengan Inarotul Ulya mahasiswi STAI Nurul Iman pada tanggal 2 April 2019
05:00 wib 128
Wawancara dengan Durotus Sa‟diyah mahasiswi STAI NURUL Iman pada tanggal 2
April 2019 04:45 WIB.
49
Surah al-Sajadah mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan
kebenaran Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah dan al-Qur‟an yang
diturunkan kepadanya merupakan petunjuk bagi manusia, menegaskan
tentang ketauhidan dan kekuasaan Allah dengan mengemukakan hal-hal yang
berhubungan dengan masa terciptanya alam, proses kejadian manusia dan
kebangkitan di hari kiamat serta keajaiban yang terdapat pada alam
semesta.129
Adapun keutamaan surah as-Sajadah diantaranya adalah sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Darimi yang berbunyi:
ث نا عبدة، عن خالد بن معدان، قال: " اق رءوا المنجية، و ىي الم ت نزيل فإنو ب لغني أن أخب رنا أبو المغيرة، حدرىا، وكان كثير الخطايا، ف نشرت جناحها عليو وقال ت: رب اغفر لو فإنو كان رجال كان ي قرؤىا ما ي قرأ شيئا غي
، وقال: اكتبوا لو بكل خطيئة حسنة، وارف عوا لو درجة يكثر قراءتي، فشفعها الرب فيو
Artinya: “Bacalah surat al-Munjiah (yang menyelamatkan) yaitu alif
lam tanzil Assajadah, sebab saya mendapat keterangan bahwa ada seorang
yang biasa membacanya, dan tidak membaca lain-lainnya, sedang ia banyak
berdosa, tiba-tiba surat ini menghamparkan sayapnya dan berkata : Ya
Rabbi ampunilah orang ini, karena ia selalu membacaku, maka Allah
menerima pembelaan (syafa‟at) Nya, dan berfirman: Tulislah untuk hamba-
Ku itu ditempat tiap dosa dengan kebaikan dan naikkan derajatnya.130
”
Ada hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang
mengatakan bahwa Nabi selalu membaca Surah as-Sajadah setiap Jum‟at
pagi:
عن أبي ىريرة رضي اللو عنو قال : كان النبي صلى اللو عليو وسلم يقرأ في الفجر يوم نسان ]النسان [. رواه البخاري ومسلم3/ 67الجمعة الم ت نزيل السجدة ، وىل أتى على ال
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, “Nabi saw. selalu
membaca di pagi hari Jum‟at Alif Lam Mim Tanzil As-Sajdah, dan Hal ata
alal insani (Al-Insan/76:1).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
129
Nurul Hidayat, “Mempelajari Al-Qur‟an,” artikel diakses pada 17 Mei 2018 dari
http://lestariquran.blogspot.com/2015/02/keistimewaan-surat-as-sajdah.html. 130
Hâdis riwayatat ad-Dârimi Abdullah bin abd Rahman Abû Muhammad ad-Dârimi, Sunan
ad-Dâarimi, (Beirut: Dâr al-Kitâb al-„Arabî, 1407 M), h. 546, Juz
50
Disamping itu juga ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad yang menyebutkan bahwa Nabi tidak akan beranjak untuk tidur
sebelum membaca surah as-Sajadah.
عن جابر رضي اللو عنو قال : كان النبي صلى اللو عليو وسلم ال ينام حتى يقرأ الم ت نزيل [. ورواه المام أحمد.3/ 76السجدة ، وتبارك الذي بيده الملك ]الملك
Artinya: “Dari Jabir r.a., ia berkata, “Nabi saw. tidak akan tidur
sampai beliau membaca Alif Lam Mim Tanzil As-Sajdah dan Tabarakalladzi
biyadihil mulku (Al-Mulk/67: 1). (HR. Ahmad).”
Demikianlah beberapa riwayat keutamaan surah as-Sajadah.
51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dari penelitian yang telah penulis lakukan terhadap
tradisi pembacaan al-Qur‟an sûrah al-Kahfi, ar-Rahmâan dan as-Sajadah di
Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman, ahirnya penulis menyimpulkan isi
keseluruhan skripsi ini sebagai berikut:
Pertama, pembacaan al-Qur‟an di berbagai pesantren di Indonesia
sejatinya sudah banyak yang menerapkannya khususnya pesantren-pesantren
salaf, ataupun pesantren salaf-modern. Karena al-Qur‟an ini memiliki
kedudukan yang sangat husus dalam Islam. Sebagian pesantren ada yang
menerapkan dengan menggunakan metode wetonan atau halaqah dan metode
sorogan.
Kedua, mengenai tradisi pembacaan al-Qur‟an surah pilihan. Surah-surah
pilihan yang dibaca di Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman ini terdapat bebarapa
sûrah, selain sûrah al-Kahfi, ar-Rahmân, as-Sajadah, juga ada surah an-Najm,
ad-Dzariyat, ad-Dukhon, al-Waqi‟ah, al-Mulk, dll. Tradisi pembacaan surah al-
Kahfi, ar-Rahman dan as-Sajadah merupakan kegiatan mingguan, yang
dilaksanakan pada hari Jum‟at sebelum salat Dzuhur untuk snatri putri dan
sebelum salat Jum‟at untuk snatri putra. Kegiatan pembacaan sûrah-sûrah ini
dibaca secara berjamaah dipimpin oleh imam salat.
Ketiga, secara umum, pembacaan sûrah al-Kahfi, a-Rahmân dan as-
Sajadah terlebih dahulu diawali dengan membaca wirid sûrah al-Fâtihah dan
istighasah sebagai pembacaan hadarah atau tawassul kepada para ahli kubur.
Khususnya ditujukan kepada keluarga Yayasan dan kerabat serta guru-guru dari
pengasuh Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman.
Keempat, tradisi pembacaan sûrah al-Kahfi, ar-Rahmâan dan as-Sajadah
dimaksudkan agar para santri terbentengi dengan akhlak al-Qur‟aniyyah
dimanapun berada, memohon barakah kepada Allah, menumbuhkan rasa cinta
terhadap al-Qur‟an, merasakan ketenangan hati, menjadi pribadi yang bersyukur,
terutama agar para santri semakin semangat mendekatkan diri kepada Allah serta
52
mendapatkan rezeki yang berlimpah. Hal ini terbukti dengan pesatnya
perkembangan kewirausahaan yang dikelola langsung oleh santri Yayayasan al-
Ashriyyah Nurul Iman.
Kelima, kegiatan-kegiatan lain yang ada di Yayasan Al-Ashriyyah Nurul
Iman yang menjadi ciri has Yayasan, yakni kewirausahaan yang menjadikan Al-
Ashriyyah Nurul Iman sebagai Yayasan yang menggratiskan semua biaya santri.
B. Saran
Dalam penelitian ini, penulis tentunya menyadari segala kekurangan yang
terdapat di dalam karya tulis. Setelah penulis melakukan penelitian tentang
kajian living Qur‟an terkait tradisi pembacaan sûrah al-Kahfi, ar-Rahmân dan as-
Sajadah di Yayasan Al-Ashriyyan Nurul Iman, maka penulis akan memberikan
bebearapa masukan:
1. Kepada para santri Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman agar pembacaan sûrah
al-Kahfi, ar-Rahmân dan as-Sajadah yang telah diterapkan dan dipahami
dapat diamalkan baik setelah menjadi alumni nantinya, agar berguna bagi
kehidupan bermasyarakat yang madani dan masyarakat Qur‟ani.
2. Kepada para peneliti, dalam skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh
karenanya saran dan kritik dari peneliti maupun dari para intelektual sangat
peneliti harapkan, dan untuk peneliti berikutnya hendaknya lebih
memperdalam teori pengetahuan social sebagai pelengkap dari penelitian
berikutnya.
53
DAFTAR PUSTAKA
„Ali Husain, Syekh , Madkhal al-Dirasat al-Qur‟aniyah, Tripoli: Da‟wah Islamiyah, 2000.
A Rofiq, dkk.,Pemberdayaan Pesantren: Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri
dengan Metode Daurah Kebudayaan, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005.
Abriansyah, Taufik, dkk., “MQ Corp Berkibar dengan 20 anak Perusahaan.Asetnya Lebih
dari Rp 1 trilyun.Mencoba Keluar dari Bayang-bayang Aa Gym.,” artikel diakses
pada 23 Januari 2017 dari http://arsip.gatra.com/2004-
0807/majalah/artikel.php?pil=23&id=42916.
AH, M. Syatibi, Memelihara Kemurnian al-Qur‟an: Profil Lembaga Tahfidz Al-Qur‟an di
Indonesia, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2011.
Ahmad, Muhammad bin Hibban bin, Shahih Ibnu Hibban, (Beirut: Muassisah ar-
Risalah,1988.
Ainun Nadjib, Emha, Indonesia Bagian dari Desa Saya, Yogyakarta: SIPRESS, 1992.
Akhtar, Shabbir, Islam Agama Semua Zaman. Penerjemah Rusdi Djana, Jakarta: Pustaka
Zahra, 2002.
Al-A‟zami ,M.M, Sejarah Teks al-Qur‟an: Dari Wahyu Sampai Kompilasi, Jakarta: GEMA
INSANI, 2014.
Al-Albani, M. Nashiruddin Sifat Shalat Nabi, Jakarta: Gema Insani, 2008.
Alatas, Alwi, dkk., Rahasia Salafus Shalih Mempersiapkan Generasi Penerus, Surabaya:
Bina Qalam Indonesia, 2015.
Al-Baili, Ahmad, al-Ikhtilaf Baina al-Qira‟at, Khurtum: T.pn., 1984.
Al-Bukhari, Ismail bin Ibrahim, Abu Abdillah, Shahih Bukhari, juz 7, Maktabah Syamilah.
Al-Bukhari, Muhammad bin Isma‟il Abu „Abdillah, Shahih Bukhari, Bab Unzila al-Qur‟an
„ala Sab‟ati Ahruf, T.tp.: Dar Thuq an-Najah, 1422.
Al-Hafidz, Muhamad Ali Mustofa Kamal, Epistemologi Qira‟at Al-Qur‟an, Yogyakarta:
Deepublish, 2012.
Al-Hijazy, Hasan bin Ali Hasan, al-fikrut Qoyyim, Beirut: Dar Iqra‟, 1985.
Ali al-Shabuni, Muhammad , Studi Ilmu al-Qur‟an, Terj. Aminuddin, (Bandung: Pustaka
Setia, 1999.
Al-Khalidy, Shalah, Kisah-kisah al-Qur‟an: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu.
Penerjemah Setiawan Budi Utomo Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
Al-Mandū, Ibnu dalam Lisān al-„Arab menjelaskan bahwa ruqyah adalah jampi-jampi yang
digunakan seseorang untuk mengobati sakit seperti demam, lemas dan berbagai
macam penyakit lainnya. Ibnu Mandūr, Lisān al-„Arab, Bab raqā, dalam CD RoM
Maktabah as-Syāmilah al-Isdār as-Sāni, tth.
54
Al-Nazili, Sayyid Muhammad Haqi, Khazinat al-Asrār, Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
Al-Qattan, Manna‟ Khalil, Mabahits fi Ulum al-Qur‟an,(Beirut: Mansyurat al-„Ashr al-
Hadits, 1937.
Al-Qur‟an Cordoba, International-Indonesia, Al-Qur‟an Cordoba For Muslimah.
Al-Tirmidzi, Abu Isa, Sunan Tirmidzi, juz 5, Maktabah Syamilah.
Amal, Taufik Adnan, Rekonstruksi Sejarah al-Qur‟an. Penyunting Samsu Rizal Panggabaen
Ciputat: PT Pustaka Alvabet, 2013.
Andy, Kick, Kick Andy: Kumpulan Kisah Inspiratif 2, Yogyakarta: PT Bentang Pustaka,
2011.
An-Nawawi, Abu Zakariya Yahya, At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur‟an, Beirut: Dar Ibnu
Hazm, 676 H.
Anshori, Ulumul Qur‟an, Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2013.
Anwar, Rosihan, Samudra al-Qur‟an, Bandung: Pustaka Setia, 2001.
Anwar, Syaifuddin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Arifin,H. M., Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, Yogyakarta: Bumi Aksara, 1991.
Arifin, Imron, Kepemimpinan Kyai: Kasus Pondok Pesantren Tebuireng, Malang:
Kalimasada Press, 1993.
Arifin, Tatang M., Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
Ars, Moh. Nur, dkk., Sejarah Kota Samarinda, Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, 1986.
As-ShalihSubhi, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an. Penerjemah Tim Pustaka Firdaus, Cet. IV,
Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993.
Atabik, Ahmad, The Living Qur‟an: Potret Budaya Tahfidz Al-Qur‟an di Nusantara, dalam
Jurnal ADDIN, Vol. 2, No. 2, Juli-Desember 2010.
Ayu, Fatma, Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Pati, Jawa Tengah,
artikel diakses pada 22 Januari 2017 dari http://mysiiss.blogspot.co.id/
Besari,M. Sahari, Teknologi di Nusantara: 40 Abad Hambatan Inovasi, Jakarta: Salemba
Teknika, 2008.
Blackwell,Wiley-,Introduction to Sustainability, India: Spi Global, 2016.
Bruinessen , Martin Van, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat “Tradisi-tradisi Islam di
Indonesia”, Bandung: Mizan, 1995.
Burhanudin, Jajat, Ulama perempuan Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Bya, Asfa Davi, Sebening Mata Hati, Jakarta: PT Mizan Publika, 2008.
55
Chapman,Audrey R. Bumi yang Terdesak: Perspektif Ilmu dan Agama Mengenai Konsumsi,
Populasi, dan Keberlanjutan, Bandung: Mizan, 2000.
Darmadi, Membaca Yuuuk….!: Strategi Menumbuhkan Minat Baca Anak Sejak Usia Dini,
Jakarta: Guepedia, 2018.
Dawson, Catherin, Metode Penelitian Praktis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Dhofier, Zamahsyari, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta:
LP3S, 1995.
Dianawati, Ajen, RPUL SD: Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap, Jakarta: PT Wahyu
Media, 2006.
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Direktori Pesantren, Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam: Departemen Agama Republik Indonesia, 2007.
Djakfar,Muhammad, Etika Bisnis: Menangkap Spirit Ajaran dan Pesan Moral Ajaran Bumi,
Depok: Penebar Plus, 2012.
EldeebIbrahim, Be a Living Qur‟an, Tangerang: Lentera Hati, 2009.
Elfindri, dkk., Strategi Sukses Membangun Daerah, Jakarta: Gorga Media, 2008.
Eryadi, IPUL (Intisari Pengetahuan Umum Lengkap) SLTP, Tangerang: PT Kawan Pustaka,
2004.
Fajarwati,Elly Nurmaningtyas, “Kepemimpinan Kyai dalam Perubahan Organisasi
Pesantren: Studi Kasus Kepemimpinan K.H. Muhammad Achmad Sahal Mahfudh,
Jakarta: Tesis Pascasarjana Studi Kajian Ketahanan Nasional Universitas Indonesia.
Faoz,Deden “Sekilas Sejarah Pesantren Al-Ittifaq Bandung,” artikel diakses pada 22 Januari
2017 dari https://dedenfaoz.wordpress.com/2007/12/20/sekilas-sejarah-pesantren-al-
ittifaq-bandung/
Fardiana,Sandy, “BPSDM Jabar Menuju Standar Internasional,” artikel diakses pada 19
Januari 2017 dari-http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-
warga/wacana/16/11/08/ogbjcs371-bpsdm-jabar-menuju-standar-internasional.
Fathurrohman, M. Mas'udi, Cara Mudah Menghafal AI-Qur'an Dalam Satu Tahun,
(Yogyakarta: Elmatera, 2012.
Ferli, dkk., “KH Fuad Affandi Serukan Santri di Jawa Hijrah ke Sunda,” artikel diakses pada
22 Januari 2017 dari http://www.nu.or.id/post/read/65487/kh-fuad-affandi-serukan-
santri-di-jawa-hijrah-ke-sunda.
Firdaus, Ismet, dan Ismail, Asep Usman, Pengamalan al-Qur'an Tentang Pemberdayaan
Dhu'afa, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Dakwah Press, 2008.
Fu‟ad „Abd al-BaqiMuhammad,al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur‟an al-Karim, Dâr al-
Kutub al-Misriyyah, 1364.
Gusmian, Islah, Al-Qur‟an, Surat Cinta Sang Kekasih Yogyakarta: Galang Press, 2005.
Hadīs Riwayat Bukhārī, Sahīh a-Bukhārī, Bab al-Raqā bil Qur‟ān, dalam CD RoM
Maktabah asy-Syāmilah al-Isdār as-Sanī, tth.
56
Hadis Riwayat Muslim, Shahih Muslim, Bab Istahbab al-tahadditsin, Juz 1, Beirut: Dar Ihya‟
at-Turats al-„Arabi, 261 H.
Hâdis riwayat Tirmidzî, Abi „Isâ Muhammad bin „Isâ at-Tirmidzî, Sunan At-Tirmidzî, Beirut:
Dâr al-Gharb al-Islâmî, 1998.
Hâdis riwayatat ad-Dârimi Abdullah bin abd Rahman Abû Muhammad ad-Dârimi ,Sunan ad-
Dâarimi, Beirut: Dâr al-Kitâb al-„Arabî, 1407 M.
Hafidhuddin, Didin, Agar Layar Tetap Terkembang: Upaya Menyelamatkan Umat, Jakarta:
Gema Insani Press, 2006.
Halim, A. dkk., Manajemen Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005
Hamid, Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Abu, Ihya‟ Ulum al-Din, (Beirut, Dar al-
Ma‟rifah, 505.
Hamzah, Amir, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam, Jakarta: Mulia Ofset, 1989.
Hasanah, Uswatun, Studi terhadap Tujuan Membaca Al-Quran Masyarakat Dusun Sukorejo
Desa Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Jawa Tengah, dalam Skripsi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996.
Hefner,Robert W. Islam Pasar Keadilan: Artikulasi Lokal, Kapitalisme dan Demokrasi,
Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2000.
Hernowo, dan Ridwan, M. Deden, Aa Gym dan Fenomena Daarut Tauhid: Memperbaiki Diri
Lewat Manajemen Qalbu : Memuat Wawancara dan Tulisan K.H. Abdullah
Gymnastiar, Jagakarsa: Mizan, 2001.
Hidayat, Iwan Wahyu, dkk.,Keterampilan Belajar (Study Skills) untuk Mahasiswa, Jakarta:
Kencana, 2018.
Hisyam, Muhammad dan Purwoko,Dwi Pondok Pesantren: Kemandirian Santri dan
Pembangunan Masyarakat, Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2010.
Horikoshi, Hiroko, Kyai dan Perubahan Sosial, Jakarta: P3M, 1987.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pondok_Pesantren_Al-Ashriyyah_Nurul_Iman.
Ida,Laode NU Muda: Kaum Progresif dan Sekularisme Baru, Jakarta: Penerbit Erlangga,
2004.
Imarah, Dr. Muhammad, Islam dan Keamanan Sosial. Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani,
Jakarta: Gema Insani Press, 1999.
Ismail,Taufiq, Membangun Kemandirian Umat di Pedesaan: Ikhtiar dan Peran Pesantren
Daarul Falah, Bogor: Pesantren Pertanian Daarul Falah, 2000.
Junaedi, Didi, Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur‟an, dalam
Journal of Qur‟ān and Hadīth Studies Vol. 4, No. 2 2015
Junaedi, Didi, Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur‟an, dalam
Makalah Seminar Tahunan Qur‟an and Hadith Academic Society UIN Jakarta: 2015.
57
Jusmaliani, Masyarakat Indonesia: Bencana dalam Pandangan Islam, Jakarta: Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, 2008.
K, Septiawan Sentana, Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2007.
Karni,Asrori S. Etos Studi Kaum Santri, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2009.
Khaleed al-DaghameenZiad, Al-Qur‟an: Between The Horizon Of Reading, dalam Journal Of
Sharia and Islamic Studies, Vol. 14, 1999.
Kwik, Kian Gie Keluar Dari Krisis: Agenda Aksi Pemulihan dan Pengembangan Ekonomi
Indonesia, Jakarta: Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, 2000.
Latif, Yudi, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, Jakarta:
Gramedia, 2011.
Leege, David C., danKellstedt, Lyman A., Agama dalam Politik Amerika, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2006.
Locatelli,Bruno,Menghadapi Masa Depan yang Tak pasti: Bagaimana Hutan dan Manusia
Beradaptasi Terhadap Perubahan Iklim, Jakarta: CIFOR, t.t.
Loir, Henri Chambert, danGuillot, Claude, Ziarah dan wali di dunia Islam, Jakarta: PT
Serambi Ilmu Semesta, 2007.
Malarangeng, Rizal Alfian, Otonomi Daerah: Perspektif, Teoritis, dan Praktis, Malang:
BIGRAF, 2001.
Mangunjaya,Fachruddin,Bertahan di Bumi: Gaya Hidup Menghadapi Perubahan Iklim,
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2008.
Mangunjaya,Fachruddin, Majeri Ekopesantren: Bagaimana Merancang Pesantren Ramah
Lingkungan, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014.
Mangunjaya, Fachruddin,Mempertahankan Keseimbangan: Perubahan Iklim,
Keanekaragamana Hayati, Pembangunan Berkelanjutan dan Etika Agama, Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015.
Mansur, Muhammad, Dkk, Living Qur‟an dalam Lintasan Sejarah Studi Al-Qur‟an, dalam
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, Sahiron Syamsuddin, Yogyakarta:
TH Press, 2007, cet. 1
Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta: BPFE, 1998.
Maschan Moesa Ali, Nasionalisme Kiai: Konstruksi Sosial Berbasis Agama, Yogyakarta:
IAIN Sunan Ampel Press, 2007.
Meliyawati, M.Pd.,Pemahaman Dasar Membaca, Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2016.
Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007,
cet. 23
Muhaimin, Islam dalam Bingkai Budaya Lokal: Potret dari Cirebon, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 2001.
58
Muhammad Ismai‟il,Sya‟ban,Mengenal Qira`at Al-Qur „an. Penerjemah Agil Husain al-
Munawar, dkk., Cet. I, (Semarang: CV Toha Putra Semarang, 1993.
Muktiono, Joko D, Aku Cinta Buku: Menumkbuhkan Minat Baca pada Anak, Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2003.
Mulkhan, Abdul Munir, Politik Santri: Cara Menang Merebut Hati Rakyat, Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 2013.
Musa, Ali Masykur ed., Nahdlatul Ulama: Dinamika Ideologi dan Politik Kenegeraan,
Jakarta: Kompas, 2010.
Mustaqim, Abdul, “Metode Penelitian Living Qur‟an” dalam Sahiron Syamsuddin (ed.),
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, Yogyakarta: Teras, 2007
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University,
1983
Nur Subhan , Energi Ilahi Tilawah, Jakarta: Anggota IKAPI DKI Jakarta, 2012
Nuruddin, Ulum al-Qur‟an al-Karim, (Damaskus: Mathba‟ah al-Shalah, 1996.
Pawiro, Budianto bin Darmo, Pendidikan Pendahuluan Bela Negara Di Pondok Pesantren Al
Ashriyyah Nurul Iman, artikel diakses pada 05 November 2017 dari
https://www.nuruliman.or.id/pendidikan-pendahuluan-bela-negara-di-pondok-
pesantren-al-ashriyyah-nurul-iman.
Perdana, Teguh Iman, Nge-Friend sama Islam, Jakarta: MIZAN, 2002.
Pranowo, M. Bambang, ed., Pendidikan Islam; Memajukan Umat dan dan Memperkuat
Kesatuan Bela Negara: Santri dan Bela Negara, Jakarta: Penerbit Kencana, 2016.
Qomar, Mujamil, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode
Kritik, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006.
Qori, M. Taqiyul Islam, Cara Mudah Menghafal Al-Qur‟an, Jakarta: Gema Insani, 1998.
Raco, J.R., Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya, Jakarta:
Grasindo, tanpa tahun.
RIDepartemen Agama, Pola Pembelajaran Di Pesantren, Jakarta: Ditpekapontren, 2003.
Rianto, Yatim, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: SIC, 2001.
Rofi, Sofyan,Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Yogyakarta: Deepublish, 2016.
Romdhoni, Ali, Tradisi Hafalan Qur‟an di Masyarakat Muslim Indonesia, dalam Journal of
Qur‟ān and Hadīts Studies, Vol. 4, No. 1, 2015.
Rusdi, Muchtar, Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia, Jakarta: Balai Penelitian dan
Pengembangan Agama, 2009.
Rustiadi,Eman, dkk., Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia, 2011.
59
Santana K, Septiawan, Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2007.
Santosa,Slamet, Dinamika Kelompok, Jakarta: Bumi Aksara,2006.
Saputro, M. Endy, Alternatif Tren Studi Qur‟an di Indonesia, dalam Jurnal Al-Tahrir, Vol. 11
No. 1 Mei 2011.
Setiawan, Danny, dkk., Menanam Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan
Hidup, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.
Setiawan, Iwan, Agri Bisnis Kreatif: Pilar Usaha Masa Depan, Kekuatan Dunia Baru
Menuju Kemakmuran Hijau, Depok: Penebar Swadaya, 2012.
Setiyaji, Achmad, Teh Ninih Juga Manusia, Jagakarsa: Qultum Media, 2007.
Setiyaji, Achmad, Aa Gym: Mengapa Berpoligami?, Jagakarsa: Qultum Media, 2006.
Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur'an, Bandung: Mizan Media Utama, 1994.
Sholikhin, Muhammad, Filsafat dan Metafisika dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Narasi,
2008.
Sholikhin, Muhammad, Menyatu Diri dengan Ilahi, Yogyakarta: Pustaka Narasi, 2010.
Siahan,N.H.T. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Jakarta: Erlangga, 2004.
Siahan, N.H.T., Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Jakarta: Erlangga, 2004.
Sirsaeba, Anif, Berani Kaya, Berani Takwa: 15 Ways to Increase Your Earnings from
theQur‟an and Sunnah, Jakarta: Penerbit Republika, 2007.
Spradley, James P., Metode Etnografi, terj. Misbah Zulfa Elizabeth, tanpa tahun
Sugiharto, I Bambang dan W, Agus Rachmat., Wajah Baru Etika dan Agama, Yogyakarta:
KANISIUS, 2000.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.
Sumardiono, Homeschooling : Lompatan Cara Belajar, Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2007.
Sumarsono, S., dkk.,Pendidikan Kewarnegaraan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2006.
Suprayogo, Imam dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003
Suryadilaga, M. Alfatih, Living Hadis dalam Kerangka Dasar Keilmuan UIN Sunan Kalijaga,
Http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pnfi/article/download/1516/pdf, di akses pada
tanggal 12 Desember 2015
Syaefuddin, H. A., Pemberdayaan Santri Sebagai Instrumen Pembangunan, Bandung:
Lembaga Pusat Penelitian IAIN SGD Bandung, 1998.
Syam,Nur ed., Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigme Aksi Metodologi,
Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005.
60
Syamsuddin, Sahiron, Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis Yogyakarta: TH
Press, 2007
Syarbini, Amirullah, dan Jamhari, Sumantri, Kedahsyatan Membaca al-Qur‟an, Bandung:
Penerbit Ruang Kata, 2012.
Syuhada,Agung, Perjalanan Menuju Fitri, Jakarta” PT Tiga Serangkai, 2007.
Syuhbah, Muhammad bin Muhammad Abu, Etika Membaca dan Mmepelajari al-
Qur‟an.Penerjemah Taufiqurrahman, Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Tantawi, Muhammad Sayyid, Ijtihad dalam Teologi Keselarasan, Surabaya: JP Books, 2004.
Taryati, dkk., Pemahaman Masyarakat Terhadap Daerah Rawan Ekologi di Kabupaten
Sragen dan Bojonegoro, Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah, 2011.
Tashadi, M. Jandra, Kanjeng Kyai: Al-Qur‟an Pusaka Keraton Yogyakarta, Yogyakarta:
YKII-IAIN Sunan Kalijaga, 2004.
Taufiq, Ali Muhammad, Praktik Manajemen Berbasis Al-Qur‟an, Jakarta, Gema InsaniPress,
2004.
Team SOS, Pemanasan Global: Solusi dan peluang Bisnis, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2011.
Tim Lipsus Pesantren Berita Langitan, “KH. Fuad Affandi, Sosok Revolusioner Kyai Masa
Kini, ” artikel diakses pada 22 Januari 2017 dari
https://beritalangitan.com/pesantren/kh-fuad-affandi-sosok-revolusioner-kyai-masa-
kini/
Trianto, Agus, Pasti Bisa: Pembahasan Tuntas Kompetensi Bahasa Indonesia, PT. Gelora
Aksara, Penerbit Erlangga, 2006.
Urwah, “Metodologi Pengajaran Qira‟at Sab‟ah: Studi Observasi di Pondok Pesantren
Yanbu‟ul Qur;an dan Dar Al-Qur‟an,” Suhuf, Vol. 5, No. 2, (2012).
Waluya, Bagja, Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, Bandung: PT Setia
Purna Inves, 2007.
Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1984.
Yusuf, Muhammad, Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur‟an, dalam
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, Sahiron Syamsuddin Yogyakarta:
TH Press, 2007.
Yuswantoro, “Presiden Jokowi Dorong Santri Berwirausaha,” artikel diakses pada 16 Juli
2018 dari https://economy.okezone.com/read/2018/05/13/320/1897619/presiden-
jokowi-dorong-santri-berwirausaha.
Zubaedi, Memotret Keterlibatan BPPM Pesantren Maslakul Huda dalam Aksi
Pengembangan Masyarakat,Yogyakarta: Tesis S2 Program Pascasarjana IAIN Sunan
Kalijaga, 2004.
61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
IDENTITAS PENULIS
62
63
64
WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI
Tradisi Pembacaan Al-Qur‟an (surah al-Kahfi, ar-Rahman, as-Sajadah) di
Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung, Bogor.
Pengantar:
Penelitian ini diajukan atas nama Siti Subaidah, pada Jurusan Ilmu Al-Qur‟an
dan Tafsir Fakultas Ushuludin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian skripsi ini
bertujuan untuk mencari tahu dua hal. Pertama, bagaimana tradisi pembacaan al-
Qur‟an surah al-Kahfi, ar-Rahman dan as-Sajadah berkembang di Yayasan Al-
Ashriyyah Nurul Iman. Kedua, apa makna tradisi pembacaan surah al-Kahfi, ar-
Rahman dan as-Sajadah bagi para pelaku.
Keterlibatan Ustadz/Ustadzah dan Saudara/I sebagai informan/responden
menjadi penting untuk untuk membantu peneliti dalam memahami poin pertama dan
kedua di atas. Saudara/I akan diminta untuk memberikan jawaban dan tanggapan atas
pertanyaan-pertanyaan mengenai identitas informan/responden, tanggapan mengenai
berkembangnya tradisi pembacaan surah al-Kahfi, ar-Rahman dan as-Sajadah, dan
apa makna bagi para pelaku terkai tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-Kahfi, ar-
Rahman dan as-Sajadah. Kerahasiaan jawaban dan tanggapan dari Saudara/I akan
dijaga sesuai kode etik.
IDENTITAS RESPONDEN
1 Nama*
2 Alamat
3 Umur
4 Kelas
5 Jabatan
*) Boleh tidak dicantumkan
65
66
67
68
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Khoirunnisa
Umur : 21
Alamat : Bekasi
Waktu Wawancara : Selasa, 2 April 2019
B. Pertanyaan
Pertanyaan Apa saja kegiatan anda secara umum di Pesantren?
Informan Sebenarnya kalau untuk kegiatan secara umum si sama seperti
Pesantren-pesantren lain. Kegiatan kita dari pengasuh
Pesantren itu yakni dari Abah, kita kan memanggil beliau itu
Abah ya, namun karena beliau sudah wafat maka semua yang
menghandle semua integrasi di Pesantren itu Umi, istri beliau.
Mulai kita dari bangun tidur jam empat, ngga boleh bangun
kurang dari jam empat. Kenapa, karena ditakutkan nanti kita
belajarnya ngantuk gitu. Misalnya ada santri yang mau bangun
jam dua atau jam tiga itu tidak diperbolehkan karena Abah
sendiri kita itu wajibnya belajar bukan salat Tahajjud karena
hanya sunnah saja. Jadi jam empat kita bangun terus salat
Subuh berjamaah, setelah salat Subuh kita bersama-sama
membaca doa fajar, kemudian membaca Yaa Hayyu Yaa
Qayyum empat puluh kali, dan asmaul husna, lalu wirid biasa
yang agak panjang kemudian membaca surah pilihan yang
berbeda-beda setiap harinya. Itu selalu dibaca setiap hari di
waktu Subuh. Biasanya kita selesai semuanya jam enam
kurang seperempat, dilanjut kita makan pagi terus kita ta‟lim
jam tujuh semua masuk kelas dan pulang jam dua belas kurang
seperempat. Setelah itu kita bersiap wudlu untuk salat Dzuhur
dan wirid yang agak panjang juga hingga jam satu. Kemudian
semua santri makan siang. Nah setelah makan siang ini
sebagian kita ada yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler gitu
sampai jam dua kita sekolah lagi setengah empat sore
kemudian persiapan salat Asar, wirid sampai jam lima. Disitu
kan ada waktu satu jam sebelum Maghrib ya, kalau dari kami
Mahasiswi itu ada kusrsus. Ada bermacam-macam kegiatan
kursus, diantaranya bidang bahasa, bidang jasa, tata boga dll.
Lalu seperti biasa kita salat Maghrib, wirid, baca Yaasin terus
dilanjut salat Isya‟ biasanya kita selesai sampai jam delapan
lewat seperempat, baru kita makan malam dan pas jam
sembilan tepat itu kita sudah harus tidur. Karena kalau tidurnya
lambat dihawatirkan kita besoknya pas kegiatan itu ngantuk
dan tertidur.
Pertanyaan Ada berapa surah-surah pilihan yang diwajibkan di Pesnatren?
Informan Kalau surah-surah pilihan itu, untuk hari-hari biasa kan setelah
Subuh dan setelah Asar. Itu beda-beda surah setiap harinya.
Keculai hari Jum‟at. Kalau Jum‟at itu kan hari libur ya, jadi
paginya baca surah an-Nur, sorenya setelah Asar itu baca surah
al-Hasyar, dan siangnya itu baru kita membaca lima surah
yaitu surah al-Kahfi, ar-Rahman, as-Sajadah, al-Waqi‟ah dan
69
al-Mulk. Tapi kalau setelah Maghrib kita diwajibkan baca
surah Yaasin setiap malam. Ini semuanya wajib dan sudah
dipatenkan mulai dari zaman Abah.
Pertanyaan Sejak kapan anda melakukan amalan rutin membaca surah al-
Khafi, ar-Rahman dan as-Sajadah?
Informan Sejak saya masuk Pesantren itu pas SMP sudah ada bacaan
surah tersebut. Nah sebelum mesantren kesini itu kan saya
pernah mesantren juga sebelumnya tuh di Madura. Disana itu
juga ada kegiatan membaca surah-surah pilihan ini, kebetulan
disana dulu itu yang dibaca surah al-Kahfi pas waktu malam
kalau disini dibacanya siang sebelum salat Dzuhur. Jadi ini
berlanjut sekitar dua belas tahunan gitu.
Pertanyaan Apa yang memotivasi anda melakukan pembacaan surah al-
Kahfi, ar-Rahman dan as-Sajadah?
Informan Sebenarnya semua surah dalam al-Qur‟an itu bagus ya, kalau
saya memang suka surah al-Kahfi karena surah tersebut banyak
mengandung kisah, mulai dari kisah Dzul Qarnain, kisah Nabi
Musa, kisah Ashabul kahfi. Dari kisah-kisah itu tuh banyak
mengandung kontroversi, jadi ngga ada cerita pasti iya kan,
seperti Nabi Khidir dan Nabi Musa di dalam al-Qur‟an
bercerita seperti itu tapi ada versi lain. Ada yang bilang Nabi
Khidir itu Nabi, ada yang bilang dia itu orang sholeh. Cerita
Ashabul kahfi ada yang bilang mereka ada empat yang kelima
Anjingnya, ada yang bilang tujuh yang ke delapan Anjingnya.
Cerita Dzul Qarnain ada yang bilang dia itu Raja Mesir ada
yang bilang Alexander. Jadi di dalam surah al-Kahfi itu
ceritanya mengandung banyak kontroversi. Kalau surah ar-
Rahman dan al-Waqi‟ah yang diajarkan sama Abah itu
memang banyak faedahnya apalagi ar-Rahma gitu kan, ar-
Rahman itu berisi tentang kenikmatan-kenikmatan yang
diberikan oleh Allah kepada manusia. Saya yakin surah-surah
yang sudah dipilihkan oleh guru besar yang diwajibkan kepada
para santrinya itu memiliki banyak keutamaan tersendiri, gitu.
Pertanyaan Darimana anda memiliki keyakinan dan pemahaman untuk
melakukan praktik pembacaan surah al-Kahfi, ar-Rahman dan
as-Sajadah?
Informan Karena kan disini kita mesantren wajib ikut guru besar,
maksudnya kita sudah di doktrin oleh thoriqahnya oleh guru
kita. Jadi kita harus memandang sempurna apa yang
diperintahkan oleh beliau serta akan memberikan kebaikan
untuk kita. Bukan berarti saya melupakan apa yang diajarkan di
Pesantren saya dulu, bukan. Karena apa yang diajarkan disini
dengan Pesantren saya dulu tidak jauh berbeda terkait
pembacaan al-Qur‟an surah-surah pilihan ini memiliki
keutamaan yang juga tidak jauh berbeda. Jadi semua surah atau
ayat di dalam al-Qur‟an itu sama, sama memiliki bermacam
keutamaan hanya mungkin ada beberapa surah yang di
prioritaskan sehingga dijadikan amalan rutin yang diwajibkan
dibaca oleh para santri disini. Saya pernah membaca ya, bahwa
siapa yang membaca surah al-Kahfi itu akan diringankan siksa
70
kuburnya, al-Waqi‟ah dan as-Sajadah bisa menambah rezeki,
ar-Rahman agar selalu menjadi pengingat buat kita untuk selalu
mensyukuri apa yang telah Allah anugerahkan untuk kita, baik
itu rezeki, kebahagiaan, suka dan duka semua harus disyukuri
karena pasti ada hikmah di balik semua itu. Saya yakin karena
yang membuat peraturan itu guru besar kami, dan pasti beliau
sudah tahu banyaknya manfaat dan keutamaan dibalik surah-
surah pilihan yang diwajibkan untuk dibaca oleh para santri
hususnya saya.
Pertanyaan Apa harapan anda dari amalan praktik membaa surah al-Kahfi,
ar-Rahman dan as-Sajadah?
Informan Harapan saya hanya satu yakni agar saya istiqamah. Kan
istiqamah itu kan ada maqalah “Al-Istiqamah Khairun min Alfi
Karamah” dan istiqamah itu kita kan setelah kita baca kita
baca lagi dan lagi, entah itu sekarang saat saya di Pesantren
atau nanti setelah berhenti dari Pesantren Nurul Iman.
Pertanyaan Apa yang anda dapatkan dari kegiatan rutin membaca surah al-
Kahfi, ar-Rahman dan as-Sajadah?
Iinforman Saya mau cerita, Ka. Seperti kemarin saya kebingungan tuh,
pas sudah Asar jam lima saya bingung mencari judul apa, nah
pas kami selesai baca surah al-Kahfi di Masjid, tiba-tiba setelah
itu saya jadi tertarik untuk meneliti tentang kisah Dzul Qarnain
untuk skripsi saya. Sepertinya memang itu barakah daripada
saya membaca surah al-Kahfi tersebut deh.
Informan Kalau surah-surah pilihan yang diwajibkan itu kan kalau al-
Kahfi, ar-Rahman dan as-Sajadah ada di hari Juma‟at sebelum
memasuki waktu Dzuhur kita membaca surah-surah itu.
Misalnnya Rabu pagi setelah salat Subuh kita membaca an-
Najm maka sorenya kita membaca at-Thalaq, kalu semisal hari
Senin ba‟da Subuh kita membaca at-Thur maka sorenya setelah
salat Asar kita membaca surah al-Hasyr misalnya. Jadi setiap
harinya itu beda-beda, Ka yang dibaca kecuali hari Jum‟at itu
kita sudah diwajibkan membaca surah al-Kahfi, ar-Rahman,
as-Sajadah, al-Waqi‟ah dan al-Mulk sama setiap selesai salat
Maghrib kita membaca surah Yaasin begitu setiap hari.
Pertanyaan Sejak kapan anda melakukan amalan rutin membaca surah al-
Khafi, ar-Rahman dan as-Sajadah?
Informan Sejak masuk Pesantren ini pas tahun 2013 sudah ada kegiatan
membaca surah-surah pilihan dalam al-Qur‟an termasuk surah
al-Kahfi, ar-Rahman dan as-Sajadah
Pertanyaan Kapan surah al-Kahfi, ar-Rahman dan as-Sajadah dibaca?
Informan Dibacanya pas mau adzan Dzuhur pada hari Jum‟at, Ka. Jadi
kalau sekiranya jamnya pas mau memasuki waktu Dzuhur,
maka pembacaan surah al-Kahfi, ar-Rahman dan as-Sajadah
dimulai. Sebenarnya bukan hanya surah itu saja yang dibaca
pas memasuki waktu Dzuhur tapi ada dua surah lagi yakni
surah al-Mulk dan al-Waqi‟ah.
Pertanyaan Apa yang memotivasi anda melakukan pembacaan surah al-
Kahfi, ar-Rahman dan as-Sajadah?
Informan Karena kegiatan ini merupakan perintah langsung dari guru
71
besar kami yaitu Abah atau Habib Saggaf, selain itu juga
karena fadhilah-fadhilah yang ada dibalik surah-surah tersebut.
Pertanyaan Apa tujuan anda melakukan kegiatan rutin praktik pembacaan
surah al-Kahfi, ar-Rahman dan as-Sajadah?
Informan Tujuannya yang pertama adalah karena perintah guru, karena
sudah menjadi peraturan pondok terus kalau misal untuk
kepentingan sendiri gitu yaitu untuk menenangkan hati dan
sebagainya.
Pertanyaan Darimana anda memiliki keyakinan dan pemahaman untuk
melakukan praktik pembacaan surah al-Kahfi, ar-Rahman dan
as-Sajadah?
Informan Kalau saya sendiri ya, karena ini kan saya membaca al-Qur‟an,
pasti ada fadhilahnya. Apa yang diajarkan guru pasti memiliki
keutamaan dan bermanfaat untuk kita dan orang lain. Saya
yakin dengan mengikuti perintah guru saya insyaallah saya
akan mendapatkan keberkahan dalam megabdi dan akan
memetik manfaatnya walaupun tidak saat ini bisa saja suatu
saat saya mendapatkan kemanfaatan dari istiqamah membaca
surah-surah pilihan yang diwajibkan oleh Pesantren ini.
Pertanyaan Apa harapan anda dari amalan praktik membaa surah al-Kahfi,
ar-Rahman dan as-Sajadah?
Informan Harapan saya kedepannya ya supaya saya lebih rajin lagi
mengkaji al-Qur‟an terus belajar memahami apa saja
fadhilahnya gitu, kemudian bisa mengamalkan surah-surah
tersebut
Pertanyaan Apa yang anda dapatkan dari kegiatan rutin membaca surah al-
Kahfi, ar-Rahman dan as-Sajadah?
Informan Saya merasa dengan kebiasaan rutin membaca surah-surah
yang diwajibkan oleh Pesantren itu saya mendapatkan
ketenangan bathin, itu saya rasakan setiap hari, terkadang saat
saya mendapatkan suatu masalah saya sangat mudah
menyelesaikannya. Kan di beberapa surah itu juga ada ya
fadhilah daripada membaca surah al-Waqi‟ah misalnya itu
akan dimudahkan rezekinya, itu juga saya rasakan meskipun
tidak disini tapi keluarga saya di rumah mendapatkan yang
dimudahkan rezekinya. Itu saya yakin sekali entah
kenapa,terkadang saya geleng-geleng tidak percaya gitu, Ka.
Tapi setiap kejadian yang saya alami itu semakin membuat
saya yakin bahwasanya memang benar fadhilah-fadhilah yang
disebutkan ketika membaca surah-surah tertentu dalam al-
Qur‟an meskipun hadis-hadis yang membahas tentang fadhilah
membaca surah-surah itu kebanyakan dhaif ya, Ka. Tapi saya
yakin.
A. Identitas Informan
Nama : Crehnaldo Septa D
Umur : 20
Alamat : Bengkulu
Waktu Wawancara : Selasa, 2 April 2019
72
B. Pertanyaan
Pertanyaan Apa saja kegiatan anda secara umum dan yang diwajibkan
oleh di Pesantren?
Informan Kalau yang diwajibkan pastinya, kita harus belajar tepat
waktu, salat tepat waktu, tidur tepat waktu. Karena saya
ngafalin Qur‟an maka saya juga diwajibkan muraja‟ah
hafalan saya, kaya dzikir gitu kita lama. Itu yang paling
dominan di pondok. Kalau kegiatan sehari-hari itu kita
bangun jam empat untuk persiapan salat Subuh berjama‟ah
dan dzikir kemudian membaca surah al-Waqi‟ah dulu
sampai jam setengan enam baru bubar dari Masjid
langsung persiapan untuk sekolah kita berangkat sekitar
jam setengah tujuh, kalau yang untuk kami Mahasiswa
mengikuti kegiatan membaca tafsir di Masjid yang
dibimbing oleh Abah ketika masih ada dulu. Itu dimulai
pas jam tujuh sampai jam sembilan. Setelah mengikuti
kajian tafsir kita langsung kuliah sampai jam setengan dua
belas. Selesai kuliah kita persiapan salat Dzhuhur
berjama‟ah beres jam satu, habis itu makan siang sampai
batas jam dua baru masuk kelas lagi ta‟lim diniyah sampai
jam setengah empat. Setelah ta‟lim diniyah kita balik agi
ke asrama untuk persiapan salat Asar, dzikir dan membaca
surah-surah pilihan sampai jam liat. Dari jam lima sampai
menjelang maghrib ada yang mengikuti ekskul, sesuai
dengan kegiatan mereka masing-masing. Setelah itu kita
persiapan salat Maghrib sampai Isya‟ tidak boleh beranjak
dari Masjid, setelah itu kita makan malam baru tidur. Itu
kegiatan santri setiap hari.
Pertanyaan Adakah surah-surah lain yang diwajibkan oleh Pesantren
selain surah al-Kahfi, ar-Rahman, dan as-Sajadah?
Informan Banyak, ada ad-Dzariyat, at-Thur, an-Najm, al-Mulk, al-
Waqi‟ah. Kalau ngga salah surah-surahnya banyak diambil
dari juz 29 sampai juz 30.
Pertanyaan Kapan anda membaca surah al-Kahfi, ar-Rahman, dan as-
Sajadah yang telah ditentukan oleh Pesantren?
Informan Kalau surah ar-Rahman itu dibaca setelah Asar pas hari
Selasa, kalau surah al-Kahfi dibacanya sebelum salat
Jum‟at, kalau as-Sajadah kita membacanya pas hari Kamis
setelah salat Asar. Oiya untuk surah as-Sajadah juga
dibaca pas hari Sabtu pagi setelah salat Subuh.
Pertanyaan Adakah etika atau gerakan-gerakan khusus, ketika anda
melakukan pembacaan surah al-Kahfi, ar-Rahman, dan as-
Sajadah?
Informan Ada tuh di surah al-Kahfi itu kan ada bacaan yang harus
berhenti tidak pada waqafnya. Kalau saya contohkan
kayanya agak lama, itu sudah perintah dari Abah. Jadi kita
harus ikut beliau, kalau menurut beliau harus baca seperti
itu maka kita harus mengikutinya.
Pertanyaan Apa yang memotivasi anda melakukan pembacaan al-
Qur‟an surah al-Kahfi, ar-Rahman, dan as-Sajadah?
73
Informan Kalau kita mungkin motivasi utamanya adalah arahan
guru, kita ikut guru kita pastinya itu motivasi terbesar.
Selain itu juga kata Abah dulu insyaallah kita akan dijamin
dengan istiqamah membaca surah-surah pilihan dalam al-
Qur‟an yang diwajibkan oleh Pesantren apalagi surah al-
Kahfi, ada beberapa hadits yang menyebutkan bahwa
“Apabila kita membacanya setiap hari Jum‟at makan kita
akan aman sampai Jum‟at selanjutnya” terus surah ar-
Rahman juga akan menjamin kehidupan kita di rumah.
Dengan kita istiqamah dan mentaati perintah guru disini
insyaallah kita akan dijaga dari bahaya dan malapetaka.
Mungkin itu ya.
Pertanyaan Darimana anda memiliki keyakinan atau pemahaman
untuk melakukan praktik pembacaan al-Qur‟an surah al-
Kahfi, ar-Rahman, dan as-Sajadah?
Informan Kalau saya, benar-benar mendengarkan langsung caramah
Abah seperti itu. Beliau menyampaikan bahwa “Faedah
setiap surah yang ditetapkan di pondok ini itu pasti punya
keistimewaan sendiri dan pasti akan memberikan efek
bagus untuk antum untuk selalu mendawamkannya.” Saya
pernah punya pengalaman pribadi yang mungkin ini agak
sedikit konyol kalau diceritakan namun karena
pengalaman itu juga yang membuat saya bertambah
keyakinan terhadap keistimewaan surah-surah yang
diijazahkan Abah di Pesantren ini. Ceritanya dulu ketika
saya sedang di luar pas liburan Pesantren pernah kena
hipnotis terus tiba-tiba saya ingat Abah pernah berkata
bahwa ada salah satu ayat dalam surah al-Kahfi yang
membuat kita sadar dan ternyata saya sadar tapi ketika
uang saya sudah ludes. Mungkin karena saya istiqamah
membaca surah al-Kahfi itu makanya dapat penjagaan
Pertanyaan Apa harapan anda dari amalan praktik pembacaan al-
Qur‟an surah al-Kahfi, ar-Rahman, dan as-Sajadah?
Informan Harapan saya, bagi diri pribadi atau orang-orang yang
tahu, sebenarnya tuh harus banyak-banyak mencari tahu
keistimewaan surah-surah pendek yang didawamkan
dalam agama Islam. Benar-benar rahasianya itu ternyata
banyak walaupun ada sebagian yang bilang surahnya
pendek-pendek sehingga terlalu ringan padahal ternyata
memiliki keutamaan yang sangat bagus. Apalagi surah ar-
Rahman ayatnya banyak yang sama hampir tiga puluh
lebih tetap ada saja sebagian orang yang menganggapnya
agak enteng tapi ternyata disitu ayat-ayat al-Qur‟an disitu
benar-benar memiliki keistimewaan yang luar biasa. Oleh
karenanya harus kita dawamkan setiap saat, apalagi
membaca surah-surah pilihan yang telah diwajibkan oleh
pesantren ini.
Informan Kalau al-Kahfi dibacanya hari Jum‟at sebelum salat Jum‟at
yang dipimpin langsung oleh bilal, kalau ar-Rahman
dibaca hari Rabu setelah salat Asar, kalau as-Sajadah
74
dibacanya hari Sabtu setelah salat Asar. Biasanya itu ada
surah al-Kahfi, as-Sajadah sama Yaasin yang dibaca
sebelum salat Jum‟at, kalau kaya surah al-Waqiah itu
dibaca rutin setelah salat Subuh.
Pertanyaan Apakah anda membaca surah-surah tertentu pula selain
surah-surah yang telah diwajibkan oleh Pesantren?
Informan Kalau surah tertentu si tidak, tapi alhamdulillah karena
saat ini saya sedang proses menghafal al-Qur‟an maka
saya mewajibkan diri saya untuk menghatamkan sekaligus
muraja‟ah tiga juz dalam sehari.
Pertanyaan Sejak kapan anda membaca surah al-Kahfi, ar-Rahman
dan as-Sajadah?
Informan Waktu saya pertama mondok disini pada tahun 2016 sudah
ada kewajiban membaca surah-surah tersebut?
Pertanyaan Apa yang memotivasi anda untuk melakukan amalan
praktik pembacaan al-Qur‟an surah al-Kahfi, ar-Rahman
dan as-Sajadah?
Informan Pertama, karena mengikuti thariqah guru besar yakni Abah
terus kan dalam surah-surah pilihan ada surah yang
keutamaannya dapat meningkatkan rezeki dan banyak
keutamaan yang lainnya, mungkin yang kedua karena
banyaknya keutamaan dibalik surah-surah itu yah. Kaya
surah al-Mulk itu kan ada fadhilahnya buat orang-orang
yang istiqamah membaca surah al-Mulk maka nanti di hari
kiamat akan mendapatkan pertolongan juga di akhir akan
terhidar dari fitnah Dajjal.
Pertanyaan Darimana anda memiliki keyakinan atau pemaham untuk
melakukan praktik pembacaan al-Qur‟an surah al-Kahfi,
ar-Rahman dan as-Sajadah?
Informan Saya pernah punya pengalaman gitu ya, Ka. Dulu pernah
sakit di Bogor dan saya hanya punya uang dua puluh ribu
waktu itu, saya bingung ka mau bayar darimana untuk
biaya rumah sakit. Terus tiba-tiba saudaraku menelepon
dari Jakarta padahal saya tida kepikiran sama sekali untuk
menghubungi dia, saya bilang kalau sedang sakit, dia
langsung menyambangi saya tuh ya. Alhamdulillah habis
itu juga saya dapat tambahan dari dia seratus ribu untuk
bekal kembali ke Pesantren. Pernah juga dulu pas liburan
Pesantren bulan puasa sebelum pulang ke ruma saya
mengikuti acara pondok tahfidz di Cisarua selama dua
puluh lima hari terus pulang ke pondok, besoknya sekitar
jam sebelas saya jalan kaki ke Parung untuk beli tiket pas
di tengah perjalanan balik lagi ke pondok saya teringat
bahwasanya waktunya sudah mepet banget karena uang
saya sudah habis yasudah tuh saya tawakkal meneruskan
perjalanan saya ke pondok, nah pas di Indomaret Jl.
Ciseeng itu tiba-tiba saya ketemu Ustadz yang mengantar
saya ke pondok, kemudian saya salat Dzuhur dan
menelepon kakak bilang bahwa sudah beli tiket gitu habis
itu langsung berangkat, nyampe Parung itu pas jam satu.
75
Ngga ngebayangin kalau saya lambat beberapa menit saja
sudah hangus itu tiket. Dari kejadin-kejadian itu saya
semakin yakin bahwasanya memang surah-sura pilihan
yang diperintahkan Abah untuk dibaca santrinya itu sangat
bermanfaat sekali. Ya, walaupun sebenarnya setiap sesuatu
itu terjadi atas kehendak Allah ya, Ka. Tapi disamping itu
saya juga memiliki keyakinan terhadap fadhilah-fadhilah
daripada surah-surah tersebut.
Pertanyaan Apa harapan anda dari amalan praktik pembacaan al-
Qur‟an surah al-Kahfi, ar-Rahman dan as-Sajadah?
Informan Pertama, agar saya semakin memperdalam ilmu saya
tentang al-Qur‟an karena dengan kita selalu membaca al-
Qur‟an maka hati kita akan selalu dalam ketenangan
seberapapun besar masalah yang kadang-kadang Allah
berikan pada kita, insyaallah wajah kita nanti juga akan
terang karena sering membaca kalam-kalam Allah
tersebut. Disamping itu saya juga ingin memahami
makasud daipada setiap ayat dalam surah-surah al-Qur‟an
hususnya surah-surah pilihan yang telah diwajibkan oelh
Pesantren Nurul Iman. Seperti surah al-Waqi‟ah tentang
bertambahnya rezeki misalnya atau surah Yaasin tentang
penjagaan Allah untuk kita jadi kalau kita bacanya siang
misalnya maka kita akan dijaga sampai siangnya lagi.
Seperti itu.
76
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Ustadz Ali Mutakin
Alamat : Parung
Umur : 38 tahun
Jabatan : Puket I Bag. Akademik
2. Nama : Ustadzah Herti
Alamat : Ciseeng
Umur : 37 tahun
Jabatan : Pengurus Pusat Putri
3. Nama : M. Rifki Abdillah
Alamat : Bekasi
Umur : 21 tahun
Jabatan : Mahasiswa
4. Nama : Ajrul Syarifudin Ibrahim
Alamat : Cilacap
Umur : 21 tahun
Jabatan : Mahasiswa
5. Nama : Crehnaldo Septa D.
Alamat : Bengkulu
Umur : 20 tahun
Jabatan : Mahasiswa
6. Nama : M. Irsyadul Uman
Alamat : Gobogan
Umur : 21 tahun
Jabatan : Mahasiswa
7. Nama : Ahmad Syukur
Alamat : Wonosobo
Umur : 21 tahun
Jabatan : Mahasiswa
8. Nama : Khairunnisa
Alamat : Bekasi
Umur : 21 tahun
Jabatan : Mahasiswi
9. Nama :Nurhayati
Alamat : Karawang
Umur : 21 tahun
77
Jabatan : Mahasiswi
10. Nama : Silvia Nurfarida
Alamat : Bogor
Umur : 21 tahun
Jabatan : Mahasiswi
11. Nama : Inarotul Ulya
Alamat : Bogor
Umur : 21 tahun
Jabatan : Mahasiswi
12. Nama : Durotus Sa‟diyah
Alamat : Cirebon
Umur : 21 tahun
Jabatan : Mahasiswi
13. Nama : Muhammad A‟yun
Alamat : Bogor
Umur : 24 tahun
Jabatan : Alumni Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman
14. Nama : Ibu Sumiati
Alamat : Parung
Umur : 40
Jabatan : Warga Sekitar
15. Nama : Ibu Nurul
Alamat : Parung
Umur : 47 tahun
Jabatan : Warga Sekitar
Kegiatan Harian Santri
a. Kegiatan Harian
No Jam Kegiatan
1 04.00 WIB Bangun Tidur
2 04.15-05.00 Baca Asmaul Husna,
Baca ijazah Syaikhana Khalil Bangkalan131
,
Baca doa fajar, Salat subuh berjamaah,Wirid
berjamaah.
3 05.00-06.00 Baca surah-surah pendek, Hafalan Al-Qur'an one
day one ayat, kumpul di lapangan basket untuk
mengikuti aerobic/senam pagi selama 10 menit
131
Yâ Hayyu Yâ Qayyum Lâ Ilâha Illâ Anta
78
4 06.00-06.30 Salat Dluha, Piket, Kursus, Kumpul Organisasi
5 06.30-07.00 Persiapan sekolah, Sarapan
6 07.00-11.45 Kegiatan Sekolah Formal
7 11.45-13.00 Salat Dzuhur berjamaah, Wirid, Makan siang
8 13.00-15.30 Masuk kelas Diniyah
9 15.30-17.00 Salat Asar berjamaah, wirid, baca surah-surah
pendek, Baca one day one ayat berjamaah setelah
wirid
10 17.00-17.45 Istirahat
11 17.45-20.00 Wajib berkumpul di Masjid persiapan salat
Maghrib-Isya, Wirid
12 20.00-21.00 Belajar mandiri
13 21.00-03.00 Kegiatan mandiri dan istirahat
b. Kegiatan Mingguan
No Hari Jam Kegiatan
1 Malam
Jum‟at
20.00-21.00 Baca Maulid ad-Diba‟i
2
Hari Jum‟at
07.00-08.00
08.00-11.00
11.00-12.00
13.00-15.00
Ziarah makam guru besar
Jumsih (jum‟at bersih),
Pembacaan surah al-Kahfi,
ar-Rahman, dan as-Sajadah
Kursus ekstrakulikuler
3 Malam
Minggu
20.00-21.00 Muhadharah
c. Agenda Bulana
No Hari Jam Kegiatan
1 Malam
Juma‟at
minggu ke 4
20.00-21.00 NOBAR
2 Hari Jum‟at
minggu ke 4
07.00-08.25
08.35-17.00
Pembacaan Maulid ad-
Diba‟I di Masjid putra
Kunjungan wali santri
79
BIOGRAFI PENULIS
Nama : Siti Subaidah
Tempat/Tanggal Lahir : Sampang, 19 Juli 1994
Alamat Asal : Jl. Darul Amin Nagasari Dsn. Oprak Desa Tamberu Daya
Kec. Sokobanah Kab. Sampang Madura.
Alamat Sekarang : Jl. Mh. Thamrin No. 88 Rt/Rw 001/01 Kel. Panunggangan
Utara Kec. Pinang Kota Tangerang Banten
Nomor HP : 087849307200
E-mail : [email protected]
Nama Orang Tua
Ayah : Sumiati
Ibu : Mahra
Alamat Orang Tua : Jl. Darul Amin Nagasari Dsn. Oprak Desa Tamberu Daya
Kec. Sokobanah Kab. Sampang Madura.
Nomor HP Orang Tua : 085211165591
Pendidikan Formal
MI Ponpes Darul Amin Nagasari (1996-2006)
SDN Tamberu Laok IV Sokobanah (1996-2006)
MTS Mambaul Ulum Bata-Bata Pamekasan (2006-2009)
MA Mambaul Ulum Bata-Bata Pamekasan (2009-2012)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
Anggota MKC (Master Kocak Community, Public Speaking) 2012-2014
Anggota IRMAFA (Ikatan Remaja Masjid Fathullah UIN Jakarta) 2012-2014
Anggota LPQ (Lembaga Pengajaran Al-Qur‟an UIN Jakarta) 2013-2015
Anggota IMABA (Ikatan Mahasiswa Bata-Bata JABODETABEK) 2012-2013