modul PRAK KOSMETOLOGI 2011

23
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan penulis dapat menyelesaikan penuntun praktikum TEKNOLOGI KOSMETIK ini. Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu mengaplika teori yang telah diperoleh pada mata kuliah kosmetologi, mampu memformulasikan, m dan mengevaluasi sediaan-sediaan kosmetik yang baik seperti sediaan emolient, shampo, tabir surya, sabun, deodorant, dan lipstik. Agar tujuan tersebut di atas dapat tercapai, maka praktikum ini disusun sed dengan menggunakan pendekatan laboratorium dan studi literatur. Dengan demikian, mahasiswa dapat lebih memahami ilmu kosmetologi ini dengan baik. Penyusun 1

Transcript of modul PRAK KOSMETOLOGI 2011

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penuntun praktikum TEKNOLOGI KOSMETIK ini. Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu mengaplikasikan teori yang telah diperoleh pada mata kuliah kosmetologi, mampu memformulasikan, membuat, dan mengevaluasi sediaan-sediaan kosmetik yang baik seperti sediaan emolient, shampo, tabir surya, sabun, deodorant, dan lipstik. Agar tujuan tersebut di atas dapat tercapai, maka praktikum ini disusun sedemikian rupa dengan menggunakan pendekatan laboratorium dan studi literatur. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami ilmu kosmetologi ini dengan baik.

Penyusun

1

DAFTAR ISI

hal Kata Pengantar Daftar isi ................................................................................................................. i ii 1 5 8

........................................................................................................................... ......................................................................... ..............................................................................

FORMULASI KRIM PELEMBAB FORMULASI TABIR SURYA

FORMULASI SHAMPO DAN SHAMPO ANTIDANDRUF ............................... FORMULASI DEODORAN ANTIPERSPIRAN FORMULASI SABUN PADAT TRANSPARAN FORMULASI LIPSTIK Daftar Pustaka

............................................... 11 ................................................ 14

........................................................................................ 16

................................................................................................................. 18

2

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI KOSMETIK

Nurmeilis, M.Si., Apt. Yuni Anggraeni, S.Si., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

3

BAB 1 FORMULASI KRIM PELEMBAB TEORI Kosmetik pelembab (moisturizers) merupakan kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering. Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun, dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah (natural moisturizing factor/ NMF) tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan nonalamiah yaitu dengan memberikan kosmetika pelembab kulit. Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah: 1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif), seperti minyak hidrokarbon, waxes, minyak tumbuhan dan hewan, asam lemak, lanolin, asam stearat, fatty alcohols, setil alkohol, lauril alkohol, propilen glikol, wax esters lanolin, beeswax, steril stearat, carnauba, candelilla, lesitin, kolesterol. 2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit. Misalnya: gliserin, propilen glikol, sorbitol, gelatin, asam hialuronat, dan beberapa vitamin. 3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik yang menyerap air. Misalnya: hyaluronic acid. 4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh buruk sinar matahari yang mengeringkan kulit. Bahan utama dalam krim pelembab adalah lemak (lanolin, lemak wool, fatty alkohol, gliserol monostearat dan lain-lain). Campuran minyak seperti minyak tumbuhan lebih baik daripada mineral oil karena lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum corneum dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat. Berbagai jenis krim seperti krim malam, massage cream, dan krim dengan kandungan minyak yang tinggi, semuanya bisa dikategorikan moisturizing dan emmollient dengan komposisi dan karakteristik basis yang digunakan berupa vanishing atau foundation cream. Vanishing cream merupakan emulsi asam stearat yang terkesan menghilang setelah dioleskan dipermukaan kulit.

4

Preparat tipe emulsi O/W merupakan yang paling cocok untuk krim pelembab. Krim O/W kaya akan minyak dan selalu berisi humektan (gliserol, sorbitol dan lainnya). Tetapi, krim dengan tipe W/O juga ada, contohnya krim malam yang terasa lebih hangat, lebih lengket, dan lebih kental. Karena kandungan minyak tumbuhannya tinggi preparat ini mudah menjadi tengik, maka perlu penambahan antioksidan. Kosmetik ini harus dilindungi dari mikroorganisme dengan penambahan pengawet. Parfum dapat ditambahkan untuk memperbaiki aromanya. TUGAS PRAKTIKUMFORMULA 1A KELOMPOK 1 Minyak kelapa 15% Asam stearat 14% Polisorbat 60 2.24% Sorbitan monostearat 2.76% Metil paraben 0.15% Propil paraben 0.05% Propilenglikol 15% BHT 0.0075% Parfum qs Air suling ad 100% FORMULA 1B KELOMPOK 2 Minyak kelapa 20% Asam stearat 14% Polisorbat 60 2.24% Sorbitan monostearat 2.76% Metil paraben 0.15% Propil paraben 0.05% Propilenglikol 15% BHT 0.0075% Parfum qs Air suling ad 100%

FORMULA 2A KELOMPOK 3 Minyak kelapa 10% Asam stearat 20% Cetyl alcohol 0,5% BHT 0.001% TEA 1.2% NaOH 0.01% Glyserin 8% Nipagin 0.01% Parfum qs Aquadest ad 100%

FORMULA 2B KELOMPOK 4 Minyak kelapa 15% Asam stearat 20% Cetyl alkohol 0,5% BHT 0.001% TEA 1.2% NaOH 0.01% Glyserin 8% Nipagin 0.01% Parfum qs Aquadest ad 100%

FORMULA 3A

FORMULA 3B

5

KELOMPOK 5 Minyak kelapa 10% Asam stearat 14% Gliserin 10% Borax 0,25% TEA 1% Nipagin 0,01% Aquades ad 100%

KELOMPOK 6. Minyak kelapa 15% Asam stearat 14% Gliserin 10% Borax 0,25% TEA 1% Nipagin 0,01% Aquades ad 100%

Prosedur kerja Fase minyak dipanaskan di atas penangas air hingga suhu 70oC. Pada saat yang sama fase air juga dipanaskan di atas penangas air hingga suhu 70oC. Campurkan fase minyak dan fase air di dalam lumpang. Aduk hingga terbentuk krim. Tambahkan parfum setelah suhu krim turun hingga 35oC. Aduk hingga homogen dan biarkan hingga dingin. Lakukan evaluasi krim

Evaluasi krim 1. Homogenitas Krim dioleskan di atas kaca objek kemudian dikatupkan dengan kaca objek lain, lalu amati apakah krim tersebut homogen, apakah permukaannya halus merata atau ada granul yang masih keras. 2. Penampilan krim. Penampilan krim yang diamati adalah warna dan bau. Krim yang dihasilkan diamati secara visual dan dilakukan penyimpanan 3. Pemeriksaan tipe krim Pengujian menggunakan metode warna dengan mencampur basis krim dengan beberapa tetes larutan metilen blue atau sudan III diatas kaca objek, kemudian diamati dengan miroskop. 4. Viskositas Ukur viskositas krim dengan menggunakan viskometer brookfield. 5. Stabilitas Simpan krim selama 7 hari . Dilihat stabilitasnya dari hari 1 sampai hari ke 7, amati terjadi pemisahan pada krim. BAB 2 6

FORMULA SHAMPO DAN SHAMPO ANTIDANDRUFF TEORI Shampo adalah suatu zat yang terdiri dari surfaktan, pelembut, pembentuk busa, pengental dan lain sebagainya yang berguna untuk membersihkan kotoran yang melekat pada rambut seperti sebum, keringat, sehingga rambut akan kelihatan bersih, indah dan mudah ditata. Shampo banyak jenis dan typenya, formulanya dan klasifikasi preparat seperti shampo liquid, krim, pasta, shampo antidandruff, shampo untuk anak-anak dan sebagainya Sebuah formulasi shampo yang baik mempunyai kemampuan khusus yang dapat meminimalisasi iritasi mata, mengontrol ketombe (dandruff) serta dapat memperbaiki struktur rambut secara keseluruhan Preparat shampo harus meninggalkan harum pada rambut, lembut dan mudah diatur, memiliki performance yang baik (warna dan viskositas yang baik) harga yang murah dan terjangkau. Secara spesifik suatu shampo itu harus : 1. pengendapan 2. minyak dari kulit kepala. 3. 4. jika kontak dengan mata 5. 6. 7. Memiliki pH yang baik netral atau sedikit basa. Tidak iritasi pada tangan dan kulit kepala. Memiliki penampilan yang baik. Antidandruff shampo merupakan shampo yang ditujukan untuk mengontrol sel kulit mati di kepala, formulasinya hampir sama seperti shampo lain tetapi ditambahkan bahan aktif seperti selenium sulfide, zinc pirithion, sulfur. Menjadikan rambut halus dan lembut serta mudah disisir. Cepat berbusa dan mudah dibilas serta tidak menimbulkan iritasi Memiliki daya bersih yang baik, tidak banyak menghilangkan Mudah larut dalam air, walaupun air sadah tanpa mengalami

7

TUGAS PRAKTIKUM 1. Formula krim shampo FORMULA 4A KELOMPOK 1 Ekstrak Natrium lauryl sulfat Asam Oleat Tri Etanol Amin Nipagin Parfum Aquadest ad Prosedur kerja: Campurkan asam oleat, natrium lauril sulfat dan air, panaskan hingga 60 oC . Tambahkan TEA perlahan-lahan sambil diaduk. Masukan kedalam botol dan biarkan dingin, tambahkan parfum. 2. Formula shampo dengan ekstrak tumbuhan. FORMULA 5A Kelompok 3 Ekstrak B Natrium Lauril sulfat Natrium Klorida Propilen glikol KOH 85% pH 6,5 Aquades ad Prosedur kerja : Na lauril sulfat dilarutkan dengan sedikit air lalu ditambahkan sedikit-sedikit larutan NaCl dalam air , aduk rata hingga mengental. Tambahkan sisa air sedikit-sedikit, diamkan sampai bercampur. Tambahkan propilenglikol, ekstrak. Terakhir tambahkan parfum. Aduk hingga homogen. FORMULA 5B Kelompok 4 Ekstrak B Natrium Lauril sulfat Natrium Klorida Propilen glikol KOH 85% pH 6,5 Aquades ad FORMULA 4B KELOMPOK 2 Ekstrak Natrium lauryl sulfat Asam Oleat Tri Etanol Amin Nipagin Parfum Aquadest ad

% 47% 20% 10% 0,2% Qs 100%

% 40% 20% 10% 0,2% qs 100%

5% 16% 2,5% 1% q.s 100%

5% 16% 4% 1% q.s 100%

8

Sesuaikan pH dengan penambahan KOH tetes demi tetes sampai pH 6,5 dg menggunakan pH meter.

3.

Formula shampo antidandruff FORMULA 6A Kelompok 5. Sulfur Natrium Lauril sulfat Asam Stearat NaOH Nipagin Parfum Aquades ad 2% 25% 7% 1% 0,3% Qs 100% FORMULA 6B Kelompok 6. Sulfur Natrium Lauril sulfat Asam Stearat NaOH Nipagin Parfum Aquades ad 2% 30% 7% 1% 0,3% qs 100%

Cara pembuatan NaOH dilarutkan dalam air, kemudian dipanaskan pada 75 oC. Tambahkan nipagin hingga larut, kemudian sulfur pada larutan tsb (M1). Campur asam stearat dan Na lauril sulfat pada M1, panaskan perlahan-lahan hingga 60o

C

Tambahkan air dan aduk hingga dingin Tambahkan parfum.

Evaluasi fisik dan kimia Shampo 1. Viskositas : untuk menentukan kekentalan sediaan . 2. pH : untuk menentukan derajat keasaman/kebasaan shampo. 3. Berat jenis 4. Uji mikrobiologi/ potensi antiseptik, antibakteri (untuk shampo antibakteri, antidandruff). 5. Karakteristik produk : pengharum, warna, kemasan. 6. Daya detergensi / daya bersih shampo terhadap kotoran yang melekat.

9

BAB 3 FORMULASI TABIR SURYA TEORI Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan dengan tujuan untuk membaurkan atau menyerap secara efektif cahaya matahari, terutama daerah emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya matahari. Efek nyata penyinaran matahari yang merugikan ialah eritema kulit yang diikuti oleh warna coklat kemerahan. Penyinaran ultraviolet dengan panjang gelombang diatas 330 nm dapat menyebabkan kulit menjadi kecoklatan. Eritema timbul bersamaan dengan warna cokelat. Sediaan tabir surya tersedia dalam bentuk lotion, krim, salep, gel, dan larutan (solution). Efektivitas penggunaannya, tergantung dari bahan kimia, daya larut dalam vehikulum (bahan pembawa) lipofilik atau hidrofilik, kemampuan absorbsi UV (ultraviolet), konsentrasi bahan kimia, dan jumlah tabir surya yang dioleskan. Untuk hasil terbaik, disarankan pemakaian tabir surya dilakukan secara tipis pada permukaan kulit. Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan standar internasional, pemakaian tabir surya hanya sebanyak 2 mg/cm2. Ada dua jenis tabir surya, yaitu tabir surya kimia seperti PABA, PABA ester, benzofenon, salisilat dan antrannilat dan tabir surya fisik seperti titanium dioksida, Mg Silikat, Seng Oksida, red petrolatum dan kaolin. Tabir surya kimia bekerja dengan cara mengabsorpsi energi radiasi, sedangkan tabir surya fisik bekerja dengan cara memantulkan sinar. Kedua jenis tabir surya ini sering dikombinasikan untuk mendapatkan tabir surya yang bekerja optimal. Tabir surya yang baik ialah yang dapat mengabsorbsi 99% gelombang ultraviolet dengan panjang gelombang 297 nm pada ketebalan 0,001 dan dapat meneruskan radiasi eritemogenik 15-20%. Dapat melindungi radiasi ultraviolet paling sedikit 25 kali dosis eritema minimal, dapat menahan radiasi selam 8 jam. SPF (Sun Protection Factor). Kemampuan menahan sinar ultraviolet dari tabir surya dinilai dalam faktor proteksi sinar (sun protecting factor, SPF) yaitu perbandingan dosis minimal yang diperlukan untuk menimbulkan eritema pada kulit yang diolesi tabir surya dengan yang tidak. 10

Bilangan SPF ditentukan secara experimental dalam ruangan tertutup dengan memaparkan subjek manusia pada cahaya dengan spektrum mirip cahaya metahari pada siang hari. Bilangan SPF didapatkan dari perbandingan jumlah cahaya yang menyebabkan kemerahan pada kulit yang dilindungi tabir surya dengan jumlah cahaya yang menyebabkan kemerahan pada kulit yang tidak dilindungi tabir surya. Nilai SPF ini berkisar antara 0 sampai 100. Kemampuan tabir surya yang dianggap baik berada diatas 15. Nilai SPF 15 dapat melakukan filterisasi terhadap sinar UV B sebesar 92%. TUGAS PRAKTIKUM. 1. Formula Krim Tabir Surya

FORMULA 7A

FORMULA 7B

Ekstrak daun singkong Asam stearat Cera alba Vaselin album TEA Adeps lanae Metil paraben Propil paraben Propilenglikol Parfum Air suling

1,50% 15% 2% 8% 1,20% 1% 0,10% 0,05% 7% Qs 100%

Ekstrak daun singkong Asam stearat Cera alba Vaselin album TEA Adeps lanae Metil paraben Propil paraben Propilenglikol Parfum Air suling

3,00% 15% 2% 8% 1,20% 1% 0,10% 0,05% 7% qs 100%

FORMULA 8A

FORMULA 8B

Ekstrak teh hitam Asam stearat Cera alba Vaselin album TEA Adeps lanae Metil paraben Propil paraben Propilenglikol Parfum Air suling

3% 15% 2% 8% 1,20% 1% 0,10% 0,05% 7% Qs 100%

Ekstrak teh hijau Asam stearat Cera alba Vaselin album TEA Adeps lanae Metil paraben Propil paraben Propilenglikol Parfum Air suling

3,00% 15% 2% 8% 1,20% 1% 0,10% 0,05% 7% qs 100%

11

FORMULA 9A

FORMULA 9B

Ekstrak lidah buaya Asam stearat Cera alba Vaselin album TEA Adeps lanae Metil paraben Propil paraben Propilenglikol Parfum Air suling

5% 15% 2% 8% 1,20% 1% 0,10% 0,05% 7% qs 100%

Ekstrak ketimun Asam stearat Cera alba Vaselin album TEA Adeps lanae Metil paraben Propil paraben Propilenglikol Parfum Air suling

5% 15% 2% 8% 1,20% 1% 0,10% 0,05% 7% qs 100%

Cara pembuatan : Fase minyak : Asam stearat, cera alba, vaselin album, dan adeps lanae dilebur diatas penangas air hingga 70oC. Pada saat yang sama dengan point 1, Fase air : panaskan air di atas penangas air 50oC, tambahkan metil paraben dan propil paraben hingga larut. Tambahkan TEA dan propilenglikol, teruskan pemanasan hingga 70oC. Campurkan fase minyak dan fase air di dalam mortir panas. Aduk hingga terbentuk masa putih seperti susu. Setelah dingin (40oC) tambahkan ekstrak sedikit demi sedikit ke dalam basis sambil diaduk terus hingga homogen. Terakhir tambahkan parfum. Aduk hingga homogen. Masukkan ke dalam wadah.

UJI AKTIVITAS KRIM 1. Tentukan panjang gelombang maksimum setiap jenis ekstrak atau zat aktif. 2. Pengukuran serapan awal krim. Dilakukan dengan cara : menimbang sebanyak 0,3 gram sediaan krim kemudian dilarutkan dalam 30 ml etanol 95%. Kemudian dilakukan pengukuran serapannya pada panjang gelombang maksimum masing-masing. 12

3.

Pengukuran perubahan serapan krim setelah disinari UV. Dilakukan dengan cara : menimbang sebanyak 0,3 gram sediaan. Kemudian dioleskan tipis merata pada gelas objek. Sediaan yang telah dioleskan disinari dengan UV 366 nm selama 30, 60, dan 120 menit. Sediaan yang telah disinari tsb diukur kembali serapannya sesuai cara no.2 diatas.

Evaluasi : 1. Pengamatan organoleptik : perubahan warna, bau dan homogenitas krim dilihat fisik tekstur sediaan krim yang baru dibuat dan yang telah disimpan selama 7, 14 dan 21 hari 2. Penentuan viskositas 3. Penentuan pH 4. Uji iritasi krim : dilakukan terhadap 5 orang sukarelawan, krim dioleskan tipis-tipis pada kulit tangan dan dibiarkan selama 5 menit kemudian diamati iritasi pada kulit 5. Uji efektivitas krim tabir surya Dilakukan dengan metoda penentuan % transmisi eritema dan % transmisi pigmentasi Ekstrak dan sediaan krim dilarutkan dalam isopropanol kemudian diukur Dari nilai serapan yang diperoleh dihitung intensitas transmitannya (T) dg Nilai fluks eritema yang diteruskan oleh bahan tabir surya (Ee) dihitung dg serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 292 372 nm. rumus : A = - log T cara mengalikan nilai transmisi (T) dg fluks eritema (Fe) pada panjang gelombang 292 317 nm Nilai fluks pigmentasi (Ep) dihitung dengan cara mengalikan nilai Selanjutnya dihitung dg rumus : % Te = (T x Fe) Fe % Tp = (T x Fp ) Fp transmisi (T) dg fluks pigmentasi (Fp) pada panjang gelombang 322 372 nm

13

BAB 4 FORMULASI DEODORAN- ANTIPERSPIRAN TEORI Deodorant dan antiperspirant merupakan sediaan kosmetik yang bertujuan untuk menghilangkan bau badan dan mengurangi keringat. Pada hasil riset, setiap hari orang akan mengeluarkan air sebanyak 650-700 cc melalui transpirasi kulit. Air yang keluar melalui kulit ini akan menguap dan meninggalkan sisa-sisa lemak di kulit sehingga mudah sekali bakteri berkembang biak dan mengeluarkan aroma yang tidak sedap. Oleh karena itu dalam membuat deodorant harus memenuhi syarat sebagai berikut : Dapat menghilangkan bau badan walaupun sifatnya sementara Tidak merangsang kulit/ tdk iritasi pada kulit Dapat membunuh atau mengurangi aktivitas bakteri yang tidak menguntungkan Tidak beracun

Bahan aktif yang digunakan dalam deodorant dapat berupa : Pewangi/parfum Pembunuh mikroba : berupa antiseptik seperti heksaklorofen, triklosan, sirih atau berupa antibiotik topikal seperti neomisin Eliminasi bau : senyawa yang dapat mengikat, menyerap atau merusak struktur kimia bau menjadi struktur yang tidak bau, misalnya seng risinoleat Bahan aktif yang digunakan dalam antiperspirant dapat berupa : penyumbat saluran keringat, penekan produksi keringat seperti senyawa alumunium TUGAS PRAKTIKUM 1. Formula Deodoran Cair FORMULA 10A KELOMPOK 1 Aliminium klorida 9% Aluminium sulfat. 4% Borax 1% Nipagin 0,01% Aquades 86% Parfum q.s FORMULA 10B KELOMPOK 2 Aliminium klorida 9% Aluminium sulfat. 14% Borax 1% Nipagin 0,01% Aquades 76% Parfum q.s 14

Cara pembuatan : Larutkan Aluminium klorida , Aluminium sulfat , Borax dengan air secukupnya sampai terlarut sempurna. Tambahkan nipagin yang telah dilarutkan dengan air. Tambahkan aquades sampai volume yang diinginkan. Tambahkan parfum. 2. Formula Solid Cream Deodorant. FORMULA 11 A Kelompok 3. PEG 3000 5% Cetyl Alkohol 5% Paraffin Wax 10% Olive Oil 5% Aluminium Klorida 15% Gliserin 5% Aquades 55% Nipagin 0,01% Cara pembuatan : 3. Lebur PEG, cetyl alkohol, paraffin wax, olive oil pada suhu 70oC (m1). Panaskan aquades, aluminium klorida, gliserin, nipagin sampai suhu 70oC (m2). Campurkan m2 ke dalam m1, aduk konstan sampai terbentuk emulsi yang stabil. Jika ingin menambahkan parfum, tambahkan pada saat suhu. Formula Lotion FORMULA 12A Gliserin 2% Propilen glikol 5% Aluminium klorida 30% Toilet spirit 50% Nipagin 0,01% Aquades ad 100% Cara pembuatan : FORMULA 12B Gliserin 2% Propilen glikol 5% Aluminium klorida 30% Toilet spirit 40% Nipagin 0,01% Aquades ad 100% FORMULA 11B Kelompok 4. PEG 3000 3% Cetyl Alkohol 7% Paraffin Wax 10% Olive Oil 5% Aluminium Klorida 15% Gliserin 5% Aquades 55% Nipagin 0,01%

15

Larutkan cetrimide di dalam propilen glikol dengan pemanasan 40oC di atas waterbath. Biarkan campuran menjadi dingin (M1). Campurkan sisa komponen menjadi satu, tambahkan ke dalamnya campuran M1. Aduk homogen.

Evaluasi 1. Efisiensi deodorant diuji dengan penilaian bau ketiak. Pengujian dilakukan langsung terhadap bau ketiak atau terhadap kain kasa atau pakaian yang melekat pada ketiak 2. Pemeriksaan noda : kain kasa yang berisi serbuk brom fenol dibalutkan ke bola pingpong lalu dioleskan keketiak. Jika permukaan kain kasa berubah menjadi biru menunjukan adanya keringat. Dilihat dari kepekatan warna yang dihasilkan menunjukan kecepatan sekresi keringat

16

BAB 5 FORMULASI SABUN PADAT TRANSPARAN TEORI Sabun adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati dan atau lemak hewani berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa, digunakan sebagai pembersih dengan menambahkan pewangi atau bahan lainnya yang tidak membahayakan kesehatan. Berdasarkan jenisnya sabun dibedakan atas dua macam yaitu sabun padat (batangan) dan sabun cair. Sabun padat dapat dibedakan atas sabun opaque (tidak transparan), sabun translucent (agak transparan) dan sabun transparan. Asam lemak yang biasa digunakan dalam pembuatan sabun antara lain asam stearat, asam palmitat, asam ricinoleat, asam linoleat, dan lain-lain. Pada formulasi sabun transparan ditambahkan etanol, gula dan gliserin sebagai pembentuk sabun transparan. Etanol bekerja dengan cara melarutkan sabun menjadi kristal-kristal yang lebih kecil sehingga terlihat transparan. Selain itu etanol juga mempunyai kemampuan membersihkan dan merupakan pembasah kulit yang lebih baik dibandingkan air karena etanol dapat menurunkan tegangan permukaan kulit. TUGAS PRAKTIKUM Formula sabun transparan

FORMULA 13A Kelompok 1 Madu 5%. Oleum cocos 20,5%. Oleum ricini 7,5%. Asam stearat 9%. NaOH 30 % 18,5%. Sukrosa 7,5%. Gliserin 7,5%. Etanol 96% 5%. BHT 0,24%. Dinatrium edetat 0,12%.

FORMULA 13B Kelompok 2 Madu 5%. Oleum cocos 20,5%. Oleum ricini 7,5%. Asam stearat 9%. NaOH 30 % 18,5%. Sukrosa 7,5%. Gliserin 7,5%. Etanol 96% 10%. BHT 0,24%. Dinatrium edetat 0,12%. 17

Parfum Aquades

1%. ad 100 %.

Parfum Aquades

1%. ad 100 %.

FORMULA 14A Kelompok 3 Madu 5%. Oleum cocos 20,5%. Olive oil 7,5%. Asam stearat 9%. NaOH 30 % 18,5%. Sukrosa 7,5%. Gliserin 7,5%. Etanol 96% 7%. BHT 0,24%. Dinatrium edetat 0,12%. Parfum 1%. Aquades ad 100 %.

FORMULA 14B Kelompok 4 Madu 5%. Oleum cocos 20,5%. Olive oil 10%. Asam stearat 9%. NaOH 30 % 18,5%. Sukrosa 7,5%. Gliserin 7,5%. Etanol 96% 7%. BHT 0,24%. Dinatrium edetat 0,12%. Parfum 1%. Aquades ad 100 %.

FORMULA 15A Kelompok 5 Ekstrak 5%. Oleum cocos 20,5%. Olive oil 7,5%. Asam stearat 9%. NaOH 30 % 18,5%. Sukrosa 5%. Gliserin 7,5%. Etanol 96% 10%. BHT 0,24%. Dinatrium edetat 0,12%. Parfum 1%. Aquades ad 100 %. Cara Pembuatan :

FORMULA 15B Kelompok 6 Ekstrak 5%. Oleum cocos 20,5%. Olive oil 7,5%. Asam stearat 9%. NaOH 30 % 18,5%. Sukrosa 7,5%. Gliserin 7,5%. Etanol 96% 10%. BHT 0,24%. Dinatrium edetat 0,12%. Parfum 1%. Aquades ad 100 %.

Asam stearat dilebur dalam oleum cocos, oleum ricini dan BHT

pada suhu 60-80 oC hingga lebur.

18

homogen dan kalis

Tambahkan larutan NaOH, diaduk sampai terbentuk massa yang Tambahkan gula dan dinatrium edetat (yg telah dilarutkan dalam Tambah ekstrak (yg telah dilarutkan dalam etanol ) pada suhu 60Tambahkan parfum pada suhu 50-60 oC , aduk homogen Tuang campuran dalam cetakan, diamkan sampai mengeras

air), tambah gliserin, aduk homogen 80 oC aduk sampai terbentuk massa yang transparan dan homogen

kemudian keluarkan sabun dari cetakan dan lakukan evaluasi Evaluasi Sabun 1. Tinggi dan stabilitas busa Caranya : 10 g sabun dimasukan kedalam gelas ukur 100 ml, kocok dg membolak-balikan gelas ukur 10 kali, amati tinggi busa yang dihasilkan dan 5 menit kemudian amati kembali stabilitasnya 2. suhu 105oC selama 2 jam sampai berat tetap Perhitungan kadar air : Kadar air = W1 W2 x 100 % W W1 = bobot sampel + botol timbang (gram) W2 = bobot sampel setelah pengeringan (gram) W = bobot sampel (gram) 3.Keasaman sabun : ukur dengan pHmeter 4.Jumlah asam lemak 5.Uji lemak tak tersabunkan Kadar air Timbang 4 g sampel pada botol timbang yg sudah diketahui beratnya. Panaskan pada oven

19

BAB 6 FORMULASI LIPSTIK TEORI Lipstik adalah make up bibir yang anatomis dan fisiologisnya agak berbeda dari kulit bagian badan lainnya. Misalnya stratum corneumnya sangat tipis dan dermisnya tidak mengandung kelenjar keringat maupun kelenjar minyak sehingga bibir mudah kering dan pecahpecah terutama jika dalam udara yang dingin dan kering. Bahan utama dalam lipstik adalah lilin, minyak, lemak, zat pewarna, acetogliserid, surfaktan, antioksidan, pengawet, dan pewangi. Persyaratan lipstik yang dituntut oleh masyarakat antara lain : cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya memberikan warna yang merata pada bibir tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus tidak bopeng-bopeng

TUGAS PRAKTIKUM Formula lipstik Cera alba Lanolin Setil alkohol Castor oil Carnauba wax Nipagin Warna Parfum 60 % 0,8 % 0,6 % 0,8 % 0,5 % 0,01 % qs qs

Petroleum jelly putih 36 %

20

Cara Pembuatan : rata Tambahkan pengawet dan parfum, aduk rata. Tuang ke dalam cetakan lipstik, biarkan mengeras, lalu keluarkan dari cetakan Lebur semua bahan lilin (cera alba, setil alkohol, petroleum, lanolin, carnauba Campur minyak dan pewarna pada suhu 75 oC, tambahkan ke campuran lilin, aduk wax) pada 75 oC

Evaluasi lipstik: 4. 5. 6. Pengamatan organoleptik Daya penetrasi kulit Uji kekerasan lipstik

21

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1985, Formularium Kosmetika Indonesia, Dirjen POM, Jakarta. Wasitaatmadja, S. M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Wilkinson J. B. & Moore, R. J., 1982, Harrys Cosmeticology, 7th ed., George Godwin, London Young, A., 1974, Practical cosmetic science, 2nd ed., The Garden City Press Limited, London

22

23