METODE KOMUNIKASI DAKWAH DALAM MEWUJUDKAN … · 2 days ago · dakwah dalam mewujudkan masyarakat...

99
METODE KOMUNIKASI DAKWAH DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT ISLAM DI DESA TINGKARA KECAMATAN MALANGKE KABUPATEN LUWU UTARA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Komunikasi Dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam OLEH : SITI KHOTIMAH NIM: 105270015015 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/2020 M

Transcript of METODE KOMUNIKASI DAKWAH DALAM MEWUJUDKAN … · 2 days ago · dakwah dalam mewujudkan masyarakat...

  • METODE KOMUNIKASI DAKWAH DALAM MEWUJUDKAN

    MASYARAKAT ISLAM DI DESA TINGKARA KECAMATAN

    MALANGKE KABUPATEN LUWU UTARA

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

    Pada Program Studi Komunikasi Dan Penyiaran Islam

    Fakultas Agama Islam

    OLEH :

    SITI KHOTIMAH

    NIM: 105270015015

    FAKULTAS AGAMA ISLAM

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    1442 H/2020 M

  • ii

    METODE KOMUNIKASI DAKWAH DALAM MEWUJUDKAN

    MASYARAKAT ISLAM DI DESA TINGKARA KECAMATAN

    MALANGKE KABUPATEN LUWU UTARA

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

    Pada Program Studi Komunikasi Dan Penyiaran Islam

    Fakultas Agama Islam

    OLEH :

    SITI KHOTIMAH

    NIM: 105270015015

    FAKULTAS AGAMA ISLAM

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    1442 H/2020 M

  • vi

    ABSTRAK

    Siti Khotimah. NIM 105270015015, 2019. Metode Komunikasi Dakwah dalam Mewujudkan Masyarakat Islam di Desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara. Dibimbing oleh Abbas Baco Miro dan Meisil B. Wulur.

    Penelitian ini bertujuan 1) mengetahui sejauh mana implementasi masyarakat Islam di Desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara, 2) mengetahui metode-metode yang digunakan dalam komunikasi dakwah dalam mewujudkan masyarakat Islam, 3) mengetahui peran komunikasi dakwah dalam mewujudkan masyarakat Islam.

    Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkap sebuah fakta empiris secara objektif ilmiah dengan berlandaskan pada logika keilmuan, prosedur, dan didukung oleh metodologi dan teoritis yang kuat sesuai dengan disiplin ilmu yang diketahui.

    Adapun hasil penelitian ini sebagai berikut: 1) Tingkat pemahaman nilai-nilai ajaran Islam masyarakat Desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara masih kurang. 2) Metode dakwah yang tepat untuk diterapkan pada masyarakat Desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara dalam berbagai kegiatan keagamaan dan aktivitas sosial kemasyarakatan adalah metode ceramah (Mau’idzah al-Hasanah), metode tanya jawab (Mujadalah Allati Hiya Ahsan), dan pemberian teladan yang baik (Hikmah). 3) Dakwah menekankan kepada perubahan sikap dan perilaku melalui kegiatan-kegiatan nyata yang secara interaktif mendekatkan masyarakat pada kebutuhannya baik secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi peningkatan keberagamaan.

    Implementasi dari penelitian ini adalah pesan bagi dai dan tokoh agama diharapkan agar dapat menyampaikan pesan-pesan dakwah dengan baik, ringkas, dan tidak terbelit-belit agar mad’u dapat menangkap pesan yang disampaikan secara efektif. Bagi tokoh pemerintahan dan perangkat desa juga dapat berperan aktif dalam mewujudkan masyarakat Desa Tingkara Kecamatan Malangke kabupaten Luwu Utara yang memiliki pribadi yang Islami.

    Kata Kunci: Komunikasi dakwah, masyarakat Islam

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji hanyalah milik Allah SWT. Rabb sekalian alam, Dialah

    pemberi petunjuk yang dengannya kita berjalan, pemilik tubuh dari darah

    hingga tulang ini, maka kita persembahkan seluruh potensi pikir dan tenaga

    kita hanya untuk kembali padaNya. Atas limpahan rahmat, taufik, dan

    hidayah-Nya sehingga penulis telah menyelesaikan karya ilmiah berupa

    skripsi yang berjudul “Metode Komunikasi Dakwah dalam Mewujudkan

    Masyarakat Islam di Desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu

    Utara”.

    Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

    1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku rektor Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    2. Syekh Dr. Mohammad Mohammad Al-Thayyib Khoory, selaku

    pembina Yayasan Muslim Asia (AMCF) yang telah memberikan

    beasiswa kepada penulis sehingga proses penyelesaian studi

    berjalan dengan lancar.

    3. Drs H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam

    Universitas Muhammadiyah Makassar.

    4. Dr. M. Ilham Muchtar, Lc. MA. selaku Pembimbing pertama yang telah

    banyak meluangkan waktu serta pikirannya dalam mengarahkan dan

    membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    5. Dr. Abdul Fattah, S.Th.I., M.Th.I selaku Pembimbing Kedua yang

    telah banyak meluangkan waktu serta pikirannya dalam mengarahkan

    dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    6. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Muhammadiyah Makassar.

  • viii

    7. Seluruh Staf Universitas Muhammadiyah Makassar atas didikan ilmu

    yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan program

    perkuliahan Strata Satu (S1).

    8. Tokoh masyarakat desa Tingkara, Kecamatan Malangke, Kabupaten

    Luwu Utara yang telah bersedia memberikan data-datanya demi

    kesempurnaan penulisan skripsi ini.

    9. Kepada Bapak, Ibu dan saudaraku tercinta yang selalu memberikan

    dukungan materi maupun non materi dan menyayangiku setulus hati

    sejak lahir.

    10. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran

    Islam Fakultas Agama Islam Unifersitas Muhammadiyah Makassar.

    Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh mencapai

    kesempurnaan dalam arti sebenarnya dan masih banyak terdapat

    kekurangan dan kelemahan baik isi dan tata bahasanya, namun penulis

    berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan para

    pembaca pada umumnya

    Makassar, 25 Oktober 2020

    Penulis

    Siti Khotimah NIM:105270015015

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

    PERSETUJUAN JUDUL ............................................................................ ii

    PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................ iii

    BERITA ACARA MUNAQASYAH .............................................................. iv

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................. v

    ABSTRAK .................................................................................................. vi

    KATA PENGANTAR .................................................................................. vii

    DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    A. Latar Belakang .............................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6

    C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6

    D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7

    E. Definisi Operasional ...................................................................... 7

    F. Kerangka Berpikir .......................................................................... 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 12

    A. Komunikasi Dakwah ...................................................................... 12

    B. Masyarakat Islam .......................................................................... 26

    C. Kajian Teoritis ............................................................................... 34

    BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 53

  • x

    A. Jenis Penelitian .............................................................................. 53

    B. Lokasi Penelitian ............................................................................ 54

    C. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 54

    D. Instrumen Penelitian ...................................................................... 54

    E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 55

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 58

    A. Profil Desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara

    ....................................................................................................... 58

    B. Implementasi Masyarakat Islam di Desa Tingkara Kecamatan

    Malangke Kabupaten Luwu Utara ................................................. 63

    C. Matode Komunikasi Dakwah dalam Mewujudkan Masyarakat Islam

    di Desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara .... 66

    D. Peran Komunikasi Dakwah dalam Masyarakat Islam di Desa

    Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara ................ 71

    BAB V PENUTUP ...................................................................................... 76

    A. Kesimpulan ................................................................................... 76

    B. Saran ............................................................................................ 78

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 80

    LAMPIRAN ................................................................................................ 83

    RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... 89

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap suatu yang bersifat

    adikodrati (supernatural) yang menyertai manusia dalam ruang lingkup

    kehidupan yang luas dan berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk

    mengukur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan

    alam semesta. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling

    sempurna dan juga perasaan takut dan ngeri. Agama memiliki nilai-nilai bagi

    kehidupan manusia sebagai individu maupun hubungannya dalam kehidupan

    bermasyarakat sehingga agama juga memberi dampak bagi kehidupan

    sehari-hari.1

    Agama sudah menjadi potensi fitrah yang dibawa sejak lahir. Pengaruh

    lingkungan terhadap seseorang adalah memberi bimbingan atas potensi

    yang dimilikinya itu. Jika potensi fitrah itu dapat dikembangkan sejalan

    dengan pengaruh lingkungan, maka akan terjadi keselarasan. Akan tetapi

    apabila potensi itu dikembangkan dalam kondisi yang dipertentangkan oleh

    1Akmal Hawi, Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, cet. I, 2014), hlm.34.

  • 2

    kondisi lingkungan, maka akan terjadi ketidak seimbangan dalam diri

    seseorang.

    Islam adalah agama terbaik dan mendapatkan tempat di sisi Allah SWT.

    sebagaimana firman-Nya:

    .....Terjemahnya:

    “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam”.(QS. Ali Imran (3):19).2

    Agama Islam berisi ajaran dan tuntunan yang menyangkut seluruh

    aspek kehidupan manusia, baik sebagai hamba Allah, individu, anggota

    masyarakat maupun sebagai makhluk sosial yang mendunia. Islam memiliki

    keteraturan hidup, keteraturan hukum, dan keteraturan ajaran

    kemasyarakatan yang religius. Islam memiliki Tuhan yang satu, yaitu Allah

    SWT. dan doktrin agama yang satu, yaitu Al-Qur’an. Islam niscaya tidak akan

    berkembang apabila pengikut-pengikutnya tidak proaktif dalam usaha

    pengembangan penyiaran Islam dan merealisasikan ajarannya ditengah-

    tengah kehidupan manusia secara kontinyu, berkesinambungan, penuh

    dengan pengorbanan dan perjuangan.

    2Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (wakaf AMCF, ditashih pada 05 Rabiul Akhir1433 H/27 Februari 2012 M), hlm. 52.

  • 3

    Dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim sebagaimana

    disebutkan dalam firman Allah QS. An-Nahl (16):125:

    Terjemahnya:

    “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah3 danpengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan carayang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahuisiapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapayang mendapat petunjuk.”4

    Penggunaan kata ا د ع yang merupakan fi’il amr (kata perintah) dari دع

    یدع – pada awal ayat di atas dapat menjadi dasar hukum bahwa dakwah

    merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Hal ini diperkuat oleh firman Allah

    dalam QS. Ali Imran (3):104 yang berisi perintah untuk menyeru kepada

    kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.

    3Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan yang hak dan yang batil. Lihat Al-Qur’an dan Terjemahnya penerbit Departemen Agama (wakaf AMCF), hlm. 281.

    4Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (wakaf AMCF), hlm. 281.

  • 4

    Terjemahnya:

    “Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyerukepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dariyang mungkar.5 Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”6

    Pelaksanaan dakwah tidak selamanya berjalan sesuai dengan apa yang

    diharapkan. Di era milenium ini dimana pertumbuhan masyarakat sudah

    semakin komplek, tidak jarang dalam pelaksanaan dakwah di masyarakat

    timbul masalah yang komplek pula, seperti tingkat pengetahuan keagamaan

    masyarakat yang rendah sedangkan tingkat pendidikan formal yang semakin

    tinggi dan merata mengantarkan masyarakat kepada kepercayaan yang kuat

    akan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat, tradisi yang diyakini oleh masyarakat tidak sesuai

    dengan tuntunan syari’at Islam, dan materi dakwah yang tidak sesuai dengan

    apa yang dibutuhkan masyarakat; sehingga menghambat proses dakwah

    yang mengakibatkan lambatnya perkembangan penyampaian materi

    keagamaan kepada masyarakat.

    Agar dakwah sampai pada sasaran, maka unsur-unsur dakwah seperti

    dai, mad’u, media dakwah, materi dakwah, dan metode dakwah harus

    dipenuhi dan tidak boleh diabaikan karena ketiadaan salah satu unsur

    dakwah akan berakibat pada pencapaian target dakwah yang tidak maksimal.

    5Ma’ruf ialah segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan mungkar ialahsegala perbuatan yang menjauhkan diri dari Allah. Lihat Al-Qur’an dan Terjemahnya penerbitDepartemen Agama (wakaf AMCF), hlm. 63.

    6Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (wakaf AMCF), hlm. 63.

  • 5

    Hal ini sebagaimana terjadi di desa Tingkara Kecamatan Malangke

    Kabupaten Luwu Utara. Kendala dakwah yang dihadapi di desa Tingkara

    Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara antara lain, yaitu rendahnya

    kesadaran masyarakat akan pentingnya menjalankan syariat agama,

    kegiatan keagamaan yang minim, dan kebudayaan masyarakat yang

    mendarah daging sehingga sulit menerima ajaran Islam yang notabene

    berseberangan dengan kebudayaan masyarakat.

    Menyadari akan pentingnya penerapan metode komunikasi yang tepat

    dalam berdakwah kepada masyarakat di desa Tingkara Kecamatan

    Malangke Kabupaten Luwu Utara, maka penulis mengadakan penelitian

    mengenai metode komunikasi dakwah yang tepat untuk selanjutnya

    diterapkan di desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara

    dengan mengambil judul: “METODE KOMUNIKASI DAKWAH DALAM

    MEWUJUDKAN MASYARAKAT ISLAM (Studi Kasus di Desa Tingkara

    Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara)”.

    Penulis berharap melalui penelitian ini nantinya akan memberikan

    kontribusi dalam menemukan alternatif metode komunikasi dakwah yang

    tepat untuk selanjutnya diterapkan dan dikembangkan di masyarakat Desa

    Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara.

  • 6

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat

    mengambil rumusan masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana metode komunikasi dakwah dalam mewujudkan masyarakat

    Islam di Desa Tingkara Kabupaten Luwu Utara?

    2. Bagaimana peran komunikasi dakwah dalam mewujudkan masyarakat

    Islam di Desa Tingkara Kabupaten Luwu Utara?

    3. Bagaimana implementasi masyarakat Islam di Desa Tingkara

    Kabupaten Luwu Utara?

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini berdasarkan rumusan

    masalah di atas, yaitu:

    1. Mengetahui sejauh mana implementasi masyarakat Islam di Desa

    Tingkara Kabupaten Luwu Utara.

    2. Mengetahui peran komunikasi dakwah dalam mewujudkan masyarakat

    Islam di Desa Tingkara Kabupaten Luwu Utara.

    3. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam komunikasi dakwah

    dalam mewujudkan masyarakat Islam di Desa Tingkara Kabupaten

    Luwu Utara.

  • 7

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk

    memperoleh kejelasan dan pengetahuan yang mendalam tentang metode

    komunikasi dakwah dalam upaya mewujudkan masyarakat yang Islam.

    Kemudian dari segi kegunaannya penelitian ini dapat dilihat dalam dua

    segi, yaitu: pertama, secara akademik penelitian ini diharapkan dapat

    memberikan sumbangan ilmiah yang berharga bagi pengembangan ilmu

    metode komunikasi dakwah. Sedangkan yang kedua, secara praktis bahwa

    hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan sumbangan

    pemikiran dalam kegiatan menyampaikan materi agama dengan benar dan

    tepat sasaran sebagai upaya menyebarkan dakwah Islamah sebagai sebuah

    usaha untuk mewujudkan masyarakat yang Islam.

    E. Definisi Operasional

    Untuk memberikan pemahaman terhadap “Metode Komunikasi Dakwah

    dalam Mewujudkan Masyarakat Islam di Desa Tingkara Kecamatan

    Malangke Kabupaten Luwu Utara”, secara operasional dipandang perlu

    memberikan pengertian judul proposal ini untuk menggambarkan maksud

    dan tujuan dari judul tersebut sebagai berikut.

  • 8

    Metode komunikasi dakwah dapat diartikan sebagai jalan atau cara-cara

    yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah dari seorang

    komunikator (dai) kepada seorang komunikan (mad’u).

    Masyarakat Islam adalah kelompok manusia yang mempunyai

    kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan yang diikat oleh kesamaan agama

    yakni agama Islam.7 Dalam kajian sosiologi, masyarakat Islam dibedakan dari

    segi identitas keagamaan masyarakat serta tradisi agama Islam yang hidup

    dan berkembang dalam masyarakat.8

    Dari pemaparan pengertian judul diatas, maka lingkup pembahasan

    proposal ini perlu dibatasi agar tidak terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam

    menafsirkan tujuan yang dimaksud oleh peneliti. Penelitian ini akan

    mengungkapkan dan mendeskripsikan metode komunikasi dakwah yang

    digunakan oleh para pelaku dakwah di Desa Tingkara sebagai langkah atau

    upaya dalam mewujudkan masyarakat yang Islam. Hal ini perlu diwujudkan

    dengan pemahaman bahwa dengan metode komunikasi dakwah sebagai

    pendekatan utama akan terwujud kehidupan masyarakat yang Islam.

    F. Kerangka Berpikir

    Islam adalah agama dakwah yang berarti Islam bukan hanya

    berkewajiban melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari,

    7Arifuddin Tike dan Tajuddin Hajma, Dasar-Dasar Pengembangan masyarakat Islam, (Makassar:Alauddin Press), hlm. 9.

    8Agus Efendi, Islam Konseptual dan Kontekstual, (Bandung: Itqam, 1993), hlm 143.

  • 9

    melainkan juga harus menyampaikan atau mendakwahkan kebenaran ajaran

    Islam kepada orang lain.

    Komunikasi dakwah dalam aplikasinya di tengah kehidupan

    masyarakat untuk menyampaikan pesan-pesan ajaran agama senantiasa

    menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber hukum dan kebenaran

    utama. Agar dakwah dapat berjalan sukses maka harus dilakukan dengan

    cara-cara atau metode yang tepat. Sebagai sumber hukum dan kebenaran

    utama, al-Qur’an menawarkan tiga metode komunikasi dakwah yang dapat

    dikembangkan oleh para pelaku dakwah. Metode dakwah yang dimaksud,

    yaitu metode hikmah, metode mau’idzah al-hasanah, dan metode mujadalah

    allati hiya ahsan.

    Penyampaian pesan-pesan dakwah dengan menggunakan metode

    komunikasi dakwah yang tepat akan membekas dan menghujam kuat di hati

    mad’u. Pesan-pesan dakwah yang disampaikan mampu mempengaruhi pola

    pikir dan pemahaman mad’u yang selanjutnya akan membawa pengaruh

    terhadap sikap dan tingkah laku mad’u. Keberhasilan dan kesuksesan dai

    dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah akan mampu menghimpun dan

    menghasilkan energi untuk merubah kehidupan masyarakat pluralitas dalam

    tatanan kehidupan medernitas yang jauh dari aturan al-Qur’an dan as-

    Sunnah menuju tatanan kehidupan masyarakat Islam yang hidup di bawah

    naungan rambu-rambu al-Qur’an dan as-Sunnah.

  • 10

    Adapun tatanan kehidupan masyarakat yang Islam memiliki beberapa

    karakteristik secara umum, yaitu beriman kepada AllahSWT., amar ma’ruf

    dan nahi munkar. Sedangkan karakteristik khusus masyarakat Islam, yaitu

    adanya keinginan untuk hidup lebih baik, berlaku jujur dan adil dalam

    masyarakat pluralistik, marhamah dan menabur kerahmatan, toleransi

    terhadap sesama dalam perbedaan, serta memiliki budaya kritik yang

    membangun.

    Bersumber dari penjabaran batasan deskriptif di atas, maka penulis

    perlu menggambarkan kerangka berpikir dalam bentuk bagan sebagai

    berikut:

  • 11

    Metode Komunikasi Dakwah

    Hikmah Mau’idzah al-Hasanah Mujadalah Allati Hiya Ahsan

    Masyarakat Islam/Masyarakat Ideal

    Karakteristik Umum Karakteristik Khusus

    Beriman kepada Allah SWT. Amar ma’ruf Nahi munkar

    Adanya keinginan untukhidup lebih baik

    Berlaku jujur dan adil dalammasyarakat pluralistik

    Marhamah dan menaburkerahmatan

    Adanya kesalehan pribadidan sosial

    Toleransi terhadap sesamadalam perbedaan

    Memiliki budaya kritikmembangun

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Komunikasi Dakwah

    1. Definisi Komunikasi Dakwah

    Komunikasi adalah pernyataan diri yang efektif; pertukaran pesan-

    pesan yang tertulis atau pesan-pesan dalam percakapan, bahkan

    pesan-pesan yang dikirim melalui imajinasi; pertukaran informasi atau

    hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau dengan metode lain;

    pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain; pertukaran

    makna antarpribadi dengan sistem simbol; dan proses pengalihan

    pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu.1

    Berkomunikasi yang baik menurut norma agama adalah komunikasi

    yang sesuai dengan kaidah agama berdasarkan nilai-nilai al-Qur’an dan

    Sunnah Nabi.2

    Dakwah secara etimologis barasal dari bahasa Arab da’a-yad’u-

    da’watan, yang kemudian secara lazim disebut dengan istilah dakwah

    1Alo Liliweri, Sosiologi dan Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, cet. I, 2014),

    hlm. 359.2Mafri Amir, Etika Komunikasi dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, cet. II,

    1999), hlm. 35.

  • 13

    yang memiliki arti harfiah sebagai ajakan, seruan, panggilan, dan

    undangan.3 Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut

    mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)nya adalah berarti

    memanggil, menyeru, atau mengajak (da’a, yad’u, da’watan). Orang

    yang berdakwah biasa disebut dengan dai dan orang yang menerima

    dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan mad’u.4

    Komunikasi dakwah merupakan proses dari dua ilmu pengetahuan

    yang saling berhubungan. Wahyu Ilahi mengatakan bahwa kegiatan

    dakwah adalah kegiatan komunikasi dimana dai mengkomunikasikan

    pesan dakwah kepada mad’u baik secara perorangan maupun

    kelompok. Secara teknis, dakwah adalah komunikasi dai (komunikator)

    dan mad’u (komunikan). Semua ilmu yang berlaku dalam ilmu

    komunikasi berlaku juga dalam dakwah.5 Tujuan dari komunikasi adalah

    kebersamaan sikap, sifat, pendapat, dan perilaku dalam bidang yang

    dikehendaki komunikatornya. Adapun tujuan dari dakwah, yaitu

    kebersamaan sikap, sifat, pendapat, dan perilaku yang bernuansa Islam

    sehingga petunjuk dapat tersiar dan menghilangkan keragu-raguan atas

    syari’at Islam. Maka tujuan dan unsur-unsur komunikasi yang dilibatkan

    3Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaborating Tarmizi Tahe, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, cet. I,

    2005), hlm. 54.4Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hlm.

    406-407.5Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, cet. I, 2010), hlm. 24.

  • 14

    dalam proses dakwah harus Islami. Dengan kata lain, dakwah dapat

    disebut sebagai komunikasi yang berwawasan Islam.

    2. Unsur-Unsur Komunikasi Dakwah

    Komponen-komponen dalam komunikasi dakwah antara lain

    sebagai berikut:

    a. Dai

    Dai ibarat seorang pemandu terhadap orang-orang yang

    ingin mendapat keselamatan dunia dan akhirat. Ia adalah petunjuk

    jalan yang harus mengerti dan memahami terlebih dahulu mana

    jalan yang boleh dilalui dan mana jalan yang tidak boleh dilalui

    oleh seorang Muslim sebelum ia memberi petunjuk kepada orang

    lain. Oleh karena itu kedudukan seorang dai ditengah masyarakat

    menempati kedudukan yang penting. Ia adalah pemuka yang

    selalu diteladani oleh masyarakat di sekitarnya. Perbuatan dan

    tingkahlaku dai selalu dijadikan tolak ukur oleh masyarakatnya. Ia

    adalah seorang pemimpin di tengah masyarakat walau tak pernah

    dinobatkan resmi sebagai pemimpin. Dakwah Islam adalah ajakan

    untuk berpikir, berdebat, dan berargumen. Dai adalah pemikir yang

  • 15

    bekerja sama dengan mad’u dalam memahami dan mengapresiasi

    wahyu Allah.6

    b. Mad’u

    Salah satu unsur dakwah adalah mad’u, yakni manusia yang

    merupakan individu atau bagian dari komunitas tertentu.

    Mempelajari tentang unsur ini merupakan suatu keniscayaan

    dalam keberhasilan suatu dakwah.

    Mengenal tipologi manusia adalah salah satu faktor penentu

    suksesnya tugas dakwah, dan merupakan salah satu fenomena

    alam yang bisa ditangkap oleh orang bijak. Muhammad Abduh

    membagi mad’u menjadi tiga golongan, yaitu:

    1) Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran dan

    dapat berfikir secara kritis, cepat menangkap persoalan.

    2) Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat

    berfikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap

    pengertian-pengertian yang tinggi.

    3) Golongan yang berbeda dengan golongan diatas adalah

    mereka yang senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam

    batas tertentu, tak sanggup mendalami benar.7

    6jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/alhadharah/article/download/1713/1241; diakses pada

    31/12/2017 pukul 9:09 AM.7Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, hlm. 91.

  • 16

    c. Pesan dakwah

    Dalam keadaan tertentu manusia dapat dipengaruhi kata-

    kata tertentu sehingga ia mengubah tingkah lakunya atau kata-

    kata tertentu mempunyai kekuatan tertentu dalam mengubah

    tingkah laku manusia. Manusia adalah makhuk yang paling gemar

    mempergunakan lambang bahkan dapat dikatakan bahwa salah

    satu karakteristik dari manusia yang membedakannya dari

    makhluk lain adalah dalam hal kemampuan berkembang.

    d. Media dakwah

    Media ialah alat atau wahana yang digunakan untuk

    memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Media

    dakwah dapat berupa lisan, tulisan, lukisan, gambar, karikatur,

    audio visual, dan akhlaq.

    e. Lingkungan

    Kemamapuan dalam menganalisis kondisi masyarakat untuk

    menentukan metode dakwah yang akan dipakai untuk menentukan

    metode dakwah yang tepat sangat menunjang keberhasilan suatu

    komunikasi dakwah. Memahami sikap dan lingkungan manusia

    bukanlah sesuatu yang mudah. Hal ini dikarenakan peranan

    lingkungan memberikan faktor yang dominan dalam menentukan

    sikap seseorang.

  • 17

    Sebagaimana komunikasi dalam komunikasi dakwah juga

    terdapat istilah lingkungan yaitu faktor-faktor tertentu yang dapat

    mempengaruhi jalannya komunikasi dakwah. Lingkungan yang

    mempengaruhi tersebut meliputi lingkungan fisik, lingkungan

    sosial, dan lingkungan psikologis.

    f. Hambatan

    Sebagaimana hambatan-hambatan dalam komunikasi,

    beberapa faktor penghambat dalam komunikasi dakwah meliputi

    hambatan sosio-antro-psikologis, hambatan semantis, hambatan

    mekanis, hambatan ekologis.

    g. Efek

    Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang

    dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan

    sesudah menerima pesan dakwah. Menurut kadarnya, efek

    komunikasi terdiri dari efek kognitif, efek behavioral, dan efek

    afektif. Efek kognitif terjadi jika ada perubahan pada apa yang

    diketahui, dipahami, dan dipersepsi oleh khalayak. Efek ini

    berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan,

    kepercayaan, atau informasi. Efek behavioral merujuk pada

    perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola

    tindakan, kegiatan, atau kebiasaan tindakan berperilaku. Efek

    afektif timbul jika ada perubahan pada apa yang dirasakan,

  • 18

    disenangi, atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang

    berkaitan dengan emosi, sikap, serta nilai.

    3. Tujuan Komunikasi Dakwah

    Menurut pandangan M. Syafaat Habib, tujuan utama dakwah

    adalah akhlaq yang mulia (akhlaq al-karimah). Tujuan ini senada

    dengan misi diutusnya Nabi Muhammad SAW., yaitu untuk

    menyempurnakan akhlaq. Berdasarkan hadits “innama bu’itstu li

    utammima makarim al-akhlaq” (aku diutus untuk menyenpurnakan

    akhlaq mulia).8 Dengan akhlaq mulia ini, manusia akan menyadari

    fungsinya sebagai manusia, yakni abdi atau hamba Tuhan Yang Maha

    Esa, akhirnya akan berbakti kepada-Nya, mengikuti segala perintah-Nya

    dan menjauhi segala larangan-Nya, kemudian menegakkan prinsip

    “amar ma’ruf nahi munkar”.9 Tujuan tersebut akan lebih menukik apabila

    dikuatkan dengan ayat-ayat al-Qur’an. Menurut Ali Gharishah, bahwa

    ibadah pertama sebelum shalat diwajibkan adalah akhlaq atau ajaran

    moral, yaitu ajaran tentang budi pekerti mengenai baik dan buruk. Ayat-

    ayat yang dimaksud bisa dilihat dalam QS. Al-An’am (6):151-153 dan

    QS. Al-Isra (17):23-39.10

    8M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Widjaya, 1982), hlm. 129.9M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, hlm. 129.10Ajaran moral yang terdapat dalam QS. Al-An’am (6):151-153 adalah larangan-larangan

    mempersekutukan Tuhan dengan sesuatu, membunuh anak-anak karena takut kemiskinan, melakukan

    perbuatan keji, membunuh orang kecuali dengan hak, dan mempergunakan harta anak yatim. Sedang

  • 19

    M. Bahri Ghazali, dengan berdasarkan pada aspek kelangsungan

    suatu kegiatan dakwah, membagi tujuan dakwah kepada tujuan jangka

    pendek dan tujuan jangka panjang. Yang pertama dimaksudkan untuk

    memberikan pemahaman tentang Islam kepada masyarakat sasaran

    dakwah. Yang kedua mengadakan perubahan sikap masyarakat itu

    sendiri. Dengan tujuan pertama diharapkan pemahaman masyarakat

    tentang Islam, sehingga masyarakat akan terhindar dari perbuatan

    munkar. Sedangkan dengan tujuan kedua, diharapkan terwujudnya

    perubahan sikap dan perbuatan masyarakat dari kecenderungan

    berperilaku tidak terpuji menjadi masyarakat yang terbebas dari segala

    bentuk kemaksiatan. Kedua tujuan ini menurut M. Bahri Ghazali

    tergambar dalam QS. Ali Imran (3):104.11 Ayat ini dinilainya selain

    mengandung tujuan dakwah jangka pendek dan jangka panjang, juga

    menekankan sasaran dari tujuan itu yakni tercapainya masyarakat

    sejahtera, bahagia di dunia dan di akhirat. Implikasinya adalah dakwah

    komunikatif tidak hanya menarik, mempesona, dan lucu; melainkan juga

    mencerminkan esensi dakwah, yaitu terwujudnya perubahan sikap

    perintah-perintah yang dimuat adalah berbuat baik kerpada ibu bapak, menyempurnakan timbangan,

    berlaku adil, dan menepati janji. Adapun ajaran moral yang dicakup dalam QS. Al-Isra (17):23-39

    antara lain perintah bersikap sopan santun dan hormat kepada kedua orang tua. Perintah ini diikuti

    dengan larangan-larangan boros dalam menggunakan harta dan kikir, mendekati zina, mengikuti

    sesuatu yang tidak diketahui, dan berjalan di muka bumi dengan sombong. Lihat Ali Garishah, Du’atun

    la Bughatun, terj. Abu Ali, (Solo: Pustaka Mantiq, 1979), hlm. 11-18.11M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah,

    (Jakarta: Pedoman Ilmu, 1997), hlm. 7.

  • 20

    mental yang positif bagi masyarakat. Dengan kondisi ini akan tercipta

    ketenteraman lahir dan batin dalam kehidupan masyarakat.12

    Rumusan tujuan dakwah tersebut sejalan dengan tujuan kegiatan

    komunikasi yang menekankan terjadinya perubahan pada tiga aspek

    mendasar pada audien setelah mendapatkan informasi keagamaan.

    Yang pertama adalah perubahan aspek kognitif dalam artian dari tidak

    tahu menjadi tahu, dari yang kurang ilmu menjadi lebih banyak ilmu.

    Kedua adalah perubahan dari aspek sikap, yakni dari sikap acuh dan

    tidak apresiatif menjadi concern pada nilai-nilai ajaran agama yang di

    dakwahkan kepadanya. Ketiga adalah perubahan pada aspek konasi,

    yaitu dari tidak melakukan menjadi tekun mempraktekkan apa yang

    disampaikan kepadanya.13

    4. Fungsi Komunikasi Dakwah

    Dakwah sebagai proses komunikasi memiliki beberapa fungsi,

    diantaranya, yaitu fungsi informasi, fungsi meyakinkan, fungsi motivasi,

    fungsi sosialisasi, fungsi bimbingan, fungsi kepuasan spiritual, dan

    fungsi hiburan.14

    12M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah,

    hlm. 8.13Sasa Djuarsa Sandjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 1993),

    hlm. 45.14Harjani Hefni, Komunikasi Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), cet. I, hlm. 156-184.

  • 21

    Ketika komunikasi terjadi, maka tukar-menukar informasi tidak bisa

    dihindarkan. Informasi adalah kunci utama terjadinya perubahan sikap

    dan perilaku pada manusia. Fungsi meyakinkan terjemahnya membuat

    ide, pendapat, dan gagasan yang kita miliki bisa diterima oleh orang lain

    dengan senang hati dan tidak terpaksa. Bahkan bukan sekedar

    menerima dengan sukarela, mereka yang merasa mantap dengan

    penjelasan tersebut bisa menjadi pendukung ide itu. Fungsi meyakinkan

    dalam komunikasi Islam bisa dicapai diantaranya dengan metode hiwar

    (dialog) dan jidal (debat).

    Lupa adalah sifat yang tidak bisa berpisah dari manusia. Diantara

    masalah yang paling banyak dilupakan dan dilalaikan oleh manusia

    adalah masalah agama. Dakwah agama adalah salah satu cara untuk

    menginformasikan kepada manusia agar selalu ingat tentang tujuan

    hidup dan bagaimana mengisi hidup sebenarnya.

    Ada beberapa kondisi yang menyebabkan motivasi hidup

    seseorang menjadi tidak stabil. Komunikasi adalah salah satu cara

    untuk menyuntikkan motivasi kepada orang lain. Metode memotivasi diri

    sendiri adalah metode yang paling ideal untuk membangkitkan motivasi.

    Diantara fungsi komunikasi adalah untuk membimbing manusia.

    Tidak semua orang mampu membaca kemampuannya sendiri, dan tidak

    semua orang mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, padahal

    hidup tak pernah sepi dari masalah. Disinilah manusia memerlukan

  • 22

    orang lain untuk membimbingnya mencari solusi atau mengarahkannya

    ke tempat yang tepat.

    Manusia terbentuk dari dua unsur yang keduanya memiliki

    kebutuhan yang harus dipenuhi. Tubuh memerlukan makanan, pakaian,

    tempat tinggal, dan segala hal yang mendukung keselamatannya.

    Adapun kebutuhan roh adalah berkomunikasi dengan Allah Sang

    Pencipta. Ketika roh bersambung dengan Sang Penciptanya, hati

    menjadi tenang. Diantara metode memuaskan spiritual adalah dengan

    memberikan mau’idzah dan nasihat kepada mereka.

    Kata bisa membuat orang menjadi tenteram, meskipun tidak

    jarang kata itu melukai. Memasukkan kebahagiaan hati ke dalam hati

    orang lain di dalam hadits disebut dengan ikhdal al-surur.15

    5. Prinsip Komunikasi Dakwah

    Untuk menjadikan dakwah efektif, masyarakat dakwah khususnya

    para dai harus memahami prinsip-prinsip berikut :

    a. Berdakwah itu harus dimulai kepada diri sendiri dan kemudian

    menjadikan keluarganya sebagai contoh masyarakat, qu

    anfusakum wa ahlikum nara. (QS. 66:6)

    b. Secara mental, dai harus siap menjadi pewaris para nabi, yakni

    mewarisi kejuangan yang beresiko, al ‘ulama waratsat al anbiya’.

    15Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hlm. 156-184.

  • 23

    Semua nabi juga harus mengalami kesulitan ketika berdakwah

    kepada kaumnya meski sudah dilengkapi dengan mu’jizat.

    c. Dai harus menyadari bahwa masyarakat membutuhkan waktu

    untuk memahami pesan dakwah, oleh karena itu dakwah pun

    harus memehartikan tahapan-tahapan, sebagaimana Nabi

    Muhammad SAW. harus melalui tahapan periode Makkah dan

    periode Madinah.

    d. Dai juga harus menyelami alam pikiran masyarakat sehingga

    kebenaran Islam bisa disampaikan dengan menggunakan logika

    masyarakat, sebagaimana pesan rasul; Khatib an nas ‘ala qadri

    ‘uqulihim.

    e. Dalam menghadapi kesulitan, dai harus bersabar, jangan bersedih

    atas kekafiran masyarakat dan jangan sesak napas terhadap tipu

    daya mereka (QS. 16:127), karena sudah menjadi sunatullah

    bahwa setiap pembawa kebenaran pasti akan dilawan oleh orang

    kafir, bahkan setiap nabi pun harus mengalami diusir oleh

    kaumnya.

    f. Citra positif dakwah akan sangat melancarkan komunikasi

    dakwah, sebaliknya citra buruk akan membuat semua aktivitas

    dakwah kontraproduktif. Citra positif bisa dibangun dengan

    kesungguhan dan konsistensi dalam waktu lama, tetapi citra buruk

    dapat terbangun seketika hanya oleh satu kesalahan fatal. Dalam

  • 24

    hal ini, keberhasilan membangun komunitas Islam, meski kecil

    akan sangat efektif untuk dakwah.

    g. Dai harus memerhatikan tertib urutan pusat perhatian dakwah,

    yaitu prioritas pertama berdakwah sehubungan dengan hal-hal

    yang bersifat universal, yakni al-khair (kebajikan), yad’una ila al-

    khair, baru kepada amr ma’ruf dan kemudian nahi munkar (QS.

    3:104). Al-khair adalah kebaikan universal yang datangnya secara

    normatif dari Tuhan, seperti keadilan dan kejujuran, sedangkan al-

    ma’ruf adalah sesuatu yang secara sosial dipandang sebagai

    kepantasan.16

    6. Peran Komunikasi Dakwah

    Karena muara semua tujuan komunikasi adalah pertukaran pesan

    dan saling memengaruhi, maka membangun komunikasi yang bertujuan

    untuk menciptakan suasana yang sehat adalah bagian yang tidak

    terpisahkan dari Islam. Pengaruh pesan tersebut tidak hanya sesaat,

    tetapi kadang-kadang kekal sepanjang hidup komunikan. Diantara

    sebab manusia bisa terpengaruh oleh komunikasi adalah karena

    komunikasi memiliki kekuatan menyihir atau memukau orang lain.17

    16Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, hlm. 23.17Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hlm. 73.

  • 25

    Beberapa peran komunikasi dalam dakwah, diantaranya18 yaitu

    komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan

    memasukkan nilai-nilai persuasif Islam, sikap mental Islam, dan bentuk

    perilaku Islam; komunikasi dapat mengajarkan keterampilan-

    keterampilan pendidikan Islam; media massa dapat bertindak sebagai

    pengganda sumber-sumber daya pengetahuan; media massa dapat

    mengantarkan pengalaman-pengalaman yang dialami diri sendiri

    sehingga mengurangi biaya psikis dan ekonomis untuk menciptakan

    kepribadian Islami (amar ma’ruf nahi munkar); komunikasi dapat

    meningkatkan apresiasi yang merupakan perangsang untuk bertindak

    secara riil; komunikasi dapat membantu masyarakat menemukan Islam

    dan tentang pengetahuan Islam dalam mengatasi perubahan;

    komunikasi dapat membuat orang lebih condong untuk berpartisipasi

    dalam membuat keputusan di tengah kehidupan masyarakat;

    komunikasi dapat mengubah struktur kekuasaan masyarakat pada

    masyarakat yang awam ke masyarakat yang memiliki pengetahuan dan

    wawasan kepada massa; komunikasi dapat menciptakan umat menjadi

    loyal terhadap Islam; komunikasi memudahkan perencanaan dan

    implementasi program dan strategi dakwah; serta komunikasi dapat

    18 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, hlm. 40.

  • 26

    membuat dakwah menjadi proses yang berlangsung secara mandiri

    (self perpetuating).

    B. Masyarakat Islami

    1. Definisi Masyarakat Islami

    Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya

    dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.19

    Masyarakat berasal dari kata Arab, yaitu مشركة–یشارك –شرك yang

    bermakna ikut serta, berpartisipasi, atau masyarakat yang berarti saling

    bergaul.20 Masyarakat juga disebut civilized community, komunitas yang

    beradab, atau masyarakat madani.21 Burhan Bugin menyatakan bahwa

    masyarakat adalah kelompok-kelompok orang yang menempati suatu

    wilayah (territorial) tertentu yang hidup relatif lama, saling berkomunikasi

    (interaksi sosial) memiliki simbol-simbol dan aturan-aturan tertentu serta

    sistem hukum yang mengontrol tindakan anggota masyarakat, memiliki

    sistem stratifikasi, sadar sebagai bagian dari anggota masyarakat

    tersebut, serta relatif dapat menghidupi dirinya sendiri.22

    19Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

    1989), cet. II, hlm. 564.20Arifuddin Tike dan Tajuddin Hajma, Buku Daras: Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam,

    hlm. 3.21Mircea Elliade, The Encyclopedi of Religion, 1978, hlm. 305.22Arifuddin Tike dan Tajuddin Hajma, Buku Daras: Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam,

    hlm. 4.

  • 27

    Islam menurut al-Jurjani dalam bukunya al-Ta’rifat diartikan

    sebagai kerendahan dan ketundukan terhadap apa yang dikabarkan

    oleh Rasulullah SAW.23 Abdul Karim Zaidan dalam Ushul al-Dakwah

    memaparkan banyak sekali definisi tentang Islam. Diantara definisi

    Islam menurut beliau:

    Definisi pertama, Islam adalah bersyahadat bahwa tiada ilah selain

    Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat,

    menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji,

    sebagaimana yang terdapat dalam Hadis Jibril.24 Ketika Rasulullah

    SAW. ditanya Jibril tentang Islam, beliau menjawab:

    أناالسالم أن تشھد یا دمحم أخبرني عن االسالم, فقال رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص :

    وأن دمحما رسول هللا, وتقیم الصالة, وتؤتي الزكاة, وتصوم اال هللالھ ال

    وتحج البیت ان استطعت الیھ سبیال.رمضان,

    Artinya:

    “Wahai Muhammad, kabarkan kepadaku apakah Islam itu?Rasulullah SAW. menjawab: “Islam adalah engkaubersyahadat bahwa tiada ilah selain Allah dan Muhammadadalah Rasulullah, engkau mendirikan shalat, engkau

    23Ali bin Muhammad bin Ali al-Zain al-Syarif al-Jurjani, al-Ta’rifat, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah,

    1403-1983), hm. 23.24Hadis Jibril adalah hadis yang cukup panjang, bersumber dari Umar bin Khattab ra. Beliau

    menceritakan tentang datangnya seorang sosok yang tidak dikenal dan bertanya kepada Nabi SAW

    tentang Islam, iman, ihsan, dan tanda kiamat. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim. (Muslim bin al-

    Hajjaj Abu al-Hasan al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Dar Ihya’ al-Turats al-Arabi, t.th.),

    juz 1, hlm. 36, hadis no. 1.)

  • 28

    membayar zakat, engkau berpuasa Ramadhan, danmelaksanakan haji jika mampu”.

    Definisi ini memotret Islam dari amalan utama atau lima rukun utama

    yang tidak boleh ditinggalkan oleh orang yang memeluk agama Islam.

    Karena pilar utama Islam adalah lima rukun diatas, maka Islam

    diidentikkan dengan rukun Islam.

    Definisi kedua, Islam adalah kerendahan, penyerahan diri, dan

    ketundukan kepada Allah Robbul Alamin. Ketundukan ini disyaratkan

    harus dalam bentuk pilihan bukan karena terpaksa, yaitu ketundukan

    kepada Allah di segala bidang. Definisi yang kedua ini mirip dengan

    definisi yang diberikan oleh al-Jurjani, yaitu definisi Islam dengan

    pendekatan bahasa. Ketika kata Islam dihubungkan dengan din25 yang

    dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.,maka definisi Islam adalah

    ketundukan atas dasar sukarela kepada Allah Robbul ‘Alamin. Bukti

    ketundukan itu terwujud pada kepatuhan terhadap syariat Allah yang

    diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Islam dalam arti

    ketundukan dapat ditemukan dalam firman Allah:

    .....

    25Din sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi agama. Tetapi secara etimologi,

    kata din memiliki arti yang banyak diantaranya pembalasan, ketaatan, ketundukan. (Ibnu Mandzur,

    Lisan al-‘Arab, Beirut: Dar Shadir: 1412-1999, juz 13, hlm. 168-169).

  • 29

    Terjemahnya:

    “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalahIslam”. (QS. Ali Imran (3):19).26

    Definisi ini memotret Islam dari akar katanya. Definisi ini penting

    diketahui untuk mengetahui roh dari ajaran Islam yang sebenarnya. Roh

    Islam adalah ketundukan kepada Allah dan apa yang diperintahkan

    Allah.27

    Masyarakat Islami adalah kelompok manusia yang mempunyai

    kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan yang diikat oleh kesamaan

    agama yakni agama Islam.28 Dalam kajian sosiologi, masyarakat Islam

    dibedakan dari segi identitas keagamaan masyarakat serta tradisi

    agama Islam yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.29

    2. Karakteristik Masyarakat Islam Ideal

    Dakwah sebagai proses penyelamatan manusia dari berbagai

    persoalan yang merugikan, merupakan kerja dan karya besar manusia -

    baik secara individual maupun sosial- yang dipersembahkan untuk

    Tuhan dan sesamanya. Dakwah merupakan kerja sadar, dalam rangka

    menegakkan keadilan, meningkatkan kesejahteraan, menyuburkan

    26Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (wakaf AMCF), hlm. 52.27Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hlm. 7-9.28Arifuddin Tike dan Tajuddin Hajma, Dasar-Dasar Pengembangan masyarakat Islam, hlm. 9.29Agus Efendi, Islam Konseptual dan Kontekstual, hlm 143.

  • 30

    persamaan, mencapai kebahagiaan berdasarkan sistem yang

    disampaikan Allah SWT.30

    Dakwah merupakan perwujudan tugas dan fungsi manusia

    sebagai khalifah fi al-ardh yang melekat sejak awal penciptaan manusia,

    yaitu dalam rangka menumbuhkan dan mewujudkan kesalehan

    individual dan kesalehan sosial, yaitu pribadi yang memiliki kasih

    sayang terhadap sesama dan mewujudkan tatanan masyarakat

    marhamah yang dilandasi oleh kebenaran tauhid, persamaan derajat,

    semangat persaudaraan, kesadaran akan arti penting kesejahteraan

    bersama, dan penegakan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat.31

    Persamaan merupakan salah satu konsep dari konsep sosial

    Islam. Karenanya dalam masyarakat Islam tidak mengenal kelas. Disini

    status sosial manusia tidak ditentukan oleh kekuasaan warisan atau

    kekayaan yang diperoleh lewat usahanya sendiri melainkan oleh

    takwanya, kesalehannya, sifat-sifat pribadinya dan sumbangan yang

    diberikannya kepada orang lain dan kepada masyarakat. Dalam

    kerangka Islam setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk

    mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya.

    30Ejang AS dan Aliyuddin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah: Pendekatan Filosofis dan Praktis, (Bandung:

    Widyapadjadjaran, 2009), hlm. 13-14.31https://media.neliti.com/media/publications/69829-ID-pengembangan-masyarakat-Islam-dalam-

    sistem-dakwah-Islamiyyah.pdf, diakses pada 10/02/2018 pukul 2:04 PM.

  • 31

    Keadilan merupakan salah satu sendi kehidupan bermasyarakat.

    Bahkan keadilan lebih utama daripada kedermawanan atau ihsan. Oleh

    karena itu, dalam pandangan dan jiwa hukum Islam semua orang sama

    dan tidak ada seorang pun yang kebal terhadap hukum demi

    kepentingan orang banyak.

    Masyarakat Islam ideal adalah masyarakat yang ditopang oleh

    keimanan yang kokoh kepada Allah SWT. Islam adalah sebuah sistem

    yang komprehensif yang memuat banyak aspek dan metodologi hidup

    yang kemudian menjadikan kehidupan manusia lebih baik dan

    bermakna. Hal ini dikarenakan bukan hanya Islam yang menikmati

    ajaran dan kandungan Islam itu melainkan juga masyarakat lain yang

    tidak se-ideologi dengan Islam.

    Masyarakat Islam ideal dalam al-Qur’an merupakan sebuah

    tatanan yang muncul dari suatu keharmonisan yang selalu menjadikan

    orang merasa senang dan selalu dilindungi oleh semua pihak. Dia bagai

    pohon yang mempunyai cabang yang rindang, bisa melindungi orang

    banyak dari sengatan matahari yang panas.32

    Ciri umum masyarakat ideal sebagaimana telah dijelaskan dalam

    QS. Ali Imran (3):110 pada pembahasan sebelumnya, yaitu beriman,

    32Sayyid Qutub, Petunjuk Jalan, (Yogyakarta: Media Dakwah, 1995), hlm.78.

  • 32

    amar ma’ruf, dan nahi munkar. Adapun ciri-ciri khusus masyarakat ideal

    diantaranya sebagai berikut33:

    a. Adanya kemauan untuk hidup lebih baik

    Hidup yang lebih baik adalah dambaan dan fitrah setiap orang.

    Maka kemauan untuk hidup lebih baik adalah suatu keharusan.

    b. Berlaku jujur dan adil dalam masyarakat pluralistik

    Menegakkan hukum secara adil adalah bagian dari kejujuran

    bersama masyarakat pluralistik dan hal ini merupakan karakteristik

    dari masyarakat ideal. Masyarakat yang memiliki watak jujur dan

    tulus untuk berlaku adil terhadap siapa saja harus membebaskan

    nurani dari berbagai penyakit hati.

    c. Marhamah dan menabur kerahmatan

    Masyarakat ideal adalah mereka yang cinta pada kebaikan, hidup

    saling kasih sayang dan menabur kerahmatan baik pada tataran

    simbolik maupun dataran praktis.

    d. Adanya kesalehan pribadi dan sosial

    Tolak ukur masyarakat ideal adalah mereka yang memiliki

    kesalehan pribadi dan sosial. Kesalehan pribadi berarti bahwa

    manusia memiliki sifat-sifat terpuji, seperti menjalankan perintah

    agama dan menjauhi larangannya dengan perilaku atau sifat-sifat

    33file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196509171990011_ACENG_KOSASIH/MASYARAKAT_

    MADANI.pdf; diakses pada 10/02/2018 pukul 13:55 WITA.

  • 33

    yang saleh dalam dirinya. Adapun kesalehan sosial, yaitu

    membagi kebaikan, kedamaian, keamanan, dan kebahagiaan

    terhadap sesama sehingga masyarakat dapat merasakan

    kebahagiaan hidup baik materil maupun spiritual.

    e. Toleran terhadap sesama dalam perbedaan

    Agar proses komunikasi dalam kehidupan Bhinneka Tunggal Ika

    dapat berlangsung secara sehat maka diperlukan rasa toleran

    (tasamuh), yaitu tenggang rasa dan lapang dada dalam

    memahami perbedaan dan menyadari perbedaan tersebut sebagai

    sesuatu yang wajar. Rasa toleran dapat meneguhkan fitrah sosial,

    memperteguh ukhuwah basyariah, mempersempit ruang gerak

    permusuhan dan konflik, terwujudnya sikap saling menghormati

    antar sesama, dan menyadari bahwa sesama manusia terdapat

    saling ketergantungan yang tidak mungkin dipisahkan.

    f. Memiliki budaya kritik membangun

    Fungsi kritik adalah sebagai sosial kontrol dan sebagai dukungan

    sosial baik secara pribadi maupun kolektif. Kritik membangun

    adalah salah satu perwujudan dari tugas suci amar ma’ruf nahi

    munkar dan juga sebagai kepedulian sosial dan tanggung jawab

    untuk menciptakan perbaikan untuk sesama, memperkecil

    penyimpangan, dan memutuskan makar (rencana jahat) yang ingin

    dilakukan oleh manusia untuk manusia.

  • 34

    C. Kajian Teoritis

    1. Komunikasi Dakwah Perspektif Al-Qur’an dan As-Sunnah

    Dakwah Islamiah pada prinsipnya adalah proses penyampaian

    (mengkomunikasikan) ajaran Islam kepada semua pihak sehingga

    terwujud suatu tatanan masyarakat yang Islami.

    Dari perspektif al-Qur’an, dakwah merupakan sebagian dari jihad

    fisabilillah, karena kata jihad diambil dari kata (Arab) al-jahdu yang

    berarti kekuatan (thaqah) dan kemampuan (al-wus’u). Jadi jihad ini

    memiliki arti berusaha keras dan mencurahkan seluruh kemampuan

    serta kekuatan, baik dalam perang, berbicara, ataupun bentuk usaha

    lainnya yang dilakukan untuk menegakkan kalimat Allah SWT. serta

    memuliakan agama-Nya. Pengertian secara lughawi (harfiah) kata jihad

    mencakup makna al-qital (perang bersenjata), yang merupakan puncak

    pengerahan tenaga. Masuk pula di dalamnya berdakwah dengan lisan

    dan melakukan bantahan terhadap orang-orang kafir dengan kata-kata

    dan hujah (argumen), seperti difirmankan Allah melalui surah al-Furqan

    ayat 51-52 yang bermakna:

  • 35

    Terjemahnya:

    “Dan sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami utus seorangpemberi peringatan pada setiap negeri. Maka janganlah engkautaati orang-orng kafir, dan berjuanglah terhadap merekadengannya (al-Qur’an) dengan semangat perjuangan yangbesar”.34

    Bahkan dalam ayat tersebut tersirat pula makna bahwa jihad itu

    tidak dikhususkan terhadap orang-orang kafir saja. Menasihati

    seseorang pun termasuk jihad juga, seperti ditegaskan oleh Nabi

    Muhammad SAW. dalam sabdanya yang berarti: “Jihad yang paling

    afdal ialah perkataan yang benar (haq) di hadapan penguasa yang

    zalim”.35

    Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa kebijaksanaan

    dalam berdakwah selalu berprinsip pada jihad fisabilillah yang realitanya

    mencakup tiga bentuk36, yaitu: pertama, informasi yang membawa

    kabar gembira dan peringatan (tabsyir dan nadzarah) dimana dalam

    dakwah dikenal dengan bentuk dakwah qauliyah (dakwah melalui

    ucapan lisan). Kedua, pendidikan dan bimbingan, termasuk didalamnya

    memberikan suri teladan dan mendakwahi diri sendiri, yang pada

    hakikatnya dikenal dengan sebutan dakwah bil hal (dakwah dengan

    34 Al-Kaffah, Mushaf Al-Qur’an Tafsir Per Kata Kode Arab, Alfatih Berkah Cipta, hlm. 364.35Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah: Penerapan Strategi Komunikasi dalam Dakwah,

    (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet. I, 2014), hlm. 93.36Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah: Penerapan Strategi Komunikasi dalam Dakwah, hlm. 94.

  • 36

    perbuatan). Ketiga, memerangi kaum kafir dalam arti memberantas

    akhlaq, perilaku, dan kepercayaan yang membawa kekufuran. Perang

    disini tidak harus selalu menyerbu orang-orang kafir dengan kekuatan

    senjata semata, melainkan berusaha melakukan perlawanan terhadap

    keadaan yang merugikan demi terpeliharanya eksistensi atau sikap

    hidup yang lebih baik dari seseorang.

    Berpijak dari pengertian jihad diatas, dapat disimpulkan bahwa

    metode dakwah menuntut adanya tindakan bijaksana yang menentukan

    pengaturan langkah-langkah dakwah yang mengarah kepada amar

    ma’ruf nahi munkar, baik dalam diri dai sendiri maupun dalam diri

    mad’unya.

    Para ulama Ushul Fiqh dan ulama Ushuludda’wah menjelaskan

    beberapa ketentuan dan kaidah yang mereka simpulkan dari nash al-

    Qur’an, as-Sunnah, (hadits), dan penelitiannya sebagai berikut37:

    a. Seorang mukmin tidak boleh terjerumus ke dalam satu lubang dua

    kali.

    b. Mencegah kerusakan lebih baik dari pada mendatangkan kebaikan.

    c. Tidak boleh mencegah kemungkaran dengan kemungkaran yang

    lebih besar daripadanya.

    37Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah: Penerapan Strategi Komunikasi dalam Dakwah,

    hlm. 97-98.

  • 37

    Sebagai sumber yang autentik dan isinya yang mengandung

    mukjizat, maka Al-Qur’an adalah kitab yang paling layak menjadi

    sumber utama yang sangat potensial memberikan kontribusi positif

    terhadap komunikasi dakwah. Konsep dan rambu-rambu komunikasi

    dakwah dalam Al-qur’an diantaranya, yaitu:

    a. QS. Ali Imran (3):104

    Terjemahnya:

    Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yangmenyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf danmencegah dari yang mungkar ...38

    b. QS. Ali Imran (3):159

    38Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (wakaf AMCF), hlm. 63.

  • 38

    Terjemahnya:

    Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemahlembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras danberhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untukmereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusanitu.39 Kemudian apabila engkau telah membuatkan tekad, makabertawakallah kepada Allah. ...40

    c. QS. Luqman (31):18

    Terjemahnya:

    Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karenasombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh.Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong danmembanggakan diri.41

    d. QS. Fussilat (41):34

    39Urusan peperangan dan hal-hal duniawi lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan

    dan lain-lain.40Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (wakaf AMCF), hlm. 71.41Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (wakaf AMCF),hlm. 412.

  • 39

    Terjemahnya:

    Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatanitu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasapermusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia.42

    Nabi Muhammad SAW. mengutamakan budi pekerti yang baik

    dalam segala hal, termasuk dalam hal berdakwah. Di antara hadits Nabi

    SAW., yaitu:

    وخالق الناس بخلق حسن.اتق هللا حیثما كنت, وأتبع السیئة الحسنة تمحھا,

    Artinya:

    Bertaqwalah kepada Allah dimana saja engkau berada, danikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscayaperbuatan baik itu akan menghapuskanya, dan berakhlaklahdengan manusia dengan akhlak yang baik. (HR. Tirmidzi).43

    الناس بأموالكم ولكن لیسعھم منكم بسط الوجھ وحسن الخلق.انكم ال تسعون

    Artinya:

    Sesungguhnya kalian tidak bisa menarik hati manusia hanyadengan hartamu saja, maka pergaulilah mereka itu dengan wajahyang berseri-seri serta budi pekerti yang baik. (HR. Bazzar, AbuYa’la dan Thabrani).44

    42Al-Kaffah: Mushaf Al-Qur’an Tafsir Per Kata Kode Arab, hlm. 480.43https://adjhis.wordpress.com/2013/11/12/kebaikan-menghapus-kesalahan-hadits-ke-18; diakses

    pada 02/03/2018 pukul 22:31 WITA.44m.suara-islam.com/read/al-islam/akhlak/23495/Tebarkan-kebaikan-dengan-Senyuman; diakses

    pada 03/03/2018 pukul 22:58 WITA.

  • 40

    2. Metode Komunikasi Dakwah

    Agar dakwah dapat berjalan sukses maka harus dilakukan dengan

    cara-cara atau metode yang tepat. Di dalam al-Qur’an telah dijelaskan

    bagaimana cara seseorang mengajak orang lain kepada apa ya ng telah

    digariskan oleh Allah. Diantara ayat tersebut adalah QS. An-Nahl

    (16):125 yang berbunyi:

    Terjemahnya:

    Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah45 danpengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengancara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebihmengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yamg lebihmengetahui siapa yang mendapat petunjuk.46

    Berdasarkan ayat diatas ada tiga metode dakwah yang dapat

    dikembangkan, yaitu: metode hikmah, metode mau’idzah al-hasanah,

    dan metode mujadalah allati hiya ahsan. Sayyid Quthub menyatakan

    bahwa upaya membawa orang lain kepada Islam hanyalah melalui

    45Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yang batil.46 Al-Kaffah, Mushaf Al-Qur’an Tafsir Per Kata Kode Arab, hlm. 281.

  • 41

    metode yang telah ditetapkan oleh Allah dalam al-Qur’an.47 Ketiga

    metode di atas disesuaikan dengan kemampuan intelektual masyarakat

    yang dihadapi. Namun bukan berarti masing-masing metode tertuju

    untuk masyarakat tertentu pula, akan tetapi secara prinsip semua

    metode dapat dipergunakan kepada semua masyarakat.48

    a. Metode Hikmah

    Pengertian hikmah menurut para pakar filsafat al-Qur’an

    adalah validitas dalam perkataan dan perbuatan; mengetahui yang

    benar (haq) dan mengamalkannya; meletakkan sesuatu pada

    tempatnya; menjawab segala sesuatu dengan tepat dan cepat;

    memperbaiki perkataan dan perbuatan; serta takut kepada Allah

    SWT., mengamalkan ilmu, dan wara dalam hal agama.49

    Syekh Abdurrahman Abdul Khaliq mengartikan kata hikmah

    sebagai kebijaksanaan yang merupakan berbagai norma dan

    prinsip yang agung dan sudah dijelaskan oleh Allah dalam al-

    Qur’an serta sudah diterangkan oleh Rasulullah bahwa beliau

    diutus oleh Allah dengan (membawa) hikmah.50

    47Sayyid Quthub, Petunjuk Jalan, hlm. 78.48Muhammad Husain al-Thabathaba’iy, al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, 1991), Juz.

    XII, hlm. 372-373.49Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah: Penerapan Strategi Komunikasi dalam Dakwah, hlm. 97.50Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah: Penerapan Strategi Komunikasi dalam Dakwah, hlm. 97.

  • 42

    Metode hikmah berjalan pada metode yang realistis

    (praktis) dalam melakukan suatu perbuatan. Maksudnya, ketika

    seorang dai akan memberikan ceramahnya pada saat tertentu

    haruslah selalu memperhatikan realitas yang terjadi di luar, baik

    tingkat intelektual, pemikiran, psikologis, maupun sosial. Semua

    itu menjadi acuan yang harus dipertimbangkan.51

    Berangkat dari pemahaman di atas dapat disimpulkan

    bahwa metode hikmah atau kebijaksanaan adalah cara-cara

    membawa orang lain kepada ajaran Islam melalui ilmu dengan

    berbagai pendekatan filosofis, analisis, logis, dan sistematis

    sehingga materi dakwah yang disampaikan mampu masuk ke

    ruang hati para mad’u dengan tepat.

    b. Metode Mau’idzah al-Hasanah

    Mau’idzah secara bahasa terjemahnya adalah nasihat,

    adapun secara istilah adalah nasihat yang efisien dan dakwah

    yang memuaskan, sehingga pendengar merasa bahwa apa yang

    disampaikan dai itu merupakan sesuatu yang dibutuhkannya, dan

    bermanfaat baginya. Sedangkan kalau digandeng dengan kata

    51M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 12-13.

  • 43

    hasanah, maka maksudnya adalah dakwah yang menyentuh hati

    pendengar dengan lembut tanpa adanya paksaan.52

    Metode mau’idzah al-hasanah menurut Sayyid Quthub

    adalah da’wah yang mampu meresap ke dalam hati dengan halus

    dan merasuk ke dalam perasaan dengan lemah lembut. Tidak

    bersikap menghardik, memarahi, dan mengancam hal-hal yang

    tidak perlu, tidak membuka aib atas kesalahan-kesalahan mereka

    yang diseru. Oleh karena itu sikap lemah lembut dalam

    menyampaikan ajaran Islam kepada mereka, pada umumnya

    mendatangkan petunjuk bagi hati yang sesat dan menjinakkan hati

    yang benci serta mendatangkan kebaikan.53

    Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-Mau’idzah al-Hasanah

    merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk

    mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau

    membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat

    baik.54

    Mau’idzah adalah jenis komunikasi yang bertujuan untuk

    melunakkan hati yang mendengarnya. Lunaknya hati terefleksi

    pada linangan air mata, goncangnya dada saat mendengarkan

    52http://meja-miftah.blogspot.com/2010/12/metode-dakwah-islam.html; diakses pada 02 Februari

    2015.53Sayyid Quthub, Petunjuk Jalan, hlm. 78.54M. Munir, Metode Dakwah, hlm. 16.

  • 44

    pesan, dan munculnya tekad untuk berubah.55 Mau’idzah al-

    hasanah dapat diartikan sebagai nasehat dan pengajaran yang

    bersifat menggembirakan dengan mengemukakan kebaikan Islam.

    Metode mau’idzah al-hasanah terdiri dari beberapa bentuk

    diantaranya, yaitu nasehat dan petuah, tabsyir wa tandzir, serta

    wasiat.

    Nasehat berarti ajaran atau pelajaran baik, anjuran, petunjuk,

    peringatan.56 Nasehat dan petuah bertujuan mengingatkan bahwa

    segala perbuatan pasti ada sanksi dan akibat. Nasehat dan petuah

    harus berkesan dalam jiwa dengan keimanan dan petunjuk.

    Tabsyir berasal kata busyra dan bisyarah yang terjemahnya

    adalah bahagia dan gembira. Adapun kata tabsyir terjemahnya

    adalah menyampaikan kabar bahagia dan gembira. Busyra (kabar

    gembira) pada dasarnya merupakan pesan khusus buat orang-

    orang yang sukses atau sedang menelusuri jalan-jalan

    kesuksesan.57

    Tandzir atau indzar secara bahasa berarti menyampaikan

    pesan dengan cara mengingatkan yang bertujuan untuk

    55Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hlm. 153.56Team Akar Media, Kamus Lengkap Praktis Bahasa Indonesia, (Surabaya: Akar Media, 2003),

    hlm. 306.57Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hlm. 137.

  • 45

    menumbuhkan rasa takut dan kehati-hatian, baik untuk diri

    komunikator dan komunikan.58

    Secara etimologi kata wasiat berasal dari bahasa Arab yang

    diambil dari kata washa-washiya-washiyatan yang berarti pesan

    penting berhubungan dengan suatu hal.59 Wasiat dalam konteks

    dakwah dapat diartikan sebagai ucapan berupa arahan dari dai

    kepada mad’u terhadap sesuatu yang belum dan akan terjadi.

    Wasiat merupakan salah satu model pesan dalam komunikasi.

    Seorang dai harus mampu mengatur kesan dalam menyampaikan

    pesan dakwah.

    c. Metode Mujadalah Allati Hiya Ahsan

    Dari segi etimologi (bahasa) lafaz mujadalah terambil dari

    kata “jadala” yang bermakna memintal. Apabila ditambahkan alif

    pada huruf jim yang mengikuti wazan faa ‘ala, “jaa dala” dapat

    bermakna berdebat, dan “mujadalah” perdebatan.60

    Mujadalah dapat diartikan sebagai tukar pendapat yang

    dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan

    permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang

    diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.

    58Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hlm. 141.59Louis Ma’luf, Kamus Munjid fi Lughah wa al-Alam, (Beirut: Dar al-masyiq, 1986), hlm. 9091.60Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 253.

  • 46

    Antara satu dengan yang lainnya saling menghargai dan

    menghormati pendapat keduanya berpegang pada kebenaran,

    mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman

    kebenaran tersebut.61

    Dalam metode mujadalah dikenal dua istilah, yaitu hiwar dan

    jidal. Hiwar menurut istilah berarti pembicaraan yang berlangsung

    diantara dua orang atau lebih yang bertujuan untuk menyampaikan

    informasi atau meyakinkan orang lain dalam suasana tenang dan

    tidak panas. Hiwar menurut istilah umum adalah diskusi yang

    berlangsung antara dua pihak atau lebih dengan tujuan untuk

    meluruskan pandangan, menampilkan hujah, menetapkan

    kebenaran, menghilangkan syubhat (keragu-raguan), dan

    mengembalikan orang yang salah pemahamannya kepada

    kebenaran.62

    Adapun jidal adalah salah salah satu metode dalam

    komunikasi untuk mempertahankan pendapat atau membuat

    pendapat yang kita yakini kebenarannya unggul dibandingkan

    pendapat yang lainnya.63 Jidal yang diperintahkan oleh Allah

    adalah jidal yang bertujuan untuk mengalahkan lawan bukan

    61 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, hlm. 254.62Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hlm. 124.63Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hlm. 130.

  • 47

    karena hawa nafsu, tetapi untuk memenangkan pandangan yang

    benar. Meskipun pandangan yang akan dipaparkan adalah benar,

    Allah hanya membolehkan jidal dengan cara yang baik64

    sebagaimana disebutkan dalam QS. An-Nahl (16):125.

    3. Masyarakat dalam Pandangan Al-Qur’an

    Islam memperhatikan persoalan masyarakat sebagaimana

    memperhatikan persoalan individu karena persoalan masyarakat dan

    persoalan individu keduanya saling mempengaruhi. Masyarakat tidak

    lain adalah sekumpulan individu yang diikat dengan suatu ikatan. Oleh

    itu kebaikan individu sangat berpengaruh kepada kebaikan masyarakat

    bagaikan batu bata bagi bangunan. Sebuah bangunan tidak akan baik

    apabila batu batanya rapuh. Begitu juga sebaliknya, seorang itu tidak

    akan baik kecuali jika berada dalam lingkungan masyarakat yang

    kondusif bagi perkembangan pribadinya, bagi kemampuannya

    beradaptasi secara benar, dan bagi perilaku yang positif.

    Ayat-ayat yang menyinggung masyarakat diantaranya, yaitu:

    a. QS. Ali Imran (3):110

    64 Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hlm. 128.

  • 48

    Terjemahnya:

    “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untukmanusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, danmencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka.Di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan merekaadalah orang-orang fasik”.65

    b. QS. Al-Hujurat (49):13

    Terjemahnya:

    ”Wai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan kamu dariseorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikankamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu salingmengenal. Sungguh yang paling mulia diantara kamu disisi Allahialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Mahamengetahui, Maha Teliti”.66

    65Al-Kaffah, Mushaf Al-Qur’an Tafsir Per Kata Kode Arab, hlm. 64.66Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (wakaf AMCF), hlm. 517.

  • 49

    Ayat pertama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah

    sebaik-baik manusia untuk manusia dengan syarat menyuruh kepada

    kebaikan, melarang kepada yang mungkar, dan beriman kepada Allah.

    Allah ingin agar kepemimpinan ini untuk kebaikan bukan untuk

    keburukan dimuka bumi. Oleh sebab itu, umat ini tidak selayaknya

    mengambil petunjuk dari umat-umat lain diantara umat-umat jahiliyyah.

    Tetapi seharusnya ia selalu memberikan apa yang dimilikinya kepada

    umat-umat tersebut, dan hendaknya ia selalu memiliki apa yang bisa

    diberikan. Yaitu berupa keyakinan yang benar, konsepsi yang benar,

    sistem yang benar, akhlak yang benar, dan ilmu yang benar.67

    Ayat kedua memberikan penjelasan berkenaan dengan konsep

    masyarakat, yaitu berawal dari anak-anak, kemudian tumbuh besar dan

    tersebar banyak, dengan berbagai model yang berbeda-beda, dari

    kulitnya, rasnya, bentuk wajahnya, dan dengan berbagai bahasa yang

    dipakai, terpisah diantara belahan bumi dan tempat yang disukai. Lama-

    kelamaan terbentuklahlah bangsa-bangsa yang lebih besar dan merata.

    Dari bangsa tadi terpecah menjadi berbagai suku dalam ukuran lebih

    kecil dan terperinci. Dari suku terbagi pula keluarga dalam ukuran lebih

    kecil, dan keluarga pun terperinci kepada rumah tangga. Dari yang

    seperti berjauhan itu agar saling kenal mengenal dari asal-usulnya.

    67Sayyid Qutub, Tafsir Fidzilalil Qur’an, terj. Ainur Rafiq Shaleh, (Jakarta: Robbani Press, 2001),

    jilid 2, hlm. 355.

  • 50

    Namun pada ujung ayat bahwa kemuliaan yang sejati

    adalah kemuliaan hati kemuliaan budi pekerti, kemuliaan perangai dan

    ketaatan kepada Ilahi.68

    Hadits Rasulullah SAW. yang menyinggung tentang masyarakat,

    diantaranya, yaitu:

    فلیكرم ضیفھ.

    Artinya:

    “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat makahendaklah ia berkata baik atau diam, dan barangsiapa yangberiman kepada Allah dan hari akhirat maka hendaklah iamemuliakan tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepadaAllah dan hari akhirat maka hendaklah ia memuliakan tamunya.”(HR. Bukhori no. 6018 dan Muslim no. 47).69

    Ini merupakan perbuatan iman, sebagaimana yang telah jelas

    bahwa amal perbuatan termasuk dari iman. Memuliakan tetangga dalam

    riwayat terdapat larangan menyakiti tetangga karena menyakiti tetangga

    hukumnya haram. Sebab menyakiti tanpa alasan yang benar itu

    diharamkan atas setiap orang, tetapi dalam hak tetangga perbuatan

    menyakiti itu lebih berat keharamannya. Dijelaskan oleh para ulama

    68Hamka, Tafsir Hamka, (Malaysia: Pustaka Nasional, 2007), cet. VII, jilid 9, hlm. 6834-6835.69https://sunnisalafygarut.wordpress.com/2014/10/20/hadits-15-berkata-baik-memuliakan-tetangga-

    dan-tamu; diakses pada 03/03/2018 pukul 14:41 WITA.

  • 51

    bahwa tetangga itu ada 3, yaitu yang pertama, tetangga Muslim yang

    memiliki hubungan kerabat, maka dia memiliki 3 hak, yaitu hak

    tetangga, hak Islam, dan hak kekerabatan. Yang kedua, tetangga

    Muslim, maka ia memiliki dua hak, yaitu hak tetangga, dan hak Islam.

    Yang ketiga, tetangga kafir, ia hanya memiliki satu hak, yaitu hak

    tetangga.70

    ن كان في حاجة أخیھ كان هللا فيالمسلم ال یظلمھ وال یسلمھ, ومالمسلم أخو

    عنھ كربة من كربات یوم القیامة,ج عن مسلم كربة فرج هللاحاجتھ, ومن فر

    ومن ستر مسلما ستره هللا یوم القیامة.

    Artinya:

    “Seorang Muslim itu saudara bagi Muslim yang lainnya, tidak bolehmenzhaliminya, dan tidak boleh pula menyerahkan kepada orangyang hendak menyakitinya.barangsiapa yang memperhatikankebutuhan saudaranya, maka Allah akan memperhatikankebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan kesulitan seorangMuslim, niscaya Allah akan melapangkan kesulitan-kesulitannyadihari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi kesalahan seorangMuslim, niscaya Allah akan menutupi kesalahannya kelak di harikiamat. (HR. Bukhari no. 2442, Muslim no. 2580, Ahmadno.2646, Abu Dawud no. 4893, at-Tirmidzi no. 1426, dari Abdullahbin Umar).71

    70Yazid bin Abdul Qadir Jawaz, Syarah Arbain An-Nawawi, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2011),

    hlm. 298, 305.71http://www.salamdakwah.com/hadits/388-sesama-muslim-bersaudara; diakses pada 03/03/2018

    pukul 17:28 WITA.

  • 52

    Masyarakat yang baik menurut pandangan al-Qur’an dan as-

    Sunnah yaitu masyarakat yang selalu patuh terhadap perintah Allah

    SWT. dan menjauhi larangannya. Dalam dalil-dalil yang telah

    disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa syarat menjadi sebaik-baik

    masyarakat adalah dengan beramar ma’ruf dan nahi munkar serta

    beriman kepada Allah Azza wa Jalla.

    Masyarakat Muslim yaitu ketika seorang Muslim dari Muslim

    lainnya selamat akan tangan dan mulutnya. Sebuah masyarakat yang

    baik senantiasa menjaga adab-adab dalam bertetangga, tidak

    menzalimi, menyakiti, dan tidak melantarkannya. Salah satu bukti yang

    mencerminkan masyarakat Muslim adalah dengan saling tolong

    menolong dengan memenuhi kebutuhannya, memerintahkan yang

    ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Maslahat masyarakat Muslim

    dapat dirasakan oleh orang kafir, yaitu dalam hal tetangga. Walaupun

    berbeda dalam aqidah, tetap menghormatinya merupakan adab yang

    harus diamalkan serta dalam lingkup yang luas, mereka mendapat

    perlindungan dari kaum Muslimin selama mereka baik kepada

    masyarakat Islam.

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Secara umum, metode penelitian ada dua jenis, yaitu metode kuantitatif

    dan metode kualitatif. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode

    penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode

    penelitian naturalistik, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada

    filsafat postpositivisme. Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai

    paradigma interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial

    sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan

    hubungan gejala bersifat interaktif. Penelitian dilakukan pada objek yang

    alamiah. Objek yang alamiah adalah objek yang berkembang apa adanya,

    tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi

    dinamika pada objek tersebut.1

    Metode kualitatif menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan, dan

    perilaku yang dapat diamati dari objek penelitian. Metode inilah yang

    diterapkan dalam menemukan metode komunikasi dakwah di Desa Tingkara

    Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara.

    1Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), cet. 21, hlm. 8.

  • 54

    B. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian merupakan tempat dimana sebuah situasi sosial akan

    diteliti. Penulis mengambil tempat penelitian di Desa Tingkara Kecamatan

    Malangke Kabupaten Luwu Utara.

    C. Jenis dan Sumber Data

    Jenis data terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif

    berupa angka-angka dan data kualitatif berupa informasi yang diperoleh dari

    hasil wawancara.

    Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer

    bersumber dari objek penelitian secara langsung. Adapun data sekunder

    bersumber dari pencatatan, dokumen, laporan, dsan studi kepustakaan.

    D. Populasi dan Sampel

    Populasi dapat diartikan sebagai wilayah generalisasi yang ditetapkan

    oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun

    sampel adalah sebagian dari populasi. Dalam penelitian ini peneliti tidak

    menetapkan populasi karena penelitian ini merupakan sebuah penelitian

    kualitatif yang berangkat dari kasus tertentu pada situasi sosial tertentu dan

    hasil kajiannya tidak akan diberlakukan pada populasi, akan tetapi

    ditransferkan ke tempat lain yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial

    yang dipelajari. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan saat peneliti

  • 55

    mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. Penentuan

    besar sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi yang diperoleh peneliti.

    E. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam penelitian.

    Dalam penelitian ini yang akan menjadi instrumen utama adalah peneliti

    sendiri. Instrumen penelitian sederhana kemungkinan akan dikembangkan

    setelah fokus penelitian menjadi jelas. Instrumen penelitian sederhana

    diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang

    telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke

    lapangan sendiri untuk melakukan penelitian, pengumpulan data, analisis,

    dan membuat kesimpulan.

    F. Teknik Pengumpulan Data

    Tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pada penelitian

    ini penulis akan melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode

    deskriptif analitik dengan pendekatan fenomenologi. Metode dan teknik

    penelitian ini dipilih karena masalah yang dikaji menyangkut masalah yang

    sedang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Dengan pendekatan ini

    diharapkan deskripsi atas fenomena yang tampak di lapangan dapat

    diinterpretasi makna dan isinya secara lebih mendalam.

  • 56

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga

    tahap, yaitu:

    1. Teknik observasi

    Secara intensif teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai

    implementasi beragama masyarakat. Observasi dilakukan untuk

    mengetahui secara langsung kegiatan sosial keagamaan dan metode

    dakwah yang telah diterapkan di Desa Tingkara Kecamatan Malangke

    Kabupaten Luwu Utara.

    2. Teknik wawancara

    Metode wawancara diterapkan kepada para pemuka masyarakat yang

    mempuyai peran penting dalam aktivitas dakwah. Selain itu, wawancara

    juga diterapkan kepada masyarakat yang merupakan objek dakwah

    yang tidak kalah penting dengan peran para da’i dan tokoh masyarakat

    dalam kaitannya dengan dakwah.

    3. Teknik dokumentasi

    Pelaksanaan teknik ini ditujukan untuk memperoleh data yang bersifat

    dokumenter yang terdapat di lapangan. Dokumen merupakan catatan

    peristiwa masa lampau. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, karya-

    karya monumental seseorang. Dokumen dalam bentuk tulisan dapat

    berupa sejarah kehidupan, peraturan, kebijakan, biografi, dan ceritera.

    Dokumen dalam bentuk gambar berupa foto, sketsa, dan lain-lain.

  • 57

    Dokumen dalam bentuk karya berupa lukisan, film, dan lain-lain. Metode

    dokumen dilakukan sebagai pelengkap dari metode observasi dan

    metode wawancara.

  • 58

    58

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Profil Desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara

    1. Gambaran Umum Desa Tingkara Kecamatan Malangke

    Kabupaten Luwu Utara

    Desa Tingkara adalah sebuah pedesaan yang terletak di

    kecamatan Malangke kabupaten Luwu Utara propinsi Sulawesi Selatan.

    Masyarakat di desa Tingkara seluruhnya beragama Islam. Sebagian

    besar masyarakatnya masih memegang kuat kepercayaan leluhur

    dengan pola budaya yang ada. Selain itu, masyarakat juga masih

    memegang teguh adat istiadat yang dimilikinya seperti gotong royong

    dan saling tolong menolong.

    Jumlah penduduk di desa Tingkara sebanyak 1.457 jiwa dengan

    jumlah kepala keluarga sebanyak 437 kepala keluarga. Masyarakat di

    desa Tingkara didominasi oleh masyarakat yang berasal dari Wajo,

    Bone, Soppeng, Pangkep, dan suku Jawa sekitar 30 kepala keluarga.

    Sosial pendidikan masyarakatnya heterogen. Ada yang perguruan

    tinggi, SMA/MA/sederajat, SMP/MTs/sederajat, SD/MI/sederajat.

  • 59

    Terdapat dua unit masjid serta dua unit mushola sebagai sarana

    ibadah bagi umat Islam di desa Tingkara. Sedangkan untuk memenuhi

    sarana kesehatan masyarakat di desa Tingkara terdapat satu unit

    poskesdes. Sarana pendidikan yang ada di desa Tigkara, yaitu SDN 245

    Tolada dan pondok pesantren Muhammadiyah yang terdiri dari jenjang

    pendidikan MI, MTs, dan MA Muhammadiyah Tolada, serta TK

    Khadijah. Sarana pendidikan yang ada diharapkan mampu menunjang

    dan mengembangkan pembangunan mental para peserta didik di desa

    Tingkara.1

    2. Sejarah Desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten

    Luwu Utara

    Desa Tingkara pertama kali dibuka oleh sekelompok masyarakat

    yang bermigrasi dari Siwa kabupaten Wajo pada tahun 1983. Pada

    masa awal pembukaan desa, desa Tingkara masih menjadi bagian dari

    rukun tetangga desa Tolada. Namun seiring berjalannya waktu, rukun

    tetangga ini mengalami berbagai kemajuan. Dengan berbagai kemajuan

    yang ada maka dibentuklah sebuah kampung yang bernama kampung

    Siwa.

    1 Ambo Angka (55 th), Sekretaris Desa Tingkara, Wawancara, 8 Januari 2019.

  • 60

    Pada tahun 1992 setelah melihat berbagai perkembangannya,

    masyarakat sepakat untuk mengadakan pemekaran dari yang

    sebelumnya hanyalah sebuah kampung menjadi sebuah desa. Setelah

    melakukan musyawarah, para tokoh masyarakat sepakat untuk

    memberi nama desa Tingkara. Nama Tingkara sebenarnya adalah

    singkatan dari kata “Tingkatkan Rakyat”. Alasan tokoh masyarakat

    memberikan nama ini, yaitu karena penghasilan tanaman kakao sangat

    menjanjikan sejak tahun 1990.

    Seiring berjalannya waktu, banyak hama dan penyakit yang

    menyerang tanaman kakao. Hal ini menyebabkan produksi kakao

    mengalami penurunan. Pada tahun 1998, produksi kakao tidak lagi

    menjanjikan sehingga sebagian masyarakat memilih untuk beralih

    kepada tanaman jagung dan sawit.2

    3. Letak Geografis Desa Tingkara Kecamatan Malangke

    Kabupaten Luwu Utara

    Desa Tingkara merupakan sebuah wilayah pedesaan yang terdiri

    dari empat dusun, yaitu: dusun Tingkara, dusun Pummema, dusun

    Buloi, dan dusun Panandarat. Secara geografis desa Tingkara memiliki

    batas-batas wilayah sebagai berikut:

    2 Ambo Angka (55 th), Sekretaris Desa Tingkara, Wawancara, 8 Januari 2019.

  • 61

    a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Hasanah Kecamatan

    Mappedeceng.

    b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tolada.

    c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Petta Landung.

    d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Polewali Kecamatan

    Baebunta.

    Desa Tingkara memiliki luas wilayah sekitar 12 km². Sekitar 600

    ha dari wilayah desa Tingkara dimanfaatkan sebagai wilayah

    perkebunan kakao dan sawit. Sedangkan untuk wilayah pertanian dan

    persawahan sekitar 300 ha. Sebagian yang lainnya dari luas wilayah

    desa Tingkara dimanfaatkan untuk pemukiman, fasilitas umum, dan

    lahan peternakan walet.

    Desa Tingkara terletak disebelah Barat ibukota kecamatan

    dengan jarak tempuh sekitar 3,9 km. Sedangkan jarak tempuh ke

    ibukota kabupaten sekitar 25 km. Akses jalan ke ibukota kecamatan dan

    ibukota kabupaten cukup baik. Aktivitas pasar hanya berlangsung di

    ibukota kecamatan pada pagi hari di hari Rabu dan Sabtu.3

    4. Visi Misi Desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten

    Luwu Utara

    Visi :

    3 Ambo Angka (55 th), Sekretaris Desa Tingkara, Wawancara, 8 Januari 2019.

  • 62

    Mewujudkan Desa Tingkara menjadi hunian yang aman dan

    tentram (kondusif) dengan masyarakat yang beriman (religius),

    cerdas (intelek), sehat, sejahtera, dan bermartabat.

    Misi :

    1. Menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan masyarakat,

    dan pembangunan sesuai dengan prinsip dasar/asas

    penyelenggaraan negara antara lain:

    1.1 Asas kepastian hukum:

    Mengutamakan landasan dasar peraturan perundang-

    undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap

    kebijakan.

    1.2 Asas kepentingan umum:

    Mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang

    aspiratif, akomodatif, dan selektif.

    1.3 Keterbukaan/transparansi:

    Membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

    memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak

    diskriminatif.

    1.4 Akuntabilitas:

    Setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan

    penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan masyarakat,

  • 63

    dan pembangunan dapat dipertanggungjawabkan kepada

    masyarakat (publik).

    2. Menghidupkan dan mengembangkan syiar keagamaan.

    3. Mendorong dan memajukan pembangunan infrastruktur

    pendidikan dan