Marāh labīd 2 2

18
MARĀḤ LABĪD KARYA MONUMENTAL IMAM NAWAWĪ AL-BANTANY Oleh: Fia Afriani Istiqomah, Khomsidah, Lubbil Muna I. Pendahuluan Tafsir merupakan penjelasan atau uraian dari al- Qur’an yang terungkap. Tafsir dijelaskan melalui perkataan Nabi atas pertanyaan yang disampaikan sahabat kepadanya. Para sahabat juga melakukan penafsir terhadap al-Qur’an, baik dengan mengkaitkan ayat lain atau menggunakan rasio meski nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallama mengoreksinya atau membenarkanya. Bahkan selain sahabat, para tabi’in juga melakukan penafsiran. Cara penafsiran mereka dengan mengkaitkan al-Qur’an, hadith , perkataan sahabat dan rasio. Cara penafsiran menggunakan rasio (ra’yi) menjadi perdebadan hangat dikalangan para ulama. Sebagian ada yang setuju dengan bil ra’yi dan sebagian yang lain tidak setuju. Masing-masing dari mereka memiliki hujjah yang menguatkan argumenya. Ulama yang setuju berdalil dengan do’a nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallama atas 1

Transcript of Marāh labīd 2 2

Page 1: Marāh labīd 2 2

MARĀḤ LABĪD

KARYA MONUMENTAL IMAM NAWAWĪ AL-BANTANY

Oleh:

Fia Afriani

Istiqomah,

Khomsidah,

Lubbil Muna

I. Pendahuluan

Tafsir merupakan penjelasan atau uraian dari al-Qur’an yang terungkap.

Tafsir dijelaskan melalui perkataan Nabi atas pertanyaan yang disampaikan

sahabat kepadanya. Para sahabat juga melakukan penafsir terhadap al-Qur’an,

baik dengan mengkaitkan ayat lain atau menggunakan rasio meski nabi

Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallama mengoreksinya atau

membenarkanya. Bahkan selain sahabat, para tabi’in juga melakukan

penafsiran. Cara penafsiran mereka dengan mengkaitkan al-Qur’an, hadith ,

perkataan sahabat dan rasio.

Cara penafsiran menggunakan rasio (ra’yi) menjadi perdebadan hangat

dikalangan para ulama. Sebagian ada yang setuju dengan bil ra’yi dan sebagian

yang lain tidak setuju. Masing-masing dari mereka memiliki hujjah yang

menguatkan argumenya. Ulama yang setuju berdalil dengan do’a nabi

Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallama atas Ibnu Abbas, اللهم عباس البن

التأوي�ل وعلم�ه ال�دين Sementara mereka yang tidak setuju berdalil dengan .1فقه�ه

hadith Nabi النار من مقعده فليتبوأ علم بغير القرآن في قال .2من

Tafsir berkembang ke penjuru dunia dengan tersebar luasnya Islam,

sehingga memunculkan tokoh mufassir terkemuka serta karya-karyanya. Sekitar

abad ketiga metode tafsir masih kental dengan metode bil ma’thur. Namun

1 Ahmad bin Hambal abu Abdullah al-Shaybanī, Faḍail al-Ṣahābat, (Baeirut, Muassasah al-Risālah:1983), 2:846. 2 Muhammad bin Isa Abu Isa al-Tirmidhiā, Sunan al-Tirmidhiā, (Beirut: Dār Ihyā’ al-thurās al-Arabī, tth), 5:199.

1

Page 2: Marāh labīd 2 2

dengan berkembanganya zaman dan ilmu pengetahuan, metode bil ma’thur

menjadi sedikit digunakan. Para mufassir lebih banyak menggunakan metode bil

ra’yi dari pada metode bil ma’thur. Meski demikian, tidak berarti mereka

menafikan metode bil ma’thur dalam tafsirnya. Tetapi lebih dominan dengan

ra’yinya.

Negara kita, Indonesia juga tidak kalah dengan Negara lain yang

melahirkan tokoh mufassir. Salah satu tokoh mufassir di Indonesia yang

terkemuka adalah Imam Nawawī al-Bantany. Disini penulis akan membedah

kitab tafsir serta latar belakang penulisan dengan dilengkapi biografi pengarang,

dengan harapan dapat menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi

penulis.

II. Marāḥ Labīd Karya Monumental Imam Nawawī al-Bantany

A. Biografi Imam Nawawī al-Bantany

Imam Nawawī merupakan salah seorang diantara tokoh dan ulama klasik

yang mewariskan karya ilmiah di bidang tafsir dan tasawuf dari kalangan fiqih

Shafi’i.3 Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Umar Nawawī al Jāwī al

Bantany. Melalui karya-karyanya yang tersebar di pesantren-pesantren tradisional

yang sampai sekarang masih banyak dikaji, nama Imam Nawawī asal Banten ini

seakan masih hidup dan terus menyertai umat memberikan wejangan ajaran Islam

yang menyejukkan. Keberadaan Nawawī ini mengungguli ulama pada zamannya.4

Nawawī ini lebih dikenal di dunia arab dengan nama al Shaikh Muhammad

Nawawī al Jāwī al Makkī, sedangkan di Indonesia lebih masyhur dengan nama

kiai Nawawī Banten.5 Ia dilahirkan di kampung Tanara Serang Banten pada tahun

1815 M/ 1230 H dari pasangan K.H Umar dan Zubaidah dengan latar belakang

pesantren. Ia wafat di Makkah pada tanggal 25 Shawal 1314 H/ 1897 M dan

dimakamkan dipemakaman Ma’la di Makkah .6

3 Muhammad bin Umar Nawawī al-Jawī al-Bantanī, Tarjamah al Muallif Marāḥ Labīd, (Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1971), 4. 4 Biografi hal 8435 Mustamin Arsyad, Signifikansi Tafsir Marāḥ Labīd Terhadap Perkembangan Studi Tafsir di Nusantara, vol. 1, No. 3, 2006, 616. 6 Ibid., 621.

2

Page 3: Marāh labīd 2 2

Pada masa kecilnya, Nawawī belajar ilmu pengetahuan agama Islam

bersama kedua saudaranya, yaitu mencakup ilmu pengetahuan dasar bahasa arab

(naḥwu-ṣaraf), fiqih, tauhid, dan tafsir. Disamping itu, ia juga menimba ilmu pada

seorang ulama karismatik di Banten yaitu kiai Sahal. Pada usia 15 tahun, tepatnya

pada tahun 651 H ia mendapat kesempatan untuk pergi ke Makkah untuk

menunaikan ibadah haji bersama ayahnya7. Di sana ia memanfaatkan hari-harinya

untuk belajar ilmu kalam, bahasa dan sastra arab, ilmu hadith, tafsir, dan yang

paling ditekuninya adalah ilmu fiqih. Setelah tiga tahun belajar di Makkah ia

kembali ke daerahnya pada tahun 1833 M dengan khazanah ilmu keagamaan yang

relatif cukup lengkap untuk membantu ayahnya mengajar para santri. Nawawī

yang sejak kecil telah menunjukkan kecerdasannya langsung mendapat simpati

dari masyarakat. Kedatangannya membuat pesantren yang dibina ayahnya

membludak didatangi oleh santri yang datang dari berbagai pelosok. Namun

hanya beberapa tahun kemudian ia memutuskan berangkat lagi ke Makkah sesuai

dengan impiannya untuk bermukim dan menetap di sana.

Pada tahun 1860 M, Nawawī mulai mengajar di lingkungan Masjid al-

Haram. Prestasi mengajarnya cukup memuaskan karena dengan kedalaman

pengetahuan agamanya, ia tercatat sebagai ulama di sana. Pada tahun 1870 M,

kesibukannya bertambah karena ia harus banyak menulis kitab. Inisiatif menulis

banyak datang dari desakan sebagian koleganya yang meminta untuk menuliskan

beberapa kitab. Nawawī merupakan sosok yang sangat gigih dalam menuntut

keilmuan. Ilmu adalah segala-galanya baginya yang sudah digeluti sejak kecil

hingga meningkat dewasa. Ia telah menulis banyak dari berbagai kitab, baik itu

mengenai kitab-kitab hadith, tafsir, tauhid, dan akidah. Adapun salah satu kitab

tafsir yang ia tulis adalah Marāḥ Labīd li Kashaf Ma’na al Qur’an al Majīd yang

kemudian lebih dikenal dikalangan ulama dengan nama al Tafsir al Munīr li

Ma’alim al Tanzīl.

Disamping itu, Nawawī juga menjabat sebagai dosen pengajar yang ulet

dan juga sebagai seorang yang faqih dan mufti dalam madhab Shafi’i, serta sangat

produktif menulis buku dalam bidang tersebut. Di Indonesia hampir semua

7 Riyadhus salihin,

3

Page 4: Marāh labīd 2 2

pesantren mempelajari karya fiqihnya, terutama pesantren yang berciri salafiyah.

Para pengarang buku-buku biografi (kutub al tarajim) sepakat, bahwa Imam

Nawawī merupakan ujung tombak di dalam sikap zuhud, teladan di dalam sifat

wara’ serta merupakan tokoh tanpa tanding di dalam menasehati para penguasa

dan beramar ma’ruf nahi munkar.8

Karya-karya Imam Nawawī :

1. Marāḥ Labīd li Kashaf Ma’anī al Qur’an al Majīd

2. Marāqī al ‘Ubūdiyah

3. Waqāi’u al Ṭughyān ‘alā Manẓūmah Shu’b al Īmān

4. Qaṭr al Ghaith fī Sharḥ Masāil abī al Laith

5. ‘Uqūd al Lujaiyn fī Bayān Ḥuqūq al Zaujain

6. Nihāyah al Zain bī Sharḥ Qurrah al ‘Ain

7. Sharḥ Futuḥ al Raḥmān

8. Nūr al Ẓalām

9. Maraqāh Ṣu’ūd al Taṣdīq

10. Kāshafah al Sujā fī Sharḥ Safīnah al Najā

B. Latar Belakang Penulisan Kitab Marāḥ Labīd

Dalam penulis karya tulis tentang tafsir, para tokoh ilmuan kebanyakan

tidak terlepas dari alasan yang melatarbelakanginya, seperti al-Baiḍāwī. Ia

menulis tafsir Anwār At-Tanzīl Wa Asrār Al-Ta`wīl karena ia beranggapan bahwa

ilmu tafsir lebih penting dibanding ilmu-ilmu lain. Sehingga ia mengerahkan

kemampuanya untuk menulis kitab tafsir atas bekal ilmu yang dipelajari. Senada

dengan al-Baiḍāwī, Nawawī juga beranggapan bahwa ilmu tafsir merupakan ilmu

yang paling penting selain ilmu agama. Karena tafsir mencakup hukum-hukum

illahi9, dimana didalamnya terdapat beberapa disiplin ilmu yang tidak akan

didapat tanpa mempelajari tafsir. Oleh karena itu, sebagai umat Islam harus

menaati perintah Allah Subhānahu wa Ta’alā untuk mempelajari bacaan dan tafsir

dari kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa

Sallama. Alasan kedua Nawawī menulis kitab tafsir adalah karena permitaan dari

8 Buku biografi hal 8539 Muhammad bin Umar Nawawī al-Jawī al-Bantanī, Muqoddimah marāh Labīd, 1:3.

4

Page 5: Marāh labīd 2 2

para tokoh terkemuka di masanya. Berikut kutipan yang terdapat dalam

muqaddimahnya :

Ketika hal tersebut berlangsung saya sangat bingung dan ragu selama

beberapa waktu yang lama. Karena saya takut termasuk dari orang

yang dijelaskan dalam hadith من قال فى القران برايه dan فقد اصاب فق��د اخط��ا hadith من ق��ال في .القرآن بغير علم فليتبوأ مقعده من الن��ار Setelah

beberapa lama akhirya saya menjawab permintaan mereka sebagai

iqtidā’ pada ulama salaf dalam membukukan ilmu supaya tetap bisa

dibaca. Dalam hal tersebut saya tidak menambahkan tafsri atas dasar

saya sendiri tetapi dalam setiap generasi terjadi pembaharuan. Dalam

hal penafsiran saya mengambil atau merujuk pada kitab Futuhāt

Ilahiyyah, Mafātih al-Ghaib, Sirāj al-Munīr, Tanwīr al-Miqbās dan

tafsir Ibnu Abbas10.

Demikian alasan Nawawī menulis kitab tafsir Marāḥ Labīd yang

diungkapakan dalam muqaddimah kitab tersebut. Kemudian ia berharap, dengan

karyanya ini mudah-mudahan Allah memberikan fatwa dan maghfirahnya atas

kesalahan yang diperbuat11 dalam menafsirkan al-Qur’an.

C. Pengenalan tentang kitab tafsir Marāḥ Labīd

Marāḥ Labīd, penamaan lengkap kitab tersebut adalah Marāḥ Labīd li

Kashaf Ma’na al-Qur’an al-Majīd. Kitab tersebut lebih dikenal dengan tafsir

Munīr li Ma’alim al-Tanzīl diterbitkan di Kairo oleh penerbit ‘Abd al-Razzāq

pada tahun 1305, kemudian pada tahun 1355 tafsir ini dicetak kembali di Kairo

dengan penerbit yang berbeda yaitu al-Bābī al-Ḥalabī. Di Saudi Arabia tafsir ini

juga dicetak dengan judul Tafsir al-Nawawī yang terdiri dua jilid yang diterbitkan

oleh al-Maymanah. Dari perubahan-perubahan judul kitab ini para penerbit

inisiatif ingin menisbatkan mu’alifnya, karena tradisi penamaan tafsir dengan

penisbatkan mu’alifnya merupakan trend dalam dunia tafsir. Seperti tafsir Jāmi’

al-Bayān fī Tafsīr al-Qur’an karya Ibn Jarīr al-Ṭabarī yang lebih terkenal dengan

10 Ibid., 5.11 Ibid., 3.

5

Page 6: Marāh labīd 2 2

nama Tafsir al-Ṭabarī, kemudian tafsir Rūḥ al-Ma’ānī fī Tafsīr al-Qur’an

al-‘Aḍīm karya al-Alūsī yang lebih populer dengan Tafsir al-Alūsī dan masih

banyak seperti tafsir Ibn Kathīr, Tafsir al-Jamāl, tafsir Ibn ‘Aṭiyah, tafsir Abū al-

Su’ūd12.

Selain itu Marāh Labīd juga diterbitkan oleh Darul Kutub al-‘Ilmiyah

tepatnya di kota Beirut Lebanon dengan jumlah jilid yang sama yaitu dua jilid.

Pada bagian jilid pertama memuat tafsiran dari surat al-Fātiḥah sampai surat al-

Kahfi, sementar jilid yang kedua memuat tafsiran dari surat Maryam hingga surat

al-Nās.

D. Contoh Penafsiran Ayat al-Qur’an dalam Kitab Marāh Labīd

سورة النساء

مدني��ة، مائ��ة وس��ت وس��بعون آي��ة، ثالث��ة آالف وسبعمائة واثنتان وستون كلمة، ستة عشر ألف

وثالثمائة وثمانية وعشرون حرفا

<م= بالتناس��ل @ق@ك ل DذBي خ@ <م< ال Dك ب Dق<وا ر@ Dاس< ات Fه@ا الن ي@ يا أ

=ه��ا أي من ق@ مBن ل��@ @ف=سJ واحBد@ةJ أبيكم آدم و@خ@ مBن= نو=ج@ها أمكم حواء. روي أنه تعالى لما نفس آدم ز@

خلق آدم وأسكنه الجنة ألقى عليه النوم، فبينما هو بين النائم واليقظان خلق حواء من ضلع من

وق��ال أضالعه اليسرى فلما انتبه وجدها عن��ده. النبيY صلYى الله عليه وسلYم: »إن المرأة خلقت من ضلع أعوج ف��إن ذهبت تقيمه��ا كس��رتها وإن=ه<م��ا @ثD مBن تركتها وفيها عوج اس��تمتعت به��ا«. و@ب أي نشر من تلك النفس وزوجها بطريق التوال��دBس��اءa كث��يرة. روى ابن جري��ر عن a و@ن يرا Bث��@ رBجاالa ك ابن إس��حاق إن ب��ني آدم لص��لبه أربع��ون في

12Musta’min Arshad, Signifikasi Tafsir Marāh Labīd terhadap Perkembangan Studi Tafsir Nusantara, (Jurnal ), 624.

6

Page 7: Marāh labīd 2 2

عشرين بطن��ا فمم��ا حف��ظ من ذك��ورهم قابي��ل وهابيل، وأباذ وشبوبه، وهن��د وم��رانيس وفح��ور وس��ند، وب��ارق وش��يث. ومن نس��ائهم أقليم��ة

ق��ال ابن عس��اكر: وأش��وف وج��زروه وع��زورا. وق��د روي أن من ب��ني آدم لص��لبه عب��د المغيث وتوأمت��ه أم��ة المغيث وودا، وس��واعا ويغ��وث ويعقوب، ونسرا وجميع أنس��اب ب��ني آدم ترج��ع إلى شيث وسائر أوالده انقرض��ت أنس��ابهم من. حام@ ر=

@ BهB و@األ= @ل<ون@ ب @سائ DذBي ت Dه@ ال Dق<وا الل الطوفان و@ات ق��رأ عاص��م وحم��زة والكس��ائي »تس��اءلون« ب��التخفيف. والب��اقون بالتش��ديد. وق��رأ حم��زة وحده »واألرحام« بج��ر الميم. والتق��دير واتق��وا الله ال��ذي تس��اءلون ب��ه وباألرح��ام. ألن الع��ادة ج��رت في الع��رب ب��أن أح��دهم ق��د يس��تعطف غ��يره ب��الرحم فيق��ول: أس��ألك بالل��ه وال��رحم.

أس��ألك ب��الرحم وأم��ا وربم��ا أف��رد ذل��ك فق��ال ق��راءة األرح��ام بالنص��ب فمعن��اه واتق��وا الل��ه بالتزام طاعته واجتناب معاصيه واتق��وا األرح��ام بوص���لها وع���دم قطعه���ا فيم���ا يتص���ل ب���البر واإلحسان واإلعطاء. أو يقال: والزم��وا األرح��ام وص��لوها. وق��د دلت اآلي��ة على ج��واز المس��ألة

روى مجاهد فيما بيننا بالله كقوله: بالله أسألك. عن عمر قال: قال رسول الله صلYى الل��ه علي��هه@ Dالل�� DنB وسلYم: »من س��ألكم بالل��ه ف��أعطوه«. إ

( a قBيب��ا <م= ر@ =ك @ي ( أي حافظ��ا مطلع��ا على1ك��ان@ ع@ل جمي��ع م��ا يص��در عنكم من األفع��ال واألق��وال وعلى م���ا في ض���مائركم من الني���ات مري���دا@تامى ال��ذين بلغ��وا =ي <وا ال لمجازاتكم على ذلك و@آت@ه<م= التي عندكم. روي عن عروة أن��ه ق��ال: م=وال

@ أ<م= ف=ت Bن= خB قلت لعائشة: ما معنى قول��ه تع��الى: و@إ@ت��امى. ق��الت: ي��ا ابن أخ��تي، =ي <ق=سBط<وا فBي ال @الD ت أ هذه اليتيمة تك��ون في حج��ر وليه��ا ف��يرغب في

7

Page 8: Marāh labīd 2 2

جماله��ا وماله��ا، ويري��د أن ينكحه��ا ب��أدنى من صداقها، ثم إذا تزوج بها عامله��ا معامل��ة رديئ��ة لعلمه بأنه ليس له��ا من ي��ذب عنه��ا. فنه��وا عن نك��احهن إال أن يقس��طوا في إكم��ال الص��داق

وق��ال الحس��ن: وأمروا أن ينكحوا م��ا س��واهن. كان الرجل من أهل المدينة تكون عنده األيت��ام وفيهن من يحل له نكاحها فيتزوجها ألجل مالها، وهي ال تعجب��ه وإنم��ا تزوجه��ا كراه��ة أن ي��دخل غريب فيش��اركه في ماله��ا، ثم يس��يء ص��حبتها ويتربص به��ا إلى أن تم��وت فيرثه��ا فع��اب الل��ه

13عليهم ذلك وأنزل هذه اآلية.

E. Metode dan Sistematika Penulisan Kitab Marāh Labīd

Dalam menafsirkan al-Qur’an Imam Nawawī al-Bantani menyajikanya

menggunakan metode taḥlili, dimana menafsiran disusun sesuai dengan urutan

mushaf mulai dari surat al-Fatiḥah hingga surat al-Nās. Berdasarkan analisis

penulis atas kitab Marāh Labīd yang di terbitkan Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah, dapat

diambil kesimpulan bahwa Imam Nawawī dalam menyusun kitab tersebut

menggunakan sistematika sebagai berikut:

1) Menjelaskan katagori surat apakah Makki atau Madani dan menyebutkan

keduanya bila terjadi kontroversi serta menyebutkan jumlah bilangan ayat

seperti dalam contoh yang telah dipaparkan di atas. Adapun contoh

kedudukan surat yang kontroversi adalah surat al-Taubah diamana ayat

dua terakhir merupakan Madani dan ayat lain Makki di awal permulaan

surat. Selain itu, juga menjelaskan jumlah bilangan huruf yang terhimpun

dalam surat.

2) Dalam menjelaskan makna ayat al-Qur’an, beliau sering kali mengambil

penjelasan dari al-Qur’an, dari nabi, seperti penafsiran tentang

13 Muhammad bin Umar Nawawī al-Jawī al-Bantanī, Marāh Labīd, 1: 180-181.

8

Page 9: Marāh labīd 2 2

Jف=س@ <م= مBن= ن @ق@ك ل DذBي خ@ <م< ال Dك ب Dق<وا ر@ Dاس< ات Fه@ا الن ي@ @ا أ ي

ه@ا و=ج@ =ه@ا ز@ ل@ق@ مBن 14و@احBد@ةJ و@خ@

dengan mengkaitkan sabda nabi:

إن المرأة خلقت من ضلع أعوج فإن ذهبت تقيمها كسرتها وإن تركتها وفيها عوج استمتعت

بها Serta penjelasan para sahabat nabi dan tabiin serta pendapatnya.

3) Selain menggunakan menggunakan metode bil ma’thur, yaitu penafsiran

yang diambil dari ayat, hadith nabi, qaul sahabat dan tabiin, bel iau juga

menggunakan tafsir bil ra’yi. Karena antara keduanya dalam sebuah kajian

tafsir sangat sulit untuk dipisahkan15. Akibatnya klasifikasi kita tafsir yang

hanya menggunakan tafsir bil ma’thur sangat sulit dibuktikan. Seperti

contoh kitab tafsir al-Dūr al-Manthūr fī al-Tafsīr bi al-Ma’thur karya al-

Suyūṭī. Bila kita mendengar tafsir tersebut, terkesan didalamnya hanya

menggunakan metode bil ma’thur. Padahal, didalamnya ditemukan banyak

sekali pandangan atau pendapat dari mufassirnya.

4) Terkadang juga menyebutkan asbāb nuzūl dari ayat dan meyebutkan

perbedaan qira’āt antar qāri. Dalam contoh di atas disebutkan asbāb nuzūl

tetang diperbolehkanya menikah lebih dari satu yang riwayat Aisyah RA.

Sedangkan contoh perbedaan qiro’āt diapresiasikan dalam kata

<ون@ @ل @سائ .ت ‘Aṣim, Ḥamzah dan kasāī membacanya dengan takhfīf

sementara ulama qāri lain membacanya dengan bertashdīd.

5) Dalam tafsirnya, Imam Nawawī juga menyebutkan munāsabah antar ayat.

Tetapi tidak semua beliau mengkorelasikan antara ayat dalam al-Qur’an.

Sehingga ditemukan sedikit sekali contoh munāsabah16 di dalam tafsirnya.

Salah satu contoh yang penulis dapat dalam kitab tersebut adalah tafsiran

surat al-Baqarah ayat 6.

@م= @م= ل @ه<م= أ ت =ذ@ر= ن@ @أ =هBم= أ @ي و@اءv ع@ل وا س@ @ف@ر< DذBين@ ك BنD ال إ

<ون@ <ؤ=مBن ه<م= ال@ ي =ذBر= <ن ت17

14 Al-Qur’an 4:1. 15 Mustamin Arsyad 63316 Suhailid, Tafsir Marāh Labīd Karya Imam Nawawī, ( dalam makalah), 8. 17 Al-Qur’an 2:6.

9

Page 10: Marāh labīd 2 2

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.

Dalam ayat di atas Allah menjelaskan tentang orang kafir yang tidak

mengetahui tentang Allah Subhānahu wa Ta’alā menentang peringatan nabi

Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallama dan tidak beriman dengan apa yang

dibawanya18. Menurut Nawawī, alasan orang kafir yang tidak beriman dengan apa

yang dibawa nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallama dijelaskan dalam

ayat setelahnya yaitu:

م=عBهBم= و@ع@ل@ى BهBم= و@ع@ل@ى س@ <وب Dه< ع@ل@ى ق<ل @م@ الل ت خ@vيمBع@ظ vه<م= ع@ذ@اب@ او@ةv و@ل =ص@ارBهBم= غBش@ @ب 19أ

Menurutnya, mereka tidak beriman disebabkan karena Allah telah

menutup hati mereka. Oleh karna itu, keimanan tidak akan masuk kedalam

hati mereka. Begitu juga Allah telah menutup pendengaran mereka

sehingga apa yang mereka dengar20, sama sekali tidak membesak di dalam

relung hatinya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Imam Nawawī dalam

mentafsirkan al-Qur’an menggunakan metode bil ma’thur dan bil ra’yi. Seperti

halnya dilakukan para mufassir sebelumnya. Namun ia lebih banyak

menggunakan tafsir bil ra’yi dari pada tafsir bil ma’thur, terbukti dengan

rujukanya kepada tafsir Futuhāt Ilahiyyah, Mafātih al-Ghaib, Sirāj al-Munīr,

Tanwīr al-Miqbās dan tafsir Ibnu Abbas yang kemudian dikolaborasikan dengan

pendapatnya.

III. Kesimpulan

Muhammad bin Umar Nawawī al Jāwī al Bantany merupakan sosok ulama

madhab shafi’i yang terkenal dengan ilmu tafsirnya, yaitu Marāḥ Labīd li Kashaf

Ma’na al Qur’an al Majīd yang merupakan satu-satunya kitab tafsir karangannya

yang terdapat berbagai karakteristik dengan beragam aspek di dalamnya. Prestasi

Nawawī dalam tafsirnya tersebut secara umum adalah mendeskripsi kemampuan

18 Muhammad bin Umar Nawawī al-Jawī al-Bantanī, Marāh Labīd, 1:9. 19 Al-Qur’an 2:7. 20 Ibid.,

10

Page 11: Marāh labīd 2 2

yang dimilikinya dalam membahasakan hasil telaahnya terhadap beberapa

referensi tafsir yang pernah ia pelajari.

Nawawī juga termasuk mufassir yang menempuh tradisi penafsiran dan

memahami ayat-ayat al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan ilmu qira’at,

sehingga jarang ditemukan ayat yang tidak dikomentari terkait dengan perbedaan

qira’at. Marāḥ Labīd li Kashaf Ma’na al Qur’an al Majīd merupakan kitab tafsir

karangannya dengan menggunakan metode taḥlili serta pendekatan tafsir bil

ma’thur dan tafsir bil ra’yi sebagaimana kitab tafsir yang ditulis berdasarkan tata

urutan ayat dan surah al Qur’an. Antara metode tafsir bil ma’thur dan bil ra’yi

dalam sebuah karya tafsir sulit dipisahkan, akibatnya klasifikasi kitab tafsir yang

berkategori tafsir bil ma’thur dan bil ra’yi tidak dapat dibuktikan jika yang

dimaksud dengan kitab tafsir bil ma’thur adalah yang hanya menggunakan atsar

dalam menafsirkan dan menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an.

Kitab tafsir tersebut sangat berjasa dalam merintis dan mengembangkan

tafsir di Indonesia, terutama jika dilihat dari sisi peran tafsir ini sebagai rujukan

utama di berbagai lembaga pendidikan Islam yang paling dominan di lembaga

pesantren.

11

Page 12: Marāh labīd 2 2

Daftar Pustaka

12