Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...

27
JURNAL KEDOKTERAN YARSI 20 (3) : 128-142 (2012) Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan Mengidentifikasi Masalah Kesehatan: Studi Pada Program Desa Siaga Community Empowerment Model in the Ability to Identify Health Problem: A Study on the Village Preparedness Program Endang Sutisna Sulaeman, Ravik Karsid, Bhisma Murti, Drajat Tri Kartono, Rifai Hartanto Department of Public Health, Faculty of Medicine, Sebelas Maret State University Surakarta, Indonesia KATA KUNCI KEYWORDS ABSTRAK ABSTRACT Model pemberdayaan masyarakat; identifikasi masalah kesehatan; keberdayaan masyarakat Community empowerment model; health problem identification; community forcefulness Masalah pemberdayaan masyarakat adalah lemahnya kemampuan meng- identifikasi masalah kesehatan. Tujuan penelitian adalah mengkaji dan meng- analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat dalam kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan, dan merumuskan model pemberdayaan masyarakat dalam kemampuan mengidentifikasi masalah ke- sehatan. Penelitian ini menggunakan metode gabungan antara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif berupa penelitian survei dengan analisis jalur, sedangkan penelitian kualitatif menggunakan studi kasus. Sasaran penelitian adalah Bidan Pos Kesehatan Desa dan Forum Kesehatan Desa di 30 Desa Siaga. Hasil penelitian: (1) Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat dalam kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan meliputi: tingkat pendidikan, pengetahuan, kesadaran, kepedulian, kebiasaan, kepemimpi- nan, modal sosial, Survei Mawas Diri, akses informasi kesehatan, peran petugas kesehatan, dan peran fasilitator kesehatan; (2) Model pemberdayaan masyarakat dalam kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan terdiri dari unsur-unsur masukan, proses, dan keluaran. Unsur masukan terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal komunitas. Faktor internal meliputi: tingkat pendidikan, penge- tahuan, kesadaran, kepedulian, kebiasaan, kepemimpinan, modal sosial, serta Survei Mawas Diri. Sedangkan faktor ekternal meliputi: akses informasi ke- sehatan, peran petugas kesehatan, dan peran fasilitator. Sementara itu proses pemberdayaan masyarakat meliputi proses pendayagunaan dan pemanfaatan sumber daya di dalam masyarakat serta proses fasilitasi dan dukungan sumber daya dari luar masyarakat. Keluaran pemberdayaan masyarakat berupa keber- dayaan masyarakat dalam kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan. The weak ability to identify health problem is a problem in community empowerment. The objective of this research is to study and analyze factors related to community empowerment in the ability to identify health problem,

Transcript of Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...

Page 1: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...

JURNAL KEDOKTERAN YARSI 20 (3) : 128-142 (2012)

Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam KemampuanMengidentifikasi Masalah Kesehatan: Studi Pada ProgramDesa Siaga

Community Empowerment Model in the Ability to IdentifyHealth Problem: A Study on the Village PreparednessProgram

Endang Sutisna Sulaeman, Ravik Karsid, Bhisma Murti, DrajatTri Kartono, Rifai HartantoDepartment of Public Health, Faculty of Medicine, Sebelas Maret State University Surakarta,Indonesia

KATA KUNCI

KEYWORDS

ABSTRAK

ABSTRACT

Model pemberdayaan masyarakat; identifikasi masalah kesehatan; keberdayaanmasyarakatCommunity empowerment model; health problem identification; communityforcefulness

Masalah pemberdayaan masyarakat adalah lemahnya kemampuan meng-identifikasi masalah kesehatan. Tujuan penelitian adalah mengkaji dan meng-analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakatdalam kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan, dan merumuskan modelpemberdayaan masyarakat dalam kemampuan mengidentifikasi masalah ke-sehatan. Penelitian ini menggunakan metode gabungan antara kuantitatif dankualitatif. Penelitian kuantitatif berupa penelitian survei dengan analisis jalur,sedangkan penelitian kualitatif menggunakan studi kasus. Sasaran penelitianadalah Bidan Pos Kesehatan Desa dan Forum Kesehatan Desa di 30 Desa Siaga.Hasil penelitian: (1) Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberdayaanmasyarakat dalam kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan meliputi:tingkat pendidikan, pengetahuan, kesadaran, kepedulian, kebiasaan, kepemimpi-nan, modal sosial, Survei Mawas Diri, akses informasi kesehatan, peran petugaskesehatan, dan peran fasilitator kesehatan; (2) Model pemberdayaan masyarakatdalam kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan terdiri dari unsur-unsurmasukan, proses, dan keluaran. Unsur masukan terdiri dari faktor internal danfaktor eksternal komunitas. Faktor internal meliputi: tingkat pendidikan, penge-tahuan, kesadaran, kepedulian, kebiasaan, kepemimpinan, modal sosial, sertaSurvei Mawas Diri. Sedangkan faktor ekternal meliputi: akses informasi ke-sehatan, peran petugas kesehatan, dan peran fasilitator. Sementara itu prosespemberdayaan masyarakat meliputi proses pendayagunaan dan pemanfaatansumber daya di dalam masyarakat serta proses fasilitasi dan dukungan sumberdaya dari luar masyarakat. Keluaran pemberdayaan masyarakat berupa keber-dayaan masyarakat dalam kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan.

The weak ability to identify health problem is a problem in communityempowerment. The objective of this research is to study and analyze factorsrelated to community empowerment in the ability to identify health problem,

Page 2: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...

129 ENDANG SUTISNA SULAEMAN, RAVIK KARSID, BHISMA MURTI, DRAJAT TRI KARTONO,RIFAI HARTANTO

and formulating the community empowerment model in health problemidentification ability. The research method used was a combination ofquantitative and qualitative methods. The quantitative research is a survey withpath analysis, while the qualitative research a case study was used. The target ofresearch was the Midwife of Village Health Post and Village Health Forum in30 Preparedness Village. The result of research showed (1) factors related to thecommunity empowerment in the ability to identify health problem wereeducation level, knowledge, awareness, caring, habit, leadership, social capital,Community Self Survey (CSS), access to health information, health personnelrole, and health facilitator role; (2) the community empowerment model in thehealth problem identification ability consisted of input, process and outputelements. Input element consisted of internal and external community factors.The internal factor consisted of education level, knowledge, awareness, caring,habit, leadership, social capital, and Community Self Survey (CSS). Meanwhilethe external factor consisted of access to health information, health personnelrole, and facilitator role. On the other hand, the community empowermentprocess encompassed the efficiently resource use and utilization within thecommunity, and facilitation process and resource support from outsidecommunity. The output of community empowerment constituted thecommunity forcefullness in the ability of identifying health problems.

Pemberdayaan masyarakat bidangkesehatan mengemuka sejak dideklarasikan-nya Piagam Ottawa (WHO, 1986), yang me-nyatakan perlunya (a) menciptakan lingkung-an yang mendukung (create supportiveenvironments), (b) memungkinkan partisipasimasyarakat (enable community participation),(c) mengembangkan kemampuan perorangandalam kesehatan (develop personal skills forhealth), (d) menata kembali pelayanan ke-sehatan ke arah pencegahan dan promosi ke-sehatan (reorient health services toward preven-tion and health promotion), dan (e) memperkuatgerakan masyarakat (strengthen communityaction). Selanjutnya Konferensi InternasionalPromosi Kesehatan ke-7 di Nairobi, Kenya(WHO, 2009) menegaskan kembali penting-nya pemberdayaan masyarakat, dengan me-negaskan perlunya: (a) membangun kapasitaspromosi kesehatan, (b) penguatan sistemkesehatan, (c) kemitraan dan kerjasama lintassektor, (d) pemberdayaan masyarakat, serta(e) sadar sehat dan perilaku sehat.

WHO (2008) melakukan reformasi pe-layanan kesehatan dasar, meliputi (a) refor-masi cakupan universal (universal coveragereforms): menjamin sistem kesehatan ber-kontribusi pada keadilan kesehatan, kadilansosial dan pengeluaran, (b) reformasi pem-berian pelayanan (service delivery reforms):mereorganisasi pelayanan kesehatan sesuaikebutuhan dan harapan rakyat, (c) reformasikebijakan publik (public policy reforms): men-jamin kesehatan komunitas, melalui aksi ke-sehatan publik yang terintegrasi dengan pe-layanan kesehatan dasar, menerapkan kerja-sama lintas sektor dan memperkuat inter-vensi kesehatan nasional dan transnasional,serta (d) reformasi kepemimpinan (leadershipreforms): menempatkan kembali ketidaksepa-

Correspondence:Dr. H. Endang Sutisna Sulaeman,. dr. M.Kes. Department ofPublic Health, Faculty of Medicine, Sebelas Maret StateUniversity Jalan Ir Sutami No. 16 A Kentingan Surakarta 57126Telephone/Facsimile: 0271634004 E-mail:[email protected]

Page 3: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI MASALAHKESEHATAN: STUDI PADA PROGRAM DESA SIAGA

130

danan kepercayaan pada komando dankontrol pada satu tangan, “cuek” (laisser-faire). dan melepaskan pada Negara, melaluikepemimpinan terbuka, partisipatif, negosiasiberdasarkan pada kepemimpinan yang me-nunjukkan kompleksitas sistem kesehatankontemporer. Sementara itu, Sistem Kesehat-an Nasional (Departemen Kesehatan, 2009)disusun dengan memperhatikan pendekatanrevitalisasi pelayanan kesehatan dasar, me-liputi: (a) cakupan pelayanan kesehatan yangadil dan merata, (b) pemberian pelayanankesehatan yang berpihak kepada rakyat, (c)kebijakan pembangunan nasional, dan (d)kepemimpinan kesehatan.

Masalah pemberdayaan masyarakatadalah lemahnya kemampuan meng-identifikasi masalah kesehatan, yang ter-cermin antara lain terjadi keterlambatandalam mengenal tanda penyakit dan tandabahaya penyakit yang berakibat pada ke-terlambatan dalam mengambil keputusan(decision making) untuk berobat dan/ataumerujuk ke fasilitas kesehatan (Puskesmasdan Rumah Sakit Kabupaten/Kota).

Masih tingginya angka kematian ibu(AKI) menurut hasil penelitian Thaddeus danMaine (1992 cit. Nelwan, 1998) adalah adanyatiga keterlambatan, diawali dari keterlambat-an mengidentifikasi tanda bahaya dan meng-ambil keputusan (decision making) untuk me-rujuk ke fasilitas pelayanan rujukan, keter-lambatan mencapai fasilitas pelayananrujukan dan keterlambatan memperolehpertolongan yang memadai di fasilitas pe-layanan rujukan. Sementara itu terdapatbudaya masyarakat untuk meminta nasihatkepada anggota keluarga yang dituakan atautokoh masyarakat yang dipandang sebagaisumber rujukan nasihat dan pandangan ke-hidupan. Namun karena keterbatasan penge-tahuan yang dituakan dan tokoh masyarakattersebut, maka keputusan berobat dan/ataumerujuk terlambat diambil.

Masih sangat banyak penyakit menu-lar yang merupakan masalah kesehatanmasyarakat dengan cakupan program yangmasih rendah, seperti cakupan angka pene-muan pasien baru TB BTA positif (casedetection rate/CDR) masih belum mencapattarget CDR paling sedikit 70% dari perkiraandan menyembuhkan 85% dari semua pasientersebut serta mempertahankannya(Departemen Kesehatan RI, 2007). Demikianpula masih rendahnya cakupan penemuanpenderita baru penderita Kusta, Frambusia,dan lain-lain, disebabkan karena lemahnyakemampuan mengidentifikasi masalah ke-sehatan, sehingga terjadi keterlambatandalam upaya pengobatan yang berakibatpada keparahan penyakit yang berakibat fatalyang mengancam jiwa penderita.

Berdasarkan latar belakang tersebut,penelitian ini dilakukan untuk mengkajifaktor-faktor yang berhubungan denganpemberdayaan masyarakat dalam kemampu-an mengidentifikasi masalah kesehatan.Secara lebih spesifik penelitian ini akanmengkaji dan menganalisis faktor-faktoryang berhubungan dengan pemberdayaanmasyarakat dalam kemampuan mengiden-tifikasi masalah kesehatan, dan merumuskanmodel pemberdayaan masyarakat dalam ke-mampuan mengidentifikasi masalah ke-sehatan.

BAHAN DAN CARA KERJA

Desain penelitian yang digunakanadalah potong-lintang (cross sectional).Penelitian ini bersifat explanatory study yaituberusaha menjelaskan hubungan antar-variabel berdasarkan kenyataan empiris dandiberikan penjelasan analisis kualitatif(Fraenkel & Wallen, 1993). Metode penelitianini menggunakan pendekatan metodegabungan (mixed methods) yaitu memadukanpendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pen-dekatan kuantitatif sebagai penelitian yang

Page 4: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...
Page 5: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...

131 ENDANG SUTISNA SULAEMAN, RAVIK KARSID, BHISMA MURTI, DRAJAT TRI KARTONO,RIFAI HARTANTO

utama, sedangkan pendekatan kualitatifsebagai penunjang (dominant quantitative lessqualitative) (Brannen, 2005; Padgett, 2012).Tiga alasan menggunakan metode gabungan,yaitu triangulasi, komplementer, danekspansi (Caracelli et al., 1997 cit. Padgett,2012). Penelitian kuantitatif dilakukan me-lalui penelitian survei, sedangkan penelitiankualitatif dilakukan dengan studi kasussebagai studi kasus terpancang (embeddedresearch) yaitu penelitian studi kasus yangsudah menentukan fokus penelitian berupavariabel utama yang akan dikaji (Yin, 2003).

Populasi penelitian kuantitatif adalahdesa/kelurahan berjumlah 177 desa/ kelura-han di Kabupaten Karanganyar Provinsi JawaTengah. Teknik pengambilan sampel dilaku-kan secara disproportionate stratified randomsampling dengan mengambil sebanyak 30desa/kelurahan. Populasi penelitian kuali-tatif menurut Spradley (cit. Sutopo, 2002)menggunakan istilah “social situation” (situasisosial) yang terdiri atas tiga elemen yaitutempat, pelaku, dan aktivitas yang ber-interaksi secara sinergis dalam pengembang-an program pelayanan kesehatan dasar.Teknik pengambilan sampel menggunakanpengambilan sampel secara purposive dansnowball sampling (Patton, 1987 cit. Alsa, 2007).

Data primer diperoleh dari Bidan desaPoskesdes, kader/fasilitator kesehatan,Forum Kesehatan Desa/Kelurahan, serta TimPembina program Desa Siaga tingkatKecamatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten.Data sekunder diperoleh melalui penelusuranhasil-hasil penelitian yang sudah ada, kajianpustaka yang relevan, serta pencatatan datayang telah dikumpulkan oleh dinas kesehat-an kabupaten, Puskesmas, Posyandu, danPoskesdes.

Teknik pengumpulan data primerpada penelitian kuantitatif dilakukan denganmenggunakan kuesioner tertutup, dengan

responden Bidan Poskesdes dan ForumKesehatan Desa/Kelurahan. Pengumpulandata pada penelitian studi kasus dilakukanmelalui wawancara mendalam, observasipartisipasi, dan kajian dokumen (Patton, 1987cit. Alsa, 2007). Wawancara mendalam di-lakukan terhadap 107 informan (n = 107)terdiri dari informan masyarakat : 78 orang (n= 78) dan informan petugas kesehatan: 29orang (n = 29). Observasi partisipatif dilaku-kan di dua Poskesdes, yaitu Poskesdes desaJatiroyo kecamatan Jatipuro dan kelurahanGayamdompo kecamatan Karanganyar.Kajian dokumen dilakukan terhadappedoman, kebijakan, dan hasil kegiatanprogram pelayanan kesehatan dasar. Analisisdata kuantitatif terdiri atas analisis univariat,bivariat, dan multivariat. Analisis penelitianstudi kasus dilakukan melalui analisisholistik dan analisis khusus (Yin, 2003).

HASIL

1. Hasil penelitian kuantitatifa. Analisis univariat: distribusi fre-

kuensi variabelPersepsi responden menunjukkanbahwa kemampuan mengidentifikasimasalah kesehatan adalah sebesar72,67% (baik), akses informasi kesehat-an sebesar 82,92% (baik), kepemimpin-an sebesar 67,5 % (cukup), dan SurveiMawas Diri sebesar 67,22% (cukup).

b. Hasil analisis jalurHasil analisis korelasi antara keempatvariabel eksogen menunjukkan adanyasatu variabel yang tidak signifikanyaitu tingkat pendidikan. Selanjutnyadilakukan pengujian hipotesis dengananalisis jalur, hasilnya seperti disajikandalam Tabel 1.

Page 6: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...
Page 7: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI MASALAHKESEHATAN: STUDI PADA PROGRAM DESA SIAGA

132

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Jalur Antara Tingkat Pendidikan, Akses InformasiKesehatan, Kepemimpinan, dan SMD dengan Pemberdayaan Masyarakat dalam Kemampuan

Mengidentifikasi Masalah Kesehatan Lokal

Varibel bebas

Varibel terikat:Pemberdayaan masyarakat dalam kemampuan

mengidentifikasi masalah kesehatan padaß nilai p

Tingkat Pendidikan 0,02 0,838Akses Informasi Kesehatan 0,23 0,049*)Kepemimpinan 0,33 0,013*)Survei Mawas Diri 0,32 0,017*)

Keterangan: nilai ß (nilai koefisien jalur/koefisiensi regresi yang distandarisasikan); nilai p = signifikansi. *)

Berhubungan secara signifikan

Hasil perhitungan analisis jalur adalahsebagai berikut:1) Besarnya kontribusi akses infor-

masi kesehatan secara langsungberhubungan dengan pember-dayaan masyarakat dalam ke-mampuan mengidentifikasi ma-salah kesehatan adalah 29,48%,secara tidak langsung melaluikepemimpinan adalah 10,75%,secara tidak langsung melaluiSMD adalah 10,24%, dan kontri-busi hubungan totalnya sebesar50,47%.

2) Besarnya kontribusi kepemimpin-an secara langsung berhubungandengan pemberdayaan masyara-kat dalam kemampuan mengiden-tifikasi masalah kesehatan adalah41,86%, secara tidak langsungmelalui akses informasi kesehatanadalah 7,56%, secara tidaklangsung melalui SMD adalah17,39%, dan kontribusi hubungantotalnya sebesar 66,81%.

3) Besarnya kontribusi Survei MawasDiri (SMD) secara langsung ber-hubungan dengan pemberdayaanmasyarakat dalam kemampuanmengidentifikasi masalah kesehat-

an adalah 40,07%, secara tidaklangsung melalui akses informasikesehatan adalah 7,29%, secaratidak langsung melalui kepemim-pinan adalah 17,64%, dan kontri-busi hubungan totalnya sebesar65%.

4) Besarnya kontribusi akses infor-masi kesehatan, kepemimpinan,dan Survei Mawas Diri (SMD)secara simultan langsung ber-hubungan dengan pemberdayaanmasyarakat dalam kemampuanmengidentifikasi masalah kesehat-an adalah 53,2%. Sisanya (46,8%)berhubungan dengan faktor-faktorlain, yaitu tingkat pendidikan,pengetahuan, kesadaran, ke-pedulian, kebiasaan, kepemimpin-an, modal sosial, peran petugaskesehatan, dan peran fasilitatorkesehatan.

2. Hasil penelitian studi kasusFaktor-faktor yang berhubungan

dengan pemberdayaan masyarakat dalamkemampuan mengidentifikasi masalahkesehatan berdasarkan studi kasusmeliputi tingkat pendidikan, pengetahuan,kesadaran, kepedulian, kebiasaan, akses

Page 8: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...
Page 9: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...

133 ENDANG SUTISNA SULAEMAN, RAVIK KARSID, BHISMA MURTI, DRAJAT TRI KARTONO,RIFAI HARTANTO

informasi kesehatan, kepemimpinan,modal sosial, SMD, peran petugaskesehatan, dan peran fasilitator kesehatan.Berikut kutipan hasil wawancara denganbeberapa informan:

“…..Tingkat pendidikan berhubungandengan kemampuan mengidentifikasimasalah kesehatan. Warga masyarakat yangberpendidikan tinggi akan mengenal adanyamasalah kesehatan.....” (Informan 3Puskesmas Karanganyar).“…..Pengetahuan dukun bayi dalammenolong persalinan, menjadikan ia dapatmembantu menolong persalinan…..“(Informan 4 Desa Jatiroyo).“.....Adanya kesadaran masyarakat yangdipicu oleh penyuluhan petugas kesehatan,berhubungan dengan kemampuan meng-identifikasi masalah kesehatan…..”(Informan 1 Puskesmas Jatipuro).“…..Masyarakat yang mempunyai ke-pedulian terhadap kesehatan, akan mampumengidentifikasi masalah kesehatan…..”(Informan 5 Puskesmas Karangnyar).“.....Terdapat kebiasaan warga masyarakatdesa menjenguk orang sakit. Dengan tradisimenengok orang sakit ini, warga masyara-kat mengenal penyakit dan masalahkesehatan yang diderita oleh orang sakittersebut….” (Informan 6 Desa Jatiroyo).“…..Akses informasi kesehatan berhubung-an dengan kemampuan mengidentifikasimasalah kesehatan. Kalau ada wargamasyarakat mengalami kejadian seperti diTV, misalnya ada unggas mati, masyarakatmampu mengidentifikasi masalah kesehat-an, langsung melaporkan ke BidanPoskesdes…. “(Informan 5 PuskesmasJatipuro).“……Kemampuan mengidentifiksi masa-lah kesehatan lokal pada program DesaSiaga diperoleh dari pendampingan olehpetugas kesehatan pada saat kunjungan kedesa….” (Informan 3 PuskesmasJatipuro).

“…..Fasilitator program Desa Siaga ber-peran sebagai pendamping yaitu men-dampingi proses mengidentifikasi masalahkesehatan … (Informan 9 Desa Siaga/DS3 desa Jatipuro).......Pemimpin harus bermasyarakat, mem-berikan contoh keteladanan dan turut sertadalam mengidentifikasi masalah kesehatan.Kepemimpinan Pak Lurah dan aparaturdesa sangat berpengaruh terhadap kemam-puan mengidentifikasi masalah kesehat-an….” (Informan 7 kelurahanGayamdompo).“…..Adanya kekerabatan, kedekatan, dansaling mengenal antar warga masyarakatberhubungan dengan kemampuan meng-identifikasi masalah kesehatan. Tetanggamemberikan saran, nasihat atau informasimasalah kesehatan atau penyakit yangdiderita oleh tetangganya…..”(Informan 6Puskesmas Jatipuro).“.…Manfaat melakukan SMD adalahmeningkatkan kemampuan masyarakatdalam mengidentifikasi masalah. DenganSMD masyarakat dapat menyampaikanmasalah kesehatan dan mengenal masalahkesehatan….” (Informan 1 DesaJatipuro).

PEMBAHASAN

Pemberdayaan didefinisikan olehWHO (cit. Natbeam et al., 1991) sebagai suatuproses membuat orang mampu me-ningkatkan kontrol lebih besar atas ke-putusan dan tindakan yang mempengaruhikesehatan masyarakat, bertujuan untukmemobilisasi individu dan kelompok rentandengan memperkuat keterampilan dasarhidup mereka dan meningkatkan pengaruhmereka pada hal-hal yang mendasari kondisisosial dan ekonomi. Sementara itu,pemberdayaan masyarakat bidang kesehatanmenurut Pemerintah RI dan UNICEF (1999)adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat

Page 10: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...
Page 11: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI MASALAHKESEHATAN: STUDI PADA PROGRAM DESA SIAGA

134

non instruktif untuk meningkatkan penge-tahuan dan kemampuan masyarakat agarmampu mengidentifikasi masalah, meren-canakan, dan melakukan pemecahannyadengan memanfaatkan potensi setempat danfasilitas yang ada, baik dari instansi lintassektor maupun LSM dan tokoh masyarakat.

Sementara itu masalah pemberdaya-an masyarakat menurut Geno (2009) adalahsebagai berikut: (1) Paradigma sehat sebagaiparadigma pembangunan kesehatan yangmenjadi landasan berpikir dan bertindaktelah dirumuskan, namun belum dipahamidan aplikasikan semua pihak. (2) Pada EraOtonomi Daerah, pemerintah daerahkabupaten/kota memegang kewenanganpenuh terhadap bidang kesehatan, sehinggadukungan dan peran pemerintah daerahsangat dominan terhadap jalan tidaknyaprogram pelayanan kesehatan dasar. (3)Ditentukan oleh pelayanan kesehatan dasarseperti Puskesmas, Posyandu, dan Poskes-des. Revitalisasi Puskesmas, Posyandu danPoskesdes hanya diartikan dengan pemenu-han fasilitas sarana. Seharusnya revitalisasidiarahkan pada bagaimana fungsi pelayanankesehatan dasar berjalan optimal. (4) Perandinas kesehatan kabupaten/kota, rujukan kedan dari dinas kesehatan kabupaten/kotakurang berjalan, dan dinas kesehatankabupaten/kota lebih banyak melakukantugas-tugas administratif, yang seharusnyabertanggung jawab penuh terhadapkeberhasilan pembangunan kesehatan secaramenyeluruh di wilayah kab./kota. (5)Keterlibatan stakeholders dan masyarakatsecara luas. Selama ini keterlibatan masya-rakat bersifat semu yang lebih berkonotasikepatuhan daripada partisipasi spontan danbukan pemberdayaan masyarakat.

Dari semua informasi yang diperolehhampir semua informan sepakat bahwatingkat pendidikan berhubungan dengankemampuan mengidentifikasi masalahkesehatan. Informan menyampaikan bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan, semakinmampu mengidentifikasi masalah kesehatan.Sebaliknya, tingkat pendidikan rendah,kurang mampu mengidentififkasi masalahkesehatan. Hasil penelitian ini sejalan dengankesimpulan WHO Commission on SocialDeterminants of Health (2005 cit. Keleher &MacDougall, 2009) bahwa pendidikan danmelek huruf mempengaruhi kesehatan.Arnoux et al., (1991 cit. Collins, 2003)menetapkan tingkat pendidikan sebagaideterminan lingkungan kesehatan. Demikianpula penelitian Gallaway & Bernasek (2004)menyimpulkan bahwa pendidikan memberiorang keterampilan hidup dan membukapeluang untuk berpikir dan berkomunikasidalam mengidentififkasi masalah kesehatan.Blau et al., cit. House & Williams (2002)menyatakan, bahwa kesehatan seseorangsecara individual pertama-tama dipengaruhioleh tingkat dan jenis pendidikan.Selanjutnya pendidikan menjadi pintu masukuntuk memperoleh pekerjaan, kemudianmenghasilkan pendapatan, akhirnya dapatmengumpulkan kekayaan yang secara tidaklangsung mempengaruhi kesehatan.

Sebagian besar informan sepakatbahwa pengetahuan berhubungan dengankemampuan mengidentifikasi masalah ke-sehatan. Semakin tinggi pengetahuan, se-makin tinggi kesadaran akan kesehatan.Salah satu prinsip dalam pemberdayaanmasyarakat adalah menghargai pengetahunlokal (valuing local knowledge), artinya pe-ngetahuan dan keahlian lokal menjadi palingbernilai dalam memberikan informasi tentangpemberdayaan masyarakat, serta penge-tahuan dan keahlian lokal perlu diidentifikasidan diakui, bukan ditempatkan lebih rendahdari pengetahuan dari luar. Ife (2002) me-negaskan bahwa proses pemberdayaan ma-syarakat adalah mengidentifikasi penge-tahuan lokal dan menakar tingkat keahlianlokal.

Page 12: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...
Page 13: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...

135 ENDANG SUTISNA SULAEMAN, RAVIK KARSID, BHISMA MURTI, DRAJAT TRI KARTONO,RIFAI HARTANTO

Sanders (1958 cit. Wass, 1997) berpen-dapat bahwa pemberdayaan masyarakatdapat dilihat sebagai proses, metode, pro-gram, dan gerakan. Pemberdayaan ma-syarakat sebagai proses yaitu serangkaianlangkah-langkah di luar kebiasaan yang di-lakukan dalam membangun pemberdayaanmasyarakat. Langkah-langkah pemberdayaanmasyarakat terdiri dari: menentukan ke-butuhan yang dirasakan, menggunakan ke-pemimpinan lokal, menumbuhkan kemam-puan menolong diri sendiri, dan menindaklanjuti dengan sebuah lembaga/organisasiuntuk meneruskan pencapaian tujuan pem-berdayaan masyarakat. Pemberdayaan ma-syarakat sebagai metode yaitu cara yangdigunakan untuk meningkatkan otonomi dankemampuan masyarakat, melalui keikut-sertaannya dalam proses pengambilan ke-putusan dan pemecahan masalah. Pember-dayaan masyarakat sebagai program yaituprogram-program yang dalam pelaksanaan-nya menggunakan metode dan prosespemberdayaan masyarakat. Sementara itu,pemberdayaan masyarakat sebagai gerakanyaitu landasan kebersamaan dan pember-dayaan dalam pengembangan masyarakatmelalui pendekatan filosofi tertentu yangsejalan dengan pelayanan kesehatan dasar.

Taruna (2010) menyebutkan limafaktor yang menentukan keberhasilanpemberdayaan masyarakat. Salah satunyaadalah transfer pengetahuan dan informasi,selain mekanisme berkeputusan bersama,institusi yang semakin kuat, kepemimpinandan fasilitasi, serta mekanisme pendanaan.Transfer pengetahuan dan informasi artinyamemberi pemahaman melalui penjabarandan penjelasan pengetahuan dan informasikepada masyarakat dengan tanpa menge-sampingkan budaya setempat. Goodman etal., (1998 cit. Rehn et al., 2006) memasukkanfaktor pengetahuan masyarakat dalam pem-berdayaan masyarakat, disamping faktorpartisipasi, kepemimpinan, keterampilan,

sumber daya, nilai-nilai, sejarah, dan jaring-an. Holland et al., (1989 cit. Ife, 2002) ber-argumentasi, masyarakat lokal memilikipengetahuan, kearifan dan keahlian.

Kesadaran juga berhubungan dengankemampuan mengidentifikasi masalah ke-sehatan. Kesadaran memunculkan kepeduli-an. Masyarakat menyadari bahwa sehat itupenting, karena kalau sakit tidak bisa bekerja.Kesadaran muncul dari seringnya diadakansosialisasi program kesehatan oleh petugaskesehatan. Mardikanto (2010) menegaskanbahwa upaya pemeliharaan kesehatan perludilakukan melalui penumbuhan kesadaran,disamping peningkatan pengetahuan danketerampilan. Suhendra (2006) berpendapatbahwa kesadaran (awareness) termasuk dalamaspek pemberdayaan masyarakat.Kesadaran merupakan unsur dalam manusiadalam memahami realitas dan bagaimanacara bertindak atau menyikapi terhadaprealitas. Manusia memiliki ke-sadaran akandirinya sebagai entitas yang tak terpisahkandari komunitas sosialnya. Hal ini menuntutseseorang untuk peduli terhadap orang lain,untuk siap menolong penderitaan orang lain.Peningkatan kesadaran (consciousness raising)menurut Ife et al., (2002) merupakan bagianinti dari pemberdayaan masyarakat danmerupakan salah satu prinsip dalampemberdayaan masyarakat. Masyarakat yangsadar menemukan peluang-peluang danmemanfaatkannya, menemukan sumber-sumber daya yang ada, menjadi semakintajam dalam mengetahui apa yang sedangterjadi baik di dalam maupun di luarmasyarakat nya, serta mampu merumuskankebutuhan-kebutuhan dan aspirasinya.

Demikian pula kepedulian, masya-rakat yang mempunyai kepedulian akanmempunyai kemampuan mengidentififkasimasalah kesehatan lokal. Dengan adanyakepedulian masyarakat terhadap programpelayanan kesehatan dasar, maka tanggungjawab program kesehatan tidak hanya di-

Page 14: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...
Page 15: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI MASALAHKESEHATAN: STUDI PADA PROGRAM DESA SIAGA

136

bebankan kepada pengurus program pe-layanan kesehatan dasar, aparat pemerinta-han desa/kelurahan, dan petugas kesehatan,tetapi juga menjadi tanggung jawabmasyarakat, karena program kesehatan ituuntuk masyarakat. Hal ini sejalan denganhasil penelitian disertasi Pramudho (2009)dengan judul “Pengembangan InstrumenPengukuran Kemitraan Desa Siaga diKabupaten Subang Jawa Barat”. Variabelkemitraan Desa Siaga mengelompok kedalam empat faktor, antara lain faktormanfaat, dengan tujuh variabel, antara lain:meningkatkan kepedulian masyarakat ter-hadap masalah kesehatan. Kepedulian ada-lah emosi manusia yang muncul akibat pen-deritaan orang lain. Lebih kuat daripadaempati, perasaan ini biasanya memunculkanusaha mengurangi penderitaan orang lain(Wikipedia, 2012).

Selanjutnya adanya kebiasaan ma-syarakat berhubungan dengan kemampuanmengidentifikasi masalah kesehatan. Sepertiadanya kebiasaan warga masyarakat me-ngunjungi orang sakit, menjadikan wargamasyarakat mengenal penyakit dan masalahkesehatan yang diderita oleh orang sakittersebut. Kebiasaan atau tradisi (BahasaLatin: traditio, "diteruskan"), dalam pengerti-an yang paling sederhana adalah sesuatuyang telah dilakukan untuk sejak lama danmenjadi bagian dari kehidupan suatukelompok masyarakat. Kebiasaan (folkways)merupakan suatu bentuk perbuatan ber-ulang-ulang dengan bentuk yang sama yangdilakukan secara sadar dan mempunyaitujuan-tujuan jelas dan dianggap baik danbenar (Wikipedia, 2012). Selanjutnya kebiasa-an itu mengkristal menjadi norma sosial yaitukebiasaan umum yang menjadi patokanperilaku dalam suatu masyarakat danbatasan wilayah tertentu.

Adanya informasi kesehatan ber-hubungan dengan kemampuan mengiden-tifikasi masalah kesehatan. Akses informasi

kesehatan berhubungan dengan sosialisasi,media massa elektronik (televisi), korandaerah, radio daerah, dan selebaran, rapatkoordinasi kecamatan, dan surveilans ber-basis masyarakat. Sejalan dengan itu,Rootman et al., (2002) cit. Keleher &MacDougall (2009) berpendapat bahwa aksesinformasi kesehatan meliputi pengetahuantentang kesehatan dan perawatan kesehatan,kemampuan untuk menemukan, memahami,menginterpretasikan, dan mengkomunikasi-kan informasi kesehatan, kemampuan untukmeminta perawatan kesehatan yang tepatdan membuat keputusan kesehatan secarakritis.

Kepemimpinan berhubungan dengankemampuan mengidentifikasi masalah ke-sehatan. Peran kepemimpinan dalam meng-identifikasi masalah kesehatan adalah (1)menggugah kesadaran dan semangat masya-rakat dalam mengidentifkasi masalah ke-sehatan, (2) memberikan arahan, dorongandan bimbingan dalam mengidentifikasi ma-salah kesehatan, (3) menyebarkan informasikesehatan terkait identifikasi masalah ke-sehatan lokal, dengan terjun langsung kesetiap RT, (4) mengatasi hambatan-hambatan,memberikan jalan keluar, serta memfasilitasidan memberi stimulan dana ke setiap dusundalam mengidentifikasi masalah kesehatan,(5) berperan sebagai mediator dan katalisatordalam menjalin kerjasama dengan pihakterkait dalam mengidentifikasi masalah ke-sehatan, serta (6) pelopor dan teladan dalammengidentifikasi masalah kesehatan.

Brecker (1997) menyimpulkan bahwakepemimpinan bidang pemberdayaanmasyarakat pada abad 21 mensyaratkanperlunya memfokuskan pada antisipasiperubahan dan mengelolanya secara efektif,serta menerapkan kewirausahaan. Selanjut-nya Lassey et al., (1976) menegaskan bahwa,untuk meningkatkan kompetensi kepemim-pinan komunitas, harus difokuskan pada hal-hal berikut: (a) pengambilan keputusan di-

Page 16: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...
Page 17: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...

137 ENDANG SUTISNA SULAEMAN, RAVIK KARSID, BHISMA MURTI, DRAJAT TRI KARTONO,RIFAI HARTANTO

lakukan secara partisipatif, (b) melakukanperencanaan perubahan sosial, mencakupmemperluas partisipasi publik, (c) prosesperubahan yang direncanakan harus di-mengerti dan bisa dilaksanakan secara luasoleh masyarakat, serta (d) potensi kemam-puan kepemimpinan diperluas pada popu-lasi melalui kecakapan pengetahuan, ke-terampilan, dan pengalaman kepemimpinan.

Mar’at (1982) berpandangan bahwakepemimpinan adalah salah satu kunci ke-berhasilan pemberdayaan masyarakat. Bilakepemimpinan itu peduli (care), jujur dantulus hati (honest), bertanggungjawab(accountable), amanah (trurteeship), dantanggap (responsible), maka program pem-berdayaan masyarakat bidang kesehatanakan berhasil. Hasil penelitian Sumardjo(2003) menemukan fakta bahwa kepemim-pinan lokal yang efektif mengembangkankelompok masyarakat setidaknya apabilamemiliki empat prasyarat yaitu terpercaya,kompeten, komunikatif, dan memilikikomitmen kerjasama yang tinggi dalampengembangan kelompok untuk memenuhikebutuhan dan kepentingan anggotanyasecara berkeadilan. Selanjutnya Sumardjo(2003) berpendapat bahwa figur pemimpinyang efektif adalah apabila mempunyaiprasyarat berikut yaitu (a) memiliki pemaha-man yang baik tentang potensi, kebutuhandan minat masyarakat, (b) memiliki keber-pihakan pada masyarakat dan berorientasipada keadilan, (c) memiliki energi yangcukup untuk mewujudkan upaya pemenuh-an kebutuhan masyarakat.

Sementara itu ciri kepemimpinanyang efektif menurut Kartono (2005) adalah(a) memiliki kejujuran, berhasil meraihkepercayaan masyarakat, (b) memiliki kete-ladanan yang nyata, (c) menerapkan gayakepemimpinan sesuai situasi masyarakat, (d)memiliki visi tentang kondisi lingkungansosialnya, yang sangat diyakininya dandidukung dengan karakter perilaku nyata

yang bermanfaat bagi pemenuhan kebutuh-an masyarakat, dan (e) memiliki kemampu-an berkomunikasi secara efektif denganmasyarakat dan lingkungan sosialnya.

Berdasarkan studi kasus terungkapbahwa modal sosial meliputi dimensikognitif, relasional, dan struktural. Dimensikognitif meliputi kepercayaan, norma sosialtimbal balik, dan merasa memiliki satu samalain. Adanya kepercayaan antar anggotakeluarga, tetangga, teman kerja, dan wargamasyarakat, serta kepercayaan warga ter-hadap petugas kesehatan dan saranapelayanan kesehatan dasar yang ada di desaberdampak pada pemanfaatan pelayanankesehatan dasar.

Dimensi relasional modal sosial ber-ada dalam kehidupan sehari-hari masyara-kat, seperti saling berkunjung, simpati dansaling berhubungan antara individu, ke-luarga, tetangga, dan kelompok sehinggaterakumulasi menjadi modal sosial yangdapat memenuhi kebutuhan sosial danberpotensi untuk meningkatkan kemampu-an mengidentifikasi masalah kesehatan.Budaya tolong menolong terlihat sangat kuatseperti tampak pada upaya meringankantetangga dan warga yang kurang mampuketika menderita sakit. Landasan norma ataunilai sosial yang utama adalah ajaran AgamaIslam dan budaya. Adanya kekerabatan, ke-dekatan, dan saling mengenal antar wargamasyarakat berhubungan dengan kemampu-an mengidentifikasi ma salah kesehatan.Teman dekat dan tetangga sering memberi-tahukan masalah kesehatan atau penyakityang diderita teman dekatnya atau tetangga-nya.

Dimensi struktural yaitu adanya per-sekutuan dan perkumpulan dalam masyara-kat, meliputi (1) kepengurusan program DesaSiaga, secara formal sudah dibentuk, ter-masuk uraian tugas pokok dan fungsi, (2)organisasi PKK (Pemberdayaan dan Kesejah-teraan Keluarga) sebagai organisasi semi-

Page 18: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...
Page 19: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI MASALAHKESEHATAN: STUDI PADA PROGRAM DESA SIAGA

138

formal yang bertujuan mengaktifkan peranperempuan dalam proses pemberdayaankeluarga. Keberadaan PKK sebagai jejaringmasyarakat telah berperan dalam meng-identifikasi masalah kesehatan. PKK memilikistruktur berjenjang mulai tingkat RT, tingkatRW/Lingkungan, dan desa/kelurahan, (3)paguyuban Rukun Tetangga-Rukun Warga,dibentuk untuk melakukan komunikasiantara warga, dengan mengadakan pertemu-an rutin untuk mengidentifikasi masalahkemasyarakatan, termasuk masalah kesehat-an. Setiap keputusan termasuk kesehatandiambil melalui musyawarah mufakat, (4)Lembaga Swadaya Masyarakat, melakukanpenggalangan sumber daya masyarakat.Dana yang terkumpul digunakan untukkegiatan pemberdayaan masyarakat bidangkesehatan.

Menurut Hawe & Shiell (2000) modalsosial berhubungan dengan kemampuanmengidentifikasi masalah kesehatan, antaralain: adanya pertukaran informasi (exchangeinformation), yaitu tetangga kadang-kadangmemberikan saran satu sama lain, mem-berikan tip (nasihat) atau informasi lain yanglebih berharga untuk mendapatkan pelayan-an kesehatan. Kawachi et al., (1997) menegas-kan bahwa modal sosial dapat mempenga-ruhi kesehatan seperti halnya determinansosial dan lingkungan. Penelitian Hawe &Shiell (2000) dan Yuasa et al., (2007) mem-buktikan bahwa adanya modal sosial melaluijaringan sosial dan komunitas berdampakpada kualitas perlindungan kesehatan.Kawachi et al. (1997) cit. Sampson & Morenoff(2000) melaporkan bahwa tingkat ketidakper-cayaan menunjukkan hubungan yang kuatdengan angka kematian sesuai umur (r =0,79, p < 0,001). Tingkat keper-cayaan yangrendah berhubungan dengan angka tertinggidari sebagian terbesar penyebab kematianutama, termasuk penyakit jantung koronerdan stroke.

Manfaat SMD terungkap dalam studikasus sebagai berikut yaitu (1) masyarakatdapat menyampaikan masalah kesehatan, (2)masyarakat dapat mengenal masalah kesehat-an dan mempunyai keberanian untuk me-nyampaikan masalah kesehatan, (3) dapatmengidentifikasi masalah kesehatan di setiapdusun, (4) masyarakat menjadi mengetahuiharus berbuat apa, (5) masyarakat mampumengidentifikasi kebutuhan kesehatan.Pelaksanaan SMD bisa diintegrasikan denganMusyawarah Perencanaan Pembangunan(Musrenbang) yang dilaksanakan setiaptahun secara berjenjang dari tingkat dusun,desa/kelurahan sampai ke tingkatkabupaten. Dalam Masyarakat PerencanaanPembangunan (Musrenbang) juga dilakukanidentifikasi masalah. Terdapat dua modelSMD yaitu model kuesioner dan modelsimulasi dan pada umumnya masyarakatmemilih menggunakan model simulasi.

SMD sebagai metode yang diguna-kan untuk evaluasi internal dan mawas diriadalah cara yang tampak sederhana namunbermanfaat untuk mengikutsertakan wargamasyarakat dan menangkap ide-ide yangberbeda dalam kelompok masyarakat.Menurut Stanfield (2002) cit. Kasmel &Andersen (2011) metode membangun kon-sensus seperti SMD meningkatkan kepeduli-an, tekad warga masyarakat untuk melaku-kan transformasi, memungkinkan wargauntuk menghormati dan memahami sudutpandang dan pengalaman setiap wargamasyarakat. Selain itu, metode SMD sebagailokakarya konsensus sangat transparan, me-layani, melindungi kepentingan dan meng-ungkap keprihatinan warga ma-syarakat.Inklusifitas SMD memungkinkan wargamasyarakat dan kelompok untuk memilikitingkat kesadaran yang tinggi dalamkaitannya dengan keputusan yang diambildalam mengidentifikasi masalah kesehatan.

Page 20: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...
Page 21: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...

139 ENDANG SUTISNA SULAEMAN, RAVIK KARSID, BHISMA MURTI, DRAJAT TRI KARTONO,RIFAI HARTANTO

Terungkap melalui studi kasus ada-nya peranan petugas kesehatan, mulai darikepala dinas kesehatan kabupaten/kota,kepala Puskesmas dan staf Puskesmas sertabidan Poskesdes dalam kemampuan meng-identifikasi masalah kesehatan. Adapunperan petugas kesehatan dalam meningkat-kan kemampuan mengidentifikasi masalahkesehatan adalah melakukan pendekatankepada pemangku kepentingan dan masya-rakat agar mereka menjadi sadar akanpermasalahan yang dihadapi di desanya,serta bangkit niat dan tekad untuk mencarisolusinya. Disamping itu juga memantau danmembina pelaksanaan SMD sebagai wahanauntuk mengidentifikasi masalah kesehatan,serta melakukan pendampingan yang ber-peran sebagai fasilitator.

Sementara itu peran fasilitator me-nurut sebagian besar informan diakui sangatmenentukan dalam proses pemberdayaanmasyarakat. Peran fasilitator adalah men-ciptakan suasana dialogis dengan masyarakatuntuk menumbuhkembangkan, menggerak-kan, serta memelihara partisipasi masyarakat.Hal tersebut sejalan dengan pendapat Rogers(1995) yang menyatakan bahwa kunci ke-berhasilan fasilitator adalah: (a) kemauan dankemampuan untuk menjalin hubungansecara langsung maupun tidak langsungdengan penerima manfaat, (b) kemauan dankemampuan fasilitator untuk menjadi per-antara antara sumber-sumber inovasi (lemba-ga keilmuan, penelitian) dengan pemerintah,lembaga pengembangan pembangunan danmasyarakat, serta (c) kemauan dan kemam-puan fasilitator untuk menyesuaikan kegiat-an yang dilakukan dengan kebutuhan yangdirasakan masyarakat.

Menurut Lippit et al., (1958) dalamMardikanto (2009) peran fasilitator adalahuntuk mempengaruhi proses pengambilankeputusan yang dilakukan oleh masyarakatuntuk mengadopsi inovasi. SelanjutnyaMardikanto (2009) berpendapat bahwa peran

fasilitator dalam proses pemberdayaanmasyarakat adalah untuk meningkatkankapasitas individu, entitas, dan jejaring,terhimpun dalam satu kata “edfikasi”, me-rupakan akronim edukasi, diseminasi infor-masi/inovasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi,pemantauan, dan evaluasi. Disamping itupula, perlu menerapkan prinsip “berbagipengetahuan”, fasilitator membawa penge-tahuan dan kearifan tertentu.

Hasanuddin (2010) memaparkan per-anan fasilitator sebagai (1) katalis yaitu men-dorong timbulnya perasaan tidak puas dimasyarakat mengenai hasil pembangun-an(kesehatan) yang sudah ada; (2) penemusolusi yaitu memberikan kejelasan gagasanpembangunan yang diajukan kepada sasa-ran perubahan; (3) pendamping yaitu men-dampingi proses penentuan solusi per-masalahan sebagai aplikasi inovasi pem-bangunan; (4) perantara yaitu mempersatu-kan antara dua kepentingan (pembuat ke-bijakan dan sasaran pembangunan) denganmembuat keputusan terbaik; (5) motivatoryaitu memberikan dorongan; dan (5) mem-fasilitasi proses pemberdayaan masyarakat.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data danpembahasan dapat disimpulkan sebagaiberikut: (1) Faktor-faktor yang berhubungandengan pemberdayaan masyarakat dalamkemampuan mengidentifikasi masalah ke-sehatan adalah meliputi tingkat pendidikan,pengetahuan, kesadaran, kepedulian, ke-biasaan, kepemimpinan, modal sosial, SMD,akses informasi kesehatan, peran petugaskesehatan, dan peran fasilitator kesehatan; (2)Model pemberdayaan masyarakat dalamkemampuan mengidentifikasi masalah ke-sehatan terdiri dari unsur-unsur masukan,proses, dan keluaran. Unsur masukan terdiridari faktor internal dan faktor eksternalkomunitas. Faktor internal meliputi tingkat

Page 22: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...
Page 23: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI MASALAHKESEHATAN: STUDI PADA PROGRAM DESA SIAGA

140

pendidikan, pengetahuan, kesadaran, ke-pedulian, kebiasaan, kepemimpinan, modalsosial, serta SMD, sedangkan faktor ekternalmeliputi akses informasi kesehatan, peranpetugas kesehatan, dan peran fasilitator.Proses pemberdayaan masyarakat meliputiproses pendayagunaan dan pemanfaatansumber daya di dalam masyarakat sertaproses fasilitasi dan dukungan sumber dayadari luar masyarakat. Keluaran pemberdaya-an masyarakat berupa keberdayaan masyara-kat dalam kemampuan mengidentifikasimasalah kesehatan.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, makadisarankan Pertama, untuk program pelaya-nan kesehatan dasar yaitu (a) Pengem-bangan program pelayanan kesehatan dasarseyogyanya dilakukan dengan pendekatansistem meliputi unsur-unsur masukan,proses, dan keluaran; (b) Perlu mengubahparadigma pengelolaan program pelayanankesehatan dasar dari “pendekatan top-downmenjadi pendekatan bottom up”.

Kedua, untuk Kementerian Kesehatanyaitu (a) Upaya pemberdayaan masyarakatseyogyanya menjadi bagian integral daripembangunan daerah dan dilaksanakansecara terpadu oleh pemerintahan desa dankelurahan; (b) Kebijakan yang terkait denganpemberdayaan masyarakat perlu diintegrasi-kan dan dikoordinasikan dengan kementeri-an terkait di tingkat pusat dalam kerangkamengembangkan dan memperkuat otonomidaerah dan memperkuat kapasitas peme-rintahan desa/kelurahan; (c) Perlunya me-lakukan sosialisasi dari setiap kebijakan barukepada instansi tingkat pusat yang terkaitdan pemerintah daerah; (c) Perlunya mem-perkuat fungsi puskesmas sebagai pusatpemberdayaan masyarakat dengan memper-jelas fungsi pembinaan puskesmas yang ter-cantum dalam struktur organisasi Kemenkes.

Ketiga, untuk Pemerintah Daerahyaitu (a) Pemerintah daerah kabupaten/kotaperlu memberikan dukungan kebijakan,sarana dan dana untuk pengembanganprogram pelayanan kesehatan dasar; (b)Perlu adanya upaya memperkuat perananpemerintah daerah dan jajarannya hinggakepala desa/lurah, ketua RW dan RT dalampengembangan program pelayanan keseha-tan dasar; (c) Perlunya menerbitkan Per-aturan Daerah (Perda) tentang programpelayanan kesehatan dasar.

Keempat, untuk Dinas KesehatanKabupaten/Kota yaitu (a) Perlunya me-ningkatkan kemampuan manajerial programpelayanan kesehatan dasar, serta mereorgani-sasi dan merevitalisasi Tim Pembina programpelayanan kesehatan dasar; (b) Perlunyamerekrut dan melatih fasilitator programkesehatan, serta melakukan pelatihanprogram pelayanan kesehatan dasar bagipetugas puskesmas dan kader; (c) Perlunyamenyediakan anggaran dan sumber dayabagi pengembangan dan pelestarian programpelayanan kesehatan dasar; (d) Perlunyamenyusun SOP pelayanan kesehatan dasar;dan (e) Perlunya melakukan pembinaanfungsi puskesmas sebagai pusat pemberdaya-an masyarakat.

Kelima, untuk Puskesmas yaitu (a)Perlunya memperkuat fungsi puskesmassebagai pusat pemberdayaan masyarakatbidang kesehatan, dan mengarusutamakanprogram pemberdayaan masyarakat bidangkesehatan pada upaya kesehatan wajibpuskesmas; (b) Perlunya menumbuh-kembangkan komitmen dan kerjasama tim ditingkat Puskesmas, kecamatan dan desadalam program pelayanan kesehatan dasar;(c) Perlunya melakukan penyegaran programpelayanan kesehatan dasar kepada petugasPuskesmas dan Forum Fasilitator Desa/Kelurahan; (d) Perlunya menyusun rencanaprogram pelayanan kesehatan dasar secaralintas program dan lintas sektor; (e) Perlunya

Page 24: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...
Page 25: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...

141 ENDANG SUTISNA SULAEMAN, RAVIK KARSID, BHISMA MURTI, DRAJAT TRI KARTONO,RIFAI HARTANTO

meningkatkan kemampuan manajerial pro-gram pelayanan kesehatan dasar, serta mere-organisasi dan merevitalisasi Tim Pembinaprogram pelayanan kesehatan dasar kecamat-an dan Puskesmas; (f) Perlunya melakukanpemantauan, penilaian dan pembimbinganprogram pelayanan kesehatan dasar secarateratur dan lestari serta diumpan balikkan;dan (g) Perlunya mengintensifkan sosialisasiprogram pelayanan kesehatan dasar kepadamasyarakat.

Keenam, untuk pemerintahan desa/kelurahan yaitu (a) Perlunya memperkuatkeberadaan dan fungsi pelayanan kesehatandasar di kantor desa/kelurahan, denganmenjadikan pelayanan kesehatan dasarsebagai UKBM dan bukan perpanjanganPuskesmas, serta menerbitkan PeraturanDesa (Perdes) tentang program pelayanankesehatan dasar; (b) Perlunya mengalokasi-kan belanja desa dari Anggaran Dana Desa(ADD) untuk mendanai kegiatan danprogram pelayanan kesehatan dasar; (c)Perlunya mengkoordinasikan pendaya-gunaan dan pemanfaatan sumber daya didalam masyarakat dan dari luar masyarakatuntuk pengembangan program pelayanankesehatan dasar; (d) Perlunya mengkoor-dinasikan gerakan masyarakat untuk ber-partisipasi dalam pengembangan programpelayanan kesehatan dasar.

Ketujuh, untuk peneliti lain (a) Me-lakukan penelitian tentang metode bagai-mana menumbuhkan kemampuan meng-identifikasi masalah kesehatan; (b) Melaku-kan penelitian untuk mengkaji pember-dayaan masyarakat bidang kesehatan padalingkup yang lebih spesifik seperti keluargadan perorangan serta untuk program ke-sehatan tertentu; (c) Melakukan penelitiantentang pemberdayaan masyarakat bidangkesehatan dengan mengukur unsur-unsurmasukan, proses, dan keluaran dalamkerangka pendekatan sistem.

Ucapan terimakasihKami mengucapkan terima kasih

kepada Ketua Lembaga Penelitian danPengabdian Kepada Masyarakat sertaDirektur Pascasarjana Universitas SebelasMaret yang telah mendanai penelitian HibahPascasarjana serta kepada dr. Cucuk HeruKusumo, M. Kes, Kepala Dinas KesehatanKabupaten Karanganyar Provinsi JawaTengah yang telah memberikan kesempatansehingga penelitian ini dapat terlaksana.

KEPUSTAKAAN

Alsa A 2007. Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif SertaKombinasinya Dalam Penelitin Psikologi SatuUraian Singkat dan Contoh Berbagai TipePenelitian. Cetakan III. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Brannen Y 2005. Memadu Metode Penelitian Kualitatifdan Kuantitatif. Cetakan VI. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Brecker DJ 1997. Managing Health Promotion ProgramsLeadership Skills for the 21 st Century. United Stateof America: Aspen Publishers

Collins T 2003. Models of Health: pervasive, persuasiveand politically charged, pp.62-68 dalam Sidell M,Jones L, Katz J, Paberdy A and Douglas J (Eds.).Debate and Dilemmas in Promoting. Second Edition.Palgrave MacMillan. New York

Departemen Kesehatan RI 2009. Sistem KesehatanNasional. Jakarta.

____________________ 2002. Paradigma Sehat MenujuIndonesia Sehat, Jakarta.

____________________ 2007. Pedoman NasionalPenanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2 Cetakanpertama. Jakarta.

Fraenkel JR and Wallen NE 1993. How To Design AndEvaluate Research in Education. Second Edition.New York. McGraw-Hill Inc.

Gallaway JH and Bernasek A 2004. Literacy andwomen's empowerment in Indonesia: implicationsfor policy. Journal of Economic Issues/June. Diunduh7 Agustus 2010.

Geno RP 2009. Faktor Sukses Menuju Desa Siaga.Diunduh 3 Maret 2010.

Hawe P and Shiell A 2000. Social Capital and HealthPromotion, pp. 40-47. Dalam Sidell, M, Jones, L,Katz, J, Peberdy, A and Douglas, J, (Eds.) Debates andDilemmas in Promoting Health. Second Edition. TheOpen University. Palgrave Mac Millan.

Page 26: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...
Page 27: Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan ...

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI MASALAHKESEHATAN: STUDI PADA PROGRAM DESA SIAGA

142

Hasanuddin TB 2010. Dasar-dasar PenyuluhanPembanguan. Parcasarjana Universitas SebelasMaret.

House JS and Williams DR 2002. Understanding andReducing Socioeconomic and Racial/EthnicDisparities in Health. Pp 81-116. dalam Syme, S.Land L.G. Reeder (Eds.) Promoting Health InterventionStrategies From Social and Behvioral Research. ThirdPrinting. National Academy Press. Washington, DCUnited State of America.

Ife J 2002. Community Development: Community-Based Alternatives in on Age of Globalisation.Australia : Pearson Education Australia.

Kasmel A and Andersen PT 2011. Measurement ofCommunity Empowerment in Three CommunityPrograms in Rapla (Estonia). International Journal ofEnvironmental Research and Public Health 8, 799-817.Diunduh 7 Agustus 2010.

Kartono K 2005. Pemimpin dan Kepemimpinan,Apakah Kepemimpinan Abnormal itu?. CetakanKetigabelas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kawachi I, Kennedy BP, Lochner K et al 1997. SocialCapital, Income Inequality and Mortality. AmericanJournal of Public Health; 87:1491-98. Diunduh 7Agustus 2010.

Keleher H dan MacDougall C 2009. UnderstandingHealth A Determinants Approach. 2nd Edition.Australia dan New Zealand: Oxford UniversityPress.

Lassey WR dan Fernandez RR 1976. Leadership andCommunity Development. Pp. 346-347. dalamLeadership and Social Change. California. UniversityAssociate, Inc.

Mar’at 1982. Pemimpin dan Kepemimpinan. CetakanPertama. Jakarta. Ghalia Indonesia

Mardikanto T 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian.Cetakan Pertama. Surakarta: UNS Press.

___________ 2010. Model-Model PemberdayaanMasyarakat. Cetakan I. Surakarta: KerjasamaFakultas Pertanian UNS dengan UPT Penerbitandan Percetakan UNS (UNS Press).

Natbeam D, Haglund B, Farley P et al 1991. Youth HealthPromotion. London: Forbes Publication Lts.

Nelwan I 1998. Kerangka Pikir Untuk UpayaMempercepat Penurunan Angka Kematian Ibu diJawa Barat. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

Padgett DK 2012. Qualitative and Mixed Methods inPublic Health. London: Sage Publication AsiaPacific Pte. Ltd.

Pemerintah RI dan UNICEF 1999. Panduan UmumPemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan Ibudan Anak. Jakarta.

Pramudho PAK 2009. Pengembangan InstrumenPengukuran Kemitraan Desa Siaga di KabupatenSubang Jawa Barat. Jakarta: Program Studi IlmuKesehatan Masyarakat Fakultas KesehatanMasyarakat. Universitas Indonesia. Depok.

Rehn NS, Øvretveit J, Laamanen R et al 2006.Determinants of health promotion action:comparative analysis of local voluntary associationsin four municipalities in Finland. Health PromotionInternational, Vol. 21 No. 4. Diunduh 6 Nopember2011.

Rogers EM 1999. Diffusion of Innovations. ThirdEdition. The Free Press. London: Collier MacmillanPublishers.

Sampson RJ dan Morenoff JD 2000. Public Health andSafety in Context: Lesson from Community-LevelTheory on Social Capital. Pp 366-385. dalam Syme,S.L and L.G. Reeder (eds.) Promoting HealthIntervention Strategies From Social and BehvioralResearch. Third Printing. Washington, DC UnitedState of America: National Academy Press.

Sutopo HS 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasarteori dan terapannya dalam penelitian. Surakarta:UNS Press.

Suhendra K 2006. Peranan Birokrasi dalamPemberdayaan Masyarakat. Cetakan kesatu.Bandung: Alfabeta.

Sumardjo 2003. Kepemimpinan dan PengembanganKelembagaan Pedesaan: Kasus KelembagaanKetahanan Pangan hal 151-169 dalam Yustina, I danSudradjat, A (Eds). Membentuk Pola Perilaku ManusiaPembangunan. Bogor: IPB Press.

Taruna T 2010. Designs of Community DevelopmentPlanning. Surakarta: Parcasarjana UniversitasSebelas Maret.

Wass A 1997. Promoting Health The Primary HealthCare Approach. Sydney: Harcourt Brace &Company.

Wikipedia www.id.. wikipedia. org. Diunduh 5Desember 2012.

WHO 1986. The Ottawa Charter for Health Promotion.World Health Organization. Genewa.

_____ 2008. Primary Health Care Now More Than Ever.The World Health Report .

Yin RK 2003. Case Study Research: Design andMethods. Third Edition. London: Sage Publication.

Yuasa M, De Sa RF, Pincovsky S et al 2007. EmergenceModel of Social and Human Capital and ItsApplication to the Healthy Municipalities Project inNortheast Brazil. Health Promotion International. Vol.22 No. 4. Diunduh Agustus 2011.