MODUL SPESIALISASI TARI KREASI · Web viewPenduduk kota bandung terdiri atas orang elit pribumi...
Transcript of MODUL SPESIALISASI TARI KREASI · Web viewPenduduk kota bandung terdiri atas orang elit pribumi...
2/27/2019
MODUL SPESIALISASI TARI KREASI
TARI KANDAGAN
ARNI APRIANI, M.PdNIDN. 0419048001
PEMBELAJARAN TARI KANDAGAN
A. LATAR BELAKANG BUDAYA
Bagi Bangsa Indonesia, kebudayaan tidak bisa tidak, senantiasa harus dilihat dalam
rangka dinamika interaktif antara proses membentuk sebuah kebudayaan Nasional bagi
Bangsa Indonesia yang menjadi suatu satuan Kebangsaan baru, dan disisi lain melanjutkan
perjalanan berbagai kebudayaan suku bangsa yang dikandung didalam dirinya juga, tanpa
meninggalkan pengaruh perkembangan ke arah terbentuknya sistem-sistem global, terutama
pada ranah ekonomi moneter dan ranah informatika beserta perkembangan pesat
teknologinya. Ini memberikan dampak terhadap kebudayaan bangsa, meski tidak selalu
disadari.
Kebudayaan suku-suku Bangasa di Indonesia biasa disebut sebagai “Kebudayaan
Daerah” , suatu lebel yang kurang tepat. Kata “Daerah” mengesankan lawan dari “Pusat”,
padahal disini yang diperbedakan adalah “Kebudayaan Bangsa (Nasional)” dan “Kebudayaan
Suku Bangsa”. Kebudayaan Nasional merupakan kebudayaan seluruh bangsa indonesia di
pusat ataupun di daerah.
Warisan budaya bangsa Indonesia, dapat digolongkan atas dua macam, seperti pendapat
Sedyawati Edi (2007:vii) yaitu tangible (benda yang dapat disentuh) dan yang tak benda
( intangible, tak dapat dipegang). Namun kita pun dapat menggolongkan menjadi : (a) yang
merupakan warisan masa lalu, atau warisan dari suku-suku bangsa di Indonesia; (b) hasil
karya ‘masa kini’ mulai sejak adanya kesatuan nasional indonesia (sesuatu yang
diperlihatkan dengan karya-karya tulis tentang konsep, nilai, sastra, seni pertunjukan, musik,
tari, seni rupa ‘Moderen’dan lain-lain).
Tidak terelakan bahwa semua itu membutuhkan pelestraian dari eksistensi kebudayaan
yang dinamis dengan mempunyai aspek-aspek: pelindungan, perawatan, pengembangan dan
Tari Kandagan | 1
pemanfaatan. Hasil budaya dapat dipilah menjadi dua cakupan yaitu satu sisi “kebudayaan
nasional” dan sisi lain “kebudayaan suku-suku bangsa (etnik), dan “kebudayaan” (folklor)
dari kolektiva-kolektiva khusus seperti kaum remaja kota, para pedagang, para pengemudi,
para petani dan lain-lain.
Kebudayaan suku sunda, biasanya berada di beberapa lingkungan kota yang tergabung
dalam satu provinsi yang disebut propinsi Jawa Barat. Sebagian orang menyebut tempat
tinggal suku sunda dengan istilah priyangan, yang secara langsung memberi image daerah
dengan pegunungan, yaitu diantaranya kota Bandung.
Bandung lahir berkaitan erat dengan asal usul arti namanya yaitu “bendung”, asal
mulanya merupakan luapan kali Citarum akibat meletusnya gunung tangkuban perahu
sehinggga terbentuk danau besar yang kemudian disebut “Danau Bandung Purba”. Lahirnya
kota bandung, jauh sebelum berdiri. Kata “bandung” digunakan sebagai nama daerah
dibagian tengah priangan setelah di daerah itu berdiri pemerintahan tradisonal dengan status
kabupaten (sekitar dekade ketiga abad ke-17), yang disebut Kabupaten Bandung
(Pemkot,2002:5).
Secara geografis Bandung (Jawa Barat) beriklim tropis, ini terlihat dari sekeliling dataran
dipagari gunung (sunda: kalingkup ku gunung), dengan fasilitas alam yang melimpah,
sebaran batuan yang menghasilkan lapisan tanah yang subur, peredaran udara yang terkendali
oleh tatanan geografis alam, dan ditunjang oleh berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang
berfungsi sebagai indrustri. Dataran tinggi bandung tempat yang nyaman bagi kehidupan
manusia, sejak masa prasejarah.
Sejak pertengahan tahun 1864 kota bandung selain berkedudukan sebagai ibu kota
kabupaten bandung, juga berfungsi sebagai ibu kota keresidenan priangan. Mulai
pertengahan abad ke-19 kota bandung menunjukan perubahan atau perkembangan, dari kota
tradisonal berkembang menuju tipe kota kolonial (kota moderen). Maka sejak saat itu kota
Tari Kandagan | 2
bandung bukan hanya diperintah oleh Bupati, melainkan diperintah pula oleh residen
priangan, yang menyebabkan perkembangan pesat baik fisik kota maupun kehidupan sosial-
ekonomi.
Penduduk kota bandung terdiri atas orang elit pribumi (yang dipersamakan haknya
dengan orang eropa), Eropa (diantaranya bangsa belanda), Cina (orang yang dipersamakan
haknya dengan orang eropa), Arab, India, Pakistan, dan orang timur asing lain. Dengan kata
lain pada awal abad ke-19 kota bandung penduduknya heterogen. Dalam persepsi kolonial,
masyarakat kota bandung terbagi atas tiga strata, yaitu (1) golongan Eropa (2) golongan timur
asing, khususnya cina dan (3) golongan pribumi, dianggap sebagai strata paling bawah.
Berdasarkan status sosialnya, masyarakat pribumi secara garis besar terdiri atas golongan
menak dan golongan rakyat biasa (cacah). Menurut profesinya golongan menak terdiri atas
menak birokrat (elit birokrasi tingkat tinggi dan tingkat menengah) dan menak bukan
birokrat. Golongan rakyat biasa terdiri dari : pegawai rendah, pedagang, pekerja/tukang,
buruh/kuli dan petani, tetapi petani umumnya tinggal dipenggiran kota. Masyarakat pribumi
mayoritas adalah orang sunda dengan sebagian kecil orang jawa dan sumatara. Orang jawa di
kota bandung sebagian menjadi pegawai negri dan sebagian lagi menjadi pembantu rumah
tangga, sedangkan orang sumatra pada umumnya menjadi pegawai PTT.
Aspek lain yang nampak berkembang yaitu dalam kehidupan keagamaan. Hal ini
tercermin dari peningkatan dan pengembangan sarana ibadah. Seperti pembangunan Mesjid
Agung Bandung (berkali-kali di renovasi dan diperluas) untuk yang beragama isalam. Agama
kristen (katholikdan protestan) dengan pemeluk mayoritas orang eropa dan sebagian kecil
orang cina, juga cukup berkembang, sehingga pada tahun 1920-an, para penganut agama itu
mendirikan gereja “St. Pieter” (Katolik), Gereja “Bethel” (protestan), dan gedung pertemuan.
Sedangkan orang cina non kristen memiliki tempat ibadah “klenteng” di daerah pacinan.
Tari Kandagan | 3
Hubungan antara pejabat pribumi dengan pejabat kolonial dalam subordinasi juga terjalin
hubungan sosial yang sangat erat. Misalnya pada pertemuan tak resmi dalam acara pesta,
sebagian budaya barat masuk ke dalam kehidupan pribumi. Selain menggelar seni seni musik
barat, seringkali di pendopo digelar kesenian tradisonal secara begiliran, seperti tari tayub
(seni tari yang disenangi oleh kaum menak/bangsawan), wayang golek, dan macam-macam
kesenian tradisonal lainnya.
Tempat-tempat hiburan rakyat merupakan salah satu sarana tempat berlangsungnya
hubungan sesama warga kota, bahkan hubungan antara warga kota dan luar kota. Gedung
bioskop dan “pistren”, selain sebagai tempat pertunjukan film, juga sering digelar
pertunjukan kesenian sunda (ketuk tilu, ronggeng, pencak silat), tinju, gulat, sandiwara dan
kadang memanah. Di “pistren” dekat alun-alun sering kali soldadu Belanda turut menari
ketuk tilu. Dan kesenian lain yang biasa dipertunjukan adalah orkes, antara lain untuk
meramikan acara bursa tahunan (jaarbeurs).
B. RADEN TJETJE SOMANTRI SEORANG TOKOH SENI TARI SUNDA
Raden Tjetje Somantri lahir di Bandung pada tahun 1891 dari ibu Nyi Raden Siti
Munigar, gadis ningrat asal Bandung. Ayahnya Raden Somantri, seorang bangsawan
Purwakarta, meninggal ketika dia belum lahir. Lalu dia dibesarkan oleh pamannya yang
menjadi Wedana Kabupaten Subang bernama Rd. Karta Kusumah. Tjetje terlahir dengan
nama Rd. Rusdi Somantri Diputra, tetapi pamannya selalu memanggilnya dengan panggilan
kesayangan yaitu Tjetje, nama yang terus dipakainya.
Sebagaimana layaknya pria remaja dan dewasa pada jaman itu, Tjetje pun tak luput
dari kegemaran bertarung dalam segala macam aduan. Kemujuranya sangat terkenal dalam
adu muncang (kemiri), adu langlayangan (layangan), adu ayam, adu manah (adu memanah),
dll.
Tari Kandagan | 4
Dalam kehidupan rumah tangganya, Tjetje menikah empat kali. Istrinya yang pertama
berasal dari Garut bernama Nyi Agan Permas. Yang kedua dari palembang bernama Nyanyu
Maemunah yang dipanggil Nyi ayu Oneng, karena kulitnya yang kuning langsat (koneng).
Dari istri yang ketiga, Nyi Raden Iyoh Mariyah keturunan bangsawan cianjur, Tjetje
mendapat putra satu-atunya bernama Rd. Adang Iskandar Effendi Somantrikusumah. Istrinya
terakhir ialah Nyi Anom Padmi Ningrum dari Ciamis. Istrinya yang ini terus mendampingi
Tjetje dalam berbagai kegiatan tari. Dia turut membantu merias dan mendandani para penari.
Tjetje meninggal dunia pada tangagal 30 April 1963. Patut disayangkan bahwa darah seninya
tidak menurun kepada putranya dan turunannya selanjutnya.
Pendidikan dan pekerjaan
Sebagaimana lainnya para bangsawan yang berpendidikan, Tjetje sekolah dan lulus
dari HIS dan MULO di Bandung. Pendidikan MOSVIA pernah dikecapnya tetapi tak sampai
selesai karena sering terganggu oleh minatnya menari. Tjetje dikenal sebagai seorang murid
tari yang cakap dan rajin. Segala jenis seni yang dipelajari Tjetje dapat dikuasainya dengan
mudah dan ditampilkannya kembali dengan sangat indah. Jenis seni yang pernah di pelajari
ialah pencak silat, tari tayub, tari wayang dan tari topeng. Tari jawa tidak pernah betul-betul
dipelajarinya, tetapi dia banyak memperhatikan, berdiskusi dan membaca tentang tari jawa.
Keahlian Tjetje yang beragam itulah yang akan memberinya bekal untuk mencipta gerak tari
pentas sunda putri yang inovatif dan membuatnya terkenal.
Sebagai murid Tjetje adalah murid yang rajin dan telaten bertanya. Tari tayub adalah
tarian pertama yang dipelajarinya pada tahun 1911 di Kabupaten Purwakarta. Yang mengajar
ialah R. Gandakusumah atau Aom Doyot, seorang bangsawan keturunan Sumedang yang
menjadi Wedana di Leuwiliang, Bogor. Guru pencak Tjetje seorang raden dari Cianjur, biasa
ia menyebutnya Madja. Ia terkenal dengan sebutan juragan Opsinderkarena dia seorang
School Opziener (penilik sekolah) di Bandung.
Tari Kandagan | 5
Di bandung Tjetje belajar tari wayang dan kemudian dia terkenal sebagai penari
wayang wong priyayi (wayang wong yang para pelakunya dari kalangan menak). Dalam
pertunjukan biasa, dia sangat suka menari tokoh Baladewa dan Gatotkaca, rupanya karena
penjiwaan kedua tokoh tersebut dirasa mudah olehnya untuk dihayati dan diekspresikan.
Guru tari wayang Tjetje adalah Aom Menin, Camat BuahBatu Bandung yang juga seorang
penari wayang wong priyayi.
Selai belajar tari priangan, minat Tjetje pun tertarik pada tari topeng irebon yang pada
masa itu sangat populer. Kesempatan itu ada ketika Asep Berlian, menak pasar yang
mencintai tayub di tahun 1918 menyetujui usulan Tjetje untuk mengundang dalang topeng
kudus alias Wentar dan koncar beserta para penabuhnya. Kedaunya berasal dari daerah desa
Ciliwung Kecamatan Palimanan, Cirebon. Mereka tinggal di rumah asep berlian selama satu
bulan untuk mengajar berbagai macam tari, baik tari topeng maupun tari patokan. Tjetje turut
belajar bersama dengan kawan-kawannya yang lain, yaitu para menak turunan (menak karena
keturunan) dan menak pasar. Pengetahuan tentang tari jawa dia dapat dari buka yang
membahas tentang tari Serimpi, serta buku tari jawa yang ditulis oleh Sri Susuhunan Paku
BuwonoX dari Solo. Walau pun dia menari jawa, tetapi ciri khas sunda tetap tidak bias lepas.
Pengolahan karya tari
Hasil pengolahan Tjetje dalam tarian yang dia dapat terbagi atas tiga macam, menurut
jenis dan gaya tari yang dipelajari dari beberapa guru yaitu berdasar pada tari topeng Cirebon,
Wayang dan tayub.
(a) Tari topeng Cirebon : Topeng Koncaran, Topeng Menak Jingga, Topeng Jinggaanom,
Yuyu Kangkang/Kendit Birayung, anjasmara, Panji Nyamba, Pamindo, Jenis Tari Kursus
dan Renggarini (tari yang kelak dirubah oleh Tjetje menjadi tari Kandagan).
(b) Tari Wayang : Baladewa, Gatotkaca, Panji Nayadirana, Jaka Sona, Dipati Karna,
Srikandi, dan Tumenggung.
Tari Kandagan | 6
(c) Tari Tayub : serimpi, Badaya, tari-tari Kursus dan tari Dewi.
Sedangkan tarian murni ciptaan Tjetje yang disebut wanda anyar dibagi dua. Pertama
murni baru dalam gagasan, tema dan bentuk ialah tari kukupu, sulintang, merak dan sekar
arum. Kedua, yang baru tetapi masih kut unsur tari jawa, topeng dan wawacan ialah tari :
dewi, sekarputri, komala gilang kusumah, golek rineka, rineka sari dan renggarini.
Dari segi iringan tari biasanya untuk mempermudah pengajaran Tjetje menggunakan
lagu pendek dengan irama 1 wilet, maksudnya tiada lain untuk memudahkan para muridnya
dapat menguasai irama gending dengan cepat dan durasi tari pun dapat dipersingkat karena
perubahan dan pemotongan urutan tari lebih mudah dilakukan bila goongannya sering
berulang setiap delapan hitungan.
Pengolahan tata busana dan asesoris
Semua bentuk dan bahan busana tari banyak meniru kostum jawa, yaitu dari kain
batik dan bludru yang diberi pasmen dan payet. Kemudian dibantu Oemay mencoba
menggunakan bahan sutra/satin polos untuk baju dan kain, untuk beberapa bahan Voil atau
Chiffon yang tipis atau satin. Perhiasan kulit digunakan untuk siger, susumping, kalung, tutup
sanggul, kilat bahu kadang sabuk.
Tari Kandagan
Dalam perkumpulan Rinenggasari (1958-1965), yang didirikan Tjetje, pada tahun
1959/60 Tjetje menyempurnakan tari Renggarini menjadi tari kandagan, dia menyebutkan
bahwa tari kandagan bukan sepenuhnya karya dia tetapi merupakan hasil kolektif yang
akhirnya dia sempurnakan kembali. Tjetje meramu aneka unsur tari untuk diolah menjadi tari
sunda yang disukai masyarakat. Contoh unsur gerak tari jawa, bali, india dan birma
dipadukannya dengan halus dan mulus serta diberi rasa estetika Sunda, sehingga orang tidak
melihat unsur tari lain tersebut, sebagai tempelan. Tanpa disadari Tjetje, ternyata dia telah
Tari Kandagan | 7
mengenal unsur Unity atau kesataun sebagai salah satu unsur utama dalam akhir
perencanaan suatu karya seni yang baik.
Tari renggarini diciptakan pada tahun 1958. Mulanya nama tari ini adalah topeng
wadon (topeng perempuan), tetapi keudian diperbaiki menjadi Renggarini yang artinya secara
kata rengga adalah bergerak, aktif, lincah; rini adalah perempuan. Jadi renggarini memiliki
pengertian tarian perempuan dengan gerakan lincah. Pertama kali di pentaskan di Tugu,
Puncak, tari ini memikat para penonton. Pada waktu itu tarian renggarini memiliki kebaruan
yang disajikannya karena tari renggarini adalah betul-betul tari putri berwatak gagah yang
pertama. Penokohannya memang seorang putri yang berprilaku sebagai pria, berbeda dengan
tokoh pria dalam tari koncaran yang ditarikan oleh wanita. Kebaruan dalam tema seperti di
atas dan kebaruan dalam gaya dengan dipakainya selendang panjang (3 meter) yang
dilambungkan dan dilemparkan ke udara dalam teknik gerak alung solder (Lempar
selendang), melengkapi kostumnya yang bercelana sontog (panjang 15 cm dibawah lutut) dan
kain yang di-dodot-kan, terciptanya tarian ini tidak saja disambut dengan segera oleh publik,
tetapi para penari putri yang menarikannya merasa sangat “hebat” karena diberi tantangan
untuk menguasai teknik tari dengan selendang panjang.
Para ahli tari dan kebudayaan Jawa menempatkan tarian “Wanda Anyar” sebagai
tarian Semi Klasik Sunda yang diminati dan dibutuhkan Zaman bahkan “telah melampaui”
inovasi baru yang pada waktu itu terlambat disadari seniman Jawa.
Tari kandagan merupakan tari gagahan putri yang mirip dan merupakan
penyempurnaan dari tari renggarini yang diciptakan tahun1958. Perbedaan yang utama ialah
bahwa tari kandagan memakai sepak solder dan alung solder sedangkan tari renggarini hanya
menggunakan gerak alung solder. Biasanya tari putri harus selalu halus, anggun, tangan tidak
boleh terbuka terlalu lebar , tidak boleh jalingkak (sikap kelaki-lakian), tetapi semua aturan
itu dicoba dilanggar, diungkapkan melalui karya tari kandagan. Tetapi para penarinyapun
Tari Kandagan | 8
menyenangi tarian ini karena mereka dapat menirukan kemahiran penari pria pada waktu itu
dalam gerakan sepak solder, karena pada waktu itu sepak soder dianggap tidak sesuai dengan
adab kepribadian wanita sunda yang satun di masa itu. Adanya sepak soder ini, justru
membuat tarian lebih hidup karena adanya teknik keterampilan dari gerakan kaki yang
menjadikan soder sebagai properti, terlempar tinggi mengudara terliahat lebih indah. Kostum
sederhana tetapi menarik, paduan warna yang didominasi warna hitam, putih dan merah
keunguan yang kontaras pada selendang, menjadi daya tarik yang kuat dan khas dari tari
kandagan. Perlengkapan lainya seperti siger dengan tekes kecil serta rawis pendek dari wol
putih, memberi daya tarik yang kuat. Atribut ini yang memberi pesona pada tari kandagan,
tampa diketahui siapa yang membuat disainya. Seperti biasa pada setiap tari tunggal, hanya
diberikan kepada penari yang cocok, baik dilihat dari wanda maupun watak.
Tari kandagan adalah tarian putri tunggal berwatak gagah namun lincah yang
mengisahkan kemahiran penari putri Relati dari kraton Kanoman Cirebon yang tampil
dihadan tamu kehormatan. Tari ini cocok ditaraiakan oleh gadis yang ramping dengan
gerakannya yang gesit. Tetapi walaupun gagah karakternya, pengungkapan karakternya
penuh dinamika, kadang halus, kadang gagah. Tari kandagan berfungsi hanya sebatas
hiburan, bahkan selain tarian kukupu, sulintang, pancasari, kandagan merupakan daftar nama
yang sering dipentaskan dimanapun Tjetje pentas.
Walau pun karya-karya Tjetje mendapat kritikan-kritikan yang pedas dari sebagian
golongan menak, tetapi karya-karyanya tetap menyebar di masyrakat luas. Dan menjadi tari
milik sunda/Jawa Barat hingga masa kini.
Begitu cermat Tjetje membarui tari kandagan, sehingga selintas orang tidak akan tahu
bahwa rangkaian gerak dari tari kandagan hanya terdiri dari 3 gerakan pokok yaitu Jangkung
ilo, mincid, dan pakbang. Materi tari kandagan ciptaan R.Tjetje Somantri dalam penataan,
struktur tari senantiasa menempatkan ragam gerak penghubung/peralihan (irama/sejak yang
Tari Kandagan | 9
didalamnya ada alung soder dan sepak soder) diantara ragam gerak pokok (jangkun ilo,
mincid, pakbang) yang dikembangkan sedemikian rupa menjadi bermacam-macam gerak.
Biasanya gerak tari kandagan menggunakan ruang gerak sedang dan luas, sedangkan
ini terlihat dari sikap tangan sembada, bokor sinongo yang mengangkat tangan di pundak
dalam mincid, pakbang dan dalam jangkung ilo batararubuh. Sedangkan tempo dalam
bergerak menggunakan tempo sedang dan cepat, contoh ketika larap akan sejak dan akan
memulai gerak pokok menggunakan gerak cepat, dan geral sedang dilakukan ketika mincid.
Tenaga yang digunakan tiap bergerak menggunakan tenaga kuat untuk memberikan tekanan-
tekanan dalam bergerak. Tenaga sedang dilakukan ketika gerakan mincid.
Kandagan berarti wadah, tempat menyimpan perhiasan dan barang-barang berharaga.
Maka nama kandagan dapat pula dimaksudkan sebagai tempat dari kumpulan gerak-gerak
tari yang bagus. Sinopsis dari tari kandagan sering dituliskan sebagai berikut :
1. Tarian tentang putri Anjasmara yang menyamar menjadi laki-laki dan meniru tingkah laku orang Blambangan dalam usahanya menemukan R. Damarwulan, kekasihnya di negri Balambangan
2. Tarian yang sering dibawakan oleh seorang putri dari keraton kanoman Cirebon yang terkenal dalam kemahirannya menarinya. Namanya Putri Relati. Dia sering menari di Keraton menyambut tamu-tamu agung yang datang ke sana. Oleh karena itu tari kandagan disebut pula sebagai tari Relati. (Endang Cturwati: 1992)
Busana dan asesoris tari kandagan :
a. Baju kutung dengan krah pendek dengan bahan bludru hitam
b. Celana sontog, bludru hitam
c. Kain batik loreng sedang dengan latar putih, didodot ngawet iwiru dibelakang
d. Epek/stagen
e. Beubeur/ikat pinggang bludru hitam
f. Boro kiri, kanan, dan tengah dengan bahan bludru hitam
g. Sampur pendek di depan dengan panjang 2,75 M
h. Sampur panjang diikat pada keris dengan panjang 2,75 M
Tari Kandagan | 10
i. Siger dan rawis di kepala
j. Susumping
k. Tutup sanggul
l. Kilat bahu
m. Gelang tangan
n. Gelang kaki
o. Keris, diselipkan dibelakang di dalam epek/stagen (lihat gambar tampak belakang).
Dalam mengenal tari kandagan anak-anak dikenalkan terlebih dahulu tentang unsur
tari, kemudian pengenalan atau apersepsi dengan cerita/ sejarah budaya yang melatar
belakangi dan sejarah terbentuknya tari kandagan, serta dibantu dengan visual (gambar) dan
diskusi. Unsur tari secara umum terdiri dari medium gerak, ruang, waktu dan tenaga.
dibawah ini susunan gerak yang diajarkan dalam tari kandagan.
Tari Kandagan | 11
Tari Kandagan | 12
Tari kandagan
NONKONTEKSTUALaspek seni yang terlihat langsung oleh mata
- Gerak : ruang (Luas dan sedang), tenaga (kuat, sedang), waktu (cepat, sedang)Contoh: Alung sampur, sepak sampur, jangkung ilo, mincid dan pakbang
- Kostum : desain, warna (dasar hitam, ornamen mengunakan warna hijau, putih dan kuning) , ornamen (bunga dan daun) dan cara pakai (samping di-dodot cawet) dll
- Musik : tempo (sedang, cepat)
- Properti : alat yang digunakan dalam menari (sampur pendek dan sampur panjang)
- Ekspresi : karakter wajah (gagah, halis masekon 1), dan gerak (gagah dengan intensitas tenaga kuat dan sedang)
KONTEKSTUAL
- Sejarah : latar belakang tari kandagan di masyrakat pendukungnya.
- Fungsi dimasyarakat pendukungnya sebagai hiburan semata
- Makna simbol : merupakan tarian yang menjadi isu gender (crooss gender)
- Nilai yang terkandung dalam tari kandagan kasih sayang, kesetian, gigih dalam memperjuangkan keyakinan
Tari Kandagan | 13
NON KONTEKSTUAL PADA TARI KANDAGAN
RUANG
Pengolahan ruang yang khas (volume
gerak dan level melalui kreasi)
TENAGA
Pengolahan beragam intensitas tenaga dan keseimbangan gerak
WAKTU
Pengolahan gerak berdasarkan ritme musik (tempo bisa disatukan dengan eksplorasi waktu)
EKSPRESI
Pengolahan Karakter Wajah dan Gerak
Tari Kandagan | 14
Kontekstual Kontekstual TariTari KandaganKandaganTari KandaganTari Kandagan
Apresiasi Audio Visual tari KandaganApresiasi Audio Visual tari KandaganMengetahui busana tari KandaganMengetahui busana tari KandaganMemahami fungsi tari Kandagan Memahami fungsi tari Kandagan pada masyarakat pendukungnyapada masyarakat pendukungnyaMengetahui sejarah tari KandaganMengetahui sejarah tari KandaganMengerti makna dan simbol dalam Mengerti makna dan simbol dalam tari kandagan serta nilai yang tari kandagan serta nilai yang
Tahapan Materi Deskripsi
Tahap I Pengenalan Gerak (ruang, waktu dan
tenaga)
Siswa dapat mengetahui unsur tari kandagan dengan unsur:
Gerak : ruang gerak, pola gerak, level
Waktu : dengan tempo/ritme cepat dan sedang
Tenaga : kuat, dan sedang
Dicontohkan dengan gerak: sepak soder, alung soder, jangkung ilo,
mincid dan pakbang.
Tahap II Model kontekstual dengan Apresiasi Siswa mengapresiasi tari kandagan, kemudian menganalisis dari segi
kostum, sejarah, fungsi, memahami makna dan simbol, serta Nilai.
Tari Kandagan | 15
SYNTAX MODEL PEMBELAJARAN TARI kandagan
Konsep pembelajaran I
1. Pada proses penerapan tari kandagan secara tekstual, pertemuan pertama siswa diarahakan pada bentuk pengenalan unsur tari (ruang, waktu dan tenaga) yang dihubungkan dengan kegiatan sehari-hari, untuk mempermudah analisis unsur tari tersebut.(kaki, tangan, badan dan kepala)
2. Pertemuan berikutnya pengenalan unsur tari di aplikasi pada gerak pokok dan gerak ciri khas tari kandagan
3. Pertemuan ketiga siswa mengolah rasa ruang, waktu dan tenaga dengan pengolahan dan pengembangan gerak pokok dan gerak khas kandagan kemudian menyajikan dikelas
Tari Kandagan | 16
Pengenalan gerak (ruang, waktu dan tenaga
Siswa bereksplorasi ruang, waktu dan tenaga
ANALISIS RUANG, WAKTU DAN TENAGA
KEMUDIAN DIAPLIKASI PADA GERAKAN CIRI KHAS KANDAGAN
DEMONTRASI (PEMAHAMAN RUANG, WAKTU DAN TENAGA PADA TARI KANDAGAN)
APLIKASI BERAGAM RASA RUANG,WAKTU DAN TENAGA PADA PENGEMBANGAN DALAM EKSPLORASI
Konsep Pembelajaran II
1. Apresiasi tari kandagan, dengan pengamatan terhadap kostum, asesoris, properti, dan gerak
2. Siswa menganalisis bagai mana bentuk kostum yang digunakan dengan perkembangannya(sejarah)
3. Penjelasan tentang konsep nilai, simbol dan makna pada tarai kandagan dilihat dari cerita dan geraknya
4. Siswa merisensi tentang tarian kandagan secara kontekstual dan tekstual dalam bentuk deskripsi.
Tari Kandagan | 17
APRESIASI
ANALISIS KOSTUM, RIAS, ASESORIS, DAN PROPERTI
MENGENAL SEJARAH KOSTUM YANG DIHUBUNGKAN DENGAN SEJARAH PENCIPTAAN
APLIKASI DI MASYRATAKAT TENTANG FUNGSI TARI KANDAGAN
PEMAHAMAN TARI KANDAGAN DALAM BENTUK PEMAPARAN LISAN ATAU TULISAN
SIMBOL DAN MAKANA KANDAGAN DI MASYARAKAT PENIKMATNYA
NILAI TARI KANDAGAN DILIHAT DARI GERAK DAN CERITANYA
kostum kandagan tahun 1992, ujian nyi yayah
tampak depan, belakang dan samping
Tari Kandagan | 18
Kostun tari Kandagan pertama kali pentas
Kostum Tari Ranggarini
Tari Kandagan | 19
Kostum, Asesoris dan properti tari kandaganDokumentasi Arni Desember 2008
Tari Kandagan | 20
Gerak pokok dan gerak yang menjadi ciri khas dalam tari kandagan
No Ragam Gerak Pokok
Ragam Gerak Peralihan
Uraian Gerak Kategori Gerak Keterangan
1 Adeg-adeg sampay
sampur pinggelan
(alung soder)
Godeg ngerecek, cindek, tarik kaki kanan, putar sampur, ramelis sampur di tangan kiri, buang sampur ke samping kanan, langkah kaki kiri ke kanan, sejak
Pure
Movement Lihat video
2Irama/sejak
(sepak soder)
Raras (maju 3 langkah, dengan tangan nangreu mengayun di depan badan), tumpang tali selut, kepala godeg, bahu putar, koma dengan hadap ke arah sampur panjang, raras, kaki kanan jepit sampur panjang dengan posisi tangan kanan lurus nangreu depan badan, sepak sampur, berkeliling.
Pure
MovementLihat video
3Jangkung ilo
seblak panangan
Adeg-adeg sasg kiri, hadap kanan, tangan kiri adeg-adeg keupeul sampur, tangan kanan rumbay, ukel, cindek, tangan nangreu, obah tak-tak 3X, kaki rengkuh, bergeser sedikit menjadi arah serong kanan, kaki kiri jinjit, langkah kaki kiri, kanan. Ulangi dengan adeg-adeg sasag kiri, koma, alung sampay sampur tangan kiri, langsung engkeng gigir.
Pure
MovementLihat video
4 Mincid radea Sikap tangan sembada kanan (gagah), gerak ngolah siku pada tangan yang lurus atau menarik, mincid gancang dengan sikap kaki rengkuh, tiap langkah diberi tekanan pada lutut yang diangkat dan gerakan ngolah sikut pada tangan yang lurus bentik, pada setiap goong tangan ukel dan berganti sikap sembada.
Locomotion
MovementLihat video
5 Pakbang rineka
(pakbang santana)
Sembada kanan, gedut tincak, langkah kesamping kanan, kaki kanan-kiri-kanan sambil ukel balik badan sedah berubah sembada kiri, diakhiri gerakan kepala godeg ngerecek atau ungkleuk, ulangi 4x, koma.
Pure
Movement Lihat video
Tari Kandagan | 21
PERHITUNGAN MINGGU EFEKIF DAN JAM EFEKTIF
UNIT : SMP YASEKSKUL : SENI TARIKELAS : VIII (DELAPAN)TAHUN PELAJARAN : 2008 - 2009
No Semester Bulan Jumlah Minggu Efektif
1
1
Juli 22 Agustus 33 September 24 Oktober 35 November 46 Desember 2Jumlah 161
2
Januari 32 Februari 43 Maret 44 April 25 Mei 26 Juni 2Jumlah 17
Bandung, Juli 2008 Guru Ekskul Seni Tari Guru Ekskul Seni Tari
PERTIWI NUGRAHA, S.Pd ARNI APRIANI, S.Pd
MengetahuiKepala SMP YAS
H. MAHDAR, M.M.PdNIP. 130609389
Tari Kandagan | 22
Susunan gerak tari kandagan
NoRagam Gerak
Pokok
Ragam Gerak
Peralihan
Uraian Gerak Kategori
Gerak
Alokasi
waktu
1Adeg-adeg pocapa,
Mincid galayar
Adeg-adeg masekon ladak,kepret sampur pendek, ukel tangan kanan,
cindek. Kebut, kepret, alung sampur panjang, ujung tangkap tangan
kiri. Mincid galayar sampay sampur, cidek tarik kaki kanan, putar
sampur, ramelis di tangan kiri, langkah kaki kanan ke depan, tincak kaki
kiri, baplang langsung calik ningkat
Locomotion
Movement
2 x TM
2 Calik ningkat
Kepala cengkat, lontang kembar, sembah/sungkem, kepala godeg,
tangan buka, lontang kembar, capang kiri, tangan kanan ukel, bawa
sampur, alung dan sampay sampur di tangan kiri, kepala godeg sambil
perlahan berdiri. Kaki kiri mundur langsung adeg-adeg kanan sampay
sampur.
Gesture
3Adeg-adeg sampay
sampur pinggelan
Godeg ngerecek, cindek, tarik kaki kanan, putar sampur, ramelis sampur
di tangan kiri, buang sampur ke samping kanan, langkah kanan, langkah
kiri, jangkung ilo seblak panangan
Pure
Movement1 x TM
4Jangkung ilo
seblak panangan
Adeg-adeg sasg kiri, hadap kanan, tangan kiri adeg-adeg keupeul
sampur, tangan kanan rumbay, ukel, cindek, tangan nangreu, obah tak-
tak 3X, kaki rengkuh, bergeser sedikit menjadi arah serong kanan, kaki
kiri jinjit, langkah kaki kiri, kanan. Ulangi dengan adeg-adeg sasag kiri,
koma, alung sampay sampur tangan kiri, langsung engkeng gigir.
Pure
Movement1 x TM
5 Engkeng gigir Langkahkan kekanan kaki kiri cindek (3x), koma, putar sampur sambil Locomotion 1 x TM
Tari Kandagan | 23
langkah berputar, ramelis sampur, ganti sampai sampur kanan
engkenggigir ke kiri (2x), koma.Movement
6 Irama/sejak
Raras (maju 3 langkah, dengan tangan nangreu mengayun di depan
badan), tumpang tali selut, kepala godeg, bahu putar, koma dengan
hadap ke arah sampur panjang, raras, kaki kanan jepit sampur panjang
dengan posisi tangan kanan lurus nangreu depan badan, sepak sampur,
berkeliling.
Pure
Movement
1 x TM
7 Gedig ungkleuk
Tangan kiri di pinggang (memegang ujung keris), gedig ngalayar sambil
ungkleuk, tangan kanan ayun, hasta kepala ungkleuk, koma, mincid
rineka.
Locomotion
Movement
8 Mincid radea
Sikap tangan sembada kanan (gagah), gerak ngolah siku pada tangan yang lurus atau menarik, mincid gancang dengan sikap kaki rengkuh, tiap langkah diberi tekanan pada lutut yang diangkat dan gerakan ngolah sikut pada tangan yang lurus bentik, pada setiap goong tangan ukel dan berganti sikap sembada.
Locomotion
Movement
9 Irama/sejak
Raras (maju 3 langkah, dengan tangan nangreu mengayun di depan
badan), tumpang tali selut, kepala godeg, bahu putar, koma dengan
hadap ke arah sampur panjang, raras, kaki kanan jepit sampur panjang
dengan posisi tangan kanan lurus nangreu depan badan, sepak sampur,
berkeliling.
Pure
Movement
10 Jangkung ilo
batarubuh
Raras, kepret sampur,Adeg-adeg sasag kiri badan menghadap samping
kanan, tangan ukel lalu lontang kembar, tangan tepak bahu bergantian
(batarubuh kanan), dilakukan 3x kanan, kiri, kanan, cindek, tumpang tali
Pure
Movement
1 x TM
Tari Kandagan | 24
ukel, obah bahu kanan, kiri, kanan, tarik kaki kiri, tangan kepret sampur
(koma), kaki kiri langkah, lalu kanan, adeg-adeg sasg kanan , badan
hadap kiri. Ulangi ulangi gerakan dikiri seperti di arah hadap kanan,
ulangi lagi ke arah hadap kanan, koma.
11Pakbang rineka
(pakbang santana)
Sembada kanan, gedut tincak, langkah kesamping kanan, kaki kanan-
kiri-kanan sambil ukel balik badan sedah berubah sembada kiri, diakhiri
gerakan kepala godeg ngerecek atau ungkleuk, ulangi 4x, koma.
Pure
Movement
1 x TM
12 Irama/sejak
Raras (maju 3 langkah, dengan tangan nangreu mengayun di depan
badan), tumpang tali selut, kepala godeg, bahu putar, koma dengan
hadap ke arah sampur panjang, raras, kaki kanan jepit sampur panjang
dengan posisi tangan kanan lurus nangreu depan badan, sepak sampur,
berkeliling.
Pure
Movement
13Jangkung ilo
makutaan
Raras, kepret sampur, Hadap kanan adeg-adeg sasag kiri, lontang
kembar, tangan selut di atas kepala dengan tekanan di samping dahi,
kanan-kiri 6x, cindek. Sikap tangan kanan sawang kanan, tangan kiri
nangreu lurus depan badan, kepala cengkat 3x bersamaan dengan kaki
kiri bergeser ke samping kiri, tarik kaki kiri, kepala cengkat kepret
sampur, adeg-adeg sasag kanan hadap kiri lakukan gerak tadi, (ulangi
kanan, kiri dengan akhir di kanan). Kaki kiri tarik tangan kepret sampur.
Pure
Movement1 x TM
14 Pakbang gedut Tangan kiri memegang ujung keris, tangan kanan ayun hasta sambil kaki
kanan gedut tincak, lalu pakbang maju langkah 3x, kemudian kaki kanan
reundeuk, kaki kiri gantung, tangan kanan sawang dan tangan kiri
Locomition
Movement
1 x TM
Tari Kandagan | 25
nangreu lurus depan badan, ganti kaki kiri reundeuk, kaki kanan
gantung, kaki kanan gedut tincak, lalu pakbang, ulangi pakbang maju
(3x) tangan tumpang rumbay, ukel tarik ke samping (kanan-kiri) mincid
rinengga.
15 Mincid rinengga
Kaki kanan langkah engkeng gigir, samping kiri, tangan kanan bentik
disamping, tangan kiri tekuk di bahu, kaki ajeg, kaki kiri langkah napak
samping kiri, tangan bentik disamping, tangan kanan tekuk nangreu di
bahu, kemudian kaki kanan rengkuh sambil keliling.
Locomition
Movement1 x TM
16 Pucang kaanginan
Tangan ukel bokor sininggo lalu tangan kanan ayun pinggelan, kepala
gilek kanan, kiri pelan, sambil mincid gancang langkah berkeliling
membentuk angka delapan.
Locomition
Movement
1 x TM
17 Irama/sejak
Raras (maju 3 langkah, dengan tangan nangreu mengayun di depan
badan), ambil sampur panjang, sampay sampur di tangan kiri, godeg,
obah bahu, puter sampur, ramelis, buang kebelakang, tangan di
pinggang, gigibrig pendek, koma dengan tangan lontang kiri, hadap ke
arah sampur panjang, raras, kaki kanan jepit sampur panjang dengan
posisi tangan kanan lurus nangreu depan badan, sepak sampur,
berkeliling.
Pure
Movement
18 Waliwis mandi Gedig maju, adeg-adeg sasg lebar serong kanan, kaki kiri di depan,
tangan ayun depan atas, kaki kiri rengkuh, badan doyong serong kiri
ulangi 2x kaiaki kiri jinjit, kepala galieur, badan serong depan dengan
Pure
Movement
1 x TM
Tari Kandagan | 26
agak doyong kedepan, sambil geter jari-jari disamping dan kaki
kokoreh, bergeser ke serong kiri kepret, langkah kaki kanan dengan
tangan lontang kembar, ulangi kekiri dan kekanan diakhiri, cindek
19 Irama/sejak
Raras (maju 3 langkah, dengan tangan nangreu mengayun di depan
badan), ambil sampur panjang, sampay sampur di tangan kiri,muter
kanan diakhiri hadap depan lagi, godeg, obah bahu, puter sampur,
ramelis, buang kebelakang, tangan di pinggang, gigibrig panjang, koma ,
hadap ke arah sampur panjang, raras, kaki kanan jepit sampur panjang
dengan posisi tangan kanan lurus nangreu depan badan, sepak sampur,
berkeliling.
Locomition
Movement
20 Calik ningkat
Raras, kepret sampur, tangan rumbay kemudian lontang kembar dengan
posisi badan sambil tirun duduk calik ningkat, sembah dengan diakhiri
kepala godeg. Tangan buka lontang kembar, capang kiri, ambil sampur
panjang, sampay sampur tangan kiri kepala godeg sambiil bagan
perlahan berdiri, adeg-adeg sasag kanan, obah bahu, kaki kiri tarik
bersamaan dengan buang sampur panjang, mundur kaki kiri bersamaan
dengan sampay sampur di tangan kiri, kaki kanan jingjit, mincid galayar,
cindek, sirig.
Gesture 1 x TM
Tari Kandagan | 27
Daftar siswa Ekskul Seni TariTahun 2008 - 2009
No Nama Kelas Nilai
1 ani meilani IX A2 Yunda IX A3 Prami IX A4 Lela IX A5 Novia IX A6 Ajeng IX A7 Rahayu IX B8 Fitri IX B9 WINI IX B10 ANDINI IX B11 VERA IX B12 RISMA IX B13 WENI VIII B14 ROSLIANA VIII B15 SABELA VIII B16 SELY VIII A17 Ninuk VIII A1819202122232425
Bandung, Juli 2008 Guru Ekskul Seni Tari Guru Ekskul Seni Tari
PERTIWI NUGRAHA, S.Pd ARNI APRIANI, S.Pd
MengetahuiKepala SMP YAS
H. MAHDAR, M.M.PdNIP. 130609389
Tari Kandagan | 28
DAFTAR PUSTAKA
Ardjo, Irawati Durban, Tari Sunda Tahun 1880-1990, Melacak Jejak Tb. Oemay Marta Kusuma dan Rd. Tjetje Somantri, Pusbitari Press, Bandung, 2007.
Caturwati, Endang, R.Tjetje Somantri (1892-1963) Tokoh Pembaharu Tari Sunda, Tesis sebagai syarat untuk mencapai derajat sarjana S-2 pada program studi Sejarah jurusan Humaniora Program Pasca sarjana UGM, Yogyakarta, 1992.
Moriyama, Mikihiro, Semangat Baru, Kolonialisme, Budaya Cetak, dan Kesastraan Sunda Abad ke-19, Kepustakaan Populer, Gramedia, Jakarta, 2005.
Narawati, Tati, Wajah Tari Sunda Dari Masa Kemasa, P4ST UPI, Bandung, 2003.
____________, Tari Sunda dulu, Kini dan Esok, P4ST UPI, Bandung, 2005.
Pemerintah Kota Bandung, Sejarah Kota Bandung, Pemerintah Kota Bandung, Bandung, 2002.
Pemerintah Kota Bandung, Sejarah Kota Bandung, Pemerintah Kota Bandung, Bandung, 2000.
Sedyawati, Edi, Ke-Indonesia-an dalam Budaya, Wedatama Widya Sastra, Jakarta, 2007.
Soedarsono, R.M, Seni Pertunjukan Indonesia Diera Globalisasi, Gadjah Mada University Perss, Yogyakarta, 2002.
Yayah, Nyi, Pengaturan Penyajian Karya Tari Seni Pembawaan Tari, Skripsi sebagai syarat dalam ujian akhir karya seni minat utama pembawaan program S-I jurusan seni tari STSI, Bandung, 1999.
Tari Kandagan | 29