Modul p3 _reverberation Time
-
Upload
pieter-karunia-deo -
Category
Documents
-
view
259 -
download
6
description
Transcript of Modul p3 _reverberation Time
MODUL PRAKTIKUM AKUSTIK
P-3 REVERBERATION TIME PADA RUANGAN
LABORA TORIUM VIBRASI DAN AKUSTI K
J URUSAN TEKNIK FISIKA
FAKU LTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER SURABAYA
2016
PERCOBAAN P-3 REVERBERATION TIME PADA RUANGAN
1.1 Latar Belakang
Ruangan memiliki karakteristik yaitu akustik ruang. Akustik ruang adalah bentuk atau geometri ruangan yang mempengaruhi distribusi suara di dalam ruangan tersebut. Setiap
ruangan memiliki karakter akustik ruang yang berbeda, tergantung pada kegunaan ruangan
tersebut. Untuk menyesuaikannya, suatu ruangan dapat dikondisikan dengan
mengoptimalkan geometri ruangan. Apabila masih kurang optimal, ruangan tersebut dapat
ditambahkan material-material yang mempengaruhi distribusi suara.
Dalam mendesain suatu ruangan diperlukan perencanaan yang tepat agar aspek sipil,
estetika, dan kenyamanan ruangan tersebut tercapai. Aspek kenyamanan tersebut meliputi
kenyamanan termal/suhu ruangan maupun akustik atau perambatan suara yang terjadi di
dalam ruangan tersebut. Dalam hal ini kenyamanan akustik harus memenuhi kriteria-kriteria
yang sudah sesuai standar. Salah satu parameter akustik yang mempengaruhi aspek
kenyamanan tersebut adalah Waktu Dengung (Reverberation Time).
1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum Reverberation Time pada ruangan adalah:
a. Mahasiswa mampu membandingkan hasil pengukuran reverberation time dengan
standar yang ada b. Mahasiswa mampu melakukan perbaikan hasil pengukuran melalui simulasi
1.3 Teori A. Waktu Dengung (REVERBERATION TIME)
Waktu dengung yaitu waktu yang diperlukan oleh tekanan suara dalam ruang untuk
meluruh sebesar 1/1000 dari tekanan suara mula-mula, atau tingkat tekanan suaranya berkurang sebesar 60 dB sejak sumber suara dihentikan hingga tidak terdengar lagi.
Jika volume ruangan semakin besar, maka waktu dengungnya juga semakin besar.
Dan jika bahan material dari bangunan itu memiliki koefisien dan luasan yang lebih
besar, maka waktu dengung yang didapat semakin kecil. Parameter waktu dengung (RT)
auditorium berbeda-beda tergantung penggunaannya. RT yang terlalu pendek akan
menyebabkan ruangan terasa mati, sebaliknya RT yang panjang akan memberi suasana
hidup pada ruangan.
RT untuk jenis speech auditorium disarankan berada pada 0.60-1.20 detik sedangkan
untuk auditorium musik disarankan berada pada 1.00-1.70 detik (Egan, 1976:154).
Ruangan yang keseluruhan permukaan dalamnya bersifat menyerap energi suara (RT
sangat pendek) disebut ruang anti dengung sedangkan ruang yang keseluruhan
permukaan dalamnya bersifat memantulkan suara (RT sangat panjang) disebut ruang
dengung (reverberation chamber).
Gambar Reverberation Time pada ruang
Untuk menghitung waktu dengung dengan menggunakan metode Sabine yang
ditunjukkan pada persamaan berikut, dimana V adalah volume ruang, S adalah luas
permukaan tertutup, dan α adalah koefisien absorbsi dari material penutup.
RT60 = 0.161V/Sα
Metode respon impuls dilakukan untuk mengetahui respon ruangan setelah diberi sumber
suara impuls. Sumber suara yang dipakai untuk membangkitkan sebuah ruang haruslah
memiliki energi yang cukup di sepanjang spektrum suara hingga levelnya di atas noise
untuk memberikan akurasi yang dibutuhkan. Contoh dari sumber bunyi impuls adalah
lecutan api listrik yang kuat, suara pistol, dan suara balon meletus.
B. Parameter Akustik Parameter yang biasa digunakan dalam ruang tertutup secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua, yaitu parameter yang bersifat temporal monoaural yang bisa dirasakan
dengan menggunakan satu telinga saja (atau diukur dengan menggunakan single
microphone) dan parameter yang bersifat binaural yang hanya bisa dideteksi dengan dua
telinga secara simultan (atau diukur menggunakan dua microphone secara simultan).
Waktu dengung (Reverberation Time) merupakan parameter akustik yang paling awal
digunakan dan masih merupakan parameter yang paling populer dalam desain ruangan
tertutup. Parameter lainnya yang digunakan dalam desain akustik ruang yaitu SPL
(distribusi tingkat tekanan suara), D50 (kejelasan suara ucapan), C80 (kejernihan suara
musik), G (kekuatan sumber suara), EDT (Early Decay Time), Tx (waktu dengung
ruangan), ITDG (waktu tunda pantulan awal, intimacy), IACC (Inter-Aural Cross
Correlation), dan LEF (Lateral Energy Fraction).
Clarity (C80) merupakan parameter untuk mengukur tingkat kejernihan suara yang
dipersepsi oleh pendengar dalam ruangan. C80 biasanya digunakan untuk musik
sedangkan untuk speech digunakan parameter C50 atau intelligebility. Parameter ini
merupakan parameter pengukuran tingkat kejernihan pada ruang konferensi atau ruang
kelas. Intimacy merupakan parameter yang ditunjukkan dengan perbedaan waktu datang
suara langsung dengan pantulan awal pada setiap titik pendengar dan dinyatakan dalam Initial Time Delay Gap (ITDG).
Gambar Reaksi permukaan terhadap gelombang suara
C. Kriteria Akustik Untuk mendapatkan ruangan yang baik secara akustik, ada beberapa kriteria akustik
yang harus diperhatikan. Kriteria akustik tersebut meliputi:
Liveness: Kriteria ini berkaitan dengan persepsi subjektif pengguna ruangan
terhadap waktu dengung (Reverberation Time) yang dimiliki oleh ruangan.
Ruangan yang live, biasanya berkaitan dengan waktu dengung yang panjang, dan
ruangan yang death berkaitan dengan waktu dengung yang pendek. Panjang
pendeknya waktu dengung yang diperlukan untuk sebuah ruangan, tentu saja akan
bergantung pada fungsi ruangan tersebut. Ruang untuk konser symphony misalnya,
memerlukan waktu dengung 1.7-2.2 detik, sedangkan untuk ruang percakapan
antara 0.7-1 detik.
Intimacy: Kriteria ini menunjukkan persepsi seberapa intim kita mendengar suara
yang dibunyikan dalam ruangan tersebut. secara objektif, kriteria ini berkaitan
dengan waktu tunda (beda waktu) datangnya suara langsung dengan suara pantulan
awal yang datang ke suatu posisi pendengar dalam ruangan. Makin pendek waktu
tunda ini, makin intim medan suara didengar oleh pendengar. Beberapa penelitian
menunjukkan harga waktu tunda yang disarankan adalah antara 15-35 ms.
Fullness vs Clarity: Kriteria ini menunjukkan jumlah refleksi suara (energi
pantulan) dibandingkan dengan energi suara langsung yang dikandung dalam
energi suara yang didengar oleh pendengar yang berada dalam ruangan tersebut.
Kedua kriteria bersangkutan satu sama lain. Bila perbandingan energi pantulan
terhadap energi suara langsung besar, maka medan suara akan terdengar penuh
(full). Akan tetapi, bila melewati rasio tertentu, maka kejernihan informasi yang
dibawa suara tersebut akan terganggu. Dalam kasus ruangan digunakan untuk
kegiatan bermusik, kriteria C80 menunjukkan hal ini. (D50 untuk speeh).
Warmth vs Brilliance: Kedua kriteria ini ditunjukkan oleh spektrum waktu
dengung ruangan. Apabila waktu dengung ruangan pada frekuensi-frekuensi
rendah lebih besar daripada frekuensi mid-high, maka ruangan akan lebih terasa
hangat (warmth). Waktu dengung yang lebih tinggi di daerah frekuensi rendah
biasanya lebih disarankan untuk ruangan yang digunakan untuk kegiatan bermusik.
Untuk ruangan yang digunakan untuk aktivitas speech, lebih disarankan waktu
dengung yang flat untuk frekuensi rendah-mid-tinggi.
Texture: Kriteria ini menunjukkan seberapa banyak pantulan yang diterima oleh
pendengar dalam waktu-waktu awal (<60 ms) menerima sinyal suara. Bila ada
paling tidak 5 (lima) pantulan terkandung dalam impuls respon di awal 60 ms,
maka ruangan tersebut dikategorikan memiliki tekstur yang baik.
Blend and ensemble: Kriteria Blend menunjukkan bagaimana kondisi mendengar
yang dirasakan di area pendengar. Bila seluruh sumber suara yang dibunyikan di
ruangan tersebut tercampur dengan baik (dan dapat dinikmati tentunya), maka
kondisi mendengar di ruangan tersebut dikatakan baik. Hal ini berkaitan dengan
kriteria bagaimana suara di area panggung diramu (ensemble). Contoh, apabila
ruangan digunakan untuk konser musi symphony, maka pemain di panggung harus
bisa mendengar (ensemble) dan pendengar di area pendengar juga harus bisa
mendengar (blend) keseluruhan (instrumen) symphony yang dimainkan.
ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN Dalam praktikum kali ini, alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Meteran b. Petasan c. Microphone/Sound Level Meter d. Laptop yang sudah terinstall Software Realtime Analyzer
PROSEDUR PERCOBAAN Langkah-langkah untuk melakukan praktikum ialah sebagai berikut : 1. Langkah pengambilan data
1. Sambungkan SLM ke laptop yang sudah terinstall Realtime Analyzer 2. Letakkan petasan di tengah ruangan pada ketinggian 1,5 m dari tanah 3. Sound Lever Meter diarahkan sejajar petasan dengan jarak 2 m dari petasan 4. Record pada saat petasan akan meledak hingga selesai meledak 5. Selanjutnya save file data 6. Ulangi langkah 4 sampai 5 sebanyak 3 kali
2. Langkah simulasi 1. Buka software sketchUp
2. Pilih shape sesuai yang diingkan lalu drag ke bidang gambar
3. Untuk membuat bidang 3-D maka Pilih lalu drag pada objek yang sudah
digambar 4. Pilih windows layer lalu tambahkan material sesuai yang diinginkan 5. Klik pada permukaan yang akan diberi material, dan pilih material yang telah
ditentukan. Ulangi langkah tersebut hingga seluruh permukaan 6. Setelah itu save, dengan save as type “SketchUp Version 7(*.skp) 7. Buka software ease 8. Pilih file import/eksport
9. Maka akan muncul lembar kerja EASEMIX tools import DXF/SKP yes
10. Setelah muncul dialog seperti berikut,buka file dengan format SKP yang telah disimpan,OK
11. Muncul EASEMIX untuk memilih material, klik layer pilih material yang sesuai
assign for list, begitu seterusnya hingha semua layer OK 12. Save file dalamt format (*.frd), dan buka lagi file tersebut dari ease dengan klik file
open project maka akan tampil gambar sebagai berikut :
13. Pilih edit Room RT recompute, RoomRT sabine recompute apply ok
14. Untuk melihat hasil RT maka view Room RT 15. Analisa hasil RT yang didapatkan dari simulasinya
Tugas Lapres
1. Data pengukuran diolah dan diplot pada grafik untuk mengetahui hasil peluruhan
pada ruangan dan dibandingkan dengan standart 2. Perbaikan design ruangan yang baik dilakukan dengan menggunakan simulasi pada
software