Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

download Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

of 17

Transcript of Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

  • 8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

    1/17

    D1CARI: KALIMAT TERJEMAHAN YANG BERKETERBACAAN

    TINGGI

    Katubi

    Sta Pengajar

    un

    l ll

    Baha

    sa

    lIggris

    Sekofah

    Tin

    ggi Baha

    sa

    Asing L1A Jakarta

    Abslrak

    Kcterbacaan pada sebuah leks harus menjadi pcrhatian karena bcrkaitan lang

    su

    ng

    dcngan isi leks tersebut. Fokus haru s dibcrikan l  ih kepada kelerbalasan leks. Meskipun

    demikian, hal tcrsebut sangat tergantung pada tingka keterbacaan kalimatnya. Makalah ini

    membicarakan faktor-faklOT yang mempcngaruhi keterbacaan kalimal dan implikasinya pada

    Icrjemahan. Tanpa kete rbacaan kalimat yang baik leks akan suli dipahami. Dcmikian pula

    yang versi terjemahaann ya.

    Ka la ku nci: ketcrbacaan , leks

    Abstract

    Readability needs

    to

    be the concern

    of allY

    text

    beca

    ll

    se

    it

    ha

    s close relationship with

    the

    content of the lext. Th e focus should be given on the text readability. However, it depends a lot

    on the sentence readability level. Th is paper discusses factors that illfluence sentence

    readability and its implication to translation. \Vilhollt it the text won t be easy to comprehend,

    let alone th e translation wrsio

    n.

    Key words: readibility, text

    endahuluan

    Keterbacaan berkaitan dengan hal mudah atau sukarnya teks dipahami

    kelompok pembaca tertentu yang menjadi sasaran teks terse but. Semakin tinggi

    keterbacaan leks, leks tersebut semakin mudah dipahami pembaca. Namun,

    perlu diingat babwa sifat keterbacaan itu melekat pada teks, bukan pada diri

    pembaca.

    Sejak tahun 1920-an, para penelili kelerbacaan lelah mengembangkan

    dua tujuan utama pene1itiannya, yaitu (1) untuk menggunakan pengetahuan

    dalam mempengaruhi kesesuaian yang optimal antara pembaca dan leks; (2)

    untuk memahami apa yang membuat leks mudah alau sukar dibaca.

    Berdasar kedua tujuan itu, akhirnya sampai saat ini para pakar

    kelerbacaan telah menemukan sejumlah variabel yang dapat digunakan untuk

    136

    UNl;UA Vol.

    5 No. 2 2006 1.J.6.-152

  • 8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

    2/17

    studi keterbacaan. Dalam hal ini, Harrison (1984) mengelompokkan adanya

    enam variabel yang mempengaruhi keterbacaan leks, yaitu

    1)

    sifa mudahnya

    dibaca (aspek tipografi), (2) ilustrasi dan warna, (3) kosakata, (4) kesulitan

    konseptual, (5) sintaksis, dan (6) organisasi leks. i antara kelima variabel

    tersebut, variabel sintaksislah yang akan dibahas dalam tulisan ini sehubungan

    dengan faktor keterbacaan.

    Barangkali ketika kita mempelajari kaidah tala kalimat, kila tidak

    pernah mengelahui tujuan kita mempelajari

    hal

    itu sehingga kekakuan lampak

    nyata dalam pelajaran tata kalimat. Padahat, pengetahuan kita dalam memiliki

    kelerampiJan membuat kalimat sangal diperlukan, tidak hanya kelika kila

    membuat komposisi sendiri, tetapi juga ketika kita melakukan tindak

    penyuntingan atau kelika kita menerjemahkan tulisan orang lain dari satu

    bahasa sumber (selanjutnya disingkat Bsu) ke bahasa sasaran (selanjutnya

    dis ingkat Bsa). Oleh sebab itu, keterampilan tersebul harns dimiliki oteh para

    penulis, penyunling, dan penerjernah karena leks yang mereka hasilkan itu

    harns dikornunikasikan kepada pembaca dan bukan untuk dinikmati sendiri.

    Unluk menghasilkan leks yang berketerbacaan linggi, pemahaman

    tenlang kegramatikalan kaJimat saja tidak akan memadai. Karena ilU, perlu ada

    terobosan yang memungkinkan pembaca mudah memahami leks dengan tanpa

    mengorbankan aspek kegramatikalan dan keefektifan kalimat. Karena ilU, tata

    kalimat layak dikaji dengan aspek keterbacaan, terutama dalam penerjt:mahan.

    Tata

    Kalimat,

    Jumlab

    Kata,

    dan

    Keterbacaan: Temuan dalam Bahasa

    nggris

    Tata Kalimat dan Keterbacaan

    Berkaitan dengan kajian tata kalimal dan keterbacaan. Robinson (1989)

    menyatakan bahwa jika struktur sintaktik dan semantik leks bersesuaian

    Dica,,: Kalim. Terierna""n Vang Scr\eu:rbacaan linggi (Kalubi)

    137

  • 8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

    3/17

    dengan penge ahuan sintaklik dan semantik pembaca, pemahaman pembaca

    alas teks tersebul akan tinggi. Akan telapi, jika terdapat rentangan jarak latar

    pengalaman, emosional, dan kebahasaan antara penulis leks dan pembaca,

    pemahaman pembaca akan rendah dan teks lersebut menjadi sulit. Oleh sebab

    ilU, Robinson menyarankan agar kesatuan konsep yang ada di dalam sebuah

    kalimat jangan membual fru strasi pembaca. Dengan kata lain, kalimat tidak

    boleh berisikan ide yang lerlalu banyak jumlahnya. Selain ilu, tingkat

    kekompleksan kalimat juga tidak boleh terlalu tinggi. Jadi, penulis teks

    seyogyanya tidak menggunakan kalimat-kalimat yang terlalu panjang dan

    kompleks jika memang tidak betul-betul diperlukan.

    Hal itu sesuai dengan pendapal Harjasujana

    (1992)

    yang menyatakan

    bahwa tingkat keterpahaman wacana seyogianya disesuaikan dengan tingkat

    pengetahuan pemakai bahasa rnengenai berbagai aspek kebahasaan, tennasuk

    aspek tata kalimat. Kalimal-kalimal yang lebih sederhana dapal meningkatkan

    keterbacaan teks. lsi teks yang sukar pun akan bisa dipahami secara lebih

    mudah jika disampaikan dengan kalirnat-kalimat yang tidak terlalu kompleks

    susunannya.

    Hasil penelitian yang dilakukan Coleman

    (1968)

    dan Dawkins

    (1975)

    membe ri simpulan yang sangat relevan atas bahasan ini. Beberapa (emu an

    mereka dapa dikemukakan sebagai berikut.

    1 Verba aktif vs verba pasif

    Kalimat yang berverba aktif lebih mudah dibaca dan diingat daripada

    kalimat berverba pasif. Contohnya ialah

    I) The

    h

    irs were taken by the boys

    2) The boys took rhe chairs

    Kalimat

    (1)

    lebih sulit dipahami daripada bentuk kalimat

    (2).

    Selain itu,

    kalimat berverba aktif kemungkinannya lebih kecil un uk disalahpahami

    8

    LINGU Vol 5 N

    o

    2 2Q() ; 136 152

  • 8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

    4/17

    oleh pembaca daripada pernyataan yang dibuat dalam bentuk pasif.

    Contohnya ialah

    (3)

    Th

    e pay-slips were not printed by computer.

    Kalimat (3) leb

    ih

    su lit dipahami daripada kalimat (4) berikut.

    (4) The computer did

    nor

    print the pay-slips.

    Sehubungan dengan hal tersebut, Harrison (1984) memberikan alasan

    bahwa kita memang lebih sulit menilai secara benar apakah sebuah kalimat

    benar atau salah jika disajikan dalam bentuk pasif. Hal itu dapat terjadi karena

    secara alam iah kita biasa mengetes 'nilai kebenaran' dari pernyataan berbentuk

    aktif dan kemudian tiba-liba kita dihadapkan pada benluk pasif sebelum kita

    dapal mengetes ' nilai kebenarannya ' . OaJam proses itu, sanga besar

    kemungkinan terjadinya kesalahan dalam transformasi. Kemungkinan lain

    iaJah kita leb

    ih

    akrab dengan konstruksi aktif dibanding konstruksi pasif

    sehingga kita lebih siap memahami konstruksi yang

    te

    rbaik menu rut harapan

    kita, ya itu konstruksi aktif

    2 Verba aktif vs nominalisasi

    Verba aklif leb

    ih

    mudah dipahami dan diingat daripada nomina abstrak

    yang dibentuk dari verba. Perhalikanlah conloh berikut.

    (5) The reduction ll the lenght

    of

    the string will produce on increase in

    the speed

    of

    he pendulum.

    Kalimat (5) lebih

    su

    li d

    ip

    ahami daripada kalimat (6) berikut.

    (6)

    f

    y ll reduce the /eng t

    of

    the string, you will increase the speed

    of

    the pendulum.

    Ha s

    il

    penelitian menunjukkan bahwa kalimat (6) lebih mudah dipahami

    daripada kalimat (5) karena keberadaan verba

    aktifpada

    kalimat (6).

    Dica r

    ;:

    Kal im. Yang Tinggi

  • 8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

    5/17

    3. Verba modal

    Penggunaan verba modal seperti might, could, may, dan should

    menyebabkan kesulitan pemahaman bagi perubaca yang masih dalam lahap

    kurang mahir dan verba modal seperti itu juga menyebabkan lebih sulit

    diingat bagi pembaca lancar.

    4

    Jumlah klausa per kalimal

    Semakin banyak klausa dalam kalimat, kalimat tersebut semakin su

    lit

    dipahami pembaca.

    5. Pemendekan dan substitusi

    Panjang kalimat tidak sela

    lu

    berkorelasi positif dengan tingkat kesulitan

    teks. Pemendekan memang mengurangi panjang kalimal, tetapi hal tersebut

    dapat menyebabkan pembaca lebih sulit memahami kalimat lersebul.

    Contohnya ialah

    7) The boat I

    bOl gth

    was greel/.

    Kalimat (7)

    kur ngjel s

    dibanding kalimat (8) berikul.

    8) The boat which I bought was green.

    Hal tersebut sesuai dengan pendapat Klare (dalam Renkema 1993),

    yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan keterbacaan kalimat lidak cukup

    hanya dengan memperpendek kalimat-kalimatnya. Lebih lanjut, Renkema

    (1993) rnengulip penelitian yang dilakukan Davison dan Kantor yang

    menunjukkan bahwa pemenggalan sebuah kalimat rnajemuk untuk tujuan

    penyederhanaan ada kalanya justru membuat kalimat tersebut semakin rumi .

    Perhatikanlah contoh berikut.

    140

    UNGUA

    Vo

    l 5

    No

     

    2

    Ol« obc

    , 2006

    1

     6......

    1

    52

  • 8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

    6/17

  • 8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

    7/17

    kita, misalnya bagaimana kekaburan makna kalimat dapat diidentifikasi dan

    kapan hal itu dapat dihindari jika memungkinka

    n.

    umlah Kata dan Keterbacaan

    Has

    il

    ka

    ji

    an C

    ol

    eman 1968) dan Dawkins 1 97

    5

    di atas menunjukkan

    pentingnya para penulis memperhalikan aspek kalimat dalam teks, tetapi

    belum menyin

    gg

    ung perso

    al

    an jumlah ka

    la

    dalam kalima

    t. Fl

    esch 1960),

    memberikan

    palOkan jumlah kala beserta lafsirannya dalam tingkal kelerbacaan

    sebagai beriku t.

    Tabel 1

    luml

    ah Kala dan Kelerbacaan Kalimal

    lumJah kata per kalimat Tingkat keterbacaan

    26<

    sang

    at

    sukar

    25--22 Sukar

    2

    1

    -18 agak sukar

    17--15 Standard

    14-- 12 agak mudah

    11--9 Mudah

    >

    sangat mudah

    Pe rmasaJahan yang berka itan dengan jumJ ah kala dalam kalimat itu

    adaJa h apakah acuan jumlah kala dalam kalimat yang dikemukakan

    Fl

    esch

    dapat berlaku universal ?

    142

    WJQU Vol. No. 2 6 I S2

  • 8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

    8/17

    Tata Kalimat,

    umlah

    Kata, dan Keterbacaan: Beberapa Temuan dalam

    Bahasa Indonesia

    umlah

    Kata

    dan

    Panjang Kalimat

    Berdasar has il peneli tiann ya pada siswa SMU, Oamaianti (1995)

    menyatakan bahwa siswa lebih mudah memahami wacana yang memiliki

    kalimat-kalimat dengan kala yang lebih sedikit dibanding kalimat-kalimat yang

    mempunyai jumlah kala yang banyak. Namun, dia memang tidak

    mengemukakan berapa jumlah rala-rala panJ3ng kalimat yang mudah

    dipahami oleh berb agai kelom

    po

    k pembaca, misaln ya

    un

    tuk anak-anak SO,

    SMP, dan SMU.

    Sehubungan dengan juml ah kata dan pa

    nJ

    ang kalimat, Sakri (1995)

    menyatakan bahwa perlu dipahami kalim

    al

    yang sekiranya tidak terlalu

    pa

    nj

    ang tidak pertu dipecah me

    nj

    adi kalimat pe

    nd

    ek-pe

    nd

    ek. Pemecahan

    kalimat lersebut terk adang menjadikan kalimat lebih sulit dipahami pembaca

    karena adanya perubahan interpretasi secara seman is. Perhatikanlah contoh

    menarik beriku t ini .

    (11) Mobil itu menabra k pohon. Mobil itu rusak.

    1 2)

    Mobil ilu menabrak pohon dan mobil itu ru sak.

    (13) Mobil ilu menabrak pohon sehingga rusak.

    Co

    nt

    oh (

    11

    ) merupakan derelan dua

    bu

    ah kalimat lunggal yang pe

    nd

    ek-

    pende

    k.

    Contoh (12) dan (13) merupakan kalimat majemuk. Na mun, in

    fo

    rmasi

    yang disampaikan kalim

    at

    (13) lebih jelas dan lebih mudah diingat darip ada

    informasi yang dikandung kalimat

    11

    ) dan (12). Jadi, kalimat (13) memp

    un

    yai

    keterb acaan yang tingg i diband

    in

    g kalimat (11) dan (12) karena pembaca dapat

    menginlerpretas ikan berbag

    ai

    makn a alas kalimat (11 ) dan 1 2). Sementara itu,

    D;  M ;: Kal;mat T Yang •• n T;nu ; Katubi)

    143

  • 8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

    9/17

    pada kaliamat (13) sudah dapat dipastikan adanya hubungan semantis sebab

    akibat antarkl ausa yang membentuknya dan tidak dapat diinlerprelas ikan

    dengan makna lain .

    Bangun Kalimat

    Bang

    un

    kalimal diyakini mampu mempengaruhi kete rbacaan leks.

    Sehubungan dengan hal itu, Damaianti (1995) menyarankan bahwa baik leks

    ilmiah m

    au

    pun saslra he

    nd

    aknya menggunakan pola-pola kalimat bahasa

    Indon

    es

    ia yang iaz im , ya itu A > FB FK (bangun dasar) dan A A> FB FK

    (bangun lurunan). Hal itu dapal dibaca ayat (baca; kalimal) terdiri alas frasa

    benda dan frasa ke

    rj

    a

    baik pada bangun dasar maupun bangun lurunan dengan

    maksud agar seJaras dengan pola kalimat yang dikuasai pembaca. Berdasar

    hasil penelitiannya pada siswa SMU itu, dapal dinyalakan bahwa pola kalimat

    yang lerdiri alas frasa benda dan frasa kerja, baik bangun dasar maupun

    turunan, Icb

    ih

    akrab dengan pola sintaklik pembaca berbahasa Indonesia

    dibanding poJa sinlaktik lain.

    Jenis Kalimat

    Jenis kalimat yang dimaksudkan dalam tulisan ini iaJah pembedaan alas

    kalimat aktif dan pasif. Damaianti (1995) menyalakan bahwa siswa lebih

    mudah menggunakan kala-kala berawalan meX- (baca ; aktif) dibanding kala-

    kata yang berawalan diX- (baca: pasif). Dengan demikian, dapat disimpulkan

    bahwa kalimat berbahasa Indonesia pun dalam hal konstruksi aktif pasif ini

    memiliki kecenderungan yang sarna dengan po la kalimat berbahasa In

    gg

    ris

    dalam hal kelerpahamannya.

    Hal itu menimbulkan pertanyaan: mengapa selama ini lulisan ilmiah

    selalu menggunakan kalimat pasif? Sak

    ri

    (1995) menyatakan bahwa alasan

    144 lfNl IIA Vo

    L 5

    No. 2

    OkI

    OOe

     

    ffl6

    1

    3li

    152

  • 8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

    10/17

  • 8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

    11/17

    Purwo (1994), kelerbalikan urutan--informasi baru dahulu baru informasi

    l m d pal mengakibatkan kelerkejulan pada diri pembaca leks Jika

    kejulan ilu dilakukan berkali-kali, hal lersebul malahan akan menyulilkan

    pembaca untuk menangkap pesan leks. Hal ya ng akan lerjadi ialah karena

    serin gnya pembeca lerkejul, pembaca justru lidak mampu menangkap pesan

    yang disampaikan penulis melalui leks. Unluk memperjelas uraian lerseb

    ul

    ,

    perhalikanlah conloh berikul ini.

    (14) Orang ilu suka bergurau.

    Pada conloh (14), frasa orang l l l yang merupakan subjek kalimat adalah

    infonnasi lama . Si pembaca sudah mengelahui apa yang dimaksudkan penulis

    leks dengan frasa

    orang

    iw

    Adapun suka bergurau yang merupakan p

    re

    dikal

    adalah informasi baru. Si penulis leks bermaksud menyampaikan informasi ini

    kepada pembaca leks Memang lidaklah senanl iasa benar bahwa apa yang di

    sebelah paling kiri (yang merupakan informa si lama) adalah subjek kalimal dan

    yang di sebelah kanan (yang merupakan informasi baru) adalah predikat.

    Perlunya penempalan informasi lama disusul informasi baru dalam

    kalimat dapal dijelaska n dari sudul pemrosesan pemahaman secara psikologis.

    Pemahaman leks mencakup kemampuan pembaca unluk menangkap arti

    hubungan seliap kala dalam kalimal dan hubungan satu kalimat dengan kalimat

    la

    in

    sehingga terbentuk suatu representasi mental yang koheren len ang isi leks

    Dalam pembentukan representasi mental ilU , se

    li

    ap pengertian yang baru akan

    diintegrasikan dengan informasi yang leb

    ih

    dahulu diproses. Hal ilu berkaitan

    dengan ingalan kerja seseorang Karena illl, sangat wa jar jika dalam suatu

    kalimat infonnasi lama didahulukan daripada informasi baru.

    146

    LlN/illA

    Vol

    No

    2 OklOber 200

     

    136--- IS2

  • 8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

    12/17

    Penempatan Panjang Ruas

    Unluk sampai pada pembahasan ini, marilah kila perhalikan conloh

    berikut, yang dikutip dari ara Bahasa Baku Bahasa Indonesia 1993).

    15) Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian di tengah

    keramaian kota [S] tidak banyak

    [Pl.

    16) Tidak ban yak [P] manusia yang mampu tinggal dalam

    kesendirian di tengah keramaian kota.

    lika

    dilihal dari sudul kegramalikalannya, tidak ada yang salah pada

    kalimat 15) dan 16) di atas. Kalimat 16) merupakan kalimat inversi dari

    kalimat 15). Akan tetapi, ditinjau dari sudut keterbacaannya, kalimat 15) dan

    16) memiliki perbedaan. Kalimat 16) mempunyai keterbacaan yang lebih

    linggi dibanding kalimal 15) karena penempalan panjang ruasnya.

    Dalam hal penempatan panjang ruas ini, ruas yang pendek seharusnya

    mendahului ruas yang panjang untuk mempertinggi keterbacaan kalimat. Hal

    itu berkaitan dengan ingatan jangka pendek dan kapasitas pemrosesan

    informasi lika ruas yang panjang ditempatkan pada awal kalimat, ingalan

    jangka pendek kila tidak mampu menampung semua kata dalam ruas panjang

    itu dan akhirnya terhapus begilu saja sebelum isi pesan itu terhubungkan

    dengan infonnasi pada ruas lain.

    Implikasi Teoretis dalam Penerjemahan·

    lika

    dibandingkan temuan tentang kelerbacaan kalimat dalam bahasa

    lnggris dan bahasa Indonesia di atas, sekilas tampak tidak ada perbedaan apa

    pun. lika demikian adanya, haruskah aspek keterbacaan, terutama keterbacaan

    kalimat diperhatikan dalam proses penerjemahan? lawabannya: ya. Hal itu

    berdasar pemahaman yang baik ten tang konsep penerjemahan, yang pada

    dasarnya merupakan tindak komunikasi , seperti yang dikemukakan oleh Hatim

    Ok i, Kal ima r Te'jr mahlln Yang

    Be

    ,kere rt

    c,a

    n Tin

    ggi

    rubi)

    147

  • 8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

    13/17

    dan Mason (1997: 1) bahwa penerjemahan sebagai

    an act

    o

    commllnication

    which atlempts to relay, across cultural and linguistic bOllndaries, another act

    o communication (which may have been illlended for different purposes and

    different readers/hearers . Jika penerjemahan merupakan sebuah tindak

    komunikasi, dalam proses itu ada pesan yang ingin disampaikan

    ke

    dalam

    bahasa sasaran. Akankah pesan itu sampai kepada pembaca sasaran jika

    disampaikan dalam kalimat yang su

    li

    ditangkap pembaca tersebut? Tentu saja

    tidak. Banyak pembaca leks terjemahan yang "pusing" memahami pesan yang

    terdapal dalam teks terjemahan karena disampaikan dengan cara yang berbelit·

    beliL Hal itu memang tidak semata·mata karena kalimat yang digunakan

    penerjemah tidak berketerbacaan linggi. Kadang kala ya ng terjadi ialah

    penerjemah memang tidak menguasai bahasa sasaran dengan baik. Hal itu

    dapat diteliti pada teks terjemahan dari bahasa Inggris ke Ind onesia.

    Penerjemah teks bahasa Inggris ke Indonesia itu pada umumnya kemampuan

    bahasa Ind onesianya hanya mengandalkan

    feeling,

    bukan hasil didikan dari

    Program Pelatihan Penerjemahan.

    Lalu, apa yang harus dilakukan penerjemah untuk menghasilkan

    terjemahan yang berkete rbacaan linggi? Hanya satu jawabannya.

    Di

    samping

    penerjemah menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran dengan baik,

    penerjemah juga harus berani mencoba berbagai slrategi untuk mendapalkan

    leks yang mudah dibaca oleh pembaca sasaran. Penerjemah diharapkan tidak

    terjebak pada padanan formal. Bukankah Nida dan Taber (1974: 173) sudah

    mengemukakan pen ingnya padanan dinamis, ya ng mengedepankan

    mak

    o

    a"

    daripada bentuk? Dleh sebab itu, pertanyaan selanjutnya ial ah beranikah

    penerjemah "memecah" kalimat datam leks sumber yang terlalu panjang

    menjadi beberapa kalimat dalam bahasa sasaran asalkan "makna" ya ng

    disampaikan letap sepadan? Beranikah penerjemah mengubah struktur kalimat

    48

    LINGU

    Vol. No 2. Okl00e r 2006 ]  6 ]S2

  • 8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

    14/17

    yang dalam bahasa sasaran dipast ikan akan menyulilkan pembaca? lika semua

    ilu dilakukan demi meninggikan keterbacaan kalimat, apalagi keterbacaan teks

    terjemahan, penerjemah harus melakukannya.

    Se1ain

    itu, anal isis keterbacaan leks dan juga kalimal seharusnya

    menjadi bagian da

    ri

    leks dalam lerjemahan. Baik Nord (1 991) maupun

    Halim dan Mason 1997; 14--36) sarna sekali tidak menyinggung persoalan

    keterbacaan dalam bahasannya tentang anal isis teks yang digunakan sebagai

    dasar dalam menerjemahkan. Meskipun Nord 1991: 118--1 20) membahas

    slruktur kalimat dalam faktor anal isis teks sumber yang berbasis intra

    te

    kstual,

    namun dia tidak mengaitkan bahasannya dengan keterbacaan. Sementara itu,

    Hatim dan Mason 1997: 14--36) ketika membahas dasar-dasar untuk model

    anal isis leks dalam terjemahan, mereka lebih mendasa rkan bahasann ya pada

    syarat-syarat sebuah teks pada linguislik teks, yakni kohes i, koherensi,

    situasionalitas, intensionalita

    s,

    intertekstualitas, dan informalivitas.

    Keterbacaan kalirnat, baik dalam teks sumber maupun leks sasaran

    perlu diperhalikan karena keterbacaan kalimal akan menyumbang pada tinggi

    rendahnya keterbacaan leks seca

    ra

    keseluruhan. Semakin banyak kalimat ya ng

    berketerbacaan rendah, dapat dipastikan teks akan semakin sui it dipahami

    pembaca. Pertanyaann ya ialah: jika kalimat-kalimat dalam teks sumber

    berketerbacaan rendah, haruskah penerjemah menerjemahkan kalimat-kalimat

    tcrsebut juga dalam tingkat keterbacaan yang rendah

    pula"

    Jawabannya tidak.

    Penerjemah dapat mengu bah tingkat keterbacaan kalimat yang rendah dalam

    leks sumber menjadi kalimat-kalimat yang berkelerbacaan tinggi dalam leks

    sasaran sehingga leks terjemahan ya ng dihasilkan menjadi mudah dipahami

    oleh pembaca dalam bahasa sasaran. Akan telapi, arah pengubahan itu tidak

    dapat dibalik, misa lnya, kalimat-kalimat yang dalam leks sumber

    berketerbacaan tinggi diterjemahkan menjadi kalimal-kalimat dalam leks

    Ko

    lim

    a, Teriemahan

    Yan

    g B

  • 8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

    15/17

    sasaran yang berkelerbacaan rend ah Jika hal ilu dilakukan, penerjemah juslru

    menjadi "penghambal" pesan karena pesan yang hendak disampaikan oleh

    penulis dalam leks sumber menjadi lidak mudah dipahami pembaca dalam

    bahasa sasaran, bahkan mungkin menjadi lidak dapa dipaba

    mi

    sarna seka

    li

    oleh pembaca sasaran.

    enutup

    Tingkal kelerbacaan leks tidak semala-mata berganlUng pada tingkat

    keterbacaan kalimat. Akan tClapi . lidak dapat dipungkiri bahwa kelerbacaan

    kalimat mendukung kelerbacaan leks. Oleh sebab itu, para pene

    rj

    emah yang

    profesional diharapkan memaham i aspek kelerbacaan ini sehingga ket ika

    mereka menerjemahkan sebuah

    te

    ks dapa menghasilkan teks yang mudah

    dipahami oleh pembaca dalam bahasa sasaran lanpa kehilangan pesan aslinya.

    Dengan demikian, mereka menjadi seorang komunikator yang ba ik Jangan

    mempersulit pembaca teks dalam bahasa sasaran jika memang dapat

    dipermudah dengan eara meninggikan ketcrbaeaan kalimat dalam terjemahan.

    Kuncinya, pahami tata kalim

    al

    bahasa sasaran dengan baik dan pahami pula

    aspek pemrosesan informasi pada diri pembaca leks kelika sedang membaca.

    Selain itu, ingat konsep udience design ketika menerjemahkan karena leks

    yang mudah bagi kelompok pembaca terlenlu belum lentu mudah bagi

    kelompok pembaca lain. Kalimat pendek-pendek dalam leks lentu

    rn

    emiliki

    keterbacaan yang t

    in

     

    i bagi kelompok pembaca anak-anak. Akan letapi, jika

    pembaca sasarann

    ya

    ialah orang dewasa, leks seperti

    il

    u lenlu akan

    membosankan.

    150

    LINGU

    Vo

    l. 5

    No 2,

    Oklo«r

    2006 36 152

  • 8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

    16/17

    D Ff R

    PUSTAKA

    Coleman, E.B. 1968. Experimental Studies

    of

    Readability datam Elementary

    English 45. 166--178.

    Damaianti, Vismaia, Sabariah. 1995. Kecenderungan

    PoJa

    Sintaktis dan

    Semanlis Wacana I1miah dan Wacana Sastra Dilihat dari Segi Tingkat

    Keterpahamannya . FPS n p Bandung. Tidak diterbitkan.

    Dardjowidjojo, Soenjono. (Peny.). 1994. Mengiring Rekan Sejali: Festschrift

    llat Pak TOil

    Jakarta: Universitas Katolik Alma Jaya.

    Dawkins, 1 1975.

    Syntax and Readability.

    Delaware: International Reading

    Association.

    Flesch, Rudolf. 1960. olV to

    Write Speak and Think more Effectivelly.

    New

    York: Harper and Brothers.

    Harjasudjana, Ahmad Slamet. 1992. Anal isis Kalimat Bahasa Indonesia dad

    Sudul Keterbacaan . Makalah IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.

    Harrison, Colin. 1984. Readability

    ill

    The Classroom. New York: Cambridge

    University Press.

    Halim, B dan I Mason. 1997.

    Th

    e Translator as Communicator. London:

    Routledge.

    Hatim, B dan I Mason. 1990. Discourse and The Translator. London:

    Longman Group.

    Kaswanti Poerwo, Bambang. 1994. Menata Kata dan Kalimat: Meningkalkan

    Keterampilan Menulis dalam Dardjowidjojo, Soenjono. (Peny.).

    Mengiring Rekan Sejati: Festschrift Buat Pak Ton. Jakarta:

    Universitas Katolik Atma Jaya.

    Di

    ca

  • 8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi

    17/17

    Nord, Christiana. 1991. Text Analysis in Tralls/alion: Theory Methodology

    and Didactic App/ication

    o

    A Model for Trallslation-Oriented Text

    Allalysis. Amsterdam: Rodopi.

    Nida, E.A. dan Ch.

    R

    Taber. 1974. The Theory and Practice

    o

    Translarioll.

    Den

    Haag: Bri

    ll

    Renkema , Jan. 1993. Discourse Studies: All IlIlrodllcrory Textbook.

    Amsterdam: John Benjamins Publishing Company.

    Robinson, H.

    AJan

    1979. Teaching Reading and Study Straregies The

    Olltellt

    Areas. Massachushelts: A

    ll

    yn Bacon.

    Sakri, Adjat. 1995. Bal/gun Kalimar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Bandung:

    ITB

    152

    trNGI 1A Vol. SNo 2, O/