Makalah y prian budi purwanto

26
TUGAS MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN SAINS JUDUL MAKALAH POTENSI MODUL IPA TERPADU DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Oleh : Y. Prian Budi Purwanto NIM : S 831502058 Pendidikan Sains ( Minat IPA ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS P R O G R A M P A S C A S A R J A N A UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Transcript of Makalah y prian budi purwanto

Page 1: Makalah y prian budi purwanto

TUGAS MAKALAH

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN SAINS

JUDUL MAKALAH

POTENSI MODUL IPA TERPADU

DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Oleh :

Y. Prian Budi Purwanto

NIM : S 831502058

Pendidikan Sains ( Minat IPA )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS

P R O G R A M P A S C A S A R J A N A

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

A. Judul Makalah

Page 2: Makalah y prian budi purwanto

“Potensi Modul IPA Terpadu dengan Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa ”.B. Pendahuluan

Belajar adalah sebuah proses. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu

saja dari guru ke peserta didik.Peserta didik adalah subjek yang memilki

kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi,

menggunakan pengetahuan. Menurut Burton dalam Hosnan(2014:3) Belajar

adalah suatu perubahan tingkah laku pada diri individu berkat ada interaksi antara

individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka

dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Kata kunci pendapat Burton adalah

“interaksi”. Interaksi ini memiliki makna sebagai sebuah proses.

Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 dalam Hosnan (2014:282) pada

lampiran menyatakan bahwa:

Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

Ilmu Pengetahuan alam (IPA) sering disebut dengan singkat sebagai sains berasal

dari bahasa latin “scientia” yang berarti (1) pengetahuan tentang, atau tahu

tentang; (2) pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan mendalam. Dalam

perkembangannya sains digunakan merujuk ke pengetahuan mengenai alam dan

mempunyai objek alam dan gejala-gejala alam yang sering digolongkan sebagai

ilmu alam. Sains berkaitan erat dengan metode ilmiah (perumusan masalah,

penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan) Surjani

(2010:11-12)

Kondisi yang terjadi saat ini pada pembelajaran yang dilaksanakan guru

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara umum masih bersifat ceramah aktif

mengakibatkan dalam pembelajaran tidak terjadi interaksi komunikasi antara

sumber belajar, guru dan siswa. Hal ini karena selama ini orientasi pembelajaran

IPA hanya terpaku pada tes/ujian yang ditinjau dari aspek produk saja, tetapi dari

Page 3: Makalah y prian budi purwanto

segi sikap, proses, dan aplikasi kurang diperhatikan. Kenyataannya, secara

keseluruhan pada saat ini pembelajaran IPA masih jauh dari harapan. Rendahnya

prestasi IPA ini ditunjukkan dari analisis hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011 di

bidang IPA untuk peserta didik kelas 2 SMP, hasil studi pada tahun 2007 dan

2011 menunjukkan bahwa lebih dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu

mencapai level menengah, sementara hampir 40% peserta didik Taiwan mampu

mencapai level tinggi dan lanjut (Paparan Mendikbud, 2013: 54). Peramasalahan

pembelajaran harus segera diatasi. Salah satu upaya untuk mengatasi adalah

dengan menerapkan pembelajaran yang berorentasi student centered. Menurut

Afiatin (2011) dalam Chrisnia (2015: 3) pembelajaran yang berorientasi pada

siswa (studendt centered) dapat mendorong siswa terlibat aktif dalam membangun

pengetahuan, sikap dan perilaku.

Menurut Hosnan (2014:34) implementasi kurikulum 2013 dalam

pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang

dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep,

hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi

atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan

hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,

menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang

“ditemukan”. Sehingga pembelajaran IPA dengan pendekatan saintifik sesuai

dengan karakteristik pelajaran IPA.

Masalah yang terjadi pada proses pembelajaran IPA yang belum

menerapkan pendekatan saintifik dapat diatasi dengan menggunakan bahan ajar.

Bahan ajar berupa modul IPA terpadu merupakan salah satu sarana pendukung

keberhasilan proses pembelajaran IPA. Modul IPA terpadu dengan pendekatan

saintifik dapat mengatasi masalah pembelajaran IPA. Jika proses pembelajaran

IPA yang dilakukan oleh guru telah sesuai dengan prinsip saintifik, maka bukan

tidak mungkin hasil belajar siswa akan lebih optimal. Pada penelitian yang

dilakukan Chrisnia (2015) di SMA Negeri Karang Pandan terjadi permasalahan

antara lain : (1). pada saat proses pembelajaran hanya menggunakan LKS sebagai

sumber belajar. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif mengembangkan

Page 4: Makalah y prian budi purwanto

pengetahuannya, sehingga siswa sering lupa mengenai prinsip dan konsep pada

materi yang dipeajari, (2) 70% tidak aktif dalam mengikuti proses pembelajaran,

meskipun guru telah menerapkan berbagai model untuk mengaktifkan siswa, (3)

Hasil UN SMA Negeri Karang Pandan mengalami penurunan pada tahun

2011/2012 dan 2012/2013. Dari permasalahan–permasalahan tersebut Chrisnia

mengembangkan modul pembelajaran berbasis Group Discovery Learning

(GDL) . Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa modul berbasis GDL dapat

meningkatkan keefektifan hasil belajar yang ditandai dengan peningkatan hasil

belajar pengetahuan; terdapat perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah

pembelajaran dengan modul GDL. Hasil belajar pengetahuan dengan rata-rata

kelas modul (75,69) lebih baik daripada kelas exiting learning (69,12).

Penelitian yang dilakukan oleh Wiji Hastuti (2015) di SMP Negeri 2 Karang

Anyar terjadi permasalahan antara lain: (1) Pembelajaran masih bersifat teacher

centered siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan

berpikirnya, (2) siswa mengandalkan buku yang diterbitkan dari Kementrian

Pendidikan Republik Indonesia dan belum tersedia modul pendukung di sekolah,

(3) latar belakang pendidikan guru bukan dari Pendidikan IPA. Dari

permasalahan–permasalahan tersebut Wiji Hastuti mengembangkan modul IPA

terpadu berbasis masalah. Dari hasil penelitian sebelum menggunakan modul IPA

terpadu berbasis masalah skor kemampuan kognitif minimum yang dicapai 17,

skor maksimum 25, dan skor rata-rata yang dicapai siswa 21,25. Setelah

dilakukan implementasi modul berbasis masalah skor kemampuan kognitif

minimum yang dicapai 22, skor maksimum 28, dan skor rata-rata yang dicapai

siswa 24,97.

. Modul sebagai bahan ajar yang disusun dengan acuan tertentu dengan

pendekatan prinsip saintifik dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan siswa

dalam memahami IPA terpadu. Model pembelajaran yang dapat mengaktifkan

siswa, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan memecahkan

masalah dapat dituangkan dalam bentuk modul yang disajikan dengan bahasa

yang baik, menarik, dan dilengkapi dengan ilustrasi dapat memotivasi siswa untuk

memahami pelajaran IPA. Pembelajaran dengan modul menjadikan siswa mampu

Page 5: Makalah y prian budi purwanto

belajar lebih mandiri. Modul IPA terpadu dengan pendekatan saintifik

diharapakan dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan berpikir kritis siswa.

Salah satu pembelajaran yang baik sesuai dengan kurikulum 2013 adalah

pembelajaran yang terpusat pada siswa, sehingga diharapakan dapat

meningkatkan hasil belajara siswa.

C. Observasi MasalahBerdasarkan observasi pembelajaran IPA pada SMPN 1 Weru

ditemukan permasalahan sebagai berikut:

No. Masalah Kelompok

Standar Sarana Prasarana1. Sumber belajar hanya pada buku dan LKS.

Informasi hanya sebatas apa yang disampaikan oleh guru.

Sekolah

2. Buku IPA terpadu yang tersedia terbatas dan belum spesifik membahas hubungan antar KD

Standar Proses3. Sebagian besar siswa tidak memperhatikan

pelajaran dan sering mengganggu siswa lain ketika pembelajaran sedang berlangsung sehingga mengganggu konsentrasi siswa lain dalam mengikuti pembelajaran.

Siswa

4. Siswa kurang merespon pertanyaan guru 5. Beberapa siswa yang tidak bisa mengerjakan

latihan soal yang diberikan oleh guru.6. Siswa kurang bertanya.7. Kemampuan siswa rendah dalam

mengkaitkan antara materi yang telah dipelajari pada minggu sebelumnya dengan materi lanjutan yang sedang dipelajari.

8. Beberapa siswa ada yang tidur sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung

9. Model pembelajaran adalah metode ceramah dan tanya jawab sehingga belum dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Guru

10 Aktivitas pembelajaran belum maksimal, siswa lebih banyak mendengarkan, membaca materi pelajaran, mencatat, dan mengerjakan soal karena pembelajaran hanya satu arah berpusat dari guru.

Page 6: Makalah y prian budi purwanto

Standar Isi11 Materi yang disampaikan belum IPA terpadu Guru

Standar Penilaian dan Evaluasi12. Belum terlihat penilaian proses (authentic

assessment) saat pembelajaran sedang berlangsung.

Guru

13. Hasil belajar siswa kurang memenuhi KKM. Siswa

D. Pengelompokan MasalahMasalah yang telah ditemukan di dalam kelas dikelompokan berdasarkan potensi penyakit disajikan dalam tabel sebagai berikut:

No.

Masalah yang ditemui didalam

kelas

Potensi penyakit

Argumen

1. Model pembelajaran adalah metode ceramah dan tanya jawab sehingga belum dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Proses Pembelaja

ran

Proses pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi, unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Hamalik, 2003:30 dalam Hosnan,2014: 3). Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik adalah sebagai berikut: (1) berpusat pada siswa, (2) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hokum atau prinsip, (3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, (4) dapat mengembangkan karakter siswa.(Hosnan, 2014:36).

2. Aktivitas pembelajaran belum maksimal, siswa lebih banyak mendengarkan, membaca materi pelajaran, mencatat, dan mengerjakan soal karena pembelajaran hanya satu arah berpusat dari guru (teacher centered).

Page 7: Makalah y prian budi purwanto

Dalam proses pembelajaran IPA lebih baik jika mengembangkan keaktifan dan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini senada dengan Paparan PerMenDikBud, (2013 : 71) bahwa materi pada pelajaran IPA diperkaya dengan kebutuhan siswa untuk berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional.

3.

4.

Kemampuan siswa rendah dalam mengkaitkan antara materi yang telah dipelajari pada minggu sebelumnya dengan materi lanjutan yang sedang dipelajari.

Kemampuan berpikir

kritis

Berpikir kritis adalah menguji, menghubungkan dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada masalah mengumpulkan dan mengorganisasi informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingat dan mengasosiasikan informasi yang dipelajari sebelumnya, menetukan jawaban yang rasional, melukiskan kesimpulan yang valid, dan melakukan analisis dan refleksi Santyasa dalam Yusianti Silviani (2013:30). Berpikir kritis dimaksudkan sebagai berpikir yang benar dalam pencarian pengetahuan yang relevan dan reliabel tentang dunia realita. Seseorang yang berpikir secara kritis mampu mengajukan pertanyaan yang cocok, mengumpulkan informasi yang relevan, bertindak secara efisien dan kreatif berdasarkan informasi, dapat mengemukakan argumen yang logis berdasarkan informasi, dan dapat mengambil simpulan yang dapat dipercaya (Schafersman, 2006) dalam

Beberapa siswa yang tidak bisa mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.

5. Siswa kurang merespon pertanyaan guru.

6. Siswa kurang bertanya.

Page 8: Makalah y prian budi purwanto

(Sadia, 2008 : 223 ). 7. Sumber belajar

hanya pada buku dan LKS. Informasi hanya sebatas apa yang disampaikan oleh guru.

Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memungkinkan siswa untuk belajar (Depdiknas, 2008). Salah satu bentuk bahan ajar adalah modul. Modul merupakan perangkat bahan ajar yang disajikan sistematis sehingga penggunaannya dapat belajar dengan atau tanpa seseorang fasilitator atau guru (Prastowo, 2012). Tujuan utama system modul adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas maupun tenaga untuk mencapai tujuan secara optimal (Mahmud, 2012 dalam Lestari 2015)

8. Buku IPA terpadu yang tersedia terbatas dan belum spesifik membahas hubungan antar KD

9. Materi yang disampaikan belum IPA terpadu

Materi IPA Terpadu

Dalam pelajaran IPA materi disajikan terpadu tidak dipisah dalam kelompok, fisika, kimi, dan biologi. Disajikan oleh seorang guru yang memberikan wawasan terpadu antar mata kajian tersebut sehingga siswa dapat memahami pentingnya keterpaduan antar mata kajian tersebut sebelum mendalaminya secara terpisah dan lebih mendalam pada jenjang berikutnya. (Permendiknas, Tahun 2013 : 71)

10.

Sebagian besar siswa tidak memperhatikan pelajaran dan sering mengganggu siswa lain ketika

Motivasi belajar

Motivasi belajar akan memperngaruhi proses belajar. Seorang siswa menjadi fokus dan serius dalam belajar karena memiliki motivasi untuk berprestasi yang tinggi.

Page 9: Makalah y prian budi purwanto

pembelajaran sedang berlangsung sehingga mengganggu konsentrasi siswa lain dalam mengikuti pembelajaran.

Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi rendah akan cenderung kurang fokus dan kurang serius dalam pembelajaran.Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.Clayton Alderfer (dalam Nashar, 2004:42)

11.

Beberapa siswa ada yang tidur sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung

12.

Belum terlihat penilaian proses (authentic assessment) saat pembelajaran sedang berlangsung.

Penilaian Penilaian autentik harus menyeimbangkan tiga ranah. Penilaian yang dilakukan cukup member cakupan terhadap aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) secara seimbang. Penilaian aspek kognitif dapat diukur dengan menggunakan tes esai dan objektif. Penilaian terhadap aspek afektif yang dilakukan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Cara penilaian terbaik aspek afektif , yaitu dengan cara : (1) observasi, (2) Wawancara, (3) Esai, (4) pernyataan pendapat (skala sikap), (5) Inventori, (6) Sosiometri. Penilaian terhadap aspek psikomotorik dilakukan selama berlangsungnya proses belajar mengajar. Dilakukan terhadap hasil belajar berupa

13.

Hasil belajar siswa kurang memenuhi KKM. hasil belajar IPA siswa SMP Negeri 1 Weru masih kurang maksimal yang ditunjukan dengan data: (1).Nilai rata-rata kelas 7A, 7C, 7D, 7E ulangan harian ke-1 sampai ke-5 masing – masing hanya mencapai 60,14, 62,09, 62,91, 56,70. (2). Nilai rata-rata kelas 8 ulangan harian ke-1 sampai ke-5 hanya mencapai 52,88. Dari kenyatan yang didapat bahwa hasil belajar siswa masih kurang untuk mencapai Kreteria Ketuntasan Minimum (KKM)

Page 10: Makalah y prian budi purwanto

sebesar 67. penampilan, biasanya sekaligus mengukur aspek kognitif. Hosnan, 2014 : 389-390).

E. Penetapan MasalahBerdasarkan uraian analisis masalah yang telah dikelompokkan maka ditetapkan

masalah – masalah yang akan segera diselesaikan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran

Proses pembelajaran menjadi masalah yang ditetapkan karena proses pembelajaran tidak hanya semata melakukan transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik tetapi perlu memperhatikan prinsip – prinsip sebagai berikut berpusat pada

peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan

kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika,

logika, dan kinestetika, (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam

melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang

menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna

2. Kemampuan berpikir kritis

Kemampuan berfikir kritis menjadi masalah yang ditetapkan karena,

dalam proses pembelajaran IPA lebih baik jika mengembangkan keaktifan dan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini senada dengan Paparan PerMenDikBud( 2013 : 71) bahwa materi pada pelajaran IPA diperkaya dengan kebutuhan siswa untuk berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional.

3. Bahan ajar

Bahan ajar menjadi masalah yang ditetapkan karena, salah satu faktor

pendukung tercapainya tujuan pembelajaran IPA adalah dengan menggunakan

bahan ajar. Bahan ajar berupa modul ipa terpadu yangdisusun secara sistematis

dengan pendekatan saintifik yang dapat melatihkan siswa memecahkan

Page 11: Makalah y prian budi purwanto

masalah dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis diharapkan dapat

mengatasi hasil belajar siswa yang belum optimal.

4. Materi IPA terpadu

Materi IPA terpadu menjadi masalah yang ditetapkan karena dalam

kurikulum 2013 pentingnya pembelajaran tematik IPA terpadu adalah anak

melihat keutuhan dunia sebagai sesuatu keutuhan yang terhubung, bukan

penggalan-penggalan yang terlepas. Selaras dengan cara anak berfikir, dimana

hasil penelitian otak mendukung teori pedagogi dan psikologi bahwa anak

menerima banyak hal dan mengolah dan merangkumnya menjadi satu.

Sehingga mengajarkan secara holistik terpadu adalah sejalan dengan

bagaimana otak anak mengolah informasi. (Paparan PerMenDikBud, 2013 : 66-67). Dengan pembelajaran IPA yang terpadu dan tematik diharapkan motivasi siswa untuk belajara IPA lebih serius dan sungguh-sungguh semakin maningkat.

5. Hasil belajar siswa

Hasil belajar menjadi masalah yang ditetapkan karena nilai beberapa kelas

VII SMP Negeri 1 Weru kurang memenuhi nilai KKM. Menurut Whitaker

(dalam Hosnan,2014:4) menyatakan belajar adalah proses dimana tingkah

laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan.

Demikian juga pendapat Kigskey (dalam Hosnan, 2014:4) bahwa hasil belajar

adalah perubahan yang timbul dilakukan secara sadar dan direncanakan.

Perubahan perilaku atau hasil belajar dalam pengertian ini termasuk

menemukan sesuatu yang baru yang sebelumnya belum ada. Hasil belajar

siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal

dari diri siswa itu sendiri. Dari pengelompokan masalah diatas faktor internal

yang harus segera di atasi adalah kemampuan berfikir kritis. Sedangkan

faktor eksternal berasal dari luar diri siswa. Dari pengelompokan masalah

diatas faktor ekternal yang dipilih yang harus segera diatasi adalah bahan ajar.

Page 12: Makalah y prian budi purwanto

F.Analisis Akar MasalahBerdasarkan masalah-masalah yang telah ditetapkan maka

dianalisis penyebab dari masalah tersebut adalah sebagai berikut:

No Masalah Akar masalah Mengakibatkan

1. Proses pembelajaran bersifat (teacher centered) sehingga siswa pasif dan tidak memiliki semangat belajar.

Strategi atau model pembelajaran belum menekankan pada prinsip saintifik.

Hasil belajar siswa belum optimal

2. Kemampuan berpikir kritis siswa rendah

3. Materi Pembelajaran belum IPA terpadu

Ketersediaan bahan ajar yang efektif dan efisien masih kurang.

4. Sumber bahan ajar siswa hanya LKS

G. Solusi Penyelesaian MasalahBerdasarkan masalah utama yang akan diteliti dapat diusulkan solusi berupa:

No Akar Masalah Solusi1 Strategi atau model

pembelajaran belum menekankan pada prinsip saintifik.

Salah satu cara dapat menggunakan strategi pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Penemuan secara berkelompok.

2 Ketersediaan bahan ajar yang efektif dan efisien masih kurang.

mengembangkan Modul IPA Terpadu Berbasis Group Discovery Learning (GDL) yang sekaligus dapat meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa

1. Strategi atau model pembelajaran belum menekankan prinsip saintifik Strategi

atau model pembelajaran ceramah kurang sesuai dalam meningkatkan

Page 13: Makalah y prian budi purwanto

kemampuan berpikir kritis siswa.. Salah satu cara dapat menggunakan strategi

pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Penemuan secara

berkelompok atau Group Discovery Learning (GDL).

Model Pembelajaran Group Discovery Learning (GDL) merupakan

penggabungan antara model Discovery Learning dengan model Group

Investigation (GI) Keterlibatan siswa dalam melakukan penemuan secara

berkelompok dalam kehidupan nyata sehari-hari akan meningkatkan motivasi

dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam belajar IPA, sehingga

menghasilkan pengetahuan IPA yang bermakna dan tidak mudah hilang. Salah

satu model pembelajaran yang berkaitan dengan pendekatan saintifik adalah

model Discovery Learning (DL). Discovery learning adalah suatu model untuk

mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri,

menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama

dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan,

anak juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri

problem yang dihadapi. Sintaks model pembelajaran DL adalah problem

statement, stimulation, data collection, data processing, verivication,

generalization (Hosnan 2014, 289-290). Menurut Marzano dalam (Hosnan,

2014) Kelebihan dari DL diantaranya adalah dapat meningkatkan kemampuan

siswa untuk memecahkan masalah, pengetahuan bertahan lama dan mudah

diingat, siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, materi yang

dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama

membekas karena siswa dilibatkan dalam proses penemuan.

Menurut (Chrisnia, 2015) kelemahan dari DL adalah siswa melakukan

penemuan secara individu sehingga memunculkan kesenjangan. Salah satu

model pembelajaran kooperatif yang dapat mendukung hasil belajara adalah

Group Investigation (GI). Group Investigation (GI) adalah salah satu

pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa untuk melakukan investigasi

secara berkelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk

mengajarakan kepada siswa keterampilan bekerja sama atau kolaborasi. Sintaks

model pembelajaran GI adalah grouping, planning investigation, organizing,

Page 14: Makalah y prian budi purwanto

presenting, evaluating (Joyce and Weil, (2008) dalam Chrisnia, (2015 : 4).

Chrisnia (2015) juga menambahkan kelebihan dari GI adalah meningkatkan

kegiatan bekerja sama, komunikasi, menghargai dan partisipasi dalam

membuat keputusan. Kelemahan dari GI adalah sulit memberikan penilaian

secara personal, tidak semua topic cocok dengan GI, dan belajar kelompok

yang kurang efektif.

Model pembelajaran DL dan GI akan lebih efektif apabila digabungkan

karena kelemahan dari model pembelajaran DL akan ditutupi dengan model

pemebelajaran GI. Kelebihan model pembelajaran DL adalah siswa

memperoleh pengetahuan yang dibangun secara mandiri yang didapatkan

bermakna dan tertanam kuat dalam ingatan. Namun dengan menemukan

pengetahuan secara mandiri menjadikan siswa bersifat individual, siswa yang

memiliki kemampuan tinggi tidak mau berbagi pengetahuan yang ditemukan

kepada siswa yang memiliki kemampuan rendah sehingga sehingga

memunculkan kesenjangan prestasi belajar antar siswa di dalam kelas.

Sementara dalam model pembelajaran GI siswa dikelompokkan secara

heterogen sehingga siswa yang memiliki kemampuan tinggi dapat bertukar

pikiran dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah. Kelebihan dan

kekurangan yang terdapat dalam kedua model tersebut dapat saling

melengkapi, sehingga melalui model pembelajaran GDL akan menekankan

pembelajaran dengan menekankan proses penemuan yang dilakukan secara

berkelompok sehingga proses pembelajaran akan lebih mengaktifkan siswa.

Harapan menggunakan model GDL adalah proses pembangunan pengetahuan

dilakukan dengan penemuan, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami

konsep dan prinsip pengetahuan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Sintaks Group Discovery Learning (GDL)

Tahapan Model GDL Akivitas Siswa dan Guru

Page 15: Makalah y prian budi purwanto

Fase IGrouping/pembuatan kelompok

Fase IIOrientation

Fase IIIHypotesis Generation

Fase IVHypotesis testing

Fase VConclusion

Fase VIOrganizing and Presenting

Fase VIIEvaluation

Pembentukan kelompok secara heterogen

Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena yang memungkinkan siswa menemukan masalah.

Merumuskan hipotesis

Siswa merancang kegiatan pengamatan yang akan dilakukan.

Melakukan pengamatan Mengumpulkan informasi Membuktikan hipotesis

Menarik kesimpulan berdasarkan hipotesis sementara hasil pengamatan, dan teori

Merencanakan dan mempresentasikan laporan pengamatan

Melakukan tes atau kuis.

Sumber : Prasetyana (2015)2. Bahan Ajar Kurang Efektif

Mengatasi bahan ajar yang kurang sesuai untuk meningkatkan Hasil

Belajar Siswa dapat mengembangkan Modul IPA Terpadu Berbasis Group

Discovery Learning (GDL) yang sekaligus dapat meningkatkan Kemampuan

Berfikir Kritis Siswa. Salah satu bentuk bahan ajar adalah modul. Modul

merupakan perangkat bahan ajar yang disajikan sistematis sehingga

penggunaannya dapat belajar dengan atau tanpa seseorang fasilitator atau guru

(Prsatowo, 2012). Tujuan utama system modul adalah untuk meningkatkan

Page 16: Makalah y prian budi purwanto

efisiensi dan efektifitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas

maupun tenaga untuk mencapai tujuan secara optimal (Mahmud, 2012).

H. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan Masalah dalam pendidikan terjadi karena ada

kesenjangan harapan antara 8 Standar Nasional Pendidikan dan kenyataan yang terjadi di Sekolah. Masalah ini harus segera diatasi agar tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa tidak terganggu. Dalam obsevasi ini menyajikan empat standar

pendidikan yang menjadi masalah, yaitu standar sarana dan prasarana, standar

proses, standar isi, dan standar prnilaian dan evaluasi. Masalah yang

ditemukan dari observasi telah dikelompokan menjadi 6 poin dan ditetapkan

5 masalah utama yang harus diselesaikan yaitu (1) Proses pembelajaran, (2)

Kemampuan Berfikir Kritis, (3) Bahan ajar, (4) Materi IPA terpadu, (5) Hasil

belajar siswa

Setelah masalah yang ditetapkan dianalisis dapat diketahui akar masalahnya

yaitu: Strategi atau model pembelajaran guru kurang menerapkan pendekatan

saintifik dan bahan ajar kurang efektif.

Maka dapat di usulkan solusi sebagi berikut:

a. Menggajar siswa dengan model Pembelajaran Berbasis Penemuan secara

berkelompok untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis.

b. Membuat Modul IPA Terpadu Berbasis Group Discovery Learning

(GDL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. saran Guru sebaiknya menerapkan model pembelajaran dengan

dasar pendekatan saintifik dan berpusat pada siswa.

Page 17: Makalah y prian budi purwanto

Bagi siswa, sebaiknya lebih sering membaca terutama buku pelajaran dan informasi-informasi yang lain untuk menambah wawasan dalam menghadapi era digital yang canggih dan modern.

DAFTAR PUSTAKA

Chrisnia Octovi. 2015. Pengembangan Modul Berbasis Group Discovery Learning (GDL) Pada Materi Protista Kelas X SMA Negeri Karang Pandan. Tesis. Hal: 1-5 : Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Depdiknas. 2008. Teknik Penyusunan Modul. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Dikdasem.

Hosnan M. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Hal. 3,34, 36, 282, 389-390. Bogor: Ghalia Indonesia.

Lestari. 2015. Pengembangan Modul IPA Terpadu Dengan Pendekatan Saintifik Tema Sampah Untuk Siswa Kelas VII SMP/MTs. Tesis. Hal 47. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Nashar. (2004). Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.

Paparan Mendikbud pada Workshop Pers. 2014. Implementasi Kurikulum 2013.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. http://kemdikbud.go.id/-kemdikbud/dokumen/Paparan/Paparan%20Mendikbud%20pada%20Workshop%20Pers.pdf. Diakses 13/04/15.

Prasetyana. 2015. Pengembangan Model Pembelajaran Discovery Learning Yang Diintegrasikan Dengan Group Investigation Pada Materi Protista Kelas X SMA Negeri Karangpandan. Tesis. Hal. 62. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 18: Makalah y prian budi purwanto

Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:DIVA Press.

Sadia. 2008. Model Pembelajaran Yang Efektif Untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis (Suatu Persepsi Guru). Universitas

Pendidikan Ganesha. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA,

No.2.

Surjani. 2010. Dasar-Dasar Sains Menciptakan Masyarakat Sadar Sains.Hal 11-12. . Jakarta : Indeks.

Wiji Hastuti. 2015. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Masalah

dengan Tema “Pencemaran Lingkungan”. Tesis. Hal 1-6, 86 :

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Yusianti silviani. 2013. Model Problem Based Learning Menggunakan Team Teaching Dengan Teknik Terintegrasi Pada Pembelajaran Bakteriologi Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kemampuan Verbal. Tesis. Universitas. Sebelas Maret.