Modul MAES Tanah_Nina

21
1 MODUL PRAKTIKUM MK. MANAJEMEN AGROEKOSISTEM KRITERIA INDIKATOR KESEHATAN TANAH SEBAGAI KUNCI UTAMA DALAM MANAJEMEN AGROEKOSISTEM Disusun Oleh: TIM TUTOR DAN ASISTEN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

description

pertanian

Transcript of Modul MAES Tanah_Nina

  • 1

    MODUL PRAKTIKUM

    MK. MANAJEMEN AGROEKOSISTEM

    KRITERIA INDIKATOR KESEHATAN TANAH

    SEBAGAI KUNCI UTAMA

    DALAM MANAJEMEN AGROEKOSISTEM

    Disusun Oleh:

    TIM TUTOR DAN ASISTEN TANAH

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2013

  • 2

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Yang mengajukan,

    Koordinator Asisten MAES Jurusan Tanah,

    Nina Dwi Lestari, SP

    820817 04 3 2 0027

    Mengetahui,

    Ketua Jurusan Tanah

    Prof, Dr. Ir. ZAENAL KUSUMA, SU

    NIP. 19540501 198103 1 006

    Dosen Koordinator MK. MAES

    Dr. Ir. BAMBANG TRI RAHARDJO, SU

    NIP. 19

  • 3

    I. TUJUAN

    Mempelajari indikator tanah sehat baik secara biologi, fisik dan kimia

    Melakukan pengukuran indikator tanah sehat dan kesuburan tanah secara

    cepat dan akurat di lapangan dan di laboratorium

    II. DASAR TEORI

    Sistem pertanian intensif telah mendorong terjadinya degradasi sifat fisika,

    kimia, maupun biologi tanah dibandingkan dengan hutan. Sistem pertanian intensif

    menyebabkan terbukanya permukaan tanah pada saat yang lama. Pada musim kemarau

    terik sinar matahari mengenai permukaan tanah secara langsung, akibatnya terjadi

    percepatan proses-proses reaksi kimia dan biologi, salah satunya adalah penguraian

    bahan organik tanah (dekomposisi). Sebaliknya, air hujan yang jatuh selama musim

    penghujan tidak ada yang menghalangi sehingga memukul tanah secara langsung,

    berakibat pada pecahnya agregat tanah, meningkatnya aliran air di permukaan dan

    sekaligus mengangkut partikel tanah dan bahan-bahan lain termasuk bahan organik

    (Widianto et al. 2004). Untuk tujuan perbaikan pengelolaan tanah, pengenalan

    indikator-indikator kesehatan tanah sangat dibutuhkan untuk penentuan strategi

    pengelolaan lahan. Indikator-indikator kesehatan tanah dapat dikenali baik secara

    kualitatif (cepat, murah tetapi kurang akurat) maupun kuantitatif (melalui pengukuran)

    (Lihat Tabel 1). Menurut FAO guide line (2000), ada 3 kriteria dan indikator kesehatan

    tanah di tingkat plot yaitu yang berhubungan dengan tingkat kegemburan tanah,

    ketersediaan hara, dan keutuhan matriks tanah.

    Tabel 1. Kriteria dan indikator kualitatif dan kuantitatif

    Kriteria Indikator kualitatif Indikator kuantitatif

    1 Kegemburan

    tanah

    1. Kepadatan tanah Bobot Isi Tanah, Berat Jenis Tanah dan porositas

    tanah

    2. Sebaran akar Kedalaman akar efektif

    3. Ketebalan seresah Berat masa seresah

    4. Produksi Kascing Populasi dan biomasa cacing serta produksi cast

    2 Keseimbangan

    hara

    5. Potensi Kesuburan dan kesehatan tanah

    C Organik, pH Tanah, eH,

    EC

  • 4

    6. Gejala defisiensi/keracunan Konsentrasi hara secara visual

    3 Keutuhan matrix

    tanah

    7. Erosi Kehilangan tanah, penutupan permukaan

    8. Longsor tebing Potensi Kehilangan tanah, manajemen kemiringan

    dan tata air, penutupan

    lahan

    Bahan organik tanah berperan penting dalam menyimpan dan melepaskan unsur

    hara bagi tanaman. Handayanto (1996) menyatakan bahwa dekomposisi bahan organik

    mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kesuburan tanah. Pengaruh

    langsung melalui mineralisasi yang melepaskan unsur hara, sedangkan pengaruh tidak

    langsung sebagai buffer unsur hara sehingga tetap menjaga ketersediaan unsur hara

    dalam tanah. Pada lahan-lahan pertanian intensif, biasanya tingkat permukaan tanah

    lebih terbuka, dengan penutupan lapisan seresah yang tipis, permukaan tanah terbuka.

    Dengan demikian tanah menjadi lebih rentan terhadap erosi, tanah menjadi padat,

    berwarna pucat karena kandungan bahan organik tanah menurun dan diikuti penurunan

    populasi biota. Selain pemadatan tanah dan kandungan bahan organik tanah, para petani

    seringkali menggunakan indikator cacing tanah sebagai penciri tanah sehat. Petani

    berasumsi bahwa lahan yang banyak cacing tanahnya akan gembur sehingga mudah

    diolah dan tanaman tumbuh baik. Pendapat tersebut diperkuat oleh Jongmans et al.

    (2003) bahwa kualitas pori makro dan mikro tanah, tingkat kepadatan tanah,

    dekalsifikasi dan dinamika bahan organik ditentukan oleh aktivitas cacing tanah. Cara

    yang paling cepat untuk mengetahui ada/tidaknya cacing tanah di lahan adalah melalui

    pengamatan kascing. Kascing adalah kotoran yang ditinggalkan oleh cacing tanah,

    umumnya ditemukan di permukaan tanah. Semakin banyak kascing ditemukan

    menunjukkan bahwa di lahan tersebut banyak terdapat cacing tanah. Pada praktikum ini,

    kegiatan mahasiswa akan difokuskan pada pengenalan dan pengukuran indikator

    kesehatan tanah di lapangan (Tabel 2).

  • 5

    Tabel 2. Kegiatan pengukuran di lapangan beberapa indikator kesehatan tanah

    No Kriteria Indikator kualitatif Pengukuran

    1 Kegemburan tanah 1. Kepadatan tanah 1. Bobot Isi (BI), 2. Berat Jenis (BJ) tanah, 3. Porositas tanah

    2. Ketebalan seresah 4. Berat masa seresah

    3. Produksi kascing 5. Berat masa kascing per unit luasan

    2 Ketersediaan hara 4. Kenampakan fisik tanaman, Gejala

    defisiensi/keracunan

    6. Frekuensi temuan tanaman yang

    menunjukkan gejala

    defisiensi

    3 Keutuhan matrix tanah 5. Erosi 7. Kehilangan tanah lapisan atas,

    6. Longsor tebing 8. Kehilangan tanah (adanya singkapan tanah)

    III. ALAT DAN BAHAN Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan ini meliputi :

    Alat Bahan

    Meteran panjang 50 m

    Frame seresah

    Sekop

    Ring sampel

    Cetok

    Tali Rafia

    Cangkul

    Pisau

    Gunting dahan

    Timbangan

    Alat tulis seperti spidol permanen

    Tas kresek untuk tempat seresah

    Methilen blue untuk pengukuran

    porositas tanah

    Bahan kimia untuk analisa C-Organik

    tanah

  • 6

    Gambar 1. Cara Pengambilan Contoh Tanah

    IV. PELAKSANAAN 4.1. Pengukuran Bobot Isi Tanah

    4.1.1. Pengambilan Contoh Tanah Utuh

    a. Ratakan dan bersihkan lapisan permukaan tanah yang akan diambil

    contohnya, kemudian letakkan ring master tegak lurus pada lapisan tersebut.

    b. Gali tanah di sekeliling tabung dengan sekop

    c. Kerat tanah di sekeliling dengan pisau sampai mendekati permukaan tanah

    d. Masukkan tabung sampel ke dalam ring master

    e. Tekan tabung dengan hati-hati sampai masuk ke dalam tanah

    f. Letakkan tabung lain tepat diatas tabung pertama, kemudian tekan lagi

    sampai rata

    g. Tabung beserta tanah didalamnya digali dengan sekop

    h. Pisahkan tabung pertama dan kedua dengan hati-hati, kemudian potonglah

    tanah kelebihan yang terdapat pada bagian atas dan bagian bawah tabung

    sampai rata

    i. Tutuplah tabung beserta tanahnya dengan plastik untuk mencegah penguapan

    dan gangguan selama dalam perjalanan.

    j. Pada bagian luar tabung ditulisi keterangan yang bersisi nomor contoh tanah

    dan kedalaman tanah

    4.1.2. Prosedur Analisa Bobot isi tanah

    Berat Isi tanah (BI) ditentukan dengan metode blok, dengan cara mengambil contoh

    tanah utuh dalam blok (kotak besi) dengan ukuran panjang 20 cm, lebar 20 cm dan

    tinggi 10 cm (lihat Gambar 27). Contoh tanah dalam blok ditimbang berat basahnya

    untuk kemudian diambil secukupnya sebagai sub sampel untuk ditetapkan berat kering

  • 7

    oven dan kadar air massanya (g g-1

    ), selanjutnya diukur berdasarkan volume blok atau

    kotak besi (Volume tanah, Vt). Penetapan berat isi tanah untuk lebih jelas dapat dilihat

    pada persamaan berikut :

    Keterangan :

    BB sub = Berat basah tanah sub sampel (g)

    BKO sub = Berat Kering oven tanah sub sampel (g)

    BI = Berat Isi tanah (g cm-3

    )

    BB = Berat basah tanah dalam blok atau kotak besi (g)

    Vt = Volume tanah dalam kotak besi

    Gambar . Cara pengambilan contoh tanah untuk ditetapkan Berat Isinya

    Pengukuran Berat Jenis Tanah

    a. Tentukan kadar lengas contoh tanah yang dianalisa

    b. Timbang labu ukur kosong (x gram)

    c. Isikan tanah kering udara sekitar 50 gram ke dalam labu ukur. Kemudian

    timbang beserta labunya dan koreksi dengan kadar lengas tanahnya (Y = bobot

    labu kosong + tanah kering oven)

    d. Tambahkan air kurang lebih setengahnya sambil membilas tanah yang

    menempel di leher labu.

    Vt

    sub BKO*sub) (BB/BB BI

    20 cm

    20 cm

    Tinggi = 10 cm

    Kotak Besi

    Sekop

  • 8

    e. Untuk mengusir udara yang terjerat dalam tanah, labu didihkan berlahan-lahan

    beberapa menit.

    f. Dinginkan labu beserta isinya sampai mencapai suhu ruangan, kemudian

    tambahkan air dingin yang telah didihkan sampai batas volume, lalu timbang (Z

    gram).

    g. Keluarkan isi labu ukur, cuci, kemudian isi dengan air dingin yang telah

    dididihkan sampai batas volume. Timbang (A gram) atau (no 7) tidak usah

    dilakukan bila labu ukurnya telah diketahui ukuran volumenya, misal 100 ml

    dengan merubah rumus berat jenis.

    i. Hitung bobot jenis partikel dengan rumus :

    BJ = ((Y - X) x d) / ((Y - X) - (Z - A) ) g.cm-3

    Y = berat labu kosong + tanah kering oven

    X= berat labu kosong (Vol. labu 100 ml)

    Z= berat labu berisi ( tanah + air) sampai garis batas

    A= berat labu dan air dingin, sampai garis batas

    d = kerapatan air pada saat pengamatan , 1 g/ cm3

    4.2. Penentuan Kandungan Bahan Organik Tanah

    Alat dan Bahan

    a. Erlenmeyer 500 ml

    b. Gelas ukur 20 ml

    c. Buret untuk FeSO4 1N

    d. Pengaduk magnetis

    Uraian Prosedur

    a. 0.5 g contoh tanah halus (0.05 g untuk tanah organik; 2 g untuk tanah-tanah yang

    mengandung bahan organik lebih kecil dari 1%) yang melalui ayakan 0.5 mm

    dimasukkan dalam labu erlenmeyer 500 ml.

    b. 10 ml tepat larutan K2Cr2O7 1 N ditambahkan ke dalam erlenmeyer dengan

    sebuah pipet

    c. 20 ml H2SO4 pk kemudian ditambahkan, labu erlenmeyer digoyang-goyangkan

    untuk membuat tanah dapat bereaksi sepenuhnya. Hati-hati, jaga jangan sampai

    tanah menempel pada dinding sebelah atas labu sehingga tidak ikut bereaksi.

    Biarkan campuran itu berdiam selama 20 30 menit.

  • 9

    d. Sebuah blanko (tanpa tanah) dikerjakan dengan cara yang sama

    e. Kemudian larutan diencerkan dengan air sebanyak 200 ml dan sesudah itu

    ditambahkan 10 ml H3PO4 85% dan 30 tetes penunjuk difenilamina

    f. Larutan sekarang dapat dititrasi dengan larutan fero melalui buret. Perubahan

    warna dari warna dari hijau gelap pada permulaan, berubah menjadi biru kotor

    pada waktu titrasi berlangsung, dan pada titik akhir warna berubah menjadi hijau

    terang

    g. Apabila lebih dari 8 dan 10 ml K2Cr2O7 terpakai, ulangi dengan mempergunakan

    contoh yang lebih sedikit

    Pereaksi

    a. H3PO4 85%

    b. H2SO4 pekat (diatas 96%)

    c. K2Cr2O7 1 N

    49.04 g tepat K2Cr2O7 dilarutkan ke dalam H2O dan diencerkan hingga 1 liter.

    d. Penunjuk difenilamina

    0.5 g difenilamina p.a dilarutkan dalam 20 ml H2O dan 100 ml H2SO4 pekat.

    e.1. Larutan fero 0.5 N

    196.1 g Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O dilarutkan dalam 800 ml H2O yang mengandung

    20 ml H2SO4 pk dan diencerkan hingga 1 liter. Dapat digunakan sebagai ganti

    reagent, 5a suatu reagent yang digunakan oleh Walkey sebagai berikut.

    e.2. FeSO4 7 H2O 1N

    278.0 g FeSO4 7 H2O dilarutkan ke dalam H2O yang mengandung 15 ml H2SO4

    pekat kemudian diencerkan hingga 1 liter.

    Perhitungan :

    % Corganik =

    100

    %100

    5.0

    3 KA

    blankoml

    sampelmlblankoml

    % Bahan organik = Corganik%58

    100

    4.2. Mengukur biomasa tumbuhan bawah

    Pengambilan contoh biomasa tumbuhan bawah harus dilakukan dengan metode

    'destructive' (merusak bagian tanaman). Tumbuhan bawah yang diambil sebagai contoh

  • 10

    adalah semua tumbuhan hidup yang tumbuh dibawah tegakan pohon berupa herba dan

    rumput-rumputan.

  • 11

    Prosedur kerja

    a. Tempatkan kuadran aluminium di dalam SUB PLOT (20 m x 20 m) secara acak

    seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.

    Gambar 2. Penempatan Kuadran (Titik Contoh) Dalam Sub Plot.

    b. Potong semua tumbuhan bawah (herba dan rumbut-rumputan) yang terdapat di

    dalam kuadran, pisahkan antara daun dan batang.

    c. Masukkan ke dalam kantong kertas, beri label sesuai dengan kode TITIK

    CONTOHnya.

    d. Untuk memudahkan penanganan, ikat semua kantong kertas berisi tumbuhan

    bawah yang diambil dari satu plot.

    e. Masukkan dalam karung besar untuk mempermudah pengangkutan ke

    laboratorium.

    f. Timbang berat basah daun atau batang, catat beratnya dalam lembar pengamatan 6.

    g. Ambil sub-contoh tanaman dari masing-masing biomasa daun dan batang sekitar

    100-300g. Bila biomasa contoh yang didapatkan hanya sedikit (< 100 g), maka

    timbang semuanya dan jadikan sebagai sub-contoh.

    h. Keringkan sub-contoh biomasa tanaman yang telah diambil dalam oven pada suhu

    80C selama 48 jam.

    i. Timbang berat keringnya dan catat dalam Lembar pengamatan 6.

    20 m

    20 m

  • 12

    Pengumpulan data

    Data yang diperoleh pada pengambilan contoh biomasa tumbuhan bawah,

    dimasukkan ke dalam Tabel pengamatan.

    Lembar pengamatan 6.

    Pengambilan Contoh Tumbuhan Bawah

    No Berat Basah

    (kg)

    Sub-contoh Berat

    Basah (g)

    Sub-contoh Berat

    Kering (g)

    Total berat kering

    Daun Batang Daun Batang Daun Batang g/0.25 m2 g/m

    2

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    Total ...

    Pengolahan data

    Hitung total berat kering tumbuhan bawah per kuadran dengan rumus sebagai

    berikut:

    Dimana, BK = berat kering dan BB = berat basah

    4.3. Menilai Ketebalan Seresah

    Amati dan klasifikasikan ketebalan seresah permukaan yang ada dengan jalan

    ambil 3 titik pengukuran dalam sub-plot (200 m2), tekan permukaan seresah dengan

    tangan, dan tancapkan penggaris dan ukurlah ketebalan lapisan seresah yang ada (cm).

    Kegiatan praktikum diawali dengan membuat petak berukuran 40 m x 5 m

    sesuai dengan protokol ASB (Hairiah dan Rahayu, 2007). Petak tersebut dipakai untuk

    semua pengukuran komponen indikator tanah seperti berat basah dan berat kering

    seresah, pengamatan casting, dan pengambilan contoh tanah untuk analisa C-Organik

    tanah. Sedangkan pengambilan contoh tanah untuk pengukuran bobot isi dan porositas

    tanah dapat dilakukan di luar petak contoh.

    Total BK (g) = BK subcontoh (g)

    BB subcontoh (g)X Total BB (g)

  • 13

    4.4. Pengukuran Berat Massa Seresah

    Nekromasa tidak berkayu adalah seresah daun yang masih utuh (seresah kasar),

    dan bahan organik lainnya yang telah terdekomposisi sebagian dan berukuran > 2 mm

    (seresah halus). Pengambilan contoh 'nekromasa' (bagian tanaman mati) dilakukan pada

    permukaan tanah yang masuk dalam SUB PLOT (5 m x 40 m). Pengambilan contoh

    necromass tidak berkayu dilakukan pada frame berukuran 0.5 m x 0.5 m seperti Gambar

    di bawah. Contoh nercomass tidak berkayu yang sudah diambil kemudian dimasukkan

    ke dalam tas kresek dan ditimbang berat segarnya (BB). Contoh necromass tidak

    berkayu yang sudah ditimbang dibawa ke laboratorium, kemudian di oven pada suhu

    1050C selama 24 jam kemudian ditimbang berat keringnya (BK).

    Gambar 1.

    4.5. Berat Massa Kascing

    1. Amati kondisi plot dan cari apakah dijumpai kascing,

    2. Ambil kascing yang dijumpai di dalam plot,

    3. Catat luasan frame untuk pengambilan kascing,

    4. Timbang berat kascing (sebagai berat basah),

    5. Masukkan kascing ke dalam kantong plastic,

    6. Oven kascing dalam suhu 1050C selama 24 jam,

    7. Timbang berat kering kascing (sebagai berat kering),

    8. Catat berat keringnya

    0.5mx0.5m sub-pot

    40 m

    5 m

    0.5mx0.5m sub-pot

    40 m

    5 m

    40 m

    5 m

    Gambar 3. Lokasi pengambilan contoh seresah dan pengamatan kascing.

  • 14

    4.6. Frekuensi Temuan Tanaman Yang Menunjukkan Gejala Defisiensi

    1. Amati kondisi tanaman yang dijumpai di lahan, apakah dijumpai kekurangan

    unsure hara N / P / K

    2. Bandingkan kenampakan tanaman dengan gambar berikut :

    Gambar 4. Defisiensi unsure N

    Ciri Tanaman kekurangan N :

    Tanaman menjadi kerdil dan/atau menjadi kuning pada daun yang tua

    Gambar 5. Defisiensi P pada tanaman

    Ciri Tanaman kekurangan P :

    Reduksi pertumbuhan, kerdil

    Warna hijau tua becak ungu pada daun jagung,

    Menunda pemasakan

    Pembentukan biji gagal

  • 15

    Gambar 6. Tanaman kekurangan K

    Ciri Tanaman kekurangan K :

    Ujung dan tepi daun menjadi coklat, terutama pada daun bagian bawah.

    Jerami tanaman berbiji menjadi lunak

    4.7. Kehilangan Tanah Lapisan Atas (Erosi)

    1. Amati kondisi permukaan tanah

    2. Catat apakah dijumpai adanya erosi (percikan, riil/alur, atau erosi selokan /

    gully erosion)

    4.8. Kehilangan Tanah (Adanya Singkapan Tanah)

    1. Amati kondisi tanah di permukaan

    2. Catat apakah dijumpai adanya erosi tebing lahan

    V. PERTANYAAN :

    1. Jelaskan Kriteria dan Indikator manajemen agroekosistem yang

    berkelanjutan dan sehat ditinjau dari aspek tanah?

    2. Sebutkan dan jelaskan faktor penyebab terjadinya ketidakseimbangan status

    hara dalam tanah?

    3. Sebutkan dan jelaskan faktor2 yang mempengaruhi tinggi rendahnya

    ketersediaan bahan organik tanah?

    4. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah

    pemadatan tanah !

    5. Sebutkan dan jelaskan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau

    mencegah terjadinya pemadatan tanah !

  • 16

    6. Jelaskan peran cacing tanah di dalam mengatasi permasalahan fisik, kimia

    dan biologi tanah !

    7. Jelaskan kaitan antara populasi dan biomassa cacing tanah dengan bahan

    organik tanah !

  • 17

    DAFTAR PUSTAKA

    Hairiah, K., Sulistyani, H., Suprayogo, D., Widianto, Purnomosidhi, P., Widodo, R. H.,

    and Van Noordwijk, M. 2006. Litter layer residence time in forest and coffee

    agroforestry systems in Sumberjaya, West Lampung. Forest Ecology and

    Management, 224: 45-57.

    Hairiah K and Rahayu S. 2007. Petunjuk praktis Pengukuran karbon tersimpan di

    berbagai macam penggunaan lahan. World Agroforestry Centre, ICRAF

    Southeast Asia. ISBN 979-3198-35-4. 77p

    Karama, A.S., A.R. Marzuki dan I. Marwan. 1994. Penggunaan Pupuk Organik Pada

    Tanaman Pangan. Simposium Hortikultura Nasional.

    Jongmans, A. G., Pulleman, M. M., Balabane, M., Van Oort, F., Marinissen, J. C. Y.

    2003. Soil structure and characteristics of organic matter in two orchards

    differing in earthworm activity. Applied Soil Ecology, 24: 219-232.

    Van Noordwijk, M, Lusiana, B. dan Khasanah, N., 2004. WaNuLCAS 3.01.

    Background on a model of Water Nutrient and Light Capture in

    Agroforestry System. ICRAF, Bogor.246 p.

    Widianto, Suprayogo D., Noveras H., Widodo R.H., Purnomosidhi P., Noordwijk v.M.,

    2004. Alih Guna Hutan Menjadi Lahan Pertanian:Apakah Fungsi

    Hidrologis Hutan Dapat Digantikan Sistem Kopi Monokultur?. Agrivita

    Vol.26 No.1. Maret 2004. ISSN:0126-0537.

  • 18

    Lampiran

    DAFTAR ASISTEN KELAS MAES TANAH / GENAP 2012-2013

    No NAMA KONTAK ASISTEN KELAS CO. MHSSW Kontak CO. Mhsswa

    1 Nia Erfiana O85231427645 A Dara 85270271260

    2 Satya Purba Wasesa O85730900910 B

    3 Rizky Fortunella O8563632340 B Firman 85649921324

    4 Chandra Andriyanto O8563699941 C Andi 81230940119

    5 Nikawida Puspa H O85731843313 D

    6 Fitriza Azalea A O81333212024 D Arryski 82142444006

    7 Tsulatsi Nabila O85731555113 E Danang 87859492792

    8 Balqiz Zamrudiah O83833524634 E

    9 Deki Budi Raharjo O85755968892 F

    10 Ida ayu W O85755882460 G Fajar 85269467144

    11 A.Y. Romauli Siagian O85234292014 G

    12 Tommy Kurniawan O85732316166 H Intan 85733513195

    13 Edwin Panigoro O85755604645 H

    14 Rieke Y.S O85730309409 I Isnaini 85733894436

    15 Muhammad Rizki Abdina O82131419021 I Kresna 85730920221

    16 Rendik Dwi Oktavianto O85746820242 J Antok 85648754085

    17 Eko Andreas Yonathan O8982843663 J

    18 Nina Dwi Lestari O81334340002 K Lukman 85755415114

    19 Arifiani Setyawati O85755569676 L Nanang 87759982900

    20 Diki - L

    21 Yudhistira Wharta Wahyudi O83834668904 M Putra 87858332666

    22 Yohannes Ginting O85755999001 N Sahat 85761170054

    23 Miranti Ayu E O85718029191 O Titis 87836365056

    24 M. Firstsyah S.A O85204971990 P Akbar 85335125518

    Koordinator Asisten Mahasiswa : Chandra A.

    Wakil Koordinator Mahasiswa : Yohannes Ginting

    PENANGGUNGJAWAB FIELDTRIP [18 dan 19 Mei 2013] :

    1. Nina Dwi Lestari [Koordinator Asisten Dosen MK. MAES]

    2. Christanti Agustina [ikut khusus Fieldtrip 19 Mei 2013]

    3. Sativandi Riza [ikut khusus Fieldtrip 19 Mei 2013]

    4. Sarkam

    5. Ngadirin

    6. Afifudin [ikut khusus Fieldtrip 18 Mei 2013]

    LABORAN YANG TERLIBAT DALAM KEGIATAN PRAKTIKUM :

    1. Sarkam [Laboran Lab. Biologi Tanah]

    2. Ngadirin [Laboran Lab. Fisika Tanah]

    3. Afifudin [Teknisi Lab kimia Tanah]

    4. Wahyu [Laboran Lab Kimia Tanah- C Organik]

    5. Sri Padmi Wulandari [Koordinator Laboran Lab. Kimia Tanah]

  • 19

    FORMAT LAPORAN MK. MANAJEMEN AGROEKOSISTEM (Aspek Tanah)

    PERBAIKAN KUALITAS DAN KESEHATAN TANAH MENUJU MANAJEMEN AGROEKOSISTEM YANG BERKELANJUTAN 1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang (Pentingnya diamati aspek Tanah sebagai salah satu bagian dalam

    manajemen Agroekosistem) 1.2 Tujuan 1.3 Manfaat

    2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Tanah dan Kesehatan Tanah 2.2 Kriteria Indikator Pengelolaan Agroekosistem yang Sehat dan Berkelanjutan 2.3 Dampak Manajemen Agroekosistem terhadap Kualitas dan Kesehatan Tanah 3. METODE 3.1 Deskripsi Lokasi Praktikum

    3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode (Lapangan dan Laboratorium)

    3.3.1 Kriteria indikator yang diamati 3.3.2 Parameter atau variabel yang diamati dan diukur 3.3.3 Metode dan fungsi (output umum)

    NB. Penjelasan prosedur kerja secara lengkap dan detail selama di lapangan maupun di laboratorium dari masing-masing variabel yang diamati taruh di bagian Lampiran (diagram alur) 4. PEMBAHASAN

    4.1 Data Hasil Pengukuran Aspek Tanah di lokasi (plot berbasis pohon dan non pohon) yang dikunjungi ditabulasi. Keterangan : data yang didisplay disini berupa resume hasil perhitungan bukan data mentah, untuk data mentah yang LENGKAP hasil pengukuran disajikan di LAMPIRAN, DATA silakan disajikan dalam bentuk Grafik untuk memudahkan dalam membaca perbandingan data di tiap Plot yang diamati)

    - Data Aspek Biologi Tanah [Komponen Vegetasi pada Plot : keanekaragaman jenis tutupan lahan dan perakaran, organisme (Cacing dan Non Cacing), Kascing, Ketebalan Seresah dan Jumlah masukan seresah dalam Mg/ha baik berupa Daun Utuh, Ranting maupun Seresah Kasar serta total bahan organik dipermukaan]

  • 20

    - Data Aspek Fisika Tanah [Bobot Isi, Bobot Jenis Tanah dan Porositas Total]

    - Data Aspek Kimia Tanah [C-Organik, Derajat Kemasaman Tanah atau pH dan Potensial Redoks atau eH serta Daya Hantar listriknya (EC)]

    4.2 Pembahasan

    Membahas Data : Data Hasil Pengamatan Tanah pada lokasi dengan manajemen agroekosistem yang berbeda (Plot yang berbasis pohon dan tanaman semusim dibandingkan dan dianalisis, ada masalah apa secara umum? Akar masalahnya? Solusi?)

    Praktikan diharapkan mampu mengkaitkan data hasil praktikum dengan literatur atau berdasar tinjauan pustaka masuk kategori baik/ buruk dalam manajemennya, berlanjut atau tidak dalam praktek manajemen skala plot nya)

    Praktikan mampu mengkaitkan parameter/ hasil pengamatan selama praktikum dari berbagai aspek baik HPT, BP dan Tanah selanjutnya memberikan rekomendasi sebaiknya dipilih manajemen yang bagaimana supaya tercipta kondisi Agroekosistem yang sehat dan berlanjut)

    4.3 Pembahasan Umum

    NB. Jelaskan dengan DATA hasil pengamatan dan diskusikan tiap point pertanyaan berikut :

    8. Jelaskan Kriteria dan Indikator manajemen agroekosistem yang

    berkelanjutan dan sehat ditinjau dari aspek tanah? 9. Sebutkan dan jelaskan faktor penyebab terjadinya ketidakseimbangan

    status hara dalam tanah? 10. Sebutkan dan jelaskan faktor2 yang mempengaruhi tinggi rendahnya

    ketersediaan bahan organik tanah? 11. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah

    pemadatan tanah ! 12. Sebutkan dan jelaskan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau

    mencegah terjadinya pemadatan tanah ! 13. Jelaskan peran cacing tanah dalam mengatasi permasalahan kesehatan

    tanah (terkait dengan aspek Biologi, Fisika dan Kimia tanah ! 14. Jelaskan kaitan antara populasi dan biomassa cacing tanah dengan bahan

    organik tanah !

    5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Buat point kesimpulan ringkas (BUAT per point BUKAN PARAGRAF) Saran Terkait pelaksanaan dan isi materi praktikum untuk perbaikan kegiatan praktikum selanjutnya

    DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  • 21

    - Prosedur kerja detail tiap parameter (diagram alur) - Tabulasi Data Mentah (hasil pengukuran lapangan maupun hasil laboratorium) - Dokumentasi Kondisi Tiap Lokasi

    Malang, 28 Juni 2013 Asisten Praktikum Tanah