Meningitis Serosa

download Meningitis Serosa

of 31

description

kmb

Transcript of Meningitis Serosa

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGSecara anatomi meningen menyelimuti otak dan medula spinalis. Selaput otak terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam yaitu dura mater, arakhnoid dan pia mater. Dura mater terdiri atas lapisan yang berfungsi kecuali didalam tulang tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekat pada tulang dan terdapat sinus venosus.Falks serebri adalah lapisan ventrikel dura mater yang memisahkan kedua hemisfer serebri pada garis tengah. Tentorium serebri adalah ruang horizontal dari dura mater yang memisahkan lobus oksifitalis dari serebelum. Arakhnoid merupakan membran lembut yang bersatu ditempatnya dengan pia mater, diantaranya terdapat ruang subarakhnoid dimana terdapat arteri dan vena serebri dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal. Sisterna magna adalah bagian terbesar dari ruang subarakhnoid disebelah belakang otak belakang, memenuhi celah diantara serebelum dan medula oblongata.Pia mater merupakan membran halus yang kaya akan pembuluh darah kecil yang menyuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Pia mater adalah lapisan yang langsung melekat dengan permukaan otak dan seluruh medula spinalis.Infeksi otak adalah merupakan reaksi peradangan yang mengenai jaringan otak dan selaput otak. Ensefalitis ialah reaksi peradangan yang mengenai jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme, penyebab yang terpenting dan tersering ialah virus. Meningitis adalah suatu reaksi peradangan yang mengenai dan sebagian atau seluruh selaput otak (meningen) yang melapisi otak dan medula spinalis, yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal.Secara ringkas pengertian dari meningitis adalah radang pada meningen/membran (selaput) yang mengelilingi otak dan medula spinalis. Penyebab-penyebab dari meningitis meliputi :1. Bakteri piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus terutama meningokokus, pneumokokus, dan hasil influenza.2. Virus yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervaariasi.3. Organisme jamurMeningitis diklasifikasikan sesuai dengan faktor penyebabnya: 1. Asepsis Meningitis asepsis mengacu pada salah satu asepsis virus atau menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukimia, atau darah di ruang subarakhnoid.2. Sepsis Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri seperti meningokokus, stafilokokus, atau basilus influenza.3. Tuberkolosa Meningitis tuberkolosa disebabkan oleh basilus tuberkel.Infeksi meningen umumnya dihubungkan dengan satu atau dua jalan, yaitu melalui salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari infeksi infeksi bagian lain, seperti selulitis, atau melalui penekanan langsung seperti didapat setelah cedera traumatik tulang wajah. Dalam jumlah kecil dalam beberapa kasus merupakan iatrogenik atau alat pemantau TIK).Meningitis VirusTipe dari meningitis ini sering disebut meningitis aseptis. Tipe ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan virus seperti gondok, herpes simpleks, dan herpes zooster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh korteks serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respons dari jaringan otak terhadap virus bervariasi bergantung pada jenis sel yang terlibat.Meningitis BakterialSuatu keadaan ketika meningens atau selaput dari otak mengalami peradangan akibat bakteri. Sampai saat ini, bentuk paling signifikan dari meningitis adalah tipe bakterial. Bakteri paling sering dijumpai pada meningitis bakteri akut, yaitu Neiserria meningitidis (meningitis meningokokus), Streptococcus pneumoniae (pada dewasa), dan Haemophilus influenzae (pada anak anak dan dewasa muda). Ketiga organisme ini menyebabkan sekitar 75% kasus meningitis bakteri. Bentuk penularannya melalui kontak langsung, yang mencakup droplet dan sekret dari hidung dan tenggorokan yang membawa kuman (paling sering) atau infeksi dari orang lain. Akibatnya, banyak yang tidak berkembang menjadi infeksi tetapi menjadi pembawa (carrier). Insiden tertinggi pada meningitis disebabkan oleh bakteri gram negatif yang terjadi pada lansia sama seperti pada seseorang yang menjalani bedah saraf atau seseorang yang mengalami gangguan respons imun.

B. RUMUSAN MASALAH1. Apa yang dimaksud dengan meningitis serosa?2. Apa yang menyebabkan terjadinya meningitis serosa?3. Bagaimana patofisiologi terjadinya meningitis serosa?4. Apa saja manifestasi klinis (tanda dan gejala) dari meningitis serosa?5. Apa saja pemeriksaan yang dapat menunjang penyakit meningitis serosa?6. Bagaimana penatalakasanaan untuk menangani penyakit meningitis serosa?7. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit meningitris serosa?

C. TUJUAN1. Memahami pengertian penyakit meningitis serosa2. Mengetahui etiologi terjadinya penyakit meningitis serosa3. Mengetahui patofisiologi penyakit meningitis serosa4. Mengetahui manifestasi klinis penyakit meningitis serosa5. Mengetahui pemeriksaan penyakit meningitis serosa6. Mengetahui komplikasi penyakit meningitis serosa7. Mengetahui penatalaksanaan penyakit meningitis serosa8. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit meningitis serosa

BAB IIKONSEP DASAR

1. DESKRIPSIMeningitis serosa adalah radang selaput otak pada araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Meningitis serosa ialah reaksi keradangan selaput otak akibat komplikasi bakteri TBC, dimana tanda tuberkulosa hampir sama dengan kriterium diagnosis tuberkulosa anak.Meningitis serosa disebut juga meningitis aseptik adalah sebuah penyakit yang ditandai oleh sakit kepala, demam dan inflamasi pada selaput otak. Banyak faktor yang berbeda yang dapat menyebabkan penyakit ini, seperti virus atau mikobakterium.2. ETIOLOGIMikroorganisme penyebab dari meningitis serosa adalah bakteri, protozoa, jamur, ritketsia atau yang paling sering virus. Kelompok virus yang paling sering adalah enterovirus (echo, coxsackie, polio), diikuti oleh parotitis, herpes II, koriomeningitis limfositik dan adeno virus. Yang termasuk arbovirus adalah virus yang ditransmisikan oleh kutu, meningoensefalitis musim semi.3. PATOFISIOLOGIFaktor predisposisi infeksi susunan saraf pusat. Daya pertahanan susunan saraf pusat untuk menangkis infeksi mencakup kesehatan umum yang sempurna, struktur sawar darah otak yang utuh dan efektif, aliran darah ke otak yang adekuat, sistem imunologik, hormonal dan seluler yang berfungsi sempurna. Meningitis tuberkulosa adalah komplikasi sistemik dari tuberkulosis dan merupakan hasil penyebaran secara hematogen ke piamater atau arakhnoid. Sarang infeksi tuberkulosis di luar susunan saraf, pada umumnya di paru-paru, melepaskan mikrobakterium tuberkulosis. Melalui lintasan hematogen ia tiba dikorteks serebri, dan akhirnya ia mati di situ atau berbiak dan membentuk eksudat kaseosa. Meningitis viral yang benigne tidak melibatkan jaringan otak pada proses radangnya, gejala-gejalanya dapat sedemikian ringannya sehingga diagnosis meningitis luput dibuat.

4. MANIFESTASI KLINISGejala dan tanda meningitis serosa : 1. Nyeri kepala selalu ada, kadang-kadang sangat hebat dan difus. 2. Nyeri punggung seringkali ada 3. Temperatur biasanya tidak begitu meningkat seperti pada meningitis purulenta. 4. Sensitif terhadap cahaya ( fotopobia ) 5. Malaise umum, gelisah, atau tidak enak badan 6. Nausea dan vomitus 7. Mengantuk dan pusing 8. Kadang-kadang terdapat bangkitan epileptik 9. Meningismus ( laseque dan kaku kuduk hampir selalu ada ) 10. Organ-organ lain sering kena mis: paru-paru pada meningitis tuberkulosa 11. Umumnya terdapat tanda-tanda gangguan saraf kranial dan cabang-cabangnya5. PEMERIKSAANPemeriksaan cairan otakTekanan: MeningkatWarna: Jernih atau santokromProtein:Meningkat Gula: MenurunKlorida: MenurunLekosit: Meningkat sampai 500/mm3 dengan sel mononuklear yang dominan.Darah: Jumlah leukosit meningkat sampai 20.000Radiologi : Sken tomograik dapat tampak hidrosefalus.Test Tuberkulin: Sering PositifPemeriksaan fisik yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis meningitis serosa adalah : Pemeriksaan rangsang meningeal dengan pemeriksaan kaku kuduk. Biasanya pada pasien meningitis terdapat kaku kuduk yang positif Pemeriksaan nervi craniales yaitu N III, N IV, N VI, N VII, N VIII, biasanya kelumpuhan saraf otak dapat sering dijumpai.Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan laboratorium : darah rutin, kimia dan elektrolit Pemeriksaan radiologik : foto polos paru, dan Ct-Scan kepala sebelum dilakukan lumbal pungsi bila dijumpai peninggian tekanan intrakranial.Meningitis tuberkulosa Anamnesis diarahkan pada riwayat kontak dengan pasien penderita tuberkulosa, keadaan sosio-ekonomi, imunisasi dan sebagainya. Sementara itu gejala-gejala yang khas untuk meningitis tuberkulosa ditandai dengan tekanan intrakranial meninggi, muntah yang hebat, nyeri kepala yang progresif dan pada bayi terdapat fotanela yang menonjol. Meningitis viralPada pemeriksan laboratorium didapatkan jumlah sel darah putih biasanya normal atau sedikit meningkat.. Cairan serebrospinal biasanya berisi pleocytosis antara 20 1000 WB/ mm3, limfosit yang lebih dominan. 6. PENATALAKSANAAN1. Tindakan kewaspadaan terhadap isolasi1. Dimulainya terapi antimikroba1. Pemeliharaan hidrasi yang optimal1. Pemeliharaan ventilasi1. Mengurangi peningkatan TIK1. Penatalaksanaan syok bakteri1. Pengendalian serangan kejang1. Pengendalian suhu tubuh yang terlalu panas atau dingin1. Perbaikan anemia1. Penanganan komplikasi

7. KOMPLIKASI

1) Hidrosefalus2) Kelumpuhan saraf kranial3) Epilepsi4) Iskemi dan infark pada otak

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS SEROSA

1. PENGKAJIANData yang akan didapatkan pada pengkajian meningitis TB Adalah: Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargi, tidak responsif dan koma Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut: a) Rigiditasi nukal (kaku leher) upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot leher. b) Tanda kernik positif; ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan fleksi ke arah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna. c) Tanda brudziki; bila leher pasien di fleksikan maka di hasilkan fleksi lutut dan pinggul. d) Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstermitas bawah pada salah satu sisi ekstermitas yang berlawanan. Mengalami foto fobia atau sensitif yang berlebihan pada cahaya. e) Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal. f) Infeksi fulminating dengan tanda- tanda septikemia : demam tinggi tiba-tiba muncul lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau mengurangi, menghilangkan atau mencegah perubahan (Nursalam, 2001),Menurut Doenges 2000, Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan meningitis adalah: a. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman patogen b. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema serebral c. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan penurunan kesadaran d. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi pada susunan saraf pusat e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler f. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan pada pusat pengaturan pernapasan g. Peningkatan suhu tubuh: hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada meningen h. Resiko terjadi gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama i. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan refleks menelan atau adanya disfagia atau adanya rasa mual, muntah, anoreksia j. Kurang perawatan diri berhubungan dengan perubahan susunan saraf pusat, kelemahan fisik k. Gangguan rasa aman: cemas klien dan keluarga berhubungan ancaman kematian

3. PERENCANAANPerencanaan adalah proses penentuan tujuan merumuskan intervensi dan rasional secara sistematis dan spesifik disesuaikan dengan kondisi, situasi dan lingkungan klien (Potter & Perry, 2005).Berdasarkan diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada klien maka perencanaan yang dilakukan untuk masing-masing diagnosa adalah sebagai berikut:

A. Resiko Tinggi Penyebaran Infeksi Berhubungan Dengan Proses Invasi Kuman Patogen1) Tujuana) Tujuan jangka panjangSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 4 hari penyebaran infeksi tidak terjadib) Tujuan jangka pendekSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 hari tanda-tanda penyebaran infeksi tidak terjadi dengan kriteria- Suhu tubuh normal 36-37C- Klien ditempatkan di ruang isolasi2) Intervensi :a) Berkan tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan.Rasional : Pada fase awal meningitis meningokokus atau infeksi ensepalitis lainnya, isolasi mungkin diperlukan sampai organismenya diketahui/ dosis antibiotik yang cocok telah diberikan untuk menurunkan resiko penyebaran pada orang lain.

b) Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat baik klien atau pengunjung maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung/staf sesuai kebutuhan.Rasional :Menurunkan resiko klien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi (misalnya individu yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas).

c) Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya tanda-tanda klinis dari proses infeksiRasional :Terapi obat biasanya akan diberikan terus selama kurang lebih 5 hari setelah suhu turun (kembali normal) dan tanda-tanda klinisnya jelas. Timbul tanda klinis terus menerus merupakan indikasi perkembangan dari meningokosemia akut yang dapat bertahan sampai berminggu-minggu/ berbulan-bulan atau menjadi penyebaran pathogen secara hematogen/sepsis.

d) Teliti adanya keluhan dari dada, berkembangnya nadi yang tidak teratur/distrimia atau demam yang terus menerus.Rasional :Infeksi sekunder seperti miokarditis dapat berkembang dan memerlukan intervensi lanjut.

e) Auskultasi suara napas. Pantau kecepatan pernapasan dan usaha pernapasan.Rasional :Adanya rochi/mengi, takhipnea dan peningkatan kerja pernapasan mungkin mencerminkan adanya akumulasi sekret dengan resiko terjadinya infeksi pernapasan.

f) Ubah posisi klien dengan teratur dan anjurkan untuk melakukan napas dalam.Rasional :Mobilisasi sekret dan meningkatkan kelancaran sekret yang akan menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap pernapsan.

g) Catat karakteristik urine seperti warna, kejernihan dan bau.Rasional :Urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan resiko terhadap infeksi kandung kemih/ginjal/awitan.

h) Kolaborasi: berikan terapi antibiotik, IV sesuai indikasi: penicillin G, ampisilin, kloramfenikol, gentamisin, amfoterisin B.Rasional:Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitifitas individu. Catatan:a. obat intratekal mungkin di indikasikan untuk basilus gram negatif, jamur, amuba.

B. Resiko Tinggi Terhadap Perubahan Perfusi Jaringan Serebral Berhubungan Dengan Oedema Serebral 1) Tujuana) Tujuan jangka panjangSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 4 hari gangguan perfusi jaringan serebral tidak terjadib) Tujuan jangka pendekSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 hari tanda-tanda gangguan perfusi jaringan serebral tidak terjadi dengan kriteria:- Tingkat kesadaran membaik- Tanda-tanda vital stabil- Tidak adanya nyeri kepala- Tidak adanya tanda peningkatan TIK2) Intervensi : a) Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang menyebabkan koma/penurunan perfusi jaringan otak dan potensial peningkatan TIKRasional:Menentukan pilihan intervensi. Penurunan tanda/ gejala neurologis atau kegagalan dalam pemulihannya setelah serangan awal menunjukan klien itu perlu dipindahkan ke perawatan intensif untuk mementau tekanan TIK atau pembedahan.

b) Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar (misalnya: GCS)Rasional:Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan, lokasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.

c) Pantau tanda-tanda vital meliputi TD, Nadi, RespirasiRasional:Peningkatan tekanan darah sistemik yang diikuti oleh penurunan tekanan darah diastolik merupakan tanda adanya peningkatan TIK nafas yang tidak teratur dapat menunjukan lokasi gangguan serebral dan tanda adanya peningkatan serebral.

d) Bantu klien untuk menghindari manuver valsava, seperti batuk, mengejan.Rasional:Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra thoraks yang akan meningkatkan TIKe) Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuaiRasional:Petunjuk non verbal ini menunjukan adanya peningkatan TIK atau adanya nyeri kepala

f) Tinggikan kepala klien 15-45 derajat sesuai indikasi yang dapat ditoleransi.Rasional:Meningkatkan aliran balik vena dari kepala sehingga akan mengurangi kongesti dan oedema atau resiko peningkatan TIK.

g) Kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi seperti dexametasonRasional:Menurunkan inflamasi yang selanjutnya menurunkan oedema jaringan.

C. Resiko Tinggi Terhadap Trauma Berhubungan Dengan Penurunan Kesadaran 1) Tujuana) Tujuan jangka panjangSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 4 hari trauma/injuri tidak terjadib) Tujuan jangka pendekSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 hari tanda-tanda trauma tidak terjadi dengan kriteria:- Tidak mengalami kejang- Kejang dapat diatasi2) Intervensia) Monitor adanya kejang/kedutan pada tangan, kaki dan mulut atau otot wajah yang lain. Rasional:Mencerminkan adanya iritasi SSP secara umum yang memerlukan evaluasi segera dan intervensi yang mungkin untuk mencegah komplikasi.

b) Berikan keamanan pada klien dengan memberi bantalan pada penghalang tempat tidur, pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan plastik atau gulungan lunak dan alat penghisap.

Rasional:Melindungi klien jika terjadi kejang. Catatan: Memasukan jalan nafas buatan/ gulungan lunak hanya jika rahangnya relaksasi, jangan dipaksa, memasukan ketika giginya mengatup karena dapat merusak jaringan lunak.

c) Kolaborasi dengan medik untuk pemberian obat sesuai indikasi, seperti Fenitoin (dilantin), diazepam (valium), fenobarbital (luminal)Rasional:Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang. Catatan: Fenobarbital dapat menyebabkan depresi pernafasan dan sedatif serta menutupi tanda/gejala dari peningkatan TIK.

D. Nyeri Berhubungan Dengan Adanya Proses Infeksi Pada Susunan Saraf Pusat 1) Tujuana) Tujuan jangka panjangSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 4 hari nyeri hilangb) Tujuan jangka pendekSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 hari nyeri berangsur-angsur berkurang dengan kriteria:- Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol- Menunjukan postur rileks dan mampu tidur/ istirahat dengan tepat2) Intervensia) Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasiRasional:Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi.

b) Letakan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas mata.Rasional:Meningkatkan vasokontriksi, menumpulkan persepsi sensori yang selanjutnya akan menurunkan nyeri.

c) Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi sedikit.Rasional:Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidak nyamanan lebih lanjut.d) Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan lakukan massase otot daerah bahu atau leher.Rasional:Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.

E. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Kerusakan Neuromuskuler 1) Tujuana) Tujuan jangka panjangSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 4 hari gangguan mobilitas fisik meningkat/membaikb) Tujuan jangka pendekSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 hari gangguan mobilitas fisik berangsur-angsur berkurang dengan kriteria:- Klien mampu melakukan mobilisasi2) Intervensia) Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadiRasional:Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi dan pilihan intervensi yang akan dilakukan.

b) Kaji derajat imobilisasi klien dengan menggunakan skala ketergantunganRasional:Klien mampu mandiri (nilai 0) atau memerlukan bantuan/peralatan yang minimal (nilai 1); memerlukan bantuan sedang dengan pengawasan/diajarkan (nilai 2); memerlukan bantuan/peralatan yang terus menerus dan alat khusus (nilai 3); atau tergantung secara total pada pemberian asuhan (nilai 4). seseorang da lam semua kategori sama-sama mempunyai resiko kecelakaan namun kategori dengan nilai 2-4 mempunyai resiko terbesar untuk terjadinya bahaya tersebut sehubungan dengan imobilisasi.

c) Berikan atau bantu untuk melakukan latihan rentang gerak/ROM.Rasional:Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/ posisi normal ekstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis.

d) Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab dan ganti linen/pakaian yang basah dan pertahankan linen tersebut tetap bersih dan bebas dari kerutan.Rasional:Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit dan menurunkan resiko terjadinya ekskoriasi kulit.

F. Ketidakefektifan Pola Nafas Berhubungan Dengan Penekanan Pada Pusat Pengaturan Pernapasan 1) Tujuana) Tujuan jangka panjangSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 4 hari pola napas efektifb) Tujuan jangka pendekSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 hari pola nafas berangsur-angsurmembaik dengan kriteria:- Frekuensi nafas normal 16-20x/menit- Irama nafas regular2) Intervensia) Kaji dan pantau frekuensi pola dan irama nafas.Rasional:Perubahan pola nafas tidak efektif merupakan tanda berat adanya peningkatan tekanan intrakranial yang menekan medulla oblongata

b) Pertahankan jalan nafas efektif dengan melakukan pembersihan jalan nafas seperti pengisapan lendir dan oral hygiene.Rasional:Lendir yang berlebihan akan menumpuk dan menimbulkan obstruksi jalan nafas.

c) Berikan O2 sesuai order dan monitor efektifitas pemberian oksigen tersebut.Rasional:Untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam darah dan jaringan.

d) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan leher dan posisi netralRasionaal:Posisi leher yang ekstensi/menekuk mengakibatkan jalan nafas terhambat.

G. Peningkatan Suhu Tubuh: Hipertermi Berhubungan Dengan Inflamasi Pada Meningen 1) Tujuana) Tujuan jangka panjangSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 4 hari suhu tubuh dalam batas normalb) Tujuan jangka pendekSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 hari suhu tubuh berangsur-angsur membaik dengan kriteria:- Klien mampu melakukan mobilisasi- Suhu tubuh 36 - 37 C, keringat berkurang2) Intervensia) Berikan kompres dingin pada daerah yang banyak pembuluh darah sampai suhu badan kembali normal.Rasional:Kompres dingin dapat menimbulkan proses konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak fisik antara kedua objek tersebut.

b) Anjurkan pada klien untuk mengenakan pakaian tipis dan menyerap keringat.Rasional:Dengan pakaian tipis memudahkan penyerapan keringat dan memberi rasa nyaman.

c) Observasi tanda-tanda vital suhu, tensi, respirasi, dan nadi.Rasional:Untuk mengetahui lebih lanjut tindakan yang akan dilakukan.

d) Kolaborasi pemberian terapi antipiretik.Rasional:Antipiretik berfungsi menghambat panas pada hipotalamus.

H. Resiko Terjadi Gangguan Integritas Kulit Berhubungan Dengan Tirah Baring Lama 1) Tujuana) Tujuan jangka panjangSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 4 hari gangguan integritas kulit tidak terjadib) Tujuan jangka pendekSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 hari tanda-tanda gangguan integritas kulit tidak terjadi dengan kriteria:- Tidak tampak tanda-tanda gangguan integritas kulit seperti: kemerahan dan lecet pada kulit.2) Intervensia) Atur dan rubah posisi tidur klien setiap 2 jam.Rasional:Dapat mengurangi tekanan yang terus menerus yang menimbulkan sirkulasi yang optimal pada daerah penekanan.

b) Berikan bantalan pada area tubuh yang menonjol dan berada pada permukaan tempat tidurRasional:Dengan diberikan bantalan pada daerah penekanan akan mengurangi tekanan efek sirkulasi yang tidak lancar.

c) Lakukan masase pada daerah penekanan seperti bokong, siku dan turn it setiap hari.Rasional:Tindakan masase sebagi stimulus terhadap vasodilatasi bagi vaskuler yang mengalami kontriksi pada permukaan sehingga akan membantu melancarkan sirkulasi pada daerah tersebut.

d) Observasi tanda dekubitus seperti lecet, kemerahan pada siku, tumit, bokong dan daerah punggung setiap hari.Rasional:Bila ditemukan tanda-tanda dekubitus segera ambil tindakan untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan jaringan kulit yang berlebihan.

I. Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan Dengan Kelemahan Refleks Menelan Atau Adanya Disfagia Atau Adanya Rasa Mual, Muntah, Anoreksia 1) Tujuana) Tujuan jangka panjangSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 4 hari kebutuhan nutrisi terpenuhib) Tujuan jangka pendekSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 hari kebutuhan nutrisi berangsur-angsur membaik dengan kriteria:- Disfagia dapat diatasi- Tidak terjadi aspirasi.- Mual, muntah dan anoreksia tidak ada.2) Intervensia) Timbang berat badan seminggu sekali. Rasional:Untuk mengetahui efektivitas therapi

b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu perencanaan makanan.Rasional:Ahli gizi adalah spesialis nutrisi yang dapat membantu kebutuhan nutrisi klien dan langsung mempersiapkan kebutuhan nurisi kliennya.

c) Jika masukan makanan hanya sedikit, BB terus menerus turun selama 5 hari, status menunjukkan kekurangan nutrisi kolaborasi dengan dokter untuk pemberian nutrisi parenteral total (NPT).Rasional:NPT mensuplai protein dan kalori,asam lemak dan vitamin dapat diberikan IV bersama-sama larutan NPT, protein, Karbohidrat dan lemak penting untuk fungsi dan perkembangan sel.

d) Bila terjadi disfagia kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan NGT.Rasional:Dengan NGT dapat menghindari terjadinya aspirasi karena kelemahan reflek menelan.

e) Kolaborasi pemberian obat H2 reseptor antagonis sesuai advisRasional:H2 reseptor antagonis dapat menghambat produksi HCl atau menetralisir asam lambung.

J. Kurang Perawatan Diri Berhubungan Dengan Perubahan Susunan Saraf Pusat, Kelemahan Fisik 1) Tujuana) Tujuan jangka panjangSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 4 hari perawatan diri terpenuhib) Tujuan jangka pendekSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 hari kurang perawatan berangsur-angsur terpenuhi dengan kriteria:- Aktifitas sehari-hari dapat dilakukan pasien sementara sakit dan dapat dilakukan setelah pukang dari rumah sakit- Berat badan tidak turun- Kulit utuh- BAB dan BAK normal2) Intervensia) Observasi tingakt fungsi pasien Rasional:Menentukan tingkat kebutuhan pasien

b) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang ketidakamampuannya melakukan perawatan diri sendiriRasional:Membantu pasien dalam mendapatkan tingkat fungsi yang lebih baik

c) Berikan bantuan dan dukungan sesuai kebutuhan seperti mandi, BAB/BAK, hygiene, berpakaian dan makan.Rasional:Akan meningkatkan perasaan independent (mandiri).

d) Berikan semua pengukuran/alat-alat makanan dan hygiene.Rasional:Untuk menghemat energi

e) Pertahankan kateter indwelling bila perlu.Rasional:Untuk mengosongkan kandung kemih pada pasien tidak sadar

K. Gangguan Rasa Aman: Cemas Klien Dan Keluarga Berhubungan Ancaman Kematian1) Tujuana) Tujuan jangka panjangSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 4 hari gangguan rasa aman; cemas dapat teratasib) Tujuan jangka pendekSetelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 hari gangguan rasa aman; cemas berangsur- angsurberkurang dengan kriteria:- Klien atau keluarga mengakui dan mendiskusikan rasa takut.- Klien atau keluarga tampak rileks (tidak memperlihatkan kecemasan seperti gelisah)2) Intervensia) Kaji status mental dan tingkat ansietas dari klien/keluarga. Catat tanda-tanda verbal atau nonverbalRasional:Gangguan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi ekspresi rasa takut tapi tidak menyangkal keberadaannya. Derajat ansietas akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu.

b) Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejalanyaRasional:Meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut karena ketidaktahuan dan dapat membantumenurunkan ansietas.

c) Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur sebelum dilakukan.Rasional:Dapat meringankan ansietas terutama ketika pemeriksaan tersebut melibatkan otak.

d) Libatkan klien/keluarga dalam perawatan, perencanaan kehidupan sehari-hari, membuat keputusan sebanyak mungkin.Rasional:Meningkatkan perasaan kontrol terhadap diri dan meningkatkan kemandirian

4. IMPLEMENTASIa. Mengambil sputum untuk pemeriksaan BTA sewaktub. Mengajari klien dan keluarga cara batuk efektifc. Mengajari klien dan keluarga cara melatih gerak pasif-aktif pada ekstremitasd. Memotivasi klien dan keluarga agar melakukan latihan gerak sesuai kemampuane. Memotivasi keluarga untuk membantu klien meningkatkan intake cairan dan nutrisif. Menjelaskan pada keluarga tentang pentingnya cairan untuk pengeluaran sputumg. Memeriksa tanda-tanda vital, tanda-tanda menigitis, dan suara pernafasanh. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita klieni. Memonitor vital sign dan meningeal signj. Memotivasi klien agar mempunyai semangat untuk hidup dan sembuhk. Mendiskusikan bersama klien dan keluarga tentang sumber-sumber pendukung yang dimilikil. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang pengobatan yang harus dijalani dan kemungkinan perkembangan penyakitnyam. Menjelaskan kepada keluarga tentang : pengertian TB dan Meningistis, tanda dan gejala, faktor resiko, cara penularan, perawatan dan pengobatan.n. Melakukan discharge planning :1. Menjelaskan perawatan luka dikubitus di rumah2. Menjelaskan tentang alih posisi : cara dan waktu3. Menjelaskan tentang pentingnya pemenuhan intake adekuat4. Memotivasi keluarga untuk melanjutkan pengobatan secara rutin sampai klien sembuh5. Memotivasi keluarga untuk melakukan latihan fisik aktif pasif secara rutin6. Memotivasi keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan yang mendukung kesembuhan klien

5. EVALUASIa. Tidak terjadi komplikasi yang serius, tanda-tanda vital normal.b. Rasa nyaman terpenuhi, klien tidak merintih, tanda-tanda vital normal.c. Rasa nyaman terpenuhi, klien tidak terpenuhi secara adequat, turgor baik, tidak muntah, berat badan tidak menurun.d. Keluarga secara verbal menanyakan tentang kesehatan klien dan mengetahui program perngobatan selajutnya.e. Klien sembuh baik, tidak ditemukan squel (hidrocepalus-buta, tuli, paralysis dan mental retardasi).

BAB IVPENUTUPA. KesimpulanMeningitis adalah suatu reaksi peradangan yang mengenai dan sebagian atau seluruh selaput otak (meningen) yang melapisi otak dan medula spinalis, yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal.Meningitis serosa adalah radang selaput otak pada araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah micobacterium tuberculosa dan lainnya (lues virus, toxoplasma gondhii dan ricetsia).Meningitis serosa ialah reaksi keradangan selaput otak akibat komplikasi bakteri TBC, dimana tanda tuberkulosa hampir sama dengan kriterium diagnosis tuberkulosa anak.Meningitis serosa disebut juga meningitis aseptik adalah sebuah penyakit yang ditandai oleh sakit kepala, demam dan inflamasi pada selaput otak. Banyak faktor yang berbeda yang dapat menyebabkan penyakit ini, seperti virus atau mikobakterium.B. SaranSebagai perawat kita harus mengetahui penanganan-penanganan setiap penyakit terutama pada penyakit infeksi seperti meningitis serosa. Agar kita dapat melakukan asuhan keperawatan secara profesional dan mencegah terjadinya penyakit ini secara dini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan tenaga kesehatan lainnya.

DAFTAR PUSTAKAAsih, Yasmin. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.EGC: Jakarta.Harsono. 2003. Neurologi. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.Hassan, Rusepno & Husein Alatas. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Infomedika Jakarta : Jakarta.Mardjono, Mahar & Priguna Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat : Jakarta.Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Salemba Medika : Jakarta.Rubenstein, David dkk. 2005. Kedokteran Klinis. Erlangga: Jakarta.Meadow, Roy & Simon newell.2003. Lecture Notes Pediatrika.Erlangga : JakartaWong, L. Donna dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. EGC: Jakarta Soegijanto, Soegeng. 2002. Ilmu Penyakit Anak Diagnosa Dan Penatalaksanaan. SalembaMedika : Jakarta