METODIK DAN DIDAKTIK GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ...
Transcript of METODIK DAN DIDAKTIK GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ...
1
METODIK DAN DIDAKTIK GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
SMP IT MENTARI ILMU KARAWANG
Dr. H.Tajuddin Nur, M.Pd.I dan Neng Ulya, S.Pd.I
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Metodik Didaktik Guru PAI DI SMP IT MENTARI ILMU KARAWANG.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode belajar yang dipakai pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Dengan melakukan
observasi, kepustakaan dan wawancara pada sumber terkait.
Dari hasil analisa diatas bahwa pelaksanaan metode pelajaran PAI adalah dengan cara dan gaya yang
berbeda. Di SMPIT Mentari Ilmu menggunakan Metode Teori dan Praktik, Tahsin dan Tafhimul
Qur‟an. Dari metode tersebut bertujuan untuk memaksimalkan cara belajar mata pelajaran PAI.
Mempelajari Teori dan Praktik dengan baik dan sempurna. Sehingga pelajaran PAI tidak lagi
berkesan menjenuhkan bagi siswa.
PENDAHULUAN
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang sistematis dan berurutan. Oleh sebab itu, kegiatan
pembelajaran perlu direncanakan dengan baik. Beberapa kompetensi yang harus dikuasai Guru
Agama Islam pada khususnya adalah merencanakan dan mendesain pembelajaran, serta menjalani
rancangan pembelajaran yang sudah ditetapkan oleh lembaga. Adapun bentuk Kompetensi guru PAI
salah satunya adalah metode mengajar dan gaya mengajarnya. Aktivitas belajar mengajar hendaknya
memberikan kesempatan yang baik kepada anak didik untuk memperoleh informasi, ide,
keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar
bagaimana belajar. Untuk melaksanakan tugas secara profesional, guru Pendidikan Agama Islam
2
memerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi belajar mengajar
yang sesuai dengan tujuan belajar PAI yang telah dirumuskan, baik tujuan belajar yang dirumuskan
secara eksplisit dalam proses belajar mengajar, maupun hasil ikutan yang didapat dalam proses
belajar, misalnya kemampuan berpikir kritis, kreatif, sikap terbuka setelah anak didik mengikuti
diskusi kecil kelompok kecil dalam proses belajar.
Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya
pendidikan. Itulah sebabnya, setiap ada inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan
peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor
guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan.
Demikianpun dalam upaya membelajarkan siswa, guru dituntut untuk memiliki multi peran sehingga
mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif.
Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan
meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya. Kesempatan belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara
melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Mulai dan akhirilah mengajar tepat pada waktunya. Hal
ini berarti kesempatan mengajar semakin banyak dan optimal, serta guru menunjukkan keseriusan saat
mengajar sehingga dapat membangkitkan minat/motivasi siswa untuk belajar. Makin banyak siswa
terlibat aktif dalam belajar, makin tinggi kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya. Sedangkan
dalam meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya guru mampu merencanakan program
pengajaran dan sekaligus mampu pula melakukannya dalam bentuk interaksi belajar mengajar.
Bagi guru sendiri keberhasilan tersebut akan menimbulkan kepuasan, rasa percaya diri serta semangat
mengajar yang tinggi. Hal ini berarti telah menunjukkan sebagian sikap guru profesional yang
dibutuhkan pada era globalisasi dengan berbagai kemajuannya, khususnya kemajuan ilmu dan
teknologi yang berpengaruh terhadap pendidikan. Guru profesional hendaknya mampu mengantisipasi
hal-hal tersebut, sehingga apa yang disampaikan kepada siswa selalu berkesan dihati anak. Untuk
memenuhi harapan tersebut, terutama yang berkenaan dengan upaya meningktakan kualitas guru
profesional. Keahlian guru sangat dibutuhkan dalam mata pelajaran apapun. Setiap mata pelajar
3
memerlukan media dan metode yang berbeda-beda. Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
pada umumnya selalu saja mengalami hambatan dalam penyampaiannya, sedangkan jelas dalam
mengajar agamapun memerintahkan untuk kita selalu memberikan contoh sebagai media dan
metodenya. Khusus dalam mata pelajaran agama, media atau alat mungkin tidak selalu dibutuhkan,
namun guru harus berpikir bagaimana caranya setiap materi yang diajarkan harus mampu dimengerti
dan dipahami.
Pada pelajaran Pendidikan Agama Islam kecenderungan mengajarkan materi pelajaran dengan hanya
menggunakan metode ceramah saja dan praktik, hal itu sering kali menimbulkan kejenuhan pada
siswa. Karena seharusnya masih banyak lagi metode yang bisa dipergunakan. Guru harus selalu
tampil dengan terampil untuk mengolah kelas. Pelajaran Pendidikan Agama Islam juga memiliki
peran yang sama dengan mata pelajaran-mata pelajaran lainnya. Bahkan bisa menjadi lebih penting
dari yang lainnya. Penggunaan metodenya pun harus disesuaikan dengan bab pembahasan pelajaran,
begitupun dengan gaya mengajar seorang guru Pendidikan Agama Islam harus selalu menyusaikan.
Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan akan tetapi terus agamis, guru
juga harus mampu membuat siswa menyenangi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini tentu
tidak lepas dari berbagai dukungan. Pihak lembaga juga turut serta membantu dalam proses
penyelenggaraannya, segala bentuk dukungan untuk proses belajar mengajar tentu diharapkan.
Sekolah memiliki kewajiban untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah, atau
biasa kita sebut dengan Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan
setiap lembaga, hal yang begitu penting berkaitan dengan Metode dan Gaya mengajar seorang Guru
(Metodik-Didaktik). Beberapa diantaranya adalah Standar Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan
Prasarana. Dalam pelaksanaannya, tenaga kependidikan memiliki peran yang penting.
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan, dimana di dalamnya termasuk pendidik. Secara lebih luas
tentang tenaga kependidikan sudah termaktub di dalam UU No. 20 tentang Sisdiknas tahun 2003,
yaitu sebagai betikut:
4
1. Tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik,
pengawas, peneliti, dan pengembang di bidang pendidikan
2. Tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar adan pelatih
3. Pengelola satuan pendidikan, kepala sekolah, direktur, rektor dan pimpinan satuan
pendidikan luar sekolah.
Begitu juga pada standar sarana dan prasarana. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, masjid,
perpustakaan, laboratorium, tempat bermain, tempat berekreasi, tempat berkreasi, serta sumber belajar
lainnya.
Kedua komponen ini sangat berkaitan dalam pengembangan metode pembelajaran, semua saling
memiliki ketertarikan dan memberikan manfaat. Itu hanya dua dari delapan standar yang telah
ditetapkan pemerintah.
BATASAN MASALAH
Melihat banyaknya penyempurnaan dalam proses belajar mengajar demi terwujudnya hasil
pembelajaran yang sesuai dengan rencana pendidikan, akhirnya peneliti membatasi penelitian ini pada
masalah Metodik dan Didaktik atau biasa dikenal dengan Metode dan Gaya Mengajar/ Cara Mengajar
guru PAI. Adapun informasi yang dibutuhkan ialah tentang pelaksanaan kurikulum PAI di SMP IT
Mentari Ilmu, metode dan cara mengajar guru PAI, kekurangan dan kelebihan penggunaan metode
tersebut.
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan metode dan cara mengajar yang baik untuk
mata pelajaran PAI tingkat SMP, dan merancang metode sebagai alat untuk keberhasilan
pembelajaran, khususnya pada pelaksanaan mata pelajaran PAI.
5
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat bagi peneliti:
Memberikan banyak referensi, karena mendapat informasi dari beberapa sumber
terpercaya.
Manfaat bagi Universitas atau Fakultas:
Mengingatkan kembali betapa pentingnya metode dan gaya mengajar dalam pelaksanaan
pembelajaran disebuah lembaga pendidikan pada semua jenjang. Dan bisa menjadi bahan
rujukan pada kurikulum diperguruan tinggi yang khusus pada program studi Pendidikan
Agama Islam.
TINJAUAN PUSTAKA
Metodik berasal dari kata Methode yang berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum.
Metodologi searti dengan kata metodik yaitu suatu penyelidikan yang sistematis dan formulasi
metode yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam kegiatan belajar dinamakan Metode
pembelajaran, yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan,
fungsinya adalah menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan
bagian yang integral dalam suatu pengajaran. Oleh karena itu, metode harus sesuai dan selaras dengan
karakteristik siswa, materi, kondisi lingkungan (setting) dimana pengajaran berlangsung. Penggunaan
atau pemilihan metode mengajar di sebabkan oleh adanya beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan antara lain: tujuan, karakteristik siswa, situasi, kondisi, kemampuan pribadi guru,
sarana dan prasarana.
Secara etimologi istilah metode berasal dari bahasa (Greeka) yang terdiri dari dua suku kata yaitu
“metha” artinya melewati atau melalui, dan “hodos” artinya jalan atau cara. Ada juga yang
mengatakan secara etimologi dalam bahasa arab, yang dikenal dengan istilah “Thariqah” yang berarti
langkah-langkah strategi yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan atau pendidikan,
metode harus diwujudkan dengan dalam proses pendidikan, dalam rangka mengembangkan sikap
6
mental dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat
dicerna dengan baik. Sedangkan secara terminologi, para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut:
a. Hasan Lunglung, mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai tujuan pendidikan
b. Abd. Al-Rahman Ghunaimah, mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang
praktis dalam mencapai tujuan pengajaran
c. Ahmad Tafsir, mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang penting cepat
dalam mengajarkan mata pelajaran
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat di simpulkan bahwa metode adalah seperangkat cara,
jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabus
mata pelajaran.
Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan, alat itu mempunyai fungsi ganda, yaitu bersifat polipragmatis dan monopragmatis.
Polipragmatis, bilamana metode mengandung kegunaan yang serba ganda (multypurpose), misalnya
suatu metode tertentu pada suatu situasi kondisi tertentu dapat digunakan untuk membangun atau
memperbaiki sesuatu. Kegunaannya dapat bergantung pada sipemakai, atau pada corak atau bentuk
serta kemampuan metode sebagai alat. Sedangkan monopragmatis, bilamana metode mengandung
satu macam kegunaan untuk satu macam tujuan saja.
Secara garis besar metode mengajar dapat di klasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu :
1. Metode mengajar konvensional, yaitu metode mengajar yang lazim yang dipakai oleh
guru atau disebut metode tradisional.
2. Metode mengajar inkonvesional, yaitu suatu teknik mengajar yang baru berkembang dan
belum lazim digunakan secara umum, seperti mengajar dengan modul, pengajaran
berprogram, machine unit, masih merupakan metode yang baru dikembangkan dan
7
diterapkan di sekolah tertentu yang mempunyai peralatan dan media yang lengkap serta
guru-guru yang ahli menanganinya.
Ada banyak jenis metode yang digunakan, sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Salah
satunya adalah metode yang digunakan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Macam-macam metode pembelajaran
Adapun metode-metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru di muka
kelas. Peran seorang murid disini sebagai penerima pesan, mendengar, memperhatikan,
dan mencatat keterangan-keterangan guru. Metode ini layak dipakai guru bila pesan yang
disampaikan berupa informasi, jumlah siswa terlalu banyak, dan guru adalah seorang
pembicara yang baik.
Kelebihan : Penggunaan waktu yang efisien dan pesan yang disampaikan dapat sebanyak-
banyaknya, pengorganisasian kelas lebih sederhana, dapat memberikan motivasi terhadap
siswa dalam belajar, fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan.
Kelemahan : Guru seringkali mengalami kesulitan dalam mengukur pemahaman siswa,
siswa cenderung bersifat pasif dan sering keliru dalam menyimpulkan penjelasan guru,
menimbulkan rasa pemaksaan pada siswa, cenderung membosankan dan perhatian siswa
berkurang.
2. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berinteraksi
secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi, saling mempertahankan
pendapat dan memecahkan sebuah masalah tertentu.
Kelebihan : Siswa terpacu untuk aktif berbicara di dalam kelas
8
Kelemahan : Siswa ada yang tidak aktif, sulit menduga hasil yang dicapai, siswa
mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah dan
sistematis.
Untuk mengatasi kelemahan dan segi negatif dari metode ini: pimpinan diskusi diberikan
kepada murid dan diatur secara bergiliran, guru megusahakan seluruh siswa agar
berpartisipasi dalam diskusi, mengusahakan supaya semua siswa mendapat giliran
berbicara, sementara siswa yang lain belajar mendengarkan pendapat temannya,
mengoptimalkan waktu yang ada untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Ada beberapa jenis diskusi yang dilakukan oleh guru dalam membimbing belajar siswa
antara lain :
a) Whole group
Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group yang ideal apabila jumlah
anggota tidak lebih dari 15 orang.
b) Diskusi kelompok
Kelas dibagi beberapa kelompok, dan melakukan diskusi. Ada yang berperan sebagai
fasilitator dan ada yang menjadi audiens.
c) Buzz group
Suatu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4-5
orang. Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan
mudah. Diskusi diadakan ditengah pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud
menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab
beberapa pertanyaan. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap individu
membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan pelajaran,
membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing. Dengan
demikian masing-masing individu dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi,
informasi, interpretasi sehingga adapat dihindarakan kekeliruan-kekeliruan.
d) Panel
9
Suatu kelompok kecil, baisanya 3-6 orang, mendiskusikan satu subjek tertentu, duduk
dalam satu susunan semi melingkar, dipimpin oleh seorang moderator. Panel ini
secara fisik dapat berhadapan dengan audiens, dapat juga secara tidak langsung,
seperti di televisi. Audiens mengikuti dari layar televisi.
e) Syindicate group
Suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6
orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru
menjelaskan garis besarnya problema kepada kelas; ia menggambarkan aspek-aspek
masalah, kemudian tiap-tiap kelompok (syndicate) diberi tugas untuk mempelajari
suatu aspek tertentu. Guru menyediakan sumber atau referensi dan informasi lain.
Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan, berdiskusi dan
menyusun laporan yang berupa kesimpulan sindikat. Tiap laporan dibawa ke sidang
pleno untuk didiskusikan lebih lanjut.
f) Symposium
Beberapa orang membahas tentang berbagai aspek dari suatu subjek tertentu, dan
membacakan di muka peserta simposium secara singkat (5-20) menit. Kemudian
diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah, dan juga dari
pendengar. Bahasan atau sanggahan tersebut selanjutnya dirumuskan oleh panitia
perumus sebagai hasil simposium.
g) Informal debate
Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya, dan mendiskusikan subjek
yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan normal.
Bahan yang cocok untuk diperdebatkan adalah yang bersifat problematic, bukan yang
bersifat actual.
h) Fish bowl
Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi untuk
mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran
dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi. Kelompok pendengan
10
duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada di dalam
sebuah mangkuk (fish bowl).
Sedang kelompok diskusi berdiskusi, kelompok pendengar yang ingin
menyumbangkan pemikirannyanya dapat masuk duduk di kursi kosong. Apabila
ketua diskusi mempersilahkan bicara, ia dapat langsung berbicara, dan meninggalkan
kursi setelah bicara.
i) Brain storming
Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota
kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar agar
anggota kelompok belajar mengahargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa
percaya kepada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang
dianggap benar.
3. Metode Tanya Jawab
Yaitu penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid
menjawab atau penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab,
terutama dari guru kepada murid atau dapat juga dari murid kepada guru.
Kelebihan : Situasi kelas akan hidup karena anak-anak aktif berfikir dan menyampaikan
buah fikiran, melatih agar anak berani mengungkapkan pendapatnya dengan lisan,
timbulnya perbedaan pendapat diantara anak didik akan menghangatkan proses diskusi
dengan lisan secara teratur, mendorong murid lebih aktif dan sungguh-sungguh,
merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya fikir, mengembangkan
keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
Kelemahan : Memakan waktu lama, siswa merasa takut apabila guru kurang mampu
mendorong siswanya untuk berani menciptakan suasana yang santai dan bersahabat, tidak
mudah membuat pertanyaan sesuai dengan tingkat berfikir siswa.
4. Metode pembiasan
11
Yaitu sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap
dan bertindak sesuai dengan tuntunan agama islam. Contohnya ayat pengharaman
khomar.
Kelebihan : Tidak hanya berkaitan lahiriyah tetapi berhubungan aspek batiniyah. Metode
ini tercatat sebagai metode paling berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik.
5. Metode keteladanan
Yaitu hal-hal yang dapat ditiru atau di contoh oleh seseorang dari orang lain, namun
keteladanan yang dimaksud disini adalah keteladan yang dapat dijadikan sebagai alat
pendidikan islam, yaitu keteladanan yang baik, sesuai dengan pengertian uswah dalam
ayat alqur‟an.
Kelebihan : Memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu yang dipelajarinya,
memudahkan guru mengevaluasi hasil belajar, tercipta situasi yang baik dalam
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Kelemahan : Figur guru yang kurang baik cenderung akan ditiru oleh anak didiknya, jika
teori tanpa praktek akan menimbulkan verbalisme.
Metode guru PAI atau biasa dikenal dengan Metode mengajar guru PAI adalah keahlian khusus yang
perlu dimiliki setiap guru Pendidikan Agama Islam.
Mengenal dua metode yang harus dimiliki seorang guru, yaitu:
1. Metodik Umum, yaitu pengetahuan yang membahas cara-cara mengajarkan suatu jenis
mata pelajaran tertentu secara umum, artinya hanya secara garis besar jalan pelajaran beserta
kesulitan-kesulitan pada suatu mata pelajaran tertentu.
2. Metodik Khusus, yaitu pengetahuan yang membentangkan cara-cara mengajarkan sesuatu
jenis pelajaran tertentu secara mendetail. Kedudukan metodik dalam proses belajar mengajar
adalah sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi belajar mengajar, sebagai alat untuk
mencapai tujuan pengajaran.
12
Proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan bertujuan untuk membuat peserta didik menjadi
lebih pandai dan memiliki kreatifitas yang nantinya dapat dipergunakan untuk bekal setelah selesai
dalam menempuh pendidikan. Peran seorang pengajar sangatlah penting, selain sebagai pendonor
ilmu peran seorang guru adalah untuk menumbuhkan minat siswa dalam belajar. Membutuhkan minat
siswa tidaklah mudah dilakukan oleh seorang guru. Dibutuhkan berbagai macam cara agar untuk
membangkitkan minat belajar saat proses belajar mengajar berlangsung. Dalam sebuah proses
pembelajaran, seorang pengajar pastilah memiliki cara tersendiri dalam melakukan pembelajarannya.
Tidak mungkin seorang guru melakukan proses pembelajaran tanpa maksud yang jelas dan
tersistematis. Tentulah ada patokan-patokan yang harus dipenuhi atau dipatuhi dalam melakukan
sebuah pembelajaran supaya tujuan yang diharapkan terpenuhi.
Menurut Hebert Bisno (1968): yang dumaksud metode adalah teknik-teknik yang digeneralisasikan
dengan baik agar dapat diterima atau dapat diterapkan secara sama dalam sebuah praktek, atau bidang
disiplin dan praktek. Ini adalah sebuah upaya atau usaha dalam meraih sesuatu orientasi aktifitas yang
mengarah pada tujuan-tujuan dan tugas-tugas.
Cara seorang guru yang digunakan dalam mengajar agar proses transfer ilmu dapat berjalan dengan
baik sehingga siswa menjadi mudah paham, yaitu dengan metode.
Sangat pentingnya penggunaan metode dalam pembelajaran membuat pengajar haruslah pintar-pintar
dalam menentukan metode manakah yang sesuai dengan kondisi kelas yang sedang diajar. Kedudukan
metode dalah sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran dan juga sebagai alat untuk
mencapai sebuah keberhasilan dan pembelajaran, maka keberhasilan yang diperoleh dalam proses
belajar-mengajar, diharapkan dapat efektif pula dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Jadi,
kesalahan dalam menentukan metode juga berakibat pada menurunnya hasil belajar siswa.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dalam mengajar, seperti yang
dikemukakan oleh Winarno Surakhmad, Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010:46)
diantaranya:
1. Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya
13
Menggunakan metode mengajar haruslah sesuai dengan tujuannya, adapun jenisnya tentu
dimaksudkan untuk menjadi fungsi metode yang baik, agar rencana tujuan pembelajaran
dapat sesuai dengan target yang diinginkan.
2. Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya
Memilih metode haruslah melihat tingkat kematangan peserta didik, peserta didik yang
satu dengan yang lainnya tidak akan sama tingkat kematangannya. Itu juga menjadi
pertimbangan seorang guru untu memilih metode dalam mengajar. Berbagai macam jenis
metode digunakan tidak menjadi persoalan, asal tujuan pembelajaran sesuai dengan
keinginan dan aktifitas belajar dapat berjalan dengan baik.
3. Situasi yang berbagai-bagai keadaannya
Melihat situasi yang bermacam-macam keadaannya. Menentukan metode juga harus
memperhatikan faktor ini, adalah faktor situasi. Dimana seorang guru dan peserta didik
akan menghadapi situasi berbeda di dalam kelas. Tidak semua anak senang dengan
metode yang digunakan guru tersebut. Maka dari itu guru haruslah pandai melihat situasi.
4. Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas dan kuantitasnya
Fasilitas jugamenjadi faktor untuk memperhitungkan metode apa yang ingin digunakan.
Fasilitas baik secara kual;itas dan kuantitas juga perlu diperhatikan, hal itu akan sangat
mempengaruhi tingkat keberhasilan proses belajar mengajar di dalam kelas.
5. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda
Pribadi guru serta kemampuannya yang berbeda-beda juga menjadi ukuran untuk
menggunakan metode yang baik dan benar. Memilih metode juga disesuaikan dengan
kapasitas atau kemampuan guru dalam mengolah dan mengelola metode pembelajaran.
Hal ini menuntut tingkat profesinalisme yang cukup tinggi.
14
Pupuh F dan M. Sobry S (2010:60): juga memberikan arahan dalam menentukan sebuah metode yang
akan dipergunakan dalam proses belajar mengajar, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tujuan yang hendak dicapai
Menentukan metode harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya, kesalahan dalam
menentukan metode akan mempengaruhi tingkat kenaikan dan penurunan minat belajar
siswa.
2. Materi pelajaran
Materi pelajaran beragam, metode yang digunakanpun harus beragam. Tidak semua mata
pelajaran menggunakan metode yang sama. Setiap mata pelajaran memiliki tujuan
tersendiri, memiliki capaian tersendiri.
3. Peserta didik
Bukan hanya mata pelajaran yang beragam, peserta didik pun beragam. Dalam hal ini,
anak selalu dituntut mengerti apa yang guru sampaikan. Dalam evaluasinya guru selalu
menginginkan hasil yang maksimal. Namun, semua ini tidak akan terjadi tanpa dibarengi
dengan metode mengajar yang tepat, baik dan benar. Guru harus bekerja keras dalam
menentukan metode apa yang akan dipakai. Peserta didik juga perlu dipikirkan, apakah
peserta didik dapat menanggapi dengan baik atau tidak. Setiap kendala pasti
ditemukan.Baik dari peserta didik, guru ataupun faktor lainnya.
4. Situasi
Sebelum mnggunakan metode, alangkah lebih baiknya adalah membaca situasi. Membaca
situasi perlu dilakukan, agar penerapan atau penggunaan metode dapat berjalan dengan
baik. Hal ini mengapa perlu diperhatikan? Sebab dalam praktiknya kita akan selalu
dihadapkan dengan situasi dan kondisi diluar dugaan.
5. Fasilitas
Faktor pendukung berikutnya dilingkungan sekolah, selain guru. Fasilitas menunjang
segala bentuk aktivitas yang terjadi di sekolah. Saat ini para orang tua sebelum
mendaftarkan anaknya pada sebuah lembaga pendidikan adalah menjadi hal yang wajar
15
untuk mencari lembaga dengan berbagai macam fasilitas yang jelas, demi menunjang
prestasi anak sebagai warga belajar di sekolah tersebut. Kemudian melihat metode belajar
apa yang digunakan sekolah tersebut dengan mengandalkan fasilitasnya.
6. Guru
Guru adalah sumber belajar. Sebagai sumber belajar guru harus menjadi nara sumber
yang baik bagi warga belajar (murid). Guru memiliki peran penting dalam penggunaan
metode belajar, maka itu guru dituntut memiliki kompetensi.
Didaktik berasal dari bahasa yunani „didasko‟ yang asal katanya adalah didaskein atau pengajaran
yang berarti perbuatan atau aktivitas yang menyebabkan timbulnya kegiatan dan kecakapan baru pada
orang lain. Didaktus berarti pandai mengajar, sedang didaktika berarti saya mengajar atau jalan
pelajaran, bahkan ada yang menyebutkan sebagai ilmu tentang mengajar dan belajar. Ilmu ini
membicarakan bagaimana cara membimbing kegiatan belajar secara berhasil.
Menururt pengertian baru, didaktik diartikan sebagai ilmu yang memberi uraian tentang kegiatan
proses mengajar yang menimbulkan belajar
Untuk mengetahui hubungan antara metodik dengan didaktik perlu diperbincangkan terlebih dahulu
lingkaran permasalahan didaktik dan metodik itu, setelah itu barulah kita menemukan garis tersebut.
Mengajar pada dasarnya merupakan kegiatan akademik yang berupa interaksi komunikasi antara
pendidik dan peserta didik. Aktivitas mengajar merupakan kegiatan guru dalam mengaktifkan proses
belajar peserta didik dengan menggunakan berbagai metode. Mengajar merupakan sebuah tindakan
kemahiran dalam menyajikan bahan pelajaran dengan meramu berbagai penggunaan metode mengajar
dengan menyajikan materi belajar. Kemampuan mengajar merupakan kamampuan yang wajib
dimiliki oleh setiap pengajar, dan salah satu ilmu yang dipelajarai dalam menambah kemampuan
mengajar adalah kemampuan menghadapi anak didik yang memiliki karakter, kemampuan serta
keinginan yang berbeda-beda. Guru harus bisa mengakomodir semua keinginan anak didiknya.
Menurut Sardiman (2003:45): Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses
16
belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk
kelangsungan kegiatan mengajar. Antara lain:
a. Definisi klasik menyatakan bahwa mengajar diartikan sebagai penyampaian sejumlah
pengetahuan karena pandangan yang seperti ini, maka guru dipandang sebagai sumber
pengetahuan dan siswa dianggap tidak mengerti apa-apa. Pengertian ini sejalan dengan
pandangan Jerome S. Brunner yang berpendapat bahwa mengajar adalah meyajikan ide,
problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh
siswa.
b. Definisi modern menolak pandangan klasik seperti diatas, oleh sebab itu pandangan
tersebut kini mulai ditinggalkan. Orang mulai beralih ke pandangan bahwa mengajar
tidaklah sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan berusaha membuat suatu
situasi lingkungan yang memungkinkan siswa untuk belajar. Para ahli pendidikan yang
sejalan dengan pendapat tersebut antara lain: Nasution, yang merumuskan bahwa
mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya
dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadilah proses belajar mengajar.
Adapun konsep baru tentang mengajar menyatakan bahwa mengajar adalah membina siswa
bagaimana belajar, bagaimana berfikir dan bagaimana menyelididki. Mengajar terjadi ketika adanya
proses belajar dan mengajar, karena mengajar merupakan suatu cara yang dilakukan agar siswa dapat
mengembangkan potensi dan keterampilan yang dimilikinya.
Kemampuan manusia untuk menggunakan akalnya dalam memahami lingkungannya merupakan
potensi dasar yang memungkinkan manusia belajar, dengan belajar manusia menjadi mampu
melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang sebagian besar dalam diri manusia adalah aktivitas
yang salah satunya adalah belajar. Disamping itu belajar juga memainkan peranan penting dalam
upaya mempertahankan kehidupan manusia.
17
Belajar adalah suatu perubahan dalam disposisi atau kecakapan baru peserta didik, karena adanya
usaha yang dilakukan dengan sengaja dari pihak luar peserta didik (Sudjana). Unsur dalam belajar
adalah adanya warga belajar, sumber belajar, fasilitas sebagai bagian dari media.
Guru sebagai tenaga pendidik harus profesional. Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu
jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang di luar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut di luar
bidang kependidikan (Hamzah:2007).
Untuk seorang guru perlu mengetahui dan dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, yaitu
sebagai berikut:
a. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada mata pelajaran yang
diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi
b. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk ikut aktif dalam berpikir, serta
mencari dan menemukan sendiri pengetahuan
c. Guru harus dapat membuat urutan dalam pemberian pelajaran dan penyesuaian dengan usia
dan tahapan tugas perkembangan peserta didik.
d. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki peserta didik, agar peserta didik menjadi mudah dalam memahami pelajaran yang
diterimanya
e. Sesuai dengan prinsip repitisis dalam proses pembelajaran diharapkan guru dapat
mejelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik menjadi
jelas.
f. Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara mata pelajaran
dengan praktik langsung
g. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik
dalam kelas maupun diluar kelas.
18
h. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual agar melayani
siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut.
Definisi yang kita kenal sehari-hari adalah bahwa guru merupakan orang yang harus digugu
dan ditiru, dalam arti orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru
dan diteladani. Mengutip pendapat Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc Lendon dalam
bukunya This is Teaching (hlm.10): “Teacher is professional person who conducts class”
Guru adalah orang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas.
Sedangkan menurut Jean D. Grambs dan C. Morris Mc Clare dalam Foundation of Teaching.
An Introduction to Modern Education (141): “Teacher are those persons who consciously
direct the experiences and behavior of an individuali so that education takes pleaces.” Guru
adalah orang mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari
seorang individu sehingga dapat terjadi pendidikan. Jadi, Guru adalah orang dewasa yang
secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik.
Orang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program
pembelajaran serta mampu dan menata dan mengelola kelas agar peserta ddik dapat belajar
dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses
pendidikan.
Media pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, media telah dikenal sebagai alat bantu mengajar yang seharusnya
dimanfaatkan oleh pengajar, namun kerap kali terabaikan. Tidak dimanfaatkannya media dalam
proses belajar mengajar pada umumnya disebabkan oleh berbagai alasan, seperti waktu persiapan
mengajar terbatas, sulit mencari media yang tepat, biaya yang tak tersedia atau alasan lain. Hal
tersebut sebenarnya tidak perlu muncul apabila pengetahuan akan ragam media, karakteristik serta
kemampuan masing-masing diketahui oleh para pengajar atau yang biasa kita sebut guru. Media
sebagai alat bantu untuk mengajar berkembang dengan pesatnya sesuai dengan kemajuan teknologi.
Ragam dan jenis mediapun cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan kondisi, waktu,
19
keuangan maupun materi yang akan disampaikan. Setiap jenis media memiliki karakteristik dan
kemampuan dalam menayangkan pesan dan informasi.
Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu mendapat perhatian dari para pengajar,
sehingga mereka dapat memilih media yang sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi. Dalam
prosesnya pembelajaran tidak hanya menuntut apa yang menjadi media selama berlangsungnya
transformasi ilmu tersebut. Untuk memperoleh hasil pengajaran yang sebaik-baiknya dalam proses
mengajar guru harus selalu berusaha membangkitkan gairah belajar siswa, sehingga perhatian semua
tertuju pada pusat belajar. Guru harus menyadari bahwa tidak setiap bahan pelajaran menarik
perhatian siswa terutama pada mata pelajaran pendidikan tertentu. Guru harus menjadi Motivator bagi
siswa saat proses belajar mengajar berlangsung, setelah menentukan media apa yang akan digunakan
dalam proses belajar mengajar guru juga harus berpikir keras untuk dapat media tersebut mampu
diterima baik secara teori maupun praktiknya. Maka guru harus selalu menyesuaikan bahan pelajaran
yang akan disampaikan, selain itu guru perlu memiliki kemampuan khusus dalam metode
penyampaiannya dan penyajiannya, agar media yang digunakan dapat diterima oleh warga belajar.
Dalam mencari keseimbangan antara guru dan siswa guru perlu memiliki kecakapan khusus dalam
mentransformasi ilmu. Metodik (mtode) dan Didaktik (gaya pengajaran) menjadi penunjang dalam
berlangsungnya proses belajar mengajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar kita mengenal adanya teori dan praktek. Hal ini tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan beljar siswa. Guru akan selalu menyampaikan materinya, dan itu berupa
teori yang sesuai dengan mata pelajaran yang aka dipelajari dan dikatakan juga sebagai metode.
Labovitz dan Hagedora mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran, atau biasa kita kenal istilah
“pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan”bagaimana dan mengapa variabel-
variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
Menururt Ensiklopedia Indonesia, teori dapat diartikan pandangan yang gunanya untuk memberi
keterangan bagi suatu hal tertentu. Juga dalam ilmu pengetahuan teori itu gunanya untuk memberi
keterangan bagi gejala-gejala tertentu, tetapi pada umumnya teori dalam ilmu pengetahuan itu berupa
20
sistem yang terdiri atas berbagai dalil yang dikutip dari dua pengalaman dan hipotesa-hipotesa yang
keduanya berdasar pada asasa tertentu. Ada jugayang mengatakan teori adalah hulu atau sumber suatu
proposisi ilmiah, cara mengujinya adalah melalui prosedur penelitian dengan asumsi atau hipotesis-
hipotesis kemudian diuji atau dibuktikan berdasarkan data-data yang dikumpulkan. Sedangkan praktik
adalah suatu cara mengajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu fakta
yang diperlukan atau yang ingin diketahuinya. Kegiatan praktikum pada dasarnya dapat digunakan
untuk:
1. Mendapatkan atau menemukan suatu konsep, mencapai suatu definisi sampai
mendapatkan dalil-dalil atau hukum-hukum melalui percobaan yang dilakukannya.
2. Membuktikan atau menguji kebenaran secara nyata tentang suatu konsep yang telah
dipelajari.
Menurut Djamarah dan Zain, memberi pengertian bahwa metode praktikum adalah proses
pembelajaran dimana peserta didik melakukan dan mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati
objek, keadaan proses dari materi yang dipelajari tentang gejala alam dan interaksinya.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Pendekatan penelitian
menggunakan pendekatan Kualititatif. Model yang terbentuk selanjutnya diuji untuk menentukan
kemampuan dalam menjelaskan peristiwa nyata.
Metode ini untuk menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi dalam situasi dan kondisi yang tidak
sama, karena metode ini dilakukan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik
populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriftif.
Beberapa subjek penelitian, antara lain :
21
a. Guru yang dieteliti adalah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP IT
Mentari Ilmu Karawang
b. Yang diamati adalah metodik dan didaktik guru atau metode dan gaya mengajar guru
Pendidikan Agama Islam di SLTP Mentari Ilmu Kab. Karawang
c. Sedangkan sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini menggunakan sampel siswa kelas
VII, VIII, IX SMP IT Mentari Ilmu Karawang dengan masing-masing diwakili, sebagai
sampel pada penelitian ini. Adapun jumlah kelas pada masing-masing angkatan, untuk kelas
VII berjumlah 6 kelas, untuk kelas VIII berjumlah 5 kelas, untuk kelas IX berjumlah 5 kelas.
Total keseluruhan kelas ada 16 (enam belas) kelas.
1. Teknik observasi
2. Teknik Wawancara
3. Kepustakaan
HASIL PENELITIAN
Peneliti memulai penelitiannya dengan cara langsung mendatangi lokasi yang menjadi objek
penelitian, menentukan waktu yang tepat sesuai dengan tujuan peneliti untuk datang meneliti, yaitu
pada jam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Mentari ilmu Karawang. Lalu kemudian
waktu disepakati oleh pihak sekolah.
Pengambilan data dengan cara observasi dan wawancara. Observasi dilakukan pada saat mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung dan wawancara sebagai sumber informasi peneliti
adalah Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum. Dengan bahan pembicaraan kurikulum, penggunaan
media, mtode dan gaya mengajar guru Pendidikan Agama Islam yang diberlakukan dan dilaksanakan
di SMP IT Mentari Ilmu. Jadwal wawancara pada saat kunjungan pertama sampai pada observasi
selesai.
Beberapa pertanyaan diajukan pada saat wawancara berlangsung, diantaranya adalah:
22
- Bagaimana kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMP IT Mentari Ilmu Karawang? dan
- Metode apa yang digunakan pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP IT
Mentari Ilmu Karawang?
- Apa kekurangan dan kelebihan metode yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam di
SMP IT Mentari Ilmu Karawang?
Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP IT Mentari Ilmu menggunakan kurikulum yang
hampir sama di SMP IT pada umumnya, yaitu teori dan praktik dan tahsin. Hanya pada
kesempatan tahun ini digunakan juga metode Tafhimul Qur‟an.
Semua siswa kelas VII, VIII, dan IX menggunakan metode ini pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP IT Mentari Ilmu. Teori yang disampaikan adalah bab yang berkenaan pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam, praktiknya sesuai dengan bab pembahasan. Contoh Bab Sholat
dan Thoharoh. Pelaksanaannya adalah teori di dalam kelas dan praktik diluar kelas, dengan mata
pelajaran yang sama hanya dibedakan pelaksanaannya. Waktu yang dipakai adalah di jam yang
diperuntukan khusus praktik. Artinya, teori dan praktik tidak di jadi satukan dalam pelaksanaannya.
Jam dan tempat berbeda namun masih pada mata pelajaran yang sama. Selain teori dan praktik pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP IT Mentari Ilmu ada juga metode Tahsin. Tahsin
secara bahasa artinya memperbaiki atau menghiasi, membaguskan, memperindah atau membuat lebih
baik dari semua. Memperbaiki bacaan Al-Qur‟an. Pada pelaksanaannya tahsin juga memiliki waktu
tersendiri untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP IT Mentari Ilmu Karawang, namun
masih satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.Pada metode tahsin ini siswa dibuatkan kelompok
yang masing-masing kelompok terdiri dari beberapa orang, pada tahsin ini gurunya berbeda dengan
teori dan praktik, tahsin ini diajarkan oleh guru khusus, guru yang khusus menguasai ilmu tahsin.
Pelaksanaannya juga memiliki waktu tersendiri. Siswa diajarkan hukum membaca al-qur‟an, siswa
juga diajarkan bagaimana menbaca al-qur‟an yang baik dan benar, membaca al-qur‟an dengan
keindahan dan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
23
Selanjutnya ada juga metode Tafhimul Qur’an, Tafhimul Qur’an atau TQ, TQ dalam
pelaksanaannya memiliki 3 tahapan, yaitu:
1. Tahap membaca
2. Tahap mengartikan kata demi kata
3. Tahap memahami arti ayat
Tahap membaca adalah: siswa membaca terlebih dahulu ayat yang akan menjadi pembahasan, dengan
dipandu oleh guru pembimbing. Atau bisa juga guru pembimbing membaca ayat tersebut lalu
kemudian semua siswa mengikuti.
Tahap mengartikan kata demi kata adalah: siswa dengan dipandu guru pembimbing mengartikan kata
demi kata, guru pembimbing menjelaskan dan siswa menyimak dengan baik. Setiap kata pada ayat
pembahasan akan di maknai bersama, siswa wajib mengerti setiap kata yang ada pada ayat
pembahasan.
Tahap memahami arti ayat adalah: siswa dipandu guru pembimbing memahami ayat yang ada dalam
pembahasan. Ayat di hafal atau dibacakan kemudian artinya dibaca atau dihafalkan.
Keutamaan TQ ini adalah agar siswa mampu mengerti dan memahami ayat dengan baik dan benar,
serta mengetahui asbabun nuzul surat tersebut. Lalu kemudian siswa diharuskan menyimpulkan ada
kaitannya atau tidak dengan ayat sebelumnya dan sesudahnya.
Penggunaan metode TQ di SMP IT Mentari Ilmu Karawang baru berjalan selama satu tahun, selain
ada teori, praktik, dan tahsin, lembaga merasa perlu menambahkan metode yang baru untuk siswa
dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang tidak hanya selesai dalam tatanan
teori saja. Kemudian dihadirkan metode TQ ini agar hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Agama
Islam bisa lebih sempurna. Pada pelaksanaannya juga siswa terlebih dahulu dibentuk kelompok, yang
terdiri dari beberapa siswa. Alasannya agar mempermudah dalam pelaksanannya. Pada kesempatan
tahun ini di SMP IT Mentari Ilmu Karawang adalah TQ pada surat yang sudah ditentukan dalam
rencana kurikulum, yaitu surat Al-Waqi‟a sebagi surat pertama yang dipelajari dengan metode TQ,
24
DAFTAR PUSTAKA
Dajan, Ant Dajan. Anto. Metode Statistik I. Pustaka LP3ES. Jakarta. 2000
Ka Nazir. Moh. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 1988.
Katono. Kartini. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Mandar Maju. Bandung. 1990
Putra. Nusa. Penelitian Kualitatif : Proses dan Aplikasi. PT. Indeks. Jakarta. 2012.
Dr. Hamzah. Profesi Kependidikan : Problema. Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. PT.
Bumi Aksara. Jakarta. 2010
Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2010
Dr. Dadang dkk. Manajemen Pendidikan. Alfabeta. Bandung. 2013
Arief. Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta, Ciputat, 2002
Kasbollah K. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Inggris: (Teaching, learning, strategi). Malang.
IKIP Malang. 1993
Muhammad Siddik. Metode dan Teknik Mengajar pembelajaran Agama Islam. Jakarta. Ciputata
Press. 2004
Usman Basrudin M. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta Ciputat Press. 2004
H. Rustam E. Tamburaka. Pengantar Ilmu Sejarah: Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan
IPTEK. Jakarta. 1999
Prof. Dr. T.S.G Mulia. Ensiklopedia Indonesia N/T. Van houve. Bandung