MR 11 Januari 2016.ppt
Transcript of MR 11 Januari 2016.ppt
MORNING REPORT 07 JANUARI-10 JANUARI 2015
Dr. Febrina S.Dr. Fathia R.Dr. Shorea S. P.Dr. M. ZainudinDr. M. Syarif H.Dr. Mustafa Afif W.Dr. Dedi Adnan F.
NO NAMA JAM DIAGNOSA STATUS
07 JANUARI
1. Ny. S 09.05 Obs. Febris H2 ec dhf Observasi
2. Tn. J 09.30 Susp. SNH + hemiparase sinistra
R. Syaraf
3. Ny. M 10.30 Gastritis akut
4. Tn. M F 11.00 Obs. Febris H2 ec DHF dd DF
5. Ny. R 11.20 Obs. Febris H3 ec DHF dd DF
6 Tn. A DHF grade II
7 An. A CKR Observasi
8. An. A Febris H6 ec DHF R.Anak
9. Ny. N Anoreksia GeriatriHT stage II
10. An. A Obs. Febris H1 + vomitus Observasi
NO NAMA JAM DIAGNOSA STATUS
11. An. A H 12.00 Wita Observasi febris H2 Rawat Jalan
12. Tn. Y 12.15 wita Observasi febris ec DHF dd DF VIP
13. An. M 15.25 wita Observasi febris ec DHF dd DF R. Anak
14. Ny. S 16.30 wita Obs Febris H2Vertigo
Observasi
15. Ny. J 18.00 wita Obs. Abdominal pain ec susp.KETDD app perforasi
R. Bedah
16. An. A 18.30 wita Obs. Dyspneu ec susp. BP R. Paru
08 Januari
17. Ny. A 08.25 GEA dehidrasi ringan sedang
NO NAMA JAM DIAGNOSA STATUS
18. Tn. S 08.25 Obs. Abdominal pain ec susp.kolelitiasis
Observasi
19. Tn. N 10.00 Obs dyspneu Tb paru R. Paru
20. An. S/ 7 tahun 02.30 wita Obs Febris+ vomitus R. Anak
10 Januari
21. Ny. H/ 39 tahun 08.30 wita Obs Febris H 4 Rawat Jalan
22. Ny. B/ 75 tahun 09.00 wita TTH + Vomitus + HT stage 2 RPD
23. Nn. N 09.15 Obs. Abdominal Pain ec susp.app
R.Bedah
24 Ny. T 10.00 Obs. Nodul Tiroid ec susp Struma toksik dd Struma non toksikObs. Hemaptoe ec susp TB paru dd metastasis paru
R. Bedah
No Identitas Diagnosa
1. By. S ( 1 bulan ) Diare Akut dengan dehidrasi berat
2. Ny. T (61 tahun ) Obs. Nodul Tiroid ec susp Struma toksik dd Struma non toksikObs. Hemaptoe ec susp TB paru dd metastasis paru
3. Nn. N ( 17 tahun ) Obs. Abdominal Pain ec susp. App
• IDENTITAS PASIEN• Nama : By. S• Jenis Kelamin : Perempuan• Umur : 1 bulan• Alamat : Sungai Kupang
ANAMNESISDilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien
• Tanggal / waktu : 08 Januari 2015 pk. 20.30 WITA
• Tanggal masuk : 08 Januari 2015
Riwayat Penyakit Sekarang
Saat di IGD:- Pasien diberi susu formula oleh ibunya, kemudian Os tampak sesak
Pemeriksaan Fisik
• Tanda Vital• Nadi : 140x / menit, lemah • Nafas : 44 x / menit, • Suhu : 38,5 O C, axilla
Normocephali, ubun-ubun
besar cekung
CA -/-SI -/-
Mata cekung (+/+)
Normotia +/+, sekret -/-,
Simetris, NCH +/+, sekret -/-Bibir :Simetris,
sianosis(-) kering (+)
KGB, Tiroid ttm
I :Retraksi intercosta (+)
•Aus : SN vesikuler, reguler, ronchi ronchi ++//++, wheezing -/-, BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
I: perut rataPal : supel dan tidak teraba adanya massa maupun pembesaran organ, turgor kulit menurunPer : timpani pada seluruh lapang perutAus : bising usus (+) meningkat
Akral hangat +/+, Ptekie
-/- , edema -/-
Maurice King Score: Keadaan umum : tampak lemah (1)Turgor kulit : menurun (1)UUB : cekung (+) (2)Mata : cekung (2)Mulut : kering (1)Nadi : 140 x/menit, lemah (2)Total : (dehidrasi berat)
Pemeriksaan Penunjang (1)Laboratorium
Laboratorium darah (tgl 08 Januari 2016)Darah lengkap :Hb : 11,8WBC : 18,9PLT : 185HCT : 41,3
Lym% : 64,4Gra% : 41,6
Pemeriksaan Penunjang (2)FOTO THORAX AP
Kesimpulan: -dilatasi gas usus- kecurigaan bronchopneumonia
Diagnosis Kerja
PenatalaksanaanCo.Sp.A- O2 (head box 5 lt/menit)- IVFD RL 30 cc/kgBB 90 cc habis dalam 1 jam
70 cc/kgBB (210cc) habis dalam 5 jam- Inj. Paracetamol 30 mg / 6 jam- Inj. Ampicilin 75 mg/ 6 jam- Inj. Gentamicin 7,5 mg/ 12 jam- Inj. Metoclopramide 0,3 mg k/p muntah- P.o: L-Bio 2 x ½ sachet, L- Zync 1x10 mg
Puasa, pasang NGT,alirkanMRS. PICU
FOLLOW UP 9/1/2016S O A P
Sesak nafas (+) N: 115 x/menit Diare akut dengan dehidrasi berat teratasi
Terapi lanjut
BAB 1x, ampas (+) RR : 38 x/menit Bronkopneumoni
Demam (-) S : 37,2 ºC
Muntah (-) Thorax: Retraksi Intercosta (+)SN Vesikuler Rho +/+Wheezing -/-
FOLLOW UP 10/1/2016S O A P
Sesak nafas berkurang N: 125 x/menit Diare akut dengan dehidrasi berat teratasi
Terapi lanjut
BAB 1x, ampas (+) RR : 38 x/menit Bronkopneumoni
Demam (-) S : 37 ºC
Thorax: Retraksi Intercosta (+)SN Vesikuler Rho +/+Wheezing -/-
TINJAUAN PUSTAKADIARE AKUT
DEFINISI
Buang air besar > 3 kali /hari, terjadi perubahan
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir & darah selama < 1 minggu.
ETIOLOGI
Lampiran 4. Bagan Penanganan Lampiran 4. Bagan Penanganan DiareDiareApakah anak menderita diare ?Apakah anak menderita diare ?JIKA YA,TANYAKAN:• Sudah berapa
lama ?• Apakah
beraknya berdarah (apakah ada darah dalam tinja) ?
LIHAT dan RABA:• Lihat keadaan umum anak:
Apakah anak :Letargis atau tidak sadar ?Gelisah atau rewel/mudah marah ?
• Lihat apakah matanya cekung ?
• Berikan anak minum. Apakah anak:Tidak bisa minum atau malas minum ?Haus, minum dengan lahap?
• Cubit kulit perut untuk mengetahui turgor. Apakah kembalinya:Sangat lambat (lebih dari 2 detik)? Lambat ?
Untuk DrajatDEHIDRASI
KlasifikasikanDIARE
Dan jika DIARE 14 HARI ATAU LEBIH
Dan jika adaDARAH DALAM TINJA
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut ini:
• Letargis atau tidak sadar• Mata cekung• Tidak bisa minum atau malas
minum• Cubitan kulit perut
kembalinya sangat lambat.
DEHIDRASIBERAT
Jika tidak klasifikasi berat lainnya:Beri cairan untuk dehidrasi berat
(Rencana Terapi C) Jika anak juga mempunyai klasifikasi
berat lainnya: Rujuk SEGERA dan selama dalam
perjalanan mintalah agar ibu terus memberikan larutan oralit sedikit demi sedikit.
Anjurkan ibu agar tetap memberi ASI Jika ada kolera di daerah tersebut, beri
obat antibiotik untuk kolera.
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut ini:
• Gelisah, rewel/mudah marah• Mata cekung• Haus minum dengan lahap• Cubitan kulit perut
kembalinya lambat.
DEHIDRASIRINGAN/SEDANG
Beri cairan & makanan sesuai Rencana Terapi B
Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lainnya:
Rujuk SEGERA ke RS dan selama dalam perjalanan mintalah agar ibu terus memberikan larutan oralit sedikit demi sedikit.
Anjurkan ibu agar tetap memberi ASI Nasihati ibu kapan harus kembali
segera Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak
ada perbaikan• Tidak cukup tanda-tanda
untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau ringan/sedang
TANPADEHIDRASI
Beri cairan & makanan sesuai Rencana Terapi A
Nasihati ibu tentang kapan harus kembali segera
Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan
• Ada dehidrasiDIARE
PERSISTENBERAT
Atasi dehidrasi sebelum dirujuk, kecuali bila anak juga mempunyai klasifikasi berat lain
Rujuk
• Tanpa dehidrasiDIARE
PERSISTEN
Nasihati ibu tentang cara pemberian makan pada anak dengan DIARE PERSISTEN.
Kunjungan ulang setelah 5 hari.
• Darah dalam tinja (beraknya campur darah) DISENTRI
Beri antibiotik yang sesuai untuk Shigela selama 5 hari
Kunjungan ulang setelah 2 hari.
PEMBERIAN CAIRAN TAMBAHAN UNTUK DIARE DAN MELANJUTKAN PEMBERIAN MAKANAN
Rencana Terapi A: Penanganan Diare di RumahJelaskan kepada ibu tentang 3 aturan perawatan di Rumah:Beri Cairan Tambahan, Lanjutkan Pemberian Makan, Kapan harus kembali
1. BERI CAIRAN TAMBAHAN (sebanyak anak mau)
> JELASKAN KEPADA IBU:o Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberiano Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau cairan matang
sebagai tambahano Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan berikut
ini: Oralit, larutan gula garam, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang
Anak harus diberi larutan oralit di rumah jika:o Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan inio Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah
> AJARI IBU CARA MENCAMPUR DAN MEMBERIKAN ORALITBERI IBU 6 BUNGKUS ORALIT (200 ml) UNTUK DIGUNAKAN DI RUMAH
> TUNJUKKAN KEPADA IBU BERAPA BANYAK CAIRAN TERMASUK ORALIT YANG HARUS DIBERIKAN SEBAGAI TAMBAHAN KEBUTUHAN CAIRANNYA
SEHARI-HARI:o sampai umur 1 tahun 50 sampai 100 ml setiap kali berako umur 1 sampai 5 tahun 100 sampai 200 ml setiap kali berakKatakan kepada ibu:o Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/cangkir/gelaso Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan lagi dengan lebih
lambat o Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
2. LANJUTKAN PEMBERIAN MAKAN Lihat Bagan KONSELING BAGI IBU
3. KAPAN HARUS KEMBALI
Rencana Terapi B: Penanganan Dehidrasi Ringan/Sedang dengan OralitBerikan oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.
TENTUKAN JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA
UMUR Sampai 4 bln 4 sampai 12 bln 12 sampai 24 bln 2 sampai 5 tahun
BERAT BADAN < 6 kg 6 - < 10 kg 10 - < 12 kg 12 - 19 kg
dalam ml 200 - 400 400 - 700 700 - 900 900 - 1000
Digunakan UMUR hanya bila berat badan anak tidak diketahui. Jumlah oralit yang
diperlukan (dalam ml) dapat dihitung dengan cara: berat badan (dalam Kg) dikalikan
75o Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman diatas, berikan.o Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menetek, berikan juga
100-200 ml air matang selama periode ini.
TUNJUKKAN KEPADA IBU CARA MEMBERIKAN LARUTAN ORALITo Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/mangkuk/gelaso Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih
lambato Lanjutkan ASI selama anak mau.
SETELAH 3 JAMo Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinyao Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatano Mulailah memberi makan pada anak ini ketika masih di klinik
JIKA IBU MEMAKSA PULANG SEBELUM PENGOBATAN SELESAI:o Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit di rumaho Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan di rumah untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan
o Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi. Juga beri 6 bungkus sesuai yang
dianjurkan dalam Rencana Terapi Ao Jelaskan 3 aturan perawatan di rumah.
1. BERI CAIRAN TAMBAHAN Lihat Rencana Terapi A:2. LANJUTKAN PEMBERIAN MAKAN mengenai jumlah cairan dan lihat3. KAPAN HARUS KEMBALI Bagan KONSELING BAGI IBU
(Lihat anjuran PEMBERIAN MAKAN pada bagan KONSELING BAGI IBU)
PEMBERIAN CAIRAN TAMBAHAN UNTUK DIARE DAN MELANJUTKAN PEMBERIAN MAKANANRencana Terapi C: Penanganan Dehidrasi Berat dengan Cepat
IKUTI TANDA PANAH. JIKA JAWABAN “YA”, LANJUTKAN KE KANAN. JIKA “TIDAK”, LANJUTKAN KE BAWAH.
MULAI DISINI
Dapatkah saudarasegera memberikan
cairan intravenaYA
TIDAK
Apakah ada fasilitaspemberian cairan
intravena yangterdekat (dalam
30 menit)YA
TIDAK
YATIDAK
Apakah saudaratelah dilatih
menggunakan pipanasogastik untuk
rehidrasi ?
Apakah anak masihbisa minum ?
TIDAK
Rujuk SEGERA untukpengobatan IV / NGT
• Berikan cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut sementara infus dipersiapkan. Beri 100 ml/kg cairan Ringer Laktat (atau jika tak tersedia, gunakan cairan NaCl) yang dibagi sebagai berikut:
UMUR Pemberian pertama Pemberian berikut30 ml/kg selama: 70 ml/kg selama:
Bayi 1 jam * 5 jam (dibawah umur 12 bulan)
Anak 30 menit* 21/2 jam (12 bulan sampai 5 tahun)
• periksa kembali anak setiap 1-2 jam. Jika status hidrasi belum membaik, beri tetesan intravena lebih cepat
• juga beri obat oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setalah anak mau minum: biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
• periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan Dehidrasi. Kemudian pilih Rencana Terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan pengobatan.
• Rujuk SEGERA untuk pengobatan intravena• jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan cara meminumkan pada anaknya sedikit
demi sedikit selama dalam perjalanan.
• Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa nasogastrik atau mulut: beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg)
• periksa kembali anak setiap 1-2 jam:o jika anak muntah terus menerus atau perut makin kembung, beri cairan lebih lambato jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak untuk pengobatan intravena
• sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan dehidrasi. Kemudian tetntukan Rencana Terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan pengobatan.
CATATAN:• Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah rehidrasi untuk menyakinkan bahwa ibu
dapat mempertahankan hidrasi dengan pemberian larutan oralit per oral.
KASUS 2
• Nama : Ny.T• Umur : 61 tahun• Jenis Kelamin : Perempuan• Pekerjaan : Ibu rumah tangga• Alamat : Muang• Masuk tanggal : 10/01/2016• Jam : 14.15 WITA
ANAMNESIS (Auto dan Alloanamnesis)
Keluhan Utama : Benjolan pada leher kananRiwayat Penyakit Sekarang-OS mengeluh benjolan awalnya muncul 10 tahun lalu dan tdk ada keluhan, namun 2 tahun ini semakin membesar- OS juga mengeluh batuk 3 minggu ini, darah (+) bercampur dahak, Nafsu makan menurun, tangan gemetar (-), sering berkeringat (-)
Riwayat Penyakit DahuluRiwayat HT dan DM (-)
Riwayat Pengobatan Dahulu3 minggu ini OS mengonsumsi OAT
Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat Keluhan Serupa (-)
ANAMNESIS (Auto dan Alloanamnesis)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak LemahKesadaran : GCS E4V5M6/ CMVS : TD : 120/70, N : 80x/m, RR : 22x/m, S;37,2,
Status GeneralisK/L: ca(+/+), sklera ikterik (-/-), eksoftalmus (-/-), pembesaran kgb cervikal (sulit dinilai), massa diregio colli dextra (terlampir status lokalis), deviasi trachea (sulit dinilai).
Pembesaran Kgb Auricula dan Axila : (-)
Thoraks : Simetris, Datar, Benjolan (-)Paru:
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris Palpasi : Tidak ada pelebaran ICS, fremitus vokal (dekstra
= sinistra) Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru Auskultasi : Suara dasar vesikuler, Ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung: Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat Palpasi : ictus cordis tidak teraba Perkusi: batas jantung kanan: para sternal line ICS III D
batas jantung kiri: mid clavicula line ICS V S Auskultasi: S1/S2 tunggal reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen: Inspeksi : Cembung, simetris, benjolan (-) Auskultasi : Bising usus (+ ) normal Palpasi : Supel, hepar/ lien tidak teraba,
nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani di seluruh lapangan abdomen
Status Lokalis
• Regio colli dextra : Inspeksi : Tampak benjolan diregio coli ukuran 10 cm x 7 cm, warna kulit sama dgn disekitar.Palpasi : Massa berbatas tidak tegas, konsistensi padat keras dan tidak ada nyeri tekan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
03/12/2016
(RSUD Tanjung)
10/01/2016
(RSUD Hasan
Basry)
Nilai Normal
-Hb (gr/dl) 8,8 10,9 11,5 - 17,5
-Leukosit 11.000 8600 4.000 – 10.500
-Trombosit 472.000 294.000 150.000 – 400.000
-MCV 72,8 81,1 80 – 97
-MCH 25,1 24,3 26 – 33
-MCHC 34,5 29,9 31 – 35
-GDS 135 <200
-SGOT 62 9 – 25
-SGPT 33 7 – 30
Tampak single nodulKesimpulan : metastasis di paracardial dextra
RADIOLOGIS
ASSESMENT
Obs. Nodul Tiroid ec susp Struma toksik dd Struma non toksik
Obs. Hemaptoe ec susp TB paru dd metastasis paru
PLAN
IVFD RL : D5 (2:1) 20 tpm (ma)Neurobat 1amp/24 jamInj. Omeprazol 1 vial/12 jam Inj. Antrain 1 amp/8 jam ivInj. Ondansetron 4 mg/8 jam (k/p)Inj. Metilprednisolon 125mg/12 jamDexanta syr 3x1 C
Konsul Sp.BRaber Sp.B dan Sp.P
PLAN
• Pro pemeriksaan FNAB nodul tiroid• Cek Faal Tiroid (TSH, FT4 dan FT3)
Defenisi Struma
Struma / goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.
Anatomi • Kelenjar tiroid/gondok terletak
di bagian bawah leher, kelenjar ini memiliki dua bagian lobus.
• berbetuk lonjong berukuran panjang 2,5-5 cm, lebar 1,5 cm, tebal 1-1,5 cm dan berkisar 10-20 gram.
• Kelenjar tiroid sangat penting untuk mengatur metabolisme.
• Kelenjar ini memproduksi hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
Fungsi Kelenjar Tiroid
ETIOLOGI Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh:1.Hiperplasi dan hipertrofi dari kelenjar tiroid
▪ Non toxic goiter: difus, noduler▪ Toxic goiter: noduler (Parry’s disease), difus (Grave’s
disease)/Morbus Basedow
3. Neoplasma▪ Neoplasma jinak (adenoma)▪ Neoplasma ganas (adenocarcinoma) :
papiliferum,folikularis, anaplastik
2. Inflamasi atau infeksi kelenjar tiroid• Tiroiditis akut• Tiroiditis sub-akut (de Quervain)• Tiroiditis kronis (Hashimoto’s disease dan struma
Riedel)
Klasifikasi
Patofisilogi
Manifestasi klinis • Berdebar-debar/meningkatnya denyut nadi • Keringat• Konstipasi• Gemetar• Gelisah • Berat badan menurun • Mata membesar • Nyeri pada tenggorokan • Kesulitan bernapas dan menelan
Diagnosis
Diagnosis banding
• Timoma• Limfoma• tumor dermoid• metastasi keganasan paru pada kelenjar
getah bening.
Tatalaksana • Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan
saat ini adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.
• Yodium Radioaktif
Operasi/Pembedahan
Tiroidektomi
Lobektomi
(Rubin & Hansen, 2008 “AJCC 2002”)
KASUS 3
ANAMNESA
Autoanamnesa :tanggal 10 Januari 2016/ 09.15 WITA
Identitas Pasien
Riwayat Penyakit Sekarang
Pemeriksaan Fisik(minggu, 10 Januari 2016)
STATUS G ENERALISKeadaan Umum tampak lemahKesadaran GCS E4V5M6 (15)Sikap berbaringTekanan Darah 100/70 mmHgNadi 88x/mntSuhu 36,8 0CPernafasan 22x/menit
PEMERIKSAAN FISIK (1)
Thoraks Jantung
Pemeriksaan fisik (2)
TORAKS Paru
Pemeriksaan fisik (2)
PEMERIKSAAN ABDOMEN
Inspeksi datarPalpasi Defans muscular (+)
hepatosplenomegali (-), mc.Burney (+), rovsing sign (+)
Perkusi timpani di seluruh lapangan abdomen Auskultasi bising Usus (+)
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS
Atas akral hangat, edema (-)Bawah akral hangat, edema (-)
Pemeriksaan fisik (3)
Rectal Toucher
Ampula recti Tidak colapsSfingter ani Mencengkram Nyeri tekan (-) Handscoon Darah (-). Feses (+)Alvarado score 8
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 12,8/dl 11,4 – 17,7Leukosit 14.200 /mm3 4000 – 10500Trombosit 239.000mm3 140000 – 440000Hematokrit 41,3 U/l 35 – 55MCV 94,2 fl 80.0-97.0MCH 29,4 pg 26.5-33.5MCHC 31,2 g/dl 31.5-35.0Gran 12,6 1,2-8,0
Pemeriksaan Penunjang (1)
Lanjutan Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Gula darah sewaktu 107 mg/dl
Ureum 49,4mg/dl
Kreatinin 0,87 mg/dl
SGOT 22mg/dl
SGPT 817mg/dl
Pp Tes -
Tata Laksana
TINJAUAN PUSTAKA
APENDISITIS
DEFINISI
Peradangan dari apendiks versiformis dan merupakan kegawatdaruratan bedah abdomen yang paling sering ditemukan
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Fisik
Alvarado Score
• 7-9 : apendisitis akut• 5-6 : observasi 24 jam• <5 : bukan apendisitis
Pemeriksaan penunjang• Laboratorium-leukositosis• Urinalisa• Foto polos abdomen- tidak spesifik dan tidak direkomendasikan
kecuali ada kelainan yang membutuhkan pemeriksaan foto polos abdomen (seperti perforasi, obstruksi usus atau batu utereter).
- gambaran udara usus abnormal, fecolith, atau benda asing
• < 50% Gambaran fekolith:soliter, oval, densitas kalsifikasi pada kuadran bawah kanan, ukurannya dapat mencapai 2 cm. terkadang dapat berbentuk shell like atau laminated5
Tanda lain:
- Kalsifikasi apendiks (0,5-6cm)- Sentinel loop- pelebaran ileum atonik berisi
air fluid level- Dilatasi sekum- Preperitoneal fat line yang melebar dan /
kabur- Kaburnya region kanan bawah, mengacu pada
cairan dan edema
- Skoliosis konkaf ke kanan- Massa kuadran bawah kanan yang mendesak
sekum- Kaburnya batas muskulus psoas kanan (tidak
khas)- Udara pada apendiks (tidak khas)
Gambaran foto polos abdomen tampak apendikolith (panah)
• Apendikografi
- Pemeriksaan apendikografi tidak mempunyai peran diagnosis dalam kasus appendisitis
- Kontra indikasi: peritonitis dan curiga perforasi
- dapat untuk menegakkan diagnosis penyakit lain yang menyerupai apendisistis
Temuan appendikografi pada appendisitis:- Non filling appendiks- Irregularitas nodularitas dari appendiks yang memberikan gambaran edemamukosa yang disebabkan oleh karena inflamasi akut.- Efek massa pada sekum serta usus halus yang berdekatan.
Gambaran pengisian penuh dengan kontras pada apendiks, apendiks normal
Barium Enema•dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari
appendisitis pada jaringan sekitarnya,untuk menyingkirkan diagnosis banding,
•sensitivitas dan tingkat akurasi yang tinggi sebagai metode diagnostik untuk menegakkan diagnosis appendisitis kronis tampak pelebaran/penebalan dinding mukosa appendiks, disertai penyempitan lumen hingga sumbatan usus oleh fekalit
kriteria diagnosis appendisitis :•non filling apendiks dengan desakan lokal
sekum•pengisian dari apendiks dengan penekanan
local pada sekum•nonfilling apendiks dengan adanya massa
pelvis (kabur pada kuadran bawah kanan dengan perubahan letak usus halus akibat desakan)
•pola mukosa apendiks irregular dengan terhentinya pengisian.
Gambaran foto oblique superior kanan abdomen dengan barium enema single kontras. Tampak Sekum (C) dan appendix yang mengalami osifikasi dan kontur yang ireguler
(tanda panah).
• USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dicurigai adanya abses, menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya. Sensitivitas sekitar 90%
• Tanda appendisitis akut pada sonografi :- Indentifikasi apendiks- Struktur tubuler dengan ujung buntu pada titik nyeri- Non-kompresibel- Diameter 6 mm atau lebih- Tidak adanya peristaltic- Apendikolith dengan bayangan akustik- Ekogenesitas tinggi non-kompersibel disekitar lemak- Cairan disekitar lesi atau abses- Edema dan ujung sekum
Gambaran appendisitis: tampak penebalan dari dinding apendiks
Gambaran appendisitis dengan gambaran apendikolith (jarang terlihat dengan USG) (panah)
CT Scandipertimbangkan sebagai pemeriksaan diagnostik paling akurat untuk menyingkirkan appendisitis. keakuratan diagnosis CT scan rata-rata antara 93% dan 98 % dengan sensitifitas 90-98% dan spesifitas 83-98%
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendisitis. Selain itu juga dapat menunjukkan komplikasi dari appendisitis seperti bila terjadi abses
Gambaran CT scan tampak apendiks terinflamasi (A) dengan apendikolith (a)
Gambaran Appendisitis perforasi dengan abses. Tampak apendikolith (panah) dan udara dalam abses dan perubahan inflamasi dengan penebalan dinding (panah terbuka)
Sonografi CT scan
Sensitivitas 85% 90 – 100%
Spesifisitas 92% 95 – 100%
Penggunaan Evaluasi pasien dengan kecurigaan
diagnosis appendicitis
Evaluasi pasien dengan kecurigaan
diagnosis appendicitis
Keuntungan Aman
Relative lebih murah
Dapat menyingkirkan penyakit
pelvis pada wanita
Lebih baik penggunaanya pada
anak-anak
Lebih akurat
Lebih baik mengidentifikasi
phlegmon dan abses
Lebih baik mengindentifikasi
apendiks normal
Kerugian Ketergantungan operator
Nyeri
Harga lebih mahal
Efek radiasi pengion
Penggunaan kontras
MANAJEMEN
Diagnosis Banding
Tatalaksana• Apendiktomi
dapat dilakukan secara terbuka ataupun dengan cara laparoskopi. Bila apendiktomi terbuka, incise McBurney paling banyak dipilih oleh ahli bedah
• Antibiotik- Pada apendisitis gangrenosa atau perforata- Preoperative, antibiotik broad spectrum
intravena diindikasikan untuk mengurangi kejadian infeksi pasca pembedahan.
- Post operatif, antibiotic diteruskan selama 24 jam pada pasien tanpa komplikasi apendisitis
- diteruskan sampai 5-7 hari post operatif untuk kasus apendisitis ruptur atau dengan abses.
- diteruskan sampai hari 7-10 hari pada kasus apendisitis ruptur dengan peritonitis difus
KOMPLIKASI
Prognosis
• Apendiktomi yang dilakukan sebelum perforasi prognosisnya baik. Kematian dapat terjadi pada beberapa kasus. Setelah operasi masih dapat terjadi infeksi pada 30% kasus apendix perforasi atau apendix gangrenosa.
• Serangan berulang dapat terjadi bila appendiks tidak diangkat
TERIMA KASIH