MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ......

39
MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA MASYARAKAT (BLSM) SHOIMATUL MAGHFIROH DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ......

Page 1: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

NELAYAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA

MASYARAKAT (BLSM)

SHOIMATUL MAGHFIROH

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

ii

Page 3: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen

Keuangan dan Kesejahteraan Keluarga Nelayan Penerima Bantuan

Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) adalah benar karya saya dengan

arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis

lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Shoimatul Maghfiroh

NIM I24100115

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan

pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

Page 4: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

ABSTRAK

SHOIMATUL MAGHFIROH. Manajemen Keuangan dan Kesejahteraan

Keluarga Nelayan Penerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat

(BLSM). Dibimbing oleh TIN HERAWATI dan ISTIQLALIYAH

MUFLIKHATI.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik

keluarga dan manajemen keuangan terhadap kesejahteraan keluarga nelayan

penerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Desain

penelitian menggunakan cross sectional study, dilakukan di Desa Pantai

Mekar, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Sebanyak 53

keluarga terlibat dalam penelitian ini yang dipilih secara purposive. Data

dikumpulkan dengan wawancara dan dianalisis menggunakan analisis

regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari

separuh keluarga (54,7%) memiliki manajemen keuangan pada kategori

rendah. Tingkat kesejahteraan keluarga baik objektif maupun subjektif

berada pada kategori sedang. Faktor yang mempengruhi kesejahteraan

objektif secara nyata adalah pendapatan per kapita dan faktor yang

mempengaruhi kesejahteraan subjektif secara nyata adalah manajemen

keuangan tahap pelaksanaan.

Kata kunci : keluarga nelayan, kesejahteraan keluarga, manajemen

keuangan

ABSTRACT

SHOIMATUL MAGHFIROH. Financial Management and Fishermen

Family Well-Being Recipients BLSM. Supervised by TIN HERAWATI and

ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.

This study aims to analyze the effect of family characteristics and

financial management of the family well-being recipients fishermen

conditional cash transfer or BLSM. Cross sectional study applied as the

design of research that the location took place at Pantai Mekar village,

Muara Gembong sub-district, Bekasi district. As many as 53 families

involved were selected purposively. The data were collected by interview

and were analyzed using linier regression analysis. The result showed that

more than half of the families (54,7%) had financial management in the

lower category. Level of family well-being both objective and subjective in

the middle category. Factor that significantly affect the objective werlfare is

income per capita and factor that significantly affect subjective well-being is

financial management on implementation phase

Keywords : family well-being, financial management, fishermen family

Page 5: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

NELAYAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA

MASYARAKAT (BLSM)

SHOIMATUL MAGHFIROH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...
Page 7: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...
Page 8: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 sampai Juni 2014 ini

ialah keluarga, dengan judul Manajemen Keuangan dan Kesejahteraan

Keluarga Nelayan Penerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat

(BLSM).

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penyusun

ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Dr. Tin Herawati, SP., M.Si., dan Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati,

M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi satu dan dua, atas bimbingan,

arahan, bantuan, dan dukungan dalam menyelesaikan proposal penelitian

ini. Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar

hasil, serta Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS. dan Ir. MD. Djamaludin, M.Sc.,

selaku dosen penguji dalam ujian skripsi atas kritik dan saran yang diberikan

kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. Alfiasari, SP., M.Si., selaku

dosen pembimbing akademik yang selalu mendukung dan mengarahkan

dalam hal akademik selama perkuliahan.

Penulis juga tak lupa untuk berterimakasih kepada kedua orangtua

tercinta Ali Mahmudi dan Sri Santoso, serta adik tersayang Mia Ayu

Munfarida atas segala bentuk kasih sayang, dukungan, motivasi, dan doa

yang telah diberikan. Cecep Hidayat S.Hut., atas dukungan, perhatian, dan

motivasi kepada penulis. Terimakasih juga penulis ucapkan untuk Keluarga

Bapak Manan dan Ibu Sarniah, Pak Darman selaku Kepala Desa Pantai

Mekar, serta para Ketua RT 1, 2, dan 3 (Dusun 1) Desa Pantai Mekar yang

telah banyak membantu penulis dalam pengambilan data penelitian.

Kartiyem selaku teman satu tim dalam penelitian yang banyak memberikan

masukan, serta teman-teman tersayang Rachmaniar, Yenni, dan Zulfa yang

selalu memberikan motivasi dan masukan untuk penulis. Seluruh teman-

teman seperjuangan IKK 47 yang telah memberikan dukungan dan

semangat selama proses penyusunan skripsi ini, serta semua pihak yang

belum disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermafaat.

Bogor, September 2014

Shoimatul Maghfiroh

Page 9: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan 4

Manfaat Penelitian 4

KERANGKA PEMIKIRAN 4

METODE PENELITIAN 6

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 6

Teknik Penarikan Contoh 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7

Pengolahan dan Analis Data 8

Definisi Operasional 9

HASIL 10

Karakteristik Keluarga Nelayan 10

Manajemen Keuangan 12

Kesejahteraan Objektif 14

Kesejahteraan Subjektif 15

Pengaruh Karakteristik Keluarga dan Manajemen Keuangan terhadap

Kesejahteraan Keluarga 16

PEMBAHASAN 17

SIMPULAN DAN SARAN 19

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 22

RIWAYAT HIDUP 29

Page 10: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

xii

DAFTAR TABEL

1. Jenis data, variabel, skala data, dan kategori data 7

2. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga 11

3. Sebaran contoh berdasarkan status pekerjaan suami dan jenis perahu 12

4. Sebaran contoh berdasarkan kategori manajemen keuangan 12

5. Sebaran contoh berdasarkan jawaban manajemen keuangan 13

6. Sebaran tingkat kesejahteraan objektif contoh berdasarkan 14 kriteria

kemiskinan menurut BPS 15

7. Sebaran responden berdasarkan kategori kesejahteraan subjektif 16

8. Pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen keuangan terhadap

kesejahteraan objektif 16

9. Pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen keuangan terhadap

kesejahteraan subjektif 17

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pemikiran 6

2. Tahap penarikan contoh 7

DAFTAR LAMPIRAN

1. Penelitian terdahulu terkait topik penelitian 23

2. Sebaran kesejahteraan objektif keluarga berdasarkan 14 kriteria

kemiskinan menurut BPS 26

3. Sebaran contoh berdasarkan jawaban kesejahteraan subjektif 27

4. Uji korelasi seluruh variabel 28

Page 11: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang dan keluarga yang memiliki

sumberdaya, waktu berlebih, namun memiliki pengaturan sumberdaya yang

sangat rendah dibanding dengan rata-rata individu atau komunitas keluarga

ditempat dimana ia tinggal, baik dalam komunitas lokal, nasional, dan bahkan

internasional (Townsend 1962). Kemiskinan merupakan suatu hal yang dapat

menghambat tercapainya kesejahteraan keluarga. Menurut Chaudry et al. (2009)

terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi kemiskinan, yaitu

ketergantungan rumah tangga, kepemilikan tanah, dan angka harapan hidup.

Kondisi kemiskinan di Indonesia salah satunya terjadi karena adanya kenaikan

harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. BBM sendiri merupakan sumber

bahan bakar dari kegiatan masyarakat sehari-hari. Data BPS (2013) menyebutkan

bahwa sejak Maret 2013 inflasi di Indonesia terus terjadi karena harga berbagai

komoditas naik dan disusul pula dengan kenaikan harga bahan bakar minyak

(BBM) bersubsidi pada Juni 2013. Kondisi tersebut menyebabkan angka

kemiskinan periode Maret hingga September meningkat. Jumlah penduduk miskin

pada September 2013 sebesar 28,55 juta orang atau 11,47 persen, meningkat jika

dibandingkan Maret 2013 yang berjumlah 28,07 juta orang. Hal ini mengalami

peningkatan sekitar 480 ribu orang.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi angka

kemiskinan melalui program–program pengentasan kemiskinan dan

pemberdayaan keluarga. Program yang terkait sebagai kompensasi dari naiknya

harga BBM bersubsidi yaitu penyaluran beras miskin (raskin), Program Keluarga

Harapan (PKH), Bantuan Siswa Miskin (BSM), dan Bantuan Langsung

Sementara Masyarakat (BLSM). Bantuan ini ditujukan untuk kelompok keluarga

miskin yang pada dasarnya mereka jarang memiliki tabungan ataupun akses

terhadap pinjaman saat terjadi ketidakstabilan ekonomi (Hermawan 2013).

Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) merupakan salah satu

bantuan kompensasi dari kenaikan harga BBM bersubsisi yang ditujukan untuk

seluruh keluarga miskin di Indonesia termasuk yang berada di wilayah pesisir.

Wilayah pesisir diketahui memiliki karakteristik yang unik dan memiliki

keragaman potensi sumberdaya alam baik hayati maupun nonhayati yang sangat

tinggi. Potensi sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan oleh penduduk yang

tinggal di wilayah tersebut untuk mencapai kesejahteraan (Muflikhati et al. 2010).

Namun menurut Hanafri (2009) kemiskinan dapat terjadi pada warga termasuk

yang tinggal di wilayah pesisir dan berprofesi sebagai nelayan. Terdapat dua

aliran besar yang melihat faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan pada

nelayan. Pertama, aliran modernisasi yang selalu menganggap persoalan

kemiskinan disebabkan faktor internal masyarakat. Dalam aliran ini, kemiskinan

nelayan terjadi sebagai akibat faktor budaya (kemalasan), keterbatasan

manajemen sumberdaya keluarga serta kondisi sumberdaya alam. Umumnya,

kemiskinan jenis ini disebut dengan kemiskinan kultural dan alamiah. Kedua,

aliran struktural yang selalu menganggap faktor eksternal yang menyebabkan

kemiskinan nelayan. Jadi, menurut aliran ini kemiskinan nelayan bukan karena

budaya atau terbatasnya modal, melainkan karena faktor eksternal yang

menghambat proses mobilitas vertikal mereka.

Page 12: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

2

Tujuan utama dari upaya pemerintah selain menurunkan angka kemiskinan

yaitu agar tercapainya kesejahteraan keluarga. Keluarga sejahtera adalah keluarga

yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi

kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota

dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (Sunarti 2009).

Mencapai kesejahteraan keluarga penting karena merupakan tujuan utama dan

akhir keluarga. Keluarga harus mengelola sumberdaya keluarga serta

menanggulangi masalah keluarga secara efektif agar tercapai kesejahteraan

(Sunarti 2013).

Deacon dan Firebaugh (1988) mendefinisikan sumberdaya sebagai segala

sesuatu yang berada dalam kontrol keluarga yang dapat memenuhi tuntutan

keluarga atau mengantarkan keluarga untuk mencapai tujuan. Berdasarkan

jenisnya, sumberdaya dibagi menjadi dua, yaitu sumberdaya manusia dan

sumberdaya materi. Sumberdaya materi terdiri dari barang atau benda, jasa,

waktu, dan energi. Manajemen keuangan merupakan salah satu komponen dari

manajemen sumberdaya keluarga. Proses manajemen mencakup perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan (monitoring) dan evaluasi. Manajemen keuangan

adalah kegiatan keluarga dalam merencanakan, mengatur penggunaan,

mengawasi, dan mengevaluasi keuangan dan aset keluarga (Sunarti 2013).

Menurut Firdaus (2008), manajemen keuangan keluarga mencakup komunikasi

dalam menggunakan pendapatan. Tujuan dari manajemen keuangan keluarga

adalah menggunakan sumberdaya pribadi dan keuangan untuk menghasilkan

tingkat kepuasan hidup dan membangun cadangan keuangan untuk memenuhi

kebutuhan di masa depan dan mendadak.

Adanya bantuan pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan keluarga

seharusnya didukung dengan kemampuan keluarga untuk mengatur dan

mengelola sumberdaya keluarga terutama sumberdaya keuangan dengan baik.

Iskandar (2007) menyatakan bahwa sumberdaya yang dimiliki keluarga maupun

bantuan dari pemerintah tidak akan efektif mencapai tujuan jika sumberdaya

tersebut tidak diatur secara baik melalui manajemen sumberdaya keluarga yang

didalamnya termasuk manajemen keuangan keluarga. Agar pemanfaatan

sumberdaya uang yang terbatas dapat mencapai optimum diperlukan suatu

manajemen keuangan yang baik dan efektif.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS 2008) faktor yang mempengaruhi

kesejahteraan yaitu pendidikan, pendapatan, kepemilikan aset, dan perencanaan.

Sementara itu menurut Hooghe dan Vanhoutte (2011) kesejahteraan subjektif

dipengaruhi oleh usia, modal sosial, dan hidup bersama pasangan. Hasil penilitian

Fajrin (2011) menyebutkan bahwa pengelolaan keuangan keluarga yang baik

berhubungan dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi pendidikan yang

ditempuh oleh anggota keluarga maka akan semakin baik manajemen keuangan

keluarga. Dengan demikian semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan

keluarga maka cenderung meningkatkan kesejahteraan keluarga subyektif.

Penelitian tentang nelayan sudah banyak dilakukan. Namun, belum banyak yang

meneliti tentang manajemen keuangan dan kesejahteraan keluarga nelayan

terutama bagi yang menerima BLSM. Berdasarkan hal tersebut, perlu diadakan

penelitian tentang bagaimana keluarga nelayan yang berada di wilayah pesisir

mengatur keuangan keluarga, baik yang bersumber dari pendapatan keluarga dan

Page 13: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

3

yang bersumber dari dana BLSM (bantuan pemerintah), serta melihat bagaimana

kesejahteraan keluarga nelayan penerima BLSM.

Rumusan Masalah

Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) ditujukan untuk 15,5

juta keluarga miskin di Indonesia. Keluarga nelayan yang berada di wilayah

pesisir termasuk dalam sasaran dari program BLSM. Data BPS (2010)

menyebutkan bahwa jumlah nelayan miskin di seluruh Indonesia mencapai 25

persen dari total seluruh penduduk miskin di Indonesia. Hal ini disebabkan karena

pendapatan nelayan yang tidak menentu setiap bulannya. Pendapatan nelayan

sangat tergantung pada banyaknya hasil tangkapan yang sangat berfluktuasi sesuai

dengan musim.

Masyarakat pesisir, terutama nelayan tradisional, pada kenyataannya

termasuk pada masyarakat miskin dan tertinggal diantara kelompok masyarakat

lainnya. Kondisi ini tercermin dari masih banyaknya kemiskinan yang dijumpai

pada masyarakat nelayan dan kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah

(Saleha 2008). Adanya faktor musim yang mempengaruhi pendapatan nelayan

dan adanya bantuan dari pemerintah seperti BLSM seharusnya diimbangi dengan

pengelolaan atau manajemen sumberdaya keluarga yang baik, dalam hal ini

manajemen sumberdaya keuangan. Pentingnya mengatur sumberdaya keluarga

dengan baik adalah agar keluarga dapat bertahan dalam menjalankan kegiatannya

sehari-hari terutama saat masa krisis datang, sehingga dengan adanya sumberdaya

yang terbatas maupun sumberdaya tambahan dari program bantuan pemerintah

dapat bermanfaat secara optimal dengan pengelolaan yang baik (Herawati 2012).

Namun pada kenyataannya keluarga miskin masih jarang melakukan pengelolaan

sumberdaya keluarga dengan baik (Rusydi 2011). Hal ini dipengaruhi oleh

minimnya pengetahuan keluarga miskin tentang pentingnya mengelola

sumberdaya keluarga, sehingga kehidupan keluarga miskin cenderung tidak

banyak mengalami perubahan.

Adanya bantuan juga seharusnya dapat membantu keluarga untuk

mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik dari sebelumnya jika dapat

melakukan pengelolaan keuangan dengan baik dan efektif. Negara berkembang

yang lain pun sudah menerapkan program serupa BLSM dengan nama yang

berbeda-beda pula. Program serupa di negara lain dikenal dengan istilah cash

conditional transfer (CCT). Di Meksiko sebagai contoh terdapat program

PROGRESSA yang bertujuan untuk memperbaiki bidang pendidikan, kesehatan,

dan status gizi keluarga miskin, terutama bagi anak dan ibunya. Hasilnya

menunjukkan bahwa CCT PROGRESSA dapat memberikan insentif yang dinilai

cukup efektif untuk perkembangan sumberdaya manusia pada kelompok keluarga

miskin (de Janvry dan Sadoulet 2004).

Sebanyak 23 Kecamatan di Kabupaten Bekasi yang mendapatkan dana

BLSM termasuk di Kecamatan Muara Gembong yang merupakan daerah pesisir.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan yang tinggal di wilayah pesisir juga

dapat dikatakan memprihatinkan. Hal ini ditandai dengan rendahnya tingkat

pendidikan, produktivitas dan pendapatan. Salah satu wilayah pesisir yang cukup

memprihatinkan yaitu di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa

Barat. Sebanyak 3.605 keluarga di daerah ini mendapatkan BLSM.

Page 14: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

4

Sehubungan dengan penyaluran dana BLSM ke keluarga nelayan tersebut

maka perlu dilakukan penelitian untuk menjawab beberapa pertanyaan seperti :

1. Bagaimana karakteristik keluarga nelayan penerima BLSM?

2. Bagaimana manajemen keuangan keluarga nelayan penerima BLSM?

3. Bagaimana kesejahteraan keluarga nelayan penerima BLSM?

4. Bagaimana pengaruh karakteristik dan manajemen keuangan terhadap

kesejahteraan keluarga nelayan?

Tujuan

Tujuan umum dari peneilitian ini yaitu untuk menganalisis manajemen

keuangan dan kesejahteraan keluarga nelayan penerima Bantuan Langsung

Sementara Masyarakat (BLSM). Adapun tujuan khususnya adalah sebagai

berikut:

1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga nelayan penerima BLSM.

2. Mengidentifikasi manajemen keuangan keluarga nelayan penerima BLSM.

3. Mengidentifikasi kesejahteraan keluarga nelayan penerima BLSM.

4. Menganalisis pengaruh karakteristik dan manajemen keuangan terhadap

kesejahteraan keluarga nelayan.

Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menyediakan informasi di

bidang penelitian keluarga mengenai manajemen keuangan keluarga dan

kesejahteraan keluarga nelayan. Selain itu penelitian juga diharapkan dapat

memberikan informasi bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan dan

menghasilkan solusi yang lebih efektif dalam pengambilan tindakan terhadap

keluarga nelayan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan keluarga. Namun dengan adanya kenaikan harga Bahan Bakar

Minyak (BBM) bersubsidi ini semua harga bahan pangan menjadi naik akibat

biaya transportasi yang juga meningkat. Akibatnya semakin memperparah

terjadinya kemiskinan. Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dapat

menghambat tujuan utama keluarga yaitu kesejahteraan keluarga. Pemerintah

Indonesia mengeluarkan program kebijakan terkait penanggulangan kemiskinan

akibat kenaikan harga BBM bersubsidi guna meningkatkan kesejahteraan

keluarga, yakni program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).

BLSM juga diberikan untuk keluarga nelayan.

Karakteristik keluarga merupakan input bagi proses manajemen, dalam hal

ini terutama manajemen keuangan, dan kesejahteraan merupakan output dari

proses manajemen. Proses manajemen berlangsung jika ada perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendalian atas penggunaan input serta evaluasi terhadap

tindakan manajemen secara keseluruhan. Menurut Deacon dan Firebaugh (1988)

manajemen merupakan alat dasar untuk mencapai tujuan dengan menggunakan

sumberdaya yang tersedia. Suatu proses manajemen dikatakan berhasil jika

mencapai tujuan yang sudah ditetapkan, dengan melakukan manajemen

Page 15: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

5

kehidupan seseorang bisa teratur dan efektif. Manajemen sumberdaya keluarga

(dalam penelitian ini adalah manajemen keuangan) dikatakan berhasil jika

keluarga dapat mencapai tujuan dengan menggunakan sumberdaya yang ada.

Manajemen keuangan mencerminkan kemampuan keluarga dalam mengelola

sumberdaya materi yang dimiliki. Proses manajemen ini penting untuk dilakukan

keluarga agar keluarga dapat bertahan dalam situasi krisis.

Menurut Puspitawati (2012) terdapat tiga tahapan dalam manajemen

keuangan keluarga, yaitu perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan

evaluasi. Menurut Deacon dan Firebaugh (1988) perencanaan berarti serangkaian

pengambilan keputusan yang berorientasi masa depan. Pelaksanaan merupakan

aktivitas menjalankan perencanaan. Pelaksanaan juga mencakup pengawasan

terhadap aktivitas. Proses terakhir yaitu monitoring dan evaluasi untuk

pengawasan terhadap aktivitas dan menilai pencapaian tujuan (rencana). Faktor

yang mempengaruhi manajemen keuangan adalah usia, pendidikan, dan

pendapatan. Semakin matang usia dan semakin tinggi pendidikan akan

memberikan peluang bagi seseorang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih

baik sehingga pendapatan keluarga meningkat dan manajemen keuangan semakin

baik.

Secara umum, tujuan dari keluarga adalah terciptanya kesejahteraan

keluarga yang merupakan hasil akhir dari proses manajemen. Menurut

Puspitawati (2012) dimensi kesejahteraan keluarga sangat luas dan kompleks.

Taraf kesejahteraan tidak hanya berupa ukuran yang terlihat (fisik dan kesehatan)

tapi juga yang tidak dapat dilihat (spiritual). Oleh karenanya, indikator

kesejahteraan keluarga dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kesejahteraan

keluarga objektif yang dapat terlihat secara kuantitatif, dan kesejahteraan keluarga

subjektif yang terlihat secara kualitatif. Konsep kesejahteraan juga dapat dikaitkan

dengan konsep kebutuhan (needs), khususnya mengenai pemenuhannya.

Keterkaitan antara konsep kesejahteraan dan konsep kebutuhan adalah dengan

terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka seseorang sudah dapat dinilai

sejahtera karena tingkat kebutuhan tersebut secara tidak langsung sejalan dengan

indikator kesejahteraan.

Kesejahteraan objektif dipengaruhi oleh pendapatan (Muflikhati et al.

2010). Sementara itu, kesejahteraan subjektif dipengaruhi oleh pendidikan, usia,

pendapatan, dan manajemen keuangan. Semakin tinggi pendidikan maka

manajemen keuangan semakin baik, semakin tinggi pendidikan dan pendapatan

maka kesejahteraan keluarga semakin baik, dan semakin baik manajemen

keuangan maka kesejahteraan keluarga (objektif dan subjektif) semakin

meningkat (Rambe 2008, Fajrin 2011, dan Rusydi 2011). Kerangka pemikiran

terkait karakteristik keluarga, dan manajemen keuangan dalam hubungannya

dengan kesejahteraan keluarga dapat dilihat dalam Gambar 1.

Page 16: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

6

Gambar 1. Kerangka pemikiran

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu penelitian yang

dilakukan dalam satu waktu tertentu, tidak berkesinambungan dalam jangka

waktu yang panjang. Lokasi atau tempat penelitian dilaksanakan di Desa Pantai

Mekar, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi

penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena beberapa alasan. Pertama,

Kabupaten Bekasi merupakan kabupaten yang mengalami peningkatan angka

kemiskinan hingga dua kali lipat per tahun akibat adanya bencana alam seperti

banjir, dengan adanya bencana tersebut menyebabkan terhambatnya aktifitas

produksi ekonomi keluarga, sehingga keluarga dapat dikatakan miskin. Kedua,

Kecamatan Muara Gembong merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten

Bekasi yang berada di wilayah pesisir utara dan termasuk ke dalam salah satu

kecamatan yang menjadi rawan terhadap bencana banjir. Ketiga, Desa Pantai

Mekar memiliki jumlah penduduk berprofesi sebagai nelayan yang tinggal

menetap (tidak berpindah-pindah). Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada

bulan April - Mei 2014.

Teknik Penarikan Contoh

Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga nelayan yang mendapatkan

Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Penarikan contoh

menggunakan metode non-probability sampling dengan teknik purposive, yaitu

contoh dipilih berdasarkan pekerjaan utama sebagai nelayan dan mendapatkan

dana BLSM minimal satu kali pada tahun 2013. Jumlah contoh dalam penelitian

ini yaitu sebanyak 53 keluarga. Adapun tahapan penarikan contoh dapat dilihat

pada Gambar 2.

Karakteristik Keluarga

Nelayan:

- Usia istri

- Usia suami

- Status pekerjaan istri

- Status pekerjaan suami

- Lama pendidikan istri

- Lama pendidikan suami

- Besar keluarga

- Pendapatan keluarga

- Jenis alat tangkap

- Jenis perahu

Manajemen keuangan :

- Perencanaan

- Pelaksanaan - Monitoring dan

evaluasi

Kesejahteraan

Keluarga :

- Objektif

- Subjektif

Page 17: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

7

Gambar 2. Tahap penarikan contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data yang

diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner. Kuesioner berisi

karakteristik keluarga yang terdiri dari usia, status pekerjaan, lama pendidikan,

besar keluarga, dan pendapatan keluarga. Adapun variabel dan skala data dapat

terlihat dalam Tabel 1.

Tabel 1 Jenis data, variabel, skala data, dan kategori data Variabel Skala data Keterangan

Karakterisitk keluarga :

- Usia suami-istri Rasio

- Status pekerjaan istri Nominal [1] = Bekerja

[2] = Tidak bekerja

- Status pekerjaan suami Nominal [1] = Nelayan pemilik

[2] = Nelayan buruh

- Lama pendidikan Rasio

- Besar keluarga Rasio

- Pendapatan keluarga Rasio

Manajemen Keuangan Keluarga Ordinal

[1] = Tidak pernah

[2] = Kadang-kadang

[3] = Sering

Kesejahteraan Keluarga :

- Kesejahteraan Objektif Ordinal [0] = Tidak

[1] = Ya

- Kesejahteraan Subjektif Ordinal [1] = Sangat Tidak Puas

[2] = Tidak puas

[3] = Cukup puas

[4] = Puas

[5] = Sangat Puas

Kabupaten Bekasi

Kecamatan Muara Gembong

(5 desa)

Desa Pantai Mekar (8 RW)

RW 01

n = 53

Purposive

Purposive

Purposive

Purposive

Purposive

Page 18: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

8

Kuesioner juga berisi tentang manajemen keuangan keluarga yang diacu

dan dimodifikasi dari Puspitawati (2012) dengan Cronbach Alpha sebesar 0,777,

kesejahteraan objektif yang diukur dari 14 kriteria kemiskinan menurut BPS, dan

kesejahteraan subjektif keluarga nelayan yang diacu dan dimodifikasi dari

Simanjuntak (2010) dengan Cronbach Alpha sebesar 0,801.

Pengolahan dan Analis Data

Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan proses editing, coding,

scoring, entry, cleaning, serta analyzing menggunakan Microsoft Excel dan SPSS

for windows. Instrumen penelitian di uji validitas dan reliabilitasnya

menggunakan SPSS for Windows. Analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu :

1. Analisis statistik deskriptif (minimum, maksimum, rata-rata, standar deviasi,

dan frekuensi) digunakan untuk menggambarkan :

a) Karakteristik keluarga (usia suami-istri, pekerjaan istri, status pekerjaan

suami, lama pendidikan suami-istri, besar keluarga, dan pendapatan per

kapita).

b) Manajemen keuangan keluarga, terdiri atas 3 subitem level yaitu

perencanaan (13 pertanyaan), pelaksanaan (14 pertanyaan), serta monitoring

dan evaluasi (4 pertanyaan). Setiap butir pertanyaan disediakan 3 jawaban,

yaitu tidak pernah diberi skor 1, kadang-kadang diberi skor 2, dan sering

diberi skor 3. Oleh karena ketiga subitem level memiliki jumlah pertanyaan

yang tidak sama, maka masing-masing skor ditransformasikan ke dalam

bentuk indeks, dengan rumus sebagai berikut:

Indeks = Skor yang dicapai – skor terendah x 100

skor tertinggi – skor terendah

Selanjutnya indeks masing-masing subitem level dirata-ratakan jumlahnya,

sehingga diperoleh skor total indeks manajemen keuangan. Secara

keseluruhan penerapan manajemen keuangan keluarga dikelompokkan

menjadi tiga kelompok dengan cut off yang digunakan pada setiap selang

kategori untuk variabel ini yaitu:

a. Rendah : < 60

b. Sedang : 60-80

c. Tinggi : > 80

c) Kesejahteraan keluarga objektif terdiri dari 14 pertanyaan semi tertutup

berdasarkan modifikasi dari 14 kriteria kemiskinan penerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) menurut BPS. Jika kriteria terpenuhi (Ya) skor

adalah 1, dan jika kriteria tidak terpenuhi (Tidak) skor adalah 0, sehingga

dapat dikatakan bahwa rentang skor 1-14 adalah miskin hingga sangat

miskin. Kemudian skor tersebut diinvers untuk mengetahui tingkat

kesejahteraan dan dihitung nilai indeksnya menggunakan rumus indeks

yang sama dengan variabel manajemen keuangan. Jika memenuhi 14

kriteria maka tingkat kesejahteraan adalah sama dengan 0 atau sangat tidak

sejahtera, dan apabila tidak memenuhi kriteria sama sekali maka tingkat

kesejahteraan adalah 100 atau sangat sejahtera. Cut off yang digunakan

dalam variabel ini pun sama dengan cut off yang digunakan pada variabel

manajemen keuangan.

Page 19: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

9

d) Kesejahteraan keluarga subjektif, terdiri atas 20 pertanyaan berdasarkan

modifikasi dari instrumen Simanjuntak (2010). Setiap butir pertanyaan

disediakan 5 jawaban terkait kepuasan, yaitu sangat tidak puas diberi skor 1,

tidak puas diberi skor 2, cukup puas diberi skor 3, puas diberi skor 4, dan

sangat puas diberi skor 5. Selanjutnya skor masing-masing dijumlahkan dan

diperoleh skor total. Berdasarkan skor yang diperoleh selanjutnya skor

ditransformasikan ke dalam bentuk indeks, dengan rumus yang sama seperti

pada variabel manajemen keuangan. Secara keseluruhan kesejahteraan

subjektif dikelompokkan menjadi tiga kelompok dengan cut off yang

digunakan pada setiap selang kategori untuk variabel ini sama dengan cut

off pada variabel manajemen keuangan.

2. Analisis inferensia yang digunakan adalah uji regresi linier berganda yang

digunakan untuk melihat pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen

keuangan terhadap kesejahteraan keluarga objektif dan subjektif. Adapun

persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut :

a. Model regresi kesejahteraan objektif :

Y = β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6+β7X7+β8X8+D1+D2+E

b. Model regresi kesejahteraan subjektif :

Y = β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6+β7X7+D1+E

Keterangan :

Y = Kesejahteraan Objektif (skor 14 kriteria kemiskinan)

β = koeffisien regresi

E = error

X1 = usia suami (tahun)

X2 = lama pendidikan istri (tahun)

X3 = lama pendidikan suami (tahun)

X4 = besar keluarga (orang)

X5 = pendapatan per kapita (rupiah/bulan)

X6 = manajemen keuangan tahap perencanaan (skor)

X7 = manajemen keuangan tahap pelaksanaan (skor)

X8 = manajemen keuangan tahap monitoring dan evaluasi (skor)

D1 = status pekerjaan istri (0=tidak bekerja; 1=bekerja)

D2 = status pekerjaan suami (0=nelayan buruh; 1=nelayan pemilik)

Definisi Operasional

Keluarga nelayan adalah keluarga yang suami atau kepala keluarga bekerja sebagai nelayan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seharai-hari.

Usia adalah lama hidup responden yang dinyatakan dalam tahun.

Page 20: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

10

Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di

suatu unit usaha atau kegiatan yang diukur berdasarkan bekerja dan tidak

bekerja (untuk istri) serta nelayan pemilik dan nelayan buruh (untuk suami).

Lama pendidikan adalah jumlah waktu yang telah ditempuh oleh individu dalam

keluarga untuk memperoleh pendidikan yang diukur dalam tahun.

Besar keluarga adalah banyaknya individu dalam satu keluarga dimana

dikatakan sedikit jika terdiri dari 1-4 orang, dikatakan sedang jika terdiri

dari 5-7 orang, dan dikatakan besar jika terdiri lebih dari 7 orang.

Pendapatan keluarga adalah imbalan yang diterima oleh keluarga dari pekerjaan

yang dilakukannya untuk mencari nafkah dalam bentuk uang (rupiah) yang

diukur dari semua pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga

dalam rupiah per bulan.

Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) adalah salah satu program

kompensasi karena terjadi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)

bersubsidi.

Manajemen keuangan adalah kegiatan keluarga dalam membuat perencanaan,

pelaksanaan, dan melakukan monitoring dan evaluasi keuangan atau

pendapatan yang diukur berdasarkan kusioner manajemen keuangan dalam

setiap tahapan dengan skala ordinal.

Kesejahteraan objektif adalah tingkat pemenuhan kebutuhan dasar dan

perkembangan secara objektif, yaitu mengacu pada standar normatif dan

ideal yang diukur dari 14 kriteria kemiskinan berdasarkan penerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) menurut BPS dimana semakin memenuhi 14

kriteria, maka keluarga semakin miskin.

Kesejahteraan subjektif adalah kepuasan istri terhadap tingkat pemenuhan

kesejahteraan yang ditunjukkan secara objektif yang diukur menggunakan

indikator kesejahteraan berdasarkan skala ordinal.

HASIL

Karakteristik Keluarga Nelayan

Hasil penelitian dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata usia istri

adalah 40,46 tahun dan rata-rata usia suami adalah 47,41 tahun. Menurut BPS

(2012) rataan usia tersebut termasuk dalam tahapan usia produktif untuk

kelompok usia 40-44 tahun dan 45-49 tahun. Lebih dari tiga per empat istri

(88,8%) dan suami (88,7%) memiliki tingkat pendidikan rendah, mulai dari tidak

tamat Sekolah Dasar (SD) hingga tamat SD. Besar keluarga rata-rata adalah 5,44

orang. Menurut BKKBN (2005) rataan tersebut termasuk dalam kategori keluarga

sedang.

Pendapatan keluarga nelayan tidak menentu karena bergantung dengan

lamanya musim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan

nelayan saat musim banyak ikan adalah sebesar Rp14.200.000, rata-rata

pendapatan saat musim biasa adalah Rp9.460.000, dan rata-rata pendapatan saat

musim paceklik (susah mendapatkan ikan) adalah Rp3.710.000. Sementara itu

Page 21: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

11

rata-rata total pendapatan keluarga nelayan dalam penelitian ini yaitu sebesar

Rp3.280.000 per bulan, sedangkan pendapatan per kapita keluarga per bulan rata-

rata sebesar Rp647.930 angka tersebut cukup jauh diatas garis kemiskinan

Kabupaten Bekasi yaitu sebesar Rp300.013. Namun jika dilihat dari nilai

minimum sebaran (Rp116.670) masih terdapat keluarga (16,7%) yang berada

dibawah garis kemiskinan.

Lebih dari seperempat responden atau istri (28,3%) memiliki pekerjaan

yaitu dengan membuka warung. Alasan mereka membuka warung adalah untuk

membantu keadaan ekonomi keluarga. Sementara sisanya (71,7%) memilih untuk

tidak bekerja (ibu rumah tangga) dengan alasan tidak memiliki modal serta tidak

memiliki kemampuan untuk membuka warung atau usaha.

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga

Variabel Minimum Maksimum Rata-rata ±

Standar Deviasi

Usia istri (tahun) 24 67 40,2 ± 9,8

Usia suami (tahun) 26 75 47,1 ± 10,4

Pendidikan istri (tahun) 0 12 4,4 ± 2,8

Pendidikan suami (tahun) 0 12 4,2 ± 2,7

Besar keluarga (orang) 2 14 5,4 ± 2,1

Pendapatan keluarga (Rp/bulan) 525.000 10.000.000 3.280.000 ± 2.169.636

Pendapatan per kapita (Rp/bulan) 116.670 2.143.500 647.930 ± 440.088,8

Status pekerjaan nelayan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu

nelayan pemilik dan nelayan buruh. Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan

bahwa lebih dari tiga per empat suami responden (86,8%) berstatus sebagai

nelayan pemilik dan 13,2 persen suami responden berstatus sebagai nelayan

buruh. Perahu yang digunakan kebanyakan adalah Perahu Motor Tempel (PMT)

dengan mesin 5 hingga 22 PK (Paarden Kracht atau Daya Kuda). Ada pula yang

menggunakan Kapal Motor dengan mesin 5 hingga 20 gross ton (GT) namun

kebanyakan adalah nelayan buruh. Alat tangkap yang digunakan juga beragam

sesuai dengan jenis perahu. Semakin besar perahu, maka alat tangkapnya semakin

besar dan banyak seperti jaring rampus, jaring rajungan, jaring ikan kakap, dan

jaring kepiting.

Hasil penelitian menunjukkan semakin kecil perahu maka alat tangkap

yang digunakan jumlahnya juga semakin sedikit. Contohnya seperti jaring ramat

saja, atau jaring rajungan saja, atau bubu saja (alat untuk menangkap kepiting).

Hasil penelitian juga menemukan bahwa rata-rata nelayan dengan usaha perahu

kecil tidak memiliki penghasilan yang cukup besar. Hal ini dikarenakan perahu

dan alat tangkap mereka hanya dapat menjangkau daerah pinggiran saja. Beberapa

suami responden yang berprofesi sebagai nelayan kecil dan nelayan buruh

terkadang juga melakukan pekerjaan sampingan selain menjadi nelayan.

Pekerjaan sampingan yang ditekuni yaitu seperti menjadi ketua RT, menjadi

buruh nelayan, berdagang, dan membuka usaha lain seperti bengkel. Hal ini

dilakukan kepala keluarga untuk menambah penghasilan yang terkadang sangat

minim.

Page 22: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

12

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan status pekerjaan suami dan jenis

perahu Jenis Perahu Status Pekerjaan

Total Nelayan

Pemilik

Nelayan

Buruh

n % n % n %

Kapal Motor 5,5-20 GT 1 1,9 2 3,8 3 5,7

Perahu Motor Tempel 5,5-22 PK 27 50,9 5 9,4 32 60,3

Perahu Motor Tempel 5 PK 15 28,3 0 0 15 28,3

Perahu Tanpa Motor 3 5,7 0 0 3 5,7

Total 46 86,8 7 13,2 53 100

Manajemen Keuangan

Manajemen Keuangan Keluarga

Manajemen keuangan keluarga terdiri dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, dan monitoring dan evaluasi. Hasil penelitian pada Tabel 4

menunjukkan lebih dari separuh responden (54,7%) melakukan manajemen

keuangan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring dan evaluasi dengan

kategori rendah dan sebanyak 41,5 persen responden melakukan manajemen

keuangan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring dan evaluasi dengan

kategori sedang. Manajemen keuangan keluarga termasuk dalam kategori rendah

apabila keluarga tidak pernah melakukan ketiga tahap manajemen keuangan,

dikatakan sedang apabila keluarga melakukan ketiga tahap manajemen keuangan

dalam intensitas kadang-kadang, dan dikatakan tinggi apabila melakukan ketiga

tahap manajemen keuangan dalam intensitas sering.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan kategori manajemen keuangan

Kategori Manajemen

Keuangan tahap

Perencanaan

Manajemen

Keuangan tahap

Pelaksanaan

Manajemen

Keuangan tahap

Monitoring dan

Evaluasi

Total

n % n % n % n %

Rendah (<60) 29 54,7 29 54,7 29 54,7 29 54,7

Sedang (60-80) 22 41,5 22 41,5 22 41,5 22 41,5

Tinggi (>80) 2 3,8 2 3,8 2 3,8 2 3,8

Total 53 100 53 100 53 100 53 100

Min - Maks. 15 – 96 30 – 83 37 – 100 35-93

Rataan ± SD 56,8 ± 15,4 51,5 ± 15,5 71,9 ± 13,1 59,9 ± 11,3

Berdasarkan hasil penelitian dalam manajemen keuangan tahap

perencanaan menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga (50,9%) tidak

pernah merencanakan menabung untuk masa depan, lebih dari tiga per empat

keluarga tidak pernah melaksanakan perencanaan warisan (75,5%), dan tidak

pernah memiliki anggaran tertulis setiap minggu atau setiap bulan (86,8%).

Meskipun demikian sebesar 90,6 persen keluarga sering membuat prioritas

kebutuhan yang paling utama dan lebih dari tiga per empat keluarga (75,5%)

sering membuat perencanaan keuangan dan sering memikirkan resiko dalam

mengambil hutang atau kredit (Tabel 5).

Page 23: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

13

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan jawaban manajemen keuangan

No. Pernyataan

Pilihan jawaban

TP

(%)

KK

(%)

S

(%)

Perencanaan 1. Membuat perencanaan keuangan keluarga 9,4 15,1 75,5 2. Memiliki tujuan keuangan (jangka pendek, menengah dan panjang)

seperti belanja makanan sehari-hari, biaya sekolah anak, membeli

perabotan/kendaraan dan naik haji

7,5 41,5 50,9

3. Melakukan diskusi dengan anggota keluarga (suami atau anak) dalam perencanaan keuangan

13,2 22,6 64,2

4. Membuat prioritas kebutuhan yang paling utama 3,8 5,7 90,6

5. Menetapkan anggaran belanja maksimal dalam pengalokasian

keuangan

22,6 45,3 32,1

6. Memperkirakan biaya hidup sehari-hari 15,1 15,1 69,8

7. Membuat biaya anggaran tidak terduga, seperti kegiatan sosial,

orang yang membutuhkan, sakit, dll.

41,5 37,7 20,8

8. Menetapkan alokasi biaya pengeluaran yang cukup besar seperti biaya anak sekolah, pernikahan, khitanan, syukuran, dll.

20,8 52,8 26,4

9. Menganggarkan biaya pendidikan dan kesehatan anak 26,4 43,4 30,2

10. Memikirkan resiko dalam mengambil hutang/kredit sebelum

pengambilan keputusan

5,7 18,9 75,5

11. Merencanakan menabung untuk masa depan 50,9 35,8 13,2

12. Memiliki perencanaan warisan 75,5 17,0 7,5

13. Memiliki anggaran tertulis setiap minggu atau setiap bulan 86,8 1,9 11,3

Pelaksanaan 1. Mencatat semua pendapatan dan pengeluaran sehari-hari 86,8 0 13,2

2. Membeli barang dan atau jasa yang sudah direncanakan. 13,2 18,9 67,9 3. Menghemat anggaran belanja untuk hal-hal khusus seperti membeli

alat elektronik, dll.

20,8 52,8 26,4

4. Memasukkan/memisahkan uang kedalam amplop-amlop/tempat

yang sudah dikategorikan

66,0 5,7 28,3

5. Menyisihkan sebagian uang belanja untuk menabung 28,3 34,0 37,7

6. Menabung pada saat musim banyak ikan (uang dan barang) 37,7 34,0 28,3

7. Menabung untuk masa depan (misalkan khusus untuk pendidikan) 49,1 39,6 11,3

8. Membeli sesuatu yang sebenarnya tidak perlu* 30,2 34,0 35,8 9. Menyimpan tabungan sendiri untuk hari tua 90,6 5,7 3,8

10. Membeli barang untuk berinvestasi (perhiasan, kendaraan, rumah,

lahan yang bernilai ekonomi, perahu, dll)

43,4 32,1 24,5

11. Melakukan penghematan keuangan 3,8 54,7 41,5

12. Memilih berhutang dengan resiko yang paling rendah 3,8 17,0 79,2

13. Menabungkan segera uang sisa pendapatan tidak terduga/bonus 24,5 24,5 51,0

14. Membayar barang sewaan/gadaian dan biaya hidup lainnya tepat

waktu setiap bulannya (misal SPP anak, listrik, dll)

17,0 9,4 73,6

15. Mengajarkan pengelolaan keuangan kepada anggota keluarga 20,8 9,4 69,8

Monitoring dan Evaluasi 1. Melakukan diskusi untuk menyelesaikan masalah keuangan dengan

keluarga (suami, istri, anak)

5,7 5,7 88,6

2. Membandingkan antara pendapatan dan pengeluaran 3,8 24,5 71,7

3. Mengevaluasi pengeluaran keuangan sesuai dengan rencana 11,3 47,2 41,5

4. Merubah perencanaan anggaran yang tidak sesuai 22,6 58,5 18,9

Keterangan : TP = Tidak Pernah ; KK = Kadang-kadang ; S = Sering

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam tahap pelaksanaan manajemen

keuangan lebih dari tiga per empat keluarga (86,8%) tidak pernah mencatat

pendapatan dan pengeluaran sehari-hari, lebih dari tiga per empat keluarga (90,6%) tidak pernah menyimpan tabungan sendiri untuk hari tua. Meskipun

demikian, lebih dari dua per tiga keluarga (67,9%) sering membeli barang dan

atau jasa yang sudah direncanakan, sering memilih berhutang dengan resiko yang

paling rendah (79,2%), dan sering membayar barang sewaan/gadaian dan biaya

Page 24: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

14

hidup tepat waktu setiap bulan (73,6%), dan sering mengajarkan pengelolaan

keuangan kepada anggota keluarga (69,8%).

Manajemen keuangan dalam tahap monitoring dan evaluasi menunjukkan

bahwa lebih dari dua per lima keluarga (47,2%) kadang-kadang mengevaluasi

pengeluaran keuangan sesuai dengan rencana dan kadang-kadang merubah

perencanaan anggaran yang tidak sesuai. Meskipun demikian lebih dari dua per

tiga keluarga sering melakukan diskusi untuk menyelesaikan masalah keuangan

dengaan keluarga (88,6%), dan sering membandingkan antara pendapatan dan

pengeluaran (71,7%). Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 5.

Pemanfaatan Dana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM)

Sebaran frekuensi keluarga yang mendapatkan dana BLSM dalam

penelitian ini yaitu sebanyak 84,9 persen responden pernah mendapatkan dana

BLSM dua kali sejumlah masing-masing Rp300.000, sedangkan 15,1 persen

responden mendapatkan dana BLSM satu kali. Hampir seluruh responden (94,3%)

memakai dana BLSM untuk membeli kebutuhan pokok sehari-hari, sisanya

digunakan untuk kebutuhan pendidikan, bayar hutang, membeli barang (untuk

modal nelayan atau alat tangkap nelayan), untuk usaha warung, dan untuk

beramal dengan dibagikan kepada anak-anak atau orang tua.

Sebanyak 56,6 persen responden menghabiskan dana BLSM dalam waktu

satu hingga dua hari dari saat mendapatkan dana. Dana tersebut langsung

digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari dan untuk pendidikan anak.

Sebanyak 22,7 persen menghabiskan dana dalam waktu tiga hingga lima hari, dan

20,7 persen keluarga menghabiskan dana dalam waktu tujuh hingga 14 hari.

Seluruh responden merasakan manfaat dari dana BLSM, meskipun dana BLSM

hanya mendukung rata-rata sebesar 6,4 persen dari total pendapatan keluarga per

bulan. Manfaat yang dirasakan responden yaitu dengan adanya dana BLSM maka

berguna sebagai tambahan untuk membeli dan mencukupi kebutuhan sehari-hari

serta terbantu untuk biaya pendidikan. Keluhan yang berkaitan dengan dana

BLSM dirasakan oleh sebanyak sebelas responden (20,8%). Keluhan yang

dirasakan oleh responden yaitu terkait jumlah yang sedikit, tempat pengambilan

yang jauh, dan administrasi yang rumit. Selain itu juga responden merasa

pembagian dana tidak merata dan dana tersebut sudah tidak turun lagi atau

bantuan tidak diberikan secara berkelanjutan.

Kesejahteraan Objektif

Kesejahteraan objektif dalam penelitian ini dilihat berdasarkan 14 kriteria

kemiskinan menurut BPS. Hasil penelitian (Tabel 6) menunjukkan bahwa lebih

dari separuh keluarga (50,9%) memiliki tingkat kesejahteraan objektif pada

kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian, kriteria kemiskinan tentang luas

lantai per anggota rumah tangga rata-rata memiliki luas kurang dari 8m2

yaitu

sebanyak 47,2 persen. Lebih dari dua per tiga keluarga (62,3%) memiliki jenis

lantai rumah berupa tanah. Hal ini dikarenakan tempat tinggal yang sangat dekat

dengan sungai yang juga dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga jika air

pasang akan masuk ke dalam rumah dan membuat keluarga cenderung enggan

memperbaikinya. Sebanyak 32,1 persen keluarga memiliki rumah dengan dinding

yang terbuat dari papan, tembok yang belum diplester, dan tembok. Lebih dari

dua per tiga (83,0%) keluarga tidak memiliki MCK. Keluarga menggunakan

Page 25: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

15

sungai sebagai tempat MCK karena letaknya yang cukup dekat. Hampir seluruh

keluarga (96,2%) membeli galon sebagai air minum keluarga karena kondisi air

sumur payau sehingga tidak dapat digunakan untuk minum dan memasak, hanya

beberapa keluarga saja yang menggunakan air sumur dan terkadang air hujan

sebagai sumber air minum.

Seluruh keluarga sudah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan

utama. Hampir seluruh keluarga (94,3%) menggunakan gas sebagai bahan bakar

untuk memasak. Sementara itu lebih dari dua per tiga keluarga (73,6%) memiliki

frekuensi makan kurang dari 2 kali sehari. Lebih dari separuh keluarga (54,7%)

tidak mampu membeli daging/ayam/susu dalam seminggu. Sebanyak 96,2 persen

keluarga mampu membeli pakaian baru dalam satu tahun untuk anggota rumah

tangga minimal satu kali dalam setahun.

Tabel 6 Sebaran tingkat kesejahteraan objektif keluarga berdasarkan 14

kriteria kemiskinan menurut BPS Kategori Jumlah responden %

Rendah (<60) 24 45,3

Sedang (60-80) 27 50,9

Tinggi (>80) 2 3,8

Total 53 100,0

Min – Max 28,0 – 85,0

Rataan ± SD 60,8 ± 13,1

Hampir seluruh keluarga (98,1%) mampu berobat ke puskemas saat sakit

karena adanya kartu jaminan kesehatan untuk berobat secara gratis. Seluruh

kepala rumah tangga memiliki pekerjaan sebagai nelayan. Namun, sebanyak 73,6

persen termasuk dalam kelompok nelayan kecil. Lebih dari separuh kepala rumah

tangga (62,3%) memiliki pendidikan rendah atau tidak tamat SD. Hampir seluruh

keluarga (96,2%) memiliki aset berharga lebih dari Rp500.000. Sebaran keluarga

berdasarkan 14 kriteria kemiskinan menurut BPS dapat dilihat dalam Lampiran 2.

Kesejahteraan Subjektif

Hasil penelitian (Tabel 7) menunjukkan bahwa lebih dari separuh

responden (64,2%) memiliki kesejahteraan subjektif dalam kategori sedang dan

35,8 persen responden memiliki kesejahteraan subjektif dalam kategori rendah.

Rata-rata responden atau istri sudah puas dengan ketentraman keluarga (69,8%),

kesehatan fisik keluarga (75,5%), hubungan dan komunikasi dengan suami

(79,2%), lebih dari dua per tiga istri (77,4%) merasa puas dengan menyatakan

bahagia dalam perkawinan, dan merasa puas dengan dukungan dorongan, serta

motivasi yang diberikan suami (73,6%). Selain itu juga lebih dari dua per tiga istri

(73,6%) merasa puas memiliki hubungan yang baik dengan tetangga.

Responden masih memiliki ketidak puasan dalam beberapa hal seperti

kondisi keadaan tempat tinggal (35,9%). Sebanyak lebih dari satu per tiga

responden (39,6%) merasa tidak puas dengan keadaan keuangan keluarga.

Sementara itu lebih dari dua per lima responden (41,5%) tidak puas dengan

kondisi kebersihan rumah yang selalu kotor saat air pasang, dan hampir separuh

dari responden (49,1%) merasa tidak puas dengan kondisi materi atau aset yang

Page 26: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

16

dimiliki keluarga saat ini. Selain itu juga sebanyak 45,3 persen responden tidak

puas dengan pendidikan yang ditempuh oleh anggota keluarga (Lampiran 3).

Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan kategori kesejahteraan subjektif Kategori Jumlah responden %

Rendah (<60) 19 35,8

Sedang (60-80) 34 64,2

Tinggi (>80) 0 0

Total 53 100,0

Min – Max 40,0 – 77,0

Rataan ± SD 62,4 ± 7,7

Pengaruh Karakteristik Keluarga dan Manajemen Keuangan terhadap

Kesejahteraan Keluarga

Hasil analisis regresi linier berganda dalam Tabel 8 menunjukkan bahwa

Adjusted R square untuk kesejahteraan objektif pada penelitian ini adalah sebesar

0,377. Artinya, sebesar 37,7 persen faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kesejahteraan objektif dapat dijelaskan oleh model. Sisanya sebesar 62,3 persen

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Variabel pendapatan per kapita

(B=0,01349;p<0,01) berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan

objektif. Hal ini berarti, setiap kenaikan pendapatan per kapita sebesar satu rupiah

akan meningkatkan kesejahteraan objektif sebesar 0,01349 poin.

Tabel 8 Pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen keuangan

terhadap kesejahteraan objektif Variabel Kesejahteraan objektif

Koefisien tidak

terstandarisasi

Koefisien

terstanda-

risasi

Sig.

B Standar

error

Beta (β)

Usia suami (tahun) -0,181 0,188 -0,144 0,340

Pendidikan istri (tahun) 0,261 0,789 0,057 0,742

Pendidikan suami (tahun) 0,844 0,728 0,175 0,253

Besar keluarga (orang) -0,372 0,751 -0,059 0,623

Pendapatan per kapita (rupiah/bulan) 0,01349 0,000 0,452 0,001**

Manajemen keuangan tahap perencanaan (skor) -0,024 0,125 -0,028 0,849

Manajemen keuangan tahap pelaksanaan (skor) -0,056 0,129 -0,066 0,664

Manajemen keuangan tahap monitoring dan

evaluasi (skor)

0,125 0,129 0,124 0,340

Status pekerjaan istri (1=bekerja; 0=tidak bekerja) 6,012 3,738 0,204 0,115

Status pekerjaan suami (1=nelayan pemilik;

0=nelayan buruh)

-0,798 4,659 -0,021 0,865

R2 0,497

Adjusted R Square 0,377

Sig 0,001 Ket : *signifikan pada p<0,05; **signifikan pada p<0,01

Hasil analisis regresi linier berganda dalam Tabel 9 menunjukkan bahwa

Adjusted R square untuk kesejahteraan subjektif pada penelitian ini adalah sebesar

Page 27: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

17

0,103. Artinya, sebesar 10,3 persen faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kesejahteraan subjektif dapat dijelaskan oleh model. Sisanya sebesar 85,6 persen

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Variabel manajemen keuangan

tahap pelaksanaan (β=0,475;p<0,01) berpengaruh positif sangat signifikan

terhadap kesejahteraan subjektif. Hal ini berarti, manajemen keuangan tahap

pelaksanaan mempengaruhi kesejahteraan subjektif sebesar 47,5 persen.

Tabel 9 Pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen keuangan

terhadap kesejahteraan subjektif Variabel Kesejahteraan subjektif

Koefisien tidak

terstandarisasi

Koefisien

terstanda-

risasi

Sig.

B Standar

error

Beta (β)

Usia suami (tahun) -0,015 0,132 -0,020 0,913

Pendidikan istri (tahun) -0,724 0,554 -0,267 0,198

Pendidikan suami (tahun) 0,168 0,508 0,059 0,743

Pendapatan per kapita (rupiah/bulan) 0,003072 0,000 0,174 0,259

Manajemen keuangan tahap perencanaan (skor) -0,081 0,085 -0,160 0,349

Manajemen keuangan tahap pelaksanaan (skor) 0,239 0,087 0,475 0,008**

Manajemen keuangan tahap monitoring dan

evaluasi (skor)

-0,069 0,089 -0,115 0,446

Status pekerjaan istri (1=bekerja; 0=tidak bekerja) 3,412 2,649 0,195 0,205

R2 0,241

Adjusted R Square 0,103

Sig 0,115 Ket : *signifikan pada p<0,05; **signifikan pada p<0,01

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan per kapita keluarga per

bulan rata-rata sebesar Rp647.930 angka tersebut dapat dikatakan cukup jauh

diatas garis kemiskinan Kabupaten Bekasi yaitu sebesar Rp300.013. Namun

meskipun berada diatas garis kemiskinan tetapi mereka masih cukup kesulitan

untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini dikarenakan adanya sistem

hutang. Ketika nelayan membutuhkan bekal untuk pergi ke laut biasanya nelayan

akan berhutang terlebih dahulu. Setelah pulang dari laut maka pendapatan yang

diperoleh nelayan sebagian digunakan untuk melunasi hutang di warung atau

pedagang. Hal ini sesuai dengan penelitian Hanafri (2009) yang menyebutkan

bahwa kesejahteraan pada masyarakat nelayan berada pada kondisi yang kurang

aman. Selain itu juga menurut Muflikhati et al. (2010) nelayan memiliki

kebiasaan untuk menyenangkan dirinya sendiri sehingga uang yang seharusnya

diberikan kepada istri dan keluarga menjadi berkurang.

Penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari dua separuh keluarga

melakukan manajemen keuangan dalam kategori rendah (54,7%). Artinya,

keluarga sudah cukup baik dalam melakukan manajemen keuangan, namun

keluarga cenderung berfokus dalam pelaksanaan saja tanpa melakukan

perencanaan dengan cukup baik. Menurut Simanjuntak (2010) menyebutkan

bahwa hal ini disebabkan karena pendapatan yang diperoleh tidak menentu dan

Page 28: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

18

cukup sedikit sehingga tidak ada sumberdaya uang yang dapat dikelola dengan

baik. Prinsipnya adalah berapapun jumlah uang yang didapatkan pada hari itu,

maka itulah yang dikelola. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Skogrand et

al. (2011) pada keluarga di Amerika menyebutkan bahwa pengelolaan keuangan

rumah tangga yang baik adalah dilakukan oleh masing-masing pasangan secara

bersama, dengan kata lain pasangan memiliki peran penting dalam mengelola

keuangan agar tercapai kesepakatan bersama menuju kualitas pernikahan yang

baik.

Hampir seluruh responden memakai dana BLSM untuk membantu

memenuhi keperluan sehari-hari, sisanya digunakan untuk kebutuhan pendidikan,

bayar hutang, membeli barang, dan untuk usaha. Hal ini sesuai dengan penelitian

Herawati et al. (2006) pada keluarga miskin penerima Subsidi Langsung Tunai

(SLT) bahwa dana SLT dapat digunakan untuk keperluan pangan, pedidikan,

membayar hutang, dan dijadikan modal usaha (diacu dari Lampiran 1). Namun,

hal ini tidak sesuai dengan penelitian Gertler et al. (2012) tentang program cash

conditional transfer PROGRESSA di Meksiko menyebutkan bahwa masyarakat

dapat mengelola dana bantuan terutama untuk ditabung atau menginvestasikan

untuk kebutuhan yang akan datang dan sisanya dimanfaatkan sesuai dengan

keperluan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan objektif

keluarga berada pada kategori sedang (50,9%). Hal seperti ini diduga terjadi

karena keluarga mulai dapat memperbaiki kondisi atau membeli aset rumah.

Meskipun dengan cara berhutang dan tidak semua kondisi fisik rumah dapat

diperbaiki, namun kesadaran untuk memperbaiki rumah sudah mulai ada. Selain

itu dengan adanya listrik maka mereka cenderung untuk membeli alat elektronik

baru meskipun dengan berhutang, sehingga aset yang mereka miliki mulai

bertambah. Adanya jaminan kesehatan juga membuat keluarga mampu berobat ke

puskesmas.

Kesejahteraan keluarga subjektif responden dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiga responden (64,2%) memiliki

kesejahteraan subjektif pada kategori sedang. Hal ini berarti responden sudah

merasa cukup puas terhadap kesejahteraan subjektif. Menurut Lever (2004)

kepuasan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu hubungan

dengan pasangan, perkembangan diri individu, kegiatan sosial, dan kegiatan

rekreasi. Sementara itu menurut Turner dan Kaye (2006) kesejahteraan subjektif

juga dapat berdampak pada interaksi dengan tetangga atau keluarga lain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan per kapita berpengaruh

positif signifikan terhadap kesejahteraan objektif. Artinya, semakin meningkatnya

pendapatan per kapita maka kesejahteraan objektif semakin meningkat. Hal ini

sesuai dengan penelitian Muflikhati et al. (2010) yang menyebutkan bahwa faktor

yang dapat memengaruhi kesejahteraan salah satunya adalah pendapatan.

Kesejahteraan keluarga akan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan.

Semakin meningkatnya pendapatan per kapita diduga daya beli keluarga semakin

meningkat sehingga kesejahteraan objektif juga meningkat.

Hasil uji pengaruh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hanya

manajemen keuangan keluarga tahap pelaksanaan saja yang berpengaruh terhadap

kesejahteraan subjektif. Hasil tersebut tidak sesuai dengan penelitian Iskandar

(2007) yang menyebutkan bahwa faktor yang dapat memengaruhi kesejahteraan

Page 29: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

19

salah satunya adalah perencanaan sumberdaya. Sementara itu menurut Fajrin

(2011) perencanaan keuangan yang baik dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Hal

ini diduga karena responden rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang rendah,

sehingga merasa cukup puas telah melaksanakan pengelolaan keuangan dan

mereka juga merasa telah melakukan pelaksanaan pengelolaan keuangan dengan

baik tanpa harus melakukan perencanaan sebelumnya.

Menurut Syarief dan Hartoyo (1993) perasaan cepat puas ini diduga bahwa

suatu keluarga meskipun berada dalam kondisi di bawah kemiskinan mungkin

merasa lebih sejahtera, karena merasa lebih bersyukur atas karunia-Nya, merasa

semua keinginannya sudah cukup terpenuhi, dan merasa telah hidup selaras

dengan alam. Namun sebaliknya suatu keluarga mungkin merasa kurang sejahtera

walau sudah berada di atas garis kemiskinan, karena masih ada saja keinginan

yang belum terpenuhi serta alasan lainnya. Menurut Deacon dan Firebough (1988)

pelaksanaan merupakan tindakan nyata yang dilakukan berdasarkan rencana yang

telah dibuat sebelumnya. Mereka (keluarga nelayan) melakukan perencanaan

sebelumnya, namun hanya dalam beberapa hal tertentu untuk jangka pendek,

bukan jangka panjang, seperti dalam hal berbelanja atau untuk pendidikan anak.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Suami dan istri memiliki rata-rata usia yang berada pada kelompok usia

produktif menurut BPS. Suami dan istri rata-rata memiliki tingkat pendidikan

yang rendah (tidak tamat SD dan SD). Besar keluarga rata-rata termasuk dalam

kategori keluarga sedang (5-7 orang). Pendapatan keluarga rata-rata berada diatas

garis kemiskinan Kabupaten Bekasi. Hampir sebagian suami berstatus sebagai

nelayan pemilik. Manajemen keuangan keluarga nelayan penerima BLSM berada

pada kategori sedang. Tingkat kesejahteraan objektif keluarga berada pada

kategori sedang. Kesejahteraan subjektif responden rata-rata berada pada kategori

sedang. Faktor yang mempengruhi kesejahteraan objektif secara nyata adalah

pendapatan per kapita dan faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif

secara nyata adalah manajemen keuangan tahap pelaksanaan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen keuangan

keluarga masih dalam kategori rendah. Hal ini seharusnya dapat ditingkatkan

melalui penyuluhan tentang cara pengelolaan sumberdaya keuangan keluarga

yang baik meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring dan evaluasi.

Berdasarkan hasil penelitian menabung untuk masa depan adalah hal yang tidak

pernah dilakukan oleh hampir seluruh contoh. Oleh karenanya, perlu diadakan

program koperasi. Program koperasi dapat dibentuk untuk membantu keluarga

meningkatkan kesejahteraan, untuk melatih keluarga dalam mengelola keuangan

dan memudahkan akses simpan pinjam. Penelitian ini pun tidak luput dari adanya

batasan karena hanya melihat dari sisi manajemen keuangan dan kesejahteraan

keluarga. Disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan melihat

sumberdaya keluarga secara keseluruhan (manajemen sumberdaya manusia,

manajemen waktu, dan manajemen keuangan) dan kesejahteraan subjektif dari sisi

suami.

Page 30: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

20

DAFTAR PUSTAKA

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2005. Opini

Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta (ID) : BKKBN.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Berita Resmi Statistik. Jakarta (ID) : BPS.

________. 2010. Berita Resmi Statistik. Jakarta (ID) : BPS.

________. 2012. Booklet : perkembangan beberapa indikator utama sosial-

ekonomi indonesia. Jakarta (ID) : BPS.

________. 2013. Berita Resmi Statistik. Jakarta (ID) : BPS.

Chaudhry IS, Malik S, dan Hassan AU. 2009. The impact of socioeconomic and

demographic variables on poverty: a village study. The Lahore Journal of

Economics 14(1) : 39-68.

de Janvry A dan Sadoulet E. 2004. Conditional cash transfer programs: are they

really magic bullets?. Department of Agricultural and Resource Economics

University of California at Berkeley.

Deacon RE, Firebaugh FM. 1988. Family Resource Management : Principle and

Aplication (2nd ed.). United State of America (US): Allyn and Bacon Inc.

Dharmawan L. 2008. Analisis pengaruh program pemerintah terhadap tingkat

kemiskinan rumah tangga di pedesaan melalui program Bantuan Langsung

Tunai (BLT) dan Raksa Desa (kasus Desa Cibatok Satu, Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Fajrin F. 2011. Manajemen keuangan dan kesejahteraan keluarga perempuan

buruh pabrik di Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian

Bogor.

Firdaus. 2008. Hubungan antara tekanan ekonomi, manajemen keuangan, dan

mekanisme koping dengan kesejahteraan keluarga wanita pemetik teh

[skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Gertler JP, Martinez SW, dan Codina MR. 2012. Investing cash transfers to raise

long-term living standards. American Economic Journal: Applied

Economics 4(1) : 164–192.

Hanafri MI. 2009. Hubungan modal sosial dengan kemiskinan masyarakat

nelayan di Desa Panimbang Jaya, Pandeglang [skripsi]. Bogor (ID) : Institut

Pertanian Bogor.

Herawati T. 2012. Manajemen sumberdaya keluarga dan ketahanan keluarga

peserta program pemberdayaan masyarakat di pedesaan (kasus di

Kabupaten Bogor) [disertasi]. Bogor (ID) : Program Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor.

________, Puspitawati H, Sarma M. 2006. Laporan Penelitian : Dampak Subsidi

Langsung Tunai (SLT) - BBM Pada Kesejahteraan Keluarga Miskin di Kota

dan Kabupaten Bogor - Jawa Barat. Bogor (ID) : IPB Press.

Hermawan I. 2013. Bantuan langsung sementara masyarakat. Info Singkat

Ekonomi dan Kebijakan Publik 5 : 13-16.

Hooghe M dan Vanhoutte B. 2011. Subjective well-being and social capital in

Belgian communities : the impact of community characteristics on

Page 31: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

21

subjective well-being indicators in Belgium. Journal of Social Indicator

Research 100 : 17-36

Iskandar A. 2007. Analisis praktek manajemen sumberdaya keluarga dan

dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga di Kabupaten dan Kota Bogor

[disertasi]. Bogor (ID) : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Lever JA. 2004. Poverty and subjective well-being in Mexico. Journal of Social

Indicators Research 68 : 1-34.

Muflikhati I, Hartoyo, Sumarwan U, Fahrudin A, dan Puspitawati H. 2010.

Kondisi sosial ekonomi dan tingkat kesejahteraan keluarga: kasus di

wilayah pesisir Jawa Barat. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen 3(1) : 1-

10.

Puspitawati H. 2012. Gender dan Keluarga : konsep dan realita di Indonesia.

Bogor (ID) : IPB press.

Rambe A, Hartoyo, Karsin ES. 2008. Analisis aloksi pengeluaran rumah tangga

dan tingkat kesejahteraan (kasus di Kecamatan Medan Kota, Sumatera

Utara). Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen 1(1) : 1-12.

Rusydi LN. 2011. Analisis Perbandingan Manajemen Sumberdaya dan

Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin [skripsi].

Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Saleha Q, Hartoyo, dan Hastuti D. 2008. Manajemen Sumberdaya Keluarga :

Suatu Analisis Gender dalam Kehidupan Keluarga Nelayan di Pesisir

Bontang Kuala, Kalimantan Timur. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen

1(1) : 1-13.

Simanjuntak M. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga

dan prestasi belajar anak pada keluarga penerima Program Keluarga

Harapan (PKH) [tesis]. Bogor (ID) : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor.

Skogrand L, Johnson AC, Horrocks AM, dan DeFrain J. 2011. Financial

management practices of couples with great marriages. Journal Fam Econ

Iss 32 : 27–35.

SMERU. 2013. Pemantauan cepat pelaksanaan bantuan langsung sementara

mayarakat (BLSM) 2013 [terhubung berkala]. http://www.smeru.or.id. [12

Februari 2014].

Sunarti E. 2009. Indikator keluarga sejahtera : sejarah pengembangan, evaluasi

dan keberlanjutannya. Bogor (ID) : IPB Press.

________. 2013. Ketahanan Keluarga (Penjelasan Materi Family Kit). Bogor

(ID) : IPB Press.

Syarief H dan Hartoyo. 1993. Beberapa aspek dalam kesejahteraan keluarga.

Seminar Keluarga Menyongsong Abad 21 dan Peranannya dalam

Pengembangan Sumberdaya Manusia Indonesia. Bogor (ID) : GMSK,

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian dan BKKBN.

Townsend P. 1962. The meaning of poverty. The British Journal of Sociology

13(3) : 210-227.

Turner MA dan Kaye DR. 2006. How does family well-being vary across

different types of neighborhoods?. Paper The Urban Institute 6 : 1-44.

Page 32: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

22

LAMPIRAN

Page 33: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

23

Lampiran 1 Penelitian terdahulu terkait topik penelitian

No. Tahun Penulis Judul Hasil

1. 2006 Herawati et

al.

Dampak Subsidi

Langsung Tunai (SLT)

- BBM Pada

Kesejahteraan Keluarga

Miskin Di Kota dan

Kabupaten Bogor -

Jawa Barat

Dampak atau manfaat

yang dirasakan oleh

keluarga miskin

adalah bahwa

keluarga merasakan

manfaat dana segar

SLT, secara mental,

stres keluarga terkurangi, dana

dapat digunakan

untuk keperluan

pangan, perumahan,

pendidikan,

kesehatan, membayar

hutang, modal,dll.

Namun dampak atau

manfaat yang

dirasakan oleh

keluarga hanya sesaat

saja, yaitu kurang

dari waktu seminggu

dana SLT sudah

habis, sedangkan

setelah seminggu

keluarga penerima

SLT kembali miskin.

2. 2007 Iskandar A. Analisis praktek

manajemen

sumberdaya keluarga

dan dampaknya

terhadap kesejahteraan

keluarga di Kabupaten

dan Kota Bogor

Faktor yang

berpengaruh terhadap

kesejahteraan adalah

pendidikan istri,

pendapatan, pekerjaan

suami bukan buruh,

kepemilikan aset, dan

perencanaan

Faktor yang mempengaruhi

praktek manajemen

sumberdaya keluarga

adalah pendidikan

kepala keluarga dan

pendapatan

3. 2008 Rambe A Alokasi Pengeluaran

Rumah Tangga dan

Tingkat

Kesejahteraan

Faktor yang mempengaruhi

kesejahteraan

subyektif adalah

Page 34: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

24

pendidikan kepala

rumah tangga, umur

kepala rumah tangga

dan pendapatan

4. 2008 Firdaus Hubungan antara

tekanan ekonomi,

manajemen keuangan,

dan mekanisme koping

dengan kesejahteraan

keluarga wanita

pemetik teh

Terdapat hubungan yang nyata dan positif

antara pendidikan

suami dengan

manajemen keuangan

keluarga.

Terdapat hubungan negatif antara

kesejahteraan

keluarga dan besar

keluarga.

Terdapat hubungan

nyata dan positif

antara manajemen

keuangan keluarga

dengan kesejahteraan

keluarga.

5. 2010 Muflikhati I Kondisi Sosial

Ekonomi dan Tingkat

Kesejahteraan

Keluarga: Kasus Di

Wilayah Pesisir Jawa

Barat

Faktor-faktor yang berpengaruh secara

positif dan signifikan

terhadap

kesejahteraan

keluarga adalah mata

pencaharian utama

keluarga (nelayan dan

bukan nelayan),

tingkat pendidikan

kepala keluarga, nilai

aset, pengeluaran

keluarga, relasi

gender, dan kualitas

sumberdaya manusia

dalam keluarga.

Kesejahteraan keluarga akan

meningkat seiring

dengan meningkatnya

pendapatan/pengeluar

an keluarga, aset

keluarga, pendidikan

kepala rumah tangga,

dan kualitas

sumberdaya manusia

yang dimiliki oleh

Page 35: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

25

keluarga.

6. 2011 Fajrin F Manajemen Keuangan

dan Kesejahteraan

Keluarga Perempuan

Buruh Pabrik di

Kabupaten Bogor

Manajemen keuangan keluarga yang baik

dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan,

sehingga semakin

baik manajemen

keuangan yang

dilakukan cenderung

meningkatkan

kesejahteraan

keluarga subjektif.

7. 2011 Rusydi LN Analisis Perbandingan

Manajemen

Sumberdaya dan

Kesejahteraan Keluarga

pada Keluarga Miskin

dan Tidak Miskin

Manajemen waktu dan keuangan pada

keluarga miskin dan

tidak miskin

tergolong rendah.

Pada keluarga

miskin, usia

berhubungan negatif

terhadap manajemen

waktu dan keuangan.

Pendidikan, MSDK, dan kesejahteraan

fisik memiliki

hubungan nyata dan

positif.

Page 36: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

26

Lampiran 2 Sebaran kesejahteraan objektif keluarga berdasarkan 14 kriteria

kemiskinan menurut BPS

No. Kriteria Ya

(%)

Tidak

(%)

1. Luas lantai per anggota rumah tangga/keluarga adalah

kurang dari 8m2

47,2 52,8

2. Jenis lantai rumah terdiri dari tanah/ papan/ kualitas

rendah

62,3 37,7

3. Jenis dinding rumah terbuat dari bambu, papan kualitas

rendah

67,9 32,1

4. Tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar

(jamban)

83,0 17,0

5. Sumber air minum bukan dari air yang bersih 3,8 96,2

6. Penerangan yang digunakan bukan listrik 0 100

7. Bahan bakar yang digunakan seperti kayu/arang 5,7 94,3

8. Frekuensi makan dalam sehari adalah kurang dari dua

kali dalam sehari

73,6 26,4

9. Tidak memiliki kemampuan untuk membeli

daging/ayam/susu dalam seminggu

54,7 45,3

10. Tidak memiliki kemampuan untuk membeli pakaian

baru bagi setiap Anggota Rumah Tangga (ART)

3,8 96,2

11. Tidak memiliki kemampuan untuk berobat ke

puskesmas/poliklinik

1,9 98,1

12. Lapangan pekerjaan kepala rumah tangga seperti

petani gurem, nelayan, pekebun

73,6 26,4

13. Pendidikan kepala rumah tangga yaitu belum pernah

sekolah atau tidak tamat SD

62,3 37,7

14. Tidak memiliki aset/barang berharga minimal senilai

Rp500.000

3,8 96,2

Page 37: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

27

Lampiran 3 Sebaran contoh berdasarkan jawaban kesejahteraan subjektif

No. Perasaan terhadap Pernyataan STP

(%)

TP

(%)

CP

(%)

P

(%)

SP

(%)

1. Keadaan keuangan keluarga 3,8 39,6 32,1 22,6 1,9

2. Keadaan makanan keluarga 0 13,2 35,8 43,4 7,5

3. Keadaan tempat tinggal keluarga 3,8 32,1 18,9 35,8 9,4

4. Kebersihan rumah 1,9 41,5 28,3 24,5 3,8

5. Kondisi materi/aset keluarga 0 49,1 22,6 24,5 3,8

6. Kondisi ketentraman keluarga 0 5,7 20,8 69,8 3,8

7. Keadaan kesehatan fisik keluarga 0 5,7 18,9 75,5 0

8. Pendidikan anggota keluarga 1,9 45,3 13,2 32,1 7,5

9. Perilaku anggota keluarga 0 5,7 24,5 66,0 3,8

10. Pekerjaan suami 1,9 11,3 22,6 60,4 3,8

11. Penghasilan suami 1,9 15,1 32,1 49,1 1,9

12. Hubungan/komunikasi dengan suami 0 3,8 9,4 79,2 7,5

13. Perilaku suami dalam membantu

pekerjaan rumah tangga

1,9 15,1 22,6 50,9 9,4

14. Kebahagiaan dalam perkawinan 0 0 17,0 77,4 5,7

15. Dukungan, dorongan, dan motivasi

yang diberikan oleh suami

0 7,5 15,1 73,6 3,8

16. Hubungan/komunikasi dengan

orangtua/mertua

1,9 11,3 9,4 64,2 13,2

17. Hubungan/komunikasi dengan

saudara/kerabat

0 5,7 9,4 66,0 18,9

18. Hubungan/komunikasi dengan

tetangga

0 3,8 15,1 73,6 7,5

19. Keterlibatan keluarga dengan kegiatan

sosial

0 0 24,5 67,9 7,5

20. Pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki oleh setiap anggota keluarga

0 9,4 7,5 79,2 3,8

Keterangan : STP = Sangat Tidak Puas; TP = Tidak Puas; CP = Cukup Puas; P = Puas; SP = Sangat Puas

Page 38: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

28

Lampiran 4 Uji korelasi seluruh variabel

*signifikan pada p<0,05; **signifikan pada p<0,01

Keterangan : 1=usia istri; 2=usia suami; 3=lama pendidikan istri; 4=lama pendidikan suami; 5=besar keluarga; 6=status istri bekerja;

7=status pekerjaan suami; 8=pendapatan suami; 9=pendapatan istri; 10=pendapatan anak; 11=pendapatan keluarga; 12=pendapatan per

kapita; 13=manajemen keuangan tahap perencanaan; 14=manajemen keuangan tahap pelaksanaan; 15=manajemen keuangan tahap

monitoring dan evaluasi; 16=manajemen keuangan keluarga; 17=kesejahteraan objektif; 18=kesejahteraan subjektif; 19=jenis perahu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 1

2 .922** 1

3 -.544** -.563** 1

4 -.411** -.422** .623** 1

5 .112 .164 -.148 -.121 1

6 -.082 .036 .093 .005 -.181 1

7 .039 -.026 .037 .080 -.271* .107 1

8 -.207 -.268 .134 .072 .039 .119 .149 1

9 -.071 .085 .066 .064 -.029 .830** .039 .107 1

10 .245 .254 -.227 -.325* .573** -.202 -.225 -.040 -.239 1

11 -.110 -.113 .051 -.043 .248 .277* .057 .903** .304* .280* 1

12 -.203 -.219 .119 .023 -.250 .412** .172 .834** .382** -.021 .846** 1

13 -.346* -.356** .258 .261 .051 .103 -.082 .190 -.036 -.019 .150 .099 1

14 -.087 -.149 .357** .194 -.101 .093 .147 .166 -.089 -.234 .029 .035 .533** 1

15 -.056 -.205 .105 .259 .043 -.121 -.140 .194 -.092 -.122 .097 .102 .307* .311* 1

/16 -.222 -.310* .319* .305* -.005 .045 -.027 .240 -.088 -.158 .125 .105 .819** .814** .667** 1

17 -.380** -.357** .310* .300* -.246 .376** .090 .496** .329* -.204 .460** .598** .151 .071 .198 .181 1

18 .086 .085 -.064 -.074 -.018 .283* .159 .120 .111 .037 .154 .217 .048 .297* -.032 .142 .052 1

19 -.151 -.193 .092 .122 .106 -.068 -.426** .467** .030 .054 .444** .406** .132 .084 .272* .209 .278* -.149 1

Page 39: MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN … · MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ... MFSA., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil, ... Tujuan 4 Manfaat Penelitian ...

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bojonegoro pada tanggal 24 Maret 1992 dari

ayah Ali Mahmudi dan ibu Sri Santoso. Penulis adalah putri pertama dari 2

bersaudara. Pada tahun 2010 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Cilegon. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk

Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD)

pada program Mayor Ilmu Keluarga dan Konsumen di Departemen Ilmu

Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian

Bogor. Selain itu, penulis mengambil program Minor Manajemen

Fungsional di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai macam

kegiatan di kampus baik organisasi maupun kegiatan kepanitiaan, seperti

menjadi anggota Klub Bahasa Asrama TPB (2010-2011) dan sekretaris

Divisi Family Club Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen

(HIMAIKO) (2012-2013). Adapun kepanitiaan yang diikuti penulis antara

lain sekretaris Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) 2012, anggota Divisi Konsumsi Family and Consumer Day (2012 dan 2013), anggota Divisi

Konsumsi Masa Perkenalan Fakultas (MPF FEMA 2012), dan anggota

Divisi Penanggung Jawab Kelompok Masa Perkenalan Departemen IKK

(MPD FAMOUS 2012). Prestasi yang pernah ditorehkan penulis yaitu juara

1 Lomba Senam Aerobik tim antar kelas pada Ujian Akhir Mata Kuliah

Olahraga TPB (2010).