Model Kurikulum Ralp w. Tyler

24
PENGEMBANGAN KURIKULUM MODEL TYLER MAKALAH Untuk memenuhi tugas matakuliah Pengembangan Kurikulum Pendidikan Kimia yang dibina oleh Drs. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed., Ph.D Oleh: KELOMPOK 3 Subaeri (140331808598) Safi’ Isrofiyah (140331808597) Hanie Vidya Ch. (140331808584) Dyah Wijayanti (140331808571) Tri Yunita Maharani (140331808560)

description

kajian model pengembangan kurikulum

Transcript of Model Kurikulum Ralp w. Tyler

Page 1: Model Kurikulum Ralp w. Tyler

PENGEMBANGAN KURIKULUM MODEL TYLER

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas matakuliah

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Kimia

yang dibina oleh Drs. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed., Ph.D

Oleh:

KELOMPOK 3

Subaeri (140331808598)

Safi’ Isrofiyah (140331808597)

Hanie Vidya Ch. (140331808584)

Dyah Wijayanti (140331808571)

Tri Yunita Maharani (140331808560)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JUNI 2015

Page 2: Model Kurikulum Ralp w. Tyler

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting di Indonesia. Hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang menyatakan bahwa negara berkewajiban untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Atas dasar inilah maka perlu dirumuskan tujuan pendidikan nasional. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 dinyatakan dengan jelas tujuan pendidikan nasional bersumber dari sistem nilai pancasila berfungsi mengembangkan kemampuan dan bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan jangka panjang yang menjadi dasar dari segala tujuan pendidikan nasional baik pendidikan formal, informal maupun pendidikan nonformal.

Tujuan pendidikan nasional dapat dicapai dengan adanya kurikulum yang baik yaitu kurikulum yang dapat memenuhi harapan stakeholders pendidikan yang meliputi siswa, pihak sekolah, orang tua, masyarakat pengguna lulusan, dan pemerintah. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengembangan kurikulum antara lain berorientasi pada tujuan, relevan, efektif dan efisien, kontinyu dan fleksibel serta terintegrasi. Berkaitan dengan hal tersebut maka kurikulum yang dikembangkan haruslah dinamis dan terus berkembang agar dapat disesuaikan dengan berbagai perkembangan yang terjadi pada masyarakat.

Banyak tokoh yang telah mengembangkan model-model kurikulum diantaranya Taba, Tyler, Oliva, Saylor, dan beberapa model pengembangan kurikulum lainnya. Model kurikulum yang dikembangkan oleh Tyler yang dikenal sebagai “The Tyler Rationale” mengundang banyak perhatian para pengembang kurikulum di dunia karena tersusun secara rasional, sistematis dan berfokus dalam perencanaan tujuan yang matang.

Page 3: Model Kurikulum Ralp w. Tyler

Oleh karena itu, penulis akan membahas pengembangan kurikulum Model Tyler agar dapat diketahui kekurangan, kelebihan dan tahapan pengembangan kurikulumnya sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam pengembangan kurikulum.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Apakah pengertian kurikulum menurut Tyler?

2. Bagaimana langkah pengembangan kurikulum menurut Tyler?

3. Apakah kelebihan dan kelemahan model pengembangan kurikulum Tyler?

C. TUJUAN

Adapun tujuan pembuatan makalah ini berdasarkan rumusan masalah

diatas adalah:

1. Mengetahui pengertian kurikulum menurut Tyler.

2. Mengetahui langkah pengembangan kurikulum menurut Tyler

3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan model pengembangan kurikulum

Tyler

Page 4: Model Kurikulum Ralp w. Tyler

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KURIKULUM MENURUT RALPH W. TYLER

Menurut Ralph W. Tyler, kurikulum adalah seluruh pengalaman

belajar yang direncanakan dan diarahkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan

pendidikannya. Menurut Tyler (1970) ada empat hal yang dianggap mendasar

untuk mengembangkan suatu kurikulum. Pertama berhubungan dengan

penentuan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, kedua berhubungan dengan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan, ketiga berhubungan dengan

pengorganisasian pengalaman belajar; dan keempat berhubungan dengan

pengembangan evaluasi.

B. LANGKAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MENURUT RALPH

W. TYLER

Langkah pertama yang dilakukan dalam pengembangan kurikulum

menurut Tyler adalah merumuskan tujuan sebab tujuan merupakan arah atau

sasaran pendidikan. Merumuskan tujuan kurikulum sangat tergantung dari

filsafat dan teori pendidikan serta model kurikulum yang dianut. Bagi

pengembang kurikulum yang lebih berorientasi kepada disiplin ilmu (subjek

akademis), maka penguasaan berbagai konsep dan teori sebagaimana

tergambar dalam disiplin ilmu tersebut merupakan sumber utama tujuan

kurikulum.

Menurut dia, pengalaman belajar bukanlah isi atau materi pelajaran

dan bukan pula aktivitas guru memberikan pelajaran. Akan tetapi yang harus

dipertanyakan dalam pengalaman belajar ini adalah “apa yang akan atau telah

dikerjakan siswa” bukan “ apa yang akan atau telah diperbuat guru”.

Ada beberapa prinsip dalam menentukan belajar siswa, antara lain:

a) Pengalaman belajar harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,

b) Setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa,

Page 5: Model Kurikulum Ralp w. Tyler

c) Setiap rancangan pengalaman belajar sebaiknya melibatkan siswa,

d) Memungkinkan dalam satu pengalaman belajar dapat mencapai

tujuan yang berbeda.

Tyler mengatakan bahwa proses pengembangan kurikulum perlu

dilakukan secara rasional dan sistematis.Tujuan ini dibagi menjadi dua, yaitu

tujuan umum dan tujuan khusus.Tyler merekomendasikan bahwa perencana

kurikulum perlu mengidentifikasi tujuan umum dari pengembangan kurikulum itu

sendiri dengan mengumpulkan data yang berasal dari tiga sumber, yaitu :

kebutuhan peserta didik, keadaan di luar sekolah dan ilmu itu sendiri.

a) Kebutuhan peserta didik

Kebutuhan siswa ini didasarkan pada seperti apa profil siswa yang

diharapkan setelah pendidikan ditempuh. Misalnya, profil siswa yang diinginkan

adalah menjadi wirausahawan. Maka, materi yang dibutuhkan siswa diantaranya

adalah akuntansi, pembukuan, administrasi, ekonomi, dan manajemen. Berbeda

dengan sekolah yang menginginkan profil siswanya menjadi pekerja seni, maka

materi yang dibutuhkan siswa untuk mencapai profil tersebut adalah seni tari, seni

drama, seni musik, dan seni rupa.

b) Keadaan di luar sekolah

Tyler menyarankan agar perencana kurikulum mengklasifikasikan tingkat

hidup yang didasarkan pada kesehatan, keluarga, rekreasi, pekerjaan, agama,

tingkat konsumsi. Setelah mengetahui keadaan di luar sekolah, perencana

kurikulum dapat mengetahui pola hidup suatu masyarakat terutama para siswa

sehingga dapat dirumuskan tujuan pembentukan kurikulum yang sesuai dengan

keadaan atau kebutuhan masyarakat. Sehingga diharapkan, produk kurikulum

yang dihasilkan tidak bertentangan dengan budaya yang ada dimasyarakat.

Sebagai contoh, di daerah agraris, maka dibutuhkan materi terkait pertanian di

sekolah.Sehingga siswa mendapatkan bekal agar dapat berkontribusi di

masyarakat.Tidak cocok jika materi kelautan diberikan pada kurikulum tersebut.

Page 6: Model Kurikulum Ralp w. Tyler

c) Ilmu dan Perkembangan Teknologi

Sumber yang ketiga, perencana kurikulum melakukan pengkajian terhadap

ilmu yang digunakan sebagai pokok persoalan. Pada sumber ini perencana

hendaknya mampu memilah poin – poin / materi ajar sesuai dengan disiplin ilmu

yang dibutuhkan. Pengelompokan ilmu sesuai dengan tingkat kapasitas peserta

didik. Hal ini dapat dilakukan dengan berkonsultasi dengan pakar ilmu sesuai

dengan bidangnya. Sehingga dapat diperoleh materi pendidikan yang sesuai

dengan kebutuhan siswa.Selain itu, materi yang diajarkan harus sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar pengetahuan siswa menjadi

lebih luas.

Pengemabangan kurikulum pada metode Rapl W. Tylor, tujuan umum dan

khusus haruslah jelas, agar didapatkan hasil seperti pada tujuan yang diharapkan.

Tujuan khusus bisa terwujud apabila tujuan umum tepat memenuhi target yang

ditunjang keberadaan filosofi pendidikan dan sosial yang dianut serta psikologi

belajar yang diterapkan. Adapun penjelasan mengenai landasan filosofis dan

psikologis adalah sebagai berikut:

Landasan Filosofis

Pengertian umum filsafat adalah cara berfikir secara radikal, menyeluruh

dan mendalam (Socrates) atau cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam –

dalamnya. Sedangkan yang dimaksud dengan landasan filosofis itu dalam

pengembangan kurikulum ialah asumsi – asumsi atau rumusan yang didapatkan

dari hasil berfikir secara mendalam, analitis, logis, dan sistematis (filosofis) dalam

merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum.

Penggunaan filsafat tersebut baik dalam pengembangan kurikulum dalam bentuk

program (tertulis), maupun kurikulum dalam bentuk pelaksanaan (operasional) di

sekolah.

Pada dasarnya pandangan hidup manusia mencakup tiga permasalahan,

yaitu logika, etika dan estetika. Oleh karena itu ketiga pandangan tersebut

dibutuhkan dalam pendidikan terutama dalam mengembangkan kurikulum

khusunya untuk menentukan arah dan tujuan pendidikan, isi atau materi

Page 7: Model Kurikulum Ralp w. Tyler

pendidikan, metodologi atau proses pendidkan, dan sistem evaluasi untuk

mengetahui tingkat pencapaian pendidikan.

Filasafat pendidikan akan menentukan arah ke mana peserta didik akan

dibawa, filasafat merupakan perangakat nilai – nilai yang melandasi dan

membimbing ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, filasafat

yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu termasuk yang

dianut oleh perorangan sekalipun akan sangat mempengaruhi terhadap pendidikan

yang ingin direalisasikan.

Mengingat pentingnya landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum

hendaknya perencana kurikulum menetapkan aliran filsafat pendidikan mana

yang hendak dijadikan sebagai acuan. Setelah itu, kemudian mengembangkan

berbagai aspek kurikulum yang mengacu pada butir – butir filsafat pendidikan

yang dianutnya.

Filsafat yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan tujuan

kurikulum hendaknya memiliki empat poin umum demokrasi, yaitu :

a) Penghargaan terhadap kepentingan setiap individu sebagai manusia yang

tidak memandang ras, suku, atau status sosial ekonomi,

b) Kesempatan pada partisipasi yang luas pada semua tahap kegiatan

kelompok sosial dalam masyarakat,

c) Dorongan pada keberagaman daripada bergantung pada satu jenis

kepribadian, dan

d) Kepercayaan pada intelegensi sebagai metode pemecahan masalah penting

daripada bergantung pada otoratis dari kelompok aristokratik.

Landasan filosofis yang dapat digunakan sebagai acuan dalam

mengembangkan kurikulum diantaranya sebagai berikut :

1. Landasan Filosofis Pendidikan Idealisme

Berdasarkan pemikiran filsafat idealisme bahwa tujuan pendidikan harus

dikembangkan pada upaya pembentukan karakter, pembentukan bakat insani

dan kebajikan sosial dengan hakikat kemanusiaanya. Sehingga, tujuan

Page 8: Model Kurikulum Ralp w. Tyler

pendidikan dari mulai tingkat pusat (ideal) sampai pada rumusan tujuan yang

lebih operasional (pembelajaran) harus merefleksikan pembentukan karakter,

pengembangan bakat dan kebajikan sosial sesuai dengan fitrah

kemanusiaannya.

2. Landasan Filosofis Pendidikan Realisme

Landasan realisme boleh dikatakan berkebalikan dengan landsan idealisme,

dimana menurut filsafat realisme memandang bahwa dunia atau realitas

adalah bersifat material, sementara menurut filsafat idealisme memandang

bahwa relitas bersifat mental atau spiritual. Sehingga dalam filsafat realisme

tujuan pendidikan hendaknya dirumuskan untuk melakukan penyesuaian diri

dalam hidup dan melaksanakan tanggung jawab sosial.oleh karena itu jika

kurikulum didasarkan pada filsafat realisme harus dikembangkan secara

komprehensif meliputi pengetahuan yang bersifat sains, sosial, maupun

muatan nilai-nilai. Isi kurikulum lebih efektif diorganisasikan dalam bentuk

mata pelajaran karena memiliki kecenderungan berorientasi pada mata

pelajaran (subject centered).

3. Landasan Filosofis Pendidikan Fragmatisme

Filsafat fragtisme memandang bahwa kenyataan tidaklah mungkin dan tidak

perlu. Kenyataan yang sebenarnya adalah kenyataan fisik, plural dan berubah

(becoming). Manusia menurut fragtisme adalah hasil evolusi biologis,

psikologis dan sosial. Manusia lahir tanpa dibekali oleh kemampuan bahasa,

keyakinan, gagasan dan norma nilai baik dan buruk ditentukan oleh

eksperimental dalam pengalaman hidup.

Implikasi terhadap pengembangan isi atau bahan dalam kurikulum ialah harus

memuat pengalaman-pengalaman yang telah teruji, yang sesuai dengan minat

dan kebutuhan siswa. Fokus pendidikan menurut faham fragtisme dalah

menyongsong kehidupan yang lebih baik pada saat ini maupun di masa yang

akan datang.

Page 9: Model Kurikulum Ralp w. Tyler

4. Landasan Filosofis Pendidikan Pancasila

Tujuan pendidikan Nasional di Indonesia adalah bersumber pada pandangan

dan cara hidup manusia di Indonesia , yakni Pncasila. Hal ini berarti bahwa

pendidikan di Indonesia harus membawa peserta didik agar menjadi manusia

yang berpancasila. Dengan kata lain, landasan dan arah yang ingin

diwujudkan oleh pendidikan di Indonesia adalah yang sesuai dengan

kandungan falsafah Pancasila itu sendiri.

Berdasarkan keempat landasan filosofis pendidikan muncullah aliran filsafat

yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, yaitu perenialism,

esensialism, progresivm, dan rekonstruksionism. Setiap aliran filasafat

pendidikan tersebut memiliki akar filsafat tertentu yang bersumber pada

landasan filosofis pendidikan seperti yang telah dijelaskan di atas.

Perenialism merupakan aliran filsafat pendidikan tertua dan paling

konservatif, memiliki akar realism. Esensialism memiliki akar filsafat idealism

dan realism. Penganut aliran filsafat esensialism menekankan penguasaan

ketrampilan pengetahuan, dan konsep – konsep yang esensial untuk penguasaan

materi pembelajaran. Progresivisme merupakan aliran filsafat yang berseberangan

dengan aliran filsafat perenialisme, dimana progresivisme merupakan aliran

filsafat yang dikembangkan oleh sekelompok pemikir dan politisi yang

berkembang di awal abad 20, yang menghendaki adanya perubahan dalam cara –

cara pembelajaran yang menekankan siswa aktif dalam belajar. Sedangkan

rekonstruksionisme didasarkan atas ide-ide kehidupan masyarakat abad ke 19,

yang berwawasan pada tata kehidupan lebih maju dan modern. Aliran filsafat ini

menghendaki sistem kurikulum dikembangkan atas dasar isu – isu sosial

kemasyarakatan yang membaut pluralisme budaya, kesamaan, dan berwawasan ke

depan.

Keempat filsafat tersebut digunakan sebagai referensi bagi bangsa

Indonesia dalam pengembangan aspek-aspek kurikulum dengan tetap

memposisikan Pancasial sebagai landasan filosofis pendidikan.

Page 10: Model Kurikulum Ralp w. Tyler

Landasan Psikologis

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam

hubungannya dengan lingkungan, sedangkan kurikulum adalah upaya menentukan

program pendidikan untuk merubah perilaku manusia. Oleh sebab itu dalam

mengembangkan kurikulum harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam

menentukan apa dan bagaimana perilaku peserta didik itu harus dikembangkan.

Landasan psikologis pendidikan diartikan sebagai suatu landasan dalam proses

pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada

umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada

tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia

sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan

proses pendidikan. Landasan psikologis dalam mengembangkan kurikulum akan

membahas dan mengidentifikasi landasan psikologis dan implikasinya dalam

mengembangkan kurikulum. Penerapan landasan ini juga dimaksudkan agar

upaya pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dengan hakikat peserta

didik, baik penyesuaian dari segi materi atau bahan yang harus disampaikan,

penyesuaian dari unsur-unsur pendidikan lainnya. Karakteristik perilaku setiap

individu pada berbagai tingkatan perkembangan merupakan kajian dari psikologi

perkembangan, dan oleh karena itu dalam pengembangan kurikulum yang

senantiasa berhubungan dengan program pendidikan untuk kepentingan peserta

didik, maka landasan psikologi mutlak harus dijadikan dasar dalam upaya

pengembangannya.

Pada hakikatnya, setiap individu mengalami perkembangan, yaitu

perubahan-perubahan yang teratur sejak dari pembuahan sampai mati. Perubahan

pada individu dapat terjadi melalui proses kamatangan (maturation), dan melalui

proses belajar (learning). Kedua model perubahan yaitu kematangan dan karena

proses belajar termasuk ke dalam kajian psikologi, yaitu psikologi perkembangan

dan psikologi belajar. Oleh karena itu, sangat naif jika berbicara proses

mengembangkan suatu kurikulum baik pada tatanan kurikulum ideal maupun

kurikulum dalam dimensi operasional (pembelajaran) tidak memakai kajian

Page 11: Model Kurikulum Ralp w. Tyler

psikologis sebagai dasar pijakan atau landasan berpikir (konsep) maupun dalam

prakteknya.

Terdapat dua cabang psikologi yang sangat penting diperhatikan di dalam

pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.

Psikologi belajar memberikan sumbangan terhadap pengembangan kurikulum

terutama berkenaan dengan bagaimana kurikulum itu diberikan kepada siswa dan

bagaimana siswa harus mempelajarinya, berarti berkenaan dengan strategi

pelaksanaan kurikulum.

Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi

kurikulum yang diberikan kepada siswa, baik tingkat kedalaman dan keluasan

materi, tingkat kesulitan dan kelayakannya serta kebermanfaatan materi senantiasa

disesuaikan dengan tarap perkembangan peserta didik.

Penerapan landasan psikologis ini digunakan sebagai tahap lanjutan dari

model pengembangan kurikulum oleh Ralph W. Tyler. Menurut Tyler,

pembelajaran bukan hanya melibatkan pada pembelajaran yang spesifik saja tetapi

juga berhubungan dengan teori-teori pembelajaran sebelumnya yang menunjang

proses pembelajaran yang telah dikenal selama ini, bagaimana proses terjadi dan

pada kondisi yang seperti apa, Tyler menjelaskan bahwa kebermaknaan landasan

psikologis adalah sebagai berikut.

o Sebuah pengetahuan psikologi pembelajaran memungkinkan

ditemukannya perubahan dalam kehidupan manusia yang dapat diharapkan

sebagai hasil dari sebuah proses pembelajaran,

o Sebuah pengetahuan psikologi pembelajaran memungkinkan dibedakan

tujuan yang baik, dan

o Psikologi pembelajaran memberikan beberapa gagasan sepanjang waktu

yang dibutuhkan untuk mendapatkan sebuah tujuan.

Mengorganisasikan pengalaman belajar siswa bisa dalam bentuk unit mata

pelajaran ataupun dalam bentuk program. Ada dua jenis pengorganisasian

pengalaman belajar, yaitu pengorganisasian secara vertical dan secara horizontal.

Page 12: Model Kurikulum Ralp w. Tyler

1. Pengorganisasian secara vertical apabila menghubungkan pengalaman

belajar dalam satu kajian yang sama tetapi tingkat berbeda.

2. Pengorganisasian secara horizontal apabila menghubungkan pengalaman

belajar dalam tingkat/kelas yang sama.

Ada tiga kriteria dalam mengorganisasi pengalaman belajar yaitu:

kesinambungan, urutan isi, dan integrasi. Prinsip pertama artinya pengalaman

belajar yang diberikan harus memiliki kesinambungan dan diperlukan untuk

pengembangan belajar selanjutnya. Prinsip kedua erat kaitannya dengan

kontinuitas, perbedaannya terletak pada tingkat kesulitan dan keluasan bahasan.

Artinya setiap pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa harus

memperhatikan tingkat perkembangan siswa. Prinsip ketiga menghendaki bahwa

suatu pengalaman yang diberikan pada siswa harus memiliki fungsi dan

bermanfaat untuk memperoleh pengalaman belajar pada bidang lain.

Evaluasi memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum.

Tujuan kurikulum yang ingin dicapai oleh satuan pendidikan (sekolah/madrasah)

atau sebaliknya dapat ditentukan dengan evaluasi. Ada dua aspek yang perlu

diperhatikan dalam pengembangan evaluasi. Pertama, evaluasi harus menilai

apakah telah terjadi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan

pendidikan yang telah dirumuskan. Kedua, evaluasi sebaiknya menggunakan lebih

dari satu alat penilaian dalam suatu waktu tertentu. Dengan demikian, penilaian

suatu program tidak mungkin hanya dapat mengandalkan hasil tes siswa setelah

akhir proses pembelajaran. Penilaian mestinya membandingkan antara penilaian

awal sebelum siswa melakukan suatu program dengan setelah siswa melakukan

program tersebut. Dari perbandingan itulah akan Nampak ada atau tidak adanya

perubahan tingkah laku yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Fungsi evaluasi

dalam pengembangan kurikulum yaitu :

1. Fungsi Sumatif, yaitu untuk memperoleh data tentang ketercapaian tujuan

oleh siswa, dengan kata lain bagaimana tingkat pencapaian tujuan atau

tingkat penguasaan isi kurikulum oleh setiap siswa.

Page 13: Model Kurikulum Ralp w. Tyler

2. Fungsi Formatif, yaitu untuk melihat efektifitas proses pembelajaran,

dengan kata lain apakah program yang disusun telah dianggap sempurna

atau perlu perbaikan.

Gambar. Perluasan kurikulum Tyler

Page 14: Model Kurikulum Ralp w. Tyler

C. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MODEL PENGEMBANGAN

KURIKULUM RALPH W. TYLER

Metode kurikulum dari setiap tokoh memberikan kontribusi yang besar

pada setiap pengembangan kurikulum di seluruh dunia, walaupun setiap negara

mempunyai pandangan tersendiri terhadap penerapan metode-metode tersebut.

Metode pengembangan Ralph W. Tyler diterapkan pada konsep kurikulum di

kawasan Amerika serikat.

Kelebihan yang diberikan pada metode Rapl. W. Tylor Rasional ini adalah

sistematis dan berfokus dalam perencanaan tujuan, sehingga disebut juga

rational/objective Model. Tata urutan pengembangan kurikulum dari tujuan,

formulasi sis, aktivitas belajar sampai evaluasi yang sistematis sehingga lebih

efisien diterapkan. Penekanan pada nilai dan peranan tujuan membuat pendidik

dan pengembang kurikulum bisa berfikir serius tentang tugas mereka.

Kelemahan pada model ini tidak ada pengorganisasian isi materi yang jelas

(bukan based content), menyebabkan perbedaan kedalaman pemahaman konsep

materi, keluasan dan topic materi antar sekolah. Adanya pemisahan 3 sumber data

untuk identifikasi tujuan umum pendidikan tanpa adanya interaksi, menjadi

kelemahan dari motode pengembangan ini. Selanjutnya, dapat menimbulkan

proses yang mekanik jika nampak ketiga sumber tersebut terpisah. Latar belakang

pengalaman dan persiapan diri seorang pendidik untuk mengembangkan

pemikirannya secara logis dan sistematis akan kesulitan menggunakan model ini.

Kurang jelasnya hakikat belajar mengajar, karena seringkali pembelajaran justru

di luar tujuan-tujuan yang dirumuskan. Model ini banyak diterapkan di kawasan

Amerika Serikat ditingkat sekolah dasar atau elementary dan SMP (Junior High School)

Page 15: Model Kurikulum Ralp w. Tyler

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pengembangan kurikulum model Tyler terdiri dari empat tahap, yaitu;

merumuskan tujuan, memilih pengalaman belajar, mengorganisasikan

pengalaman belajar dan mengevaluasi pengalaman belajar

2. Kelebihan dari model ini adalah efisisensi dari segi waktu, dan

penggunaan tujuan sebagai acuan, serta langkah-langkah selanjutnya

memiliki daya tarik tersendiri. Sedangkan kekurangannya adalah model

ini akan susah diterapkan pada pendidik yang kurang memiliki latar

belakang yang memadai dan tidak adanya penjelasan hubungan antar

sumber dalam perumusan tujuan

B. SARAN

Untuk memperdalaman pemahaman pengembangan kurikulum yang

baik, disarankan untuk mengkaji pengembangan kurikulum yang dirancang

oleh ahli pengembang kurikulum yang lain dan mencari contoh Negara yang

menerapkan model pengembangan kurikulum ini ( Ralph W. Tyler).

Page 16: Model Kurikulum Ralp w. Tyler

DAFTAR PUSTAKA

Baker, K. Russel. 2003. A Framework for Design and Evaluation of Internet-

Based Distance Learning CoursesPhase One - Framework Justification,

Design and Evaluation. Distance Learning Administration, 6(2). (Online),

Bellack, A. Arno and Herbert M. Kiliebard. 1977. Curriculum and

Evaluation.Berkeley:Mc Cutchan Publishing Corporation.

Chikumbu, Tichafa J. and Rhodreck Makamure. 2000. Curriculum Theory,

Design, and Assessment.Canada: The Commonwealth of Learning.

Ghufron, Anik. 2008. Filsafat Pengembangan Kurikulum. Fondasia: Majalah

Imiah Fondasi Pendidikan, 1(9): 1-10.

Hamalik, Omar.1990. Evaluasi Kurikulum.Bandung:Remaja Rosadakarya

Oliva, F. Peter. 2001. Developing The Curriculum. New York: Harper Collins

Publisher.

Stanley, Angela Fowler. 2009. The Tyler Rationale And TYLER’S 1970’s

revision:An Historical Reconsideration. Georgia: University of Georgia

Sukmadinata, Nana Saodih. 2007. Pengembangan Kurikulum, Teori dan

Praktik.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Mustofa. _ _. Modul Mata Kuliah Kajian Kurikulum dan Buku Teks Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ekonomi Fak. Ilmu Sosial danekonomi. Yogyakarta:

Page 17: Model Kurikulum Ralp w. Tyler

UNY press