Makalah Vaksin Tetanus
Transcript of Makalah Vaksin Tetanus
Tugas Farmakologi II
Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Makassar
“VAKSIN TETANUS”
OLEH :
KELAS B REGULER
Nur Fadillah ( PO.71.3.251.10.1.060 )
Rezky Nursyam ( PO.71.3.251.10.1.074 )
Sri Anggun ( PO.71.3.251.10.1.0 )
JURUSAN FARMASI
POLTEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI
M A K A S S A R
2 0 1 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahi hamba-Nya
setitik ilmu sehingga makalah Farmakologi II ini dapat terealisasi dengan baik.
Mengumpulkan berbagai referensi dan bahan bacaan dari berbagai pustaka
kemudian meramunya sungguh bukan pekerjaan yang mudah. Ibarat mencari
lembaran dokumen file-file yang berserakan lalu menyusunnya menjadi sebuah
makalah yang penting dan menarik untuk di baca.
Makalah ini merupakan bukti hasil kerja keras kami, sehingga menjadi
sebuah makalah yang berbobot yang dapat di jadikan bahan pembelajaran yang
berisi tentang “Vaksin Tetanus” dalam mata kuliah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, sehingga kami sebagai penyusun sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penyusunan makalah
selanjutnya di kemudian hari.
Dengan terselesainya makalah ini, kami berharap semoga karya kecil ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi kami.
Amiin……….
Makassar, Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................1
C. Tujuan ....................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Vaksin ................................3
B. Jenis-Jenis dan Manfaat Vaksin ................................4
C. Penyakit Tetanus dan Pencegahannya ....................5
D. Vaksin Tetanus ........................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................17
B. Saran ...............................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi tetanus toksoid (vaksin tetanus toksoid) merupakan salah satu
upaya yang dilakukan dalam rangka pencegahan penyakit tetanus. Tetanus
adalah penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri Bakteri Clostridium tetani
yang tinggal di tanah, debu, barang berkarat, kotoran hewan, dsb. Imunisasi
tetanus toxoid menghadapkan individu untuk sejumlah kecil bakteri yang
menyebabkan tubuh untuk mengembangkan kekebalan terhadap penyakit.
Imunisasi tetanus toksoid vaksin dapat membantu mencegah
tetanus.Imunisasi tetanus toksoid dibuat untuk orang 7 tahun ke atas. Setelah
seseorang selesai pada jadwal imunisasi primer, dosis imunisasi tetanus toksoid
yang dibutuhkan 10 tahun sepanjang hidup. Konsultasikan dengan dokter
tentang imunisasi tetanus toxoid untuk bisa terjadwal.
Vaksin tetanus diberikan kepada mereka yang rentan terinfeksi tetanus.
Sebelum pemberian imunisasi vaksin tetanus, perlu pemberitahuan kepada dokter
pada orang penderita penyakit mempengaruhi sistem kekebalan tubuh
(HIV/AIDS), sedang mengkonsumsi obat yang mempengaruhi sistem kekebalan
tubuh, penderita kanker atau menerima pengobatan kanker, juga keadaan-
keadaan lain.H al ini sangat penting karena pada beberapa orang tidak bisa
diberikan vaksin tetanus.
B. Rumusan Masalah
1. Sejarah perkembangan Vaksin?
2. Jenis-jenis Vaksin?
3. Manfaat Vaksin?
4. Penyakit Tetanus dan Pencegahannya?
C. Tujuan
Tujuan makalah ini dibuat untuk menambah wawasan tentang
penyakit tetanus dan vaksin tetanus. Selain itu lebih memahami dan
mempelajari lebih jauh tentang vaksin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH PERKEMBANGAN VAKSIN
Vaksin menerobos dunia modern pertama kali pada tahun 1796, ketika
Edward Jenner, seorang dokter dari Inggris, meneliti seorang pekerja harian yang
terkena penyakit cacar, dengan diimunisasi dengan cacar sapi ringan. Dia
mengambil beberapa cairan dari luka penderita cacar sa[i dan menggoreskan di
permukaan lengan anak berusia 8 tahun. Empat puluh delapan (48) hari
kemudian Jenner memberi nama “vaksin” (bahasa latin dari sapi). Sejak saat itu
vaksin mengalami perkembangan baik dari cara menentukan epitop
Imunodominan, strategi perbanyakan proteinmauoun cara aplikasinya.
Selanjutnya tahun 1886 Salmon dan Smith di Amerika Serikat telah
memperkenalkan macam vaksin inaktif dengan menggunakan bakteri vibrio
cholera yang dimatikan dengan pemanasan. Terobosan baru lainnya datang pada
akhir abad 19, ketika Louis Pasteur seorang ahli kimia dari Perancis,
mengembangkan teknik kimia untuk mengisolasi virus dan melemahkannya,
yang efeknya dapat dipakai sebagai vaksin. Sebelum vaksinasi memancing
kontroversi. Pasteur pertama kali mencatat, memasukkan vaksin rabies ke tubuh
manusia yang mendapat protes keras oleh ahli jiwa dan masyarakat. Upaya untuk
menggalakkan imunisasi di Inggris yang menurun pada abad tersebut merupakan
kenyataan pahit akibat dari penentangan/protes terhadap imunisasi. Meskipun
Inggris menghadapi resiko serius terhadap penyakit Tipus yan mewabah di
medan perang Boer (Afrika Selatan).
Pada perubahan jaman ini, peneliti lainnya telah mengembangkan vaksin
yang tidak aktif untuk melawan Tipus, wabah Rabies dan Kolera. Pada
pertengahan tahun 1920-an, vaksin telah dikembangkan untuk melawan Dipteri
(penyakit yang sering menyebabkan kematian pada anak-anak) dan Pertusis.
Dua tim ahli dipimpin oleh Jonas Salk and Albert Sabin mengembangkan
vaksin polio. Vaksin untuk mencegah polio, digunakan untuk membunnuh virus,
dipatenkan pada tahun 1954 dan digunakan untuk kampanye imunisasi. Kurang
dari enam tahun, kasus polio mennurun 90%. Tetapi vaksin Salk tidak
melengkapi imunisasi secara menyeluruh untuk semua jenis virus Polio. Pada
tahun 1961, Sabin telah mengembangkan vaksin oral yang bekerja secara aktif
(hidup) berupa virus yang telah dilemahkan, untuk menggantikan imunisasi
dengan suntik jenis Salk di Amerika Serikat. Pada tahun 1960-an vaksin
digunakan secara rutin dan tidak menyebabkan kontroversi pada masyarakat dan
paramedis, dan vaksin virus aktif (hidup) telah dikembnagkan untuk Campak
(1963), Rubella/campak Jerman (1966) dan penyakit Gondong (1968).
Bahaya Serangan DPT (Mary H. Cooper, 1995)
Pada awal tahun 1980-an, wabah infeksi yang membunuh ratusan anak-
anak tiap tahun telah mencemaskan orang tua. Sebagian kecil orang tua merasa
anaknya menderita akibat vaksin yang diberikan tidak aman bagi anak mereka
terutama DPT. Di antara mereka adalah anggota National Vaccine Information
Center (NVIC)
Pada tahun 1982. Fisher dan para ibu menemukan kelompok pembela
yang tergabung dalam NVIC dan meyakinkan kongres untuk menyediakan
vaksin DPT yang aman.
Pada tahun 1991, Fisher mendokumentasikan perkembangan vaksin DPT
dalam “A Shot in the Dark” (menyerang dalam kegelapan), dan menerangkan
bagaimana lebih banyak racun pertusis menyebabkan banyak masalah, dan
mengapa diamankan dan tidak dipasarkan secara luas di Amerika Serikat. Tidak
tahu secara pasti mengapa pemerintah Amerika Serikat menarik vaksin DPT dari
pasaran pada tahun 1996 dan merekomendasikan dokter menutup vaksin jenis
DTP. Hanya 6-7 persen dari vaksin pertusis di Amerika Serikat masih
mengandung DPT. Tetapi itu telah digunakan secara luas di masyarakat dunia
ketiga (negara berkembang).
Pada masa pemerintahan Clinton telah diijinkan untuk memperpanjang
program vaksinasi untuk masyarakat miskin dan merekomendasikan ijin baru
untuk memperbaiki tingkat vaksinasi. Sejak tahun 1994, program vaksinasi telah
dijalankan dalam pemerintahan untuk anak-anak miskin secara Cuma-Cuma.
B. JENIS-JENIS DAN MANFAAT VAKSIN
Berdasarkan bahan imun yang digunakan ada dua jenis vaksin, yaitu:
1. Attenuated whole-agent vaccines
a. Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang
b. Virus yang telah dilemahkan tersebut dapat bereplikasi di
dalam tubuh, meningkatkan dosis asli, dan berperan sebagai
imunisasi ulangan.
c. Keefektifan dapat mencapai 95%
d. Seringkali tidak memerlukan imunisasi ulangan
e. Tidak disarankan untuk pasien kompromis
f. Contoh : vaksin polio (Sabin), vaksin MMR, vaksin TBC, vaksin
demam tifoid
Vaksin hidup terbuat dari virus hidup yang diatenuasikan dengan cara
pasase berseri pada biakan sel tertentu atau telur ayam berembrio. Dalam
proses ini akumulasi dari mutasi umumnya menyebabkan hilangnya virulensi
virus secara progresif bagi inang aslinya. Didalam vaksin mengandung virus
hidup yang dapat berkembang biak dan merangsang respon imun tanpa
menimbulkan sakit.
2. Inactivated whole-agent vaccines
a. Memakai mikroba yang sudah dibunuh dengan formalin ataupun fenol
b. Contoh : vaksin rabies, vaksin influenza, vaksin polio (Salk), vaksin
pneumoniapneumokokal, vaksin kolera, vaksin pertusis, dan vaksin
demam tifoid
Vaksin inaktif dihasilkan dengan menghancurkan infektivitasnya
sedangkan imunogenitasnya masih dipertahankan dengan cara:
a. Fisik misalnya dengan pemanasan, radiasi
b. Chemis, dengan bahan kimia fenol, betapropiolakton, formaldehid,
etilenimin.
Dengan perlakuan ini virus menjadi inaktif tetapi imunogenitasnya
masih ada. Vaksin ini sangat aman karena tidak infeksius, namun diperlukan
jumlah yang banyak untuk menimbulkan respon antibodi.
Vaksin sub unit
Vaksin sub unit merupakan vaksin yang dibuat dari komponen virus
Teknik yang relatif baru dalam produksi vaksin adalah dengan melakukan
kloning dari gen virus melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor virus dan vaksin
antiidiotipe.
Vaksin sub unit merupakan vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dari
mikroorganisme yang imunogenik secara alamiah misalnya hepatitis B, atau
virus yang dipisahkan dengan detergen misalnya influensa.
Vaksin idiotipe
Vaksin idiotipe merupakan vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa
Fab (fragment antigen binding) dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B
mengandung asam amino yang disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe
yang dapat bertindak sebagai antigen. Vaksin ini dapat menghambat
pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran terhadap reseptor pre sel
B.
Vaksin rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah
besar. Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot.
Sistem ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus.
Dengan teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga
dihasilkan vaksin DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen
sebagai antigen pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari
berbagai virus disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi
hewan dengan vaksin bervektor ini menghasilkan respon antibodi yang baik.
Vaksin DNA
Vaksin DNA (naked plasmid DNA) , suatu pendekatan yang relatif baru
dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi dalam menginduksi imunitas
seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba diklon kedalam suatu
plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi gen yang
diinsersikan kedalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan
menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel
(kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya. Selain itu vektor
plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang akan
menginduksi imunitas seluler .
Beberapa kelemahan vaksin DNA bahwa kemungkinan DNA dalam
vektor plasmid akan berintegrasi kedalam genom host/inang, kemungkinan akan
menginduksi tumor atau menginduksi terbentuknya antibodi terhadap DNA.
Selain itu vaksin DNA dapat menginduksi respon imun seluler yang kuat tidak
hanya terhadap antigen mikroba melainkan juga terhadap antigen inangnya.
Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengetahui keamanan vaksin
DNA yang efektif terhadap patogen intraseluler.
Vaksin beberapa profilaksis dan digunakan untuk mencegah atau
memperbaiki efek masa depan infeksi oleh patogen alami atau "liar". Vaksin
beberapa namun juga mungkin terapi untuk vaksin kanker contoh yang sedang
dikembangkan melawan kanker.
Setelah sistem kekebalan tubuh orang yang dilatih untuk melawan penyakit,
orang menjadi kebal terhadap itu. Sebelum vaksin, satu-satunya cara untuk
menjadi kebal terhadap penyakit adalah untuk benar-benar mendapatkan itu dan,
dengan keberuntungan, bertahan itu. Kekebalan terhadap penyakit jenis ini
disebut alami kekebalan acquired, dimana orang telah menderita gejala penyakit
dan juga risiko komplikasi, yang dapat menjadi cukup serius atau bahkan
mematikan. Selain itu, jika penyakit menular itu mungkin juga disampaikan
kepada anggota keluarga, teman, atau orang lain yang datang ke dalam kontak.
Vaksin, yang menyediakan artifisial acquired kekebalan, adalah cara yang
jauh lebih aman menjadi kebal. Vaksin dapat mencegah penyakit dari terjadi di
tempat pertama dan juga mengurangi risiko komplikasi dan risiko penularan. Hal
ini jauh lebih murah untuk mencegah penyakit daripada untuk mengobatinya.
C. PENYAKIT TETANUS DAN PENCEGAHANNYA
1. Pengertian
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin
kuman Clostridium tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal,
diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak
pada otot masseter dan otot rangka.
Tetanus biasanya disebut lockjaw, yaitu suatu gangguan system
neurves yang disebabkan oleh suatu neurotoxcin yang dihasilkan oleh
clostridium tetani. Bakteri basil anaerob ini hidup di tanah. Spora basil masuk
ke dalam tubuh melalui luka terbuka yang terkontaminasi oleh kotoran, debu
dan tinja (binatang atau manusia). Luka dapat diakibatkan oleh luka gores,
aborsi, trauma atau penggunaan obat atau racun ke dalam pembuluh darah
(Lemon, 2000:1869).
2. Etiologi
Clostridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang, kuman ini
berspora termasuk golongan gram positif dan hidupnya anaerob. Spora
dewasa mempunyai bagian yang berbentuk bulat yang letaknya di ujung.
Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini
(tetanosporin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer
setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu 650 C akan hancur
dalam 5 menit.
3. Patogenesis
Berbagai keadaan di bawah ini dapat menyebabkan keadaan anaerob
yang disukai untuk tumbuhnya kuman tetanus :
a. Luka dalam misalnya luka tusuk karena paku, kuku pecahan kaca atau
kaleng,pisau dan benda tajam lainnya.
b. Luka karena tabrakan, kecelakaan kerja atau karena perang.
c. Luka-luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga atau tonsil,
gigitan serangga juga merupakan tempat masuk kuman penyebab
tetanus.
4. Gejala Klinis
Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari, timbul gejala klinis
biasanya mendadak, didahului oleh ketegangan otot terutama pada rahang dan
leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus) karena spasme
otot masseter. kejang otot ini akan berlanjut kuduk (opistotonus), dinding
perut dan sepanjang tulang belakang. Bila serangan kejang tonik sedang
berlangsung, sering tampak risus sardonicuskarena spasme otot muka dengan
gambaran alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir
tertekan kuat pada gigi. Gambaran umum yang khas pada tetanus ialah badan
kaku dengan opistotonus, tungkai dalam ekstensi, lengan kaku dengan tangan
mengepal, biasany kesadaran tetap baik. Serangan timbul paroksismal,dapat
dicetuskan oleh rangsangan suara, cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat
pula timbul spontan. Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi
asfiksia dan sianosis, retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur collumna
vertebralis (pada anak). Kadang dijumpai demam yang ringan dan biasanya
pada stadium akhir.
5. Diagnosis
Anamnesis terdapatnya riwayat luka-luka seperti telah disebut dalam
hal patogenesis, disertai keadaan klinis berupa kekakuan otot terutama di
daerah rahang, sangat membantu diagnosis. Pembuktian kuman seringkali
tidak perlu, karena amat sukar mengisolasi kuman dari luka pasien.
6. Penatalaksanaan
a. Umum
Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya
Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung
kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus,
makanan diberikan personde atau parental
Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan
tindakan terhadap pasien
Oksigen, pernafasan buatan trakeotomi bila perlu
Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Obat-obatan
Anti toksin : Tetanus imunoglobin (TIG) lebih dianjurkan
pemakaiannya dibandingkan dengan anti tetanus serum (ATS) dari
hewan
Anti kejang : Diazepam, meprobamat, klorpromasin dan
fenobarbital lazim digunakan pada pasien penderita tetanus
Antibiotik : Pemberian penisilin prokain 1,2 juta unit/hari atau
tetraksilin 1 g/hari, secara intravena, dapat memusnahkan
Clostridium tetani tetapi tidak mempengaruhi proses
neurologisnya.
c. Penatalaksanaan spasme otot
Relaksasi otot menjadi kunci terapi karena relaksasi otot dapat
mengurangi efek rangsang sensoris. Idealnya ini dikerjakan tanpa
mempengaruhi pernafasan secara bermakna. Walaupun berbagai obat
telah digunakan dalam pengobatan tetanus, namun tidak satupun yang
diterima secara universal.
d. Trakeostomi
Trakeostomi mempunyai peran penting dalam penetalaksanaan
tetanus.trakeostomi melindungi terhadap pencekikan akibat
laringospasme, mengurangi resiko aspirasi dan mempermudah bantuan
ventilasi mekanik. Walaupun sebagian besar penderita tetanus ringan
ataupun berat harus dianggap sebagai calon trakeostomi, tetapi alat-alat
yang dibutuhkan harus tersedia disamping tempat tidur. Bila sekresi
berlebihan atau pernafasan terancam, maka kebutuhan trakeostomi harus
dikenal dini. Dan bila mungkin trakeostomi harus segera dilakukan
terencana bukan sebagai tindakan gawat darurat.
e. Pencegahan
Pencegahan penyakit tetanus meliputi :
1. Mencegah terjadinya luka
2. Merawat luka secara adekuat
3. Pemberian ATS dalam beberapa jam setelah luka akan
memberikan kekebalan pasif, sehingga mencegah terjadinya
tetanus akan memperpanjang masa inkubasi.
4. Di negara barat, pencegahan tetanus dilakukan dengan pemberian
toksoid dan TIG.
D. VAKSIN TETANUS
Vaksin Tetanus adalah imunisasi yang dilakukan untuk mencegah
infeksi bakteri penyebab tetanus. Pada individu yang menunjukkan gejala-
gejala awal tetanus atau pada mereka yang status imunisasi tidak diketahui,
tetanus imunoglobulin (TIG) diberikan ke dalam otot di sekitar luka dengan
sisa dosis yang diberikan kepada pasien. Upaya pencegahan dengan
pemberian vaksin tetanus sangat efektif dan selama ini sering dilakukan selain
upaya pengobatan tetanus
Vaksin tetanus diberikan kepada mereka yang rentan terinfeksi tetanus.
Sebelum pemberian imunisasi vaksin tetanus, perlu pemberitahuan kepada
dokter pada orang penderita penyakit mempengaruhi sistem kekebalan tubuh
(HIV/AIDS), sedang mengkonsumsi obat yang mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh, penderita kanker atau menerima pengobatan kanker, juga
keadaan-keadaan lain.Hal ini sangat penting karena pada beberapa orang tidak
bisa diberikan vaksin tetanus.
Efek samping
Efek samping dari imunisasi tetanus yang paling sering terjadi
biasanya cukup ringan seperti rasa sakit, nyeri, demam, kerewelan (khusus
pada anak-anak), diare, bengkak atau kemerahan pada tempat suntikan.
Reaksi signifikan pada pemberian vaksin tetanus sangat langka seperti kejang,
koma, kerusakan otak, saraf masalah, atau reaksi alergi yang parah.
Sekitar satu dari empat anak mungkin menunjukkan beberapa atau
semua efek, dan mereka mungkin lebih umum setelah dosis keempat atau
kelima. masalah ringan lainnya (merasa lelah, nafsu makan berkurang,
muntah) dapat terjadi satu sampai tiga hari setelah pemberian vaksin tetanus.
Kemerahan, pembengkakan, dan nyeri sedikit lebih sering terjadi pada remaja
(sekitar satu dalam 16 sampai 20 tahun) daripada pada orang dewasa.
Frekuensi yang sama terlihat dengan efek samping demam dan kelainan
gastrointestinal (mual muntah).
Kebanyakan efek samping ringan DTaP dan Tdap (jenis vaksin
tetanus) biasanya tidak memerlukan pengobatan dan hilang dalam waktu 24
jam. Efek samping moderat dapat diobati berdasarkan gejala, tetapi seorang
anak dengan demam tinggi atau kejang harus dievaluasi dan mungkin dirawat
oleh dokter. Perlu menjadi catatan bahwa penggunaan obat seperti jenis
aspirin untuk mengobati rasa sakit anak-anak atau demam tidak
diperbolehkan.
Pengertian imunisasi Tetanus Toksoid
1. Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan.
2. Imunisasi Tetanus Toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan
sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.
Manfaat imunisasi TT pada ibu hamil
1. Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum. Tetanus
neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu
kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf
pusat.
2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka
Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari
program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan
tetanus neonatorum.
Jumlah dan dosis pemberian imunisasi TT pada ibu hamil
Vaksin TT diberikan sedini mungkin dengan dosis 0,5 cc I.M (intra
muskulair) di lengan atas/paha/bokong. Khusus untuk calon pengantin
diberikan imunisasi TT 2x dengan interval 4 minggu. Usahakan TT1 dan
TT2 diberikan sebelum menikah.
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan dosis
pemberian 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan. Imunisasi TT
diberikan 2x yaitu pada kunjungan pertama dan kemudian interval 4 minggu,
tanpa pandang usia kehamilan. Bila pernah menerima TT 2x pada kehamilan
terdahulu, maka hanya diberi TT 1x imunisasi TT bertujuan melindungi bayi
dan ibu terhadap penyakit tetanus.
Jadwal pemberian imunisasi TT pada ibu hamil
Beritahukan kepada ibu hamil apakah pernah mendapatkan suntikan TT.
Bila sudah, tanyakan kapan diperolehnya. Ibu hamil yang belum pernah
mendapat TT pada kehamilan sebelumnya atau pada waktu akan menjadi
pengantin, maka perlu mendapatkan dua kali suntikan TT dengan jarak minimal
satu bulan.
Jadwal pemberian imunisasi TT yaitu:
1. TT pertama diberikan pada trimester I atau umur kehamilan 0-
14 minggu.
2. TT kedua diberikan pada trimester I dan II atau setelah TTI diberikan.
3. TT boster diberikan pada trimester I atau umur kehamilan 0-14 minggu,
dimana ibu hamil pernah mendapatkan TT sebelum dan sesudah
menikah atau jarak anak sebelumnya.
Jarak pemberian imunisasi TT1 dan TT2
Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4
minggu.
Tabel 1.1. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid 10
Antigen Interval
(selang waktu minimal)
Lama
perlindungan
%
perlindungan
TT 1 Pada kunjungan antenatal pertama - -
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25
tahun/seumur
hidup
99
Efek samping imunisasi TT
Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan
pembengkakan pada tempat suntikan. TT adalah antigen yang sangat aman
dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu
hamil mendapatkan imunisasi TT.
Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan
tidak perlukan tindakan/pengobatan.
Hal-Hal Penting Sebelum Imunisasi Tetanus Toksoid
Siapapun yang memiliki reaksi alergi yang mengancam nyawa setelah
dosis vaksin tetanus tidak harus mendapatkan satu dosis lagi. Sebelum
menerima imunisasi tetanus toksoid, katakan kepada dokter hal hal berikut ini:
Memiliki HIV atau AIDS atau penyakit lain yang mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh;
Menggunakan obat yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh
(misalnya steroid, obat anti-penolakan);
Menderita kanker
Menerima pengobatan kanker dengan sinar-x, radiasi, atau obat.
Hamil atau sedang menyusui
Tanyakan pada penyedia layanan kesehatan untuk informasi lebih lanjut,
sebab imunisasi tetanus toksoid tidak direkomendasikan dalam beberapa kasus.
Individu dengan penyakit ringan seperti pilek, dapat divaksinasi. Mereka yang
sedang sakit biasanya harus menunggu sampai mereka pulih sebelum
mendapatkan imunisasi vaksin tetanus toksoid.
Toksoid tetanus vaksin dapat diberikan pada waktu yang sama dengan
vaksin lainnya. Yang perlu jadi catatan adalah dosis untuk imunisasi tetanus
toxoid harus sesuai dengan rekomendasi dokter, selain itu vaksin (apapun
bentuknya, termasuk juga obat) mampu menyebabkan masalah serius, seperti
reaksi alergi parah. Risiko imunisasi vaksin tetanus toksoid menyebabkan luka
serius, atau kematian, sangat kecil. Reaksi alergi yang serius termasuk
pembengkakan bibir, lidah, atau wajah, kesulitan bernafas, pucat, penutupan
tenggorokan, pusing, atau detak jantung cepat.
Efek samping lain yang kurang serius, seperti nyeri kemerahan, atau
bengkak di mana suntikan imunisasi tetanus toksoid itu diberikan. Efek samping
biasanya mulai dalam hitungan jam untuk satu atau dua hari setelah vaksinasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunisasi tetanus toksoid (vaksin tetanus toksoid) merupakan salah satu upaya
yang dilakukan dalam rangka pencegahan penyakit tetanus. Tetanus adalah penyakit
serius yang disebabkan oleh bakteri Bakteri Clostridium tetani yang tinggal di tanah,
debu, barang berkarat, kotoran hewan, dsb.
B. Saran
Jika diperlukan, diadakan penyuluhan ke masayarakat tenteng pentingnya vaksin
tetanus.
DAFTAR PUSTAKA
Isn’tisme.. Sejarah dan perkembangan vaksin. [serial on the internet].[dikutip 10 Des
2012]. Available from: http://isntpunya.blogspot.com/2011/03/sejarah-dan-
perkembangan-vaksin.html
Zeladmin. Kenali gejala & cara pengobatan penyakit tetanus. ZelenaPlus [serial on
the internet]. 15 Agust 2012 [dikutip 9 Des 2012]. Available from: http.//kenali-
gejala-cara-pengobatan-penyakit-tetanus.htm
Yusri. Vaksin Tetanus. Kesehatan123 [serial on the internet]. 21 Juni 2011 [dikutip 9
Des 2012]. Available from: http.//Vaksin-Tetanus.htm#
Ananya Mandal, MD. Apakah Vaksin?. NewsMedical. [serial on the internet]. 8 Des
2012 [dikutip 9 Des 2012]. Available from: http.//What-are-Vaccines-
(Indonesian).aspx.htm
Vaksin. Wikipedia.[serial on the internet].[dikutip 9 Des 2012]. Available from:
http.//Vaksin.htm
Ananya Mandal, MD. Produksi Vaksin. NewsMedical. [serial on the internet]. 15
Agustus 2012 [dikutip 9 Des 2012]. Available from: http.//Vaccine-Production-
(Indonesian).aspx.htm
MyNiceProfile.com. Tinjauan Umum tentang Imunisasi. My Blog URS. [serial on the
internet]. 16 Agust 2012 [dikutip 9 Des 2012]. Available from:http.//tinjaun-
umum-tentang-imunisasi-tetanus.html
Mypotik. Penyakit tetanus dan perawatannya. Referensi Penyakit. [serial on the
internet]. [dikutip 9 Des 2012]. Available from: http.//penyakit-tetanus-dan-
perawatannya.html