Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
-
Upload
ppm-stba-lia-jakarta -
Category
Documents
-
view
265 -
download
0
Transcript of Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
-
8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
1/17
D1CARI: KALIMAT TERJEMAHAN YANG BERKETERBACAAN
TINGGI
Katubi
Sta Pengajar
un
l ll
Baha
sa
lIggris
Sekofah
Tin
ggi Baha
sa
Asing L1A Jakarta
Abslrak
Kcterbacaan pada sebuah leks harus menjadi pcrhatian karena bcrkaitan lang
su
ng
dcngan isi leks tersebut. Fokus haru s dibcrikan l ih kepada kelerbalasan leks. Meskipun
demikian, hal tcrsebut sangat tergantung pada tingka keterbacaan kalimatnya. Makalah ini
membicarakan faktor-faklOT yang mempcngaruhi keterbacaan kalimal dan implikasinya pada
Icrjemahan. Tanpa kete rbacaan kalimat yang baik leks akan suli dipahami. Dcmikian pula
yang versi terjemahaann ya.
Ka la ku nci: ketcrbacaan , leks
Abstract
Readability needs
to
be the concern
of allY
text
beca
ll
se
it
ha
s close relationship with
the
content of the lext. Th e focus should be given on the text readability. However, it depends a lot
on the sentence readability level. Th is paper discusses factors that illfluence sentence
readability and its implication to translation. \Vilhollt it the text won t be easy to comprehend,
let alone th e translation wrsio
n.
Key words: readibility, text
endahuluan
Keterbacaan berkaitan dengan hal mudah atau sukarnya teks dipahami
kelompok pembaca tertentu yang menjadi sasaran teks terse but. Semakin tinggi
keterbacaan leks, leks tersebut semakin mudah dipahami pembaca. Namun,
perlu diingat babwa sifat keterbacaan itu melekat pada teks, bukan pada diri
pembaca.
Sejak tahun 1920-an, para penelili kelerbacaan lelah mengembangkan
dua tujuan utama pene1itiannya, yaitu (1) untuk menggunakan pengetahuan
dalam mempengaruhi kesesuaian yang optimal antara pembaca dan leks; (2)
untuk memahami apa yang membuat leks mudah alau sukar dibaca.
Berdasar kedua tujuan itu, akhirnya sampai saat ini para pakar
kelerbacaan telah menemukan sejumlah variabel yang dapat digunakan untuk
136
UNl;UA Vol.
5 No. 2 2006 1.J.6.-152
-
8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
2/17
studi keterbacaan. Dalam hal ini, Harrison (1984) mengelompokkan adanya
enam variabel yang mempengaruhi keterbacaan leks, yaitu
1)
sifa mudahnya
dibaca (aspek tipografi), (2) ilustrasi dan warna, (3) kosakata, (4) kesulitan
konseptual, (5) sintaksis, dan (6) organisasi leks. i antara kelima variabel
tersebut, variabel sintaksislah yang akan dibahas dalam tulisan ini sehubungan
dengan faktor keterbacaan.
Barangkali ketika kita mempelajari kaidah tala kalimat, kila tidak
pernah mengelahui tujuan kita mempelajari
hal
itu sehingga kekakuan lampak
nyata dalam pelajaran tata kalimat. Padahat, pengetahuan kita dalam memiliki
kelerampiJan membuat kalimat sangal diperlukan, tidak hanya kelika kila
membuat komposisi sendiri, tetapi juga ketika kita melakukan tindak
penyuntingan atau kelika kita menerjemahkan tulisan orang lain dari satu
bahasa sumber (selanjutnya disingkat Bsu) ke bahasa sasaran (selanjutnya
dis ingkat Bsa). Oleh sebab itu, keterampilan tersebul harns dimiliki oteh para
penulis, penyunling, dan penerjernah karena leks yang mereka hasilkan itu
harns dikornunikasikan kepada pembaca dan bukan untuk dinikmati sendiri.
Unluk menghasilkan leks yang berketerbacaan linggi, pemahaman
tenlang kegramatikalan kaJimat saja tidak akan memadai. Karena ilU, perlu ada
terobosan yang memungkinkan pembaca mudah memahami leks dengan tanpa
mengorbankan aspek kegramatikalan dan keefektifan kalimat. Karena ilU, tata
kalimat layak dikaji dengan aspek keterbacaan, terutama dalam penerjt:mahan.
Tata
Kalimat,
Jumlab
Kata,
dan
Keterbacaan: Temuan dalam Bahasa
nggris
Tata Kalimat dan Keterbacaan
Berkaitan dengan kajian tata kalimal dan keterbacaan. Robinson (1989)
menyatakan bahwa jika struktur sintaktik dan semantik leks bersesuaian
Dica,,: Kalim. Terierna""n Vang Scr\eu:rbacaan linggi (Kalubi)
137
-
8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
3/17
dengan penge ahuan sintaklik dan semantik pembaca, pemahaman pembaca
alas teks tersebul akan tinggi. Akan telapi, jika terdapat rentangan jarak latar
pengalaman, emosional, dan kebahasaan antara penulis leks dan pembaca,
pemahaman pembaca akan rendah dan teks lersebut menjadi sulit. Oleh sebab
ilU, Robinson menyarankan agar kesatuan konsep yang ada di dalam sebuah
kalimat jangan membual fru strasi pembaca. Dengan kata lain, kalimat tidak
boleh berisikan ide yang lerlalu banyak jumlahnya. Selain ilu, tingkat
kekompleksan kalimat juga tidak boleh terlalu tinggi. Jadi, penulis teks
seyogyanya tidak menggunakan kalimat-kalimat yang terlalu panjang dan
kompleks jika memang tidak betul-betul diperlukan.
Hal itu sesuai dengan pendapal Harjasujana
(1992)
yang menyatakan
bahwa tingkat keterpahaman wacana seyogianya disesuaikan dengan tingkat
pengetahuan pemakai bahasa rnengenai berbagai aspek kebahasaan, tennasuk
aspek tata kalimat. Kalimal-kalimal yang lebih sederhana dapal meningkatkan
keterbacaan teks. lsi teks yang sukar pun akan bisa dipahami secara lebih
mudah jika disampaikan dengan kalirnat-kalimat yang tidak terlalu kompleks
susunannya.
Hasil penelitian yang dilakukan Coleman
(1968)
dan Dawkins
(1975)
membe ri simpulan yang sangat relevan atas bahasan ini. Beberapa (emu an
mereka dapa dikemukakan sebagai berikut.
1 Verba aktif vs verba pasif
Kalimat yang berverba aktif lebih mudah dibaca dan diingat daripada
kalimat berverba pasif. Contohnya ialah
I) The
h
irs were taken by the boys
2) The boys took rhe chairs
Kalimat
(1)
lebih sulit dipahami daripada bentuk kalimat
(2).
Selain itu,
kalimat berverba aktif kemungkinannya lebih kecil un uk disalahpahami
8
LINGU Vol 5 N
o
2 2Q() ; 136 152
-
8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
4/17
oleh pembaca daripada pernyataan yang dibuat dalam bentuk pasif.
Contohnya ialah
(3)
Th
e pay-slips were not printed by computer.
Kalimat (3) leb
ih
su lit dipahami daripada kalimat (4) berikut.
(4) The computer did
nor
print the pay-slips.
Sehubungan dengan hal tersebut, Harrison (1984) memberikan alasan
bahwa kita memang lebih sulit menilai secara benar apakah sebuah kalimat
benar atau salah jika disajikan dalam bentuk pasif. Hal itu dapat terjadi karena
secara alam iah kita biasa mengetes 'nilai kebenaran' dari pernyataan berbentuk
aktif dan kemudian tiba-liba kita dihadapkan pada benluk pasif sebelum kita
dapal mengetes ' nilai kebenarannya ' . OaJam proses itu, sanga besar
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam transformasi. Kemungkinan lain
iaJah kita leb
ih
akrab dengan konstruksi aktif dibanding konstruksi pasif
sehingga kita lebih siap memahami konstruksi yang
te
rbaik menu rut harapan
kita, ya itu konstruksi aktif
2 Verba aktif vs nominalisasi
Verba aklif leb
ih
mudah dipahami dan diingat daripada nomina abstrak
yang dibentuk dari verba. Perhalikanlah conloh berikut.
(5) The reduction ll the lenght
of
the string will produce on increase in
the speed
of
he pendulum.
Kalimat (5) lebih
su
li d
ip
ahami daripada kalimat (6) berikut.
(6)
f
y ll reduce the /eng t
of
the string, you will increase the speed
of
the pendulum.
Ha s
il
penelitian menunjukkan bahwa kalimat (6) lebih mudah dipahami
daripada kalimat (5) karena keberadaan verba
aktifpada
kalimat (6).
Dica r
;:
Kal im. Yang Tinggi
-
8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
5/17
3. Verba modal
Penggunaan verba modal seperti might, could, may, dan should
menyebabkan kesulitan pemahaman bagi perubaca yang masih dalam lahap
kurang mahir dan verba modal seperti itu juga menyebabkan lebih sulit
diingat bagi pembaca lancar.
4
Jumlah klausa per kalimal
Semakin banyak klausa dalam kalimat, kalimat tersebut semakin su
lit
dipahami pembaca.
5. Pemendekan dan substitusi
Panjang kalimat tidak sela
lu
berkorelasi positif dengan tingkat kesulitan
teks. Pemendekan memang mengurangi panjang kalimal, tetapi hal tersebut
dapat menyebabkan pembaca lebih sulit memahami kalimat lersebul.
Contohnya ialah
7) The boat I
bOl gth
was greel/.
Kalimat (7)
kur ngjel s
dibanding kalimat (8) berikul.
8) The boat which I bought was green.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Klare (dalam Renkema 1993),
yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan keterbacaan kalimat lidak cukup
hanya dengan memperpendek kalimat-kalimatnya. Lebih lanjut, Renkema
(1993) rnengulip penelitian yang dilakukan Davison dan Kantor yang
menunjukkan bahwa pemenggalan sebuah kalimat rnajemuk untuk tujuan
penyederhanaan ada kalanya justru membuat kalimat tersebut semakin rumi .
Perhatikanlah contoh berikut.
140
UNGUA
Vo
l 5
No
2
Ol« obc
, 2006
1
6......
1
52
-
8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
6/17
-
8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
7/17
kita, misalnya bagaimana kekaburan makna kalimat dapat diidentifikasi dan
kapan hal itu dapat dihindari jika memungkinka
n.
umlah Kata dan Keterbacaan
Has
il
ka
ji
an C
ol
eman 1968) dan Dawkins 1 97
5
di atas menunjukkan
pentingnya para penulis memperhalikan aspek kalimat dalam teks, tetapi
belum menyin
gg
ung perso
al
an jumlah ka
la
dalam kalima
t. Fl
esch 1960),
memberikan
palOkan jumlah kala beserta lafsirannya dalam tingkal kelerbacaan
sebagai beriku t.
Tabel 1
luml
ah Kala dan Kelerbacaan Kalimal
lumJah kata per kalimat Tingkat keterbacaan
26<
sang
at
sukar
25--22 Sukar
2
1
-18 agak sukar
17--15 Standard
14-- 12 agak mudah
11--9 Mudah
>
sangat mudah
Pe rmasaJahan yang berka itan dengan jumJ ah kala dalam kalimat itu
adaJa h apakah acuan jumlah kala dalam kalimat yang dikemukakan
Fl
esch
dapat berlaku universal ?
142
WJQU Vol. No. 2 6 I S2
-
8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
8/17
Tata Kalimat,
umlah
Kata, dan Keterbacaan: Beberapa Temuan dalam
Bahasa Indonesia
umlah
Kata
dan
Panjang Kalimat
Berdasar has il peneli tiann ya pada siswa SMU, Oamaianti (1995)
menyatakan bahwa siswa lebih mudah memahami wacana yang memiliki
kalimat-kalimat dengan kala yang lebih sedikit dibanding kalimat-kalimat yang
mempunyai jumlah kala yang banyak. Namun, dia memang tidak
mengemukakan berapa jumlah rala-rala panJ3ng kalimat yang mudah
dipahami oleh berb agai kelom
po
k pembaca, misaln ya
un
tuk anak-anak SO,
SMP, dan SMU.
Sehubungan dengan juml ah kata dan pa
nJ
ang kalimat, Sakri (1995)
menyatakan bahwa perlu dipahami kalim
al
yang sekiranya tidak terlalu
pa
nj
ang tidak pertu dipecah me
nj
adi kalimat pe
nd
ek-pe
nd
ek. Pemecahan
kalimat lersebut terk adang menjadikan kalimat lebih sulit dipahami pembaca
karena adanya perubahan interpretasi secara seman is. Perhatikanlah contoh
menarik beriku t ini .
(11) Mobil itu menabra k pohon. Mobil itu rusak.
1 2)
Mobil ilu menabrak pohon dan mobil itu ru sak.
(13) Mobil ilu menabrak pohon sehingga rusak.
Co
nt
oh (
11
) merupakan derelan dua
bu
ah kalimat lunggal yang pe
nd
ek-
pende
k.
Contoh (12) dan (13) merupakan kalimat majemuk. Na mun, in
fo
rmasi
yang disampaikan kalim
at
(13) lebih jelas dan lebih mudah diingat darip ada
informasi yang dikandung kalimat
11
) dan (12). Jadi, kalimat (13) memp
un
yai
keterb acaan yang tingg i diband
in
g kalimat (11) dan (12) karena pembaca dapat
menginlerpretas ikan berbag
ai
makn a alas kalimat (11 ) dan 1 2). Sementara itu,
D; M ;: Kal;mat T Yang •• n T;nu ; Katubi)
143
-
8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
9/17
pada kaliamat (13) sudah dapat dipastikan adanya hubungan semantis sebab
akibat antarkl ausa yang membentuknya dan tidak dapat diinlerprelas ikan
dengan makna lain .
Bangun Kalimat
Bang
un
kalimal diyakini mampu mempengaruhi kete rbacaan leks.
Sehubungan dengan hal itu, Damaianti (1995) menyarankan bahwa baik leks
ilmiah m
au
pun saslra he
nd
aknya menggunakan pola-pola kalimat bahasa
Indon
es
ia yang iaz im , ya itu A > FB FK (bangun dasar) dan A A> FB FK
(bangun lurunan). Hal itu dapal dibaca ayat (baca; kalimal) terdiri alas frasa
benda dan frasa ke
rj
a
baik pada bangun dasar maupun bangun lurunan dengan
maksud agar seJaras dengan pola kalimat yang dikuasai pembaca. Berdasar
hasil penelitiannya pada siswa SMU itu, dapal dinyalakan bahwa pola kalimat
yang lerdiri alas frasa benda dan frasa kerja, baik bangun dasar maupun
turunan, Icb
ih
akrab dengan pola sintaklik pembaca berbahasa Indonesia
dibanding poJa sinlaktik lain.
Jenis Kalimat
Jenis kalimat yang dimaksudkan dalam tulisan ini iaJah pembedaan alas
kalimat aktif dan pasif. Damaianti (1995) menyalakan bahwa siswa lebih
mudah menggunakan kala-kala berawalan meX- (baca ; aktif) dibanding kala-
kata yang berawalan diX- (baca: pasif). Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa kalimat berbahasa Indonesia pun dalam hal konstruksi aktif pasif ini
memiliki kecenderungan yang sarna dengan po la kalimat berbahasa In
gg
ris
dalam hal kelerpahamannya.
Hal itu menimbulkan pertanyaan: mengapa selama ini lulisan ilmiah
selalu menggunakan kalimat pasif? Sak
ri
(1995) menyatakan bahwa alasan
144 lfNl IIA Vo
L 5
No. 2
OkI
OOe
ffl6
1
3li
152
-
8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
10/17
-
8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
11/17
Purwo (1994), kelerbalikan urutan--informasi baru dahulu baru informasi
l m d pal mengakibatkan kelerkejulan pada diri pembaca leks Jika
kejulan ilu dilakukan berkali-kali, hal lersebul malahan akan menyulilkan
pembaca untuk menangkap pesan leks. Hal ya ng akan lerjadi ialah karena
serin gnya pembeca lerkejul, pembaca justru lidak mampu menangkap pesan
yang disampaikan penulis melalui leks. Unluk memperjelas uraian lerseb
ul
,
perhalikanlah conloh berikul ini.
(14) Orang ilu suka bergurau.
Pada conloh (14), frasa orang l l l yang merupakan subjek kalimat adalah
infonnasi lama . Si pembaca sudah mengelahui apa yang dimaksudkan penulis
leks dengan frasa
orang
iw
Adapun suka bergurau yang merupakan p
re
dikal
adalah informasi baru. Si penulis leks bermaksud menyampaikan informasi ini
kepada pembaca leks Memang lidaklah senanl iasa benar bahwa apa yang di
sebelah paling kiri (yang merupakan informa si lama) adalah subjek kalimal dan
yang di sebelah kanan (yang merupakan informasi baru) adalah predikat.
Perlunya penempalan informasi lama disusul informasi baru dalam
kalimat dapal dijelaska n dari sudul pemrosesan pemahaman secara psikologis.
Pemahaman leks mencakup kemampuan pembaca unluk menangkap arti
hubungan seliap kala dalam kalimal dan hubungan satu kalimat dengan kalimat
la
in
sehingga terbentuk suatu representasi mental yang koheren len ang isi leks
Dalam pembentukan representasi mental ilU , se
li
ap pengertian yang baru akan
diintegrasikan dengan informasi yang leb
ih
dahulu diproses. Hal ilu berkaitan
dengan ingalan kerja seseorang Karena illl, sangat wa jar jika dalam suatu
kalimat infonnasi lama didahulukan daripada informasi baru.
146
LlN/illA
Vol
No
2 OklOber 200
136--- IS2
-
8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
12/17
Penempatan Panjang Ruas
Unluk sampai pada pembahasan ini, marilah kila perhalikan conloh
berikut, yang dikutip dari ara Bahasa Baku Bahasa Indonesia 1993).
15) Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian di tengah
keramaian kota [S] tidak banyak
[Pl.
16) Tidak ban yak [P] manusia yang mampu tinggal dalam
kesendirian di tengah keramaian kota.
lika
dilihal dari sudul kegramalikalannya, tidak ada yang salah pada
kalimat 15) dan 16) di atas. Kalimat 16) merupakan kalimat inversi dari
kalimat 15). Akan tetapi, ditinjau dari sudut keterbacaannya, kalimat 15) dan
16) memiliki perbedaan. Kalimat 16) mempunyai keterbacaan yang lebih
linggi dibanding kalimal 15) karena penempalan panjang ruasnya.
Dalam hal penempatan panjang ruas ini, ruas yang pendek seharusnya
mendahului ruas yang panjang untuk mempertinggi keterbacaan kalimat. Hal
itu berkaitan dengan ingatan jangka pendek dan kapasitas pemrosesan
informasi lika ruas yang panjang ditempatkan pada awal kalimat, ingalan
jangka pendek kila tidak mampu menampung semua kata dalam ruas panjang
itu dan akhirnya terhapus begilu saja sebelum isi pesan itu terhubungkan
dengan infonnasi pada ruas lain.
Implikasi Teoretis dalam Penerjemahan·
lika
dibandingkan temuan tentang kelerbacaan kalimat dalam bahasa
lnggris dan bahasa Indonesia di atas, sekilas tampak tidak ada perbedaan apa
pun. lika demikian adanya, haruskah aspek keterbacaan, terutama keterbacaan
kalimat diperhatikan dalam proses penerjemahan? lawabannya: ya. Hal itu
berdasar pemahaman yang baik ten tang konsep penerjemahan, yang pada
dasarnya merupakan tindak komunikasi , seperti yang dikemukakan oleh Hatim
Ok i, Kal ima r Te'jr mahlln Yang
Be
,kere rt
c,a
n Tin
ggi
rubi)
147
-
8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
13/17
dan Mason (1997: 1) bahwa penerjemahan sebagai
an act
o
commllnication
which atlempts to relay, across cultural and linguistic bOllndaries, another act
o communication (which may have been illlended for different purposes and
different readers/hearers . Jika penerjemahan merupakan sebuah tindak
komunikasi, dalam proses itu ada pesan yang ingin disampaikan
ke
dalam
bahasa sasaran. Akankah pesan itu sampai kepada pembaca sasaran jika
disampaikan dalam kalimat yang su
li
ditangkap pembaca tersebut? Tentu saja
tidak. Banyak pembaca leks terjemahan yang "pusing" memahami pesan yang
terdapal dalam teks terjemahan karena disampaikan dengan cara yang berbelit·
beliL Hal itu memang tidak semata·mata karena kalimat yang digunakan
penerjemah tidak berketerbacaan linggi. Kadang kala ya ng terjadi ialah
penerjemah memang tidak menguasai bahasa sasaran dengan baik. Hal itu
dapat diteliti pada teks terjemahan dari bahasa Inggris ke Ind onesia.
Penerjemah teks bahasa Inggris ke Indonesia itu pada umumnya kemampuan
bahasa Ind onesianya hanya mengandalkan
feeling,
bukan hasil didikan dari
Program Pelatihan Penerjemahan.
Lalu, apa yang harus dilakukan penerjemah untuk menghasilkan
terjemahan yang berkete rbacaan linggi? Hanya satu jawabannya.
Di
samping
penerjemah menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran dengan baik,
penerjemah juga harus berani mencoba berbagai slrategi untuk mendapalkan
leks yang mudah dibaca oleh pembaca sasaran. Penerjemah diharapkan tidak
terjebak pada padanan formal. Bukankah Nida dan Taber (1974: 173) sudah
mengemukakan pen ingnya padanan dinamis, ya ng mengedepankan
mak
o
a"
daripada bentuk? Dleh sebab itu, pertanyaan selanjutnya ial ah beranikah
penerjemah "memecah" kalimat datam leks sumber yang terlalu panjang
menjadi beberapa kalimat dalam bahasa sasaran asalkan "makna" ya ng
disampaikan letap sepadan? Beranikah penerjemah mengubah struktur kalimat
48
LINGU
Vol. No 2. Okl00e r 2006 ] 6 ]S2
-
8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
14/17
yang dalam bahasa sasaran dipast ikan akan menyulilkan pembaca? lika semua
ilu dilakukan demi meninggikan keterbacaan kalimat, apalagi keterbacaan teks
terjemahan, penerjemah harus melakukannya.
Se1ain
itu, anal isis keterbacaan leks dan juga kalimal seharusnya
menjadi bagian da
ri
leks dalam lerjemahan. Baik Nord (1 991) maupun
Halim dan Mason 1997; 14--36) sarna sekali tidak menyinggung persoalan
keterbacaan dalam bahasannya tentang anal isis teks yang digunakan sebagai
dasar dalam menerjemahkan. Meskipun Nord 1991: 118--1 20) membahas
slruktur kalimat dalam faktor anal isis teks sumber yang berbasis intra
te
kstual,
namun dia tidak mengaitkan bahasannya dengan keterbacaan. Sementara itu,
Hatim dan Mason 1997: 14--36) ketika membahas dasar-dasar untuk model
anal isis leks dalam terjemahan, mereka lebih mendasa rkan bahasann ya pada
syarat-syarat sebuah teks pada linguislik teks, yakni kohes i, koherensi,
situasionalitas, intensionalita
s,
intertekstualitas, dan informalivitas.
Keterbacaan kalirnat, baik dalam teks sumber maupun leks sasaran
perlu diperhalikan karena keterbacaan kalimal akan menyumbang pada tinggi
rendahnya keterbacaan leks seca
ra
keseluruhan. Semakin banyak kalimat ya ng
berketerbacaan rendah, dapat dipastikan teks akan semakin sui it dipahami
pembaca. Pertanyaann ya ialah: jika kalimat-kalimat dalam teks sumber
berketerbacaan rendah, haruskah penerjemah menerjemahkan kalimat-kalimat
tcrsebut juga dalam tingkat keterbacaan yang rendah
pula"
Jawabannya tidak.
Penerjemah dapat mengu bah tingkat keterbacaan kalimat yang rendah dalam
leks sumber menjadi kalimat-kalimat yang berkelerbacaan tinggi dalam leks
sasaran sehingga leks terjemahan ya ng dihasilkan menjadi mudah dipahami
oleh pembaca dalam bahasa sasaran. Akan telapi, arah pengubahan itu tidak
dapat dibalik, misa lnya, kalimat-kalimat yang dalam leks sumber
berketerbacaan tinggi diterjemahkan menjadi kalimal-kalimat dalam leks
Ko
lim
a, Teriemahan
Yan
g B
-
8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
15/17
sasaran yang berkelerbacaan rend ah Jika hal ilu dilakukan, penerjemah juslru
menjadi "penghambal" pesan karena pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis dalam leks sumber menjadi lidak mudah dipahami pembaca dalam
bahasa sasaran, bahkan mungkin menjadi lidak dapa dipaba
mi
sarna seka
li
oleh pembaca sasaran.
enutup
Tingkal kelerbacaan leks tidak semala-mata berganlUng pada tingkat
keterbacaan kalimat. Akan tClapi . lidak dapat dipungkiri bahwa kelerbacaan
kalimat mendukung kelerbacaan leks. Oleh sebab itu, para pene
rj
emah yang
profesional diharapkan memaham i aspek kelerbacaan ini sehingga ket ika
mereka menerjemahkan sebuah
te
ks dapa menghasilkan teks yang mudah
dipahami oleh pembaca dalam bahasa sasaran lanpa kehilangan pesan aslinya.
Dengan demikian, mereka menjadi seorang komunikator yang ba ik Jangan
mempersulit pembaca teks dalam bahasa sasaran jika memang dapat
dipermudah dengan eara meninggikan ketcrbaeaan kalimat dalam terjemahan.
Kuncinya, pahami tata kalim
al
bahasa sasaran dengan baik dan pahami pula
aspek pemrosesan informasi pada diri pembaca leks kelika sedang membaca.
Selain itu, ingat konsep udience design ketika menerjemahkan karena leks
yang mudah bagi kelompok pembaca terlenlu belum lentu mudah bagi
kelompok pembaca lain. Kalimat pendek-pendek dalam leks lentu
rn
emiliki
keterbacaan yang t
in
i bagi kelompok pembaca anak-anak. Akan letapi, jika
pembaca sasarann
ya
ialah orang dewasa, leks seperti
il
u lenlu akan
membosankan.
150
LINGU
Vo
l. 5
No 2,
Oklo«r
2006 36 152
-
8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
16/17
D Ff R
PUSTAKA
Coleman, E.B. 1968. Experimental Studies
of
Readability datam Elementary
English 45. 166--178.
Damaianti, Vismaia, Sabariah. 1995. Kecenderungan
PoJa
Sintaktis dan
Semanlis Wacana I1miah dan Wacana Sastra Dilihat dari Segi Tingkat
Keterpahamannya . FPS n p Bandung. Tidak diterbitkan.
Dardjowidjojo, Soenjono. (Peny.). 1994. Mengiring Rekan Sejali: Festschrift
llat Pak TOil
Jakarta: Universitas Katolik Alma Jaya.
Dawkins, 1 1975.
Syntax and Readability.
Delaware: International Reading
Association.
Flesch, Rudolf. 1960. olV to
Write Speak and Think more Effectivelly.
New
York: Harper and Brothers.
Harjasudjana, Ahmad Slamet. 1992. Anal isis Kalimat Bahasa Indonesia dad
Sudul Keterbacaan . Makalah IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.
Harrison, Colin. 1984. Readability
ill
The Classroom. New York: Cambridge
University Press.
Halim, B dan I Mason. 1997.
Th
e Translator as Communicator. London:
Routledge.
Hatim, B dan I Mason. 1990. Discourse and The Translator. London:
Longman Group.
Kaswanti Poerwo, Bambang. 1994. Menata Kata dan Kalimat: Meningkalkan
Keterampilan Menulis dalam Dardjowidjojo, Soenjono. (Peny.).
Mengiring Rekan Sejati: Festschrift Buat Pak Ton. Jakarta:
Universitas Katolik Atma Jaya.
Di
ca
-
8/9/2019 Dicari Kalimat Terjemahan Yang Berketerbacaan Tinggi
17/17
Nord, Christiana. 1991. Text Analysis in Tralls/alion: Theory Methodology
and Didactic App/ication
o
A Model for Trallslation-Oriented Text
Allalysis. Amsterdam: Rodopi.
Nida, E.A. dan Ch.
R
Taber. 1974. The Theory and Practice
o
Translarioll.
Den
Haag: Bri
ll
Renkema , Jan. 1993. Discourse Studies: All IlIlrodllcrory Textbook.
Amsterdam: John Benjamins Publishing Company.
Robinson, H.
AJan
1979. Teaching Reading and Study Straregies The
Olltellt
Areas. Massachushelts: A
ll
yn Bacon.
Sakri, Adjat. 1995. Bal/gun Kalimar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Bandung:
ITB
152
trNGI 1A Vol. SNo 2, O/