Mat. Abrassive
-
Upload
nisaul-afifah -
Category
Documents
-
view
224 -
download
6
Transcript of Mat. Abrassive
MAKALAH BIOMATERIAL IIAuxilllary II
Material Abrasif
Oleh :
Kelompok 2
Syelvi Agustin 11/311789/KG/08814
Kristika Maharani 11/311844/KG/08816
Mika Cendy P. 11/311871/KG/08818
Ela Novitasari K. 11/311938/KG/08820
Nurul Imanda S. 11/311942/KG/08822
Pipit Rezita A. 11/311985/KG/08824
Athistya Diska P. 11/312001/KG/08826
Rita Kumaladewi D. 11/312026/KG/08828
Khalifa Unsa M. 11/312057/KG/08830
Priske Pramadima P. 11/312085/KG/08832
Brian Arista Marzuq 11/312214/KG/08834
Norma Dias L. 11/312225/KG/08836
Drita Maya Hapsari 11/312234/KG/08838
Anastasia Bethari A 11/317884/KG/08978
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2012
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
danhidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Biomaterial II ini tepat
padawaktunya.
Bersama ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Dr.drg.Siti Sunarintyas, Mkes. selaku pembimbing mata kuliah Ilmu Biomaterial II yangtelah
membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas Auxillary II, dan pada
kesempatan ini pula tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah tentang Material Abrasif yang penulis susun ini
memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, maka dari itu penulismengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun. Semoga karya ini dapatbermanfaat bagi penulis dan semua
pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, Desember 2012
Hormat kami,
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I - PENDAHULUAN...................................................................................................................4
I.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
I.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
I.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II - PEMBAHASAN....................................................................................................................6
2.1 Definisi Material Abrasif.............................................................................................................6
2.2 Tipe Material Abrasif..................................................................................................................6
2.3 Jenis Abrasif................................................................................................................................6
1. Abrasif Alamiah....................................................................................................................7
2. Abrasif Buatan.....................................................................................................................10
2.4 Aplikasi Penggunaan Material Abrasi.......................................................................................12
2.5 Kerugian dan Keuntungan Penggunaan Material Abrasif..........................................................13
2.6 Sifat-sifat yang Mempengaruhi Material Abrasive....................................................................14
BAB III - PENUTUPAN.....................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Keefektifan finishing dan polishing restorasi gigi tidak hanya menghasilkan
estetika yang optimal tetapi juga memberikan kesehatan mulut dengan jaringan lunak dan
integritas marginal dari permukaan restorasi. Restorasi gigi diselesaikan sebelum dipasang di
dalam rongga mulut untuk mendapatkan tiga manfaat dari perawatan gigi : kesehatan mulut,
fungsi dan estetika. Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan meningkatkan
kesehatan mulut dengan cara mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri patogen. Hal ini
diperoleh melalui pengurangan kekasaran permukaan restorasi. Permukaan yang halus akan
lebih mudah dijaga kebersihannya. Tindakan preventif sehari – hari seperti penggunaan
dental flosh dan menyikat gigi juga akan lebih mudah dijangkau pada semua permukaan.
Dengan menggunakan material abrasif tertentu, aktivitas karat dan korosi dapat
dikurangi apabila seluruh restorasi dipoles dengan baik. Fungsi rongga mulut juga akan
meningkat, sebab makanan dapat meluncur dengan bebas pada permukaan oklusal selama
proses mastikasi. Daerah kontak restorasi yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada
gigi tetangga dan gigi antagonisnya. Sementara permukaan yang kasar akan menyebabkan
terjadinya tekanan kontak yang tinggi, serta dapat menimbulkan hilangnya kontak fungsional
dan stabilitas antara gigi – gigi.
Beragam bahan abrasif yang digunakan di kedokteran gigi, diantaranya adalah
pumice, tripolis, rouge, sand adalah pasir dan bentuk lain dari quartz, serta diamond yang
paling keras. Banyaknya tipe dan jenis dari material abrasif, tentu memiliki perbedaan dalam
fungsi aplikasinya di klinik. Untuk itu, Untuk itu kelompok kami akan mencoba membahas
mengeni material abrasif ini mulai dari definisi, tipe, jenis, aplikasi, kerugian dan keuntungan
sampai sifat dari material abrasif.
I.2 Rumusan Masalah
1. Definisi material abrasif?
2. Tipe material abrasif?
3. Jenis material abrasif?
4. Aplikasi dari penggunaan material abrasif ?
4
5. Kerugian dan keuntungan dari penggunaan material abrasif ?
6. Sifat material abrasif ?
I.3 Tujuan
1. Untuk memahami apa definisi dari material abrasif
2. Untuk mengetahui tipe dan jenis material abrasif
3. Untuk mengetahui aplikasi dari penggunaan material abrasif
4. Untuk mengetahui kerugian dan keuntungan dari penggunaan material abrasif
5. Untuk mengetahui sifat material abrasif
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Material AbrasifBahan abrasif merupakan suatu bahan untuk meratakan, menghaluskan dan
mengkilapkan. Berbagai macam bahan abrasif dipergunakan di kedokteran gigi, diantaranya
adalah emery yang merupakan suatu aluminium oxide alam yang sering disebut corundum,
pumice berupa bubuk abrasif kedokteran gigi atau bahan polish untuk conservative,
zirconium silicate merupakan bahan yang digunakan sebagai bahan polish konservatif,
tripolis merupakan bahan yang dipakai untuk polish ringan, rouge yang merupakan bahan
berbentuk padatan yang mempunyai komposisi iron oxide, iron oxide ini dipergunakan
sebagai bahan polish untuk gigi dan restorasi metal dalam mulut, sand adalah pasir dan
bentuk lain dari quartz, carbides terdiri dari silicon carbides dan boron carbides, serta
diamond yang paling keras dan sangat efektif untuk enamel gigi.
2.2 Tipe Material Abrasif 1. Finishing abrasif
Finishing abrasif merupakan material yang keras digunakan pada proses awal untuk
membentuk kontur dan menghilangkan kelebihan resin.
2. Polishing abrasif
Polishing abrasif memiiki ukuran partikel yang lebih halus dan tidak begitu keras
dibandingkan abrasif yang digunakan untuk finishing. Digunakan untuk
memperhalus permukanaan yang sudah dihaluskan oleh abrasif finishing
3. Cleansing abrasif
Cleansing abrasif adalah bahan lunak dengan ukuran partikel kecil dan berguna
untuk menghilangkan deposit lunak yang menempel pada enamel atau material
tambal.
(Manappallil, 2003)
2.3 Jenis Material AbrasifAplikasi abrasif yang sedang dipakai di kedokteran gigi terdiri dari abrasif alamiah
yang mencakup batu arkansas, kapur, korundum, intan, ampelas, akik, pumis, quartz,
6
pasir, tripoli, dan zirkonium silikat, dan cuutle dan kieseguhr
yang berasal dari sisa organisme hidup. Sedangkan abrasif
buatan merupakan bahan disintesa yang umumnya sering
digunakan karena mempunyai sifat fisik yang lebih dapat
ditebak, contohnya silikon karbid, oksida aluminium,
rougem dan oksida timah.
1. Abrasif Alamiaha. Batu Arkansas
Batu Arkansas adalah batu endapan silika yang berwarna abu-abu muda dan
semitranslusen yang ditambang di dekat mata air panas di Arkansas, USA. Batu
mineral tersebut disebut “novaculite”(Banister,1975). Mengandung quartz
mikrokristal dan mempunyai corak yang padat, keras, serta seragam. Potongan
kecil dari mineral ini dicekatkan pada batang logam dan ditruing ke berbagai
bentuk mengasah email gigi dari logam campur.
b. Kapur
Salah satu bentuk mineral dari calcite disebut kapur. Kapur adalah abrasif
putih yang terdiri atas kalsium karbonat yang diolah dengan metode pengendapan
(Manappallil,2003). Digunakan sebagai pasta abrasif ringan untuk memoles email
gigi, lembaran emas, amalgam, dan bahan plastis.
c. Korondum
Bentuk mineral dari oksida alumunium yang biasanya berwarna putih. Sifat
fisiknya lebih rendah daripada oksida alfa-alumunium, yang sudah banyak
menggantikan korondum dalam aplikasi dental. Korondum digunakan terutama
untuk mengasah logam campur dan tersedia dalam bentuk abrasif bonding dengan
bermacam bentuk. Paling umum digunakan pada instrumen yang disebut white
stone.
7
d. Intan
Intan adalah mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas karbon. Ini
adalah senyawa yang paling keras. Intan disebut superabrasif karena
kemampuannya untuk mengasah substansi apapun. Abrasif intan dipasok dalam
berbagai bentuk, termasuk instrumen abrasif bonding yang berputar, ampelas
abrasif yang mempunyai backing logam lentur, dan pasta poles intan. Dapat
digunakan untuk memoles logam campur atau bahan plastis.
e. Akik
Istilah akik mencakup sejumlah bahan yang berbeda yang mempunyai
fisik dan kristalin yang sama. Mineral ini adalah silika dari alumunium, kobalt,
besi, magnesium, dan mangan. Abrasif akik digunakan dalam kedokteran gigi
biasanya berwarna merah gelap. Akik sangat keras dan jika patah selama
pengasahan, membentuk bidang berbentuk pahat yang tajam, membuat bahan ini
menjadi lebih abrasif yang sangat efektif. Digunakan untuk mengasah logam
campur dan bahan plastik.
f. Pumis
Aktivitas gunung berapi mengahasilkan bahan silika
berwarna abu-abu muda. Digunakan terutama dalam bentuk
8
pasir tetapi juga dapat ditemukan pada abrasif karet. Kedua bentuk ini digunakan
pada bahan plastik. Serbuk pumis adalah derivat batu
volkanik yang sangat halus dari Italia dan digunakan untuk memoles email gigi,
lempeng emas, amalgam gigi, dan resin akrilik.
g. Quartz
Bahan Kristal yang secara alami sebagai silica (Harty,1995). Bentuk quartz
yang paling sering digunakan adalah yang sangat keras, tidak berwarna, dan
transparan. Ini adalah bentuk mineral yang sangat banyak tersebar luas. Partikel-
partikel kristalin quartz dilumatkan untuk membentuk partikel angular yang tajam
yang bermanfaat dalam membuat disk abrasif. Abrasif quartz digunakan terutama
untuk merapikan logam campur dan dapat digunakan untuk mengasah email gigi.
h. Pasir
Pasir adalah campuran partikel mineral kecil yang terutama terdiri atas
silika. Partikel ini berwarna-warni, membuat abrasi pasir mempunyai penampilan
yang khas. Partikel pasir mempunyai bentuk bulat atau angular. Diaplikasikan
dengan tekanan udara untuk menghilangkan bahan tanam dari logam campur
pengecoran. Juga dapat aplikasikan pada disk kertas untuk mengasah logam
campur dan bahan plastik.
i. Tripoli
Abrasif ini berasal dari endapan batu silika
yang ringan dan rapuh yang ditemukan di dekat
Tripoli, ibukota Libya, Afika Utara (Suratur, 2002).
Berwarna putih, abu-abu, pink, merah, kuning. Jenis
yang berwarna abu-abu dan merah adalah yang
paling sering digunakan dalam kedokteran gigi.
Batu ini digiling menjadi partikel yang sangat halus dan dibentuk dengan
9
pengikat lunak menjadi batang-batang senyawa pemoles. Digunakan untuk
memoles logam campur dan beberapa bahan plastik.
j. Zirkonium Silikat
Zirkon atau zirkonium silikat dipasok sebagai
mineral berwarna putih kekuningan. Bahan ini digiling
menjadi partikel dengan berbagai ukuran dan digunakan
untuk melapisi disk abrasif serta ampelas. Sering
digunakan sebagai komponen pasta profilaksis gigi.
k. Cuttle
Cuttlefis cuttle bone, atau cuttle adalah nama yang umum untuk abrasi ini.
Merupakan bubuk putih calcareus yang terbuat dari bagian dalam rumah kerang
laut Mediterania dari genus Sepia, yang memiliki komposisi silicon dioksida
(SiO2) (Ferracane,2001) . Tersedia sebagai abrasif lapisan dan digunakan untuk
prosedur abrasi yang halus seperti memoles tepi logam dan restorasi amalgam
gigi.
l. Kieselguhr
Bahan ini terdiri atas sisa-sisa silika dari
tanaman laut kecil yang disebut diatom. Bentuk
yang lebih kasar disebut tanah diatomacetous,
yang digunakan sebagai bahan pengisi pada
beberapa bahan gigi seperti bahan cetak
hidrokoloid. Merupakan abrasif yang sangat halus.
2. Abrasif Buatan
a. Silikon Karbid.
Adalah bahan abrasif yang sangat keras dan merupakan abrasid sintetik
yang pertama kali dibuat. Bahan abrasi sintetis ini diproduksi dari fusi pasi dan
kokas pada suhu 2000˚C (Chandra, 2007). Baik yang berwarna hijau atau hitam-
biru mempunyai sifat fisik yang setara. Bentuk hijau lebih sering disukai karena
substrat terlihat lebih nyata di balik warna hijau tersebut. Silikon karbid sangat
10
keras dan rapuh. Partikel-partikelnya tajam dan mudah pecah untuk membentuk
partikel baru yang tajam. Ini menghasilkan efisiensi pemotongan yang sangat
tinggi untuk berbagai bahan, termasuk logam campur, keramik, dan bahan plastik.
b. Oksida Alumunium.
Oksida alumunium adalah abrasif sintetik kedua yang dikembangkan
sesudah silikon karbid. Bahan abrasive ini diproduksi dari oksida alumunium
murni dan diproduksi dalam ukuran partikel yang bervariasi (Powers and Wataha,
2008). Oksida aluminium sintetik (alumina) dibuat berupa bubuk berwarna putih.
Dapat lebih besar daripada korundum (alumina alami) karena kemurniannya.
Alumina dapat diproses dengan berbagai sifat melalui sedikit mengubah reaktan
pada proses pembuatannya. Oksida aluminium digunakan secara luas dalam
kedokteran gigi. Oksida ini dipakai untuk membuat abrasif bonding serta abrasif
berbentuk lapisan. White stone dibuat dari oksida aluminium yang disintering dan
populer untuk merapikan email gigi, logam campur, maupun bahan keramik.
Abrasif oksida aluminium yang berwarna pink dan merah delima dibuat
dengan menambahkan senyawa kromium pada bahan asli. Variasi ini dipasarkan
untuk mempreparasi logam campur logam-keramik sebelum menerima porselen
ke logam campur. Hasil tinjauan ulang dari Yamamoto (1985) menunjukan
bahwa bur karbid merupakan instrumen yang paling efektif untuk merapikan jenis
logam campur ini karena tidak mengkontaminasi permukaan logam dengan
terjebaknya partikel abrasif.
c. Abrasif Intan Sintetik.
Bahan abrasif ini diproduksi pertama kali pada tahun 1955 oleh GEC
Amerika dengan kompresi granit dibawah tekanan 800.000-1800.000 psi pada
temperature sekitar 5000˚C (Soratur, 2002). Intan buatan digunakan khusus
sebagai abrasif dan dibuat lima kali lebih besar dari tingkat abrasif intan alami.
11
Jenis abrasif ini digunakan pada pembuatan gergaji intan, roda, dan bur intan.
Blok yang ditanam partikel intan digunakan untuk mengasah jenis abrasif yang
lain. Pasta pemoles intan juga dibuat dari partikel yang diameternya lebih kecil
dari 5 µm dan digunakan untuk memoles bahan keramik. Abrasif intan sintetik
digunakan terutama untuk struktur gigi, bahan keramik, dan resin komposit.
d. Rouge.
Oksida besi adalah senyawa abrasif
yang halus dan berwarna merah dalam
rouge. Bahan ini dipadukan seperti tripoli,
dengan berbagai pengikat lunak menjadi
bentuk bubuk. Digunakan untuk memoles
logam campur mulia yang berkadar tinggi.
e. Oksida Timah.
Abrasif yang sangat halus ini digunakan secara luas sebagai bahan pemoles
untuk gigi dan restorasi logam di dalam mulut. Bahan ini dicampur dengan air,
alkohol, atau gliserin untuk membentuk pasta abrasif ringan.
(Anusavice, 2003)
2.4 Aplikasi Penggunaan Material Abrasi
1. Aplikasi pada Amalgam
Saat sebuah restorasi amalgam sudah termanipulasi secukupya, amalgam ini akan
mengeras dalam beberapa menit sehingga bisa diukir dengan alat yang tajam. Pengukiran
tepi amalgam harus dilakukan untuk menghilangkan semua ekses amalgam. Mem-
burnish dengan instrumen metal yang memiliki permukaan luas juga bisa diterapkan
untuk menghaluskan permukaan. Setelah proses awal pengukiran ini, restorasi harus
dibiarkan untuk beberapa saat sebelum finishing dan polishing dengan instrumen rotasi.
12
Kebanyakan almalgam bisa dipoles sehari setelah pemasangan, penundaan waktu akan
membuat amalgam makin kuat.
Polishing amalgam dilakukan melalui aplikasi tahapan yang mencakup penggunaan
batu yang baik dan disk abrasif. Pemolesan akhir dikembangkan dengan pengaplikasian
silex yang sangat baik (extra fine silex), diikuti dengan selapis tipis oksida timah dengan
sikat halus berputar (rotating soft brush). Selama proses pemolesan akhir ini, restorasi
harus dijaga kelembabannya untuk mencegah suhu yang terlalu tinggi (Craig, O’Brien,
dan Powers, 2006).
2. Aplikasi pada resin akrilik
Kelebihan atau tonjolan akrilik dihilangkan dengan menggunakan Arkansas stone
yang telah dipasang pad aminidrill. Kemudian, permukaan akrilik bagian luar dihaluskan
dengan Arkansas stone, lalu diratakan dengan rempelas kasar dan halus. Permukaan
akrilik bagian dalam (fitting surface) yang menempel pada gusi pasien tidak boleh
dihaluskan karena akan mengakibatkan protesa longgar.
Selanjutnya Vilt cone dipasang pada minidrill, ambil pumice yang telah dicampur
dengan air, oleskan pada vilt cone dan digosokkan ke seluruh permukaan luar resin
akrilik. Setelah tampak halus, permukaan digosok dengan kain wol atau flannel sampai
terlihat menghilat tinggi (hooglans) atau seperti permukaan kaca.
Tabel Aplikasi Material Abrasif
Material Aplikasi
Alumina logam, resin, ceramic
Arkansas enamel, metal
Kapur enamel,amalgam, resin
Corundum logam
Diamond natural resin, ceramic
13
Diamond sintetis ceramic, metal,resin
Pumice enamel, amalgam, resin
Quatz metal
Rough noble metal
Silicon carbide metal, ceramic, resin
Tin oxide teeth, resin
Tripoli metal, resin
(Fraunhoufer, 2010)
2.5 Kerugian dan Keuntungan Penggunaan Material Abrasif1. Keuntungan Penggunaan Abrasif
Penggunaan abrasif yang tepat dapat memberikan tiga manfaat pada perawatan
gigi dengan meningkatkan:
a. Kesehatan Oral
Melawan sisa-sisa makanan dan bakteri patogen dengan membentuk dan memoles
restorasi secara benar serta menggunakan material abrasif yang tepat. Permukaan
restorasi yang kasar, dapat menjadi tempat sisa – sisa makanan yang tertinggal.
Sehingga akumulasi plak dan bakteri, menjadi sangat efektif. Oleh sebab itu
digunakan material abrasif untuk meratakan permukaan yang kasar. Contohnya adalah
emery (finishing logam alloy dan resin akrilik) serta quartz (finishing logam alloy)
b. Fungsi Oral
Restorasi yang baik meminimalkan wear rate (laju keausan) pada gigi tetangga
dan gigi antagonisnya.
c. Estetik
Penggunaan abrasif yang benar dapat menghasilkan hasil restorasi yang mirip
dengan aslinya serta dapat mengurangi kelemahannya terhadap warna, meniru
permukaan gigi asli, meminimalkan iritasi pada jaringan dan mengurangi potensi
terhadap korosi sehingga meningkatkan estetik. Material abrasif yang biasa digunakan
untuk polishing antara lain pumice, kapur, tripoli dan rouge.
2. Kerugian dari Penggunaan Bahan Abrasif
a. Produksi Aerosols
Silicosis (disebut juga grinder’s disease) terjadi karena pembebasan
abrasif silika yang digunakan untuk finishing restorasi. Silika based materials
14
biasanya digunakan untuk finishing dan polishing yang apabila terhirup akan
berbahaya dan menyebabkan silikosi.
b. Produksi uap
Uap racun merkuri timbul selama finishing dan polishing restorasi
amalgam karena naiknya temperatur saat menggunakan abrasif (Mercuri
toksisitas). Finishing akrilik dengan abrasif menghasilkan pelepasan monomer.
c. Iritasi Jaringan Lunak
Beberapa orang mengalami alergi terhadap beberapa abrasif (cuttle,
kieselguhr) yang digunakan selama finishing. Cuttle biasanya terbuat dari cuttlefish,
beberapa orang yang alergi cuttlefish kemungkinan akan mengalami alergi juga
terhadap penggunaan cuttle sebagai abrasif .
(Maller, 2010)
2.6 Sifat-sifat yang Mempengaruhi Material Abrasive
1. Kekerasan
Partikel abrasif harus lebih keras dari material yang akan diabrasi dan dengan tingkat
abrasi yang dapat diterima oleh permukaan. Gesekan-gesekan dari material abrasi
mengakibatkan terjadinya panas pada material yang diabrasi di mana tingkat
kekerasan material abrasi mempengaruhi panas yang diterima (Gladwin and Bagby,
2009).
Kekerasan material abrasif berbeda-beda disesuaikan pada material yang diabrasi
(substrat) misalnya enamel, amalgam.
15
2. Ukuran
Ukuran partikel material abrasif mempunyai ukuran satuan mikrometer. Ukuran yang
halus mempunyai ukuran 0-10 μm, medium mempunyai ukuran 10-100 μm dan kasar
mempunyai ukuran 100-500 μm. Partikel abrasif yang lebih besar ukurannya akan
lebih cepat mengabrasi daripada partikel yang lebih kecil namun partikel yang lebih
besar akan menghasilkan permukaan yang lebih kasar daripada partikel yang lebih
kecil.
16
3. Bentuk partikel
Partikel yang berbentuk tajam atau irregular akan lebih mengabrasi daripada partikel
yang berbentuk bulat atau tumpul. Selain itu, semakin tajam bentuk partikel akan
menghasilkan abrasi yang lebih dalam. Semakin lama material abrasif digunakan
tingkat abrasinya semakin menurun karena material abrasif tersebut semakin tumpul
dan terdapat kontaminasi dari substrat yang diabrasi.
4. Tekanan
Semakin besar tekanan yang diberikan semakin cepat material diabrasi. Tekanan yang
besar akan menghasilkan gesekan yang lebih lebar dan dalam, selain itu membuat
temperatur material yang diabrasi meningkat.
5. Kecepatan
Semakin besar kecepatan material abrasif dalam berkontak dengan substrat akan
memperbesar tingkat abrasi. Kecepatan yang tinggi akan memperbesar friksi sehingga
akan meningkatkan temperatur substrat (O’Brien, 2002).
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan1. Material abrasif merupakan bahan keras yang berguna untuk meratakan,
menghaluskan dan mengkilapkan suatu permukaan yang tidak lebih keras dari
material abrasif yang digunakan.
2. Berdasarkan tipe – nya, material abrasif terdiri atas finishing abrasif, polishing
abrasif, dan cleansing abrasif.
3. Material abrasif terdiri atas dua jenis, material abrasif alami dan material abrasif
buatan.
4. Aplikasi material abrasif dalam kedokteran gigi memiliki peranan penting guna
mempertahankan fungsi alami dari gigi, estetika serta menjaga kesehatan rongga
mulut.
5. Dalam aplikasinya, material abrasif juga mempunyai kerugian yang seharusnya
diminimalisir.
6. Sifat – sifat yang dapat mempengaruhi material abrasif antara lain adalah
kekerasan, ukuran, bentuk partikel, tekanan dan kecepatan
18
DAFTAR PUSTAKA
Annusavice, K. J. 2003. Phillips’ Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, edisi ke – 10. EGC. Jakarta.
Banister, M. 1975. The Craft of Bookbinding. New York. Sterling Pub.
Chandra, S., Chandra, S., and Chandra, G. 2007. Textbook of Operative Dentistry. Jaypee Brothers medical Publisher. New Delhi
Craig, R. G., O’Brien, W. J., dan Powers, J. M. 2006. Dental Materials, Properties and Manipulation. Mosby. USA. Halaman 114-125.
Ferracane, Jack L. 2001. Materials in Dentistry Principles and Applications. A Wolters Kluwer Company. Philadelphia.
Gladwin, Marcia and Michael Bagby. 2009. Clinical Aspects of Dental Materials. Lippincott Williams and Wilkins. Walnut St.
Harty, F.J. and Ogston, R. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Maller, U.S., Thangaraj, D.N., dan Maller S.V.. 2010. Applications of Abrasives on Restorations in Dentistry. Literature Review Article JIADS. Vol 1. Hal : 9 – 14
Manappallil, J. J.. 2003. Basic Dental Materials Second Edition. Jaypee Brothers. New Delhi.
Ningsih, D. S., dan Indrani, D. J. 2010. Aplikasi Bahan Abrasif Terhadap Kekerasan Permukaan Resin Komposit. Dentika Dental Journal, Vol 15, No. 1: 82-86
O’Brien, William J. 2002. Dental Materials and Their Selection. Quintessence Publishing. Michigan.
Powers, J.M. and Wataha, J.C. 2008. Dental Materials : Properties and Manipulation. Mosby Elsevier. Missouri
Soratur. S.H. 2002. Essentials of Dental Materials. Jaypee Brothers medical Publishers. New Delhi
Von Fraunhoufer, J. A.2010. Dental MAterials at a glance. Wiley Black-well. Oxford. Hal : 25
19