Menyambut Maulid Nabi: Dicari, Pemimpin Seperti...
-
Upload
nguyendiep -
Category
Documents
-
view
222 -
download
1
Transcript of Menyambut Maulid Nabi: Dicari, Pemimpin Seperti...
Mam
15, Januari 2014
MAKALAH ISLAM
Menyambut Maulid Nabi: Dicari,
Pemimpin Seperti Muhammad
Makalah Islam
Menyambut Maulid Nabi: Dicari, Pemimpin
Seperti Muhammad
Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag
(Kasubdit Pembinan Syariah dan Hisab Rukyah
Kemenag RI)
Berdasarkan catatan sejarah versi manapun telah
terungkap bahwa kelahiran (nabi) Muhammad-lah yang
membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban dunia
(yahdi minadldlulumat ilannur). Raymond Lerouge
dalam Lavie De Mohomet, mengakui bahwa Muhammad
adalah promotor Revolusi Sosial dan Revolusi
Internasional yang membawa nilai-nilai keadilan dan
nilai-nilai persaudaraan. Thomas Carlyle dalam On
Heroes, Hero, Worship and the Heros in History,
mengakui bahwa Muhammad sebagai pahlawan sejarah
nilai-nilai kemanusiaan (humanis). Bahkan Annie Besant
dalam The Life and Teachings of Muhammad, meyakini
bahwa Muhammad adalah salah seorang nabi terbesar
dari sang Pencipta.
Karena itu, pada Maulud Nabi Muhammad
sekarang ini, sebagai umat Muhammad, kiranya tidak
berlebihan ketika menguak kesejarahan Muhammad dan
perjuangannya. Apalagi sekarang ini memasuki tahun
politik nasional kita untuk memilih Wakil Rakyat (DPRD
– DPR - DPD) dan memilih Presiden – Wakil Presiden,
sehingga kiranya sangat besar manfaatnya sebagai bahan
rakyat untuk menentukan pilihannya dalam pemilihan
nantinya.
Sosok Muhammad
Semenjak lahir Muhammad sudah mengalami
sebuah akumulasi keprihatinan sebagai awal
perjuangannya baik lahir maupun bathin. Akumulasi
keprihatinan tersebut nampak dari kondisi Arab yang
memang benar-benar jahiliyyah yang jauh dari nilai-nilai
kemanusiaan (humanitas). Di samping adanya cobaan-
cobaan bertubi-tubi yang menimpa Muhammad yang
dirasakan semenjak kelahirannya.
Namun dengan bekal akhlakul karimah (moral
philosophy of life) yang menjadi konsideran
pengangkatan kenabiannya (baca surat al-Qalam :4) dan
kesabaran (patience and tolerance) serta dengan bekal
nilai-nilai ideal semacam kejujuran dan keadilan yang
mengintegritas pada kepribadian Muhammad yang
mendapat julukan “Al-Amin”, Muhammad sebagai
pemimpin umat (pada waktu itu) terbukti berhasil
melakukan reformasi social moralitas masyarakatnya
yang sudah berada diambang kehancuran.
Melalui pergumulan panjang dan perjuangan
keras yang terencana dan sistematis dengan berdasarkan
pilihan strategi yang humanis, Muhammad berhasil
memulai membentuk masyakarat sosial (social
framework) yang reformis. Peristiwa ini bermula ketika
Muhammad melakukan perjalanan hijrah bersama Abu
Bakar dari Makah yang tidak langsung masuk kota
Madinah, namun berhenti sejenak di Quba dan
mendirikan masjid. Di saat inilah Muhammad
menyatukan golongan Anshar dan Muhajirrin, yang
merupakan embrio kemunculan bentuk masyarakat
madani. Kemudian sesampai di Madinah, social
framework yang reformis tersebut dikembangluaskan
dengan langkah awal membangun masjid yang sekarang
disebut masjid Nabawi, Muhammad membentuk umat
baru di kota Madinah yakni sebuah komunitas dalam
wujud masyarakat egaliter yang berpegang pada ajaran
akhlakul karimah (moral philosophy of life) dalam
masyarakat muslim yang terbuka, masyarakat madani
yang memandang jauh ke alam universal, alam yang
melahirkan persaudaraan umat manusia atas dasar
persamaan dan kesederajatan yang telah menjadi dasar
ajaran tauhid dan kemanusiaan (humanitas).
Pada bagian yang lain, dalam menyikapi golongan
yang berbeda keyakinan termasuk golongan Yahudi,
dibuat perjanjian tersendiri sebagai sesama manusia
(ukhuwah basariyyah) yang dikenal dengan “Piagam
Madinah” (Mitsaqul Madinah). Inilah yang dikenal
dengan format masyarakat Madani. Meminjam istilah W.
Montgomery Waat, keberhasilan Muhammad mendirikan
komunitas di Madinah sebenarnya merupakan peletakan
dasar-dasar “Negara Modern” yang sekarang ini
digembar-gemborkan sebagai realitas masyarakat yang
paling demokratis.
Di antara bukti reformasi social yang Muhammad
lakukan adalah Muhammad menikahkan Zaid (bekas
budak yang dijadikan anak angkatnya) dengan Zainab
(perempuan Quraisy yang masih anggota keluarganya
sendiri) dalam sebuah ikatan perkawinan yang sama
sekali baru. Ini sebuah reformasi social yang benar-benar
mencungkirbalikkan tradisi aristokrasi (kebangsawanan)
yang telah berjalan berabad-abad, dan mampu
menggoyahkan apa yang disebut gengsi dan harga diri
kekabilahan yang sepanjang perjalanan sejarah
masyarakat Quraisy bahkan sepanjang sejarah umat
manusia pada waktu itu, belum pernah terjadi.
Mencari Pemimpin Seperti Muhammad
Memang Muhammad adalah sosok yang ideal
menjadi suri tauladan–panutan dalam berperilaku (uswah
hasanah). Karena memang pada diri Muhammad terdapat
sifat-sifat ideal yang seharusnya dimiliki oleh kita sebagai
khalifah fi al-ardi. Sebagaimana dalam kitab “Min Akhlaq
al-Rasul”, Abdul Muhsin bin Hamid al-Ubbad
menyebutkan paling tidak ada enam sifat utama yang
membawa keberhasilan Muhammad. Keenam sifat itu
adalah sifat rahmah – rifqun syafaqah (kasih sayang dan
santun), tawadhu (rendah hati), jud (murah hati), afwan –
hilm (pemaaf - lapang dada), nashihah (memberi nasehat)
dan qawi – syaja’ah (tegas – berani).
Di samping itu kepemimpinan Muhammad juga
didasari pada empat sifat kenabian. Pertama adalah ash-
shidqu - kejujuran. Dalam memimpin Muhammad dengan
mengedepankan kejujuran, menjunjung tinggi kebenaran
dan keadilan. Kedua adalah al-amanah – dapat dipercaya.
Dengan al-amanah inilah Muhammad terbukti dapat
menaruh kepercayaan perdamaian dalam “Piagam
Madinah” termasuk dengan kaum Nasrani waktu itu.
Ketiga adalah al-fathonah - kadar intelegensi yang tinggi
– kecerdasan terutama sebagai visioner. Keempat adalah
al-tabligh – menyampaikan secara jujur dengan
menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran, walaupun
dalam hal yang pahit sekalipun baginya (Qul al-haqqa
walau kana murran). Salah satu bukti perilaku
Muhammad dalam menegakkan keadilan adalah
sebagaimana tercermin dalam hadisnya: “Seandainya
anakku Fatimah mencuri, maka aku sendiri yang akan
memotong tangannya”.
Jika ditelusuri, sifat-sfiat tersebut menurut pakar
ledearship, dapat diringkas dalam tiga criteria yang harus
dimiliki oleh pemimpin yang ideal. Pertama, mempunyai
integritas yang tinggi yang menyangkut kejujuran (ash-
shidqu), keberanian bersikap (asy-syuja’ah) dan hidup
sederhana. Kedua, mempunyai kapabilitas yang
mnyangkut kecerdasan (al-fathanah), wawasan yang luas
dan mampu melimpahkan wewenang secara baik.
Kemudian ketiga, mempunyai akseptabilitas (dukungan
massa) yang berarti menyangkut bobot amanat dan
kepercayaan masyarakat.
Oleh karena itu bagi bangsa kita Indonesia yang
sudah cukup lama berupaya untuk me”reformasi social
diri” namun masih mengalami anomi, kiranya sangat
membutuhkan pemimpin yang benar-benar meneladani
kepemimpinan Muhammad sebagai tokoh Reformasi
Sejati, kiranya insya Allah tidak sulit bagi kita bangsa
Indonesia untuk segera keluar dari lilitan krisis
multideminsional yang sekarang ini masih menimpa
bangsa kita untuk menuju negara yang ber”masyarakat
madani” (al-mujtama al-madani – civil society). Semoga
nanti wakil rakyat (DPRD – DPR – DPD) dan Presiden
dan wakil Presiden yang terpilih benar-benar bisa seperti
Muhammad, amin. Wallahu a’lam bishshawab.
Sumber : bimasislam.kemenag.gi.id-informasi-opini